Standar Kompetensi Dokter

126
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA STANDAR KOMPETENSI DOKTER KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Indonesian Medical Council Jakarta 2006

description

Standar Kompetensi Dokter KKI

Transcript of Standar Kompetensi Dokter

  • KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

    STANDAR KOMPETENSI DOKTER

    KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Indonesian Medical Council

    Jakarta 2006

    50

    50

  • 50

    50

  • STANDAR KOMPETENSI DOKTER

    50

    50

  • Edisi Pertama, 2006Cetakan Pertama, Nopember 2006

    Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Standar Kompetensi Dokter.-- Jakarta : KonsilJakarta : Konsil Kedokteran Indonesia, 2006105 hlm. ; 17.5 x 24 cm

    ISBN 979-15546-4-11. Kedokteran - - Studi dan pengajaran

    610.71

    Penerbit :Konsil Kedokteran IndonesiaJalan Hang Jebat III Blok F3Telpon : 62-21-7206623, 7254788, 7206655 Fax : 62-21-7244379Jakarta Selatan

    ii Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    iiiStandar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

    KATA SAMBUTAN KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.

    Kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu kedokteran menuntut tersedianya sumber daya manusia yang handal dan terampil serta profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di lain pihak, tersedianya alat dan teknologi yang canggih akan mudah memperoleh informasi dengan cepat sehingga masyarakat sebagai pengguna sadar akan hak-haknya disamping kewajiban-kewajiban yang harus ia penuhi.

    Perlu kita sadari bahwa akhir-akhir ini dirasakan peningkatan keluhan masyarakat baik di media elektronik maupun media cetak terhadap tenaga dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan. Kita memahami bahwa pelayanan kesehatan merupakan proses hilir, baik buruknya pelayanan kesehatan ditentukan proses dari hulu, yaitu pendidikan profesi kedokteran dan menjunjung etika kedokteran. Semua ini tentu tidak terlepas dari bagaimana proses pendidikan yang dijalani tenaga kesehatan tersebut sehingga benar-benar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sebelum terjun di tengah-tengah masyarakat.

    Buku Standar Kompetensi Dokter ini merupakan bagian dari Standar Pendidikan Profesi Dokter. Buku Standar Pendidikan Profesi Dokter serta Standar Kompetensi disusun sebagai standar dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran. Kepada tim penyusun dan para kontributor, kami ucapkan selamat dan penghargaan atas dedikasi dan terbitnya buku Standar Kompetensi Dokter ini.

    Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhJakarta, November 2006

    Hardi Yusa, dr., SpOG, MARSKetua Konsil Kedokteran Indonesia

  • 50

    KATA SAMBUTAN KETUA KONSIL KEDOKTERAN

    Assalamu'alaikum Wr. Wb,

    Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, bimbingan, petunjuk dan kekuatan-Nya kepada kita semua, atas selesainya buku Standar Kompetensi Dokter. Konsil Kedokteran menyambut gembira dengan di terbitkannya buku Standar Kompetensi Dokter, yang merupakan hasil karya dan kerja keras semua stakeholders, yang di fasilitasi oleh Konsil Kedokteran Indonesia; dan kemudian disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia sesuai dengan amanah Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Proses penyusunannya juga memakan waktu yang cukup lama dan melibatkan seluruh stakeholders antara lain Organisasi Profesi (IDI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), Kolegium Dokter Indonesia (KDI), Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional.

    Standar Kompetensi Dokter ini sesungguhnya merupakan bagian dari Standar Pendidikan Profesi Dokter. Buku ini mengacu pada perkembangan terkini dari paradigma pendidikan dokter, yang diuraikan lebih rinci untuk kemudahan dalam penyusunan kurikulum pendidikan dokter. Selain dari itu, Standar Kompetensi Dokter ini dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan kedokteran, Departemen Pendidikan Nasional, organisasi profesi, kolegium, rumah sakit pendidikan, dan Departemen Kesehatan sebagai acuan dalam mengatur kewenangan praktik kedokteran, untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di tanah air kita.

    Sebagai Ketua Konsil Kedokteran, saya mengucapkan selamat dan penghargaan yang tinggi kepada Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran Indonesia, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Para Dekan Fakultas Kedokteran, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), Kolegium Dokter Indonesia (KDI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Rumah

    iv Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional, terutama kepada mereka yang duduk dalam Kelompok Kerja Pendidikan Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran yang selama ini telah bekerja keras menyusun standar kompetensi dokter ini

    Semoga buku Standar Kompetensi Dokter ini bermanfaat bagi kita semua dan segala upaya yang telah dilakukan ini akan bermanfaat dalam upaya mencapai tujuan kita bersama

    Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek, dr, SpOG (K) Ketua Konsil Kedokteran

    Registrar

    50

    50

    vStandar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    50

    50

    50

    KATA PENGANTAR

    Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 26 ayat (2) huruf a menyatakan bahwa standar pendidikan profesi dokter disusun oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran dan ayat (3) menyatakan asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dalam menyusun standar pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium, asosiasi rumah sakit pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen Kesehatan.

    Pada bulan Oktober 2005, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) menyerahkan draft pertama Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Kompetensi Dokter. Penyusunan Standar Kompetensi Dokter dimulai dari draft pertama ini yang dikembangkan dengan mengacu pada perkembangan terkini paradigma pendidikan dokter ditinjau dari aspek empiris, aspek kerangka konsep maupun dari aspek legalitas. Draft pertama terdiri dari area kompetensi dan penjabarannya ke dalam kompetensi inti, komponen kompetensi dan hasil pembelajaran; serta dilengkapi dengan daftar masalah, daftar penyakit dan daftar keterampilan klinis. Departemen Pendidikan Nasional memberi masukan dengan menyerahkan rancangan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia ke III (KIPDI III) kepada Divisi Standar Pendidikan Konsil Kedokteran. Melalui serangkaian pertemuan yang melibatkan seluruh institusi pendidikan kedokteran, seluruh kolegium spesialis, Kolegium Dokter Indonesia, Ikatan Rumah Sakit Pendidikan, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional yang difasilitasi oleh Konsil Kedokteran Indonesia sejak bulan Oktober 2005 hingga November 2006, telah berhasil disusun Standar Kompetensi Dokter ini. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap semua pihak yang telah bekerja keras untuk ikut serta menyusun Standar Kompetensi Dokter ini. Kami menyadari bahwa Standar Kompetensi Dokter ini masih jauh dari sempurna, karena itu standar ini akan selalu disempurnakan secara berkala berdasarkan masukan dari berbagai pihak maupun dari bukti-bukti empiris.

    vi Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Kami mohon maaf apabila selama proses penyusunan Standar Kompetensi Dokter ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Semoga di masa yang akan datang, proses penyusunan standar kompetensi dapat berlangsung lebih baik.

    Akhir kata, semoga Standar Kompetensi Dokter ini bermanfaat bagi institusi pendidikan kedokteran, Departemen Pendidikan Nasional, organisasi profesi, Kolegium, rumah sakit pendidikan, Departemen Kesehatan maupun masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan dokter dan bermanfaat pula sebagai acuan dalam memberikan wewenang praktik, sehingga pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien, efektif, adil dan merata dapat diwujudkan di tanah air kita.

    Jakarta, November 2006

    Penyusun

    50

    50

    viiStandar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    50

    50

    50

    viii Standar Kompetensi Dokter

  • iiiivviixxi

    xiii

    1

    1125

    7

    11

    111112

    15

    151517

    35

    374383

    Sambutan Ketua Konsil Kedokteran Indonesia .........................................Sambutan Ketua Konsil Kedokteran..........................................................Kata Pengantar.........................................................................................Daftar Isi...................................................................................................SK Pengesahan Standar Kompetensi Dokter.............................................Ucapan Terima Kasih................................................................................

    Bab I : Pendahuluan...........................................................................

    1. Rasional...............................................................................2. Landasan Hukum................................................................3. Pengertian Standar Kompetensi Dokter................................4. Manfaat Standar Kompetensi Dokter....................................

    Bab II : Kebijakan Pembangunan Kesehatan di Indonesia............

    Bab III. : Sistematika Standar Kompetensi Dokter..........................

    1. Pendahuluan........................................................................2. Sistematika...........................................................................3. Lampiran.............................................................................

    Bab IV. : Standar Kompetensi Dokter................................................

    A. Area Kompetensi..................................................................B. Komponen Kompetensi........................................................C. Penjabaran Kompetensi........................................................

    Daftar Kepustakaan..............................................................................

    Lampiran 1 Daftar Masalah (Keluhan/Gejala)...............................Lampiran 2 Daftar Penyakit..............................................................Lampiran 3 Daftar Keterampilan Klinis.........................................

    50

    50

    ix

    DAFTAR ISI

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    x Standar Kompetensi Dokter

  • 50

    50

    xiStandar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

    KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIANOMOR 21A/KKI/KEP/IX/2006

    TENTANGPENGESAHAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER

    KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa telah disusun standar kompetensi dokter oleh Konsil Kedokteran Indonesia bersama dengan Kolegium Dokter Indonesia (KDI)Asosiasi Institusi Kedokteran Indonesia (AIPKI), dan Institusi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI) sesuai dengan pasal 7 ayat (2) undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran beserta penjelasannya;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan sebagai pelaksanaan dari Pasal 8 huruf c Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dipandang perlu mengesahkan Standar Kompetensi Dokter Gigi dengan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

    2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

    3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

    M E M U T U S K A N :

    Menetapkan :

    Kesatu : KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG PENGESAHAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER.

