STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG … · Kadek Yoga, Perdana Kumara, Thesa, Gloria, dan...
Transcript of STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG … · Kadek Yoga, Perdana Kumara, Thesa, Gloria, dan...
STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG
DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP
FOTOOKSIDASI
ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Stabilitas Minyak
Goreng Sawit Curah yang Difortifikasi dengan Vitamin A terhadap
Footooksidasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Anak Agung Nyoman Satrya Dharmawan
NIM F24090008
ABSTRAK
ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN. Stabilitas Minyak
Goreng Sawit Curah yang Difortifikasi dengan Vitamin A terhadap
Fotooksidasi. Dibimbing oleh SUKARNO dan NURI ANDARWULAN.
Salah satu penyebab kerusakan vitamin A adalah paparan cahaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara umur simpan
paramater kerusakan minyak goreng sawit curah (bilangan peroksida dan
kadar asam lemak bebas) berbilangan peroksida awal 0.00, 3.99, dan 8.99
meq O2 aktif/kg minyak terhadap kadar vitamin A pada penyimpanan 5000,
10000, dan 15000 lux. Parameter kadar asam lemak bebas tidak dilakukan
korelasi terhadap kadar vitamin A dikarenakan kenaikan kadar asam lemak
bebas tidak dipengaruhi oleh adanya paparan cahaya. Umur simpan
berdasarkan perubahan bilangan peroksida adalah 110.11 jam, 44.27 jam,
dan 16.34 jam untuk minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida
0, 3.99, dan 8.99 meq O2/kg. Minyak goreng sawit curah yang cocok untuk
dilakukan fortifikasi vitamin A adalah minyak berbilangan peroksida 0.00
dan 3.99 meq O2 aktif/kg minyak.
Kata kunci: fotooksidasi, vitamin A, minyak goreng sawit curah
ABSTRACT
ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN. The Effect of
Photooxidation on the Stability of Vitamin A-Fortified Palm Oil. Supervised
by SUKARNO and NURI ANDARWULAN.
Degradation of vitamin A is affected by light. The objective of this
research is making an analysis correlation between oxidative parameter in
oil (peroxide and free fatty acid value) and vitamin A value. Palm oil
fortified vitamin A with different initial peroxide value (0.00, 3.99, and 8.99
meq O2 active/kg oil) is used as samples. Photostability in oil is measured
by keep the samples at different light exposure (5000, 10000, and 15000
lux). The result of this research showed that free faty acid is not a good
parameter to decide shelf life of oil because its production is not affected by
light. Shelf life of palm oil fortified vitamin A are 110.11 hours, 44.27
hours, and 16.34 hours for samples with initial peroxide value 0, 3.99, and
8.99 meq O2 active/kg oil. The most compatible palm oil-fortified vitamin A
are palm oil with initial peroxide value 0.00 and 3.99 meq O2 active/kg oil.
Keywords: photooxidation, palm oil fortified vitamin A
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG
DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP
FOTOOKSIDASI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN
Judul Skripsi : STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG
DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP
FOTOOKSIDASI
Nama : Anak Agung Nyoman Satrya Dharmawan
NIM : F24090008
Disetujui oleh
Dr Ir Sukarno, MSc
Pembimbing I
Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Feri Kusnandar, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Rasa syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas berkat-Nya sehingga
penelitian berjudul Stabilitas Minyak Goreng Sawit Curah yang
Difortifikasi dengan Vitamin A terhadap Fotooksidasi berhasil diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yeng
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penelitian ini. Adapun pihak-pihak yang berpartisipasi dalam penelitian ini:
1. Bapak Putu Hastika, Ibu Sri Rahayu, Dharma Satya Utama, dan
Argha Dharmawan atas segala dukungan dan kasih sayangnya yang
telah diberikan sampai sekarang
2. Bapak Dr Ir Sukarno, Msc dan Ibu Prof Dr Ir Nuri Andarwulan
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
evaluasi, dan motivasi kepada penulis.
3. Bapak Prof Dr Ir Purwiyatno Hariyadi, Msc selaku dosen penguji
dan atas bimbingannya
4. Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), Koalisi Fortifikasi
Indonesia (KFI), dan South East Asia Food and Agricultural Science
(SEAFAST) Center IPB yang telah memberi dukungan material dalam
pelaksanaan penelitian.
5. Debby, Iyan, Lina, Yanda, Ilham, Henry, Aldith, Ardi Brian,
Charles, Cicil, Nikko, Richard, Gema, Bli Joni, Gde Parinatha, Joka,
Kadek Yoga, Perdana Kumara, Thesa, Gloria, dan Made Ayu, yang
secara tidak langsung sudah seperti keluarga kedua bagi saya dan turut
mendukung dalam pembuatan penelitian ini
6. Ayu Cahyaning, Yoga Putranda, dan Dwi Fitriani selaku partner
dalam penelitian
7. Ibu Dewi Fortuna Ayu, Agus Braii, Teh Ria Q., Mbak Desty, Mbak
Ria N., Abah, Teh Asih, dan keluarga besar SEAFAST Center IPB
yang tidak disebutkan dan telah sangat membantu dalam terciptanya
penulisan ini
8. Teman-teman: Cicely, Aktris, Aca, Sarah F., Mila, Dini Donat,
Syarah, Cynthia, Jodi, Doni, Anita, Vincenia Dea, Annisa Chacha,
Ocha, Putra, Google dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan
satu per satu dalam penulisan ini.
Bogor, Februari 2014
Anak Agung Nyoman Satrya Dharmawan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 2
2. METODOLOGI PENELITIAN 2
2.1 Bahan dan alat 2
2.2 Metode Penelitian 3
2.2.1 Persiapan Sampel Minyak Goreng Sawit 3
2.2.2 Karakterisasi Awal Sampel dan Analisis Aktivitas Baku
Vitamin A (Europhean Pharmocopoeia 6.0 2008) 3
2.2.3 Fortifikasi Vitamin A ke dalam Minyak Goreng Sawit
Curah dan Karakterisasi Kimia Awal Minyak Goreng Sawit
yang telah difortifikasi (modifikasi metode fortifikasi
vitamin A Arafah 2008) 3
2.2.4 Perlakuan, Sampling, dan Analisis Sampel 4
2.2.5 Prosedur Analisis Kimia 4
2.2.5.1 Analisis Bilangan Peroksida Metode Asam Asetat-
Kloroform (AOCS Ca 8b-90 2003) 4
2.2.5.2 Analisis Bilangan Peroksida Metode Asam Asetat-
Kloroform (AOCS Ca 8b-90 2003) 5
2.2.5.3 Penentuan Aktivitas Baku Vitamin A (European
Pharmacopeia 6.0 2008) 5
2.2.5.4 Analisis Vitamin A Metode High Performance
Liquid Chromatography (modifikasi metode
Tanumihardjo 2002) 5
2.2.5.5 Penentuan Massa Jenis Minyak (AOAC Official
Method 985.19 2000) 6
2.2.6 Prosedur Analisis Data 6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 6
3.1 Karakterisasi Bahan Baku Penelitian 6
3.2 Model Kinetika Perubahan Bilangan Peroksida 7
Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama
Oksidasi 7
3.3 Model Kinetika Pembentukan Asam Lemak Bebas Minyak Goreng
Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi 11
3.4 Model Kinetika Degradasi Vitamin A Minyak Goreng Sawit Curah
dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi 13
4. SIMPULAN DAN SARAN 19
4.1 Simpulan 19
4.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 32
DAFTAR TABEL
1. Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah sebelum
difortifikasi 7 2. Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah setelah
difortifikasi 7 3. Data linearitas perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) dengan
fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya
5000, 10000, dan 15000 lux 9 4. Umur simpan minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi
vitamin A berbilangan peroksida awal 0.00, 3.99 , dan 8,99 meq O2
aktif/kg minyak pada intensitas cahaya 1200 lux 11 5. Data linearitas pembentukan asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak)
dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas
cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux 13 6. Data linearitas degradasi kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) dengan
fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya
5000, 10000, dan 15000 lux 16
7. Kadar vitamin A minyak goreng sawit curah terfortifikasi saat
bilangan peroksida mencapai persyaratan SNI 7709:2012 pada
penyimpanan dengan intensitas cahaya 1200 lux 18
8. Perbandingan kadar vitamin A saat bilangan peroksida mencapai
persyaratan SNI 7709:2012 pada penyimpanan dengan intensitas
cahaya 1200 lux 19
DAFTAR GAMBAR
1. Kotak penyimpanan sampel dengan cahaya 4 2. Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00 meq O2/kg
minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000,
10000, dan 15000 lux 8 3. Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O2/kg
minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000,
10000, dan 15000 lux 8 4. Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O2/kg
minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000,
10000, dan 15000 lux 8 5. Perubahan konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida
minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi
0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) pada intensitas
cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux 10 6. Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2
aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 15000 lux 12
7. Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2
aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 10000 lux 12
8. Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2
aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 5000 lux 12
9. Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan
fortifikasi vitamin A (PVi 0.00 meq O2/kg miyak) pada
intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan 15000 lux 14
10. Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan
fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O2/kg miyak) pada
intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan 15000 lux 14
11. Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan
fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O2/kg miyak) pada
intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan 15000 lux 14
12. Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan
fortifikasi vitamin A (PVi 0.00 meq O2/kg miyak) pada
intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux 15
13. Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan
fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O2/kg miyak) pada
intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux 15
14. Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan
fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O2/kg miyak) pada
intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux 15
15. Perubahan konstanta laju reaksi kerusakan vitamin A minyak
goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00,
3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) pada intensitas
penyimpanan 5000, 10000, dan 15000 lux 17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan
intensitas cahaya 5000 lux 23 2. Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan
intensitas cahaya 10000 lux 24 3. Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan
intensitas cahaya 15000 lux 25 4. Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 5000 lux 26 5. Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 10000 lux 27 6. Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 15000 lux 28 7. Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 5000 lux 29 8. Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 10000 lux 30 9. Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 15000 lux 31
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekurangan vitamin A merupakan masalah yang masih terjadi di
Indonesia. Anak balita di Indonesia yang memiliki kadar serum retinol
kurang dari 20 µg/dl masih dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak
50% (Martianto et al 2007). Penyakit yang dapat timbul karena kekurangan
vitamin A adalah infeksi seperti penyakit saluran pencernaan dan diare,
meningkatnya kematian karena campak serta menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan (Almatsier 2003).
