SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis...

156
SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Titut Esti Koeswardani 039114006 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis...

Page 1: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

SRATEGI COPING PADA ORANGTUA

YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Titut Esti Koeswardani

039114006

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

SRATEGI COPING PADA ORANGTUA

YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Titut Esti Koeswardani

039114006

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

PERSETUJUAI\T PtsN[BINf BING

STRATEGI COPING PADA ORANGTUA

YAI\IG MEMILIKI ANAK RDTARI}ASI MENTAL

SkriPsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Pembimbing

ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. Yogyakarta, 22 Fsbruari 2008

ffi%# S " , % "ffiffiFu.*##%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

“ Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,

Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;

Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;

Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang

membawa kemenangan...” (Yesaya 41:10)

Dalam hening mengepakkan sayap doa 

Jiwaku membubung menuju takhta; 

Dan kutemukan pengharapan kekuatanku 

Saat hatiku berpadu dengan hati‐Mu...(anonymous) 

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

My Lord, Jesus Christ sumber pengharapanku

Mama dan Papa terkasih

My brother ‘n my sister in law

My big soul

All my big family

All my friends

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

LEMBAR PER}IYATAAII PERSETUJUAI\

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Titut Esti Koeswardani

No. Mahasiswa : 039114006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Strategi Coping

Pada Orangtua Yang Memiliki Anak Retardasi Mental beserta perangkat yang

diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dhamra hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian penryataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Maret 2008

Yang Menyatakan

(Titut Esti Koeswardani)

vl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah dituliskan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Maret 2008

Penulis

Titut Esti Koeswardani

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

ABSTRAK

Titut Esti K. (2008). Strategi Coping Pada Orangtua Yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi coping yang digunakan oleh orangtua yang memiliki anak retardasi mental karena kehadiran anak retardasi mental dalam keluarga mengakibatkan munculnya perubahan dan keadaan baru yang menimbulkan situasi stres sehingga orangtua berusaha untuk beradaptasi dengan mengatasi dan mengurangi efek negatif dari situasi yang dialami tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian yang berjumlah tiga pasang orangtua, yaitu ayah dan ibu dari anak yang menderita retardasi mental. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean dan interpretasi sehingga data yang diperoleh bisa dipahami secara lebih mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menghadapi anak retardasi mental, subjek menggunakan strategi problem-focused coping yang berupa active coping dengan menyekolahkan anak di sekolah khusus seperti SLB atau YPAC dan restraint coping dimana subjek menunda rencana yang dibuat seperti membuka usaha dagang untuk anak ataupun memeriksakan keadaan fisik anak hingga adanya waktu dan kesempatan yang tepat. Subjek juga menggunakan strategi emotion-focused coping yaitu berupa tindakan turning to religion dengan cara meningkatkan kepercayaan dan mendekatkan diri kepada Tuhan, positive reinterpretation and growth dimana subjek mengambil sisi positif atau hikmah dari situasi stres melalui belajar untuk lebih banyak bersyukur, acceptance yaitu pasrah menerima kenyataan yang telah terjadi dan menjalani keadaan secara ikhlas, mental disengagement yaitu dengan bersikap santai dan mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan lain, dan behavioral disengagement misalnya dengan tidak melanjutkan lagi usaha pengobatan bagi anak. Strategi yang juga digunakan subjek adalah strategi seeking social support yang berupa tindakan seeking emotional social support, yaitu mencoba mendapatkan dukungan moral, pengertian dan simpati melalui sharing atau berbagi cerita dengan orang-orang terdekat. Subjek juga memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi stres, antara lain kondisi kesehatan yang baik, keyakinan dan sikap positif, kemampuan dan dukungan sosial yang dimiliki, serta tingkat pendidikan dan standar kehidupan yang tinggi.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

ABSTRACT

Koeswardani, T. E. (2008). Parents’ Coping Strategy who Have Mental Retarded Children. Yogyakarta: Department of Psychology, Faculty of Psychology, Sanata Dharma University.

This research was purposed to describe the coping strategy which is used by the parents who have mental retarded children because their presence in the family cause a new situation that can affect stress. Therefore, the parents try to adapt it by exceed and minimize the negative effect of this situation.

This research was a qualitative descriptive research with the subjects were three parents who have mental retarded children. The data was collected by interviewing and observing the subjects, then the data was analized based on its content through data organizing sistematically, coding and interpreting so that the data more could be understood.

The result showed that handle mental retarded children, the subjects use problem-focused coping. There are active coping by sent them to special schools such as SLB or YPAC, and restraint coping which postpone their plans like opening a business for the children or checking the children’s physical condition until an appropriate time and opportunity. The subjects also use emotion-focused coping, such as turning to religion by increase their belief and turn to the God, then positive reinterpretation and growth by take the positive advantages from the stressful situation pass through learn to be more grateful, acceptance by accept the fact has occured with whole heart, mental disengagement by try to relax and distract the attention to do something else, and behavioral disengagement such as stop the children’s medical check up. The other strategy is seeking social support by seeking emotional social support, that is try to get moral support, attention and sympathy by share the stories with the closest person. Subjects also use the coping resources to handle their stress. Those are well health, faith and positive attitude, skill and social support, and also high education and standard of living.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus,

yang telah melimpahkan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini takkan terwujud tanpa bantuan,

bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi

penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Jesus Christ, yang selalu melimpahkan berkat dan anugerah-Nya serta yang

tiap saat selalu memberikan pengharapan dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penulisan ini.

3. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah

membantu dan membimbing penulis secara akademik baik di dalam maupun

di luar kelas.

4. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan, kritik,

saran dan dukungan moral yang telah membuat penulis siap secara mental

selama mengerjakan skripsi ini.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih telah menjadi dosen pembimbing yang senantiasa membantu

penulis mengenai masalah akademik.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik penulis selama studi

di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih atas bimbingan dan arahannya selama

ini.

7. Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gie’ yang dengan

sabar membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis selama proses studi

penulis di Fakultas Psikologi.

8. Mama dan papa tercinta yang selalu mendoakan, mensupport dan percaya

dengan segala keputusan yang penulis ambil di setiap langkah kehidupan ini

sehingga membuat penulis belajar untuk mandiri dan lebih dewasa menyikapi

sesuatu. Terima kasih atas setiap sarana dan kemudahan yang selalu

disediakan walaupun mama dan papa sedang dalam kesulitan. Thanks a lot to

my parents...

9. Mas Nanu, mas-ku satu-satunya.....thanks buat perhatian dan rasa sayangnya

yang gak pernah diungkapkan secara langsung.....I like the way you love

me......However you are, you are the best brother for me....

10. Mba Rina, my sister in law, thanks buat setiap masukan dan cerita-ceritanya...

Mba Dwi, makasi sudah jagain mama dan papa di Palembang....

11. All my big family....simbah, budhe-budhe, pakdhe-pakdhe, mas-mas, mbak-

mbak dan keponakan-keponakanku...makasi atas doa, dukungan, perhatian,

keakraban dan keceriaan yang diberikan ke aku...

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

12. My big soul, the special one for me.....thanks sudah menjadi bagian dalam

hidupku...setiap proses yang sudah kita lalui selama ini menjadikan aku

sebagai wanita yang sangat berarti dan kaya akan rasa....Doa, kepercayaan dan

dukunganmu memberi kekuatan bagiku....maaf lo sering ngerepotin dirimu....

13. Semua “yang pernah hadir” dalam hidupku...thanks buat semua proses

pembelajaran yang sudah dilalui bersama....

14. Teman seperjuanganku, Grisna.....yang selalu mengingatkan dan

memperhatikanku selama di Yogya....thanks for all process ya Gris...

15. Teman-teman terbaikku, Oied, Prima-poke, Otics, Dee2, Nana,

Sari...dinamika akademik dan dinamika kehidupan mendewasakan pribadi kita

masing-masing....Perkenalan dan kedekatan dengan kalian memberikan warna

tersendiri dalam hidupku...

16. Teman-teman satu bimbingan Bu Ari....mba Dewi, Tanti “tante”, Bayu,

Suster, Bona dan teman-teman yang lain...terima kasih buat semua proses dan

dukungan yang memberi semangat dan kekuatan....

17. Teman-teman Kost Manunggal, Qnoy dan CingHe yang bersedia membantuku

untuk melengkapi skripsi ini secara teknis sekaligus temen paling asyik buat

keluar malem bersama Doddy ataupun cuma buat nongkrong di AJP atau

burjo bersama Yoki dan Ratna...Adi yang mensupportku dengan sindiran-

sindirannya...Happy yang sering membuatku takut dengan tatapan

kosongnya...Lina yang bisa diajak join masak...dan teman-teman lain yang

bersedia berbagi apapun di kos...Makasi atas perhatian, canda tawa dan

lelucon-lelucon kalian selama ini...

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

18. Semua teman-teman angkatan 2003.....Makasi atas hubungan pertemanan

selama ini yang membuatku jadi belajar banyak karakter...

