Sri Hartati (1203901)

download Sri Hartati (1203901)

of 17

description

zzzz

Transcript of Sri Hartati (1203901)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Peranan Guru Dalam Penanggulangan Krisis MoralDalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Padang, Desember 2013

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTingkat krisis moral yang terjadi di Indonesia semakin tinggi di era globalisasi ini. nilai-nilai budaya semakin memudar karena pengaruh globalisasi. Ilmu pengetahuan dan semakin canggihnya teknologi informatika mengakibatkan nilai-nilai dan norma-norma bangsa semakin lenyap pada masyarakat bangsa ini. nilai-nillai bangsa yang luhur dianggap sebagai kebudayaan yang kuno oleh masyarakat yang menganggap dirinya semakin maju, banyak pelanggaran-pelanggaran nilai/norma yang semakin memperihatinkan.Kasus-kasus pelanggaran nilai dan norma dari tahun ke tahun semakin meningkat. nilai-nilai budaya bangsa seperti, sikap ramah-tamah, saling menghormati, dan nilai gotong royong seakan terkikis dimakan zaman. Bahkan motto dari bangsa ini sendiri Bhineka Tunggal Ika yang sering didengung-dengungkan hanya tinggal dalam buku pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa-siswi bangsa ini. Merebaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkoba, tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang, merampas, menipu, mencari bocoran soal ujian, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain-lain sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena sudah menjurus kepada tindak kriminal. Kondisi ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru ( pendidik ), sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama para pelajar dan mahasiswa. Melihat banyakya fenome pelanggaran nillai yang dilakukan oleh para remaja, sangat mengkhawatirkan masyarakat. Remaja merupakan generasi penerus bangsa ini, yang akan menjadi penentu masa depan bangsa dimasa yang akan datang. Kalau mental bangsa ini sudah hancur, maka bangsa ini akan kehilangan identitas dirinya sebgai bangsa yang besar dan berdaulat.Banyak kasus-kasus asusila tersebut, banyak orang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sebenarnya paling besar memberi kontribusi terhadap situasi seperti ini. Masalah moral yang terjadi pada siswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru namun juga menjadi tanggung jawab seluruh pendidik. Guru sebagai tokoh sentral dalam pendidikan mempunyai peran penting dalam penanggulan krisis moral yang terjadi di tanah ibu pertiwi ini. Berdasarkan latar belakang di atas, melalui makalah ini kami ingin membahas tentang krisis moral dan peran guru dalam penanggulangan krisis moral.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa pengertian, penyebab dan dampak krisis moral?2. Apa upaya penanggulangan krisis moral?3. bangaimana saja peranan guru dalam penanggulangan krisis moral?

C. TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:1. Menjelaskan pengertian, penyebab dan dampak krisis moral.2. Menjelaskan upaya penanggulangan krisis moral.3. Menjelaskan peran guru dalam penanggulangan krisis moral

D. Manfaat penulisan.Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Dapat memberikan masukkan kepada para pendidik tentang cara-cara penanggulangan krisi moral yang terjadi di bangsa ini.2. Dapat memberikan penjelelasan tentang peranan guru dalam penanggulan krisi moral para peserta didik.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian, Penyebab, dan Dampak Krisis Moral1. Pengertian Krisis MoralKrisis dalam kamus umum bahasa Indoneria diartikaan sebagai kemelut atau keadaan yang genting. Dalam pandangan kami jika terjadi sebuah krisis maka perlu adanya solusi sebagai jalan penanggulangan agar krisis tersebut bisa diatasi dan menghasilkan jalan yang terbaik. Sedangkan moral berarti baik atau buruknya perbuatan dan kelakuan (akhlak). Dari segi etimologi kata moral berasal dari bahasa latin yaitu mores, jama dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia moral diterjemahkan dengan arti susila. Menurut istilah moral adalah ajaran tentang tindakan seseorang, dalam hal sifat perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah baik atau buruk. Jadi krisis moral adalah kondisi dimana moral sudah berada dalam keadaan genting dan perlu penanganan atau solusi sebagai jalan penanggulangan agar krisis tersebut dapat diatasi dan menghasilkan jalan yang terbaik.2. Penyebab Krisis MoralFenomena yang kita lihat sekarang ini menunjukkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya berhasil mewujudkan tujuan dari pendidikan itu sendiri yakni membentuk manusia seutuhnya, yang berakhlak mulia. Bagaimana tidak, gejala kemorosotan moral dan akhlak di kalangan masyarakat sudah mulai meresahkan. Sikap kasih sayang, saling tolong menolong dan menghargai, kejujuran dan keadilan tinggal slogan belaka. Menurut Abuddin Nata dalam Triyana (2012:3), yang menjadi akar permasalahan krisis moral dalam masyarakat sangat banyak, yang terpenting sekali antara lain :a. Krisis moral terjadi karena longgarnya pegangan terhadap agama yang menjadi pegangan diri dari dalam (self control) dan lemahnya kekuatan hukum dalam masyarakat sebagai kontrol sosial.b. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dijalankan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat.c. Derasnya budaya hidup materialistik, hedonis dan sekularistik dalam masyarakat.d. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah