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan vitamin A
di Indonesia adalah dengan suplementasi dan fortifikasi pada bahan pangan.
Suplementasi memiliki kelemahan pada distribusi dalam rentang waktu
yang lama dan jangkauan yang luas sulit untuk dikendalikan. Menurut
Sullivan dan Bagriansky (1999), fortifikasi vitamin A pada bahan makanan
yang biasa dikonsumsi merupakan salah satu alternatif yang memberikan
beberapa keuntungan dibandingkan suplementasi. Adapun empat syarat
fortifikasi pada bahan pangan yang harus dipenuhi. Pertama, banyak
dikonsumsi oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin, kedua adalah
produsen yang memproduksi dan mengolah bahan pangan tersebut terbatas
jumlahnya. Ketiga, teknologi fortifikasi untuk makanan yang dipilih
tersedia, dan terakhir adalah setelah difortifikasi bahan pangan tidak
berubah rasa, warna, dan konsistensinya serta tetap aman untuk dikonsumsi
dan tidak membahayakan kesehatan (Soekirman 2003). Vitamin A dapat
terdistribusi dengan mudah dan tercampur dengan baik ketika ditambahkan
pada minyak atau lemak sehingga minyak goreng merupakan bahan
makanan yang tepat untuk difortifikasi dengan vitamin A (Soekirman 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Trimulyono (2008), mengenai penerimaan
konsumen terhadap minyak goreng sawit curah yang difortifikasi vitamin A
memberikan hasil bahwa minyak goreng sawit curah yang difortifikasi
vitamin A dapat diterima oleh konsumen baik dari segi aroma, warna, dan
rasa.
Stabilitas vitamin A dalam minyak goreng sawit curah merupakan hal
yang patut disoroti dalam pengembangan program fortifikasi vitamin A.
Vitamin A umumnya stabil terhadap panas, asam, dan alkali tetapi akan
rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi (suhu penggorengan, lebih dari
120oC) bersama udara, sinar, dan lemak yang sudah tengik (Winarno 1991).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2008), mengenai
retensi vitamin A pada minyak goreng sawit curah memberikan hasil bahwa
pengulangan penggorengan akan berpengaruh nyata sedangkan jenis pangan
tidak berpengaruh nyata terhadap retensi vitamin A pada minyak goreng
sawit curah terfortifikasi. Selain karena panas, degradasi vitamin A juga
dipercepat oleh adanya paparan cahaya khususnya sinar ultraviolet (Olson
1990).
Minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi vitamin A akan
mengalami proses distribusi dan penyimpanan sebelum dapat digunakan
2
oleh konsumen. Paparan cahaya selama distribusi dan penyimpanan minyak
akan menyebabkan kerusakan dan mempengaruhi umur simpan. Hal-hal
tersebut merupakan hal yang harus diamati untuk menciptakan kualitas yang
baik dari minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi vitamin A, agar
dapat memuaskan konsumen, dan sesuai dengan standar minyak goreng
sawit SNI 7709:2012 (BSN 2012). Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan
diukur seberapa besar stabilitas minyak goreng sawit curah yang telah
difortifikasi vitamin A terhadap paparan cahaya.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Memperoleh model kinetika fotooksidasi minyak goreng sawit curah
yang difortifikasi vitamin A dengan bilangan peroksida 0, 3.99, 8.99
meq O2/kg.
2. Mengetahui hubungan antara bilangan peroksida awal pada minyak
goreng sawit curah terhadap laju degradasi vitamin A dengan
pengaruh fotooksidasi.
3. Mengetahui hubungan antara kadar asam lemak bebas awal pada
minyak goreng sawit curah terhadap laju degradasi vitamin A dengan
pengaruh fotooksidasi.
4. Menentukan parameter yang tepat (antara bilangan peroksida dan
kadar asam lemak bebas) untuk dijadikan acuan umur simpan
terhadap kadar vitamin A yang masih mampu bertahan setelah
difortifikasi berdasarkan SNI 7709:2012 yaitu dengan kadar 45 IU/g.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Bahan dan alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua, bahan
baku dan bahan untuk keperluan analisis. Bahan baku penelitian yaitu
minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida 0 meq O2 aktif/kg
diperoleh dari PT. Multimas Nabati Asahan, minyak goreng curah dengan
bilangan peroksida 2.00 meq O2 aktif/kg minyak berasal dari retailer di
Pasar Cibereum Bogor. Bahan-bahan untuk keperluan analisis meliputi
Vitamin A retinyl acetate sebagai standar diperoleh dari Sigma-Aldrich (St.
Louis, MO, USA) dan vitamin A yang digunakan sebagai fortifikan
diperoleh dari PT. Sinar Mas Tbk. Bahan-bahan kimia seperti KI (Merck
KgaA) jenuh, asam asetat glasial 60% (Merck KgaA), kloroform (Merck
KgaA), etanol (Mallinckrodt Chemical) 95%, n-heksana (Merck KgaA),
Na2S2O3 (Merck KgaA) 0.05 N, indikator larutan pati (Merck KgaA) dan
phenolftalein (Merck KgaA), K2Cr2,O7 (Merck KgaA), HCl 37% (Merck
KgaA), air destilata, dan gas nitrogen.
Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer (SHIMADZU
Spechtrophotometer UV-VIS 2450), neraca analitik, hot plate, kromatografi
3
cair kinerja tinggi, lux meter, kotak penyimpanan sampel dengan cahaya,
dan alat-alat gelas yang digunakan untuk keperluan analisis.
2.2 Metode Penelitian
Penelitian stabilitas minyak goreng sawit curah yang difortifikasi
dengan vitamin A terhadap fotooksidasi dibagi menjadi empat tahap. Tahap
pertama adalah persiapan sampel minyak goreng sawit, tahap kedua adalah
karakterisasi awal sampel dan analisis aktivitas baku vitamin A Palmitat,
tahap ketiga adalah fortifikasi vitamin A ke dalam minyak goreng sawit
curah dan karakterisasi kimia awal minyak goreng sawit curah yang telah
difortifikasi, dan tahap keempat yang merupakan tahap terakhir adalah tahap
perlakuan, sampling, dan analisis sampel.
