Renungan Paskah 2020 - warta.gkagloria.idwarta.gkagloria.id/renungan_paskah_2020.pdf · Renungan...

32
OURNEY to the Renungan Paskah 2020 Gereja Kristen Abdiel Gloria

Transcript of Renungan Paskah 2020 - warta.gkagloria.idwarta.gkagloria.id/renungan_paskah_2020.pdf · Renungan...

OURNEY tothe

Renungan Paskah 2020Gereja Kristen Abdiel Gloria

Via Dolorosa (Jalan Kesengsaraan) diyakini sebagai jalan yang dilalui Kristus sambil memanggul salib menuju ke Bukit Golgota untuk disalib. Kristus yang sudah sangat lelah karena disidang dan dipukuli semalaman, harus memanggul kayu salib yang berat menapaki jalan mendaki ke Kalvari. Itulah sebabnya, jalan ini disebut jalan kesengsaraan. Dalam memperingati minggu kesengsaraan Kristus, ada beberapa topik yang akan dibahas. Pertama, ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan yang membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan (Matius 26:6-7). Walau diprotes oleh Yudas sebagai suatu pemborosan, tapi Yesus memandang pengorbanan perempuan itu tepat karena sebagai persiapan penguburan-Nya. Lalu peristiwa kedua adalah Yesus bergumul di Taman Getsemani. Pergumulan Yesus berkaitan apakah untuk menebus manusia yang berdosa, Ia harus meminum cawan pahit atau ada alternatif lain? Sementara Yesus bergumul dengan meneteskan keringat darah, ketiga murid yang bersama Yesus tertidur pulas. Betapa kontras pemandangan ini.

Setelah itu peristiwa ketiga, yakni Yesus disidang oleh Pilatus. Walau Pilatus telah memeriksa Yesus dengan teliti dan berkali-kali mengatakan Yesus tidak bersalah, tapi karena tekanan massa dan Pilatus takut kehilangan kedudukannya, ia mengizinkan Yesus disalib. Pilatus adalah seorang oportunis, yang lebih mementingkan jabatan daripada kebenaran.

Peristiwa keempat adalah Yesus dibawa ke sebuah gedung. Disana mereka menanggalkan baju-Nya, mengenakan jubah ungu dan mengenakan sebuah mahkota duri di atas kepala-Nya. Dalam perjalanan ke Kalvari, mereka bertemu dengan Simon Kirene dan memaksanya untuk memikul salib bersama Yesus. Semua tindakan yang dikenakan pada Yesus adalah suatu penghinaan. Tapi Yesus menerimanya tanpa protes. Peristiwa terakhir adalah ketika Yesus ada di atas kayu salib. Meski Kristus telah disakiti begitu rupa oleh para musuh-musuh-Nya, namun Ia berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Betapa lapang dan agung jiwa Kristus. Bahkan ketika seorang penjahat yang disalib di sebelah Yesus memohon: "Yesus, ingatlah akan aku, apablia Engkau datang sebagai Raja." Yesus menjawab dengan pasti: "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Apa yang dikatakan Yesus adalah suatu jaminan pasti bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kiranya perenungan minggu sengsara ini membuat kita lebih mengerti kasih Kristus. Amin.

Via Dolorosa (Jalan Kesengsaraan) diyakini sebagai jalan yang dilalui Kristus sambil memanggul salib menuju ke Bukit Golgota untuk disalib. Kristus yang sudah sangat lelah karena disidang dan dipukuli semalaman, harus memanggul kayu salib yang berat menapaki jalan mendaki ke Kalvari. Itulah sebabnya, jalan ini disebut jalan kesengsaraan. Dalam memperingati minggu kesengsaraan Kristus, ada beberapa topik yang akan dibahas. Pertama, ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan yang membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan (Matius 26:6-7). Walau diprotes oleh Yudas sebagai suatu pemborosan, tapi Yesus memandang pengorbanan perempuan itu tepat karena sebagai persiapan penguburan-Nya. Lalu peristiwa kedua adalah Yesus bergumul di Taman Getsemani. Pergumulan Yesus berkaitan apakah untuk menebus manusia yang berdosa, Ia harus meminum cawan pahit atau ada alternatif lain? Sementara Yesus bergumul dengan meneteskan keringat darah, ketiga murid yang bersama Yesus tertidur pulas. Betapa kontras pemandangan ini.

Setelah itu peristiwa ketiga, yakni Yesus disidang oleh Pilatus. Walau Pilatus telah memeriksa Yesus dengan teliti dan berkali-kali mengatakan Yesus tidak bersalah, tapi karena tekanan massa dan Pilatus takut kehilangan kedudukannya, ia mengizinkan Yesus disalib. Pilatus adalah seorang oportunis, yang lebih mementingkan jabatan daripada kebenaran.

KATA PENGANTARRenungan Paskah 202001

Peristiwa keempat adalah Yesus dibawa ke sebuah gedung. Disana mereka menanggalkan baju-Nya, mengenakan jubah ungu dan mengenakan sebuah mahkota duri di atas kepala-Nya. Dalam perjalanan ke Kalvari, mereka bertemu dengan Simon Kirene dan memaksanya untuk memikul salib bersama Yesus. Semua tindakan yang dikenakan pada Yesus adalah suatu penghinaan. Tapi Yesus menerimanya tanpa protes. Peristiwa terakhir adalah ketika Yesus ada di atas kayu salib. Meski Kristus telah disakiti begitu rupa oleh para musuh-musuh-Nya, namun Ia berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Betapa lapang dan agung jiwa Kristus. Bahkan ketika seorang penjahat yang disalib di sebelah Yesus memohon: "Yesus, ingatlah akan aku, apablia Engkau datang sebagai Raja." Yesus menjawab dengan pasti: "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Apa yang dikatakan Yesus adalah suatu jaminan pasti bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kiranya perenungan minggu sengsara ini membuat kita lebih mengerti kasih Kristus. Amin.

Via Dolorosa (Jalan Kesengsaraan) diyakini sebagai jalan yang dilalui Kristus sambil memanggul salib menuju ke Bukit Golgota untuk disalib. Kristus yang sudah sangat lelah karena disidang dan dipukuli semalaman, harus memanggul kayu salib yang berat menapaki jalan mendaki ke Kalvari. Itulah sebabnya, jalan ini disebut jalan kesengsaraan. Dalam memperingati minggu kesengsaraan Kristus, ada beberapa topik yang akan dibahas. Pertama, ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan yang membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan (Matius 26:6-7). Walau diprotes oleh Yudas sebagai suatu pemborosan, tapi Yesus memandang pengorbanan perempuan itu tepat karena sebagai persiapan penguburan-Nya. Lalu peristiwa kedua adalah Yesus bergumul di Taman Getsemani. Pergumulan Yesus berkaitan apakah untuk menebus manusia yang berdosa, Ia harus meminum cawan pahit atau ada alternatif lain? Sementara Yesus bergumul dengan meneteskan keringat darah, ketiga murid yang bersama Yesus tertidur pulas. Betapa kontras pemandangan ini.

Setelah itu peristiwa ketiga, yakni Yesus disidang oleh Pilatus. Walau Pilatus telah memeriksa Yesus dengan teliti dan berkali-kali mengatakan Yesus tidak bersalah, tapi karena tekanan massa dan Pilatus takut kehilangan kedudukannya, ia mengizinkan Yesus disalib. Pilatus adalah seorang oportunis, yang lebih mementingkan jabatan daripada kebenaran.

Gembala Umum GKA GloriaPdt. William Liem

02

Peristiwa keempat adalah Yesus dibawa ke sebuah gedung. Disana mereka menanggalkan baju-Nya, mengenakan jubah ungu dan mengenakan sebuah mahkota duri di atas kepala-Nya. Dalam perjalanan ke Kalvari, mereka bertemu dengan Simon Kirene dan memaksanya untuk memikul salib bersama Yesus. Semua tindakan yang dikenakan pada Yesus adalah suatu penghinaan. Tapi Yesus menerimanya tanpa protes. Peristiwa terakhir adalah ketika Yesus ada di atas kayu salib. Meski Kristus telah disakiti begitu rupa oleh para musuh-musuh-Nya, namun Ia berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Betapa lapang dan agung jiwa Kristus. Bahkan ketika seorang penjahat yang disalib di sebelah Yesus memohon: "Yesus, ingatlah akan aku, apablia Engkau datang sebagai Raja." Yesus menjawab dengan pasti: "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Apa yang dikatakan Yesus adalah suatu jaminan pasti bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kiranya perenungan minggu sengsara ini membuat kita lebih mengerti kasih Kristus. Amin.

Seperti sebuah lagu lawas yang bersajak “dunia ini panggung sandiwara,” kemunafikan adalah hal yang menjamur di tengah-tengah kehidupan, tidak terkecuali di antara orang Kristen. Banyak manusia, termasuk orang Kristen, menjalani hidup dan datang ke gereja dengan menggunakan topeng dan penyamaran. Ada sebuah citra dan image yang kita tampilkan di hadapan orang banyak yang sesungguhnya bukan diri kita yang sesungguhnya. Yudas, sebagai murid Yesus, tentu ia setiap hari menampilkan diri sebagai orang yang saleh dan baik. Ia memakai penyamaran yang bukan dirinya yang sesungguhnya. Di dalam topeng itu, Yudas adalah seorang yang mencintai uang dan bahkan tega menjual Yesus untuk mendapatkan uang (ay. 15-16). Ketika ia melihat Maria yang mengurapi Yesus dengan penuh ketulusan, hatinya yang mencintai uang itu gundah gulana dan menuduh tindakan Maria sebagai suatu pemborosan (ay. 9). Namun Yesus tidak dapat ditipu oleh segala penyamaran, Ia tahu hati Yudas yang mata duitan dan hati Maria yang tulus. Ia membela Maria dan memuji perbuatannya yang tulus. Dan bahkan Ia menyatakan bahwa cerita pengurapan Maria ini akan terus diceritakan setiap kali Injil diberitakan di seluruh dunia (ay. 13). Tidak ada penyamaran yang dapat mengelabui mata Tuhan. Ia mengenal setiap manusia sampai kedalaman hati kita.

Kita dapat datang ke gereja, senyum dan menyapa “Shalom” seolah-olah kita orang Kristen yang saleh. Tetapi Tuhan tidak dapat kita kelabuhi. Ia tahu setiap dosa kita, rencana yang tergelap dan luka yang kita torehkan di hati anak-anak dan pasangan kita. Ia tahu segala sesuatu dan tidak ada seorang pun yang dapat bersandiwara dan memakai penyamaran di hadapan-Nya. Di dalam minggu doa dan puasa ini, datanglah pada Tuhan dengan kesadaran bahwa Ia Mahatahu. Mari kita membawa setiap dosa dengan penyesalan dan membawa kejahatan yang terdalam ke kaki salib-Nya. Ia akan menguduskan kita dan mengampuni kita yang berhenti berpura-pura dan membawa hati kita yang hancur oleh dosa untuk dipulihkan. Minta kepada Tuhan hati yang tulus, mengasihi Dia dan mempersembahkan yang terbaik bagi Dia.

Via Dolorosa (Jalan Kesengsaraan) diyakini sebagai jalan yang dilalui Kristus sambil memanggul salib menuju ke Bukit Golgota untuk disalib. Kristus yang sudah sangat lelah karena disidang dan dipukuli semalaman, harus memanggul kayu salib yang berat menapaki jalan mendaki ke Kalvari. Itulah sebabnya, jalan ini disebut jalan kesengsaraan. Dalam memperingati minggu kesengsaraan Kristus, ada beberapa topik yang akan dibahas. Pertama, ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan yang membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan (Matius 26:6-7). Walau diprotes oleh Yudas sebagai suatu pemborosan, tapi Yesus memandang pengorbanan perempuan itu tepat karena sebagai persiapan penguburan-Nya. Lalu peristiwa kedua adalah Yesus bergumul di Taman Getsemani. Pergumulan Yesus berkaitan apakah untuk menebus manusia yang berdosa, Ia harus meminum cawan pahit atau ada alternatif lain? Sementara Yesus bergumul dengan meneteskan keringat darah, ketiga murid yang bersama Yesus tertidur pulas. Betapa kontras pemandangan ini.

Setelah itu peristiwa ketiga, yakni Yesus disidang oleh Pilatus. Walau Pilatus telah memeriksa Yesus dengan teliti dan berkali-kali mengatakan Yesus tidak bersalah, tapi karena tekanan massa dan Pilatus takut kehilangan kedudukannya, ia mengizinkan Yesus disalib. Pilatus adalah seorang oportunis, yang lebih mementingkan jabatan daripada kebenaran.

Peristiwa keempat adalah Yesus dibawa ke sebuah gedung. Disana mereka menanggalkan baju-Nya, mengenakan jubah ungu dan mengenakan sebuah mahkota duri di atas kepala-Nya. Dalam perjalanan ke Kalvari, mereka bertemu dengan Simon Kirene dan memaksanya untuk memikul salib bersama Yesus. Semua tindakan yang dikenakan pada Yesus adalah suatu penghinaan. Tapi Yesus menerimanya tanpa protes. Peristiwa terakhir adalah ketika Yesus ada di atas kayu salib. Meski Kristus telah disakiti begitu rupa oleh para musuh-musuh-Nya, namun Ia berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Betapa lapang dan agung jiwa Kristus. Bahkan ketika seorang penjahat yang disalib di sebelah Yesus memohon: "Yesus, ingatlah akan aku, apablia Engkau datang sebagai Raja." Yesus menjawab dengan pasti: "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Apa yang dikatakan Yesus adalah suatu jaminan pasti bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kiranya perenungan minggu sengsara ini membuat kita lebih mengerti kasih Kristus. Amin.

