STELA.docx
Transcript of STELA.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam rangka meningkatan produktivitas dan pendapatan petani dari
pemanfaatan sumber daya lahan, penting adanya pertimbangan dalam mengambil
keputusan, salah satunya dengan melakukan survei tanah. Survei tanah merupakan
suatu cara mengumpulkan data, baik data fisik, kimia, biologi, lingkungan, dan iklim
dengan turun langsung kelapangan. Dengan adanya data dan informasi yang tersedia,
maka akan diketahui potensi suatu lahan atau suatu satuan peta lahan (SPL) dan
kesesuaian dari penggunaan lahan serta tindakan pengelolaan yang diperlukan untuk
setiap penggunaan dari satuan peta tersebut.
Evaluasi kesesuaian lahan adalah proses penilaian atau keragaan (perfomance)
lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi
survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainya, agar
dapat mengindentifikasi dan membuat perbandingan berbagai alternatif penggunaan
lahan yang mungkin di kembangkan (FAO, 1976 dalam arsyad, 1989 ; 209). Lahan
dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai
aktivitas manusia baik di masa lalu maupun masa sekarang. Sebagai contoh
pengunaan lahan dalam pertanian, dan konservasi tahan.
Dalam hal ini maka penulis berusaha untuk melakukan identifikasi hasil survei
tanah dan evaluasi lahan yang telah dilakukan tepatnya di lereng Dusun Payan
Geneng, Desa Punten Kecamatan Bumiaji, Batu yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di daerah tersebut dengan adanya
berbagai komoditas yang dibudidayakan di sekitarnya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan survei tanah dan evaluasi lahan
ini yaitu:
1. Untuk fisiografi lahan yang meliputi landuse, lereng, relief,erosi, dan batuan
permukaan yang ada di Desa Punten
2. Untuk mengetahui Morfologi Tanah yang meliputi warna, tekstur, struktur,
konsistensi, perakaran, pori,drainase, permeabilitas, bahan kasar,top soil dan sub
soil yang ada di Desa Punten
1
3. Untuk mengetahui kondisi kemampuan lahan antar titik pengamatan yang
dilakukan di Desa Punten
4. Untuk mengetahui kondisi kesesuaian lahan antar titik pengamatan yang
dilakukan di Desa Punten
5. Untuk mengetahui analisis usahatani yang dilakukan di Desa Punten
6. Untuk mengetahui keterkaitan dan keselarasan analisis biofisik dan sosial
ekonomi tentang hasil survei tanah yang dilakukan di Desa Punten
7. Untuk mengetahui manfaat yang didapat dalam kegiatan survei tanah yang
dilakukan di Desa Punten.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum survei tanah dan evaluasi lahan yaitu
1. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi hasil survei tanah dan evaluasi lahan di
desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dan bisa mengetahui kemampuan
serta kesesuaian lahan di daerah tersebut.
2. Agar mahasiswa mampu menganalisis hasil usahatani di lahan tersebut sehingga
bisa juga mengetahui keuntungan dan kelayakan usaha tani yang dilakukan oleh
petani di daerah Punten tersebut.
2
BAB II
METODOLOGI
2.1 Lokasi Observasi dan Waktu
Pelaksanaan fieldwork Survei Tanah dan Evaluasi Lahan dilaksanakan di desa
Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pelaksanaan survei dilakukan di lereng
dusun Payan Geneng dan dilakukan pada hari Minggu pada tanggal 24 November
2013.
2.2 Peralatan dan Bahan Survei serta Fungsi
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penyusunan peta kerja antara lain:
a. Cangkul : digunakan untuk menggali tanah dalam pembuatan minipit.
b. Sekop : digunakan untuk menggali tanah dalam pembuatan minipit.
c. Tanah : digunakan sebagai obyek pengamatan survei tanah (kesesuaian
lahan)
d. Meteran : digunakan untuk mengukur kedalaman profil tanah
dan ketebalan horison yang telah digali.
e. Sabuk Profil : digunakan untuk menentukan batas ketebalan horizon.
f. Pisau Belati : digunakan untuk mengambil sample tanah dan menandai
perbatasan dari jenis tanah pada satu titik
g. Munsell Soil Color Chart : digunakan untuk menentukan warna dari tanah
3
h. Botol Semprot : digunakan untuk melembabkan tanah pada saat penentuan
tekstur , struktur , dan konsistensi tanah.
i. Abney level atau Clinometer : digunakan untuk menentukan kelerengan lokasi
pengamatan.
j. Kantong plastik : digunakan sebagai tempat sampel tanah yang diambil.
k. Kompas : digunakan sebagai penunjuk arah titik lokasi pengamatan.
l. Kamera : digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan survei.
m. Buku atau modul Panduan Deskripsi Lapang : digunakan untuk panduan lapang.
n. Form Pengamatan : digunakan untuk mencatat hasil data yang didapat
o. Alat tulis (bolpoin, kertas, pensil, penghapus, tipe-x, penggaris) : digunakan
untuk mencatat dan membuat laporan hasil survei.
2.3 Metode Survei dan Penentuan Titik Pengamatan
Metode yang di gunakan dalam survei tanah adalah metode Grid Kaku.
Dimana pelaksanaannya membutuhkan Persiapan Peta, Interpretasi Foto Udara,
Pembuatan Mosaik Foto, Pembuatan peta acuan, Pembuatan satuan peta, transek dan
penentuan titik pengamatan.
Penentuan Titik Pengamatan
Untuk penentuan titik pengamatan, didasarkan pada keberadaan satuanpeta
lahan (SPL). Dari suatu bentang alam atau hamparan permukaan
bumi(landscape) yang mencakup komponen iklim, tanah, topografi,
hidrologi,dan vegetasi akan terbagi menjadi beberapa SPL, dalam artian
kelompok lahan yang mempunyai karakteristik sama. Kemudian dari SPL
tersebutdapat ditentukan titik pengamatan untuk survei tanah. Syarat penentuan
titik pengamatan :
a. Berada jauh dari lokasi penimbunan sampah, tanah galian atau bekas
bangunan , kuburan atau bahan – bahan lainnya.
b. Berjarak > 50 m dari pemukiman, pekarangan, jalan, saluran air dan
bagunan lainnya.
c. Jauh dari pohon besar, agar perakaran tidak menyulitkan galian profil
d. Pada daerah berlereng , profil dibuat searah lereng
4
2.4 Pembuatan Profil, Minipit dan Singkapan
2.5 Tahap Pengamatan Profil Tanah
1) Menggali tanah sedalam ±60 cm.
2) Memberi batas tiap-tiap horizon dan mengukur masing-masing horizon dengan
menggunakan meteran.
3) Mengambil sampel tanah pada tiap-tiap horizon dengan menggunakan pisau
lapang, lalu amati:
a. Kejelasan topografi (lihat lebar peralihan antara horizon pertama dan kedua,
dan seterusnya lalu ukur dengan menggunakan meteran untuk mengetahui
tingkat kejelasan topografi horison tersebut)
b. Bentuk topografi (lihat garis perbatasan antara horison pertama dengan
horison kedua lalu lihat bentuk garis tersebut, berbentuk lurus teratur,
berombak, tidak teratur atau terputus)
5
Membersihkan dahulu daerah yang ditetapkan sebagai tempat
penggalian profil tanah
Buatlah galian dengan menggunakan cangkul yang telah tersedia
dengan ukuran lubang galian yaitu 1,5 x 1 meter
Kemudian tanah bekas galian diangkut keatas menggunakan
sekop, dengan tanah bekas galian tidak ditumpuk diatas sisi
penampang pemeriksaan
Setelah terbentuk lubang penampang yang diinginkan ratakan
dinding penampang dengan menggunakan linggis
Selanjutnya mulai dengan melakukan pengamatan pada profil
tanah
c. Warna tanah (cocokkan warna sampel tanah yang diuji dengan warna yang
terdapat dalam buku Musell colour chart, kemudian lihat nilai hue, value dan
chroma untuk dapat menentukan warna tanah tersebut)
d. Tekstur tanah (sampel diberi sedikit air, kemudian tanah dipirit dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk, sambil dirasakan persentase halus
kasarnya tanah)
e. Konsistensi tanah (tekan sampel tanah secara pelan, sedang, dan kuat.
Kemudian lihat konsistensinya dalam keadaan lembab dan basah, dalam
keadaan lembab apakah tanah memiliki konsistensi yag gembur, teguh,
sangat teguh, atau sangat teguh sekali dan keadaan basah apakah tanah
konsistensi yang tidak lekat, agak lekat atau sangat lekat)
f. Struktur tanah (remas sampel kemudian perhatikan struktur tanah yang
dihasilkan dari remasan tersebut)
g. Perakaran (melihat perbandingan perakaran yang kasar dengan akar yang
halus dalam masing-masing horison)
2.6 Tabulasi Data
Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara
membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel yang
dibuat sebaiknya mampu meringkas semua data yang akan dianalisis. Langkah –
langkah yang dilakukan adalah:
a) Menyiapkan data survei tanah
b) Membuat tabel dan memasukkan data
c) Satu table dengan posisi mendatar (horizontal) agar memudahkan untuk
membaca dan menginterpretasikannya
d) Antara lereng yang satu dengan yang lainnya dibuat dalam posisi vertikal untuk
memudahkan dalam membedakannya.
