Status Penderita Stroke,Ufa

45
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke atau serangan otak (brain attack) merupakan penyakit neurologi yang sering dijumpai. Penderita yang paling banyak dirawat di pusat-pusat pelayanan neurologi, demikian pula di Ruang Saraf RSUD dr. Soetomo Surabaya adalah penderita stroke. Di seluruh dunia, angka kejadian rata-rata stroke sekitar 180 per 100.000 pertahun (0,2%), dengan angka prevalensi 500-600 per 100.000 (0,5%). Stroke menduduki urutan ketiga terbesar penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker, dengan laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan 62% untuk stroke berulang. Penyakit yang terutama menyerng kelompok usia madya dan usia tua ini, juga merupakan penyakit neurologi yang paling sering mengakibatkan cacat dan kematian. Diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke yang pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun waktu 5 tahun. Hasil penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa terjadinya risiko kematian pada 5 tahun pasca-stroke adalah 45 – 61% dan terjadinya stroke berulang 25 – 37%. Menurut studi Framingham, insiden stroke berulang dalam kurun waktu 4 tahun pada pria 42% dan wanita

description

vhjgvbnvjvbnbvhjvhjkbkjbjkfhyfdhvkjnklhjgvjhbjkbnjkbjhgjnkjikhgjuhlkjkhjkbkj

Transcript of Status Penderita Stroke,Ufa

Page 1: Status Penderita Stroke,Ufa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke atau serangan otak (brain attack) merupakan penyakit neurologi

yang sering dijumpai. Penderita yang paling banyak dirawat di pusat-pusat

pelayanan neurologi, demikian pula di Ruang Saraf RSUD dr. Soetomo

Surabaya adalah penderita stroke. Di seluruh dunia, angka kejadian rata-rata

stroke sekitar 180 per 100.000 pertahun (0,2%), dengan angka prevalensi

500-600 per 100.000 (0,5%). Stroke menduduki urutan ketiga terbesar

penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker, dengan laju

mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan 62% untuk stroke

berulang.

Penyakit yang terutama menyerng kelompok usia madya dan usia tua

ini, juga merupakan penyakit neurologi yang paling sering mengakibatkan

cacat dan kematian. Diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke yang

pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun waktu 5 tahun. Hasil

penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa terjadinya risiko kematian

pada 5 tahun pasca-stroke adalah 45 – 61% dan terjadinya stroke berulang 25

– 37%. Menurut studi Framingham, insiden stroke berulang dalam kurun

waktu 4 tahun pada pria 42% dan wanita 24%. Makmur dkk. (2002)

mendapatkan kejadian stroke berulang 29,52%, yang paling sering terjadi

pada usia 60-69 tahun (36,5%), dan pada kurun waktu 1-5 tahun (78,37%)

dengan faktor risiko utama adalah hipertensi (92,7%) dan dislipidemia

(34,2%).

Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau

ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf.

Karena, selain menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya,

Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi

kesehatan. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi

penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitatif.

Page 2: Status Penderita Stroke,Ufa

2

Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap,

tetapi sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita Stroke

yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan

Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan dan angka

kematian yang terjadi di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana patofisiologi stroke perdarahan intraserebral (ICH)?

2. Bagaimana cara penegakan diagnosa stroke perdarahan intraserebral

(ICH)?

3. Bagaimana penatalaksanaan stroke perdarahan intraserebral (ICH)?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui patofisiologi stroke perdarahan intraserebral (ICH).

2. Mengetahui cara penegakan diagnose stroke perdarahan intraserebral

(ICH).

3. Mengetahui penatalaksanaan stroke perdarahan intraserebral (ICH).

1.4. Manfaat

Untuk Penelaah

1. Menambah ilmu pengetahuan tentang stroke.

2. Khususnya dapat memahami tentang stroke perdarahan intraserebral

(ICH) baik itu patofisiologi, cara penegakan diagnosa serta

penatalaksanaannya.

Untuk Pembaca

1. Menambah ilmu pengetahuan tentang stroke.

2. Dapat memahami tentang stroke perdarahan intraserebral (ICH) baik itu

patofisiologi, cara penegakan diagnosa serta penatalaksanaannya.

3. Sebagai bekal bagi para dokter muda, khususnya mahasiswa FK Unisma

dalam prakteknya dan aplikasinya di lapangan sesuai dengan kompetensi

dokter umum.

