STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan...

82
STIKES Santa Elisabeth Medan SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT TERHADAP KONTPSAI PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN INTERNIS RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN 2018 Oleh: IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN 032014026 PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN 2018

Transcript of STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan...

Page 1: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

i

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT

TERHADAP KONTPSAI PADA PASIEN STROKE

DI RUANGAN INTERNIS RUMAH SAKIT

SANTA ELISABETH MEDAN 2018

Oleh:

IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN

032014026

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2018

Page 2: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

ii

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT

TERHADAP KONSTIPASI PADA PASIEN

STROKE DI RUANGAN INTERNIS

RUMAH SAKIT SANTA

ELISABETH MEDAN

2018

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep)

Dalam Program Studi Ners

Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth

Oleh:

IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN

032014026

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2018

Page 3: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini.

Nama : IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN

NIM : 032014026

Program studi : Ners Tahap Akademik

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap

Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruangan Internis

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2018

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat

ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apalagi ternyata

kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan

terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan

sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan antara tata tertib di STIKes Santa

Elisabeth Medan.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

dipaksakan.

Penulis,

Page 4: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

iv

Page 5: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

v

Page 6: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

vi

Page 7: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

vii

Page 8: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

viii

ABSTRAK

Ignagus Leviana Pandiangan 032014026

Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke Di

Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Prodi Ners 2018

Kata Kunci: Pemberian air putih hangat, Konstipasi, Stroke

(ix+52+lampiran)

Stroke merupakan penyakit motor neuron atas yang mengakibatkan hilangnya

kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Pasien stroke sering mengalami

kelemahan anggota gerak, baik sebagian maupun seluruhnya yang menyebabkan

pasien imobilisasi. Imobilisasi yang berkepanjangan bisa terjadi komplikasi, salah

satunya adalah konstipasi. Konstipasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah

satunya adalah kurangnya aktivitas fisik. Terjadinya konstipasi ada perlambatan

pergerakan tinja melalui usus besar dan sering berhubungan dengan sejumlah tinja

yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi

modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

usus yang dapat menyebabkan masalah kronis sembelit seperti tinja yang

terakumulasi didalam usus, pergerakan usus menjadi lambat. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air putih hangat terhadap

konstipasi pada pasien stroke di rungan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode quasy ekperiment design

dengan rancangan time series design. Teknik pengambilan sampel sebanyak 15

responden pada pasien stroke yang mengalami konstipasi. Dengan menggunakan

purposive sampling. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018. Alat

ukur yang digunakan lembar bristol stool chart, lembar observasi dengan

menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat signifikan yang didapatkan peneliti p =

0.006 dimana nilai (p < 0.05) yang artinya ada pengaruh pemberian air putih

hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke. Disarankan dari penelitian ini

supaya rumah sakit tetap melaksanakan pemberian air putih hangat terhadap

konstipasi pada pasien stroke.

Daftar pustaka (2000 – 2016)

Page 9: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

ix

ABSTRACT

Ignagus Leviana Pandiangan 032014026

The Effect of Warming Water On Constipation in Stroke Patients in The Internal

Room Of Santa Elisabeth Hospital Medan 2018

Ners Study Program 2018

Keywords: Provision of warm water, Constipation, Stroke

(xix+52+appendices)

Stroke is an upper motor neuron disease that results in loss of voluntary control of

motor movement. Stroke patients often have lymphatic weakness, either partially

or completely, leading to immobilized patients. Prolonged immobilization can

occur complications, one of which is constipation. The occurrence of constipation

is the slow movement of feces through the colon and is often associated with a

number of dry and hard stools. Constipation treatment one of them with non-

pharmacological treatment modalities is the provision of water, as a bowel

movement that can cause chronic constipation problems such as stools that

accumulate in the intestine, bowel movement menajdi slow. This study aims to

determine the effect of giving warm water to constipation in stroke patients in

rains internis hospital santa elisabeth field in 2018. This research uses quasy

experiment design method with time series design design. sampling technique

counted 15 respondents. The time of the research was done in March 2018. The

measuring instrument used was measuring glass and observation sheet by using

wilcoxon test with significant level obtained by the researcher p = 0.006 where α

(≤0.05) meaning that there is influence of warm water water to constipation in

stroke patient . It is advisable from this study that hospitals continue to administer

warm water delivery to constipation in stroke patients, and for subsequent

research to continue to conduct research with the same title using the control

group to obtain a more significant result.

References (2000 – 2016)

Page 10: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik

dan mudah. Adapun judul proposal ini adalah “Pengaruh Pemberian Air Putih

Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruangan Internis

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan

dan dukungan. Oleh karena itu dengan rasa yang tulus ikhlas penulis

menyampaikan ucapakan terima kasih kepada:

1. Mestiana Br.Karo S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Santa

Elisabeth Medan yang telah mengizinkan dan menyediakan fasilitas untuk

mengikuti serta menyelesaikan pendidikan di STIKes Santa Elisabeth

Medan.

2. Samfriati Sinurat S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua Program Studi Ners

yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dalam

upaya penyelesaian pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.

3. Erika Emnina Sembiring S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing I

yang telah membantu dengan sangat baik dan sabar dalam melakukan dan

menyelesaikan penenlitian.

4. Jagentar Pane S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing akademik dan

dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam

menyelesaikan penelitian.

Page 11: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xi

5. Pomarida Simbolon SKM.,M.Kes, selaku penguji III yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk melakukan dan

menyelesaikan penelitian

6. Seluruh staff dosen STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah

membimbing dan mendidik peneliti dalam upaya pencapaian pendidikan

sejak semester I sampai semester VIII. Terimakasih untuk motivasi dan

dukungan yang diberikan kepada penulis, untuk segala cinta dan kasih

yang telah tercurah selama proses pendidikan sehingga peneliti dapat

menyusun skripsi ini.

7. Seluruh staff Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan

izin kepada penulis dalam melakukan penelitian

8. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Ayah saya O. Pandiangan, Ibu saya

L. Simbolon dan saudara-saudara yang telah membesarkan saya dengan

penuh cinta dan kasih sayang, yang tiada henti memberikan doa, dukungan

dan motivasi yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Koordinator asrama dan seluruh karyawan asrama yang sudah

memfasilitasi dan memberi dukungan kepada peneliti, sehingga dapat

meyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh rekan-rekan sejawat dan seperjuangan Progran Studi Ners Tahap

Akademik angkatan VIII stambuk 2014 yang saling memberikan motivasi

dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Peneliti

menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

Page 12: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xii

masih terdapat kekurangan dan kelemahan, walaupun demikian peneliti telah

berusaha. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak sehingga menjadi bahan masukan bagi peneliti untuk meningkatkan dimasa

yang akan datang, khususnya bidang ilmu keperawatan. Semoga Tuhan selalu

mencurahkan rahmat dan kasihnya kepada semua pihak yang telah membantu

peneliti.

Medan, Mei 2018

(Ignagus Leviana Pandiangan)

Page 13: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan ................................................................................... i

Halaman Sampul Dalam .................................................................................. ii

Halaman Persyaratan Gelar .............................................................................. iii

Lembar Pernyataan........................................................................................... iv

Lembar persetujuan .......................................................................................... v

Penetapan Panitia Penguji ................................................................................ vi

Lembar Pengesahan ......................................................................................... vii

Lembar Pernyataan Publikasi ........................................................................... viii

Abstrak ............................................................................................................. ix

Abstract ............................................................................................................ x

Kata pengantar ................................................................................................. xi

Daftar isi ........................................................................................................... xiv

Daftar tabel ....................................................................................................... xvii

Daftar bagan ..................................................................................................... xviii

Daftar gambar................................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULU .................................................................................... I

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan ........................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan umum......... ....... .............. ....................................... 5

1.3.2 Tujuan khusus ..................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

1.4.1 Manfaat teoritis ................................................................... 6

1.4.2 Manfaat praktis .................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

2.1 Konsep Pemberian Air Putih Hangat ............................................ 7

2.1.1 Definisi air putih.................................................................. 7

2.1.2 Manfaat air putih ................................................................. 7

2.1.3 Indikasi pemberian air putih ................................................ 8

2.1.4 Kontraindikasi pemberian air putih ..................................... 8

2.1.5 Teknik pemberian air putih hangat....................................... 9

2.1.6 Penatalaksanaan pemberian air putih ................................... 9

2.2 Konsep Konstipasi ........................................................................ 10

2.2.1 Definisi konstipasi ............................................................... 10

2.2.2 Defekasi dan feses ............................................................... 10

2.2.3 Karakteristik feses .............................................................. 13

2.2.4 Warna feses. ........................................................................ 14

2.2.5 Patofisiologi ........................................................................ 14

2.2.6 Etiologi ................................................................................ 15

2.2.7 Tanda dan gejala.................................................................. 16

2.2.8 Komplikasi .......................................................................... 17

2.2.9 Penatalaksanaan .................................................................. 18

Page 14: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xiv

2.3 Stroke ............................................................................................. 19

2.3.1 Definisi stroke ..................................................................... 19

2.3.2 Etiologi ................................................................................ 19

2.3.3 Klasifikasi............................................................................ 19

2.3.4 Manifestasi klinik ................................................................ 20

2.3.5 Komplikasi .......................................................................... 21

2.3.6 Penanganan.......................................................................... 21

2.3.7 Penatalaksanaan ................................................................... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......... 23

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................... 23

3.2 Hipotesa Penelitian........................................................................ 24

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 25

4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 25

4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 26

4.2.1 Populasi ............................................................................... 26

4.2.2 Sampel ................................................................................. 27

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 28

4.3.1 Variabel independen ............................................................ 28

4.3.2 Variabel dependen ............................................................... 28

4.3.3 Defenisi operasional ............................................................. 29

4.4 Instrumen Penelitian ...................................................................... 30

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 30

4.5.1 Lokasi ................................................................................... 30

4.5.2 Waktu ................................................................................... 30

4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ............................ 31