2.2.1 Persiapan Sampel Minyak Goreng Sawit
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng
sawit curah dengan bilangan peroksida 0, 3.99, dan 8.99 meq O2/kg. Minyak
goreng sawit curah dengan bilangan peroksida 3.99 meq O2/kg diperoleh
dengan menyimpan minyak goreng sawit curah dari retailer pada suhu 30-
43oC selama 80 jam. Sementara minyak goreng sawit curah dengan bilangan
peroksida 8.99 meq O2/kg didapat dengan cara menyimpan minyak goreng
sawit curah dari retailer pada suhu 30-43oC selama 140 jam. Pada tahap ini,
bilangan peroksida pada minyak goreng sawit dianalisis menggunakan
metode AOCS Ca 8b-90 2003.
2.2.2 Karakterisasi Awal Sampel dan Analisis Aktivitas Baku Vitamin
A (Europhean Pharmocopoeia 6.0 2008)
Bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas pada sampel minyak
goreng sawit curah dianalisis untuk memastikan sampel sudah mencapai
bilangan peroksida yang telah ditentukan. Sedangkan analisis aktivitas baku
vitamin A dilakukan untuk mengetahui jumlah vitamin A palmitat yang
terdapat pada konsentrat vitamin A palmitat (Europhean Pharmocopeia 6.0
2008).
2.2.3 Fortifikasi Vitamin A ke dalam Minyak Goreng Sawit Curah dan
Karakterisasi Kimia Awal Minyak Goreng Sawit yang telah
difortifikasi
Proses fortifikasi vitamin A palmitat diawali dengan pre-dilution
(pencampuran konsentrat vitamin A yang telah ditimbang dalam gelas piala
gelap dan tertutup dengan volume 30 ml sampel minyak ke dalamnya
kemudian dilakukan pengadukan dengan menggunakan stirrer selama 20
menit) sebanyak tiga kali. Setelah pre-dilution, homogenisasi dengan cara
pengadukan dilakukan dalam wadah 15 l dengan kecepatan 180-210 rpm
selama satu jam. Proses tersebut dilakukan pada suhu ruang, tidak terkena
cahaya maupun sinar matahari, dan tertutup rapat.
Minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi disimpan dalam
botol gelap tertutup, dihembus dengan gas nitrogen, dan disimpan dalam
freezer suhu -20oC apabila sampel tidak langsung diberikan perlakuan. Uji
4
homogenisasi dilakukan untuk mengetahui apakah minyak goreng sawit
curah dan fortifikan telah homogen. Uji tersebut dilakukan sebanyak lima
kali pada lima titik yang berbeda yaitu pada bagian kiri atas, kanan atas,
tengah, kiri bawah, dan kanan bawah. Analisis untuk uji homogenisasi
meliputi bilangan peroksida (AOCS Ca 8b-90 2003), bilangan asam lemak
bebas (AOCS Ca 51-40 1997), dan analisis vitamin A (modifikasi metode
Tanumihardjo dan Penniston 2002) sebagai karakterisasi awal sampel.
2.2.4 Perlakuan, Sampling, dan Analisis Sampel
Pengamatan sampel dilakukan dalam botol kaca 150 ml tanpa tutup
sebanyak 80 ml. Sampel disimpan di dalam kotak penyimpanan sampel
dengan cahaya (Gambar 1) untuk intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000
lux. Alat kotak penyimpanan sampel dengan cahaya menggunakan
modifikasi metode Jung 1989. Pada penelitian ini, sampel disimpan pada
suhu 30±3 oC. Sampel diambil selama tujuh kali dalam tempo waktu yang
berbeda-beda untuk setiap perlakuan. Karakterisasi sifat kimia sampel yang
dilakukan pada penelitian ini adalah bilangan peroksida (AOCS Ca 8b-90
2003), kadar asam lemak bebas (AOCS Ca 51-40 1997), dan kadar vitamin
A (Tanumihardjo dan Penniston 2002). Penetuan massa jenis dilakukan
untuk mengonversi satuan IU/g menjadi IU/ml melalui metode AOAC 2000.
2.2.5 Prosedur Analisis Kimia
Analisis kimia yang dilakukan dalam penelitian antara lain:
2.2.5.1 Analisis Bilangan Peroksida Metode Asam Asetat-
Kloroform (AOCS Ca 8b-90 2003)
Ditimbang 5 gram contoh minyak ke dalam Erlenmeyer
250 ml, kemudian ditambahkan 30 ml asam asetat-kloroform
(3:2), digoyang hingga larut, kemudian ditambahkan 0,5 ml KI
Gambar 1 Kotak penyimpanan sampel dengan cahaya (Jung 1989)
5
jenuh, segera simpan dalam ruang gelap selama dua menit,
dibiarkan dengan penggoyangan selama 1 menit tepat, kemudian
segera ditambahkan 30 ml aquades. Tambahkan 4 tetes indikator
pati 1 %. Selanjutnya dititrasi dengan sodium tiosulfat 0,05 N
hingga jernih. Lakukan prosedur yang sama untuk blanko.
Titrasi blanko tidak boleh melebihi 0,1 ml dari 0,05 N larutan
sodium tiosulfat.
2.2.5.2 Analisis Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas (AOCS Ca
5a-40 1997)
Ditimbang 10 gram contoh minyak ke dalam erlemeyer
100 ml, kemudian ditambahkan 50 ml etanol 95 % netral, tutup
segera dengan alumunium foil dan panaskan dalam waterbath
selama 1 menit kemudian tambahkan 4 tetes indikator
phenoftalein sesaat sebelum titrasi, goyangkan agar tercampur
homogen, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,01 N sambil
digoyang. Titrasi dilakukan sampai warna pink permanen
selama 30 detik.
2.2.5.3 Penentuan Aktivitas Baku Vitamin A (European
Pharmacopeia 6.0 2008)
Vitamin A palmitat ditimbang sebanyak 0,07 gram retinyl
palmitate dalam labu takar 100 ml, dilarutkan dengan 5 ml n-
heksana, diencerkan dengan 2-propanol hingga tanda tera dan
vortex hingga homogen. Kemudian 1 ml larutan ditera kembali
dalam labu takar 100 ml yang lainnya dengan 2-propanol.
Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum
326 nm.
2.2.5.4 Analisis Vitamin A Metode High Performance Liquid
Chromatography (Tanumihardjo dan Penniston 2002)
Persiapan standar
Dipipet 40 µl retinil asetat kemudian tambahkan 200 µl
KOH:H2O (50:50), letakkan dalam waterbath pada suhu 45ºC
selama 20 menit, tambahkan 200 µl aquades, selanjutnya ekstrak
sampel dengan heksana sebanyak 1 ml (dilakukan 2 kali)
kemudian di-vortex dan diambil cairan yang terpisah pada
permukaan atas dan letakkan pada tabung yang baru, setelah itu
diuapkan dengan menggunakan gas nitrogen hingga kering,
larutkan dengan 100 µl campuran antara metanol:etilen diklorida
(50:50), selanjutnya sebanyak 25 µl diinjeksikan ke dalam
HPLC dengan kecepatan alir 1,2 ml/menit, panjang gelombang
325 nm selama 15 menit. Fase gerak yang digunakan adalah
campuran antara metanol:aquades dengan perbandingan 89:11.
Persiapan Sampel
Dipipet 25 µl sampel minyak kemudian tambahkan 750 µl
etanol dan 400 µl KOH:H20 (50:50), letakkan dalam waterbath
pada suhu 45ºC selama 1 jam, selanjutnya ekstrak sampel
dengan heksana sebanyak 1,5 ml secara bertahap yaitu dengan
cara dipipet sebanyak 0,5 ml dan dilakukan sebanyak 3 kali
6
ulangan agar sampel benar-benar terekstrak dan vitamin A yang
akan diukur terpisah secara sempurna kemudian di-vortex dan
diambil cairan yang terpisah pada permukaan atas dan letakkan
pada tabung yang baru, setelah itu diuapkan dengan
menggunakan gas nitrogen hingga kering, larutkan dengan 200
µl campuran antara metanol:etilen diklorida (75:25), selanjutnya
sebanyak 25 µl diinjeksikan ke dalam HPLC dengan kecepatan
alir 1,2 ml/menit, panjang gelombang 325 nm selama 10 menit.
Fase gerak yang digunakan adalah campuran antara
metanol:aquades dengan perbandingan 89:11.
