status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupatten barru kecamtan sopengriaja dan mallusetasi
-
Upload
sarnings-salam -
Category
Documents
-
view
833 -
download
2
description
Transcript of status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupatten barru kecamtan sopengriaja dan mallusetasi
JURNAL PENELITIAN
STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI KABUPATEN BARRU KECAMATAN SOPENGRIAJA DAN MALLAUSETASI
TAHUN 2012
Wa Ode Sarnings,S.Ked (110207146)
dr.Hj. Hermiaty Nasrudin, M.kes. (Pembimbing I)
Dr.Burhanuddin Bahar , Ms (Pembimbing II)
Alamat Koresponden:
Kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi
DIBUAT DALAM RANGA KEPANITRAAN
KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
1
STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI KABUPATEN BARRU KECAMATAN SOPENGRIAJA DAN MALLAUSETASI
TAHUN 2012
PENULIS
Wa Ode sarnings. S.ked*
dr.Hermiaty Nasrudin, M.Kes**
Dr.dr.Burhanuddin Bahar, Ms**
NAMA INSTANSI
*) mahasiswa kepanitraan klinik FK UMI
**) Staf Pembimbing FKM UMI
Alamat Koresponden:
Kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
2
“STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI KABUPATEN BARRU KECAMATAN SOPENGRIAJA DAN MALLAUSETASI
TAHUN 2012”
Wa ode sarnings, Hermiaty Nasrudin dan Burhanuddin Bahar
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Kota Makassar
ABSTRAK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbaikan sosio-ekonomi berdampak pad
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga
meningkat. Jumlah dan usia harapan hidup pada lansia yang lebih tinggi, ternyata memiliki kualitas hidup
yang lebih rendah. Upaya peningkatan kualitas hidup lansia di Indonesia melalui penilaian status gizi lansia
.
Penelitian ini dengan menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional study dengan
sampel 60 responden di ambil dengan mengguanakan total sampling. Tujuan penelitian ini yang mengkaji
hubungan antara status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaji dan
mallusetasi, pengolahan data di lakukan dengan mengguanakan spps versi 17 dengan menggunakan uji chi-
_square. Hasil peneltian diperoleh bahwa p = 0 di simpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dan
kualitas hidup lansia. Semakin kurang status gizi lansia semakin rendah pula kualitas hidup lansia tersebut
.
Melalui penelitian ini di harapkan agar pihak – pihak terkait terus berperan dalam menambah
pengetahuan pelajar sebagai langkah pembelajaran terhadap status gizi dan kualitas lansia.
.
Daftar Pustaka : 30( 2003 – 2010 )Kata Kunci : Status Gizi, Kualitas Hidup , lansia
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
3
“STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI KABUPATEN BARRU KECAMATAN SOPENGRIAJA DAN MALLAUSETASI
TAHUN 2012”
Wa ode sarnings, Hermiaty Nasrudin dan Burhanuddin Bahar
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Kota Makassar
ABSTRAK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbaikan sosio-ekonomi berdampak pad
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga
meningkat. Jumlah dan usia harapan hidup pada lansia yang lebih tinggi, ternyata memiliki kualitas hidup
yang lebih rendah. Upaya peningkatan kualitas hidup lansia di Indonesia melalui penilaian status gizi lansia
Penelitian ini dengan menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional study dengan
sampel 60 responden di ambil dengan mengguanakan total sampling. Tujuan penelitian ini yang mengkaji
hubungan antara status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaji dan
mallusetasi, pengolahan data di lakukan dengan mengguanakan spps versi 17 dengan menggunakan uji chi-
_square. Hasil peneltian diperoleh bahwa p = 0 di simpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dan
kualitas hidup lansia. Semakin kurang status gizi lansia semakin rendah pula kualitas hidup lansia tersebut
.
Melalui penelitian ini di harapkan agar pihak – pihak terkait terus berperan dalam menambah
pengetahuan pelajar sebagai langkah pembelajaran terhadap status gizi dan kualitas lansia.
.
