stiei-kayutangi-bjm.ac.idstiei-kayutangi-bjm.ac.id/system/files/unduh/Diktat Teori...

227
STIE INDONESIA BANJARMASIN 2013 DIKTAT TEORI AKUNTANSI KEUANGAN Drs. Jumirin Asyikin, M.Si, Ak., CA JL . BRIGJEND H . HASAN BASRY NO 9-11, BANJARMASIN

Transcript of stiei-kayutangi-bjm.ac.idstiei-kayutangi-bjm.ac.id/system/files/unduh/Diktat Teori...

STIE INDONESIA BANJARMASIN

2013

DIKTAT TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

Drs. Jumirin Asyikin, M.Si, Ak., CA

J L . B R I G J E N D H . H A S A N B A S R Y N O 9 - 1 1 , B A N J A R M A S I N

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

2

BAB I

PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

PENDAHULUAN

Teori Akuntansi dalam uraian ini adalah khusus berkaitan dengan akuntansi

keuangan. Bahwa teori akuntansi konvensional, tersebut berkaitan erat dengan akuntansi

secara normatif. Karena itu, teori akuntansi akan bermanfaat bila rumusan teori tersebut

dapat dijadikan sebagai alat untuk memperdiksi suatu kejadian maupun harapan untuk

masa mendatang. Secara umum teori dapat diartikan sebagai kumpulan konsep (hipotesis)

yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau penelitian baik secara terstruktur maupun

insidentil. Karena itu teori tersebut bersifat umum dan berlaku sama di setiap waktu dan

tempat. Teori umumnya berkenaan dengan suatu ketentuan yang telah teruji namun

bersifat dinamis. Sehingga kebenaran teori adakalanya tidak kekal karena setelah adanya

teori hasil penemuan yang baru dengan sendirinya teori dengan konsep lama akan gugur.

Demikan pula halnya dalam praktik akuntansi, bahwa fungsi dan peran teori sangat

penting terutama dalam merumuskan konsep, dalil dan postulat maupun hipotesis lainnya

agar tercipta konsistensi internal. Yang dimaksudkan adalah adanya konsep yang

mendasari suatu praktik akuntansi. Sebab teori tanpa adanya praktik maka akan cenderung

tidak konsisten. Demikian pula praktik (akuntansi) tanpa didasari konsep teori yang jelas

maka akan menyulitkan dalam penerapannya. Oleh karena itu, pada pembahasan awal ini,

fokus uraian adalah bagaimana kita mampu memahami konsep teori yang jelas dan sesuai

dengan praktik yang ada, terutama dalam entitas bisnis. Hal ini merupakan hasil kajian

dari pakar di bidangnya, khususnya yang dipraktikkan dalam dunia bisnis.

A. SEKILAS PERKEMBANGAN ILMU AKUNTANSI

Perkembangan ilmu Akuntansi diawali dengan revolusi industri tahun 1776 yang

terjadi di benua Eropa. Terutama di Inggris, akibat revolusi ini menjalar ke benua

Amerika, sehingga mampu mengubah persepsi terhadap pentingnya peranan laporan

keuangan. Yaitu melalui ilmu akuntansi, dimana manajemen dapat melakukan rekayasa

untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan kepentingan perusahaannya. Hal ini

sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan

dan teknologi akhirnya berpengaruh juga terhadap perkembangan ilmu akuntansi.

Perkembangan ini (dimulai sejak sekitar tahun 1930-an, saat Amerika mengalami krisis

berat). Setelah melalui berbagai upaya untuk mengatasi krisis tersebut, terutama dalam

memberikan pedoman praktik akuntansi bagi entitas bisnis. Akhirnya USA membentuk

SEC (Security Exchange Commission) yang banyak membantu mendorong terciptanya

suatu prinsip akuntansi.

Setelah dunia bisnis berkembang demikian pesatnya, karena semakin besarnya

perusahaan dan ekspansi, serta pengelolaan yang memerlukan manajemen ilmiah yang

melibatkan banyak karyawan dan pihak terkait. Akhirnya pihak berkepentingan

(seperti, pegawai, banker, pemerintah, organisasi asosiasi) merasa perlu untuk membuat

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

3

suatu model pelaporan keuangan yang dapat dipercaya dan akurat, sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pada mulanya, pencatatan dalam akuntansi

hanya untuk kepentingan tertentu saja, akhirnya berkembangan sedemikian rupa

sebagaimana diuraikan pada tabel di bawah ini.

TABEL 1.1

PERKEMBANGAN ILMU AKUNTANSI DAN PRAKTIKNYA DI USA

Tahun Perkembangan Ilmu Akuntansi

1775 Mulai dikembangkan sistem pembukuan, yaitu tata buku tunggal (single entry) dan tata buku

berpasangan (double entry bookepping).

1800-an Laporan posisi keuangan (neraca) mulai dibuat dan dirasakan sebagai suatu hal yang penting sebagai

informasi bagi para pemakai terkait.

1825 Pemeriksaan keuangan (audit keuangan) mulai dikenal dan dipraktikkan

1850 Laporan Laba Rugi dianggap yang paling penting, dan menggantikan posisi Neraca.

Demikian pula ilmu penguaditan berkembang pesat hingga sekarang.

1900 Di USA mulai dikenalkan Sertifikasi Profesi, dengan sistem ujian nasional. Akuntansi harus memuat

informasi berkaitan dengan pajak, akuntansi biaya (cost accounting) dan elemennya.

1925 Terjadi perkembangan ilmu akuntansi semakin pesat, antara lain:

Akuntansi pemerintahan dan pengawasan dana pemerintah.

Teknik-teknik analisis biaya.

Penyeragaman laporan keuangan.

Perumusan Norma-norma Pemeriksaan Akuntan (NPA).

Sistem akuntansi mulai beralih dari konvensional ke sistem EDP, yaitu dengan dikenalkannya sistem punch card record.

Adanya Akuntansi khusus untuk Perpajakan.

1950-1975 Periode ini, merupakan periode yang paling pesat perkembangannya, yaitu:

Penggunaan komputer untuk pengolahan data.

Perumusaan PABU di Indonesia/GAAP di USA.

Penggunaan analisis Cost Revenue.

Jasa-jasa Perpajakan, Konsultan Pajak dan Perencanaan Pajak.

Akuntansi Manajemen, sebagai bagian dari bidang khusus akuntan manajemen.

Munculnya jasa-jasa manajemen; sistem perencanaan dan pengawasan, serta perencanaan manajemen, berkembang pesat.

1975-1990 Akuntansi sebagai ilmu, dan akuntan sebagai pelaksana semakin berkembang, hal ini ditandai

dengan perkembangan berikut.

Timbulnya ilmu manajemen, yang lebih komplit, mencakup proses dan upaya-upaya untuk mengatasi kekurangannya.

Semakin canggihnya sistem informasi, meliputi hal: - Model-model organisasi. - Perencanaan organisasi. - Teori pengambilan keputusan. - Analisis cost benefit. - Manajemen perubahan.

Metoda pengwasan menggunakan teknologi komputer dan cybernatics.

Total System Review mulai dikenal dan dipakai.

Berkembanganya akuntansi sosial, sumber daya manusia, keprilakuan, dan akuntansi lingkungan yang non profit.

Muncul kajian, berkaitan dengan prilaku manusia, perencanaan menyeluruh, hubungan antarlembaga dan person menjadi penting dan tim kerja.

1990-sekarang Elemen laporan keuangan semakin banyak dan variasi (isu lingkungan, mutu dan penjaminan).

Teknologi informasi semakin penting dan mengikat (internet, sistem informasi dan on line system).

Berkembangnya sistem akuntansi konvensional dan sistem syariah.

Sistem sertifikasi menjadi hal yang mutlak bagi akuntan.

Setiap akuntan yang terregister harus meng-update kemampuannya sesuai dengan perkembangan dan tuntutan profesi.

Sumber: adaptasi dari Leo Herbert, Fall, 1972, p. 31

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

4

Sedangkan di Indonesia, perkembangan ilmu akuntansi dan praktiknya dapat

dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu, masa kolonial dan masa kemerdekaan. Kedua

masa tersebut diikhtisarkan sebagai berikut.

TABEL 1.2

PERKEMBANGAN ILMU DAN PRAKTIK AKUNTANSI DI INDONESIA

Tahun Masa Perkembangan Ilmu Akuntansi 1602-1799 Kolonial-VOC Pembukuan sudah dipakai, dibuktikan dengan Instruksi Gubernur Jenderal

VOC tahun 1642 yang mengharuskan pengurusan pembukuan untuk semua

unit pemerintah Belanda.

1800-1942 Penjajahan Belanda VOC dibubarkan tahun 1799.

Banyak perusahaan Belanda berdiri, dengan system pencatatan debit/kredit. Misalnya Perusahaan Amphion Socyteit di Batavia.

Segmen usaha besar dikuasai oleh Belanda menggunakan sistem pembukuan debit/kredit Belanda.

Segmen usaha menengah dan kecil, dikuasai oleh etnis keturunan Cina, India, dan Arab. Dengan sistem pembukuan:

- Cina; Sistem Hokkian (Amoy), Kanton, Hokka, Tio Tjoe atau Sistem Swatow, dan Sistem Gaya Baru (new system).

- India; Sistem pembukuan Bombay. - Arab; Sistem pembukuan Hadramaut.

Pada masa ini, lahir akuntan pertama asli orang Indonesia, yaitu Dr. Butari, Ak. yang meraih gelar di Negeri Belanda.

1942-1945 Penjajahan Jepang Diadakan kursus pembukuan pola Belanda oleh Jepang, dengan pengajarnya al. J.E.de Iduse, Ak., Dr. Butari, Ak., J.D. Masie, dan R.S.

Koesoemo Poetro.

Jepang mengajarkan dengan huruf Kanji, namun tidak mengalami perubahan yang berarti.

1945-sekarang Masa Kemerdekaan Sistem tata buku berlaku adalah tata buku (sistem Belanda), yang diajarkan di SMEP, SMEA dan SMA, hingga tahun 1950-1980-an.

Tahun 1980-an Pemerintah RI, atas bantuan dari Bank Dunia, mengakhiri dualisme sistem ini. Yaitu, upaya harmonisasi sistem akuntansi dari

Amerika, dengan didirikannya PPA (Pusat Pengembangan Akuntansi) di

beberapa universitas negeri, seperti UI, UGM, UNPAD dan USU.

Didirikannya IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), tanggal 23 Desember 1957. Berhasil menerbitkan PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) tahun 1973, yang

disahkan pada Kongres III tanggal 2 Desember 1973.

Tahun 1984, PAI disempurnakan dengan membatasi pada akuntansi keuangan.

Komite PAI menerbitkan serangkaian Pernyataan PAI dan Interpretasinya, tahun 1986.

Komite PAI mengganti PAI 1984 menjadi SAK (Standar Akuntansi Keuangan) tahun 1994, yang mengadopsi pernyataan IASC (International

Accounting Standard Committee) , terdiri dari 35 PSAK, (pertama kali

Indonesia mempunyai PSAK yang bersifat wajib dilaksanakan hingga

sekarang).