Seperti sebuah lagu lawas yang bersajak “dunia ini panggung sandiwara,” kemunafikan adalah hal yang menjamur di tengah-tengah kehidupan, tidak terkecuali di antara orang Kristen. Banyak manusia, termasuk orang Kristen, menjalani hidup dan datang ke gereja dengan menggunakan topeng dan penyamaran. Ada sebuah citra dan image yang kita tampilkan di hadapan orang banyak yang sesungguhnya bukan diri kita yang sesungguhnya. Yudas, sebagai murid Yesus, tentu ia setiap hari menampilkan diri sebagai orang yang saleh dan baik. Ia memakai penyamaran yang bukan dirinya yang sesungguhnya. Di dalam topeng itu, Yudas adalah seorang yang mencintai uang dan bahkan tega menjual Yesus untuk mendapatkan uang (ay. 15-16). Ketika ia melihat Maria yang mengurapi Yesus dengan penuh ketulusan, hatinya yang mencintai uang itu gundah gulana dan menuduh tindakan Maria sebagai suatu pemborosan (ay. 9). Namun Yesus tidak dapat ditipu oleh segala penyamaran, Ia tahu hati Yudas yang mata duitan dan hati Maria yang tulus. Ia membela Maria dan memuji perbuatannya yang tulus. Dan bahkan Ia menyatakan bahwa cerita pengurapan Maria ini akan terus diceritakan setiap kali Injil diberitakan di seluruh dunia (ay. 13). Tidak ada penyamaran yang dapat mengelabui mata Tuhan. Ia mengenal setiap manusia sampai kedalaman hati kita.

Ketulusan atau Kemunafikan?Matius 26:1-16

Senin, 6 April 202003

Kita dapat datang ke gereja, senyum dan menyapa “Shalom” seolah-olah kita orang Kristen yang saleh. Tetapi Tuhan tidak dapat kita kelabuhi. Ia tahu setiap dosa kita, rencana yang tergelap dan luka yang kita torehkan di hati anak-anak dan pasangan kita. Ia tahu segala sesuatu dan tidak ada seorang pun yang dapat bersandiwara dan memakai penyamaran di hadapan-Nya. Di dalam minggu doa dan puasa ini, datanglah pada Tuhan dengan kesadaran bahwa Ia Mahatahu. Mari kita membawa setiap dosa dengan penyesalan dan membawa kejahatan yang terdalam ke kaki salib-Nya. Ia akan menguduskan kita dan mengampuni kita yang berhenti berpura-pura dan membawa hati kita yang hancur oleh dosa untuk dipulihkan. Minta kepada Tuhan hati yang tulus, mengasihi Dia dan mempersembahkan yang terbaik bagi Dia.

Seperti sebuah lagu lawas yang bersajak “dunia ini panggung sandiwara,” kemunafikan adalah hal yang menjamur di tengah-tengah kehidupan, tidak terkecuali di antara orang Kristen. Banyak manusia, termasuk orang Kristen, menjalani hidup dan datang ke gereja dengan menggunakan topeng dan penyamaran. Ada sebuah citra dan image yang kita tampilkan di hadapan orang banyak yang sesungguhnya bukan diri kita yang sesungguhnya. Yudas, sebagai murid Yesus, tentu ia setiap hari menampilkan diri sebagai orang yang saleh dan baik. Ia memakai penyamaran yang bukan dirinya yang sesungguhnya. Di dalam topeng itu, Yudas adalah seorang yang mencintai uang dan bahkan tega menjual Yesus untuk mendapatkan uang (ay. 15-16). Ketika ia melihat Maria yang mengurapi Yesus dengan penuh ketulusan, hatinya yang mencintai uang itu gundah gulana dan menuduh tindakan Maria sebagai suatu pemborosan (ay. 9). Namun Yesus tidak dapat ditipu oleh segala penyamaran, Ia tahu hati Yudas yang mata duitan dan hati Maria yang tulus. Ia membela Maria dan memuji perbuatannya yang tulus. Dan bahkan Ia menyatakan bahwa cerita pengurapan Maria ini akan terus diceritakan setiap kali Injil diberitakan di seluruh dunia (ay. 13). Tidak ada penyamaran yang dapat mengelabui mata Tuhan. Ia mengenal setiap manusia sampai kedalaman hati kita.

04 Kita dapat datang ke gereja, senyum dan menyapa “Shalom” seolah-olah kita orang Kristen yang saleh. Tetapi Tuhan tidak dapat kita kelabuhi. Ia tahu setiap dosa kita, rencana yang tergelap dan luka yang kita torehkan di hati anak-anak dan pasangan kita. Ia tahu segala sesuatu dan tidak ada seorang pun yang dapat bersandiwara dan memakai penyamaran di hadapan-Nya. Di dalam minggu doa dan puasa ini, datanglah pada Tuhan dengan kesadaran bahwa Ia Mahatahu. Mari kita membawa setiap dosa dengan penyesalan dan membawa kejahatan yang terdalam ke kaki salib-Nya. Ia akan menguduskan kita dan mengampuni kita yang berhenti berpura-pura dan membawa hati kita yang hancur oleh dosa untuk dipulihkan. Minta kepada Tuhan hati yang tulus, mengasihi Dia dan mempersembahkan yang terbaik bagi Dia.

Peristiwa di Taman Getsemani ini melibatkan dua murid Tuhan Yesus, yaitu Yudas Iskariot dan Simon Petrus. Dua sikap yang berbeda ditunjukkan mereka di Taman Getsemani. Yudas datang dengan tujuan mencium Tuhan Yesus sebagai konfirmasi bahwa “orang ini yang harus ditangkap.” Yudas mengkhianati Tuhannya. Sedangkan Petrus melakukan pembelaan dengan menghunus pedang dan mencoba melawan para penangkap Tuhan Yesus (Yoh. 18:10). Sepertinya, Yudas ada di pihak yang berkhianat dan salah, sedangkan Petrus ada di pihak yang berani dan benar. Tetapi kisah berikutnya menjadi perhatian karena Petrus ternyata berbuat apa yang sama dengan Yudas, yaitu dia menyangkal Tuhan Yesus tiga kali. Walau dia tidak menjual Tuhan Yesus seperti Yudas, tetapi dia menyangkal Tuhan Yesus dengan sumpah dan kutukan (Mat. 26:69-75). Apa yang terjadi dengan Yudas dan Petrus? Sebenarnya ada satu persamaan yang mereka hadapi, yaitu mereka tidak menyangka bahwa saat itu Tuhan Yesus menyerahkan diri untuk ditangkap. Tuhan Yesus yang biasanya melakukan mujizat, dan beberapa kali bisa melepaskan diri dari orang-orang yang ingin menangkap Dia, bahkan bisa memanggil 12 pasukan malaikat untuk menolong-Nya pada saat itu, sekarang malah diam dan meminta Petrus untuk menyarungkan pedangnya. Hal ini menimbulkan reaksi berikutnya dalam diri mereka

berdua. Yudas menyesal telah menjual Yesus (Mat. 27:3), dia pikir dia bisa mendapatkan banyak uang dari siasatnya ini tanpa benar-benar mencelakakan Yesus, ‘toh Yesus bisa melepaskan diri lagi.’ Yudas cuma ingin memanfaatkan situasi dan mendapatkan

keuntungan melalui Yesus. Petrus ketika melihat Tuhannya ditangkap, diadili, dan dipukuli, serta merta seperti kehilangan semua jiwa fanatisme dan heroiknya. Dia yang semula begitu gagah dan bersumpah setia kepada Yesus, tiba-tiba merasa kerdil dan takut di antara kerumunan orang-orang yang menuduhnya sebagai pengikut Kristus dan spontan menyangkali Tuhan Yesus tiga kali.

Apa pelajarannya untuk kita? Tuhan Yesus bukannya tidak pernah memperingatkan Yudas dan Petrus akan hal ini. Tuhan Yesus tahu isi hati Yudas dan segala rancangannya, karena itu Dia memperingatkan Yudas secara tidak langsung di hadapan para murid ketika perjamuan malam (Mat. 26:20-25). Petrus juga mendapatkan peringatan ketika dengan gagah menunjukkan jiwa heroiknya untuk setia sampai mati kepada Tuhan Yesus. Dia tidak ingin terlihat lemah ketika Yesus memperingatkan bahwa sebentar lagi para murid akan terguncang karena situasi sulit yang akan mereka hadapi. Betapa menyesalnya dia menemukan bahwa jiwanya tidak seheroik itu dan bahkan telah menyangkali Tuhannya. Sebenarnya kita tidaklah lebih baik daripada mereka berdua karena kitapun bisa jatuh pada lubang yang sama. Seperti Yudas, jangan-jangan kita berani berkanjang dalam dosa dan dengan sengaja merancang hal-hal yang tidak diperkenan Tuhan dalam hati kita. Peringatan dari firman Tuhan dan saudara seiman tidak kita gubris karena hati kita sudah demikian kerasnya. Celakanya, kita merasa semua baik-baik saja karena kita masih melayani, hidup dalam kelimpahan dan segala kebaikan yang lain. Seperti Petrus, kita bisa jatuh dalam kesombongan dan merasa diri begitu setianya kepada Tuhan. Kita tidak mau nampak lebih kurang dari pelayan Tuhan yang lain, sehingga kita merasa harus membuktikan sesuatu kepada mereka. Tetapi Tuhan Yesus memperingatkan kita semua, yaitu untuk berjaga-

jaga dan berdoa. Roh kita memang penurut, dalam hati kita mau setia dan taat kepada Tuhan Yesus, tetapi daging kita lemah, karena kita masih berhadapan dengan hawa nafsu atau kekuatiran kita. Rasul Paulus juga mengingatkan dalam Ef. 5:15-17 bahwa

waktu-waktu ini begitu jahat, sehingga kita mesti menyadari bagaimana kita harus hidup, yaitu jangan seperti orang bebal tetapi seperti orang arif yang merindukan kehendak Tuhan. Kiranya firman Tuhan hari ini mengingatkan kita sekali lagi untuk memiliki kehidupan yang dekat dengan Allah. Memiliki kehidupan rohani yang terjaga dengan Allah, sehingga kekuatan kita dalam menjalani hidup ini datangnya dari Allah sendiri. Biarlah seperti Daud, kita juga meminta Allah untuk menyelidiki hati kita, menguji pikiran kita, agar jangan kita membiarkan siasat dan pikiran jahat di dalamnya, tetapi biarlah kita dituntun-Nya di jalan yang kekal (Mazmur 139:23-24). Amin.

Seperti sebuah lagu lawas yang bersajak “dunia ini panggung sandiwara,” kemunafikan adalah hal yang menjamur di tengah-tengah kehidupan, tidak terkecuali di antara orang Kristen. Banyak manusia, termasuk orang Kristen, menjalani hidup dan datang ke gereja dengan menggunakan topeng dan penyamaran. Ada sebuah citra dan image yang kita tampilkan di hadapan orang banyak yang sesungguhnya bukan diri kita yang sesungguhnya. Yudas, sebagai murid Yesus, tentu ia setiap hari menampilkan diri sebagai orang yang saleh dan baik. Ia memakai penyamaran yang bukan dirinya yang sesungguhnya. Di dalam topeng itu, Yudas adalah seorang yang mencintai uang dan bahkan tega menjual Yesus untuk mendapatkan uang (ay. 15-16). Ketika ia melihat Maria yang mengurapi Yesus dengan penuh ketulusan, hatinya yang mencintai uang itu gundah gulana dan menuduh tindakan Maria sebagai suatu pemborosan (ay. 9). Namun Yesus tidak dapat ditipu oleh segala penyamaran, Ia tahu hati Yudas yang mata duitan dan hati Maria yang tulus. Ia membela Maria dan memuji perbuatannya yang tulus. Dan bahkan Ia menyatakan bahwa cerita pengurapan Maria ini akan terus diceritakan setiap kali Injil diberitakan di seluruh dunia (ay. 13). Tidak ada penyamaran yang dapat mengelabui mata Tuhan. Ia mengenal setiap manusia sampai kedalaman hati kita.

Kita dapat datang ke gereja, senyum dan menyapa “Shalom” seolah-olah kita orang Kristen yang saleh. Tetapi Tuhan tidak dapat kita kelabuhi. Ia tahu setiap dosa kita, rencana yang tergelap dan luka yang kita torehkan di hati anak-anak dan pasangan kita. Ia tahu segala sesuatu dan tidak ada seorang pun yang dapat bersandiwara dan memakai penyamaran di hadapan-Nya. Di dalam minggu doa dan puasa ini, datanglah pada Tuhan dengan kesadaran bahwa Ia Mahatahu. Mari kita membawa setiap dosa dengan penyesalan dan membawa kejahatan yang terdalam ke kaki salib-Nya. Ia akan menguduskan kita dan mengampuni kita yang berhenti berpura-pura dan membawa hati kita yang hancur oleh dosa untuk dipulihkan. Minta kepada Tuhan hati yang tulus, mengasihi Dia dan mempersembahkan yang terbaik bagi Dia.

