STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan...
Transcript of STIKES Santa Elisabeth Medan · yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan...
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
i
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT
TERHADAP KONTPSAI PADA PASIEN STROKE
DI RUANGAN INTERNIS RUMAH SAKIT
SANTA ELISABETH MEDAN 2018
Oleh:
IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN
032014026
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2018
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
ii
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT
TERHADAP KONSTIPASI PADA PASIEN
STROKE DI RUANGAN INTERNIS
RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN
2018
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep)
Dalam Program Studi Ners
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth
Oleh:
IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN
032014026
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2018
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini.
Nama : IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN
NIM : 032014026
Program studi : Ners Tahap Akademik
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap
Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruangan Internis
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2018
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apalagi ternyata
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan antara tata tertib di STIKes Santa
Elisabeth Medan.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
iv
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
v
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
vi
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
vii
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
viii
ABSTRAK
Ignagus Leviana Pandiangan 032014026
Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke Di
Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
Prodi Ners 2018
Kata Kunci: Pemberian air putih hangat, Konstipasi, Stroke
(ix+52+lampiran)
Stroke merupakan penyakit motor neuron atas yang mengakibatkan hilangnya
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Pasien stroke sering mengalami
kelemahan anggota gerak, baik sebagian maupun seluruhnya yang menyebabkan
pasien imobilisasi. Imobilisasi yang berkepanjangan bisa terjadi komplikasi, salah
satunya adalah konstipasi. Konstipasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah kurangnya aktivitas fisik. Terjadinya konstipasi ada perlambatan
pergerakan tinja melalui usus besar dan sering berhubungan dengan sejumlah tinja
yang kering dan keras. Pengobatan konstipasi salah satunya dengan terapi
modalitas secara non farmakologis adalah pemberian air putih, sebagai gerakan
usus yang dapat menyebabkan masalah kronis sembelit seperti tinja yang
terakumulasi didalam usus, pergerakan usus menjadi lambat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air putih hangat terhadap
konstipasi pada pasien stroke di rungan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode quasy ekperiment design
dengan rancangan time series design. Teknik pengambilan sampel sebanyak 15
responden pada pasien stroke yang mengalami konstipasi. Dengan menggunakan
purposive sampling. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018. Alat
ukur yang digunakan lembar bristol stool chart, lembar observasi dengan
menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat signifikan yang didapatkan peneliti p =
0.006 dimana nilai (p < 0.05) yang artinya ada pengaruh pemberian air putih
hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke. Disarankan dari penelitian ini
supaya rumah sakit tetap melaksanakan pemberian air putih hangat terhadap
konstipasi pada pasien stroke.
Daftar pustaka (2000 – 2016)
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
ix
ABSTRACT
Ignagus Leviana Pandiangan 032014026
The Effect of Warming Water On Constipation in Stroke Patients in The Internal
Room Of Santa Elisabeth Hospital Medan 2018
Ners Study Program 2018
Keywords: Provision of warm water, Constipation, Stroke
(xix+52+appendices)
Stroke is an upper motor neuron disease that results in loss of voluntary control of
motor movement. Stroke patients often have lymphatic weakness, either partially
or completely, leading to immobilized patients. Prolonged immobilization can
occur complications, one of which is constipation. The occurrence of constipation
is the slow movement of feces through the colon and is often associated with a
number of dry and hard stools. Constipation treatment one of them with non-
pharmacological treatment modalities is the provision of water, as a bowel
movement that can cause chronic constipation problems such as stools that
accumulate in the intestine, bowel movement menajdi slow. This study aims to
determine the effect of giving warm water to constipation in stroke patients in
rains internis hospital santa elisabeth field in 2018. This research uses quasy
experiment design method with time series design design. sampling technique
counted 15 respondents. The time of the research was done in March 2018. The
measuring instrument used was measuring glass and observation sheet by using
wilcoxon test with significant level obtained by the researcher p = 0.006 where α
(≤0.05) meaning that there is influence of warm water water to constipation in
stroke patient . It is advisable from this study that hospitals continue to administer
warm water delivery to constipation in stroke patients, and for subsequent
research to continue to conduct research with the same title using the control
group to obtain a more significant result.
References (2000 – 2016)
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik
dan mudah. Adapun judul proposal ini adalah “Pengaruh Pemberian Air Putih
Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruangan Internis
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.
Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan dukungan. Oleh karena itu dengan rasa yang tulus ikhlas penulis
menyampaikan ucapakan terima kasih kepada:
1. Mestiana Br.Karo S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Santa
Elisabeth Medan yang telah mengizinkan dan menyediakan fasilitas untuk
mengikuti serta menyelesaikan pendidikan di STIKes Santa Elisabeth
Medan.
2. Samfriati Sinurat S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua Program Studi Ners
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dalam
upaya penyelesaian pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.
3. Erika Emnina Sembiring S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing I
yang telah membantu dengan sangat baik dan sabar dalam melakukan dan
menyelesaikan penenlitian.
4. Jagentar Pane S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
menyelesaikan penelitian.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xi
5. Pomarida Simbolon SKM.,M.Kes, selaku penguji III yang telah
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk melakukan dan
menyelesaikan penelitian
6. Seluruh staff dosen STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah
membimbing dan mendidik peneliti dalam upaya pencapaian pendidikan
sejak semester I sampai semester VIII. Terimakasih untuk motivasi dan
dukungan yang diberikan kepada penulis, untuk segala cinta dan kasih
yang telah tercurah selama proses pendidikan sehingga peneliti dapat
menyusun skripsi ini.
7. Seluruh staff Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan
izin kepada penulis dalam melakukan penelitian
8. Teristimewa kepada keluarga tercinta, Ayah saya O. Pandiangan, Ibu saya
L. Simbolon dan saudara-saudara yang telah membesarkan saya dengan
penuh cinta dan kasih sayang, yang tiada henti memberikan doa, dukungan
dan motivasi yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Koordinator asrama dan seluruh karyawan asrama yang sudah
memfasilitasi dan memberi dukungan kepada peneliti, sehingga dapat
meyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh rekan-rekan sejawat dan seperjuangan Progran Studi Ners Tahap
Akademik angkatan VIII stambuk 2014 yang saling memberikan motivasi
dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Peneliti
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xii
masih terdapat kekurangan dan kelemahan, walaupun demikian peneliti telah
berusaha. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sehingga menjadi bahan masukan bagi peneliti untuk meningkatkan dimasa
yang akan datang, khususnya bidang ilmu keperawatan. Semoga Tuhan selalu
mencurahkan rahmat dan kasihnya kepada semua pihak yang telah membantu
peneliti.
Medan, Mei 2018
(Ignagus Leviana Pandiangan)
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan ................................................................................... i
Halaman Sampul Dalam .................................................................................. ii
Halaman Persyaratan Gelar .............................................................................. iii
Lembar Pernyataan........................................................................................... iv
Lembar persetujuan .......................................................................................... v
Penetapan Panitia Penguji ................................................................................ vi
Lembar Pengesahan ......................................................................................... vii
Lembar Pernyataan Publikasi ........................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................. ix
Abstract ............................................................................................................ x
Kata pengantar ................................................................................................. xi
Daftar isi ........................................................................................................... xiv
Daftar tabel ....................................................................................................... xvii
Daftar bagan ..................................................................................................... xviii
Daftar gambar................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULU .................................................................................... I
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan umum......... ....... .............. ....................................... 5
1.3.2 Tujuan khusus ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
1.4.1 Manfaat teoritis ................................................................... 6
1.4.2 Manfaat praktis .................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Konsep Pemberian Air Putih Hangat ............................................ 7
2.1.1 Definisi air putih.................................................................. 7
2.1.2 Manfaat air putih ................................................................. 7
2.1.3 Indikasi pemberian air putih ................................................ 8
2.1.4 Kontraindikasi pemberian air putih ..................................... 8
2.1.5 Teknik pemberian air putih hangat....................................... 9
2.1.6 Penatalaksanaan pemberian air putih ................................... 9
2.2 Konsep Konstipasi ........................................................................ 10
2.2.1 Definisi konstipasi ............................................................... 10
2.2.2 Defekasi dan feses ............................................................... 10
2.2.3 Karakteristik feses .............................................................. 13
2.2.4 Warna feses. ........................................................................ 14
2.2.5 Patofisiologi ........................................................................ 14
2.2.6 Etiologi ................................................................................ 15
2.2.7 Tanda dan gejala.................................................................. 16
2.2.8 Komplikasi .......................................................................... 17
2.2.9 Penatalaksanaan .................................................................. 18
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xiv
2.3 Stroke ............................................................................................. 19
2.3.1 Definisi stroke ..................................................................... 19
2.3.2 Etiologi ................................................................................ 19
2.3.3 Klasifikasi............................................................................ 19
2.3.4 Manifestasi klinik ................................................................ 20
2.3.5 Komplikasi .......................................................................... 21
2.3.6 Penanganan.......................................................................... 21
2.3.7 Penatalaksanaan ................................................................... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......... 23
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................... 23
3.2 Hipotesa Penelitian........................................................................ 24
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 25
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 25
4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 26
4.2.1 Populasi ............................................................................... 26
4.2.2 Sampel ................................................................................. 27
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 28
4.3.1 Variabel independen ............................................................ 28
4.3.2 Variabel dependen ............................................................... 28
4.3.3 Defenisi operasional ............................................................. 29
4.4 Instrumen Penelitian ...................................................................... 30
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 30
4.5.1 Lokasi ................................................................................... 30
4.5.2 Waktu ................................................................................... 30
4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ............................ 31
4.6.1 Pengambilan data ................................................................ 31
4.6.2 Pengumpulan data ............................................................... 31
4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas................................................. 32
4.7 Kerangka Operasional ................................................................... 33
4.8 Analisis Data ................................................................................. 34
4.9 Etika penelitian ............................................................................. 36
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 39
5.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 39
5.1.1 Karakteristik Responden ...................................................... 40
5.1.2 Konstipasi pada pasien stroke sebelum dilakukan pemberian
air putih hangat .................................................................... 41
5.1.3 Konstipasi pada pasien stroke sesudah dilakukan pemberian
air putih hangat .................................................................... 42
5.1.4 Pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada
pasien stroke ........................................................................ 42
5.2. Pembahasan ................................................................................... 44
5.2.1 Konstipasi pada pasien stroke sebelum diberikan pemberian air
putih hangat.......................................................................... 44
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xv
5.2.2 Konstipasi pada pasien stroke sesudah diberikan pemberian air
putih hangat.......................................................................... 46
5.2.3 Pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada
pasien stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan .................................................................................. 48
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51
6.1 Simpulan ......................................................................................... 51
6.2 Saran ............................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN:
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Etika Penelitian
Lampiran 6 Pengajuan Judul
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 8 Surat Tanggapan Izin Pengambilan Data
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 10 Surat Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 11 Hasil Output SPSS
Lampiran 12 Prosedur Pelaksanaan
Lampiran 13 Satuan Acara Kegiatan
Lampiran 14 Kartu Bimbingan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Desain Penenlitian Time Series Design..................................26
Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Air Putih
Hangat Terhadap Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan ........................................................... 29
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Karakteristik Konstipasi Pada Pasien Stroke
Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan .... ....40
Tabel 5.2 Konstipasi Sebelum Diberikan Air Putih Hangat Pada
Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan ........................................................................ 41
Tabel 5.3 Konstipasi Sesudah Pemberian Air Puti Hangat Pada
Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan ........................................................................ 42
Tabel 5.4 Perbedaan Perubahan Konstipasi Sebelum dan Sesudah
Pemberian Air Putih Hangat Pada Pasien Stroke Di
Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ................ 43
Tabel 5.5 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada
Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan ............................................................................................ 44
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Air Putih
Hangat Terhadap Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan ............................................................. 23
Bagan 4.2 Kerangka Konsep Pemberian Air Putih Hangat
Terhadap Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan ............................................................. 29
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala tinja brsitol stool chart ........................................................ 12
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke didefenisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang
terjadi mendadak dan di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke
terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah
diotak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat
pasokan oksigen dan zat makan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan
oksigen ke otak akan memunculkan gejala stroke (Pinzon, 2010).
Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan
kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut
American Heart Association (AHA), angka kematian penderita stroke di Amerika
setiap tahunnya adalah 50-100 dari 100.000 orang penderita.
Stroke adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting diseluruh dunia.
Setiap tahun sekitar 5,5 juta orang meninggal karena stroke, dan 44 juta orang
telah kehilangan usia penyesuaian yang disabilitas. Di Amerika, stroke telah
menyebabkan kematian sebanyak 130.000 orang dan menjadi penyebab kematian
tertinggi nomor lima. Rata-rata setiap 4 menit ada satu orang yang meninggal
akibat stroke.
Menurut WHO, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada
umur 60 tahun dan urutan kelima penyebab kematian pada umur 15-59 tahun.
Diseluruh dunia, sebanyak 3 juta perempuan dan 2,5 juta laki-laki meninggal
akibat terserang stroke disetiap tahunnya.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
2
Stroke menjadi penyakit nomor satu yang mematikan di Indonesia. Data
Riskesdas (2013) menyebutkan prevalensi stroke di Indonesia adalah sebesar 8,3
per 1.000 penduduk dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 12,1
per 1000 penduduk.
Kejadian stroke iskemik lebih sering ditemukan dibanding stroke hemoragik.
Dari data yang didapatkan dari Rumah Sakit Adam Malik Medan pada tahun
2013, yaitu pasien stroke 262 orang, stroke iskemik 353 orang, dan semakin
bertambah setiap tahunnya.
Masalah yang ditimbulkan oleh stroke bagi kehidupan manusia sangat
kompleks. Adanya gangguan-gangguan fungsi vital otak seperti gangguan
koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan kontrol postur, gangguan sensasi,
dan gangguan refleks gerak akan menurunkan kemampuan aktivitas fungsional
individu sehari-hari seperti pasien akan mengalami immobilisasi yaitu
ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau
impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) bersifat fisik dan mental (Irfan,
2010 dalam penelitian Mardati, Setyawan, & Kusuma, 2014).
Penelitian cooney & reuler (1991 dalam Guy et al, 2013), pasien stroke
dengan gangguan mobilisasi hanya berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah
posisi karena keterbatasan tersebut. Bahaya fisiologis akan mempengaruhi fungsi
metabolisme normal, menurunkan laju metabolisme dan menyebabkan penelitian
gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan penurunan peristaltik dengan
konstipasi dan impaksi fekal. Tirah baring yang terus-menerus atau selama lima
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
3
hari atau lebih dapat menyebabkan konstipasi. Konstipasi didefenisikan sebagai
defekasi yang sulit atau jarang.
Menurut Kasaraneni (2014) Konstipasi didefenisikan memiliki kurang dari 3
kali buang air besar per minggu, sulit buang air besar, atau rasa evakuasi tidak
lengkap.
Konstipasi merupakan defekasi yang tidak teratur serta terjadi pengerasan
pada feses menyebabkan pasase sulit, menimbulkan nyeri, frekuensi defekasi
berkurang, volume, dan retensi feses dalam rektum. Proses defekasi dipercepat
dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen dan kontraksi pada otot-otot
abdomen. Proses defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot
sfingter eksterna dan levator ani sehingga secara bertahap dinding rektum akan
rileks dan keinginan defekasi hilang (Smeltzer & Bare, 2008).
Hasil penelitian Ginting, Waluyo, & Sukmarini (2015) tentang mengatasi
konstipasi pasien stroke dengan masase abdomen dan minum air putih hangat
bahwa ada perbedaan yang bermakna antara perlakuan masase abdomen dan
minum air putih hangat terhadap waktu terjadinya defekasi. Orang yang terserang
stroke terkadang bingung dengan apa yang tengah dialaminya, sehingga harus ada
orang yang membantu, pertolangan yang datang dengan cepat akan mengurangi
dampak yang terjadi akibat stroke. Prognosis stroke dapat dilihat dari enam aspek
yaitu: death (kematian), disease (kesakitan), disability (kerusakan), discomfort
(ketidaknyamanan), dissatisfaction (ketidakpuasan) dan destitution (kemiskinan).
Keenam aspek tersebut terjadi pada fase awal stroke atau pasca stroke. Prognosis
stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang terjadi terhadap
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
4
penderita stroke. Tolok ukur diantranya outcome fungsional, seperti kelemahan
motorik, disabilitas, quality of life (kualitas hidup), serta mortolitas.
Hasil penelitian Yasmara, Irawaty, & Kariasa (2013) tentang konsusmsi air
putih pagi hari terhadap konstipasi pada pasien imobilisasi terdapat pengaruh
signifikan minum air putih 500 ml dipagi hari terhadap kejadian konstipasi pada
pasien dengan imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskletal. Terdapat 7 `
hjpasien (29,1%) mengalami konstipasi, dan 17 pasien (70,9%) tidak
mengalamai konstipasi. Untuk mengatasi konstipasi maka dilakukan terapi
modalitas yang lebih dikenal dengan terapi komplementer seperti: kompres air
hangat, ROM (range of motion), minum air hangat, masase abdomen.
Pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke
dalam jumlah yang cukup dapat menyebabkan pencernaan bekerja dengan
kapasitas yang maksimal. Air hangat dapat bekerja dengan melembabkan feses
dalam usus dan mendorongnya keluar sehingga memudahkan untuk defekasi.
Memberikan pasien minum air putih hangat yang cukup merupakan intervensi
keperawatan yang mandiri. Memberikan pasien minum air putih hangat sebanyak
500 ml secara rutin untuk mengatasi konstipasi. Hasil penelitian dapat digunakan
sebagai sumber informasi bahwa terapi air dengan volume 500 ml mampu
mencegah terjadinya konstipasi pada pasien stroke.
Berdasarkan survei awal terdapat 76 pasien stroke Non Hemoragic di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan. Diruangan rawat inap terdapat 8 pasien yang
mengalami konstipasi selama 3 hari sampai <3 hari pada pasien stroke. Dari hasil
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
5
survei tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemberian air putih
hangat dengan konstipasi pada pasien stroke.
1.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian adalah
“pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke di
ruangan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2018”.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Air Putih
Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tahun 2018.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi konstipasi sebelum dilakukan pemberian air putih
hangat pada pasien stroke di ruangan internis Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan 2018.
2. Mengidentifikasi konstipasi sesudah dilakukan pemberian air putih
hangat pada pasien stroke.
3. Menganalisa pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi
pada pasien stroke di ruangan internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan 2018
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
6
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat teoritis
Diharapkan menjadi salah satu sumber acuan dan bacaan materi tentang
pengaruh pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke.
1.3.2 Manfaat praktis
1. Bagi pasien
Dapat memberikan wawasan yang luas untuk pasien tentang pentingnya
pemberian air putih hangat untuk mengeluarkan feses pada pasien stroke.
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan menciptakan pola baru
dengan cara pemberian air putih hangat
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan,
informasi dan data tambahan untuk peneliti selanjutnya yaitu dengan pemberian
air putih hangat dengan kompres hangat.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemberian Air Putih Hangat
2.1.1 Definisi air putih
Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi air adalah terapi alami yang
didasari penggunaan air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal
sebagai pengobatan berbagai penyakit.
Mengonsumsi air adalah cara terbaik untuk membersihkan tubuh dari
racun-racun. Sebagaimana kita tahu, tubuh kita terbuat dari 70% air. Air tubuh
tersebut dalam bentuk darah dan cairan lain yang harus selalu dibersihkan. Jika
darah lebih kental, maka jantung akan bekerja lebih keras memompa darah dan
mendistribusikan nutrsisi ke bagian tubuh lain. Darah sebagai alat utama untuk
penyembuhan penyakit ringan dan pemulihan kesehatan. Oleh karena itu, terapi
air hangat diperlukan untuk menjaga darah agar dapat berfungsi dengan baik.
