Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

87
Standar Operasional dan Prosedur (SOP) PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Transcript of Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

Page 1: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

Standar Operasional danProsedur

(SOP)

PEMBINAAN DAN PENGENDALIANTENAGA PENDAMPING PROFESIONAL

Direktorat JenderalPembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat dan DesaKementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi

Page 2: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

i | SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesonal

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................... iPENGANTAR....................................................................................... iiiDAFTAR ISTILAH ...................................................................... .......... vBAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................ 1B. Maksud dan Tujuan ........................................................ 2C. Landasan Hukum ........................................................... 2D. Pelaksana Program Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat (P3MD) ....................................................... 3BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI

A. Satker Pusat ................................................................... 7B. Sekretariat Nasional........................................................ 7C. Satker P3MD Provinsi..................................................... 8D. Sekretariat Satker P3MD Provinsi................................... 9E. SKPD Kabupaten/Kota ................................................... 9F. Camat ………………………………………………… ........ 10G. Kepala Desa .................................................................... 10H. Konsultan Nasional (KN) ................................................ 10I. Konsultan Pendampingan Wilayah (KPW)...................... 13J. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)........... 15K. Pendamping Desa (PD) ................................................. 27L. Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI) ............... 29M. Pendamping Lokal Desa (PLD)....................................... 31

BAB III ADMINISTRASI KONTRAK INDIVIDUA. Pengelolaan Administrasi Surat Perjanjian Kerja (SPK). 33B. Penerbitan Surat Perintah Tugas (SPT) ......................... 33C. Data Pendamping Profesional ....................................... 34D. Laporan Individu ............................................................. 35E. Laporan Kegiatan ………………………………………… . 37F. Bukti Kehadiran .............................................................. 37G. Administrasi Rencana Kerja Harian dan Perjalanan Dinas 38H. Laporan Biaya Operasional Kantor ................................. 40

BAB IV PENGELOLAAN PENDAMPING PROFESIONALA. Tata Perilaku dan Etika Profesi ...................................... 41B. Prosedur Pemetaan dan Penempatan Pendamping

Profesional .................................................................... 48C. Mobilisasi (Penempatan) Pendamping Profesional......... 51D. Mobilisasi Pendamping Profesional Cadangan dan

dari Hasil Promosi........................................................... 51E. Koordinator Pendamping Profesional.............................. 52F. Usia, Hari dan Jam Kerja Pendamping Profesional ....... 52G. Cuti dan Ijin .................................................................... 52H. Relokasi .......................................................................... 56I. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ................................ 56J. Masa Transisi............................................................. ..... 58K. Pengunduran Diri ............................................................ 59

Page 3: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

ii | SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesonal

BAB V PEMBAYARAN HONORARIUM DAN BANTUAN BIAYAOPERASIONALA. Latar Belakang................................................................ 60B. Pembayaran Honorarium................................................ 60C. Pembayaran Bantuan Biaya Operasional Pendamping

Profesional ...................................................................... 61D. Pembaruan Daftar Induk Pendamping Profesional ......... 62E. Daftar Nominatif Honorarium dan Biaya Operasional

Pendamping Profesional ................................................. 63F. Mekanisme Pembayaran Pendamping Profesional

Dan Operator Komputer............................................... ... 64G. Pembayaran Pendamping Profesional Yang Bertugas.... 64

BAB VI STRUKTUR ORGANISASI PENDAMPINGAN DESA ......... 65BAB VII PELAPORAN PENDAMPING PROFESIONAL ................... 66

A. Pendahuluan .................................................................. 66B. Jenis Pelaporan.............................................................. 67C. Jenjang Pelaporan.......................................................... 68D. Waktu Pelaporan............................................................ 69

BAB VIII PENUTUPE. Penutup .......................................................................... 70

Page 4: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

iii | SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional

PENGANTAR

Standar Operasional dan Prosedur (SOP)Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwapembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa ditempuh melalui upayapendampingan. Pendampingan menjadi salah satu langkah penting yang harusdilakukan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan kesejahteraanmasyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai diantaranyamelalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,kesadaran serta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah danprioritas kebutuhan masyarakat desa.

Dalam rangka tercapainya kinerja pembangunan dan pemberdayaan masyarakatdesa secara efektif dan efisien, Direktorat Jenderal Pembangunan danPemberdayaan Masyarakat Desa (Ditjen PPMD) Kementerian Desa, PembangunanDaerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemen Desa PDTT) menetapkan danmenerbitkan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pembinaan danPengendalian Tenaga Pendamping Profesional.

SOP ini memuat hal-hal pokok terkait dengan terselenggaranya pelaksanaanPembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional melalui upaya yangdilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,pihak ketiga ataupun swadaya masyarakat desa secara partisipatif. SOP ini jugadigunakan sebagai sarana untuk membantu menjamin terciptanya transparansi danakuntabilitas dalam pelaksanaan Pembinaan dan Pengendalian Tenaga PendampingProfesional sehingga dapat mencerminkan tata kelola pembangunan danpemberdayaan masyarakat desa yang mencerminkan self governing community.

SOP ini disusun sebagai standar teknis pelaksaanan berdasarkan pada kaidah-kaidah dan ketentuan regulasi keuangan dan administrasi pelaporan pemerintahanyang berlaku.

Dengan hadirnya SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga PendampingProfesional ini, setiap pelaku Pembinaan dan Pengendalian Tenaga PendampingProfesional harus menaati dan mematuhi seluruh ketentuan serta peraturan yangditetapkan.

Berdasarkan beban kerja dan tanggung jawab Ditjen PPMD Kemen Desa PDTTselaku Executing Agency Program Pembangunan dan Pemberdayaan MasyarakatDesa (P3MD), maka wilayah pembinaan dan pengendalian program yang dikelolaoleh Ditjen PPMD Kemen Desa PDTT adalah pada skala nasional dan mencakupseluruh lokasi desa. Sedangkan Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupatendan Pemerintahan Desa bertanggung jawab melaksanakan pembinaan pada jenjangmasing-masing sebagai bagian dari pelayanan umum (public services) institusipemerintahan yang membidangi pemberdayaan masyarakat. Terkait dekonsentrasi,tetap berlaku dan mengikuti seluruh regulasi undang-undang dan peraturanpemerintah di bawahnya yang mengatur pelaksanaan dan pertanggungjawabandekonsentrasi.

Page 5: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)
Page 6: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

v | SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional

DAFTAR ISTILAH1. Satker : Satuan Kerja2. P3MD : Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa3. KN : Konsultan Nasional4. KPW : Konsultan Pendamping Wilayah5. TOR : Term of Reference6. SOP : Standar Operasional dan Prosedur7. PP : Peraturan Pemerintah8. TA : Tenaga Ahli9. PD : Pendamping Desa10. PLD : Pendamping Lokal Desa11. BUM Desa : Badan Usaha Milik Desa12. DIPA : Daftar Isian Pelaksana Anggara13. SPT : Surat Perintah Tugas14. SPK : Surat Perjanjian Kontrak15. PHK : Pemutusan Hubungan Kerja16. SPPD : Surat Perintah Perjalanan Dinas17. DNPHT : Daftar Nominatif Pembayaran Honorarium dan Tunjangan18. BPK : Badan Pemeriksa Keuangan19. BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan20. KPA : Kuasa Pengguna Anggaran21. BUN : Bendahara Umum Negara22. PPK : Pejabat Pembuat Komitmen23. SAI : Sistem Akuntansi Instansi24. SPP : Surat Perintah Pembayaran25. SPM : Surat Perintah Membayar26. SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana27. NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak28. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara29. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah30. LWK : Lembar Waktu Kerja31. TL : Team Leader32. PPA : Perusahaan Pengelola Administrasi33. TA-PMD : Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa34. TA-ID : Tenaga Ahli Infrastruktur Desa35. TA-PP : Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif36. TA-PED : Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa37. TA-TTG : Tenaga Ahli Teknologi Tepat Guna38. TA-PSD : Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar39. RPJM Desa : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa40. RKP Desa : Rencana Kerja Pemerintah Desa41. RAPB Desa : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa42. APB Desa : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa43. RKUN : Rekening Kas Umum Negara44. RKUD : Rekening Kas Umum Daerah45. RKD : Rekening Kas Desa

Page 7: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

1 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015 – 2019 dan Rencana KerjaPemerintah 2016 mengamanatkan bahwa percepatan pembangunan desa akandilaksanakan melalui implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa.

Dalam rangka menjalankan urusan di bidang pembangunan dan pemberdayaanmasyarakat desa maka dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasiyang mengamanatkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal danTransmigrasi (Kemen Desa PDTT) untuk melaksanakan tugas dan fungsitersebut.

Sebagai tindak lanjut dari amanat tersebut, maka Kemen Desa PDTT akanmelaksanakan kegiatan pendampingan melalui penyediaan tenaga pendampingprofesional. Pasal 129 PP 43 Tahun 2014 sebagaimana sudah diubah denganPP 47 Tahun 2015 menyatakan bahwa tenaga tenaga pendamping profesionalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 Ayat (2) terdiri atas: (a) tenagapendamping lokal desa yang bertugas di desa untuk mendampingi desa dalampenyelenggaraan pemerintahan desa, kerja sama desa, pengembangan BUMDesa, dan pembangunan yang berskala lokal desa; (b) tenaga pendamping desayang bertugas di kecamatan untuk mendampingi desa dalam penyelenggaraanpemerintahan desa, kerjasama desa, pengembangan BUM Desa, danpembangunan yang berskala lokal desa; (c) tenaga pendamping teknis yangbertugas di kecamatan untuk mendampingi desa dalam pelaksanaan programdan kegiatan sektoral; dan (d) tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yangbertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangkapenyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat.

Penyediaan tenaga pendamping profesional dilakukan melalui rekrutmen secaraterbuka berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan DaerahTertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang PendampinganDesa.

Mengingat pentingnya pendampingan desa sebagai faktor penentu keberhasilanimplementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, maka

Page 8: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

2 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi memandang perlu untuk melakukanpembinaan dan pengendalian tenaga pendamping profesional.

Dalam rangka melakukan pembinaan dan pengendalian tenaga pendampingprofesional, maka perlu disusun Standar Operasional Prosedur.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pembinaan dan PengendalianTenaga Pendamping Profesional ini dimaksudkan dan mempunyai tujuansebagai berikut:1. Sebagai pedoman dalam rangka pembinaan tenaga pendamping profesional;2. Sebagai pedoman pengendalian tenaga pendamping profesional.

C. LANDASAN HUKUM

Seluruh kerja Pendamping Profesional harus mengacu dan berpijak padaregulasi dan kebijakan Pemerintah, khususnya yang terkait denganpembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Regulasi regulasi pokokyang menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan pendampingan desa antara lainadalah sebagai berikut:1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan ke dua atasPeraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa YangBersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,Pembangunan daerah Tertinggal dan Transmigrasi;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barangdan Jasa Pemerintah;

7. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015Tentang Pendampingan Desa;

8. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan DaerahTertinggal dan Transmigrasi;

9. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 01 Tahun 2016tentang Organisasi dan tata Kerja Sekretariat Nasional PendampinganMasyarakat Direktorat Jenderal Pembangunan dan PemberdayaanMasyarakat Desa, tahun 2016 dan aturan perubahannya;

10. Permendesa No 4 Tahun 2016 tentang ( Petunjuk Teknis Dekonsentrasi );11. Surat Ditjen PPMD Nomor 330/DPPMD.6/VII/2016 Tanggal 22 Juli 2016

tentang Penetapan SOP HAP Tahun 2016;12. Kerangka Acuan Kerja/ToR PPA Konsultan Nasional Pengembangan

Program (KN-PP);13. Kerangka Acuan Kerja/ToR PPA Konsultan Nasional Pengendalian

Page 9: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

3 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Pembangunan Desa ( KN-PPD);14. Kerangka Acuan Kerja/ToR PPA Konsultan Nasional Pengembangan

Kapasitas Masyarakat Desa ( KN-PKMD);15. Kerangka Acuan Kerja/ToR Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa

(TAPM);16. Kerangka Acuan Kerja/ToR Pendamping Desa Pemberdayaan ( PDP );17. Kerangka Acuan Kerja/ToR Pendampng Desa Teknik Infrastruktur (PD-TI);18. Kerangka Acuan Kerja/ToR Pendamping Lokal Desa.

D. PELAKSANA PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAANMASYARAKAT (P3MD)

1. SATKER PUSATSatuan Kerja (Satker) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembangunan danPemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kemen Desa PDTT atau yangdisebut Satker Pusat adalah dibentuk dalam rangka mendukungimplementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa secaranasional dari aspek manajemen administrasi, bantuan teknis (technicalassistance), pembinaan dan pengelolaan program. Selain itu, Satker Pusatjuga memiliki tugas dan fungsi mengelola konsultan yang berkedudukan dipusat dan provinsi. Merujuk pada Permendes Nomor 11 Tahun 2015 tentangPedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaoran Programdan Anggaran, Satker Pusat beranggotakan para pejabat pengelolakeuangan Ditjen PPMD yang terdiri atas:a. Pengguna Anggaran (PA);b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);d. Kepala Bagian Keuangan Ditjen PPMD selaku Pejabat Penguji SPP dan

Penandatanganan SPM; dane. Staf Bagian Keuangan Ditjen PPMD yang bersertifikat bendahara selaku

Bendahara Pengeluaran.

2. SEKRETARIAT NASIONALSekretariat Nasional Pendampingan Masyarakat Desa yang selanjutnyadisebut Sekretariat Nasional PMD (Seknas PMD), yang dipimpin olehseorang National Team Leader (NTL) dibantu oleh beberapa Deputy, TenagaAhli, Staf Teknis dan staf administrasi, yang mengkoordinasikan KonsultanNasional dan Konsultan Pendampingan Wilayah.

3. SATKER P3MD PROVINSISatker P3MD Provinsi dibentuk dalam rangka mendukung implementasiUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dari aspek manajemenadministrasi dan pengelolaan tenaga pendamping profesional pada tingkatKabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa sesuai Tipoksi pada Bab II. SatkerP3MD Provinsi berkedudukan di provinsi. Satker P3MD Provinsiberanggotakan pejabat pengelola keuangan badan provinsi yang terdiri atas:a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

Page 10: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

4 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

c. Pejabat Penguji SPP dan Penandatanganan SPM;d. Bendahara Pengeluaran yaitu staf pada Badan/Dinas/Kantor

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi yangmempunyai sertifikat bendahara dan ditunjuk serta diserahi tugas untukmenerima, menyimpan, menyetor dan menatausahakan administrasidekonsentrasi.

4. SEKRETARIAT SATKER P3MD PROVINSIDalam rangka menjalankan tugasnya Satker P3MD Provinsi khususnyaPejabat Pembuat Komitmen akan didukung oleh Sekretariat Satker P3MDProvinsi yang beranggotakan Staf Badan PMD/Nama lain Provinsi sertadibantu oleh staf teknis dan administrasi.

5. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN/KOTAYANG MEMBIDANGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESADalam rangka pembinaan dan pengendalian tenaga pendamping professional,di Kabupaten/Kota, SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat dandesa dapat membentuk Satuan Kerja yang bertugas untuk mengoordinasikanpendamping profesional dengan stakeholder di wilayahnya.

6. CAMATCamat sebagai pemangku wilayah Kecamatan yang dalam pelaksanaanpembangunan dan pemberdayaan masyarakat dibantu oleh kepala seksi yangmembidangi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, bertugasuntuk mengkoordinasikan pendamping profesional dengan stakeholder diwilayahnya.

7. KEPALA DESAKepala Desa/Nama Lain sebagai pemangku wilayah Desa dalam pelaksanaanpembangunan dan pemberdayaan masyarakat, melakukan koordinasi dengansemua pihak termasuk pendamping profesional di Desa dengan stakeholderlainnya.

8. PENDAMPING PROFESIONALDalam rangka memenuhi kebutuhan pendampingan desa disusun komposisipendamping professional sebagai berikut:

A. KONSULTAN NASIONAL

1. Konsultan Nasional Pengembangan Program (KN-PP) :Konsultan Nasional Pengembangan Program (KNPP) keberadaannyaadalah untuk memberikan dukungan analisis dan rekomendasi kepadaSatker Ditjen PMD Ditjen PPMD dalam rangka penyusunan: rancangankebijakan fasilitasi dan pendampingan pembangunan desa, rancangankebijakan fasilitasi dan pendampingan pemberdayaan masyarakatdesa, rancangan program fasilitasi dan pendampingan pembangunandesa, serta rancangan program fasilitasi dan pendampinganpemberdayaan masyarakat desa.

Page 11: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

5 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

KNPP bertanggungjawab mengembangkan pelaksanaan UU Desadengan memastikan kualitas kinerja perencanaan dan implementasiprogram. KNPP akan bekerjasama dengan PPA KNPP, PPA KNPPDdan 7 (tujuh) PPA KPW.

2. Konsultan Nasional Pengendalian Pembangunan Desa (KN-PPD)Tujuan pengadaan KNPPD adalah memberikan dukungan analisis danrekomendasi kepada Satker Ditjen PMD Ditjen PPMD dalam rangkapenyusunan:

a. Menyediakan dukungan teknik dan manajemen untuk tenagaspesialis yang ada di provinsi maupun tenaga pendamping yangada di kabupaten dan kecamatan sehingga dapat dipastikan bahwapelaksanaan pengendalian pembangunan desa secarakomprehensif, efisien, dan cepat sesuai dengan mandat UU Desa;

b. Mendukung Satker Ditjen PMD Ditjen PPMD berkaitan denganaspek teknis dan manajerial dari pelaksanaan UU Desa khususnyaberkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasanpembangunan desa, pengembangan database pembangunandesa, pengembangan audit berbasis komunitas, monitoringberbasis komunitas, penanganan pengaduan dan masalah, sertapengelolaan publikasi dan penyebaran informasi tentangpembangunan desa.

3. Konsultan Nasional Pengembangan Kapasitas Masyarakat Desa (KN-PKMD)KN-PKMD bertujuan untuk membantu Satker P3MD KementerianDesa, PDT dan Transmigrasi dalam hal sebagai berikut:

a. mengelola pengembangan kapasitas masyarakat desa;b. mengelola sumberdaya manusia tenaga pendampingan desa;c. mengelola pembelajaran masyarakat desa; dand. mengelola kaderisasi masyarakat desa.

KN-PKMD bertanggungjawab mengembangkan pelaksanaan UU Desadengan memastikan kualitas pengembangan kapasitas masyarakat desa.KN-PKMD akan bekerjasama dengan PPA KNPP, PPA KNPPD dan PPAKPW 1 s.d 7.

B. KONSULTAN PENDAMPINGAN WILAYAH (KPW).Konsultan Pendampingan Wilayah ( K P W ) adalah sebuah organisasiyang dibentuk oleh Satker Pusat, dengan wilayah kerjanya meliputi :

1) KPW - 1 : Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau;2) KPW - 2 : Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung,

Sumatera Selatan, Lampung, Banten;3) KPW - 3 : Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan

Page 12: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

6 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Utara;4) KPW - 4 : Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali;5) KPW - 5 : Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi

Selatan, Sulawesi Barat, Maluku;6) KPW - 6 : Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,

Gorontalo, Maluku Utara;7) KPW – 7 : Papua, Papua Barat.

Selain KPW ditingkat pusat dengan wilayah kerja dalam cakupanwilayah/region, ada juga KPW di masing-masing Provinsi dibawahkoordinasi KPW pusat sesuai wilayahnya.

C. TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (TAPM)Dalam rangka mendukung implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, Pemerintah menyediakan Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang berkedudukan di kabupaten.Pembinaan dan pengelolaan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakatakan dilaksanakan oleh Satker P3MD Provinsi melalui mekanismedekonsentrasi.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya Tenaga Ahli PemberdayaanMasyarakat (TAPM), dibedakan atas:1) Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa (TA-PMD);2) Tenaga Ahli Infrastruktur Desa (TA-ID);3) Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif (TA-PP);4) Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa (TA-PED);5) Tenaga Ahli Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TA-TTG);6) Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar (TA-PSD).

D. PENDAMPING DESADalam rangka mendukung implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, Pemerintah menyediakan Pendamping Desa yangberkedudukan di kecamatan, terdiri dari:1. Pendamping Desa Pemberdayaan (PDP);2. Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI), untuk setiap

Kecamatan 1 (satu) orang.

Pembinaan, pengelolaan dan pengendalian PDP dilaksanakan olehSatker P3MD Provinsi melalui mekanisme dekonsentrasi.

E. PENDAMPING LOKAL DESA (PLD)Dalam rangka mendukung implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, Pemerintah menyediakan Pendamping Lokal Desa(PLD) yang berkedudukan di desa. Pembinaan dan pengelolaan PLDakan dilaksanakan oleh Satker P3MD Provinsi melalui mekanismedekonsentrasi.

Page 13: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

7 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

BAB IITUGAS POKOK DAN FUNGSI

A. SATKER PUSAT

Berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan danpengendalian tenaga pendamping profesional, Satker Pusat mempunyai tugasdan fungsi melakukan pembinaan dan pengendalian kinerja SatkerDekonsentrasi, meliputi:1. Menetapkan pokok-pokok kebijakan dekonsentrasi;2. Menyusun DIPA dekonsentrasi;3. Menyusun Juklak dan Juknis DIPA dekonsentrasi;4. Meningkatkan kapasitas Satker P3MD Provinsi melalui rapat

kerja/workshop/pelatihan;5. Membina dan mensupervisi kinerja Satker P3MD Provinsi;6. Mengawasi Satker P3MD Provinsi dalam pengelolaan dana dekonsentrasi;7. Memfasilitasi perselisihan antara Satker P3MD Provinsi dengan

pendamping professional;8. Melakukan supervisi Satker P3MD Provinsi dalam menindaklanjuti hasil

audit BPKP/BPK;9. Melakukan supervisi Satker P3MD Provinsi dalam penanganan masalah

berkaitan dengan pembinaan dan pengelolaan pendamping professional;10. Mengelola laporan dekonsentrasi sesuai peraturan yang ditetapkan.

