SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -Pendekatan Legalistik-...
-
Upload
sri-suwanti -
Category
Government & Nonprofit
-
view
887 -
download
11
Transcript of SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -Pendekatan Legalistik-...
Metode- mempelajari Ilmu Pemerintahan
OLEH :SRI SUWANTI
Metode- mempelajari Ilmu Pemerintahan
STUDI KASUS
STUDI PERBANDINGAN
STUDI SEJARAH
PENDEKATAN LEGALISTIKPENDEKATAN SISTEMIK
PENDEKATAN PARADIGMATIK
BEBERAPA METODE DI DALAM MEMPELAJARI ILMU
PEMERINTAHAN
Metode Pendekatan Legalistik
Pendekatan Sistem
Pendekatan Paradigmatik
Studi Kasus Studi Sejarah Studi Banding
APA ITU ANALISIS STUDI KASUS ?
Studi kasus
KASUS ADALAH SESUATU YANG TERJADI SESUSAH PERISTIWA TERJADI (AD DE FACTO)
(BUKAN SELALU BERTENDENSI NEGATIF ) PERISTIWA ITU BERMAKNA BAGI MANUSIA STUDI KASUS PD MIP BERANGKAT PADA SUATU
ADANYA MASALAH TERTETU KEMUDIAN DILANJUTKAN UTK MENGADAKAN PENELITIAN UTK MENDPT JLN KELUAR
Contoh, implementasi aturan baru, kebijaka n publik (perburuhan, kelautan, perhubungan, kriminal, kesehatan, narkotika, perdagangan ekspor impor, Kasus akuntabilitas pelayanan publik : pelayanan jamkesmas, pelayanan dasar kesehatan dllKasus kebijakan fiskal dan monoterKasus penyalahgunaan wewenang/kkn, Kasus kebasaan akses telekomunikasi dan informatika, dampaknya terhadap pekembangan remaja,Hubungan antar pusat dan daerahPelaksanaan pilkada sebagai salah satu wujud demokratisasiTumpang tindih aturan pusat
STUDI KASUS
`ANALISIS BUKTI
PENGUJIAN
TABULASI
KLASIFIKASI
KOMBINASI
ANALISIS DATA
ANALISIS STUDI KASUS
Analisis bukti (data) studi kasus terdiri atas pengujian, pengkategorian, pentabulasian, ataupun pengombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk proposisi awal suatu penelitian
Menganalisis data studi kasus adalah suatu pekerjaan yang sulit karena strategi dan tekniknya belum teridentifikasikan secara memadai di masa lalu
Digunkan utk bidang psikologi, sosiologi, ilmu politik, pemerintahan dan perencanaan, perekonomian.
TIGA TEKNIK ANALISIS STUDI KASUS YANG MENENTUKAN: Penjodohan Pola, Pembuatan Penjelasan, dan Analisis deret waktu
BAGAIMANA PERANAN ANALISIS STUDI KASUS
PENTING LEMAH
STUDI KASUS
METODOLOGI PENTING
SSUEWARGONO - STUDI KASUS
Soewargono (1995) menekankan bahwa salahsatu metodologi penting yang digunakan untukmenganalisis gejala pemerintahan adalah metodestudi kasus
STUDI KASUS
MENGAPA DIANGGAP SANGAT LEMAH ? (CRESWELL)
Kelemahan Metode Studi Kasus Meskipun menjadi salah satu strategi rujukan
bagi penelitian sosial, studi kasus banyak menuai kritik dan diremehkan oleh beberapa ahli dikarenakan:
1. Terkadang peneliti dengan metode studi kasus mengizinkan bukti yang samar dan pandangan yang bias mempengaruhi arah temuan dan kesimpulannya. Hasil penelitian maupun eksperimen menjadi tidak netral dan terpengaruh oleh keadaan internal si peneliti.
2. Studi kasus terlalu sedikit memberikan landasan bagi generalisasi ilmiah, dalam hal ini studi kasus tidak menunjukkan sampel dan bertujuan mengembangkan dan menggeneralisasikan teori (generalisasi analitis) dan bukan menghitung frekuensi (generalisasi statistik).
3. Penelitian dengan menggunakan metode studi kasus membutuhkan waktu yang lama dan menghasilkan dokumen yang berlebihan, sehingga mempersulit fokus peneliti.
MASIH ADA BUKTI SAMAR
TERLALU SEDIKIT MEMBERI GENERALISASI
MENGGUNAKAN WAKTU LAMA
Creswell dalam bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And Research Design” mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu: biografi, fenomenologi,. grounded theory study, studi kasus. dan etnografi. Salah satu tradisi yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah studi kasus yang telah lama dipandang sebagai metode penelitian yang “amat lemah”.
