Sri Apriyanti Husain_UAS_Teori Akuntansi

33
MENGUNGKAP AGENCY PROBLEM PADA KONTRAK MURABAHAH AL- WAKALAH DI PERBANKAN SYARIAH Sri Apriyanti Husain Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono, No. 165 Malang, 65145 [email protected] Abstrak Murabahah merupakan akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Al-Wakalah atau Al-Wikalah berarti Al-Tafwidh (penyerahan, pendelegasian, dan pemberian mandat). Secara bahasa Al-Wakalah didefinisikan sebagai sebuah transaksi dimana seseorang menunjuk untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaannya. Dalam kontrak Murabahah, pihak bank sebagai principal boleh mewakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang diinginkan oleh nasabah. Namun dalam prakteknya, sering kali menimbulkan agency problem berupa ketidakseimbangan informasi antara pihak principal dan agen. Secara spesifik, Agency problem yang terjadi dalam kontrak Murabahah Al-Wakalah adalah ketika pihak agen bertindak mengabaikan hubungan kontraktual dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan prinsip syariah ataupun kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Stiglitz (1992) menyatakan bahwa permasalahan antara pricipal dan agent terjadi ketika dalam hubungan tersebut memiliki imperfect information. Artikel ini akan mengungkap agency problem pada kontrak Murabahah Al-Wakalah Kata Kunci: Murabahah, Wakalah, Agency Problem, Bank Syariah

description

Murabahah

Transcript of Sri Apriyanti Husain_UAS_Teori Akuntansi

MENGUNGKAP AGENCY PROBLEM PADA KONTRAK MURABAHAH AL-WAKALAH DI PERBANKAN SYARIAHSri Apriyanti Husain

Universitas BrawijayaJl. MT. Haryono, No. 165 Malang, [email protected] merupakan akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Al-Wakalah atau Al-Wikalah berarti Al-Tafwidh (penyerahan, pendelegasian, dan pemberian mandat). Secara bahasa Al-Wakalah didefinisikan sebagai sebuah transaksi dimana seseorang menunjuk untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaannya. Dalam kontrak Murabahah, pihak bank sebagai principal boleh mewakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang diinginkan oleh nasabah. Namun dalam prakteknya, sering kali menimbulkan agency problem berupa ketidakseimbangan informasi antara pihak principal dan agen.Secara spesifik, Agency problem yang terjadi dalam kontrakMurabahah Al-Wakalahadalah ketika pihak agen bertindak mengabaikan hubungan kontraktual dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan prinsip syariah ataupun kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Stiglitz (1992) menyatakan bahwa permasalahan antara pricipaldanagentterjadi ketika dalam hubungan tersebut memiliki imperfect information. Artikel ini akan mengungkap agency problem pada kontrak Murabahah Al-WakalahKata Kunci: Murabahah, Wakalah, Agency Problem, Bank SyariahAbstractMurabahah is a sale and purchase agreement on certain goods, which the seller said the purchase price of the goods to the buyer then sold to the purchaser by requiring the expected profit corresponding amount. Al-Wakalah or Al-Wikalah means Al-Tafwidh (submission, delegation, and mandate). In language Al-Wakalah is defined as a transaction in which a person appointed to replace in doing his job. In a Murabaha contract, the bank as the principal may delegate to customers to buy their own goods desired by the customer. However, in practice, often give rise to agency problems such as imbalance of information between the principal and the agent.

Specifically, the Agency problem that occurs in Al-Wakalah Murabaha contract is when the agent acts ignore the contractual relationship and push for action not based on Islamic principles or agreement between the bank and the customer. Stiglitz (1992) states that the problems between the pricipal and agent occurs when the relationship has imperfect information. This article will reveal the agency problem on the contract Murabaha Al-Wakalah

