SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X RESMIKAN DESA...
Transcript of SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X RESMIKAN DESA...
Sekapur Sirih
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan YME, atas Rahmat-Nya buletin
YPA-MDR edisi kedelapan pada tahun
2017 ini dapat terbit. Pada edisi kali ini
mengangkat berita utama mengenai
kegiatan Launching Rintisan Desa Wisata
Budaya Desa Tegalrejo, Kec.Gedangsari,
Kab.Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Selain itu juga membahas
prestasi yang berhasil diraih oleh
sekolah binaan. Pada rubrik jalan-jalan
kali ini membahas tentang objek wisata
flying fox terpanjang di asia tenggara .
Semoga buletin ini dapat bermanfaat
bagi pembacanya.
Herawati Prasetyo
Ketua Pengurus YPA-MDR
Edisi 8, Agustus 2017
rup Astra melalui Yayasan
Pendidikan Astra – Michael D. GRuslim (YPA-MDR) bersama
Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Sri Sultan
Hamengkubuwono X pada hari ini
(30/8) meresmikan Desa Tegalrejo,
Gedangsari, Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai
Desa Wisata Budaya dalam acara
“Pesona Gedangsari”. Turut hadir
pada acara ini Bupati Kab.
Gunungkidul Badingah, eksekutif dan
manajemen Grup Astra.
Berawal dari sebuah keinginan untuk
mengenalkan potensi Desa Tegalrejo
ke masyarakat luas, PT Astra
International Tbk melalui YPA-MDR
menjadi penggagas utama untuk
merintis sebuah desa wisata budaya
berkolaborasi dengan paguyuban
komite sekolah dan masyarakat yang
ada di Desa Tegalrejo. “Kecamatan
Gedangsari di Gunungkidul ini akan
menjadi model pusat pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat melalui potensi desa
wisata yang dipadukan dengan
budaya,” ujar Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengkubuwono X yang
meresmikan "Rintisan Desa Wisata
Budaya Tegalrejo, Gedangsari".
Bupati Gunungkidul Badingah juga
mengucapkan terima kasih kepada
Astra selaku penggagas untuk
merintis desa wisata budaya di Kec.
Gedangsari ini, “Untuk merintis Desa
Wisata Budaya, pemerintah tidak bisa
bergerak sendiri, tentunya kami
membutuhkan bantuan dari berbagai
pihak meliputi dunia usaha dan
masyarakat demi memajukan Kab.
Gunungkidul,” tutur Badingah.
PT Astra International melalui YPA-
MDR sejak 2006 mendukung
pendidikan di D.I.Y. sebesar Rp 48
miliar yaitu Rp 39 miliar untuk
Gunungkidul dan Rp 9 miliar untuk
Bantul. Dukungan senilai Rp 48 miliar
tersebut dalam bentuk
bersambung ke hal-2
SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X RESMIKAN DESA TEGALREJOJADI MODEL DESA WISATA BUDAYA
Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X (tengah kiri), Bupati Gunung Kidul Badingah (tengah kanan), Head Of Public Relations Division PT Astra International Tbk Riza Deliansyah,dan Ketua Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim Arietta Adrianti berjabat tangan erat yang menjadi simbolis peresmian "Rintisan Desa Wisata Budaya Gedangsari"
yang berlokasi di SMKN 2 Gedangsari, Desa Tegalrejo, Kec. Gedangsari, Kab. Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta hari ini (30/8).
EDITORIAL
Penanggung JawabHerawati Prasetyo
Kristanto
RedakturBudi, Rudy
Redaktur PelaksanaCahya Gumilar
Staf RedaksiYusup, Indah, Rahayu, Emil
Aranus, Devi, Dita
pembangunan fisik, pembinaan,
pelatihan, bantuan donasi, sarana
dan prasana untuk pendidikan atau
Astra Untuk Indonesia Cerdas.
Ketua Pengurus YPA-MDR Arietta
Adrianti menambahkan pembentukan
desa wisata budaya ini merupakan
wujud konkrit kepedulian Astra
melalui YPA-MDR di Kab. Gunungkidul
sejak 10 tahun yang lalu. “Dunia
pendidikan mampu berperan dan
berkontribusi pada pemberdayaan
masyarakat Gedangsari, khususnya
Desa Tegalrejo dimana terdapat 6
SDN, 1 SMPN, dan 1 SMKN Binaan
Astra menuju ekonomi kerakyatan,”
tuturnya.