Untuk Ilmu Pengetahuan

Page 3: Status Penderita Stroke,Ufa

3

1. Sebagai salah satu literatur dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang kedokteran, khususnya penyakit stroke.

2. Memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran.

Page 4: Status Penderita Stroke,Ufa

4

BAB II

STATUS PENDERITA

2.1. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. S

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : -

Agama : Islam

Alamat : Kepanjen

Status perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Tanggal Periksa : 29 Oktober 2012

No. Registrasi : 303683

2.2. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

Tangan dan kaki kiri lemas

2. Keluhan Tambahan :

Sakit kepala, kejang, tidak bisa bicara, batuk.

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke UGD pukul 10.00 dengan keluhan tangan dan kaki

kiri tiba-tiba lemas sejak pagi tadi setelah bangun tidur. Kemudian

bicara agak pelo, keluhan juga disertai dengan sakit kepala, sakit kepala

dirasakan cekot-cekot di seluruh bagian kepala. Menurut keluarga

pasien, pasien juga sempat kejang 1x saat di UGD, pasien tidak mual

dan tidak muntah. Selain itu, pasien batuk dan keluar lendir sejak saat

ini, pasien juga mengeluh tiba-tiba sulit minum. Sebelumnya pasien

tidak pernah jatuh dan terbentur. Pasien mengaku tidak ada masalah

BAB maupun BAK.

Page 5: Status Penderita Stroke,Ufa

5

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat sakit serupa : -

- Riwayat mondok : -

- Riwayat sakit gula : -

- Riwayat Hipertensi : punya penyakit hipertensi sudah lama

dan tidak terkontrol.

- Riwayat sakit kejang : -

- Riwayat alergi obat : -

- Riwayat alergi makanan : -

- Riwayat alergi cuaca : -

- Riwayat stroke : -

- Riwayat penyakit lain : pasien tidak bias mendengar sudah

lama.

5. Riwayat Pengobatan : -

6. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Tidak ada

- Riwayat hipertensi : Menyangkal

- Riwayat sakit gula : Menyangkal

- Riwayat jantung : Menyangkal

- Riwayat sakit lain : Menyangkal

7. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : Dulu waktu muda merokok tetapi

sudah lama berhenti

- Riwayat minum kopi : Dulu waktu muda minum kopi

tetapi sudah lama berhenti

- Riwayat minum alkohol : Tidak pernah

- Riwayat menggunakan narkoba : Tidak pernah

- Riwayat olah raga : Tidak pernah

- Sering tidur larut malam dan jarang olahraga.

Page 6: Status Penderita Stroke,Ufa

6

8. Riwayat Sosial Ekonomi :

Penghasilan satu bulannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari (ekonomi

menengah ke bawah).

9. Riwayat Gizi :

Makanan sehari-hari cukup dan sederhana.

2.3. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : kulit gatal (-), sakit (-)

2. Kepala : sakit kepala (+), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (+/+), penglihatan

kabur (-/-), ketajaman penglihatan dalam batas normal

4. Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (+/+), berdengung (-/-), keluar

cairan (-/-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (+), lidah terasa pahit (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (+), mengi (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (+), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan turun (-),

nyeri perut (-), BAB normal.

11. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas normal.

12. Neurologik : kejang (+), lumpuh pada tangan (-/+), lumpuh pada

kaki (-/+), kesemutan dan rasa tebal pada kaki dan

tangan (-/+)

13. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-)

14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri/liu-linu pada lutut kanan-kiri (-),

nyeri otot (-)

15. Ekstremitas :

o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

Page 7: Status Penderita Stroke,Ufa

7

o Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

2.4. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : compos mentis, tampak lemas (GCS: 456)

2. Tanda Vital

Tensi : 210/130 mmHg

Nadi : 72x/menit

Pernafasan: 20x/menit

Suhu : 36°C

3. Kulit :

Kulit sawo mateng, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),

venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-).

4. Kepala :

Luka (-), rambut tidak mudah di cabut, keriput (-), makula (-), papula (-),

nodula (-), kelainan mimik wajah/meringis (lipatan nasolabialis kiri

tertinggal).

5. Mata :

Mata tidak cowong, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil

isokor (+/+), reflek kornea (+/+), radang (-/-), warna kelopak mata (coklat

kehitaman).

6. Hidung :

Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung

(-/-), hiperpigmentasi (-/-).