STUDI KASUS –AMAT LEMAH
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorangFenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomenaEtnografi (Yunani ἔθνος ethnos = rakyat dan γραφία graphia = tulisan) adalah strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi Grounded Theory (GT) yang kemudian dalam metoda penelitian
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena Etnografi (Yunani ἔθνος ethnos = rakyat dan γραφία graphia = tulisan) adalah
strategi penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi[1], juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya
Grounded Theory (GT) yang kemudian dalam metoda penelitian disebut Grounded Research (GR) adalah metodologi penelitian kualitatif yang menekankan penemuan teori dari data observasi empirik di lapangan dengan metoda induktif (menemukan teori dari sejumlah data), generatif yaitu penemuan atau konstruksi teori menggunakan data sebagai evidensi, konstruktif menemukan konstruksi teori atau kategori lewat analisis dan proses mengabstraksi, dan subyektif yaitu merekonstruksi penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian berdasarkan konseptualisasi masyarakat yang dijadikan subyek studi.GT fokus pada gerakan teori konstruksi dan verifikasi. GT disebut juga dengan local theory, patterned theory yang bersifat open ended dapat diperluas tanpa batas
mekonstruksi teori atau kategori lewat analisis dan proses mengabstraksi, dan subyektif yaitu merekonstruksi penafsiran dan pemaknaan hasil penelitian berdasarkan konseptualisasi masyarakat yang dijadikan subyek studi.GT fokus pada gerakan teori konstruksi dan verifikasi. GT disebut juga dengan local theory, patterned theory yang bersifat open ended dapat diperluas tanpa batas
STUDI KASUS BIOGRAFIFENOMENOLOGI
ETNOGRAFI GROUNDED
THEORYGROUNDED RESERCH
KUALITATIF
DATA SBG EVIDENSI
( Kasus = sesuatu yang telah terjadi (AD POST FACTO) Jenis-jenis Studi Kasus
Menurut Yin (1996)
Ada 3 tipe studi kasus
1) eksplanatoris
2) eksploratoris
3) deskriptif
Studi kasus adalah strategi penelitian sosial atau suatu metode penelitian yang mempelajari kejadian-kejadian (cases) pada fenomena kontemporer di dalam kehidupan nyata.
A.1. Studi Kasus Ekplanatoris - Bersifat menjelaskan gejala atau kasus yang diamati; - Pertanyaan utama yang ingin dijawab adalah :
* MENGAPA ………..? * BAGAIMANA……..?
A.2. Studi Kasus Ekploratoris - Bersifat menggali informasi yang melatarbelakangi terjadinya
suatu kasus; - Pertanyaan utama yang ingin dijawab adalah :
* BERAPA BANYAKAH………..? * SIAPAKAH……………………..?
A.3. Studi Kasus Deskriptif : - Bersifat menggambarkan sesuatu kasus - Pertanyaan utama yang ingin dijawab adalah :
* APAKAH………..? * SIAPAKAH……………………..?
ROBERT K YIN 1996
DILIHAT OBYEKNYA, DIBEDAKAN ANTARA :
STUDI KASUS TUNGGAL;(Kasus berdiri sendiri, dalam ruang lingkup yang terbatas)Contoh: Pengunduran diri seorang PNS
STUDI KASUS BERGANDA;(Kasus berkaitan satu dengan lainnya, sehingga menjadi sangat rumit)Contoh: Pengunduran diri Jaksa agung
DESIGN PENELITIAN STUDI KASUS
5 KOMPONEN PENTING
PERTANYAAN PENELITIAN
PROPOSISI
UNIT ANALISIS
LOGIKA
KRITERIA INTERPRETASI
Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus Desain kaSus
tunggal Desain multikasus
Holistik (unit analisis
tunggal)
Tipe –1 Tipe –3
TerpanCang (unit multianalisis)
Tipe –2 Tipe –4
Tipe studi kasus
Studi kasus tipe 1 yaitu kasus tunggal dengan analisis tunggal, misal analisis peristiwa demonstrasi menolak hasil pilkada di satu kabupaten
Studi kasus tipe 2 : kasus tunggal dgn multi analisis, jika demonstrasi tsb di analis dari berbagai sudut Pandang, kajian hukum, kajian politis dan kajian keamanan
Studi kasus tipe 3 : menganalisis multi kasus tetapi dgn unit analisis tunggal, Kasus korupsi yg dilakukan oleh kepala daerah dr sudut penyalah gunaan kekuasaan
Studi kasus 4 : menganalisis multi kasus dengan unit multi analisis/ terpancang, contoh: jika kasus korupsi kdh tsb dilihat dr berbagi susut pandang , kajian pengaruh sistem politik
Enam sumber bukti untuk studikasus1) Dokumen;2) Rekaman Arsip;3) Wawancara4) Observasi Langsung;5) Observasi Peran Serta;6) Perangkat Fisik.