6
Berikut ini merupakan tabulasi data hasil fieldwork K2 :
Horizon Penciri Titik 1 (Lereng Atas)
Titik 2 (Lereng Bawah )
Titik 3 (Lereng Tengah)
1 Tekstur Lempung berpasir
Lempung berliat Lempung liat berpasir
Struktur Gumpal membulat
Gumpal membulat
Gumpal membulat
Konsistensi
Basah Agak lekat, Agak plastis
Lekat ,plastis Lekat ,plastis
Lembab Gembur Teguh Teguh Warna 10 YR 3/6 10 YR 2/1 10 YR 4/2 Lereng 18 0 33 % 14 0 18 % 16 0 25 %Relief Berbukit
15 – 30 %30 – 300 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Kedalaman efektif 66 cm 66 cm 63 cm Pori Meso Meso Erosi
Jenis Alur Alur Alur Derajat Sedang Sedang Sedang
2 Tekstur Lempung berpasir
Lempung berliat Lempung berpasir
Struktur Gumpal membulat
Gumpal membulat
Gumpal membulat
Konsistensi Basah Agak lekat,agak
plastis Lekat ,plastis Lekat ,plastis
Lembab Gembur Teguh TeguhWarna 10 YR ¾ 10 YR 3/1 10 YR 4/3 Lereng 18 0 33 % 14 0 18 % 16 0 25 %Relief Berbukit
15 – 30 %30 – 300 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Kedalaman efektif 66 cm 66 cm 63 cmPori Meso Meso Mikro Erosi
Jenis Alur Alur Alur Derajat Sedang Sedang Sedang
3 Tekstur Lempung berliat Pasir berlempung Lempung berpasir
Struktur Gumpal membulat
Gumpal bersudut Gumpal membulat
Konsistensi Basah lekat, plastis Agak lekat , agak Agak lekat ,
7
plastis agak plastis Lembab Teguh Gembur Teguh
Warna 10 YR 3/3 10 YR 4/3 10 YR 4/4 Lereng 18 0 33 % 14 0 18 % 16 0 25 %Relief Berbukit
15 – 30 %30 – 300 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Kedalaman efektif 66 cm 66 cm 63 cmPori Mikro Makro Meso Erosi
Jenis Alur Alur Alur Derajat Sedang Sedang Sedang
4 Tekstur Lempung berliat Pasir berlempung Lempung berpasir
Struktur Gumpal membulat
Gumpal bersudut Gumpal membulat
Konsistensi Basah lekat, plastis Agak lekat, agak
plastis Agak lekat, agak plastis
Lembab Teguh Gembur Teguh Warna 10 YR 3/2 10 YR ¾ 10 YR 4/6 Lereng 18 0 33 % 14 0 18 % 16 0 25 %Relief Berbukit
15 – 30 %30 – 300 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Berbukit kecil 15 – 30 %10 – 50 m
Kedalaman efektif 66 cm 66 cm 63 cmPori Mikro Meso Meso Erosi
Jenis Alur Alur Alur Derajat Sedang Sedang Sedang
2.7 Evaluasi Lahan dan Analisis Usahatani
Urutan kegiatan dalam evaluasi lahan antara lain : evaluasi kemampuan lahan,
evaluasi kesesuaian lahan, dan analisis kelas kesuburan tanah. Langkah-langkah
kegiatannya adalah :
a) Evaluasi Kemampuan Lahan
Pengkelasan data-data pengukuran lapangan di tiap satuan lahan
Cocokkan informasi data lapangan dengan tabel kemampuan lahan
Penentuan faktor pembatas dengan melihat faktor yang memiliki potensi
kerusakan lahan terberat
Penentuan kelas dan subkelas kemampuan lahan
Penyusunan arahan penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan
8
b) Evaluasi Kesesuaian Lahan
Isikan data lapangan ke dalam tabel isian evaluasi kesesuaian lahan
Cocokkan data lapangan ke dalam persyaratan tumbuh suatu tanaman
Tentukan kelas kesesuaian lahan tiap karakteristik lahannya
Tentukan faktor pembatas terberat yang ditentukan dari karakteristik lahan
yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman
Tentukan kelas kesesuaian lahannya
c) Analisis Kelas Kesuburan Tanah
Isikan data lapangan (karakteristik lahan) ke dalam tabel isian kemampuan
kesuburan tanah
Tentukan tipe kesuburan tanahnya berdasarkan karakteristik di lapisan tanah
atas
Tentukan tipe/subtipe kesuburan tanahnya berdasarkan karakteristik di lapisan
tanah bawah
Tentukan unit (kondisi modifier) berdasarkan kendala kesuburan tanah yang
ada
Tentukan kelas kemampuan kesuburan tanahnya
Analisis usaha digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu jenis usaha
yang dilakukan, menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas dari suatu
usaha.Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a) Melakukan wawancara dengan petani
b) Menggali data yang diperlukan untuk menganalisis usahatani
c) Memasukkan data kedalam perhitungan :
Analisislaba – rugi
Revenue – cost ratio (RC Ratio)
Break even point (BEP), dll
d) Menginterpretasikanhasilperhitungan
9
BAB III
HASIL
3.1 Fisiografi Lahan (Land Use, Lereng, Relief, Erosi, Batuan Permukaan)
Titik Landuse Lereng ReliefErosi Batuan
permukaanJenis Derajat
Atas Pohon
pinus
Rumput
gajah
18o
33%
Berbukit
15-30%
30-300 m
Alur Sedang Tidak
berbatu
0%
Bawah Kubis
Wortel
Pillo
dendron
14o
18%
Berbukit
kecil
15-30%
10-50 m
Alur Sedang Sedikit
berbatu
<2%
Tengah Pohon
pinus
Ketela
pohon
Rumput
gajah
16o
25%
Berbukit
kecil
15-30%
10-50 m
Alur Sedang Tidak
berbatu
0%
10
0
20
38
59
66
H1
H2
H3
H4
3.2 Morfologi Tanah (Warna, Tekstur, Struktur, Konsistensi, Perakaran, Pori,
Drainase, Permeabilitas, Bahan Kasar, Top Soil dan Sub Soil)
a. Titik 1: Lereng Atas
Hasil
Titik
Gambar
Atas
Kondisi Perakaran = 0-66 cm
Warna Struktur Tekstur Konsistensi Pori
DominanBasah Lembab
H A.
0 – 20 cm
10 YR 3/6
Gumpal
Membulat
Lempung
Berpasir
Agak
Lekat
Agak
Plastis
Gembur Meso
H Bt1.
20 – 38 cm
10 YR ¾
Gumpal
Membulat
Lempung
Berpasir
Agak
Lekat
Agak
Plastis
Gembur Meso
H Bt2.
38 – 59 cm
10 YR 3/3
Gumpal
Membulat
Lempung
Berliat
Lekat Plastis Teguh Mikro
H Bt3.
59 – 66 cm
10 YR 3/2
Gumpal
Membulat
Lempung
Berliat
Lekat Plastis Teguh Mikro
11
0
25
39
57
66
H1
H2
H3
H4
Titik Drainase Permeabilitas Bahan
Kasar
Top soil Sub Soil
Atas Agak Baik Sedang Tidak ada Horiszon A
(0-20 cm)
Horizon (Bt)
20-66 cm
b. Titik 2: Lereng Bawah
Hasil
Titik
Gambar
Bawah
Kondisi Perakaran = 0 – 66 cm
Warna Struktur Tekstur Konsistensi Pori
DominanBasah Lembab
H Ap.
0 – 25 cm
10 YR 2/1
Gumpal
Membulat
Lempung
Berliat
Lekat Plastis Teguh Meso
H Bw1.
25 – 39 cm
10 YR 3/1
Gumpal
Membulat
Lempung
Berliat
Lekat Plastis Teguh Meso
H Bw2. Gumpal Pasir Agak Agak Gembur Makro
12
13
0
26
38
50
63
H1
H2
H3
H4
39 – 57 cm
10 YR 4/3
Bersudut Berlempung Lekat Plastis
H C.
57 – 66 cm
10 YR ¾
Gumpal
Bersudut
Pasir
Berlempung
Agak
Lekat
Agak
Plastis
Gembur Makro
Titik Drainase Permeabilitas Bahan Kasar Top soil Sub Soil
Bawah baik Cepat Tidak ada Horizon (Ap)
0- 25 cm
Horizon
(Bw) 25- 66
cm
c. Titik 3: Lereng Tengah
Hasil
Titik
Gambar
Tengah
Kondisi Perakaran = 0 – 63 cm
Warna Struktur Tekstur Konsistensi Pori
13
DominanBasah Lembab
H. Ap
0 – 26 cm
10 YR 4/2
Gumpal
Membulat
Lempung
Liat
Berpasir
Lekat Plastis Teguh Mikro
H Bw1
26 – 38 cm
10 YR 4/3
Gumpal
Membulat
Lempung
Liat
Berpasir
Lekat Plastis Teguh Mikro
H Bw2.
38 – 50 cm
10 YR 4/4
Gumpal
Membulat
Lempung
Berpasir
Agak
Lekat
Agak
Plastis
Teguh Meso
H C. 50 –
63
10 YR 4/6
Gumpal
Membulat
Lempung
Berpasir
Agak
Lekat
Agak
Plastis
Teguh Meso
Titik Drainase Permeabilitas Bahan Kasar Top soil Sub Soil
Tengah Sedang Agak Cepat Tidak Ada Horizon
(Ap) 0-26
cm
Horizon
(Bw) 26-
63 cm
3.3 Kelas Kemampuan Lahan
1. Poin Pengamatan I (Lereng Atas)
No Faktor Pembatas Kelas Kemampuan Lahan
Data Kode Kelas
1. Tekstur tanah (t)
a. Lapisan Atas Lempung berpasir t4 IV
b. Lapisan Bawah Lempung berliat t2 I
2. Lereng (%) 33 % l4 VI
3. Drainase Baik d0 I
4. Kedalaman tanah 66 cm k2 IV
5. Tingkat Erosi Ringan e1 III
6. Batu/Kerikil Tidak berbatu b0 III
7. Bahaya Banjir Tidak ada o0 I
14
Kelas Kemampuan Lahan VI
Faktor Pembatas l4
Sub Kelas Kemampuan VI, l
2. Point Pengamatan II (Lereng Bawah)
No Faktor Pembatas Kelas Kemampuan Lahan
Data Kode Kelas
1. Tekstur tanah (t)
a. Lapisan Atas Lempung berliat t2 I
b. Lapisan Bawah Lempung Berpasir t4 III
2. Lereng (%) 14 % l3 III
3. Drainase Agak baik d1 I
4. Kedalaman tanah 63 cm k2 IV
5. Tingkat Erosi Sedang e2 IV
6. Batu/Kerikil Sedikit b1 IV
7. Bahaya Banjir Kadang-kadang o1 II
Kelas Kemampuan Lahan IV
Faktor Pembatas k2 , e2, b1
Sub Kelas Kemampuan IV, keb
3. Point Pengamatan III (Lereng Tengah)
No Faktor Pembatas Kelas Kemampuan Lahan
Data Kode Kelas
1. Tekstur tanah (t)
a. Lapisan Atas Lempung liat berpasir t2 I
b. Lapisan Bawah Lempung berpasir t4 III
2. Lereng (%) 25 % l3 IV
3. Drainase Agak buruk d2 II
4. Kedalaman tanah 63 cm k2 IV
5. Tingkat Erosi Sedang e2 IV
6. Batu/Kerikil Tidak berbatu b0 III
7. Bahaya Banjir Tidak ada o0 I
Kelas Kemampuan Lahan IV
15
Faktor Pembatas l3, k2, e2,
Sub Kelas Kemampuan IV, lke
3.4 Kelas Kesesuaian Lahan
Lahan Lereng Atas
Kriteria lahan aktual tanaman pinus
Kelas kesesuaian lahan aktual
Kesesuaian lahan actual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumberdaya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan
masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Dapat diketahui komoditas yang ada pada saat itu yaitu
pada lereng tengah adalah jeruk Sunkist, lereng atas adalah tanaman pinus dan
lereng bawah adalah tanaman kubis. Berikut ini adalah table kesesuaian masing-
masing lereng.