19. Keluarga Pak Ismed, Pak Ngatimin dan Pak Effendi, terima kasih atas

kesediaan dan keakraban yang diberikan sehingga sangat membantu

kelancaran penulis selama proses penyelesaian skripsi ini....

20. Angkringan “Agung”, McD dan burjo...keberadaan kalian membantuku dalam

menyelesaikan masalah kelaparan di tengah malam...

21. Semua pihak yang belum kusebutkan satu per satu di sini....terima kasih atas

dukungan dan perhatian kalian...

22. The last, thanks to the reader yang rela meluangkan waktu untuk membaca

karya tulis ini....

Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca yang

bisa menjadi masukan bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan penulis

menjadi lebih baik. Penulis berharap agar karya tulis ini dapat menjadi inspirasi

bagi pembaca...That’s all...

Penulis,

Titut Esti Koeswardani

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

HALAMAN PENGESAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. iii

HALAMAN MOTTO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

HALAMAN PERSEMBAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . v

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Iilmiah Untuk Kepentingan

Akademis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ........ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... . vi

Pernyataan Keaslian Karya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. .. . . .. .. . . . . . . . vii

Abstrak. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . viii

Abstract. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . ix

Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x

Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . xiv

Daftar Tabel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. xviii

Daftar Gambar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xix

Daftar Lampiran.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xx

BAB I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1

A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1

B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

C. Tujuan Penelitian.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

D. Manfaat Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

BAB II. LANDASAN TEORI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

A. Stres. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .9

1. Pengertian Stres. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

2. Penyebab Stres (Stressor) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

B. Strategi Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

1. Pengertian Strategi Coping.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

2. Bentuk-bentuk Strategi Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

3. Sumberdaya Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

C. Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

1. Pengertian Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

2. Jenis-jenis Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

D. Orangtua. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . 21

1. Definisi Orangtua. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

2. Peranan Orangtua dalam Keluarga. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .22

E. Strategi Coping pada Orangtua yang Memiliki Anak

Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

F. Pertanyaan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

A. Jenis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

B. Identifikasi Variabel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

C. Batasan Istilah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

D. Subjek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

E. Metode Pengumpulan Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

F. Analisis Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 35

G. Pemeriksaan Kesahihan dan Keabsahan Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

H. Prosedur Pengumpulan Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

A. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

B. Subjek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43

C. Analisa Data Hasil Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44

D. Pembahasan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53

1. Gambaran Dinamika Psikologis Strategi Coping

Masing-masing Subjek. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54

a. Subjek 1 (Ayah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54

b. Subjek 1 (Ibu) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62

c. Subjek 2 (Ayah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

d. Subjek 2 (Ibu) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73

e. Subjek 3 (Ayah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78

f. Subjek 3 (Ibu) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83

2. Dinamika Psikologis Strategi Coping Tiap Pasangan

Subjek yang Memiliki Anak Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88

a. Pasangan Subjek 1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

b. Pasangan Subjek 2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100

c. Pasangan Subjek 3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109

3. Gambaran Menyeluruh tentang Strategi Coping Orangtua

yang Memiliki Anak Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 120

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 130

A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 130

B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 132

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 133

LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN PENELITIAN

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panduan Wawancara. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

Tabel 2. Panduan Observasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

Tabel 3. Pelaksanaan Konfirmasi Data Kepada Subjek. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38

Tabel 4. Pelaksanaan Wawancara Dengan Subjek. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

Tabel 5. Data Subjek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43

Tabel 6. Ringkasan Analisis Hasil Wawancara Subjek 1, Subjek 2 dan

Subjek 3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 45

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis Strategi Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 16

Gambar 2. Strategi Coping Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental. . . 28

Gambar 3. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek I (Ayah). . . . . . . . . . . . . . . . . . 61

Gambar 4. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek I (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67

Gambar 5. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek II (Ayah). . . . . . . . . . . . . . . . . 72

Gambar 6. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek II (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77

Gambar 7. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek III (Ayah). . . . . . . . . . . . . . . .82

Gambar 8. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek III (Ibu). . . . . . .. . . . . . . .. . . 87

Gambar 9. Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek I. . . .. . . . . . . . . . 99

Gambar 10.Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek II. . . . . . . . . . . . 108

Gambar 11.Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek III. . . . .. . . . .. 119

Gambar 12.Gambaran Menyeluruh Strategi Coping Orangtua yang Memiliki

Anak Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Wawancara Subjek 1 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 136

Lampiran 2. Koding Hasil Wawancara Subjek 1 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 160

Lampiran 3. Hasil Wawancara Subjek 1 (Ibu). . . . . .. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 166

Lampiran 4. Koding Hasil Wawancara Subjek 1 (Ibu). . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 185

Lampiran 5. Hasil Wawancara Subjek 2 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. 189

Lampiran 6. Koding Hasil Wawancara Subjek 2 (Bapak). . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199

Lampiran 7. Hasil Wawancara Subjek 2 (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 202

Lampiran 8. Koding Hasil Wawancara Subjek 2 (Ibu). . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 214

Lampiran 9. Hasil Wawancara Subjek 3 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 227

Lampiran 11. Hasil Wawancara Subjek 3 (Ibu). . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 230

Lampiran 12. Koding Hasil Wawancara Subjek 3 (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 240

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepasang suami istri yang memutuskan untuk menikah dan

membangun sebuah keluarga tentu mengharapkan kehadiran seorang anak

untuk dapat melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. Kehadiran

seorang anak dalam keluarga adalah salah satu harapan terbesar orangtua dan

merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan yang bisa mendatangkan

kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Mereka tentunya juga berharap anak

mereka kelak dapat lahir dengan selamat tanpa adanya kekurangan baik secara

fisik maupun mental.

Suatu hal yang wajar ketika orangtua mengharapkan anak mereka

dapat tumbuh secara sehat dan normal seperti kebanyakan anak-anak lainnya.

Harapan tersebut tidak selamanya dapat terwujud karena ada anak yang

dilahirkan secara normal dan sehat dan ada pula anak yang dilahirkan dengan

memiliki keterbatasan pada fisik maupun mental. Hal ini memberi peluang

bahwa tidak setiap orangtua pada akhirnya bisa memiliki anak yang tumbuh

secara normal dan sempurna. Suatu kenyataan yang tidak diharapkan tersebut

akan menjadi mimpi buruk dalam kehidupan ketika anak mereka menderita

retardasi mental atau keterbelakangan mental yang akan mengalami hambatan

proses perkembangan dalam fase-fase kehidupannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

2

Kehadiran anak retardasi mental ini akan menimbulkan berbagai reaksi

dari orangtua, yaitu dari menerima seluruhnya keterbelakangan mental

anaknya hingga melakukan penolakan terhadap kehadiran anak tersebut.

Semua bentuk kondisi dan situasi yang menghambat proses perkembangan

anak secara baik dan normal serta kenyataan yang harus diterima orangtua

bahwa anak mereka menderita retardasi mental akan menambah beban dan

menyebabkan stres pada mereka (Prasadio, 1978).

World Health Organization (dalam PPDGJ III, 1993) mendefinisikan

retardasi mental sebagai suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti

atau tidak lengkap yang terlihat selama masa perkembangan sehingga

berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif,

bahasa, motorik, dan sosial. Dalam retardasi mental, individu tidak mampu

mengembangkan aneka keterampilan sampai pada taraf yang cukup yang

dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan secara memadai

dan mandiri.

Retardasi mental bisa dikelompokkan dalam beberapa subtipe, yaitu

retardasi mental ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Dalam penelitian ini

dipilih orangtua yang memiliki anak yang menderita retardasi mental berat

karena penderita retardasi mental berat merupakan dependent retarded.

Penderita dengan retardasi mental berat akan sangat tergantung pada

pertolongan orang lain dalam kehidupannya karena penderita juga akan

mengalami gangguan perkembangan motor, pengindraan, dan gangguan

bicara sehingga para orangtua pun harus memberikan perhatian dan dukungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

3

yang lebih kepada penderita retardasi mental berat daripada anak-anak normal

lainnya (Supratiknya, 1995).

Prasadio (1978) menyebutkan bahwa pada umumnya orangtua akan

memiliki perasaan sedih dan kecewa, cemas, tidak mempunyai harapan,

merasa bersalah, bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika

memiliki anak yang menderita retardasi mental. Menurut Malony dan Holt

(dalam Prasadio, 1976), tiga reaksi inti orangtua ketika berhadapan dengan

anak yang menderita retardasi mental adalah depression, denial, dan

displacement. Keadaan depresi timbul karena orangtua merasa malu, kecewa,

kehilangan harga diri, dan perasaan negatif lainnya yang pada akhirnya akan

membawa mereka kepada suatu keadaan yang tertekan. Reaksi denial atau

tidak mau mengakui kenyataan menyebabkan orangtua mengharapkan adanya

suatu keajaiban penyembuhan dan hal ini mengakibatkan orangtua

mengabaikan saran-saran yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Reaksi

displacement berarti orangtua cenderung menyalahkan dokter/psikiater yang

membuat diagnosa retardasi mental dan kemudian peka terhadap segala

bentuk kritik serta bersikap berlebihan terhadap anak.