Perolehan gelar Akuntan, semula secara otomatis pada tujuh universitas terkemuka tersebut , seperti; UI, UGM, UNPAD, USU, UNAIR, STAN,

dan UNHAS telah dihapuskan dan harus menempuh jalur UNA (Ujian

Nasional Akuntan), tingkat dasar, terampil, dan mahir, sebagai pengganti

kursus ujian tata buku (bond A dan bond B pola Belanda). Tertuang dalam

UU No. 34/1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan.

September 1997, dilakukan pertamakali USAP bagi mereka yang bergelar akuntan, dan akan membuka KAP (kantor akuntan publik). Dan

diterbitkannya Kode Etik IAI.

Selajutnya, ketentuan UNA dihapuskan dan perolehan gelar akuntan, harus melalui PPAk (Pendidikan Profesi Akuntan) pada PTN/PTS yang

memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut. PPAk

ini ditempuh untuk masa minimal satu tahun (dua semester), dan hanya

untuk lulusan S1 Prodi/Jurusan Akuntansi.

CPA, gelar akuntan yang besifat regional/internasional (2009-sekarang).

CA (Chartered Accountant), Akuntan berregister, gelar akuntan yang bersifat regional, terutama untuk kawasan Asia Tenggara (2013-sekarang).

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

5

Sumber: adaptasi Harahap, 1993, p. 46-80

B. APA YANG DIMAKSUD DENGAN TEORI?

Pengertian teori sering digunakan secara berbeda. Teori dapat juga dinamakan

dengan hipotesis atau proposisi. Proposisi adalah kalimat indikatif (pernyataan tentang

konsep) yang memiliki nilai kebenaran jika dikaitkan dengan fenomena (misalnya,

benar, salah, mungkin benar). Jika proposisi dikaitkan dengan pengujian empiris,

maka proposisi tersebut disebut hipotesis. Proposisi merurut jenisnya terdiri dari dua

macam yaitu proposisi a priori dan proposisi a posteriori. Proposisi a priori adalah

pernyataan yang nilai kebenarannya dapat ditentukan dengan penalaran murni atau

dengan mengalisis dari kata-kata yang digunakan (misalnya 2+2=4; segitiga memiliki

3 sisi ). Proposisi a posteriori adalah pernyataan yang nilai kebenarannya hanya dapat

ditentukan setelah diketahui adanya realitas di dunia nyata. Misalnya: lampu lalu lintas

menyala merah berarti berhenti. Bentuk yang paling sederhana dari teori adalah

pernyataan terhadap suatu keyakinan dalam bahasa.

Braithwaite (1968, 22) menyatakan: Teori ilmiah merupakan sistem deduktif

dimana konsekuensi yang diobservasi secara logis mengikuti hubungan antara fakta

yang diobservasi dengan seperangkat hipotesis dari sistem tersebut. Oleh karena itu,

studi mengenai scientific theory merupakan studi tentang sistem deduktif yang

digunakan dalam teori tersebut.

Popper (1968, 21) yang lebih menekankan pada sifat empiris dari teori; Yaitu teori

adalah area yang digunakan untuk menangkap apa yang kita namakan dunia, untuk

merasionalkan, dan menjelaskan. Atas dasar definisi tersebut, teori dapat dikatakan

sebagai argumen logis, sedang pernyataan terhadap keyakinan baik berupa penjelasan,

prediksi atau preskripsi, merupakan suatu hipotesis. Teori semacam itu terdiri dari

seperangkat premis atau pernyataan yang dihubungkan secara logis untuk

menghasilkan suatu hipotesis.

B. PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

Teori Akuntansi terdiri dari dua kata, Teori dan Akuntansi. Teori tersebut

berkaitan dengan seperangkat konsep ideal yang dinamis dan berlaku umum.

Sedangkan akuntansi merupakan alat atau media untuk mencatat dan menghasilkan

suatu infomasi bagi pemakai. Baik pemakai internal maupun eksternal. Oleh karena

itu, dalam praktik bisnis, kedua unsur tersebut sangat diperlukan. Teori sebagai

landasan dalam operasional sedangkan akuntansi sebagai penerapan konsep teori

sesuai dengan kondisi dimana akuntansi tersebut dipraktikkan.

Di sisi lain, akuntansi sangat diperlukan sebagai alat atau media untuk penyedia

informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun dalam

konsep teoritis terkadang masih banyak pihak yang belum memahami apa akuntansi

itu? Bagaimana kedudukannya dalam teori akuntansi? Apakah akuntansi tersebut

memang didukung oleh dasar atau konsep teoritis yang jelas dan ilmiah. Namun,

secara umum para peneliti, praktisi, dan akademisi telah sepakat bahwa akuntansi

tersebut cukup kuat bukti dan didukung oleh berbagai hasil penelitian dan kajian yang

dapat digunakan sebagai dasar ilmu yang ilmiah.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

6

Selain itu, akuntansi tersebut sebenarnya berkaitan erat dengan apa yang

dilakukan oleh para akuntan, dunia usaha maupun dunia pendidikan. Karena pada

mulanya dinyatakan bahwa akuntansi adalah seni (art) mencatat, mengklasifikasikan

dan meringkas atas peristiwa atau kejadian yang dilakukan sedemikian rupa dalam

bentuk uang, atau paling tidak sifat keuangan dan menginterprestasikan hasilnya

dalam laporan keuangan. Dalam pendekatan lain, untuk dapat mengidentifikasikan

akuntansi sebagai pendekatan komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh American

Accounting Association (AAA, 1960), menyatakan bahwa, Akuntansi adalah proses

mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu

pemakai dalam membuat keputusan atau pertimbangan yang benar. Sementara itu,

menurut APB opinion No. 4 tahun 1970, menyatakan bahwa, Akuntansi adalah

kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama

yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi yang diharapkan bermanfaat bagi

pengambil keputusan ekonomi. Namun dalam perkembangan selanjutnya, bahwa

akuntansi tersebut tidak hanya berkaitan dengan pencatatan dan penyajian laporan

keuangan saja, tetapi bagaimana informasi yang disajikan tersebut, dapat digunakan

bagi pemakai dan mempunyai nilai kepercayaan yang tinggi. Hal ini, hanya dapat

tercipta bila dalam informasi tersebut melibatkan akuntan, terutama dalam proses

pengauditan atas laporan keuangan yang dihasilkan untuk kepentingan para pemakai

laporan keuangan.

Menurut Hendriksen, (1999) teori adalah sebagai seperangkat prinsip-prinsip yang

saling terkait (coherent), yang bersifat hipotetis, konseptual dan pragmatis, yang

membentuk Kerangka referensi umum untuk bidang pengetahuan tertentu (a field of

inquiry). Sehingga atas dasar tersebut Hendriksen (1999), mendefinisikan teori

akuntansi adalah sebagai penalaran logis dalam bentuk sperangkat prinsip-prinsip yang

luas (a set of broad principles) yang memberikan Kerangka referensi umum untuk

mengevaluasi praktik akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan

praktik dan prosedur akuntansi yang baru. Sehingga dengan demikian teori akuntansi

tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut.

a) Memiliki bentuk (body of knowledge). b) Konsisten secara internal. c) Menjelaskan dan atau memprediksi fenomena. d) Menyajikan hal-hal yang ideal. e) Sebagai referensi yang ideal untuk mengarahkan praktik akuntansi. f) Membahas masalah-masalah dan dapat memberikan solusi.

Praktisi dan akuntan sering juga dihadapkan pada berbagai masalah yang

menyangkut transaksi yang memerlukan interpretasi atau analisis khusus seperti

analisis ekonomi, sosial, hukum, statistika, dan politik. Misalnya dalam akuntansi

terdapat karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

harus secara objektif. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti terhadap kualitas

tersebut, karena akuntansi bukan bersifat matematis yang memiliki objektif mutlak.

Ditambah lagi dalam akuntansi banyak ditemukan konsep yang diajukan oleh para

teoritis yang bersifat kontradiktif bahkan tidak saling menguntungkan.

Harahap (1993, 2), menyatakan bahwa teori akuntansi adalah susunan konsep,

definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang

menjelaskan hubungan antarvariabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

7

dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan

muncul.

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila sampai sekarang banyak terdapat

interpretasi yang berbeda terhadap teori dan praktik akuntansi. Godzali dan Chariri,

(2003), beberapa interpretasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Akuntansi sebagai catatan historis Teori ini menganggap akuntansi sebagai kegiatan pencatatan transaksi suatu

perusahaan. Hal ini didasarkan pada anggapan konservatisme, objektivitas, konsistensi

dan observasi tindakan akuntan masa lalu. Catatan ini merupakan gambaran terhadap

kegiatan manajemen dalam mengelola kekayaannya secara teratur sesuai dengan

ketentuan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Akuntansi sebagai bahasa Akuntansi sering dianggap sebagai media atau sarana bahasa untuk menyampaikan

informasi karena manajemen harus mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dan

diolahnya kepada pihak lain, seperti pemegang saham, investor, pelanggan maupun

pemerintah. Sehingga akuntansi tersebut memiliki simbol dan tata aturan tertentu

secara sistematis.

3. Akuntansi sebagai politik antar perusahaan Teori menyatakan bahwa sistem akuntansi merefleksikan dan mendukung nilai-

nilai dan kebutuhan kelompok tertentu dan informasi akuntansi dirancang dan

digunakan sebagai sumber untuk membuat kebijakan perusahaan, khususnya dalam

proses pengambilan keputusan. Misalnya perusahaan menggunakan anggaran dalam

laporan eksternal sebagai dasar kebijakan perusahaan.

4. Penentuan standar akuntansi adalah proses politik Atas dasar teori ini seringkali pemerintah melobi pembuat standar (standard

setting body) dengan maksud agar standar akuntansi yang dirancang dan dihasilkan

dapat melayani dan menguntungkan kebutuhannya.

5. Akuntansi sebagai mitologi Teori ini menganggap sistem akuntansi sebagai sumber-sumber yang bersifat

sosial untuk mempertahankan mitos rasionalisasi. Dengan demikian, akuntansi akan

digunakan sebagai alat untuk kepentingan justifikasi, rasionalisasi dan legitimasi

keputusan yang akhirnya melayani kepentingan individu lainnya.

6. Akuntansi sebagai sistem informasi komunikasi dan keputusan Teori ini memandang akuntansi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan seperti

mengkomunikasikan pengaruh inflasi terhadap kebutuhan para pemakai dan pengaruh

inflasi terhadap perilaku manajer dan investor dalam mengambil keputusan ekonomi.

7. Akuntansi sebagai barang ekonomi Teori ini menganggap akuntansi sebagai seperangkat informasi yang memiliki

unsur biaya dan manfaat. Yaitu sebagai barang ekonomi yang bersifat konsisten dan

dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi. Komoditas ini

akan selalu digunakan sepanjang pemakai memandang perlu dan memang dibutuhkan

untuk kelancaran aktivitas bisnisnya.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

8

8. Akuntansi sebagai komoditas sosial Atas dasar teori ini akuntansi dipandang memengaruhi kesejahteraan atau

kemakmuran kelompok tertentu dalam masyarakat. Sehingga produk yang dihasilkan

dari akuntansi dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk semua pemakai, secara

akurat, wajar dan transparan.