Peristiwa di Taman Getsemani ini melibatkan dua murid Tuhan Yesus, yaitu Yudas Iskariot dan Simon Petrus. Dua sikap yang berbeda ditunjukkan mereka di Taman Getsemani. Yudas datang dengan tujuan mencium Tuhan Yesus sebagai konfirmasi bahwa “orang ini yang harus ditangkap.” Yudas mengkhianati Tuhannya. Sedangkan Petrus melakukan pembelaan dengan menghunus pedang dan mencoba melawan para penangkap Tuhan Yesus (Yoh. 18:10). Sepertinya, Yudas ada di pihak yang berkhianat dan salah, sedangkan Petrus ada di pihak yang berani dan benar. Tetapi kisah berikutnya menjadi perhatian karena Petrus ternyata berbuat apa yang sama dengan Yudas, yaitu dia menyangkal Tuhan Yesus tiga kali. Walau dia tidak menjual Tuhan Yesus seperti Yudas, tetapi dia menyangkal Tuhan Yesus dengan sumpah dan kutukan (Mat. 26:69-75). Apa yang terjadi dengan Yudas dan Petrus? Sebenarnya ada satu persamaan yang mereka hadapi, yaitu mereka tidak menyangka bahwa saat itu Tuhan Yesus menyerahkan diri untuk ditangkap. Tuhan Yesus yang biasanya melakukan mujizat, dan beberapa kali bisa melepaskan diri dari orang-orang yang ingin menangkap Dia, bahkan bisa memanggil 12 pasukan malaikat untuk menolong-Nya pada saat itu, sekarang malah diam dan meminta Petrus untuk menyarungkan pedangnya. Hal ini menimbulkan reaksi berikutnya dalam diri mereka

Ketaatan atau Pengkhianatan?Matius 26:36-52

Selasa, 7 April 202005

berdua. Yudas menyesal telah menjual Yesus (Mat. 27:3), dia pikir dia bisa mendapatkan banyak uang dari siasatnya ini tanpa benar-benar mencelakakan Yesus, ‘toh Yesus bisa melepaskan diri lagi.’ Yudas cuma ingin memanfaatkan situasi dan mendapatkan

keuntungan melalui Yesus. Petrus ketika melihat Tuhannya ditangkap, diadili, dan dipukuli, serta merta seperti kehilangan semua jiwa fanatisme dan heroiknya. Dia yang semula begitu gagah dan bersumpah setia kepada Yesus, tiba-tiba merasa kerdil dan takut di antara kerumunan orang-orang yang menuduhnya sebagai pengikut Kristus dan spontan menyangkali Tuhan Yesus tiga kali.

Apa pelajarannya untuk kita? Tuhan Yesus bukannya tidak pernah memperingatkan Yudas dan Petrus akan hal ini. Tuhan Yesus tahu isi hati Yudas dan segala rancangannya, karena itu Dia memperingatkan Yudas secara tidak langsung di hadapan para murid ketika perjamuan malam (Mat. 26:20-25). Petrus juga mendapatkan peringatan ketika dengan gagah menunjukkan jiwa heroiknya untuk setia sampai mati kepada Tuhan Yesus. Dia tidak ingin terlihat lemah ketika Yesus memperingatkan bahwa sebentar lagi para murid akan terguncang karena situasi sulit yang akan mereka hadapi. Betapa menyesalnya dia menemukan bahwa jiwanya tidak seheroik itu dan bahkan telah menyangkali Tuhannya. Sebenarnya kita tidaklah lebih baik daripada mereka berdua karena kitapun bisa jatuh pada lubang yang sama. Seperti Yudas, jangan-jangan kita berani berkanjang dalam dosa dan dengan sengaja merancang hal-hal yang tidak diperkenan Tuhan dalam hati kita. Peringatan dari firman Tuhan dan saudara seiman tidak kita gubris karena hati kita sudah demikian kerasnya. Celakanya, kita merasa semua baik-baik saja karena kita masih melayani, hidup dalam kelimpahan dan segala kebaikan yang lain. Seperti Petrus, kita bisa jatuh dalam kesombongan dan merasa diri begitu setianya kepada Tuhan. Kita tidak mau nampak lebih kurang dari pelayan Tuhan yang lain, sehingga kita merasa harus membuktikan sesuatu kepada mereka. Tetapi Tuhan Yesus memperingatkan kita semua, yaitu untuk berjaga-

jaga dan berdoa. Roh kita memang penurut, dalam hati kita mau setia dan taat kepada Tuhan Yesus, tetapi daging kita lemah, karena kita masih berhadapan dengan hawa nafsu atau kekuatiran kita. Rasul Paulus juga mengingatkan dalam Ef. 5:15-17 bahwa

waktu-waktu ini begitu jahat, sehingga kita mesti menyadari bagaimana kita harus hidup, yaitu jangan seperti orang bebal tetapi seperti orang arif yang merindukan kehendak Tuhan. Kiranya firman Tuhan hari ini mengingatkan kita sekali lagi untuk memiliki kehidupan yang dekat dengan Allah. Memiliki kehidupan rohani yang terjaga dengan Allah, sehingga kekuatan kita dalam menjalani hidup ini datangnya dari Allah sendiri. Biarlah seperti Daud, kita juga meminta Allah untuk menyelidiki hati kita, menguji pikiran kita, agar jangan kita membiarkan siasat dan pikiran jahat di dalamnya, tetapi biarlah kita dituntun-Nya di jalan yang kekal (Mazmur 139:23-24). Amin.

Peristiwa di Taman Getsemani ini melibatkan dua murid Tuhan Yesus, yaitu Yudas Iskariot dan Simon Petrus. Dua sikap yang berbeda ditunjukkan mereka di Taman Getsemani. Yudas datang dengan tujuan mencium Tuhan Yesus sebagai konfirmasi bahwa “orang ini yang harus ditangkap.” Yudas mengkhianati Tuhannya. Sedangkan Petrus melakukan pembelaan dengan menghunus pedang dan mencoba melawan para penangkap Tuhan Yesus (Yoh. 18:10). Sepertinya, Yudas ada di pihak yang berkhianat dan salah, sedangkan Petrus ada di pihak yang berani dan benar. Tetapi kisah berikutnya menjadi perhatian karena Petrus ternyata berbuat apa yang sama dengan Yudas, yaitu dia menyangkal Tuhan Yesus tiga kali. Walau dia tidak menjual Tuhan Yesus seperti Yudas, tetapi dia menyangkal Tuhan Yesus dengan sumpah dan kutukan (Mat. 26:69-75). Apa yang terjadi dengan Yudas dan Petrus? Sebenarnya ada satu persamaan yang mereka hadapi, yaitu mereka tidak menyangka bahwa saat itu Tuhan Yesus menyerahkan diri untuk ditangkap. Tuhan Yesus yang biasanya melakukan mujizat, dan beberapa kali bisa melepaskan diri dari orang-orang yang ingin menangkap Dia, bahkan bisa memanggil 12 pasukan malaikat untuk menolong-Nya pada saat itu, sekarang malah diam dan meminta Petrus untuk menyarungkan pedangnya. Hal ini menimbulkan reaksi berikutnya dalam diri mereka

berdua. Yudas menyesal telah menjual Yesus (Mat. 27:3), dia pikir dia bisa mendapatkan banyak uang dari siasatnya ini tanpa benar-benar mencelakakan Yesus, ‘toh Yesus bisa melepaskan diri lagi.’ Yudas cuma ingin memanfaatkan situasi dan mendapatkan

06keuntungan melalui Yesus. Petrus ketika melihat Tuhannya ditangkap, diadili, dan dipukuli, serta merta seperti kehilangan semua jiwa fanatisme dan heroiknya. Dia yang semula begitu gagah dan bersumpah setia kepada Yesus, tiba-tiba merasa kerdil dan takut di antara kerumunan orang-orang yang menuduhnya sebagai pengikut Kristus dan spontan menyangkali Tuhan Yesus tiga kali.

Apa pelajarannya untuk kita? Tuhan Yesus bukannya tidak pernah memperingatkan Yudas dan Petrus akan hal ini. Tuhan Yesus tahu isi hati Yudas dan segala rancangannya, karena itu Dia memperingatkan Yudas secara tidak langsung di hadapan para murid ketika perjamuan malam (Mat. 26:20-25). Petrus juga mendapatkan peringatan ketika dengan gagah menunjukkan jiwa heroiknya untuk setia sampai mati kepada Tuhan Yesus. Dia tidak ingin terlihat lemah ketika Yesus memperingatkan bahwa sebentar lagi para murid akan terguncang karena situasi sulit yang akan mereka hadapi. Betapa menyesalnya dia menemukan bahwa jiwanya tidak seheroik itu dan bahkan telah menyangkali Tuhannya. Sebenarnya kita tidaklah lebih baik daripada mereka berdua karena kitapun bisa jatuh pada lubang yang sama. Seperti Yudas, jangan-jangan kita berani berkanjang dalam dosa dan dengan sengaja merancang hal-hal yang tidak diperkenan Tuhan dalam hati kita. Peringatan dari firman Tuhan dan saudara seiman tidak kita gubris karena hati kita sudah demikian kerasnya. Celakanya, kita merasa semua baik-baik saja karena kita masih melayani, hidup dalam kelimpahan dan segala kebaikan yang lain. Seperti Petrus, kita bisa jatuh dalam kesombongan dan merasa diri begitu setianya kepada Tuhan. Kita tidak mau nampak lebih kurang dari pelayan Tuhan yang lain, sehingga kita merasa harus membuktikan sesuatu kepada mereka. Tetapi Tuhan Yesus memperingatkan kita semua, yaitu untuk berjaga-

jaga dan berdoa. Roh kita memang penurut, dalam hati kita mau setia dan taat kepada Tuhan Yesus, tetapi daging kita lemah, karena kita masih berhadapan dengan hawa nafsu atau kekuatiran kita. Rasul Paulus juga mengingatkan dalam Ef. 5:15-17 bahwa

waktu-waktu ini begitu jahat, sehingga kita mesti menyadari bagaimana kita harus hidup, yaitu jangan seperti orang bebal tetapi seperti orang arif yang merindukan kehendak Tuhan. Kiranya firman Tuhan hari ini mengingatkan kita sekali lagi untuk memiliki kehidupan yang dekat dengan Allah. Memiliki kehidupan rohani yang terjaga dengan Allah, sehingga kekuatan kita dalam menjalani hidup ini datangnya dari Allah sendiri. Biarlah seperti Daud, kita juga meminta Allah untuk menyelidiki hati kita, menguji pikiran kita, agar jangan kita membiarkan siasat dan pikiran jahat di dalamnya, tetapi biarlah kita dituntun-Nya di jalan yang kekal (Mazmur 139:23-24). Amin.

Peristiwa di Taman Getsemani ini melibatkan dua murid Tuhan Yesus, yaitu Yudas Iskariot dan Simon Petrus. Dua sikap yang berbeda ditunjukkan mereka di Taman Getsemani. Yudas datang dengan tujuan mencium Tuhan Yesus sebagai konfirmasi bahwa “orang ini yang harus ditangkap.” Yudas mengkhianati Tuhannya. Sedangkan Petrus melakukan pembelaan dengan menghunus pedang dan mencoba melawan para penangkap Tuhan Yesus (Yoh. 18:10). Sepertinya, Yudas ada di pihak yang berkhianat dan salah, sedangkan Petrus ada di pihak yang berani dan benar. Tetapi kisah berikutnya menjadi perhatian karena Petrus ternyata berbuat apa yang sama dengan Yudas, yaitu dia menyangkal Tuhan Yesus tiga kali. Walau dia tidak menjual Tuhan Yesus seperti Yudas, tetapi dia menyangkal Tuhan Yesus dengan sumpah dan kutukan (Mat. 26:69-75). Apa yang terjadi dengan Yudas dan Petrus? Sebenarnya ada satu persamaan yang mereka hadapi, yaitu mereka tidak menyangka bahwa saat itu Tuhan Yesus menyerahkan diri untuk ditangkap. Tuhan Yesus yang biasanya melakukan mujizat, dan beberapa kali bisa melepaskan diri dari orang-orang yang ingin menangkap Dia, bahkan bisa memanggil 12 pasukan malaikat untuk menolong-Nya pada saat itu, sekarang malah diam dan meminta Petrus untuk menyarungkan pedangnya. Hal ini menimbulkan reaksi berikutnya dalam diri mereka

berdua. Yudas menyesal telah menjual Yesus (Mat. 27:3), dia pikir dia bisa mendapatkan banyak uang dari siasatnya ini tanpa benar-benar mencelakakan Yesus, ‘toh Yesus bisa melepaskan diri lagi.’ Yudas cuma ingin memanfaatkan situasi dan mendapatkan

keuntungan melalui Yesus. Petrus ketika melihat Tuhannya ditangkap, diadili, dan dipukuli, serta merta seperti kehilangan semua jiwa fanatisme dan heroiknya. Dia yang semula begitu gagah dan bersumpah setia kepada Yesus, tiba-tiba merasa kerdil dan takut di antara kerumunan orang-orang yang menuduhnya sebagai pengikut Kristus dan spontan menyangkali Tuhan Yesus tiga kali.

