standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

14

Click here to load reader

description

Sumber daya manusia sebagai salah satu dari sepuluh keputusan strategi manajemen operasi, adalah salah satu faktor yang menentukan kesuksesan suatu perusahaan, maka diperlukan suatu standar pekerja untuk sebuah sistem operasi yang efisien. Standar pekerja dibutuhkan bagi perencanaan produksi, perencanaan pekerja, pembuatan anggaran, dan mengevaluasi kinerja. Kita perlu mengetahui bagaimana standar pekerja itu ditentukan. Oleh karena itu, penyusun mengangkat tema penentuan standar pekerja dan pengukuran kerja yang diaplikasikan kepada perusahaan advertising Lumin 2 Banjarmasin untuk mengetahui bagaimana standar pekerja dan hasil pengukuran kerja tersebut dapat berpengaruh bagi kesuksesan perusahaan.

Transcript of standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

Page 1: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

MAKALAH MANAJEMEN OPERASIONAL

dengan materi

KUALITAS PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI (DRIVING

LICENSE) KENDARAAN

di POLTABES BANJARMASIN

Disusun oleh :

Al’vina Retma Sari Nata C1B106014Dicky Rahman C1B1

Fandy Reza C1B1Kunti C1B106016

Norlaila C1B106054Nur Winda Wardhani C1B106126

Rehan Indah Sekar Wangi C1B06018Riqi Akbari C1B106008

Riska Rusady C1B106058Ratih Purnama Sari C1B1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

2007-2008

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas

pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Manajemen

Page 2: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

Operasional dengan materi Mutu Pembuatan Surat Izin Mengemudi (Driving License)

Kendaraan di POLTABES Banjarmasin.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen

Operasional. Terdorong akan rasa tanggung jawab yang diberikan oleh dosen

pembimbing, maka kami berusaha sebisa mungkin untuk melaksanakan tugas ini dengan

baik.

Pada kesempatan ini, kami penyusun makalah ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Dosen Pembimbing Mata Kuliah Manajemen Pemasaran, Tim Dosen yaitu Bp.

Suyatno,M.Si., Bp. Akhid Yulianto, SE,M.Sc(Log)., dan Bp. Akhmad

Supriyanto,SE,MM.

2. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini yang tidak dapat

kami sebutkan satu per satu.

Kami sadar bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

kami mengharapkan saran serta kritik yang membangun agar dapat lebih bermanfaat bagi

kita semua. Terimakasih.

Banjarmasin, Desember 2007

Penyusun

DAFTAR ISI

Page 3: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

Halaman

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Metode Penulisan

1.4 Rumusan Masalah

1.5 Batasan Masalah

BAB II .PEMBAHASAN

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

Page 4: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semenjak masa pemerintahan Presiden Pertama hingga sekarang, persoalan

kinerja birokrasi dituduhkan oleh banyak pihak sebagai musabab keterpurukan bangsa

ini. Akarnya jelas: birokrasi lambat, tidak efisien, tidak efektif, tidak tanggap, dan

ditengarai banyak diwarnai dengan praktik korupsi. Birokrasi juga dituding menjadi

salah satu penyebab praktik penyalahgunaan kewenangan.

 Buruknya kinerja birokrasi sebagai perpanjangan tangan penerapan kebijakan

publik pemerintah justru menjadi faktor penghambat efektivitas dan efisiensi bagi

pelaksanaan kebijakan pemerintah di lapangan. Melihat kenyataan tersebut, sudah

selayaknya dilakukan reformasi besar-besaran yang mencakup keseluruhan sistem

birokrasi untuk menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan.

Agaknya upaya reformasi birokrasi harus dilakukan secara menyeluruh tidak

hanya melalui perbaikan dan pengawasan pada mekanisme perekrutan yang harus

transparan tetapi juga meliputi keseluruhan sistem birokrasi. Upaya perbaikan

menyeluruh tersebut juga meliputi perbaikan berbagai hal yang memberikan peluang

pada praktik-praktik penyimpangan birokrasi oleh aparatur negara.

Misalnya saja, proses pembuatan Kartu Tanda Pendudukan (KTP), Surat Izin

Mengemudi (SIM), dan berbagai proses permohonan izin lainnya, masyarakat kerap

kali harus menempuh kesulitan proses birokrasi yang tidak jelas, panjang, dan juga

biaya ekstra.

Hal-hal semacam inilah yang tidak hanya menggangu jalannya roda aktivitas

masyarakat sehari-hari, akan tetapi juga mengganggu berbagai kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat. Bagi para investor, hal tersebut merupakan salah satu

gangguan besar yang dapat mengurangi daya kompetitif dari kegiatan ivestasi tersebut.