Keywords: Murabahah, Wakalah, Agency Problem, Islamic BankingPENDAHULUAN

Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam. Ekonomi Islam bersifat muamalah, artinya ekonomi Islam selalu berhubungan dengan manusia. Perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya sebagai bagian dari roda kehidupan ekonomi dunia. Hal ini ditujukkan dengan banyaknya bank-bank konvensional yang mulai merambah dan membuka cabang baru dengan nuansa syariah dengan sistem bagi hasil.Keunggulan sistem bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah ini membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, karena selain memicu lahirnya bank-bank baru dengan sistem syariah, juga banyak perbankan konvensional yang membuka cabang syariah, bahkan beberapa bank konvensional melakukan konversi total ke sistem syariah seperti Bank Mandiri, mempunyai Bank Syariah Mandiri, begitu pula Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, mempunyai divisi syariah ataupun Bank Syariah. Bank-bank swasta pun telah memperlakukanDual Banking System, seperti Bank Niaga, Bank IFI, Bank Permata, BCA maupun bank-bank pemerintah, BUMN, maupun bank swasta lainnya. Bukti nyata eksistensi perbankan syariah di tengah krisis ekonomi global adalah pada periode tersebut Bank Muamalat justru berhasil membukukan laba lebih dari 300 Milyard (Fachrizal, 2009).Diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang terbit pada tanggal 16 Juli 2008, semakin memperjelas bahwa Perbankan Syariah di Indonesia semakin mempunyai landasan hukum dan peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Selain itu juga kenyataan membuktikan bahwa perbankan syariah cukup berhasil bertahan dalam krisis moneter yang mengguncang perbankan nasional.Peranan perbankan syariah dalam aktivitas ekonomi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Bank syariah juga berperan sebagai lembaga intermeditary yaitu lembaga keuangan yang memediasi antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, selain itu juga bank syariah tetap berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Namun hal yang paling mendasari perbedaan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional adalah prinsip-prinsip opersional yang digunakan dalam transaksi keuangan.Sama halnya prinsip muamalah, semua jenis transaksi pada dasarnya diperbolehkan sepanjang tidak mengandung unsur riba, gharar, ataupun maisir. Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan perbankan syariah harus mengikuti mekanisme bagi hasil sebagai pemenuhan kegiatan permodalan, serta investasi berdasarkan imbalan melalui mekanisme jual-beli sebagai pemenuhan dalam pembiayaan.Pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan mekanisme jual beli umumnya dikenal ada tiga jenis yaitu murabahah, salam, dan istishna. Menurut Antonio dalam bukunya akuntansi perbankan dari teori ke praktik, menurut sifat penggunaanya pembiayaan pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumstif. Yang termasuk dalam pembiayaan produktif adalah mudharabah dan musyarakah sedangkan murabahah sendiri termasuk dalam pembiayaan konsumtif.Hampir di seluruh dunia bahkan di Indonesia murabahah masih menjadi The Queen Of Finance in The Bank. Padahal pembiayaan yang dianjurkan dalam Islam adalah pembiayaan bagi hasil yang dalam hal ini adalah mudharabah dan musyarakah namun pada kenyataannya, pembiayaan murabahahlah yang paling banyak digunakan dalam perbankan syariah (Husain: 2013).Berdasarkan data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir tahun 2014, total pembiayaan syariah berjumlah Rp. 22,54 triliun atau tumbuh 0,85% ketimbang tahu sebelumnya Rp. 22,35 triliun. Pembiayaan syariah tersebut mayoritas disumbangkan dari jenis murabahah yaitu Rp. 20,42 triliun atau 90,59% dari total penyaluran kredit.kemudian diikuti oleh pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik sesar Rp. 1,89 triliun atau 8,38%, pembiayaan Ijarah sebanyak 222,95 miliar atau 0,98% dan pembiayaan Hiwalah yang hanya Rp. 2,56 miliar atau 0,005%.Meskipun dinyatakan bahwa akadmurabahahtidak melanggar syariah akan tetapi sistem pembiayaan ini sangat mirip dengan kredit pada bank konvensional. Sebagaimana dinyatakan olehSiddiqi (1983), Saya khawatir dalam prakteknya hal ini (murabahah) akan menyerupai transaksi-transaksi berdasarkan bunga secara terselubung.Dalam paradigma konvensional, kontrakmurabahah al-wakalah termasuk dalam hubunganagencyatau agency relationship. Agency relationshipadalah proses pendelegasian wewenang oleh pemilik perusahaan kepada pihak manajemen untuk mengelola dan mengambil berbagai kebijakan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitian mengartikanagency relationship sebagai perjanjian kontrak antara satu atau beberapa orang(principal/ pemilik perusahaan) dengan orang lain sebagai wakil (agent/ manajemen) yang diberikan wewenang menjalankan tugas untuk kepentinganprincipaltermasuk wewenang dalam mengambil keputusan.Secara spesifikagency problemyang terjadi dalam kontrakmurabahah al-wakalahadalah pihak agen mengabaikan hubungan kontraktual dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan prinsip syariah dan kesepakatan antara pihak bank. Sebuah pertanyaan mungkin bisa dijadikan cerminan, apa bedanya kredit dibank syariah dengan bank konvensional? ambil contoh kredit (pembiayaan) multiguna, bank syariah akan menggelontorkan sejumlah dana kepada debitur, lalu disuruh mengembalikan dengan nominal yang lebih besar. Sama saja bukan?. Artikel ini akan mengungkap agency problem pada kontrak murabahah al-wakalah di perbankan syariah.PEMBAHASAN