Teknik Analisis DataTerdapat tiga analisis data dalam metode studi kasus, 1. yaitu perjodohan pola,2. pembuatan penjelasan 3. dan analisis deret waktu
(Yin, 2002)
Teknik penjodohan Polayaitu membandingkan pola yang didasar atas kenyataan dengan pola yang diprediksikan. Jika terdapat kesamaan dengan pola yang diprediksikan. Jika terdapat kesamaan dalam kedua pola, akan menguatkan validitas internal studi kasus.
Teknik pembuatan penjelasan, yaitu dengan membuat penjabaran mengenai kasus yang bersangkutan.
Teknis analisis deret waktu,yaitu dengan menganalisis deret waktu secara langsung dan analog dengan analisis deret waktu yang diselenggarakan dengan eksperikmen dan kuasi eksperimen. Semakin rumit dan tepatnya pola yang ditemukan, maka makin tertumpu analisis deret waktu dan menjadikan landasan yang kokoh untuk penarikan konklusi studi kasus.
eksperimen kuasi adalah eksperimen yang memiliki perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperiment (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak. Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan rancangan eksperiment semu (kuasi eksperimen). Desain tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Di sebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki cir-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau di manipulasi.Oleh sebab itu validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya.
Bentuk-bentuk analisis studi kasus yang dominan : 1) Penjodohan pola, terbagi atas :
a. variabel-variabel non-equivalen sebagai pola b. penjelasa tandingan sebagai pola; c. pola-pola yang lebih sederhana.
2) Pembuatan penjelasan, yang meliputi : a. Unsur-unsur penjelasan; b. Hakikat perulangan dalam pembuatan
penjelasan; c. Persoalan potensial di dalam pengembangan
penjelasan. 3) Analisis deret waktu, terdiri dari :
a. deret waktu sederhana; b. deret waktu yang kompleks;
Bentuk studi kasus
Kesejarahan organisasi Kemasyarakatan Observasi Sejarah hidup Analisis situasi mikroetnografi
Bentuk studi kasus A.Studi kasus kesejarahan mengenai
organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
Ketiga, studi kasus life history. Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang mengharu biru kehidupan. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya, tentang kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi kasus life history dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan melakukan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama.
Keempat, studi kasus komunitas social atau kemasyarakatan.
Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dadri lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas dimana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan.
Kelima, studi kasus analisa situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu. Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu berseliweran tak karuan seperti akan adanya kerusuhan, penjarahan massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina diberbagai kota besar ramai-ramai mengungsi ke kota lain yang dianggap aman, bahkan tidak sedikit yang keluar negeri.
Keenam, studi kasus mikroetnografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.Mengenai analisanya, setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut. Khusus mengenai individu, datanya dapat mencakup catatan klinis, data statistik mengenai orang yang bersangkutan, informasi mengenai latar belakangnya, profil riwayat hidupnya, dan catatan hariannya. Akan tetapi semua informasi itu harus disunting, sementara bagian-bagian yang relevan dipadukan baik secara kronologis ataupun secara tematik, sehingga siap dianalisis. Sering pula peneliti langsung menggunakan data mentah yang masih tercecer itu untuk menuliskannya langsung dalam laporan penelitian.
STUDI KASUS
. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
. 3 Prinsip pengumpulan data 1.Menggunakan multi
sumber bukti, .2.Menciptakan data dasar
studi kasus, 3.Memelihara rangkaian
bukti Contoh FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERCIPTANYA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PUSAT KOTA
. 3 Prinsip pengumpulan data 1. Menggunakan multi sumber bukti, menggunakan
banyak informan dan memperhatikan sumber-sumber bukti lainnya.
2. Menciptakan data dasar studi kasus, mengorganisir dan mengkoordinasikan data yang telah terkumpul, biasanya studi kasus memakan waktu yang cukup lama dan data yang diperolehnya pun cukup banyak sehingga perlu dilakukan pengorganisasian data agar data yang terkumpul tidak
3. Memelihara rangkaian bukti, tujuannya agar bisa ditelusuri dari bukti-bukti yang ada, berkenaan dengan studi kasus yang sedang dijalankan. Penting ketika menelusuri kekurangan data lapangan.
Contoh studi kasus Kawasan Permukiman Pancuran adalah kawasan permukiman yang terletak di pusat Kota
Salatiga yang dikelilingi oleh kawasan pertokoan Jend. Sudirman, Pasar Raya I dan II, Pasar Gedhe dan Pasar Blauran.
Dalam perkembangannya, kawasan permukiman Pancuran ini dipengaruhi oleh interaksi kawasan perdagangan tersebut.
Yang menjadi pertanyaan studi disini adalah: mengapa kawasan ini menjadi kumuh dan faktor apa saja yang mempengaruhinya ?
Analisis kajian secara kualitatif menjelaskan ada dua alasan dari pernyataan tersebut yaitu pengaruh dari dalam dan luar kawasan tersebut.
Pengaruh dari dalam yaitu: karakteristik hunian, penghuni dan sarana dan prasarana. Karakteristik hunian yaitu kondisi rumah yang tidak sehat baik pencahayaan, udara dan toilet serta bersifat temporer, dimana tidak diperbaiki dengan baik. Hal ini sangat rentan terhadap kebakaran.