Sedangkan Muchtar Lubis dalam Baraktu (2008: 197), menjelaskan bahwa penyebab krisis moral, khususnya pada kalangan kaum terpelajar adalah dari sudut pandang budaya. Mukhtar Lubis melukiskan bahwa manusia Indonesia adalah hipokrit atau munafik, enggan bertanggung jawab atas keputusannya, berjiwa feodal, percaya tahayul, artistik dan berwatak lemah. Sifat-sifat negatif tadi yang ditengarai sebagai penyebab timbulnya perilaku tidak terpuji seperti korupsi, tidak disiplin, kemauan belajar yang lemah, suka menyontek, tawuran dan kenakalan lainnya.Disamping penyebab-penyeba yang diuraikan diatas, Barakatu dalam jurnalnya menjelaskan bahwa kemerosotan moral/ krisis moral juga disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :a. Disonansi kognitifPertentangan realitas dengan kode moral. Contohnya : pelaksanaan ujian yang penuh dengan kecurangan akan mendistorsi ajaran moral, seperti kejujuran yang diperoleh siswa dalam kelas.b. Krisis keteladananSiswa membutuhkan tokoh idola/ panutan, atau model yang dapat dijadikan tauladan atau contoh, dan itu tidak mereka dapatkan. Karena banyak orang-orang yang sepatutnya menjadi tauladan malah berperilaku tidak baik.c. Kebingungan identitasPada masa remaja, siswa akan mengalami krisis identitas berkaitan dengan peran yang akan dimainkannya dalam masyarakat. Mereka kebingungan dan galau dalam menghadapi realitas yang ada, yang kadangkala untuk mengatasi kecemasan tersebut mereka cenderung berontak dari otoritas yang dibuat oleh orang tua, sekolah dan masyarakat. Tindakan pemberontakan ini sebenarnya refleksi dari kebingungan mereka dengan jati diri, dan sering kali diikuti dengan tindak kekerasan dan penyaluran yang menyimpang.

d. Relativisme moralRelativisme moral beranggapan bahwa nilai moral bersifat relatif. Individu dapat saja menganggap benar apa saja yang dilakukannya,moral tergantung pada persepsi pandangan setiap individu.e. PermisivismePermisivisme adalah gaya hidup yang membolehkan segalanya tanpa ikatan norma apapun, termasuk norma moral.f. Gaya hidup hedonismeHedonisme adalah gaya hidup yang menghalalkan segala cara untuk mendpatkan materi yang dapat memberikan kenikmatan.

3. Dampak Krisis MoralKrisis moral di kalangan pelajar sebenarnya lebih banyak dampak negatifnya. Adapun dampak negatif tersebut terdiri atas: a. Dampak Internal Kemiskinan mental pelajar itu sendiri Masa depan suram

b. Dampak Eksternal Dampak negatif untuk lingkungan sekolah Dampak negatif untuk lingkungan keluarga Dampak negatif untuk lingkungan masyarakat

B. Upaya Penanggulangan Krisis MoralSejalan dengan penyebab krisis moral dalam kalangan pelajar, maka upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulanginya menurut Triyana (2010:5) adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :1. Pendidikan akhlak dengan menetapkan pelaksanaan pendidikan agama baik di rumah, di sekolah maupun dalam masyarakat.2. Mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran.Pengajaran merupakan proses transfer pengetahuan, ketermpilan dan pengalaman dalam rangka mencerdaskan akal dan memberikan keterampilan. Sedangkan pendidikan merupakan upaya pembentukan kepribadian, sikap, pola hidup berdasarkan nilai-nilai luhur3. Pendidikan akhlak tidak hanya tanggung jawab guru agama saja, tapi semua guru bidang studi4. Pendidikan akhlak harus didukung oleh kerja sama yang kompak dan usaha yang sungguh-sungguh dari keluarga, sekolah dan masyarakat.5. Pendidikan akhlak haruslah menggunakan berbagai kesempatan dan sarana, termasuk teknologi canggih sebagai sarana.