2.2.5.5 Penentuan Massa Jenis Minyak (AOAC Official Method
985.19 2000)
Kalibrasi piknometer dengan cara mengisi piknometer
dengan air medidih yang sudah didinginkan mencapai suhu 5ºC
di bawah suhu konstan penangas air (pengisian dilakukan
sampai air dalam botol meluap dan tidak ada gelembung udara
di dalamnya) kemudian lekatkan termometer pada piknometer
dan hindarkan dari gelembung gas. Setelah satu jam, atur tingkat
H2O untuk memastikan kapasitas piknometer dan piknometer
dikeluarkan dari penangas air, dilap dengan kertas tisu dan
ditimbang. Keluarkan air dari piknometer dan bilas piknometer
dengan alkohol kemudian dengan eter, setelah kering
piknometer ditimbang.
Penentuan densitas sampel
Saring minyak dengan kertas saring, perlakukan contoh
minyak seperti langkah kalibrasi piknometer dengan sampel
minyak sebagai pengganti air.
2.2.6 Prosedur Analisis Data
Model perubahan parameter oksidasi seperti bilangan peroksida, kadar
asam lemak bebas, dan kadar vitamin A diolah menggunakan software
Microsoft Excel 2013. Data-data perubahan parameter oksidasi ditentukan
linearitasnya dengan melakukan penyesuaian terhadap pola kerusakan yang
terjadi. Linearitas tersebut digunakan untuk membuat persamaan konstanta
laju reaksi untuk menentukan umur simpan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakterisasi Bahan Baku Penelitian
Minyak goreng sawit curah yang digunakan sebagai bahan baku
penelitian diperoleh dari produsen dan retailer. Minyak goreng sawit curah
dari produsen dengan bilangan peroksida 0.00 meq O2 aktif/kg minyak
langsung difortifikasi dengan vitamin A. Sedangkan minyak goreng sawit
curah dari retailer dengan bilangan peroksida 2.00 meq O2 aktif/kg minyak
diberi perlakuan oksidasi terlebih dahulu sehingga diperoleh minyak dengan
7
bilangan peroksida 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak kemudian
difortifikasi dengan vitamin A. Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit
curah sebelum difortifikasi ditampilkan pada Tabel 1.
Minyak goreng sawit curah yang difortifikasi dengan vitamin A tidak
mengalami perubahan karakter kimiawi pada parameter oksidasi (nilai
bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas). Karakteristik kimiawi
minyak goreng sawit curah setelah difortifikasi ditampilkan pada Tabel 2.
Penentuan massa jenis dilakukan setelah minyak goreng sawit curah
difortifikasi vitamin A. Tujuan dari penentuan massa jenis minyak ini
adalah untuk mengonversi hasil analisis yang sebelumnya IU/ml menjadi
IU/g.
3.2 Model Kinetika Perubahan Bilangan Peroksida
Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama
Oksidasi
Senyawa peroksida akan terbentuk akibat adanya proses oksidasi.
Initiator seperti cahaya akan berpengaruh terhadap pembentukan dan
degradasi peroksida selama oksidasi lipid.
Tabel 1 Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah sebelum
difortifikasi
Parameter
Minyak Goreng Sawit Curah
Produsen Retailer
Perlakuan
Oksidasi
Pendahuluan I
Perlakuan
Oksidasi
Pendahuluan II
PV (meq
O2/kg minyak) 0.00 2.00 3.99 8.99
FFA (%) 0.09 0.18 0.24 0.25
Kadar Vitamin
A (IU/g) 0 0 0 0
PV: Bilangan peroksida; FFA: kadar asam lemak bebas
Tabel 2 Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah setelah difortifikasi
Parameter
Vitamin A +
Minyak Goreng
Sawit Curah dari
produsen
Vitamin A +
Minyak Goreng
Sawit Curah
Perlakuan Oksidasi
Pendahuluan I*
Vitamin A +
Minyak Goreng
Sawit Curah
Perlakuan Oksidasi
Pendahuluan II**
PV (meq O2/kg
minyak) 0.00 3.99 8.99
FFA (%) 0.09 0.24 0.25
Kadar Vitamin A
(IU/g) 55.85 51.36 67.49
Massa Jenis
(g/ml) 0.91 0.91 0.91 0.91
PV : Bilangan peroksida; FFA: kadar asam lemak bebas
* : Penyimpanan dalam wadah terbuka pada 30-43 oC selama 80 jam
** : Penyimpanan dalam wadah terbuka pada 30-43 oC selama 140 jam
8
Gambar 2 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00 meq O2/kg
minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0,
5000, 10000, dan 15000 lux
y = 0.1661xR² = 0.9895
y = 0.1424xR² = 0.9465 y = 0.1053x
R² = 0.9815
0
20
40
60
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Bil
an
gan
Perok
sid
a
(mg e
ku
ivale
n O
2ak
tif/
kg)
Lama Penyimpanan (jam)
15000 lux 10000 lux 5000 lux 0 lux
Gambar 3 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O2/kg
minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000,
10000, dan 15000 lux
y = 0.3006x + 3.9900R² = 0.8541
y = 0.2411x + 3.9900R² = 0.9566
y = 0.1644x + 3.9900R² = 0.9217
0
20
40
60
0 50 100 150 200 250 300 350
Bil
an
ga
n P
erok
sid
a
(mg
ek
uiv
ale
n O
2a
kti
f/k
g)
Lama Penyimpanan (jam)
15000 lux 10000 lux 5000 lux 0 lux
Gambar 4 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O2/kg
minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000,
10000, dan 15000 lux
y = 0.2268x + 8.9900R² = 0.9583
y = 0.1214x + 8.9900R² = 0.9567
y = 0.0919x + 8.9900R² = 0.9918
0
5
10
15
20
25
0 50 100 150 200
Bil
an
gan
Perok
sid
a (
mg
ek
uiv
ale
n O
2ak
tif/
kg
)
Lama Penyimpanan (jam)15000 lux 10000 lux 5000 lux 0 lux
Besarnya intensitas cahaya mempengaruhi besarnya laju kerusakan
masing-masing jenis minyak. Hal ini dapat dilihat pada kemiringan yang
dibentuk. Semakin besar intensitas cahaya, kemiringan yang dibentuk akan
semakin besar. Model perubahan bilangan peroksida sampel pada masing-
masing penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 2, 3, dan 4.
9
Berdasarkan model tersebut, dapat terlihat bahwa besarnya intensitas
cahaya akan mempengaruhi laju pembentukan bilangan peroksida. Proses
pembentukan bilangan peroksida akibat adanya cahaya terjadi karena
cahaya akan mengeksitasi sensitiser menjadi triplet state yang akan
menyebabkan terjadinya proses oksidasi (Schrimgeour 2005).
Pembentukan bilangan peroksida pada penelitian ini terjadi secara
fotooksidasi. Pada penyimpanan 5000, 10000, dan 15000 lux terjadi proses
fotooksidasi. Proses ini membutuhkan fotosensitiser atau pigmen yang
secara alami terdapat pada minyak seperti klorofil, hematoporphyrins, dan
riboflavin (Schrimgeour 2005).
Data-data mengenai linearitas digunakan untuk memperoleh konstanta
laju reaksi masing-masing jenis minyak (Tabel 3). Perubahan konstanta laju
reaksi bilangan peroksida pada sampel dapat dilihat pada Gambar 5. Titik
Tabel 3 Data linearitas perubahan bilangan peroksida minyak goreng
sawit curah (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak)
dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan
intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux
Bilangan
Peroksida Awal
(meq O2/kg)
Intensitas
Cahaya (lux) Parameter Linearitas
0.00
5000
R2 0.9815
Kemiringan 0.1053
Intersep 0.00
3.99
R2 0.9217
Kemiringan 0.1644
Intersep 3.99
8.99
R2 0.9918
Kemiringan 0.0919
Intersep 8.99
0.00
10000
R2 0.9465
Kemiringan 0.1424
Intersep 0.00
3.99
R2 0.9566
Kemiringan 0.2411
Intersep 3.99
8.99
R2 0.9567
Kemiringan 0.1214
Intersep 8.99
0.00
15000
R2 0.9895
Kemiringan 0.1661
Intersep 0.00
3.99
R2 0.8541
Kemiringan 0.3006
Intersep 3.99
8.99
R2 0.9583
Kemiringan 0.2268
Intersep 8.99
10
yang dibentuk oleh sampel pada grafik perubahan konstanta laju reaksi
perubahan bilangan peroksida (Gambar 5) saling berhimpit dengan nilai
kemiringan yang hampir serupa. Kejadian ini menyatakan bahwa bilangan
peroksida awal pada minyak goreng sawit curah tidak mempengaruhi pola
perubahan bilangan peroksida. Titik yang saling berdekatan tersebut karena
pada intensitas penyimpanan 5000 lux minyak sudah mengalami pola
kerusakan maksimal sehingga bilangan peroksida awal tidak memiliki
pengaruh yang cukup besar. Hal ini menunjukkan pembentukan bilangan
peroksida pada minyak sangat sensitif terhadap cahaya.