1) Sekilas Tentang MurabahahMurabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102). Menurut Ayub dalam bukunya Widodo (2010: 19), murabahah berasal dari kata ribh yang berarti keuntungan, laba, atau tambahan. Akad murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga asal dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dimana pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (Warsono dan Jufri : 2011).Menurut Gozali (2005: 94) mendefinisikan pengertian murabahah adalah sebagai berikut: Suatu perjanjian yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya dalam bentuk barang yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu dan mekanisme pembayaran yang ditetapkan sebelumnya pada awal.Murabahah menurut Ascarya (2007: 81) menyatakan bahwa: murabahah adalah istilah dalam fiqih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Khan dalam bukunya Widodo (2010), Murabahah sebagai metoda (mode) pembiayaan pada awalnya muncul saat dipergunakan oleh Islamic Development Bank (IDB) dalam operasional usahanya pada tahun 1975.2) Landasan Hukum MurabahahAdapun landasan hukum murabahah yaitu:((((((((((( ((((((((( (((((((((( (( (((((((((((( (((((((((((( ((((((((( ((((((((((((( (((( ((( ((((((( ((((((((( ((( ((((((( (((((((( ( (((( (((((((((((( ((((((((((( ( (((( (((( ((((( (((((( (((((((( (((( Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa: 29)Pada QS. Al-Baqarah ayat 275 Allah Subhanallahu wataala berfirman:

(((( (((((((( (((( (((((((((( (((((((( (((((((((((( (Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.. (QS. Al-Baqarah : 275)

Dalam QS. Al-Maidah ayat 1 Allah Subhanallahu wataala berfirman:

((((((((((( ((((((((( ((((((((((( ((((((((( ((((((((((((( ( Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu... (QS. Al-Maidah: 1)Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi Wassallam pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih." Riwayat al-Bazzar. Hadits shahih menurut Hakim.Dari Abu Said Al-Khudri, Rasulullah ShalallahuAlaihi Wassalam bersabda: Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan Shahih menurut Ibnu Hibban).Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat, dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya. (HR. Muslim).Hadis Nabi riwayat Abd Al-Raziq dari Zaid bin Aslam: Rasulullah ShalallahuAlaihi Wassalam ditanya tentang urban (uang muka) dalam jual beli, maka belah menghalalkannya.3) Ketentuan MurabahahDalam aktivitasnya, murabahah pada dasarnya memiliki ketentuan-ketentuan yang harus diikuti. Adapun ketentuan murabahah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSN-MUI/IV/2000, yakni sebagai berikut:

a) Ketentuan Umum Murabahah Dalam Bank Syariah

Adapun ketentuan umum murabahah dalam bank syariah yaitu:

(1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

(2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam.

(3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

(4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah da bebas riba.

(5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

(6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

(7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

(8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

(9) Jika bank hendak mewakilkan barang kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.

b) Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah

Adapun ketentuan umum murabahah dalam bank syariah yaitu:

(1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian satu barang atau aset kepada bank.

