Stakeholder Theory Auto Saved)

download Stakeholder Theory Auto Saved)

of 2

Transcript of Stakeholder Theory Auto Saved)

Stakeholder Theory Istilah stakeholder dari definisi Gray et al (2001) adalah: ....pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal, dan lain-lain. Menurut Ghozali dan Chariri (2007), stakeholder theory menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder pada perusahaan tersebut. Gray et al (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya.

Definisi stakeholder telah berubah secara substansial selama empat dekade terakhir. Pada awalnya, pemegang saham dipandang sebagai satu-satunya stakeholder perusahaan. Pandangan ini didasarkan pada argumen yang disampaikan Friedman (1962) yang mengatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemiliknya. Namun demikian, Freeman (1983) tidak setuju dengan pandangan ini dan memperluas definisi stakeholder dengan memasukkan konstituen yang lebih banyak, termasuk kelompok yang dianggap tidak menguntungkan (adversarial group), seperti pihak yang memiliki kepentingan tertentu dan regulator (Roberts 1992). Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang mereka miliki atas sumber tersebut. Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Deegan 2000). Oleh karena itu, ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan keinginan stakeholder (Ullman 1985, p. 552). Lebih lanjut Ullman (1985) mengatakan bahwa organisasi akan

memilih stakeholder yang dipandang penting, dan mengambil tindakan yang dapat menghasilkan hubungan harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Atas dasar argumen di atas, stakeholder theory umumnya berkaitan dengan caracara yang digunakan perusahaan untuk memanage stakeholdernya (Gray et al 1997). Ullman (1985) berpendapat bahwa power stakeholder berhubungan dengan postur strategis (strategic posture) yang diadopsi oleh perusahaan. Menurutnya, strategic posture menggambarkan model reaksi yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan kunci perusahaan terhadap tuntutan sosial. Oleh karena itu stakeholder theory pada dasarnya melihat dunia luar dari perspektif manajemen (Gray, Kouhy dan Lavers 1995b). Cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk memanage stakeholdernya tergantung pada postur strategi yang diadopsi perusahaan (Ullman 1985). Organisasi mungkin mengadopsi postur strategis yang aktif atau pasif. Perusahaan yang mengadopsi postur strategis aktif akan berusaha mempengaruhi hubungan organisasinya dengan stakeholder yang dipandang berpengaruh/penting (Ullman 1985). Hal ini menunjukkan bahwa active posture tidak hanya mengidentifikasi stakeholder tetapi juga menentukan stakeholder mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam mempengaruhi alokasi sumber ekonomi ke perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan pasive posture cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Kurangnya perhatian terhadap stakeholder ( dalam pendekatan pasive posture) akan mengakibatkan rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan (Ullman 1985).