  • xii

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

    Kedua : Mengesahkan Standar Kompetensi Dokter yang merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan profesi dokter.

    Ketiga : Standar Kompetensi Dokter sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan profesi dokter antara lain institusi pendidikan kedokteran , rumah sakit pendidikan, lembaga pemerintah dan swasta, mahasiswa, badan akreditasi dan pihak-pihak lain yang terkait.

    Keempat : Standar Kompetensi Dokter merupakan standar minimal yang harus dimiliki pada saat menyelesaikan pendidikan kedokterannya.

    Kelima : Dalam melaksanakan prakteknya seorang dokter setidaknya memiliki kompetensi rata-rata dokter yang sekualifikasi pada situasi dan kondisi yang sebanding.

    Keenam : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 28 September 2006

    KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

    HARDI YUSA, dr, Sp.OG, MARSKETUA,

  • UCAPAN TERIMA KASIH

    Konsil Kedokteran Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, dimulai dari usulan draf-1 (pertama) hingga diterbitkannya buku Standar Kompetensi Dokter ini.

    Kontributor

    o Prof. Dr. F.A. Moeloek, dr., Sp.OG (K) Ketua Konsil Kedokterano Prof. Dr. Biran Affandi, dr., Sp.OG (K) Ketua Divisi Standar Pendidikan Profesi

    Doktero Prof. Wiguno Prodjosudjadi, dr., PhD, Sp.PD, KGH, Divisi Standar

    Pendidikan Profesi Doktero Titi Savitri Prihatiningsih, dr., MA, MMed.Ed, PhD Ketua Sub Pokja

    Pendidikan Dokter o Prof. Dr. Hardyanto Soebono, dr., Sp.KK (K) - Anggota Sub Pokja Pendidikan

    Dokter o M. Djauhari Widjajakusumah, dr., PFK Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter o Sugito Wonodirekso, dr., MS - Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter o Siti Oetarini Sri Widodo, dr., Sp.PA - Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter

    Dasaro Prof. Asril Aminullah, dr., Sp.A (K) Ketua Sub Pokja Pendidikan Dokter

    Spesialiso Prof. Dr. Paul Tahalele, dr., Sp.B Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter

    Spesialiso Prof. Anwar Yusuf, dr., Sp.P (K) - Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter

    Spesialiso Achmad Rudiyanto, dr., Sp.PD, KEMD - Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter

    Spesialiso Dr. Meliana Zailani, dr., MARS - Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter Spesialiso Dodi Firmanda, dr., Sp.A - Anggota Sub Pokja Pendidikan Dokter Spesialiso Mulyono Soedirman, dr., Sp.B, Sp.OT Ketua Sub Pokja CPDo Suryono S.I. Santoso, dr., Sp.OG Anggota Sub Pokja CPDo Dr. Ratna Sitompul, dr., Sp.M Anggota Sub Pokja CPDo Hardi Yusa, dr., Sp.OG, MARS Ketua Konsil Kedokteran Indonesiao Parni Hardi Wakil Ketua Konsil Kedokteran Indonesia

    50

    50

    xiiiStandar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    50

    50

    50

    o Emmyr Faizal Moeis, drg., MARS - Wakil Ketua Konsil Kedokteran Indonesiao Prof. Dr. Roosje Rosita Oewen, drg., Sp.KGA Ketua Konsil Kedokteran Gigio Prof. Dr. Retno Hayati Sugiarto, drg., SKM, Sp.KGA Ketua Divisi Standar

    Pendidikan Profesi Dokter Gigio Afi Savitri Sarsito, drg., Sp.PM Divisi Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigio Bambang Guntur Hamurwono, dr., Sp.M Ketua Divisi Registrasi, Konsil

    Kedokteran o Ieke Irdjiati SA, dr., MPH - Divisi Registrasi, Konsil Kedokterano I Putu Suprapta, drg., MSc Ketua Divisi Registrasi, Konsil Kedokteran Gigio Dr. Oediyani Santoso, drg., MS - Divisi Registrasi, Konsil Kedokteran Gigio Prof. Dr. M. Mulyohadi Ali, dr., Sp.FK Ketua Divisi Pembinaan, Konsil

    Kedokterano Tini S Hadad, SE Divisi Pembinaan, Konsil Kedokterano Kresna Adam, drg., Sp.BM - Ketua Divisi Pembinaan, Konsil Kedokteran Gigio Adrijati Rafly, Dra. Divisi Pembinaan, Konsil Kedokteran Gigio Abidinsyah Siregar, dr., DHSM, MKes Sekretaris Konsil Kedokteran

    Indonesiao Prof. Dr. Hardyanto Soebono, dr., SpKK (K) Ketua Asosiasi Institusi

    Pendidikan Kedokteran Indonesiao M. Djauhari Widjajakusumah, dr., PFK - Ketua Kolegium Dokter Indonesiao Syahrul, dr., SpS - Dekan FK Universitas Syiah Kuala, Aceho Prof. T. Bahri Anwar, dr., SpJP (K) - Dekan FK Universitas Sumatera Utarao H. Andi Zainal, dr., SpPD, KGEH - Dekan FK Universitas Riauo Prof. Fadil Oenzil, dr., PhD,SpGK - Dekan FK Universitas Andalas, Padango Zarkasih Anwar, dr., SpA (K) - Dekan FK Universitas Sriwijaya, Palembango Dr. Efrida Warganegara, dr., SpMK, Mkes - Dekan FK Universitas Lampungo Meinaldi Rasmin, dr., SpP (K), FCCP - Dekan FK Universitas Indonesia,Jakartao Prof. Dr. Dinan S. Bratakoesoemah, dr., SpOG (K) - Dekan FK Universitas

    Padjadjaran, Bandungo A. Anon Surendro, dr., PAK - Dekan FK Universitas Diponegoro, Semarango HM. Mambodyanto, dr., Sp, SH, MMR - Dekan FK Universitas Jenderal

    Sudirman, Purwokertoo Prof. Dr. Hardyanto Soebono, dr., SpKK (K) - Dekan FK Universitas Gajah

    Mada, Yogyakartao Dr. H.A.A. Subijanto, dr., MS - Dekan FK Universitas 11 Maret, Surakartao Prof. Dr. H.M.S. Wijadi, dr., SpTHT (K) - Dekan FK Universitas Airlangga,

    Surabaya

    xiv Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • o Harijanto, dr., MSPH - Dekan FK Universitas Brawijaya, Malango Wasis Prajitno, dr., SpOG - Dekan FK Universitas Jembero Chris Adhiyanto, dr., MSc - Dekan FK Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah, Jakartao H. Teddy Rochantoro, dr., SpOG - FK Universitas Jambio I.G.N. Anom Murdhana dr., - Dekan FK Universitas Udayana, Balio H. Hasyim Fachir, dr., SpS - Dekan FK Universitas Lambung Mangkurat,

    Banjarmasino Emil Bachtiar Moerad, dr., SpP - Dekan FK Universitas Mulawarman,

    Kalimantan Timuro Prof. Dr. Wahyuning Ramelan, dr., SpAnd - Dekan FK Universitas Tanjung

    Pura, Kalimantan Barato Irawan Yusuf, dr., PhD Dekan FK Universitas Hasanudin, Makasaro Prof. Dr. S.M. Warouw, dr., SpA (K) - Dekan FK Universitas Sam Ratulangi,

    Manadoo H. Doddy Ario Kumboyo, dr., SpOG(K) - Dekan FK Universitas Mataram, Nusa

    Tenggara Barato Paulina Watofa, dr., SpR - Dekan FK Universitas Cendrawasih, Jayapurao Dr. RM. Nugroho Abikusno, dr., MSc Dekan FK Universitas Trisakti, Jakartao Hj. Riyani Wikaningrum, dr., DMM, MSc - Dekan FK Universitas Yarsi, Jakartao Tom Surjadi, dr., MPH - Dekan FK Universitas Tarumanegara, Jakartao Satya Joewana, dr., SpKJ (K) - Dekan FK Universitas Katolik Atmajaya, Jakartao Angkasa Sebayang, dr., MS - Dekan FK Universitas Kristen Indonesia, Jakartao Djap Hadi Susanto, dr., - Dekan FK Universitas Kristen Krida Wacana, Jakartao Buddy HW Utoyo, dr., MARS - Dekan FK Universitas Veteran, Jakartao Prof. Dr. F.X. Budhianto Suhadi, dr., - Dekan FK Universitas Pelita Harapan,

    Banteno Syafri Guricci, dr., MSc - Dekan FK Universitas Muhammadyah Jakartao Prof. Dr. H. Wahyu Karhiwikarta, dr., SpKO, AIF - Dekan FK Universitas

    Malahayati, Lampungo H. Jojo R Noor, dr., - Dekan FK Universitas Jenderal Ahmad Yani, Cimahio Surja Tanurahardja, dr., MPH, DTM&H - Dekan FK Universitas Maranatha,