2.1.2 Manfaat air putih hangat
Beberapa manfaat menurut Patel (2015) antara lain:
1. Meningkatkan sirkulasi darah dan sistem nervous untuk aktivitas otot dan
saraf yang tepat.
2. Air hangat sangat bermanfaat untuk pencernaan
3. Gerakan usus, dehidrasi dapat menyebabkan masalah kronis sembelit.
Seperti tinja yang terakumulasi didalam usus, pergerakan usus menjadi
lebih lambat.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
8
4. Kram menstruasi. Air panas membantu mengurangi kram menstruasi.
Panasnya memiliki ketenangan dan efek menenangkan pada otot perut
yang bisa membantu menyembuhkan kram dan kejang.
2.1.3 Indikasi pemberian air putih
Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi minum air putih dianjurkan
pada klien dengan masalah batuk, bronkitis. TBC paru, batu ginjal, kelebihan
kadar asam tubuh, disentri, gastroenteritis, konstipasi, diabetes melitus, penyakit
mata, menstruasi tidak teratur, kanker payudara, laringitis, sakit kepala, leukemia,
artritis, dan hipertensi.
2.1.4 Kontraindikasi pemberian air putih
Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) kontraindikasi pada pemberian air
putih antara lain:
1. klien dengan gagal jantung
2. klien dengan sirosis hepatitis
3. penyakit-penyakit dengan retensi cairan
2.1.5. Teknik Terapi minum air putih
Persiapan
Persiapan alat dan klien:
1. Air putih hangat dan tempat air
2. Klien mengerti tujuan dan manfaat dari terapi minum air putih
Prosedur
3. Setelah bangun pagi sebelum menggosok gigi, minum 4-5 gelas air putih.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
9
4. Gosok dan bersihkan mulut tetapi jangan makan atau minum selama 45
menit
5. Setelah 45 menit,boleh makan dan minum seperti biasa
6. Setelah 15 menit sarapan, makan siang, dan makan malam, jangan makan
atau minum selama dua jam
7. Untuk klien lansia atau pun sakit, pada saat mulai bisa digantikan dengan
meminum sedikit air terlebih dahulu dan kemudian ditingkatkan secara
berkala.
2.1.6. Penatalaksanaan pemberian air putih
Mengkonsumsi air putih yang hangat dalam jumlah yang cukup dapat
menyebabkan pencernaan bekerja dengan kapasitas yang maksimal. Air hangat
dapat bekerja dengan melembabkan feses dalam usus dan mendorongnya keluar
sehingga memudahkan untuk defekasi. Memberikan pasien minum air putih
hangat yang cukup merupakan intervensi keperawatan yang mandiri. Memberikan
pasien minum air putih hangat sebanyak 500 ml secara rutin untuk mengatasi
konstipasi (Smeltzer & Bare, 2002).
2.2 Konstipasi
2.2.1 Definisi konstipasi
Konstipasi merupakan defekasi yang tidak teratur serta terjadi pengerasan
pada feses menyebabkan pasase sulit, menimbulkan nyeri, frekuensi defekasi
berkurang, volume, dan retensi feses dalam rektum. Proses defekasi dipercepat
dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen dan kontraksi pada otot-otot
abdomen. Proses defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
10
sfingter eksterna dan levator ani sehingga secara bertahap dinding rektum akan
rileks dan keinginan defekasi hilang. Konstipasi merupakan defekasi tidak teratur
yang abnormal, dan juga pengerasan feses tak normal yang membuat pasasenya
sulit dan kadang menimbulkan nyeri. Jenis konstipasi disebut sebagai konstipasi
kolonik (Smeltzer & Bare, 2002).
2.2.2 Defekasi dan feses
Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot-ototnya dan
merilekskan sfingter anal internal, yang biasanya tertutup. Sfingter internal
terkontrol oleh sistem saraf otonom: sfingter eksternal dibawah kontrol sadar dari
korteks serebral. Selama defekasi, sfingter anal eksternal secara volunter rileks,
untuk memungkinkan isi kolon keluar. Secara normal, sfingter anal eksternal
dipertahankan pada status kontraksi tonus. Oleh karena itu defekasi terlihat
menjadi refleks spinal yang secara volunter dihambat dengan mempertahankan
sfingter anal eksternal tertutup. Kontraksi otot abdomen (peregangan)
memudahkan pengosongan kolon.
Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali sehari, tetapi
frekuensi bervariasi diantara individu.
1. Perubahan kebiasaan usus dapat memperberat penyakit kolonik.
Peningkatan pada frekuensi defekasi disebut konstipasi.
2. Populasi lansia cenderung mengalami perubahan frekuensi defekasi.
Feses terdiri dari bahan makanan yang tidak tercerna, materi anorganik, air,
dan bakteri. Bahan fekal kira-kira 75% materi cair dan 2% materi padat.
Komposisi ini relatif tidak dipengaruhi oleh perubahan diet, karena bagian
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
11
terbesar dari massa fekal adalah berasal dari non diet, diturunkan dari sekresi
saluran gastrointestinal. Warna coklat dari feses dihubungkan dengan pemecahan
empedu oleh bakteri usus.
Kimiawi dibentuk oleh bakteri khusus (khususnya indol dan skatol) berperan
besar dalam menimbulkan bau feses. Gas-gas yang dibentuk antara lain terdiri
dari metan, sulfida hidrogen, dan amonia. Saluran gastrointestinal secara normal
mengandung kira-kira 150 ml gas-gas ini. Gas-gas ini diabsorbsi didalam sirkulasi
portal dan didetoksifikasi oleh hepar atau dikeluarkan dari rektum atau flatus
(Smeltzer & Bare, 2002).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
12
Gambar 2.1. Skala tinja bristol yang dimodifikasi
Ketarangan karakteristik Bristol Stool Chart:
1. Tipe 1 : Berbentuk seperti gumpalan yang keras dan terpisah, menyerupai
bentuk kacang-kacangan (sulit untuk dikeluarkan).
2. Tipe 2 : Berbentuk sosis tetapi bergumpal-gumpal
3. Tipe 3 : Berbentuk seperti sosis tetapi terdapat retakan pada permukaannya
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
13
4. Tipe 4 : Berbentuk seperti sosis atau pisang yang sudah dikupas kulitnya,
halus dan lembut
5. Tipe 5 : Gumpalan lembut dengan potongan yang jelas (mudah untuk
dikeluarkan)
6. Tipe 6 : Potongan lunak dengan batas yang tidak jelas, seperti bubur
7. Tipe 7 : Berair, tidak ada potongan padat
2.2.3 Karekteristik feses
Diare didefenisikan sebagai peningkatan cairan yang abnormal pada feses
dan pada berat (volume feses harian). Diare secara umum terjadi bila isi bergerak
terlalu cepat melalui usus dan kolon dimana terdapat ketidakadekuatan waktu
untuk absorbsi sekresi gastrointestinal. Isi cairan feses pada diare menjadi
meningkat. Diare kadang-kadang dihubungkan dengan nyeri abdomen atau kram
dan mual muntah.
1. Konstipasi adalah retensi atau pelambatan pengeluaran isi fekal ari rektum.
Absorbsi air berlebihan dari bahan fekal, menghasilkan feses yang keras
kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Individu yang mengejan
lebih dari 25% dari waktu BAB-nya atau BAB dua kali atau lebih sedikit
setiap minggu, dikatakan mengalami konstipasi. Konstipasi dapat
dihubungkan dengan ketidaknyamanan dan perdarahan rektal.
Karakteristik feses dapat bervariasi: feses dapat berwarna coklat, berisi
darah merah terang, hitam dan seperti ter, atau kuning pucat dan
berminyak toilet (Smeltzer & Bare, 2002).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
14
2.2.4 Warna feses
Warna feses dapat bervariasi dari coklat terang sampai coklat gelap.
Berbagai makanan dan obat-obatan mempengaruhi warna pasien feses seperti:
protein daging menghasilkan warna coklat gelap;bayam, hijau; wortel dan bit,
merah;kokoa, merah gelap atau coklat; senna, kekuningan;bismut, besi, likorice,
dan karbon, hitam; dan barium, penampilan seperti susu.
1. Bila darah keluar dalam jumlah cukup kedalam saluran gastrointestinal
atas, darah menghasilkan warna hitam seperti ter (melena)
2. Darah yang masuk bagian bawah saluran gastrointestinal atau melewati
saluran gastrointestinal dengan cepat tampak merah terang atau gelap.
3. Perdarahan rektal bawah atau anal dicurigai bila ada lapisan darah pada
permukaan feses atau bila darah terlihat pada tissue toilet (Smeltzer &
Bare, 2002).
2.2.5 Patofisiologi
Patofisiologi konstipasi belum dipahami. Konstipasi diyakini berhubungan
dengan pengaruh dari sepertiga fungsi utama kolon yaitu: transpor mukosa
(sekresi mukosa memudahkan gerakan isi kolon), aktivitas mioelektrik
(pencampuran massa rektal), atau proses defekasi. Dorongan defekasi secara
normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap: rangsangan refleks
penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi sfingter eksternal dan
otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen. Gangguan
salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan konstipasi (Smeltzer & Bare,
2002).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
15
Membran mukosa rektal dan muskulatur menjadi tidak peka terhadap
adanya massa fekal apabila dorongan untuk defekasi diabaikan. Hal ini
mengakibatkan perlunya rangsangan yang lebih kuat untuk menghasilkan
dorongan peristaltik tertentu agar terjadi defekasi. Efek awal retensi fekal adalah
untuk menimbulkan kepekaan kolon, dimana pada tahap ini sering mengalami
spasme, khususnya pada saat makan. Kondisi ini dapat menimbulkan nyeri kolik
midabdominal atau abdomen bawah. Setelah proses ini berlangsung sampai
beberapa tahun, kolon kehilangan tonus dan menjadi sangat responsif terhadap
ragsang normal sehingga terjadi konstipasi. Atoni usus terjadi pada proses
penuaan yang dadapt diakibatkan oleh penggunaan laksatif yang berlebihan
(Smeltzer & Bare, 2002).