Bibliography : 30 (2003-2010)Keywords : status gizi, kualitas hidup dan lansia
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
4
PENDAHULUAN
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa
seringkali dilihat dari harapan hidup
penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia
sebagai salah satu Negara berkembang dengan
perkembangan yang cukup baik, makin tinggi
harapan hidupnya di proyeksikan dapat mencapai
lebih dari 70 tahun pada tahun berikutnya.(1)
Indonesia merupakan Negara berkembang
dengan jumlah penduduk mecapai 201 241 999
jiwa dengan jumlah penduduk lanjut usia sebesar
4 703 694 jiwa (BPS,2000). Berdasarkan laporan
World Health Organization ( WHO ) dalam
Wirakusumah (2000) angka usia harapan hidup
orang Indonesia diharapkan mengalami
peningkatan dari 65 tahun pada tahun 1997
menjadi 75 tahun pada tahun 2025. Data BPS
menunjukan bahwa Indonesia termaksud Negara
yang memasuki era penduduk yang berstruktur
lanjut usia ( aging structured population ) karena
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih
sekitar 7.18 % atau 14.4 juta jiwa total jumlah
penduduk. Pada tahun 2005 jumlah lansia sudah
berkisar 19.9 juta jiwa atau ( 8.48 % ) dan
meningkat menjadi 24 juta jiwa atau ( 9.77 % )
dari total penduduk pada tahun 2010 dan di
perkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta
orang atau (11.4 % ). Hal ini menunjukan bahwa
penduduk lanjut usia meningkat secara konsiten
dari waktu ke waktu.(2-3)
Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika
presentase lanjut usianya lebih dari 7 %. Dari
seluruh provinsi di Indonesia, ada 11 provinsi
yang penduduk lansianya sudah lebih dari 7 %
yaitu daerah istimewa Yogyakarta ( 14.04 % )
Jawa timur ( 11.14 % ), jawa tengah ( 1.16 %),
bali (11.02 %) Sulawesi selatan (9.05 % )
Sumatra barat,Sulawesi utara,nusa tenggara barat,
jawa barat dan nusa tenggara timur. Sedangkan
lima provinsi dengan presentase lansia terendah
adalah papua (2.15 % ) papua barat ( 2.92 % ),
kepulauan Riau ( 3.78 % ), Kalimantan timur
( 4.53 % ) dan Riau ( 4.86 %) .(5)
Hal ini dapat terjadi dengan semakin
meningkatnya pelayanan kesehatan, peningkatan
taraf hidup, serta berkembangnya ilmu
pengetahuan dan tehnologi. kemajuan ilmu
pengetahuan dan tehnologi serta perbaikan sosio –
ekonomi berdampak pada peningkatan derajat
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
5
kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup,
sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat.(6)
Peningkatan jumlah lansia akan berpengaruh
terhadap berbagai aspek kehidupan baik secara
fisik, psikologis, biologia, social, dan juga
ekonomi
Salah satu indicator agar kualitas hidup
lansia membaik adalah dengan terpenuhinya
semua kebutuhan termaksud kebutuhan akan
makanan yang di konsumsinya. Sebaliknya
semakin baik kondusi psikososial semakin baik
pula konsumsi makanan lansia. Faktor fisiologi
dan psikologi dapat mempengaruhi pemilihan
terhadap makanan, selain itu pengetahuan tentang
makanan juga mempengaruhi asupan. Faktor
social juga memiliki pengaruh besar terhadap
pemilian makanan. Budaya, geografi dan
ketersedian makanan menentukan peningkatan
datau pembatasan dalam pemilihan makanan.
Status sosial ekonomi, perubahan ekonomi dan
dukungan social memiliki pengaruh penting dalam
membentuk pola makanan yang sangat erat
kaitannya dengan gizi dan penyakit.(9)
Menurut Revina ( 2003 ) lansia di indonesia
banyak yang mengalami gangguan pemenuhan
gizi kurang sebanyak 31.0 % dan gizi lebih sebana
1.8 %. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi
gizi pada lansia disbebkan oleh kondisi fisik, baik
anatomis maupun fungsional. Masalah status gizi
pada lansia terjadi dua hal yaitu asupan gizi salah
dan ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan
asupan zat gizi tersebut oleh berbagai faktor
( Depkes RI 1995 ) berbagai cara untuk
pengukuran antropometri dapat di gunakan untuk
menentukan status gizi lansia dengan cara yang
paling sederhana dan banyak digunakan adalah
dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).
Namun untuk memperoleh pengukuran TB yang
tepat pada usila cukup sulit karena masalah postur
tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang
menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di
tempat tidur.(9)
Beberapa penelitian menunjukkan
perubahan TB usila sejalan dengan peningkatan
usia dan efek beberapa penyakit seperti
osteoporosis. Oleh karena itu, pengukuran tinggi
badan usila tidak dapat diukur dengan tepat
sehingga untuk mengetahui tinggi badan usila
dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee
height). Tinggi lutut dapat digunakan untuk
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
6
melakukan estimasi TB usila dan orang cacat.
Proses penuaan tidak mempengaruhi panjang
tulang di tangan, kaki, dan tinggi tulang vertebral.
Selanjutnya prediksi TB usila dianggap sebagai
indikator cukup valid dalam mengembangkan
indeks antropometri dan melakukan interpretasi
pengukuran komposisi tubuh. (10)
Menjadi tua adalah salah satu fase
kehidupan yang mungkin akan di lalui oleh setiap
individu. Status kesehatan pada lansia di tentukan
oleh kualitas dan kuatintas asupan zat gizi.
Kondisi yang tidak sehat, dan asupan makanan
yang kurang baik adalah faktor utama penyebab
gangguan status gizi dan penurunan kualitas
hidup. Oleh karena itu penelitian ini di lakukakan
untuk melihat hubungan status gizi dan kualitas
hidup lansia pada etnis Bugis di daerah kabupaten
barru kecamatan sopengriaja dan kecamatan
mallusetasi.
1. 2 Rumusan Masalah
Apakah status gizi berhubungan posistip
dengan kualitas kehidupan lansia pada etnis
Bugis di daerah kabupaten barru kecamatan
sopengriaja dan kecamatan mallusetasi
1. 3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dan
kualitas kehidupan lansia di daerah
kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan
kecamatan mallusetasi
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui status gizi lansia di
daerah kabupaten barru kecamatan
sopengriaja dan kecamatan mallusetasi
b. Untuk mengetahui kulalitas hidup lansia di
daerah kabupaten barru kecamatan
sopengriaja dan kecamatan mallusetasi.
Untuk menegtahui hubungan status gizi
terhadap kualitas hidup lansia di daerah kabupaten
barru kecamatan sopengriaja dan kecamatan
mallusetasi
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
survei analitik dengan rancangan cross sectional
study yaitu suatu rancangan / desain yang
mengkaji dinamika korelasi / asosiasi antara
variable independen dengan variable dependen
pada saat yang bersamaan ( Point time approach)
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
7
Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia
yang berusia > 60 – 74 tahun ( elderly )
yang berdomisili dilokasi penelitian
selama studi dilakukan.
b. Sampel
Jumlah sampel ditentukan berdasar
besaran yang ditemukan pada desa terpilih
yang besarnya ditemukan pada desa
terpilih menggunakan Tabel Izaac Micheal
( dengan ketentuan populasi manula di
desa terpilih kurang dari atau sama dengan
30 orang di ambil seluruhnya sepanjang
calon sampel setuju untuk terlibat. Bila
jumlah populasi lebih dari 30, di gunakan
angka 50 untuk maksimum sampel pada
tiap desa terpilih.