    Bandungo Prof. Dr. Herri S Sastramihardja, dr., SpFK (K) - Dekan FK Universitas Islam

    Bandungo Prof. Dr. Soedjono Aswin, dr., - Dekan FK Universitas Muhammadyah

    Surakarta

    50

  • o Prof. Masrin Munir, dr., SpTHT-KL - Ketua Kolegium Telinga, Hidung, Tenggorok dan KL

    o Prof. Djoko Rahardjo, dr., SpB, SpU - Ketua Kolegium Urologi Indonesiao Samino, dr., SpS (K) - Ketua Kolegium Neurologio Prof. Dr. Dede Kusmana, dr., SpJP - Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Jantung &

    Pembuluh Daraho Prof. Dr. Siti Aisah, dr., SpKK (K) - Ketua Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan

    Kelamino Prof. Mardiono Marsetio, dr., SpM (K) - Ketua Kolegium Ofthalmologio H. Budi Sampurna, dr., SH, SpF Ketua Kolegium Kedokteran Forensik

    Indonesiao Prof. Dr. Triyono KSP, dr., SpRad. - Ketua Kolegium Radiologi Indonesiao Prof. Farid Nur Mantu, dr., SpBA - Ketua Kolegium Bedah Anako Prof. Padmo Santjojo, dr., SpBS - Ketua Kolegium Bedah Syarafo Bisono, dr., SpBP,- Ketua Kolegium Bedah Plastik Indonesiao Prof. Med Puruhito, dr., SpBTKV - Ketua Kolegium Bedah Thoraks &

    Kardiovaskuler o Prof. Dr. Djoko Roesadi, dr., SpB, SpOT - Ketua Kolegium Bedah Orthopaedi

    Indonesia o Dr. Rustadi Sosrosumihardjo, dr., MS, DMM, SpPK - Ketua Kolegium Patologi

    Kliniko Prof. Dr. Imam Supardi, dr., SpMK - Ketua Kolegium Mikrobiologi Kliniko Agnes Kurniawan, dr., PhD, SpParK - Ketua Kolegium Parasitologi Kliniko Prof. Soemilah Sastroamidjojo, dr., SpGK - Ketua Kolegium Gizi Kliniko Prof. Dr. Armen Muchtar, dr., SpFK - Ketua Kolegium Farmakologi Kliniko Prof. I Made Nasar, dr., SpPA (K) - Ketua Kolegium Patologi Anatomio Prof. Sasanto Wibisono, dr., SpKJ (K) - Ketua Kolegium Psikiatri Indonesiao Dr. Angela B. Tulaar, dr., SpRM (K) - Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Fisik &

    Rehabilitasio Dr. Sumakmur PK, dr., MSc, SpOK - Ketua Kolegium Kedokteran Okupasio Otto Maulana, dr., SpKK, SpKL - Ketua Kolegium Kedokteran Kelautan

    Indonesiao Soleh Nugraha, dr., SpKP - Ketua Kolegium Kedokteran Penerbangan

    Indonesiao Prof. Dr. Johan S Masjhur, dr., SpPD-KE - Ketua Kolegium Kedokteran Nuklir

    Indonesiao Prof. Dr. Wahyuning Ramelan, dr., SpAndr - Ketua Kolegium Andrologi

    50

    50

    xvi Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    50

    50

    50

    o Prof. Amir Muslim Malik, dr., PhD - Dekan FK Universitas Baiturrahmah,Padango H. Taufiq R. Nasihun, dr., Mkes - Dekan FK Universitas Islam Sultan Agung,

    Semarango Riana Rahmawati, dr.,Mkes - Dekan FK Universitas Islam Indonesia,Yogyakartao Erwin Santosa, dr., SpA, Mkes - Dekan FK Universitas Muhammadyah

    Yogyakartao Prof. H.M. Aris Widodo, dr., MS, PhD, SpFK - Dekan FK Universitas Islam,

    Malango Fathoni Sadani, dr., - Dekan FK Universitas Muhammadyah Malango H. Soepratiknjo BS, dr., - Dekan FK Universitas Wijaya Kusuma, Surabayao Sartono, dr., SpPD - Dekan FK Universitas Hang Tuah, Surabayao Adi Rahmat, dr., Mkes - Dekan FK Universitas Islam, Sumatera Utarao Prof. Dr. A.A. Depary, dr., DTM&H, SpPark - Dekan FK Universitas Methodis

    Indonesia, Medano Prof. T.M.A. Chalik, dr., SpOG - Dekan FK Universitas Abulyatama, Aceho H. Abdul Razak Datu, dr., PhD - Dekan FK Universitas Muslim Indonesia,

    Makasaro Fanani, dr., SpRad - Dekan FK Universitas Islam Al-Azhar, Nusa Tenggara Barato Dr. Fachmi Idris, dr., MKes Wakil dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesiao Prof. Dr. Soedarto Ronoatmodjo, dr., SKM, MSc Wakil dari Pengurus Besar

    Ikatan Dokter Indonesiao Prof. Nuzirwan Acang, dr., Sp.PD IDI Wilayah Sumatera Barat o Prof. Dr. Winsy Warrow, dr., Sp.KK IDI Wilayah Sulawesi Utarao Pranawa, dr., Sp.PD, KGH IDI Wilayah Jawa Timur o Bantuk Hadiyanto, dr., Sp.OG IDI Wilayah Jawa Tengaho Wawang S. Sukarya, dr., Sp.OG (K), MARS IDI Wilayah Jawa Barat o Mohamad Isa, dr., Sp.P IDI Wilayah Kalimantan Selatano M. Basir Palu, dr., SpA, MHA IDI Wilayah Sulawesi Selatano Prof. Wiguno Prodjosudjadi, dr., PhD, SpPD, KGH Ketua Kolegium Ilmu

    Penyakit Dalamo Prof. Dr. Aryono J Pusponegoro, dr., SpB, KBD - Ketua Kolegium Ilmu Bedah

    Indonesiao Arwin A.P. Akib, dr., SpA (K) Ketua Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesiao Prof. Dr. Biran Affandi, dr., SpOG (K) Ketua Kolegium Obstetri dan

    Ginekologi Indonesiao Prof. Anwar Yusuf, dr., SpP (K) Ketua Kolegium Paru Indonesiao Prof. A. Roesli A Thaib, dr., SpAn (K) Ketua Kolegium Anestesiologi

    xviiStandar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    50

    50

    50

    o Hario Tilarso, dr., SpKO Ketua Kolegium Kedokteran Olah Ragao Soerarso Hardjosuwito, dr., Sp.B, Sp.BTK Wakil dari Majelis Kolegium

    xviii Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • BAB IPENDAHULUAN

    1. Rasional

    Sejak tahun 1982, pendidikan dokter di Indonesia mengacu pada 'Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia' atau KIPDI I yang menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu. Sesuai dengan percepatan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, telah disepakai bahwa KIPDI akan diperbarui setiap 10 tahun. Pada tahun 1994, KIPDI II diterbitkan dan masih menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu sehingga gambaran dokter yang akan dihasilkan belum terinci secara eksplisit.

    Standar Kompetesensi Dokter disusun untuk memperbarui KIPDI II tahun 1994 yang sudah saatnya diganti. Format Standar Kompetensi Dokter berbeda dengan KIPDI sebelumnya, karena menyesuaikan dengan perkembangan peraturan terkini yang tercantum pada SK Mendiknas No.045/U/2002, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

    2. Landasan Hukum

    Standar Kompetensi Dokter ini disusun dalam rangka memenuhi amanah Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 8 yang mengatakan bahwa Konsil Kedokteran Indonesia memiliki wewenang untuk mengesahkan standar kompetensi dokter dan dokter gigi. Pasal 26 undang-undang tersebut menyatakan lebih lanjut bahwa Standar Pendidikan Profesi Kedokteran disusun oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia dan berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium, ikatan rumah sakit pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan. Oleh karena itu proses penyusunan Standar Kompetensi Dokter ini melibatkan berbagai pihak pengandil secara intensif melalui serangkaian

    50

    50

    1Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • pertemuan yang difasilitasi oleh Divisi Standar Pendidikan Profesi, Konsil Kedokteran Indonesia.

    Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatakan bahwa standar pendidikan nasional digunakan acuan dalam mengembangkan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pasal 38 ayat (3) mengatakan bahwa Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi.

    Standar Kompetensi Dokter ini merupakan standar nasional keluaran program studi dokter dan telah divalidasi oleh Perkumpulan Dokter Keluarga Indonesia, Kolegium Dokter Indonesia, Kolegium-Kolegium Spesialis terkait serta seluruh Bagian atau Departemen terkait dari seluruh institusi pendidikan kedokteran di Indonesia yang berjumlah 52 (lima puluh dua). Draft standar kompetensi telah didistribusikan ke seribu alamat di seluruh Indonesia untuk mendapat masukan. SubPokja Pendidikan Dokter yang dibentuk oleh Konsil Kedokteran Indonesia dengan SK Nomor 09/KKI/III/2006, mengkompilasi seluruh masukan, melakukan 'judgement', dan memperbaiki draft. Draft terakhir dirapatkan secara pleno oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

    Standar Kompetensi Dokter ini merupakan satu kesatuan dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter. Standar Kompetensi Dokter adalah standar output atau keluaran dari program studi dokter.