7. Mulut :

Bibir pucat (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemi (-), gusi berdarah (-), sariawan (-).

8. Telinga :

Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-),

cuping telinga dalam batas normal.

9. Tenggorokan :

Tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (-/-)

10. Leher :

Page 8: Status Penderita Stroke,Ufa

8

Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).

11. Toraks :

Normochest, simetris, pernafasan thorakoabdominal, retraksi (-),

spidernevi (-), pulsasi intrasternalis (-), sela iga melebar (-)

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis kuat angkat

Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra

Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra

Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis

sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra

Pinggang jantung : ICS II linea para sternalis sinistra

(kesan jantung tidak melebar)

Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas noral, regular, bising

Pulmo

Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-),

luka (-)

Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-),

krepitasi (-)

Perkusi :

Auskultasi : suara dasar vesikular + +++ +

suara tambahan: Ronkhi

12.

Abdomen :

wheezing

Sonor SonorSonorsonor sonor

- -- - -

- --- -

Page 9: Status Penderita Stroke,Ufa

9

Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-),

jaringan parut/bekas luka (-), tumor/benjolan (-).

Auskultasi : Bising usus 8x/menit (+) normal

Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), meteorismus (-), hepar

dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

13. Sistem Collumna Vertebralis :

Inspeksi : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : NKCV (-)

14. Ektremitas : palmar eritema (-/-)

Akral dingin Odem

- - - -

- - - -

15. Sistem genetalia : Tidak diperiksa

16. Pemeriksaan Neurologik :

A. Kesan Umum

Kesadaran : GCS E4V5M6

Pembicara : Disartri (+), afasia (-), monoton (-), scanning (-)

Kepala : simetris

B. Pemeriksaan Khusus

1. Rangsangan selaput otak : tidak dilakukan

2. Saraf Otak

N.I : tidak dilakukan

N.II : tidak dilakukan

N. III, IV, VI : kedudukan bola mata (+/+), exophtalmus (-/-),

ptosis (-/-), pupil isokor (+/+)

N.V : otot masseter (greget) (+/+)

N. VII : kerutan dahi (waktu bergerak) (kiri tertinggal

sedikit), lipatan nasolabialis (meringis) (kiri

tertinggal sedikit).

N.VIII : tidak dilakukan

Page 10: Status Penderita Stroke,Ufa

10

N.IX, X : suara biasa, kedudukan arcus pharynx (kanan

tertinggal/lebih rendah), kedudukan ovula

(bergerak ke kiri).

N.XI : mengangkat bahu (+/+)

N.XII : kedudukan lidah waktu bergerak ke kanan.

3. Saraf Motorik : 5 4

5 4

Kekuatan

4. Saraf Sensoris : N Tebal

N Tebal

Rasa nyeri

5. Reflek-refleks : 2 1 - -

2 1 - +

R.Fisiologis R.Patologis

6. Susunan saraf otonom : BAK (DBN), BAB (DBN), sekresi keringat

(meningkat).

17. Pemeriksaan Psikiatrik :

Penampilan : Perawatan diri baik

Kesadaran : Kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

Afek : Appropriate

Psikomotor : Normoaktif

Proses piker : Bentuk : realistik

Isi : waham (-), hausinasi (-), ilusi (-)

Arus : koheren

Insight : Baik

2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 28 Oktober 2012

Darah Lengkap

Item periksa Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 14,9 g/dl L:13,5-18; P: 12-16