9. Akuntansi sebagai ideologi dan eksploitasi Akuntansi merupakan ideologi dari masyarakat kapitalis yang menjembatani

pemakaian teknik-teknik tertentu untuk mengeksploitasi kekayaan demi kepentingan

kelompok elit tertentu, atas beban kerugian pada masyarakat luas dan karyawan.

10. Akuntansi sebagai klub sosial. Teori ini menganggap prinsip-prinsip, standar, dan masyarakat akuntansi muncul

untuk mempromosikan kepentingan kelompok tertentu dan sesuai dengan tujuan

akuntansi. Oleh karena itu, akuntansi dapat digunakan sebagai media untuk melakukan

komunikasi tanpa memandang kelompok sosial tertentu.

Di sisi lain, dalam praktik akuntansi umumnya bersifat dinamis dan berkaitan

dengan masalah praktik, terutama bagi kalangan profesional. Misalnya terhadap selisih

kurs valuta asing, apakah dijadikan biaya ataukah dikapitalisasi? Bagaimanakah kriteria

kapitalisasi sewaguna usaha yang seharusnya di Indonesia? Kemudian, apakah isitilah

yang tepat untuk expenses: beban, biaya ataukah kos?

Untuk menjawab permasalahan di atas dan berbagai masalah lainnya dalam praktik

akuntansi, hendaknya tidak saja didasarkan atas penalaran yang makul/masuk akal

(sound theory) tetapi juga harus didasarkan taktik cerdik (shrew tact). Dengan

demikian, penalaran yang makul dalam teori akuntansi dapat dijadikan sebagai

landasan untuk memecahkan masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar sesuai

dengan metoda ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Sementara taktik cerdik

sangat memadai untuk menangani masalah yang luas dan lengkap (lukap) dan

berimplikasi luas, yang tergantung pada kearifan (wisdoms) dan tilikan (insights).

Sebab pemecahan masalah akuntansi dengan taktik yang cerdik berdasarkan

pengalaman saja dapat menghambat kemajuan profesi akuntansi. Apalagi kalau praktisi

tersebut mempunyai kekuasaan untuk memutuskan sesuatu (misalnya: dalam proses

menetapkan standar akuntansi). Oleh karena itu, praktik akuntansi yang baik dan maju

hanya dapat dilandasi oleh adanya landasan teori akuntansi yang baik pula disertai

dengan penalaran yang makul (logis).

Selanjutnya dalam pengembangan dan perumusan teori akuntansi yang

berhubungan dengan praktiknya, tidak dapat lepas dari teknologi. Sebab teknologi

tersebut diperlukan dalam menentukan cara yang terbaik untuk mengerjakan atau

mencapai suatu tujuan. Untuk itulah diperlukan perekayasaan (engineering), yaitu

proses terencana dan sistematis yang melibatkan pemikiran, penalaran, dan

pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori, pengetahuan, konsep, metoda, dan

pendekatan untuk menghasilkan suatu produk secara konkrit. Demikian pula,

perekayasaan dalam akuntansi adalah berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan

umum yang melibatkan kebijakan akuntansi dan penerapan standar akuntansi yang

konsisten dan berterima umum.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

9

GAMBAR 1.1.

STRUKTUR PEREKAYASAAN AKUNTANSI

Ilmu Murni

Ilmu Terapan

Nilai dan

Tata Sosial Teori Ekonomi,

Sosisologi,

Psikologi dan

Matematika.

Manajemen

Akuntansi,

Matematika,

Komputer,

Komunikasi,

Ekonomi, dan

lain-lain

Nilai sosial,

Tujuan sosial,

Sistem politik,

Sistem hukum,

Sistem ekonomi,

dan lain-lain

PEREKAYASAAN AKUNTANSI

Sumber: diadaptasi dari Sudibyo, 1987, 13

Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi akan memanfaatkan

pengetahuan dan ilmu berbagai disiplin. Karena akuntansi dapat menjadi sebagai salah

satu pengarah untuk merekayasa pelaporan agar mempunyai kebermanfaatan dan

keefektifan produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro produk perekayasaan berupa

konstitusi akuntansi yang sering disebut kerangka konseptual (conceptual

framework).

Bagaimanakah proses perekayasaan akuntansi tersebut dapat dilakukan berkaitan

dengan praktik akuntansi? Yaitu, proses ini dimulai dari adanya konsep pemikiran

makul dan objektif dalam membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan

keuangan dalam suatu entitas bisnis. Dalam upaya untuk menunjang tercapainya tujuan

entitas tersebut. Kemudian berdasarkan kebijakan yang diambil maka ditentukanlah

sistem dan media penyampaian informasi tentang segala kondisi dan kinerja keuangan

perusahaan.

Dalam lingkup makro, perekayasaan akuntansi ditemukan dalam sistem pelaporan

keuangan nasional (pusat dan daerah). Karena untuk menghasilkan suatu pelaporan

keuangan harus dibuat ketentuan dan peraturan agar dalam pelaksanaan

pertanggungjawaban dapat dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Seperti

perlakuan terhadap aset yang dimiliki oleh pemerintah, akankah mesti berbeda dengan

aset yang dimiliki oleh non pemerintah (perusahaan/swasta).

Pemerintah dalam pengadaan atau pembelian aset berdasarkan atas anggaran

(DIPA/Proyek) yang ditentukan lebih dulu sesuai tahun anggarannya. Sehingga aset

tersebut untuk saat ini dianggap sebagai bagian dari beban pada tahun pengadaan. Dan

belum ada alokasi untuk penyusutan atau beban tertentu dalam laporan yang dibuat

oleh instansi pemerintah. Hal ini, akan berbeda dengan sektor non pemerintah

(perusahaan/swasta). Dimana setiap aset yang mempunyai masa manfaat umur

ekonomis yang lebih dari satu periode akuntansi (misalnya mobil, inventaris, dll) akan

dilakukan pencatatan dan pengalokasian secara sistematis dan diperhitungkan beban

operasional (beban penyusutan) dalam media laporan keuangan, sesuai dengan metoda

penyusutan yang dipilih oleh manajemen (entitas yang bersangkutan).

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

10

GAMBAR 1.2.

PROSES PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN

Tujuan ekonomik dan sosial negara (entitas bisnis)

Tujuan pelaporan keuangan:

Menyediakan informasi keuangan untuk dasar

pengambilan keputusan ekonomi dan sosial

Konsep-konsep dasar apa yang relevan?

Siapa subjek pelaporan (entitas pelapor)?

Siapa yang dituju oleh informasi itu?

Informasi apa saja yang dilaporkan?

Simbol atau elemen apa yang digunakan untuk melaporkan?

Dasar pengukuran apa untuk mengkuantifikasi?

Apa saja kriteria pengakuan hasil pengukuran?

Media apa yang digunakan untuk melaporkan?

Bagaiman informasi disajikan dalam media tersebut?

Kerangka konseptual

Dijabarkan dalam standar akuntansi dan acuan lainnya sehingga membentuk PABU

Media pelaporan (bentuk, isi, dan jenis)

Informasi akuntansi (kuantitatif dan kualitatif)

Sumber: diadaptasi dari Suwarjono, 2005, 102

Berdasarkan uraian di atas, bahwa proses perekayasaan terhadap pelaporan

keuangan adalah sebagai upaya untuk menghasilkan informasi akuntansi, baik yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif, untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi.

Proses tersebut akan menggunakan segala sumber daya yang ada, seperti kerangka

konseptual, PABU dan media pelaporan lainnya. Sehingga pada dasarnya teori

akuntansi, dapat disimpulkan sebagai seperangkat konsep yang logis dan dinamis

sebagai acuan dalam menjelaskan dan menyajikan hal-hal ideal berkaitan perumusan

kerangka konseptual (untuk menyusun standar akuntansi) yang berhubungan dengan

praktik akuntansi.

C. SIFAT DAN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Teori akuntansi bersifat umum, komprehensif, terbuka, dan dinamis terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, teori akuntansi dapat

digunakan sebagai dasar pertimbangan nilai (judgment value) dalam praktik akuntansi.

Sehingga sebagai dasar pertimbangan nilai dalam praktik maka teori akuntansi dapat

digunakan sebagai acuan atau pedoman bila dalam praktik belum dirumuskan

masalahnya dalam pernyataan standar akuntansi.

Adanya fenomena baru dalam perkembangan akuntansi, seperti masalah kekayaan

intelektual dan perdagangan dunia maya (internet). Meskipun, pernyataan standar

akuntansi keuangan (PSAK) adalah bersifat wajib untuk dilaksanakan dalam

praktiknya, namun tidak jarang belum adanya pernyataan secara khusus berkaitan

dengan praktik akuntansinya. Sehingga upaya untuk mengatasi masalah ini adalah

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

11

dengan menggali kerangka konseptual, ataupun konsep teori yang relevan dan dapat

diterapkan secara langsung dalam penyajian dan penyusunan laporan keuangan.

Karena pada dasarnya teori akuntansi tersebut, berkembang secara dinamis, dan

mempunyai elemen tingkatan sesuai dengan tujuan pelaporan yang akan disajikan

kepada pemakai.

Dilihat dari strukturnya maka Teori Akuntansi tersebut terdiri dari 4 (empat)

tingkatan, yaitu:

1. Tujuan Laporan Keuangan; sebagai struktur paling atas dan merupakan tujuan akhir yang akan dicapai dalam praktik akuntansi. Adalah menyajikan informasi

baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif, terhadap

data/informasi yang wajib maupun data pendukung yang bersifat sukarela. Baik

untuk informasi umum dan khusus dalam laporan keuangan (financial statement)

untuk kepentingan pemakai. Bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir

(output) dari serangkaian kegiatan pencatatan, pengklasifikasian, penyajian dan

pengungkapan atas aktivtas bisnis manajemen.

Oleh karena itu, laporan keuangan ini harus mengacu pada standar

akuntansi berterima umum. Sebab elemen yang ada dalam laporan keuangan

tersebut bersifat standard baku. Hal ini berbeda dengan pelaporan keuangan

(financial report), karena pelaporan keuangan ini merupakan laporan keuangan

plus laporan lainnya yang bersifat opsional atau pelengkap informasi, seperti

laporan segmen usaha, laporan kontijensi, dan laporan lainnya.

2. Dalil dan Konsep Teoritis Akuntansi; hal ini berkaitan dengan anggapan-anggapan lingkungan dan sifat satuan akuntansi. Dalil dan konsep ini teoritis ini

diperolah dari tujuan yang telah dinyatakan dalam laporan keuangan di atas.

Merupakan pernyatan yang sudah diakui kebenarannya, dan bersifat umum sebagai

pedoman dasar dalam menjelaskan suatu kejadian atau fenomena.

