Step 7 Lbm1 Jiwa

12
Step 7 1. Kriteria mengamuk? Perilaku orang yg melibatkan emosi, marah, bisa dengan cara berteriak, melempar barang, menjerit, histeris, menyakiti diri sendiri. Ekspresi kemarahan. 2. Mengapa ‘mengamuk tanpa sebab’? Karena orang tsb, mengalami gangguan dan akibat stress yg berlebihan. Penumpukan masalah di intraskisis dlm org tsb. 3. Penanganan org mengamuk? Non-farma Ditenangkan, di ikat Farmakologis: Obat penenang 4. Halusinasi a. Definisi? Persepsi panca indera tanpa rangsangan pada reseptor- reseptor panca-indera. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek. Sumber: psikiatri simtomatologi undip b. Etiologi? Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat- obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi

description

sgd

Transcript of Step 7 Lbm1 Jiwa

Step 7 1. Kriteria mengamuk?

Perilaku orang yg melibatkan emosi, marah, bisa dengan cara berteriak, melempar barang, menjerit, histeris, menyakiti diri sendiri. Ekspresi kemarahan.

2. Mengapa mengamuk tanpa sebab?

Karena orang tsb, mengalami gangguan dan akibat stress yg berlebihan.

Penumpukan masalah di intraskisis dlm org tsb.

3. Penanganan org mengamuk?

Non-farma

Ditenangkan, di ikat

Farmakologis:

Obat penenang

4. Halusinasi

a. Definisi?

Persepsi panca indera tanpa rangsangan pada reseptor-reseptor panca-indera.

Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek.

Sumber: psikiatri simtomatologi undip

b. Etiologi?

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.Sumber: http://askep-askeb.cz.cc/2009/08/asuhan-keperawatan-halusinasi-askep.htmlc. Klasifikasi dan contoh?

Halusinasi akustik( halusinasi yg mengenai indra pendengaran. Sering2 mendengar bisikan- bisikan

Akoasma : suara2 yg kacau balau yg tak dapat dibedakan secara tegas Phonem : suara2 yg berbentuk suara jelas spt yg brasal dr manusia, shg penderita mendengar kata2 atau kalimat2 tertentu.Halusinasi visual( halusinasi yg mengenai indra penglihatan.

Halusinasi olfaktorik( halusinasi yg mengenai indra pembauanHalusinasi kinestetik( penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri.Halusinasi haptik / seksual ( suatu persepsi, dimana seolah2 tubuh sendiri bersentuhan/bersinggungan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual.Halusinasi gustatorik ( halusinasi yg mengenai indra pengecapHalusinasi taktil (halusinasi yg mengenai indra perabaanHalusinasi autoskopi ( penderita seolah2 melihat dirinya di hadapannyaSumber: simtomatology

Klasifikasi halusinasi sebagai berikut :

1. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya.

2. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.

3. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.

4. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.

5. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.

Sumber: http://askep-askeb.cz.cc/2009/08/asuhan-keperawatan-halusinasi-askep.htmld. Kuantitas dari halusinasi?

e. Cara mengetahui org halusinasi?

Anamnesis:

f. Penanganan?

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutikUntuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokterSering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang adaSetelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

4. Memberi aktivitas pada pasienPasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatanKeluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.Sumber: http://askep-askeb.cz.cc/2009/08/asuhan-keperawatan-halusinasi-askep.html1. iLusi

a. Definisi?

Suatu persepsi pancaindera disebabkan adanya rangsangan panca-indera yg ditafsirkan salah. Interpretasi yg salah dari suatu rangsangan pada panca indera.Sumber: psikiatri simtomatology. Undip.

b. Etiologi?

Ilusi akustik

visual

(

olfaktorik(kinestetik(haptik / seksual (gustatorik (taktil

(c. Klasifikasi dan contoh?

d. Kualitas dari ilusi?

e. Cara mengetahui org berilusi?

f. Beda halusinasi dan ilusi?

Halusinasi tidak ada objeknya, sedangkan ilusi ada objeknya.

g. Penanganan?

2. Gangguan berpikir

Gangguan bentuk berpikir: autistic (berfikir di dunia nya sendiri)

Gangguan arus berfikir :

-Flat of idea : pikiran yg meloncat-loncat secara cepat.

-Sirkumsantial : pikiran yg muter-muter.

-Tangensiality : pikiran yg muter-muter, tapi tidak ada hasilnya.