Page 11: Status Penderita Stroke,Ufa

11

Hematokrit 42,0 % L: 40-54; P: 35-47

Eritrosit 4,95 juta/cmm L: 4,5-6,5; P: 3,0-6,0

Leukosit 13.400 sel/cmm 4.000 – 11.000

Trombosit 193.000 sel/mm3 150.000 – 450.000

Kimia Darah

Item periksa Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Normal

Gula Darah Sewaktu 143 mg/dl < 140

SGOT 28 U/L L: < 43; P: <36

SGPT 16 U/L L: < 43; P: <36

Ureum 22 mg/dl 20-40

Kreatinin 0,87 Mg/dl L: 0,6-1,1; P: 0,5-0,9

Elektrolit

Natrium 136 mmol/L 136 - 145

Kalium 3,3 mmol/L 3,5 – 5,1

Chlorida 103 mmol/L 97 - 111

CT-SCAN CRANIUM

Kesimpulan : Intracerebral Hemorrhage Dextra

Page 12: Status Penderita Stroke,Ufa

12

2.6. RESUME

Pasien datang ke UGD pukul 10.00 dengan keluhan tangan dan kaki kiri

tiba-tiba lemas sejak pagi tadi setelah bangun tidur. Kemudian bicara agak

pelo, keluhan juga disertai dengan sakit kepala, sakit kepala dirasakan cekot-

cekot di seluruh bagian kepala. Menurut keluarga pasien, pasien juga sempat

kejang 1x saat di UGD, pasien tidak mual dan tidak muntah. Selain itu,

pasien batuk dan keluar lendir sejak saat ini, pasien juga mengeluh tiba-tiba

sulit minum. Sebelumnya pasien tidak pernah jatuh dan terbentur. Riwayat

penyakit dahulu pasien hipertensi sudah lama dan tidak terkontrol. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan hasil GCS 456, TD 210/130 mmHg, N: 72x/

menit, hemiparese ekstremitas superior dan inferior bagian sinistra, RP -/+,

kekuatan otot ekstremitas sup/inf. Sinistra lemah. Dan hasil CT-Scan ICH

dexstra.

Working diagnosis: ICH latealisasi sinistra hari II

Different diagnosis: - CVA Infark lateralisasi sinistra

- Tumor otak

- SAH

2.7. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Umum (5B)

a. Breath : menjaga fungsi pernafasan dengan memberikan oksigen

kalau ada sesak

b. Blood : tidak langsung menurunkan TD, pemberian cairan

infuse RL 1000-1500 cc/ hari = 14-21tpm

c. Brain : GCS dipantau, VS selalu diobservasi.

d. Bowel : fungsi saluran cerna baik

e. Bone dan body skin : setiap 2 jam ganti posisi tidur untuk

mencegah dekubitus.

2. Terapi Khusus

Page 13: Status Penderita Stroke,Ufa

13

a. Pemberian obat untuk stabilisasi membrane otak (mencegah

kerusakan otak)

Citicolin 2x250 mg i.v

b. Mengurangi gejala simtomatis: Ranitidine 2x1 i.v

c. B1 1x1

3. Non-medikamentosa

KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)

f. Memberi hubungan saling percaya antara dokter dengan pasien

beserta keluarga pasien.

g. Banyak berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bersabar

h. Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan yang mendukung

penegakan diagnosis.

i. Memberikan informasi tentang diagnosis pasien.

j. Memberikan penjelasan sekaligus meminta persetujuan tentang

tindakan yang akan dilakukan. Secara konservatif dilakukan tirah

baring (istirahat total) agar kondisi pasien membaik dan

sembuh, tidak boleh duduk maupun berdiri karena

ditakutkan ada pembuluh darah di otak yang pecah lagi.

k. Pertama kali, pasien dilatih untuk makan, harus teratur. Dimulai

dengan makan bubur kasar kemudian kembali seperti biasa.

Kemudian dilatih untuk minum.

l. Tidak merokok dan minum kopi, dan tidak boleh makan daging

kambing dan makanan yang asin, jangan tidur larut malam.

m. Memberikan pegertian kepada pasien tentang keharusan untuk

mengurangi stress dan beban pikiran karena dengan begitu dapat

memperbaiki kondisi pasien. Kepada keluarganya harus terus

memberikan dukungan kepada pasien.

n. Harus rutin control dan rajin minum obat.

2.8. PROGNOSA : Dubia ad bonam (cendrung baik). Bila penyakit berat,

pengobatan terlambat/tidak adekuat atau ada komplikasi berat, bahkan

terdapat serangan kedua, prognosa meragukan/buruk.

Page 14: Status Penderita Stroke,Ufa

14

2.9. FLOW SHEET

Nama : Tn.S

Diagnosis : ICH lateralisasi sinistra

Tabel. 2.1. Flow Sheet

No. Tanggal Keluhan Pemeriksaan Klinis

Diagnosa Rencana

1. 30-10-2012

Tangan dan kaki kiri lemas,tidak bias bicara, sakit kepala (+), gelisah (+) susah tidur, keringat dingin (+), mual (-), muntah (-), kejang (-).