Menurut Ingalls (1978), memiliki anak yang menderita retardasi

mental merupakan kenyataan yang sangat berbeda dengan harapan mereka

sehingga hal tersebut menjadi suatu peristiwa yang mengejutkan dan

menyedihkan dalam kehidupan mereka. Prasadio (1978) menguraikan bahwa

orangtua akan merasa cemas, frustrasi dan merasa berdosa ketika menghadapi

kenyataan bahwa anak mereka menderita retardasi mental sehingga hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

4

tersebut akan menambah beban dalam keluarga dan orangtua akan semakin

sulit menerima kenyataan dengan baik. Jika hal tersebut berlangsung secara

terus-menerus maka bisa membuat orangtua menjadi tertekan atau stres.

Orangtua harus belajar untuk menerima keadaan anak tersebut dengan baik

dan mengerti bagaimana menerima suatu kondisi dan perubahan-perubahan

yang ada karena mereka dipaksa untuk berhadapan dengan pengalaman yang

berbeda dengan para orangtua lainnya dalam merawat anak. Orangtua juga

dituntut untuk berlatih menjadi individu yang dewasa dan sabar untuk

melakukan berbagai penyesuaian diri dengan keadaan anak mereka seperti

memberikan perawatan, pendidikan, dukungan, dan perhatian ekstra tanpa

terlalu bersikap berlebihan atau overprotection kepada anak.

Selain itu, mereka akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi

karena persoalan retardasi mental tidak bisa dilepaskan dari sikap dan

kesadaran masyarakat terhadap arti dari retardasi mental itu sendiri. Soutter

(dalam Prasadio, 1976) mengemukakan, masyarakat dahulu beranggapan

bahwa retardasi mental memiliki hubungan dengan penyakit kutukan, moral

deficiency, kejahatan, dan keturunan sehingga anak retardasi mental biasanya

menjadi bahan tertawaan, dianggap sebagai individu yang aneh, konyol, dan

idiot. Oleh karena itu, masyarakat cenderung menghindari interaksi dengan

orangtua yang memiliki anak retardasi mental sehingga orangtua akan

mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan masyarakat karena adanya

stigma negatif yang tumbuh dalam masyarakat tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

5

Kehadiran anak yang menderita retardasi mental ini membawa

berbagai perubahan dalam kehidupan orangtua dan membawa mereka pada

keadaan baru. Sarason & Sarason (1984) dan Moos & Schaefer (1986)

menyatakan bahwa transisi atau perubahan dalam kehidupan ini menimbulkan

keadaan yang menekan (stres) karena dalam kehidupan terdapat berbagai

kejadian-kejadian utama yang membawa seseorang dari suatu keadaan yang

nyaman ke keadaan baru yang menimbulkan berbagai perubahan-perubahan

yang penting dan menimbulkan tuntutan-tuntutan baru yang harus dipenuhi

dalam kehidupan (dalam Sarafino, 1990). Keadaan baru bagi orangtua yang

memiliki anak retardasi mental akan menimbulkan stres karena orangtua

mengalami perubahan-perubahan penting dalam hidup dan harus memenuhi

berbagai tuntutan baru, antara lain melakukan berbagai penyesuaian diri

dengan keadaan anak retardasi mental serta tuntutan dalam menghadapi dan

menerima stigma yang tumbuh dalam masyarakat tanpa harus mengisolasi diri

dari kehidupan sosial.

Lazarus (1990) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi atau

perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan atau

tuntutannya melebihi sumberdaya individu dan sosial yang bisa digunakan

(dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997). Menurut Zautra (2003), stres

bisa didefinisikan sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai

dengan munculnya emosi-emosi negatif (dalam Passer dan Smith, 2004).

Sarafino (1990) menyebutkan bahwa ketika berhadapan dengan suatu

peristiwa yang menimbulkan stres, seseorang akan berusaha untuk melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

6

suatu tindakan untuk mengendalikan, bertoleransi, mengurangi ataupun

meminimalkan stres tersebut. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan coping

stres yang menurut Lazarus dan Launier (1978) coping stres ini selanjutnya

akan diwujudkan dalam bentuk strategi coping yang mengarah pada usaha

kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatasi tuntutan

internal maupun eksternal dan konflik-konflik yang muncul dalam situasi stres

(Taylor, 1999).

Passer dan Smith (2004) mengemukakan tiga bentuk umum strategi

coping yaitu emotion-focused coping yang merupakan suatu usaha untuk

mengatur respon-respon emosional yang muncul akibat situasi yang

menimbulkan stres, problem-focused coping yaitu suatu usaha untuk

menghadapi dan mengatasi langsung tuntutan dari situasi stres tersebut atau

faktor-faktor yang menyebabkan stres, dan seeking social support berupa

usaha pengelolaan stres dengan berpaling pada orang lain untuk memperoleh

bantuan dan dukungan emosional pada situasi stres, yang dapat berupa

bimbingan, dukungan emosional, dukungan moril, atau bantuan materi seperti

uang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penting dilakukan penelitian untuk

mengetahui dan memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk strategi

coping pada orangtua yang memiliki anak retardasi mental. Hal ini

dikarenakan mereka harus berhadapan dengan keadaan dan tuntutan baru yang

menimbulkan situasi stres sehingga orangtua harus memilih bentuk strategi

coping yang sesuai dengan diri mereka agar usaha tersebut dapat membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

7

mengatasi, mengurangi dan menurunkan efek negatif dari situasi stres yang

dialami tersebut.

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai bentuk-bentuk strategi coping pada orangtua yang memiliki anak

retardasi mental dengan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif

sehingga menghasilkan pemahaman mengenai strategi coping yaitu segala

upaya dan tindakan yang dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi stres yang

dialami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah

bagaimana gambaran strategi coping pada orangtua yang memiliki anak

retardasi mental.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan strategi coping

yang digunakan oleh orangtua yang memiliki anak retardasi mental.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis :

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan

yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

8

klinis mengenai strategi coping yang digunakan oleh orangtua yang

memiliki anak retardasi mental.

2. Manfaat praktis :

a. Bagi orangtua

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran

yang lebih jelas mengenai strategi coping yang digunakan oleh

orangtua dalam mendampingi anak mereka yang menderita retardasi

mental sehingga bisa menjadi referensi bagi orangtua lain yang

mengalami kasus serupa.

b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat

untuk menambah wacana dalam menyikapi kehadiran anak retardasi

mental.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Stres

1. Pengertian Stres

Stres menurut Selye adalah respon-respon non spesifik dari tubuh

terhadap beberapa tuntutan (dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997).

Selye (1956) memandang bahwa stres bukanlah sesuatu yang tidak baik,

semua tergantung pada bagaimana seseorang memaknai peristiwa yang

menimbulkan stres tersebut.

Lazarus (1990) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi atau

perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan

atau tuntutannya melebihi sumberdaya individu dan sosial yang bisa

digunakan (dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997).

Stres menurut Zautra (dalam Passer dan Smith, 2004) bisa

didefinisikan sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai

dengan munculnya emosi-emosi negatif.

Jadi, stres merupakan respon individu terhadap suatu peristiwa

yang ditandai dengan munculnya emosi-emosi negatif ketika individu

merasa bahwa tuntutan dari peristiwa tersebut melebihi sumberdaya yang

dimiliki dan semua tergantung pada persepsi individu terhadap situasi

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

10

2. Penyebab Stres (Stressor)

Sarason & Sarason (1984) dan Moos & Schaefer (1986)

mengemukakan bahwa situasi stres dapat disebabkan oleh adanya transisi

atau perubahan hidup dari satu kondisi ke kondisi lain dalam kehidupan

individu sehingga menghasilkan perubahan yang penting dan

menimbulkan tuntutan baru yang harus dipenuhi (dalam Sarafino, 1990).

Dengan kata lain, stressor merupakan segala sesuatu yang menyebabkan

perubahan dalam hidup sehingga dapat menimbulkan stres.

Passer dan Smith (2004) mengemukakan bahwa penyebab stres

atau stressor merupakan suatu jenis stimulus tertentu, baik bersifat fisik

maupun psikologis, yang mengakibatkan suatu tuntutan yang mengancam

kesejahteraan dan menuntut seseorang untuk beradaptasi dengan cara

tertentu. Van Praag dan Zautra (dalam Passer dan Smith, 2004)

menguraikan stressor dapat dibedakan berdasarkan intensitasnya, yaitu :

a. Microstressor yang bisa berupa masalah-masalah yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Major negative events atau peristiwa-peristiwa negatif yang besar yaitu

masalah-masalah yang sangat membebani kita dan menuntut usaha

yang besar untuk mengatasi masalah tersebut.

c. Catastrophic events yaitu berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi

secara tidak terduga dan berpengaruh terhadap sejumlah besar

masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

11

Seperti yang telah diuraikan di atas, semua penyebab stres tersebut

berhubungan dengan perubahan yang menimbulkan stres sehingga muncul

kebutuhan untuk beradaptasi agar dapat mempertahankan keadaan yang

dirasakan nyaman. Penyebab stres sendiri dapat dibedakan menjadi

microstressor yaitu berupa masalah yang terjadi sehari-hari, major

negtaive events yaitu masalah yang sangat membebani dan menuntut

usaha untuk mengatasi masalah tersebut, dan catastrophic events yaitu

peristiwa yang terjadi secara tidak terduga dan berpengaruh terhadap

sejumlah besar masyarakat.