Karakteristik penghuni: masyarakat kawasan Pancuran ini sebagian besar berpenghasilan rendah dan bekerja di bidang informal sektor.
Karakteristik sarana dan prasarana seperti air bersih, sanitasi, jalan lingkungan dan drainase di kawasan ini kondisinya juga minim. Sedangkan pengaruh dari luar kawasan Pancuran antara lain adalah regulasi dan urbanisasi yang terjadi. Dari data survei dapat kita lihat banyak sekali kaum urbanis yang tinggal di kawasan ini. Para pendatang ini hanya tinggal sementara di kawasan ini karena kebanyakan mereka adalah pedagang yang mempunyai usaha di kawasan perdagangan di sekitar kawasan permukiman Pancuran. Para pendatang itu menyewa rumah ataupun kamar dengan pembanyaran harian maupun bulanan atau bahkan tahunan. Kebanyakan mereka berasal dari luar pinggiran kota ataupun luar daerah Salatiga. Sedangkan pada analisis kuantitatif dilakukan dengan metode analisis regresi dan diperoleh hasil bahwa faktor yang mempunyai pengaruh kuat penyebab Kawasan Permukiman Pancuran menjadi kumuh adalah tingkat penghasilan, status kepemilikan hunian, dan lama tinggal. Dari hasil analisis studi dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan kawasan Pancuran menjadi kumuh adalah faktor tingkat penghasilan, status kepemilikan hunian, dan lama tinggal.
Dari hasil analisis tersebut, maka dapat direkomendasikan upaya perbaikan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman di kawasan Pancuran ke arah yang lebih baik. Salah satu diantaranya adalah penataan kawasan melalui pembangunan RUSUNWAMA.
ANALISIS STUDI KASUS
(1) penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan logika penjodohan pola. Logika seperti ini membandingkan pola yang didasarkan atas data empirik dengan pola yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan;
(2) pembuatan eksplanasi, yang bertujuan untuk menganalisis data studi kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang bersangkutan dan
(3) analisis deret waktu, yang banyak dipergunakan untuk
studi kasus yang menggunakan pendekatan eksperimen dan kuasi eksperimen.
Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu (Bogdan dan Bikien : 1982 ).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Studi Kasus :1. Seseorang harus mampu mengajukan pertanyaan yang baik dan mampu untuk menginterpretasikan jawaban-jawaban.2. Seseorang harus dapat menjadi pendengar yang baik dan tidak terperangkap oleh prakonsepsi sendiri.3. Seseorang diharapkan mampu menyesuaikan diri dan fleksibel agar situasi yang baru dialami dapat dipandang sebagai kesempatan/ peluang bukan ancaman.4. Seseorang harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang akan diteliti, apakah hal ini merupakan orientasi teoritis atau kebijakan.5. Sesorang harus tidak bias, oleh anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya, seseorang harus peka dan responsif terhadap bukti-bukti yang kontradiktif.
pendekatan Kronologis sbg analisis deret waktu
Beberapa peristiwa harus selalu terjadi sebelum peristiwa yang lain, dimana aturan kebalikannnya tidak mungkin terjadi.
Beberapa kejadian harus selalu diikuti oleh kejadian yg lain atas dasar kontingensi;
Beberapa peristiwa hanya dapat mengikuti peristiwa lain setelah suatu lintasan waktu yang diprediksi;
Periode-periode waktu tertentu dalam suatu studi kasus mungkin ditandai oleh beberapa kelompok kejadian yang berbeda secara substansial dari kejadian pada periode waktu lainnya.
(Robert. K. Yin, 1996: 157)
Bentuk-bentuk Analisis yang tidakDominan : Analisis unit-unit terpancang; Observasi ulang; Pendekatan survey kasus.
B. Metode Komparasi (Perbandingan)
Menurut Ridley dalam “The Study of Government” (1975), Fokus studi pemerintahan : institusional Metodenya : perbandingan
(comparative) Kegunaan : praktikal
Metode perbandingan yang dimnaksud di sini adalahmembandingakan suatu institusi lainnya yangsejenis. Di dalam pengertian perbandingan,terkandung adanya unsur yang sama dan adanyaunsur yang berbeda.
Ridley (1975) menyarankan di dalam mempelajaripemerintahan, lebih mudah apabila digunakanpendekatan institusional (institusional approach). Sebabpada dasarnya pemerintah adalah sebuah organisasiformal yang kompleks (lihat pendapat Alfred Kuhn,1974: The Logic of Social Systems).
Perbandingan kelembagaan pemerintah dapatdilakukan dengan melihat aspek-aspek :- Kedudukan & kewenangannya;- Organisasinya;- Kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur;- Kinerjanya.
Metode sejarah
Metode sejarah
Gejala dan peristiwa pemerintahan merupakan sebuah kontinum.