B. SEKRETARIAT NASIONAL

Seknas P3MD melaksanakan tugas memberikan dukungan teknis danadministrasi pelaksanaan tugas direktorat PMD, dengan tugas pokok dantanggungjawab Seknas P3MD meliputi :1. Mengkoordinasikan perumusan kebijakan kebijakan perencanaan dan

pelaksanaan anggaran khususnya berkenaan dengan pengembangankapasitas desa, perencanaan pembangunan partisipatif, peraturan desa,ketahanan masyarakat desa dan kerjasama serta kemitraan masyarakatdesa;

2. Mendistribusikan seluruh kebijakan program ke provinsi dan kabupaten;3. Menjalankan fungsi counterpart bagi tenaga ahli pendampingan undang

undang desa dalam merencanakan dan mengendalikan pelaksanaanprogram;

4. Menjalankan fungsi penyebaran informasi, sosialisasi kebijakan, dan publikrelation;

5. Menjalankan fungsi pembinaan satker dekonsentrasi serta pengelolaansistem akuntansi instansi (SAI), pemanfaatan dana dekosentrasi;

6. Menjalankan fungsi pengelolaan administrasi dan keuangan, meliputipengelolaan administrasi umum, pengelolaan administrasi keuangan, faktur(invoicing) serta verifikasi keuangan internal;

7. Mengkoordinasikan pelaksanaan workshop, rapat kordinasi nasional, rapat-rapat kerja, pelatihan pelatihan serta kegiatan pertemuan lainnya dalamkerangka pendampingan desa;

8. Melakukan monitoring, supervisi dan evluasi peaksanaan kegiatanpembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa di daerah.

Page 14: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

8 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

C. SATKER P3MD PROVINSI

Tugas dan tanggung jawab Satker P3MD Provinsi berkaitan denganpelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalianpendamping professional meliputi:1. Mengelola pelaksanaan dekonsentrasi sesuai dengan kebijakan yang

ditetapkan Pemerintah.2. Mengelola pengadministrasian dan penyaluran dana dekonsentrasi yang

meliputi:a) Mengajukan Surat Permintaan Pembayaran/SPP kepada Kuasa

Pengguna Anggaran yang dilengkapi dokumen pendukung yang sah;b) Menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM);c) Mengajukan SPM ke KPPN;d) Memantau penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebagai

dasar pembayaran kegiatan-kegiatan yang dibiayai dana dekonsentrasi.3. Mengajukan usulan perubahan anggaran di dalam pagu DIPA Dekonsentrasi

yang digunakan untuk pembiayaan pendamping profesional kepada SatkerPusat sebagai bahan pertimbangan dalam rangka revisi DIPADekonsentrasi.

4. Melakukan rekrutmen untuk memenuhi kebutuhan pendamping profesionalsesuai dengan panduan yang ditetapkan Satker Pusat.

5. Mengelola kontrak individual pendamping dan administrasi kontraktual,meliputi:a) Mengelola dokumen kontrak kerja antara Satker P3MD Provinsi dengan

pendamping profesional;b) Menerbitkan Surat Perintah Tugas (SPT) untuk pendamping profesional;c) Mengadministrasikan dokumen kontrak individual;d) Melakukan pembayaran dan pengadministrasian pembayaran sebagai

berikut:i. Membuat Daftar Nominatif Pembayaran Honorarium dan biaya

operasional (DNPHBO) Pendamping Profesional;ii. Menyalurkan honorarium d a n biaya operasional sesuai dengan

peraturan yang sudah ditetapkan;iii. Memastikan pembayaran honorarium dan biaya operasional diterima

tepat waktu oleh pendamping profesional;e) Menerbitkan surat PHK terhadap pendamping profesional apabila terjadi

pelanggaran kontrak kerja yang dilakukan oleh pendamping profesional;f) Mengelola laporan individual pendamping profesional.

6. Melaksanakan fungsi administrasi umum yang meliputi:a) Mengesahkan dokumen SPPD pendamping profesional;b) Menerbitkan undangan yang dibutuhkan dalam rangka keperluan rapat,

pelatihan, workshop dan kegiatan penunjang lain yang diselenggarakandi provinsi dan atau tempat lain.

7. Membina dan mengendalikan pendamping profesional dari aspek kineja,administrasi dan koordinasi yang meliputi:a) Supervisi pengelolaan administrasi yang dikelola oleh pendamping

profesional;b) Mengelola dan melakukan pemutakhiran data pendamping profesional

secara berkala bulanan yang ditetapkan dalam dokumen Daftar IndukPendamping Profesional;

Page 15: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

9 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

c) Melakukan evaluasi kinerja dan menyampaikan rekomendasi ke SatkerPusat atas hasil evaluasi kinerja pendamping profesional sesuai denganpanduan yang telah ditetapkan (SOP Evaluasi Kinerja PendampingProfesional).

8. Menyusun laporan dekonsentrasi.

D. SEKRETARIAT SATKER P3MD PROVINSI

Tugas dan tanggung jawab Sekretariat Satker P3MD Provinsi berkaitan denganpelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan dan pengendalianpendamping profesional meliputi:1. Memepersiapkan dokumen kontrak kerja antara Satker P3MD Provinsi dan

Pendamping Profesional;2. Mengelola dokumen administrasi sebagai berikut:

a) Mengelola dokumen kontrak pendamping;b) Mengumpulkan polis asuransi dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);c) Mengumpulkan dokumen administrasi kontrak individual dari Bulan

Sebelumnya yang meliputi: Lembar Waktu Kerja (LWK), LaporanKunjungan, laporan individu, laporan rekapitulasi penerimaan honorariumdan biaya operasional, serta bukti pendukung lain yang disampaikanpendamping;

d) Menyusun Daftar Induk Pendamping Profesional;e) Menyusun draft cuti/ijin/PHK pendamping profesional.

3. Memproses pembayaran pendamping profesional yang meliputi:a) Pengajuan dokumen SPM ke KPPN;b) Pemantauan diterbitkannya SP2D oleh KPPN sebagai dasar

pembayaran kegiatan-kegiatan yang dibiayai dana dekonsentrasi;c) Memastikan honorarium dan tunjangan pendamping diterima tepat waktu.

4. Menyusun laporan Satker P3MD Provinsi tentang pelaksanaandekonsentrasi.

E. SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN/KOTA YANGMEMBIDANGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

Dalam rangka pembinaan dan pengendalian tenaga pendamping professional, diKabupaten/Kota, SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat desabertugas dan berwenang untuk mengoordinasikan pendamping profesionaldengan stakeholder di wilayahnya, termasuk melakukan pengawasan,pengendalian dan pembinaan diantaranya adalah :1. Melakukan evaluasi kinerja terhadap Pendamping Profesional;2. Melakukan supervisi terhadap kinerja lapangan Pendamping Profesional;3. Melakukan supervisi terhadap kinerja administrasi Pendamping Profesional;4. Melakukan rapat rapat koordinasi dengan Pendamping Profesional;5. Bekerjasama dengan TAPM dalam melakukan pembinaan dan pengendalian

PD dan PLD;6. Dapat membentuk tim pembina tingkat kabupaten terdiri dari SKPD teknis

dengan koordinator SKPD yang membidangi pemberdayaan masyarakat.

Page 16: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

10 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

F. CAMAT

Camat sebagai pemangku wilayah kecamatan yang dalam pelaksanaanpembangunan dan pemberdayaan masyarakat dibantu oleh kepala seksi yangmembidangi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa bertugas untukmengkoordinasikan pendamping profesional dengan stakeholder di wilayahnya,termasuk melakukan pengawasan, pengendalian dan pembinaan diantarayaadalah:1. Melakukan evaluasi kinerja terhadap PD dan PLD;2. Melakukan supervisi terhadap kinerja lapangan PD dan PLD;3. Melakukan supervisi terhadap kinerja administrasi PD dan PLD;4. Bekerjasama dengan Pendamping Desa dalam melakukan pembinaan dan

pengendalian PLD.

G. KEPALA DESA

Kepala Desa/Nama Lain sebagai pemangku wilayah Desa dalam pelaksanaanpembangunan dan pemberdayaan masyarakat, melakukan koordinasi dengansemua pihak termasuk pendamping profesional di Desa dengan stakeholderlainnya, termasuk melakukan pengawasan, pengendalian dan pembinaandiantaraya adalah:1. Melakukan evaluasi kinerja terhadap PLD;2. Melakukan supervisi terhadap kinerja lapangan PLD;3. Melakukan supervisi terhadap kinerja administrasi PLD;4. Melakukan rapat rapat koordinasi dengan PLD.

H. KONSULTAN NASIONAL (KN)

Berkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan danpengendalian Pendamping Profesional, KN berkewajiban melaksanakan tugaspokok dan fungsi sebagai berikut:1. Konsultan Nasional Pengembangan Program (KN-PP)

KNPP bertanggungjawab mengembangkan pelaksanaan UU Desa denganmemastikan kualitas kinerja perencanaan dan implementasi program. KNPPakan bekerjasama dengan PPA KNPP, PPA KNPPD dan 7 (tujuh) PPA KPW.Ada tiga aspek utama yang menjadi tugas pokok dan fungsi KMN yaitu:a. penganalisa dan penyusun rancangan kebijakan pendampingan

pembangunan desa;b. penganalisa dan penyusun rancangan kebijakan fasilitasi dan

pendampingan pemberdayaan masyarakat desa;c. perancang program pendampingan pembangunan desa; dand. perancang program pendampingan pemberdayaan masyarakat desa.

Fungsi KNPP sebagai penganalisa dan penyusun rancangan kebijakanpembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa meliputi: menyediakanpertimbangan-pertimbangan untuk kebutuhan penetapan kebijakan,merekomendasikan solusi dan kebijakan-kebijakan alternatif danmempersiapkan rancangan kebijakan.

Page 17: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

11 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Fungsi KNPP sebagai perancang program pembangunan desa meliputi:menyediakan rancangan program pendampingan pembangunan desa yangdisusun berdasarkan kondisi obyektif desa-desa di Indonesia, penerjemahansolusi dan kebijakan-kebijakan alternatif, serta kebutuhan strategis dalamrangka meningkatkan kualitas dan kuantitas program pembangunan desa.Fungsi KNPP sebagai perancang program pemberdayaan masyarakat desameliputi: menyediakan rancangan program fasilitasi pemberdayaanmasyarakat desa yang disusun berdasarkan kondisi obyektif desa-desa diIndonesia, penerjemahan solusi dan kebijakan-kebijakan alternatif, sertakebutuhan strategis dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitasprogram pemberdayaan masyarakat desa.

KNPP bertanggungjawab mensukseskan pelaksanaan UU Desa, memberikanpertimbangan analitis dan juga menyusun materi-materi yang menjadi bagianpenting dari kebijakan Satker Pusat - Direktorat PMD Ditjen PPMD. Olehkarena itu, KNPP berkewajiban untuk merekomendasikan kepada SatkerPusat - Direktorat PMD Ditjen PPMD perihal kebijakan dan programpembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Satker Pusat - DirektoratPMD Ditjen PPMD akan mengkoordinasikan atau memberikan instruksi padaunit-unit kerja lainnya seperti Sekretariat Pusat P3MD, Satker P3MD Provinsi,KN-PKMD, KNPPD, dan 7 (tujuh) unit KPW, maupun pemerintah daerahkabupaten/kota, pendamping teknis di kabupaten/kota dan pendamping desadi kecamatan.

2. Konsultan Nasioal Pengendalian Pembangunan Desa (KN-PPD)KNPPD bertanggungjawab mengembangkan pelaksanaan UU Desa denganmemastikan kualitas kinerja perencanaan dan implementasi program. KNPPDakan bekerjasama dengan PPA KNPP, PPA KN-PKMD dan 7 (tujuh) PPAKPW. KNPPD bertanggungjawab mengembangkan pelaksanaan P3MDdengan memastikan kualitas kinerja perencanaan, pelaksanaan danpengawasan pembangunan desa. Ada empat aspek utama yang menjaditugas pokok dan fungsi KNPPD yaitu: 1) sebagai supervisor perencanaanpembangunan desa, 2) sebagai supervisor pelaksanaan pembangunan desa,3) sebagai supervisor pengawasan pembangunan desa, 4) sebagai supervisorpenanganan pengaduan dan masalah, dan 5) sebagai pengelola publikasipembangunan desa.

Fungsi KNPPD sebagai supervisor/pengendali perencanaan pembangunandesa meliputi: monitoring dan supervisi, pengembangan dan dukunganfasilitasi kepada konsultan di provinsi maupun pendamping di kabupaten dankecamatan dalam rangka perencanaan pembangunan desa.

Fungsi KNPPD sebagai supervisor/pengendali pelaksanaan pembangunandesa meliputi: monitoring dan supervisi, pengembangan dan dukunganfasilitasi kepada konsultan di provinsi maupun pendamping di kabupaten dankecamatan dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa.

Fungsi KNPPD sebagai supervisor/pengendali pengawasan pembangunandesa meliputi: monitoring dan supervisi, pengembangan dan dukungan

Page 18: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

12 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

fasilitasi kepada konsultan di provinsi maupun pendamping di kabupaten dankecamatan dalam rangka pengawasan pembangunan desa.

Fungsi KNPPD sebagai supervisor/pengendali penanganan pengaduan danmasalah meliputi: monitoring dan supervisi, pengembangan dan dukunganfasilitasi kepada konsultan di provinsi maupun pendamping di kabupaten dankecamatan dalam rangka penanganan pengaduan dan penyelesaian masalahpembangunan desa.

Fungsi KNPPD sebagai pengelola publikasi adalah mendukung manajemendan pelaksanaan program yang menyediakan manajemen database daninformasi memadai dan tepat waktu bagi proses pengambilan keputusan,serta pengelolaan laporan pembangunan dan publikasi hasil-hasilpelaksanaan pembangunan.

KNPPD bertanggungjawab mensukseskan pelaksanaan UU Desa,memberikan pertimbangan analitis dan juga menyusun materi-materi yangmenjadi bagian penting dari kebijakan Satker Pusat - Direktorat PMD DitjenPPMD. Oleh karena itu, KNPPD berkewajiban untuk merekomendasikankepada Satker Pusat - Direktorat PMD Ditjen PPMD perihal kebijakan danprogram pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Satker Pusat -Direktorat PMD Ditjen PPMD akan mengkoordinasikan atau memberikaninstruksi pada unit-unit kerja lainnya seperti Sekretariat Pusat P3MD, SatkerP3MD Provinsi, KNPP, KN-PKMD, dan 7 (tujuh) unit KPW, maupunpemerintah daerah kabupaten/kota, pendamping teknis di kabupaten/kota danpendamping desa di kecamatan.

3. Konsultan Nasional Pengembangan Kapasitas Masyarakat Desa (KN-PKMD)KN-PKMD bertanggungjawab mengembangkan pelaksanaan UU Desadengan memastikan kualitas pengembangan kapasitas masyarakat desa. KN-PKMD akan bekerjasama dengan PPA KNPP, PPA KNPPD dan 7 (tujuh) PPAKPW.

Ada tiga aspek utama yang menjadi tugas pokok dan fungsi KN-PKMD yaitu:a. penyusun grand design pengembangan kapasitas masyarakat desa;b. fasilitasi pengelolaan sumberdaya manusia pendampingan desa;c. fasilitasi pengelolaan pembelajaran masyarakat desa;d. fasilitasi pengelolaan kaderisasi masyarakat desa.

Fungsi KN-PKMD sebagai penyusun grand design pengembangan kapasitasmasyarakat desa meliputi: menyediakan pertimbangan-pertimbangan untukkebutuhan penetapan grand design pengembangan kapasitas masyarakatdesa, merekomendasikan solusi dan rumusan alternatif tindakan yang akandirumuskan dalam grand design pengembangan kapasitas masyarakat desa.

Fungsi KN-PKMD sebagai fasilitator pengelolaan SDM tenaga pendampingandesa (pendamping teknis, pendamping desa, dan pendamping lokal desa)meliputi: proses rekrutmen pendamping, kebijakan kontrak, mobilisasi dandemobilisasi, relokasi maupun pemutusan hubungan kerja.

Page 19: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

13 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Fungsi KN-PKMD sebagai fasilitator pembelajaran dan pelatihan bagi tenagapendampingan desa, Setrawan dan masyarakat desa meliputi: perencanaan,pelaksanaan dan pemantauan pembelajaran/pelatihan bagi tenagapendampingan desa, Setrawan dan KPMD.

Fungsi KN-PKMD sebagai fasilitator kaderisasi masyarakat desa meliputi:perencanan kaderisasi dan pelaksanaan kaderisasi (pembentukan, pelatihan,pembelajaran kader) serta KPMD.

KN-PKMD harus bertanggungjawab dalam mensukseskan pelaksanaan UUDesa, memberikan pertimbangan analitis dan juga menyusun materi-materipengembangan kapasitas masyarakat desa yang menjadi bagian penting darikebijakan Satker Direktorat PMD Ditjen PPMD. Oleh karena itu, KN-PKMDberkewajiban untuk merekomendasikan kepada Satker Direktorat PMD DitjenPPMD perihal kebijakan dan program pembangunan dan pemberdayaanmasyarakat desa. Satker Direktorat PMD Ditjen PPMD akanmengkoordinasikan atau memberikan instruksi pada unit-unit kerja lainnyaseperti Sekretariat Pusat P3MD, Satker P3MD Provinsi, KN-PKMD, KNPPD,dan 7 (tujuh) unit KPW, maupun pemerintah daerah kabupaten/kota,pendamping teknis di kabupaten/kota dan pendamping desa di kecamatan.

Pelaksanaan pengembangan kapasitas masyarakat desa sebagai upayamemperkuat pelaksanaan UU Desa harus dimonitor secara terus-menerus.Karenanya, laporan menjadi bagian penting dari supervisi terhadap kinerjapendampingan desa. KN-PKMD bertugas mengumpulkan data dan informasitentang perkembangan pengembangan kapasitas desa utamanyapendampingan desa yang dilakukan secara periodik. Dalam rangkamerealisasikan hal-hal dimaksud, semua pihak yang mengelola kegiatanpengembangan kapasitas masyarakat desa dalam lingkup programpembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa (P3MD) mengirimkanlaporan ke KN-PKMD.

I. KONSULTAN PENDAMPINGAN WILAYAH (KPW)

KPW bertanggungjawab memfasilitasi proses pendampingan desa yang sesuaidengan mandat UU Desa. KPW akan didukung oleh KN-PKMD dalammeningkatkan kapasitas pelaku program. Ada tiga aspek tugas dari KPW yaitu:1) sebagai supervisor pelaksanaan pendampingan desa, 2) pengelolaandukungan pengendalian kontrak individu tenaga pendamping yang dikelolaSatker P3MD Provinsi, dan 3) event organizer.

KPW harus bertanggungjawab dalam mensukseskan pendampingan desa.KPW berkewajiban untuk merekomendasikan kepada Satker Pusat - DirektoratPMD Ditjen PPMD informasi balik dalam rangka pengembangan kebijakan danprogram pendampingan desa. Satker Pusat - Direktorat PMD Ditjen PPMDakan mengkoordinasikan atau memberikan instruksi pada unit-unit kerja lainnyaseperti: Sekretariat Pusat P3MD, Satker P3MD Provinsi, KNPP, KN-PKMD,KNPPD, maupun pemerintah daerah kabupaten/kota, pendamping teknis dikabupaten/kota dan pendamping desa di kecamatan.

Page 20: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

14 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Pelaksanaan pendampingan desa harus dimonitor secara terus-menerus.Karenanya, laporan menjadi bagian penting dari supervisi terhadappendampingan desa. KPW bertugas mengumpulkan data dan informasi tentangperkembangan pelaksanaan pendampingan desa secara periodik. Dalamrangka merealisasikan hal-hal dimaksud, semua para pendampingberkewajiban memberikan laporan kepada KPW. Pendamping Lokal Desamelapor kepada Pendamping Desa, Pendamping Desa melapor kepadaPendamping Teknis, Pendamping Teknis melapor kepada Team Leader KPWProvinsi, dan TL KPW Prov akan mengirimkan laporan ke KPW Pusat. Dalamrangka mendukung kelancaran pengiriman data dan informasi dari tingkatlapangan ke Satker Pusat - Direktorat PMD, KPW Pusat akan didukung olehjajaran spesialis manajemen data dan spesialis MIS.

Pelaksanaan pengendalian program oleh KPW disetiap provinsi akandikoordinasikan oleh Team Leader Provinsi (TL KPW Provinsi) yang ahli dibidang manajemen proyek. TL KPW Provinsi akan melaporkan hasilpekerjaannya kepada Team Leader KPW. TL KPW Provinsi mempunyai tugasdan tanggungjawab dalam koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan danpemberian dukungan pengendalian kinerja konsultan dan pendamping dalammenyusun dan mengimplementasikan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL),pengelolaan Sistem Peringatan Dini (early warning system), evaluasi kinerjakonsultan dan pendamping, pengendalian pencairan dana desa, pengendalianpenanganan masalah implementasi pembangunan dan pemberdayaanmasyarakat desa di tingkat lapangan, pengelolaan fasilitasi audit berbasismasyarakat terhadap penggunaan dana desa, serta fasilitasi monitoringindependen oleh LSM dan media massa.

Apabila terdapat posisi dan fungsi yang belum dapat dilaksanakan/dipenuhiakibat belum tersedianya Konsultan di Provinsi, maka Team Leader KPW(pusat) setelah berkonsultasi dengan Satker Provinsi setempat menugaskansementara Konsultan KPW di Provinsi yang dipandang mampu untukmenjalankan fungsi dari posisi kosong dimaksud dengan persetujuan SatkerPusat.

Kendatipun tenaga pendamping profesional dikontrak secara individual olehSatker Dekonsentrasi P3MD di BPMD Provinsi, namun aktivitas mereka sehari-hari dikelola dan dibawah supervisi TL KPW Provinsi. Berkaitan denganpengelolaan kontrak individu tenaga pendamping, KPW bertanggungjawabuntuk:1. memberikan dukungan dengan menyediakan spesialis pengelolaan

sumberdaya manusia;2. mengumpulkan dokumen administrasi sebagai bukti pencairan uang maupun

bukti pembayaran kepada setiap individu pendamping;3. memberikan rekomendasi kepada Satker Dekonsentrasi P3MD di BPMD

Provinsi berkaitan dengan rekrutmen pendamping, kebijakan kontrak,mobilisasi dan demobilisasi, relokasi maupun pemutusan hubungan kerja.

Page 21: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

15 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

J. TENAGA AHLI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (TAPM)

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang meliputi Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat Desa (TA-PMD), Tenaga Ahli Infrastruktur Desa(TA-ID), Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa (TA-PED), Tenaga AhliPengembangan Teknologi Tepat Guna (TA-PTTG), Tenaga Ahli PembangunanPartisipatif (TA-PP) dan Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar (TA-PSD).Secara khusus masing masing TA mempunyai tugas dan fungsi sebagaiberikut:

1. Tugas Pendampingan

a. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa (TA-PMD)Tupoksi pendampingan adalah melakukan fasilitasi, pendampingan danpenguatan kapasitas pendamping dalam hal:

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator1) Membantu

pemerintah daerahKabupaten/Kotaterkait sosialisasiUndang-UndangNo. 6 Tahun 2014tentang Desa.