2.2.6 Etiologi
Menurut Lewis (2000) konstipasi frekuensi mungkin disebabkan oleh serat
makanan yang tidak mencukupi, asupan cairan yang tidak memadai, penggunaan
obat, dan kurang olahraga. Jika tindakan pencegahan yang tepat diambil,
konstipasi tidak boleh kambuh lagi. Konstipasi mungkin juga disebabkan oleh
kepercayaan sosiokultural, kendala lingkungan, mengabaikan dorongan untuk
buang air besar, penyalahgunaan pencahar kronis, dan penyebab anorganik.
Perubahan diet, pada waktu makan, atau dalam rutinitas sehari-hari adalah
beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan sembelit. Depresi dan stres
juga bisa berakibat sembelit. Bagi banyak pasien sembelit, bagaimanapun juga,
tidak mungkin untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya.
Beberapa pasien percaya bahwa mereka terkontaminasi jika mereka tidak
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
16
memiliki buang air besar setiap hari. Hal ini dapat menyebabkan penggunaan
pencahar kronis dan sindrom usus cathartic berikutnya.
Dalam kondisi ini, usus besar menjadi melebar dan atonik. Mengabaikan
keinginan untuk buang air besar untuk jangka waktu tertentu menyebabkan otot
dan mukosa di daerah rektum menjadi intensif dengan adanya tinja. Selain itu,
retensi tinja yang berkepanjangan di rektum menyebabkan pengeringan tinja
karena penyerapan air. Semakin keras dan kering kotorannya, semakin sulit buang
air besar.
Menurut Utama (2014) penyebab kontipasi antara lain:
1. Intake cairan yang kurang/dehidrasi
2. Penurunan kesadaran dan kurangnya mobilisasi (physical inactivity)
3. Konsusmsi beberapa jenis obat seperti diuretik osmotik (manitol)
2.2.7 Tanda dan gelaja
Menurut Lewis (2002) tanda dan gejala antara lain: keras, kotoran kering,
perut kembung meningkat, distensi perut, mual, sakit perut, anoreksia, penurunan
frekuensi, sakit kepala, masa teraba saat buang air besarkotoran berdarah, tekanan
rektal, pusing, tenesmus, retensi urin.
2.2.8 Komplikasi
Menurut Lewis (2002) komplikasi dari konstipasi yaitu: hemoroid adalah
komplikasi konstipasi kronis yang paling umum. Mereka berasal dari penyakit
vena yang disebabkan oleh manuver Valsava berulang (penguat) dan kompresi
vena dari tinja yang terkena dampak keras.
Manuver Valsalva, yang terjadi saat berusaha melewati bangku yang keras, dapat
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
17
menyebabkan masalah serius pada pasien dengan gagal jantung kongestif, edema
serebral, hipertensi, dan penyakit arteri koroner. Saat berusaha, pasien mengambil
inspirasi yang dalam, nafasnya tertahan, dan glotis menutup dan menjebak udara.
Otot perut berkontraksi dan mencoba menekan usus besar.
Peningkatan tekanan intraabdomen dan tekanan trathoracic terjadi,
mengurangi vena kembali ke jantung. jantung melambat sementara (bradikardia),
curah jantung menurun. dan ada penurunan tekanan arteri transien. Saat pasien
rileks, terjadi penurunan tekanan toraks. dan tiba-tiba aliran darah masuk ke
jantung, menyebabkan distensi dan peningkatan denyut jantung. segera tekanan
arteri meningkat sesaat. Perubahan ini mungkin berakibat fatal bagi pasien yang
tidak dapat mengimbangi kelebihan arus darah yang tiba-tiba kembali ke jantung.
Dalam keadaan obstipasi, atau impaksi feses yang terjadi akibat konstipasi,
perforasi kolon bisa terjadi. perforasi, yang mengancam nyawa, menyebabkan
sakit perut, mual, muntah, demam, dan jumlah WBC yang meningkat.
2.2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan pada penyebab dasar konstipasi. Penatalaksanaan
mencakup penghentian penggunaan laksatif, menganjurkan memasukkan serat
dalam diet dengan peningkatan asupan cairan, dan pembuatan program latihan
rutin untuk memperkuat abdomen. Umpan balik biologis adalah teknik yang dapat
digunakan untuk membantu pasien belajar meralaksasi mekanisme sfingter untuk
mengeluarkan feses. Penambahan 6-12 sendok teh penuh sekam yang tidak
diproses setiap hari kedalam diet sangat dianjurkan, khususnya untuk pengobatan
konstipasi pada lansia. Konseling harus menganjurkan diet tinggi sisa untuk
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
18
menimbulkan gerakan yang cepat pada kolon dan feses dalam jumlah banyak dan
lembut.
Apabila penggunaan laksatif diperlukan maka kerja fisiologis
dihubungkan dengan laksatif. Enema dan supositoria rektal secara umum tidak
dianjurkan untuk konstipasi dan harus diberikan untuk pengobatan pada impaksi
atau persiapan usus, untuk pembedahan atau prosedur diagnostik. Apabila
penggunaan laksatif jangka panjang benar-benar diperlukan, preparat pembentuk
bulk diberikan dalam kombinasi dengan laksatif osmotik (Smeltzer & Bare,
2002).
2.3. Stroke
2.3.1 Definisi stroke
Stroke didefenisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang
terjadi mendadak dan di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke
terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah
diotak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat
pasokan oksigen dan zat makan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan
oksigen ke otak akan memunculkan gejala stroke (Pinzon, 2010).
2.3.2 Etiologi
Persoalan pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada regio otak
tertentu. Gangguan bisa diakibatkan oleh karena sumbatan atau oleh karena
perdarahan. Apapun penyebabnya apakah trombosis, emboli atau perdarahan akan
menimbulkan permasalahan yang sama yaitu iskemia serebral. Mekanisme
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
19
masing-masing etiologi berbeda tetapi akibatnya sama yaitu iskemia atau hipoksia
akhirnya nekrosisi otak yang infark (Rosjidi, 2014).
2.3.3 Klasifikasi
Menurut (Batticaca, 2011) klasifikasi stroke antara lain:
1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada
usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
a. Trombosis pada pembuluh darah otak
b. Emboli pada pembuluh darah otak
2. Stoke hemorogik (perdarahan). Serangan ini sering terjadi pada usia 20-60
tahun dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis
(mental).
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarakhnoid
2.3.4. Manifestasi Klinik
Menurut Kowalak (2014) gambaran klinis stroke cukup bergantung pada
arteri yang terkena serta daerah otak yang dipengaruhi, intensitas kerusakan, dan
luas sirkulasi kolateral yang terbentuk. Stroke pada satu hemisfer otak akan
menimbulkan tanda dan gejala pada sisi tubuh yang berlawanan. Stroke yang
menyerang nervus kranialis akan mempengaruhi struktur pada sisi yang sama
dengan sisi infark.
Keluhan dan gejala umum stroke meliputi:
1. Kelemahan ekstremitas yang unilateral
2. Kelulitan berbicara
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
20
3. Patirasi pada salah satu sisi tubuh
4. Sakit kepala
5. Gangguan penglihatan (diplopia, hemianopsia, ptosis)
6. Rasa pening atau dizziness
7. Kecemasan (ansietas)
2.3.5. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Kowalak (2014) antara lain:
1. Tekanan darah yang tidak stabil (akibat kehilangan kontrol vasomotor)
2. Edema serebral
3. Ketidakseimbangan cairan
4. Kerusakan sensorik
5. Infeksi, seperti pneumonia
6. Perubahan tingkat kesadaran
7. Aspirasi
8. Kontraktur
9. Emboli paru
10. Kematian
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
21
2.3.6. Penanganan
Menurut (Kowalak, 2014) penatalaksanaan stroke berupa terapi suportif untuk
mengurangi dan mencegah kerusakan serebral lebih lanjut. Tindakan penanganan
meliputi:
1. Penatalaksanaan tekanan intrakranial melalui pemantauan, hiperventilasi
(untuk menurunkan tekanan parsial karbon dioksida arterial PaCO2),
pemberian diuretikosmotik (manitol untuk mengurangi edema serebri.
2. Pemberian preparat pelunak feses agar pasien tidak mengejan pada saat
defekasi yang akan meningkatkan tekanan intrakranial
3. Pemberian antikonvulsan untuk mengatasi atau cegah serangan kejang
4. Pembedahan pada inferk serebelum yang luas untuk mengangkat jaringan
infark dan mengurangi tekanan (dekompresi) pada jaringan otak yang
masih hidup
5. Perbaikan aneurisma untuk mencegah perdarahan selanjutnya
6. Angioplasti transluminal perkutaneus atau pemasangan stent untuk
membuka pembuluh darah yang tersumbat.