Dalam acara ini juga akan diserahkan
2 Piagam Pemecahan Rekor MURI
Pertama: Membatik Lintas
Generasi/Usia Pertama di dunia dan
Pagelaran Busana Pertama di
Wanajati yang pertama di Indonesia
oleh Museum MURI kepada YPA-
MDR, Bupati Gunungkidul Badingah,
serta Indonesia Fashion Chamber
(IFC) dan disaksikan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono X.
Acara pun dilanjutkan di SMKN 2
Gedangsari untuk melakukan Gerakan
Penanaman Pohon Zat Pewarna Alam
oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X,
Arietta Adrianti, Badingah, Head of
Environment, Social & Responsibility
PT Astra International Tbk Riza
Deliansyah, Lions Clubs, FIF, dan
Camat Gedangsari dan diakhiri
dengan kunjungan ke Laboratorium
Zat Pewarna Alam SMKN 2
Gedangsari. Selain itu, masyarakat
yang hadir dihibur oleh penampilan
Parade Seni dan Budaya Gedangsari
seperti Wayang Kulit dan Reog Jatilan,
pameran kearifan lokal kerajinan
produk seperti kerajinan akar bambu
dan Kampung Batik, serta makanan
olahan seperti makanan berbahan
Garut/Kairut, Pisang, Singkong, dan
lain-lain.
Selaras dengan komitmen Astra
dalam program CSR pendidikan
melalui YPA-MDR di semua area
binaan di Indonesia adalah sekolah
dengan konsep Sekolah Eskalator,
yakni sekolah dengan pola pembinaan
dan pendampingan yang berjenjang
dan berkelanjutan yang dapat
berdampak pada pemberdayaan
masyarakat menuju kesejahteraan
masyarakat sekitarnya.
Peluncuran rintisan desa wisata
budaya yang bertempat di Desa
Tegalrejo ini ke depan diharapkan
dapat menjadi wilayah destinasi
wisata baru dengan segala
potensinya. Potensi tersebut
ditampilkan dengan adanya kampung
batik, parade seni dan budaya
Gedangsari, serta pameran kearifan
lokal kerajinan produk dan makanan
olahan khas Gedangsari, yang
bertujuan untuk memperlihatkan
potensi-potensi yang ada selain batik.
Dimana seluruh potensi tersebut juga
memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan ke depan.
Salah satu potensi di Yogya yang
secara umum diketahui masyarakat
tentu saja adalah batik. Di Kab.
Gunungkidul, dusun-dusun di
Gedangsari memiliki para pembatik
yang sangat berkembang dan para
pembatiknya telah mendapat
sertifikasi oleh Disnaker Yogyakarta,
bahkan Kec. Gedangsari memiliki
motif batik khas yang telah
dipatenkan. Maka kehadiran
Kampung Batik dalam rangkaian acara
“Pesona Gedangsari” sangat pas,
mengingat banyaknya karya siswa
binaan SD hingga SMKN, serta para
UKM Batik Gedangsari yang sudah
berkiprah dalam berbagai pameran,
promosi, dan penjualan di tingkat
daerah hingga taraf internasional.
Acara dimulai dengan “Pagelaran
Busana Pertama di Wanajati” yang
merupakan pagelaran busana
pertama di Indonesia dan diberikan
penghargaan oleh Museum MURI
atas pemecahan rekor tersebut.
Pagelaran busana ini juga
memperlihatkan keunggulan batik
yang ada di Desa Tegalrejo, Kec.
Gedangsari, Kab. Gunungkidul, dan
menghadirkan 90 looks yang
merupakan karya dari berbagai
desainer Indonesia Fashion Chamber
(IFC) seperti Lia Mustafa, Dany
Paraswati, Phillip Iswardono, Ratih
Kristiani, Amin Hendra, dan Dandy T.
Hidayat yang berkolaborasi dengan
siswa SMKN 2 Gedangsari. Dari total
tersebut, terdapat 60 looks yang
merupakan hasil kolaborasi Dandy
dengan siswa SMKN 2 Gedangsari
dari penggunaan material kain hingga
pengerjaannya.
Pemecahan Rekor MURI lainnya juga
dilakukan melalui kegiatan
“Membatik Lintas Generasi/Usia”
Hijaunya daun menjadi latar belakang pagelaran busana, kegiatan ini tercatat sebagai rekor dunia oleh rekor MURI sebagai kegiatan pertama di Indonesia yang sekaligus menandai peresmian "Rintisan Desa Wisata Budaya Gedangsari" yang bertempat
Desa Tegalrejo, Kec. Gedangsari, Kab. Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta hari ini (30/8)
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X (tengah), berdialog dengan para pembatik cilik yang berpartisipasi dalam pemecahan rekor dunia dari MURI untuk kegiatan
Membatiik Lintas Generasi.
ondisi sebagian besar guru di
Indonesia saat ini menerapkan Kmetode belajar di kelas kepada
peserta didik secara klasikal. Mereka
memberikan pelajaran kepada siswa
dengan tingkat kesulitan menengah
karena melihat daya serap siswa yang
berbeda-beda tingkatannya di kelas.