3. Prinsip Akuntansi; menjelaskan tentang prinsip dasar akuntansi sebagai pedoman umum yang didasarkan pada dalil dan konsep teoritis. Prinsip ini merupakan

landasan yang harus dijalankan dalam praktik akuntansi secara konsisten.

4. Teknik Akuntansi: merupakan kumpulan pelaksanaan dan kegiatan yang merupakan aturan khusus dan berasal dari prinsip akuntansi untuk mengakui

transaksi dan kejadian khusus yang dihadapi dalam kesatuan akuntansi (entitas

bisnis). Teknik ini tergantung dari situasi dan kebijakan akuntansi yang ditempuh

oleh manajemen dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

Jadi, keempat tingkatan tersebut merupakan rangkaian yang membentuk Teori

Akuntansi, dari hirarki dasar hingga hirarki tertinggi. Oleh karena itu, Teori Akuntansi

tersebut dalam perumusannnya harus didasarkan atas metoda ilmiah. Karena tanpa

adanya metoda ilmiah tersebut maka Teori Akuntansi akan sulit untuk dikembangkan,

terutama berkaitan dengan masalah praktik akuntansi dalam bisnis. Sehingga segala

hal yang berkaitan dengan praktik akuntansi harus dapat dideskripsikan secara jelas

dan objektif.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

12

Hirarki sruktur Teori Akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut.

GAMBAR 1.3.

HIRARKI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Dari gambar tersebut, jelas terlihat bahwa teori akuntansi mempunyai struktur yang baku

dan berfokus pada penyediaan informasi. Terutama bagi pemakai yang berkepentingan

terhadap laporan keuangan. Sedangkan konsep teoritis, terutama pada tingkatan 2 dan 3

masing-masing sebagai berikut.

Tabel 1.3.

DALIL, KONSEP TEORITIS DAN PRINSIP AKUNTANSI

DALIL AKUNTANSI KONSEP TEORITIS

AKUNTANSI

PRINSIP AKUNTANSI

Entitas Bisnis

(bussines entity)

Teori Kepemilikan

(proprietory theory):

Assets Liabilities = Modal

pemilik

Prinsip harga pokok

Prinsip penghasilan

Prinsip mempertemukan

Going Concern atau

Continuity

Teori Kesatuan (entity theory):

Assets = Equaities

Prinsip objektivitas

Prinsip konsistensi

Satuan Moneter

(unity of measure)

Teori Dana (fund theory)

Assets = Pembatasan Aset

Pengungkapan selengkapnya

Prinsip konservatisme

Periode Akuntansi

(accounting period)

Prinsip materialitas

Keseragaman dan dapat

diperbandingkan

a. Dalil Akuntansi: Apakah dalil tersebut? Menurut Webster Third International Dictionary, dalil adalah

suatu alasan awal yang diakui kebenarannya atau dijadikan aksiomatis berupa hipotesis

atau asumsi pokok dalam lingkupan praktik akuntansi. Dalil disebut pula sebagai

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

DALIL AKUNTANSI

PRINSIP AKUNTANSI

TEKNIK AKUNTANSI

KONSEP TEORITIS AKUNTANSI

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

13

pernyataan atau aksioma yang terbukti dengan sendirinya dan berterima umum sesuai

dengan laporan keuangan yang menggambarkan lingkungan ekonomi, sosial, dan hukum.

Menurut KBBI (2008), dalil adalah keterangan yang dijadikan bukti atau alasan untuk

kebenaran (terutama berdasarkan ayat-ayat Al-Quran). Jadi dapat disimpulkan bila dalam

kerangka ilmu pengetahuan (ilmiah) maka dalil ini merupakat postulat atau pernyataan

yang dapat dibuktikan kebenarannya. Sehingga dalam Teori Akuntansi dalil atau postulat

tersebut dapat dirumuskan dalam beberapa pernyataan berikut.

Dalil tersebut meliputi:

1) Entitas bisnis, dalil ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu

kesatuan usaha atau badan usaha ekonomis yang berdiri sendiri, kedudukannya terpisah

dari pemilik dan pihak lainnya yang menanamkan modalnya dalam perusahaan.

2) Keajekan, bahwa perusahaan akan berlangsung terus sampai batas waktu yang tidak

terbatas. Dalil ini menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan laporan

keuangan.

3) Satuan moneter, adalah merupakan penghargaan yang tepat (paling objektif) dalam

mengakui, mencatat, mengukur, dan melaporkan setiap transaksi maupun kegiatan

pertukaran, baik terhadap pendapatan maupun biaya atau beban. Karena fungsi

akuntansi adalah menyediakan informasi yang umumnya bersifat kuantitatif

berdasarkan realitas (objektivitas) transaksi di suatu perusahaan.

4) Periode akuntansi, berkaitan dengan periode (jangka waktu) dalam pembuatan

laporan. Umumnya periode (siklus) akuntansi berlangsung dalam satu tahun, dengan

perbandingan informasi tahun sebelumnya. Kadangkala untuk menilai kinerja internal

dibuat laporan keuangan interim (bulanan, triwulan, caturwulan maupun semesteran).

b. Konsep Teori Akuntansi Merupakan konsep kesatuan akuntansi yang berlaku umum dalam suatu perekonomian

yang bebas (free economic liberalisme) dengan bercirikan pada kepemilikan swasta

atau pihak lainnya yang memiliki equitas.

1) Teori Kepemilikan, terdapat pemisahan kepemilikan antara pemilik dengan

pemegang saham atau investor. Dengan tujuan untuk memberikan informasi

seberapa besar kekayaan berish yang dimiliki pemilik. Dikenal dengan persamaan:

Aset-Laibilitas = Hak Pemilik. Berdasarkan persamaan ini maka pendapatan bersih

adalah kenaikan kekayaan pemilik yang ditambahkan pada modal.

2) Teori Kesatuan, sebagai suatu yang terpisah dan berbeda investor dan hak pemilik

maupun kreditur. Teori ini lebih tepat diterapkan pada perusahaan yang berbentuk

perseroan. Dan berbeda dari pemiliknya. Persamaan akuntansi yang dipakai dalam

teori ini adalah: Aset = Hak milik atau Aset = Laibilitas + Hak Pemegang Saham

(Modal).

3) Teori Dana, ini bermanfaat bagi organisasi yang bertujuan tidak mencari laba.

Dasar akuntansinya adalah adalah sekelompok aset atau pun kewajiban yang

bersangkutan berdasarkan batasan-batasan tertentu, yang disebut Dana. Teori ini

memandang satuan usaha sebagai satuan yang terdiri dari sumber ekonomi dan

kewajiban yang disertai batasan. Ada delapan jenis dana yang dikenal dalam teori

ini, yaitu:

1) the general fund, atau general fund dalam akuntansi dana adalah dana yang paling

penting dalam suatu entitas dalam akuntansi dana. Tidak seperti dana lain

(contoh: Capital Project Fund atau Debt Service Fund), General Fund merupakan

dana yang going-conceren, apabila dana ini dibubarkan berarti suatu entitas ini

http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_danahttp://id.wikipedia.org/wiki/Entitas

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

14

bubar.

2) special revenue fund, dana pendapatan khusus untuk menghitung keuntungan dari

sumber pendapatan khusus (kecuali kepercayaan perbelanjaan atau untuk

perencanaan modal) yang resmi atau sah dibatasi pada pengeluaran-pengeluaran

untuk tujuan tertentu.

3) debt service fund, Dana-dana jasa hutang untuk menghitung penjumlahan atau

akumulasi untuk sumber-sumber, dan pembiayaan, prinsip umum hutang jangka

panjang dan bunga.

4) capital project fund,

5) enterprise fund, Dana-dana perusahan untuk menghitung penyediaan barang-

barang dan jasa-jasa kepada khalayak yang dibiayai oleh pengguna beban.

6) trust and agency funds, Dana-dana orang kepercayaan atau agen untuk harta-harta

yang diselenggarakan oleh unit-unit pemerintah sebagai orang kepercayaan atau

agen.

7) intragovermental service funds, dan

8) special assessment funds (Belkaoui, 1985, 143-144).

c. Prinsip Akuntansi Merupakan aturan umum yang diperoleh dari tujuan dan konsep teori akuntansi.

Prinsip akuntansi ini merupakan dasar dalam teknik akuntansi yang diterapkan untuk

penyusunan suatu laporan bisnis (laporan keuangan perusahaan).

1) Prinsip harga pokok, menggambarkan informasi yang biaya yang dikeluarkan dapat diverifikasi berdasarkan nilai tukar barang atau jasa pada saat diperoleh oleh

perusahaan. Sehingga informasi yang disajikan mempunyai daya banding yang

lebih baik. Namun dalam prinsip ini seringkali tidak memebrikan informasi yang

relevan bagi pemakai eksternal laporan keuangan, karena pada dasarnya biaya atau

beban diukur dengan nilai sekarang untuk pelaporan keuangan. Apalagi dalam

kondisi tertentu, misalnya inflasi, deflasi, likuidasi ataupun hal lainnya yang

memerlukan penilaian.

2) Prinsip penghasilan, meliputi pengakuan dan pengukran seluruh hasil kegiatan usaha baik bersifat utama maupun sampingan. Penghasilan ini diukur dengan nilai

barang atau jasa yang dipertukarkan dalam suatu perdagangan yang bebas.

Pengakuan penghasilan dilaporkan berdasarkan prinsip realisasi dari kejadian kritis

yang telah dilakukan, melalui kegiatan transaksi yang sah. Kejadian kritis ini

berdasarkan siklus operasional perusahaan, dapat berupa: 1) saat penjualan, 2) saat

selesainya produksi, bila harga dan kondisi stabil. dan 3) penerimaan pembayaran

setelah penjualan (dasar tunai).

3) Prinsip mempertemukan, adalah proses penandingan antara pendapatan dan beban/biaya dalam periode yang sama, agar dapat ditentukan besarnya laba/rugi.

Ada tiga dasar penandingan yang digunakan yaitu, 1) Hubungan sebab akibat,

adalah proses penandingan antara pendapatan dan beban/biaya secara langsung

berdasarkan hubungan fisik. 2) Alokasi sistematis dan rasional, adalah proses

penandingan tidak langsung antara pendapatan dengan beban/biaya berdasarkan

ukuran periode, dan 3) Pembebanan segera, dasar ini dipakai bila dasar yang

pertama dan kedua tidak dapat dipakai.

4) Prinsip objektivitas, berkaitan dengan penyajian informasi yang dapat dipercaya dan relevan bagi pemakai laporan keuangan. Artinya pengukuran tersebut

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

15

didasarkan pada bukti-bukti yang dapat dipercaya (dapat diuji kebenarannya). Dan

didasarkan atas kejadian ekonomi (transaksi) yang sebenarnya terjadi.

5) Prinsip keajekan (kontinyuitas), adalah berhubungan dengan penerapan suatu prinsip yang sama dan konsisten dari satu periode ke periode berikutnya.

Penyimpangan dari prinsip ini dapat dibenarkan bila terdapat dua atau lebih

prosedur atau metoda yang serupa dan sah untuk diterapkan. Dan bila terjadi

perubahan tersebut maka harus diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan

tujuan perubahan tersebut.