B. Strategi Coping

1. Pengertian Strategi Coping

Sarafino (1990) menyatakan bahwa ketika berhadapan dengan

situasi yang menimbulkan stres, individu akan mencoba melakukan usaha-

usaha tertentu untuk beradaptasi dengan situasi tersebut untuk mengatasi

stres. Adaptasi ini dilakukan dengan coping yang selanjutnya diwujudkan

dalam bentuk strategi coping, yaitu suatu usaha kognitif dan perilaku yang

dilakukan seseorang untuk mengatasi tuntutan internal maupun eksternal

dan konflik-konflik yang timbul dalam situasi stres, serta dinilai

mengganggu atau di luar batas kemampuan individu (Lazarus dan Launier,

1978; dalam Taylor, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

12

Menurut Fleming et al. (1984), strategi coping adalah suatu usaha

atau strategi yang dipilih dan digunakan oleh seseorang untuk mengurangi

efek negatif dari stres (dalam Terry dan Gloria, 1998).

MacArthur dan John (1998) mengartikan strategi coping sebagai

suatu usaha yang spesifik, baik perilaku maupun psikologis, yang

digunakan seseorang untuk mengontrol, bertoleransi, mengurangi atau

menurunkan situasi stres.

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa strategi coping

merupakan suatu usaha yang spesifik berupa pikiran dan perilaku yang

digunakan individu dalam menghadapi situasi stres yang diharapkan dapat

membantu individu untuk mengatasi, bertoleransi, mengurangi atau

menurunkan efek negatif dari situasi stres yang dialami.

2. Bentuk-bentuk Strategi Coping

Untuk mengatasi stres tersebut, banyak cara yang dilakukan oleh

seseorang untuk mengatasi stres yang dialami, seperti membicarakan

permasalahan yang dialaminya kepada orang lain, mengambil tindakan

langsung dan meningkatkan berbagai aktivitas yang dapat membantu

mengatasi stres yang dialami. Menurut Passer dan Smith (2004), tiga

bentuk umum upaya mengelola stres adalah :

a. Problem-focused coping, yaitu strategi coping yang berusaha untuk

menghadapi dan mengatasi langsung tuntutan dari situasi stres tersebut

atau faktor-faktor yang menyebabkan stres. Tindakan yang termasuk di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

13

dalamnya adalah perencanaan, penanganan secara aktif dan pemecahan

masalah, mengurangi aktivitas yang bersifat persaingan dan melatih

cara menahan diri.

b. Emotion-focused coping, yaitu strategi coping yang berusaha untuk

mengatur respon-respon emosional yang muncul akibat situasi yang

menimbulkan stres dan tindakan yang bisa dilakukan adalah

melakukan interpretasi ulang terhadap suatu situasi secara positif,

penerimaan, penyangkalan, represi, melarikan diri-menghindar,

berkhayal (wishful thinking) dan mengontrol perasaan.

c. Seeking social support, yaitu suatu upaya coping dengan berpaling

pada orang lain untuk memperoleh bantuan dan dukungan emosional

pada situasi stres, antara lain dengan mencari bantuan dan bimbingan

dari orang lain, mencari dukungan emosional, dukungan moril dan

bantuan materi seperti uang.

Carver, Scheier, & Weintraub (1989) juga mengemukakan

limabelas jenis tindakan berdasarkan tiga bentuk umum strategi coping

yang diungkapkan oleh Passer dan Smith, yaitu (dalam MacArthur dan

John, 1998) :

a. Active coping (coping aktif); mengambil tindakan langsung (aktif) atau

melakukan usaha untuk menghilangkan atau menghindari stressor.

b. Planning (perencanaan); merencanakan tindakan-tindakan secara aktif

dengan cara memikirkan langkah-langkah yang harus diambil untuk

mengatasi stres.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

14

c. Suppression of competing activities (mengurangi aktivitas pesaing);

mengurangi perhatian atau mengesampingkan aktivitas lain agar lebih

berkonsentrasi dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

d. Restraint coping (pengekangan/menahan diri); melakukan coping

secara pasif dengan menunggu waktu dan kesempatan yang tepat

untuk bertindak melakukan coping dan individu juga

mempertimbangkan saran dari orang lain sebelum bertindak.

e. Turning to religion (agama); meningkatkan kepercayaan keagamaan

dan meningkatkan keterlibatan dalam tindakan-tindakan keagamaan

untuk mendapatkan kekuatan dan berpikir positif.

f. Positive reinterpretation and growth (melakukan interpretasi ulang

yang positif dan berkembang); mengambil sisi positif atau hikmah dari

situasi tersebut dan memandang secara positif situasi tersebut.

g. Acceptance/resignation (penerimaan); pasrah menerima kenyataan

bahwa kejadian penyebab stres memang telah terjadi dan nyata.

h. Focus on and venting of emotions (lebih fokus dan menyalurkan

emosi); meningkatkan kesadaran akan adanya tekanan emosional dan

melakukan usaha untuk menyalurkan atau melampiaskan perasaan-

perasaan tersebut (katarsis emosi).

i. Denial (penyangkalan); suatu usaha untuk meniadakan atau

menyangkal kenyataan dari masalah stres itu untuk membuat emosi

stabil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

15

j. Mental disengagement (pelepasan secara mental); pelepasan secara

psikologis terhadap masalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan

yang tidak memikirkan masalah itu lagi seperti melamun, berkhayal,

tidur, atau pengalihan.

k. Behavioral disengagement (pelepasan dalam perilaku); menyerah

terhadap keadaan atau mengurangi dan menghentikan usaha untuk

menghadapi masalah.

l. Alcohol/drug use (penggunaan alkohol atau obat-obatan); beralih pada

penggunaan alkohol atau obat-obatan lain sebagai cara melepaskan diri

dari stressor.

m. Humor; membuat lelucon tentang stressor.

n. Seeking instrumental social support (mencari bantuan dukungan

sosial); perilaku yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

dukungan sosial seperti mendapatkan dukungan, nasehat, informasi

atau saran tentang hal yang harus dilakukan.

o. Seeking emotional social support (mencari dukungan emosional);

individu berusaha mendapatkan dukungan moral, pengertian dan

simpati dari orang lain (teman, keluarga dan lingkungan sekitarnya).

Kelimabelas jenis tindakan tersebut secara skematis

diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk umum strategi coping yang

diungkapkan oleh Passer dan Smith berikut ini :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

16

Strategi Coping

Problem-focused

coping

1. coping aktif 2. perencanaan 3. mengurangi

aktivitas pesaing 4. pengekangan atau

menahan diri

Emotion-focused coping

1. meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan agama

2. melakukan interpretasi ulang yang positif dan berkembang

3. penerimaan 4. lebih fokus dan menyalurkan emosi (mengontrol

perasaan) 5. penyangkalan 6. pelepasan secara mental (berkhayal atau wishful

thinking) 7. pelepasan dalam perilaku 8. penggunaan alkohol atau obat-obatan 9. humor

Seeking social support

1. mencari bantuan dukungan sosial

2. mencari dukungan emosional

Gambar 1. Jenis Strategi Coping

3. Sumberdaya Coping

Selain strategi coping yang digunakan, kemampuan seseorang

untuk mengatasi stres secara efektif tergantung pada sifat stressor dan

sumberdaya yang dimiliki individu. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam

Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997), sumberdaya yang dapat

dimanfaatkan dalam mengatasi stres secara efektif adalah :

a. Kesehatan dan energi; semakin individu sehat dan kuat, maka mereka

dapat mengatasi stres dengan baik dan bisa bertahan dalam tahap

resistensi tanpa memasuki tahap kelelahan.

b. Keyakinan yang positif; meliputi self-image yang positif dan sikap

yang positif. Kedua hal tersebut memungkinkan individu memiliki

strategi terbaik yang akan digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

17

c. Internal locus of control; individu yang memiliki internal locus of

control merasa bahwa mereka memiliki kontrol yang signifikan

terhadap segala sesuatu dalam hidup mereka.

d. Kemampuan sosial; memiliki kemampuan untuk mengetahui perilaku

yang sesuai dengan situasi tertentu dan mampu untuk mengekspresikan

diri secara baik.

e. Dukungan sosial; ketika individu dihadapkan pada situasi stres, orang-

orang terdekat seperti keluarga dan teman membantu dengan menjadi

pendengar yang baik, memastikan bahwa individu yang sedang

mengalami stres tetap menjaga kesehatannya, dan meyakinkan bahwa

individu tersebut sangat berarti.

f. Sumberdaya material; walaupun uang bukan segalanya, tetapi uang

bisa menjadi pilihan dan meningkatkan jumlah pilihan yang tersedia

untuk mengurangi pengaruh dari stres.