4.6.1 Pengambilan data ................................................................ 31

4.6.2 Pengumpulan data ............................................................... 31

4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas................................................. 32

4.7 Kerangka Operasional ................................................................... 33

4.8 Analisis Data ................................................................................. 34

4.9 Etika penelitian ............................................................................. 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 39

5.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 39

5.1.1 Karakteristik Responden ...................................................... 40

5.1.2 Konstipasi pada pasien stroke sebelum dilakukan pemberian

air putih hangat .................................................................... 41

5.1.3 Konstipasi pada pasien stroke sesudah dilakukan pemberian

air putih hangat .................................................................... 42

5.1.4 Pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada

pasien stroke ........................................................................ 42

5.2. Pembahasan ................................................................................... 44

5.2.1 Konstipasi pada pasien stroke sebelum diberikan pemberian air

putih hangat.......................................................................... 44

Page 15: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xv

5.2.2 Konstipasi pada pasien stroke sesudah diberikan pemberian air

putih hangat.......................................................................... 46

5.2.3 Pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada

pasien stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan .................................................................................. 48

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51

6.1 Simpulan ......................................................................................... 51

6.2 Saran ............................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN:

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Etika Penelitian

Lampiran 6 Pengajuan Judul

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 8 Surat Tanggapan Izin Pengambilan Data

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian

Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 10 Surat Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 11 Hasil Output SPSS

Lampiran 12 Prosedur Pelaksanaan

Lampiran 13 Satuan Acara Kegiatan

Lampiran 14 Kartu Bimbingan

Page 16: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Desain Penenlitian Time Series Design..................................26

Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Air Putih

Hangat Terhadap Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan ........................................................... 29

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Karakteristik Konstipasi Pada Pasien Stroke

Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan .... ....40

Tabel 5.2 Konstipasi Sebelum Diberikan Air Putih Hangat Pada

Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan ........................................................................ 41

Tabel 5.3 Konstipasi Sesudah Pemberian Air Puti Hangat Pada

Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan ........................................................................ 42

Tabel 5.4 Perbedaan Perubahan Konstipasi Sebelum dan Sesudah

Pemberian Air Putih Hangat Pada Pasien Stroke Di

Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ................ 43

Tabel 5.5 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada

Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan ............................................................................................ 44

Page 17: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Air Putih

Hangat Terhadap Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan ............................................................. 23

Bagan 4.2 Kerangka Konsep Pemberian Air Putih Hangat

Terhadap Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan ............................................................. 29

Page 18: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala tinja brsitol stool chart ........................................................ 12

Page 19: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke didefenisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang

terjadi mendadak dan di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke

terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah

diotak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat

pasokan oksigen dan zat makan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan

oksigen ke otak akan memunculkan gejala stroke (Pinzon, 2010).

Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan

kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut

American Heart Association (AHA), angka kematian penderita stroke di Amerika

setiap tahunnya adalah 50-100 dari 100.000 orang penderita.

Stroke adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting diseluruh dunia.

Setiap tahun sekitar 5,5 juta orang meninggal karena stroke, dan 44 juta orang

telah kehilangan usia penyesuaian yang disabilitas. Di Amerika, stroke telah

menyebabkan kematian sebanyak 130.000 orang dan menjadi penyebab kematian

tertinggi nomor lima. Rata-rata setiap 4 menit ada satu orang yang meninggal

akibat stroke.

Menurut WHO, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada

umur 60 tahun dan urutan kelima penyebab kematian pada umur 15-59 tahun.

Diseluruh dunia, sebanyak 3 juta perempuan dan 2,5 juta laki-laki meninggal

akibat terserang stroke disetiap tahunnya.

Page 20: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

2

Stroke menjadi penyakit nomor satu yang mematikan di Indonesia. Data

Riskesdas (2013) menyebutkan prevalensi stroke di Indonesia adalah sebesar 8,3

per 1.000 penduduk dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 12,1

per 1000 penduduk.

Kejadian stroke iskemik lebih sering ditemukan dibanding stroke hemoragik.

Dari data yang didapatkan dari Rumah Sakit Adam Malik Medan pada tahun

2013, yaitu pasien stroke 262 orang, stroke iskemik 353 orang, dan semakin

bertambah setiap tahunnya.

Masalah yang ditimbulkan oleh stroke bagi kehidupan manusia sangat

kompleks. Adanya gangguan-gangguan fungsi vital otak seperti gangguan

koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan kontrol postur, gangguan sensasi,

dan gangguan refleks gerak akan menurunkan kemampuan aktivitas fungsional

individu sehari-hari seperti pasien akan mengalami immobilisasi yaitu

ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau

impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) bersifat fisik dan mental (Irfan,

2010 dalam penelitian Mardati, Setyawan, & Kusuma, 2014).

Penelitian cooney & reuler (1991 dalam Guy et al, 2013), pasien stroke

dengan gangguan mobilisasi hanya berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah

posisi karena keterbatasan tersebut. Bahaya fisiologis akan mempengaruhi fungsi

metabolisme normal, menurunkan laju metabolisme dan menyebabkan penelitian

gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan penurunan peristaltik dengan

konstipasi dan impaksi fekal. Tirah baring yang terus-menerus atau selama lima

Page 21: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

3

hari atau lebih dapat menyebabkan konstipasi. Konstipasi didefenisikan sebagai

defekasi yang sulit atau jarang.

Menurut Kasaraneni (2014) Konstipasi didefenisikan memiliki kurang dari 3

kali buang air besar per minggu, sulit buang air besar, atau rasa evakuasi tidak

lengkap.

Konstipasi merupakan defekasi yang tidak teratur serta terjadi pengerasan

pada feses menyebabkan pasase sulit, menimbulkan nyeri, frekuensi defekasi

berkurang, volume, dan retensi feses dalam rektum. Proses defekasi dipercepat

dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen dan kontraksi pada otot-otot

abdomen. Proses defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot

sfingter eksterna dan levator ani sehingga secara bertahap dinding rektum akan

rileks dan keinginan defekasi hilang (Smeltzer & Bare, 2008).

Hasil penelitian Ginting, Waluyo, & Sukmarini (2015) tentang mengatasi

konstipasi pasien stroke dengan masase abdomen dan minum air putih hangat

bahwa ada perbedaan yang bermakna antara perlakuan masase abdomen dan

minum air putih hangat terhadap waktu terjadinya defekasi. Orang yang terserang

stroke terkadang bingung dengan apa yang tengah dialaminya, sehingga harus ada

orang yang membantu, pertolangan yang datang dengan cepat akan mengurangi

dampak yang terjadi akibat stroke. Prognosis stroke dapat dilihat dari enam aspek

yaitu: death (kematian), disease (kesakitan), disability (kerusakan), discomfort

(ketidaknyamanan), dissatisfaction (ketidakpuasan) dan destitution (kemiskinan).

Keenam aspek tersebut terjadi pada fase awal stroke atau pasca stroke. Prognosis

stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi terhadap

Page 22: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

4

penderita stroke. Tolok ukur diantranya outcome fungsional, seperti kelemahan

motorik, disabilitas, quality of life (kualitas hidup), serta mortolitas.

Hasil penelitian Yasmara, Irawaty, & Kariasa (2013) tentang konsusmsi air

putih pagi hari terhadap konstipasi pada pasien imobilisasi terdapat pengaruh

signifikan minum air putih 500 ml dipagi hari terhadap kejadian konstipasi pada

pasien dengan imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskletal. Terdapat 7 `

hjpasien (29,1%) mengalami konstipasi, dan 17 pasien (70,9%) tidak

mengalamai konstipasi. Untuk mengatasi konstipasi maka dilakukan terapi

modalitas yang lebih dikenal dengan terapi komplementer seperti: kompres air

hangat, ROM (range of motion), minum air hangat, masase abdomen.

Pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke

dalam jumlah yang cukup dapat menyebabkan pencernaan bekerja dengan

kapasitas yang maksimal. Air hangat dapat bekerja dengan melembabkan feses

dalam usus dan mendorongnya keluar sehingga memudahkan untuk defekasi.

Memberikan pasien minum air putih hangat yang cukup merupakan intervensi

keperawatan yang mandiri. Memberikan pasien minum air putih hangat sebanyak

500 ml secara rutin untuk mengatasi konstipasi. Hasil penelitian dapat digunakan

sebagai sumber informasi bahwa terapi air dengan volume 500 ml mampu

mencegah terjadinya konstipasi pada pasien stroke.

Berdasarkan survei awal terdapat 76 pasien stroke Non Hemoragic di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan. Diruangan rawat inap terdapat 8 pasien yang

mengalami konstipasi selama 3 hari sampai <3 hari pada pasien stroke. Dari hasil

Page 23: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

5

survei tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemberian air putih

hangat dengan konstipasi pada pasien stroke.

1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian adalah

“pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke di

ruangan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2018”.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Air Putih

Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2018.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi konstipasi sebelum dilakukan pemberian air putih

hangat pada pasien stroke di ruangan internis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan 2018.

2. Mengidentifikasi konstipasi sesudah dilakukan pemberian air putih

hangat pada pasien stroke.

3. Menganalisa pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi

pada pasien stroke di ruangan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan 2018

Page 24: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

6

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat teoritis

Diharapkan menjadi salah satu sumber acuan dan bacaan materi tentang

pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke.

1.3.2 Manfaat praktis

1. Bagi pasien

Dapat memberikan wawasan yang luas untuk pasien tentang pentingnya

pemberian air putih hangat untuk mengeluarkan feses pada pasien stroke.

2. Bagi rumah sakit

Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan menciptakan pola baru

dengan cara pemberian air putih hangat

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan,

informasi dan data tambahan untuk peneliti selanjutnya yaitu dengan pemberian

air putih hangat dengan kompres hangat.

Page 25: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberian Air Putih Hangat

2.1.1 Definisi air putih

Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi air adalah terapi alami yang

didasari penggunaan air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal

sebagai pengobatan berbagai penyakit.