Menurut wikipedia, gejala atau fenomenon adalah an observed event of quiet literally, something that is seen.
Sebagai sebuah kontinum pemerintahan mrp kelanjutan dari peristiwa yg berkaitan dr waktu ke waktu. Apa yg terjadi hari ini mrp kelajutan dr peristiwa lalu dan memberi kontribusi pada peristiwa yg akan datang
Fernand –abad 20
Ahli sejarah yang berpengaruh pada abad 20 Pendiri madzhab annale dalam ilmu sejarah di
perancis Mengemansipasi sejarah dari pembagian
traditionalnya menjadi sejarah politik ekonomi dan kebudayaan dan mencari sejarah total dari masyarakat
Tujuannya mengintegrasikan segenap aspek masa alu manusia dgn ttk berat pada perub link, gaya hdp baik orang awam maupun masy keseluruhan shg mau tidk mau menimbulkan pergeseran dari titik berat sejaah politik dan kosntitutional selama ini yg mnjd pusat kajian sejarawan.
Studi Sejarah (Historis) Gejala pemerintahan adalah aktivitas sosial yang berkelanjutan dan terus-menerus mengalami perubahan – baik secara evolutif, evolutif dipercepat ataupun revolutif. Perubahan gejala pemerintahan dapat mengikuti tiga kecenderungan sebagai berikut : Linier Siklus Spiral
Gejala pemerintahan menurut metode sejarah
Perubahan evolutif : perubahan yg berjalan secara ilmiah dan bebas tanpa sebuah skenario dan aktor pengubah yg sgt berperan aktif u/ melak perub. (contoh suku badui, suku anak dalam di jambi)
Perubahan evolutif yg dipercepat adalah sebuah proses perub dgn sebuah skenario dan dgn kecepatan prubahan terukur, ttp tdk sampai merombak total dasarnya (contoh reformasi di indonesia)
Perubahan revolutif adalah perub yg dilakukan secara mendasar, menyeluruh dgn kecepatan tinggi (revolusi kaum buruh di uni soviet, revolusi kebuadayaan cina)
pola linier
Menggambarkan sesutu berunah mengikti garis lurus dan tidak pernah terlang
(contoh penjajahan di tanah air, oleh VOC , belanda, Jepang
Pola siklus
Perubahan yang mengikuti sklus tertentu dengan kurun waktutertentu
(contoh, perubahan sistem pemerintahan daerah di indonesia , setralistik, -desentralistik, ->sentralistik ,-> desentralistik)
Pola perubahan spiral
Perubahan mengikuti siklus tertentu dengan nuasa yang berbeda
(contoh: 1995-pemilu muti partai Orde baru pemilu dgn partai terbatas Reformasi – multi partai 1998-sekarang cederung kembali
pada pemilu dgn partai terbatas
MODEL U/ MEMAHAMI ILMU SOSIAL Untuk memahami pemerintahan
semacam itu, dapat pula digunakan studi sejarah (historis). Secara umum, sistem sosial dapat pula dipahami melalui dua model yakni :
model sinkronis; model diakronis.
Pengertian diakronis dan sinkronis
Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ).
Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
MODEL U/ MEMAHAMI ILMU SOSIAL Model sinkronis menggambarkan masyarakat
sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan bagiannya. Pendekatan struktural dan fungsional dalam ilmu sosial merujuk pada model sinkronis. (ilmu politik, sosiologi, ekonomi, antropologi).
Model diakronis lebih mengutamakan memanjangnya lukisan berdimensi waktu, dengan sedikit saja luasan ruangan. (Ilmu sejarah).
Melihat karakteristiknya, ilmu pemerintahan lebih banyak merijuk pada model sinkronis, meskipun sangat terbuka kemungkinan untuk menggunakan model diakronis.
.
Sejarah itu diakronis maksudnya me manjang dalam waktu,
sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang.
Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
sinkronis
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu.
Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa.
Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.
sinkronis
Contoh: Perkembangan Sarekat Islam di
Solo, 1911-1920 Terjadinya Perang Diponegaro,
1925-1930; Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-
1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan
sebagainya.
Diakronik
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis
Contoh: - Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang
ditulis seorang ahli ilmu politik ) - Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis
ahli sosiologi )
Gambar : Hubungan Ilmu Sosial Sinkronis dan Diakronis
Sumber : John GaLtung, Theory and Methode of Social Reseach, dikutip dari Kuntowijoyo, 1994:37
Waktu Sinkronis
Sosiologi ilmu politik
Ekonomi Antropolog
i arkeologi
diakronis sejarah
ruang sosial
diakronis sejarah
Menurut Kuntowijoyo (1994), sejarah sosial dapat dipahami melalui 6 (enam) model yaitu sebagai berikut : - Model evolusi
- Model lingkaran sentral - Model interval - Model tingkat perkembangan - Model jangka panjang, menengah, pendek - Model sistematik.