Selain itu, variabel yang ada dalam individu seperti umur, jenis

kelamin, temperamen, tingkat pendidikan, suku, kebudayaan, dan standar

kehidupan juga termasuk dalam sumberdaya yang bisa dimanfaatkan

untuk mengatasi stres (Smet, 1994 ; Cohen & Edward, 1989 dan Moos,

1995; dalam Taylor, 1999).

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa sumberdaya yang

dapat dimanfaatkan individu dalam mengatasi stres secara efektif adalah

kesehatan dan energi, keyakinan yang positif, internal locus of control,

sumberdaya material, kemampuan dan dukungan sosial serta beberapa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

18

variabel yang ada dalam individu seperti usia, tingkat pendidikan, dan

standar kehidupan.

C. Retardasi Mental

1. Pengertian Retardasi Mental

Prasadio (1978) menyatakan bahwa retardasi mental bukanlah

suatu penyakit, melainkan suatu keadaan dimana individu menunjukkan

gangguan fungsi intelektual yang dimulai sejak masa perkembangan dan

termanifestasi pada gangguan belajar dan gangguan penyesuaian dengan

lingkungannya.

Supratiknya (1995) mendefinisikan retardasi mental adalah suatu

keadaan taraf perkembangan yang ditandai dengan fungsi intelektual

umum di bawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan beradaptasi

terhadap tuntutan lingkungan yang muncul selama masa pertumbuhan dan

munculnya gangguan mental ini dibatasi hingga individu berusia tujuh

belas tahun. Dalam retardasi mental, individu tidak mampu

mengembangkan aneka keterampilan sampai ke taraf secukupnya yang

dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan secara

memadai dan mandiri.

Retardasi mental juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan

perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap dan terutama

terlihat selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

19

tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan

sosial (Kompas, 22 Januari 2003).

World Health Organization (dalam PPDGJ III, 1993)

mendefinisikan retardasi mental sebagai suatu keadaan perkembangan

mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh

adanya hambatan keterampilan selama masa perkembangan, sehingga

berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif,

bahasa, motorik, dan sosial.

Jadi, retardasi mental adalah suatu keadaan taraf perkembangan

mental yang terhenti atau tidak lengkap yang muncul selama masa

perkembangan hingga individu berusia tujuh belas tahun dan ditandai

dengan adanya hambatan keterampilan sehingga berpengaruh pada semua

tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan

sosial.

2. Jenis-jenis Retardasi Mental

Menurut Supratiknya (1995), penggolongan tingkat retardasi

mental biasanya didasarkan pada hasil pengukuran intelegensi dan

mengandung penilaian tentang kemampuan beradaptasi dengan

lingkungan, khususnya menyangkut kemandirian dan tanggung jawab

sosial. Oleh karena itu, jenis retardasi mental dapat dikelompokkan dalam

beberapa subtipe (Supratiknya, 1995; Wenar & Kerig, 2000), yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

20

a. Retardasi mental ringan (mild mental retardation)

Penderita retardasi mental ringan memiliki IQ antara 55-70 dan

setelah dewasa IQ mereka setara dengan anak berusia 8-11 tahun.

Penderita retardasi mental biasanya mengalami keterlambatan dalam

mempelajari bahasa, tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan

berbicara untuk keperluan sehari-hari, mengadakan percakapan, dan

dapat diwawancarai. Penderita ini dapat dididik atau educabel

sehingga mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan serta mampu

menguasai keterampilan akademik dan kerja sederhana secara mandiri

b. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation)

Penderita retardasi mental sedang memiliki IQ 40-54. Setelah

dewasa IQ mereka setara dengan anak-anak usia 4-7 tahun. Penderita

dapat dilatih atau trainable sehingga mereka dapat cukup mandiri

dalam mengurus diri dan biasanya lambat dalam pengembangan

keterampilan merawat diri, keterampilan motorik, serta pemahaman

dan penggunaan bahasa.

c. Retardasi mental berat (severe mental retardation)

Penderita golongan ini memiliki IQ 25-39 dan mereka sering

disebut “dependent retarded” atau penderita lemah mental yang

tergantung. Penderita memiliki kemampuan yang terbatas dalam

kemampuan akademis, walaupun mereka dapat menggunakan bahasa-

bahasa yang sangat sederhana. Perkembangan motorik dan bicara

mereka sangat terbelakang, sering disertai gangguan pengindraan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

21

motor. Mereka dapat dilatih melakukan tugas-tugas sederhana tetapi

untuk hal-hal yang lebih kompleks mereka sangat tergantung pada

pertolongan orang lain.

d. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation)

Penderita memiliki IQ kurang dari 25 dan mereka sering

disebut golongan “life support retarded” yaitu golongan lemah mental

yang perlu disokong secara penuh agar dapat bertahan hidup.

Kemampuan adaptasi dan bicara mereka sangat terbatas. Sebagian

besar dari mereka juga sangat terbatas dalam gerakannya dan hanya

mampu mengadakan komunikasi nonverbal yang belum sempurna.

Jadi, jenis-jenis retardasi mental dapat dikelompokkan menjadi

retardasi mental ringan, sedang, berat dan sangat berat. Para penderita

retardasi mental ini biasanya ditangani dengan pemberian pendidikan dan

latihan khusus yang didapat dari sekolah luar biasa, pemeriksaan ke

psikiater, pemberian farmakoterapi, dan konseling keluarga untuk

mendukung keberhasilan pengobatan.

D. Orangtua

1. Definisi Orangtua

Menurut Utama (dalam Kartono, 1985), orangtua adalah seorang

pria dan wanita yang berjanji di hadapan Tuhan untuk hidup sebagai suami

istri, yang berarti juga bersedia memikul tanggung jawab sebagai ayah dan

ibu dari anak-anak yang akan dilahirkan. Hal ini berarti bahwa setiap pria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

22

dan wanita yang terikat dalam sebuah perkawinan bersedia untuk menjadi

orangtua.

Jenkins (dalam Indra, 1980) menyebutkan bahwa dalam

membentuk sebuah keluarga yang bahagia, perasaan-perasaan setiap

anggota keluarga harus dijaga sehingga harus ada rasa cinta dan

penerimaan dari orangtua terhadap anak-anak mereka, baik laki-laki atau

perempuan, pandai atau lamban, dan sehat atau cacat. Orangtua harus

mengerti kebutuhan anak-anaknya dan menghargai setiap anak sebagai

individu.

Jadi, orangtua adalah pria dan wanita yang terikat dalam sebuah

perkawinan dan bersedia hidup sebagai suami istri yang memikul

tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak mereka.

2. Peranan Orangtua dalam Keluarga

Menurut Santrock (2002), peran menjadi orangtua telah

direncanakan dan diatur dengan baik bagi sebagian orang, namun bagi

yang lain, peran untuk menjadi orangtua adalah suatu kejutan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa calon orangtua mungkin memiliki emosi yang

bercampur aduk dan mengkhayalkan hal-hal yang menyenangkan tentang

memiliki anak. Oleh karena itu, menjadi orangtua menuntut beberapa

keterampilan interpersonal dan tuntutan emosional yang biasanya didapat

dari pengalaman dan pengetahuan mereka tentang orangtua mereka, serta

membawanya ke dalam kehidupan rumah tangga mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

23

a. Peranan ayah

Jenkins (dalam Indra, 1980) menyatakan bahwa peranan

seorang ayah dalam keluarga di masa lampau merupakan pemimpin

keluarga yang otoriter dimana istri dan anak-anaknya tidak pernah

berani menentangnya. Pada zaman sekarang ini, para ayah lebih

banyak berperanan di luar rumah karena memperoleh tanggung jawab

sebagai pencari nafkah.

Menurut McBride (dalam Santrock, 2002), ayah tidak hanya

bertanggung jawab menyediakan sumber ekonomi keluarga, namun

ayah kini dinilai dalam keaktifannya dan keterlibatan pengasuhan

anak-anaknya. Santrock (2002) menyebutkan bahwa keterlibatan

positif ayah dalam keluarga mengandung nilai penting dalam

perkembangan kompetensi sosial anak.

b. Peranan ibu

Matlin (dalam Santrock, 2002) mengasosiasikan sifat ibu

dengan citra positif, seperti hangat, tidak mementingkan diri sendiri,

tekun pada tugas, dan toleran. Menurut Santrock (2002), seorang ibu

akan cenderung disalahkan oleh masyarakat dengan adanya asosiasi

seperti ini. Jika anak-anak melakukan kesalahan dan tidak berhasil

memenuhi tuntutan masyarakat, ibu cenderung dijadikan penyebab

tunggal atas kesalahan yang dilakukan anak-anak.