Mengonsumsi air adalah cara terbaik untuk membersihkan tubuh dari

racun-racun. Sebagaimana kita tahu, tubuh kita terbuat dari 70% air. Air tubuh

tersebut dalam bentuk darah dan cairan lain yang harus selalu dibersihkan. Jika

darah lebih kental, maka jantung akan bekerja lebih keras memompa darah dan

mendistribusikan nutrsisi ke bagian tubuh lain. Darah sebagai alat utama untuk

penyembuhan penyakit ringan dan pemulihan kesehatan. Oleh karena itu, terapi

air hangat diperlukan untuk menjaga darah agar dapat berfungsi dengan baik.

2.1.2 Manfaat air putih hangat

Beberapa manfaat menurut Patel (2015) antara lain:

1. Meningkatkan sirkulasi darah dan sistem nervous untuk aktivitas otot dan

saraf yang tepat.

2. Air hangat sangat bermanfaat untuk pencernaan

3. Gerakan usus, dehidrasi dapat menyebabkan masalah kronis sembelit.

Seperti tinja yang terakumulasi didalam usus, pergerakan usus menjadi

lebih lambat.

Page 26: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

8

4. Kram menstruasi. Air panas membantu mengurangi kram menstruasi.

Panasnya memiliki ketenangan dan efek menenangkan pada otot perut

yang bisa membantu menyembuhkan kram dan kejang.

2.1.3 Indikasi pemberian air putih

Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi minum air putih dianjurkan

pada klien dengan masalah batuk, bronkitis. TBC paru, batu ginjal, kelebihan

kadar asam tubuh, disentri, gastroenteritis, konstipasi, diabetes melitus, penyakit

mata, menstruasi tidak teratur, kanker payudara, laringitis, sakit kepala, leukemia,

artritis, dan hipertensi.

2.1.4 Kontraindikasi pemberian air putih

Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) kontraindikasi pada pemberian air

putih antara lain:

1. klien dengan gagal jantung

2. klien dengan sirosis hepatitis

3. penyakit-penyakit dengan retensi cairan

2.1.5. Teknik Terapi minum air putih

Persiapan

Persiapan alat dan klien:

1. Air putih hangat dan tempat air

2. Klien mengerti tujuan dan manfaat dari terapi minum air putih

Prosedur

3. Setelah bangun pagi sebelum menggosok gigi, minum 4-5 gelas air putih.

Page 27: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

9

4. Gosok dan bersihkan mulut tetapi jangan makan atau minum selama 45

menit

5. Setelah 45 menit,boleh makan dan minum seperti biasa

6. Setelah 15 menit sarapan, makan siang, dan makan malam, jangan makan

atau minum selama dua jam

7. Untuk klien lansia atau pun sakit, pada saat mulai bisa digantikan dengan

meminum sedikit air terlebih dahulu dan kemudian ditingkatkan secara

berkala.

2.1.6. Penatalaksanaan pemberian air putih

Mengkonsumsi air putih yang hangat dalam jumlah yang cukup dapat

menyebabkan pencernaan bekerja dengan kapasitas yang maksimal. Air hangat

dapat bekerja dengan melembabkan feses dalam usus dan mendorongnya keluar

sehingga memudahkan untuk defekasi. Memberikan pasien minum air putih

hangat yang cukup merupakan intervensi keperawatan yang mandiri. Memberikan

pasien minum air putih hangat sebanyak 500 ml secara rutin untuk mengatasi

konstipasi (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2 Konstipasi

2.2.1 Definisi konstipasi

Konstipasi merupakan defekasi yang tidak teratur serta terjadi pengerasan

pada feses menyebabkan pasase sulit, menimbulkan nyeri, frekuensi defekasi

berkurang, volume, dan retensi feses dalam rektum. Proses defekasi dipercepat

dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen dan kontraksi pada otot-otot

abdomen. Proses defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot

Page 28: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

10

sfingter eksterna dan levator ani sehingga secara bertahap dinding rektum akan

rileks dan keinginan defekasi hilang. Konstipasi merupakan defekasi tidak teratur

yang abnormal, dan juga pengerasan feses tak normal yang membuat pasasenya

sulit dan kadang menimbulkan nyeri. Jenis konstipasi disebut sebagai konstipasi

kolonik (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.2 Defekasi dan feses

Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot-ototnya dan

merilekskan sfingter anal internal, yang biasanya tertutup. Sfingter internal

terkontrol oleh sistem saraf otonom: sfingter eksternal dibawah kontrol sadar dari

korteks serebral. Selama defekasi, sfingter anal eksternal secara volunter rileks,

untuk memungkinkan isi kolon keluar. Secara normal, sfingter anal eksternal

dipertahankan pada status kontraksi tonus. Oleh karena itu defekasi terlihat

menjadi refleks spinal yang secara volunter dihambat dengan mempertahankan

sfingter anal eksternal tertutup. Kontraksi otot abdomen (peregangan)

memudahkan pengosongan kolon.

Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali sehari, tetapi

frekuensi bervariasi diantara individu.

1. Perubahan kebiasaan usus dapat memperberat penyakit kolonik.

Peningkatan pada frekuensi defekasi disebut konstipasi.

2. Populasi lansia cenderung mengalami perubahan frekuensi defekasi.

Feses terdiri dari bahan makanan yang tidak tercerna, materi anorganik, air,

dan bakteri. Bahan fekal kira-kira 75% materi cair dan 2% materi padat.

Komposisi ini relatif tidak dipengaruhi oleh perubahan diet, karena bagian

Page 29: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

11

terbesar dari massa fekal adalah berasal dari non diet, diturunkan dari sekresi

saluran gastrointestinal. Warna coklat dari feses dihubungkan dengan pemecahan

empedu oleh bakteri usus.

Kimiawi dibentuk oleh bakteri khusus (khususnya indol dan skatol) berperan

besar dalam menimbulkan bau feses. Gas-gas yang dibentuk antara lain terdiri

dari metan, sulfida hidrogen, dan amonia. Saluran gastrointestinal secara normal

mengandung kira-kira 150 ml gas-gas ini. Gas-gas ini diabsorbsi didalam sirkulasi

portal dan didetoksifikasi oleh hepar atau dikeluarkan dari rektum atau flatus

(Smeltzer & Bare, 2002).

Page 30: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

12

Gambar 2.1. Skala tinja bristol yang dimodifikasi

Ketarangan karakteristik Bristol Stool Chart:

1. Tipe 1 : Berbentuk seperti gumpalan yang keras dan terpisah, menyerupai

bentuk kacang-kacangan (sulit untuk dikeluarkan).

2. Tipe 2 : Berbentuk sosis tetapi bergumpal-gumpal

3. Tipe 3 : Berbentuk seperti sosis tetapi terdapat retakan pada permukaannya

Page 31: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

13

4. Tipe 4 : Berbentuk seperti sosis atau pisang yang sudah dikupas kulitnya,

halus dan lembut

5. Tipe 5 : Gumpalan lembut dengan potongan yang jelas (mudah untuk

dikeluarkan)

6. Tipe 6 : Potongan lunak dengan batas yang tidak jelas, seperti bubur

7. Tipe 7 : Berair, tidak ada potongan padat

2.2.3 Karekteristik feses

Diare didefenisikan sebagai peningkatan cairan yang abnormal pada feses

dan pada berat (volume feses harian). Diare secara umum terjadi bila isi bergerak

terlalu cepat melalui usus dan kolon dimana terdapat ketidakadekuatan waktu

untuk absorbsi sekresi gastrointestinal. Isi cairan feses pada diare menjadi

meningkat. Diare kadang-kadang dihubungkan dengan nyeri abdomen atau kram

dan mual muntah.

1. Konstipasi adalah retensi atau pelambatan pengeluaran isi fekal ari rektum.

Absorbsi air berlebihan dari bahan fekal, menghasilkan feses yang keras

kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Individu yang mengejan

lebih dari 25% dari waktu BAB-nya atau BAB dua kali atau lebih sedikit

setiap minggu, dikatakan mengalami konstipasi. Konstipasi dapat

dihubungkan dengan ketidaknyamanan dan perdarahan rektal.

Karakteristik feses dapat bervariasi: feses dapat berwarna coklat, berisi

darah merah terang, hitam dan seperti ter, atau kuning pucat dan

berminyak toilet (Smeltzer & Bare, 2002).

Page 32: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

14

2.2.4 Warna feses

Warna feses dapat bervariasi dari coklat terang sampai coklat gelap.

Berbagai makanan dan obat-obatan mempengaruhi warna pasien feses seperti:

protein daging menghasilkan warna coklat gelap;bayam, hijau; wortel dan bit,

merah;kokoa, merah gelap atau coklat; senna, kekuningan;bismut, besi, likorice,

dan karbon, hitam; dan barium, penampilan seperti susu.

1. Bila darah keluar dalam jumlah cukup kedalam saluran gastrointestinal

atas, darah menghasilkan warna hitam seperti ter (melena)

2. Darah yang masuk bagian bawah saluran gastrointestinal atau melewati

saluran gastrointestinal dengan cepat tampak merah terang atau gelap.

3. Perdarahan rektal bawah atau anal dicurigai bila ada lapisan darah pada

permukaan feses atau bila darah terlihat pada tissue toilet (Smeltzer &

Bare, 2002).

2.2.5 Patofisiologi

Patofisiologi konstipasi belum dipahami. Konstipasi diyakini berhubungan

dengan pengaruh dari sepertiga fungsi utama kolon yaitu: transpor mukosa

(sekresi mukosa memudahkan gerakan isi kolon), aktivitas mioelektrik

(pencampuran massa rektal), atau proses defekasi. Dorongan defekasi secara

normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap: rangsangan refleks

penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi sfingter eksternal dan

otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen. Gangguan

salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan konstipasi (Smeltzer & Bare,

2002).