- Model Evolusi
Gambar: Model Evolusi
A B’A’
ruangsosial
Waktu
- Model Lingkaran Sentral
Waktu
Ruang sosial
FE
DC
BA
- Model IntervalWaktu
Ruang sosial
A’’’’ B’’’’ C’’’’
A’’’ B’’’ C’’’
A’’ B’’ C’’
A B C
- Model Jangka Panjang, Menengah, Pendek
Waktu
Ruang sosial
- Model SistematisWaktu
Ruang sosial
A’’ B’’ C’’
A’’
A’
B’’
B’
C’’
C’
A B C
Revolusi komunis merupakan revolusi kaum proletar yang diilhami dari gagasan Marxisme yang bertujuan untuk mengganti kapitalisme dengan komunisme, umumnya dengan sosialisme sebagai tahap peralihan. Gagasan mengenai perlu adanya revolusi dari kaum proletar merupakan landasan bagi Marxisme. Kaum Marxis percaya bahwa kaum buruh di dunia harus bersatu dan membebaskan diri mereka masing-masing dari penindasan kaum kapitalis untuk menciptakan dunia yang dikendalikan oleh dan untuk kaum buruh. Oleh karena itu, dalam pandangan Marxis, revolusi kaum proletar harus terjadi di semua negara di dunia (lihat: revolusi dunia).
Leninisme berpendapat bahwa revolusi komunis harus dipimpin oleh seorang revolusioner profesional, yaitu pria atau wanita yang mendedikasikan dirinya secara penuh untuk kepentingan kaum komunis yang selanjutnya mampu membentuk embrio gerakan revolusioner. Beberapa tokoh Marxis tidak setuju dengan pendapat tersebut, khususnya kaum komunis sayap kiri, tetapi juga beberapa tokoh yang masih mendukung Marxisme-Leninisme walaupun berbeda pendapat. Para pengkritik ini bersikeras bahwa seluruh atau setidaknya sebagian besar kaum buruh harus diikutsertakan dan dibekali komitmen yang sama untuk kepentingan sosialis atau komunis supaya revolusi berhasil dilakukan. Untuk mewujudkannya, mereka membuat partai komunis raksasa dengan anggota yang sangat banyak.
Revolusi komunis dalam sejarah Berikut ini adalah daftar revolusi
komunis yang tercatat dalam sejarah dengan revolusi yang paling penting dicetak tebal.
Pendirian Komune Paris pada tahun 1871 yang hanya bertahan beberapa bulan sebelum dibubarkan oleh Tentara Perancis.
Revolusi komunis di Rusia pada tahun 1917, dikenal sebagai Revolusi Oktober yang sebenarnya bagian dari Revolusi Rusia. Revolusi ini dimenangkan oleh Kaum Bolshevik yang kemudian mendirikan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia, pendahulu Uni Soviet.
Revolusi Jerman tahun 1918-1919, dipimpin oleh Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht. Revolusi ini berakhir dengan kekalahan di pihak komunis.
Pendirian Republik Soviet Bavaria pada tahun 1919 yang tidak bertahan lama. Republik ini hanya sempat bertahan selama beberapa bulan sebelum dibubarkan oleh Tentara Jerman dan Freikorps.
Revolusi Hongaria tahun 1919, dipimpin oleh Béla Kun. Republik ini hanya bertahan selama lima bulan.
Revolusi Mongolia Luar 1921 yang dipimpin oleh Partai Revolusioner Rakyat Mongolia. Revolusi ini berhasil mengusir Republik Tiongkok yang menduduki Mongolia dan Pasukan Penjaga Putih pimpinan Baron Ungern dengan bantuan dari Tentara Merah Rusia.
Pemberontakan Petani Salvador 1932, dikenal sebagai la matanza 'pembantaian'. Pemberontakan ini dilakukan oleh orang Pipil dan kaum petani yang dipimpin oleh Farabundo Martí.
Revolusi Komunis Cina, tahap akhir Perang Sipil Cina (1926–1949), yang berakhir dengan kemenangan di pihak Partai Komunis Tiongkok di Tiongkok Daratan pada tahun 1949.
Perang Pembebasan Rakyat pada tahun 1941-1945 di Yugoslavia. Perang ini dikobarkan oleh para Partisan Yugoslav di bawah komando Josip Broz Tito dengan bekal dukungan dari Sekutu melawan serbuan Nazi Jerman dan Ustase Kroasia yang pro-Nazi. Para partisan yang berhasil memenangkan perang ini lalu mendirikan Republik Federal Sosialis Yugoslavia.
Revolusi Agustus tahun 1945 yang memicu berdirinya Republik Demokratik Vietnam.
Proklamasi Republik Demokratik Rakyat Korea pada tahun 1948, yaitu ketika Partai Buruh Korea yang dipimpin Kim Il-sung dan didukung Uni Soviet mengumumkan pendirian Republik Demokratik Rakyat Korea.