16
Persyaratan
Penggunaan/Karakteristik Lahan
SPL 1
Data Kelas
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (0C) - -
Ketersediaan Air (wa)
Curah Hujan (mm) pada masa
pertumbuhan
- -
Kelembaban (%) - -
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Agak halus S1
Bahan Kasar (%)
Kedalaman Tanah (cm) 66 cm S3
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 33 % N
Bahaya erosi Ringan S2
Bahaya banjir
Genangan - -
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) 0 % S1
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN N
FAKTOR PEMBATAS Eh
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN N eh
Kesesuaian Lahan Potensial
Kriteria kesesuaian tanaman karet
18
Penggunaan/Karakteristik Lahan
Data Kelas
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (0C) - -
Ketersediaan Air (wa)
Curah Hujan (mm) pada masa
pertumbuhan
- -
Kelembaban (%) - -
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Agak halus S1
Bahan Kasar (%)
Kedalaman Tanah (cm) 66 cm S3
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 33 % S3
Bahaya erosi Ringan S2
Bahaya banjir
Genangan - -
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) 0 % S1
Singkapan batuan (%)
KELAS KESESUAIAN LAHAN S3
FAKTOR PEMBATAS eh, rc
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN S3 eh, rc
Lahan LerengBawah
20
Komoditas: Kubis (Brassica oleracea L.)
Tabel Kriteria Kesesuaian lahan Kubis
Kesesuaian Lahan Tanaman Kubis
21
Persyaratan
Penggunaan/Karakteristik Lahan
SPL 1
Data Kelas
Temperatur (tc) - -
Temperatur rerata (0C) - -
Ketersediaan Air (wa)
Curah Hujan (mm) pada masa
pertumbuhan
- -
Kelembaban (%) - -
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Agak Baik S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Halus S1
Bahan Kasar (%) - -
Kedalaman Tanah (cm) 66 cm S3
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 14% S2
Bahaya erosi Sedang S2
Bahaya banjir
Genangan - -
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%0 2-5 % S1
Singkapan batuan (%) - -
KELAS KESESUAIAN LAHAN S2
FAKTOR PEMBATAS eh
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 eh
Pada lahan lereng baawah tidak diperlukan perubahan tanaman, dikarenakan pada
lahan tersebut sudah sesuai jika ditanami tanaman kubis. Namun hal ini perlu
dilakukan konservasi lahan dengan cara di bentuk terasering.
22
Lahan Lereng Tengah
Komoditas : Ubi Kayu (Manihot esculenta)
Tabel kriteria kesuaian lahan Ubi Kayu (Manihot esculenta)
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
18 - 20 < 18
30 - 35 > 35
Ketersediaan air (wa)
600 - 1.000 500 - 600 < 500
2.000 - 3.000 3.000 -5.000 > 5.000
Lama bulan kering (bln) 3,5 - 5 5 - 6 6 - 7 > 7
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainasebaik, agak terhambat
agak cepat, sedang terhambatsangat terhambat,
cepatMedia perakaran (rc)
Tekstur agak halus, sedang halus, agak kasar sangat halus kasar
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
saprik, hemik,
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) 20 < 20
4,8 - 5,2 < 4,8
7,0 - 7,6 > 7,6
C-organik (%) > 0,8 ≤ 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) < 2 2 - 3 3 - 4 > 4
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) - - - -
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - F1 > F1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25
pH H2O 5,2 - 7,0
< 140 140 - 200 200 - 400 > 400
Kematangan saprik+ fibrik
Kelas kesesuaian lahan
Temperatur rerata (°C) 22 - 28 28 - 30
Curah hujan (mm) 1.000 - 2.000
23
Kesesuaian lahan Ubi Kayu (Manihot esculenta)
Persyaratan
Penggunaan/Karakteristik Lahan
SPL 1
Data Kelas
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (0C) - -
Ketersediaan Air (wa)
Curah Hujan (mm) pada masa
pertumbuhan
- -
Kelembaban (%) - -
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Agak Buruk S2
Media perakaran (rc)
Tekstur Agak Kasar S2
Bahan Kasar (%)
Kedalaman Tanah (cm) 63 cm S3
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 25 % S3
Bahaya erosi Sedang S2
Bahaya banjir
Genangan - -
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%0 0 % S1
Singkapan batuan (%) - -
KELAS KESESUAIAN LAHAN S3
FAKTOR PEMBATAS rc, eh
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN S3 rc, eh
24
Kesesuaian Lahan Potensial
Kriteria kesesuaian lahan potensial tanaman Kapas (Gossypium hirsutum)
25
kesesuaian lahan potensial tanaman Kapas (Gossypium hirsutum)
Persyaratan
Penggunaan/Karakteristik Lahan
SPL 1
Data Kelas
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (0C) - -
Ketersediaan Air (wa)
Curah Hujan (mm) pada masa
pertumbuhan
- -
Kelembaban (%) - -
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Agak Buruk S2
Media perakaran (rc)
Tekstur Agak Kasar S2
Bahan Kasar (%)
Kedalaman Tanah (cm) 63 cm S2
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 25 % S3
Bahaya erosi Sedang S2
Bahaya banjir
Genangan - -
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%0 0 % S1
Singkapan batuan (%) - -
KELAS KESESUAIAN LAHAN S3
FAKTOR PEMBATAS eh
SUB KELAS KESESUAIAN LAHAN S3 eh
3.5 Hasil Kompilasi Data Usahatani
Dalam Survey Tanah dan Evaluasi Lahan yang dilakukan terdapat beberapa
petani yang melakukan usahatani di wilayah tersebut, yang terbagi atas tiga lahan
yang berbeda. Seperti bagian pada pengamatan lahan di titik 4 bagian atas, bawah
26
dan tengah berikut data usahatani yang kami dapatkan dari wawancara dengan petani
penggarap maupun pemilik lahan di daerah setempat.
Titik 1 : Data Usahatani Lahan Atas
Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan di lahan pertama yaitu pada lahan
atas, lahan tersebut bukan milik petani melainkan milik perhutani, sehingga disini
tidak dilakukan wawancara dengan pihak perhutani.
Lereng Atas
Nama responden : Bapak Durmanam
Umur : 64 tahun
Alamat : Desa Punten, RT03 RW02, Kecamatan
Bumiaji, Kabupaten Batu, Malang
Pekerjaan utama : Buruh tani
Jumlah anggota keluarga : 4
Status kepemilikan lahan : punya sendiri
Luas lahan : 0,125 ha
Komoditas yang ditanam : tanaman ucet dan tanaman jahe
Analisis usahatani 3 kali masa panen :
Biaya tetap (TFC) : per tahun 3 kali masa panen (informasi biaya)
Nama Jumlah Komoditas Proporsiona
l
Penggunaan
Harga
Awal
(Rp)
Umur
Ekonomis
(th)
1 Cangkul 3 buah Tanaman ucet 2/3 alat 100.000 6
2 Sabit 3 buah Tanaman jahe 1/3 alat 15.000 6
Tanaman ucet 2/3 alat
Keterangan:
Rumus Nilai Penyusutan tiap alat: harga beli/umur ekonomis(th) x
proporsional penggunaan x jumlah satuan.
Rumus sewa lahan: nilai sewa lahan x proporsional penggunaan
Dalam satu tahun terdapat tiga kali masa produksi untuk tanaman jagung,
dan sekali masa produksi untuk tanaman singkong, dengan asumsi setiap kali
produksi selalu sama TC dan TR-nya (sesuai pernyataan Bapak Durmanam).