Salah satu dari Sepuluh Keputusan Strategi Manajemen Operasi adalah

mengelola kualitas. Kualitas merupakan obat kuat untuk mempebaiki operasi dalam

birokrasi. Mengelola kualitas membangun strategi yang sukses akan diferensiasi, biaya

rendah, dan respon cepat.

Page 5: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualitas adalah tingkat baik buruknya

sesuatu, kadar, derajat atau taraf, mutu. ( KBBI : 467 ). Menurut American Society for

Quality, kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang

mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau tersamar. Kualitas, atau kualitas

rendah memberikan pengaruh pada organisasi keseluruhan. Walaupun demikian,

mungkin hal yang lebih penting adalah membangun sebuah organisasi yang dapat

mencapai kualitas dan juga mempengaruhi organisasi secara keseluruhan yang mana

merupakan tugas yang memang dibutuhkan.

Salah satunya yaitu Kepolisian sebagai badan birokrasi dan aparatur negara

memerlukan kualitas yang dapat selalu ditingkatkan dalam memberikan pelayanan dan

memuaskan kebutuhan pelanggan yaitu masyarakat. Namun, pada kenyataannya masih

banyak pihak Kepolisian yang memberikan pelayanan yang kurang memuaskan kepada

masyarakat, bahkan semakin tinggi praktik-praktik penyimpangan birokrasi yang

dilakukan.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan permintaan layanan

pembuatan SIM dari masyarakat setempat, maka perlu dipertanyakan bagaimana

kualitas atau mutu pembuatan SIM yang sebenarnya dengan semakin meningkatnya isu-

isu miring oleh pihak Kepolisian sebagai pemberi jasa pelayanan pembuatan SIM. Oleh

karena itu, Penyusun mengangkat tema Pembuatan SIM sebagai salah satu pelayanan

jasa yang ditawarkan oleh pihak Kepolisian yang perlu ditinjau kembali tingkat kualitas

atau mutunya.

 

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah Manajemen Operasional ini adalah

1. untuk mengetahui kualitas atau mutu pembuatan SIM di POLTABES

Banjarmasin.

2. untuk menambah wawasan masyarakat mengenai tata cara pembuatan SIM di

Banjarmasin.

3. untuk menambah pengetahuan mengenai pembuatan makalah atau karya tulis.

4. untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional.

Page 6: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

1.3 Metode Penulisan

Metode yang dipakai oleh penulis dalam menyusun makalah Manajemen

Operasional ini adalah

1. Metode Kepustakaan atau Studi Dokumenter yaitu metode yang

digunakan penulis dengan cara mengambil dari pustaka atau buku yang

relevan dengan objek penelitian.

2. Metode Deskriptif yaitu metode yang digunakan penulis dengan cara

menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

3. Metode Observasi yaitu metode yang digunakan penulis dengan cara

mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang

tampak pada obyek penelitian, langsung pada saat situasi sedang terjadi.

4. Metode Komunikasi yaitu metode yang digunakan penulis dengan cara

kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber

data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja

dibuat untuk keperluan tersebut.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam makalah Manajemen Operasinal ini

adalah

1. bagaimana tata cara pembuatan SIM di POLTABES Banjarmasin?

2. apa saja permasalahan yang ditemui oleh masyarakat dalam proses pembuatan

SIM di POLTABES Banjarmasin?

3. bagaimana mutu atau kualitas pembuatan SIM di POLTABES Banjarmasin?

4.

1.5 Batasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan yang dibahas pada makalah ini yaitu pada

SURAT IZIN MENGEMUDI

(SIM)

Page 7: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

a.    Dasar Hukum

1.    UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian.

2.    PP Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi

3.    PP Nomor 14 Tahun 1992 Pasal 18 (1) "Setiap pengemudi kendaraan bermotor

wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)"