Revolusi Kuba tahun 1959, dipimpin oleh Fidel Castro dan Che Guevara yang menggulingkan kekuasaan Presiden Fulgencio Batista dan mendirikan pemerintahan sosialis di Kuba.
Les Trois Glorieuses tahun 1963 di Kongo, kudeta yang berhasil menggulingkan kekuasaan Fulbert Youlou. Kudeta ini dipimpin oleh Confédération Générale Aéfienne du Travail dan Union de la Jeunesse Congolaise, selanjutnya mendirikan Republik Rakyat Kongo.
Revolusi Indonesia dan dukungan Partai Komunis Indonesia untuk Presiden Sukarno yang berakhir saat Suharto dilantik sebagai pejabat presiden menggantikan Sukarno dan membersihkan hal-hal yang berbau PKI pada tahun 1965-1967.
C. Pendekatan Legalistik: Pemerintahan adalah gejala kekuasaan yang sah (kewenangan). Jadi kegiatan pemerintah selalu berkaitan dengan peraturan perundang yang berlaku. Gejala semacam itu dapat dipahami dengan pendekatan legalistik formal, dalam arti menggunakan rujukan berbagai peraturan yang digunakan pemerintah pada saat : Membuat kebijakan Memberikan pelayanan kepada masyarakat Menegakkan aturan
Pada saat menggunakan pendekatan legalistik, kajian ilmu pemerintahan dapat meminjam berbagai teori, paradigma, konsepm definisi yang digunakan ilmu hukum.
7. MEMAHAMI GEJ ALA PEMERINTAHAN MELALUI PARADIGMA
Selain metodologi sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini
berkembang pendekatan “baru” untuk memahami gejala pemerintahan, yakni menggunakan PARADIGMA.
Istilah paradigma mula-mula dikembangkan oleh sosiolog Robert K.
Merton. Paradigma secara umum diartikan sebagai MODEL atau SKEMA.
”A paradigm is a compact outline of the major concepts, assumption, procedures, propositions, and problems of subtantive area or a theorical approach in sociological analisys”, (Thedorson, George A and Achilles G. Theodorson, 1969, A Modern Dictionary of Sociology, A Barnes & Noble Reference Book, USA)
Penggunaan paradigma dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam
bukunya berjudul “The Strucrture of Scientific Revolutions.
MODEL PERUBAHAN PARADIGMA
Sumber : Thomas. S. Kuhn, 1970. The Structure of Scientific Revolutions, dimodifikasi
Paradigma
I
Pengetahuan yang normal
Penyimpangan Krisis Revolusi Paradigma II
Beberapa buku yang menggunakan paradigma sebagai pendekatan teoritis berkaitan dengan gejala pemerintahan, misalnya : 1) Osborne, David and Ted Gaebler, 1992, Reinvernting
Government-How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector. A Willam Patrick Book. USA.
2) Barzelay, Michael, 1992, Breaking Through Bureaucracy – A New Vision for Managing in Government. University California Press. USA.
3) Ingraham. Patricia W; Barbara S. Romzek and Associates. 1994. New Paradigm for Government – Issues for the Changing Public Service. Jossey-Bass Publisher. San Fransisco.
4) Garton, Neil, Editor, 1993. Bureaucracy: Three Paradigma. Kluwer Academi Publisher. USA.
Osborne dan Gaebler menawarkanparadigma REGOM sebagai antitesis dariparadigma birokrasi yang dikembangkan olehMax Weber. Intinya adalah pembaharuanmanajemen pemerintahan dengan menggunakansepuluh prinsip yang dipadukan dengan strategi5 C.
Barzelay (1992) bekerjasama dengan BabrakArmani menawarkan paradigmaPASCABIROKRASI (Post-BureaucraticParadigm), yang intinya mempengaruhi visidalam mengelola pemerintahan. (lihat tabelperbandingan paradigma)
Ingraham dan Romzek dkk (1994) menawarkan konsep pengelolaan pemerintahan baru yang disebutnya paradigma HOLLOW-STATE, dimana pekerjaan pemerintah akan lebih banyak dikontrakkan keluar (contracting out). Aparat pemerintah hanya menangani urusan yang benar-benar bersifat esensial.
Ciri lainnya dari para digma “hollow-state” adalah : 1) looking to the private sector for models of success; 2) the management environment of public organizations; 3) changing became the learning organization :
a. the end of hierarchy; b. govermental reliance on external expertise; c. the decline of confidence in science; d. decentralization of knowledge.
Garston (1993) mengemukakan tiga paradigma birokrasi yaitu : 1) Neoklasikal; 2) Marxis; 3) Institusionalis. Pada saat mempelajari gejala pemerintahan di satu negara atau daerah, perhatian paradigma yang digunakannya sehingga akan diperoleh analisis yang akurat, yang pada gilirannya akan diperoleh pengetahuan yang benar. Dalam hal ini kebenaran bukan hanya menurut pendapat pengkaji saja, melainkan kebenaran menurut kaidah-kaidah ilmiah maupun kebenaran menurut kalangan luas.