Namun, hal ini sebenarnya secara
tidak langsung mengabaikan
kemampuan yang dimiliki setiap
siswa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud), Muhadjir Effendy
mengungkapkan, pemerintah melalui
program Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) berupaya mengatasi
kelemahan dari metode
pembelajaran secara klasikal
tersebut. Setiap siswa, kata dia, harus
secara utuh diberikan perhatian
sebagai seseorang yang memiliki
kelebihannya masing-masing. “Setiap
orang itu memiliki karakter yang unik
yang tidak bisa disamakan satu sama
lain, setiap anak itu harus kita lihat
punya keistimewaan,” ujar
Mendikbud pada saat memberikan
sambutan dalam acara Silaturahim
Keluarga Besar Muhammadiyah
Sumatra Selatan di Palembang,
Sumatra Selatan, Selasa (1/8/2017).
Mendikbud mencontohkan, ada anak
dengan nilai mata pelajaran
matematika sepuluh tapi dia tidak
bisa mendapatkan nilai olahraga yang
baik atau ada anak dengan nilai
matematika lima tetapi memiliki
kemampuan bernyanyi dengan suara
yang bagus. Anak dengan nilai
matematika sepuluh, kata dia, tidak
menjamin masa depannya sukses
begitu juga dengan anak yang nilai
matematikanya lima belum tentu
nanti masa depannya gagal. “Kita ini
harus melihat seseorang itu dari
keunggulan yang dimiliki, jangan
melihat lemahnya,” tuturnya.
Mendikbud menegaskan, melalui
program PPK pemerintah berupaya
mengubah pola pikir yang keliru
selama ini tentang pendidikan
terlebih lagi pendidikan dasar. Ke
depan, kata dia, tugas berat guru
adalah memberikan perhatian yang
seutuhnya kepada siswa-siswanya.
Guru sebagai pendidik harus mampu
memberikan keteladanan,
memberikan inspirasi, dan
memotivasi siswa-siswanya.
MENDIKBUD: SETIAP SISWA ITU UNIK DAN ISTIMEWA
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P
pertama di dunia yang menjadi salah
satu rangkaian dalam acara “Pesona
Gedangsari”. Kegiatan ini didukung
oleh para pembatik mulai usia PAUD,
SD, SMP, SMA/SMK, hingga para
pembatik usia lanjut, dengan rentang
usia mulai 5 tahun sampai dengan
usia diatas 70 tahun yang semuanya
berjumlah sekitar 130 orang.
Sejak tahun 2006, Astra telah
membina telah memberikan kesiapan
berupa pelatihan dan pengembangan
budaya serta kecakapan hidup di 6
SDN, 1 SMPN, dan 1 SMKN yang ada
di Gedangsari. Salah satunya juga
dengan membantu meningkatkan
pelestarian batik dengan menyiapkan
fasilitas laboratorium mini zat
pewarna alam di SMKN 2 Gedangsari
yang bertujuan untuk menjadi tempat
pelatihan para siswa dan
masyarakat/UKM Batik agar dapat
memproduksi sendiri zat pewarna
alam tersebut. Terkait dengan hal
tersebut, secara simbolis dilakukan
Gerakan Penanaman Pohon Zat
Pewarna Alam di Gedangsari.
Sehubungan dengan Desa Tegalrejo
yang berpotensi menjadi tujuan
wisata baru, telah direncakan oleh
Dispora dan BLPT Provinsi DIY adanya
rintisan Teaching Factory
Perbengkelan Sepeda Motor Roda
Dua yang akan didukung oleh PT Astra
Honda Motor dan Astra Motor
Jakarta di SMKN 1 dan SMKN 2
Gedangsari yang dimana para
siswanya akan unjuk kebolehan demo
service motor roda yang merupakan
bagian dari acara “Pesona
Gedangsari”.
Dalam acara hari ini diserahkan 2 Piagam Rekor Dunia dari MURI yaitu Membatik Lintas Generasi dan Fashion Show in The Forest yang pertama di Indonesia oleh Perwakilan MURI kepada YPA-MDR yang diterima oleh Ketua Pengurus YPA-MDR Arietta Adrianti
(tengah) dan Sekretaris YPA-MDR Kristianto (kedua kiri) disaksikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang didampingi oleh Bupati Gunungkidul Badingah (pertama dari kanan).