Menurut Jenkins (dalam Indra, 1980), peranan ibu dalam

rumah tangga di masa lampau lebih beraneka ragam dan membutuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

24

kekuatan fisik, sedangkan pada masa sekarang lebih menuntut

hubungan kemanusiaan. Tugas-tugas ibu dalam keluarga pada zaman

sekarang ini tidak hanya memasak, membersihkan rumah, dan

mencuci, tetapi juga sebagai konselor yang baik dalam keluarganya.

Hal ini akan berpengaruh pada rasa aman dan kehangatan dalam

kehidupan keluarga yang bebas dari konflik.

E. Strategi Coping pada Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental

Orangtua yang menghadapi kenyataan bahwa anak mereka menderita

retardasi mental akan mengalami perubahan yang sangat berarti dalam

kehidupan karena mereka harus melakukan banyak penyesuaian diri dalam

kehidupan rumah tangga dan sosial, serta harus memenuhi berbagai tuntutan

baru ketika memiliki anak retardasi mental tersebut. Hal ini dilakukan

orangtua agar mereka bisa menerima kehadiran anak tersebut di dalam

keluarga.

Retardasi mental adalah suatu keadaan taraf perkembangan mental

yang terhenti atau tidak lengkap yang muncul selama masa perkembangan

hingga individu berusia tujuh belas tahun dan ditandai dengan adanya

hambatan keterampilan yang berpengaruh pada semua tingkat intelegensia

yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Menurut Supratiknya

(1995), retardasi mental dapat dikelompokkan menjadi retardasi mental

ringan, sedang, berat dan sangat berat yang didasarkan pada hasil pengukuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

25

intelegensi dan mengandung penilaian tentang kemampuan yang menyangkut

kemandirian dan tanggung jawab sosial.

Dalam penelitian ini dipilih orangtua yang memiliki anak yang

menderita retardasi mental berat karena penderita retardasi mental berat

merupakan dependent retarded dan akan mengalami gangguan perkembangan

motor, pengindraan, dan gangguan bicara sehingga mereka akan sangat

tergantung pada pertolongan orang lain dalam kehidupannya sehingga para

orangtua pun harus memberikan perhatian dan dukungan yang lebih kepada

anak tersebut (Supratiknya, 1995).

Prasadio (1978) menyebutkan pada umumnya orangtua akan memiliki

perasaan sedih dan kecewa, cemas, tidak mempunyai harapan, merasa

bersalah, bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika memiliki

anak yang menderita retardasi mental. Orangtua yang dihadapkan pada

kenyataan seperti ini akan menghadapi suatu transisi atau perubahan dalam

kehidupan mereka. Menurut Zautra (dalam Passer dan Smith, 2004),

perubahan dalam kehidupan ini akan menimbulkan berbagai emosi negatif

yang menumpuk sehingga akan menambah beban dalam keluarga sehingga

orangtua akan semakin sulit menerima kenyataan dengan baik. Sarason &

Sarason (1984) dan Moos & Schaefer (1986) menyatakan bahwa transisi

dalam kehidupan ini menimbulkan keadaan yang menekan (stres) karena

adanya kejadian-kejadian utama yang membawa seseorang dari suatu keadaan

yang nyaman ke keadaan baru yang menimbulkan berbagai perubahan penting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

26

dan menimbulkan tuntutan-tuntutan baru yang harus dipenuhi (dalam

Sarafino, 1990).

Tuntutan yang harus dilakukan oleh orangtua adalah melakukan

berbagai penyesuaian diri dengan keadaan anak mereka yang membutuhkan

perawatan, pendidikan, dukungan, dan perhatian ekstra. Orangtua juga harus

memikirkan kehidupan masa depan anak yang menderita retardasi mental.

Selain itu, orangtua akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan

lingkungan sosial karena adanya stigma negatif dalam masyarakat mengenai

anak yang menderita retardasi mental (Prasadio, 1976).

Ketika berhadapan dengan situasi stres tersebut, individu akan

mencoba untuk beradaptasi dengan situasi tersebut untuk mengatasi stres yang

bisa dilakukan dengan coping dan selanjutnya akan diwujudkan dalam bentuk

strategi coping yang mengarah pada usaha kognitif dan perilaku yang

dilakukan seseorang untuk mengatasi tuntutan internal maupun eksternal dan

konflik-konflik yang muncul dalam situasi stres sehingga diharapkan dapat

membantu individu untuk mengatasi, mengurangi atau menurunkan efek

negatif dari situasi stres yang dialami.

Menurut Passer dan Smith (2004), upaya-upaya yang dilakukan untuk

mengatasi stres terbagi dalam tiga bentuk, yaitu problem-focused coping,

emotion-focused coping, dan seeking sosial support. Tindakan yang termasuk

dalam problem-focused coping antara lain coping aktif, perencanaan,

mengurangi aktivitas pesaing dan pengekangan / menahan diri. Tindakan yang

termasuk dalam emotion-focused coping adalah meningkatkan keterlibatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

27

dalam kegiatan-kegiatan agama, melakukan interpretasi ulang yang positif dan

berkembang, penerimaan, mengontrol perasaan, penyangkalan, pelepasan

secara mental (berkhayal atau wishful thinking), pelepasan dalam perilaku,

penggunaan alkohol atau obat-obatan dan humor. Tindakan yang termasuk

dalam seeking social support adalah mencari bantuan dukungan sosial dan

mencari dukungan emosional.

Dalam kasus ini, strategi coping yang dimaksud adalah semua usaha

yang dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi stres yang dialami ketika

memiliki anak yang menderita retardasi mental. Orangtua yang mengalami

stres akan melakukan coping untuk mengatasinya dengan menggunakan

tindakan yang berbeda satu sama lain, baik dengan menggunakan problem-

focused coping, emotion-focused coping, maupun seeking social support.

Selain itu, orangtua juga menggunakan sumberdaya yang dimilikinya dalam

penggunaan strategi coping yang dipilih, antara lain kesehatan dan energi,

keyakinan yang positif, internal locus of control, sumberdaya material (status

ekonomi), kemampuan dan dukungan sosial serta beberapa variabel yang ada

dalam individu seperti usia, tingkat pendidikan, dan standar kehidupan. Pada

gambar di bawah ini akan ditunjukkan skema dinamika psikologis orangtua

yang memiliki anak retardasi mental.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

28

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor : 1. Penderita merupakan dependent retarded. 2. Penderita mengalami gangguan perkembangan motor, pengindraan dan

bicara. 3. Stigma negatif dari masyarakat terhadap anak retardasi mental berat.

Sumberdaya coping: 1. Kesehatan dan energi 2. Keyakinan yang positif 3. Internal locus of control 4. Kemampuan dan dukungan

sosial 5. Sumberdaya material 6. Usia 7. Tingkat pendidikan 8. Standar kehidupan

Stres yang dialami oleh orangtua: 1. Muncul emosi negatif yang menumpuk seperti merasa sedih dan

kecewa, cemas, tidak mempunyai harapan, merasa bersalah dan bingung.

2. Berbagai tuntutan, perhatian, dan dukungan ekstra yang harus dilakukan dan diberikan dalam merawat anak retardasi mental.

3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak 4. Kesulitan dalam penyesuaian diri orangtua dengan lingkungan

Strategi coping : 1. Problem-focused coping2. Emotion-focused coping3. Seeking social support

Gambar 2. Strategi Coping Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

29

F. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana gambaran keadaan anak retardasi mental berat dalam

keluarga?

2. Bagaimana gambaran keadaan stres yang dialami orangtua?

3. Bagaimana gambaran strategi coping orangtua yang memiliki anak

retardasi mental berat?

4. Sumberdaya coping apa yang dimiliki dan dimanfaatkan orangtua dalam

mengatasi stres?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan pendekatan kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(dalam Moleong, 2005). Suryabrata (1990) menjelaskan bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat pencandraan atau

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai situasi-situasi atau

kejadian-kejadian. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai

berbagai jenis strategi coping yang dilakukan oleh orangtua yang memiliki

anak retardasi mental.

B. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah strategi coping yang digunakan

oleh orangtua yang memiliki anak retardasi mental.

C. Batasan Istilah

Strategi coping yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

usaha yang spesifik berupa pikiran dan perilaku yang digunakan oleh orangtua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

31

dalam menghadapi situasi stres ketika memiliki anak yang menderita retardasi

mental. Strategi coping dalam penelitian ini meliputi problem-focused coping

yaitu dengan menghadapi dan mengatasi langsung tuntutan dari situasi stres,

emotion-focused coping yaitu strategi yang berusaha untuk mengatur respon

emosional yang muncul akibat situasi stres dan seeking social support yaitu

strategi coping untuk memperoleh bantuan dan dukungan emosional pada

situasi stres.

D. Subjek Penelitian

Pengambilan subjek dalam penelitian kualitatif tidak menekankan

upaya generalisasi melalui perolehan sampel acak, melainkan berupaya

memahami sudut pandang dan konteks subjek penelitian secara mendalam

(Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini, subjek yang diteliti adalah tiga

pasang orangtua, yaitu ayah dan ibu dari anak yang menderita retardasi mental

berat.