GCS 456T: 230/140 mmHg (sblm obt)N: 60x/menitRR: 32x/menitRF:

2 12 1

RP: -/+MO:

5 45 4

N.XII lidah saat bergerak ke dekstra

ICH lateralisasi sinistra hari III

1.Terapi medikamentosaTetap.+ Alprazolam 0,5 ml 0-0-1

2.Resusitasi

Page 15: Status Penderita Stroke,Ufa

15

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah

tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal

(atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau

lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain

vaskuler.

WHO juga mendefinisikan stroke sebagai gejala-gejala defisit fungsi

susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan

bukan oleh yang lain dari itu. Menurut sumber Wikipedia, Stroke adalah

suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-

tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan

serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-

sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang

dikendalikan oleh jaringan itu.

Pengertian Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit

gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat

gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana Stroke

didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak

karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat atau

gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.

Sumber lain menyebutkan bahwa Stroke termasuk penyakit

serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian

jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah

dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa

dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.

Stroke intracerebral hemorrhage (ICH) atau perdarahan intraserebral

(PIS) adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke

dalam substansi otak.

Page 16: Status Penderita Stroke,Ufa

16

3.2. Epidemiologi

Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada hipertensi yang

kronis, lebih-lebih tidak terkontrl. Biasanya mengenai arteri kecil atau artery

penetrating yang berdiameter 50-200 µm terutama arteri lentikulostriata,

thalamoperforate, cabang arteri basiler paramedian dan cabang kecil dari

arteri cerebello infero superior dan anterior. Perubahan ini menyebabkan

terjadinya lipohialinosis dan nekrosis fibroid yang akan memperlemah

dinding pembuluh darah. Bilamana terjadi peningkatan yang mendadak dari

tekanan darah atau aliran darah ke otak akan menyebabkan pecahnya

pembuluh darah arteri, arteriole, kapiler. Hematoma ini lebih sering pada

gaglia basalis, kapsula interna, thalamus, daripada daerah kortek.

Perdarahan intraserebral dua kali lebih banyak dibanding perdarahan

subarakhnoid (PSA) dan lebih berpotensi menyebabkan kematian atau

disabilitas dibanding infark serebri atau PSA. Sekitar 10% kasus stroke

disebabkan oleh PIS. Sumber data dari Stroke Data Bank (SDB)

menyebutkan bahwa setidaknya 1 dari 10 kasus stroke disebabkan oleh

perdarahan parenkim otak.

Sekitar 10-15% dari seluruh kasus stroke disebabkan oleh perdarahan

intraserebral (PIS). Angka kejadian PIS berkisar antara 10-20/100.000

penduduk per tahun.angka kematian PIS dala 30 hari setelah serangan

mencapai 35-52%. Dari jumlai ini, separuh diantaranya meninggal dalam 2

hari pertama setelah serangan stroke. Salah satu laporan di Amerika Serikat

menyebutkan bahwa 67.000 penderita stroke, hanya 20% diantaranya yang

mandiri dan tidak mengalami kecacatan yang berarti, dalam 6 bulan setelah

mengalami serangan PIS.

Dalam salah satu populasi yang melibatka 1041 penderita PIS, 50%

perdarahan terjadi didaerah subkortikal dalam, 35% di substransia slbs

(lobar), 20% di serebelum, dan 6% di batang otak. Sedangkan kematian yang

terjadi dalam selang waktu 1 tahun setelah serangan dialamin oleh 65% PIS

di batang otak, 57% PIS di substansia alba (lobar), 51% PIS di subkortikal

dalam, dan 42% PIS di serebelum.

Page 17: Status Penderita Stroke,Ufa

17

Populasi dimana frekuensi hipertensinya tinggi, seperti Amerika-Afrika

dan orang-orang Cina, Jepang dan keturunan Thai, memiliki frekuensi yang

tinggi terjadinya PIS. Perdarahan intraserebral dapat terjadi pada rentang

umur yang lebar, dapat terjadi pada dekade tujuh puluh, delapan puluh dan

sembilan puluh. Walaupun persentase tertinggi kasus stroke pada usia

dibawah 40 tahun adalah kasus perdarahan, PIS sering juga terjadi pada usia

yang lebih lanjut. Usia lanjut dan hipertensi merupakan faktor resiko paling

penting dalam PIS. Perdarahan intraserebral terjadi sedikit lebih sering pada

pria dibanding wanita dan lebih sering pada usia muda dan setengah-baya

pada ras kulit hitam dibanding kulit putih di usia yang sama.