2.3.7. Penatalaksanaan
Frekuensi defekasi pada kelompok yang hanya mendapatkan intervensi
standar ini jauh lebih sedikit bahkan ada yang sama sekali belum terjadi proses
defekasi selama observasi mendapatkan minum air putih hangat. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor, seperti imobilisasi, yaitu tirah baring yang lama
dapat memengaruhi penurunan tonus otot abdomen, motilitas, serta tonus usus
sehingga menyebabkan waktu terjadi defekasi menjadi lambat. Hal ini disebabkan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
22
oleh kurangnya latihan pergerakan yang dilakukan, baik secara aktif oleh pasien
maupun secara pasif oleh keluarga dan tenaga kesehatan. Menurut Smeltzer &
Bare (2008), tirah baring yang lama merupakan penyebab terjadinya konstipasi
pada pasien stroke. Tidak dapat diabaikan secara psikologis seseorang yang lama
dirawat dengan diagnosis stroke dapat mengakibatkan seseorang menjadi depresi,
emosi yang tidak stabil, rasa cemas, takut, dan merasa rendah diri. Seseorang yang
dalam keadaan cemas, depresi, stres dan gangguan mental lainnya memengaruhi
kerja hormon pencernaan (sekretin, gastrin, kolestositokimin) yang
mengakibatkan penurunan nafsu makan, menurunkan motilitas usus dan
mekanisme tubuh meningkatkan rangsangan saraf simpatis yang menghambat
pengosongan lambung, sehingga menyebabkan seseorang dalam keadaan ini
mengalami konstipasi (dalam jurnal Ginting, 2015 menurut Guyton dan Hall,
2006).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
23
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Air Putih
Hangat Terhadap Pada Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
Variabel independen Variabel dependen
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Mempengaruhi antar variabel
: Berhubungan
Berdasarkan bagan diatas: menjelaskan bahwa pada pasien yang
mengalami konstipasi dilakukan intervensi yaitu terapi pemberian air putih hangat
merupakan variabel independen pada penelitian ini.
Teknik pemberian air putih adalah terapi alami yang didasari penggunaan
air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal sebagai pengobatan
berbagai penyakit.
Pre test Mengontrol
konstipasi Karakteristik
konstipasi:
1. Frekuens
i defekasi
2. Konsiste
nsi
Teknik terapi air
putih adalah terapi
alami yang didasari
penggunaan air
secara internal
(dengan meminum
air) dan eksternal
sebagai pengobatan
berbagai penyakit
Intervensi
terapi
pemberian air
putih hangat Post-test
mengontrol
konstipasi
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
24
Variabel independen mempengaruhi variabel dependen yaitu pemberian
air putih hangat mempengaruhi konstipasi pada pasien stroke. Setelah intervensi
dilakukan observasi post intervensi tentang konstipasi.
3.2 Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Hipotesa disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena
hipotesa akan bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan data, analisa,
dan interpretasi data (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini hipotesis yang
didapatkan adalah:
Ha: ada pengaruh Pemberian Air Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke
Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
25
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi
akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal:
pertama, rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
mengidentifakasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data:
dan kedua, rancangan penelitian digunakan untuk mengidentifikasikan struktur
penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2013).
Desain penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasy experiment design)
desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan
pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut
eksperimen semu karena ekperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang
seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan. Oleh
sebab itu, validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai
eksperimen yang sebenarnya (Notoatmodjo, 2012).
Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series
Design), rancangan ini seperti rancangan pretest-posttest, kecuali mempunyai
keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang-ulang),
sebelum dan sesudah perlakuan. Dalam rancangan ini, pada sampel penelitian,
sebelum dilaksanakannya perlakuan dilakukan observasi beberapa kali dan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
26
sesudah perlakuan juga dilakukan sekali observasi. Bentuk rancangan ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Desain Penelitian Time Series Design
Time series adalah penelitian eksperimen dengan pengukuran efek
perlakuan yang dilakukan berulang berdasarkan perjalanan waktu.
Berikut skema desain penelitian time series:
Pretset Perlakuan Posttest
01 02 03 X1 X2 X3 05 06 07
Dengan menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan
validitasnya lebih tinggi. Karena pada rancangan pretes posttest, kemungkinan
hasil dipengaruhi oleh faktor lain diluar perlakuan sangat besar. Sedangkan pada
rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali (baik sebelum
maupun sesudah perlakuan), maka pengaruh faktor luar tersebut dapat dikurangi
(Notoatmodjo, 2012).
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 76 orang pada
pasien stroke iskemik. Sedangkan yang mengalami konstipasi pada pasien stroke
terdapat 8 pasien selama 3 hari sampai <3 hari di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
27
4.2.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan yang
dikehendaki oleh peneliti (Nursalam, 2013).
Ukuran sampel dalam sebuah penelitian yang layak adalah 30-500 orang dan
untuk penelitian eksperiment sederhana jumlah sampel masing-masing kelompok
eksperimen dan kontrol 10-20 orang (Sugiono, 2012). Maka jumlah sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 orang. Cara pengambilan
sampel pada rencana penelitian ini adalah dengan kriteria inklusi yang telah pada
pemberian air putih hangat diberikan yaitu sebannyak 15 orang. Adapun kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pasien Stroke iskemik yang sudah tujuh hari serangan stroke.
2. Tidak memiliki tanda-tanda tekanan intra kranial dengan tanda muntah
proyektil, nyeri kepala, melambatnya nadi, penurunan tingkat kesadaran.
3. Pasien tidak mengalami gangguan menelan
4. Tidak ada riwayat gagal jantung
5. Pasien tidak mengalami pembatasan cairan
6. Pasien sadar penuh dan dapat berkomunikasi
7. Pasien yang mengalami konstipasi, > 3 hari dalam seminggu tidak
defekasi
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
28
4.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
4.3.1 Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang dapat mempengaruhi
atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang
dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen.
Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2013). Adapun
variabel independen pada skripsi adalah pemberian air putih hangat.
4.3.2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya oleh
variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
variabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah
laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain,
variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada
tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Dalam
skripsi ni variabel dependennya adalah konstipasi pada pasien stroke.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
29
4.3.3. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional (Nursalam,
2013).
Tabel 4.2 Defenisi Operasional Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat
Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
Variabel Defenisi Indikator Alat ukur Skala Skore
Independen Terapi air -Responden SOP - -
Pemberian adalah terapi melakukan
Air Putih alami yang terapi minum
Hangat didasari peng- sebanyak 500
gunaan air ml
secara internal -Responden
dan eksternal melakukan
sebagai peng- pada saat pagi
obatan berba- hari, sebelum
gai penyakit makan pagi,
Dependen Konstipasi Karakteristik Nomi- Obser- 0 : nor-
Konstipasi merupakan Bristol nal vasi mal
defekasi yg Stool 1: tipe
tidak teratur Chart ringan
serta terjadi 2: tipe
pengerasan pd sedang
feses menyebab 3: tipe
kan pasase kronis
sulit, menim-
bulkan nyeri,
frekuensi de-
fekasi berku-
rang, volume
dan retensi
feses dalam
rektum
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
30
4.4 Instrumen Penelitian
Didalam pengumpulan data, selalu diperlukan suatu alat yang disebut
“instrumen pengumpulan data”. Jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan
pada ilmu keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian yang meliputi
pengukuran biofisiologis, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala (Nursalam,
2013). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini yaitu lembar observasi dan
SOP terapi pemberian air putih hangat (Setyoadi, 2011).
4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1. Lokasi
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang berada
di jalan Haji Misbah No. 7 Medan Sumatera Utara. Peneliti memilih tempat ini
dikarenakan rumah sakit merupakan lahan praktek klinik bagi peneliti.
4.5.2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh izin penelitian dari pihak
berwenang oleh kaprodi Ners dan dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang
sudah ditentukan untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 Maret - 09 April 2018.
4.6. Prosedur Pengambilan Data dan Pengumpulan Data
4.6.1. Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode data primer yaitu data yang diperoleh dari responden. Dilakukan pra test
konstipasi pada responden stroke setelah itu dilakukan intervensi terapi pemberian
air hangat kemudian observasi kembali.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
31
4.6.2. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode observasi.
Metode pengamatan (observasi) adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraf aktivitas tertentu
atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Alat yang digunakan adalah gelas takaran, kaca air panas.
Langkah-langkah yang digunakan peneliti adalah:
1. Peneliti memberikan informed consent kepada responden, sebagai tanda
persetujuan responden mengikuti penelitian ini
2. Responden mengisi data demografi
3. Pelaksanaan pra test konstipasi pada penderita stroke
4. Pelaksanaan tindakan intervensi pemberian terapi air putih hangat
sebanyak 500 ml setelah bangun pagi dan sebelum makan
5. Pelaksanaan tindakan intervensi konstipasi pada penderita stroke selama
tiga hari
6. Menggunakan bristol stool chart sebagai mengobservasi feses.
7. Melihat kembali kelengkapan data demografi responden, jika belum
lengkap menganjurkan responden untuk melengkapi data demografi
4.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa
hal yang secara prinsip sangat penting, yaitu validitas, reliabilitas, dan ketetapan
fakta/kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
32
data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada
pengamatan/pengukuran oleh pengumpul data.
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Reliabilitas adalah kesamaan
hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur
atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2014).
Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas karena
sudah menggunakan istrumen seperti SOP dan lembar observasi yang sudah baku
(Setyoadi, 2011).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
33
4.7. Kerangka Operasional
Bagan 4.1 Kerangka Operasional Pengaruh Pemberian Air Putih
Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke Di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
Pengajuan Judul Proposal
Penganbilan data awal
Prosedur ijin penelitian di Ruangan Internis Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan
Informasi dan informed consent
Pengumpulan data dengan pemberian kuesioner
Pengolahan data
Analisa data
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
34
4.8 Analisa Data
Setelah data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Data
kualitatif diolah dengan teknik analisis kualitatif, sedangkan data kuantitatif
dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Untuk pengolahan data
kuantitatif dapat dilakukan dengan tangan atau melalui proses komputerisasi.
Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan
statistik, bila diperlukan uji statistik. Dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberiaan kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian
kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entri data
Data entri adalah kegiatan memian memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
35
4. Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistik
deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial.
Statistika deskriptif (menggambarkan) adalah statistika yang membahas cara-cara
meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar
mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna. Statistika inferensial (menarik
kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter
(populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses
generalisasi dan inferensial (Hidayat, 2011).