TerselenggaranyaSosialisasi Undang-Undang No. 6 Tahun2014 tentang Desa.

a) Terdistribusinya bahan-bahan SosialisasiUndang-Undang No. 6Tahun 2014 tentangDesa;

b) Meningkatnyapemahaman pemangkukepentingan terhadapUndang-Undang No. 6Tahun 2014 tentangDesa.

2) Membantupenyusunanregulasi daerah.

Tersedianya regulasidaerah denganprioritas peraturanBupati/Wali kotatentang daftarkewenanganberdasarkan hak asalusul dankewenangan lokalberskala Desa danregulasi tentangpemberdayaanmasyarakat Desa.

Terfasilitasinya regulasidaerah dengan prioritasperaturan Bupati/Wali kotatentang daftar kewenanganberdasarkan hak asal usuldan kewenangan lokalberskala Desa dan regulasitentang pemberdayaanmasyarakat Desa.

3) Melakukansupervisi PDdalammemfasilitasipenyusunanproduk hukumdesa.

Pendamping desamampu memfasilitasipenyusunan produkhukum Desa.

Terfasilitasinya penyusunanproduk hukum Desa.

4) Meningkatkankapasitas PD danPLD dalam

Meningkatnyakapasitas PD danPLD dalam

a) Tersusunnya kurikulumdan modul pelatihan PD,PLD dan kader Desa;

Page 22: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

16 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

memfasilitasiprosespembangunandesa.

memfasilitasi prosespembangunan desa.

b) Meningkatnyaketerampilan PD dan PLDdalam memfasilitasiPembangunan Desa danpemberdayaanmasyarakat sertapenyusunan produkhukum Desa;

c) Tersedianya bukubimbingan danpengendalian kinerjapendamping.

5) Membantu PDdalammemfasilitasikaderisasimasyarakat desa.

Adanya sejumlahkader desa yangterlatih.

a) Rencana kegiatankaderisasi masyarakatdesa di desa dan/atauantardesa;

b) Terselenggaranyakaderisasi masyarakatdesa di desa dan/atauantardesa;

c) Setiap desa memilikikader desa sesuaikebutuhan.

6) Membantu PDdalam Fasilitasikerja samaantardesa danpihak lainnyadalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa.

Proses fasilitasi kerjasama antardesadalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat de0073aberjalan dengan baik.

a) Tersusunnya rencanakerja sama antardesadalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa;

b) Terfasilitasinya kerjasama antardesa dan pihaklainnya dalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa.

7) Fasilitasi SatuanKerja PerangkatDaerah (SKPD)untukmendampingi desamelaksanakanpemberdayaanmasyarakat desa.

Satuan KerjaPerangkat Daerah(SKPD) dapatmemfasilitasi danmendampingi Desamelaksanakanpemberdayaanmasyarakat danpembangunan desadengan baik.

a) Panduan pendampinganSKPD dalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa;

b) Pendampingan SKPDdalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desaterlaksana;

c) Terselenggaranyakegiatan kerjasama desadengan pihak ketiga.

8) Fasilitasi Adanya sistem Masyarakat memperoleh

Page 23: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

17 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

pengembanganmedia informasidesa untukmasyarakat desa.

informasi desa yangmudah diakses olehmasyarakat desa.

informasi yang memadaitentang kegiatanpembangunan di desa.

b. Tenaga Ahli Infrastruktur Desa (TA-ID)Tupoksi utama adalah melakukan fasilitasi, pendampingan dan penguatankapasitas pendamping dalam hal:

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator1) Membantu PD

dalam fasilitasipembangunan danpengelolaaninfrastruktur desa.

Proses fasilitasipembangunan danpengelolaan saranadan prasarana desaberjalan dengan baik.

a) Tersedianya dokumenrekapitulasi rencanapembangunaninfrastruktur desaberdasarkan RKP Desa;

b) Desain dan anggaranpembangunaninfrastruktur desa sesuaidengan kebutuhan danspesifikasi teknis;

c) Terbangunnyainfrastruktur desa yangberkualitas, berfungsi danbermanfaat.

2) Membantu PDdalampembentukan danpeningkatankapasitas kaderteknik desa.

Adanya kader teknikdesa yang mampumenjalankan tugasdan fungsi denganbaik.

a) Tersedianya data kader-kader teknis desa yangtelah terlatih;

b) Adanya pengembanganyang berkelanjutan bagikader-kader teknik Desadalam pelaksanaanpembangunaninfrastruktur desa.

3) Membantu SKPDmendampingi desadalamperencanaan,pelaksanaan,pengelolaan danpemeliharaaninfrastruktur desatermasuksertifikasiinfrastruktur desa.

Terlaksananyapendampingan Desaoleh SKPD dalampembangunaninfrastruktur desa.

a) Adanya data kegiatanperencanaan,pelaksanaan, pengelolaandan pemeliharaaninfrastruktur desa;

b) Adanya dokumensertifikasi infrastrukturdesa;

c) Terselenggaranyabimbingan teknis dariSKPD terhadap kegiataninfrastruktur desa, yangmembutuhkanpenanganan khusus.

4) Melakukankoordinasi denganSKPD terkait dan

Terjadinya koordinasidengan SKPD terkaitdan pihak lainnya

a) Tersedianya informasirencana pembangunandaerah dan pihak lainnya

Page 24: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

18 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

pihak lainnyadalam halperencanaan,pelaksanaan,pengelolaan danpemeliharaaninfrastruktur desa.

dalam halperencanaan,pelaksanaan,pengelolaan danpemeliharaaninfrastruktur desa.

kepada desa;b) Terinformasikannya

standar harga satuanbarang kabupaten/kotakepada desa;

c) Terinformasikannyadesain atau konstruksiinfrastruktur yang sesuaidengan kekhususandaerah setempat.

5) Membantupenyusunanregulasi daerah.

Tersedianya regulasidaerah denganprioritas peraturanbupati/ wali kotatentang pengadaanbarang dan jasa.

Tersedianya regulasi tentangpengadaan barang dan jasadan standar harga satuanbarang kabupaten/ kota.

6) MeningkatkankapasitasPendamping DesaTeknikInfrastruktur.

TerselenggaranyapeningkatankapasitasPendamping DesaTeknik Infrastruktur.

a) Tersusunnya kurikulumdan modul pelatihan PD-TI dan kader Teknik;

b) Meningkatnyaketerampilan PD-TI dankader teknik;

c) Tersedianya bukubimbingan danpengendalian kinerjapendamping.

c. Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif (TA-PP)Tupoksi utama adalah melakukan fasilitasi, pendampingan dan penguatankapasitas pendamping dalam hal:

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator1) Memfasilitasi

PemerintahDaerahKabupaten/Kotadalam penyusunanregulasipembangunandesa/ antar desayang partisipatifdan regulasi lainyang disyaratkanterkaitimplementasi UUDesa.

Adanya regulasipembangunan desa/antardesa yangpartisipatif danregulasi lain yangdisyaratkan terkaitimplementasi UUDesa.

a) Terselenggaranyakegiatan penyusunanregulasi pembangunandesa/ antardesa yangpartisipatif;

b) Terselenggaranyakegiatan penyusunanregulasi tentangpenghitungan alokasidana desa tiap-tiap desadan pengelolaankeuangan desa.

2) Membantupemerintah daerahdan pemerintahdesa dalam halkoordinasi dan

Terjadinya koordinasidan sinkronisasirencanapembangunan Desadengan rencana

a) Tersedianya datarencana program-program desa berskalalokal desa, maupunprogram-program

Page 25: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

19 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

sinkronisasiperencanaanpembangunandesa denganperencanaanpembangunandaerah

pembangunandaerah.

kawasan perdesaandengan rencanapembangunan daerah;

b) Terjadinya koordinasidan sinkronisasiprogram-program desaberskala lokal desa,maupun program-program kawasanperdesaan denganrencana pembangunandaerah.

3) Membantu PDdalam fasilitasiperencanaan,pelaksanaan danpengawasanpembangunandesa.

Terfasilitasinyaperencanaan,pelaksanaan danpengawasanpembangunan desa..

a) DitetapkannyaRPJMDesa, RKP Desa,dan APBDesa;

b) Terselenggaranyapelaksanaan danpengawasanpembangunan desa;

c) Tersedianya data hasilpembangunan desa, baikkegiatan maupunkeuangan.

4) Membantu PDdalam menfasiltasikerjasama antarDesa dan pihaklain dalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa.

Terfasilitasinyakerjasama antardesadan pihak lain dalamrangka pembangunandan pemberdayaanmasyarakat desaberjalan dengan baik.

a) Adanya rencanakerjasama antardesa danpihak lain dalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa;

b) Adanya kerjasama antardesa dan pihak laindalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa.

5) Membantu SatuanKerja PerangkatDaerah (SKPD)dan pihak laindalammendampingidesa/ antardesamelaksanakanpembangunanpartisipatif.

Satuan KerjaPerangkat Daerah(SKPD) dan pihaklain dapatmemfasilitasi danmendampingi desa/antardesamelaksanakanpembangunanpartisipatif.

a) Terfasilitasinyapenyusunan Panduanpendampingan SKPDdan pihak lain dalamrangka pembangunanpartisipatif;

b) TerlaksananyaPendampingan SKPDdan pihak lain dalamrangka pembangunanpartisipatif di desa/antardesa.

6) Membantu PD danPLD dalammemfasilitasi Desa

Adanya sisteminformasi desa yangmudah diakses oleh

Masyarakat memperolehinformasi yang memadaitentang kegiatan

Page 26: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

20 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

mengembangkanmedia informasidesa untukmasyarakat desa.

masyarakat desa. pembangunan di desa.

7) Meningkatkankapasitas PD danPLD dalammendampingiDesa/ antardesamenerapkanpembangunanpartisipatif.

Terwujudnyapeningkatankapasitas PD danPLD

a) Tersedianya kurikulumdan modul pelatihanpembangunanpartisipatif;

b) Terselenggaranyapeningkatan kapasitasPD dan PLD denganmenggunakan modulpelatihan yang ada(termasuk modulpengelolaan keuanganDesa dan perpajakan);

c) Terwujudnyapembangunan partisipatifyang menjaminketerlibatan wargamiskin, kaumperempuan, difabel, dankelompok marginallainnya.

d. Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa (TA-PED)Tupoksi utama adalah melakukan fasilitasi, pendampingan, dan penguatankapasitas pendamping dalam hal:

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator1) Membantu PD

dalam fasilitasipembentukan,pengelolaan,pengembangandan pemasaranhasil usahaBUMDes/BUMDesbersama.

Proses fasilitasi olehPD dalampembentukan,pengelolaan ,pengembangan danpemasaran hasilusahaBUMDes/BUMDesbersama dapatterlaksana.

a) Tersosialisasikannyakonsep dan prosedurpembentukan,pengelolaan ,pengembangan danpemasaran hasil usahaBUMDes/ BUMDesbersama;

b) Tersusunnya rencanakerja pembentukan,pengelolaan danpengembanganBUMDes/ BUMDesbersama;

c) Terselenggaranyapendampingan danpembinaan daripemerintah daerahdalam pembentukan,pengelolaan danpengembangan BUM

Page 27: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

21 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Des/BUMDes bersama;d) Terjadinya proses saling

belajar dalampembentukan danpengembanganBUMDes/BUMDesbersama.

2) Memfasilitasipemerintahkabupaten/ kotadalam penyusunanregulasi yangmemberikaninsentifterbentuknyaBUMDes/BUMDes bersama.

Ditetapkannyaregulasi yangmemberikan insentifterbentuknyaBUMDes/ BUMDesbersama.

Terfasilitasinya penyusunanregulasi yang memberikaninsentif terbentuknyaBUMDes/BUMDes bersama

3) Membantu PDdalam fasilitasipembentukan,pengelolaan danpengembanganpasar desa.

Adanya pasar Desayang aktif danberkembang

a) Terlaksananya pelatihan-pelatihan pengelolaanpasar desa;

b) Terfasilitasinyapembentukan,pengelolaan danpengembangan pasarDesa berjalan sesuairegulasi yang ada.

4) Membantu PDdalam fasilitasiakses permodalan,promosi,pemasaran hasilusaha ekonomitermasuk usahaekonomi kreatifdesa danpengembanganjaringanpemasaran hasilusaha ekonomidesa.

a) Terbentuknyaberbagai unitusaha kecil danmenengah didesa yangdidukung denganjaringanpemasaran hasilusaha;

b) Berkembangnyakredit modalusaha ekonomidanpengembanganusaha kreditmikro desa.

a) Terlaksananya promosipemasaran rutin hasil-hasil usaha ekonomiproduktif termasuk usahaekonomi kreatif desa;

b) Tersedianya data danaktifitas jaringanpemasaran hasil-hasilusaha ekonomi produktifdesa;

c) Terfasilitasinya promosipemasaran hasil usahaekonomi desa danpengembangan jaringanpemasaran hasil usahaekonomi desa melaluiberbagai media;

d) Tersedianya lembagapengelolapengembangan kreditmodal usaha ekonomidesa;

e) Terwujudnya mediadiseminasi model-model

Page 28: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

22 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

dan pengetahuan barutentang pengembanganekonomi perdesaan.

5) MembantuPendamping Desadalam fasilitasipengembangankewirausahaandesa.

Proses fasilitasipengembangankewirausahaan Desaterlaksana denganbaik.

Tumbuhnyakewirausahawan di desadan antardesa yangdiwujudkan melaluikegiatan-kegiatankewirausahaan yangkongkrit di desa.

6) Fasilitasi SKPDdan pihak lainyang bermaksuduntukmendampingi desadalammengembangkanekonomi desa.

SKPD dan pihak laindapat mendampingiDesa dalammengembangkanekonomi desa.

Terfasilitasinya SKPDKabupaten/Kota dan pihaklain untuk mendampingidesa dalam rangkapengembangan ekonomidesa.

7) Meningkatkankapasitas PD danPLD dalammendampingiDesa/ antardesauntukpengembanganekonomi desa.

Terwujudnyapeningkatankapasitas PD danPLD untukpengembanganekonomi desa.

a) Tersedianya kurikulumdan modul pelatihanpengembangan ekonomidesa;

b) Terselenggaranyapeningkatan kapasitasPD dan PLD denganmenggunakan modulpelatihan.

8) Membantu PD danpemerintah desadalam koordinasipengembanganekonomi desa.

Terjadinya koordinasidalam halpengembanganekonomi desa.

Tersedianya data daninformasi pengembanganekonomi desa.

e. Tenaga Ahli Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TA-TTG)Tupoksi utama adalah melakukan fasilitasi, pendampingan, dan penguatankapasitas pendamping dalam hal:

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator1) Meningkatkan

kapasitas PD danPLD dalammendampingiDesa/ antardesauntukpengembanganteknologi tepatguna.

Terwujudnyapeningkatankapasitas PD danPLD untukpengembanganteknologi tepat guna.

a) Tersedianya kurikulumdan modul pelatihanpengembanganteknologi tepat guna.

b) Terselenggaranyapeningkatan kapasitasPD dan PLD denganmenggunakan modulpelatihan.

2) Memfasilitasipemerintahkabupaten/ kotadalam penyusunan

Ditetapkannyaregulasi tentangpengembanganteknologi tepat guna.

Terfasilitasinya penyusunanregulasi tentangpengembangan teknologitepat guna.

Page 29: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

23 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

regulasi tentangpengembanganteknologi tepatguna.

3) Fasilitasi SKPDdan pihak laindalampengembangandan promositeknologi tepatguna.

Teknologi tepat gunayang ada di Desadapat dimanfaatkanmasyarakat banyakuntuk mendukungperekonomian desadan masyarakatdesa.

a) Tersedianya rencanapengembanganteknologi tepat gunauntuk desa yangberbasis potensi lokaldan ramah lingkungan;

b) Terpromosikannyapendayagunaanteknologi tepat guna didesa;

c) Terselenggarakannyaberbagai kegiatan yangmendukungpengembangan danpenggunaan teknologitepat guna;

d) Tersedianya databaselembaga danperseorangan yangmemiliki programkepedulian dankompetensi terkaitpengembangan danpenggunaan teknologitepat guna.

4) Membantu PD danPLD dalammemfasilitasidesa/ antardesamenggunakanteknologi tepatguna untukkemandirianpangan, energidan sumberdayaalam danterbarukan yangramah lingkungan.

Diterapkannyateknologi tepat gunadi desa/ antardesauntuk kemandirianpangan, energi dansumberdaya alamdan terbarukan yangramah lingkungan.

a) Adanya rencanapenerapan teknologitepat guna di desa/antardesa untukkemandirian pangan,energi dan sumberdayaalam dan terbarukanyang ramah lingkungan;

b) Masyarakat desamampu memanfaatkanteknologi tepat gunayang ada untukmendukung kemandirianpangan, energi dansumberdaya alam danterbarukan yang ramahlingkungan.

5) Membantupemerintah daerahdan pemerintahdesa dalam

Terjadinya koordinasidalam halpengembanganteknologi tepat guna.

Tersedianya data daninformasi pengembanganteknologi tepat guna.

Page 30: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

24 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

koordinasipengembanganteknologi tepatguna.

f. Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar (TA-PSD)Tupoksi utama adalah melakukan fasilitasi, pendampingan, dan penguatankapasitas pendamping dalam hal:

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator1) Meningkatkan

kapasitas PD danPLD dalammendampingi Desa/antardesa terkaitpelayanan sosialdasar.

Terwujudnyapeningkatankapasitas PD danPLD terkaitpelayanan sosialdasar.

a) Tersedianya kurikulumdan modul pelatihanterkait pelayanan sosialdasar;

b) Terselenggaranyapeningkatan kapasitasPD dan PLD denganmenggunakan modulpelatihan.

2) MemfasilitasipemerintahKabupaten/Kotadalam penyusunanregulasi tentangpelayanan sosialdasar.

Ditetapkannyaregulasi tentangpelayanan sosialdasar.

a) Terfasilitasinyapenyusunan regulasitentang standarpelayanan minimum;

b) Terfasilitasinyapelayanan sosial dasardalam RPJMDes,RKPDes, dan APBDes.

3) Fasilitasi SKPD danpihak lain yangbermaksud untukmendampingi desadalammeningkatkanpelayanan sosialdasar.

SKPD dan pihak laindapat mendampingiDesa dalammeningkatkanpelayanan sosialdasar.

Terfasilitasinya SKPDKabupaten/Kota dan pihaklain untuk mendampingidesa dalam rangkameningkatkan pelayanansosial dasar.

4) Membantu PD danPLD dalam fasilitasipelayananpendidikan dankesehatan bagimasyarakat desasecara terpadu.

Meningkatnyapelayananpendidikan dankesehatan bagimasyarakat desa.

a) Adanya pembiayaankegiatan-kegiatanpelayanan pendidikandan kesehatan dalamAPBDesa;

b) Terfasilitasinya kegiatanpelayanan pendidikandan kesehatan di desa.

5) Membantu PD danPLD dalam fasilitasipemberdayaanperempuan, anak,kaumdifabel/berkebutuhan khusus, kelompokmiskin dan

Meningkatnya aksesdan pelayanan sosialdasar bagiperempuan, anak,kaumdifabel/berkebutuhankhusus, kelompokmiskin dan

a) Adanya pembiayaankegiatan-kegiatanpemberdayaanperempuan, anak, kaumdifabel/berkebutuhankhusus, kelompokmiskin dan masyarakatmarginal dalam

Page 31: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

25 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

masyarakatmarginal.

masyarakat marginal. APBDesa;b) Terfasilitasinya kegiatan

pemberdayaanperempuan, anak, kaumdifabel/berkebutuhankhusus, kelompokmiskin dan masyarakatmarginal di Desa.

c) Tersedianya data kaumdifabel/berkebutuhankhusus, kelompokmiskin dan masyarakatmarginal.

6) Membantu PD danPLD dalam fasilitasipelestarian danpengembanganadat, kearifan lokal,seni dan budayadesa.

Adat, kearifan lokal,seni dan budayadesa terjaga denganbaik.

a) Kegiatan pembangunandan pemberdayaanmasyarakat desa, tidakmerusak tatanan adat,kearifan lokal, seni danbudaya di desa;

b) Adanya kegiatan-kegiatan pelestarian danpengembangan adat,kearifan lokal, seni danbudaya di desa.

7) Membantupemerintah daerahdan pemerintahdesa dalamkoordinasipeningkatanpelayanan sosialdasar.

Terjadinya koordinasidalam halpeningkatanpelayanan sosialdasar

Tersedianya data daninformasi terkaitpeningkatan pelayanansosial dasar.

2. Tugas AdministratifDalam hal pembinaan dan pengendalian pendamping profesional, makaTenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) berkewajibanmelaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:a. Menyusun dokumen administrasi individu Tenaga Ahli Pemberdayaan

Masyarakat (TAPM) yang meliputi:1) Penyusunan laporan individu yang dilampiri dengan dokumen

LWK, SPPD, bukti peneriman honorarium dan tunjangan, serta buktipendukung lainnya;

2) Penyampaian laporan individu secara langsung kepada Satker P3MDProvinsi dengan dilampiri dokumen: LWK telah diketahui secara resmioleh kepala seksi yang membidangi pembangunan danpemberdayaan masyarakat di kabupaten, SPPD, laporan perjalanandinas, tanda terima honorarium dan tunjangan, serta bukti pendukunglainnya;

3) Penyampaian laporan individu yang dilampiri LWK, SPPD danlaporan perjalanan dinas kepada TL KPW Provinsi untuk dimintakan

Page 32: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

26 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

persetujuan terhadap dokumen LWK; penyerahan copy NPWP danpolis asuransi pribadi serta bukti pembayaran pajak tahunan (SPT)kepada Satker P3MD Provinsi;

4) Pemantauan pengiriman dokumen administrasi dan laporan individuTA yang ditujukan kepada Satker P3MD Provinsi maupun kepada TLKPW Provinsi.

b. Memfasilitasi Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa dalampenyusunan dokumen administrasi yang meliputi:1) Penyusunan laporan Individu, SPPD, laporan perjalanan dinas,

tanda terima honorarium dan tunjangan, serta bukti pendukung lainyang dibutuhkan;

2) Pemeriksaan kebenaran formulir kunjungan yang disampaikan olehPD dan PLD;

3) Penyampaian hasil verifikasi atas kebenaran isi formulir kunjunganPD;

4) Pelaksanaan kunjungan lapangan sesuai kebutuhan dan tujuansupervisi kepada PD.

c. Memfasilitasi pembayaran honorarium dan tunjangan Pendamping Desadan Pendamping Lokal Desa meliputi:1) Penyusunan laporan rekapitulasi penerimaan honorarium dan

tunjangan PD dan PLD yang ditandatangani secara kolektif olehsetiap PD dan PLD dalam rangka memastikan penerimaanhonorarium dan tunjangan yang bersangkutan;

2) Pemantauan terhadap pengiriman dokumen administrasi danlaporan individu yang dilakukan setiap bulan oleh PD dan PLDkepada Satker P3MD Provinsi;

3) Penyampaian laporan kepada TL KPW Provinsi tentangketerlambatan PD dan PLD dalam menyampaikan laporan individualuntuk selanjutnya dijadikan bahan pengambilan keputusan olehSatker PMD Provinsi dalam menunda pembayaran honorarium dantunjangan pendamping bersangkutan;

4) Pemantauan penyampaian laporan program oleh PD dan PLDsecara tepat waktu. Apabila terjadi keterlambatan penyampaianlaporan program, maka TA berkewajiban melaporkan kepada TL KPWProvinsi untuk selanjutnya dijadikan bahan pengambilan keputusanoleh Satker PMD Provinsi dalam menunda pembayaran honorariumdan tunjangan Pendamping bersangkutan;

5) Penyampaian laporan kepada TL KPW Provinsi tentang dipenuhinyalaporan program dan laporan individual yang sebelumnya belumdilaporkan oleh pendamping untuk dijadikan dasar pembayaranhonorarium dan tunjangan pendamping yang sebelumnya ditunda.

d. Memberikan dukungan kepada Satker P3MD Provinsi dalampengelolaan pendamping profesional yang meliputi:1) Penyampaian laporan kepada Korprov tentang keberadaan

pendamping profesional di lokasi tugas sebagai bahan pemutakhirandata Pendamping yang akan digunakan oleh Satker P3MD Provinsidalam penyusunan daftar nominatif;

2) Pengajuan usulan kepada TL KPW Provinsi berkaitan denganrencana mobilisasi, relokasi dan demobilisasi pendampingprofesional;

Page 33: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

27 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

3) Pelaksanaan evaluasi kinerja terhadap pendamping profesional setiap3 (tiga) bulan;

4) Penyampaian hasil evaluasi kinerja pendamping profesional kepadaTL KPW Provinsi;

5) Penyampaian usulan kepada TL KPW Provinsi terkait pengundurandiri, PHK atau demobilisasi pendamping profesional.

e. Menyampaikan laporan program kepada TL KPW Provinsi secara tepatwaktu.