    3. Pengertian Standar Kompetensi Dokter

    Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 kompetensi adalah 'seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-

    50

    50

    2 Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • tugas di bidang pekerjaan tertentu'. Elemen-elemen kompetensi terdiri dari :a. Landasan kepribadianb. Penguasaan ilmu dan keterampilanc. Kemampuan berkaryad. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian

    berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasaie. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian

    dalam berkarya.

    Epstein and Hundert (2002) memberikan definisi sebagai berikut :

    Professional competence is the habitual and judicious use of communication, knowledge, technical skills, clinical reasoning, emotions, values, and reflection in daily practice to improve the health of the individual patient and community.

    Carraccio, et.al. (2002) menyimpulkan bahwa :

    Competency is a complex set of behaviorsbehaviours built on the components of knowledge, skills, attitude and competence as personal ability.

    Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa pengertian kompetensi dokter lebih luas dari tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu pengetahuan, psikomotor dan afektif. Tabel 1 memperlihatkan beda pokok antara tujuan instruksional dengan pernyataan kompetensi.

    50

    50

    3Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Instructional Objectives Competencies

    States an aspect of knowledge, skill or attitude to be acquired

    Integrates related knowledge, skill and attitude objectives

    Generally discipline specific Draws from multiple disciplines relevant to practice

    Context-free Related to an actual task in the field-contextualised

    Professional values unaddressed Driven by professional practices and values

    Defines knowledge, skill or attitude separately

    Defines a level of ability for an observable outcome

    Table 1. Differences between instructional objectives and Competency Statement (Wilkerson, 2002)

    Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka yang bersangkutan akan mampu :- mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya- mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat

    dilaksanakan- Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi

    sesuatu yang berbeda dengan rencana semula- Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah

    di bidang profesinya- Melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda

    Dengan telah ditetapkannya keluaran dari program dokter di Indonesia berupa standar kompetensi, maka kurikulum program studi pendidikan dokter perlu disesuaikan. Model kurikulum yang sesuai adalah kurikulum berbasis kompetensi. Artinya, pengembangan kurikulum berangkat dari kompetensi yang harus dicapai mahasiswa.

    50

    50

    4 Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 4. Manfaat Standar Kompetensi Dokter

    Adanya Standar Kompetensi Dokter merupakan tonggak yang bersejarah bagi perkembangan pendidikan dokter di Indonesia. Berikut ini beberapa manfaat dari Standar Kompetensi Dokter bagi pihak pengandil terkait.

    a. Bagi institusi pendidikan kedokteran

    Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengatakan bahwa kurikulum program studi menjadi wewenang institusi pendidikan kedokteran, maka Standar Kompetensi Dokter merupakan kerangka acuan utama bagi institusi pendidikan kedokteran dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Sehingga, walaupun kurikulum berbeda, tetapi dokter yang dihasilkan dari berbagai institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi.

    b. Bagi Pengguna

    Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan kerangka acuan utama bagi Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi ataupun Kabupaten dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, dalam hal ini dokter, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik.

    Dengan Standar Kompetensi, Depkes dan Dinas Kesehatan sebagai pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi apa yang telah dikuasai oleh dokter dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian pihak Depkes dan Dinas Kesehatan dapat menyelenggarakan pembekalan atau pelatihan jangka pendek sebelum memberikan ijin Praktik.

    50

    50

    5Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • c. Bagi orang tua murid dan penyandang dana

    Dengan standar kompetensi dokter, orang tua murid dan penyandang dana dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang akan dikuasai oleh mahasiswa. Hal ini sebagai bentuk akuntabilitas publik

    d. Bagi mahasiswa

    Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mengarahkan proses belajarnya, karena mahasiswa mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir pendidikan. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

    e. Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional

    Standar Kompetensi Dokter dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada akreditasi program studi pendidikan dokter.

    f. Bagi Kolegium Dokter Indonesia

    Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan profesi secara berkelanjutan.

    g. Bagi Kolegium-Kolegium Spesialis

    Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam merumuskan kompetensi dokter spesialis yang merupakan kelanjutan dari pendidikan dokter.

    h. Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri

    Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai kompetensi dokter lulusan luar negeri.

    50

    50

    6 Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • BAB IIKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

    DI INDONESIA

    Sistem Kesehatan Nasional 2004 ditetapkan menurut SK Menkes No. 131/MENKES/SK/II/2004. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan pedoman bagi semua pihak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia. SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

    Sesuai dengan pengertian SKN, maka subsistem pertama SKN adalah upaya kesehatan. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi Bangsa Indonesia. Subsistem upaya kesehatan menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (SK Menkes No. 131/MENKES/SK/II/2004).

    Yang dimaksud dengan UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan. Wujud UKP strata pertama adalah berbagai bentuk pelayanan professional seperti praktik bidan, praktik perawat, praktik dokter, praktik dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan, praktik bersama, rumah bersalin, dan puskesmas. Dalam UKP strata pertama juga termasuk pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang diselenggarakan adalah yang secara ilmiah telah terbukti keamanan dan khasiatnya (SK Menkes No. 131/MENKES/SK/II/2004). Salah satu contohnya adalah akupuntur.

    Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut telah

    50

    50

    7Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • diciptakan Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat, dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, di seluruh wilayah Negara Kesehatan Republik Indonesia. Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan yang telah dicanangkan sejak tahun 1999, merupakan paradigma baru yang dikenal dengan Paradigma Sehat, dan merupakan salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional Indonesia menuju Indonesia Sehat 2010 (Depkes, 2005).

    Untuk melaksanakan visi tersebut, salah satu misi Depkes adalah meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan (Depkes, 2005).

    Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang berlandaskan paradigma sehat tersebut maka diperlukan lulusan dokter yang dapat berperan serta dan merupakan ujung tombak dalam upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) strata pertama yang mencakup pelayanan kesehatan professional terhadap semua spektrum usia dan semua jenis penyakit sedini mungkin, dan dilaksanakan secara paripurna, holistik, berkesinambungan serta berkoordinasi dengan profesi kesehatan lainnya.

    Oleh karena itu, perlu ada penyesuaian orientasi pendidikan dokter, dari pendidikan yang berbasis penguasaan disiplin ilmu ke pendidikan yang berbasis kompetensi sesuai dengan kompetensi yang diperlukan pada upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) strata pertama. Sesuai dengan Paradigma Sehat, pada UKM dan UKP strata pertama dibutuhkan pelayanan kesehatan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

    1. Pelayanan yang komprehensif dengan pendekatan holistika. Preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatifb. Memandang manusia sebagai manusia seutuhnya

    2. Pelayanan yang continuea. Mempunyai rekam medis yang diisi dengan cermat

    8

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    b. Menjalin kerjasama dengan profesi dan instansi lain untuk kepentingan pasien agar proses konsultasi dan rujukan berjalan lancar

    3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahana. Mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkinb. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada waktunyac. Mencegah kecatatan

    4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratifa. Kerjasama profesional dengan semua pengandil agar dicapai

    pelayanan bermutu dan kesembuhan optimalb. Memanfaatkan potensi pasien dan keluarganya seoptimal

    mungkin untuk penyembuhan. 5. Penanganan personal pasien sebagai bagian integral dari keluarga6. Pelayanan yang mempertimbangkan faktor keluarga, lingkungan

    kerja, dan lingkungan tempat tinggal.a. Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas,

    masyarakat dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyakitnya.

    b. Memanfaatkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya untuk membantu penyembuhan penyakitnya.

    7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan yang

    merupakan perwujudan dari adanya : a. Rekam medis yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca orang

    lain b. Standar Pelayanan Medisc. Penggunaan evidence-based medicine untuk pengambilan keputusand. Kesadaran akan keterbatasan kemampuan dan kewenangane. Kesadaran untuk mengikuti perkembangan ilmu melalui belajar

    sepanjang hayat dan pengembangan profesi berkelanjutan.

    Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan seperti dijelaskan di atas, maka diperlukan lulusan dokter dengan kompetensi yang sesuai dengan peran dan tugas dokter dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut.

    50

    50

    9Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Standar kompetensi dokter dirumuskan dengan mengacu pada peran dan tugas dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan pada UKM dan UKP strata pertama.

    10

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    BAB III SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI DOKTER

    1. Pendahuluan

    Standar Kompetensi dokter yang disusun mengacu pada gambaran dokter yang dibutuhkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 seperti dijelaskan pada Bab II sebelumnya.

    2. Sistematika

    Standar kompetensi terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi seorang dokter dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang diperinci lebih lanjut menjadi kemampuan. Gambar berikut ini mengilustrasikan penjabaran kompetensi.

    50

    50

    11

    Tugas, peran dan fungsi seorang

    dokter dalam UKM dan UKP Strata Pertama

    Komponen kompetensi yang dibutuhkan

    untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peran

    seorang dokter dalam UKM dan UKP

    Strata Pertama

    Kemampuan yang harus dikuasi agar kompeten

    dalam melaksanakan tugas, fungsi dan peran

    seorang dokter dalam UKM dan UKP Strata Pertama

    Pengembangan

    Kurikulum

    Pendidikan dokter

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Secara skematis, susunan Standar Kompetensi Dokter dapat digambarkan seperti berikut ini :

    3. Lampiran

    Standar kompetensi ini dilengkapi dengan tiga lampiran, yaitu lampiran 1 daftar masalah, lampiran 2 daftar penyakit dan lampiran 3 daftar keterampilan klinis. Fungsi utama lampiran ini adalah sebagai pedoman bagi institusi pendidikan kedokteran dalam mengembangkan kurikulum institusional. Lampiran memberikan garis besar cakupan dan isi kurikulum sebagai rujukan.