(2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

(3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut megikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

(4) Dalam jual beli ini dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

(5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

(6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

(7) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:

(a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.(b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

4) Karakteristik Pembiayaan MurabahahAdapun karakteristik pembiayaan murabahah berdasarkan PSAK 102 yaitu Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli.Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.5) Sekilas Tentang WakalahAl-Wakalah atau al-wikalah atau at-tahwidh artinya penyerahan, pendelegasianatau pemberian mandat (Sabiq: 2008). Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sebabnya adalah tidak semua hal dapat diwakilkan contohnya salat, puasa, bersuci, qishash, tala, dan lain sebagainya (Sri Nurhayati dan Washilah, 2013: 257).Al-Ustadz H. Idris sedikit menggambarkan dalam bukunya Fiqh menurut Madzhab Syafii beberapa hal tentang wakalah. Disini beliau mengistilahkan wakalah dengan berwakil. Berwakil menurut logat artinya menyerahkan sesuatu. Dalam istilah syara berarti seseorang yang menyerahkan sesuatu urusannya kepada orang lain, pada apa yang boleh diwakilkan menurut syara, agar orang yang mewakilkan itu dapat melakukan sesuatu yang diserahkan kepadanya selagi yang menyerahkan itu masih hidup.

Perwakilan sah dilakukan pada permasalahan jual beli, kawin, thalak, memberi, menggadai dan suatu barang yang berhubungan dengan muamalah. Beberapa ahli, baik dari kalangan dunia perbankan maupun ulama mengungkapkan beberapa pendapat tentang pengertian wakalah dengan redaksi yang bervariasi. Hashbi ash-Shiddieqy mengatakan bahwa wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak (bertasharruf). Sayyid Sabiq mengatakan bahwa wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Senada dengan rumusan tersebut, ulama Malikiyah berpendapat bahwa wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya kepada orang lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya yang tindakan itu tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah mati, sebab bila dikaitkan dengan tindakan setelah mati, berarti sudah berbentuk wasiat. Dengan istilah lain, ulama Hanafiah merumuskan bahwa wakalah itu berarti seseorang mempercayakan orang lain menjadi jati dirinya untuk bertasharruf pada bidang-bidang tertentu yang boleh diwakilkan.Dalam konteks perbankan, Wirdiyaningsih mendefinisikan al-wakalah yaitu jasa melakukan tindakan/ pekerjaan mewakili nasabah sebagai pemberi kuasa. Untuk mewakili nasabah melakukan tindakan/pekerjaan tersebut nasabah diminta untuk mendepositokan dana secukupnya.

Wakalah (perwakilan) yaitu pengalihan kewenangan perihal harta dan perbuatan tertentu dari seseorang kepada orang lain untuk mengambil tindakan tertentu dalam hidupnya. Terdiri dari wakil dan muwakil (yang diwakili) yang harus memiliki kecakapan bertasharruf (bertindak) yang sempurna dan dilaksanakan dalam bentuk akad berupa ijab dan qabul. Dengan demikian harus jelas obyek dan tujuan akad tersebut. Biasanya, wakil memiliki hak untuk mendapatkan upah.

Helmi Karim memberikan definisi wakalah yaitu perlindungan (al-hifzh), percukupan (al-kifayah), tanggungan (al-dhaman), atau pendelegasian (al-tafwidh), yang diartikan pula dengan memberikan kuasa atau mewakilkan.6) Murabahah Al-WakalahSeperti penjelasan diatas murabahah merupakan akad jual beliatas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad murabahah, penjual menjual barangnya kepada nasabah atau pihak yang membeli dengan meminta kelebiahan atas harga beli dengan harga jual.Sedangkan secara bahasa al-wakalah atau al-wikalah berarti al-tafwidh (penyerahan, pendelegasian, dan pemberian mandat) .Secara bahasa ,al-wakalah didefinisikan sebagai sebuah transaksi dimana seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaannya.Dalam wakalah sebenarnya pemilik urusan (muwakkil) itu dapat secara sah untuk mengerjakan pekerjaanyasecara sendiri .Namun, karena ada sesuatu dan lain hal urusan itu diserahkan kepada orang lain yang dipandang mampu untuk menggantikannya. Oleh karena itu, jika seseorang (muwakkil) itu orang yang tidak ahli untuk mengerjakan urusannya itu seperti orang gila atau anak kecil maka tidak sah untuk mewakilkan orang lain Contoh kasus wakalah seseorang mewakilkan kepada orang lain untuk bertindak sebagai wali nikah dalam pernikahan anak perempuannya.Ijma ulama membolehkan wakalah karena wakalah dipandang sebagai tolong menolong atas dasar kebaikan dan takwa yang diperintahkan Allah SWT dan Allah SWT perfirman adalah Surat Al- Maidah ayat 2