Data dianalisa menggunakan alat bantu program statistik komputer yaitu
dengan analisis univariat (analisis deskriptif) dan analisis bivariat. Analisis
univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Analisis univariat pada penelitian ini adalah distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan hasil pra intervensi dan
hasil post intervensi. Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut diatas,
hasilnya akan diketahui karekteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat
dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji
T-test Dependen, dengan syarat data berdistribusi normal. Apabila data tidak
berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan mnggunakan uji Wilcoxon.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
36
4.9 Etika Penelitian
Unsur penelitian yang tak kalah penting adalah etika penelitian (Nursalam,
2014). Pada tahap awal penelitian mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian pada ketua STIKes Santa Elisabeth Medan. Setelah mendapat etichal
clearance dari komite etik STIKes Elisabeth Medan peneliti memohon izin
kepada ketua STIKes Santa Elisabeth Medan untuk melakuka peelitian tentang
Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada Pasien Stroke
du Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Setelah mendapatkan
izin penelitian maka peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria inklusi
pada lansia dan memberikan informed consent pada responden.
Etika penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian yaitu pertama
peneliti memperkenalkan diri kemudian memberikan penjelasan kepada calon
responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila
calon responden bersedia maka responden dipersilahkan untuk menandatangani.
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden,
baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan mengenai data responden dijaga
dengan tidak menuliskan responden dan instrumen tetapi hanya menuliskan inisial
yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan.
Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin pelaksanaan
(Nursalam, 2013).
Masalah etika yang juga harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
37
a. Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembaran
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus ditanda tangani
lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka penelliti harus
menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed consent tersebut antara lain: partisipasi keluarga dalam
mengontrol pasien, tujuan dilakukan penelitian, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksana, potensial maslah yang akan
terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi.
b. Anonymity (Tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Peneliti telah memperkenalkan diri kepada responden, kemudian
memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
38
Responden bersedia maka akan dipersilahkan untuk menandatangani informed
consent.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
39
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Rumah sakit Santa Elisabeth Medan merupakan suatu rumah sakit swasta
tipe B yang terletak di jalan Haji Misbah No. 7 Medan . Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan ini dibangun pada tanggal 11 Februari 1929 dan diresmikan pada
tanggal 17 November 1930. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan
karya pelayanan kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan yang memiliki
motto “Ketika Aku Sakit Kamu Melawat Aku (Matius 25:36)”. Dengan visi
menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mampu berperan aktif dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih
dan persaudaraan dan misi yaitu meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber
daya manusia yang profesional, sarana prasarana yang memadai dengan tetap
mempertahatikan masyarakat lemah. Tujuan dari Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan yaitu meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan semangat cinta
kasih sesuai kebijakan pemerintah dalam menuju masyarakat sehat.
Adapun ruangan yang menjadi tempat penelitian adalah ruangan internis
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang terdiri dari ruangan St. Melania, St.
PIA, St. Ignatius, Laura, Pauline.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
40
5.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Konstipasi pada Pasien
Stroke di Rungan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan
Karakteristik responden (f) %
Usia
48-60
61-70
8
7
53,3
46,7
Total 15 100
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
8
7
53,3
46,7
Total 15 100
Agama
Protestan
Katolik
Islam
3
8
4
20,0
53,3
26,7
Total 15 100
Pekerjaan
Wiraswasta
Supir
Pensiunan
Petani
PNS
6
1
4
3
1
40,0
6,7
26,7
20,0
6,7
Total 15 100
Pendidikan terakhir
SD
SMP
SMA
D3
4
4
5
2
26,7
26,7
33,3
13,3
Total 15 100
Status
Menikah
Janda/duda
13
2
86,7
13,3
Total 15 100
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data bahwa mayoritas responden berada
pada rentang usia 40-60 tahun yaitu 8 orang (53,3%). Berdasarkan jenis kelamin
mayoritas responden adalah laki-laki yaitu 8 orang (53,3%). Berdasarkan agama
mayoritas responden adalah agama katolik 8 orang (53,3%). Berdasarkan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
41
pekerjaan mayoritas responden adalah wiraswasta yaitu 6 orang (40,0%).
Berdasarkan pendidikan mayoritas responden adalah SMA yaitu 5 orang (33,3%).
Berdasarkan status menikah responden adalah menikah yaitu 13 orang (86,7%).
5.1.2 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sebelum Dilakukan Pemberian Air
Putih Hangat
Tabel 5.2 Konstipasi sebelum diberikan pemberian air putih hangat
pada pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2018
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data bahwa sebanyak 15 orang responden
yang mengalami konstipasi kronis bernilai 100% sebelum dilakukan pemberian
air putih hangat.
5.1.3 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sesudah Dilakukan Pemberian Air
Putih Hangat
Tabel 5.3 Konstipasi sesudah pemberian air putih hangat pada pasien
stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2018
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa mayoritas responden berada
pada tipe 1 / konstipasi kronis yaitu 6 orang (40,0) setelah dilakukan pemberian
air putih hangat.
No. Konstipasi Frekuensi (f) Persentase (%)
1
2
3
Konstipasi kronis
Konstipasi sedang
Konstipasi ringan
15
0
0
100
0
0
Total 15 100
NO Konstipasi Frekuensi Persentase %
1 Konstipasi kronis 6 40,0
2 Konstipasi sedang 6 40,0
3 Konstipasi ringan 3 30,0
Total 15 100
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
42
5.1.4 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada
Pasien Stroke
Pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan lembar bristol stool
chart untuk melihat perubahan konstipasi setelah pemberian intervensi dilakukan
dengan pemberian air putih hangat. Untuk mengetahui perubahan konstipasi
sebelum dan sesudah pemberian terapi air putih hangat digunakan lembar bristol
stool chart konstipasi pada responden. Setelah semua data sudah terkumpul dari
seluruh responden, dilakukan analisis menggunakan alat bantu program statistik
komputer. Data yang telah dikumpulkan dilakukan uji normalitas yang terdiri atas
uji histogram, kolmogorov, skewness dan kurtosis. Dari hasil uji normalitas
didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Maka peneliti menggunakan uji
Wilcoxon sign ranks test. Hal ini ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.4 Hasil Uji Normallitas Sebelum dan Sesudah Pemberian Air
Putih Hangat Pada Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
Pengolahan data dilakukan dengan paired T-Test dengan syarat data
berdistribusi normal dengan tingkat signifikan p < 0,05 yang artinya ada pengaruh
bermakna antara variabel independen terhadap variabel dependen. Data dalam
penelitian ini tidak berdistribusi normal dimana nilai rasio swekness =
0,66(signifikan = -2 sampai 2) dan kurtosis = 0,996 (signifikan -2 sampai 2) dan
nilai rasio Shapiro-Wilk = 0,004, maka uji alternatif dalam penelitian ini
Parameter Std.
Deviasi Skewness Kurtosis Histogram
Uji Shapiro
Wilk
Pre test .000 - - Tidak
simetris
-
Post test .775 0,66 0,996 Tidak
simetris
.004
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
43
menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dimana p= 0,000 < 0,05 yang artinya
ada pengaruh bermakna antara pemberian air putih hangat terhadap konstipasi
pada pasien stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2018.
Tabel 5.5 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi
Pada Pasien Stroke di Rungan Internis Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden didapatkan mean
sebelum intervensi adalah 1,00 (yang mengalami konstipasi kronis) sedangkan
mean setelah intervensi adalah 1,80 (mengalami konstipasi sedang dan ringan).
Dengan demikian terdapat pengaruh konstipasi pada pasien stroke sebelum dan
sesudah intervensi. Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh p value
= 0,006 (<0,05), yang berarti bahwa pemberian air putih hangat berpengaruh
terhadap konstipasi pada pasien stroke di ruangan internis Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sebelum Diberikan Pemberian Air
Putih Hangat Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelum pemberian air
putih hangat mengalami konstipasi kronis sebanyak 15 orang (100%). Hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan pergerakan akibat dari kelumpuhan dari anggota
No
Konstipasi N Mean
Min
Max
P
Value Z
1. Pretest 15 1.00 1 0.006 -2.762
2. Postest 15 1.80 1-3
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
44
gerak dan kurangnya asupan cairan pada pasien stroke yang mengalami
konstipasi.
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena motor neuron atas melintas,
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi
motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparase atau kelemahan salah satu sisi tubuh
adalah tanda yang lain (Brunner&Suddarth, 2002).
Hasil penelitian didapatkan bahwa responden dalam penelitian ini terdapat
batasan umur yang mengalami konstipasi pada pasien stroke. Responden yang
memiliki dengan batasan usia 40-60 tahun terdapat 8 orang (53,3%) dan
responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 8 orang (53,3%). Dengan
beberapa faktor yang mendukung yaitu gaya hidup seperti kurangnya makanan
yang berserat, faktor merokok. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Yasmara (2013) bahwa bertambahnya usia menyebabkan waktu
transit kolon semakin lama sehingga kandungan air akan terus direabsorbsi
sehingga feses menjadi kering, keras, susah dikeluarkan dan selanjutnya menjadi
konstipasi.
Konstipasi merupakan kondisi dimana feses mengeras sehingga susah
dikeluarkan melalui anus dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman
pada rektum. Konstipasi mungkin juga disebabkan oleh kepercayaan
sosiokultural, kendala lingkungan, mengabaikan dorongan untuk buang air besar,
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
45
penyalahgunaan pencahar kronis, dan penyebab anorganik. Perubahan diet, pada
waktu makan, atau dalam rutinitas sehari-hari adalah beberapa faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan sembelit. Depresi dan stres juga bisa berakibat sembelit.
Bagi banyak pasien sembelit, bagaimanapun juga, tidak mungkin untuk
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya.
Hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada
pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif
karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Stroke sering
terjadi pada kelompok usia 40-70 tahun. Pada orang yang lebih mudah dari 40
tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena,
hemangioblastoma, dan trauma. Juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu,
adanya tumor otak, dan penggunaan medikasi (Brunner & Suddarth, 2002).