K. PENDAMPING DESA (PD)

Pendamping Desa (PD) pada Program Pembangunan dan PemberdayaanMasyarakat Desa (P3MD) ini pada dasarnya besifat kolektif (team work) yangdikoordinir oleh salah seorang diantara Pendamping Desa itu sendiri dan dipiliholeh mereka sendiri dan atau difasilitasi oleh supervisornya. PD mempunyaitugas pokok dan fungsi mendampingi desa dalam penyelenggaraanpemerintahan desa, kerjasama antar desa, pengembangan BUMDes, danfasilitasi pembangunan yang bersekala lokal desa, diantarnya sebagai berikut:

1. Tugas PendampinganNo Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output1) Mendampingi

pemerintahkecamatan dalamimplementasi Undang-Undang No. 6 Tahun2014 tentang Desa.

Proses PelaksanaanUndang-Undang Nomor6 Tahun 2014 tentangDesa terlaksana denganbenar.

a) Terlaksananyasosialisasi Undang-Undang No. 6 Tahun2014 tentang Desa danperaturan turunannya;

b) Terfasilitasinya reviudan evaluasi dokumenRPJMDes, RKPDes,APBDes dan laporanpertanggung jawaban;

2) Melakukanpendampingan danpengendalian PLDdalam menjalankantugas pokok danfungsinya.

Meningkatnya kapasitasPLD dalam memfasilitasiproses pembangunandan pemberdayaanmasyarakat di desa.

a) Terlaksananyapelatihan dan On theJob Trainning (OJT)bagi PLD;

b) Dokumentasi kegiatanpengembangankapasitas dan evaluasikinerja PLD;

c) Tersedianya RKTL PLDdan laporan kegiatan;

d) Terlaksananyakoordinasi yang baikantara PD dengan PLD.

3) Fasilitasi kaderisasimasyarakat desadalam rangkapelaksanaan UUDesa.

Adanya sejumlah kaderpemberdayaanmasyarakat desa yangmendukungpelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun

a) Rencana kegiatankaderisasi masyarakatdesa di desa dan/atauantardesa;

b) Terselenggaranyakaderisasi masyarakat

Page 34: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

28 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

2014 tentang Desa. desa di desa dan/atauantardesa;

c) Setiap desa memilikikader desa sesuaikebutuhan.

4) Fasilitasimusyawarah-musyawarah desa.

Musyawarah desaberjalan sesuai aturandan perundang-undangyang berlaku.

a) Terselenggaranyaberbagai musyawarahdesa, musrenbang danmusyawarah antardesa

b) Masyarakat desaberpartisipasi aktifdalam musyawarahdesa.

5) Fasilitasipenyusunan produkhukum di desadan/atau antardesa.

Proses pelaksanaanpenyusunan produkhukum desa berjalansesuai ketentuan danperaturan yang berlaku.

a) Terfasilitasinyapenyusunan peraturandesa, peraturanbersama kepala desadan/atau suratkeputusan kepala desa;

b) Masyarakat desaberpartisipasi aktifdalam penyusunanproduk hukum di desadan/atau antardesa.

c) Terfasilitasinya peranBPD dalam prosespenyusunan produkhukum desa

6) Fasilitasi kerjasamaantardesa dan denganpihak ketiga dalamrangka pembangunandan pemberdayaanmasyarakat desa.

Proses fasilitasikerjasama antar desadan dengan pihak ketigadalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desaberjalan dengan baik.

a) Terfasilitasinyapenyusunan rencanakerjasama antardesadan dengan pihakketiga dalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa;

b) Terfasilitasinyakerjasama antardesadan dengan pihakketiga dalam rangkapembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa.

7) Mendampingi desadalam perencanaan,pelaksanaan danpemantauan terhadappembangunan desadan pemberdayaanmasyarakat desa.

Proses pelaksanaanPembangunan danpemberdayaanmasyarakat berjalansesuai aturan yangberlaku.

a) Tersedianya dokumenhasil Identifikasikebutuhanpengembangankapasitas bagimasyarakat desa;

b) Tim Penyusun RPJM

Page 35: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

29 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Desa dan RKP Desaterbentuk;

c) Pelatihan TimPenyusun RPJM Desadan RKPDesa;

d) Adanya dokumenproses penyusunanRPJM Desa danRKPDesa danmemastikan dokumentersebut diperdeskan;

e) Terlaksananyaevaluasi danmonitoring olehpemerintah danmasyarakat desa;

f) Terselenggaranyapelatihan peningkatankapasitas kinerja BPD.

8) Fasilitasi koordinasikegiatan sektoral didesa dan pihak terkait

Adanya koordinasi dansinkronisasi desadengan sektor dan pihakterkait

Terfasilitasinya kegiatankoordinasi dan sinkronisasipembangunan danpemberdayaanmasyarakat desa dengansektor dan pihak terkait.

9) Fasilitasipemberdayaanperempuan, anak dankaumdifabel/berkebutuhankhusus, kelompokmiskin danmasyarakat marginal.

Meningkatnya akses danpelayanan dasar bagiperempuan, anak dankaumdifabel/berkebutuhankhusus, kelompok miskindan masyarakatmarginal.

Terfasilitasinya kegiatan-kegiatan pemberdayaanperempuan, anak, dankaumdifabel/berkebutuhankhusus, kelompok miskindan masyarakat marginal;

L. PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR (PDTI)Pendamping Desa Teknik Infrasturktur (PDTI) pada Program Pembangunandan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) mempunyai Tugas Pokok danFungsi mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa bidanginftrastruktur dasar, peningkatan kapasitas kader desa teknis, fasilitasipembangunan yang bersekala lokal desa, diantarnya sebagai berikut:

No Tugas Pokok Output Kerja Indikator1) Memberikan pelatihan

dan bimbingan tekniskonstruksi secarasederhana kepadakader teknik danmasyarakat sesuaidengan kondisikekhususan setempat.

Kader teknik dan timpelaksana kegiatandesa mampumenjalankan tugas danfungsinya dengan baik.

c) Tersedianya data kader-kader teknik desa yangtelah terlatih;

d) Terlaksananyapendampingan dalampelaksanaanpembangunan,pengelolaan danpemeliharaan sarana

Page 36: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

30 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

prasarana desa.2) Memberikan

bimbingan teknisdalam pembuatandesain dan RAB.

Tim pelaksana kegiatandan kader teknik desamampu membuatdesain dan RAB.

c) Tersedianya desain danRAB untuk setiapkegiatan pembangunansarana prasarana desa;

d) Tersedianya jadwalpelaksanaan kegiatanpembangunan saranadan prasarana desa.

3) Fasilitasi pelaksanaanpembangunan,pengelolaan, danpemeliharaan saranaprasarana desa.

Proses fasilitasipelaksanaanpembangunan,pengelolaan, danpemeliharaan saranaprasarana desa berjalandengan baik.

d) Terfasilitasinyapembentukan danpelatihan TimPelaksana, Tim Lelang,Tim Pemelihara, danTim Monitoring;

e) Terfasilitasinya prosessurvey harga dan lokasi,pengadaan barang danjasa serta pengadaantenaga kerja setempat.

f) Tersedianya papaninformasi kegiatan.

g) Tersusunnya Perdestentang pengelolaandan pemeliharaansarana prasarana desa(bekerjasama denganPD Pemberdayaan).

4) Fasilitasi sertifikasiinfrastruktur desa hasilpelaksanaan kegiatanpembangunan Desa.

Adanya jaminan kualitasterhadap hasilpembangunan saranadan prasarana desa.

Semua infrastruktur hasilkegiatan pembangunan didesa di sertifikasi.

5) Fasilitasi koordinasipembangunan,pengelolaan, danpemeliharaan saranaprasarana desa/antardesa dengansektor atau pihak lainyang terkait.

Adanya koordinasiperencanaan,pelaksanaan,pengelolaan danpemeliharaan saranaprasarana desa/antardesa dengan sektoratau pihak lain yangterkait.

a) Terlaksananyakoordinasi dansinkronisasipembangunan saranaprasarana desa/antardesa;

b) Tersedianya informasipembangunan saranaprasarana desa/antardesa.

2. Tugas AdministratifBerkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan danpengendalian pendamping profesional, maka Pendamping Desa berkewajibanmelaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:a. Menyusun laporan individu yang dilampiri dengan dokumen: LWK, realisasi

kerja harian, formulir kunjungan, rencana kerja harian, SPPD, serta buktipendukung lainnya;

Page 37: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

31 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

b. Menyampaikan laporan individu kepada Tenaga Ahli PemberdayaanMasyarakat (TAPM) dan Satker P3MD Provinsi dengan dilampiri olehdokumen: LWK, realisasi kerja harian, formulir kunjungan,rencana kerjaharian, SPPD, serta bukti pendukung lainnya;

c. Menyerahkan copy NPWP dan Polis Asuransi pribadi, dan buktipembayaran pajak Tahunan (SPT) kepada Satker P3MD Provinsi melaluiTA Kabupaten;

d. Memeriksa kesesuaian tanggal perjalanan dinas sebelum diajukan kepadaTenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM);

e. Menyampaikan dokumen rencana kerja harian Pendamping Desa kepadaTenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) untuk dimintakanpersetujuan;

f. Mengurus secara mandiri klaim asuransi atas dirinya;g. Menyampaikan laporan kegiatan bulanan Pendamping Desa kepada

Camat dan Satker P3MD Provinsi melalui Tenaga Ahli PemberdayaanMasyarakat (TAPM) secara tepat waktu;

h. Menerima dan memverifikasi laporan individu Pendamping Lokal Desauntuk disampaikan kepada TA dan Satker Kabupaten.

M. PENDAMPING LOKAL DESA (PLD)

Pendamping Lokal Desa (PLD) pada Program Pembangunan danPemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) ini mempunyai Tugas Pokok danFungsi mendampingi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,kerjasama antar desa, pengembangan BUMDes, dan fasilitasi pembangunanyang bersekala lokal desa, diantaranya sebagai berikut:

1. Tugas PendampinganNo Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output1) Mendampingi Desa

dalam perencanaanpembangunan dankeuangan desa.

Perencanaan danpenganggaran desaberjalan sesuaiaturan danketentuan yangberlaku.

a) Terlaksananya sosialisasiUndang-Undang No. 6Tahun 2014 tentang Desadan peraturan turunannya;

b) Terfasilitasinya musyawarahdesa yang partisipatif untukmenyusun RPJM Desa, RKPDesa dan APBDes;

c) Tersusunnya RancanganPeraturan Desa tentangkewenangan lokal berskalaDesa dan kewenangan Desaberdasarkan hak asal-usuldan Peraturan lain yangdiperlukan;

2) Mendampingi desadalam pelaksanaanpembangunandesa.

Pelaksanaanpembangunan desaberjalan sesuaiaturan danketentuan yangberlaku.

a) Adanya koordinasi denganPD dan pihak terkaitmengenai pembangunandesa;

b) Terfasilitasinya kerjasamaantardesa;

Page 38: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

32 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

c) Terfasilitasinya pelaksanaanpembangunan desa yangsesuai dengan prinsip tatakelola yang baik.

d) Terfasilitasinya ketersediaaninformasi publik terkaitpembangunan desa

3) Mendampingimasyarakat Desadalam kegiatanpemberdayaanmasyarakat dandesa.

Penyelengaraanpemberdayaanmasyarakat dandesa sesuai aturandan ketentuan yangberlaku.

Terlaksananya kegiatanpeningkatan kapasitas kaderdesa, masyarakat dankelembagaan desa.

4) Mendampingi desadalam pemantauandan evaluasikegiatanpembangunandesa.

Proses pelaksanaandan evaluasikegiatanpembangunan desaberjalan sesuaiketentuan yangberlaku.

a) Terlaksananya peningkatankapasitas BadanPermusyawaratan Desa(BPD) dalam melakukanpemantauan dan evaluasipembangunan desa;

b) Terlaksananya evaluasipembangunan desa melaluimusyawarah desa;

c) Masyarakat terlibat dalampelaksanaan evaluasikegiatan pembangunandesa.

2. Tugas AdministratifBerkaitan dengan pelaksanaan dekonsentrasi dari aspek pembinaan danpengendalian pendamping, maka PLD berkewajiban melaksanakan tugaspokok dan fungsi sebagai berikut:a. Menyusun laporan individu yang dilampiri dengan dokumen LWK, realisasi

kerja harian, formulir kunjungan, rencana kerja harian, serta buktipendukung lainnya;

b. Menyampaikan laporan individu kepada Pendamping Desa dan SatkerP3MD Provinsi dengan dilampiri oleh dokumen: LWK, realisasi kerjaharian, formulir kunjungan, rencana kerja harian, serta bukti pendukunglainnya;

c. Menyerahkan copy NPWP dan Polis Asuransi pribadi, dan buktipembayaran pajak tahunan (SPT) kepada Satker P3MD Provinsi melaluiTA Kabupaten;

d. Menyampaikan dokumen Rencana Kerja Harian Pendamping LokalDesa kepada Pendamping Desa untuk dimintakan persetujuan;

e. Mengurus secara mandiri terhadap klaim asuransi atas dirinya;f. Menyampaikan laporan program kepada Satker P3MD Provinsi melalui PD

secara tepat waktu.

Page 39: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

33 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

BAB IIIADMINISTRASI KONTRAK INDIVIDU

Pengelolaan TAPM, PD dan PLD oleh Satker P3MD Provinsi akan dilaksanakanmelalui mekanisme kontrak individual. Konsekuensi logis dari pola kontrak individualini adalah adanya perjanjian kerja antara Satker P3MD Provinsi dengan individupendamping profesional. Melalui perjanjian kerja, kedua belah pihak terikathubungan hukum, dan wajib melaksanakan serta memenuhi yang menjadi hak dankewajiban masing-masing. Mekanisme pembayaran kontrak individual adalahpembayaran secara langsung (LS) dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN) ke rekening individu pendamping profesional. Oleh sebab itu, pembayaranlangsung kepada pendamping menjadi tanggung jawab sepenuhnya Satker P3MDProvinsi.

Pencapaian kinerja kontrak individual yang optimal sangat ditentukan oleh ketaatandan kedisiplinan pendamping profesional maupun Satker P3MD Provinsi dalammengelola administrasi dan keuangan. Pendamping profesional berkewajiban untukmenyampaikan dokumen-dokumen administrasi secara langsung kepada SatkerP3MD Provinsi u.p. Sekretariat Satker P3MD Provinsi.

Satker P3MD Provinsi berkewajiban secara tepat waktu menerbitkan dokumenDaftar Nominatif, SPP, SPM dan pengajuan SP2D ke KPPN, sehingga prosespembayaran kepada para pendamping profesional dapat dilaksanakan tepat waktu.Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dilapangan, maka perludisusun prosedur Administrasi Kontrak Individual yang diharapkan menjadipegangan bagi Satker P3MD Provinsi dalam mengelola kontrak individual.

A. PENGELOLAAN ADMINISTRASI SURAT PERJANJIAN KERJA (SPK)Para pendamping profesional dapat mulai bertugas setelah kedua belahpihak yaitu, Satker P3MD Provinsi dan pendamping profesionalmenandatangani dokumen Surat Perjanjian Kerja (SPK). Berkaitan denganpenandatangan Surat Perjanjian Kerja (SPK), diterapkan prosedur sebagaiberikut:1. Satker P3MD Provinsi dengan dibantu oleh Sekretariat Satker P3MD Provinsi

mempersiapkan dokumen Surat Perjanjian Kerja, yang berisi pasal-pasaltentang hak dan kewajiban pendamping profesional;

2. Sekretariat Satker P3MD Provinsi bersama KPW Provinsi memproses SuratPerjanjian Kontrak Kerja antara Satker P3MD Provinsi dengan pendampingprofesional, meliputi penjelasan pasal-pasal yang diperjanjikan, hak yangakan diterima para pendamping profesional, serta mendokumentasikan SuratPerjanjian Kerja dimaksud;

3. Surat Perjanjian Kerja harus ditandatangani oleh kedua belah pihak sebagaidasar pembayaran honorarium dan biaya operasional pendampingprofesional oleh KPPN.

B. PENERBITAN SURAT PERINTAH TUGAS (SPT)Penempatan Pendamping di lokasi tugas ditetapkan melalui Surat PerintahTugas (SPT). Surat Perintah Tugas sebagai dasar aturan yang legal untuk

Page 40: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

34 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

bekerja di kabupaten, kecamatan atau desa. Berkaitan dengan penerbitan SPTditerapkan prosedur sebagai berikut:1. Satker P3MD Provinsi bersama Team Leader KPW Provinsi melakukan

pemetaan (mapping) Kebutuhan Lokasi Tugas Pendamping Profesional.2. Hasil pemetaan menjadi dasar penempatan Pendamping Profesional yang

dituangkan dalam Berita Acara Penempatan dan ditandatangani oleh SatkerP3MD Provinsi bersama TL KPW Provinsi.

3. Selanjutnya, Satker P3MD Provinsi membuat Surat Perintah Tugas (SPT)kepada Pendamping Profesional.

C. DATA PENDAMPING PROFESIONAL1. Data pendamping Profesional terdiri dari:

a. Biodata Pendamping ProfesionalSatker P3MD Provinsi bersama TL KPW Provinsi mengumpulkan bio dataseluruh pendamping profesional, yang disetai Copy KTP dan Copy NPWPsekurang kurangnya memuat data sebagai berikut :1. Nama;2. Tempat Tanggal Lahir;3. Jenis Kelamin;4. Agama;5. Alamat Asal (KTP) ;6. Nomor Telpon;7. Nomor NPWP;8. Nomor Rekening Bank;9. Nomor Polis Asuransi /BPJS

10. Alamat Email;11. Pendidikan Formal:

11.1. SLTA;a. Program Studi / Jurusan;b. Tanggal, Bulan, Tahun Kelulusan.

11.2. S-1:a. Program Studi / Jurusan;b. Perguruan Tinggi;c. Tanggal, Bulan, Tahun Kelulusan.

11.3. S-2 /S-3:a. Program Studi / Jurusan;b. Perguruan Tinggi;c. Tanggal, Bulan, Tahun Kelulusan.

12. Posisi / Jabatan;13. Lokasi Tugas;14. Nomor dan Tanggal SPK;15. Nomor dan Tanggal SPT;16. Pengalaman Relevan (sebutkan lembaga dan jumlah tahunnya);17. Alamat dalam Lokasi Tugas.

b. Daftar Induk Pendamping ProfesionalSatker P3MD Provinsi bersama TL KPW Provinsi berkewajiban menyusunRekapitulasi Daftar Induk Pendamping Profesional setiap bulan sertadigunakan sebagai data dasar yang digunakan dalam proses pembinaandan pengendalian khususnya sebagai dasar pembayaran. Berkaitan

Page 41: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

35 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

dengan penyusunan Daftar Induk Pendamping diterapkan prosedursebagai berikut:

Satker P3MD Provinsi melalui Sekretariat Satker P3MD Provinsimenyusun rekapitulasi daftar Pendamping Profesional dengan mendasaripada biodata, sekurang kurangnya memuat data-data sebagai berikut:1. Nama;2. Tempat Tanggal Lahir;3. Jenis Kelamin;4. Agama;5. Alamat Asal (KTP) ;6. Nomor Telpon;7. Nomor NPWP;8. Nomor Rekening Bank;9. Nomor Polis Asuransi / BPSJ;

10. Alamat Email;11. Pendidikan Formal :

11.1. SLTA;a. Program Studi / Jurusan;b. Tanggal, Bulan, Tahun Kelulusan.

11.2. S-1:a. Program Studi / Jurusan;b. Perguruan Tinggi ;c. Tanggal, Bulan, Tahun Kelulusan.

11.3. S-2 /S-3:a. Program Studi / Jurusan;b. Perguruan Tinggi;c. Tanggal, Bulan, Tahun Kelulusan.

12. Posisi / Jabatan;13. Lokasi Tugas;14. Nomor dan Tanggal SPK;15. Nomor dan Tanggal SPT;16. Pengalaman Relevan (sebutkan lembaga dan jumlah tahunnya);17. Alamat dalam Lokasi Tugas.

2. Satker P3MD Provinsi bersama TL KPW Provinsi berkewajiban untukmelakukan pemutakhiran data pendamping profesional.

3. Daftar Induk Pendamping Profesional yang sudah diverifikasi dandimutakhirkan wajib ditetapkan secara resmi oleh Satker P3MD Provinsi dandilaporkan kepada Satker Pusat paling lambat tanggal 15 setiap bulannya.

D. LAPORAN INDIVIDUPendamping profesional yang terikat perjanjian kerja secara individual denganSatker P3MD Provinsi diwajibkan membuktikan kinerjanya melalui laporanindividu secara akurat dan tepat waktu sebagai bukti yang cukup kuat bahwapendamping profesional sudah bekerja sehingga mereka berhak mendapatkanhonorarium dan biaya operasional.