6) Prinsip pengungkapan sepenuhnya, menghendaki pengungkapan yang wajar (fair), lengkap (full) dan cukup atau memadai (adequate). Wajar berarti adanya

batas yang etis yang mengatur perlaksanaan secara layak. Lengkap berarti

penyajian informasi yang menyeluruh dan komplit. Sedangkan pengertian memadai

adalah informasi minimal yang harus dilaporkan. Pengungkapan ini menghendaki

konsep yang lukap sehingga tidak menimbulkan pernafsiran yang beraneka.

7) Prinsip konservatisme, merupakan konsep yang baik dipakai namun juga sangat lemah terutama dalam memperlakukan eksistensi ketidakpastian dalam penilaian

pendapatan. Oleh karena itu, informasi yang disajikan dengan menggunakan

konsep ini tidak dapat dijadikan pokok interpretasi yang tepat. Karena konsep ini

cenderung ke arah mengurangi daya banding sebab tidak ada standar yang seragam

dalam pelaksanaannya.

8) Prinsip materialitas, adalah berhubungan dengan penyajian informasi tertentu yang

harus disajikan dalam laporan keuangan. Karena berkaitan dengan signifikansi

terhadap pengambilan keputusan yang akan diambil. Namun permasalahan yang

muncul adalah, bagaimana suatu informasi dikatakan materialitas dan atau tidak.

Oleh karena itu, dalam penyajian informasi dalam laporan keuangan akhirnya hanya

didasarkan pada pertimbangan profesional.

9) Prinsip keseragaman dan dapat diperbandingkan, sebagai bentuk keseragaman

dalam penyajian laporan keuangan, meliputi; konsep pengukuran, klasifikasi,

metoda dan bentuk laporan. Sehingga memudahakan bagi pemakai dalam

melakukan estimasi dan pengambilan keutusan yang tepat dalam melakukan

perbandingan terhadap kinerja manajemen.

D. KLASIFIKASI PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Pembentukan suatu teori umumnya berawal dari fenomena yang terjadi dalam

kehidupan manusia. Fenomena tersebut menimbulkan suatu pernyataan yang

membutuhkan jawaban. Jawaban tersebut terletak pada suatu bidang dan sering

disebut dengan epistemology, atau studi tentang penciptaan suatu pengetahuan.

Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai social science, yaitu proses

pengukuran dan masalah teknis. Oleh karena itu, dalam mereview suatu teori ilmiah

(scientific theory), kita perlu menguji asumsi yang dibuat dengan menggunakan

metoda ilmiah dan sudut pandang yang lain.

Masalah utamanya terletak pada metoda yang digunakan apakah metoda ilmiah

(scientific) atau metoda alamiah (naturalistic). Pendekatan ilmiah lebih bersifat

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

16

terstruktur dan terencana dalam hal perancangan risetnya, dimana masalah, hipotesis

dan teknik penelitiannya dinyatakan secara jelas. Dan dapat ditelusuri dasar teori yang

mendasarinya, baik secara empirik maupun dari konsep teori yang sudah ada.

Sebaliknya metoda alamiah menolak penggunaan prosedur yang terstuktur. Secara

garis besar teori akuntasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:

berdasarkan metoda penalaran, sistem bahasa dan tujuan perumusan, sebagai

berikut.

1. Klasifikasi menurut Metoda Penalaran. Atas dasar metoda ini maka teori akuntansi dapat dirumuskan dari berbagai

pendekatan yang berbeda yaitu:

a. Pendekatan Deduktif (deduktive approach) Pendekatan ini dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip

akuntansi yang rasional sebagai pedoman dan dasar untuk mengembangkan

teknik-teknik akuntansi. Secara umum langkah yang digunakan dalam

merumuskan teori akuntansi adalah sebagai berikut.

1. menentukan tujuan laporan keuangan;

2. memilih postulat akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik, dan sosiologi;

3. menentukan prinsip akuntansi; dan 4. mengembangkan teknik akuntansi (Belkoui, 1993).

Keuntungan lain dari pendekatan ini adalah kemampuan untuk merumuskan

struktur teori akuntansi yang konsisten, terkoordinasi, lengkap, dan setiap

tahapan dapat berjalan secara logis.

b. Pendekatan Induktif (induktive approach) Bahwa dalam akuntansi, proses induktif melibatkan kegiatan observasi

mengenai data keuangan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi

tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan dalam prinsip-

prinsip akuntansi sesuai dengan hubungan yang ada. Pendekatan ini

menggunakan pola dari khusus ke umum.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah:

1. mencatat semua observasi; 2. menganalisi dan mengklasifikasikan hasil observasi, sehingga dapat

dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan;

3. hasil observasi kemudian digeneralisasi; dan 4. pengujian terhadap generalisasi, (Belkoui, 1993).

Tujuan yang melandasi pendekatan ini adalah untuk merumuskan konklusi

teoritis dan bersifat abstrak dan rasionalisasi dalam praktik akuntansi.

Keuntungan yang dapat diperoleh bila menggunakan pendekatan ini adalah

dalam penggunaaannya pendekatan ini berdasarkan pada kebebasan dimana

dalam perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang

telah diyakini atau disiapkan sebelumnya. Namun pendekatan ini paling tidak

memiliki dua kelemahan, yaitu:

1. Seringkali pengamat (observer) dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak disadari tentang jenis hubungan yang diamati dan jenis data yang

dikumpulkan.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

17

2. Data yang digunakan dalam pengamatan cenderung berbeda antara satu perusahan dengan perusahaan yang lain.

c. Pendekatan Etika (ethics approach) Dalam pendekatan ini sebagai dasar utama adalah pad konsep kebenaran

(truth), keadilan (justice), kewajaran atau kejujuran (fairness). Hal ini lebih

pada penekanan moral karena dalam merumuskan teori akuntansi harus benar-

benar memperhatikan unsur tersebut bukan semata-mata pada kepentingan

praktik akuntansi (bisnis) semata. Namun harus memperhatikan faktor etika,

baik dalam bisnis, masyarkat maupun dengan lingkungan (alam sekitarnya).

d. Pendekatan Sosiologi (sosiology approach) Pendekatan ini menekankan pada pengaruh sosial yang timbul akibat dari

teknik-teknik akuntansi terhadap kesejahteraan sosial di lingkngan tempat

akuntansi digunakan. Akuntansi sosial yang dilandasi oleh kepentingan

ekonomi yang dikembangkan, bertujuan untuk mendorong perusahaan agar

dapat manajemen dapat mempertanggungjawabkan kegiatan usahanya pada

lingkungan sosial yang dinamis. Yaitu melalui pengukuran, internalisasi dan

pengungkapan dampak sosial dari kegiatan perusahaan dalam laporan

keuangan tersebut. Pengungkapan ini lebih bersifat moral dan bertujuan untuk

menjamin kelangsungan entitas dalam jangka panjang.

e. Pendekatan Ekonomi (economic approach) Pemilihan terhadap teknik akuntansi tergantung pada pengaruhnya terhadap

ekonomi nasional secara umum, dan lokal secara khusus. Dalam pendekatan

ini kriteria yang digunakan adalah:

1. Kebijakan dan teknik akuntansi hendaknya dapat merefleksikan pada realitas ekonomi yang terjadi.

2. Pemilihan teknik akuntansi sangat tergantumg pada konsekuensi ekonomi yang timbul dari penerapan teknik akuntansi tersebut.

f. Pendekatan Eklektik (eclectical approach) Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan akuntansi dengan cara

menggabungkan berbagai pendekatan yang selama ini digunakan. Pendekatan ini

digunakan terutama untuk menyusun atau menggali suatu informasi secara empiris

yang melibatkan semua disiplin ilmu yang terkait. Sehingga dalam pendekatan ini

memerlukan ahli atau orang yang kompeten di bidangnya.

2. Klasifikasi menurut Sistem Bahasa

Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa baik yang bersifat verbal atau

matematis. Pengembangan teori itu sendiri biasanya berasal dari abstraksi dunia

tidak nyata (imaginative), yaitu yang terdapat dalam alam pikiran manusia. Agar

abstraksi itu bermanfaat, teori akhirnya harus dihubungkan atau diwujudkan dalam

dunia nyata.

Selain itu, teori dapat pula dinyatakan dalam bentuk kata atau tanda (simbol).

Studi tentang simbol, dalam filsafat pengetahuan dikenal dengan istilah semiology.

Secara garis besar semiologi terdiri dari tiga bagian, yang dapat dikatakan sebagai

unsur teori, yaitu: Pendekatan Sintaktik, Semantik dan Pragmatik.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

18

a. Pendekatan Sintaktik.

Sintaktik adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara simbol dengan

simbol. Pertanyaan utama dalam unsur ini ada apakah kata-kata atau simbol

digunakan sacara konsisten dan logis? Sintaktik atau hubungan logis

menghubungkan konsep-konsep dasar (diwujudkan dengan simbol

lingkungan). Hubungan kelogisan dalam sintaktik berkaitan dengan aturan

bahasa yang digunakan. Unsur sintaktik dapat dianalisis dengan menggunakan

metodologi analitik yang didasarkan pada silogisme, yang memiliki

seperangkat pernyataan dan konklusi. Misalnya:

Penyataan 1 : Semua anak laki-laki adalah berjenis kelamin pria

Pernyataan 2 : Boy adalah berjenis kelamin pria

Konklusi : Susi bukan berjenis kelamin pria.

Silogisme tersebut membentuk proposisi analitik. Dalam hubungan ini

untuk membuktikan kebenaran proposisi tersebut, arti sebenarnya dari jenis

kelamin tidak perlu diketahui. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa

sintaktik berhubungan dengan aliran logika, bukan keakuratan proposisi

argumen dari dunia nyata. Oleh sebab itu, evaluasi sintaktik terhadap suatu

teori melibatkan evaluasi validitas (logika) suatu argumen yang membentuk

teori tersebut. Jika suatu argumen adalah valid, maka pernyataannya adalah

benar dan konklusinya pasti benar. Sebaliknya logika akan tetap valid

meskipun pernyataannya atau konklusinya tidak benar. Misalnya:

Pernyataan 1 : Semua rekening laibilitas bersaldo kredit.

Pernyataan 2 : Akumulasi depresiasi berkaitan dengan aset.

Konklusi : Akumulasi depresiasi memiliki saldo kredit.

Dari contoh di atas logikanya (hubungan sintaktik) adalah valid karena jika

kedua pernyataan tersebut benar, otomatis konklusinya juga akan benar.

b. Pendekatan Semantik

Semantik menunjukkan makna atau hubungan antara kata, tanda atau

simbuk dengan obyek yang ada didunia nyata. Pernyataan yang berkaitan

dengan unsur semantik adalah, Apakah arti dari setiap kata atau simbol yang

digunakan dalam teori? Persamaan akuntansi Aset = Laibilitas + Ekuitas pada

awalnya abstrak. Namun demikian apabila kita mengkaitkannya dengan obyek

dunia nyata, persamaan tersebut menjadi realistis. Kebenaran nilai atau

keakuratan semantik suatu pernyataan ditentukan oleh keakuratan deskriptif

yang ada di dunia nyata. Kebenaran tersebut didasarkan pada pernyataan atau

konklusi individual, bukan pada aliran logika (argument). Misalnya:

Pernyataan 1 : Semua aset dan rekening kontranya bersaldo kredit.