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
8
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data pada penelitian ini di
lakukan pada tanggal 13 november 2012 sampai
25 november 2012. Populasi yang digunakan
adalah semua usia lanjut berusia 60 – 74 tahun di
kabupaten barru kecamatan malusetasi dan
sopengriaji pada bulan november 2012, dengan
jumlah sampel yang di pakai adalah 60 sampel.
Sebagai hasil penelitian ini di jelaskan
lebih rinci melalui table distribusi sesuai dengan
jawaban dari responden melalui media kuesioner
6.1.1 STATUS GIZI
TABEL 3
Gamabaran umum status gizi lansia di kabupaten
barru kecamatan malusetasi dan sopengriaji.
Status gizi N %
Gizi kurang 27 45
Gizi normal 19 31.7
Overweight 7 11.7
Obesitas 1 6 10
Obesitas 2 1 1.6
Total 60 100
Sumber : data primer
Tabel 3 menunjukan status gizi lansia di
kabupaten barru kecamatan malusetasi dan
sopengriaji, yaitu yang memilki status gizi kurang
29 responden ( 45 % ), gizi normal 19 responden (
31.7 %), overweight 7 responden ( 11.7 %),
obesitas tipe 1: 6 responden ( 10 % ). Obesitas tipe
2: 1 responden ( 1.6 % ).
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
10
6.1.2 KUALITAS HIDUP
Domain 1 : Domain fisik yang terdiri dari nyeri
dan ketidaknaymanan ,tenaga dan lelah tidur dan
istrahat.
Tabel 4
Interpretasi Status Gizi
d1kat3
Total1.00
2.00
3.00
Gizi Kurang
Count 26 1 0 27
% of Total 43.3%
1.7%
.0% 45.0%
Normal
Count 3 12 4 19
% of Total 5.0%
20.0%
6.7%
31.7%
Overweight
Count 0 5 2 7
% of Total .0% 8.3%
3.3%
11.7%
Obes 1
Count 0 3 3 6
% of Total .0% 5.0%
5.0%
10.0%
Obes 2
Count 0 1 0 1
% of Total .0% 1.7%
.0% 1.7%
Total Count 29 22 9 60
% of Total 48.3%
36.7%
15.0%
100.0%
Dari tabel 4 di dapatkan hasil uji statistic
deskriptif pada 60 responden pada domain 1 total
yang memiliki kualitas hidup kurang skor ( 1) 29
responden (48.3%),baik skor ( 2) 22 responden
(96.3%) ,sangat baik skor ( 3) 9 responden ( 15.0
%) dengan total 60 responden (100%).
Domin 2 : Domain psiklogis yang terdiri dari
perasaan positif, berfikir, belajar, ingatan dan
konsentrasi, harga diri, gambaran diri, penampilan
dan perasaan negatif
Tabel 5
Interpretasi Status Gizi
d2kat3
Total1.00 2.00 3.00
Gizi Kurang
Count 26 1 0 27
% of Total
43.3%
1.7% .0% 45.0%
Normal
Count 2 10 7 19
% of Total
3.3% 16.7%
11.7%
31.7%
Overweight
Count 0 4 3 7
% of Total
.0% 6.7% 5.0%
11.7%
Obes 1
Count 0 4 2 6
% of Total
.0% 6.7% 3.3%
10.0%
Obes 2
Count 0 1 0 1
% of Total
.0% 1.7% .0% 1.7%
Total Count 28 20 12 60
% of Total
46.7%
33.3%
20.0%
100.0%
Dari tabel 5 di dapatkan hasil uji statistic
deskriptif pada 60 responden pada domain 2 total
yang memiliki kualitas hidup kurang skor ( 1) 28
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
11
responden (46.7%),baik skor ( 2) 20 responden
(33.3 %) , sangat baik skor ( 3) 12 responden
( 20%) dengan total 60 responden (100%).
Domain 3 : Domain hubungan social yang terdiri
dari hubungan perorangan dukungan social, dan
aktivitas social
Tabel 6
Interpretasi Status Gizi
d3kat3
Total1.00 2.00 3.00
Gizi Kurang
Count 25 2 0 27
% of Total
41.7%
3.3% 0% 45.0%
Normal
Count 3 16 0 19
% of Total
5.0% 26.7%
0% 31.7%
Overweight
Count 1 6 0 7
% of Total
1.7% 10.0%
0% 11.7%
Obes 1
Count 0 6 0 6
% of Total
.0% 10.0%
0% 10.0%
Obes 2
Count 0 1 0 1
% of Total
.0% 1.7% 0% 1.7%
Total Count 29 31 0 0
% of Total
48.3%
51.7%
0% 0%
Dari tabel 6 di dapatkan hasil uji statistic
deskriptif pada 60 responden pada domain 3 total
yang memiliki kualitas hidup kurang skor (1) 29
responden (48.3%), baik skor ( 2) 31 responden
(51.7%), sangat baik skor ( 3) 0 responden (0 %)
dengan total 60 responden (100%).
Domain 4 : Domain lingkungan yang terdiri dari
keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber
penghasilan, kesehatan dan perhatian social,
kesempatan untuk memperoleh informasi baru,
partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan
waktu luang ,lingkungan fisik dan transportasi.