3.3. Klasifikasi

Stroke diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan kelainan patologis

a. Stroke hemoragik

1) Perdarahan intra serebral

2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

1) Stroke akibat trombosis serebri

2) Emboli serebri

3) Hipoperfusi sistemik

2. Berdasarkan waktu terjadinya

1) Transient Ischemic Attack (TIA)

2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke

4) Completed stroke

3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler

1) Sistem karotis

a. Motorik : hemiparese kontralateral, disartria

b. Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia

c. Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis

fugaks

Page 18: Status Penderita Stroke,Ufa

18

d. Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia

2) Sistem vertebrobasiler

a. Motorik : hemiparese alternans, disartria

b. Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia

c. Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia

3.4. ETIOLOGI

Faktor Anatomi Lipohialinosis dan mikroaneurisma

Arteriovenous malformation (AVM)

Angiopati amiloid

Aneurisma sakular

Trombosis venus intracranial

Mikroangioma

AVM duralis

Arteritis septic dan aneurisma mikotik

Sindroma moya-moya

Diseksi arteri

Fistula karotiko-kavernosa

Faktor Hemodinamik Hipertensi arterial akut maupun kronis

Migren

Faktor Hemostatis Antikoagulan

Antiplatelet

Trombolitik

Hemofilia

Leukemia

Trombositopeni

Faktor Lain Tumor intra serebral

Alkohol

Amfetamin

Kokain dan obat simpatomimetik

Vaskulitis

3.5. Patofisiologi

Page 19: Status Penderita Stroke,Ufa

19

Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik.

Keadaan ini menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil,

terutama pada cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam

basal ganglia dan kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi

lemah, sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna,

hialinisasi lapisan media dan akhirnya terbentuk aneurisma kecil yang

dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal yang sama dapat terjadi

pembuluh darah yang mensuplai pons dan serebelum. Rupturnya satu dari

pembuluh darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi

otak.

Pada pasien dengan tekanan darah normal dan pasien usia tua, PIS

dapat disebabkan adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA). Keadaan ini

disebabkan adanya akumulasi protein β-amyloid didalam dinding arteri

leptomeningen dan kortikal yang berukuran kecil dan sedang. Penumpukan

protein β-amyloid ini menggantikan kolagen dan elemen-elemen kontraktil,

menyebabkan arteri menjadi rapuh dan lemah, yang memudahkan terjadinya

resiko ruptur spontan. Berkurangnya elemen-elemen kontraktil disertai

vasokonstriksi dapat menimbulkan perdarahan masif, dan dapat meluas ke

dalam ventrikel atau ruang subdural. Selanjutnya, berkurangnya kontraktilitas

menimbulkan kecenderungan perdarahan di kemudian hari. Hal ini memiliki

hubungan yang signifikan antara apolipoprotein E4 dengan perdarahan

serebral yang berhubungan dengan amyloid angiopathy.

Suatu malformasi angiomatous (arteriovenous malformation/AVM)

pada otak dapat ruptur dan menimbulkan perdarahan intraserebral tipe

lobular. Gangguan aliran venous karena stenosis atau oklusi dari aliran vena

akan meningkatkan terjadinya perdarahan dari suatu AVM.

Terapi antikoagulan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya

perdarahan intraserebral, terutama pada pasien-pasien dengan trombosis

vena, emboli paru, penyakit serebrovaskular dengan transient ischemic attack

(TIA) atau katub jantung prostetik. Nilai internationa! normalized ratio

(INR) 2,0 - 3,0 merupakan batas adekuat antikoagulasi pada semua kasus

kecuali untuk pencegahan emboli pada katub jantung prostetik, dimana nilai

Page 20: Status Penderita Stroke,Ufa

Hemorrhage

Influks Ca2+

Vasocontriction

Focal ischaemi

Global ischaemia

Influks Ca2+

Nerve cell necrosis

Serotonin, Prostaglandin, darah, produk pecahan darah

(oksihemoglobin, bilirubin)

Toxic effect of blood

constituents

Increased intracranial

pressure

Release of vasocontrictors

20

yang direkomendasikan berkisar 2,5 - 3,5. Antikoagulan lain seperti heparin,

trombolitik dan aspirin meningkatkan resiko PIS. Penggunaan trornbolitik

setelah infark miokard sering diikuti terjadinya PIS pada beberapa ribu pasien

tiap tahunnya.