Pernyataan 2 : Laibilitas bukan rekening aset.

Konklusi : Laibilitas usaha bersaldo kredit.

Pernyataan pertama adalah salah dan aliran logika yang berawal dari

pernyataan ke-konklusinya adalah tidak valid. Oleh karena itu, tidak ada

pernyataan yang jelas apakah rekening non aset bersaldo debit atau kredit,

maka secara sintaktik konklusi juga akan akan mengikuti pernyataan

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

19

sebelumnya. Meskipun demikian dari hubungan semantik (dunia nyata),

konklusinya adalah benar bahwa laibilitas dagang bersaldo kredit. Atas dasar

hubungan semantik hipotesis atau teori mengandung dua unsur empiris dan

sintaktis.

c. Pendekatan Pragmatik

Hubungan pragmatis menunjukkan pengaruh kata-kata atau simbol

terhadap seseorang. Aspek pragmatis berkaitan dengan bagaimana konsep dan

praktik akuntansi memengaruhi prilaku seseorang. Hal ini beralasan karena

salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan untuk membantu pengambilan

keputusan ekonomi. Pendekatan populer yang digunakan untuk merumuskan

teori ini adalah model keputusan (decision model). Dasar pemikiran utama dari

model keputusan adalah didasarkan pada asumsi bahwa akuntansi harus

memenuhi kebutuhan informasi para pemakai. Pendekatan pragmatis yang lain

adalah dengan cara mengamati reaksi seseorang terhadap pesan yang sama

dengan menggunakan cara yang berbeda.

3. Klasifikasi menurut Perumusan Tujuan

Atas dasar tujuannya, teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu Teori Akuntansi Normatif yang memberikan rumusan terhadap praktik

akuntansi, dan Teori Akuntansi Positif yang berusaha menjelaskan dan

memprediksi fenomena yang berkaitan dengan akuntansi.

a. Teori Akuntansi Normatif (normative accounting theory). Teori ini berusaha menjelaskan bagaimana seharusnya akuntansi dipraktikkan,

dan berusaha membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktikkan. Teori

Akuntansi Normatif bukan dihasilkan dari penelitian empiris tetapi dihasilkan

dari kegiatan semi penelitian. Teori ini hanya menyenbutkan hipotesis

bagaimana akuntansi seharusnya dipraktikkan tanpa harus menguji hipotesis

tersebut. Beberapa teori akuntansi normatif ini antara lain: True Income dan

Decision-Usefulness.

True income berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik

dan benar untuk aset dan laba. Sedangkan Decision-Usefulness mempunyai

tujuan dasar agar dalam praktik akuntansi mampu untuk membantu proses

pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan

dan bermanfaat. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran

akuntansi. Terori tersebut bersifat normatif karena didasarkan pada anggapan

berikut.

1) Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran.

2) Laba dan nilai dapat diukur secara akurat. 3) Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi. 4) Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi). 5) Ada beberapa pengukuran laba yang unik.

b. Teori Akuntansi Positif (positive accounting theory) Aliran ini pada awalnya dikenalkan oleh akademisi di University of Chicago

USA dan meluas ke berbagai universitas seperti Rochester, California, Barkley,

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

20

Stanford, dan New York. Aliran positif didasarkan pada anggapan bahwa

kekuasaan dan politik merupakan sesuatu yang tetap dan sistem sosial dalam

organisasi merupakan fenomena empiris konkrit dan bebas nilai atau tidak

tergantung pada manajer dan karyawan yang bekerja dalam entitas tersebut.

Watts dan Zimmerman (1986) berpendapat bahwa perumusan teori harus

betul-betul memperhatikan pertimbangan nilai dan menekankan pada

kebutuhan akan pendekatan baru. Diungkapkan bahwa, tujuan dari PAT

adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik

akuntansi. Menjelaskan berarti memberikan alasan terhadap praktik akuntansi

yang diamati. Misalnya teori akuntansi nilai historis dan mengapa perusahaan

tertentu mengubah teknik akuntansinya. Prediksi berarti teori akuntansi dapat

memberikan prakiraan atau prediksi terhadap fenomena yang diamati.

Fenomena ini tertutama berkaitan dengan paradigma baru dalam

perkembangan bisnis (meliputi teknologi dan ilmu pengetahuan), sehingga

perlu adanya konsep atau hipotesis baru yang harus mampu dirumuskan untuk

memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi.

Dalam PAT dikenal tiga hipotesis sebagai berikut.

1) Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypotehsis), dimana manajer perusahaan dengan rencana bonus tertentu cenderung lebih menyukai

metoda meningkatkan laba periode berjalan.

2) Hipotesis utang (debt/equity hypothesis), bahwa makin tinggi rasio utang ekuitas perusahaan maka makin besar kemungkinan bagi manajer untuk

menggunakan metoda akuntansi yang dapat menaikkan laba.

3) Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis), bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan metoda akuntansi yang dapat mengurangi laba

periodik dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Ketiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya 3 (tiga)

hubungan keagenan yaitu:

a. antara manajer dengan pemilik; b. antara manajemen dengan kreditur; dan c. antara manajemen dengan pemerintah.

Selanjutnya dalam PAT yang dikembangkan melalui penelitian dan dapat

dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu:

1) Penelitian akuntansi dan perilaku dalam pasar modal. Tahap ini menjelaskan hubungan antara pengumuman antara laba dengan reaksi

pasar terhadap harga saham. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan

hipotesis pasar efisien dan Capital Aset Pricing Model (CAPM).

2) Penelitian dalam tahap ini dilakukan dengan maksud menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada dua

alasan. Yaitu, pertama adalah alasan oportunistik yang digunakan

perusahaan dalam memilih metoda akuntansi tertentu. Alasan ini disebut

juga ex-post yaitu pemilihan metoda akuntansi dilakukan sesudah diketahui

adanya fakta. Alasan kedua alasan efisiensi berkaitan dengan metoda

akuntansi yang dipilih guna mengurangi biaya kontrak antara perusahaan

dengan pemiliknya (stakeholder). Alasan efisiensi disebut juga dengan ex-

ante karena dalam pemilihan metoda akuntansi dilakukan sebelum fakta

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

21

diketahui. Secara teoritis maka PAT telah memberikan kontribusi dalam

pengembangan akuntansi misalnya:

a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut.

b. Memberikan Kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi. c. Menunjukkan peran utama biaya kontrak dalam teori akuntansi. d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan Kerangka

dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.

e. Mendorong penelitian yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.

PELATIHAN

1. Apa yang dimaksud teori, jelaskan! 2. Uraikan secara ringkas perkembangan ilmu akuntansi, di USA dan di Indonesia. 3. Apa yang dimaksud teori akuntansi, jelaskan! 4. Jelaskan beberapa interpretasi tentang akuntansi! Termasuk dalam interpretasi

manakah bila akuntansi dipandang sebagai alat penyedia informasi?

5. Bagaimana sebenarnya konsep akuntansi (konvensional) jika dipandang dari prinsip syariah, jelaskan.

6. Dalam merumuskan teori akuntansi akuntansi dikenal ada tiga klasifikasi, yaitu metoda penalaran, sistem bahasa, dan tujuan perumusan, jelaskan!

7. Mengapa struktur dalam teori akuntasi dibagi dalam empat tingkatan, jelaskan disertai dengan contohnya masing-masing!

8. Apakah yang dimaksud dengan PAT? Jelaskan 9. Seberapa besar PAT mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan akuntansi,

jelaskan!

10. Bila dalam suatu perusahaan terjadi transaksi penjualan barang dagangan secara kredit, kepada pelanggan tetap. Sedangkan pembayaran dilakukan secara bertahap selama tiga

kali angsuran, maka bagaimana seharusnya pencatatan yang dibuat atas transaksi

tersebut. Apakah dalam praktik seperti ini termasuk dalam interpretasi akuntansi

sebagai catatan historis? Jelaskan jawaban Saudara.

11. Jelaskan struktur perekayasaan akuntansi. 12. Jelaskan perbedaan antara pelaporan keuangan dengan laporan keuangan. 13. Mengapa untuk merumuskan suatu teori diperlukan pendekatan yang bersifat ilmiah

maupun non ilmiah (alamiah), jelaskan!

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

22

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

DALAM PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI

A. PENGERTIAN KERANGKA KONSEPTUAL

Pada tingkatan teori yang tinggi, kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup

dan tujuan pelaporan keuangan. Pada tingkatan selanjutnya, kerangka konseptual

mengidentifikasikan dan mendefinisikan karakteristik dari informasi keuangan dan

elemen laporan keuangan. Pada tingkatan operasional yang lebih rendah, kerangka

konseptual berkaitan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan (rules) tentang

pengukuran dan pengakuan elemen laporan keuangan dan tipe informasi yang perlu

disajikan. Agar dapat dijadikan legitimasi, maka kerangka konseptual harus didukung

oleh metodologi ilmiah (scientific). Hal ini berarti, bahwa prinsip-prinsip dan

aturan-aturan pengukuran tersebut harus dihasilkan dari tujuan dan konsep-konsep

yang telah didefinisikan sebelumnya. FASB (1978) mendefinisikan kerangka

konseptual sebagai suatu sistem yang saling berkaitan sebagai berikut.

Suatu sistem yang koheren tentang tujuan (objectives) dan konsep dasar yang saling

berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan

memberi pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan

pelaporan keuangan.

Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa kata-kata seperti sistem yang koheren

(coherent system) dan konsisten (consistent) menunjukkan bahwa FASB

menggunakan Kerangka teoritis dan non-arbiter. Sedang kata memberi pedoman

(precribes) mendukung pemakaian pendekatan normatif. Yang berarti segala yang

tercantum dalam Kerangka konseptual tersebut, harus dipatuhi dan dilaksanakan

secara konsisten.

Ada beberapa pihak yang memandang kerangka konseptual sebagai konstitusi

(undang-undang), yang merupakan landasan dalam proses penentuan standar

akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberi pedoman bagi badan yang berwenang

dalam memecahkan masalah yang muncul selama proses penentuan standar tertentu

sesuai dengan kerangka konseptual. Namun demikian tidak ada cara yang dapat

digunakan untuk membuktikan bahwa pertimbangan nilai yang dibuat oleh individu

atau kelompok yang lain. Dengan demikian keberadaan teori yang berkaitan secara

logis (koheren) untuk menyusun standar akuntansi merupakan argumen yang bersifat

konseptual.