Tabel 7
Interpretasi Status Gizi
d4kat3
Total1.00 2.00 3.00
Gizi Kurang
Count 26 1 0 27
% of Total
43.3%
1.7%
.0% 45.0%
Normal
Count 3 13 3 19
% of Total
5.0%
21.7%
5.0%
31.7%
Overweight
Count 0 6 1 7
% of Total
.0% 10.0%
1.7%
11.7%
Obes 1
Count 0 6 0 6
% of Total
.0% 10.0%
.0% 10.0%
Obes 2
Count 0 1 0 1
% of Total
.0% 1.7%
.0% 1.7%
Total Count 29 27 4 60
% of Total
48.3%
45.0%
6.7%
100.0%
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
12
Dari tabel 7 di dapatkan hasil uji statistic
deskriptif pada 60 responden pada domain 4 total
yang memiliki kualitas hidup kurang skor (1) 29
responden (48.3%) baik skor ( 2) 27responden
(45.0 %), sangat baik skor (3) 4 responden (6.7 %)
dengan total 60 responden (100%).
6.1.3 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI KABIPATEN BARRU DI KECAMATAN SOPENGRIAJI DAN MALLUSETASI
Domain 1 : Domain fisik yang terdiri dari nyeri
dan ketidaknaymanan ,tenaga dan lelah tidur dan
istrahat
Tabel 8
Interpretasi Status Gizi
d1kat3
Total
Pvalu
e1.00
2.00
3.00
Gizi Kurang
Count 26 1 0 27
0.00
% of Total
43.3%
1.7%
.0%
45.0%
Normal
Count 3 12 4 19
% of Total
5.0%
20.0%
6.7%
31.7%
Overweight
Count 0 5 2 7
% of Total
.0%
8.3%
3.3%
11.7%
Obes 1
Count 0 3 3 6
% of Total
.0%
5.0%
5.0%
10.0%
Obes 2
Count 0 1 0 1
% of Total
.0%
1.7%
.0%
1.7%
Total Count 29 22 9 60
% of Total
48.3%
36.7%
15.0%
100.0%
Dari hasil uji statistic di peroleh nilai P = 0 pada
60 responden di dapatkan nilai yang dominan
tinggi pada aspek fisik terdapat pada kualitas
hidup kurang dengan status gizi kurang. maka
dapat disimpulkan bahwa p > 0.05 dan ini
menjelaskan bahwa Hipotesis nol di tolak dan H1
di terima dan di artikan ada hubungan antara
status gizi dan kualitas hidup pada aspek fisik.
Semkain rendah kualitas hidup lansia semakin
rendah pula status gizinya.
Domin 2 : Domain psiklogis yang terdiri dari
perasaan positif, berfikir, belajar, ingatan dan
konsentrasi, harga diri, gambaran diri, penampilan
dan perasaan negatif
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
13
Tabel 9
Interpretasi Status Gizi
d2kat3
Total
Pvalu
e1.00 2.003.00
Gizi Kurang
Count 26 1 0 27
0.00
% of Total
43.3%
1.7%
.0%
45.0%
Normal
Count 2 10 7 19
% of Total
3.3%
16.7%
11.7%
31.7%
Overweight
Count 0 4 3 7
% of Total
.0% 6.7%
5.0%
11.7%
Obes 1
Count 0 4 2 6
% of Total
.0% 6.7%
3.3%
10.0%
Obes 2
Count 0 1 0 1
% of Total
.0% 1.7%
.0%
1.7%
Total Count 28 20 12 60
% of Total
46.7%
33.3%
20.0%
100.0%
Dari hasil uji statistic di peroleh nilai P = 0 pada
60 responden di dapatkan nilai yang dominan
tinggi pada aspek psikologis terdapat pada
kualitas hidup kurang dengan status gizi kurang.
maka dapat disimpulkan bahwa p > 0.05 dan ini
menjelaskan bahwa Hipotesis nol di tolak dan H1
di terima dan di artikan ada hubungan antara
status gizi dan kualitas hidup pada aspek
psikologis. Semkain rendah kualitas hidup lansia
semakin rendah pula status gizinya.
Domain 3 : Domain hubungan sosial yang terdiri
dari hubungan perorangan dukungan sosial, dan
aktivitas sosial
Tabel 10
Interpretasi Status Gizi
d3kat3
Total
PValu
e1.00
2.00 3.00
Gizi Kurang
Count 25 2 0 27
0.00
% of Total
41.7%
3.3%
0% 45.0%
Normal
Count 3 16 0 19% of Total
5.0%
26.7%
0% 31.7%
Overweight
Count 1 6 0 7
% of Total
1.7%
10.0%
0% 11.7%
Obes 1
Count 0 6 0 6
% of Total
.0% 10.0%
0% 10.0%
Obes 2
Count 0 1 0 1
% of Total
.0% 1.7%
0% 1.7%
Total Count 29 31 0 0
% of Total
48.3%
51.7%
0% 0%
Dari hasil uji statistic di peroleh nilai P = 0 pada
60 responden di dapatkan nilai yang dominan
tinggi pada aspek sosial terdapat pada kualitas
hidup kurang dengan status gizi kurang. maka
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
14
dapat disimpulkan bahwa p > 0.05 dan ini
menjelaskan bahwa Hipotesis nol di tolak dan H1
di terima dan di artikan ada hubungan antara
status gizi dan kualitas hidup pada aspek sosial.
Semkain rendah kualitas hidup lansia semakin
rendah pula status gizinya.