Nilai konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida digunakan
untuk menentukan umur simpan minyak goreng sawit curah. Intensitas
cahaya yang digunakan adalah 1200 lux.
Penentuan umur simpan diperoleh dengan memperoleh nilai
kemiringan kurva pada intensitas cahaya tertentu untuk masing-masing jenis
minyak. Nilai kemiringan kurva diperoleh dengan cara memasukkan nilai
intensitas cahaya yang dinginkan (1200 lux) pada persamaan garis
perubahan konstanta laju reaksi (Gambar 5) sebagai nilai x. Kemudian nilai
kemiringan kurva yang telah diperoleh digunakan kembali pada model
perubahan bilangan peroksida untuk masing-masing jenis minyak (Gambar
2, 3, dan 4) sebagai kemiringan kurva yang baru.
Persamaan pada Gambar 2, 3, dan 4 adalah y=ax+b dimana y adalah
nilai bilangan peroksida; a adalah kemiringan; dan b adalah intercept. Pada
penentuan umur simpan, nilai a digantikan dengan nilai kemiringan kurva
pada intensitas cahaya 1200 lux yang diperoleh dari kurva perubahan
konstanta laju reaksi (Gambar 5), nilai b sebagai bilangan peroksida awal
untuk masing-masing jenis sampel, dan nilai y adalah bilangan peroksida
setelah melewati batas SNI 7970:2012 yaitu 10 meq O2 aktif/kg minyak
(BSN 2012). Nilai umur simpan untuk masing-masing jenis minyak pada
intensitas cahaya 1200 lux dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 5 Perubahan konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida
minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi
0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) pada intensitas
cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux
y = 2E-05x - 1.065R² = 0.966
y = 3E-05x - 0.903R² = 0.976
y = 4E-05x - 1.257R² = 0.953
-1.2
-1
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0
0 5000 10000 15000 20000
Lo
g K
on
sta
nta
La
ju R
ea
ksi
(/ja
m)
Intensitas Cahaya (lux)
Pvi 0.00 Pvi 3.99 Pvi 8.99
11
Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa umur simpan minyak berbilangan
peroksida awal 0.00 meq O2 aktif/kg minyak memiliki umur simpan paling
lama (4.59 hari). Sedangkan minyak berbilangan peroksida awal 3.99 dan
8.99 meq O2 aktif/kg minyak memiliki umur simpan 1.84 hari dan 0.68 hari.
Semakin besar bilangan peroksida awal maka semakin singkat umur simpan
dari minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A. Mutu awal
minyak goreng sawit curah yang semakin mendekati batas maksimum (10
meq O2 aktif/kg minyak) akan sangat berpengaruh terhadap umur simpan.
3.3 Model Kinetika Pembentukan Asam Lemak Bebas Minyak Goreng
Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi
Asam lemak bebas merupakan pengukuran jumlah dari hidrolisis
asilgliserol. Kandungan asam lemak bebas dapat mengurangi tingkat
penerimaan suatu lipid (Sato 2005). Model kenaikan asam lemak bebas pada
penyimpanan 15000, 10000, 5000, dan 0 lux untuk masing-masing jenis
minyak dapat dilihat pada Gambar 6, 7, dan 8. Berdasarkan model kenaikan
asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada masing-masing
penyimpanan dapat dilihat bahwa pembentukan minyak goreng sawit curah
berbilangan peroksida awal 0.00 meq O2 aktif/kg minyak memiliki pola
kenaikan yang lebih curam.
Data linearitas kenaikan bilangan asam lemak bebas dapat dilihat pada
Tabel 5. Berdasarkan model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah pada masing-masing penyimpanan dapat dilihat bahwa
pembentukan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal 0.00
meq O2 aktif/kg minyak memiliki pola kenaikan yang lebih curam.
Sedangkan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida 3.99 dan 8.99
meq O2 aktif/kg minyak cenderung memiliki pola kerusakan yang sama.
Data linearitas kenaikan bilangan asam lemak bebas dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 4 Umur simpan minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi
vitamin A berbilangan peroksida awal 0.00, 3.99 , dan 8,99 meq
O2 aktif/kg minyak pada intensitas cahaya 1200 lux
Bilangan
Peroksida
Awal (meq
O2/kg)
Kemiringan
Kurva
Kemiringan
Kurva pada
Intensitas
Cahaya 1200
Lux
Umur
Simpan
(jam)
Umur
Simpan
(hari)
0.00 0.2x10-4
0.0942 110.11 4.59
3.99 0.3x10-4
0.1435 44.27 1.84
8.99 0.4x10-4
0.0665 16.34 0.68
12
Pola kerusakan asam lemak bebas memiliki kemiringan yang landai.
Kadar asam lemak bebas memiliki pola kerusakan yang sangat dipengaruhi
oleh nilai awal kadar asam lemak bebas pada masing-masing jenis sampel.
Berdasarkan data linearitas (Tabel 5), bilangan peroksida awal minyak
goreng sawit curah lebih berpengaruh terhadap pembentukan asam lemak
bebas dibandingkan dengan intensitas penyimpanan. Pembentukan asam
lemak bebas lebih dipengaruhi oleh nilai awal kadar asam lemak bebas,
waktu penyimpanan dan memiliki kemiringan yang jauh lebih landai
Gambar 7 Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2
aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 10000 lux
y = 0.0001x + 0.0905R² = 0.9898
y = 0.0001x + 0.2377R² = 0.7424
y = 0.0001x + 0.2542R² = 0.7987
0.00
0.10
0.20
0.30
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Kad
ar
Asa
m L
emak
Beb
as
(%)
Lama Penyimpanan (jam)
Pvi 0.00 meq/kg Pvi 3.99 meq/kg Pvi 8.99 meq/kg
Gambar 8 Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2
aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 5000 lux
y = 0.0001x + 0.0890R² = 0.8138
y = 0.0001x + 0.2377R² = 0.8994
y = 0.0001x + 0.2542R² = 0.7474
0.00
0.10
0.20
0.30
0 100 200 300 400 500 600Kad
ar
Asa
m L
emak
Beb
as
(%
)
Lama Penyimpanan (jam)
Pvi 0.00 meq/kg Pvi 3.99 meq/kg Pvi 8.99 meq/kg
Gambar 6 Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99
meq O2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 15000 lux
y = 0.0002x + 0.0977R² = 0.8332
y = 0.0001x + 0.2377R² = 0.9577
y = 0.0001x + 0.2542R² = 0.9601
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0 50 100 150 200
Kad
ar
Asa
m L
emak
Beb
as
(%)
Lama Penyimpanan (jam)
Pvi 0.00 meq/kg Pvi 3.99 meq/kg Pvi 8.99 meq/kg
13
Tabel 5 Data linearitas pembentukan asam lemak bebas minyak goreng sawit
curah (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) dengan
fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya
5000, 10000, dan 15000 lux
Bilangan
Peroksida Awal
(meq O2/kg)
Intensitas
Cahaya (lux) Parameter Linearitas
0.00
5000
R2 0.9296
Kemiringan 0.0148
Intersep -0.0484
3.99
R2 0.8525
Kemiringan 0.0049
Intersep -0.0145
8.99
R2 0.8116
Kemiringan 0.0046
Intersep -0.0117
0.00
10000
R2 0.8619
Kemiringan 0.0174
Intersep -0.0627
3.99
R2 0.8385
Kemiringan 0.0042
Intersep -0.0099
8.99
R2 0.9353
Kemiringan 0.0049
Intersep -0.0103
0.00
15000
R2 0.8850
Kemiringan 0.0096
Intersep -0.0150
3.99
R2 0.9698
Kemiringan 0.0025
Intersep -0.0069
8.99
R2 0.9604
Kemiringan 0.0020
Intersep -0.0031
dibandingkan dengan parameter bilangan peroksida sehingga parameter ini
bukan merupakan parameter yang baik dalam penentuan umur simpan.
3.4 Model Kinetika Degradasi Vitamin A Minyak Goreng Sawit Curah
dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi
Vitamin A dalam minyak lebih cepat mengalami kerusakan akibat
adanya cahaya. Kerusakan vitamin A yang mengikuti pola kerusakan ordo
satu tidak hanya dialami oleh vitamin A dalam minyak goreng sawit curah.