27
a) TFC tanaman ucet :
No Perincian Satuan Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah
pengeluaran
35.832
1. Penyusutan alat:
Cangkul 3 11.111 33.333
Sabit 3 833 2.499
b) TFC tanaman jahe :
No Perincian Satuan Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah
pengeluaran
2.499
1. Penyusutan alat:
Sabit 3 833 2.499
Biaya variabel (TVC) : per tahun (3 kali masa panen)
a) TVC tanaman ucet :
No Perincian Satuan Harga
satuan (Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah
pengeluaran
49.000
1. Benih 2 kg x 1 = 2 kg 4.500 9.000
2. Pupuk phonska 1 x 5 kg = 5 kg 2.000 10.000
Pupuk kandang 2 karung x 3 = 6
karung
5.000 30.000
b) TVC tanaman jahe :
28
No Perincian Satuan Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah pengeluaran 71.500
1. Benih 2 kg x 1 = 2 kg 2.000 4.000
2. Pupuk urea 2 x 5 kg = 10 kg 3.000 30.000
Pupuk kandang 2 karung x 3 = 6
karung
5.000 30.000
3. Pestisida ditan 1 liter 7.500 7.500
Total Biaya (TC)
a) TC tanaman ucet = TFC + TVC (tanaman ucet)
= 35.832 + 49.000
= 84.832
b) TC tanaman jahe = TFC + TVC (tanaman jahe)
= 2.499 + 71.500
= 73.999
Total Penerimaan (TR) Usahatani Bapak Durmanam :
a) TR tanaman ucet = P x Q
= 3000 x 150
= 450.000
b) TR tanaman jahe = P x Q
= 15.000 x 150
= 2.250.000
Total keuntungan (π) Usahatani Bapak Darmanam
a) Π tanaman ucet = TR – TC
= 450.000 – 84.832
= 365.168
b) Π tanaman jahe = TR – TC
= 2.250.000 – 73.999
= 2.176.001
Total keuntungan keseluruhan = Π tanaman ucet + Π tanaman jahe
= 365.168 + 2.176.001
= 2.541.169
Analisis BEP :
29
a) Analisis BEP tanaman ucet
TFC/tahun = Rp 35.832
TFC/produksi = 35.832/3 = Rp 11.944
P = Rp 3.000
TVC/tahun = Rp 49.000
TVC/produksi = 49.000/3 = Rp 16.333,33
TVC/unit = 16.333,33/ (150) = Rp 108,88
TC/tahun = Rp 84.832
TC/produksi = 84.832/3 = 28.277,33
BEP unit = FC
P−VC = 11.944/3.000 – 108,88 = 11.944/2891,12 =
4,13 kg
BEP rupiah = FC
1−vc / p = Rp 28.277,33/150 = Rp 188,51
Analisis RC Ratio
R/C Ratio = TR/TC = 450.000/84.832 = 5,3
b) Analisis BEP tanaman jahe
TFC/tahun = Rp 35.832
TFC/produksi = 35.832/3 = Rp 11.944
P = Rp 3.000
TVC/tahun = Rp 49.000
TVC/produksi = 49.000/3 = Rp 16.333,33
TVC/unit = 16.333,33/ (150) = Rp 108,88
TC/tahun = Rp 84.832
TC/produksi = 84.832/3 = 28.277,33
BEP unit = FC
P−VC = 11.944/3.000 – 108,88 = 11.944/2891,12 =
4,13 kg
BEP rupiah = FC
1−vc / p = Rp 28.277,33/150 = Rp 188,51
Analisis RC Ratio
R/C Ratio = TR/TC = 450.000/84.832 = 5,3
30
Titik 2: Data Usahatani Lahan Bawah
Nama Petani : Pak Maskuri
Desa : Punten
Dusun : Payan Geneng, Sawah Dukuh
RT/RW : 04 / 03
Kota / Kab : Batu
Propinsi : Jawa Timur
Komoditas : Sayur (Kubis, Wortel, dan Jagung)
A. Sejarah Usahatani
Sejarah pertanian di daerah ini dimulai sejak dahulu yang melakukan
bercocok tanam sayuran, seperti wortel dan sawi daging. Usahatani di lahan ini
sudah turun temurun dari orang tua petani responden yang mengelolah lahan
budidaya sayuran ini. Hingga kini petani responden yang melanjutkan usahatani
yang diwariskan kepada beliau namun beliau tidak sepenuhnya mengandalkan
hasil panen dari lahan tersebut karena beliau telah memiliki pekerjaan sebagai
karyawan di selekta. Hal ini membuat usahatani yang dilakukan lebih kepada
pemenuhan kebutuhan sehari-hari keluarga petani responden saja.
B. Data Petani Responden
1. Nama : Pak Maskuri
2. Umur : 43 tahun
3. Pendidikan : MAN hingga kelas 2
4. Pekerjaan Utama : Karyawan Selekta
5. Pekerjaan Sampingan : Ternak Sapi
6. Jumlah anggota keluarga : 4 Jiwa
7. Penguasaan Lahan Garapan Pertanian
Tabel Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian
No KeteranganJenis Lahan (Ha)
JumlahSawah Tegal/Kebun Pekarangan
1 Milik sendiri 450 m2 = sawah
-digarap sendiri Ada Ada 3 ha = tegal
-disewakan
-dibagi-hasilkan
jumlah (a) 1 1
31
2 milik orang lain
-disewakan
-dibagi-hasilkan
jumlah (b)
jumlah (a+b)
8. Kepemilikan Ternak
Tabel Data Kepemilikan Ternak
No. Jenis Ternak Jumlah
1 Sapi 4
2 Kambing
3 Ayam 50
C. Usahatani (Kegiatan Bercocok Tanam)
1. Komoditas : Wortel , Sawi, dan Jagung
2. Pola Tanam : Rotasi Tanaman
D. Biaya, Penerimaan, Dan Keuntungan Usahatani
1. Biaya Tetap
No. Uraian Jumlah
(Unit)
Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Sewa Lahan/ Pajak - - Rp 16.000,-
2. Sewa Alat - - -
3. Penyusutan Alat:
- Cangkul
- Sabit
- Garpu
4
6
1
Rp 2.600,-
Rp 2.500,-
Rp 2.200,-
Rp 14.400,-
Rp 15.000,-
Rp 2.200,-
Jumlah Rp 47.600,-
32
2. Biaya Variabel
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih/ Bibit 1 Kw Rp 5.000,- /
set kg
Rp 500.000,-
2. Pupuk
- Organik
- Urea 20 Kg Rp 4.000,- / kg
Rp 25.000,-
Rp 80.000,-
3. Obat-obatan 2 Botol Rp 25.000,- Rp 50.000,-
4. Tenaga Kerja - - -
5. Air - - -
6. Listrik - - -
Jumlah Rp 655.000,-
3. Total Biaya
Total Biaya Usahatani = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 47.600 + Rp 655.000
= Rp 702.600,-
4. Penerimaan
Produksi Wortel = 470 Kg
Harga Wortel = Rp 3.200,-
Penerimaan Usahatani Wortel = Rp 1.504.000,-
5. Keuntungan
a. Modal : Rp 750.000,-
b. Penerimaan : Rp 1.504.000,-
c. Keuntungan : Rp 754.000,-
E. Pemasaran Hasil Pertanian
No. Uraian Jumlah Pemasaran Alasan
Unit % Lembaga
Pemasaran
Lokasi
1. Dikonsumsi Sendiri:
- Jagung
- Wortel Tengkulak Diambil
Tidak
membu-
tuhkan
33
- Sawi
Daging
biaya
transport
asi.
2. Dijual
Titik 3 Data Usahatani Lahan Tengah
Nama Petani : Pak Abdul Rokhim
Desa : Punten
Dusun : Payan Geneng, Sawah Dukuh
RT/RW : 04 / 03
Kota / Kab : Batu
Propinsi : Jawa Timur
Komoditas : Jeruk Keprok
A. Sejarah Usahatani
Menurut petani responden, sejarah usahatani ini merupakan hibah dari
orang tua beliau. Sehingga beliau tinggal melanjutkan usahatani jeruk keprok
yang telah dilakukan secara turun temurun.
B. Data Petani Responden
1. Nama : Pak Abdul Rokhim
2. Umur : 44 tahun
3. Pendidikan : SLTP
4. Pekerjaan Utama : Karyawan Selekta
5. Pekerjaan Sampingan : Ternak Kambing dan Ayam
6. Jumlah anggota keluarga : 4 Jiwa
7. Penguasaan Lahan Garapan Pertanian
8. Kepemilikan Ternak
Tabel Data Kepemilikan Ternak
No. Jenis Ternak Jumlah
1 Sapi
2 Kambing 8
3 Ayam 2
C. Usahatani
34
1. Komoditas : Jeruk Keprok
2. Pola Tanam : Tumpang sari dengan Jambu Biji
D. Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani
1. Biaya Tetap
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Sewa Lahan/ Pajak - - Rp 15.000,-
2. Sewa Alat - - -
3. Penyusutan Alat:
- Cangkul
- Sabit
- Garpu
2
3
1
Rp 2.600,-
Rp 2.500,-
Rp 2.200,-
Rp 5.200,-
Rp 7.500,-
Rp 2.200,-
Jumlah Rp 29.900,-
2. Biaya Variabel
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih/ Bibit 60 Bibit Rp 5.000,- / Bibit Rp 300.000,-
2. Pupuk
- Organik
- NPK
10 Kg
25 Kg
Rp 25.000,0
Rp 115.000,- per sak
Rp 5.000,-
Rp115.000,-
3. Obat-obatan < ¼ Botol Rp 63.000,- / Botol Rp 15.000,-
4. Tenaga Kerja - - -
5. Air - - -
6. Listrik - - -
Jumlah Rp 435.000,-
3. Total Biaya
Total Biaya Usahatani = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 29.900 + Rp 435.000
= Rp 469.900,-
4. Penerimaan
Produksi Jeruk Keprok : 300 Kg
Harga Jeruk Keprok : Rp 8.000,-
35
Pendapatan : Rp 2.400.000,-
5. Keuntungan
a. Modal : Rp 500.000,-
b. Pendapatan : Rp 2.400.000,-
c. Keuntungan : Rp 1.900.000,-
E. Pemasaran
No. Uraian Jumlah Pemasaran Alasan
Unit % Lembaga
Pemasaran
Lokasi
1. Dikonsumsi Sendiri:
2. Dijual
Jeruk Keprok 3 Kw Tengkulak Di Antar
Ke Pasar
Lebih Praktis
dan Tidak
membutuhka
n biaya
Transportasi.
BAB IV
36
PEMBAHASAN
4.1 Penjelasan Fisiografi Lahan (Perbedaan Antar Titik, Faktor Yang
Mempengaruhi)
Dari hasil pengamatan terhadap ketiga titik yaitu titik atas, bawah dan tengah
terdapat perbedaan landuse, lereng, relief dan batuan permukaan. Sedangkan untuk
tingkat erosi sama. Berikut ini adalah penjelasan perbedaan antar titik tersebut:
a. Landuse
Perbedaan landuse antara ketiga titik dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain karena perbadaan fungsi dari penggunaan lahan tersebut. Titik atas
yaitu lahan hutan, landuse berupa pohon pinus dan rumput gajah. Hal ini
berkaitan erat dengan fungsi hutan sebagai fungsi lindung terhadap sumber daya
alam yang ada disekitarnya. Apabila fungsi ini tidak berjalan sebagaimana
mestinya, maka potensi terjadinya bencana alam di lingkungan yang ada
dibawahnya sulit dihindari, dan potensi kerusakan lingkungan sulit untuk
ditanggulangi. Selain itu dengan adanya hutan ini mampu menjaga ekosistem
alami didesa tersebut. Karena di wilayah Punten mayoritas masyarakat di desa
tersebut menjadi petani. Penggunaan landuse berupa pohon pinus ditanam di titik
atas dikarenakan untuk menahan erosi dan mencegah sedimentasi. Selain itu pada
titik atas juga terdapat semak seperti rumput gajah. Rumput gajah tersebut dapat
digunakan sebagai makanan ternak atau bahkan dijual kepada petani lain yang
membutuhkan serta dengan adanya rumput gajah juga akan dapat mengurangi
tingkat erosi terutama di lereng atas.