Ada Beberapa Rukun yang harus dipenuhi dalam wakalah1) Orang yang mewakilkan (muwakkil), syaratnya dia berstatus sebagai pemilik urusan atau benda dan menguasai serta dapat bertindak terhadap harta tersebut dengan dirinya sendiri. Jika muwakkil itu bukan pemiliknya atau bukan orang yang ahli maka batal. Dalam hal ini maka anak kecil dan orang gila tidak sah jadi muwakkil karena tidak termasuk orang yang berhak untuk bertindak.2) Wakil (orang yang mewakili), syaratnya ialah orang yang barakal. Jika ia idiot, gila atau belum dewasa maka batal. Tapi menurut hanafiyah anak kecil yang cerdas (dapat membedakan yang baik dan yang buruk) sah menjadi wakil alasannya bahwa AmrSayydiyah Ummu Salamah mengawinkan ibunya kepada Rasullulah, saat itu masih kecil yang belum baliq.3) Muwakkalfih (sesuatu yang diwakilkan)

a) Pekerjaan atau urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang lain.b) Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah .oleh karena itu tidak sah berwakil menjual sesuatu yang belum dimilikinyac) Pekerjaan itu diketahui secara jelas Maka tidak sah mewakilkan sesuai yang masih sama seperti aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk mengawini anakku.d) Shigat yang diiringi kerelaan dari mewakil saya wakilkan atau serahkan pekerjaan ini kepada kamu untuk mengerjakan pekerjaan ini kemudian diterima oleh wakil.seandainya si wakil tidak mengucapkan kabul tetap dianggap sah.Jika dilihat dari kasus Murabahah al-wakalah, hal termasuk pembiayaan multi akad dan diperbolehkan dalam ajaran islam dengan catatan akad-akad tersebut bersifat independen meskipun memiliki keterkaitan satu sama lain.Menanggapi hal tersebut, Anas bin Malik mengatakan bahwa jika seseorang membeli sebuah barang dari orang lain dengan harga beli tunai 15 dinar atau harga beli 20 dinar kredit, maka transaksi tersebut tidak sah jika kedua akad itu (yaitu beli tunai dan beli kredit) menyatu dalam satu kesepakatan jual beli yang sama.sedangkan yang dimaksud dengan akad-akad yang bersifat independen adalah semua kontrak yang ada ,tidak saling mempersyaratkan antara satu dengan yang lain, sehingga semuanya sling terpisah (namun saling mendukung) ,misalnya, akad nasabah dengan bank untuk membeli sebuah tanah, dengan menggunakan skema pembiayaan murabahah al wakalah pada prakteknya ada dua tahap.Pertama Bank membeli tanah dari Developer dengan menunjuk nasabah sebagai wakilnya (akad wakalah), sehingga tanah tersebut biasanya sesuai dengan keinginan nasabah. Tahap kedua, bank menjual tanah tersebut kepada nasabah dengan akad Murabahah. Dalam hal ini, wakalah bukan merupakan syarat terjadinya Murabahah tetapi mendukung Murabahah. Demikian pula dengan pembiayaan multi akad lainnya. Pada contoh kasus di atas, jika Murabahah berdiri sendiri tanpa didampingi wakalah, ada kemungkinan tanah yang dibeli Bank tidak sesuai dengan keinginan nasabah, sehingga rumah tersebutmungkin tidak terjual.4) Agency Problem Pada Kontrak Murabahah Al-WakalahAgency theory adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan antara principal dan agen dimana principal mendelegasikan wewenang kepada agen dalam hal pengelolaan usaha sekaligus pengambilan keputusan dalam peusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan antaraagentdanprincipaldisebut dengan hubungan agensi atauagency relationship, berbagai masalah yang terjadi dalam hubungan tersebut, biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan keagenan dan berbagai implikasi pentingterhadap pemilihan metode-metode akuntansi dibahas dalamagency theory.Masalah yang timbul dalam hubungan keagenan dan menjadi perhatianagency theoryadalah pertama,ketika pihakagentmemiliki kepentingan yang berbeda denganprincipalsehingga masing-masing pihak berusaha untuk memaksimalkan kepentingan mereka.Agentyang seharusnya melaksanakan amanahprincipaltelah melanggar komitmen dengan tidak selalu bertindak untuk kepentingan terbaikprincipal. Kedua,sulit dan mahalnya bagiprincipaluntuk membuktikan usaha yang dilakukan manajemen.Ketiga,masalah pembagian resiko ketikanprincipaldanagentmemiliki perbedaan resiko yang ditanggung.Dalam Agency theory ini biasanya dapat menimbulkan asymetry information antara pihak bank dan nasabah itu sendiri. Asymmetry Informationatau ketidaksamaan informasi adalah situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai kondisi atau prospek perusahaan dari pada yang dimiliki investor. Asymmetric Informationmuncul sebagai akibat adanya distribusi informasi yang tidak sama, dalam hal ini antara pemilik