Domain 4 : Domain lingkungan yang terdiri dari
keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber
penghasilan, kesehatan dan perhatian social,
kesempatan untuk memperoleh informasi baru,
partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan
waktu luang ,lingkungan fisik dan transportasi.
Tabel 11
Interpretasi Status Gizi
d4kat3
Total
Pvalu
e1.00
2.00
3.00
Gizi Kurang
Count 26 1 0 27
0.00
% of Total
43.3%
1.7%
.0% 45.0%
Normal
Count 3 13 3 19
% of Total
5.0%
21.7%
5.0%
31.7%
Overweight
Count 0 6 1 7
% of Total
.0% 10.0%
1.7%
11.7%
Obes 1
Count 0 6 0 6
% of Total
.0% 10.0%
.0% 10.0%
Obe Count 0 1 0 1
s 2 % of Total
.0% 1.7%
.0% 1.7%
Total Count 29 27 4 60
% of Total
48.3%
45.0%
6.7%
100.0%
Dari hasil uji statistic di peroleh nilai P = 0 pada
60 responden di dapatkan nilai yang dominan
tinggi pada aspek lingkungan terdapat pada
kualitas hidup kurang dengan status gizi kurang.
maka dapat disimpulkan bahwa p > 0.05 dan ini
menjelaskan bahwa Hipotesis nol di tolak dan H1
di terima dan di artikan ada hubungan antara
status gizi dan kualitas hidup pada aspek
lingkungan. Semkain rendah kualitas hidup lansia
semakin rendah pula status gizinya.
6.2 PEMBAHASAN
6.2.1 status gizi
Pada penelitian ini diperoleh 60 sampel
mengingat masalah status gizi dan kulitas hidup
pada lansia lebih kompleks di bandingkan pada
tingkat usia lain. Dimana pada tingkat ini telah
terjadi perubahan - perubahan fiiologis dalam
tubuh ,biokimia darah dan penurunan fungsi organ
di sertai kondisi sosial budaya.
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
15
Seperti yang kita lihat pada tabel 3, di
perlihatkan bahw status gizi usia lanjut pada
kabupaten barru kecamatan malusetasi dan
sopengriaji pada bunan November tahun 2012 di
dapatkan angka lebih banyak yang mengalami gizi
kurang 45 %,sedangkan yang mengalami status
gizi normal 31.7%, overweight 11.7%, obesitas 1
10% dan obesitas 2 1.6%.
hal ini di sebabkan karena pada usia lanjut
terjadi perubahan fisik pada system
gastroinstestinal yaitu kehilangan gigi akibat
periodontal deases yang biasanya terjadi setlah
umur 30 tahun. Bisa juga di sebabkan oleh
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk,indra pengecap menurun karena adanya
iritasi yang kronis dari selaput lender, atropi indra
pengecap,hilangnya sensitiitas dari saraf pengecap
di lidah terutama rasa manis asin , asam dan pahit
serta sensifitas lapar menurun. Hal ini
mengakibatkan usia lansia memiliki status gizi
yang kurang.
6.2.2 kualitas hidup
Kualitas hidup lansia berdasarkan kesehatan
fisik
Pada penelitian ini, diperoleh 60 sampel
mengingat masalah status gizi dan kualitas hidup
lansia jauh lebih kompleks di bandingkan pada
tingkat usia lain, dimana pada tingkat ini telah
terjadi perubahan perubahan fisiologis dalam
tubuh biokimiawi darah, dan penurunan fungsi
organ disertai kondisi social budaya.
Seperti yang kita lihat pada tabel 4 diatas
menjelaskan bahwa di daerah kabupaten barru
kecamatan sopengriaji dan mallusetasi untuk
aspek kesehatan fisik masih tinggi lansia yang
memilki kualitas hidup rendah 29 responen
(48.3%), di bandingkan lasnia yang memiliki
kualitas hidup baik 22 responden ( 36.7%) dan
lansia yang memiliki kualitas hidup sangat baik 9
responden (15.0%). Hal ini menjelaskan bahwa
semakin lanjut usia semakin terganggu kesehatan
fisiknya dalam melakukan kegiatan sehari dan
semakin lanjut usia semakin banyak memerlukan
terapi medis. karna semakin lanjut usia seseorang
akan mengalami kemunduran diri terutama bidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan
penurunan peranan – peranan sosialnya. Sesuai
dengan Nisman (1998, dalamRahayu, 2009)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
16
tua umur lansia tingkat ketergantungannya akan
semakin tinggi.
Kualitas hidup lansia berdasarkan psikologis
Selanjutnya seperti yang kita lihat pada
tabel 5 diatas menjelaskan bahwa di daerah
kabupaten barru kecamatan sopengriaji dan
mallusetasi untuk aspek psikologis masih tinggi
lansia yang memilki kualitas hidup rendah 28
responen (46.7%), di bandingkan lasnia yang
memiliki kualitas hidup baik 20 responden
( 33.3%) dan lansia yang memiliki kualitas hidup
sangat baik 12 responden (20%).
Hal ini menejlaskna bahawa masih ada
lansia yang belum sampe ke tahap perkembangan
terkahir yaitu integritas sesuai teori psikososial
Erickson, lansia berada pada tahap perkembangan
yang terakhir yaitu integritas. yang mana
integritas adalah suatu keadaan dimana seseorang
telah mencapai penyesuaian diri terhadap berbagai
keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya.
Lawan dari integritas adalah keputusasaan tertentu
dalam menghadapi perubahan dalam berbagai
siklus kehidupan individu. Dengan adanya
penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan
dalam aspek hidupnya, lansia akan cenderung
melakukan penerimaan terhadap keadaan dirinya (
Crain, 2007). Penerimaan yang dilakukan lansia
tentunya akan berdampak pada kepuasan terhadap
dirinya, misalnya mengenai gambaran diri, harga
diri, perasaan dan keadaan spiritual lansia.