Apa pelajarannya untuk kita? Tuhan Yesus bukannya tidak pernah memperingatkan Yudas dan Petrus akan hal ini. Tuhan Yesus tahu isi hati Yudas dan segala rancangannya, karena itu Dia memperingatkan Yudas secara tidak langsung di hadapan para murid ketika perjamuan malam (Mat. 26:20-25). Petrus juga mendapatkan peringatan ketika dengan gagah menunjukkan jiwa heroiknya untuk setia sampai mati kepada Tuhan Yesus. Dia tidak ingin terlihat lemah ketika Yesus memperingatkan bahwa sebentar lagi para murid akan terguncang karena situasi sulit yang akan mereka hadapi. Betapa menyesalnya dia menemukan bahwa jiwanya tidak seheroik itu dan bahkan telah menyangkali Tuhannya. Sebenarnya kita tidaklah lebih baik daripada mereka berdua karena kitapun bisa jatuh pada lubang yang sama. Seperti Yudas, jangan-jangan kita berani berkanjang dalam dosa dan dengan sengaja merancang hal-hal yang tidak diperkenan Tuhan dalam hati kita. Peringatan dari firman Tuhan dan saudara seiman tidak kita gubris karena hati kita sudah demikian kerasnya. Celakanya, kita merasa semua baik-baik saja karena kita masih melayani, hidup dalam kelimpahan dan segala kebaikan yang lain. Seperti Petrus, kita bisa jatuh dalam kesombongan dan merasa diri begitu setianya kepada Tuhan. Kita tidak mau nampak lebih kurang dari pelayan Tuhan yang lain, sehingga kita merasa harus membuktikan sesuatu kepada mereka. Tetapi Tuhan Yesus memperingatkan kita semua, yaitu untuk berjaga-

jaga dan berdoa. Roh kita memang penurut, dalam hati kita mau setia dan taat kepada Tuhan Yesus, tetapi daging kita lemah, karena kita masih berhadapan dengan hawa nafsu atau kekuatiran kita. Rasul Paulus juga mengingatkan dalam Ef. 5:15-17 bahwa

07waktu-waktu ini begitu jahat, sehingga kita mesti menyadari bagaimana kita harus hidup, yaitu jangan seperti orang bebal tetapi seperti orang arif yang merindukan kehendak Tuhan. Kiranya firman Tuhan hari ini mengingatkan kita sekali lagi untuk memiliki kehidupan yang dekat dengan Allah. Memiliki kehidupan rohani yang terjaga dengan Allah, sehingga kekuatan kita dalam menjalani hidup ini datangnya dari Allah sendiri. Biarlah seperti Daud, kita juga meminta Allah untuk menyelidiki hati kita, menguji pikiran kita, agar jangan kita membiarkan siasat dan pikiran jahat di dalamnya, tetapi biarlah kita dituntun-Nya di jalan yang kekal (Mazmur 139:23-24). Amin.

Sejarah pernah mencatat ada seorang anak muda yang tengah bekerja di sebuah toko sebagai kasir. Sore hari setelah tutup toko, anak muda itu menghitung kembali uang yang diperoleh dari penjualan di toko tersebut. Ia bekerja dengan teliti dan akhirnya menemukan bahwa hari itu ada kelebihan uang. Ia meyakinkan dirinya dan menghitung sekali lagi. Dan benar, ada kelebihan uang di kas toko itu. Ia yakin pasti telah salah memberikan uang kembalian kepada seorang pembeli. Maka anak muda itu mencoba mengingat-ingat siapa orangnya dan akhirnya ia menemukan nama dan alamat sang pembeli tersebut. Sesampainya di rumah tersebut, ia mengembalikan kekurangan uang kembalian yang seharusnya kepada sang pelanggan. Tahukah anda siapakah nama anak muda tersebut? Dia bernama Abraham Lincoln, salah satu presiden Amerika Serikat yang terkenal. Nama Lincoln selalu dihubungkan dengan hidupnya yang penuh integritas. Ia tidak segan menyuarakan kebenaran meski akibatnya ia harus menderita, bahkan sampai kehilangan nyawa saat memperjuangkan kebebasan bagi para budak di Amerika Serikat. Teks kita hari ini berbicara tentang seorang penguasa di tanah Palestina, yaitu Pontius Pilatus. Siapakah Pilatus? Sejarah mencatat, dia adalah seorang pejabat kerajaan Romawi yang ditugaskan oleh Kaisar Tiberius untuk memerintah di propinsi Yudea. Ia memiliki kekuasaan yang besar termasuk kekuasaan atas hukum. Sayangnya, catatan semua Injil melukiskan Pilatus sebagai seorang yang tidak berani menyuarakan kebenaran, khususnya di saat pengadilan Yesus.

Kebenaran Atau Ketakutan?Matius 27: 11 – 26

Rabu, 8 April 202008 Hari itu ia gamang menghadapi sebuah kasus yang baginya tidak mudah yaitu mengadili Yesus. Ia sudah mencoba mengalihkannya kepada raja Herodes untuk mengadili, tetapi Herodes mengembalikan kepada Pilatus lagi.

Ada catatan menarik tentang dirinya dalam Alkitab: 1. Dalam pemeriksaannya, Pilatus tidak menjumpai satu kesalahan

sedikitpun dari Yesus Kristus, yang dapat membawa-Nya kepada hukuman mati.

2. Isterinya, Klaudia memberikan pesan kepada suaminya untuk tidak mencampuri kasus Yesus. Klaudia menyebut Yesus sebagai “Orang Benar” dan ia mendapatkan mimpi buruk tentang pengadilan Yesus.

3. Pilatus berada di bawah tekanan. Karena para pemimpin agama telah menaruh perasaan dengki kepada Yesus dan berniat menghabisi-Nya.

4. Selain itu Pilatus berada di bawah tekanan orang karena saat dihadapkan pada pilihan Yesus Barabas (sang penjahat) dengan Yesus Kristus untuk dibebaskan, maka seluruh rakyat menyerukan penyaliban Yesus Kristus karena hasutan pemimpin agama.

5. Pilatus semakin ketakutan karena pada upayanya yang terakhir untuk dapat membebaskan Yesus, dia dituduh bukan sahabat kaisar lagi kalau sampai membebaskan-Nya.

Akhirnya Pilatus menyerah dan membiarkan Kristus disesah lalu dihukum dengan menyalibkan-Nya. Pilatus menjadi gambaran dari seseorang yang tidak berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Ia tidak mau menanggung resiko kehilangan semua karena Kristus. Hari ini, teks kita membawa kita berhadapan dengan sebuah keputusan: maukah kita menyuarakan kebenaran, meski ada resikonya? Marilah di dalam menantikan Paskah, kita kembali diingatkan dan dikuatkan untuk menjadi saksi dan menyuarakan kebenaran Tuhan bagi dunia ini.

Sejarah pernah mencatat ada seorang anak muda yang tengah bekerja di sebuah toko sebagai kasir. Sore hari setelah tutup toko, anak muda itu menghitung kembali uang yang diperoleh dari penjualan di toko tersebut. Ia bekerja dengan teliti dan akhirnya menemukan bahwa hari itu ada kelebihan uang. Ia meyakinkan dirinya dan menghitung sekali lagi. Dan benar, ada kelebihan uang di kas toko itu. Ia yakin pasti telah salah memberikan uang kembalian kepada seorang pembeli. Maka anak muda itu mencoba mengingat-ingat siapa orangnya dan akhirnya ia menemukan nama dan alamat sang pembeli tersebut. Sesampainya di rumah tersebut, ia mengembalikan kekurangan uang kembalian yang seharusnya kepada sang pelanggan. Tahukah anda siapakah nama anak muda tersebut? Dia bernama Abraham Lincoln, salah satu presiden Amerika Serikat yang terkenal. Nama Lincoln selalu dihubungkan dengan hidupnya yang penuh integritas. Ia tidak segan menyuarakan kebenaran meski akibatnya ia harus menderita, bahkan sampai kehilangan nyawa saat memperjuangkan kebebasan bagi para budak di Amerika Serikat. Teks kita hari ini berbicara tentang seorang penguasa di tanah Palestina, yaitu Pontius Pilatus. Siapakah Pilatus? Sejarah mencatat, dia adalah seorang pejabat kerajaan Romawi yang ditugaskan oleh Kaisar Tiberius untuk memerintah di propinsi Yudea. Ia memiliki kekuasaan yang besar termasuk kekuasaan atas hukum. Sayangnya, catatan semua Injil melukiskan Pilatus sebagai seorang yang tidak berani menyuarakan kebenaran, khususnya di saat pengadilan Yesus.

Hari itu ia gamang menghadapi sebuah kasus yang baginya tidak mudah yaitu mengadili Yesus. Ia sudah mencoba mengalihkannya kepada raja Herodes untuk mengadili, tetapi Herodes mengembalikan kepada Pilatus lagi.

09

Ada catatan menarik tentang dirinya dalam Alkitab: 1. Dalam pemeriksaannya, Pilatus tidak menjumpai satu kesalahan

sedikitpun dari Yesus Kristus, yang dapat membawa-Nya kepada hukuman mati.

2. Isterinya, Klaudia memberikan pesan kepada suaminya untuk tidak mencampuri kasus Yesus. Klaudia menyebut Yesus sebagai “Orang Benar” dan ia mendapatkan mimpi buruk tentang pengadilan Yesus.

3. Pilatus berada di bawah tekanan. Karena para pemimpin agama telah menaruh perasaan dengki kepada Yesus dan berniat menghabisi-Nya.

4. Selain itu Pilatus berada di bawah tekanan orang karena saat dihadapkan pada pilihan Yesus Barabas (sang penjahat) dengan Yesus Kristus untuk dibebaskan, maka seluruh rakyat menyerukan penyaliban Yesus Kristus karena hasutan pemimpin agama.

5. Pilatus semakin ketakutan karena pada upayanya yang terakhir untuk dapat membebaskan Yesus, dia dituduh bukan sahabat kaisar lagi kalau sampai membebaskan-Nya.

Akhirnya Pilatus menyerah dan membiarkan Kristus disesah lalu dihukum dengan menyalibkan-Nya. Pilatus menjadi gambaran dari seseorang yang tidak berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Ia tidak mau menanggung resiko kehilangan semua karena Kristus. Hari ini, teks kita membawa kita berhadapan dengan sebuah keputusan: maukah kita menyuarakan kebenaran, meski ada resikonya? Marilah di dalam menantikan Paskah, kita kembali diingatkan dan dikuatkan untuk menjadi saksi dan menyuarakan kebenaran Tuhan bagi dunia ini.

Jika kita memperhatikan pemenang Miss Universe dari beberapa dekade terakhir, ada tren yang sama. Rambut mereka pirang, cokelat, merah atau hitam, dan hampir selalu panjang. Namun tren itu berubah Minggu 8 Desember 2019, ketika Miss Afrika Selatan Zozibini Tunzi menjadi wanita pertama dengan rambut alami bertekstur afro memenangkan gelar Miss Universe. Dia adalah wanita kulit hitam pertama yang memenangkan kontes sejak 2011 dan Miss Afrika Selatan pertama yang memakai mahkota Miss Universe. Meski Zozibini Tunzi mendapat pujian karena kecantikan naturalnya selama kompetisi, dia mengaku bahwa banyak orang yang mencoba membujuknya untuk memakai wig sebagai gantinya. Kesaksiannya menarik untuk disimak: "Saya dibesarkan di dunia di mana perempuan yang tampak seperti saya, dengan jenis kulit seperti saya dan jenis rambut seperti saya, tidak pernah dianggap cantik." Lanjutnya, "Saya pikir sudah waktunya hal itu berhenti hari ini." Pengalaman Tunzi bertolak belakang dengan pengalaman Kristus. Dalam perjalanan menuju Golgota, Kristus justru menerima penghinaan telak oleh serdadu-serdadu wali negeri (Mat 27:27). Penghinaan terhadap Yesus dimulai dari penanggalan pakaian-Nya hingga pengenaan jubah ungu palsu (bukan warna ungu yang tepat yang biasa dipakai oleh orang kaya tetapi warna merah maron) sebagai tanda

Mengasihi atau Menghina?Matius 27:27-32; Lukas 23:26-27

Kamis, 9 April 202010 pelecehan mental bagi orang miskin yang tidak mampu membeli kain ungu. Dari sini dapat terlihat bahwa Tuhan yang kaya dianggap miskin. Pemerkosaan mental tidak cukup sampai disitu, pada tahap berikutnya perendahan martabat dan harga diri dari Kristus yang adalah “Raja” dipakaikan mahkota duri dan bukan

mahkota sesungguhnya. Kristus menjadi bahan tertawaan bullying dengan kalimat hujatan “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lebih parah lagi mereka meludahi-Nya dan memukul kepala-Nya. Mereka kembali mengolok-Nya lagi serta menanggalkan jubah itu dan mengenakan pula pakaian-Nya. Kemudian mereka membawa Dia keluar untuk disalibkan. Sungguh keji perbuatan mereka sampai Tuhan pun mereka salibkan. Kontras dengan pengikut Kristus yang berjumlah besar. Mereka begitu sedih ketika mereka melihat Guru dan Tuhan mereka mengalami penghinaan brutal bahkan Alkitab mencatat banyak dari mereka yang menangisi dan meratapi penderitaan Kristus yang seharusnya tidak Ia tanggung. Pada saat itu ada seorang yang bernama Simon dari Kirene yang baru saja tiba dari luar kota berbagian untuk memikul salib Kristus. Menurut pemaparan di atas ada dua golongan yang bertolak belakang dalam konteks Matius 27:27-32 dan Lukas 23:26-27: golongan yang mengasihi dan golongan yang menghina Yesus. Kita termasuk golongan yang mana? Kita berada di posisi menghina Yesus atau yang mengasihi Yesus? Mungkin kita menjawab dengan mudah bahwa kita berada di golongan mengasihi Kristus, akan tetapi benarkah demikian? Kiranya pada masa-masa perenungan akan kesengsaraan Kristus, hati dan pikiran kita benar-benar terfokus pada karya Kristus di kayu salib. Jika kita dihina ingatlah bahwa Kristus sudah lebih dahulu dihina. Jika kita belum benar-benar mengasihi Dia, ingat bahwa Ia sudah terlebih dahulu mengasihi kita hingga mati dikayu salib.