    Lampiran 1 daftar masalah berisikan berbagai masalah yang akan dihadapi dokter di UKM dan UKP strata pertama dan dokter harus mampu menangani masalah tersebut. Oleh karena itu, institusi pendidikan kedokteran perlu memastikan bahwa selama pendidikan, mahasiswa kedokteran dipaparkan pada masalah-masalah tersebut dan diberi kesempatan berlatih menangani masalah tersebut.

    12

    50

    50

    Area Kompetensi

    Kompetensi Inti

    Komponen Kompetensi

    Hasil Pembelajaran atau Kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan

    Lampiran 1 Daftar Masalah Lampiran 2 Daftar Penyakit Lampiran 3 Daftar Keterampilan Klinis

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    Lampiran 2 daftar penyakit berisikan penyakit-penyakit yang merupakan diagnosis banding dari masalah yang dijumpai pada lampiran 1. Daftar penyakit ini memberikan arah bagi institusi pendidikan kedokteran untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada setiap penyakit telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga memudahkan bagi institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan kedalaman dan keluasan (the depth and the breadth) dari isi kurikulum.

    Lampiran 3 daftar keterampilan klinik berisikan keterampilan klinik yang perlu dikuasai oleh dokter di UKM dan UKP strata pertama di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan materi dan sarana untuk pembelajaran keterampilan klinik.

    Berikut ini beberapa prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi :

    1. Tujuan utama pendidikan dokter adalah mempersiapkan lulusan dokter yang dapat bekerja secara profesional pada upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama.

    2. Pendidikan dokter harus memberikan dasar yang kuat untuk melanjutkan ke pendidikan lanjut.

    3. Pembelajaran klinik (clinical teaching) pada UKM dan UKP strata pertama perlu diperbanyak.

    4. Dianjurkan untuk menerapkan strategi pembelajaran berfokus pada mahasiswa (student-centred learning).

    5. Dianjurkan untuk menerapkan integrasi horisontal dan vertikal pada kurikulum.

    6. Standar Kompetensi Dokter ini meliputi 80% dari total kurikulum suatu program studi.

    50

    50

    13Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 14

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

  • 15

    BAB IV STANDAR KOMPETENSI DOKTER

    A. Area Kompetensi:

    1. Komunikasi efektif2. Keterampilan Klinis3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran4. Pengelolaan Masalah Kesehatan5. Pengelolaan Informasi6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

    B. Komponen Kompetensi

    Area Komunikasi Efektif

    1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya 2. Berkomunikasi dengan sejawat 3. Berkomunikasi dengan masyarakat 4. Berkomunikasi dengan profesi lain

    Area Keterampilan Klinis

    5. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan keluarganya

    6. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium7. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

    Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

    8. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

    50

    50

    15Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 9. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan prosedur yang sesuai

    10. Menentukan efektivitas suatu tindakan

    Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

    11. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

    12. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit13. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi

    kesehatan dan pencegahan penyakit14. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk

    meningkatkan derajat kesehatan15. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara

    efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

    Area Pengelolaan Informasi

    16. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien

    17. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi18. Memanfaatkan informasi kesehatan

    Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

    19. Menerapkan mawas diri20. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat21. Mengembangkan pengetahuan baru

    Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

    22. Memiliki Sikap profesional

    16

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    23. Berperilaku profesional dalam bekerja sama24. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional25. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di

    Indonesia26. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran27. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran

    C. Penjabaran Kompetensi

    1. Area Komunikasi efektif

    1.1. Kompetensi Inti

    Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain

    1.2. Lulusan Dokter Mampu

    1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

    1.1. Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya

    Memberikan salam Memberikan situasi yang nyaman bagi pasienMenunjukkan sikap empati dan dapat dipercayaMendengarkan dengan aktif (penuh perhatian dan

    memberi waktu yang cukup pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien)Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran,

    maupun harapannyaMemelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang

    bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu

    50

    50

    17Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan

    1.2. Mengumpulkan Informasi

    Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam menggali informasi (move from open to closed question properly)Meminta penjelasan pada pasien pada pernyataan yang

    kurang dimengertiMenggunakan penalaran klinik dalam penggalian

    riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa laluMelakukan penggalian data secara runtut dan efisienTidak memberikan nasehat maupun penjelasan yang

    prematur saat masih mengumpulkan data

    1.3. Memahami Perspektif Pasien

    Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnyaMelakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien,

    kekhawatirannya, dan harapannyaMelakukan fasilitasi secara profesional terhadap

    ungkapan emosi pasien (marah, takut, malu, sedih, bingung, eforia, maupun pasien dengan hambatan komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis)Mampu merespon verbal maupun bahasa non-verbal

    dari pasien secara profesionalMemperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-

    n o r m a s e t e m p a t u n t u k m e n e t a p k a n d a n mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter pasien yang professional

    18

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti oleh pasien (termasuk bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas informasi, menjelaskan hasil diagnosis, pilihan penanganan serta prognosis.

    1.4. Memberi Penjelasan dan Informasi

    Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan fisikMemberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang

    mungkin timbul selama pemeriksaan fisik atau tindakannya Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap, dan

    jujur tentang tujuan, keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi, operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakanMenjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsultasi,

    atau menganjurkan rujukan untuk permasalahan yang sulit. Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada

    pasien maupun keluarganyaMemastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan

    pilihan-pilihan tindakan telah dipahami oleh pasien Memberikan waktu yang cukup kepada pasien untuk

    merenungkan kembali serta berkonsultasi sebelum membuat persetujuan Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan

    menjunjung tinggi etika kedokteranMemastikan kesinambungan pelayanan yang telah

    dibuat dan disepakati

    50

    50

    19Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 2. Berkomunikasi dengan sejawat

    Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteranMenulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan

    benar, demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteranMelakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas,

    demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

    3. Berkomunikasi dengan masyarakat

    Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat Menggali masalah kesehatan menurut persepsi masyarakatMenggunakan teknik komunikasi langsung yang efektif agar

    masyarakat memahami kesehatan sebagai kebutuhan Memanfaatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara

    efektif ketika melakukan promosi kesehatanMelibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan

    kesehatan secara profesional

    4. Berkomunikasi dengan profesi lain

    Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada profesi lain untuk menyampaikan pendapatnyaMemberi informasi yang tepat waktu dan sesuai kondisi yang

    sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemrosesan klaimMemberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum

    atau sebagai saksi ahli di pengadilan (jika diperlukan)Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka

    pemecahan masalah kesehatan masyarakat

    20

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    2. Area Keterampilan Klinis

    2.1. Kompetensi Inti

    Melakukan prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan pasien dan sesuai kewenangannya

    2.2. Lulusan Dokter Mampu

    1. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan keluarganya

    Menggali dan merekam dengan jelas keluhan-keluhan yang disampaikan (bila perlu disertai gambar), riwayat penyakit saat ini, medis, keluarga, sosial serta riwayat lain yang relevan

    2. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium

    Memilih prosedur klinis dan laboratorium sesuai dengan masalah pasienMelakukan prosedur klinis dan laboratorium sesuai kebutuhan

    pasien dan kewenangannyaMelakukan pemeriksaan fisik dengan cara yang seminimal

    mungkin menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasienMelakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah

    pasienMenemukan tanda-tanda fisik dan membuat rekam medis

    dengan jelas dan benarMengidentifikasi, memilih dan menentukan pemeriksaan

    laboratorium yang sesuaiMelakukan pemeriksaan laboratorium dasarMembuat permintaan pemeriksaan laboratorium penunjangMenentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan

    penyakitMemilih dan melakukan keterampilan terapeutik, serta

    tindakan prevensi sesuai dengan kewenangannya

    21

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 13. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

    Menentukan keadaan kedaruratan klinisMemilih prosedur kedaruratan klinis sesuai kebutuhan pasien

    atau menetapkan rujukanMelakukan prosedur kedaruratan klinis secara benar dan etis,

    sesuai dengan kewenangannyaMengevaluasi dan melakukan tindak lanjut

    3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

    3.1. Kompetensi Inti

    Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

    3.2. Lulusan Dokter Mampu

    1. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

    Menjelaskan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya. Menjelaskan masalah kesehatan baik secara molekular

    maupun selular melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.Menjelaskan faktor-faktor non biologis yang berpengaruh

    terhadap masalah kesehatan.Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber

    penyakit, poin-poin patogenesis dan patofisiologis, akibat yang ditimbulkan, serta risiko spesifik secara efektifMenjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan

    molekular

    22

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    1 Lihat Lampiran 3. Daftar Ketrampilan Klinis

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam penanganan pasien.Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan

    penanganan penyakit baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, olah raga, atau perubahan perilakuMenjelaskan pertimbangan pemilihan intervensi berdasarkan

    farmakologi, fisiologi, gizi, ataupun perubahan tingkah lakuMenjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu

    paruh, dosis, serta penerapannya pada keadaan klinikMenjelaskan kemungkinan terjadinya interaksi obat dan efek

    sampingMenjelaskan manfaat terapi diet pada penanganan kasus

    tertentuMenjelaskan perubahan proses patofisiologi setelah

    pengobatan. Menjelaskan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam

    mengelola masalah kesehatan

    2. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan prosedur yang sesuai

    Menjelaskan (patofisiologi atau terminologi lainnya) data klinik dan laboratorium untuk menentukan diagnosis pasti. Menjelaskan alasan hasil diagnosis dengan mengacu pada

    evidence- based medicine.