Kualitas hidup lansia berdasarkan hubungan
sosial
Selanjutnya seperti yang kita lihat pada
tabel 6 diatas menjelaskan bahwa di daerah
kabupaten barru kecamatan sopengriaji dan
mallusetasi untuk aspek hubunan sosial lansia
yang memilki kualitas hidup rendah 29 responen
(48.3%), lansia yang memiliki kualitas hidup baik
31 responden ( 51.7%) dan lansia yang memiliki
kualitas hidup sangat baik 0 responden (0 %).
Hal ini menjelaskan bahwa masih banyak
lansia yang mempunyai hubungan sosial yang
baik dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini
dikarenakan oleh masing-masing tempat tinggal
memberikan dukungan yang cukup bagi lansia,
baik dari keluarga, pasangan hidup dan teman.
karna dukungan sosial yang diterima dari berbagai
pihak tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
17
hidup lansia. Selain perbedaan sumber dukungan
sosial dan hubungan personalnya, terdapat pula
perbedaan mengenai kehidupan seksual. individu
dengan usia 50 tahun ke atas mengalami
kerusakan biologis parsial yang meningkatkan
ketidakmampuan seksual total akibat berbagai
stressor budaya, intrapsikis dan hubungan
( Jhonson, dalam Stanley & Beare, 2007) Masalah
seksual yang dirasa tabu untuk dibicarakan
terutama pada lansia, menyebabkan lansia tidak
dapat mengatasi masalah yang dialaminya.
Kualitas hidup lansia berdasarkan lingkungan
Seperti yang kita lihat pada tabel 7 diatas
menjelaskan bahwa di daerah kabupaten barru
kecamatan sopengriaji dan mallusetasi untuk
aspek lingkungan masih tinggi lansia yang
memilki kualitas hidup rendah 29 responen
(48.3%), di bandingkan lasnia yang memiliki
kualitas hidup baik 27 responden ( 45.0%) dan
lansia yang memiliki kualitas hidup sangat baik 4
responden (6.7%). Hal ini menjelaskan bahwa
masih banyak lansia yang belum bisa memenuhi
kehidupan sehari harinya. Ini di karenakan tingkat
pendidikan yang paling banyak di capai oleh
lansia adalah SD.
Tingkat pendidikan pada lansia
dipengaruhi oleh ketersediaan dana pendidikan
dan sarana pendidikan masa lalu. Kelemahan
ekonomi memiliki andil yang besar terhadap
tingkat pendidikan seseorang, karena pada zaman
dahulu masih belum banyak dana bantuan
pendidikan dan mereka cenderung lebih
mendahulukan kebutuhan pokoknya sehari-hari.
Meskipun pada awal kemerdekaan sudah didirikan
beberapa pendidikan tinggi seperti UGM dan UI,
namun sistem pendidikan pada saat itu masih
dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua
kalangan dan berdasarkan tingkat kelas ( Syaif,
2009 ). Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
jenis pekerjaan, tingkat pendapatan lansia, dan
bagaimana manajemen keuangan lansia di masa
tuanya. Tingkat pendidikan dan perekonomian
tersebut, memegang peranan penting dalam
pemenuhan kebutuhan akan lingkungan yang
layak dan memadai, di antaranya tersedianya
tempat tinggal yang bersih dan sehat, ketersediaan
informasi, transportasi dan keterjangkauan
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
18
terhadap pelayanan kesehatan. Berbeda halnya
dengan wanita lansia panti dengan tingkat
pendidikan dan perekonomian yang relatif
rendah, yang membuat para lansia tersebut
memiliki keterbatasan terhadap berbagai faktor
yang dapat meningkatkan kualitas lingkungannya,
baik dari segi informasi, transportasi, dan
pengadaan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kepuasan terhadap keamanan dan kenyamanan
terhadap tempat tinggal di lihat dari segi
perekonomian lansia,dan semakin tinggi
perekonomian lansia n kepuasannya secara
materiil dan pemenuhan kebutuhan akan informasi
yang lebih baik.
Hubungan status gizi dan kualitas hidup lansia
Dari hasil penelitian dengan menggunakan
survei analitik dengan rancangan cross sectional
study yaitu suatu rancangan / desain yang
mengkaji dinamika korelasi / asosiasi antara
variable independen dengan variable dependen
pada saat yang bersamaan ( Point time approach)
dan dengan menggunakan uji chi-square ada
hubungan antara status gizi dan kualitas hidup
lansia dengan nilai p = 0 terlihat pada setiap
domain kulitas hidp lansia ( fisik,psikologis, sosial
dan lingkungan ) maka dapat disimpulkan bahwa
p > 0.05 dan ini menjelaskan bahwa Hipotesis nol
di tolak dan H1 di terima dan di artikan ada
hubungan antara status gizi dan kulitas
hidup.semakin rendah status gizi lansia dan
semakin rendah pula kualitas hidup lansia
tersebut.ini sesuai dengan penelitian di Iran
menunjukkan bahwa status gizi Lansia
berpengaruh terhadap kualitas hidup. Dilaporkan
bahwa Lansia yang menderita malnutrisi
mengalami peningkatan morbiditas, mortalitas dan
menurunkan kualitas hidup Studi di Pakistan
dengan 526 sampel manula menunjukkan adanya
hubungan terbalik antara usia dengan status gizi,
makin tinggi usia makin rendah BMt (p=0.002; r
= -0.1304 juga penurunan intake seiring
bertambahnya usia. Ditemukan obese, gizi lebih,
serta gizi kurang pada riset di sana sebesar
13.1,3.1 dan 10.9% .