Jika kita memperhatikan pemenang Miss Universe dari beberapa dekade terakhir, ada tren yang sama. Rambut mereka pirang, cokelat, merah atau hitam, dan hampir selalu panjang. Namun tren itu berubah Minggu 8 Desember 2019, ketika Miss Afrika Selatan Zozibini Tunzi menjadi wanita pertama dengan rambut alami bertekstur afro memenangkan gelar Miss Universe. Dia adalah wanita kulit hitam pertama yang memenangkan kontes sejak 2011 dan Miss Afrika Selatan pertama yang memakai mahkota Miss Universe. Meski Zozibini Tunzi mendapat pujian karena kecantikan naturalnya selama kompetisi, dia mengaku bahwa banyak orang yang mencoba membujuknya untuk memakai wig sebagai gantinya. Kesaksiannya menarik untuk disimak: "Saya dibesarkan di dunia di mana perempuan yang tampak seperti saya, dengan jenis kulit seperti saya dan jenis rambut seperti saya, tidak pernah dianggap cantik." Lanjutnya, "Saya pikir sudah waktunya hal itu berhenti hari ini." Pengalaman Tunzi bertolak belakang dengan pengalaman Kristus. Dalam perjalanan menuju Golgota, Kristus justru menerima penghinaan telak oleh serdadu-serdadu wali negeri (Mat 27:27). Penghinaan terhadap Yesus dimulai dari penanggalan pakaian-Nya hingga pengenaan jubah ungu palsu (bukan warna ungu yang tepat yang biasa dipakai oleh orang kaya tetapi warna merah maron) sebagai tanda

pelecehan mental bagi orang miskin yang tidak mampu membeli kain ungu. Dari sini dapat terlihat bahwa Tuhan yang kaya dianggap miskin. Pemerkosaan mental tidak cukup sampai disitu, pada tahap berikutnya perendahan martabat dan harga diri dari Kristus yang adalah “Raja” dipakaikan mahkota duri dan bukan

11mahkota sesungguhnya. Kristus menjadi bahan tertawaan bullying dengan kalimat hujatan “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lebih parah lagi mereka meludahi-Nya dan memukul kepala-Nya. Mereka kembali mengolok-Nya lagi serta menanggalkan jubah itu dan mengenakan pula pakaian-Nya. Kemudian mereka membawa Dia keluar untuk disalibkan. Sungguh keji perbuatan mereka sampai Tuhan pun mereka salibkan. Kontras dengan pengikut Kristus yang berjumlah besar. Mereka begitu sedih ketika mereka melihat Guru dan Tuhan mereka mengalami penghinaan brutal bahkan Alkitab mencatat banyak dari mereka yang menangisi dan meratapi penderitaan Kristus yang seharusnya tidak Ia tanggung. Pada saat itu ada seorang yang bernama Simon dari Kirene yang baru saja tiba dari luar kota berbagian untuk memikul salib Kristus. Menurut pemaparan di atas ada dua golongan yang bertolak belakang dalam konteks Matius 27:27-32 dan Lukas 23:26-27: golongan yang mengasihi dan golongan yang menghina Yesus. Kita termasuk golongan yang mana? Kita berada di posisi menghina Yesus atau yang mengasihi Yesus? Mungkin kita menjawab dengan mudah bahwa kita berada di golongan mengasihi Kristus, akan tetapi benarkah demikian? Kiranya pada masa-masa perenungan akan kesengsaraan Kristus, hati dan pikiran kita benar-benar terfokus pada karya Kristus di kayu salib. Jika kita dihina ingatlah bahwa Kristus sudah lebih dahulu dihina. Jika kita belum benar-benar mengasihi Dia, ingat bahwa Ia sudah terlebih dahulu mengasihi kita hingga mati dikayu salib.

Dua orang penyamun, disalibkan bersama dengan Tuhan Yesus di bukit Golgota pada hari itu. Mereka adalah penjahat, yang diganjar setimpal dengan kejahatan yang mereka perbuat. Tergantung di atas kayu salib, mereka hanya punya sisa waktu hidup beberapa jam lagi. Itu akan menjadi jam-jam penyiksaan yang penuh penderitaan, dan itulah salah satu kekejaman hukuman penyaliban: tergantung dan mati secara pelan-pelan dalam penderitaan yang semakin memuncak. Di dalam kondisi seperti itu, orang yang disalibkan biasanya cenderung melampiaskan penderitaan dan keputusasaannya dengan mengumpat, menyumpahi orang-orang yang berada di sekitar. Dan itulah yang mereka lakukan ketika mereka melihat kepada Tuhan Yesus yang berada di antara mereka, mereka ikut mencela Dia, bersama-sama dengan para pemimpin rohani Yahudi dan juga prajurit-prajurit Romawi yang berjaga di tempat itu. Di tengah-tengah perbuatan mereka yang begitu kejam tanpa hati nurani seperti itu, tiba-tiba terlontar satu kalimat yang paling tidak terduga: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Kalimat ucapan Tuhan itu, menggoncangkan salah satu dari kedua penyamun yang disalibkan di sebelah Tuhan. Ucapan Tuhan itu tiba-tiba menyapa sampai ke dalam hatinya, hati nuraninya meresponi. Muncullah satu kesadaran; orang yang namanya Yesus dari Nazaret,

Jaminan Salib?Lukas 23:33-43

Jumat, 10 April 202012yang selama ini dibenci oleh banyak orang karena hikmat dan kuasa-Nya; orang ini pasti bukan manusia biasa, apalagi seperti yang dituduhkan oleh para pemimpin atas perbuatan baik-Nya. Hatinya mengatakan; hanya Allah yang punya kapasitas pengampunan sebesar itu. Maka dengan segala kerendahan hatinya, dia memohon belas kasi-han bagi dirinya. Imannya membawa dia kepada keyakinan bahwa Dia akan datang kembali, dan dia rindu untuk boleh berbagian dalam kemuliaan itu. Dan atas imannya itu, Tuhan menjamin keselamatan jiwanya, bahwa hari itu juga dia akan berada bersama Tuhan di Firdaus. Seorang penjahat, mendapatkan pengampunan bahkan jaminan kesela-matan pada saat-saat terakhir hidupnya. Iman yang menyelamatkan dirinya, muncul saat dia mendengar ucapan penuh kasih dari mulut Tuhan Yesus. Sudahkah kita mendengar ucapan-Nya yang penuh kasih, dan datang kepada-Nya dalam pertobatan?

Dua orang penyamun, disalibkan bersama dengan Tuhan Yesus di bukit Golgota pada hari itu. Mereka adalah penjahat, yang diganjar setimpal dengan kejahatan yang mereka perbuat. Tergantung di atas kayu salib, mereka hanya punya sisa waktu hidup beberapa jam lagi. Itu akan menjadi jam-jam penyiksaan yang penuh penderitaan, dan itulah salah satu kekejaman hukuman penyaliban: tergantung dan mati secara pelan-pelan dalam penderitaan yang semakin memuncak. Di dalam kondisi seperti itu, orang yang disalibkan biasanya cenderung melampiaskan penderitaan dan keputusasaannya dengan mengumpat, menyumpahi orang-orang yang berada di sekitar. Dan itulah yang mereka lakukan ketika mereka melihat kepada Tuhan Yesus yang berada di antara mereka, mereka ikut mencela Dia, bersama-sama dengan para pemimpin rohani Yahudi dan juga prajurit-prajurit Romawi yang berjaga di tempat itu. Di tengah-tengah perbuatan mereka yang begitu kejam tanpa hati nurani seperti itu, tiba-tiba terlontar satu kalimat yang paling tidak terduga: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Kalimat ucapan Tuhan itu, menggoncangkan salah satu dari kedua penyamun yang disalibkan di sebelah Tuhan. Ucapan Tuhan itu tiba-tiba menyapa sampai ke dalam hatinya, hati nuraninya meresponi. Muncullah satu kesadaran; orang yang namanya Yesus dari Nazaret,

13yang selama ini dibenci oleh banyak orang karena hikmat dan kuasa-Nya; orang ini pasti bukan manusia biasa, apalagi seperti yang dituduhkan oleh para pemimpin atas perbuatan baik-Nya. Hatinya mengatakan; hanya Allah yang punya kapasitas pengampunan sebesar itu. Maka dengan segala kerendahan hatinya, dia memohon belas kasi-han bagi dirinya. Imannya membawa dia kepada keyakinan bahwa Dia akan datang kembali, dan dia rindu untuk boleh berbagian dalam kemuliaan itu. Dan atas imannya itu, Tuhan menjamin keselamatan jiwanya, bahwa hari itu juga dia akan berada bersama Tuhan di Firdaus. Seorang penjahat, mendapatkan pengampunan bahkan jaminan kesela-matan pada saat-saat terakhir hidupnya. Iman yang menyelamatkan dirinya, muncul saat dia mendengar ucapan penuh kasih dari mulut Tuhan Yesus. Sudahkah kita mendengar ucapan-Nya yang penuh kasih, dan datang kepada-Nya dalam pertobatan?

Pernahkah Saudara menantikan suatu pertemuan yang sangat Saudara rindukan, mungkin dengan famili atau keluarga yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, atau bahkan dengan anak yang sudah lama tidak bertemu? Penantian yang pasti akan momen yang bahagia tentu membuat kita tidak sabar menanti tibanya hari itu. Tetapi bagaimana sekiranya penantian itu adalah penantian yang tidak tahu akhirnya seperti apa, penantian yang penuh dengan ketidaktahuan akan apa yang bakal terjadi. Yohanes 19:42 mencatat bahwa hari itu hari persiapan orang Yahudi. Hari Persiapan disini mengacu kepada sehari sebelum hari Sabat. Dalam penanggalan Yahudi, hari Sabat jatuh pada hari Sabtu. Ini berarti hari persiapan Sabat adalah hari Jumat, hari di mana Yesus disalibkan dan mati. Matius 28:1 berkata: “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu”, hari pertama disini mengacu kepada hari Minggu. Hari Jumat, dimana Yesus mati sampai hari Minggu, hari dimana Yesus bangkit, merupakan saat-saat penantian yang penuh dengan keraguan dan ketakutan. Para murid yang menanti dalam ketidakpastian, mereka tidak tahu akan apa yang bakal terjadi nantinya, sekalipun Yesus sudah mengatakan bahwa Dia akan bangkit pada hari yang ketiga (Mat. 20:19). Ketakutan dan kecemasan menguasai hati mereka, karena mereka menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus, guru mereka ditangkap, disiksa dan disalibkan sampai mati.

Sabtu yang SunyiYohanes 19: 38-42

Sabtu, 11 April 202014 Bagi kita, umat tebusan Kristus di zaman ini, yang mengalami berbagai pergumulan hidup, yang mengharapkan dan menantikan akan adanya pertolongan dari Tuhan, kita seperti para murid, yang menanti dengan cemas dan takut. Kita mungkin mengalami kekuatiran kalau-kalau hal yang lebih buruk terjadi. Namun saat kita melihat kepada hari Paskah, hari Minggu di mana Tuhan Yesus bangkit, adalah sebuah kemenangan bagi setiap kita yang percaya kepada Kristus. Hari Sabtu yang sunyi, merupakan hari di mana kita mempersiapkan diri memasuki sebuah kemenangan dalam Kristus, karena Dia telah bangkit. Saat kebenaran ini kita bawa dalam kehidupan sehari-hari, dalam iman percaya kepada Kristus, kita diteguhkan untuk tetap menjalani hidup ini. Tuhan sudah memberikan kemenangan atas dosa dan maut bersama-Nya, Tuhan juga yang akan memberikan kemenangan dalam hidup ini. Kita, umat-Nya tidak akan ditelan atau tenggelam dalam pergumulan hidup seberat apa pun, jikalau kita tetap memandang kepada Kristus. Kemenangan dalam Kristus akan kita alami, berupa kekuatan untuk tetap berdiri teguh dalam iman dan kesetiaan untuk hidup benar di hadapan-Nya, sekalipun banyak tantangan yang menghalangi kita untuk hidup benar. Sabtu yang sunyi bagi kita, adalah masa penantian untuk mengalami kemenangan dalam Kristus, yang mana kemenangan itu sudah dimulai dalam kebangkitan-Nya. Bukan lagi sebuah penantian yang penuh dengan ketakutan, kecemasan serta kekuatiran yang melemahkan iman kita, namun sebuah penantian yang penuh pengharapan. Sebuah penantian yang akan berakhir selamanya saat kita bertemu dengan Kristus muka dengan muka.

Pernahkah Saudara menantikan suatu pertemuan yang sangat Saudara rindukan, mungkin dengan famili atau keluarga yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, atau bahkan dengan anak yang sudah lama tidak bertemu? Penantian yang pasti akan momen yang bahagia tentu membuat kita tidak sabar menanti tibanya hari itu. Tetapi bagaimana sekiranya penantian itu adalah penantian yang tidak tahu akhirnya seperti apa, penantian yang penuh dengan ketidaktahuan akan apa yang bakal terjadi. Yohanes 19:42 mencatat bahwa hari itu hari persiapan orang Yahudi. Hari Persiapan disini mengacu kepada sehari sebelum hari Sabat. Dalam penanggalan Yahudi, hari Sabat jatuh pada hari Sabtu. Ini berarti hari persiapan Sabat adalah hari Jumat, hari di mana Yesus disalibkan dan mati. Matius 28:1 berkata: “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu”, hari pertama disini mengacu kepada hari Minggu. Hari Jumat, dimana Yesus mati sampai hari Minggu, hari dimana Yesus bangkit, merupakan saat-saat penantian yang penuh dengan keraguan dan ketakutan. Para murid yang menanti dalam ketidakpastian, mereka tidak tahu akan apa yang bakal terjadi nantinya, sekalipun Yesus sudah mengatakan bahwa Dia akan bangkit pada hari yang ketiga (Mat. 20:19). Ketakutan dan kecemasan menguasai hati mereka, karena mereka menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus, guru mereka ditangkap, disiksa dan disalibkan sampai mati.