PERUBAHAN PARADIGMA DI BIDANG PEMERINTAHAN
1. Birokrasi (max Weber)
2. Sentralistik
Reinventing Government (Osborne & Gaebler)
Pasca birokrasi (Barzelay)
Desentralistik
3. Government Governance
4. Serbanegara Mekanisme Pasar
5. Demokrasi Perwakilan
Demokrasi Langsung
Privatisasi
SEPULUH PRINSIP REINVENTING GOVERNMENT 1. Pemerintahan Katalis : Lebih baik
mengendalikan daripada mengerjakan sendiri
2. Pemerintahan yang dimiliki oleh masyarakat: Memberdayakan daripada memberikan pelayanan
3. Pemerintahan Kompetitif : Memasukkan semangat kompetisi ke dalam pemberian pelayanan
4. Pemerintahan yang didorong oleh misi : Mentransformasi organisasi yang didorong oleh peraturan
5. Pemerintahan yang Berorientasi pada hasil: Membiayai nilaiguna, bukan input
6. Pemerintahan yang didorong oleh Pelanggan : mempertemukan kebutuhan pelanggan, bukan kebutuhan birokrasi.
7. Pemerintahan yang bersifat Aktif : menghasilkan daripada hanya menghabiskan anggaran.
8. Pemerintahan yang bersifat antisipatif : mencegah daripada mengobati
9. Pemerintahan yang terdesentralisasi : dari hirarkhi ke partisipasi dan tim kerja
10. Pemerintahan yang berorientasi pada pasar : mengungkit perubahan melalui pasar.
(11. Laksanakan prinsip secara bersama-sama dan
komprehensif)
TABEL PERBANDINGAN PARADIGMA
Nomor PARADIGMA BIROKRASI
PARADIGMA PASCABIROKRASI
1. Keinginan Publik Hasil-hasil nilai warganegara 2. Efisiensi Kualitas dan nilai 3. Administrasi Produksi 4. Pengendalian Mendorong ketaatan pada
norma 5. Fungsi,
kewenangan dan struktur spesifik
Mengidentifikasi misi, pelayanan, pelanggan, dan nilai guna
6. Membenarkan pembiayaan-pembiayaan
Memindahkan nilai
7. Menekankan pada tanggung jawab
Membangun akuntabilitas Memperkuat hubungan kerja
8. Mengikuti aturan dan prosedur
Memahami dan menerapkan norma Mengidentifikasi dan memecahkan masalah Terus menerus meningkatkan proses
9. Menjalankan sistem administrasi
Memisahkan pelayanan dari pengendalian Membangun dukungan berdasarkan norma Memperluas pilihan konsumen Mendorong tindakan kolektif Memberikan insentif Mengukur dan menganalisis hasil Memperkaya umpan balik
Sumber : Michael Barzelay, Breaking Through Bureaucracy
CATEGORY OF SOCIAL CHANGE
Level of Society Time
Dimension Micro
(Individual) Intermediate
(Group) Macro (Society)
Type 1 Type 3 Type 5 Short Term
(1) Attitude Change
(1) Normative change
(1) Invention-inovation
(2) Behaviour change
(2)Administrative change
(2) Revolution
Type 2 Type 4 Type 6 Long Term Life-cycle
change Organizational change
Sociocultural change
Source : Zaltman & Duncan, 1977, tabel 1.1. page 11.
Gambar : Model Transformasi semangat Kewirausahaan
bagi Sektor Publik. Disusun oleh : Sadu Wasistiono
1. Catalytic Government 2. Community – Owned
Government 3. Competitive Government 4. Mission – Driven Government 5. Result – Oriented Government 6. Customer – Driven Government 7. Enterprising Government 8. Anticipatory Government 9. Decentralized Government 10. Market – Oriented Government
Sektor Publik dgn Paradigma lama
Sektor Publik dgn Paradigma baru
Good Governanc
e
People become more - Welfare - Democrate
Work better & Costs Less (Common sense
Government)
Transformer
(4) Control Strategy
(5) Culture Strategy
(2) Consequences Strategy
THE FIVE S’s STRATEGY (1) Core Strategy
(3) Customer Strategy
Alasan kita membutuhkanberpikir sistem :
Meningkatnya kompleksitas di dalamkehidupan kita
Tumbuhnya saling ketergantungan didunia
Terjadinya revolusi di dalam teori danpraktek manajemen
Meningkatnya “kesadaran global” dan“lokal” di dalam pengambilan keputusan
Meningkatnya pengakuan pembelajaransebagai kunci kapabilitas organisasional
Apa yang dimaksud denganberpikir sistem ?
Berpikir sistem adalah sebuah disiplin yangsedang berkembang untuk memahamikompleksitas dan perubahan
Berpikir Sistem Memiliki Tiga Dimensi yaitu :
Paradigma; Bahasa; Metodologi.