Lebih lanjut Solomon (1983, 115) menyatakan, jika badan pembuat standar tidak

dapat menunjukkan bahwa standar yang dibuat dapat menghasilkan informasi yang

memiliki kualitas atau karakteristik yang diperlukan untuk mencapai tujuan akuntansi

yang ada, badan tersebut tidak akan mampu mempertahankan diri dari unsur

kepentingan tertentu yang dilihat standar sebagai sesuatu yang merugikan

kemakmuran. Jika suatu standar tidak dihasilkan dari kerangka konseptual, bagaimana

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

23

mungkin kita menunjukkan bahwa standar tertentu dipandang lebih baik dari pada

yang lainnya.

B. KERANGKA KONSEPTUAL DALAM PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI

Secara historis bahwa hakikat kerangka konseptual

Laporan Trueblood menetapkan 12 tujuan dan 7 karakteristik kualitatif dari

pelaporan keuangan. Sejak dibentuknya, FASB telah menyadari akan pentingnya tujuan

laporan keuangan dalam penggunaan standar keuangan. FASB juga menyadari bahwa

keseluruhan masalah dalam penetapan standar tidak hanya bergantung pada tujuan,

namun juga pada pembukuan isi dari konsep dan tujuan. Bahkan FASB juga,

mengakui adanya penurunan kredibilitas dari pelaporan keuangan di beberapa tahun

belakangan dan memberikan kritiknya atas terjadinya situasi berikut:

1. Dua atau lebih metoda akuntansi yang diterima untuk fakta-fakta yang sama.

2. Digunakannya metoda akuntansi yang kurang konservatif daripada metoda awal

yang lebih konservatif.

3. Digunakannya pencadangan untuk meretakan fluktuasi pendapatan secara artifisial.

4. Laporan keuangan yang tidak mampu memberikan peringatan akan masalah

likuiditas yang segera terjadi.

5. Adanya optimism yang elum mendapat penyesuaian dalam estimasi jumlah yang

akan diperoleh kembali.

6. Umumnya pendanaan yang tidak tercatat di laporan posisi keuangan.

7. Digunakannya penilaian imaterialitas yang tidak benar untuk menjustifikasi tidak

diungkapkannya informasi yang kurang menguntungkan atau penyimpangan dari

standar.

8. Bentuk menjadi lebih relevan daripada substansi.

Secara umum, dalam praktik terdapat beberapa masalah dalam kerangka konseptual,

antara lain:

1. Pandangan mengenai laba atau penghasilan mana yang harus digunakan.

2. Masalah pendefinisian.

3. Konsep pemeliharaan modal atau penembangan biaya mana yang harus digunakan.

4. Metoda pengukuran mana yang harus digunakan.

Ringkasan perkembangan dari sebuah kerangka konseptual:

1. SFAC No. 1 yang menyajikan sasaran dan maksud dari akuntansi.

2. SFAC No. 2 yang melihat kararteristik-karakteristik yang membuat informasi

akuntansi berguna.

3. SFAC No. 3 yang memberikan definisi mengenai elemen-elemen dalam laporan

keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.

4. SFAC No. 5 yang menetapkan pengakuan dan kriteria pengukuran fundamental serta

pedoman mengenai bagaimana informasi sebaiknya secara formal dicantumkan

dalam laporan keuangan.

5. SFAC No. 6 yang menggantikan SFAC No. 3 dan memperluas ruang lingkupnya

untuk ikut mencakup organisasi-organisasi nirlaba.

6. SFAC No. 7 yang memberikan sebuah kerangka untuk menggunakan arus kas dan

menyajikan nilai-nilai sebagai basis pengukuran.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

24

Dalam membahas kerangka konseptual, ada beberapa masalah berikut yang perlu

diatasi, yaitu:

a) Mengapa mempersoalkan perumusan teori akuntansi umum melalui pendekatan kerangka konseptual?

b) Karena pada masa lalu belum memiliki standar akuntansi, maka mengapa teori tersebut diperlukan pada masa sekarang?

Ada argumen yang menyatakan bahwa munculnya berbagai masalah dalam praktik

akuntansi sering disebabkan oleh tidak adanya teori umum. Sekalipun badan akuntansi

(standard setting body) di negara maju seperti Amerika, Australia, Inggris dan

Selandia Baru maupun di negara lainnya telah mengeluarkan berbagai standar dan

melakukan pembatasan terhadap pemilihan metoda akuntansi. Namun, praktik

akuntansi yang masih dilakukan masih terlalu terlalu premisif. Hal ini disebabkan

adanya kelonggaran terhadap pemakai prosedur akuntansi yang sesuai dengan

keinginan penyusun laporan keuangan. Kenyataan ini dapat dilihat dari laporan khusus

yang dibuat oleh salah satu komite dari New York Stock Exchange tahun 1934 sebagai

berikut (AICPA, 1934), semakin banyak alternatif praktik akuntansi, akan

menyebabkan perusahaan memiliki kebebasan untuk memilih metoda akuntansi

mereka sendiri dalam batas yang sangat luas sesuai dengan referensi yang dibuat.

Bahwa terdapat kebebasan yang mengijinkan setiap perusahaan untuk memilih

metoda akuntansi yang disukai dalam lingkup generally accepted accounting

principles (GAAP), dan tetap dipandang sebagai doktrin yang dianut banyak pihak

terutama perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986). Meskipun demikian, kebebasan

tersebut pada akhirnya akan mengarah pada sesuatu yang membingungkan. Atas dasar

hal itu, Badan Akuntansi Amerika Serikat (FASB/Financial Accounting Standard

Board Board) telah berupaya mengatasi hal tersebut dengan mengeluarkan berbagai

resolusi dan standar akuntansi yang didasarkan pada praktik berjalan dengan didukung

oleh alasan tertentu yang bersifat khusus (ad hoc). Namun demikian, badan tersebut

tidak mengeluarkan kesepakatan prinsip yang konsisten. Hal ini, dapat dilihat dari

kenyataan bahwa masih banyak praktik yang dipengaruhi oleh hukum, peraturan

pemerintah, tekanan dari manajer dan kepentingan politik tertentu. Accounting

Principles Board (APB), badan yang dibentuk sebelum diganti oleh Financial

Accounting Standard Board (FASB), mengakui hal tersebut ketika badan ini

mendefinisikan makna GAAP. APB (1970) menyatakan bahwa GAAP merupakan

Konvensi. Konvensi adalah prinsip-prinsip tersebut diterima secara umum

berdasarkan kesepakatan (aggrement), bukannya dihasilkan secara formal dari

seperangkat postulat atau konsep dasar. Prinsip-prnisip tersebut berkembang

berdasarkan pengalaman, alasan, kebiasaan, pemakaian dan juga kebutuhan praktik.

Sumber-sumber kekuatan yang berwenang dalam akuntansi sangat banyak

jumlahnya. Contohnya, di Amerika, Internal Revenue Service (badan yang mengurusi

pajak) menerima pemakaian Metoda Last In First Out (LIFO) untuk menilai

persediaan, dan metoda penyusutan dipercepat untuk menentukan besarnya

penyusutan aset tetap. Sikap untuk menerima metoda tersebut pada akhirnya diterima

oleh profesi akuntansi. Di samping itu, manajer perusahaan seringkali memengaruhi

akuntan untuk merancang metoda akuntansi yang dapat diterima (acceptable) untuk

tujuan memperkecil beban pajak atau menaikkan laba yang dilaporkan. Dewan SAK di

Indonesia, Badan yang berwenang untuk menyusun dan menetapkan standar akuntansi

keuangan yang berterima umum untuk dunia bisnis dan non bisnis.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

25

Ketidakkonsistenan dalam praktik tersebut menimbulkan suatu masalah. Gellein,

(1980) mantan anggota APB dan FASB, berkomentar bahwa tidak adanya Kerangka

konseptual yang jelas, telah menyebabkan berlakunya Hukum Gresham dalam

akuntansi: praktik yang jelek akan memikirkan atau mengganti praktik yang baik

(Gellein, 1980).

Sebelum perdebatan terjadi mengenai kerangka konseptual muncul, baik FASB

maupun Australian Accounting Research Foundation (AARF) mengikuti cara-cara

yang digunakan badan profesional sebelumnya untuk mengatasi masalah akuntansi

tertentu. Karena tidak ada teori akuntansi yang dapat diterima secara umum,

rekomendasi dari badan berwenang dipandang sebagai solusi ad hoc (khusus) untuk

menekan masalah-masalah yang muncul pada waktu itu.

Dalam mereview sejarah untuk perumusan teori akuntansi, Storey (1964, 52)

menyimpulkan bahwa: Penyelesaian yang bersifat ad hoc (khusus) yang dihasilkan

dari pendekatan play-it-by-ear jarang menghasilkan penyelesaian akhir yang

memuaskan (sekalipun mempertimbangkan dinamika akuntansi). Pendekatan play-

it-by-ear adalah pendekatan yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang berubah-

ubah, bukannya pendekatan yang dilakukan dengan membuat rencana yang tetap,

yang telah ditentukan sebelumnya.

Solomon, (1983, 109) berpendapat bahwa seseorang harus membuat pertimbangan

tertentu tentang jenis akuntansi yang diinginkan. Salomon menolak pemakaian standar

akuntansi yang ditetapkan dari pengamatan induktif karena hasil proses tersebut

menunjukkan kondisi sebagai berikut.

Suatu prinsip atau praktik akan dinyatakan sebagai sesuatu yang benar karena hal

tersebut diterima secara umum, prinsip atau praktik tersebut tidak akan diterima secara

umum karena prinsip tersebut dikatakan benar. Selanjutnya dinyatakan, bahwa

kerangka konseptual dapat digunakan untuk mengatasi campur tangan politik dalam

menyusun laporan keuangan yang netral. Hal ini tidak mengherankan karena kebijakan

akuntansi hanya dapat diimplementasikan dengan melakukan pertimbangan nilai

(value judgment).

C. PERUMUSAN KERANGKA KONSEPTUAL

Proses perumusan kerangka konseptual pada dasarnya merupakan proses evaluasi

yang dihasilkan dari pekerjaan atau kegiatan sebelumnya. Ada berbagai publikasi dari

kegiatan dalam perumusan kerangka konseptual, seperti tabel berikut.

Tabel 2

PERUMUSAN KERANGKA KONSEPTUAL

TAHUN 1966 S.D. 1977

JUDUL PENERBIT TAHUN

A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) AAA 1966 Basic Concept and Accounting Princiles Underlying Financial

Statement of Business Enterprises (APB Opinion No. 4)

APB 1970

Objectives of Financial Statement (Trueblood Committee Report) AICPA 1973

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

26

Statement of Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA) AAA 1977

Adanya publikasi kerangka konseptual di atas sehingga akhirnya membuat FASB

melakukan evaluasi dan mempelajari kembali berbagai hasil publikasi tersebut. Sehingga

pada tahun 1976 FASB mengeluarkan Conceptual Framework for Financial Accounting

and Reporting: Element of Financial Statement and Their Measurement yang dituangkan

dalam Discussion Memorandum Kemudian setelah itu, dalam periode 1978-1985 FASB

dengan DM nya telah mengeluarkan 6 (enam) komponen kerangka konseptual yang

diberi nama Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) sebagai berikut.