Sedangkan di titik tengah, landuse berupa pohon pinus, rumput gajah dan
ketela pohon. Di titik ini sudah terdapat pengolahan tanah. Penanaman ketela
pohon ini dimungkinkan karena pada titik tengah masih mudah untuk dilakukan
pengolahan, perawatan dan pemanenan. Tanaman tersebut dapat ditanam di
lereng tengah walaupun berada pada lahan miring. Kondisi lahan tersebut tidak
terlalu basah dan drainase cukup baik, sehingga dalam kondisi yang berlereng
pun dapat digunakan untuk penanaman tanaman semusim misalnya ketela pohon
dan tanaman tahunan misalnya pinus. Sama seperti lereng atas, pada lereng
tengah juga ditemukan rumput gajah yang dapat mengurangi tingkat erosi dan
memiliki nilai ekonomi.
37
Pada titik bawah landuse berupa tanaman semusim yakni kubis dan wortel
serta tanaman Pillodendron. Tanaman-tanaman tersebut ditanam di lereng bawah
karena lereng bawah memiliki tingkat kelerengan yang cukup landai, drainase
yang baik, dan lebih datar dari pada lereng tengah dan lereng atas. Selain itu,
lereng bawah mudah dijangkau oleh petani sehingga mudah untuk dilakukan
pengolahan dan pemanenan.
b. Lereng
Dari segi kelerengan, terdapat perbedaan kelerengan antar tiga titik. Yaitu
18o 33% pada lereng atas, 14o 18% pada lereng tengah dan 16o 25% pada lereng
bawah. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan ketinggian
tempat. Semakin tinggi tempat tersebut maka kelerengannya semakin curam.
c. Relief
Dari ketiga lereng yaitu lereng yaitu lereng atas, bawah dan tengah memilki
relief yang tidak sama. Relief pada lereng atas berbukit 15-30% 30-300 m,
sedangkan untuk lereng tengah dan bawah memilki relief yang sama yaitu
berbukit kecil 15-30% 10-50 m. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan
ketinggian dan kelerengan, semakin tinggi atau curam suatu tempat maka relief
yang terbentuk semakin berbukit dengan tinggi relief yang berbeda.
d. Erosi
Erosi yang terjadi pada ketiga titik sama yaitu memiliki jenis alur dengan
derajat sedang. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kelerengan dan vegetasi yang ada
di lereng tersebut.
e. Batuan Permukaan
Batuan permukaan yang terdapat pada ketiga titik bebeda. Pada titik atas dan
tengah tidak berbatu (0%), sedangkan pada titik bawah sedikit berbatu <2%. Hal
ini dipengaruhi oleh aktivitas organisme dan mikroorganisme dalam tanah. Pada
titik atas dan tengah masih terdapat BOT dan terdapat banyak organisme seperti
cacing, orong-orong, semut dll, sehingga aktivitas organisme berjalan dengan
baik. Aktivitas tersebut dapat berpengaruh pada tingkat pengolahan tanah.
Semakin banyak organisme maka akan semakin tinggi tingkat pengolahan tanah
yang dilakukan oleh organisme tersebut dan selanjutnya dapat membantu
pembentukan tanah dari batuan.
38
4.2 Penjelasan Morfologi Lahan (Perbedaan Antar Titik, Faktor Yang
Mempengaruhi)
Berdasarkan hasil pengamatan dari 3 titik yang di amati yaitu titik 1 di lereng
atas, titik 2 di lereng bawah, dan titik 3 di lereng tengah. Pada pengamatan titik 1
(lereng atas) terdapat 4 horizon. Horizon 1 antara 0-20 cm, horizon 2 antara 20-38
cm, horizon 3 antara 38-59 cm, dan horizon 4 antara 59-66 cm. Pada pengamatan 2
(lereng bawah) terdapat 4 horizon. Horizon 1 antara 0-25 cm, horizon 2 antara 25-39
cm, horizon 3 antara 39-57 cm, dan horizon 4 antara 57-66 cm. Pada pengamatan
titik 3 (lereng tengah) terdapat 4 horizon, horizon 1 antara 0-26 cm, horizon 2 antara
26-38, horizon 3 antara 38-50 cm, dan horizon 4 antara 50-63 cm.
Tekstur Pada pengamatan titik 1 (Lereng atas), Tekstur yang ditemukan pada
horizon 1 dan 2 adalah lempung berpasir dimana di temukan ciri-ciri rasa kasar agak
jelas, membentuk bola agak keras tapi mudah hancur serta melekat. sedangkan pada
horizon 3 dan 4 tekstur yang ditemukan adalah lempung berliat dengan ciri-ciri rasa
agak kasar, membentuk bola agak teguh, kering, dapat sedikit di gulung jika di plirit,
gulungan mudah hancur, melekatnya sedang. Pada pengamatan titik 2 (lereng
bawah), tekstur pada horizon 1 dan 2 adalah lempung berliat dengan ciri- ciri rasa
agak kasar, membentuk bola agak teguh, kering, dapat sedikit di gulung jika di plirit,
gulungan mudah hancur, melekatnya sedang, sedangkan pada horizon 3 dan 4 adalah
pasir berlempung dengan ciri-ciri rasa kasar agak jelas, membentuk bola yang
mudah sekali hancur dan sedikit melekat. Pada pengamatan titik 3 (lereng tengah),
tekstur yang ditemukan pada horizon 1 dan 2 adalah lempung liat berpasir dengan
ciri-ciri rasa kasar agak jelas, membentuk bolateguh (kering), membentuk guludan
jika di plirit, gulungan mudah hancur, dan melekat. sedangkan pada horizon 3 dan 4
teksturnya adalah lempung berpasir dengan ciri-ciri rasa kasar agak jelas,
membentuk bola agak keras tapi mudah hancur serta melekat .
Struktur yang di temukan pada pengamatan titik 1 (lereng atas), Struktur pada
horizon 1,2,3 dan 4 adalah gumpal membulat karena memiliki ciri-ciri menyerupai
kubus dengan sudut yang membulat. Pada titik 2 (lereng bawah) struktur horizon 1
dan 2 adalah gumpal membulat ciri-ciri menyerupai kubus dengan sudut yang
membulat, sedangkan pada horizon 3 dan 4 adalah gumpal bersudut dengan ciri
menyerupai kubus bersuut tajam dengan sumbu horizontal setara dengan sumbu
vertikal. Pada titik 3 (lereng tengah), struktur yang di temukan pada horizon 1,2,3
39
dan 4 adalah gumpal membulat karena memiliki ciri menyerupai kubus dengan sudut
yang membulat .
Warna yang di temukan pada pengamatan titik 1 (lereng atas). Pada horizon 1
warnanya adalah 10 YR 3/6, horizon 2 warnanya 10 YR 3/4, horizon 3 warnanya 10
YR 3/3, dan horizon 4 warnanya adalah 10 YR 3/2. Pada pengamatan titik 2 (lereng
bawah), warna yang di temukan pada horizon 1 adalah 10 YR 2/1, horizon 2
warnanya adalah 10 YR 3/1, horizon 3 warnanya adalah 10 YR 4/3, dan pada
horizon 4 warnanya adalah 10 YR 3/4. Sedangkan pada pengamatan titik 3 (lereng
tengah), di horizon 1 warnanya adalah 10 YR 4/2, horizon 2 warnanya adalah 10 YR
4/3, horizon 3 warnanya adalah 10 YR 4/4, dan pada horizon 4 warna yang di
temukan adalah 10 YR 4/6.
Untuk pengamatan konsistensi menggunakan konsistensi basah dan lembab.
Pada titik 1 (lereng atas), Pada horizon 1 dan 2 konsistensinya sama, konsistensi
basahnya di temukan agak lekat karena pada saat pengamatan tanah yang tertinggal
di tangan hanya sedikit dan agak plastis karena terbentuk gelintir tanah dan tahan
terhadap tekanan, sedangkan pada konsistensi lembabnya adalah gembur karena
pada saat di remas bisa bercerai, bila di genggam massa tanah bergumpal dan
melekat bila di tekan. Pada horizon 3 dan 4 konsistensinya sama, konsistensi
basahnya lekat karena tanah tertinggal pada kedua belah jari dan plastis sedangkan
konsistensi lembabnya adalah teguh karena massa tanah tahan terhadap remasan tak
mudah berubah-ubah. Di titik 2 (lereng bawah) pada horizon 1 dan 2 konsistensi
basahnya lekat karena tanah tertinggal pada kedua belah jari dan plastis, sedangkan
pada konsistensi lembabnya adalah teguh karena massa tanah tahan terhadap
remasan tak mudah berubah-ubah. Pada horizon 3 dan 4 konsistensinya juga sama,
konsistensi basahnya adalah agak lekat karena tanah tertinggal di salah satu jari dan
agak plastis karena terbentuk gelintir tanah dan tahan terhadap tekanan, sedangkan
untuk konsistensi lembabnya adalah gembur karena pada saat di remas bisa bercerai,
bila di genggam massa tanah bergumpal dan melekat bila di tekan. Di titik 3 (lereng
tengah), horizon 1 dan 2 konsistensi basahnya adalah lekat dan plastis, sedangkan
untuk konsistensi lembabnya adalah teguh. Pada horizon 3 dan 4 konsistensi
basahnya adalah agak lekat karena tanah tertinggal di salah satu jari dan agak plastis
karena terbentuk gelintir tanah dan tahan terhadap tekanan, sedangkan konsistensi
40
lembabnya adalah teguh karena karena massa tanah tahan terhadap remasan tak
mudah berubah-ubah.
Untuk permeabilitas dan drainase pada pengamatan titik 1 ( lereng atas)
permeabilitasnya adalah sedang, sedangkan drainasenya agak baik. Pada titik 2
(lereng bawah) permeabilitasnya adalah cepat. Sedangkan drainasenya adalah agak
baik. Pada titik 3 permeabilitasnya adalah agak cepat. Sedangkan drainasenya adalah
agak buruk.
Perakaran pada pengamatan titik satu (lereng atas) adalah 36 cm. Pada
pengamatan titik 2 (lereng bawah) Perakaran adalah 15 cm. Pada titik 3 (lereng
tengah) Perakaran adalah 26 cm.
Pada pengamatan titik 1, 2, dan 3 bahan kasarnya adalah tidak ada. Karena
pada setiap titik pengamatan tidak menemukan bahan kasar seperti kerikil, krokol,
sampai batu.