15 Bagi kita, umat tebusan Kristus di zaman ini, yang mengalami berbagai pergumulan hidup, yang mengharapkan dan menantikan akan adanya pertolongan dari Tuhan, kita seperti para murid, yang menanti dengan cemas dan takut. Kita mungkin mengalami kekuatiran kalau-kalau hal yang lebih buruk terjadi. Namun saat kita melihat kepada hari Paskah, hari Minggu di mana Tuhan Yesus bangkit, adalah sebuah kemenangan bagi setiap kita yang percaya kepada Kristus. Hari Sabtu yang sunyi, merupakan hari di mana kita mempersiapkan diri memasuki sebuah kemenangan dalam Kristus, karena Dia telah bangkit. Saat kebenaran ini kita bawa dalam kehidupan sehari-hari, dalam iman percaya kepada Kristus, kita diteguhkan untuk tetap menjalani hidup ini. Tuhan sudah memberikan kemenangan atas dosa dan maut bersama-Nya, Tuhan juga yang akan memberikan kemenangan dalam hidup ini. Kita, umat-Nya tidak akan ditelan atau tenggelam dalam pergumulan hidup seberat apa pun, jikalau kita tetap memandang kepada Kristus. Kemenangan dalam Kristus akan kita alami, berupa kekuatan untuk tetap berdiri teguh dalam iman dan kesetiaan untuk hidup benar di hadapan-Nya, sekalipun banyak tantangan yang menghalangi kita untuk hidup benar. Sabtu yang sunyi bagi kita, adalah masa penantian untuk mengalami kemenangan dalam Kristus, yang mana kemenangan itu sudah dimulai dalam kebangkitan-Nya. Bukan lagi sebuah penantian yang penuh dengan ketakutan, kecemasan serta kekuatiran yang melemahkan iman kita, namun sebuah penantian yang penuh pengharapan. Sebuah penantian yang akan berakhir selamanya saat kita bertemu dengan Kristus muka dengan muka.

satu-satunya benda kenangan Yesus ialah jasad-Nya yang terbaring dalam kuburan. Hanya saja, ketika Maria datang ke kubur-Nya, ternyata kubur itu sudah terbuka dan tidak ada yang tahu di mana tubuh Yesus diletakkan (ay. 2). Dengan kata lain, satu-satunya “benda peninggalan” Yesus telah lenyap. Ini tentu

menimbulkan kepedihan bagi Maria, sehingga tak heran Yohanes mencatat bahwa ia menangis di dekat kubur itu (ay. 11). Untungnya, tangisan itu tak perlu bertahan lama. Kepedihan itu seketika berubah menjadi sukacita sebab ia melihat sendiri bahwa Yesus telah bangkit. Bahkan, ia adalah saksi pertama yang melihat Yesus bangkit! Sukacita itu semakin penuh, karena kebangkitan Yesus ternyata membawa sebuah babak baru dalam hal relasi dengan Allah. Menurut Injil Yohanes, setelah kebangkitan-Nya, Yesus pertama kali menyebut Allah sebagai “Bapa-Ku dan Bapa kalian.” Dengan kata lain, kebangkitan-Nya secara resmi membuat kita menjadi anak-anak Allah! Di tengah dunia yang berdosa ini, kesedihan dan kesulitan hidup kerap datang silih berganti. Meski demikian, kita patut bersyukur karena momen Paskah kali ini mengingatkan kita bahwa kita memiliki sebuah alasan besar untuk bersukacita. Ya, Yesus telah mencapai sesuatu yang mengubah hidup kita. Sebuah relasi yang baru dengan Allah telah muncul. Kini kita telah diterima dalam dunia baru Allah, sebuah dunia di mana kita bisa mengenal Allah sama seperti Yesus mengenal-Nya; sebuah dunia di mana kita diterima oleh Allah dan bisa berelasi dengan-Nya sedekat relasi seorang anak dengan bapaknya. Bukankah ini adalah hadiah yang luar biasa indah?

Lenyap Dukacitaku, Penuh SukacitakuYoh. 20:11-18

Minggu, 12 April 202016

Kehilangan orang yang dekat dengan kita jelas bukanlah sebuah perkara yang mudah dijalani. Meski demikian, rekaman keberadaan mereka (entah dalam bentuk gambar, suara, atau video) ataupun barang peninggalan mereka biasanya bisa menjadi semacam pengobat rindu yang cukup ampuh. Disadari atau tidak, hal-hal itu membuat mereka yang telah pergi itu terasa masih hidup dan begitu dekat dengan kita. Kesedihan biasanya akan kembali muncul ketika tiba-tiba benda-benda kenangan kita itu menjadi rusak atau malah hilang entah ke mana. Situasi yang terakhir ini kelihatannya adalah sebuah situasi yang hendak digambarkan Yohanes mengenai Maria Magdalena. Kematian Yesus jelas bukanlah hal yang mudah dihadapi Maria, mengingat keduanya kelihatannya memiliki relasi yang dekat. Lukas mencatat bahwa Yesus pernah melepaskan Maria dari tujuh roh jahat (Luk. 8:2; Mrk. 16:9). Maria juga dicatat sebagai salah satu sponsor utama pelayanan Yesus (Luk. 8:2) yang terus bersama Yesus bahkan saat penyaliban dan penguburan-Nya (Mat. 27:56 dan paralel; 27:61 dan paralel). Mengingat kedekatan ini, kematian Yesus bisa dipastikan membawa kesedihan yang mendalam bagi Maria. Di tengah kesedihan itu, benda kenangan mengenai Yesus tentu bisa menjadi semacam pengobat rindu yang membuat Dia terasa begitu hidup dan dekat. Karena pada masa itu belum ada teknologi seperti masa kini, maka

satu-satunya benda kenangan Yesus ialah jasad-Nya yang terbaring dalam kuburan. Hanya saja, ketika Maria datang ke kubur-Nya, ternyata kubur itu sudah terbuka dan tidak ada yang tahu di mana tubuh Yesus diletakkan (ay. 2). Dengan kata lain, satu-satunya “benda peninggalan” Yesus telah lenyap. Ini tentu

17menimbulkan kepedihan bagi Maria, sehingga tak heran Yohanes mencatat bahwa ia menangis di dekat kubur itu (ay. 11). Untungnya, tangisan itu tak perlu bertahan lama. Kepedihan itu seketika berubah menjadi sukacita sebab ia melihat sendiri bahwa Yesus telah bangkit. Bahkan, ia adalah saksi pertama yang melihat Yesus bangkit! Sukacita itu semakin penuh, karena kebangkitan Yesus ternyata membawa sebuah babak baru dalam hal relasi dengan Allah. Menurut Injil Yohanes, setelah kebangkitan-Nya, Yesus pertama kali menyebut Allah sebagai “Bapa-Ku dan Bapa kalian.” Dengan kata lain, kebangkitan-Nya secara resmi membuat kita menjadi anak-anak Allah! Di tengah dunia yang berdosa ini, kesedihan dan kesulitan hidup kerap datang silih berganti. Meski demikian, kita patut bersyukur karena momen Paskah kali ini mengingatkan kita bahwa kita memiliki sebuah alasan besar untuk bersukacita. Ya, Yesus telah mencapai sesuatu yang mengubah hidup kita. Sebuah relasi yang baru dengan Allah telah muncul. Kini kita telah diterima dalam dunia baru Allah, sebuah dunia di mana kita bisa mengenal Allah sama seperti Yesus mengenal-Nya; sebuah dunia di mana kita diterima oleh Allah dan bisa berelasi dengan-Nya sedekat relasi seorang anak dengan bapaknya. Bukankah ini adalah hadiah yang luar biasa indah?

Kehilangan orang yang dekat dengan kita jelas bukanlah sebuah perkara yang mudah dijalani. Meski demikian, rekaman keberadaan mereka (entah dalam bentuk gambar, suara, atau video) ataupun barang peninggalan mereka biasanya bisa menjadi semacam pengobat rindu yang cukup ampuh. Disadari atau tidak, hal-hal itu membuat mereka yang telah pergi itu terasa masih hidup dan begitu dekat dengan kita. Kesedihan biasanya akan kembali muncul ketika tiba-tiba benda-benda kenangan kita itu menjadi rusak atau malah hilang entah ke mana. Situasi yang terakhir ini kelihatannya adalah sebuah situasi yang hendak digambarkan Yohanes mengenai Maria Magdalena. Kematian Yesus jelas bukanlah hal yang mudah dihadapi Maria, mengingat keduanya kelihatannya memiliki relasi yang dekat. Lukas mencatat bahwa Yesus pernah melepaskan Maria dari tujuh roh jahat (Luk. 8:2; Mrk. 16:9). Maria juga dicatat sebagai salah satu sponsor utama pelayanan Yesus (Luk. 8:2) yang terus bersama Yesus bahkan saat penyaliban dan penguburan-Nya (Mat. 27:56 dan paralel; 27:61 dan paralel). Mengingat kedekatan ini, kematian Yesus bisa dipastikan membawa kesedihan yang mendalam bagi Maria. Di tengah kesedihan itu, benda kenangan mengenai Yesus tentu bisa menjadi semacam pengobat rindu yang membuat Dia terasa begitu hidup dan dekat. Karena pada masa itu belum ada teknologi seperti masa kini, maka

(四) 耶稣被带到一个院子里,在那里他们脱了他的衣服,穿上朱红色袍子,用荆棘编做冠冕,戴在他头上。在往各各他山的路途中,遇见一个吉利奈人,叫西门,就勉强他一起背耶稣的十字架。每一个动作都是在讥诮耶稣,但耶稣坦然接受。

(五) 最后就是当耶稣被钉在十字架上时。虽然耶稣被他的仇敌伤害到这种程度,但祂说:“父阿,赦免他们,因为他们所做的,他们不晓得。”基督是那么的宽宏大量。就连同他一起被钉十字架的一位强盗在求祂说:”耶稣阿,你的国降临的时候,求你纪念我。” 耶稣回答说:”我实在告诉你,今日你要同我在乐园里了。” 耶稣所说的话是对每一个信祂的人做保证。但愿这在受难节期间的深思可以让我们更明白基督的爱。 阿门。

泗水荣耀堂主任牧师林素金 牧师

Via Dolorosa (苦难之路)是主基督背着十字架往各各他山去要被钉十字架的路程。昨晚耶稣基督已经被审讯了一个晚上,被鞭打而已经精疲力尽了,还要背着沉重的十字架走上坡到各各他山。所以这路程就叫苦难之路(苦路)。 在纪念基督受难节期间,有几个主题将要讨论:

(一) 当时耶稣在伯大尼长大麻疯的西门家里,有一个女人拿着一个玉瓶装着极贵的香膏来,趁着耶稣坐席的时候,把香膏浇在祂的头上 (马太26:6-7 ). 虽然犹大反对这样,认为太浪费,但耶稣视这女人的牺牲是正确的,因为是为祂安葬的事预先做的。

(二 ) 当耶稣在客西马尼园为了要救赎人的罪而心里交战,是否祂一定要喝那苦杯或还有其他选择?耶稣心里交战惊恐到汗珠如大血点滴在地上时候,而他的三个门徒却都睡着了。这画面的比较反差太大了。

(三) 后来耶稣被彼拉多审问时, 虽然彼拉多次仔细的查问耶稣,还是找不出耶稣的错,但由于众人的压力和他不想失去他的地位,就把耶稣钉十字架。因为彼拉多是一位机会主义者,更看重他的官位而非真理。

前言18

(四) 耶稣被带到一个院子里,在那里他们脱了他的衣服,穿上朱红色袍子,用荆棘编做冠冕,戴在他头上。在往各各他山的路途中,遇见一个吉利奈人,叫西门,就勉强他一起背耶稣的十字架。每一个动作都是在讥诮耶稣,但耶稣坦然接受。

19(五) 最后就是当耶稣被钉在十字架上时。虽然耶稣被他的仇敌伤害到这种程度,但祂说:“父阿,赦免他们,因为他们所做的,他们不晓得。”基督是那么的宽宏大量。就连同他一起被钉十字架的一位强盗在求祂说:”耶稣阿,你的国降临的时候,求你纪念我。” 耶稣回答说:”我实在告诉你,今日你要同我在乐园里了。” 耶稣所说的话是对每一个信祂的人做保证。但愿这在受难节期间的深思可以让我们更明白基督的爱。 阿门。

泗水荣耀堂主任牧师林素金 牧师

的那么坚强,且三次不认主。其实我们也没有比他俩好到哪里去,我们也会像他们一样跌进同一个坑里。就像犹大,很有可能我们虽未陷在罪中,心里已经计划了要做一些违背主的事。把我们的心变得刚硬,把神的话和主内弟兄的提醒不加理睬。更糟的是,我们还感觉一切都是美好的,因为我们还照