Page 33: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

15

Membran mukosa rektal dan muskulatur menjadi tidak peka terhadap

adanya massa fekal apabila dorongan untuk defekasi diabaikan. Hal ini

mengakibatkan perlunya rangsangan yang lebih kuat untuk menghasilkan

dorongan peristaltik tertentu agar terjadi defekasi. Efek awal retensi fekal adalah

untuk menimbulkan kepekaan kolon, dimana pada tahap ini sering mengalami

spasme, khususnya pada saat makan. Kondisi ini dapat menimbulkan nyeri kolik

midabdominal atau abdomen bawah. Setelah proses ini berlangsung sampai

beberapa tahun, kolon kehilangan tonus dan menjadi sangat responsif terhadap

ragsang normal sehingga terjadi konstipasi. Atoni usus terjadi pada proses

penuaan yang dadapt diakibatkan oleh penggunaan laksatif yang berlebihan

(Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.6 Etiologi

Menurut Lewis (2000) konstipasi frekuensi mungkin disebabkan oleh serat

makanan yang tidak mencukupi, asupan cairan yang tidak memadai, penggunaan

obat, dan kurang olahraga. Jika tindakan pencegahan yang tepat diambil,

konstipasi tidak boleh kambuh lagi. Konstipasi mungkin juga disebabkan oleh

kepercayaan sosiokultural, kendala lingkungan, mengabaikan dorongan untuk

buang air besar, penyalahgunaan pencahar kronis, dan penyebab anorganik.

Perubahan diet, pada waktu makan, atau dalam rutinitas sehari-hari adalah

beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sembelit. Depresi dan stres

juga bisa berakibat sembelit. Bagi banyak pasien sembelit, bagaimanapun juga,

tidak mungkin untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya.

Beberapa pasien percaya bahwa mereka terkontaminasi jika mereka tidak

Page 34: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

16

memiliki buang air besar setiap hari. Hal ini dapat menyebabkan penggunaan

pencahar kronis dan sindrom usus cathartic berikutnya.

Dalam kondisi ini, usus besar menjadi melebar dan atonik. Mengabaikan

keinginan untuk buang air besar untuk jangka waktu tertentu menyebabkan otot

dan mukosa di daerah rektum menjadi intensif dengan adanya tinja. Selain itu,

retensi tinja yang berkepanjangan di rektum menyebabkan pengeringan tinja

karena penyerapan air. Semakin keras dan kering kotorannya, semakin sulit buang

air besar.

Menurut Utama (2014) penyebab kontipasi antara lain:

1. Intake cairan yang kurang/dehidrasi

2. Penurunan kesadaran dan kurangnya mobilisasi (physical inactivity)

3. Konsusmsi beberapa jenis obat seperti diuretik osmotik (manitol)

2.2.7 Tanda dan gelaja

Menurut Lewis (2002) tanda dan gejala antara lain: keras, kotoran kering,

perut kembung meningkat, distensi perut, mual, sakit perut, anoreksia, penurunan

frekuensi, sakit kepala, masa teraba saat buang air besarkotoran berdarah, tekanan

rektal, pusing, tenesmus, retensi urin.

2.2.8 Komplikasi

Menurut Lewis (2002) komplikasi dari konstipasi yaitu: hemoroid adalah

komplikasi konstipasi kronis yang paling umum. Mereka berasal dari penyakit

vena yang disebabkan oleh manuver Valsava berulang (penguat) dan kompresi

vena dari tinja yang terkena dampak keras.

Manuver Valsalva, yang terjadi saat berusaha melewati bangku yang keras, dapat

Page 35: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

17

menyebabkan masalah serius pada pasien dengan gagal jantung kongestif, edema

serebral, hipertensi, dan penyakit arteri koroner. Saat berusaha, pasien mengambil

inspirasi yang dalam, nafasnya tertahan, dan glotis menutup dan menjebak udara.

Otot perut berkontraksi dan mencoba menekan usus besar.

Peningkatan tekanan intraabdomen dan tekanan trathoracic terjadi,

mengurangi vena kembali ke jantung. jantung melambat sementara (bradikardia),

curah jantung menurun. dan ada penurunan tekanan arteri transien. Saat pasien

rileks, terjadi penurunan tekanan toraks. dan tiba-tiba aliran darah masuk ke

jantung, menyebabkan distensi dan peningkatan denyut jantung. segera tekanan

arteri meningkat sesaat. Perubahan ini mungkin berakibat fatal bagi pasien yang

tidak dapat mengimbangi kelebihan arus darah yang tiba-tiba kembali ke jantung.

Dalam keadaan obstipasi, atau impaksi feses yang terjadi akibat konstipasi,

perforasi kolon bisa terjadi. perforasi, yang mengancam nyawa, menyebabkan

sakit perut, mual, muntah, demam, dan jumlah WBC yang meningkat.

2.2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan ditujukan pada penyebab dasar konstipasi. Penatalaksanaan

mencakup penghentian penggunaan laksatif, menganjurkan memasukkan serat

dalam diet dengan peningkatan asupan cairan, dan pembuatan program latihan

rutin untuk memperkuat abdomen. Umpan balik biologis adalah teknik yang dapat

digunakan untuk membantu pasien belajar meralaksasi mekanisme sfingter untuk

mengeluarkan feses. Penambahan 6-12 sendok teh penuh sekam yang tidak

diproses setiap hari kedalam diet sangat dianjurkan, khususnya untuk pengobatan

konstipasi pada lansia. Konseling harus menganjurkan diet tinggi sisa untuk

Page 36: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

18

menimbulkan gerakan yang cepat pada kolon dan feses dalam jumlah banyak dan

lembut.

Apabila penggunaan laksatif diperlukan maka kerja fisiologis

dihubungkan dengan laksatif. Enema dan supositoria rektal secara umum tidak

dianjurkan untuk konstipasi dan harus diberikan untuk pengobatan pada impaksi

atau persiapan usus, untuk pembedahan atau prosedur diagnostik. Apabila

penggunaan laksatif jangka panjang benar-benar diperlukan, preparat pembentuk

bulk diberikan dalam kombinasi dengan laksatif osmotik (Smeltzer & Bare,

2002).

2.3. Stroke

2.3.1 Definisi stroke

Stroke didefenisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang

terjadi mendadak dan di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke

terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah

diotak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat

pasokan oksigen dan zat makan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan

oksigen ke otak akan memunculkan gejala stroke (Pinzon, 2010).

2.3.2 Etiologi

Persoalan pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada regio otak

tertentu. Gangguan bisa diakibatkan oleh karena sumbatan atau oleh karena

perdarahan. Apapun penyebabnya apakah trombosis, emboli atau perdarahan akan

menimbulkan permasalahan yang sama yaitu iskemia serebral. Mekanisme

Page 37: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

19

masing-masing etiologi berbeda tetapi akibatnya sama yaitu iskemia atau hipoksia

akhirnya nekrosisi otak yang infark (Rosjidi, 2014).

2.3.3 Klasifikasi

Menurut (Batticaca, 2011) klasifikasi stroke antara lain:

1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada

usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.

a. Trombosis pada pembuluh darah otak

b. Emboli pada pembuluh darah otak

2. Stoke hemorogik (perdarahan). Serangan ini sering terjadi pada usia 20-60

tahun dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis

(mental).

a. Perdarahan intraserebral

b. Perdarahan subarakhnoid

2.3.4. Manifestasi Klinik

Menurut Kowalak (2014) gambaran klinis stroke cukup bergantung pada

arteri yang terkena serta daerah otak yang dipengaruhi, intensitas kerusakan, dan

luas sirkulasi kolateral yang terbentuk. Stroke pada satu hemisfer otak akan

menimbulkan tanda dan gejala pada sisi tubuh yang berlawanan. Stroke yang

menyerang nervus kranialis akan mempengaruhi struktur pada sisi yang sama

dengan sisi infark.

Keluhan dan gejala umum stroke meliputi:

1. Kelemahan ekstremitas yang unilateral

2. Kelulitan berbicara

Page 38: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

20

3. Patirasi pada salah satu sisi tubuh

4. Sakit kepala

5. Gangguan penglihatan (diplopia, hemianopsia, ptosis)

6. Rasa pening atau dizziness

7. Kecemasan (ansietas)

2.3.5. Komplikasi

Komplikasi stroke menurut Kowalak (2014) antara lain:

1. Tekanan darah yang tidak stabil (akibat kehilangan kontrol vasomotor)

2. Edema serebral

3. Ketidakseimbangan cairan

4. Kerusakan sensorik

5. Infeksi, seperti pneumonia

6. Perubahan tingkat kesadaran

7. Aspirasi

8. Kontraktur

9. Emboli paru

10. Kematian

Page 39: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

21

2.3.6. Penanganan

Menurut (Kowalak, 2014) penatalaksanaan stroke berupa terapi suportif untuk

mengurangi dan mencegah kerusakan serebral lebih lanjut. Tindakan penanganan

meliputi:

1. Penatalaksanaan tekanan intrakranial melalui pemantauan, hiperventilasi

(untuk menurunkan tekanan parsial karbon dioksida arterial PaCO2),

pemberian diuretikosmotik (manitol untuk mengurangi edema serebri.

2. Pemberian preparat pelunak feses agar pasien tidak mengejan pada saat

defekasi yang akan meningkatkan tekanan intrakranial

3. Pemberian antikonvulsan untuk mengatasi atau cegah serangan kejang

4. Pembedahan pada inferk serebelum yang luas untuk mengangkat jaringan

infark dan mengurangi tekanan (dekompresi) pada jaringan otak yang

masih hidup

5. Perbaikan aneurisma untuk mencegah perdarahan selanjutnya

6. Angioplasti transluminal perkutaneus atau pemasangan stent untuk

membuka pembuluh darah yang tersumbat.