    3. Menentukan efektivitas suatu tindakan

    Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh tindakan Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan

    pengobatan.Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penanganan

    penyakit.

    23

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

    4.1. Kompetensi Inti

    Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer

    4.2. Lulusan Dokter Mampu

    1. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

    Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara dan diagnosis bandingMenjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu

    penyakitMengidentifikasi berbagai pilihan cara pengelolaan yang

    sesuai penyakit pasien.Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling

    tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, kendali biaya, manfaat, dan keadaan pasien serta sesuai pilihan pasienMelakukan konsultasi mengenai pasien bila perluMerujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan

    Medis yang berlaku, tanpa atau sesudah terapi awal (lihat lampiran 2. Daftar Penyakit) Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan

    bertanggung jawab sesuai dengan tingkat kewenangannya (lihat lampiran 2. Daftar Penyakit) Memberi alasan strategi pengelolaan pasien yang dipilih

    berdasarkan patofisiologi, patogenesis, farmakologi, faktor psikologis, sosial, dan faktor-faktor lain yang sesuaiMembuat instruksi tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan

    dapat dibaca

    24

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    Menulis resep obat secara rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibacaMengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan,

    memonitor perkembangan penanganan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan tepatMemprediksi, memantau, mengenali kemungkinan adanya

    interaksi obat dan efek samping, memperbaiki atau mengubah terapi dengan tepatMenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga secara

    holistik, komprehensif, koordinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam mengelola penyakit dan masalah pasienMengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan

    lingkungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit serta sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pertimbangan terapi

    2. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit

    Mengidentifikasi, memberi alasan, menerapkan dan memantau strategi pencegahan tertier yang tepat berkaitan dengan penyakit pasien, keadaan sakit atau permasalahannya (Pencegahan tertier adalah pencegahan yang digunakan untuk memperlambat progresi dari penyakitnya dan juga timbulnya komplikasi, misalnya diet pada penderita DM, olah raga) Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan

    memantau strategi pencegahan sekunder yang tepat berkaitan dengan pasien dan keluarganya (Pencegahan sekunder adalah kegiatan penapisan untuk mengidentifikasi faktor risiko dari penyakit laten untuk memperlambat atau mencegah timbulnya penyakit, contoh pap smear, mantous test)Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan

    memantau kegiatan strategi pencegahan primer yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota keluarga dan masyarakat (Pencegahan primer adalah mencegah timbulnya penyakit, misalnya imunisasi)

    25

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial sebagai faktor risiko terjadinya penyakit dan sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pencegahan penyakit. Menunjukkan pemahaman bahwa upaya pencegahan

    penyakit sangat bergantung pada kerja sama tim dan kolaborasi dengan professional di bidang lain

    3. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit

    Mengidentifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, jenis kelamin, etnis, dan budaya

    Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat

    Bekerja sama dengan sekolah dalam mengembangkan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

    4. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan

    Memotivasi masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakatMenentukan insidensi dan prevalensi penyakit di masyarakat

    serta mengenali keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur, sosial, ekonomi, kebijakan, dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada suatu masalah kesehatanMelibatkan masyarakat dalam mengembangkan solusi yang

    tepat bagi masalah kesehatan masyarakat

    26

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h k e s e h a t a n d e n g a n mempertimbangkan kebijakan kesehatan pemerintah, termasuk antisipasi terhadap timbulnya penyakit-penyakit baruMenggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam

    intervensi kesehatan Merencanakan dan mengimplementasikan intervensi

    kesehatan masyarakat, serta menganalisis hasilnya Melatih kader kesehatan dalam pendidikan kesehatanMengevaluasi efektivitas pendidikan kesehatanBekerja sama dengan masyarakat dalam menilai ketersediaan,

    pengadaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat

    5. Mengelola sumber daya manusia dan sarana prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

    Menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi informasi, dan pengambil keputusan) Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan

    kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluargaMengelola sumber daya manusia Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana

    5. Area Pengelolaan Informasi

    5.1. Kompetensi Inti

    Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer

    27

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 5.2. Lulusan Dokter Mampu

    1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien

    Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet) dengan baik Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai

    relevansi dan validitasnyaMenerapkan metode riset dan statistik untuk menilai

    kesahihan informasi ilmiahMenerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk

    menghimpun data relevan menjadi arsip pribadiMenerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk

    melakukan validasi informasi ilmiah secara sistematikMeningkatkan kemampuan secara terus menerus dalam

    merangkum dan menyimpan arsip

    2. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi

    Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potens i untuk berkembang dan keterbatasannya

    3. Memanfaatkan informasi kesehatan

    Memasukkan dan menemukan kembali informasi dan database dalam praktik kedokteran secara efisienMenjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran

    dengan menganalisis arsipnya Membuat dan menggunakan rekam medis untuk

    meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

    28

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

    6.1. Kompetensi Inti

    Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannyaMengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan

    kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinyaBelajar sepanjang hayatMerencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan

    profesi secara berkesinambungan

    6.2. Lulusan Dokter Mampu

    1. Menerapkan mawas diri

    Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan

    masalah yang berkaitan dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinyaMenyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama

    pendidikan dan praktik kedokteranMenyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan

    profesi dan pribadiMendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas

    kritik yang membangun dari pasien, sejawat, instruktur, dan penyeliaMengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari

    pelatihan dan praktik Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik

    kedokterannya

    29

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

    Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru. Berperan aktif dalam Program Pendidikan dan Pelatihan

    Kedokteran Berkelanjutan (PPPKB) dan pengalaman belajar lainnya Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis

    bukti (Evidence-Based Medicine) Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi

    atau evidence untuk penanganan pasien dan justifikasi alasan keputusan yang diambilMenanggapi secara kritis literatur kedokteran dan

    relevansinya terhadap pasiennyaMenyadari kinerja professionalitas diri dan mengidentifikasi

    kebutuhan belajarnya

    3. Mengembangkan pengetahuan baru

    Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yang tepat Merencanakan, merancang, dan mengimplementasikan

    penelitian untuk menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian.Menuliskan hasil penelitian sesuai dengan kaidah artikel

    ilmiah Membuat presentasi ilmiah dari hasil penelitiannya

    7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

    7.1. Kompetensi Inti

    Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan

    30

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteranMenerapkan program keselamatan pasien

    7.2. Lulusan Dokter Mampu

    1. Memiliki Sikap profesional

    Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter IndonesiaMenjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam

    hubungan dokter pasienMenunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang

    menyeluruhMempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain

    dalam memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien

    sesuai standar profesiMengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulitMenganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan

    etik dalam pengobatan setiap individu pasien

    2. Berperilaku profesional dalam bekerja sama

    Menghormati setiap orang tanpa membedakan status sosialMenunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai

    kontribusi dan peran yang berharga, tanpa memandang status sosial Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama

    dengan para petugas kesehatan lainnyaMengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi

    konflikMemberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan

    dari orang lain

    31

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas kesehatan lain, serta bertindak secara professionalMengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan

    suatu tindakan yang tidak profesional

    3. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional

    Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara

    efektifMenghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatanBerperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi

    maupun dalam sistem pelayanan kesehatanMenyadari profesi medis yang mempunyai peran di

    masyarakat dan dapat melakukan suatu perubahanMampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari

    anggota tim pelayanan kesehatan lain

    4. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia

    Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan sejawatMemahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan

    usia, gender, orientasi seksual, etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi

    5. Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran

    Memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan :Hak asasi manusiaResep obat

    32

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksualKode Etik Kedokteran IndonesiaPembuatan surat keterangan sehat, sakit atau surat kematianProses di pengadilanMemahami UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik

    Kedokteran Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan

    yang mengatur praktik kedokteranMenentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam

    kebijakan kesehatan

    6. Aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran

    Menerapkan standar keselamatan pasien :1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan4. Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

    evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

    pasien6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk

    mencapai keselamatan pasien

    Menerapkan 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien :1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien2. Memimpin dan mendukung staf3. Integrasikan aktifitas pengelolaan risiko4. Kembangkan sistem pelaporan 5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan

    pasien7. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan

    pasien

    33

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 34

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

  • DAFTAR KEPUSTAKAAN

    Carraccio, C., Wolfsthal, S.D., Englander, R., Ferentz, K., and Martin, C. (2002) Shifting Paradigms: From Flexner to Competencies, Academic Medicine, Vol. 77, No.5.

    Core Commitee, Institute for International Medical Education. (2002) Global minimum essential requirements in medical education, Medical Teacher, Vol. 24, No. 2, 2002, pp. 130135

    Departemen Kesehatan (1999). Rencana Pembangunanan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan

    Departemen Kesehatan (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan

    Departemen Kesehatan (2005). Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009. Jakarta: Departemen Kesehatan.