Berkaitan dengan penyampaian laporan individu secara langsung oleh

Page 42: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

36 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

pendamping profesional kepada Satker P3MD Provinsi maka diterapkanprosedur sebagai berikut:1. Tujuan Laporan Individu

a) Menyediakan bukti fisik dari setiap pendamping profesional bahwapendamping individual telah memenuhi kewajibannya kepada Satker P3MDProvinsi untuk bekerja memfasilitasi Implementasi UU Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, sesuai tugas pokok dan fungsi yang ditetapkansepanjang usia kontraknya;

b) Sebagai masukan kepada Satker P3MD Provinsi dalam rangka pembinaandan pengendalian kinerja pendamping profesional berdasarkanperkembangan yang telah dicapai oleh setiap pendamping profesional;

c) Menyediakan informasi konkret tentang kinerja pendamping profesionalsebagai dasar legal bagi Satker P3MD Provinsi dalam pengambilankeputusan manajamen berkaitan dengan pembayaran honorarium danbiaya operasional;

d) Menyediakan informasi konkret tentang kinerja pendamping professionalsecara individual sehingga dapat dijadikan sebagai dasar legal bagi SatkerP3MD Provinsi dalam pengambilan keputusan manajamen berkaitandengan evaluasi kinerja, pemberian sanksi administratif maupunpemutusan hubungan kerja.

2. Prinsip Laporan Individua) Sederhana : laporan dibuat secara sederhana dan diupayakan

seringkasmungkin.

b) Akurat : data yang dijadikan bahan laporan harus akurat dansesuai kondisi yang terjadi.

c) Informatif : isi dari laporan tersebut harus informatif dan mudahdimengerti.

d ) Tepat waktu : laporan disampaikan tepat pada waktunya sesuai jadwalyang telah ditetapkan.

e ) Up to date : data yang terlaporkan adalah data terbaru jika dihitungdari periode laporan.

3. Format Laporan IndividuLaporan Individu adalah laporan yang dibuat rutin setiap bulan oleh setiappendamping profesional. Laporan Individu memuat kegiatan individupendamping dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tupoksinya selama1 (satu) bulan berjalan.

Laporan Individu disampaikan secara langsung kepada Satker P3MD Provinsidan ditembuskan kepada supervisornya masing-masing. Laporan individuharus dilengkapi dengan dokumen-dokumen administrasi sebagai berikut:a) Lembar Waktu Kerja ( LWK ) dengan ketetuan:

i. LWK TAPM yang diketahui oleh Satker Kabupaten bagi Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat (TAPM);

ii. LWK bagi PD ditandatangani oleh Camat/Kasi yang membidangipembangunan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat kecamatan;

iii. LWK PLD yang ditandatangani oleh Kepala Desa di wilayah tugasnya.b) Realisasi Kerja Harian;

Page 43: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

37 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

c) Formulir kunjungan lapangan bagi TAPM, Pendamping Desa danPendamping Lokal Desa;

d) Rencana Kerja Harian;e) Khusus Koordinator Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

melampiri laporan penggunaan dana operasional kantor;f) Bukti penerimaan honorarium dan biaya operasional operasional

pendamping profesional, serta bukti-bukti lainnya yang diperlukan.

4. Prosedur Pelaporan Administrasi Pendamping ProfesionalPendamping berkewajiban mengirimkan Laporan Individu besertalampirannya kepada Satker P3MD Provinsi dan supervisornya masing-masing.

E. LAPORAN KEGIATANPendamping profesional yang terikat perjanjian kerja dengan Satker P3MDProvinsi diwajibkan juga membuat laporan kegiatan bulanan. Setiap levelpendampingan diharuskan membuat laporan kegiatan secara kolektif, dan tepatwaktu sebagai bukti yang cukup kuat bahwa pendamping profesional sudahbekerja dalam rangka implementasi Undang Undang Desa Nomor 6 tahun 2014tentang Desa, yang memuat pelakasanaan kegiatan bulan berjalan, termasukoutputnya, dibuat secara akurat, singkat dan sederhana.

F. BUKTI KEHADIRANSeluruh pendamping profesional wajib menyusun Lembar Waktu Kerja (LWK)sebagai dasar kendali ketaatan terhadap kontrak kerja.

Berkaitan dengan penyampaian LWK secara langsung oleh PendampingProfesional kepada Satker P3MD Provinsi maka diterapkan prosedur sebagaiberikut:1. Prinsip-prinsip LWK

a) LWK adalah dokumen yang dapat dijadikan bukti tentang kehadiranPendamping Profesional di lokasi tugas;

b) Setiap pendamping profesional berkewajiban untuk menyusun LWKsecara benar sesuai format baku yang ditetapkan;

c) Setiap pendamping profesional bertanggung jawab penuh terhadapkebenaran isi LWK;

d) Jika pendamping profesional membuat kesalahan atau kekeliruan dalampenyusunan LWK maka supervisor wajib melakukan pembimbingan danpendamping profesional dan tetap diberikan honorarium dan biayaoperasional secara penuh untuk satu bulan berjalan;

e) Apabila terbukti pendamping profesional secara sengaja melakukankesalahan dengan memalsukan LWK bulan sebelumnya, maka SatkerP3MD Provinsi wajib menerbitkan surat peringatan sampai surat PHK.

Page 44: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

38 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

G. ADMINISTRASI RENCANA KERJA HARIAN, KUNJUNGAN LAPANGANDAN PERJALANAN DINAS PENDAMPING PROFESIONALRencana kerja harian maupun rencana kunujungan lapangan adalah sebuahsarana penunjang bagi pendamping profesional untuk dapat merencanakankunjungan dalam rangka pengendalian implementasi kegiatan berdasarkanUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Oleh sebab itu,pemanfaatan dana kunjungan lapangan dalam bentuk biaya operasionaloperasional maupun dana perjalanan dinas harus direncanakan secara matangagar pendampingan dilakukan secara optimal. Untuk itu, para Pendampinglapangan wajib mengelola biaya operasional operasional maupun danaperjalanan dinas dengan prosedur sebagai berikut:

1. Administrasi Rencana Kerja Harian Pendamping Lokal Desaa) Administrasi Rencana Kerja Harian

i. Pendamping Lokal Desa wajib menyusun Rencana Kerja Harian untukselama 1 (satu) bulan berikutnya;

ii. Rencana Kerja Harian disusun dengan mempertimbangkan RencanaKerja Tindak Lanjut (RKTL) dan urgensi kebutuhan masyarakat di tingkatkelompok, dusun dan desa;

iii. Pendamping Lokal Desa wajib menyampaikan Rencana Kerja Harianuntuk ditandatangani oleh Pendamping Desa;

iv. Rencana Kerja Harian disampaikan kepada PD satu bulan sebelumrealisasi yaitu pada saat dilakukan rapat kordinasi (Rakor) bulanan dikecamatan;

v. Setiap Pendamping Lokal Desa wajib melaksanakan kunjunganlapangan sesuai dengan Rencana Kerja Harian yang disetujui PD. Jikaterjadi perubahan Rencana Kerja Harian, setiap Pendamping Desa wajibmenyusun penjelasan tertulis yang diketahui oleh PD;

vi. Setiap realisasi Rencana Kerja Harian dalam bentuk kunjunganPendamping Lokal Desa ke kelompok/dusun/desa harus dibuktikandengan Formulir Kunjungan yang ditandatangani oleh KepalaDesa/Sekretaris Desa/Kepala Dusun/Kelompok Masyarakat;

vii. Pendamping Desa berkewajiban memeriksa kebenaran FormulirKunjungan Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa;

2. Administrasi Rencana Kerja Harian Pendamping Desaa) Administrasi Rencana Kerja Harian

i. Pendamping Desa wajib menyusun Rencana Kerja Harian untukselama 1 (satu) bulan berikutnya;

ii. Rencana Kerja Harian disusun dengan mempertimbangkan RencanaKerja Tindak Lanjut (RKTL) dan urgensi kebutuhan masyarakat di tingkatkelompok, dusun dan desa;

iii. Pendamping Desa wajib menyampaikan Rencana Kerja Harian untukditandatangani oleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)dan disampaikan kepada Kasi PMD di Kecamatan;

iv. Rencana Kerja Harian disampaikan kepada Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat (TAPM) satu bulan sebelum realisasi yaitupada saat dilakukan rapat kordinasi (Rakor) bulanan di kabupaten;

v. Setiap Pendamping Desa wajib melaksanakan kunjungan lapangansesuai dengan Rencana Kerja Harian yang disetujui Tenaga Ahli

Page 45: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

39 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Pemberdayaan Masyarakat (TAPM). Jika terjadi perubahan RencanaKerja Harian, setiap Pendamping Desa wajib menyusun penjelasantertulis yang diketahui oleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat(TAPM);

vi. Setiap realisasi Rencana Kerja Harian dalam bentuk kunjunganPendamping Desa ke kelompok/dusun/desa harus dibuktikan denganFormulir Kunjungan yang ditandatangani oleh Kepala Desa/SekretarisDesa/Kepala Dusun/Kelompok Masyarakat;

vii. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) berkewajibanmemeriksa kebenaran Formulir Kunjungan Pendamping Desa danPendamping Lokal Desa;

viii. Setiap mengikuti rapat koordinasi ke Kabupaten PD dan PLD harusdibuktikan dengan SPPD yang ditandatangani oleh pejabat BPMDKabupaten.

3. Administrasi Rencana Kerja Harian Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat(TAPM)i. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) wajib menyusun

Rencana Kerja Harian untuk selama 1 (satu) bulan berikutnya;ii. Rencana Kerja Harian disusun dengan mempertimbangkan Rencana

Kerja Tindak Lanjut (RKTL) dan urgensi kebutuhan masyarakat di tingkatkelompok, dusun dan desa;

iii. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) wajib menyampaikanRencana Kerja Harian untuk ditandatangani oleh TL KPW Provinsi dandisampaikan kepada SKPD Kabupaten;

iv. Setiap Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) wajibmelaksanakan kunjungan lapangan sesuai dengan Rencana KerjaHarian yang disetujui TL KPW Provinsi. Jika terjadi perubahan RencanaKerja Harian, setiap Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)wajib menyusun penjelasan tertulis kepada TL KPW Provinsi;

v. Setiap realisasi Rencana Kerja Harian dalam bentuk kunjungan TenagaAhli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) ke Kecamatan/kelompok/dusun/desa harus dibuktikan dengan Formulir Kunjunganyang ditandatangani oleh Camat/Kasi PMD/Kepala Desa/SekretarisDesa/Kepala Dusun/Kelompok Masyarakat;

vi. TL KPW Provinsi berkewajiban memeriksa kebenaran FormulirKunjungan TAPM;

vii. Perjalanan dinas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) keProvinsi sebagai peserta Rakor Provinsi harus dibuktikan denganditandatanginya SPPD Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)oleh pejabat di Badan PMD Provinsi, dan dibubuhi stempel PMDProvinsi;

viii. Setiap perjalanan dinas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat(TAPM) harus dibuktikan dengan Laporan Perjalanan Dinas;

ix. SPPD dan Laporan Perjalanan Dinas Tenaga Ahli PemberdayaanMasyarakat (TAPM) wajib dilampirkan pada saat menyampaikanLaporan Individu kepada Satker P3MD Provinsi dan TL KPW Provinsi;

x. TL KPW Provinsi wajib memeriksa kebenaran Formulir Kunjungandan SPPD dalam kaitannya dengan LWK dan Laporan Individu yangdiajukan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM).

Page 46: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

40 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

H. LAPORAN BIAYA OPERASIONAL KANTORTenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) akan mendapatkan Biayaoperasional Operasional Kantor. Khusus biaya operasional operasional kantorTenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dikelola bersama dandikoordinasikan salah seorang Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)yang ditunjuk sebagai Koordinator TA Kabupaten. Penyaluran biaya operasionaloperasional kantor untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)dibayarkan melalui mekanisme lumpsum.

Prosedur penyusunan laporan penggunaan biaya operasional operasionalkantor adalah sebagai berikut:1. Setiap pembelian barang yang dibayarkan dari Biaya operasional

Operasional Kantor wajib dimintakan bukti pembayaran pada toko/pedagangberupa kuitansi;

2. Bukti-bukti pembayaran berupa kuitansi dimaksud diarsipkan sebagaidokumen administrasi yang terbuka untuk diaudit;

3. Koordinator Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) menyusun danmenandatangani Laporan Penggunaan Biaya operasional Operasional Kantoryang memuat rincian pembelanjaan operasional kantor;

4. Laporan Penggunaan Biaya operasional Operasional bulan sebelumnyadilampirkan dalam Laporan Individu Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat(TAPM) yang ditunjuk sebagai Koordinator Tenaga Ahli PemberdayaanMasyarakat (TAPM) yang disampaikan kepada Satker P3MD Provinsi palinglambat tanggal 7 setiap bulannya.

Page 47: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

41 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

BAB IVPENGELOLAAN PENDAMPING PROFESIONAL

Mekanisme kontrak individual mensyaratkan adanya pengelolaan PendampingProfesional secara efektif dan efisien. Pengelolaan Pendamping Profesional inimeliputi mobilisasi, penetapan hari dan jam kerja, relokasi Pendamping Profesional,perijinan cuti dan penentuan hari libur, persetujuan pengunduran diri, PHK, sampaidengan tahapan demobilisasi pada saat program berakhir atau lokasi programberkurang jumlahnya. Untuk itu, Satker P3MD Provinsi bersama KPW berkewajibanmengelola Pendamping Profesional secara ketat dan berdisiplin agar pelaksanaanprogram di tingkat lapangan berjalan optimal.Satker Pusat mensupervisi dan mengawasi pengelolaan Pendamping Profesionalsecara nasional dengan menerapkan standar kontrak kerja yang baku secaranasional untuk mengatur hubungan legal administrasif, serta memberlakukan TataPerilaku (Code of Conduct) dan Etika Profesi, sebagai standar normatif dalampengelolaan Pendamping Profesional.

A. TATA PERILAKU DAN ETIKA PROFESIDalam rangka menjaga perilaku Pendamping Profesional, sesuai norma moralmaka secara khusus ditetapkan standar normatif perilaku PendampingProfesional yang meliputi: Tata Perilaku dan Etika Profesi sebagai aturannornatif sesuai prinsip- prinsip moral yang ada pada Bangsa Indonesia. TataPerilaku merupakan nilai-nilai normatif yang diatur dalam SPK; sedangkan EtikaProfesi merupakan nilai-nilai normatif umum yang melekat dalam diri seorangprofesional.

Aturan Normatif ini merupakan alat kendali diri (self control) bagi PendampingProfesional berunjuk kerja secara profesional sebagai pendamping masyarakat.Acuan standarisasi perilaku Pendamping Profesional yang diberlakukan adalahTata Perilaku dan Etika Profesi yang akan disebut di bawah ini, sehingga padasaat dibutuhkan aturan normatif ini akan difungsikan sebagai alat untuk jadipanduan penyelesaian terhadap segala tindakan yang secara logika-rasionalumum (common sense) dinilai menyimpang dari etika. Rincian Standar NormatifPerilaku Pendamping Profesional adalah sebagai berikut:

1. Tata Perilaku (Code of Conduct) Pendamping Profesionala) Tunduk Terhadap Hukum, Peraturan dan Adat-istiadat

Pendamping Profesional dilarang melakukan aktivitas yang melawanhukum, peraturan serta adat istiadat masyarakat setempat.

b) Kebenaran Data PribadiData pribadi Pendamping Profesional yang diserahkan kepada Satkerharus dijamin kebenarannya secara hukum sehingga tidak merugikanSatker sebagai Pihak Pemberi Kerja.

c) Konflik Kepentingan PribadiSetiap Pendamping Profesional, dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya wajib menghindari konflik/ mementingkan diri sendiri.

d) Penyimpangan KeuanganSetiap Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menerima atau

Page 48: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

42 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

meminjam uang dan/atau barang yang berindikasi pada penyalahgunaanwewenang.

e) Tingkat Kehadiran di Lokasi PekerjaanSetiap Pendamping Profesional wajib bertugas secara purna waktu.

f) Laporan dan Akurasi Data- Pendamping Profesional wajib menyampaikan laporan individu,

Perjalanan Dinas dan esidentil sesuai dengan ketentuan yangberlaku;

- Pendamping Profesional harus memberikan data alamat, nomorhandphone dan nomor rekening tabungan yang benar guna menjaminkelancaran komunikasi dan transfer pembayaran honorarium dantunjangan, setiap perubahan harus diberitahukan segera;

g) Jabatan PublikPendamping Profesional tidak diperbolehkan menduduki jabatan publik/kepengurusan partai politik.

h) Fitnah, Hasutan, Propaganda NegatifPendamping Profesional wajib menghindarkan diri dari penyebaran fitnah,hasutan, propaganda dan tindakan yang bertendensi negatif yangmerugikan program.

i) Kualitas dan Ketepatan WaktuPendamping Profesional wajib bertanggung jawab terhadap penyelesaianpekerjaan secara tepat waktu dan berkualitas.

2. Etika Pendamping Profesional1) Tidak memaksakan kehendak.

Dalam memfasilitasi masyarakat, Pendamping Profesional wajib memberimasukan atau saran konstruktif dan tidak memaksakan pendapatnya.

2) Bukan pengambil keputusan yang dimiliki masyarakat.Dalam hampir semua situasi, masyarakat berhak mengambilkeputusan sendiri.

3) Tidak manipulatif.Pendamping Profesional dilarang menukar kebenaran denganmemaksakan pendapatnya untuk kepentingan diri sendiri.

4) Tidak melakukan propaganda negative.Pendamping Profesional tidak di benarkan menjelekkan pihak lain, danhanya membenarkan pihaknya saja.

5) Menghormati tokoh setempat.Pendamping Profesional wajib menghormati Tokoh masyarakat yangmenjadi panutan.

6) Menghormati pengalaman dan kemampuan orang lain.Pendamping professional wajib mengambil pelajaran dan pengalamanserta kemampuan orang lain untuk membantu tugas-tugaspendampingan.

7) Netral, tidak berpihak.Pendamping Profesional tidak boleh berpihak pada satu kelompok ataugolongan tertentu,

Page 49: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

43 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

8) Tidak bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satusuplier atau berfungsi sebagai perantara;

9) Tidak bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, ataumerekayasa pembayaran atau administrasi atas pemerintah desa;

10) Tidak membantu atau menyalahgunakan Anggaran Pendapatan danBelanja Desa (APBDesa) untuk kepentingan pribadi, keluarga, ataukelompok;

11) Tidak Memalsukan arsip, tanda tangan, atau laporan yang merugikanpemerintah dan masyarakat desa, baik secara langsung maupun tidaklangsung;

12) Dengan sengaja mengurangi kualitas atau kuantitas pekerjaan dalamupaya untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok;

13) Dengan sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi prosespenyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan desa yangmengakibatkan kerugian bagi masyarakat desa;

14) Tidak Terlibat kontrak dengan institusi lain, baik pemerintah maupunswasta yang menyebabkan tidak maksimalnya pekerjaan sebagaipendamping profesional;

15) Tidak Terlibat dalam penggunaan dan peredaran Narkoba;16) Tidak Melakukan perbuatan amoral dan/atau kejahatan;17) Tidak Terlibat dalam kegiatan perdagangan manusia;18) Tidak Terlibat dalam kegiatan terorisme;19) Tidak Terlibat dalam kegiatan penyebaran isu SARA.

3. PELANGGARAN TERHADAP TATA PERILAKU DAN ETIKA PROFESI

Pendamping profesional wajib tunduk dan mematuhi Tata Perilaku dan EtikaProfesi. Setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi/ hukuman.

3.1. Prinsip Penanganan Pelanggaran:a. Adil

Seimbang,memberi ruang yang sama atau hak jawab untuk memberialasan / sanggahan terhadap dugaan pelanggaran.

b. RahasiaDilakukan secara tertutup sehingga tidak menimbulkan kegaduhan yangmenyebabkan penghilangan bukti dan juga terganggunya pelaksanaanprogram di lapangan.

c. PraktisMempertimbangkan faktor biaya, waktu, tempat, fakta/bukti pendukungserta pihak–pihak yang terlibat.

d. Obyektif dan FaktualProses penanganan tidak berpihak kepada salah satu namun harusmengacu pada fakta/ bukti/ data yang ada.

e. AkuntabelSeluruh tahapan proses dan hasil penanganan harus dapatdipertanggungjawabkan.

Page 50: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

44 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

f. ProporsionalPelaksanaan penanganan dilakukan secara bertahap dan berjenjangyang dilengkapi dengan bukti-bukti otentik.

g. MengikatSeluruh keputusan penanganan pelanggaran mengikat para pihak untukdilaksanakan.

2. Mekanisme Penanganan Pelanggaran

Setiap dugaan pelanggaran Tata Perilaku dan Etika Profesi harus segeraditindaklanjuti oleh Supervisor satu tingkat diatasnya dari Pendampingyang diduga melakukan pelanggaran, dan wajib melakukan pemeriksaandan pengumpulan bukti serta fakta yang dapat dipertanggungjawabakankebenarannya.

a. Jenjang Penanganan

1) Penanganan terhadap PLD yang dianggap melanggar TataPerilaku dan Etika Profesi dilakukan oleh Pendamping Desa;

2) Penanganan terhadap Pendamping Desa yang dianggapmelanggar Tata Perilaku dan Etika Profesi dilakukan oleh TenagaAhli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM);

3) Penanganan terhadap Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat(TAPM) yang dianggap melanggar Tata Perilaku dan Etika Profesidilakukan oleh KPW Provinsi;

4) Penanganan terhadap KPW Provinsi yang dianggap melanggarTata Perilaku dan Etika Profesi dilakukan oleh TL KPW Pusat;

5) KPW Pusat dan Konsultan Nasional yang dianggap melanggar TataPerilaku dan Etika Profesi dilakukan oleh Team Leader Seknas /NTL dan Satker PMD dan hal ini akan diatur dalam aturantersendiri.

b. Klarifikasi

Pengaduan/Dugaan/Temuan adanya pelanggaran Tata Perilaku danEtika Profesi yang dilakukan oleh Pendamping; wajib dilakukanklarifikasi secara langsung oleh supervisor diatasnya.