Menurut pendapat Lemone dan Burke (2011) kondisi imobilisasi
menyebabkan latihan fisik sulit untuk dilakukan hal lain untuk menstimulasi
konstraksi intestinal untuk mencegah terjadinya konstipasi.
5.2.2 Konstipasi Pada Pasien Stroke Sesudah Diberikan Pemberian Air
Putih Hangat
Hasil penelitian setelah pemberian air putih hangat sebanyak 3 kali
pertemuan pada pasien stroke yang mengalami konstipasi kronis yaitu 6 orang
(40.0%), yang mengalami konstipasi sedang 6 orang (40.0%), dan yang
mengalami konstipasi ringan yaitu 3 orang (20.0%).
Penelitian Ginting (2015) minum air hangat dapat memberikan sensasi yang
cepat menyebarkan gelombang panasnya kesegala penjuru tubuh manusia. Pada
saat bersamaan pembuluh darah akan berdilatasi sehingga dapat mengeluarkan
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
46
keringan dan gas dalam tubuh. Abdomen salah satu organ yang memiliki reseptor
terhadap suhu panas dan lebih dapat mendeteksi suhu panas dibanding dengan
suhu dingin. Proses defekasi ini dapat berlangsung secara cepat disebabkan oleh
stimulasi pada otot-otot abdomen yang secara langsung dapat merangsang
peristaltik usus ditambah dengan minum air hangat sebanyak 500 ml yang akan
memberikan suasana yang encer dan cair pada usus. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa telah dapat mengatasi masalah konstipasi pada pasien stroke
setelah masase abdomen dilakukan setiap hari selama tujuh hari. Masase abdomen
efektif mengatasi konstipasi jika dilakukan secara rutin setiap hari.
Penelitian Yasmara (2013) pemberian terapi air volume minimal (500 ml)
melalui mekanisme refleks gastrokolik dalam upaya pencegahan konstipasi pada
pasien imobilisasi. Pemberian minum terapi air putih segera setelah bangun pagi
sebanyak 500 ml yang dihabiskan dalam waktu 20 menit. Dan tidak makan
ataupun minum selama 45 menit sebelum dan sesudah pemberian.
Konstipasi merupakan sumber psikososial yang dapat mempengaruhi
kehidupan sehari-hari. Gejala yang didapatkan seperti sakit kepala, kelelahan
hingga perasaan kembung, kehilangan nafsu makan, mual muntah, inkontinensia
overflow. Karakteristik bristol stool chart pada tipe 1 yaitu “memisahkan
gumpalan keras seperti kacang, tipe 2 yaitu berbentuk sosis mirip tapi kental, (tipe
1 dan 2 dikelompokkan sebagai hard stool), tipe 3 yaitu seperti sosis tetapi dengan
retakan permukaan dan tipe 4 yaitu dalam bentuk halus, lembut sosis, “tipe 3 dan
4 dikelompokkan sebagai komposisi normal” (Vandenplas, dkk, 2016).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
47
Mengkonsumsi air adalah cara terbaik untuk membersihkan tubuh dari racun-
racun. Sebagaimana kita tahu, tubuh kita terbuat lebih dari 70% air. Air tubuh
tersebut dalam bentuk darah dan cairan lain yang harus selalu dibersihkan. Jika
darah lebih kental, maka jantung akan bekerja lebih keras memompa darah dan
mendistribusikan nutrisi kebagian tubuh lain. Darah sebagai alat utama untuk
penyembuhan penyakit ringan dan pemulihan kesehatan. Oleh karena itu, terapi
air sangat diperlukan untuk menjaga darah agar dapat berfungsi dengan baik
(Setyoadi, 2011).
Hasil penelitian responden mengalami perubahan konstipasi dari mengalami
konstipasi kronis, konstipasi sedang dan konstipasi ringan. Perubahan terjadi
karena setelah pemberian terapi air putih hangat selama 3 hari secara rutin
sebelum makan pagi dan sesudah bangun pagi yang berperan sebagai
melembabkan feses dalam usus dan mendorongnya keluar sehingga memudahkan
untuk defekasi. Faktor lain yang mempengaruhi seperti menjaga pola makan,
meningkatkan makanan yang berserat, mengkonsumsi asupan cairan, dan
mengurangi merokok.
5.2.3 Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi Pada
Pasien Stroke di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabteh
Medan Tahun 2018
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 15 responden diperoleh bahwa
ada perbedaan pemberian terapi air putih hangat pre-test dan post-test. Sebelum
dilakukan pemberian air putih hangat terdapat 15 (100%) orang yang mengalami
konstipasi. Setelah pemberian air putih hangat terdapat 6 orang yang mengalami
konstipasi kronis/tipe 1, konstipasi sedang 6 orang (40.0%), konstipasi ringan 3
orang (20.0%). Berdasarkan hasil uji wilcoxon sign rank test, diperoleh hasil
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
48
analisis nilai p = 0,006, dimana nilai p hitung < 0,05 yang berarti ada pengaruh
yang signifikan pemberian air putih hangat terhadap konstipasi pada pasien stroke
di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.
Penelitian Yasmara (2013) dengan judul Konsumsi Air Putih Pagi Hari
Terhadap Konstipasi Pada Pasien Imobilisasi menyatakan konstipasi pada
kelompok kontrol memiliki persentase yang sama antara kejadian konstipasi dan
tidak konstipasi yaitu sebesar 50%. Perbedaan kejadian konstipasi yang signifikan
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang ditunjukkan dengan nlai
p = 0,002 (p<0,05). Artinya ada pengaruh yang signifikan minum air putih 500 ml
dipagi hari terhadap pencegahan konstipasi.
Ginting, dkk (2015) dalam penelitian ini tentang mengatasi konstipasi pasien
stroke dengan masase abdomen dan minum air putih hangat. Proses defekasi
terhadap ketiga kelompok dilihat dari waktu terjadinya defekasi antara kelompok
intervensi I dan II dengan nilai p = 0,015, dan dari frekuensi defeksi antara
kelompok intervensi II dan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,000.
Adapun data-data yang memungkin untuk mempengaruhi konstipasi pada
pasien stroke adalah usia lebih dari 40 tahun, dan jenis kelamin pada laki-laki.
Usia menjadi salah satu faktor yang terkena pada penyakit stroke. Meningkatnya
usia yang menyebabkan terjadinya penurunan pergerakan usus. Hal ini didukung
oleh teori yang disampaikan Yasmara (2013) konstipasi pada kelompok perlakuan
lebih banyak terjadi pada usia < 40 sebesar 71,4% sedangkan pada usia >40 tahun
sebesar 28,6%. Kejadian konstipasi lebih banyak terjadi pada laki-laki, baik pada
kelompok perlakuan (57,1%) maupun pada kelompok kontrol (66,7%).
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
49
Konstipasi pada pasien stroke dapat meningkat terjadinya kurang pergerakan
pada anggota tubuh sehingga pengeluaran buang air besar tidak lancar dan
kurangnya asupan yang berserat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ginting
2015, dalam Mckay 2012) dengan diet karya serat sengat membantu untuk
memperlancar pencernaan sehingga dapat mencegah konstipasi, namun pada
pasien yang mengalami dehidrasi asupan cairan harus bertambah dengan minum
lebih banyak. Menurut Smeltzer & Bare tirah baring yang lama merupakan
penyebab terjadinya konstipasi pada pasien stroke.
Air putih merupakan pilihan yang cocok untuk mengisi volume lambung
karena derajat fluiditas kimus di lambung mempengaruhi pengosongan lambung.
Selain itu air putih sudah berbentuk cair merata tanpa harus dicerna lagi sebelum
disalurkan ke duodenum (Sherwood, 2011 dalam Yasmara, 2013).
Terapi air adalah sistem penyembuhan alami, menggunakan kebutuhan tubuh
terhadap air, dan respons tubuh secara fisiologis terhadap air untuk mencegah,
mengoreksi dan meningkatkan rentang sehat manusia. Dengan minum 500 ml air
putih Lower Maximum Volume (LMV) yaitu volume minimal yang dimasukkan
kedalam lambung mampu menyebabkan gerakan peristaltik pada lambung
(Lunding et al., 2011), maka rangsangan dari regangan lambung ini melalui saraf
otonom ekstrinsik menjadi pemicu utama gerakan massa di kolon melalui refleks
gastrolik.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
50
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Hasil penelitian Pengaruh Pemberian Air Putih Hangat Terhadap Konstipasi
Pada Pasien Stroke Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa:
1. Responden yang mengalami konstipasi sebelum diberikan pemberian air
putih hangat adalah sebanyak 15 orang (100%).
2. Responden yang mengalami konstipasi sesudah diberikan pemberian air
putih hangat adalah yang mengalami konstipasi kronis 6 orang (40.0%),
konstipasi sedang 6 orang (40.0%), konstipasi ringan 3 orang (20.0%).
3. Terdapat pengaruh pemberian air putiih hangat terhadap konstipasi pada
pasien stroke di ruangan internis rumah sakit santa elisabeth medan
dengan p value = 0,006 (p<0,05).
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran dari peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi
untuk Rumah sakit santa elisabeth Medan tetap melaksanakan terapi pemberian
air putih hangat 500 ml sesudah bangun pagi sebelum makan pagi sehingga dapat
mencegah terjadinya konstipasi pada pasien stroke.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
51
2. Responden
Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi dan meningkatkan kesadaran
pentingnya kesehatan bahwa pemberian air putih hangat menjadi terapi modalitas
dalam mengatasi konstipasi pada pasien stroke.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai pengaruh
masase abdomen terhadap konstipasi pada pasien stroke.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
52
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca Fransisca. (2011). Asuhan Keperwatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8.