Pada pengamatan titik 1 (lereng atas) topsoil yang di temukan adalah pada
horizon A dengan kedalaman 0-25 cm sedangkan subsoilnya adalah pada horizon
Bt dengan kedalaman 25-66 cm. Pada pengamatan titik 2 (lereng bawah) topsoil
yang di temukan adalah pada horizon Ap dengan kedalaman 0-26 cm sedangkan
untuk sub soilnya adalah pada horizon Bw 26-66 cm. Pada pengamatan titik 3
(lereng tengah) top soilnya adalah pada horizon Ap dengan kedalaman 0-26 cm
sedangkan untuk sub soilnya adalah horizon Bw dengan kedalaman 26-63 cm.
4.3 Kondisi Kemampuan Lahan Antar Titik Pengamatan
Poin Pengamatan I (Lereng Atas)
No Faktor Pembatas Kelas Kemampuan Lahan
Data Kode Kelas
1. Tekstur tanah (t)
c. Lapisan Atas Lempung berpasir t4 IV
d. Lapisan Bawah Lempung berliat t2 I
2. Lereng (%) 33 % l4 VI
3. Drainase Baik d0 I
4. Kedalaman Efektif 66 cm k1 III
5. Tingkat Erosi Ringan e1 III
41
6. Batu/Kerikil Tidak berbatu b0 III
7. Bahaya Banjir Tidak ada o0 I
Kelas Kemampuan Lahan VI
Faktor Pembatas l4
Sub Kelas Kemampuan VI, l4
Dari hasil tabel kelas kemampuan lahan pertama dengan pengamatan di lereng
atas, dapat disimpulkan bahwa lereng atas tergolong kelas kemampuan lahan VI
dengan faktor pembatas l4 dan sub kelas kemapuan VI, l. Lahan dengan kemampuan
lahan VI ini cocok digunakan untuk tanaman kayu.
Tanah-tanah kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika digunakan untuk
penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari
erosi. Beberapa tanah di dalam lahan kelas VI yang daerah perakarannya dalam, tetapi
terletak pada lereng agak curam dapat digunakan untuk tanaman semusim dengan
tindakan konservasi yang berat seperti, pembuatan teras bangku yang baik.
Point Pengamatan II (Lereng Bawah)
No Faktor Pembatas Kelas Kemampuan Lahan
Data Kode Kelas
1. Tekstur tanah (t)
c. Lapisan Atas Lempung berliat t2 I
d. Lapisan Bawah Lempung Berpasir t4 III
2. Lereng (%) 14 % l3 III
3. Drainase Agak baik d1 I
4. Kedalaman Efektif 66 cm k1 III
5. Tingkat Erosi Sedang e2 IV
6. Batu/Kerikil Sedikit b1 IV
7. Bahaya Banjir Kadang-kadang o1 II
Kelas Kemampuan Lahan IV
Faktor Pembatas k2 , e2, b1
Sub Kelas Kemampuan IV, k2, e2,
b1
42
Dari hasil tabel kelas kemampuan lahan kedua dengan pengamatan di lereng
bawah, dapat disimpulkan bahwa lereng bawah tergolong kelas kemapuan lahan IV
dengan faktor pembatas k2, e2, dan b1 dan sub kelas kemapuan IV keb. Jika digunakan
untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan
konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran
bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk
memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di dalam kelas IV dapat
digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya,
tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar
alam.
Point Pengamatan III (Lereng Tengah)
No Faktor Pembatas Kelas Kemampuan Lahan
Data Kode Kelas
1. Tekstur tanah (t)
c. Lapisan Atas Lempung liat berpasir t2 I
d. Lapisan Bawah Lempung berpasir t4 III
2. Lereng (%) 25 % l3 IV
3. Drainase Agak buruk d2 II
4. Kedalaman Efektif 63 cm k1 III
5. Tingkat Erosi Sedang e2 IV
6. Batu/Kerikil Tidak berbatu b0 III
7. Bahaya Banjir Tidak ada o0 I
Kelas Kemampuan Lahan IV
Faktor Pembatas l3, k2, e2,
Sub Kelas Kemampuan IV, l3, k2,
e2
Dari hasil tabel kelas kemampuan lahan ketiga dengan pengamatan di lereng
tengah, dapat disimpulkan bahwa lereng tengah tergolong kelas kemapuan lahan IV
dengan faktor pembatas l3, k2 dan e2 sub kelas kemapuan IV lke. Jika digunakan untuk
tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan
konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran
bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk
43
memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di dalam kelas IV dapat
digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya,
tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar
alam.
4.4 Kondisi Kesesuaian Lahan Antar Titik Pengamatan dan Kesuaian Potensial
Hasil fieltrip yang dilakuan di desa Punten yang mana dalam pengamatannya
dibagi menjadi 3 lahan pengamatan yaitu sebagai berikut :
Pengamatan pertama dilakukan di lahan atas dengan komoditas utama yang
ditemukan adalah tanaman pinus. Dari hasil pencocokan data hasil pengamatan
dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pinus dapat diperoleh hasil bahwa
kelas kesesuaiannya menunjukkan kelas N eh, yang berartikan bahwa pada lahan
tersebut sangat tidak sesuai untuk dilanjutkan ditanami tanaman pinus. Hal itu
dikarenakan pada kelas N, lahan tersebut mempunyai pembatas yang sangat berat,
sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari. Sehingga
bisa dilakukan penggunaan tanaman karet, yang mana kelas kesesuaiannya
menunjukkan kelas S3 rc, eh, yang berarti mengalami kenaikan kelas dari N menjadi
S3. Yang mana pada kelas S3 lahannya memiliki pembatas yang lebih ringan
dibandingkan N dan masih mungkin untuk dilakukan upaya untuk diatasi. Untuk
mengatasi permasalahan kelerengan yang cukup curang, bisa dilakukan dengan
upaya memaksimalkan penanaman penutupan lahan sehingga bisa mengurangi
resiko erosi.
Pengamatan kedua dilakukan di lahan bawah dengan komoditas utama yang
ditemukan adalah tanaman kubis. Dari hasil pencocokan data hasil pengamatan
dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kubis dapat diperoleh hasil bahwa
kelas kesesuaiannya menunjukkan kelas S2 eh, yang berartikan bahwa pada lahan
tersebut mempunyai pembatas yang sedikit berat untuk mempertahankan tingkat
pengelolaannya yang harus dilakukan. Mengingat faktor pembatasnya adalah
kelerengan, maka usaha yang bisa dilakukan adalah dengan dilakukan upaya
membuat terasering pada lahan tersebut sehingga tidak diperlukannya penggantian
komoditas.
Pengamatan ketiga dilakukan di lahan tengah dengan komoditas utama yang
ditemukan adalah tanaman ubi kayu. Dari hasil pencocokan data hasil pengamatan
dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kubis dapat diperoleh hasil bahwa
44
kelas kesesuaiannya menunjukkan kelas S2 rc, eh, yang berartikan bahwa pada lahan
tersebut mempunyai pembatas yang sedikit berat untuk mempertahankan tingkat
pengelolaannya yang harus dilakukan. Terdiri dari 2 faktor pembatas yaitu masalah
kedalam tanah dan kelerengan pada lahan tersebut. Pada lahan tengah ini, ketika
tanaman ubi kayu telah selesai panen, bisa dilakukan penggantian tanaman menjadi
tanaman kapas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari faktor pembatas
kedalaman tanah, karena pada tanaman kapas untuk kedalam tanah 63 cm termasuk
dalam S2 sehingga kelas kesesuaiannya mengalami kenaikan kelas. Sehingga dapat
menfurangi faktor pembatasnya. Untuk mengatasi faktor pembatas kelerangan bisa
dilakukan upaya dengan memaksimalkan penanaman tanaman penutup tanah.
4.5 Analisis Usahatani
Analisis usahatani untuk mengetahui kelayakan usahatani yang dilakukan oleh
petani yang ada di Desa Punten yaitu dengan melakukan analisis menggunakan BEP
dan R/C Ratio. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui usahatani yang dilakukan
oleh petani layak untuk dilanjutkan atau tidak. Berikut ini merupakan analisis
usahatani yang ada pada lahan di Desa Punten.
Titik 1 : Lahan Atas
Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan di lahan pertama yaitu pada
lahan atas lahan tersebut tidak dikelola oleh petani melainkan dikelolah oleh
pihak perhutani, sehingga disini tidak dilakukan wawancara dengan pihak
perhutani.
a. Identitas Petani
Nama responden : Bapak Durmanam
Umur : 64 tahun
Alamat : Desa Punten, RT03 RW02, Kecamatan
Bumiaji, Kabupaten Batu, Malang
Pekerjaan utama : Buruh tani
Jumlah anggota keluarga : 4
Status kepemilikan lahan : punya sendiri
Luas lahan : 0,125 ha
Komoditas yang ditanam : tanaman ucet dan tanaman jahe
45
b. Analisis usahatani 3 kali masa panen :
Biaya tetap (TFC) : per tahun 3 kali masa panen (informasi biaya)
Nama Jumlah Komoditas Proporsional
Penggunaan
Harga
Awal
(Rp)
Umur
Ekonomis
(th)
1 Cangkul 3 buah Tanaman ucet 2/3 alat 100.000 6
2 Sabit 3 buah Tanaman jahe 1/3 alat 15.000 6
Tanaman ucet 2/3 alat
Keterangan:
Rumus Nilai Penyusutan tiap alat: harga beli/umur ekonomis(th) x
proporsional penggunaan x jumlah satuan.
Rumus sewa lahan: nilai sewa lahan x proporsional penggunaan
Dalam satu tahun terdapat tiga kali masa produksi untuk tanaman jagung,
dan sekali masa produksi untuk tanaman singkong, dengan asumsi setiap kali
produksi selalu sama TC dan TR-nya (sesuai pernyataan Bapak Durmanam).