2.3.7. Penatalaksanaan

Frekuensi defekasi pada kelompok yang hanya mendapatkan intervensi

standar ini jauh lebih sedikit bahkan ada yang sama sekali belum terjadi proses

defekasi selama observasi mendapatkan minum air putih hangat. Hal ini

disebabkan oleh banyak faktor, seperti imobilisasi, yaitu tirah baring yang lama

dapat memengaruhi penurunan tonus otot abdomen, motilitas, serta tonus usus

sehingga menyebabkan waktu terjadi defekasi menjadi lambat. Hal ini disebabkan

Page 40: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

22

oleh kurangnya latihan pergerakan yang dilakukan, baik secara aktif oleh pasien

maupun secara pasif oleh keluarga dan tenaga kesehatan. Menurut Smeltzer &

Bare (2008), tirah baring yang lama merupakan penyebab terjadinya konstipasi

pada pasien stroke. Tidak dapat diabaikan secara psikologis seseorang yang lama

dirawat dengan diagnosis stroke dapat mengakibatkan seseorang menjadi depresi,

emosi yang tidak stabil, rasa cemas, takut, dan merasa rendah diri. Seseorang yang

dalam keadaan cemas, depresi, stres dan gangguan mental lainnya memengaruhi

kerja hormon pencernaan (sekretin, gastrin, kolestositokimin) yang

mengakibatkan penurunan nafsu makan, menurunkan motilitas usus dan

mekanisme tubuh meningkatkan rangsangan saraf simpatis yang menghambat

pengosongan lambung, sehingga menyebabkan seseorang dalam keadaan ini

mengalami konstipasi (dalam jurnal Ginting, 2015 menurut Guyton dan Hall,

2006).

Page 41: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

23

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Air Putih

Hangat Terhadap Pada Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Variabel independen Variabel dependen

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Mempengaruhi antar variabel

: Berhubungan

Berdasarkan bagan diatas: menjelaskan bahwa pada pasien yang

mengalami konstipasi dilakukan intervensi yaitu terapi pemberian air putih hangat

merupakan variabel independen pada penelitian ini.

Teknik pemberian air putih adalah terapi alami yang didasari penggunaan

air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal sebagai pengobatan

berbagai penyakit.

Pre test Mengontrol

konstipasi Karakteristik

konstipasi:

1. Frekuens

i defekasi

2. Konsiste

nsi

Teknik terapi air

putih adalah terapi

alami yang didasari

penggunaan air

secara internal

(dengan meminum

air) dan eksternal

sebagai pengobatan

berbagai penyakit

Intervensi

terapi

pemberian air

putih hangat Post-test

mengontrol

konstipasi

Page 42: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

24

Variabel independen mempengaruhi variabel dependen yaitu pemberian

air putih hangat mempengaruhi konstipasi pada pasien stroke. Setelah intervensi

dilakukan observasi post intervensi tentang konstipasi.

3.2 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Hipotesa disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena

hipotesa akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan data, analisa,

dan interpretasi data (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini hipotesis yang

didapatkan adalah:

Ha: ada pengaruh Pemberian Air Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke

Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.

Page 43: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

25

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,

memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi

akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal:

pertama, rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifakasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data:

dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk mengidentifikasikan struktur

penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2013).

Desain penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasy experiment design)

desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan

pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut

eksperimen semu karena ekperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang

seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan. Oleh

sebab itu, validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai

eksperimen yang sebenarnya (Notoatmodjo, 2012).

Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series

Design), rancangan ini seperti rancangan pretest-posttest, kecuali mempunyai

keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang-ulang),

sebelum dan sesudah perlakuan. Dalam rancangan ini, pada sampel penelitian,

sebelum dilaksanakannya perlakuan dilakukan observasi beberapa kali dan

Page 44: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

26

sesudah perlakuan juga dilakukan sekali observasi. Bentuk rancangan ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Desain Penelitian Time Series Design

Time series adalah penelitian eksperimen dengan pengukuran efek

perlakuan yang dilakukan berulang berdasarkan perjalanan waktu.

Berikut skema desain penelitian time series:

Pretset Perlakuan Posttest

01 02 03 X1 X2 X3 05 06 07

Dengan menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan

validitasnya lebih tinggi. Karena pada rancangan pretes posttest, kemungkinan

hasil dipengaruhi oleh faktor lain diluar perlakuan sangat besar. Sedangkan pada

rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali (baik sebelum

maupun sesudah perlakuan), maka pengaruh faktor luar tersebut dapat dikurangi

(Notoatmodjo, 2012).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 76 orang pada

pasien stroke iskemik. Sedangkan yang mengalami konstipasi pada pasien stroke

terdapat 8 pasien selama 3 hari sampai <3 hari di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan.

Page 45: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

27

4.2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan yang

dikehendaki oleh peneliti (Nursalam, 2013).

Ukuran sampel dalam sebuah penelitian yang layak adalah 30-500 orang dan

untuk penelitian eksperiment sederhana jumlah sampel masing-masing kelompok

eksperimen dan kontrol 10-20 orang (Sugiono, 2012). Maka jumlah sampel yang

akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 orang. Cara pengambilan

sampel pada rencana penelitian ini adalah dengan kriteria inklusi yang telah pada

pemberian air putih hangat diberikan yaitu sebannyak 15 orang. Adapun kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pasien Stroke iskemik yang sudah tujuh hari serangan stroke.

2. Tidak memiliki tanda-tanda tekanan intra kranial dengan tanda muntah

proyektil, nyeri kepala, melambatnya nadi, penurunan tingkat kesadaran.

3. Pasien tidak mengalami gangguan menelan

4. Tidak ada riwayat gagal jantung

5. Pasien tidak mengalami pembatasan cairan

6. Pasien sadar penuh dan dapat berkomunikasi

7. Pasien yang mengalami konstipasi, > 3 hari dalam seminggu tidak

defekasi

Page 46: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

28

4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang dapat mempengaruhi

atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang

dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen.

Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui

hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2013). Adapun

variabel independen pada skripsi adalah pemberian air putih hangat.

4.3.2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya oleh

variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

variabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah

laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain,

variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Dalam

skripsi ni variabel dependennya adalah konstipasi pada pasien stroke.

Page 47: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

29

4.3.3. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional (Nursalam,

2013).

Tabel 4.2 Defenisi Operasional Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat

Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Variabel Defenisi Indikator Alat ukur Skala Skore

Independen Terapi air -Responden SOP - -

Pemberian adalah terapi melakukan

Air Putih alami yang terapi minum

Hangat didasari peng- sebanyak 500

gunaan air ml

secara internal -Responden

dan eksternal melakukan

sebagai peng- pada saat pagi

obatan berba- hari, sebelum

gai penyakit makan pagi,

Dependen Konstipasi Karakteristik Nomi- Obser- 0 : nor-

Konstipasi merupakan Bristol nal vasi mal

defekasi yg Stool 1: tipe

tidak teratur Chart ringan

serta terjadi 2: tipe

pengerasan pd sedang

feses menyebab 3: tipe

kan pasase kronis

sulit, menim-

bulkan nyeri,

frekuensi de-

fekasi berku-

rang, volume

dan retensi

feses dalam

rektum

Page 48: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

30

4.4 Instrumen Penelitian

Didalam pengumpulan data, selalu diperlukan suatu alat yang disebut

“instrumen pengumpulan data”. Jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan

pada ilmu keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian yang meliputi

pengukuran biofisiologis, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala (Nursalam,

2013). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan

SOP terapi pemberian air putih hangat (Setyoadi, 2011).

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1. Lokasi

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang berada

di jalan Haji Misbah No. 7 Medan Sumatera Utara. Peneliti memilih tempat ini

dikarenakan rumah sakit merupakan lahan praktek klinik bagi peneliti.

4.5.2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh izin penelitian dari pihak

berwenang oleh kaprodi Ners dan dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang

sudah ditentukan untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 Maret - 09 April 2018.

4.6. Prosedur Pengambilan Data dan Pengumpulan Data

4.6.1. Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode data primer yaitu data yang diperoleh dari responden. Dilakukan pra test

konstipasi pada responden stroke setelah itu dilakukan intervensi terapi pemberian

air hangat kemudian observasi kembali.

Page 49: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

31

4.6.2. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode observasi.

Metode pengamatan (observasi) adalah suatu prosedur yang berencana, yang

antara meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraf aktivitas tertentu

atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Alat yang digunakan adalah gelas takaran, kaca air panas.

Langkah-langkah yang digunakan peneliti adalah:

1. Peneliti memberikan informed consent kepada responden, sebagai tanda

persetujuan responden mengikuti penelitian ini

2. Responden mengisi data demografi

3. Pelaksanaan pra test konstipasi pada penderita stroke

4. Pelaksanaan tindakan intervensi pemberian terapi air putih hangat

sebanyak 500 ml setelah bangun pagi dan sebelum makan

5. Pelaksanaan tindakan intervensi konstipasi pada penderita stroke selama

tiga hari

6. Menggunakan bristol stool chart sebagai mengobservasi feses.

7. Melihat kembali kelengkapan data demografi responden, jika belum

lengkap menganjurkan responden untuk melengkapi data demografi

4.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa

hal yang secara prinsip sangat penting, yaitu validitas, reliabilitas, dan ketetapan

fakta/kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan

Page 50: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

32

data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada

pengamatan/pengukuran oleh pengumpul data.

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Reliabilitas adalah kesamaan

hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur

atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2014).

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas karena

sudah menggunakan istrumen seperti SOP dan lembar observasi yang sudah baku

(Setyoadi, 2011).

Page 51: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

33

4.7. Kerangka Operasional

Bagan 4.1 Kerangka Operasional Pengaruh Pemberian Air Putih

Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke Di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Pengajuan Judul Proposal

Penganbilan data awal

Prosedur ijin penelitian di Ruangan Internis Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan

Informasi dan informed consent

Pengumpulan data dengan pemberian kuesioner

Pengolahan data

Analisa data

Page 52: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

34

4.8 Analisa Data

Setelah data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Data

kualitatif diolah dengan teknik analisis kualitatif, sedangkan data kuantitatif

dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Untuk pengolahan data

kuantitatif dapat dilakukan dengan tangan atau melalui proses komputerisasi.

Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan

statistik, bila diperlukan uji statistik. Dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberiaan kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian

kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk

memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Entri data

Data entri adalah kegiatan memian memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

Page 53: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

35

4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistik

deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial.