Kunjungan Kunjungan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X ke pameran batik hasil karya
sekolah dan UMKM di Kecamatan Gedangsari
hidup dan seni budaya. Pembinaan
seni budaya bertujuan agar sekolah
dapat mencintai budaya daerahnya
masing-masing dan dapat
melestarikannya. Selain itu juga agar
sekolah dapat bersaing dan menjadi
juara dalam lomba yang diadakan
oleh Dinas. YPA-MDR bekerjasama
dengan pelatih yang berkompeten di
setiap wilayah binaan agar tujuan dari
pembinaan tersebut dapat tercapai.
Pembinaan yang dilakukan oleh YPA-
MDR nampaknya sudah membuahkan
hasil. hal tersebut dapat dilihat dari
prestasi-prestasi membanggakan
yang diraih oleh sekolah binaan, baik
tingkat kabupaten, provinsi maupun
nasional. prestasi tersebut tidak
hanya dalam bidang akademis, tetapi
juga bidang non akademis seperti
seni budaya. Semoga prestasi
tersebut dapat diikuti oleh sekolah
binaan YPA-MDR lainnya.
aerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) kembali menambah Ddestinasi wisata baru. Salah
satunya adalah wisata flying fox yang
ada di Kecamatan Gedangsari,
Kabupaten Gunungkidul, DIY.
Permainan ini disebut-sebut
terpanjang kedua di Asia Tenggara
berada di kawasan Green Village,
Gedangsari. Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengku Buwono X meresmikan
flying fox tersebut pada hari,
Rabu(30/8/2017).
Flying Fox Mertelu terletak di
kawasan Green Village Gedangsari,
Gunungkidul. Flying fox ini memiliki
panjang lintasan 625 meter. Dengan
lintasan sepanjang itu, pengunjung
bisa meluncur sampai kecepatan 80
kilometer per jam.
Selain panjang, keunggulan flying fox
ini adalah jaminan fasilitasnya yang
berstandar internasional. Teknologi
yang digunakan mengadopsi
teknologi Prancis. Sementara tali
lintasan didatangkan langsung dari
Inggris.
Start lintasan Flying Fox Mertelu
persis berada di Puncak Green Village
Gedangsari. Sementara akhir lintasan
ada di sisi timur kawasan Green
Village. Saat meluncur di flying fox,
pengunjung bisa melihat langsung
wilayah Klaten, Jawa Tengah dari atas.
Sejak beroperasi sekitar April
kemarin, sudah banyak wisatawan
mancanegara yang bermain flying fox
di sini. Jumlah wisatawan lokal yang
bermain flying fox juga membludak.
Baru dibuka Bulan April, di bulan itu
juga pengunjung jumlahnya mencapai
200 orang. Sementara kunjungan
terbanyak tahun ini terjadi saat libur
lebaran. Untuk biaya yang harus
dikeluarkan buat menikmati flying fox
terpanjang ini juga tidak banyak. Bagi
WNI cukup Rp 100 ribu per orang.
Sementara ongkos buat WNA hanya
Rp 150 ribu saja.
WISATA ADRENALIN DI GEDANGSARI YOGYAKARTA
SEKOLAH BINAAN KEMBALI BERPRESTASI DALAM BIDANG SENI BUDAYA
Tim Tari SMKN 1 Leuwiliang yang berhasil memenangkan Lomba Tari Kreasiyang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bogor
JALAN-JALAN
MKN 1 Leuwiliang yang
merupakan salah satu sekolah Sbinaan Yayasan Pendidikan
Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR)
di Kecamatan Leuwiliang – Kabupaten
Bogor ini mampu menunjukan
kemampuannya di bidang seni
budaya.
Siswi-siswi sekolah tersebut berhasil
menjadi juara 1 dalam Lomba yang
diselenggarakan oleh Dinas Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Bogor dalam
bidang Tari Kreasi tingkat Kabupaten.
Mereka berhasil menjadi yang terbaik
dengan mengalahkan 26 SMA
sederajat se-Kabupaten Bogor.
Pretasi ini merupakan hasil dari kerja
keras sekolah dan juga pembinaan
yang dilakukan oleh YPA-MDR. Dalam
mengikuti lomba tersebut, sekolah
sudah mempersiapkannya dengan
berlatih secara rutin setiap
minggunya. YPA-MDR melakukan
pembinan melalui empat pilar, yaitu
pilar akademis, karakter, kecakapan
Objek Wisata Flying Fox 625 yang berada di kawasan Green Village Gedangsari,Kec.Gedangsari, Kab.Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.