TFC tanaman ucet :
No Perincian Satuan Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah pengeluaran 35.832
1. Penyusutan alat:
Cangkul 3 11.111 33.333
Sabit 3 833 2.500
TFC tanaman jahe :
No Perincian Satuan Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah pengeluaran 2.499
1. Penyusutan alat:
Sabit 3 833 2.499
46
Biaya variabel (TVC) : per tahun (3 kali masa panen)
TVC tanaman ucet :
No Perincian Satuan Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah pengeluaran 49.000
1. Benih 2 kg x 1 = 2 kg 4.500 9.000
2. Pupuk phonska 1 x 5 kg = 5 kg 2.000 10.000
Pupuk kandang 2 karung x 3 = 6
karung
5.000 30.000
TVC tanaman jahe :
No Perincian Satuan Harga satuan
(Rp)
Nilai (Rp)
Jumlah pengeluaran 71.500
1. Benih 2 kg x 1 = 2 kg 2.000 4.000
2. Pupuk urea 2 x 5 kg = 10 kg 3.000 30.000
Pupuk kandang 2 karung x 3 = 6
karung
5.000 30.000
3. Pestisida ditan 1 liter 7.500 7.500
Total Biaya (TC)
TC tanaman ucet = TFC + TVC (tanaman ucet)
= 35.832 + 49.000
= 84.832
TC tanaman jahe = TFC + TVC (tanaman jahe)
= 2.499 + 71.500
= 73.999
Total Penerimaan (TR) Usahatani Bapak Durmanam :
TR tanaman ucet = P x Q
= 3000 x 150
= 450.000
TR tanaman jahe = P x Q
= 15.000 x 150
= 2.250.000
47
Total keuntungan (π) Usahatani Bapak Darmanam
Π tanaman ucet = TR – TC
= 450.000 – 84.832
= 365.168
Π tanaman jahe = TR – TC
= 2.250.000 – 73.999
= 2.176.001
Total keuntungan keseluruhan = Π tanaman ucet + Π tanaman jahe
= 365.168 + 2.176.001
= 2.541.169
Analisis BEP :
Analisis BEP tanaman ucet
TFC/tahun = Rp 35.832
TFC/produksi = 35.832/3 = Rp 11.944
P = Rp 3.000
TVC/tahun = Rp 49.000
TVC/produksi = 49.000/3 = Rp 16.333,33
TVC/unit = 16.333,33/ (150) = Rp 108,88
TC/tahun = Rp 84.832
TC/produksi = 84.832/3 = 28.277,33
BEP unit = FC
P−VC = 11.944/3.000 – 108,88 = 11.944/2891,12 =
4,13 kg
BEP rupiah = FC
1−vc / p = Rp 28.277,33/150 = Rp 188,51
Analisis RC Ratio
R/C Ratio = TR/TC = 450.000/84.832 = 5,3
Analisis BEP tanaman jahe
TFC/tahun = Rp 35.832
TFC/produksi = 35.832/3 = Rp 11.944
P = Rp 3.000
TVC/tahun = Rp 49.000
TVC/produksi = 49.000/3 = Rp 16.333,33
48
TVC/unit = 16.333,33/ (150) = Rp 108,88
TC/tahun = Rp 84.832
TC/produksi = 84.832/3 = 28.277,33
BEP unit = FC
P−VC = 11.944/3.000 – 108,88 = 11.944/2891,12 =
4,13 kg
BEP rupiah = FC
1−vc / p = Rp 28.277,33/150 = Rp 188,51
Analisis RC Ratio
R/C Ratio = TR/TC = 450.000/84.832 = 5,3
(data dari kelas G Agribisnis 2011)
Dari hasil perhitungan BEP dan R/C Ratio di atas dapat diketahui bahwa
usahatani ucet dan jahe yang dilakukan oleh Bapak Durmanam layak untuk
dilanjutkan. Dilihat dari hasil perhitungan BEP unit yaitu 4,13 kg dan BEP rupiah
sebesar Rp 188,5. Dari hasil tersebut maka petani tersebut akan mengalami titik
impas atau tidak mengalami untung dan rugi ketika bisa menghasilkan produksi
sebesar itu. Sedangkan untuk nilai R/C ratio yaitu 5,3. Hal ini menunjukkan bahwa
usahatani ucet dan jahe tersebut menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan.
Titik 2 : Lahan Bawah
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan petani yang ada di lahan bawah di
dapatkan data biaya tetap, biaya variabel, total biaya dan penerimaan usahatani
sebagai berikut :
Biaya Tetap
No
.
Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Sewa Lahan/ Pajak - - Rp 16.000,00
2. Sewa Alat - - -
3. Penyusutan Alat:
- Cangkul
- Sabit
- Garpu
4
6
1
2.600
2.500
2.200
14.400
15.000
2.200
Jumlah 47.600
49
Biaya Variabel
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih/ Bibit 1 Kw Rp 5.000,- / set kg Rp 500.000
2. Pupuk
- Organik
- Urea 20 Kg Rp 4.000,- / kg
Rp 25.000,-
Rp 80.000,-
3. Obat-obatan 2 Botol Rp 25.000,- Rp 50.000,-
4. Tenaga Kerja - - -
5. Air - - -
6. Listrik - - -
Jumlah 655.000
Total Biaya/ TC (Total Cost)
No Biaya Total Biaya (Rp)
1 Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 47.600
2 Total Biaya Variabel ( Total Variabel Cost) 655.000
Jumlah 702.600
Penerimaan Usahatani
No Uraian Nilai Jumlah (Rp)
1 Produksi
Wortel 470 Kg 470 Kg
2 Harga (Per satuan unit)
Wortel Rp 3200 3200
Penerimaan Usahatani Rp 1.504.000
50
BEP Produksi (Unit) =TFC
P−TVC /Q
= 47.600
3200−655.000 /470
= 47.600
3200−1.393,61
= 47.600
1.806,39
= 26,35
BEP Penerimaan (Rp) = TFC
1−TVC /TR
= 47.600
1−655.000/1.504 .000
= 47.6001−0,43
= 47.600
0,56
= 85.000
BEP Harga (Rp) = TCQ
= TFC+TVC
Q
= 702.600
470
= 1.494,89
R/C Ratio = TR/TC
= 1.504.000/702.600
= 2,14
Dari hasil perhitungan BEP dan R/C Ratio diatas dapat diketahui bahwa
usahatani wortel yang dilakukan oleh petani punten layak untuk dilanjutkan.
Dilihat dari hasil perhitungan BEP Produksi yaitu 26,35, BEP Penerimaan
sebesar 85.000, dan BEP Harga sebesar 1.494,89 maka petani tersebut akan
51
mengalami titik impas atau tidak mengalami untung dan rugi ketika bisa
menghasilkan produksi sebesar itu.
Perhitungan R/C Ratio untuk usahatani wortel ini didapatkan hasil sebesar
2,14. Hal ini menunjukan bahwa usahatani tersebut layak untuk dilanjutkan
karena nilai R/C Ratio lebih dari 1.
Titik 3 : Lahan Tengah
Biaya Tetap
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Sewa Lahan/ Pajak - - Rp 15.000,00
2. Sewa Alat - - -
3. Penyusutan Alat:
- Cangkul
- Sabit
- Garpu
2
3
1
2.600
2.500
2.200
5.200
7.500
2.200
29.900
Biaya Variabel
No. Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1. Benih/ Bibit 60 Bibit Rp 5.000,- / Bibit Rp 300.000,-
2. Pupuk
- Organik
- NPK
10 Kg
25 Kg
Rp 25.000,- / Sak
Rp 115.000,- / sak
Rp 5000
Rp115.000,-
3. Obat-obatan < ¼ Botol Rp 63.000,- / Botol Rp 15.000,-
4. Tenaga Kerja - - -
5. Air - - -
6. Listrik - - -
Jumlah Rp 435.000
Total Biaya/ TC (Total Cost)
No Biaya Total Biaya (Rp)
1 Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 29.900
52
2 Total Biaya Variabel ( Total Variabel Cost) 435.000
Jumlah 469.900
Penerimaan Usahatani
N
o
Uraian Nilai Jumlah (Rp)
1 Produksi
Jeruk Keprok 300 Kg 300 Kg
2 Harga (Per satuan unit)
Jeruk Keprok Rp 8000 8000
Penerimaan Usahatani Rp 2.400.000
BEP Produksi (Unit) =TFC
P−TVC /Q
= 29.900
8000−435.000/300
= 29.900
8000−1.45
= 29.9007998,5
= 3,7382
BEP Penerimaan (Rp) = TFC
1−TVC /TR
= 29.900
1−435.000 /2.400.000
= 29.9001−0,18
= 29.900
0,82
= 36.463,41
53
BEP Harga (Rp) = TCQ
= TFC+TVC
Q
= 469.900
300
= 1.566,34
R/C Ratio = TR/TC
= 2.400.000/469.900
= 5,1
Dari hasil perhitungan BEP dan R/C Ratio diatas dapat diketahui bahwa
usahatani Komoditas Jeruk Keprok yang dilakukan oleh petani punten layak untuk
dilanjutkan. Dilihat dari hasil perhitungan BEP Produksi yaitu 3,7382, BEP
Penerimaan sebesar 36.463,41, dan BEP Harga sebesar 1.566,34 maka petani
tersebut akan mengalami titik impas atau tidak mengalami untung dan rugi ketika
bisa menghasilkan produksi sebesar itu.
Perhitungan R/C Ratio untuk usahatani wortel ini didapatkan hasil sebesar
5,1. Hal ini menunjukan bahwa usahatani tersebut layak untuk dilanjutkan karena
nilai R/C Ratio lebih dari 1.
4.5 Keterkaitan dan Keselarasan Analisis Biofisik dan Sosial Ekonomi Tentang
Hasil Survei Tanah
Dari hasil pengamatan yang terdiri dari tiga titik yaitu titik 1 yakni lahan
atas, titik 2 yaitu lahan bawah dan titik 3 yakni lahan tengah . berikut hasil analisa
keterkaitan dan keselarasan analisis biofisik dan sosial ekonomi pada saat survei
a. Lokasi titik 1 ( lahan atas)
Penggunaan landuse berupa pohon pinus ditanam di titik atas
dikarenakan untuk menahan erosi dan mencegah sedimentasi. Selain itu pada titik
atas juga terdapat semak seperti rumput gajah. Rumput gajah tersebut dapat
digunakan sebagai makanan ternak atau bahkan dijual kepada petani lain yang
membutuhkan serta dengan adanya rumput gajah juga akan dapat mengurangi
tingkat erosi terutama di lereng atas. Dari segi kelerengan yaitu 18o 33% pada
lereng atas dan Relief pada lereng atas berbukit 15-30% 30-300 m,erosi yang
54
terjadi pada ketiga titik sama yaitu memiliki jenis alur dengan derajat sedang.