    Departemen Pendidikan (2002). SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi, Jakarta: Depdiknas

    Epstein and Hundert (2001) in Kruithoff, M. (2006) Is PBL compatible with Competency-based Curriculum? A paper presented in the National Scientific Meeting on Medical Education, Denpasar 5-7 June 2006. Unpublished.

    General Medical Council (2003). Tomorrows Doctors.

    Metz, JCM., Verbeek-Weel, AMM., Huisjes, HJ. (2001) Blue Print 2001: Training of Doctors in the Netherlands Adjusted objectives of undergraduate medical education in the Netherlands.

    50

    50

    35Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 36

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

  • 15

    50

    50

    15

    Lampiran 1Daftar Masalah (Keluhan/Gejala)

    Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter berangkat dari keluhan atau masalah pasien atau masalah klien. Melalui penelusuran riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, serta karakteristik pasien, keluarga dan lingkungannya, dokter melakukan analisis terhadap masalah kesehatan tersebut untuk kemudian menentukan tindakan dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.

    Daftar ini berisikan masalah, keluhan atau gejala yang banyak dijumpai pada tingkat pelayanan kesehatan primer berdasarkan alasan yang membawa pasien atau klien mendatangi dokter atau pelayanan kesehatan. Selama pendidikan dokter, mahasiswa perlu dipaparkan pada berbagai masalah, keluhan atau gejala tersebut, serta perlu dilatih bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Semakin banyak terpapar oleh berbagai jenis masalah, keluhan atau gejala yang akan dijumpai di pelayanan kesehatan primer, lulusan dokter diharapkan memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang lebih baik.

    Daftar masalah ini dibagi menjadi dua, yaitu daftar masalah individu dan daftar masalah komunitas. Daftar masalah individu perlu dikuasai oleh lulusan dokter, karena merupakan masalah dan keluhan yang paling sering dijumpai pada tingkat pelayanan kesehatan primer. Daftar masalah individu berisikan keluhan, gejala maupun hal-hal yang membuat individu sebagai pasien atau klien mendatangi dokter atau institusi pelayanan kesehatan.Daftar masalah komunitas berisikan daftar masalah yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar tempat dokter praktik dan berpotensi dapat menimbulkan masalah kesehatan di tingkat individu, keluarga dan masyarakat.

    Daftar ini tidak menunjukkan urutan prioritas masalah kesehatan.

    A. Daftar Masalah Individu

    37

    15

    50

    50

    Masalah yang sering dijumpai

    Demam Kejang Diare Batuk sesak napas sakit tenggorok sakit kepala Sakit dada Gatal-gatal Nyeri perut

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    50

    50

    38

    50

    50

    Perut kembung Muntah Sulit Buang Air Besar atau sembelit Nyeri sendi Sakit punggung Pusing Kulit kuning Kulit bersisik Kulit merah dan nyeri Kulit berminyak Luka bakar Benjolan leher Wajah kaku Mata merah Mata gatal Mata berair Mata nyeri Belekan Gangguan penglihatan Timbilan Kelilipan Sakit telinga Kopoken (telinga bernanah) Tuli Telinga gatal Pilek (ingusan) Mimisan Bersin-bersin Gangguan penciuman Sakit dan sulit menelan Mulut kering Bau mulut Sakit gigi Sariawan Bibir pecah-pecah Bibir sumbing Batuk (kering, berdahak, darah) Berdebar-debar ASI tidak keluar Benjolan payudara Luka puting Payudara mengencang Retraksi kulit dan puting Benjolan perut

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Perut kram Sendawa Cegukan Nyeri ulu hati Nyeri sesudah makan Kelainan tinja (lendir, nanah, darah) Ambein Nyeri saat BAB Gatal daerah anus Perdarahan saat BAB Nyeri daerah anus Nyeri saat buang air kecil Anyang-anyangan Sering buang air kecil pada malam hari Kencing mengedan Kencing tidak puas Retensi urin Inkontinensia urin Akhir kencing menetes Pancaran kencing menurun Kencing bercabang Waktu kencing preputium melembung/ballooning Frekuensi urin Disuria Nokturia Urgensi Stranguria Kencing merah (hematuria) Kencing campur udara (pnematuria) Faecaluria Darah pada muara uretra Hemospermia Anuria Poliuria Oliguria Perubahan warna urin Nyeri buah zakar Buah zakar tidak teraba Disfungsi ereksi Keputihan Vagina (gatal, nyeri, rasa terbakar) Gangguan menstruasi Gangguan menjelang menopause Gangguan menopause

    15

    50

    50

    39Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Patah tulang Nyeri sendi Sendi (kaku, bengkak, kelainan bentuk) Nyeri pinggang Nyeri otot Gerakan terbatas Bengkak pada kaki dan tangan Kaku pada pagi hari Pusing dan pusing sebelah Hilang kesadaran Epilepsi Kejang Kesemutan Gerakan tidak teratur Gangguan gerak dan koordinasi Gangguan otot Gangguan jalan Lumpuh Gangguan bicara Pelupa Perubahan perilaku (termasuk perilaku agresif) Stress Depresi Cemas Susah tidur Pemarah Ngamuk Penurunan fungsi berpikir Perubahan emosi dan mood Gangguan fungsi seksual Pelecehan seksual Perkosaan Tanda-tanda kehamilan Hiperemesis Nyeri perut waktu hamil Perdarahan vagina waktu hamil Anyang-anyangan waktu hamil Kaki bengkak waktu hamil Kontrasepsi Sulit punya anak Kehamilan tidak diinginkan Persalinan prematur Ketuban pecah dini Berat lahir rendah

    40

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • B. Daftar Masalah Komunitas

    15

    50

    50

    41

    Kurang gizi pada balita Tidak nafsu makan pada balita Lecet pada pantat Cengeng Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita Kecelakaan pada balita Kejang demam Penyalahgunaan obat Gangguan belajar Tidak mau minum obat pada anak-anak Kelelahan Pingsan Perdarahan per vaginam Perdarahan trauma Perdarahan spontan Muntah darah Batuk darah Penurunan berat badan drastis Obesitas Gangguan komunikasi Nyeri dada Nyeri punggung Discharge urethra Gangguan perilaku

    Masalah yang sering dijumpai

    Keluarga Berencana - Kesehatan reproduksi - Koordinasi di tingkat lapangan - Kontrasepsi mantap (suntik, pil, dst) Kesehatan Ibu dan Anak - Angka kematian ibu - Angka kematian bayi Gizi - Gizi buruk - Sosial ekonomi

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 42

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    Penyakit-penyakit diare dan penyakit infeksi lain - Flu burung - HIV Aids - New emerging disease Imunisasi - Polio - Hepatitis B Pelayanan Kesehatan - Revitalisasi posyandu - Polindes - Revitalitasi puskesmas - Pembiayaan pelayanan kesehatan (bantuan langsung tunai, JPKM, asuransi kesehatan, dan

    sebagainya). - Tidak ada koordinasi yang baik antara puskesmas dengan rumah sakit. Sistem belum berjalan

    dengan baik Kesehatan Lingkungan * Bencana alam (banjir, gempa,) * Bencana buatan manusia (limbah, tanah longsor, kebakaran hutan, banjir lumpur panas) * Sanitasi * Pariwisata (travel medicine) Lain-lain Medical error Infeksi nosokomial Medical negligence Kejadian tidak diharapkan (KTD) Keselamatan pasien Masalah-masalah organisasi pelayanan kesehatan - Gaji rendah - Disiplin rendah - Medical supplies kurang - Dana terbatas - Kualitas SDM terbatas - Data terbatas (kurang lengkap) - Informasi ilmiah terbatas - Pengobatan tidak rasional - Regulasi Pelayanan Kesehatan - Tidak melaporkan penyakit KLB - Tidak berizin

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    50

    50

    15

    Lampiran 2Daftar Penyakit

    Daftar penyakit merupakan penyakit-penyakit yang dipilih menurut beban penyakit yang timbul berdasarkan perkiraan data kesakitan, data kematian serta case fatality rate di Indonesia pada tingkat pelayanan primer, tingkat keseriusan problem yang ditimbulkan dan efeknya terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Lulusan Dokter yang akan bekerja di tingkat pelayanan primer harus mempunyai tingkat kemampuan yang memadai agar mampu merujuk, membuat diagnosis yang tepat, memberi penanganan awal atau memberi penanganan tuntas. Oleh karena itu, pada setiap penyakit yang dipilih, ditetapkan tingkat kemampuan yang diharapkan akan dicapai di akhir pendidikan dokter berdasarkan perkiraan kewenangan yang akan diberikan ketika bekerja di tingkat pelayanan kesehatan primer, sesuai dengan kondisi rata-rata di Indonesia.

    Apabila setelah lulus, dokter akan bekerja di daerah yang terpencil dengan kondisi pelayanan kesehatan yang minimal atau di daerah khusus sehingga membutuhkan kemampuan yang lebih, diharapkan pihak yang berwenang dapat memberikan pembekalan sebelum penempatan dokter.

    Daftar penyakit dikelompokkan menurut sistem, organ dan tahapan usia. Berikut ini tingkat kemampuan yang diharapkan akan dicapai di akhir pendidikan.

    Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan dokter

    Tingkat Kemampuan 1

    Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level. Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera merujuk.

    Tingkat Kemampuan 2

    Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya

    Tingkat Kemampuan 3

    3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).

    .

    43

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-

    pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

    Tingkat Kemampuan 4

    Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.

    Cardiovascular

    44

    50

    50

    Cardiac disorders Angina pectoris 1 2 3A 3B 4 Unstable angina 1 2 3A 3B 4 Myocardial Infarction 1 2 3A 3B 4 Imminent Myocardial Infarction 1 2 3A 3B 4 Cardiac aneurysm 1 2 3A 3B 4 Heart failure 1 2 3A 3B 4 Cardiorespiratory arrest 1 2 3A 3B 4 Mitral stenosis 1 2 3A 3B 4 Mitral regurgitation 1 2 3A 3B 4 Aortic stenosis 1 2 3A 3B 4 Aortic regurgitation 1 2 3A 3B 4 Other valvular heart diseases 1 2 3A 3B 4 VSD 1 2 3A 3B 4 ASD 1 2 3A 3B 4 Sinus tachycardia 1 2 3A 3B 4 Supraventricular tachycardia 1 2 3A 3B 4 Atrial fibrillation 1 2 3A 3B 4 Atrial flutter 1 2 3A 3B 4 Supraventricular extrasystole 1 2 3A 3B 4 Ventricular extrasystole 1 2 3A 3B 4 BBB 1 2 3A 3B 4 Other arrhythmias 1 2 3A 3B 4 Endocarditis 1 2 3A 3B 4 Pericarditis 1 2 3A 3B 4 Myocarditis 1 2 3A 3B 4 Cardiomyopathy 1 2 3A 3B 4

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • Aorta-arteries disorders

    Essential hypertension 1 2 3A 3B 4 Secondary hypertension 1 2 3A 3B 4 Pulmonary hypertension 1 2 3A 3B 4 Raynaud's disease 1 2 3A 3B 4 Arterial thrombosis 1 2 3A 3B 4 Coarctation of the aorta 1 2 3A 3B 4 Burger's disease 1 2 3A 3B 4 Arterial embolism 1 2 3A 3B 4 Atherosclerosis 1 2 3A 3B 4 Subclavian steal syndrome 1 2 3A 3B 4 Aortic aneurysm 1 2 3A 3B 4 Dissecting aneurysm 1 2 3A 3B 4 Claudicatio 1 2 3A 3B 4 Cardiogenic shock 1 2 3A 3B 4 Septic shock 1 2 3A 3B 4 Hypovolemic shock 1 2 3A 3B 4

    Veins Varices (primary, secondary) 1 2 3A 3B 4 Obstructed venous return 1 2 3A 3B 4 Deep vein thrombosis 1 2 3A 3B 4 Thrombophlebitis 1 2 3A 3B 4

    Lymph vessels

    Lymphangitis 1 2 3A 3B 4 Lymphadenitis 1 2 3A 3B 4 Lymphedema, primary and secondary 1 2 3A 3B 4

    15

    50

    50

    15

    45

    15

    50

    50

    Respiratory

    Uncomplicated Pulmonary Tuberculosis 1 2 3A 3B 4 TBC with HIV 1 2 3A 3B 4 TBC with pneumothorax 1 2 3A 3B 4 Acute Bronchitis 1 2 3A 3B 4 Bronchiolitis 1 2 3A 3B 4 Bronchial asthma 1 2 3A 3B 4 Status asmaticus 1 2 3A 3B 4 Lung emphysema 1 2 3A 3B 4 Atelectasis 1 2 3A 3B 4

    Standar Kompetensi Dokter

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 46

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    Bronchiectasis 1 2 3A 3B 4 COPD 1 2 3A 3B 4 SARS 1 2 3A 3B 4 Pneumonia 1 2 3A 3B 4 Avian influenzae 1 2 3A 3B 4 Lung abscess 1 2 3A 3B 4 Pulmonary embolism 1 2 3A 3B 4 Lung infarction 1 2 3A 3B 4 Pleurisy TBC 1 2 3A 3B 4 Pleurisy Cancer 1 2 3A 3B 4 Pleurisy Lupus 1 2 3A 3B 4 Pneumothorax 1 2 3A 3B 4 Cystic fibrosis 1 2 3A 3B 4 Aspiration pneumonia 1 2 3A 3B 4

    Gastrointestinal

    Mouth

    Cleft lip and palate 1 2 3A 3B 4 Micrognatia and macrognatia 1 2 3A 3B 4 Leukoplakia 1 2 3A 3B 4 Candidiasis 1 2 3A 3B 4 Mouth ulcers (aphthous, herpes) 1 2 3A 3B 4 Glossitis 1 2 3A 3B 4

    Esophagus

    Esophageal atresia 1 2 3A 3B 4 Achalasia 1 2 3A 3B 4 Corrosive lesions of esophageus 1 2 3A 3B 4 Esophageal varices 1 2 3A 3B 4 Esophageal rupture 1 2 3A 3B 4 Reflux esophaghitis 1 2 3A 3B 4

    Diaphragma

    Diaphramatic hernia 1 2 3A 3B 4 Hiatus hernia 1 2 3A 3B 4

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 15

    50

    50

    15

    47

    15

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    Abdominal wall and herniae

    Inguinal hernia, direct and indirect 1 2 3A 3B 4 Femoral hernia Bedah 1 2 3A 3B 4 Epigastric hernia 1 2 3A 3B 4 Incisional hernia 1 2 3A 3B 4 Umbilical hernia 1 2 3A 3B 4

    Acute abdomen

    Peritonitis 1 2 3A 3B 4 Abscess in pouch of Douglas 1 2 3A 3B 4 Ileus 1 2 3A 3B 4 Perforation 1 2 3A 3B 4 Salphingitis 1 2 3A 3B 4 Acute appendicitis 1 2 3A 3B 4 Appendicular abscess 1 2 3A 3B 4 Mesenteric lymphadenitis 1 2 3A 3B 4

    Stomach and duodenum

    Gastritis 1 2 3A 3B 4 Gastric/duodenal ulcer 1 2 3A 3B 4 Gastrointestinal bleeding 1 2 3A 3B 4 Zollinger-ellison syndrome 1 2 3A 3B 4 Mallory-weiss syndrome 1 2 3A 3B 4 Gastroenteritis 1 2 3A 3B 4

    Liver

    Fatty liver 1 2 3A 3B 4 Hepatitis A 1 2 3A 3B 4 Uncomplicated Hepatitis B 1 2 3A 3B 4 Active Hepatitis C 1 2 3A 3B 4 Cirrhosis hepatis 1 2 3A 3B 4 Amoebic liver abscess 1 2 3A 3B 4 Liver failure 1 2 3A 3B 4

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 48

    50

    50

    Standar Kompetensi Dokter

    Gall bladder, bile duct and pancreas

    Chole(docho)lithiasis 1 2 3A 3B 4 Acute cholecystitis 1 2 3A 3B 4 Hydrops of gall bladder 1 2 3A 3B 4 Empyema of gall bladder 1 2 3A 3B 4 Pancreatitis 1 2 3A 3B 4

    Jejunum, ileum

    Intestinal atresia 1 2 3A 3B 4 Meckel's diverticulum 1 2 3A 3B 4 Umbilical fistula, omphalocoele-gastroschisis 1 2 3A 3B 4 Malrotation 1 2 3A 3B 4 Enteritis 1 2 3A 3B 4

    Colon

    Irritable bowel syndrome 1 2 3A 3B 4 Necrotizing enterocolitis 1 2 3A 3B 4 Diverticulosis/diverticulitis 1 2 3A 3B 4 Colitis 1 2 3A 3B 4 Rectal, anal prolapse 1 2 3A 3B 4 Proctitis 1 2 3A 3B 4 Hemorrhoids 1 2 3A 3B 4 (peri)anal abscess 1 2 3A 3B 4 Fistula 1 2 3A 3B 4 Anal fissure 1 2 3A 3B 4

    Pedriatrics

    Esophageal atresia 1 2 3A 3B 4 Intestinal atresia 1 2 3A 3B 4 Anal atresia 1 2 3A 3B 4 Diapragmatic hernia (congenital) 1 2 3A 3B 4 Pyloric stenosis 1 2 3A 3B 4 Gastro-esophageal reflux 1 2 3A 3B 4 Gastro-enteritis 1 2 3A 3B 4 Gastro-enteritis dengan dehidrasi 1 2 3A 3B 4 Worms 1 2 3A 3B 4 Dehydration 1 2 3A 3B 4 Malabsorbsion 1 2 3A 3B 4 Food intolerance 1 2 3A 3B 4

    KONSIL KEDOKTERANINDONESIA

  • 50

    50

    Acute abdomen 1 2 3A 3B 4 Ileus 1 2 3A 3B 4 Peritonitis tuberculosis 1 2 3A 3B 4 Peritonitis pancreatitis 1 2 3A 3B 4 Intussussception 1 2 3A 3B 4 Malrotation 1 2 3A 3B 4 Umbilical hernia 1 2 3A 3B 4 Meckell's diverticulum 1 2 3A 3B 4 Crohn'