Buruknya status gizi pada Lansia akan
meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas dan
penurunan kualitas hidup. Penyebab gizi buruk
pada lansia diantaranya Lansia mengalami
berbagai masalah diantaranya keterjangkauan
makanan yang semakin sulit, keterampilan
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
19
memasak menurun, kehilangan selera dan nafsu
makan serta anoreksia sebagai syndrome penuaan
(15).
Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tidak terlepas dari kemungkinan
adanya keterbatasan yang dapat mempengaruhi
kualitas hasil penelitian. Adapun faktor – faktor
yang mempengaruhi :
1. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner yang bersifat subjektif.
Sehingga kebenaran sangat
tergantung pada kejujuran responden.
Untuk mengantisipasinya maka
sebelum mengisi kuesioner peneliti
menjelaskan maksud dari
pengambilan data, persetujuan dari
responden untu mengisi dan tidak ada
unsur pemaksaan.
2. Objek yang diteliti yaitu lansia harus
membuthkan kesabaran dalam
wawancara dan mengisi kuisioner
mengingat faktor usia dan berbagai
faktor penyakit yang diderita.
3. Peneliti juga mempunyai keterbatasan
dalam jumlah variable yang di teliti.
Masih ada variable lain yang tidak di
teliti karena adanya keterbatasan
baiaya, waktu serta tenaga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh di
kabupaten barru kecamatan sopengriaji dan
mallusetasi . di simpulkan bahwa :
1. Status gizi pada lansia merupakan masalah
kesehatan gizi masyarakat, berdasarkan
hasil penelitian staus gizi pada kabupaten
barru kecamatan sopengriaji dan
mallusetasi dengan menggunakan
perhitungan IMT di dapatkan 45% yang
mengalami status gizi kurang.Status gizi
normal 31.7% overweight 11.7 %.
obesitas1 10% dan obesitas 2 1.6%.
2. Kualitas hidup lansia berdasarkan domain
fisik di daerah kabupaten barru kecamatan
mallusetasi dan sopengriaji dominan
memiliki kualitas hidup yang rendah
dengan status gizi yang kurang.
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
20
3. Kualitas hidup lansia berdasarkan domain
psikologis di daerah kabupaten barru
kecamatan mallusetasi dan sopengriaji
dominan memiliki kualitas hidup yang
rendah dengan status gizi yang kurang.
4. Kualitas hidup lansia berdasarkan domain
sosial di daerah kabupaten barru
kecamatan mallusetasi dan sopengriaji
dominan memiliki kualitas hidup yang
baik dengan status gizi yang kurang
5. Kualitas hidup lansia berdasarkan domain
lingkungan di daerah kabupaten barru
kecamatan mallusetasi dan sopengriaji
dominan memiliki kualitas hidup yang
rendah dengan status gizi yang kurang
6. Dari domain tersebut menjelaskan ada
hubungan antara status gizi dan kualitas
hidup lansia.
7. Semkin staus gizi lansia kurang semakani
rendah pulah kualitas hidup lansia.
SARAN
1. Meningkatakan status gizi pada lansia
dengan cara pemberian gizi yang cukup
serta meningkatkan hygene perorangan
untuk mengurangi angka kesakitan dan
kematian.
2. Meningkatkan produktifitas wanita lansia
di dengan menerapkan terapi okupasi
berupa ketrampilan yang dapat
meningkatkan perekonomian lansia.
Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
berupa usaha mikro yang diterapkan dalam
kelompok-kelompok lansia. Modal untuk
mendirikan usaha mikro dapat diperoleh
dari dana pinjaman dari lembaga keuangan
seperti bank, koperasi maupun dana
bantuan dari pemerintah. Dengan
meningkatkan produktifitasnya, wanita
lansia diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehingga kualitas
hidup yang lebih baik dapat tercapai.
3. Meningkatkan akses lansia terhadap
pelayanan kesehatan dengan cara
dibentuknya kelompok-kelompok lansia,
guna pemenuhan kebutuhan akan dana
kesehatan. Dana kesehatan diperoleh dari
iuran rutin dari anggotanya, yang nantinya
akan dipergunakan oleh anggota kelompok
itu sendiri.
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
21
4. Meningkatnya keterjangkauan akan
pelayanan kesehatan diharapkan akan
meningkatkan kualitas hidup lansia.
5. Meningkatkan informasi dan pengetahuan
lansia mengenai kesadaran dirinya
mengenai proses penuaan yang mereka
alami, perilaku sehat bagi lansia dan
manajemen keuangan yang dapat
diberikan pada kelompok lansia. Kegiatan
yang dapat dilakukan dapat berupa
penyuluhan dan konseling. Dengan
informasi dan pengetahuan yang cukup
diharapkan para pralansia dapat
mempersiapkan hari tuanya dengan lebih
baik dan bagi lansia dapat mencapai
kualitas hidup yang lebih tinggi.
Pemerintah dapat berpartisipasi dengan
cara mengatur kebijakan mengenai
program-program yang dapat
meningkatkan pengetahuan lansia.
6. Perlu perhatian serius dari dinas kesehatan
kabupaten barru dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan lansia
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes. RI. Pedoman Tata Laksana Gizi
Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan.
Direktorat Gizi Mayarakat Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat.2003.
2. Henniwati , 2008. Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Pemanfaatan pelayanan
Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Aceh
Timur.Universitas Sumatra Utara.