样侍奉,享受着生活上和各样的富裕。就像彼得,我们也会跌在我们的骄傲和自认为对主很忠心。我们不想比别人差,所以就尽量的想证明自己的能力。但主耶稣告诫我们,要警醒和祷告。我们的灵是要对主顺服和忠心,但是我们的肉体软弱,因为我们还要面对肉体的情欲或是忧虑。使徒保罗也在以弗所书(5:15-17)提醒说现今的世代邪恶,要谨慎行事,不要作糊涂人,要明白主的旨意如何。但愿今天主的话能再一次提醒我们不断的依靠主而活。神看顾我们的灵,使我们能靠着主所施的力量而活。愿像大卫一样,我们也求神检察我们,知道我们的心思,试练我,知道我们的意念,看在我们里面有什么恶行没有,引导我们走永生的道路(诗篇139:23-24)阿门。

就像一首老歌,“世界是一个舞台”。虚伪已经深入到生活当中,连基督徒也不例外。许多人,包括基督徒,戴着面具和伪装来到教堂。 在人面前我们展示了不同于真实的自我形象。 犹大,作为耶稣的门徒,他每天把自己伪装成一个虔诚的好人。在面具的背后,犹大是一个贪爱钱财的人,甚至狠心的把耶稣出卖为了换回金钱(15-16节)。当他看到马利亚把极贵的香膏浇在耶稣的头上时,他贪财的心被触痛了,就指责马利亚的行为是一种浪费(9节)。但耶稣不会被所有的伪装欺骗,祂知道犹大贪财的心和马利亚的真诚。祂辨护马利亚并说:普天之下,无论在什么地方传这福音,也要述说这女人所行的作为纪念。 (13节)。任何伪装都无法逃过上帝的眼睛。祂了解每个人的心灵深处。 我们来到教堂时,微笑地问候“平安”,仿佛我们是一个虔诚的基督徒。 但是上帝不是那么好欺骗的,祂知道我们的每一个罪行,内心黑暗的计划,以及我们在 孩子和配偶的心灵深处所留下的创伤。 祂无所不知,在祂面前没有一个人可以演戏和伪装。在这禁食祷告周中,我们来到主的面前,祂是无所不知的神。让我们用悔改的心带着我们的罪和恶行来到主十字架脚下。祂会赦免和洗净我们的罪恶,不再伪装,也恢复我们因罪而破碎的心。求主赐给我们一颗真诚的心,爱祂,把最好的献给祂。

真诚或虚伪?马太福音 26:1- 16

2020年4月6日,星期一20

的那么坚强,且三次不认主。其实我们也没有比他俩好到哪里去,我们也会像他们一样跌进同一个坑里。就像犹大,很有可能我们虽未陷在罪中,心里已经计划了要做一些违背主的事。把我们的心变得刚硬,把神的话和主内弟兄的提醒不加理睬。更糟的是,我们还感觉一切都是美好的,因为我们还照

样侍奉,享受着生活上和各样的富裕。就像彼得,我们也会跌在我们的骄傲和自认为对主很忠心。我们不想比别人差,所以就尽量的想证明自己的能力。但主耶稣告诫我们,要警醒和祷告。我们的灵是要对主顺服和忠心,但是我们的肉体软弱,因为我们还要面对肉体的情欲或是忧虑。使徒保罗也在以弗所书(5:15-17)提醒说现今的世代邪恶,要谨慎行事,不要作糊涂人,要明白主的旨意如何。但愿今天主的话能再一次提醒我们不断的依靠主而活。神看顾我们的灵,使我们能靠着主所施的力量而活。愿像大卫一样,我们也求神检察我们,知道我们的心思,试练我,知道我们的意念,看在我们里面有什么恶行没有,引导我们走永生的道路(诗篇139:23-24)阿门。

这事件发生在客西马尼园里,有关耶稣的两个门徒:彼得和加略人犹大不同的态度。犹大的到来是要给他们一个暗号,说:我与谁亲嘴,谁就是他,你们可以拿住。犹大背叛了他的主。相反的彼得反而拔出刀来,要与那些来抓住耶稣的人搏斗 (约18:10)。好像犹大是背叛者,而彼得是勇敢正直的。但以下的事让我们注意到,彼也和犹大一样,接着他三次不认主。虽然他没有像犹大一样卖耶稣,但他发咒起誓说:我不认得那个人(马太26:69-75)。 犹大和彼得到底发生了什么事?他们有一个共同点,就是当时他们没有想到主耶稣会把自己交给来抓祂的人。因为平时主耶稣会使用神迹,多次脱离那些想要抓住祂的人,当时还可以召了12营的天使来帮助。现在祂却反而沉默,还要彼得把刀收入鞘里。这件事对他们两人起了不同的反应。犹大后悔卖了耶稣 (马太27:3),他以为可以得到很多钱而不会伤害到耶稣,“反正耶稣还会再救自己的”。犹大只是想利用一下主来赚钱。当彼得看到主被抓,审判和被打时,他失去了他所拥有的幻想和英雄气概。之前他还信誓旦旦的说要对主耶稣忠心,现在忽然间变得那么的渺小和害怕,以至于会在那些指认他的人群里三次不认主。 我们学到了什么呢?主耶稣还在这件事上提醒过犹大和彼得。因耶稣知道犹大心里所想和所计划的事,所以祂就在和门徒们的筵席上间接的警告了犹大(马太26:2025)。彼得也在信誓旦旦的对主耶稣说致死忠心的承诺时,受到主的提醒。因为主耶稣对他们说:今夜,你们为我的缘故都要跌倒,彼得就不原意在众人面前示弱。他后来悔悟中发现原来自己的信心没有所认为

顺服或是背叛 ?马太福音26:36-52

2020年4月7日,星期二21

的那么坚强,且三次不认主。其实我们也没有比他俩好到哪里去,我们也会像他们一样跌进同一个坑里。就像犹大,很有可能我们虽未陷在罪中,心里已经计划了要做一些违背主的事。把我们的心变得刚硬,把神的话和主内弟兄的提醒不加理睬。更糟的是,我们还感觉一切都是美好的,因为我们还照

22样侍奉,享受着生活上和各样的富裕。就像彼得,我们也会跌在我们的骄傲和自认为对主很忠心。我们不想比别人差,所以就尽量的想证明自己的能力。但主耶稣告诫我们,要警醒和祷告。我们的灵是要对主顺服和忠心,但是我们的肉体软弱,因为我们还要面对肉体的情欲或是忧虑。使徒保罗也在以弗所书(5:15-17)提醒说现今的世代邪恶,要谨慎行事,不要作糊涂人,要明白主的旨意如何。但愿今天主的话能再一次提醒我们不断的依靠主而活。神看顾我们的灵,使我们能靠着主所施的力量而活。愿像大卫一样,我们也求神检察我们,知道我们的心思,试练我,知道我们的意念,看在我们里面有什么恶行没有,引导我们走永生的道路(诗篇139:23-24)阿门。

那天他面对一个非常棘手的案子,就是审讯耶稣。他已经试着把案子转到希律王那里,但希律王又给送回来了。有关他的事迹,在圣经里有提到几件有趣的事:1. 在审问时,彼拉多并没有查出耶稣什么罪来,也没有查出有做

什么该死 的事。2. 他的夫人,克劳迪亚打发人来说:这义人的事,你一点不可管

,因为我 今天在梦中为他受了许多的苦。3. 彼拉多受了众人的压力。因为祭司长妒忌耶稣,极力的要除灭

他。4. 还有,当他面对众人要他们选择释放巴拉巴(是位顶级的罪犯

)或是耶稣基督时,众人因为受到祭司长和长老的挑唆,就要求释放巴拉巴,把耶稣钉十字。

5. 彼拉多是想要释放耶稣,无奈犹太人喊着说:你若释放这个人,就不是 该撒的忠臣,他就越发感到害怕。最后彼拉多还是妥协了,把基督鞭打了,交给人钉十字架。彼拉多成为不敢伸张真理和真义的形象。他不想为了基督而失去一切。今天,我们要面对一个决定:虽然要付出代价,我们是否愿意去伸张真义?

让我们在等待过复活节期间,再次被提醒并被坚固的成为见证人,勇敢的向世界传上主的真理。

的那么坚强,且三次不认主。其实我们也没有比他俩好到哪里去,我们也会像他们一样跌进同一个坑里。就像犹大,很有可能我们虽未陷在罪中,心里已经计划了要做一些违背主的事。把我们的心变得刚硬,把神的话和主内弟兄的提醒不加理睬。更糟的是,我们还感觉一切都是美好的,因为我们还照

样侍奉,享受着生活上和各样的富裕。就像彼得,我们也会跌在我们的骄傲和自认为对主很忠心。我们不想比别人差,所以就尽量的想证明自己的能力。但主耶稣告诫我们,要警醒和祷告。我们的灵是要对主顺服和忠心,但是我们的肉体软弱,因为我们还要面对肉体的情欲或是忧虑。使徒保罗也在以弗所书(5:15-17)提醒说现今的世代邪恶,要谨慎行事,不要作糊涂人,要明白主的旨意如何。但愿今天主的话能再一次提醒我们不断的依靠主而活。神看顾我们的灵,使我们能靠着主所施的力量而活。愿像大卫一样,我们也求神检察我们,知道我们的心思,试练我,知道我们的意念,看在我们里面有什么恶行没有,引导我们走永生的道路(诗篇139:23-24)阿门。

那天他面对一个非常棘手的案子,就是审讯耶稣。他已经试着把案子转到希律王那里,但希律王又给送回来了。有关他的事迹,在圣经里有提到几件有趣的事:1. 在审问时,彼拉多并没有查出耶稣什么罪来,也没有查出有做

什么该死 的事。2. 他的夫人,克劳迪亚打发人来说:这义人的事,你一点不可管

,因为我 今天在梦中为他受了许多的苦。3. 彼拉多受了众人的压力。因为祭司长妒忌耶稣,极力的要除灭

他。4. 还有,当他面对众人要他们选择释放巴拉巴(是位顶级的罪犯

)或是耶稣基督时,众人因为受到祭司长和长老的挑唆,就要求释放巴拉巴,把耶稣钉十字。

5. 彼拉多是想要释放耶稣,无奈犹太人喊着说:你若释放这个人,就不是 该撒的忠臣,他就越发感到害怕。最后彼拉多还是妥协了,把基督鞭打了,交给人钉十字架。彼拉多成为不敢伸张真理和真义的形象。他不想为了基督而失去一切。今天,我们要面对一个决定:虽然要付出代价,我们是否愿意去伸张真义?

让我们在等待过复活节期间,再次被提醒并被坚固的成为见证人,勇敢的向世界传上主的真理。

历史上曾记载了商店里的一位年轻收银员,下午店铺打烊后,这位年轻人在结算今天所得的钱。当他细心的算好后,发现有多余的钱,他再一次的结算,发现还是有多余的钱。他觉得肯定是其中一位买主在进行结算时他少找了钱。他努力的回想,终于让他想起来是哪一位客户,他知道那客户的姓名和地址。他去到客户所在的住址就把钱还给客户。你们知道那位年轻人是谁吗?他叫亚伯兰罕林肯,就是那位很有名的美国总统。林肯这个名字始终与他充满正直的生活联系在一起。他会不惜一切代价来宣扬真理,甚至在为了争取解放在美国的奴隶而牺牲了生命。 今天我们要讲到在巴勒斯坦的一位掌权者,就是彼拉多,他到底是谁?他是罗马帝国的官员,被该撒提庇留派到犹太作巡抚的。他手握大权,包括生杀的权力。可惜的是,圣经记载里描述彼拉多是一位不敢捍卫真理的人,特别是在审讯耶稣的事件上。

真理或恐惧?马太福音27: 11 - 26

2020年4月8号,星期三23

24 那天他面对一个非常棘手的案子,就是审讯耶稣。他已经试着把案子转到希律王那里,但希律王又给送回来了。有关他的事迹,在圣经里有提到几件有趣的事:1. 在审问时,彼拉多并没有查出耶稣什么罪来,也没有查出有做

什么该死 的事。2. 他的夫人,克劳迪亚打发人来说:这义人的事,你一点不可管

,因为我 今天在梦中为他受了许多的苦。3. 彼拉多受了众人的压力。因为祭司长妒忌耶稣,极力的要除灭

他。4. 还有,当他面对众人要他们选择释放巴拉巴(是位顶级的罪犯

)或是耶稣基督时,众人因为受到祭司长和长老的挑唆,就要求释放巴拉巴,把耶稣钉十字。

5. 彼拉多是想要释放耶稣,无奈犹太人喊着说:你若释放这个人,就不是 该撒的忠臣,他就越发感到害怕。最后彼拉多还是妥协了,把基督鞭打了,交给人钉十字架。彼拉多成为不敢伸张真理和真义的形象。他不想为了基督而失去一切。今天,我们要面对一个决定:虽然要付出代价,我们是否愿意去伸张真义?