Menurut Kim et al (2000), kerusakan vitamin A pada corn flakes selama
penyimpanan dengan suhu rata-rata 23oC mengikuti ordo reaksi satu. Pola
kerusakan vitamin A dalam minyak goreng sawit curah pada masing-masing
bilangan peroksida dapat dilihat pada Gambar 9, 10, dan 11.
14
Gambar 9 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00 meq O2/kg miyak)
pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan 15000 lux
0
20
40
60
80
0 200 400 600 800Ka
da
r V
ita
min
A (
IU/g
)
Lama Penyimpanan (jam)
15000 lux 10000 lux 5000 lux 0 lux
Gambar 10 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O2/kg miyak)
pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan 15000 lux
0
20
40
60
80
0 100 200 300 400 500 600 700 800Ka
da
r V
ita
min
A (
IU/g
)
Lama Penyimpanan (jam)
15000 lux 10000 lux 5000 lux 0 lux
Gambar 11 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O2/kg miyak)
pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan 15000 lux
0
20
40
60
80
0 100 200 300 400 500 600 700 800Ka
da
r V
ita
min
A (
IU/g
)
Lama Penyimpanan (jam)15000 lux 10000 lux 5000 lux 0 lux
Nilai kemiringan ini diperoleh dari model kerusakan vitamin A yang
ditampilkan dalam bentuk ln [(kadar vitamin A)t/(kadar vitamin A)o)]
(Gambar 12, 13, dan 14). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa
besarnya intensitas cahaya mempengaruhi terjadinya kerusakan vitamin A
dalam minyak goreng sawit curah. Pengaruh cahaya dengan kerusakan
vitamin A pada bahan pangan ini juga terjadi dalam minyak kedelai
terfortifikasi vitamin A. Vitamin A pada minyak kedelai yang disimpan
pada tempat gelap memiliki retensi sebesar 92% sedangkan pada tempat
15
Gambar 12 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 0.00 meq O2/kg miyak)
pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux
y = -0.0169xR² = 0.9460
y = -0.0100xR² = 0.9760
y = -0.0059xR² = 0.9950
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
0 100 200 300 400 500Ln
[(K
ad
ar
Vit
am
in A
)t/(
Kad
ar
Vit
am
in A
)o]
(IU
/g)
Lama Penyimpanan (jam)
15000 lux 10000 lux 5000 lux
Gambar 13 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O2/kg miyak)
pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux
y = -0.0147xR² = 0.9652
y = -0.0075xR² = 0.9208
y = -0.0045xR² = 0.8642
-2.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0 50 100 150 200 250
Ln
[(K
ad
ar
Vit
am
in A
)t/(
Kad
ar
Vit
am
in A
)o]
(IU
/g)
Lama Penyimpanan (jam)
15000 lux 10000 lux 5000 lux
Gambar 14 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah
dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O2/kg miyak)
pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux
y = -0.0306xR² = 0.7014
y = -0.0093xR² = 0.9174
y = -0.0072xR² = 0.7657
-2.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
Ln
[(K
ad
ar
Vit
am
in A
)t/(
Kad
ar
Vit
am
in A
)o]
(IU
/g)
Lama Penyimpanan (jam)
15000 lux 10000 lux 5000 lux
terbuka sebesar 83% (Favaro et al 1991). Peningkatan intensitas cahaya
akan meningkatkan terjadinya kerusakan vitamin A (Gaylord et al 1986).
Kerusakan vitamin A pada bahan makanan selain pada minyak goreng
sawit curah yang mengikuti ordo satu juga terjadi pada bahan makanan
lainnya. Degradasi vitamin A pada premiks beras mengikuti reaksi ordo 1
dan kemiringan konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh jenis sampel,
temperatur, dan aktivitas air (Murphy et al 1992). Pada penelitian ini,
16
parameter kerusakan (bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas)
dilakukan korelasi untuk mengetahui seberapa besar kadar vitamin A yang
masih terdapat dalam minyak goreng sawit curah. Penentuan kadar vitamin
A tersebut menggunakan umur simpan yang didapat dari model
pembentukan bilangan peroksida. Paramater kadar asam lemak bebas tidak
ditentukan korelasinya disebabkan oleh kenaikan kadar asam lemak bebas
pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya
melainkan lebih dipengaruhi oleh waktu penyimpanan dan bilangan
peroksida awal.
Hubungan antara bilangan peroksida dan logaritmik dari konstanta
laju reaksi kerusakan vitamin A ditampilkan pada Gambar 15. Kurva ini
menunjukkan seberapa besar perubahan bilangan peroksida yang
dibutuhkan untuk meningkatkan atau menurunkan laju kerusakan vitamin A
sebesar satu siklus logaritma.
Tabel 5 Data linearitas degradasi kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah (PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) dengan
fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya
5000, 10000, dan 15000 lux Bilangan
Peroksida Awal
(meq O2/kg)
Intensitas
Cahaya (lux) Parameter Linearitas
0.00
5000
R2 0.9950
Kemiringan -0.0059
Intersep 0.0000
3.99
R2 0.8642
Kemiringan -0.0045
Intersep 0.0000
8.99
R2 0.7675
Kemiringan -0.0072
Intersep 0.0000
0.00
10000
R2 0.9760
Kemiringan -0.0100
Intersep 0.0000
3.99
R2 0.9208
Kemiringan -0.0075
Intersep 0.0000
8.99
R2 0.9174
Kemiringan -0.0093
Intersep 0.0000
0.00
15000
R2 0.9460
Kemiringan -0.0169
Intersep 0.0000
3.99
R2 0.9562
Kemiringan -0.0148
Intersep 0.0000
8.99
R2 0.7014
Kemiringan -0.0306
Intersep 0.0000
17
Gambar 15 Perubahan konstanta laju reaksi kerusakan vitamin A
minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A
(PVi 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak) pada
intensitas penyimpanan 5000, 10000, dan 15000 lux
y = 0.0109x - 2.2868R² = 0.2302
y = -0.0026x - 2.0410R² = 0.0321
y = 0.0301x - 1.8367R² = 0.6444
-2.50
-2.00
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00Lo
g K
on
sta
nta
La
ju R
ea
ksi
(/j
am
)
Bilangan Peroksida (meq O2 aktif/kg minyak)
5000 Lux 10000 Lux 15000 Lux
Pada Gambar 15, nilai perubahan bilangan peroksida yang diperoleh
pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan 15000 lux adalah sebesar 91.74,
-384.62, dan 33.22 meq O2 aktif/kg minyak untuk meningkatkan atau
menurunkan laju kerusakan vitamin A sebesar satu siklus logaritma. Data
tersebut tidak memiliki pola yang cenderung naik maupun turun saat
penyimpanan dengan intensitas berbeda sehingga dapat disimpulkan bahwa
bilangan peroksida awal tidak mempengaruhi laju kerusakan vitamin A pada
masing-masing intensitas penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan karena
pada intensitas cahaya yang paling rendah atau 5000 lux sampel sudah
mengalami kerusakan dengan tingkat yang maksimal sehingga bilangan
peroksida awal yang berbeda sudah tidak mempengaruhi pola kerusakan.
Penentuan kadar vitamin A yang masih terdapat dalam minyak goreng
sawit curah berbilangan peroksida awal 0.00, 3.99, dan 8.99 meq O2 aktif/kg
minyak diolah dengan cara yang serupa dengan penentuan umur simpan
bilangan peroksida. Nilai kemiringan baru diperoleh berdasarkan persamaan
konstanta laju reaksi pada Gambar 16 dan intensitas cahaya ditentukan
sebesar 1200 lux. Kadar vitamin A yang tercantum dalam SNI 7709:2012
adalah 45 IU/g saat pengambilan sampel di pabrik (BSN 2012). Berdasarkan
SNI minyak goreng sawit tersebut, maka ditentukan nilai Q0 dalam
perhitungan sebesar 45 IU/g. Kadar vitamin A yang masih terdapat dalam
minyak goreng sawit curah sebesar 29.10 IU/g untuk minyak bilangan
peroksida awal 0.00 meq O2 aktif/kg minyak pada umur simpan bilangan
peroksida 110.11 jam. Minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida
awal 3.99 meq O2 aktif/kg minyak memiliki kadar vitamin A sebesar 39.78
IU/g saat umur simpan bilangan peroksida 44.27 jam, dan minyak goreng
sawit curah berbilangan peroksida awal 8.99 meq O2 aktif/kg minyak
memiliki kadar vitamin A sebesar 44.51 IU/g saat umur simpan bilangan
peroksida sebesar 16.34 jam. Apabila ingin diperoleh kadar vitamin A
18
sebesar (Qt) 45 IU/g yang masih terkandung dalam minyak goreng sawit
curah saat berada di retail maka kadar vitamin A minimum yang harus
difortifikasi dalam sampel adalah 69.60 IU/g untuk minyak dengan bilangan
peroksida 0.00 meq O2 aktif/kg minyak, 50.91 IU/g untuk minyak dengan
bilangan peroksida 3.99 meq O2 aktif/kg minyak, dan 47.69 IU/g untuk
minyak dengan bilangan peroksida 8.99 meq O2 aktif/kg minyak (Tabel 7).