Statistika deskriptif (menggambarkan) adalah statistika yang membahas cara-cara

meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar

mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna. Statistika inferensial (menarik

kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter

(populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses

generalisasi dan inferensial (Hidayat, 2011).

Data dianalisa menggunakan alat bantu program statistik komputer yaitu

dengan analisis univariat (analisis deskriptif) dan analisis bivariat. Analisis

univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Analisis univariat pada penelitian ini adalah distribusi frekuensi responden

berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hasil pra intervensi dan

hasil post intervensi. Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut diatas,

hasilnya akan diketahui karekteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat

dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji

T-test Dependen, dengan syarat data berdistribusi normal. Apabila data tidak

berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan mnggunakan uji Wilcoxon.

Page 54: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

36

4.9 Etika Penelitian

Unsur penelitian yang tak kalah penting adalah etika penelitian (Nursalam,

2014). Pada tahap awal penelitian mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian pada ketua STIKes Santa Elisabeth Medan. Setelah mendapat etichal

clearance dari komite etik STIKes Elisabeth Medan peneliti memohon izin

kepada ketua STIKes Santa Elisabeth Medan untuk melakuka peelitian tentang

Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke

du Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Setelah mendapatkan

izin penelitian maka peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria inklusi

pada lansia dan memberikan informed consent pada responden.

Etika penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian yaitu pertama

peneliti memperkenalkan diri kemudian memberikan penjelasan kepada calon

responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila

calon responden bersedia maka responden dipersilahkan untuk menandatangani.

Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden,

baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan mengenai data responden dijaga

dengan tidak menuliskan responden dan instrumen tetapi hanya menuliskan inisial

yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan.

Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin pelaksanaan

(Nursalam, 2013).

Masalah etika yang juga harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

Page 55: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

37

a. Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembaran

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus ditanda tangani

lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka penelliti harus

menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi keluarga dalam

mengontrol pasien, tujuan dilakukan penelitian, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksana, potensial maslah yang akan

terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi.

b. Anonymity (Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Peneliti telah memperkenalkan diri kepada responden, kemudian

memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian.

Page 56: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

38

Responden bersedia maka akan dipersilahkan untuk menandatangani informed

consent.

Page 57: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

39

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Rumah sakit Santa Elisabeth Medan merupakan suatu rumah sakit swasta

tipe B yang terletak di jalan Haji Misbah No. 7 Medan . Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan ini dibangun pada tanggal 11 Februari 1929 dan diresmikan pada

tanggal 17 November 1930. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan

karya pelayanan kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan yang memiliki

motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku (Matius 25:36)”. Dengan visi

menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mampu berperan aktif dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih

dan persaudaraan dan misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber

daya manusia yang profesional, sarana prasarana yang memadai dengan tetap

mempertahatikan masyarakat lemah. Tujuan dari Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan yaitu meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan semangat cinta

kasih sesuai kebijakan pemerintah dalam menuju masyarakat sehat.

Adapun ruangan yang menjadi tempat penelitian adalah ruangan internis

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang terdiri dari ruangan St. Melania, St.

PIA, St. Ignatius, Laura, Pauline.

Page 58: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

40

5.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Konstipasi pada Pasien

Stroke di Rungan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan

Karakteristik responden (f) %

Usia

48-60

61-70

8

7

53,3

46,7

Total 15 100

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

8

7

53,3

46,7

Total 15 100

Agama

Protestan

Katolik

Islam

3

8

4

20,0

53,3

26,7

Total 15 100

Pekerjaan

Wiraswasta

Supir

Pensiunan

Petani

PNS

6

1

4

3

1

40,0

6,7

26,7

20,0

6,7

Total 15 100

Pendidikan terakhir

SD

SMP

SMA

D3

4

4

5

2

26,7

26,7

33,3

13,3

Total 15 100

Status

Menikah

Janda/duda

13

2

86,7

13,3

Total 15 100

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data bahwa mayoritas responden berada

pada rentang usia 40-60 tahun yaitu 8 orang (53,3%). Berdasarkan jenis kelamin

mayoritas responden adalah laki-laki yaitu 8 orang (53,3%). Berdasarkan agama

mayoritas responden adalah agama katolik 8 orang (53,3%). Berdasarkan

Page 59: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

41

pekerjaan mayoritas responden adalah wiraswasta yaitu 6 orang (40,0%).

Berdasarkan pendidikan mayoritas responden adalah SMA yaitu 5 orang (33,3%).

Berdasarkan status menikah responden adalah menikah yaitu 13 orang (86,7%).

5.1.2 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sebelum Dilakukan Pemberian Air

Putih Hangat

Tabel 5.2 Konstipasi sebelum diberikan pemberian air putih hangat

pada pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data bahwa sebanyak 15 orang responden

yang mengalami konstipasi kronis bernilai 100% sebelum dilakukan pemberian

air putih hangat.

5.1.3 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sesudah Dilakukan Pemberian Air

Putih Hangat

Tabel 5.3 Konstipasi sesudah pemberian air putih hangat pada pasien

stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2018

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa mayoritas responden berada

pada tipe 1 / konstipasi kronis yaitu 6 orang (40,0) setelah dilakukan pemberian

air putih hangat.

No. Konstipasi Frekuensi (f) Persentase (%)

1

2

3

Konstipasi kronis

Konstipasi sedang

Konstipasi ringan

15

0

0

100

0

0

Total 15 100

NO Konstipasi Frekuensi Persentase %

1 Konstipasi kronis 6 40,0

2 Konstipasi sedang 6 40,0

3 Konstipasi ringan 3 30,0

Total 15 100

Page 60: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

42

5.1.4 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada

Pasien Stroke

Pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan lembar bristol stool

chart untuk melihat perubahan konstipasi setelah pemberian intervensi dilakukan

dengan pemberian air putih hangat. Untuk mengetahui perubahan konstipasi

sebelum dan sesudah pemberian terapi air putih hangat digunakan lembar bristol

stool chart konstipasi pada responden. Setelah semua data sudah terkumpul dari

seluruh responden, dilakukan analisis menggunakan alat bantu program statistik

komputer. Data yang telah dikumpulkan dilakukan uji normalitas yang terdiri atas

uji histogram, kolmogorov, skewness dan kurtosis. Dari hasil uji normalitas

didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Maka peneliti menggunakan uji

Wilcoxon sign ranks test. Hal ini ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4 Hasil Uji Normallitas Sebelum dan Sesudah Pemberian Air

Putih Hangat Pada Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Pengolahan data dilakukan dengan paired T-Test dengan syarat data

berdistribusi normal dengan tingkat signifikan p < 0,05 yang artinya ada pengaruh

bermakna antara variabel independen terhadap variabel dependen. Data dalam

penelitian ini tidak berdistribusi normal dimana nilai rasio swekness =

0,66(signifikan = -2 sampai 2) dan kurtosis = 0,996 (signifikan -2 sampai 2) dan

nilai rasio Shapiro-Wilk = 0,004, maka uji alternatif dalam penelitian ini

Parameter Std.

Deviasi Skewness Kurtosis Histogram

Uji Shapiro

Wilk

Pre test .000 - - Tidak

simetris

-

Post test .775 0,66 0,996 Tidak

simetris

.004

Page 61: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

43

menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dimana p= 0,000 < 0,05 yang artinya

ada pengaruh bermakna antara pemberian air putih hangat terhadap konstipasi

pada pasien stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2018.

Tabel 5.5 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi

Pada Pasien Stroke di Rungan Internis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden didapatkan mean

sebelum intervensi adalah 1,00 (yang mengalami konstipasi kronis) sedangkan

mean setelah intervensi adalah 1,80 (mengalami konstipasi sedang dan ringan).

Dengan demikian terdapat pengaruh konstipasi pada pasien stroke sebelum dan

sesudah intervensi. Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh p value

= 0,006 (<0,05), yang berarti bahwa pemberian air putih hangat berpengaruh

terhadap konstipasi pada pasien stroke di ruangan internis Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sebelum Diberikan Pemberian Air

Putih Hangat Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelum pemberian air

putih hangat mengalami konstipasi kronis sebanyak 15 orang (100%). Hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan pergerakan akibat dari kelumpuhan dari anggota

No

Konstipasi N Mean

Min

Max

P

Value Z

1. Pretest 15 1.00 1 0.006 -2.762

2. Postest 15 1.80 1-3

Page 62: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

44

gerak dan kurangnya asupan cairan pada pasien stroke yang mengalami

konstipasi.

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan

kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena motor neuron atas melintas,

gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan

kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi

motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi

pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparase atau kelemahan salah satu sisi tubuh

adalah tanda yang lain (Brunner&Suddarth, 2002).

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden dalam penelitian ini terdapat

batasan umur yang mengalami konstipasi pada pasien stroke. Responden yang

memiliki dengan batasan usia 40-60 tahun terdapat 8 orang (53,3%) dan

responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 8 orang (53,3%). Dengan

beberapa faktor yang mendukung yaitu gaya hidup seperti kurangnya makanan

yang berserat, faktor merokok. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Yasmara (2013) bahwa bertambahnya usia menyebabkan waktu

transit kolon semakin lama sehingga kandungan air akan terus direabsorbsi

sehingga feses menjadi kering, keras, susah dikeluarkan dan selanjutnya menjadi

konstipasi.

Konstipasi merupakan kondisi dimana feses mengeras sehingga susah

dikeluarkan melalui anus dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman

pada rektum. Konstipasi mungkin juga disebabkan oleh kepercayaan

sosiokultural, kendala lingkungan, mengabaikan dorongan untuk buang air besar,

Page 63: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

45

penyalahgunaan pencahar kronis, dan penyebab anorganik. Perubahan diet, pada

waktu makan, atau dalam rutinitas sehari-hari adalah beberapa faktor lingkungan

yang dapat menyebabkan sembelit. Depresi dan stres juga bisa berakibat sembelit.

Bagi banyak pasien sembelit, bagaimanapun juga, tidak mungkin untuk

mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya.

Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada

pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif

karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Stroke sering

terjadi pada kelompok usia 40-70 tahun. Pada orang yang lebih mudah dari 40

tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena,

hemangioblastoma, dan trauma. Juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu,

adanya tumor otak, dan penggunaan medikasi (Brunner & Suddarth, 2002).

Menurut pendapat Lemone dan Burke (2011) kondisi imobilisasi

menyebabkan latihan fisik sulit untuk dilakukan hal lain untuk menstimulasi

konstraksi intestinal untuk mencegah terjadinya konstipasi.

5.2.2 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sesudah Diberikan Pemberian Air

Putih Hangat

Hasil penelitian setelah pemberian air putih hangat sebanyak 3 kali

pertemuan pada pasien stroke yang mengalami konstipasi kronis yaitu 6 orang

(40.0%), yang mengalami konstipasi sedang 6 orang (40.0%), dan yang

mengalami konstipasi ringan yaitu 3 orang (20.0%).

Penelitian Ginting (2015) minum air hangat dapat memberikan sensasi yang

cepat menyebarkan gelombang panasnya kesegala penjuru tubuh manusia. Pada

saat bersamaan pembuluh darah akan berdilatasi sehingga dapat mengeluarkan

Page 64: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

46

keringan dan gas dalam tubuh. Abdomen salah satu organ yang memiliki reseptor

terhadap suhu panas dan lebih dapat mendeteksi suhu panas dibanding dengan

suhu dingin. Proses defekasi ini dapat berlangsung secara cepat disebabkan oleh

stimulasi pada otot-otot abdomen yang secara langsung dapat merangsang

peristaltik usus ditambah dengan minum air hangat sebanyak 500 ml yang akan

memberikan suasana yang encer dan cair pada usus. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa telah dapat mengatasi masalah konstipasi pada pasien stroke

setelah masase abdomen dilakukan setiap hari selama tujuh hari. Masase abdomen

efektif mengatasi konstipasi jika dilakukan secara rutin setiap hari.

Penelitian Yasmara (2013) pemberian terapi air volume minimal (500 ml)

melalui mekanisme refleks gastrokolik dalam upaya pencegahan konstipasi pada

pasien imobilisasi. Pemberian minum terapi air putih segera setelah bangun pagi

sebanyak 500 ml yang dihabiskan dalam waktu 20 menit. Dan tidak makan

ataupun minum selama 45 menit sebelum dan sesudah pemberian.

Konstipasi merupakan sumber psikososial yang dapat mempengaruhi

kehidupan sehari-hari. Gejala yang didapatkan seperti sakit kepala, kelelahan

hingga perasaan kembung, kehilangan nafsu makan, mual muntah, inkontinensia

overflow. Karakteristik bristol stool chart pada tipe 1 yaitu “memisahkan

gumpalan keras seperti kacang, tipe 2 yaitu berbentuk sosis mirip tapi kental, (tipe

1 dan 2 dikelompokkan sebagai hard stool), tipe 3 yaitu seperti sosis tetapi dengan

retakan permukaan dan tipe 4 yaitu dalam bentuk halus, lembut sosis, “tipe 3 dan

4 dikelompokkan sebagai komposisi normal” (Vandenplas, dkk, 2016).

Page 65: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

47

Mengkonsumsi air adalah cara terbaik untuk membersihkan tubuh dari racun-

racun. Sebagaimana kita tahu, tubuh kita terbuat lebih dari 70% air. Air tubuh

tersebut dalam bentuk darah dan cairan lain yang harus selalu dibersihkan. Jika

darah lebih kental, maka jantung akan bekerja lebih keras memompa darah dan

mendistribusikan nutrisi kebagian tubuh lain. Darah sebagai alat utama untuk

penyembuhan penyakit ringan dan pemulihan kesehatan. Oleh karena itu, terapi

air sangat diperlukan untuk menjaga darah agar dapat berfungsi dengan baik

(Setyoadi, 2011).

Hasil penelitian responden mengalami perubahan konstipasi dari mengalami

konstipasi kronis, konstipasi sedang dan konstipasi ringan. Perubahan terjadi

karena setelah pemberian terapi air putih hangat selama 3 hari secara rutin

sebelum makan pagi dan sesudah bangun pagi yang berperan sebagai

melembabkan feses dalam usus dan mendorongnya keluar sehingga memudahkan

untuk defekasi. Faktor lain yang mempengaruhi seperti menjaga pola makan,

meningkatkan makanan yang berserat, mengkonsumsi asupan cairan, dan

mengurangi merokok.

5.2.3 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada

Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabteh

Medan Tahun 2018

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 15 responden diperoleh bahwa

ada perbedaan pemberian terapi air putih hangat pre-test dan post-test. Sebelum

dilakukan pemberian air putih hangat terdapat 15 (100%) orang yang mengalami

konstipasi. Setelah pemberian air putih hangat terdapat 6 orang yang mengalami

konstipasi kronis/tipe 1, konstipasi sedang 6 orang (40.0%), konstipasi ringan 3

orang (20.0%). Berdasarkan hasil uji wilcoxon sign rank test, diperoleh hasil

Page 66: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

48

analisis nilai p = 0,006, dimana nilai p hitung < 0,05 yang berarti ada pengaruh

yang signifikan pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke

di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.

Penelitian Yasmara (2013) dengan judul Konsumsi Air Putih Pagi Hari

Terhadap Konstipasi Pada Pasien Imobilisasi menyatakan konstipasi pada

kelompok kontrol memiliki persentase yang sama antara kejadian konstipasi dan

tidak konstipasi yaitu sebesar 50%. Perbedaan kejadian konstipasi yang signifikan

antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang ditunjukkan dengan nlai

p = 0,002 (p<0,05). Artinya ada pengaruh yang signifikan minum air putih 500 ml

dipagi hari terhadap pencegahan konstipasi.

Ginting, dkk (2015) dalam penelitian ini tentang mengatasi konstipasi pasien

stroke dengan masase abdomen dan minum air putih hangat. Proses defekasi

terhadap ketiga kelompok dilihat dari waktu terjadinya defekasi antara kelompok

intervensi I dan II dengan nilai p = 0,015, dan dari frekuensi defeksi antara

kelompok intervensi II dan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,000.

Adapun data-data yang memungkin untuk mempengaruhi konstipasi pada

pasien stroke adalah usia lebih dari 40 tahun, dan jenis kelamin pada laki-laki.

Usia menjadi salah satu faktor yang terkena pada penyakit stroke. Meningkatnya

usia yang menyebabkan terjadinya penurunan pergerakan usus. Hal ini didukung

oleh teori yang disampaikan Yasmara (2013) konstipasi pada kelompok perlakuan

lebih banyak terjadi pada usia < 40 sebesar 71,4% sedangkan pada usia >40 tahun

sebesar 28,6%. Kejadian konstipasi lebih banyak terjadi pada laki-laki, baik pada

kelompok perlakuan (57,1%) maupun pada kelompok kontrol (66,7%).

Page 67: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

49

Konstipasi pada pasien stroke dapat meningkat terjadinya kurang pergerakan

pada anggota tubuh sehingga pengeluaran buang air besar tidak lancar dan

kurangnya asupan yang berserat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ginting

2015, dalam Mckay 2012) dengan diet karya serat sengat membantu untuk

memperlancar pencernaan sehingga dapat mencegah konstipasi, namun pada

pasien yang mengalami dehidrasi asupan cairan harus bertambah dengan minum

lebih banyak. Menurut Smeltzer & Bare tirah baring yang lama merupakan

penyebab terjadinya konstipasi pada pasien stroke.

Air putih merupakan pilihan yang cocok untuk mengisi volume lambung

karena derajat fluiditas kimus di lambung mempengaruhi pengosongan lambung.

Selain itu air putih sudah berbentuk cair merata tanpa harus dicerna lagi sebelum

disalurkan ke duodenum (Sherwood, 2011 dalam Yasmara, 2013).

Terapi air adalah sistem penyembuhan alami, menggunakan kebutuhan tubuh

terhadap air, dan respons tubuh secara fisiologis terhadap air untuk mencegah,

mengoreksi dan meningkatkan rentang sehat manusia. Dengan minum 500 ml air

putih Lower Maximum Volume (LMV) yaitu volume minimal yang dimasukkan

kedalam lambung mampu menyebabkan gerakan peristaltik pada lambung

(Lunding et al., 2011), maka rangsangan dari regangan lambung ini melalui saraf

otonom ekstrinsik menjadi pemicu utama gerakan massa di kolon melalui refleks

gastrolik.

Page 68: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

50

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Hasil penelitian Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi

Pada Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa:

1. Responden yang mengalami konstipasi sebelum diberikan pemberian air

putih hangat adalah sebanyak 15 orang (100%).

2. Responden yang mengalami konstipasi sesudah diberikan pemberian air

putih hangat adalah yang mengalami konstipasi kronis 6 orang (40.0%),

konstipasi sedang 6 orang (40.0%), konstipasi ringan 3 orang (20.0%).

3. Terdapat pengaruh pemberian air putiih hangat terhadap konstipasi pada

pasien stroke di ruangan internis rumah sakit santa elisabeth medan

dengan p value = 0,006 (p<0,05).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran dari peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi

untuk Rumah sakit santa elisabeth Medan tetap melaksanakan terapi pemberian

air putih hangat 500 ml sesudah bangun pagi sebelum makan pagi sehingga dapat

mencegah terjadinya konstipasi pada pasien stroke.

Page 69: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

51

2. Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi dan meningkatkan kesadaran

pentingnya kesehatan bahwa pemberian air putih hangat menjadi terapi modalitas

dalam mengatasi konstipasi pada pasien stroke.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai pengaruh

masase abdomen terhadap konstipasi pada pasien stroke.

Page 70: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

52

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca Fransisca. (2011). Asuhan Keperwatan Pada Klien dengan Gangguan

Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8.