Jakarta: EGC
Department of Health, Health Protection Agency. (2013). Bristol Stool Chart
Clostridium difficile Sub-Committee. (Online), (http://www.hpsc.ie/hpsc/A-
Z/Gastroenteric/Clostridiumdifficile/ Factsheets/File,3070,en.pdf) diakses 5
januari 2018
Dharma kelana kusuma. (2012). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media
Ginting, Waluyo, & Sukmarini. (2015). Mengatasi konstipasi pasien stroke
dengan masase abdomen dan minum air putih hangat. (Online),
(https://www.neliti.com) diakses 2 Januari 2015
Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: salemba Medika
Kasaraneni Jayaprada. (2014). Stroke and Constipation. Journal Health. (Online),
(http://www.scrip.org/journal/health, diakses 5 Januari 2018).
Kowalak, Jennifer P. (2014). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Lewis, dkk. (2000). Medical Surgical Nursing. Assesment and management of
clinical problems. (Vol. 2. Edi. 5)
Mardati, Setiawan, & Kusuma. (2014). Perbedaan Range Of Motion Terhadap
Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke. (Online),
(http://www.ejournal.stikestelogorejo.ac.id), diakses 10 Desember 2018).
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Peelitian Kesehatan. Jakarta: Tineka
Cipta
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Patel, dkk (2015). Say Yes warm for remove harm: amazing wonders of two
stages of water. (European journal of pharmaceutical and medical research,
(Online). (http://www.ejpmr.com, diakses 5 Januari 2018)
Pinzon, dkk. (2010). Awas Stroke! Pengertian, gejala,tindakan, perawatan, dan
pencegahan. Yogyakarta: Andi
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
53
Rosjidi, dkk. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakarnial Dan
Gangguan Perdarahan Darah Otak. Yogyakarta.
Setyoadi & kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8 (vol.2).
Jakarta: EGC
Utama Hendra. (2015). Stroke komplikasi medis dan tata laksana. Fakultas
kedokteran universitas indonesia: Jakarta
Yasmara, Irawaty, & Kariasa. (2013). Konsumsi air putih pagi hari terhadap
konstipasi pada pasien imobilisasi. (Online)., (https://media.neliti.com,
diakses 5 Januari 2018)
Vandenplas, dkk. (2016). Development of the Brussels Infant and Toddler Stool
Scale (BITSS): protocol of the study.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
54
MODUL
PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT
IGNAGUS LEVIANA PANDIANGAN
032014026
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2018
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
55
MODUL
Pemberian Air Putih Hangat
A. Defenisi
Menurut setyoadi & Kushariyadi (2011) terapi air adalah terapi alami yang
didasari penggunaan air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal
sebagai pengobatan berbagai penyakit.
B. Manfaat air putih hangat
Beberapa manfaat menurut Patel (2015) antara lain:
1. Meningkatkan sirkulasi darah dan sistem nervous untuk aktivitas
otot dan saraf yang tepat.
2. Air hangat sangat bermanfaat untuk pencernaan
3. Gerakan usus, dehidrasi dapat menyebabkan masalah kronis
sembelit. Seperti tinja yang terakumulasi didalam usus, pergerakan
usus menjadi lebih lambat.
4. Kram menstruasi. Air panas membantu mengurangi kram
menstruasi. Panasnya memiliki ketenangan dan efek menenangkan
pada otot perut yang bisa membantu menyembuhkan kram dan
kejang.
C. Indikasi pemberian air putih
Terapi minum air putih dianjurkan pada klien dengan masalah batuk,
bronkitis. TBC paru, batu ginjal, kelebihan kadar asam tubuh, disentri,
gastroenteritis, konstipasi, diabetes melitus, penyakit mata, menstruasi tidak
teratur, kanker payudara, laringitis, sakit kepala, leukemia, artritis, dan hipertensi.
D. Kontraindikasi pemberian air putih
1. klien dengan gagal jantung
2. klien dengan sirosis hepatitis
3. penyakit-penyakit dengan retensi cairan
E. Teknik pemberian air putih hangat
Persiapan
Persiapan alat dan klien:
8. Air putih hangat dan tempat air
9. Klien mengerti tujuan dan manfaat dari terapi minum air putih
Prosedur
1. Setelah bangun pagi sebelum menggosok gigi, minum 4-5 gelas air putih.
2. Gosok dan bersihkan mulut tetapi jangan makan atau minum selama 45
menit
3. Setelah 45 menit,boleh makan dan minum seperti biasa
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
56
4. Setelah 15 menit sarapan, makan siang, dan makan malam, jangan makan
atau minum selama dua jam
5. Untuk klien lansia atau pun sakit, pada saat mulai bisa digantikan dengan
meminum sedikit air terlebih dahulu dan kemudian ditingkatkan secara
berkala.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
57
SATUAN ACARA KEGIATAN
(SAK)
Pokok Bahasan : Pemberian air putih hangat
Waktu : Dilakukan pada pagi hari setelah bangun pagi dalam
3 × pertemuan 15-30 menit
Sasaran : Pasien stroke di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Materi/modul : Prosedur Pemberian Air Hangat
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pemberian air putih hangat diharapkan dapat mengalami
konstipasi pada pasien stroke
2. Tujuan khusus
a. Setelah dilakukan pemberian air hangat diharapkan pasien stroke di
Ruangan Internis Runah Sakit Santa Elisabeth Medan dapat
mengalami konstipasi
b. Pasien stroke mampu menerapkan cara sederhana dengan
pemberian air putih hangat agar mengalami konstipasi
B. Metode
1. Praktek
2. Ceramah
C. Media
1. Lembar observasi
2. Sphymomanometer (tensimeter)
3. Stetoskop
4. Gelas takaran/gelas ukur
5. Bolpoin/alat tulis
D. Acara kegiatan
Pertemuan I
No. Kegiatan Urutan kegiatan
penyuluhan
Waktu
1. Pembukaan 1. Memberi salam kepada
calon responden
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari
penelitian pemberian air
putih hangat
4. Membuat kontrak waktu
10 menit
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
58
5. Memberikan informed
concent kepada responden
6. Responden mengisi data
demografi
2. Kegiatan pre test Melakukan pemeriksaan
tekanan darah sebelum
dilakukan pemberian air
putih hangat
10 menit
3. Pemberian
intervensi
Memberikan air putih
hangat
15-45 menit
4. Penutup 1. Menanyakan perasaan
responden setelah
dilakukan air putih hangat
2. Mengucapkan salam
5 menit
Pertemuan II
No. Kegiatan Urutan kegiatan
penyuluhan
Waktu
1. Pembukaan 1. Memberi salam kepada
calon responden
Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dari
penelitian pemberian air
putih hangat
3. Membuat kontrak waktu
10 menit
2. Kegiatan pre test Melakukan pemeriksaan
tekanan darah sebelum
dilakukan pemberian air
putih hangat
5 menit
3. Pemberian
intervensi
Memberikan air putih
hangat
15-45 menit
4. Penutup 1. Menanyakan perasaan
responden setelah
dilakukan air putih hangat
2. Mengucapkan salam
5 menit
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
59
Pertemuan III
No. Kegiatan Urutan kegiatan
penyuluhan
Waktu
1. Pembukaan 1. Memberi salam kepada
calon responden
Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dari
penelitian pemberian air
putih hangat
3. Membuat kontrak waktu
4. Memberikan informed
concent kepada responden
5. Responden mengisi data
demografi
10 menit
2. Kegiatan pre test Melakukan pemeriksaan
tekanan darah sebelum
dilakukan pemberian air
putih hangat
5 menit
3. Pemberian
intervensi
Memberikan air putih
hangat
15-45 menit
4. Penutup 6. Menanyakan perasaan
responden setelah
dilakukan air putih hangat
7. Mengucapkan salam
5 menit
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
60
SOP PEMBERIAN AIR PUTIH HANGAT
Pengertian Terapi air adalah terapi alami yang
didasari penggunaan air secara internal
(dengan meminum air) dan eksternal
sebagai pengobatan berbagai penyakit.
Manfaat 5. Meningkatkan sirkulasi darah
dan sistem nervous untuk
aktivitas otot dan saraf yang
tepat.
6. Air hangat sangat bermanfaat
untuk pencernaan
7. Gerakan usus, dehidrasi dapat
menyebabkan masalah kronis
sembelit. Seperti tinja yang
terakumulasi didalam usus,
pergerakan usus menjadi lebih
lambat.
8. Kram menstruasi. Air panas
membantu mengurangi kram
menstruasi. Panasnya memiliki
ketenangan dan efek
menenangkan pada otot perut
yang bisa membantu
menyembuhkan kram dan
kejang.
Prosedur/teknik Persiapan
Persiapan alat dan klien:
10. Air putih hangat dan tempat air
11. Klien mengerti tujuan dan
manfaat dari terapi minum air
putih
Prosedur
6. Setelah bangun pagi sebelum
menggosok gigi, minum 500 ml
gelas air putih.
7. Jangan makan atu minum
selama 45 menit
8. Setelah 45 menit,boleh makan
dan minum seperti biasa
9. Untuk lansia atau pun sakit,
pada saat mulai bisa digantikan
dengan meminum sedikit air
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
61
terlebih dahulu dan kemudian
ditingkatkan secara berkala.
Evaluasi:
1. Karakteristik Bristol stool chart
setelah intervensi
2. Perasaan klien setelah
melakukan intervensi air putih
hangat.
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
62
Hasil Output SPSS
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Post tipe no .249 15 .013 .806 15 .004
a. Lilliefors Significance Correction
b. Pre tipe no is constant. It has been omitted.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post tipe no - Pre tipe no Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 9b 5.00 45.00
Ties 6c
Total 15
a. Post tipe no < Pre tipe no
b. Post tipe no > Pre tipe no
c. Post tipe no = Pre tipe no
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
63
Test Statisticsb
Post tipe no -
Pre tipe no
Z -2.762a
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pre tipe no 1.00 15 .000 .000
Post tipe no 1.80 15 .775 .200
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre tipe no & Post tipe no 15 . .
STIK
ES S
anta
Elis
abet
h M
edan
64
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre tipe no -
Post tipe no -.800 .775 .200 -1.229 -.371 -4.000 14 .001