Page 21: Status Penderita Stroke,Ufa

21

Page 22: Status Penderita Stroke,Ufa

22

3.6. Penegakan Diagnosa

Perbedaan antara letak Kortikal-subkortikal

GEJALA / TANDA KORTIKAL SUBKORTIKALAfasia ++ -Astereogonosis ++ -2 point discrimination terganggu ++ -

Page 23: Status Penderita Stroke,Ufa

23

Graphesthesi terganggu ++ -Extincition phenomenon ++ -Loss of body image ++ -Kelumpuhan lengan dan tungkai tidak sama

++ -

Dystonic posture - ++Gangguan sensibilitas - ++Kedua mata melihat ke hidung - ++

Diagnosa Banding stroke

Siriraj Stroke Score:

Page 24: Status Penderita Stroke,Ufa

24

Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

(2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x

tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12

Skor untuk stroke perdarahan adalah > +1 dan skor untuk stroke

iskemik < -1, sedangkan skor antara > -1 dan < +1 menunjukkan bahwa

diperlukan pemeriksaan CT SCAN untuk menentukan diagnose pasien

Pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis diantaranya adalah

darah lengkap, kadar gula darah, faal hepar, faal ginjal, faal hemostasis,

serum elektrolit, EKG serta foto thorax, tetapi gold standard diagnosis

stroke tetap CT-Scan dan MRI.

Stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi

kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging

(pencitraan) untuk mengevaluasi kasus Stroke atau penyakit pembuluh darah

otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT

scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah,

cepat dan relatif murah untuk kasus Stroke. Namun dalam beberapa hal, CT

scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus Stroke

hiperakut.

Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan

atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan

penyebab dari Stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang

dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening

melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.

Sistem skoring yang dapat digunakan adalah Siriraj Stroke Score dan

Algoritma Stroke Gajah Mada karena sederhana, murah dan mudah

digunakan untuk membedakan stroke perdarahan dan stroke iskemik.

Page 25: Status Penderita Stroke,Ufa

25

3.7. Diaagnosa Banding

-Meningitis -penyalahgunaan obat (mis:narkoba)

-Tumor otak -epilepsi

-Hiperglikemia -migren -malingering

3.8. Penatalaksanaan

Prinsip tujuan utama terapi stroke adalah :

Mencegah kerusakan otak yang bersifar irreversible

Mencegah komplikasi

Mencegah kecacatan yang lebih parah

Mencegah serangan ulang

Penanganan penderita PIS terutama bertujuan untuk mengatasi edema serebri

dan peningkatan tekanan intracranial.

Penatalaksanaan strok meliputi:

Terapi Umum (6B):

1. Breath : Menjaga agar fungsi pernafasan dan oksigenasi

tetap baik. Penurunan kesadaran, sembab paru dan penyakit

Page 26: Status Penderita Stroke,Ufa

26

pada saluran pernafasan segera diberikan oksigen. Bebaskan

jalan napas,bila perlu pasang mayo,chinlift,jawtrust,suction

2. Blood : Tekanan darah selu dievaluasi, tidak boleh

menurunkan tekanan darah pada fase akut, meurunkan tekanan

darah tidak boleh > 20% TD awal. pertahankan tensi antara

180/100 untuk perdarahan dan 200/100 untuk

infark.Penurunan tensi tidak boleh lebih dari 10-20%, periksa

kadar gula darah, pemberian cairan infuse.

3. Brain : Pemantauan derajat kesadaran (GCS), Vital sign,

ada kejang atau tidak?, peningkatan tekanan intracranial?.

4. Bowel : Observasi fungsi saluran cerna, nutrisi (TKTP),

perdarahan gastrointestinal. Pemasangan NGT pada pasien

tidak sadar.

5. Bladder : Observasi fungsi saluran kencing, produksi urin.

Pemasangan kateter pada pasien tidak sadar.

6. Bone dan Body skin : Mencegah terjainya dekubitus

dengan cara mika-miki tiap 2 jam, perawatan dan pemantauan

kulit dan tulang dengan cara pemakaian kasur air,higienis

kulit,higienis oral.

Terapi Khusus :

1. Pemberian neuroprotektor untuk mencegah kerusakan otak

seperti pirasetam, Colinar dll.