Subjek dalam penelitian ini lebih dikhususkan pada orangtua, yaitu

ayah dan ibu yang memiliki anak retardasi mental berat karena ayah dan ibu

memiliki peran dan keterlibatan yang sama pentingnya dalam proses

pengasuhan dan perkembangan anak (Ross de Parke dalam Dagun, 1990).

Ayah berperan penting dalam perkembangan anak secara langsung maupun

secara tidak langsung melalui interaksi dengan istrinya. Menurut Frank

Pedersen, keintiman hubungan antara ayah dan ibu akan mempengaruhi dalam

hubungan antara orangtua dengan anak dalam keluarga (Dagun, 1990). Oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

32

karena itu, orangtua (ayah dan ibu) memegang peranan penting dalam

merawat dan mendidik anak.

Pemilihan subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria yaitu

orangtua (ayah dan ibu) dari anak yang menderita retardasi mental berat

dengan IQ 25-39. Pemilihan ini didasarkan pada alasan bahwa penderita

retardasi mental berat akan mengalami banyak hambatan dalam kehidupan

dan akan sangat tergantung pada pertolongan orang lain sehingga

menimbulkan tekanan yang cukup kuat pada orangtua.

E. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui

beberapa cara, yaitu :

1. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka

semi terstruktur dimana peneliti tetap membuat panduan pertanyaan, tetapi

tidak harus mengikuti ketentuan secara ketat dan memungkinkan untuk

dapat mengajukan pertanyaan di luar pertanyaan formal guna mendukung

pengumpulan informasi (Basuki, 2006). Guba dan Lincoln (1981)

menyatakan bahwa dalam wawancara terbuka berarti subjek mengetahui

maksud dan tujuan wawancara serta menyadari bahwa mereka sedang

dalam proses wawancara (dalam Moleong, 2005).

Informasi yang ingin digali dilakukan dengan menggunakan

panduan pertanyaan, yaitu wawancara mengenai berbagai bentuk strategi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

33

coping yang digunakan subjek dalam menghadapi anak mereka yang

menderita retardasi mental, meliputi usaha yang digunakan baik untuk

menerima kenyataan akan kehadiran anak mereka maupun untuk

mengatasi dampak-dampak yang muncul setelah kehadiran anak tersebut.

Tabel 1. Panduan Wawancara

Latar Belakang Subjek :

1. Berapa usia subjek?

2. Tingkat pendidikan dan apa pekerjaan subjek?

3. Berapa jumlah anak?

Stressor, Strategi Coping, dan Sumberdaya Coping :

1. Bagaimana keadaan fisik anak Anda yang menderita retardasi mental?

2. Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana anak Anda melakukan aktivitasnya sehari-

hari?

3. Bagaimana pengalaman subjek bersama anak yang menderita retardasi mental saat

ini?Masalah-masalah apa yang ditimbulkan berkaitan dengan kehadiran anak yang

menderita retardasi mental tersebut?

4. Usaha atau cara apa yang digunakan subjek saat ini untuk mengatasi masalah yang

ditimbulkan oleh pengalaman tersebut?

5. Perasaan apa saja yang muncul terhadap anak yang menderita retardasi mental

tersebut?

6. Bagaimana cara subjek untuk mengelola perasaan-perasaan tersebut?

7. Bagaimana kehidupan sosial subjek pada saat ini?

8. Bagaimana tanggapan masyarakat saat ini terhadap kehadiran anak subjek yang

menderita retaradsi mental?

9. Usaha atau cara apa yang digunakan subjek saat ini dalam menghadapi masalah

dalam kehidupan sosialnya yang berkaitan dengan keadaan anaknya yang retardasi

mental?

10. Bagaimana penyesuaian diri dan kehidupan sosial serta komunikasi subjek dengan

lingkungan sekitarnya (keluarga dan masyarakat) sekarang?

11. Sumberdaya apa saja yang subjek miliki dan manfaatkan untuk membantu mengatasi

stres yang dialami?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

34

2. Observasi

Banister et al. (1994) mengungkapkan bahwa istilah observasi

diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena

yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam

fenomena tersebut dengan tujuan untuk mendeskripsikan setting yang

dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, dan orang-orang yang

terlibat dalam aktivitas (dalam Poerwandari, 2005).

Observasi dalam penelitian kualitatif ini dilakukan pada latar

alamiah atau bersifat tidak terstruktur, yaitu observasi yang mengamati

perilaku dan keadaan subjek dalam kehidupan sehari-harinya di masa kini

dan peneliti mempersiapkan pencatatan secermat mungkin menyangkut

perilaku yang akan berlangsung tanpa mempradesain kategori khusus dari

perilaku (Basuki, 2006; Moleong, 2005).

Hasil observasi dalam penelitian ini akan dipakai sebagai data

pendukung penelitian. Hal-hal yang akan menjadi fokus observasi adalah

kondisi fisik lingkungan tempat tinggal, keadaan fisik dan hubungan

subjek dengan anak maupun dengan lingkungan sekitarnya. Panduan

observasinya adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Panduan Observasi

Observasi

1. Kondisi tempat tinggal subjek

2. Keadaan fisik subjek

3. Interaksi subjek dengan anak yang menderita retardasi mental sehari-hari

4. Interaksi subjek dengan masyarakat atau keluarga subjek yang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

35

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini banyak berbentuk

data deskripsi tertulis yang didapat dari transkip wawancara sehingga data-

data tersebut akan dianalisis menurut isinya (Suryabrata, 1990). Menurut

Bogdan dan Biklen (1982), analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan sesuatu yang penting dan

memutuskan hasil yang dapat diceritakan kepada orang lain (dalam Moleong,

2005).

Poerwandari (2005) menyebutkan langkah-langkah dalam analisis data

kualitatif, yaitu :

1. Organisasi Data

Data-data yang sudah diperoleh dalam penelitian diorganisasikan

secara rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Highlen dan Finley (1996)

menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti

untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis

yang dilakukan, menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam

penyelesaian penelitian. Data-data yang akan diorganisasi dalam penelitian

ini antara lain :

a. Data mentah yaitu berupa catatan lapangan dan kaset hasil rekaman.

b. Data yang sudah diproses sebagian yaitu berupa transkip wawancara

dan catatan refleksi penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

36

c. Data yang sudah ditandai dengan kode-kode spesifik.

d. Penjabaran kode-kode dan kategori-kategori secara luas.

2. Pengkodean (Koding)

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan

mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga dapat

memunculkan gambaran mengenai topik yang dipelajari. Langkah-langkah

koding yang dapat dilakukan meliputi :

a. Menyusun transkip verbatim atau catatan lapangan.

b. Memberikan penomoran secara urut pada baris-baris transkip verbatim

dan catatan lapangan tersebut.

c. Memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu

yang dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi dilakukan setelah peneliti melakukan koding terhadap

hasil wawancara dan catatan lapangan. Kvale (1996) mengungkapkan

bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih

ekstensif dan mendalam.

G. Pemeriksaan Kesahihan dan Keabsahan Data

1. Kredibilitas

Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai

maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses,

kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

37

yang menjelaskan kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari

berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif

(Poerwandari, 2005). Stangl (1980) dan Sarantakos (1993) menyatakan

bahwa dalam penelitian kualitatif, kredibilitas dicoba dicapai melalui

orientasi dan upaya mendalami dunia empiris dengan menggunakan

metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data (dalam

Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini, kredibilitas yang dipakai adalah

kredibilitas komunikatif dimana data-data dan analisis yang diperoleh

dikonfirmasikan secara bertahap kepada subjek penelitian. Dalam

penelitian ini, kredibilitas juga dapat dicapai melalui (Moleong, 2005;

Creswell, 1998) :

a. Melakukan pengamatan secara tekun dan cermat dengan memahami

situasi pengamatan dan membangun kedekatan dengan subjek

penelitian agar peneliti dapat memahami situasi pengamatan secara

lebih mendalam.

b. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan dengan mendiskusikan hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dengan dosen pembimbing dan rekan-rekan

sejawat yang memiliki tema yang sama yaitu tentang coping.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mempertahankan keterbukaan dan

kejujuran yang berkaitan dengan hasil penelitian serta untuk

memeriksa apakah metode pengumpulan data dalam penelitian ini

sudah dilakukan dengan benar atau ada kekeliruan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

38

c. Pengecekan subjek

Pengecekan dengan subjek penelitian merupakan langkah yang penting

dalam pemeriksaan keabsahan data. Tahap ini dapat dilakukan baik

secara formal maupun informal dengan melakukan konfirmasi ulang

atas data-data dan analisis/deskripsi yang sudah terkumpul kepada

subjek. Dalam penelitian ini, konfirmasi dilakukan secara informal dan

dilakukan secara bertahap selama peneliti memproses dan menganalisa

data-data yang telah didapat. Pada awalnya peneliti

mengkonfirmasikan data yang berupa transkip verbatim terlebih

dahulu kepada subjek. Setelah subjek menyetujui hasil yang diberikan

tersebut telah sesuai, peneliti melanjutkan dengan mengkonfirmasikan

hasil analisis atau interpretasi data secara sederhana. Berikut data

pelaksanaan konfirmasi kepada subjek :