Berdasarkan data pada Tabel 7, kadar vitamin A yang masih
terkandung dalam minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal
0.00 meq O2 aktif/kg minyak memiliki kadar vitamin A yang paling rendah.
Sedangkan minyak berbilangan peroksida awal 8.99 meq O2 aktif/kg
minyak memiliki kadar vitamin A yang paling tinggi. Hal ini disebabkan
oleh ordo reaksi parameter bilangan peroksida dan vitamin A. Ordo reaksi
yang terjadi pada parameter bilangan peroksida adalah ordo 0 sedangkan
ordo yang dialami oleh vitamin A adalah ordo 1 (kerusakan di awal cepat
kemudian melambat). Waktu saat parameter bilangan peroksida telah
melewati batas maksimum SNI 7709:2012 untuk minyak berbilangan
peroksida 0.00 meq O2 aktif/kg minyak memiliki waktu paling lama
sehingga kadar vitamin A yang mampu bertahan memiliki nilai paling kecil.
Penentuan kualitas minyak goreng sawit curah dapat dilihat pada saat
perbandingan dengan waktu yang sama. Perbandingan antara umur simpan
minyak goreng sawit curah yang digunakan adalah saat minyak berbilangan
peroksida 3.99 dan 8.99 meq O2 aktif/kg minyak yang telah melewati batas
SNI pada parameter bilangan peroksida (Tabel 8).
Pada Tabel 8, minyak yang cocok untuk dilakukan fortifikasi adalah
minyak berbilangan peroksida 0.00 dan 3.99 meq O2 aktif/kg minyak.
Minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida 8.99 meq O2 aktif/kg
minyak tidak cocok dilakukan fortifikasi karena hanya dapat bertahan
selama 16.34 jam atau kurang dari satu hari. Berdasarkan Tabel 8, kadar
vitamin A yang masih mampu bertahan dengan fortifikasi vitamin A sebesar
Tabel 7 Kadar vitamin A minyak goreng sawit curah terfortifikasi
saat bilangan peroksida mecapai persyaratan SNI 7709:2012
pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 1200 lux
Bilangan
Peroksida
Awal (meq
O2/kg)
Kemiringan
Kurva
Nilai k
pada
intensitas
cahaya
1200 lux
t
(jam)
SNI 7709:2012 Berdasarkan Data
Percobaan
Qt*
(IU/g)
Q0*
(IU/g)
Qt**
(IU/g)
Q0**
(IU/g)
0.00 0.46x10-6 0.0043 110.11 29.10 45 36.11 55.85
3.99 0.52x10-6 0.0031 44.27 39.78 45 45.40 51.36
8.99 0.63x10-6 0.0040 16.34 42.46 45 63.68 71.53
Qt* : Kadar vitamin A yang masih mampu bertahan dengan fortifikasi vitamin A sebesar 45 IU/g
Qt** : Kadar vitamin A yang masih mampu bertahan dengan fortifikasi vitamin A berdasarkan data
percobaan Q0* : Kadar vitamin A fortifikan berdasarkan SNI 7709:2012 (45 IU/g)
Q0** : Kadar vitamin A fortifikan berdasarkan data percobaan
t : Waktu saat parameter bilangan peroksida telah melewati batas maksimum SNI 7709:2012
19
45 IU/g terbesar dimiliki oleh minyak berbilangan peroksida 3.99 meq O2
aktif/kg minyak dengan nilai 43.00 IU/g. Hal ini menunjukkan bahwa
minyak berbilangan peroksida 3.99 meq O2 aktif/kg merupakan minyak
yang tepat untuk dilakukan fortifikasi vitamin A tetapi minyak tersebut
hanya memiliki umur simpan maksimum 44.27 jam atau 1 hari 27 jam saat
terekspos cahaya 1200 lux. Sehingga minyak dengan bilangan peroksida
0.00 meq O2 aktif/kg minyak paling ideal untuk dilakukan fortifikasi dengan
umur simpan maksimal 110.62 jam atau selama 4 hari 14 jam saat disimpan
pada intensitas cahaya 1200 lux.
Penentuan nilai intensitas cahaya pada Tabel 6 dan 7 ditentukan
berdasarkan pengukuran intensitas cahaya pada toko penjual minyak (retail).
Pengukuran intensitas cahaya saat terpapar sinar matahari adalah sebesar
30000 lux. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai pendekatan saat minyak
sengaja dipaparkan sinar matahari untuk mencairkan stearin yang beku.
Pengukuran intensitas cahaya pada laboratorium dapat digunakan sebagai
pendekatan saat penyimpanan minyak dalam rumah tangga yaitu sebesar
447±127 lux.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1. Minyak goreng sawit curah yang difortifikasi dengan vitamin A
sangat sensitif terhadap cahaya khususnya terhadap laju pembentukan
senyawa peroksida dan laju degradasi vitamin A. Pembentukan kadar
Tabel 8 Perbandingan kadar vitamin A saat bilangan peroksida
mencapai persyaratan SNI 7709:2012 pada penyimpanan
dengan intensitas cahaya 1200 lux
t
(jam)
Bilangan
Peroksida Awal
(meq O2/kg)
Qt
(IU/g)
Q0
(IU/g)
16.34
0.00 42.18 45
3.99 43.00 45
8.99 42.46 45
44.27
0.00 37.76 45
3.99 39.78 45
Qt : Kadar vitamin A yang masih mampu bertahan dengan fortifikasi vitamin A sebesar 45 IU/g Q0 : Kadar vitamin A fortifikan berdasarkan SNI 7709:2012 (45 IU/g)
t : Waktu saat parameter bilangan peroksida telah melewati batas maksimum SNI 7709:2012
20
asam lemak bebas tidak dipengaruhi oleh cahaya melainkan
dipengaruhi oleh waktu penyimpanan.
2. Semakin besar bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah
yang difortifikasi vitamin A maka semakin cepat laju degradasi
vitamin A terhadap fotooksidasi.
3. Semakin besar kadar asam lemak bebas awal minyak goreng sawit
curah yang difortifikasi vitamin A maka semakin cepat laju degradasi
vitamin A terhadap fotooksidasi
4. Parameter yang tepat untuk dijadikan acuan umur simpan terhadap
kadar vitamin A yang masih mampu bertahan setelah difortifikasi
berdasarkan SNI 7709:2012 yaitu dengan kadar 45 IU/g adalah
paramater bilangan peroksida.
4.2 Saran
Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk intensitas cahaya kurang dari
5000 lux, sinar ultraviolet sebagai sumber cahaya, dan radiasi sinar
matahari. Minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi vitamin A
sebaiknya dikemas dengan kemasan gelap.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2000. Official
Methods of Analysis. 17th
ed. USA: AOAC International.
[AOCS] American Oil Chemist Society. 2003. AOCS Official Method:
Peroxide Value Acetic Acid-Chloroform Method. Cd 8-53.
Arafah A A. 2008. Retensi vitamin A pada minyak goreng curah yang
difortifikasi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[AOCS] American Oil Chemist Society. 1997. AOCS Official Method: Free
Fatty Acids. Ca 5a-40.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional (ID). 2012. Minyak Goreng Sawit
[internet]. [diacu 2013 Maret 14]. Tersedia dari:
http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni_main/sni/detail_sni/14332.
Dauqan EMA, Sani HA, Abdullah A, Kasim ZM. 2011. Fatty acids
composition of four different vegetable oils (red palm olein, palm
olein, corn oil and coconut oil) by gas chromatography. International
Conference on Chemistry and Chemical Engineering, International
Proceedings of Chemical, Biological, and Enviromental Engineering
2(14): 32.