2. Pembedahan

Tidak dioperasi

1. Perdarahan kecil ( < 10 cm3 ) atau dengan defisit neurologi minimal

2. GCS < 4. Tetapi penderita dengan GCS < 4 dengan perdarahan serebelum dan kompresi batang otak adalah kandidat operasi pada beberapa kasus

Page 27: Status Penderita Stroke,Ufa

27

Dioperasi

1. Perdarahan serebelum dengan diameter > 3 cm dengan deteriorasi atau mengalami kompresi batang otak dan hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel

2. Perdarahan intraserebral karena lesi struktural ( aneurisma, malformasi arteriovenosa, angioma kavernosa), jika lesi terjangkau

3. Penderita muda dengan perdarahan lobar sedang atau besar ( > 50 cm3 ) yang mengalami deteriorasi

3.9. Prognosis

Prognosis pasien dengan stroke hemoragik (perdarahan intraserebral)

tergantung pada ukuran hematoma. Hematoma > 3 cm umumnya

mortalitasnya besar, hematoma yang massive biasanya bersifat lethal. Jika

infark terjadi pada spinal cord, prognosis bervariasi tergantung keparahan

gangguan neurologis. Jika control motorik dan sensasi nyeri terganggu,

prognosis jelek.

3.10. Komplikasi

Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi dengan

hemiplegia berat, rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan

kematian lebih awal, yaitu:

Pneumonia, septicemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi

saluran kemih),

Trombosis vena dalam dan emboli paru,

Infark miokard, aritmia jantung, dan gagal jantung,

Ketidakseimbangan cairan

Sekitar 10% pasien dengan infark serebri meninggal pada 30 hari

pertama. Hingga 50% pasien yang bertahan akan membutuhkan bantuan

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Faktor-faktor yang mempunyai

kontribusi pada disabilitas jangka panjang meliputi:

Ulkus dekubitus

Epilepsi

Page 28: Status Penderita Stroke,Ufa

28

Jatuh berulang dan fraktur

Spastisitas dengan nyeri, kontraktur dan kekakuan sendi bahu

Depresi

Page 29: Status Penderita Stroke,Ufa

29

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda

klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau

global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,

dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.

Stroke intracerebral hemorrhage (ICH) atau perdarahan intraserebral

(PIS) adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke

dalam substansi otak.

Faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi

(modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor

risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit

jantung (fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol,

hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor

risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku,

dan faktor genetik.

Sistem skoring yang dapat digunakan untuk mendiagnosa stroke adalah

Siriraj Stroke Score, Algoritma Stroke Gajah Mada dan Djoenaidi Score

karena sederhana, murah dan mudah digunakan untuk membedakan stroke

perdarahan dan stroke iskemik, tetapi gold standard diagnose stroke adalah

CT-Scan dan MRI.

Upaya untuk mencegah stroke atau mengurangi faktor risiko dengan

menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, penghindari stress hingga

meminum obat atau suplemen untuk menjaga kesehatan pembuluh darah

hingga dapat mencegah terjadinya stroke.

Page 30: Status Penderita Stroke,Ufa

30

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M. 2008. Catatan Kuliah Dasar-Dasar Neurologi.

Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Ikawati, Zullies. 2009. Stroke.

http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/stroke.pdf.

Islam M.S. 1997. Patofisiologi Stroke. Surabaya. Lab./SMF Ilmu Penyakit saraf

FK Unair. RSUD Dr Sutomo Surabaya.

Israr, Yayan. A. 2008. Stroke.

http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/case-s-t-r-o-k-e.pdf

Ritarwan, Kiking. 2003. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita

Stroke yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan.

http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking.pdf.

Sari, Intan Mustika. 2008. Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi Pada

Penderita Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr.

M. Ashari Pemalang. http://etd.eprints.ums.ac.id/8036/2/K100050246.pdf.

Setyopranoto, Ismail. 2010. Manajemen Stroke Akut.

http://clinicalupdates2010.files. wordpress.com/2010/03/dr-ismail.pdf.

Siswanto, Yuliaji. Beberapa Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Stroke

Berulang (Studi Kasus di RS dr. Kariadi Semarang).

http://eprints.undip.ac.id/4942/1/Yuliaji_Siswanto.pdf.

Sunardi. Asuhan Keperawatan pada Tn.Am dengan Stroke Hemoragik (+) di

IRNA B Lt I Kanan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

http://nardinurses.files. wordpress.com/2008/01/asuhan-keperawatan-

strore-hemoragik.pdf.