C. Peran Guru dalam Penanggulangan Krisis Moral.Membicarakan tentang peranan guru, kita tidak akan terlepas dari perilaku yang diharapkan dari seorang guru. Adapun peranan guru menurut Damsar (2011: 155) memiliki fungsi, yakni fungsi manifes dan fungsi laten.1. Fungsi manifesYaitu fungsi yang diharapkan , disengaja dan disadari dari guru oleh masyarakat pada suatu ruang;a. Guru sebagai pengajarb. Guru sebagai pendidikc. Guru sebagai teladand. Guru sebagai motivator

2. Fungsi latena. Guru sebagai pelabelb. Guru sebagai penyambung lidah kelas menengah atasc. Guru sebagai pengekal status quo.Melihat fungsi manifes guru diatas, guru profesional memiliki peranan strategis dalam penanggulangan krisis moral pada pelajar. Guru professional harus sadar bahawa anak-anak yang datang ke sekolah telah mempelajari pendidikan moral di rumah dari keluarga dan masyarakat. Ini bermakna anak-anak telah mempunyai sikap, kepercayaan dan tabiat tentang moral yang dipelajari mereka daripada berbagai sumber sebelum mereka ke sekolah. Latar belakang ini mewujudkan berbagai persoalan moral dari segi pengetahuan dan prinsip hidup anak-anak. Guru juga harus sadar bahwa sekolah itu sendiri merupakan sumber pembelajaran moral secara tidak langsung. Suasana sosial di sekolah dan bagaimana guru-guru bertingkah laku akan memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada pembelajaran moral anak-anak di sekolah. Anak-anak yang belajar di sekolah ternama dan tinggi penghayatan moralnya sudah tentu lebih beruntung dan lebih mudah proses pemupukan nilai dilakukan dibandingkan dengan sekolah yang sebaliknya. Guru Profesional harus menerima hakikat bahawa nilai-nilai moral sudah tertanam dalam diri siswa. Guru haruslah bersedia untuk mengajar dengan mengambil kira pengetahuan dan pembelajaran moral yang ada. Guru dikehendaki mengembangkan pengetahuan moral murid-murid ini dan membimbing mereka semasa pengajaran dilaksanakan. Pendidikan di sekolah digunakan untuk mengembangkan pengetahuan moral anak-anak ke arah mencapai kesuksesan kurikulum untuk melahirkan individu yang bermoral,beretika dan berakhlak tinggi.Selain itu, guru Profesional haruslah bertanggungjawab menyalurkan objektif- objektif seiring dengan penerapan nilai-nilai murni Pendidikan di kalangan anak didiknya. Nilai-nilai murni diterapkan bukan saja dalam mata pelajaran Pendidikan tertentu tetapi juga dalam semua mata pelajaran yang lain. Berdasarkan prinsip kesepaduan unsur-unsur ini yang membolehkan potensi individu berkembang secara menyeluruh dan seimbang. Justru itu, untuk mencapai Pendidikan yang sukses, pelajar-pelajar sekolah akan diberi peluang menghayati nilai-nilai murni serta mengamalkannya dalam kehidupan mereka melalui kegiatan belajar-mengajar melalui mata pelajaran-mata pelajaran secara tidak langsung.Pembelajaran yang dapat dilakukan menggunakan model terintegrasi dan model di luar pengajaran. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara guru sebagai tim pengajar dengan pihak-pihak luar yang terkait. Antara moral dan etika sebenarnya tidak sama. Moral adalah hal yang mengatakan bagaimana kita hidup. Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik ( Suseno, 2000:14-17).Guru mempunyai peranan strategis dalam upaya peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi pembelajaran. Oleh karena itu peningkatan profesionalisme seorang guru merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakan. Ini mengingat banyaknya tuntutan dan harapan masyarakat terhadap perubahan dalam sistem pembelajaran. Sejalan dengan hal itu , tuntutan peningkatan kemampuan guru semakin besar. Dalam kondisi demikian, seorang guru harus mampu meningkatkan mutu serta kemampuan untuk membina moral dan suri tauladan kepada siswanya. Masalah guru merupakan topik yang tidak habis-habisnya menjadi buah bibir masyarakat. Bahkan, dalam forum ilmiahpun masalah itu menjadi bahan perdebatan. Ini merupakan indikasi bahwa dibenak guru ada beberapa masalah yang perlu dipecahkan dalam menjalankan tugas sebagai pengajar. Apalagi peran guru merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam melakukan tranformasi ilmu serta internalisasi etika dan moral.Seorang guru yang profesional harus mampu memiliki persyarakatan minimal antara lain, memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuni, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan anak didiknya, memiliki jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya dan melakukan pengembangan diri secara terus menerus (Continous improvemen) melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar. Dengan demikian tugas guru bukan lagi sebagai knowledge base tetapi sebagai competency based, yang menekankan pada penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan nilai- nilai etika dan moral.Dengan profesionalisasi guru, maka guru bukan lagi sebagai pengajar tetapi tugas guru beralih menjadi Coach, Conselor dan learning manager. Sebagai coach, seorang guru harus mampu mendorong siswanya untuk menguasai konsep-konsep keilmuan, memotivasi untuk mencapai prestasi siswa setinggi-tingginya serta membantu untuk menghargai nilai-nilai dan konsep-konsep keilmuan. Sebagai conselor, guru berperan sebagai sahabat dan teladan dalam pribadi siswa serta mengundang rasa hormat dan keakraban pada diri siswa. Sebagai manager, guru membimbing siswanya untuk belajar, mengambil prakarsa dan mengekspresikan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia.