Bila Terduga mengakui, maka:

1) Bila PLD yang melakukan pelanggaran, maka PD melakukanklarifikasi dan dituangkan dalam Berita Acara dan disampaikankepada TAPM. Selanjutnya disampaikan kepada TL KPW Provinsi,dan diteruskan kepada Satker Provinsi;

2) Bila PD yang melakukan pelanggaran, maka TA Kabupatenmelakukan klarifikasi dituangkan dalam Berita Acara dandisampaikan kepada TL KPW Provinsi, selanjutnya diteruskankepada Satker Provinsi;

Page 51: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

45 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

3) Bila TA Kabupaten yang melakukan pelanggaran, maka KPWProvinsi melakukan klarifikasi dan dituangkan dalam Berita Acaraselanjutnya disampaikan kepada Satker Provinsi;

4) Bila TL/TA KPW Provinsi yang melakukan pelanggaran, maka KPWPusat melakukan klarifikasi dan dituangkan dalam Berita Acaraselanjutnya disampaikan kepada Nasional Team Leader.

Bila Terduga sulit atau tidak bersedia diklarifikasi secara langsungdengan menghubungi secara patut dan layak, maka dilayangkan suratPemutusan Hubungan Kerja.

c. Forum Pembuktian Pelanggaran

Dilakukan bila Terduga tidak mengakui/menolak dugaan/aduan/tuduhan kepadanya maka supervisor diatasnya wajib melakukan forumpembuktian dengan mekanisme sebagai berikut:

Jenjang Penanganan

1) Pelanggaran oleh Pendampingan Lokal Desa (PLD)Pendamping Desa melakukan investigasi, klarifikasi danpengumpulan data dengan menunjukkan fakta pelanggaran, setelahmenemukan bukti dan fakta maka Pendamping Desamenyampaikan: Undangan menghadiri proses Pembuktian termasuk jadwal dan

lokasinya dengan tembusan kepada Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat (TAPM).

Mengundang Camat dan/atau yang mewakili untuk hadir dalamForum Pembuktian.

2) Pelanggaran oleh Pendamping DesaTAPM melakukan investigasi, klarifikasi dan pengumpulan datadengan menunjukkan fakta pelanggaran, setelah menemukan buktidan fakta maka TAPM menyampaikan: Undangan untuk melakukan proses Forum Pembuktian termasuk

jadwal dan lokasinya dengan tembusan kepada KPW Provinsi. Meminta kepada Satker Kabupaten atau yang mewakili untuk

hadir dalam Forum Pembuktian.3) Pelanggaran oleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

KPW Provinsi melakukan investigasi, klarifikasi dan pengumpulandata dengan menunjukkan fakta pelanggaran, setelah menemukanbukti dan fakta maka KPW Provinsi menyampaikan: Undangan untuk melakukan proses forum Pembuktian termasuk

jadwal dan lokasinya dengan tembusan ke TL KPW Pusat. Meminta kepada Satker P3MD Provinsi atau yang mewakili untuk

hadir dalam Forum Pembuktian4) Pelanggaran oleh Team Leader / Tenaga Ahli KPW Provinsi

KPW Pusat melakukan investigasi, klarifikasi dan pengumpulan datadengan menunjukkan fakta pelanggaran, setelah menemukan buktidan fakta maka KPW Pusat menyampaikan:

Page 52: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

46 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Undangan untuk melakukan proses forum Pembuktian termasukjadwal dan lokasinya dengan tembusan ke Nasional TeamLeader (NTL).

Meminta kepada Satker Pusat / NTL atau yang mewakili untukhadir dalam Forum Pembuktian.

Pihak-pihak dalam Forum Pembuktian1) Forum Pembuktian dilakukan dan dihadiri oleh para pihak sebagai

berikut:a) Apabila Terduga adalah Pendamping Lokal Desa, maka para

pihak yang hadir meliputi: Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM); Pendamping Desa yang melakukan penyelidikan,

investigasi, klarifikasi dan pengumpulan data atas indikasipelanggaran kode etik;

Camat atau atau yang mewakili; Pendamping Lokal Desa yang diduga melakukan

pelanggaran Tata Perilaku dan Etika Profesi; Saksi-saksi (bila diperlukan).

b) Apabila Terduga adalah Pendampingan Desa maka para pihakyang hadir meliputi: Team Leader KPW Provinsi atau yang mewakili; Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang

melakukan penyelidikan, investigasi, klarifikasi danpengumpulan data atas indikasi pelanggaran Tata Perilakudan Etika Profesi;

Satker Kabupaten; Pendamping Desa yang diduga melakukan pelanggaran

Tata Perilaku dan Etika Profesi /Teradu; Saksi-saksi (bila diperlukan).

c) Apabila Terduga adalah Tenaga Ahli PemberdayaanMasyarakat (TAPM), maka pihak yang hadir meliputi : Team Leader KPW Provinsi / yang mewakili; Satker P3MD Provinsi; Tenaga Ahli Pengaduan dan Penanganan Masalah KPW

Provinsi atau Tenaga Ahli KPW Provinsi yang mewakili; Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang

diduga melakukan pelanggaran Tata Perilaku dan EtikaProfesi /Teradu;

Saksi-saksi bila diperlukan.d) Apabila Terduga adalah Team Leader / Tenaga Ahli KPW

Provinsi, maka pihak yang hadir meliputi: Team Leader KPW Pusat / yang mewakili; Satker Pusat atau NTL / yang mewakili; Deputy / Tenaga Ahli Pengaduan dan Penanganan Masalah

KNPPD / yang mewakili; Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang

diduga melakukan pelanggaran Tata Perilaku dan EtikaProfesi /Teradu;

Page 53: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

47 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Saksi-saksi bila diperlukan.

Jika Terduga telah diundang secara patut dan layak dan tidak menghadiripada hari/tanggal yang telah ditentukan dalam surat undangan dengantidak mengemukakan alasan secara patut dan layak, maka Terdugadianggap menerima hasil Keputusan Forum Pembuktian. Selanjutnyadiproses dengan rekomendasi: “diberhentikan dengan tidakhormat/Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)” maka dilayangkan suratPemutusan Hubungan Kerja dengan melampirkan Berita Acara HasilForum Pembuktian Profesi.

Proses Forum Pembuktian1) Pendamping Desa, Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

atau Team Leader KPW Provinsi atau Team Leader KPW Pusat(sesuai dengan jenjang penanganan diatas), menyampaikan laporantemuan dan fakta adanya pelanggaran Tata Perilaku dan Etika Profesidan memaparkan bukti/fakta, berdasarkan hasil pemeriksaan daninvestigasi secara kronologis, dan hasil klarifikasi;

2) Terduga diberi kesempatan untuk memberikan sanggahan denganpemaparan bukti pendukung bahwa ia tidak melakukan pelanggaranyang didugakan kepadanya;

3) Tanya jawab, menampilkan alat bukti dan pembelaan, persaksian atauhal-hal lain yang perlu dikemukakan di depan Forum;

4) Pihak-pihak yang hadir dalam Forum Pembuktian (kecuali saksi-saksi)menganalisa, menimbang dan menguji bukti-bukti / saksi-saksi untukmenilai validitas masing-masing bukti atau lemah atau tidaknyapersaksian;

5) Putusan Forum Pembuktian, yang berisi 2 (dua) hal yaitu : terbuktidan tidak terbukti atas pelanggaran Tata Perilaku dan Etika Profesi;

6) Hasil pelaksanaan Forum Pembuktian dituangkan dalam Berita AcaraForum Pembuktian yang ditanda tangani oleh para pihak yang hadirdalam Forum Pembuktian.

Pelaksanaan Hasil Keputusan Forum Pembuktian1) Rekomendasi Forum Pembuktian adalah mengikat;2) Selanjutnya berdasarkan hasil Forum Pembuktian, selambat-lambatnya 3

(tiga) hari setelah pelaksanaan Forum Pembuktian, dilakukan persuratansebagaimana disebut di atas;

Jenis Sanksi Surat Peringatan I (pertama)/teguan Surat Peringatan II ( kedua)/Teguran keras Pemutusan Hubungan Kerja

Penerapan Sanksi1) Bila pelanggaran terkait penyimpangan/penyalahgunaan dana dan

terbukti secara meyakinkan maka sanksinya adalah PemutusanHubungan Kerja (PHK);

2) Bila pelanggaran tidak terkait penyimpangan / penyalahgunaan Danamaka jenis sanksinya sebagai berikut:

Page 54: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

48 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Bila Terduga mengaku setelah diklarifikasi dengan bukti-bukti yangmeyakinkan dan Terduga berjanji tidak akan melakukannya lagi atauperbuatan melangar etik yang lain, maka sanksi maksimalnyaadalah Surat Peringatan II (dua).

Bila Terduga tidak mengakui setelah diklarifikasi dengan bukti-buktiyang meyakinkan, tetapi terbukti di Forum Pembuktian makasanksinya adalah Pemutusan Hubungan Kerja.

B. PROSEDUR PEMETAAN DAN PENEMPATAN PENDAMPINGPROFESIONAL

1. PROSEDUR PEMETAANDalam melakukan pemetaan pendamping Profesional, terdapat hal-hal yangperlu diperhatikan, yaitu :a. Satker P3MD Provinsi bersama TL KPW Provinsi menyusun daftar

pemetaan Pendamping Profesional untuk menyeimbangkan kekuatanpersonil Pendamping Profesional.

b. Daftar pemetaan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Pemetaanyang ditandatangani oleh Satker P3MD Provinsi dan TL KPW Provinsi,untuk selanjutnya disampaikan kepada Satker Pusat melalui TL KPWPusat.

c. KPW Pusat wajib mereview Berita Acara Pemetaan dimaksud, sekaligusmenetapkan persetujuan atau penolakan atas usulan pemetaan dimaksuduntuk disampaikan kepada kepada Satker Pusat.

d. Satker Pusat akan menetapkan persetujuan/penolakan keputusanmapping/pemetaan kepada Satker P3MD Provinsi.

Langkah-Langkah PemetaanBerdasarkan hasil identifikasi kebutuhan Pendamping Profesional ditetapkanrencana pemetaan (mapping) yang dibagi menjadi dua langkah yaitupertama: pemetaan relokasi dan kedua: pemetaan Pendamping baru.

a. Langkah Pertama: Pemetaan Relokasi1) Setiap satu tahun sekali masing-masing Pendamping Profesional dapat

direlokasi dalam rangka pemerataan kapasitas dan peningkatan kinerja;2) Jika tidak ada lokasi baru atau posisi kosong maka dilakukan mapping

penggabungan kinerja yaitu: 1) Pendamping Profesional yang memilikinilai kinerja tinggi (A atau B) digabungkan dengan PendampingProfesional yang berada di rangking menengah ke bawah pada daftarPendamping Profesional;

3) Jika terdapat lokasi baru atau posisi kosong maka dilakukan mappingpenggabungan kinerja yaitu: 1) Pendamping lama yang memiliki nilaikinerja tinggi (A atau B) digabungkan Pendamping baru yang berada dirangking menengah ke bawah pada daftar Pendamping hasil seleksiaktif, atau sebaliknya.

b. Langkah Kedua : Pemetaan Pendamping Profesional Baru1) Penempatan Pendamping Profesional baru dapat terjadi dikarenakan

penambahan lokasi baru atau adanya posisi kosong.2) Acuan pemetaan Pendamping Profesional baru adalah hasil pemetaan

Page 55: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

49 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

relokasi.

c. Berdasarkan hasil pemetaan Pendamping Profesional existing, makadilakukan mapping pengabungan kinerja yaitu:1) Pendamping Profesional yang memiliki nilai kinerja tinggi (A atau B)

digabungkan Pendamping baru yang berada di rangking menengah kebawah pada daftar Pendamping Profesional hasil seleksi aktif, atausebaliknya.

2) Pendamping Profesional yang memiliki nilai kinerja rendah (C atau D)digabungkan Pendamping baru yang berada di rangking menengah keatas pada daftar Pendamping hasil seleksi aktif.

2. PROSEDUR PENEMPATAN1. Penempatan Pendamping Profesional di tingkat kabupaten/kota,

kecamatan dan desa, dilaksanakan bersama antara TL KPW Provinsidengan Satker P3MD Provinsi, yang dituangkan kedalam berita acarapenempatan untuk disampaikan kepada kepada Satker Pusat.

2. Satker Pusat selanjutnya meninjau Berita Acara Penempatan dimaksud,dengan memberikan pernyataan persetujuan atas usulan penempatan.

3. Selanjutnya Satker Pusat menyampaikan hasil persetujuan atas usulanpenempatan, dan memerintahkan kepada Satker Provinsi untukmenerbitkan Surat Perintah Kerja/ Kontrak.

Penempatan pendamping tersebut, disusun berdasarkan pemetaan (mapping)kebutuhan yang memuat pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Rasio Kebutuhana) Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM):

i. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah kecamatan 1 (satu) sampaidengan 5 (lima) kecamatan ditempatkan 4 (empat) orang Tenaga Ahli,dengan kategori berikut:(1) 1 (satu) orangTenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Desa;(2) 1 (satu) orangTenaga Ahli Infrastruktur Desa;(3) 1 (satu) orangTenaga Ahli Pembangunan Partisipatif;(4) 1 (satu) orang Tenaga Ahli yang disesuikan dengan kebutuhan

Kabupaten diantara Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa(TA-PED) atau Tenaga Ahli Pengembangan Teknologi Tepat Guna(TA-TTG) atau Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar (TA-PSD) .

ii. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah kecamatan lebih dari 5 (lima)kecamatan ditempatkan 6 (enam) orang Tenaga Ahli, dengan kategoriberikut:(1) 1 (satu) orang Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat;(2) 1 (satu) orang Tenaga Ahli Infrastruktur Desa;(3) 1 (satu) orang Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif;(4) 1 (satu) orang Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa;(5) 1 (satu) orang Tenaga Ahli Pengembangan Teknologi Tepat Guna;(6) 1 (satu) orang Tenaga Ahli Pelayanan Sosial Dasar.

Page 56: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

50 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

b) Pendamping Desa Per KecamatanPenempatan Tenaga Pendamping Desa diatur melalui ketentuan berikut:i. Setiap kecamatan akan ditempatkan minimal 2 orang pendamping,

yang salah satunya adalah Pendamping Desa Teknik Infrastruktur;ii. Setiap kecamatan dengan jumlah desa 1 (satu) sampai 10 (sepuluh)

akan ditempatkan 2 (dua) orang Pendamping Desa;iii. Setiap kecamatan dengan jumlah desa 11 (satu) s.d 20 (duapuluh)

akan ditempatkan 3 (tiga) orang Pendamping Desa;iv. Setiap kecamatan dengan jumlah desa 21 (duapuluh satu) s.d 40

(empatpuluh) desa akan ditempatkan 4 (empat) orang PendampingDesa;

v. Setiap kecamatan dengan jumlah desa lebih dari 40 akanditempatkan 5 (lima) orang Pendamping Desa.

c) Pendamping Lokal Desai. Cara menentukan jumlah Pendamping Lokal Desa adalah, jumlah

seluruh desa dalam satu kecamatan dibagi 4, dan apabila ada sisa 1sampai dengan 3 desa maka akan ditambah 1 orang PLD lagi;

ii. 1 (satu) orang Pendamping Lokal Desa akan mendampingi 4 Desa,meski demikian, dengan memperhatikan situasi dan kondisi,dimungkinkan 1 (satu) PLD mendampingi 2 (dua) atau 3 (tiga) desasaja;

iii. Bagi kecamatan yang mempunyai desa terpencil secara geografis,terluar dan kepulauan, maka dapat ditempatkan 1 (satu) orang PLDuntuk 1 (satu) desa, berdasarkan usulan pemerintah daerah ataspersetujuan Dirjen PPMD Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi.

2. Kesesuaian terhadap Perubahan SituasiDalam rangka pemerataan kapasitas dan peningkatan kinerja, setiap satutahun sekali Pendamping Profesional dapat direlokasi. Relokasi diadakandengan pertimbangan berikut:1) Terdapat lokasi baru atau posisi kosong

a. Penempatan Pendamping Profesional baru dapat terjadi dikarenakanpertambahan lokasi program atau adanya posisi kosong. Satker P3MDProvinsi wajib mencari calon Pendamping Profesional yang sudahberpengalaman di bidang pemberdayaan masyakat sesuai yangdipersyaratkan.

b. Acuan pemetaan Pendamping Profesional baru adalah hasil pemetaanrelokasi.

2) Keseimbangan kinerjaJika tidak ada lokasi baru atau posisi kosong untuk diisi, maka relokasidiadakan untuk penggabungan pendamping dengan tujuanpenyeimbangan kinerja, penggabungan dilaksanakan dengan polaberikut:a. Pendamping Profesional yang memiliki nilai kinerja tinggi (A atau B)

digabungkan Pendamping baru yang beradadi peringkat (rank)menengah ke bawah pada daftar Pendamping Profesional hasil seleksiaktif, atau sebaliknya.

b. Pendamping Profesional yang memiliki nilai kinerja rendah (C atau D)digabungkan dengan Pendamping baru yang berada di rangking

Page 57: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

51 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

menengah ke atas pada daftar Pendamping hasil seleksi aktif.

C. MOBILISASI PENDAMPING PROFESIONALMobilisasi Pendamping Profesional dilakukan dengan ketentuan:

1. Satker P3MD Provinsi bersama TL KPW Provinsi melakukan mobilisasiPendamping Profesional (TAPM di kabupaten, Pendamping Desa diKecamatan dan Pendamping Lokal Desa) disesuaikan dengan domisilisesuai KTP;

2. Dalam hal tidak memungkingkan untuk ditempatkan sesuai domisili (KTP),maka dipertimbangkan dengan jarak tempuh/ masih dekat dengan domisili(sesuai KTP);

3. Mobilisasi Pendamping Profesional yang telah disetujui oleh Satker Pusatakan menjadi dasar untuk diikutsertakan dalam Pelatihan Pra Tugas, KontrakKerja, dan Surat Perintah Tugas (SPT);

4. Pada saat TAPM, Pendamping Desa, dan Pendamping Lokal Desa dimobilisasi oleh Satker P3MD Provinsi, wajib menyerahkan ijasah asli,untuk disimpan di deposit box minimal selama 6 (enam) bulan sebagaijaminan, yang tertuang dalam bentuk berita acara serah terima;

5. Biaya sewa deposit box dianggarkan melalui dana dekonsentrasi.

D. MOBILISASI PENDAMPING PROFESIONAL CADANGAN DAN DARI HASILPROMOSIMobilisasi Pendamping Profesional Cadangan dan dari hasil promosi dilakukanuntuk mengisi posisi kosong pada tahun anggaran berjalan. Mekanismemobilisasi Pendamping Profesional dari hasil promosi sebagai berikut:

1. Pendamping Profesional Cadangan dapat ditempatkan ke lokasi yangkosong;

2. Satker P3MD Provinsi berkewajiban untuk secara langsung, cepat dantepat mengisi posisi kosong Pendamping Profesional pada tahun anggaranberjalan dari daftar cadangan maupun melalui promosi;

3. Mobilisasi cadangan Pendamping Desa langsung ke lokasi kecamatanyang kosong dapat dilakukan tanpa persetujuan Satker Pusat, akantetapi apabila pengisian kekosongan menyebabkan terjadinya relokasiPendamping Desa lintas Kabupaten maka TL KPW Provinsi wajibmengusulkannya terlebih dahulu kepada Satker Pusat, tembusan KPWPusat;

4. Pendamping Lokal Desa yang dipromosikan menjadi Pendamping Desadapat dimobilisasi setelah diberikan pelatihan on job training dan in servicetraining;

5. Pendamping Desa yang dipromosikan menjadi Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat dapat dimobilisasi setelah diberikan pelatihanon job training dan in service training;

6. Berdasarkan Berita Acara Penempatan Pendamping Profesional, SatkerP3MD Provinsi menyusun Kontrak Kerja, dan SPT;

7. Pendamping Profesional yang dimobilisasi ke lokasi tugas diwajibkanmembawa Surat Perintah Tugas (SPT). Apabila sampai dengan waktudimobilisasikannya Pendamping ke lokasi tugas belum menerima SPTmaka kepada setiap Pendamping Profesional diwajibkan membawa Berita

Page 58: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

52 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Acara Penempatan Pendamping Profesional;8. Satker P3MD Provinsi dan TL KPW Provinsi menginformasikan kepada

calon Pendamping Profesional, bahwa sebelum dimobilisasi ke lokasitugas, wajib memberikan jaminan ijasah dan akan disimpan minimalselama 6 (enam) bulan oleh Satker P3MD Provinsi melalui sewa depositbox yang telah dianggarkan melalui dana dekonsentrasi. Serah terimajaminan ijasah dituangkan dalam bentuk berita acara serah terima.

E. KOORDINATOR PENDAMPING PROFESIONAL1. Pada hakekatnya kepemimpinan Pendamping Profesional di tiap-tiap

Kabupaten adalah kolektif kolegial, namun untuk mengefektifkan koordinasidipimpin oleh seorang Koordinator yang dipilih diantara Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat (TAPM) di Kabupaten tersebut yang prosespemilihannya difasilitasi oleh pejabat SKPD Kabupaten/Kota yangmembidangi Pemberdayaan Masyarakat, dan didokumentasikan melaluiBerita Acara Pemilihan Koordinator Pendamping Profesional.Koordinator Pendamping Profesional dapat dilakukan rotasi setahun sekali,dengan proses pemilihan sebagaimana diatas.

2. Apabila dalam struktur Konsoltan Pendamping Wilayah (KPW) Provinsibelum ditugaskannya Team Leader KPW Provinsi, maka TL KPW Pusat diberikewenangan untuk merekomendasikan 2 (dua) seorang TA KPW Provinsidengan terlebih dahulu mengkonsultasikan kepada Satker Pusat untukmendapatkan persetujuan salah satu diantaranya sebagai koordinatorsementara TA KPW Provinsi.

F. USIA, HARI DAN JAM KERJA PENDAMPING PROFESIONAL1. Usia Kerja Pendamping Profesional dalam hal ini Tenaga Ahli

Pemberdayaan Masyarakat, Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desaberakhir pada saat yang bersangkutan berusia 65 Tahun.

2. Pendamping Profesional berkewajiban tinggal di lokasi penugasan agar dapatbekerja secara purna waktu. Pendamping Profesional bekerja denganmengatur waktu kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutanpelayanan yang diminta masyarakat. Untuk itu, Pendamping Profesionaldiwajibkan bekerja minimal 7 jam perhari dalam 6 hari per minggu, dimanaminimal 60 % jam kerjanya di lapangan, kecuali ada penugasan lain yangmenyebabkan pendamping profesional tidak bisa memenuhi kewajibanlapangannya.

3. Pendamping Profesional wajib melaporkan kehadirannya di lokasi tugas danmembuktikan bahwa dirinya bekerja dalam bentuk Dokumen Lembar WaktuKerja (LWK);

4. Apabila Pendamping Profesional tidak menjalankan tugas, atau tidak beradadi lokasi tugas, atau meninggalkan lokasi tugas tanpa ijin selama 10(sepuluh) hari kerja berturut-turut, atau meninggalkan lokasi tugas selama 20(dua puluh) hari kerja tanpa keterangan selama 1 (satu) tahun makaterhadap Pendamping Profesional yang bersangkutan dapat dikenakan PHK.