modal (principal)/ pihak bank dan pengelola modal (agent)/ nasabah. Idealnya,principal memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat hasil yang diperoleh dari usahaagent.Tetapi faktanya,ukuran-ukuran keberhasilan yang dikonsumsiprincipaljustru tidak dapat menjelaskan hubungan antara keberhasilan yang telah dicapai, dengan usaha yang telah dilakukan olehagent.AdanyaAsymmetric informationantara manajer/pengelola (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (prinsipal) mengenai kinerja ekonomi perusahaan(Richardson, 1998).Asymmetric Informationdibagi menjadi dua macam,yaitu:a) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.b) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.Mengenai penjelasanAssymetric Information, dalam akadmurabahah al-wakalah, dimanapihak pemilik modal (principal)/ bank dan pengelola modal (agent)/ nasabah,seharusnya dapat mengetahui informasi-informasi terkait dengan kondisi keuangan dan aktivitas.Beberapa hasildaripenelitian dan teori mengemukakanbahwamoral hazardadalah salah satu elemen utama yang menyebabkan munculnya konflik keagenan (agency problem)(Mc. Colgan, 2001). Moral hazarddalam ekonomi adalah suatu tindakan pelaku ekonomi yang menimbulkan kemudharatan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Untuk mengetahui apakah suatu tindakan ekonomi merupakanmoral hazardataukah bukan, perlu mempelajari prinsip-prinsip dari transaksi yang Islami, yang dihalalkan ataupun yang diharamkan sayriat islam (Hariyanto, 2001).Selain ituMoral hazarddapat jugadiartikan sebagai suatu tindakan penyelewenangan amanah atau tanggung jawab karena adanya kesempatan untuk melakukan hal tersebut tanpa diketahui oleh pihak lain(Mishkin, 2001). Susanto (2010) mengatakanmoral hazardakan muncul ketika seseorang atau sebuah lembaga/organisasi yang tidak konsekuen secara penuh dan tidak bertanggungjawab atas perbuatannya, maka dari itu cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk melepas tanggungjawab atas konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain.Salah satu moral hazardyang sering dilakukan pada pembiayaanmurabahah al-wakalah adalah dari pihaknasabah yang dimana pihaknasabahtidak jujur dalam memberikan informasi kepada pihak bank terkait tentang usaha yang akan dijalankan kedepannya, tidak jujurnya nasabah dalam membuat laporan pertanggungjawaban atas dana yang digunakan dan pihaknasabahdapat dengan sengaja menggunakan modal tersebut dengan cara yang tidak sewajarnya. Sehingga pihak bank tidak dapat mengetahui sejauh mana modal digunakan, dan pihak nasabah enggan dalam memberikan jaminan karena tidak dapat mengukur dengan pasti risiko terjadinya kerugian yang dilakukan olehpihak bank.Secara spesifikagency problemyang terjadi dalam kontrakMurabahah Al-Wakalahadalah ketika pihak agen bertindak mengabaikan hubungan kontraktual dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan kepentingan pihak bank. Stiglitz (1992)menyatakan bahwa permasalahan antarapricipaldanagentterjadi ketika dalam hubungan tersebut memiliki imperfect information. Imperfect informationini dapat berbentuk penggunaan biaya proyek yang berlebihan untuk aktivitas yang tidak berkorelasi langsung dengan pengembangan usaha namun lebih pada kepentingan agen, dan berbagai tindakan kecurangan sehingga mereduksi laba atau asset yang dimiliki perusahaan. Kepentingan yang berbeda antaraprincipaldanagentmenimbulkan conflict of interestyang selama ini dipecahkan melalui alternatif kepemilikan saham oleh manajer dan kompensasi. Bank syariah berdalih penerapan Murabahah dimana bank menyediakan barang secara langsung tidak dapat dilakukan karena regulator menentukan bahwa bank syariah adalah lembaga pembiayaan, bukan lembaga usaha yang menjual barang secara fisik.Sebagai jalan keluar, ketika bank tidak mampu menyediakan barang maka bank mewakilkan nasabah untuk membeli barang atas nama bank atau lazim disebut wakalah wal Murabahah. Dalam skema ini pencairan pembiayaan dilakukan menggunakan akad wakalah, baru setelah nasabah membeli barang, bank dan nasabah akan melaksanakan akad Murabahah. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI berikut:Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli Murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. (Ketentuan umum Murabahah dalam bank syariah nomor 9, Fatwa DSN MUI No. 4/DSNMUI/ IV/2000 tentang Murabahah)Bahkan Bank Indonesia (BI) melalui PBI no. 7/46/PBI/2005 menjelaskan:Dalam hal Bank mewakilkan kepada Nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

PENUTUPMurabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102). Murabahah al-wakalah merupakan salah satu inovasi produk dalam perbankan syariah. Namun dalam prrakteknya, kontrak murabahah al-wakalah ini menimbulkan adanya Agency problem seperti lahirnya asymmetry informationyang merupakan salah satu penyebab terjadinya moral hazard, dimana tidak hanya dari pihaknasabahyang melakukanmoral hazard melainkan dari pihakshahibul malpun bisa melakukan penyimpangan moral ini. Pihak bank bisa saja memberikan informasi yang tidak jelas terkait dengan perkembangan perusahaannya dalam hal ini lembaga keuangan, apakah integritas lembaga tersebut baik di mata public atau tidak.Secara spesifikagency problemyang terjadi dalam kontrakMurabahah Al-Wakalahadalah ketika pihak agen bertindak mengabaikan hubungan kontraktual dan mendorong untuk bertindak tidak berdasarkan kepentingan pihak bank.DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Al-HaditsAntonio, Muhammad SyafiI.(2001).Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Buku AndalanAscarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo PersadaDonaldson, L., dan Davis, J.H.(1991). Stewardship Theory or Agency Theory: CEO Governance and Shareholder Return, Australian Journal of Management, 16, 1,Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 04/DSN-MUI/IV/2000http://Akuntansi-Syariah dalam PSAK_Okta Punya Blog.htmhttp://Konsep Akad Wakalah dalam Fiqh Muamalah _ Point of View in Islam.htmhttp://www.sarjanaku.com/2012/06/bank-syariah-pengertian-prinsip-tujuan.htmlHanafi, Mamduh M. (2008).Manajemen Keuangan, BPFE YogyakartaHariyanto, Muhsin. (2009). Moral Hazard Dalam Transaksi Ekonom: Perspektif Al-Quraan dan Hadis.Husain, Sri Apriyanti. 2013. Penerapan PSAK 102 Untuk Murabahah di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Gorontalo. KIM: Universitas Negeri GorontaloIkatan Akuntansi Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba EmpatJensen, M. C dan Meckling, W.H. 1976. Theory Of The Firm Managerial Behaviour Agency Costs And Ownership Structure. Journal Of Financial EconomicsMishkin, Fredeic S. (2001).The Economics of Money, Banking, and Financial Market.USA: Person Education.Muthaher, Osmad. 2012. Akuntansi Perbakan Syariah. Yogyakarta: Graha IlmuMustafa Edwin Nasution, dkk. 2010. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media GrupNurhayati dan Sri Wasilah.(2008).Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Bank SyariahRichardson, Vernon J.(1998).Information Asymmetry an Earnings Management: Some Evidence.Working Paper, 30 Maret.Susanto, Tri. (2010), Moral Hazard, fromhttp://aguzato.blogspot.com/2010/03/penggunaan-istilah-moral-hazard-pada.htmlWidodo, Sugeng. 2010. Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif. Yogyakarta: Asgard Chapter