Jakarta: EGC

Department of Health, Health Protection Agency. (2013). Bristol Stool Chart

Clostridium difficile Sub-Committee. (Online), (http://www.hpsc.ie/hpsc/A-

Z/Gastroenteric/Clostridiumdifficile/ Factsheets/File,3070,en.pdf) diakses 5

januari 2018

Dharma kelana kusuma. (2012). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Trans Info Media

Ginting, Waluyo, & Sukmarini. (2015). Mengatasi konstipasi pasien stroke

dengan masase abdomen dan minum air putih hangat. (Online),

(https://www.neliti.com) diakses 2 Januari 2015

Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: salemba Medika

Kasaraneni Jayaprada. (2014). Stroke and Constipation. Journal Health. (Online),

(http://www.scrip.org/journal/health, diakses 5 Januari 2018).

Kowalak, Jennifer P. (2014). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Lewis, dkk. (2000). Medical Surgical Nursing. Assesment and management of

clinical problems. (Vol. 2. Edi. 5)

Mardati, Setiawan, & Kusuma. (2014). Perbedaan Range Of Motion Terhadap

Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke. (Online),

(http://www.ejournal.stikestelogorejo.ac.id), diakses 10 Desember 2018).

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Peelitian Kesehatan. Jakarta: Tineka

Cipta

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Patel, dkk (2015). Say Yes warm for remove harm: amazing wonders of two

stages of water. (European journal of pharmaceutical and medical research,

(Online). (http://www.ejpmr.com, diakses 5 Januari 2018)

Pinzon, dkk. (2010). Awas Stroke! Pengertian, gejala,tindakan, perawatan, dan

pencegahan. Yogyakarta: Andi

Page 71: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

53

Rosjidi, dkk. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakarnial Dan

Gangguan Perdarahan Darah Otak. Yogyakarta.

Setyoadi & kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8 (vol.2).

Jakarta: EGC

Utama Hendra. (2015). Stroke komplikasi medis dan tata laksana. Fakultas

kedokteran universitas indonesia: Jakarta

Yasmara, Irawaty, & Kariasa. (2013). Konsumsi air putih pagi hari terhadap

konstipasi pada pasien imobilisasi. (Online)., (https://media.neliti.com,

diakses 5 Januari 2018)

Vandenplas, dkk. (2016). Development of the Brussels Infant and Toddler Stool

Scale (BITSS): protocol of the study.

Page 72: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

54

MODUL

PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT

IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN

032014026

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2018

Page 73: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

55

MODUL

Pemberian Air Putih Hangat

A. Defenisi

Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi air adalah terapi alami yang

didasari penggunaan air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal

sebagai pengobatan berbagai penyakit.

B. Manfaat air putih hangat

Beberapa manfaat menurut Patel (2015) antara lain:

1. Meningkatkan sirkulasi darah dan sistem nervous untuk aktivitas

otot dan saraf yang tepat.

2. Air hangat sangat bermanfaat untuk pencernaan

3. Gerakan usus, dehidrasi dapat menyebabkan masalah kronis

sembelit. Seperti tinja yang terakumulasi didalam usus, pergerakan

usus menjadi lebih lambat.

4. Kram menstruasi. Air panas membantu mengurangi kram

menstruasi. Panasnya memiliki ketenangan dan efek menenangkan

pada otot perut yang bisa membantu menyembuhkan kram dan

kejang.

C. Indikasi pemberian air putih

Terapi minum air putih dianjurkan pada klien dengan masalah batuk,

bronkitis. TBC paru, batu ginjal, kelebihan kadar asam tubuh, disentri,

gastroenteritis, konstipasi, diabetes melitus, penyakit mata, menstruasi tidak

teratur, kanker payudara, laringitis, sakit kepala, leukemia, artritis, dan hipertensi.

D. Kontraindikasi pemberian air putih

1. klien dengan gagal jantung

2. klien dengan sirosis hepatitis

3. penyakit-penyakit dengan retensi cairan

E. Teknik pemberian air putih hangat

Persiapan

Persiapan alat dan klien:

8. Air putih hangat dan tempat air

9. Klien mengerti tujuan dan manfaat dari terapi minum air putih

Prosedur

1. Setelah bangun pagi sebelum menggosok gigi, minum 4-5 gelas air putih.

2. Gosok dan bersihkan mulut tetapi jangan makan atau minum selama 45

menit

3. Setelah 45 menit,boleh makan dan minum seperti biasa

Page 74: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

56

4. Setelah 15 menit sarapan, makan siang, dan makan malam, jangan makan

atau minum selama dua jam

5. Untuk klien lansia atau pun sakit, pada saat mulai bisa digantikan dengan

meminum sedikit air terlebih dahulu dan kemudian ditingkatkan secara

berkala.

Page 75: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

57

SATUAN ACARA KEGIATAN

(SAK)

Pokok Bahasan : Pemberian air putih hangat

Waktu : Dilakukan pada pagi hari setelah bangun pagi dalam

3 × pertemuan 15-30 menit

Sasaran : Pasien stroke di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Materi/modul : Prosedur Pemberian Air Hangat

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pemberian air putih hangat diharapkan dapat mengalami

konstipasi pada pasien stroke

2. Tujuan khusus

a. Setelah dilakukan pemberian air hangat diharapkan pasien stroke di

Ruangan Internis Runah Sakit Santa Elisabeth Medan dapat

mengalami konstipasi

b. Pasien stroke mampu menerapkan cara sederhana dengan

pemberian air putih hangat agar mengalami konstipasi

B. Metode

1. Praktek

2. Ceramah

C. Media

1. Lembar observasi

2. Sphymomanometer (tensimeter)

3. Stetoskop

4. Gelas takaran/gelas ukur

5. Bolpoin/alat tulis

D. Acara kegiatan

Pertemuan I

No. Kegiatan Urutan kegiatan

penyuluhan

Waktu

1. Pembukaan 1. Memberi salam kepada

calon responden

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan dari

penelitian pemberian air

putih hangat

4. Membuat kontrak waktu

10 menit

Page 76: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

58

5. Memberikan informed

concent kepada responden

6. Responden mengisi data

demografi

2. Kegiatan pre test Melakukan pemeriksaan

tekanan darah sebelum

dilakukan pemberian air

putih hangat

10 menit

3. Pemberian

intervensi

Memberikan air putih

hangat

15-45 menit

4. Penutup 1. Menanyakan perasaan

responden setelah

dilakukan air putih hangat

2. Mengucapkan salam

5 menit

Pertemuan II

No. Kegiatan Urutan kegiatan

penyuluhan

Waktu

1. Pembukaan 1. Memberi salam kepada

calon responden

Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dari

penelitian pemberian air

putih hangat

3. Membuat kontrak waktu

10 menit

2. Kegiatan pre test Melakukan pemeriksaan

tekanan darah sebelum

dilakukan pemberian air

putih hangat

5 menit

3. Pemberian

intervensi

Memberikan air putih

hangat

15-45 menit

4. Penutup 1. Menanyakan perasaan

responden setelah

dilakukan air putih hangat

2. Mengucapkan salam

5 menit

Page 77: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

59

Pertemuan III

No. Kegiatan Urutan kegiatan

penyuluhan

Waktu

1. Pembukaan 1. Memberi salam kepada

calon responden

Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dari

penelitian pemberian air

putih hangat

3. Membuat kontrak waktu

4. Memberikan informed

concent kepada responden

5. Responden mengisi data

demografi

10 menit

2. Kegiatan pre test Melakukan pemeriksaan

tekanan darah sebelum

dilakukan pemberian air

putih hangat

5 menit

3. Pemberian

intervensi

Memberikan air putih

hangat

15-45 menit

4. Penutup 6. Menanyakan perasaan

responden setelah

dilakukan air putih hangat

7. Mengucapkan salam

5 menit

Page 78: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

60

SOP PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT

Pengertian Terapi air adalah terapi alami yang

didasari penggunaan air secara internal

(dengan meminum air) dan eksternal

sebagai pengobatan berbagai penyakit.

Manfaat 5. Meningkatkan sirkulasi darah

dan sistem nervous untuk

aktivitas otot dan saraf yang

tepat.

6. Air hangat sangat bermanfaat

untuk pencernaan

7. Gerakan usus, dehidrasi dapat

menyebabkan masalah kronis

sembelit. Seperti tinja yang

terakumulasi didalam usus,

pergerakan usus menjadi lebih

lambat.

8. Kram menstruasi. Air panas

membantu mengurangi kram

menstruasi. Panasnya memiliki

ketenangan dan efek

menenangkan pada otot perut

yang bisa membantu

menyembuhkan kram dan

kejang.

Prosedur/teknik Persiapan

Persiapan alat dan klien:

10. Air putih hangat dan tempat air

11. Klien mengerti tujuan dan

manfaat dari terapi minum air

putih

Prosedur

6. Setelah bangun pagi sebelum

menggosok gigi, minum 500 ml

gelas air putih.

7. Jangan makan atu minum

selama 45 menit

8. Setelah 45 menit,boleh makan

dan minum seperti biasa

9. Untuk lansia atau pun sakit,

pada saat mulai bisa digantikan

dengan meminum sedikit air

Page 79: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

61

terlebih dahulu dan kemudian

ditingkatkan secara berkala.

Evaluasi:

1. Karakteristik Bristol stool chart

setelah intervensi

2. Perasaan klien setelah

melakukan intervensi air putih

hangat.

Page 80: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

62

Hasil Output SPSS

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post tipe no .249 15 .013 .806 15 .004

a. Lilliefors Significance Correction

b. Pre tipe no is constant. It has been omitted.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post tipe no - Pre tipe no Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 9b 5.00 45.00

Ties 6c

Total 15

a. Post tipe no < Pre tipe no

b. Post tipe no > Pre tipe no

c. Post tipe no = Pre tipe no

Page 81: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

63

Test Statisticsb

Post tipe no -

Pre tipe no

Z -2.762a

Asymp. Sig. (2-tailed) .006

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 Pre tipe no 1.00 15 .000 .000

Post tipe no 1.80 15 .775 .200

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre tipe no & Post tipe no 15 . .

Page 82: STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

64

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre tipe no -

Post tipe no -.800 .775 .200 -1.229 -.371 -4.000 14 .001