G. CUTI DAN IJIN1. Cuti Tahunan

a) Setiap Pendamping Profesional yang telah memiliki masa kontrakkerja 12 bulan berhak atas cuti tahunan. Dengan demikian, terhadap

Page 59: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

53 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Pendamping Profesional yang bersangkutan berhak untuk meninggalkantugas dengan tetap memperoleh hak-haknya.

b) Setiap Pendamping Profesional berhak mengambil Cuti Tahunan selama12 (dua belas) hari kerja. Apabila seorang Pendamping Profesional padatahun anggaran berjalan hanya mempergunakan beberapa hari darijumlah total hak cuti tahunan, maka sisa hari dari hak cuti tahunanPendamping Profesional bersangkutan pada tahun berikutnya dianggapgugur atau hilang.

c) Segala bentuk izin meninggalkan tugas dengan alasan lain diluar sakitdengan keterangan dokter (maksimal 5 hari) dapat dikonversikandengan perhitungan jumlah hari cuti tahunan. Konversi dilakukandengan cara mencatatkan pada LWK setiap bulan berjalan.

d) Prosedur pengajuan cuti tahunan adalah sebagai berikut:i. Pendamping Profesional mengajukan permohonan cuti secara tertulis

kepada Satker P3MD Provinsi dengan tembusan supervisornya,sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan ijin cutitahunan.

ii. Berdasarkan pertimbangan supervisor pendampig profesional SatkerP3MD Provinsi menerbitkan surat persetujuan atau surat penolakancuti.

2. Ijin Karena Sakita) Setiap Pendamping Profesional berhak mengajukan ijin meninggalkan

tugas selama maksimal 6 (enam) hari kerja karena menderita sakitdengan dibuktikan melalui surat keterangan dokter. PendampingProfesional yang sakit, tetap memperoleh hak atas pembayaranhonorarium dan bantuan biaya operasional.

b) Apabila Pendamping Profesional menderita sakit sehinggamembutuhkan istirahat lebih dari 6 (enam) hari maka terhadapbersangkutan tetap diijinkan dengan memotong sisa jumlah hari padacuti tahunan.

c) Apabila seorang Pendamping Profesional telah kehabisan hak cutinamun berdasarkan keterangan dokter/rumah sakit dinyatakan sakitmaka pengaturan ijin cuti diatur sebagai berikut:

Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa1) Apabila dalam satu bulan masih dapat melaksanakan tugas selama

minimal 16 (enam belas) hari kerja, maka Pendamping Lokal Desadan Pendamping Desa dimaksud akan tetap mendapatkanhonorarium dan bantuan biaya operasional secara penuh.

2) Apabila dalam satu bulan kurang dari 13 (tiga belas) hari kerja,maka Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa dimaksudhanya akan mendapatkan honorarium secara penuh, dan bantuanbiaya operasional diperhitungkan sesuai dengan kehadiran

3) Apabila dalam bulan kedua Pendamping Lokal Desa danPendamping Desa dimaksud berdasarkan keterangan dokter/rumahsakit dinyatakan masih sakit, maka Pendamping Lokal Desa danPendamping Desa dimaksud dibebastugaskan tanpa honorariumdan bantuan biaya operasional;

4) Jika pada bulan ketiga Pendamping Pendamping Lokal Desa dan

Page 60: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

54 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Pendamping Desa dimaksud sudah sembuh maka dapat kembalibekerja, dan sebaliknya jika Pendamping Lokal Desa danPendamping Desa bersangkutan masih sakit maka Satker P3MDProvinsi dapat menetapkan Surat Keputusan PHK dengan didahuluipemberitahuan sebelumnya.

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat1) Apabila selama satu bulan masih dapat melaksanakan tugas

minimal 13 (tiga belas) hari kerja, maka Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat dimaksud akan tetap mendapatkanhonorarium secara penuh, dan bantuan biaya operasionaldiperhitungkan berdasarkan jumlah kehadiran.

2) Apabila selama satu bulan dalam melaksanakan tugas kurang dari13 (tiga belas) hari kerja, maka honorarium dan bantuan biayaoperasional Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat akandiperhitungkan sesuai dengan jumlah kehadiran;

3) Apabila dalam bulan kedua Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakatdimaksud berdasarkan keterangan dokter/rumah sakit dinyatakanmasih sakit, maka Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakatdimaksud dibebastugaskan tanpa honorarium dan bantuan biayaoperasional.

4) Jika pada bulan ketiga Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakatdimaksud sudah sembuh maka dapat kembali bekerja, dansebaliknya jika Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakatbersangkutan masih sakit maka Satker P3MD Provinsi dapatmenetapkan Surat Keputusan PHK dengan didahului pemberitahuansebelumnya

d) Supervisor dari Pendamping Profesional yang sakit sebagaimanadijelaskan di atas berkewajiban untuk mengendalikan kinerja program dilokasi tugas bersama-sama dengan rekan satu tim di lokasipenugasan atau antar kecamatan di kabupaten setempat.

e) Satker P3MD Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan/penolakanijin karena sakit maupun pemberian dispensasi ijin karena sakit selama1 (satu) bulan berdasarkan rekomendasi dari supervisor PendampingProfesional yang bersangkutan.

f) Prosedur pengajuan dispensasi ijin karena sakit adalah sebagai berikut: Ijin karena sakit diajukan secara tertulis paling lambat 1 (hari) setelah

tidak hadir di lokasi tugas. Setiap surat ijin karena sakit harus dilampiri surat keterangan dokter Satker P3MD Provinsi wajib menerbitkan surat persetujuan terhadap

ijin karena sakit apabila dapat dibuktikan surat keterangan dokteradalah benar adanya.

Pengajuan perpanjangan ijin karena sakit dengan menggunakancuti tahunan diajukan paling lambat 1 (satu) hari menjelang ijin karenasakit berakhir.

Satker P3MD Provinsi menerbitkan surat persetujuan tambahan ijinkarena sakit apabila dapat dibuktikan surat keterangan dokter adalahbenar adanya, dan dapat dibuktikan Pendamping Profesional yang

Page 61: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

55 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

bersangkutan masih memiliki sisa cuti tahunan. Satker P3MD Provinsi menerbitkan surat persetujuan tambahan ijin

karena sakit tanpa pemberian honorarium dan bantuan biayaoperasionalselama 1 (satu) bulan apabila dapat dibuktikan bahwaPendamping Profesional yang bersangkutan tidak memiliki sisa cutitahunan dan berdasarkan surat keterangan dokter/rumah sakitdinyatakan Pendamping Profesional bersangkutan harus dirawat ataudibebaskan tugas dan pekerjaan.

Satker P3MD Provinsi berkewajiban menerbitkan Surat PHKterhadap Pendamping yang menderita sakit apabila pada bulanketiga masih sakit berdasarkan surat keterangan dokter/rumah sakit.

3. Cuti MelahirkanSetiap Pendamping Profesional (Perempuan) berhak atas CutiMelahirkan maksimal 3 (tiga) bulan berturut-turut mulai dari pra maupunpasca melahirkan, yang bersangkutan tetap memperoleh hak ataspembayaran honorarium tanpa bantuan biaya operasional. Prosedur cutimelahirkan adalah sebagai berikut:a. Pendamping Profesional mengajukan permohonan cuti melahirkan

secara tertulis kepada Satker P3MD Provinsi dengan tembusanSupervisornya dan pejabat yang mengurusi pendampingan, sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan cuti.

b. Satker P3MD Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan cutiberdasarkan rekomendasi dari supervisornya.

c. Pendamping bersangkutan wajib masuk kerja setelah Cuti Melahirkanberakhir.

4. Cuti Ibadah Haji, Umroh.Pendamping Profesional yang mengajukan Cuti Ibadah Haji dan Umrohwajib menggunakan cuti tahunannya secara penuh yaitu 12 (dua belas) hari.Untuk cuti Ibadah Haji diberi dispensasi tambahan cuti selama 25 (duapuluh lima) hari dengan tetap menerima honorarium tanpa bantuan biayaoperasional, sedangkan Cuti Ibadah Umroh diberi dispensasi tambahancuti selama 7 (tujuh) hari dengan tetap menerima honorarium secarapenuh, sedangkan bantuan biaya operasional diperhitungkan sesuaijumlah kehadiran.Prosedur pengajuan Cuti Ibadah Haji dan Umroh adalah sebagai berikut:a. Pendamping Profesional mengajukan permohonan cuti dalam rangka

melaksanakan ibadah haji/ umroh secara tertulis kepada Satker P3MDProvinsi dengan dengan tembusan Supervisornya dan pejabat yangmengurusi pendampingan, sekurang-kurangnya 14 (empat belas) harisebelum pelaksanaan cuti dengan dilampiri foto copy dokumen terkait.

b. Pendamping Profesional melaksanakan serah terima pekerjaan kepadamitra kerja satu tim dan supervisor atasan langsung.

c. Pendamping Profesional bersangkutan wajib masuk kerja setelah masaijin cuti ibadah Haji/Umroh selesai.

5. Ijin BiasaIjin karena keperluan tertentu di luar cuti tahunan, ijin karena sakit, cuti

Page 62: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

56 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

melahirkan dan cuti ibadah haji dan umroh diatur dengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Ijin diberikan maksimal 7 hari dalam satu tahun (diperhitungkan secaraakumulatif);

b. Ijin biasa akan mengurangi bantuan biaya operasional yangdiperhitungkan berdasarkan jumlah ketidakhadiran;

c. Pendamping Profesional mengajukan permohonan ijin dalam rangkakeperluan tertentu secara tertulis kepada Satker P3MD Provinsi dengantembusan Supervisornya dan pejabat yang mengurusi pendampingan,sekurang-kurangnya 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan ijin.

d. Pendamping Profesional yang masih mempunyai hak cuti, maka ijin inidiperhitungkan dari sisa hak cuti.

H. RELOKASIRelokasi Pendamping Profesional dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhanprogram dengan ketentuan sebagai berikut:1. Prinsip-Prinsip Relokasi

a. Relokasi Pendamping Lokal Desa diutamakan dilakukan dalam wilayahkecamatan yang sama, relokasi Pendamping Desa diutamakan dalamwilayah kabupaten yang sama, dan relokasi Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat diutamakan dilakukan dalam provinsi yangsama;

b. Relokasi ditujukan untuk pemerataan kualitas kinerja antar lokasi.2. Prosedur Relokasi dalam Provinsi yang sama

a. TL KPW Provinsi menyusun daftar relokasi Pendamping Profesionaluntuk menyeimbangkan kekuatan personil Pendamping Profesional danmengkoordinasikannya dengan Satker P3MD Provinsi. Daftar relokasidimaksud dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani SatkerP3MD Provinsi dan TL KPW Provins dengan tetap mempertimbangkandomisili Pendamping Profesional dan disampaikan ke Satker Pusat;

b. Apabila dalam proses relokasi ini Satker P3MD Provinsi tidak sesuaiketentuan penempatan pendamping professional, maka Satker Pusatdapat membatalkan keputusan tersebut;

c. Konsultan Nasional dan KPW melakukan monitoring dan evaluasi atasrelokasi Pendamping Profesional dimaksud.

I. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

1. Prinsip-Prinisp PHKSatker P3MD Provinsi sebagai Pihak Pertama dalam kontrak kerjaPendamping Profesional dapat melakukan PHK kepada PendampingProfesional dalam hal:a. Pelanggaran terhadap isi “surat perjanjian kerja”;b. Pelanggaran terhadap “Tata Perilaku” (Code of Conduct);c. Hasil evaluasi kinerja Pendamping Profesional.

2. PHK terhadap Pendamping Profesional karena Pelanggaran terhadapKontrak Kerja dan Code of Conduct:

Page 63: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

57 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

a. Terhadap indikasi pelanggaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct yangdilakukan oleh Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa dilakukaninvestigasi dan tindakan antisipatif sebagai berikut:1) Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat melakukan investigasi awal

atas adanya indikasi Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desamelakukan pelangaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct;

2) Jika Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa terbuktimelanggar Kontrak Kerja dan Code of Conduct, maka Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat wajib melaporkan hasil temuannyakepada Satker P3MD Provinsi, dengan tembusan TL KPW Provinsidan Satker Pusat agar membebastugaskan sementara atau tetapmenugaskan sampai akhir bulan berjalan. Pertimbangan rasional inidiambil terkait pelaksanaan program;

3) Keputusan akan diambil oleh Satker P3MD Provinsi bersama TL KPWProvinsi.

b. Terhadap indikasi pelanggaran Kontrak Kerja dan Code of Conductoleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat dilakukan penanganansebagai berikut:1) TL KPW Provinsi melakukan investigasi awal adanya indikasi

pelanggaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct oleh Tenaga AhliPemberdayaan Masyarakat;

2) Jika Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat terbukti melanggarKontrak Kerja dan Code of Conduct, TL KPW Provinsi melaporkankepada Satker P3MD Provinsi, (dengan tembusan KPW Pusat danSatker Pusat) agar membebastugaskan sementara atau tetapmenugaskan sampai akhir bulan berjalan. Pertimbangan rasional inidiambil terkait keuntungan dan kerugian pelaksanaan program;

c. TL KPW Provinsi wajib melaporkan kepada Satker P3MD Provinsiperihal PHK kepada Pendamping Profesional dengan pengaturansebagai berikut:1) Pemberitahuan pelanggaran Kontrak Kerja dan Code of Conduct oleh

Pendamping Profesional disertai bukti dan dokumen pendukung;2) Pertimbangan legal dan rasional sebagai dasar dilakukannya PHK

terhadap Pendamping Profesional, melalui surat pembebastugasansementara, atau tetap bekerja sampai akhir bulan

3) Karena Satker P3MD Provinsi dapat menghentikan sementaraPendamping dari penugasan, maka perhitungan honorarium dan ataubiaya operasional bulan berjalan kepada Pendamping yang akandikenai PHK diatur sebagai berikut:

TAPM, Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa:a. Pendamping yang bersangkutan akan tetap mendapatkan honorarium

dan biaya operasional apabila dalam satu bulan masih dapatmelaksanakan tugas selama minimal 16 (enam belas) hari kerja.

b. Pendamping yang bersangkutan akan mendapatkan honorariumtanpa biaya operasional apabila dalam satu bulan kurang 16 (enambelas) hari kerja.

Page 64: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

58 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

c. Pendamping yang bersangkutan tidak akan mendapatkan honorariumdan biaya operasional apabila dalam satu bulan tidak memenuhiminimal 10 (sepuluh) hari kerja.

4) Surat usulan PHK ditujukan kepada Satker P3MD Provinsi harusditembuskan kepada Satker Pusat.

5) Surat keputusan PHK terhadap TAPM akan di terbitkan oleh SatkerP3MD Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari SatkerPusat.

3. PHK terhadap Pendamping Profesional dengan kinerja rendah dapatdilakukan setelah hasil evaluasi kinerja triwulan mendapatkan nilai Dsebanyak dua kali berturut-turut dengan ketentuan sebagai berikut:a. Hasil evaluasi Kinerja Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat,

Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa telah dilaporkan TLKPW Provinsi kepada Satker P3MD Provinsi dengan tembusan ke SatkerPusat.

b. Satker Pusat berkewajiban menindaklanjuti usulan Satker P3MD Provinsidimaksud dengan memerintahkan Konsultan Nasional melakukanverifikasi khusus terhadap usulan Satker P3MD Provinsi .

c. Hasil verifikasi yang dilakukan oleh Konsultan Nasional akan menjadiacuan bagi Satker Pusat untuk memperkuat atau menolak usulan SatkerP3MD Provinsi.

d. Keputusan yang diterbitkan Satker Pusat bersifat final dan dijadikandasar penetapan oleh Satker P3MD Provinsi untuk melakukan PHK;

e. Apabila dalam jangka waktu 1 5 (lima belas) hari kerja Satker Pusatsecara resmi belum memberikan tanggapan terhadap surat usulan SatkerP3MD Provinsi maka Satker P3MD Provinsi berwenang untuk mengambilkeputusan secara sepihak berdasarkan rekomendasi TL KPW Provinsi.

J. MASA TRANSISIMasa transisi pendampingan adalah masa konsolidasi untuk mempersiapkanstruktur pendampingan baru sesuai dengan TOR Pendamping Profesional 2016yang berlaku efektif pada tanggal 1 November 2016, dengan ketentuan sebagaiberikut:

1. Satker P3MD Provinsi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)terhitung 1 November 2016 terhadap para Pendamping Professional yang:(a) tidak memenuhi kualifikasi minimal TOR 2015; (b) tidak memenuhikualifikasi minimal TOR 2016 dan memiliki skor Evaluasi Kinerja Transisiyang tidak memuaskan, yaitu C atau D untuk TAPM dan PD, dan D untukPLD; serta (c) memenuhi kualifikasi minimal TOR 2016 namun memiliki skorEvaluasi Kinerja Transisi tidak memuaskan, yaitu D.

2. PHK terhadap Pendamping Profesional yang tidak memenuhi kualifikasi danatau evaluasi kinerja transisi sebagaimana disebutkan dalam point 1dilakukan sesuai dengan daftar Pendamping Profesional yang dikirim olehSatker Pusat P3MD dengan surat No. 39/KPA.DPPMD.1/X/2016 tertanggal31 Oktober 2016 tentang Terminasi Tenaga Pendamping Profesional.

3. Apabila menurut Satker P3MD Provinsi dan/atau Pendamping Profesionalhasil rekrutmen TA 2015 yang tidak memenuhi standar kualifikasi minimal

Page 65: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

59 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

dan atau evaluasi kinerja transisi memiliki bukti sebaliknya yang dilengkapidengan dokumen otentik maka Satker P3MD Provinisi dan/atau PendampingProfesional yang bersangkutan dapat melakukan klarifikasi kepada SatkerPusat P3MD dengan surat pengantar dari Satker Provinsi tidak lebih dari 10hari sejak Surat sebagaimana dimaksud pada poin 2 diterbitkan melaluiemail [email protected] dan/atau melalui media penyampaian yanglain.

4. Satker Pusat P3MD akan melakukan review atas dokumen klarifikasisebagaimana yang disampaikan oleh Satker Provinsi, dan apabila data-dataPendamping Profesional yang dikirim terbukti benar maka Satker P3MDakan menerbitkan surat perintah mobilisasi Pendamping Profesional yangbersangkutan.

K. PENGUNDURAN DIRISetiap Pendamping Profesional berhak memutuskan kontrak kerja denganmengundurkan diri. Prosedur Pengunduran Diri Pendamping Profesional diatursebagai berikut:1. Pendamping Profesional harus menyampaikan surat permohonan

pengunduran diri kepada Satker P3MD Provinsi minimal 15 (lima belas) harisebelum pengunduran diri dilaksanakan;

2. Supervisor memverifikasi usulan pengunduran diri dimaksud dan hasilnyadisampaikan oleh TL KPW Provinsi kepada Satker P3MD Provinsi;

3. Pendamping Profesional yang bersangkutan harus tetap berada dilokasitugas selama menunggu proses persetujuan dari Satker P3MD Provinsi;

4. Pendamping Profesional yang mengundurkan diri wajib melakukan serahterima berkas dan atau pekerjaan kepada Pendamping Profesionalpengganti atau kepada Supervisornya (jika tenaga pengganti belum ada);

5. Apabila Supervisor mensyaratkan kepada Pendamping Profesional untukmenyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu maka yang bersangkutan tidakdapat meninggalkan lokasi tugas sebelum kewajibannya diselesaikan;

6. Satker P3MD Provinsi dapat menunda pembayaran atas honorarium danbantuan biaya operasionalapabila Pendamping yang bersangkutan belummenyelesaikan kewajiban yang dipersyaratkan tersebut;

7. Satker P3MD Provinsi berkewajiban mengeluarkan surat persetujuanPengunduran Diri dan Surat Keterangan Pengalaman Kerja kepadaPendamping Profesional yang mentaati tata tertib pengunduran diri;

8. Satker P3MD Provinsi berkewajiban mengeluarkan surat PHK apabilaPendamping Profesional yang mengundurkan diri dan tidak mentaati tatatertib pengunduran diri yang sudah ditetapkan.

Page 66: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

60 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

BAB VPEMBAYARAN HONORARIUM DAN BANTUAN

BIAYA OPERASIONAL

A. LATAR BELAKANGSetiap Pendamping Profesional berhak mendapatkan honorarium dan bantuanbiaya operasional dari Satker Provinsi dalam jumlah dan besaran yang sesuaikontrak kerja. Pembayaran dimaksud dapat dilakukan apabila persyaratanadministrasi berupa laporan individu, laporan program danpertanggungjawaban operasional serta bukti-bukti bulan sebelumnya sudah adadan lengkap diserahkan kepada Satker Provinsi. Kelengkapan dokumen danbukti-bukti administrasi pembayaran merupakan prasyarat mutlak yang harusdipenuhi oleh setiap Pendamping Profesional secara individual dikarenakanmekanisme pembayaran kontrak individual adalah pembayaran secara langsung(LS) dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ke rekeningindividu Pendamping Profesional. Satker Provinsi akan membayarkan hak-hakPendamping Profesion apabila ada jaminan bahwa dokumen dan bukti-buktiadministrasi sudah lengkap sehingga ada jaminan tidak terjadi salah bayar.

Besaran honorarium dan bantuan biaya operasional mengacu pada suratKeputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasinomor 58.1 Tahun 2015 tentang Honorarium dan Biaya OperasionalPendamping Profesional Desa.

B. PEMBAYARAN HONORARIUM1. Pendamping Profesional mengikat perjanjian kerja dengan Satker Provinsi

yaitu dalam bentuk kontrak atas penyelesaian seluruh pekerjaan PendampingProfesional masyarakat dalam mendukung implementasi Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dengan jumlah honorarium yang pastidan tetap dan semua risiko yang mungkin terjadi dalam kegiatan PendampingProfesional masyarakat sepenuhnya ditanggung oleh PendampingProfesional. Pembayaran honorarium Pendamping Profesional setiap bulanbersifat lumpsum, kecuali untuk pembayaran besaran honorariumPendamping Profesional pada bulan pertama atau pada bulan terakhirPendamping Profesional bertugas diperhitungkan sesuai jumlah kehadirannyadi lokasi tugas dengan rumus:

Keterangan:A = Jumlah hari Pendamping Profesional bertugas pada bulan pertama atau

pada bulan terakhirB = Jumlah hari kerja dalam bulan pertama atau bulan terakhir Pendamping

Profesional bertugasC = Besaran Honorarium

HONORARIUM =ABx C

Page 67: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

61 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

2. Honorarium Pendamping Profesional adalah imbalan finansial yang diterimasetiap bulan yang diberikan kepada Pendamping Profesional sehubungandengan jasa atas kegiatan Pendamping Profesional masyarakat yangdilakukannya selama satu bulan berjalan.