Tabel 3

KOMPONEN KERANGKA KONSEPTUAL

SFAC JUDUL ISI TAHUN

1 Objectives of Financial Reporting by

Business Enterprises.

Tujuan yang akan dicapai

dalam pelaporan keuangan

1978

2 Qualitative characteristcs of Accounting

Information

Kualitas informasi yang harus

dipenuhi dalam pelaporan

keuangan agar bermanfaat

1980

3 Elements of Financial Statement of

Busiiness Enterprises

Definisi dan karakteristik

elemen laporan keuangan 1980

4 Objectives of Financial Reporting by

Nonbusiness Oranizations

Tujuan yang akan dicapai

dalam pelaporan keuangan

organisasi non laba

1980

5

Recognition and Measurement in

Financial Statement of Business

Enterprises

Kriteria pengakuan dan atribut

pengukuran elemen laporan

keuangan

1984

6

Element of Financial Statement a

Replecement of FASB Concepts Statement

No. 3

Pengganti SFAC No. 3 dan

berlaku juga bagi organisasi

non laba

1985

Ruang lingkup dan komponen kerangka konseptual menurut FASB:

1. Tujuan kerangka konseptual mengindentifikasikan pelaporan keuangan. 2. Konsep dasar (basic concept) mencakup karakteristik kualitatif dari informasi yang

dihasilkan dan definisi elemen laporan keuangan.

3. Kerangka konseptual berisi pedoman operasional yang akan digunakan akuntan dalam menentukan dan menerapkan standar akuntansi. Secara grafis dapat dilihat pada

gambar 4 berikut.

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

27

Gambar 4

LEVEL INFORMASI LAPORAN KEUANGAN

FIRST LEVEL

Pada level pertama, berisi tujuan laporan keuangan yang menjelaskan tentang

tujuan dan dimensi laporan untuk menyediakan informasi. Hendaknya, pada level ini tidak

hanya menjelaskan isi laporan keuangan saja tetapi juga berisi: useful in investment and

credit decisions, useful in assesing future cash flows and about enterprise resources and

change in them. (SFAC No, 1).

Pada level kedua berisi karakteristik kualitatif dan elemen laporan keuangan

(akun), dimana kerangkan konseptual pada level ini terdiri dari conceptual building block

yang menjelaskan karakteristik informasi laporan keuangan tersebut dan mendefinisikan

elemen pelaporan keuangan. Building block ini membentuk jembatan yang

menghubungkan mengapa akuntansi diperlukan? Dalam karakteristik kualitatif ini

dijelaskan sebagai berikut.

a. Primary Qualitaties terdiri dari: Relevansi (meliputi predictive value, dan timeliness), Reliabilitas (meliputi

verifiability, representational faithfulness, dan neutrallity). Selanjutnya informasi

dikatakan Relevan bila informasi tersebut memiliki manfaat, sesuai dengan

tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Selain itu relevansi

memilik tingkatan tertentu. Tingkatan tersebut akan berbeda diantara para pemakai

dan sangat tergantung pada kebutuhan akan informasi dan kondisi tertentu yang

dihadapi para pengambil keputusan. Keandalan, merupakan kualitas informasi

yang menyebabkan pemakai informasi akuntansi sangat tergantung pada kelayakan

informasi yang diperoleh atau disajikan. Selain itu, keandalan informasi sangat

tergantung pada kemampuan suatu informasi untuk menggambarkan secara wajar

keadaan atau peristiwa yang sebenarnya terjadi (transaksi) secara objektif.

Dalam konsep Cost and Benefit Ratio, informasi dikatakan mempunyai

kendala bila dikaitkan dengan pertimbangan kos dan manfaat, karena dalam

THIRD LEVEL

SECOND LEVEL

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Karakteristik

Kualitatif Elemen (Akun)

ASSUMPTIONS PRINCIPLES CONSTRAINTS

Provide information

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

28

penyajian laporan keuangan sangatlah sulit untuk dapat melakukan penilaian dan

pengukuran secara wajar terhadap manfaat dari informasi tersebut. Sedangkan

dalam konsep lain, Materialitas, adalah penyajian informasi tertentu akankah

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap keputusan informasi, bila

informasi itu diasajikan atau ditiadakan sama sekali.

b. Secondary Qualitlities terdiri dari Comparability; (daya banding), informasi mempunyai manfaat kalau informasi tersebut mempunyai daya banding baik antar

periode maupun antar perusahaan sedangkan Consistency (konsistensi) atau

keajegan, adalah berkaitan denganpenggunakan suatu metoda taukebijakan

akuntansi secara konsisten dan tidak dapat dilakukan perubahan tertentu setiap

periode, kecuali hal lain yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan

perubahan atau penggantian metoda akuntansi yang digunakan. Sedangkan elemen

(akun) pelaporan terdiri dari; Assets, Liabilities, Equity, Investment by Owners,

Distribution to Owners, Comprehensive Income, Rrevenues, Expenses, Gains, and

Losses.

SFAC dalam pernyataan no. 5 menyatakan bahwa kriteria pengakuan

umumnya konsisten dengan praktik akuntansi berjalan dan tidak ada perubahan

yang mendasar. Selanjutnya SFAC tersebut melalui discussion memorandum,

mengakui ada lima (5) dasar pengukuran yang dapat digunakan untuk menentukan

nilai aset dan laibilitas sebagai berikut.

1. Biaya historis (historical cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang

dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai aset tersebut siap dipakai.

2. Biaya Pengganti (replacement cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang

harus dibayar jika aset sejenis atau sama diperoleh pada saat sekarang (harga

wajar).

3. Biaya pasar terkini (current cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang

diperoleh dengan menjual aset pada saat kegiatan normal perusahaan (harga

pasar).

4. Nilai bersih yang dapat direalisasi (net reliazible cost), yaitu jumlah kas atau

setara kas yang diperoleh jika aset diharapkan akan dijual setelah dikurangi

dengan biaya langsung (harga bersih realisasi).

5. Nilai sekarang aliran kas mendatang (present value future cost), yaitu nilai

sekarang aliran kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya aset

dijual pada masa yang akan datang.

Pada level ketiga berisi postulat (dalil), prinsip dan keterbatasan. Level ini

merupakan pedoman operasional yang harus digunakan dalam mengukur dan

mengakui elemen laporan keuangan dan menyajikan informasi tersebut secara

wajar (fair), lengkap (full), dan cukup (adequate), sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum (PABU).

D. RUMUSAN KERANGKA KONSEPTUAL DI USA

Di Amerika Serikat, berbagai kritik ditujukan pada proyek konseptual. Meskipun

proyek kerangka konseptual tersebut gagal, namun paling tidak kerangka konseptual

tersebut berjalan atau berkembang agak lambat. Analisis terhadap kritik tersebut akan

memungkinkan dalam membantu memahami alasan mengapa kerangka konseptual

tersebut berkembang lambat. Dan membantu kemungkinan pengembangannya di

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

29

Indonesia atau memperbaiki bagian-bagian yang masih memiliki kelemahan tersebut

secara terencana dan kontinyu.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis tersebut. Pertama adalah

dengan menganggap bahwa kerangka konseptual seharusnya merupakan Pendekatan

Ilmiah (scientific), yang didasarkan pada metoda-metoda yang umumnya digunakan

dalam penelitian ilmiah dan Pendekatan Profesional (Godzali, 2001,147). Kedua

pendekatan tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Pendekatan Ilmiah

a) Deskriptif dan Non operasional Apabila kita memperhatikan berbagai isu dan perdebatan dalam akuntansi,

maka sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar seperti: apakah yang

dimaksud dengan nilai (value)? Bagaimana kita menilai elemen laporan

keuangan seperti aset dan laibilitas? Salah satu tujuan dari kerangka konseptual

adalah untuk mejawab pertanyaan tersebut sehingga dapat menghindari argumen

repetative terhadap arti dari istilah elemen laporan keuangan. Seringkali yang

menjadi masalah adalah apakah kesepakatan yang dicapai dalam mendefinisikan

elemen laporan keuangan merupakan hal yang penting, seperti halnya dalam

ilmu pengetahuan murni? Gerboth (1987) berpendapat bahwa pengetahuan

substantif berasal bukan dari investigasi tetapi didasarkan pada kesepakatan

terhadap definisi atau maknanya.

b) Asumsi Ontologi dan Epistemologi Beberapa filosofis pengetahuan, antara lain Feyerabend (1987) berpendapat

bahwa kebenaran ilmiah tidak bersifat absolut. Suatu pernyataan atau keyakinan

dapat diterima setelah terbukti kebenarannya sesuai dengan aturan yang

disepakati dalam metodologi ilmiah. Sedangkan, Hines (1988) berpendapat

bahwa masalah dalam realisme ekonomi atau pendekatan pengukuran yang

diadopsi oleh kerangka konseptual di USA adalah masalah yang sering dijumpai

dalam masyarakat ilmiah.

Tujuan utama pendekatan tersebut dalam ilmu pengetahuan adalah untuk

mendapatkan pemahaman tentang lingkungan sehingga memungkinkan untuk

beroperasi lebih efektif dalam lingkungan tersebut. Asumsi juga dibuat terhadap

karakteristik perilaku (maksimasi kemakmuran, kebutuhan informasi pemakai

seperti aliran kas masa mendatang dan nilai terkini, cara-cara bagaimana orang

berhubungan dengan orang lain dan masyarakat).

c) Perputaran Logika Salah satu jujuan dari kerangka konseptual adalah memberikan pedoman

untuk praktik akuntansi di dunia bisnis. Apabila diperhatikan, kerangka

konseptual FASB kelihatan seperti mengikuti alur ilmiah, yaitu menghasilkan

prinsip-prinsip dan praktik akuntansi dari suatu teori yang digeneralisasikan.

Namun kenyataannya, kerangka konseptual tersebut gagal memenuhi kriteria

pengujian.

Kerangka konseptual tersebut lebih didasarkan pada perputaran logika

(circularity of reasoning) yang tidak berujung pangkal dalam kerangka itu

Teori Akuntansi 2013; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Kayutangi Banjarmasin)

30

sendiri. Kerangka konseptual berusaha untuk memecahkan perputaran logika

tersebut dengan mengacu pada pernyataan bahwa pemakai laporan keuangan

memiliki pengetahuan yang cukup dan sesuai untuk menentukan dan

menginterprestasikan laporan keuangan. Akan tetapi, kerangka konseptual tidak

memberikan pedoman khusus tentang bagaimana hal tersebut dapat dicapai.

d) Disiplin yang Tidak Ilmiah Apakah akuntansi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure

science)? Kerangka konseptual mungkin mengadopsi pendekatan ilmiah.

Elemen-elemen empiris dan teoritis, dalam akuntansi didefinisikan secara bebas

(loossely). Oleh karena itu, faktor ini seringkali menjadi salah satu pertimbangan

dalam perumusan suatu teori, konsep ataupun dalil.

2) Nilai Profesional

a. Kerangka Konseptual sebagai Dokumen Kebijakan Sebagai seperangkat pengetahuan yang digeneralisasikan, kerangka

konseptual gagal memenuhi p