3. Djamin, Riskiana. 2010. Kualitas Hidup
Lansia Dengan Gangguan pendengaran.
Fakutas Kedokteran UNIVERSITAS
Hasunddin Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusoda Makassar – Indonesia.
4. Almisar, hamid.2007. Penduduk Lanjut
Usia Di Indonesia dan Masalah
Kesejahteraannya. Kemensos RI.
5. Agustina, Luthfi. Hubungan skor mini
nutrisional assessment ( MNA ) dengan
albumin serum pasien usia lanjut di
bangsal geraitri rumah sakit dr kariadi
semarang.skripsi. Fakultas kedokteran
universitas diponogoro.
6. Kusharto M Clara, Rusilanti. Model
Hubungan Aspek Psikososial Dan
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
22
Aktifitas fisik Dengan Status Gizi
Lansia.2006.h.29
7. Setyoadi, noerhamdani, fela ernawati.
Perbedaan tingkat kualitas hidup pada
wansita lansia di komunitas dan panti.
8. Sumijatun,dkk. Gambaran kebutuhan dasar
manusia pada lansia di kelurahan
cawang.Penerbit buku kedokteran
EGC.2006.Jakarta.h 55
9. Drewnoski A. Sensory Control Of Energy
Density at Different Life stages. Proc Nutr
Soc. 2000. 59:1 – 6
10. Saniawan I Made. Status Gizu Pada Lanjut
Usia Pada Banjar Paang Tebel Di Desa
Peguyangan Kaja Wilayah Kerja
Puskesmas III Denpasar Utara. Jurnal
ilmiah Keperawatan Vol.2. 2009. h. 45 –
59
11. Drewnowski and William J, Evans.
Nutrition, Physical Activity, and Quality
Of Life in Older Adults, Summary.
Journals Of Gerentology. Series A
Coyright by The Gerontological Society
Of America. 2001.Vol 56 A( Spesial Issue
II ) .h.89 - 94
12. Chen, Chery Chia-Hui et all. A concept
analysis of malnutrision in the elderly.
Nursing Theory And Concept
Development Or Analysis. Advanced
Nursing.h. 131 – 142
13. Henniwati. 2008. Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Pelayanan Posyandu
Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Aceh Timur, Tesis. Universita
Sumatera Utara.
14. Kagansky, Nadya et al. Poor Nutrisional
Habitis are Predictors Of Poor Outcome in
Very Old Hospitalized Patients. American
Society For Clinical Nutrition. 2005.h. 784
– 791.
15. Gerber, V et al. Nutritional Status Using
The Mini Nutritional Assssment
Questionnare and its Relationship with
Bone Q uality in A population of
Institutionalized Elderly Women. The
Journal Of Nutrition health & Aging,
Volume 7. 2003.h.3
16. Sulivian DH, Johsan LE. 2003.Nutrition
and Aging. Principles Of Geriatric
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
23
Medicine and Gerontology 5th. New
York.2003.h. 1151- 1169
17. Thalib ,Bahrudin. Analisis Hubungan
Status Jaringan Priodental,Status Gizi,
Status Gigi Tiruan, Dengan Asupan Gizi
Lansia. Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.
18. Hardywinoto, Setiabudhi. Panduan
Gerontologi.2007.Jakarta.Pustaka Utama
19. Volkert D, Berner YN,et al.2006. ESPEN
Guidelines On Enteral Nutrition.
Geraitrics, Clin Nutrision.2006. h.330 –
360
20. White, Siobhan et al. 2009. Physical
Activity and Quality Of Life In
Community Dwelling Older Adults.
Biomed Central.2009.h. 7
21. Dermajo, Budhi. Teori Proses Menua.
Buku Ajar Geriatric.1999.jakarta.h 3 - 13
22. Ruslianti, Clara m,ekawati. Aspek
psikososial, aktivitas fisik, dan konsumsi
makanan lansia. Jurnal gizi dan
pangan.2006.h 121- 127
23. Cederholm , Tommy. Psychological
Efeects Of Generalized Nutritional
Deprivation In The Elderly. Scandinavin
Journal Of Nutrition.2003.h. 143 – 146
24. Napitupulu, Halasan. Faktor – Faktor
Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Lansia. Perpustakaan Universitas
Indonesia.2001.
25. Manders,Marleen. Nutrisionaal Care In
Old Age, The Effect Of Supplementation
On Nutritional Status and Perfomance.
Thesis Wageningen University – With
references – with Summary in Dutch.
26. Hardini, Sri. Mini Nutrtiona; Assessment
Dengan Outcome Hasil perawatan
penderita di divisi geriatric rumah sakit
dokter kariadi semarang. Tesis. Bagian
ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran
universitas diponogoro rumah sakit dokter
kariadi semarang.
27. Geriatric Centre Nepal. Status Report on
Elderly people(60+) in Nepal on Health,
Nutition and Social Statu Focusing on
Research Needs.
28. Delacorte , Jc Moriguti, Matos. Mini
Nutitional Assessment and the Risk for
Undernutritioanl in Free Living Older
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
24
Person. The journal Of Nutrition, Health &
Aging. Volume 8.2004
29. Wilson MMG. Morley. Aging and Energy
Blance. J Appl Physiol.2003.h 1728 –
1736
30. Wouters,Wendeline. Impact Of
Nutrititiona S upplements On Health
Indeces In Elderly People. Thesi PHD.
Department of Human Nutrition and E
pidemology, Wageningen Universiity. The
Netherlands
Wa ode sarnings, S.ked ( 110207146) status gizi dan kualitas hidup lansia di kabupaten barru kecamatan sopengriaja dan mallusetasi tahun 2012
25