b.    Persyaratan Permohonan

Bagi WNI

I. Permohonan SIM Baru

♦ Fotocopy KTP

♦ Pemeriksan Kesehatan

♦ Bukti Pembayaran dari Bank

II. Perpanjangan SIM

♦ Fotocopy KTP

♦ Fotocopy SIM

♦ Pemeriksaan Kesehatan

♦ Bukti Pembayaran dari Bank

Bagi WNA

I. Permohonan SIM Baru

♦ Fotocopy Paspor

♦ Fotocopy Kitap/Kitas

♦ Surat Keterangan Domisili

♦ Pemeriksaan Kesehatan

♦ Bukti pembayaran dari Bank

II. Perpanjangan SIM

♦ Fotocopy Paspor

♦ Fotocopy Kitap/Kitas

♦ Fotocopy SIM

Page 8: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

♦ Surat Keterangan Domisili

♦ Pemeriksaan Kesehatan

♦ Bukti pembayaran dari Bank

c.    Prosedur / Mekanisme

1.    Pengajuan berkas permohonan di loket pelayanan

2.    Pemeriksaan berkas

3.    Proses rekomendasi

4.    Pemeriksaan kesehatan

5.    Ujian teori

6.    Ujian praktek 1 dan 2

7.    Proses pembuatan SIM

8.    Penyerahan SIM

d.    Waktu Penyelesaian,

Maksimal 14 hari

e.    Biaya,

Dasar : PP No 31 Tahun 2004 tentang Biaya Administrasi SIM

1. Untuk Pembuatan SIM Baru Rp 75.000,00

2. Untuk Perpanjangan SIM Rp 60.000,00

3. Klinik Pengemudi Rp 50.000,00

 

Bagi proses pemerintahan yang baik, birokrasi bisa diibaratkan sebagai aliran darah

dalam sistem anatomi tubuh manusia. Jika terjadi ketidakpatutan dalam sistem

birokrasi, sudah dapat dipastikan itikad sebaik apapun tidak akan pernah terwujud.

Page 9: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

 

Ini artinya, bangsa ini akan selalu berkutat pada kubangan lumpur yang sama dan tidak

akan pernah dapat keluar tanpa adanya perubahan dan perbaikan birokrasi. Meski

banyak orang mengakui buruknya kinerja birokrasi tetapi tidak banyak perubahan

berarti yang dapat dirasakan masyarakat.

 

Pertanyaan besar yang harus segera dijawab adalah di mana letak kesalahan upaya-

upaya pembenahan birokrasi yang telah dilakukan tersebut. Semenjak isu reformasi

dicetuskan, ternyata agenda reformasi belum banyak membawa perubahan signifikan

pada reformasi di bidang birokrasi.

 

Agaknya upaya reformasi birokrasi harus dilakukan secara menyeluruh tidak hanya

melalui perbaikan dan pengawasan pada mekanisme perekrutan yang harus transparan

tetapi juga meliputi keseluruhan sistem birokrasi. Upaya perbaikan menyeluruh tersebut

juga meliputi perbaikan berbagai hal yang memberikan peluang pada praktik-praktik

penyimpangan birokrasi oleh aparatur negara.

 

Misalnya saja, proses pembuatan Kartu Tanda Pendudukan (KTP), Surat Izin

Mengemudi (SIM), dan perbagai proses permohonan izin lainnya, masyarakat kerap

kali harus menempuh kesulitan proses birokrasi yang tidak jelas, panjang, dan juga

biaya ekstra.

 

Hal-hal semacam inilah yang tidak hanya menggangu jalannya roda aktivitas

masyarakat sehari-hari, akan tetapi juga mengganggu berbagai kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat. Bagi para investor, hal tersebut merupakan salah satu

gangguan besar yang dapat mengurangi daya kompetitif dari kegiatan ivestasi tersebut.

 

Bila berlanjut, yang terjadi adalah keengganan investor untuk melakukan kegiatan

usaha di Indonesia. Ini artinya hal tersebut akan merusak prospek ekonomi makro

Indonesia dan memperpanjang keterpurunan negeri ini.

 

Page 10: standar pekerja dan pengukuran kerja pada manajemen operasional

Pendek kata, praktik birokrasi Indonesia akan semakin membuat bangsa ini semakin

sulit keluar dari kubangan kesulitan dan keterpurukan, kecuali jika berbagai pihak

secara sadar dan benar-benar serius berkomitmen untuk melakukan perubahan

signifikan bagi kemajuan bangsa ini.

TQM (Total Quality Mangement) merupakan manajemen organisasi keseluruhan

yang menjadikannya unggul dalam semuaaspek produk dan jasa yang penting bagi

pelanggan. TQM penting karena keputusan kualitas mempengaruhi setiap dari 10

keputusan yang dibuat oleh manajer operasi. Tiap 10 keputusan berhadapan dengan aspek

pengidentifikasian dan pemenuhan harapan pelanggan. Pakar kualitas W.Edwards

Deming menggunakan 14 poin untuk menandai penerapan TQM. Hal ini dikembangkan

menjadi 6 konsep program TQM ang efektif : (1) perbaikan yang terus menerus, (2)

pemberdayaan karyawan, (3) benchmarking, (4) just in time (JIT), (5) konsep Taguchi

dan (6) pengetahuan alat TQM.