Europhean Pharmacopoeia. 2008. Vitamin A Concentrate (Oily Form),
Synthetic. Vitaminum A syntheticum densatum oleosum.
01/2008:0219.
21
Favaro RMD, Fereira JF, Desai ID, Oliveira JD. 1991. Studies on
fortification of refined soybean oil with all-trans-retinyl palmitate in
Brazil: stability during cooking and storage. Journal of Food
Composition and Analysis 4(3): 237-244.
Gaylord AM, Warthesen JJ, and Smith DE. 1986. Influence of milk fat, milk
solids, and light intensity on the light stability of vitamin A and
riboflavin in lowfat milk. Journal of Dairy Science. 69:2779-2784
Jung, MH. 1989. Efects of caretonoids and tocopherols on the chlorophyll
sensitized photooxidation of soybean oil [dissertation]. Ohio (JP): The
Ohio State University.
Kim YS, Strand E, Warthesen J. 2000. Degradation of vitamin A palmitate
in corn flakes during storage. Journal of Food Science. 65(7):1216-
1219.
Martianto D, Sumedi E, Soekatri M, Herawati T. 2007. Marketing and
Distribution Survey of Cooking Oil at Makassar City. Koalisi
Fortifikasi Indonesia.
Murphy PA, Smith B, Hauck C, O'Connor K.1992. Stabilization of vitamin
A in a synthetic rice premix. Journal of the Science of Food and
Agriculture. 57(2):437-439.
Olson JA. 1990. Vitamin A. LJ. Machlin (Ed.). Dalam Handbook of
Vitamins (2nd ed.) (hlm. 1 -58). New York (US) : Marcel Dekker Inc.
Sato K, Ueno S. 2005. Bailey's Industrial Oil and Fat Products. 6th Ed, Six
Volume Set. Shahidi F, editor. New Jersey (US): John Wiley&Sons,
Inc. p 77-120.
Schrimgeour C. 2005. Bailey's Industrial Oil and Fat Products, 6th ed, Six
Volume Set. Shahidi F, editor. New Jersey (US): John Wiley&Sons,
Inc. p1-43.
Soekirman. 2003. Fortifikasi dalam Program Gizi, Apa dan Mengapa.
Koalisi Fortifikasi Indonesia.
Sullivan K, Bagriansky J. 1999. Estimation of the Impact of Vitamin A
Fortified Foods on the Prevalence of Vitamin A Deficiency [internet].
[diacu 2013 Maret 15].Tersedia dari: http://www.docstoc.com/docs/
47306136/AnnexC-Estimation-of-the-Impact-of-Vitamin-A-Fortified-
Foods-on--Vitamine-A [21 Februari 2008].
Tanumihardjo SA, Penniston KL. 2002. Simplified methodology to
determine breast milk retinol concentrations. Journal of Lipid
Research. 42:350-355.
Trimulyono H. 2008. Penerimaan Konsumen terhadap Minyak Goreng
Curah yang difortifikasi Vitamin A. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Winarno FG.1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarata (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
23
Lampiran 1 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan
intensitas cahaya 5000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
PV (Meq O2/kg
minyak)
0.00
0 0.00
72 9.95
144 17.91
240 27.87
288 25.70
360 37.94
432 46.01
504 52.84
3.99
0 3.99
49 16.76
72 19.09
115 27.90
162 33.29
210 35.26
216 37.19
222 39.17
8.99
0 8.99
30 12.49
42 12.73
54 13.71
78 15.67
102 18.60
114 19.58
126 20.56
PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
24
Lampiran 2 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan
intensitas cahaya 10000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
PV (Meq O2/kg
minyak)
0.00
0 0.00
48 9.46
96 16.92
161 25.97
192 29.97
240 36.48
288 42.11
336 40.96
3.99
0 3.99
30 15.49
54 23.50
78 25.46
138 36.71
174 42.11
186 48.46
192 50.92
8.99
0 8.99
24 10.98
30 12.96
42 15.67
68 17.14
90 20.57
102 19.58
114 23.50
PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
25
Lampiran 3 Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan
intensitas cahaya 15000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
PV (Meq O2/kg
minyak)
0.00
0 0.00
24 5.47
48 8.46
72 12.94
95 15.92
119 18.48
123 20.99
161 26.38
3.99
0 3.99
18 13.22
28 16.16
43 21.05
52 24.48
72 25.94
90 30.35
114 33.30
8.99
0 8.99
6 9.79
19 15.17
24 14.20
30 16.16
42 17.38
47 20.08
54 21.05
PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
26
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 5000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
Kadar Asam Lemak
Bebas (%)
0.00
0 0.0893
72 0.1067
144 0.1121
240 0.1166
288 0.1265
360 0.1287
432 0.1309
504 0.1344
3.99
0 0.2378
49 0.2431
72 0.2442
115 0.2451
162 0.2461
210 0.2498
216 0.2500
222 0.2510
8.99
0 0.2542
30 0.2561
42 0.2609
54 0.2622
78 0.2630
102 0.2632
114 0.2638
126 0.2640
PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
27
Lampiran 5 Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 10000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
Kadar Asam Lemak
Bebas (%)
0.00
0 0.0893
48 0.0995
96 0.1026
161 0.1103
192 0.1129
240 0.1213
288 0.1285
336 0.1335
3.99
0 0.2378
30 0.2418
54 0.2453
78 0.2469
138 0.2473
174 0.2478
186 0.2502
192 0.2522
8.99
0 0.2542
24 0.2595
30 0.2600
42 0.2638
68 0.2641
90 0.2653
102 0.2670
114 0.2677
PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
28
Lampiran 6 Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng
sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 15000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
Kadar Asam Lemak
Bebas (%)
0.00
0 0.0893
24 0.1053
48 0.1128
72 0.1153
95 0.1154
119 0.1174
123 0.1234
161 0.1256
3.99
0 0.2378
18 0.2383
28 0.2389
43 0.2405
52 0.2409
72 0.2413
90 0.2419
114 0.2432
8.99
0 0.2542
6 0.2550
19 0.2565
24 0.2571
30 0.2580
42 0.2586
47 0.2588
54 0.2594
PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
29
Lampiran 7 Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 5000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
Kadar Vitamin A
(IU/g)
0.00
0 55.85
72 34.56
144 22.74
240 12.54
288 9.77
360 7.41
432 4.19
3.99
0 51.36
49 34.72
72 38.68
115 37.66
162 30.14
210 21.28
216 18.28
222 15.19
8.99
0 67.49
30 43.33
54 37.99
102 38.95
114 31.22
126 25.51 PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
30
Lampiran 8 Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 10000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
Kadar Vitamin A
(IU/g)
0.00
0 55.85
48 32.14
96 21.25
161 10.57
192 7.14
240 4.19
288 4.19
3.99
0 51.36
30 40.85
54 30.64
78 26.85
138 20.67
174 18.22
186 12.62
192 9.12
8.99
0 67.49
24 50.52
30 43.46
42 44.67
68 40.09
90 30.62
102 22.34
114 25.55 PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
31
Lampiran 9 Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit
curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas
penyimpanan 15000 lux
PVi (meq O2/kg) Lama Penyimpanan
(jam)
Kadar Vitamin A
(IU/g)
0.00
0 55.85
24 25.94
48 19.13
72 18.97
95 10.54
119 6.49
123 7.70
161 4.19
3.99
0 51.36
18 44.50
28 33.09
43 28.92
52 19.15
72 16.65
90 14.59
114 10.09
8.99
0 67.49
6 31.18
19 35.13
24 26.33
30 22.27
42 19.16
47 19.66
54 14.03
PVi : Bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah terfortifikasi vitamin A
32
RIWAYAT HIDUP
Anak Agung Nyoman Satrya Dharmawan dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 23 Desember 1991 dari ayah I Gusti Agung Putu Hastika dan ibu Sri
Rahayu. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun
2009, penulis lulus dari SMA Negeri 3 Denpasar. Penulis diterima di
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan pada tahun 2009 melalui jalur
Ujian Saringan Masuk (USM) IPB.
Penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan KMHD IPB seperti Food
Fair 2009, Coffee Break, dan Tirta Yatra. Selain aktif dalam organisasi
kerohanian mahasiswa, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB Himitepa seperti seminar
Access, BAUR ITP 2011, dan peserta seminar IFBQC 2011.