Batuan PermukaanPada titik atas dan tengah tidak berbatu (0%),
Sedangkan untuk kondisi sosial ekonomi lahan atas ini adalah yaitu pada
lahan atas lahan tersebut tidak dikelola oleh petani melainkan dikelolah oleh
pihak perhutani, sehingga disini tidak dilakukan wawancara dengan pihak
perhutani
b. Lokasi titik 2 ( lahan bawah )
Pada titik bawah landuse berupa tanaman semusim yakni kubis dan
wortel serta tanaman Pillodendron. Tanaman-tanaman tersebut ditanam di lereng
bawah karena lereng bawah memiliki tingkat kelerengan yang cukup landai,
drainase yang baik, dan lebih datar dari pada lereng tengah dan lereng atas. Selain
itu, lereng bawah mudah dijangkau oleh petani sehingga mudah untuk dilakukan
pengolahan dan pemanenan. Dari segi kelerengan 16o 25% , Relief bawah
memilki relief berbukit kecil 15-30% 10-50 m dan erosi yang terjadi yaitu
memiliki jenis alur dengan derajat sedang . Batuan Permukaan pada titik bawah
sedikit berbatu <2%. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas organisme dan
mikroorganisme dalam tanah
Lahan dengan luas 450 m2 , dengan penggunaan lahan sebagai sawah dan
seluas 3 Ha digunakan sebagai lahan tegal dimana terdapat komoditas sayuran
yakni wortel, sawi , dan jagung ini dimiliki oleh seorang warga sendiri yang
bernama Bapak. maskuri, yang terletak di Desa punten, dusun payan
geneng,sawah dukuh . Lama usaha pak Maskuri adalah sekitar 1 tahun untuk tiap
komoditasnya penyiapan lahan menggunakn tenaga hewan ternak dengan
membutuhkan SDM 5 HOK. Dengan biaya pembibitan benih sebesar Rp
500.000/kwintal ,. Penanaman dilakukan secara berkala antara komoditas satu
dengan yang lain karena manganut sisten rotasi tanaman.
Bapak Maskuri menggunakan pupuk organik yaitu dengan menggunakan
pupuk kandang hasil kotoran ternak sendiri dengan kisaran pemakaian sebesar 1
ton Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang buatan sendiri. namun
tidak menutup kemungkinan untuk kemudian bapak maskuri menggunakan
pupuk anorganik seperti Urea sebesar 20 Kg dengan harga Rp 80.000. Selain itu
juga menggunakan pupuk organik sebnayak 2 ton untu singkong, dan 6 ton untuk
tebu.. semua tenaga kerja yang digunakan adalah dengan tenaga kerja dari
keluarga sendiri dan juga terdapat sistem bergilir yakni saling membantu dalam
55
penggarapan warga secara bergiliran . Sama halnya dengan sistem irigasi Dalam
memenuhi kebutuhan air tiap tanaman, Pak Maskuri tidak hanya mengandalkan
air hujan, tapi yang digunakan dengan menggunakan sistem giliran yang pertama
mengantri adalah yang mendapat giliran pertama dan begitu juga seterusnya. Tak
ada OPT di lahan tersebut sehingga tak ada pengeluaran biaya untuk pestisida,
namun jikalau ada bapak maskuri mengatasinya dengan air seni hewan ternak
kelinci (penanganan masa dahulu) Penyiangan dilakukan pada saat rumput sudah
meninggi.
Selain dari usaha lahan pak maskuri juga mengandalkan pendapatan dari
ternak sapi dan ayam dari hasil ternak inilah yang menjadi pendapatan utama dan
memiliki keuntungan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari–hari dan untuk mengembangkan usahanya.
Hasil panen tersebut dijual kepada tengkulak yang diambil sendiri di lokasi
ini dikarenakan alasan menurut pak maskuri adalah tidak membutuhkan biaya
transportasi sehingga dari hasil panen tersebut didapatkan hasil produksi sebesar
Rp 1.504.000 untuk wortel (meskipun terdapat 3 komoditas data yang diambil
dari hasil wawancara adalah panen yang terahir yakni pada komoditas wortel)
c. Lokasi Titik 3 ( lahan tengah )
di titik tengah, landuse berupa pohon pinus, rumput gajah dan ketela
pohon. Di titik ini sudah terdapat pengolahan tanah. Penanaman ketela pohon ini
dimungkinkan karena pada titik tengah masih mudah untuk dilakukan
pengolahan, perawatan dan pemanenan. Tanaman tersebut dapat ditanam di
lereng tengah walaupun berada pada lahan miring. Kondisi lahan tersebut tidak
terlalu basah dan drainase cukup baik, sehingga dalam kondisi yang berlereng
pun dapat digunakan untuk penanaman tanaman semusim misalnya ketela pohon
dan tanaman tahunan misalnya pinus. Sama seperti lereng atas, pada lereng
tengah juga ditemukan rumput gajah yang dapat mengurangi tingkat erosi dan
memiliki nilai ekonomi.untuk kelerengan adalah 14o 18% ,dan untuk relief yaitu
berbukit kecil 15-30% 10-50 m.
Erosi yang terjadi pada ketiga titik sama yaitu memiliki jenis alur dengan
derajat sedang. Batuan permukaan yang terdapat pada ketiga titik bebeda tengah
tidak berbatu (0%),
Lahan dengan luas 0,25 Ha , dengan penggunaan lahan sebagai lahan
sawah dimana terdapat komoditas jeruk keprok ini dimiliki oleh seorang warga
56
yang bernama Bapak. Abdul Rokhim , yang terletak di Desa punten, dusun payan
geneng, sawah duhkuh , lahan milik sendiri yang merupakan hibah dari orang tua
beliau. Lama usaha pak Riasan adalah sekitar 1,5 tahun untuk tiap komoditasya.
Dengan biaya pembibitan tebu Rp 300.000 untuk 60 bibit , Penanaman ini
dilkaukan pada musim hujan.
Bapak Abdul Rokhim menggunakan pupuk anorganik NPK sebesar 25 Kg
dengan harga Rp 115.000 / sak ,dan juga menggunakan pupuk organik. Pupuk
organik yang digunakan adalah pupuk kandang sejumlah 10 Kg dengan harga Rp
5000/ kg . Penyiangan dilakukan tiap 3 bulan sekali. Dalam memenuhi kebutuhan
air tiap tanman, Pak Tabsrin hanya mengandalkan air hujan, sehingga tak ada
biaya yng dikeluarkan untuk irigasi. Sedangkan untuk pengendalian hama dan
penyakit pak Rokhim menggunakan obat – obatan kurang lebih sepetir empat
botol yang tiap botolnya seharga Rp 63.000.
Hasil panen tersebut dijual ke tengkulak yang diantar ke pasar . dari hasil
panen tersebut didapatkan hasil produksi sebesar 300 Kg dengan penerimaan
sebesar Rp 2.400.000,- dari modal awal Rp 500.000,- sehingga mendapat
keuntungan sebesar Rp 1.900.00,- dikatakan usaha tani bapak abdul Rokhim
menguntungkan.
57
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek fisiografi
terdapat perbedaan antara ketiga lereng. Perbedaan tersebut meliputi landuse, kelerengan,
relief, erosi dan batuan permukaan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
ketinggian tempat, fungsi penggunaan lahan, dan factor lain yang salinng berkaitan.
Sedangkan dari aspek morfologi juga terdapat perbedaan yang meliputi perbedaan warna,
tekstur, struktur, konsistensi, perakaran, pori, drainase, permeabilitas, bahan kasar, top
soil dan sub soil. Perbedaan tersebut disebabkan factor pembentuk tanah diantarana factor
iklim, biologi tanah (organisme tanah), BOT, Topografi, Batuan induk dan waktu.
Dilihat dari kondisi keamampuan lahan dapat disimpulkan bahwa lereng atas
tergolong kelas kemampuan lahan VI dengan faktor pembatas l4 dan sub kelas kemapuan
VI, l. Lahan dengan kemampuan lahan VI ini cocok digunakan untuk tanaman kayu.
Sedangkan untuk lereng bawah dapat disimpulkan tergolong kelas kemapuan lahan IV
dengan faktor pembatas k2, e2, dan b1 dan sub kelas kemapuan IV keb. Jika digunakan
untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan
konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran
bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk memelihara
kesuburan dan kondisi fisik tanah. Dan untuk lereng tengah tergolong kelas kemapuan
lahan IV dengan faktor pembatas l3, k2 dan e2 sub kelas kemapuan IV lke. Jika
58
digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan
tindakan konservasi yang lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku,
saluran bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk
memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah.
Dilihat dari kesesuaian lahan data aktual tanaman yang ada disana yakni terdiri
dari tanaman tanaman pinus di lereng atas, tanaman ubi kayu dilereng tengah, dan
tanaman kubis di lereng bawah, setelah dilakukan penyesuaian maka tanaman yang
sesesuai untuk lereng atas adalah tanaman karet, untuk tanaman lereng tengah tanaman
kapas dan untuk lereng bawah masih tetap ditanamai kubis. Namun, meskipun telah
dilakukan perubahan komoditas, masih diperlukan upaya konservasi lahan berupa
terasering dan memaksimalkan tanaman tutupan.
Dari hasil analisis usahatani dapat disimpulkan bahwa usahatani pada lereng atas
merupakan milik perhutani tetapi terdapat petani yang memanfaatkan lahan tersebut
untuk aktivitas usaha tani. Pada lereng atas usaha tani dilakukan oleh Bapak Durmanam.
Komoditas yang diusahakan yaitu ucet dan jahe. Hasil perhitungan dari BEP dan R/C
ratio menunjukkan bahwa usaha tani tersebut menguntungkan dan layak untuk
dilanjytkan. Untuk lereng bawah, usahatani wortel yang dilakukan oleh Pak Ahmad
Rokhim menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Sedangkan untuk lereng tengah,
usahatani Komoditas Jeruk Keprok yang dilakukan oleh Pak Abdul Rakhim juga
menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Hal ini dikarenakan perhitungan dari R/C
Ratio lebih besar dari 1. Hal ini juga dimungkinkan karena pada tiap titik yaitu lereng
atas, bawah, dan tengah memiliki tanah yang cukup subur dan sesuai untuk ditanami
komoditas tersebut.
59