3. Honorarium Pendamping Profesional dibayarkan secara lumpsum yaitubesaran honorarium yang tertuang dalam kontrak kerja yang wajibdibayarkan oleh Satker Provinsi untuk setiap bulannya dengan syaratPendamping Profesional sudah melakukan tugas atau pekerjaan sesuaidalam surat perjanjian kerja sebagaimana dibuktikan dalam bentuk laporandan bukti-bukti administrasi.

4. Jumlah dan besaran honorarium yang diterima Pendamping Profesional tetapmengacu pada Ketentuan yang telah ditetapkan oleh Satker Pusat, DitjenPembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa.

C. PEMBAYARAN BANTUAN BIAYA OPERASIONAL PENDAMPINGPROFESIONAL1. Bantuan Biaya Operasional Pendamping Profesional

a) Bantuan Biaya Operasional Pendamping Profesional adalah bantuan yangdigunakan untuk mendukung kegiatan operasional pendampinganmasyarakat;

b) Bantuan Biaya Operasional Pendamping Profesional diberikan untukdigunakan membiayai transportasi, perumahan, komunikasi dan biayaoperasional kantor;

c) Tunjangan asuransi dibayarkan at cost dengan batas nilai tertentu;d) Bantuan Biaya Operasional Pendamping Profesional dibayarkan secaralumpsum yaitu Bantuan biaya Operasional yang tertuang dalam kontrakkerja yang wajib dibayarkan oleh Satker Provinsi untuk setiap bulannya.

2. Biaya Sewa Kantor Tenaga Ahli KabupatenBiaya Sewa Kantor Tenaga Ahli Kabupaten adalah biaya yang digunakanuntuk menyewa rumah/gedung yang akan digunakan sebagai tempat kerjaTenaga Ahli Kabupaten. Pembayaran Sewa Kantor Tenaga Ahli Kabupatendiatur dengan ketentuan sebagai berikut:a) Seluruh Tenaga Ahli Kabupaten pada satu kabupaten yang sama harus

bekerja bersama-sama di sebuah kantor yang berada di IbukotaKabupaten;

b) Lokasi Kantor Tenaga Ahli Kabupaten diupayakan berdekatan denganKantor Kabupaten;

c) Jumlah dan besaran pagu maksimal sewa kantor Tenaga AhliKabupaten diatur untuk setiap kabupaten adalah sebagaimana tertuangdalam Petunjuk Penggunaan Dana Dekonsentrasi;

d) Biaya sewa Kantor Tenaga Ahli Kabupaten dibayarkan melaluimekanisme at cost yaitu jumlah uang sewa yang dibayarkan kepada PihakKedua sesuai yang tercantum dalam kontrak perjanjian sewa dan buktikuitansi.

3. Biaya Mobilisasi, Relokasi dan Demobilisasi (jika ada alokasinya)Satker Provinsi berkewajiban membayarkan biaya mobilisasi, relokasi dandemobilisasi (jika ada alokasinya) dengan pengaturan sebagai berikut:a) Biaya mobilisasi adalah biaya transport yang digunakan untuk

memberangkatkan Pendamping Profesional ke lokasi tugas yaitu dengan

Page 68: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

62 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

ketentuan sebagai berikut:1) Memberangkatkan Pendamping Profesional cadangan atau hasil

rekrutmen dari ibu kota Provinsi atau alamat rumah menuju lokasitugas di kabupaten atau kecamatan;

2) Memberangkatkan Pendamping Profesional hasil pelatihan pra tugasdari lokasi pelatihan ke lokasi tugas di kabupaten atau kecamatan.

b) Biaya relokasi adalah biaya transport yang digunakan untuk merelokasiPendamping Profesional dari satu lokasi tugas ke lokasi tugas yanglainnya. Biaya relokasi hanya dibayarkan kepada Pendamping Profesionalyang dipindahkan berdasarkan usulan yang direkomendasikan TeamLeader KPW Provinsi serta disetujui oleh Satker Provinsi. Apabila relokasimerupakan inisiatif pribadi Pendamping Profesional maka Satker Provinsitidak membayarkan biaya relokasi kepada Pendamping Profesional yangbersangkutan.

c) Biaya demobilisasi adalah biaya transportasi yang digunakan untukmemulangkan Pendamping Profesional kembali ke alamat rumahnyamasing-masing dikarenakan berakhirnya pelaksanaan program.Petunjuk pembayaran demobilisasi mengikuti ketentuan sebagaimanadiatur dalam Petunjuk Penggunaan Dana Dekonsentrasi.

D. PEMBARUAN DAFTAR INDUK PENDAMPING PROFESIONALData dasar yang digunakan Satker Provinsi untuk pembayaran Honorarium danBantuan Operasional Pendamping Profesional adalah Daftar Induk PendampingProfesional. Setiap bulannya Daftar Induk Pendamping Profesional harusdiperbarui oleh Satker Provinsi sesuai aturan sebagai berikut:1. Team Leader KPW Provinsi melaporkan kepada Satker Provinsi perihal daftar

nama Pendamping Profesional yang berada di lapangan satu bulansebelumnya paling lambat tanggal 28 setiap bulannya. Laporan daftar namaPendamping Profesional ini juga memuat informasi tentang rekomendasi-rekomendasi Team Leader KPW Provinsi berkaitan penundaan maupunpengurangan besaran pembayaran untuk satu bulan ke depan dikarenakanpelanggaran administrasi yang dilakukan oleh Pendamping Profesional.

2. Sebagai tindak lanjut Laporan Daftar Induk Pendamping Profesional yangdisampaikan oleh Team Leader KPW Provinsi, Satker Provinsimemerintahkan Sekretariat Satker Provinsi untuk memperbarui Daftar IndukPendamping Profesional. Pembaruan Daftar Induk Pendamping Profesionaldiatur dengan prosedur sebagai berikut:a) Penghapusan data Pendamping Profesional yang mengundurkan diri,

yang direlokasi ke provinsi lain, atau yang terkena PHK;b) Pencantuman data Pendamping Profesional yang baru direkrut diatur

dengan ketentuan sebagai berikut:1) Besaran Honorarium tenaga Pendamping Profesional yang baru

direkrut melalui mekanisme pelatihan pra tugas, atau mobilisasicadangan Pendamping Profesional ditetapkan sesuai denganketentuan yang diterbitkan Satker Pusat.

2) Jumlah dan besaran tunjangan untuk setiap Pendamping Profesionalyang baru disesuaikan dengan posisi dan lokasi tugas.

c) Perbaikan data Pendamping Profesional yang direlokasi dari lokasi yangberbeda dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 69: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

63 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

1) Besaran honorarium tenaga Pendamping Profesional yang direlokasidari lokasi lain disesuaikan dengan jumlah dan besaran honorariumyang berlaku di lokasi tugas yang baru.

2) Penetapan bantuan operasional untuk setiap Pendamping Profesionalyang direlokasi dari lokasi lain disesuaikan jumlah dan besaran biayaoperasional Pendamping Profesional yang berlaku di lokasi tugas yangbaru.

3) Satker Provinsi berkewajiban menetapkan Daftar Induk PendampingProfesional yang sudah direview dan direvisi untuk setiap bulannyapaling lambat tanggal 28 (dua puluh delapan) setiap bulannya.

4) Satker Provinsi melaporkan hasil penetapan Daftar Induk PendampingProfesional yang sudah direview dan direvisi untuk setiap bulannya keSatker Pusat paling lambat tanggal 3 (tiga) bulan berikutnya.

E. DAFTAR NOMINATIF HONORARIUM DAN BIAYA OPERASIONALPENDAMPING PROFESIONAL1. Latar belakang

Satker Provinsi akan membayar Pendamping Profesional melalui mekanismepembayaran secara langsung (LS) dari KKPN ke rekening individuPendamping Profesional. Dikarenakan jumlah Pendamping Profesional yangcukup besar di setiap provinsi jumlahnya serta rentang kendali pembinaanPendamping Profesional yang luas dan berjarak luas, maka pembayaranPendamping Profesional harus diatur dengan pengajuan SPM LS yangdilampiri Daftar Nominatif.

Daftar nominatif adalah lampiran dokumen SPP dan SPM dengan berisikandaftar usulan pembayaran Honorarium dan Tunjangan bagi setiapPendamping Profesional untuk setiap satu bulan yang akan dibayarkansecara langsung (LS) oleh KPPN ke rekening Pendamping Profesionalmasing- masing.

2. Format Daftar Nominatif Honorarium dan Bantuan Operasional PendampingProfesionalDaftar Nominatif Honorarium dan Bantuan Operasional (DNHBO)Pendamping Profesional disusun dengan memuat rincian nama orang besertabesaran honorarium dan tunjangan yang berhak didapatkan oleh setiapPendamping Profesional untuk satu bulan ke depan. Format Daftar NominatifHonorarium dan Bantuan Operasional (DNHBO) adalah sebagai berikut:a) Memuat rincian data-data dasar yaitu: Nama, Nomor Kontrak, Posisi

Jabatan, Besaran Honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi,Nomor Rekening Bank per individu, Nama Bank dan NPWP.

b) Khusus tunjangan operasional kantor hanya dicantumkan pada DaftarNominatif Pendamping Profesional yang ditunjuk sebagai KoordinatorFungsional.

c) Daftar Nominatif Honorarium dan Bantuan Operasional (DNHBO) wajibditandatangani oleh KPA Satker Provinsi yang bersangkutansebagaimana tercantum dalam Format Daftar.

3. Penyusunan Daftar Nominatif Honorarium dan Bantuan Operasional(DNHBO) Pendamping Profesionala) Berdasarkan Daftar Induk Pendamping Profesional yang baru ditetapkan

oleh Satker Provinsi pada awal bulan, Sekretariat Satker Provinsi merivew

Page 70: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

64 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

Laporan Daftar Pendamping Profesional dari Team Leader KPW Provinsikhususnya berkaitan dengan rekomendasi untuk menunda ataumengurangi pembayaran Honorarium dan Bantuan biaya operasionalPendamping Profesional.

b) Sekretariat Satker Provinsi memastikan setiap orang yang tercantumdalam Data Induk Pendamping Profesional sudah melengkapi laporanindividu beserta lampirannya.

c) Apabila terdapat Pendamping Profesional yang namanya tercantum diDaftar Induk Pendamping Profesional tetapi tidak dapat dibuktikan bahwaPendamping Profesional yang bersangkutan sudah menyampaikanlaporan individu beserta lampirannya, maka Pendamping Profesionaldimaksud diberi sanksi berupa penundaan Honorarium selama satu bulandan hanya diberikan bantuan biaya operasional.

d) Apabila proses review atas rekomendasi Team Leader KPW Provinsi,maupun laporan individu Pendamping Profesional beserta lampirannyadipandang sudah mencukupi, maka Sekretariat Satker Provinsi harusmenyusun Daftar Nominatif Honorarium dan bantuan biaya operasionalsesuai format yang ditetapkan.

e) Daftar Nominatif Honorarium dan Bantuan Operasional (DNHBO)Pendamping Profesional ditetapkan dan ditandatangi oleh PejabatPembuat Komitmen (PPK) dan Kepala Badan Provinsi selaku KuasaPengguna Anggaran (KPA) paling lambat tanggal 1 (satu) setiapbulannya.

F. MEKANISME PEMBAYARAN PENDAMPING PROFESIONAL DANOPERATORKOMPUTERMekanisme pembayaran mengikuti ketentuan keuangan yang beralaku.

G. PEMBAYARAN PENDAMPING PROFESIONAL YANG BERTUGASPendamping Profesional yang melaksanakan tugas kedinasan, seperti mengikutipelatihan pra tugas, peserta pelatihan penyegaran, menjadi pelatih, pesertaTrainer of Trainer, seminar, atau tugas lainnya yang berhubungan dengan tugas-tugas pendampingan, maka yang bersangkutan tetap berhak memperolehhonorarium dan bantuan biaya operasional sebagai pendamping secara penuh.

Page 71: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

65 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

BAB VISTRUKTUR ORGANISASI PENDAMPINGAN DESA

KONSULTAN NASIONALPENGENDALIAN

PEMBANGUNAN DESA

KONSULTAN NASIONALPENINGKATAN KAPASITAS

MASYARAKAT DESA

KONSULTANPENDAMPINGAN WILAYAH

PUSAT

KONSULTANPENDAMPINGAN WILAYAH

PROVINSI

TENAGA AHLI KABUPATEN

PENDAMPING DESA

DIRJEN PPMD

PENDAMPING LOKAL DESA

SATKER PUSAT DIRJEN PPMD

SKP KABUPATEN

KECAMATAN

DESA

SEKRETARIAT NASIONALPENDAMPINGAN DESA

MENTERI

TAPM

PD (PDP,PDTI)

PLD

KPW Provinsi

KONSULTAN NASIONALPENGEMBANGAN PROGRAM

SATKER P3MD PROVINSI

KPW Pusat

3 Konsultan Nasional

Page 72: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

66 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

BAB VIIPELAPORAN PENDAMPING PROFESIONAL

A. PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwapembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa ditempuh melalui upayapendampingan. Pendampingan menjadi salah satu langkah penting yang harusdilakukan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan kesejahteraanmasyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapaidiantaranya melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumber daya sesuai denganesensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Bentuk pembinaan, pengelolaan dan pengendalian Pendamping Profesionalkhususnya untuk menjamin tertib aturan, tata laksana administrasi dankeuangan, hubungan antar pelaku dalam rangka tercapainya kinerjaPembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa secara efektif dan efisien,maka Ditjen PPMD Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal danTransmigrasi menetapkan dan menerbitkan Standar Operasional dan Prosedur(SOP) Pendampingan Desa. Standar Operasional dan Prosedur (SOP) inimemuat hal-hal pokok terkait dengan terselenggaranya pelaksanaanPendampingan Desa melalui upaya yang dilakukan oleh Pemerintah,Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pihak Ketiga ataupunSwadaya masyarakat desa secara partisipatif. SOP ini juga digunakan sebagaisarana untuk membantu menjamin terciptanya transparansi dan akuntabilitasdalam pelaksanaan Pendampingan Desa sehingga dapat mencerminkan tatakelola pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yangmencerminkan Self Governing Community.

Pemerintah dalam mengendalikan implementasi Undang-undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa dibantu oleh pendamping profesional. Sesuaidengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atasPeraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan PelaksanaanUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa.dan Peraturan MenteriDesa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 3 Tahun 2014tentang Pendamping.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendampingan implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disusun komposisi pendampingprofessional sebagai berikut:1. Konsultan Nasional terdiri dari:

a. Konsultan Nasional Pengembangan Program (KNPP);b. Konsultan Nasional Pengendalian Pembangunan Desa (KNPPD);c. Konsultan Nasional Pengembangan Kapasitan Masyarakat Desa

(KNPKMD).

Page 73: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

67 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

2. Konsultan Pendampingan Wilayah yang berkedudukan di Pusat;3. Konsultan Pendampingan Wilayah yang berkedudukan di Provinsi;4. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat, yang berkedudukan di Kabupaten;5. Pendamping Desa dan Pendamping Teknis, yang berkedudukan di

Kecamatan;6. Pendamping Lokal Desa, yang berkedudukan di Desa.

Bahwa untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pendampingan desa ini, perluadanya standar pelaporan yang akurat, tepat dan cepat, berjenang sesuaitingkatannya.

B. JENIS PELAPORANSalah satu kewajiban Pendamping Profesional yang sudah dikontrak oleh SatkerP3MD Provinsi adalah membuat Laporan, pengabaian terhadap laporan dapatdikenakan sanksi penundaan pembayaran homorarium dan biaya operasioonal,sampai pada PHK. Dalam pelaksanaan pendampingan desa yang dilakukanoleh Pendamping Profesional dalam hal ini Pendamping Lokal Desa,Pendamping Desa, Tenaga Ahli Kabupaten, maupun yang dilakukan olehKonsultan Provinsi dan Konsultan Nasional, dibagi dalam beberapa jenis laporanyakni :1. Laporan Bulanan Individual, baik pendamping professional maupun

konsultan dalam melaksanakan tugas pendampingannya terikat kontrakindividual dengan Satker Provinsi maupun PPA, maka sebagaipertanggungjawaban administrasi harus membuat laporan bulanan individualyang memuat beberapa hal sebagai berikut:a. Surat Pengantar Laporan;b. Narasi Laporan yang singkat padat dan akurat;c. Lembar Waktu Kerja;d. Realisasi Kerja Bulan Berjalan;e. Rencana Kerja Bulan Yang Akan Datang;f. Bukti Kunjungan Lapangan baik Form Kunjungan;g. Bukti-bukti/dokumen lainnya yang diperlukan.

2. Laporan Mingguan Pendampingan. Laporan ini memuat khusus terkaitdengan laporan pencairan dan penggunaan Dana Desa (DD) denganketentuan sebagai berikut :a. Laporan melalui email kepada jenjang setingkat diatasnya, PLD ke PD, PD

ke TAPM, TAPM ke KPW Provinsi, KPW Provinsi ke KPW Pusat dan KPWPusat ke KN-PPD, KN-PPD ke Seknas PMD dan KN-PP;

b. Waktu Pelaporan Mingguan:i. PLD ke PD pada setiap hari Senin;ii. PD ke TAPM pada setiap hari Selasa;iii. TAPM ke TL KPW Provinsi setiap hari Rabu;iv. TL KPW Provinsi ke TL KPW Pusat setiap hari Kamis;v. TL KPW Pusat ke KN-PPD setiap hari Jum’at;vi. TL KN-PPD ke NLT Seknas dan TL KNPP setiap Hari Senin;c. Format Laporan Mingguan sebagaimana terlampir.

3. Laporan Bulanan Kegiatan Pendampingan, laporan ini memuat hal hal apasaja yang terkait dengan pendampingan sesuai levelnya masing masing, yang

Page 74: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

68 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

menggambarkan capaian kinerja dan tupoksi pendampingan, data-data danadesa, data-data kegiatan prioritas pembangunan, kegiatan pemberdayaan,kegiatan pelatihan, kegiatan pendampingan, supervise, legislasi, kaderisasidan lain sebagainya yang bisa menggambarkan kegiatan secara utuh besertacapaiannya dalam waktu sampai dengan bulan berjalan. Laporan bulanankegiatan pendampingan memuat beberapa hal sebagai berikut :a. Surat Pengantar Laporanb. Narasi laporan yang singkat padat dan akurat dengan sistematika sbb:

i. Pendahuluan;ii. Kegiatan pendampingan bulan berjalan;iii. Rencana kegiatan pendampingan bulan yang akan dating;iv. Kendala dan Masalah;v. Rekomendasi;vi. Penutup.c. Lampiran

i. Data Dasar (bulanan);ii. Data Dana Desa (Alokasi, Pencairan dan Penggunaan) (bulanan);iii. Data Regulasi Desa (tiga bulanan);iv. Data Progres Kegiatan Desa (bulanan);v. Data Pelatihan dan Kegiatan Pengkaderan (tiga bulanan);vi. Data Bumdes/Pengembangan Ekomomi Desa (tiga bulanan);vii. Data Tahapan, Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan (bulanan);viii. Data Kegiatan terkait TTG (tiga bulanan);ix. Data Pengembangan Pelayanan Dasar (tiga bulanan);x. Data Masalah dan Penanganannya (bulanan);xi. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) (bulanan);xii. Dan lain lain yang diperlukan (bila diperlukan).Laporan kegiatan bulanan pendampingan bagi TA Kabupaten, KPW Provinsi,KPW Pusat dan Konsultan Nasional, disamping melaporkan kegiatan yangdilakukan secara mandiri, juga harus merekap kegitan yang dilakukan olehpendamping level di bawahnya.

4. Laporan Insidental, laporan yang dibuat atas dasar peristiwa tertentu sepertiadanya penyelewengan, force majoure atau peristiwa yang diluar rencanadan tidak diprediksi sebelumnya, format laporan ini disesusikan denganperistiwa yang terjadi.

C. JENJANG PELAPORANPelaporan yang dibuat oleh pelaku pendampingan desa, dilakukan secaraberjenjang dengan tujuan utama adalah Pihak Pertama sebagai pihak yangmemberi kerja. Namun juga ditujukan kepada jajaran birokrasi pada levelnyamasing-masing dengan tembusan kepada supervisornya. Jenjang Pelaporanuntuk Pendamping Profesional dan Konsultan dapat digambarkan dalam bagansebagai berikut:

Page 75: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

69 | SOP Pembinaan dan Pengendalian Pendamping Profesional

D. WAKTU PELAPORANPelaporan pendamping professional dan konsultan provinsi maupun konsultannasional diatur waktunya sebagai berikut:1. Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa/Pendamping Desa Teknik

melaporkan kegiatan pendampingan dan laporan individualnya ke SatkerProvinsi dan Camat paling lambat tanggal 3 setiap bulannya;

2. Tenaga Ahli Kabupaten melaporakan kegiatan pendampingan dan laporanindividualnya ke Satker Provinsi dan Satker Kabupaten paling lambat tanggal5 setiap bulannya;

3. Konsultan Pendamping Wilayah (KPW) Provinsi melaporkan kegiatanpedampingan dan laporan individualnya ke PPA dan Satket Provinsi palinglambat tanggal 10 tiap bulannnya;

4. Konsultan Nasional dan Pendamping Wilayah (KPW) Pusat menyampaikanlaporan kegitan pendampingan dan laporan individualnya ke PPA dan SatkerPusat paling lambat tanggal 15 setiap bulannya;

5. Team Leader Nasional menyampaikan laporan individualnya paling lambattanggal 15 setiap bulannya dan laporan kegiatan pendampingan palinglambat tanggal 20 setiap bulannya;

PENDAMPING LOKAL DESA

TA KABUPATEN

KPW PROVINSI

PD dan PDTI

KPW PUSAT

KONSULTAN NASIONAL

TIM LEADER NASIONAL

SATKERPROVINSI

PPA

SATKER PUSAT

SATKERPROVINSI

SATKERKABUPATEN

CAMAT

Page 76: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)
Page 77: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB IPENDAHULUAN

Page 78: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB II :TUGAS POKOK DAN

FUNGSI

Page 79: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB III :ADMINISTRASI

KONTRAK INDIVIDU

Page 80: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB IV :PENGELOLAAN

PENDAMPINGPROFESIONAL

Page 81: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB V:PEMBAYARAN

HONORARIUM DANBANTUAN BIAYA

OPERSIONAL

Page 82: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB VI :STRUKTUR

PENGENDALIANPENDAMPINGAN DESA

Page 83: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB VII :PELAPORAN

Page 84: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

BAB VII :PENUTUP

Page 85: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

Page 86: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

FORM LAPORAN INDIVIDU

Page 87: Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

FORM LAPORANPENDAMPINGAN