BAB IIIPENUTUTP

A. KesimpulanKrisis moral adalah kondisi dimana moral sudah berada dalam keadaan genting dan perlu penanganan atau solusi sebagai jalan penanggulangan agar krisis tersebut dapat diatasi dan menghasilkan jalan yang terbaik. Krisis moral di kalangan pelajar disebabkan diantaranya oleh : krisis keteladanan, disonansi kognintif, relativisme moral, kebingungan identitas, premisivme dan gaya hidup hedonis, krisis moral ini berdampak pada lingkungan internal dan ekstenal pelajar itu sendiri. Untuk menanggulangi krisis tersebut perlu adanya kerja sama yang baik antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembetukan moral anak. Guru sebagai salah satu agen profesional, harusnya menyadari peran dan fungsinya agar dapat memberikan pendidikan dan pengajaran moral kepada peserta didik. Tanggung jawab pendidikan moral kepada peserta didik tidak hanya pada guru agama, tapi juga merupakan tanggung jawab semua guru mata pelajaran.

B. SaranUntuk menanggulangi krisis moral pada pelajar, yang notabenenya adalah generasi penerus bangsa, perlu adanya kerja sama yang kompak dan kontiu antara tiga jalur pendidikan, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Sekolah sebagai salah satu agen pembentukan moral anak, yang dilaksanakan oleh guru profesional, hendaknya tidak hanya membebankan tugas dan tanggung jawab pembentukan moral anak kepada guru agama atau guru budi pekerti saja, tapi pembentukan moral anak harusnya menjadi tanggungjawab semua guru mata pelajaran.

DAFTAR PUSTAKABarakatu, Abdul Rahman, (2008) Pendidikan Moral. Antara Harapan dan Realitas. Jurnal Lentera Pendidikan, vlol 11 No. 2 Desember 2008: 193-205.Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Gruoup.Suseno-Franz Magnis. 2000. Etika Dasar. Yogyakarta. KanisiusTriyana. (2010). Peran Pendidikan dalam Pembentukan Moral. Makalah.

MAKALAHPERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN KRISIS MORAL

Dosen Pengampu:PROF. Dr.NIZWARDI JALINUS, M.Ed

Disusun oleh :SRI HARTATI1203901

PROGRAM PASCA SARJANAJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALPROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANUNIVERSITAS NEGERI PADANG2013

16