-Inkoherensi : pikiran yg tidak nyambung.

-Retardasi : pikiran yg lambat.

-Blocking : terdapat jeda dalam perkataan.

Gangguan proses berfikir :

-over valued idea : seperti waham, tapi dapat dipatahkan.

-waham :

Bersifat egosentris, tidak realistis, tidak logis, percaya berlebihan pada diri sendiri, tidak bisa dipatahkan.

3. GAF

100-91 = gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yg tak tertanggulangi.90-81 = gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

80-71 = gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll.

70-61 = beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

60-51 = gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

50-41 = gejala berat (serious), disabilitas berat

40-31 = beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam fungsi

30-21 = disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang

20-11 = bahaya mencederai diri /orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri

10-01 = seperti diatas(persisten dan tidak serius

0 = informasi tidak adekuat

Sumber: PPDGJ III

8. Diagnosa?

a. Skizofrenia

Skizofrenia

1) Definisi

Coleman (1976) menjelaskan bahwa Schizophrenia adalah gangguan psikosa yang ditandai oleh split/disorganisasi personality. mengalami disharmoni psikologis secara menyeluruh, pendangkalan/kemiskinan emosi, proses berpikir yang memburuk. menghilangnya kesadaran sosial, adanya delusi, halusinasi, sikap/perilaku yang aneh, dan emosinya inkoheren dimana bila terdapat kejadian yang menyenangkan bisa saja penderita malah menjadi bersedih hati, demikian pula sebaliknya.

RARAS SUTATMININGSIH, S.Psi. Fakultas Kedokteran, Program Studi Psikologi, Universitas Sumatera Utara

2) Etiologi

a. Model diathesis-stress

Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia

b. Faktor Biologii. Komplikasi kelahiran Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.

ii. Infeksi Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

iii. Hipotesis Dopamin Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.1 Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.57

iv. Hipotesis SerotoninGaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat ini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang ternyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.57

v. Struktur OtakDaerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.81

c. GenetikaPara ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%

Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock

3) Klasifikasi

a. Skizoprenia paranoid Ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau halusinasi pendengaran, Individu ini dapat penuh curiga, argumentatif, kasar dan agresif. Perilaku kurang regresif, kerusakan sosial lebih sedikit, dan prognosisnya lebih baik dibanding jenis-jenis yang lain.

b. Skizoprenia hebefrenik (disorganized schizophrenia) Ciri-ciri utamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi. Individu tersebut juga mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan higiene dan penampilan diri.

Awitan biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan dapat bersifat kronis. Perilaku regresif, dengan interaksi sosial dan kontak dengan realitas yang buruk

c. Skizoprenia katatonik Ciri-ciri utamanya ditandai dengan gangguan psikomotor, yang melibatkan imobilitas atau justru aktivitas yang berlebihan.Stupor katatonik. Individu dapat menunjukkan ketidakaktifan, negativisme, dan kelenturan tubuh yang berlebihan. Catatonic excitement melibatkan agitasi yang ekstrim dan dapat disertai dengan ekolalia dan ekopraksia.

d. Skizoprenia yang tidak digolongkan Ciri-ciri utamanya adalah waham, halusinasi, percakapan yang tidak koheren dan perilaku yang kacau. Klasifikasi ini digunakan bila kriteria untuk jenis lain tidak terpenuhi.

e. Skizoprenia residu Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini, melainkan terjadi di masa lalu. Dapat terjadi gejala-gejala negatif, seperti isolasi sosial yang nyata, menarik diri dan gangguan fungsi peran.

Awitan dan perjalanan penyakit. Awitan gejala biasanya terjadi pada masa remaja akhir atau dewasa awal. Awitan dapat terjadi bertahap atau tiba-tiba. Perjalanan penyakit skizoprenia bervariasi, dan dapat sembuh. Sebagian klien dapat sembuh total, sebagian lagi kronis atau tidak dapat disembuhkan

4) Patogenesis

5) Manifetasi klinis

6) Diagnosis

a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

i. Waham aneh tentang pikirannya

1. thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

2. thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

3. thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

ii. Waham aneh tentang dirinya

1. delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

2. delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

3. delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;

iii. Halusinasi auditorik:

1. suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau

2. mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

3. jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

iv. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

b. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

i. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

ii. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

iii. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

iv. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

c. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)

d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

7) DD

Sinopsis Psikiatri Jilid I, Kaplan dan Sadock