让我们在等待过复活节期间,再次被提醒并被坚固的成为见证人,勇敢的向世界传上主的真理。

但是信徒的反应相反,当他们看到他们的老师和主经历了极大的羞辱,他们都很伤心,圣经记载很多人痛哭流泪。他们都觉得基督不应该经历那种苦难。那时,遇见一个古利奈人,名叫西门,就勉强他同去,好背着耶稣的十字架。 依照上面所讲的,他们分成对立的两组人,马太 27: 27 – 32, 路 23: 26 – 27,一组是爱耶稣,另一组是羞辱耶稣的。我们是属于哪一组呢?我们可能很轻易的脱口说是属于爱基督的,但是否真的是这样吗?但愿在纪念基督的受难期间,让我们认真地去思想基督在十字架上的工作。如果我们被人羞辱,请记得基督已先我们受了羞辱。如果我们还没有真心的爱祂,请记得祂已先爱我们了,以至于祂甘愿死在十字架上。

那天他面对一个非常棘手的案子,就是审讯耶稣。他已经试着把案子转到希律王那里,但希律王又给送回来了。有关他的事迹,在圣经里有提到几件有趣的事:1. 在审问时,彼拉多并没有查出耶稣什么罪来,也没有查出有做

什么该死 的事。2. 他的夫人,克劳迪亚打发人来说:这义人的事,你一点不可管

,因为我 今天在梦中为他受了许多的苦。3. 彼拉多受了众人的压力。因为祭司长妒忌耶稣,极力的要除灭

他。4. 还有,当他面对众人要他们选择释放巴拉巴(是位顶级的罪犯

)或是耶稣基督时,众人因为受到祭司长和长老的挑唆,就要求释放巴拉巴,把耶稣钉十字。

5. 彼拉多是想要释放耶稣,无奈犹太人喊着说:你若释放这个人,就不是 该撒的忠臣,他就越发感到害怕。最后彼拉多还是妥协了,把基督鞭打了,交给人钉十字架。彼拉多成为不敢伸张真理和真义的形象。他不想为了基督而失去一切。今天,我们要面对一个决定:虽然要付出代价,我们是否愿意去伸张真义?

让我们在等待过复活节期间,再次被提醒并被坚固的成为见证人,勇敢的向世界传上主的真理。

如果我们注意最近十年环球小姐的冠军,她有一个共同点,就是金发,粽色,红或是黑长发。 但是这趋向在2019年12月8日,被南非小姐 Zozhibini Tunzi 所打破。她成为第一位拥有非洲独特的自然卷发的环球小姐。她也是第一位从2011年来自非洲的环球小姐冠军。虽然她在竞赛期间得到好多赞美声,但是还是有好多人建议她戴上假发。她说:“我是在这样的世界被抚养长大的,在那里所拥有和我一样的黑皮肤和一头卷发的人,一向不被世人看成是美丽的, 但是,今天这个观念将会终止“。 她的经历和基督的经历正相反的。在走向各各他山时,基督受到巡抚的兵丁的羞辱(马太27:27).他们给他脱了衣服,穿上一件朱红色袍子(不是那些达官贵人平时爱穿的紫色袍子)是假料紫色袍子平常穷人买的。从这件事上可以看到他们在羞辱富有的主是贫穷的,甚至买不起紫色袍子。接着更甚的侮辱是,他们还用荆棘编做冠冕,戴在他头上,拿一根苇子放在他右手里,跪在他面前,戏弄他,说:恭喜,犹太人的王阿!更甚的是,他们又吐唾沬在他脸上拿苇子打他的头。戏弄完了,就给他脱了袍子,仍穿上他自己的衣服,带他出去,要钉十字架。他们的行为卑鄙,连主都敢钉十字架。

爱或侮辱?马太27 : 27 – 32, 路23: 26 – 27

2020年4月9号,星期四25

但是信徒的反应相反,当他们看到他们的老师和主经历了极大的羞辱,他们都很伤心,圣经记载很多人痛哭流泪。他们都觉得基督不应该经历那种苦难。那时,遇见一个古利奈人,名叫西门,就勉强他同去,好背着耶稣的十字架。 依照上面所讲的,他们分成对立的两组人,马太 27: 27 – 32, 路 23: 26 – 27,一组是爱耶稣,另一组是羞辱耶稣的。我们是属于哪一组呢?我们可能很轻易的脱口说是属于爱基督的,但是否真的是这样吗?但愿在纪念基督的受难期间,让我们认真地去思想基督在十字架上的工作。如果我们被人羞辱,请记得基督已先我们受了羞辱。如果我们还没有真心的爱祂,请记得祂已先爱我们了,以至于祂甘愿死在十字架上。

26 但是信徒的反应相反,当他们看到他们的老师和主经历了极大的羞辱,他们都很伤心,圣经记载很多人痛哭流泪。他们都觉得基督不应该经历那种苦难。那时,遇见一个古利奈人,名叫西门,就勉强他同去,好背着耶稣的十字架。 依照上面所讲的,他们分成对立的两组人,马太 27: 27 – 32, 路 23: 26 – 27,一组是爱耶稣,另一组是羞辱耶稣的。我们是属于哪一组呢?我们可能很轻易的脱口说是属于爱基督的,但是否真的是这样吗?但愿在纪念基督的受难期间,让我们认真地去思想基督在十字架上的工作。如果我们被人羞辱,请记得基督已先我们受了羞辱。如果我们还没有真心的爱祂,请记得祂已先爱我们了,以至于祂甘愿死在十字架上。

但是信徒的反应相反,当他们看到他们的老师和主经历了极大的羞辱,他们都很伤心,圣经记载很多人痛哭流泪。他们都觉得基督不应该经历那种苦难。那时,遇见一个古利奈人,名叫西门,就勉强他同去,好背着耶稣的十字架。 依照上面所讲的,他们分成对立的两组人,马太 27: 27 – 32, 路 23: 26 – 27,一组是爱耶稣,另一组是羞辱耶稣的。我们是属于哪一组呢?我们可能很轻易的脱口说是属于爱基督的,但是否真的是这样吗?但愿在纪念基督的受难期间,让我们认真地去思想基督在十字架上的工作。如果我们被人羞辱,请记得基督已先我们受了羞辱。如果我们还没有真心的爱祂,请记得祂已先爱我们了,以至于祂甘愿死在十字架上。

两个罪犯和主耶稣在各各他山上一同被钉十字架。他们是罪犯,在十字架上为他们的罪行得到应有的惩罚,他们还有几个小时可活。 那将是他们一生最慢长痛苦的时刻,这就是十字架刑法的可怕之处,被挂在木头上越来越痛苦,慢慢地死去。 在那种情形下,人通常会爆发他们心里的愤怒,不公,怨愤,诅咒在十字架周围的人。当他们看到主耶稣也被钉在他们中间,他们就和祭司长和看守的罗马兵丁一起讥诮祂。就在他们恶毒的讥诮当中,忽然听到他们意想不到的话:“父阿,赦免他们; 因为他们所做的,他们不晓得。” 主耶稣的话彻底地震撼了其中一位的罪犯。主的话忽然间深入他的内心,他的良心醒悟过来,这个被人轻看,讨厌的拿撒勒人耶稣,肯定不是普通人,是一位有智慧与权柄的人,他更不可能做出那些官长所控告的事。 他的心里说,只有神才能有怎么大的赦免能力。于是他就以谦卑的心 ,去求神的怜悯。他的信心告诉他,耶稣还会再来,他想在耶稣的荣耀里有一席之地。出于他的信心,耶稣对他承诺说:今日你要同我在乐园里了。 一个罪犯在他生命里的最后时刻被赦免和得到救恩。他的信心救了他,就在他听到主耶稣口中那充满爱与赦免的时候。 我们是否也已经听到祂那充满慈爱的话语在我们的内心深处,来到主面前认罪悔改呢?

十字架的保障路加福音 23: 33 – 43

2020年4月10日, 星期五27

你有没有期待过一个非常渴望的会面? 也许与多年未见的亲戚家人,或是与长期没有会面的孩子?我们会有一个迫不及待的心情来等待将是一个愉快的会面时刻。但如果等待的是一个未知的结果,那将是一个不知所措的等待。 约翰19:42记录了犹太人的预备日。这里的预备日是指安息日的前一天。在犹太的历法中,安息日是星期六。这意味着预备日是星期五,是耶稣被钉死在十字架上的日子。马太28:1 说:“ 安息日将尽 ,七日的头一日,天快亮的时候 ”, 这里说的头一日 指的是星期天。从耶稣死的星期五到星期天耶稣复活的时段,是一个充满怀疑和恐惧的等待时刻。 在不确定中等待的门徒们, 他们不知道 将要发生什么事, 即使耶稣说过他将在第三天复活(马太20:19)。 他们的心充满着恐惧和焦虑。因为他们亲眼见证了主耶稣,他们的夫子是如何被逮捕,折磨和钉死在十字架上 。

寂静的星期六约翰福音19:38-42

2020年4月11日,星期六28

对我们这些现代基督徒来讲,我们正在经历了生活的各种奋斗与挣扎,正期待和等待主的帮助。 我们好像门徒一样,在恐惧和焦虑中等待,担心会不会发生更糟糕的事。但是当我们去看复活节时 ,主耶稣复活的星期天,是我们每一个相信基督的人的胜利。 在这寂静的星期六,是让我们预备我们的心来迎接基督的胜利 ,因为他复活了。我们要把这个真理带进我们的日常生活里,靠着对基督的信心,我们可以坚强的面对生活 。神已经战胜了罪和死亡,也赐予我们得胜的生命。 我们是神的子民,如果我们仰望主,就不会被生活的挣扎所吞噬。基督的胜利,就是我们的力量,虽然会有许多的挑战阻碍我们,靠着信心和忠心使我们可以在他面前过圣洁的生活 。寂静的星期六,是在等待基督的胜利,这胜利就是从他的复活开始。它不再是一个充满恐惧,焦虑和忧虑的日子,以至于削弱我们的信心,而是充满希望的日子。当我们面对面与基督相见时,等待就结束了。

29

对我们这些现代基督徒来讲,我们正在经历了生活的各种奋斗与挣扎,正期待和等待主的帮助。 我们好像门徒一样,在恐惧和焦虑中等待,担心会不会发生更糟糕的事。但是当我们去看复活节时 ,主耶稣复活的星期天,是我们每一个相信基督的人的胜利。 在这寂静的星期六,是让我们预备我们的心来迎接基督的胜利 ,因为他复活了。我们要把这个真理带进我们的日常生活里,靠着对基督的信心,我们可以坚强的面对生活 。神已经战胜了罪和死亡,也赐予我们得胜的生命。 我们是神的子民,如果我们仰望主,就不会被生活的挣扎所吞噬。基督的胜利,就是我们的力量,虽然会有许多的挑战阻碍我们,靠着信心和忠心使我们可以在他面前过圣洁的生活 。寂静的星期六,是在等待基督的胜利,这胜利就是从他的复活开始。它不再是一个充满恐惧,焦虑和忧虑的日子,以至于削弱我们的信心,而是充满希望的日子。当我们面对面与基督相见时,等待就结束了。

幸运的是,哭声没有持续多久。悲伤立即变成了喜悦,因为她亲眼目睹了耶稣复活了。事实上,他是第一个见证耶稣复活的人!这种喜悦更加充实,因为耶稣的复活,给她带来了和上帝新的关系。根据约翰福音,耶稣复活后,首先将神称为"我的父也是你的父"。换句话说,他的复活正式使我们成为上帝的儿女! 在这个罪恶的世界里,人生的悲伤和困难常常会接踵而来。然而,我们应该感激,因为复活节的这一刻提醒我们,我们有充分的理由来欢欣喜乐。是的,耶稣以经完全的改变我们的生命。与上帝有了新的关系。现在,我们已被接纳在神新的世界里,在这新的世界里,我们可以像耶稣一样认识神。我们被上帝完全所接受,可以和上帝建立关系像孩子与父亲的关系一样密切。这难道不是一件非常完美的礼物吗?

失去我们最亲的人显然不是一件容易接受的事。但是,他们生前所拍的留念记忆(无论是相片,声音或是录影)还是他们的遗物,可以成为相思的慰藉。下意识的,这些事情让那些已经离开我们的人感到还活着,并且离我们还如此的近。当那些遗物突然损坏或不见时,通常会让我们再次的悲伤。 这种情形似乎是约翰想要描述关于抹大拉马利亚的情况。对她来说,面对耶稣的死是一件不容易接受的事,因为他们两似乎有很密切的关系。路加福音记载了耶稣曾从马利亚身上赶出七个鬼(路8:2; 马可 16:9)。马利亚也被记录为耶稣侍奉的主要发起人之一(路 8:2),她一直跟随耶稣,一直到耶稣被钉十字架和埋葬期间(马太27:56,61)。鉴于这种亲密的关系,耶稣的死肯定会给马利亚带来深痛的悲伤。在悲伤中,耶稣的事物成为她对耶稣的一种思念和亲切。因为当时没有像现在一样的科技,对耶稣唯一的记忆就是躺在坟墓里的尸体。只是,当马利亚来到坟墓时,她看到耶稣的坟墓是打开着的,没人知道耶稣的尸体在哪里(2节)。换句话说,耶稣唯一的"遗物"也已经消失了。这当然给玛丽带来了悲伤,所以约翰就会记载到她在坟墓附近哭泣(11节)。

不再悲伤,满心欢喜约翰 20:11 – 18

2020年,4月12日,星期天30

31

幸运的是,哭声没有持续多久。悲伤立即变成了喜悦,因为她亲眼目睹了耶稣复活了。事实上,他是第一个见证耶稣复活的人!这种喜悦更加充实,因为耶稣的复活,给她带来了和上帝新的关系。根据约翰福音,耶稣复活后,首先将神称为"我的父也是你的父"。换句话说,他的复活正式使我们成为上帝的儿女! 在这个罪恶的世界里,人生的悲伤和困难常常会接踵而来。然而,我们应该感激,因为复活节的这一刻提醒我们,我们有充分的理由来欢欣喜乐。是的,耶稣以经完全的改变我们的生命。与上帝有了新的关系。现在,我们已被接纳在神新的世界里,在这新的世界里,我们可以像耶稣一样认识神。我们被上帝完全所接受,可以和上帝建立关系像孩子与父亲的关系一样密切。这难道不是一件非常完美的礼物吗?