Tabel 3. Pelaksanaan Konfirmasi Data kepada Subjek

No. Subjek Waktu Konfirmasi Pertama Waktu Konfirmasi Kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Orangtua 1 (Ibu)

Orangtua 1 (Ayah)

Orangtua 2 (Ibu)

Orangtua 2 (Ayah)

Orangtua 3 (Ibu)

Orangtua 3 (Ayah)

13 Agustus 2007

13 Agustus 2007

20 Agustus 2007

20 Agustus 2007

31 Agustus 2007

31 Agustus 2007

19 Oktober 2007

19 Oktober 2007

20 Oktober 2007

20 Oktober 2007

21 Oktober 2007

21 Oktober 2007

d. Triangulasi

Triangulasi mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang

berbeda dengan cara yang berbeda untuk memperoleh kejelasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

39

mengenai suatu hal tertentu. Data dari berbagai sumber berbeda dapat

digunakan untuk mengelaborasi dan memperkaya penelitian dan

dengan teknik pengumpulan yang berbeda, kita akan menguatkan

derajat manfaat studi (Marshall & Rossman, 1995; dalam Poerwandari,

2005). Dalam penelitian ini, jenis triangulasi yang digunakan adalah

triangulasi teknik yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi teknik ini

akan dilakukan dengan cara wawancara dan didukung dengan hasil

observasi terhadap subjek penelitian..

2. Dependability

Melalui konstruk dependability, peneliti memperhitungkan

perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang

diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang

lebih mendalam tentang setting yang diteliti (Poerwandari, 2005).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

pencatatan secara rinci fenomena yang diteliti dan mengungkapkan secara

terbuka proses penelitian sehingga memungkinkan orang lain untuk

melakukan penilaian.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan setelah

menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membuat panduan pertanyaan sesuai dengan teori yang digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

40

2. Meminta subjek untuk bersedia menjadi subjek penelitian dan membuat

janji untuk melakukan wawancara.

3. Melakukan penelitian sesuai dengan waktu dan tempat yang telah

disepakati dengan subjek.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat bantu berupa

tape recorder, alat tulis dan peralatan penting lainnya untuk mencatat hal-hal

yang penting sehingga mendukung kelancaran proses wawancara. Penggunaan

alat-alat bantu tersebut dengan sepengetahuan dan seijin subjek penelitian.

Setelah melakukan wawancara, hasil wawancara diketik dalam bentuk

transkip wawancara agar peneliti lebih mudah dalam melakukan pembahasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan

dan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu strategi coping pada orangtua yang

memiliki anak retardasi mental. Pada tahap persiapan ini, peneliti menjalin

raport dengan subjek. Selanjutnya, peneliti meminta kesediaan subjek untuk

berpartisipasi dalam penelitian dan membuat kesepakatan mengenai waktu

dan tanggal wawancara. Wawancara dilakukan di tempat tinggal subjek

supaya tidak merepotkan subjek dan tidak mengganggu aktivitas subjek

karena subjek merupakan orangtua yang memiliki kesibukan masing-masing

dalam bekerja ataupun mengurusi kebutuhan rumah tangga. Pada hari yang

telah ditentukan, peneliti datang ke tempat subjek dengan membawa tape

recorder, kaset kosong, buku catatan dan alat tulis untuk mencatat hal-hal

yang dirasa perlu selama wawancara. Wawancara dengan masing-masing

subjek dilakukan sebanyak dua kali sesuai dengan kesepakatan waktu dan

tempat yang telah disepakati bersama sebelumnya, yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

42

Tabel 4. Pelaksanaan Wawancara dengan Subjek

Wawancara I Wawancara II

No. Subjek Tanggal

(2007)

Waktu

(WIB) Tempat

Tanggal

(2007)

Waktu

(WIB) Tempat

1.

2.

3.

4.

5.

6

Orangtua I (Ibu)

Orangtua I (Ayah)

Orangtua II (Ibu)

Orangtua II (Ayah)

Orangtua III (Ibu)

Orangtua III

(Ayah)

14 Juni

22 Juni

25 Juni

28 Juni

2 Juli

4 Juli

14.30

16.30

16.00

18.30

18.30

10.00

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

25 Juli

26 Juli

30 Juli

31 Juli

27 Juli

27 Juli

13.45

16.30

11.00

18.45

15.00

14.00

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

Rumah subjek

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis secara terus-

menerus sejak pengambilan data sampai akhir penelitian. Analisis seperti ini

bertujuan agar diperoleh pemahaman yang baik terhadap data yang telah

diperoleh sehingga menghasilkan suatu deskripsi data. Langkah-langkah

analasis data yang telah dilakukan adalah :

1. Menyalin hasil rekaman dalam bentuk transkrip verbatim, kemudian

dibaca berulang-ulang untuk pengkodean dan memperoleh ide tentang

tema-tema yang berhubungan dengan strategi coping.

2. Setelah tema teridentifikasi, dimasukkan ke dalam kategori-kategori

dengan seksama.

3. Kemudian kategori-kategori dibaca-baca dan dicermati sehingga diperoleh

pola hubungan dan dinamika psikologis masing-masing subjek.

4. Melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan prosedur yang telah

ditetapkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

43

5. Membuat interpretasi dan pembahasan sehingga diperoleh deskripsi data

penelitian.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tiga pasang subjek yaitu tiga pasang

orangtua yang merupakan ayah dan ibu dari tiga anak yang menderita

retardasi mental. Identitas masing-masing subjek adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Data Subjek Penelitian

Identitas Subjek Penelitian Identitas Anak dari Subjek

Penelitian Subjek

Pekerjaan Pend. Lokasi Suku Agama JK Usia Urutan

kelahiran Informasi

Ibu Ibu rumah

tangga SMEA Palembang Palembang Islam Pasangan

Orangtua

I Ayah Wiraswasta STM Palembang Palembang Islam

L 10

tahun

Anak

ketiga dari

tiga

bersaudara

SLB kelas

3 SD

(IQ : 39)

Ibu Ibu rumah

tangga SMP Palembang Jawa Islam Pasangan

Orangtua

II Ayah Karyawan

Swasta SMEA Palembang Jawa Islam

P 14

tahun

Anak

kedua dari

tiga

bersaudara

Lulus

SDLB

(IQ : 36)

Ibu Ibu rumah

tangga/pedagang SMP Palembang Palembang Islam Pasangan

Orangtua

III Ayah Wiraswasta SMP Palembang Palembang Islam

L 20

tahun

Anak

ketiga dari

tiga

bersaudara

SLB kelas

1 SMA

(IQ : 34)

Keterangan : JK = Jenis Kelamin

P = Perempuan

L = Laki-laki

SDLB = Sekolah Dasar Luar Biasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

44

C. Analisa Data Hasil Penelitian

Analisa hasil data wawancara yang secara verbatim telah dilakukan

pengkodean untuk masing-masing subjek akan dibuat dalam satu tabel untuk

membantu dan mempermudah dalam melakukan pembahasan penelitian.

Analisis yang di dalam tabel ini berdasarkan pernyataan dari masing-masing

subjek yang berhubungan dengan strategi coping pada orangtua yang memiliki

anak retardasi mental.

Data strategi coping masing-masing subjek dapat dilihat pada tabel

berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

45

Tabel 6. Ringkasan Analisis Hasil Wawancara Subjek 1, Subjek 2, dan Subjek 3

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) 1. Problem

Focused Coping a. Active coping

1. Memperhatikan dan mempersiapkan pendidikan anak untuk kehidupan masa depannya.

2. Menyekolahkan anak di YPAC karena anak membutuhkan pembinaan dan pendidikan secara khusus.

3. Mengajari dan membina anak secara intensif sehari-harinya di rumah.

1. Menyekolah-

kan anak di YPAC supaya pendidikannya tidak tertinggal dari yang lain.

2. Memperhatikan dan membimbing anak di rumah mengenai hal-hal yang baik dan buruk serta tidak membedakan perlakuan.

3. Membina secara intensif tentang pelajar-an sekolah, cara bicara dan bersosialisasi.

1. Mendidik

anak di rumah supaya bisa mela-kukan pe-kerjaan atau kegiatan ha-rian secara mandiri.

1. Menyekolahkan

anak di tempat yang keadaan siswanya sama dengan keadaan anaknya, tetapi tidak ada hasil.

2. Melatih dan mengajarkan tugas untuk ke-perluan sehari-hari supaya anak tidak terlalu tergantung dengan orang lain.

3. Berkonsentrasi pada usaha untuk perkembangan keadaan fisik dan gizi anak.

1. Membimbing

dan mendidik anak supaya mengerti yang baik dan yang buruk.

2. Menyekolahkan anak ke SLB untuk membuat perencanaan selanjutnya.

1. Berusaha

memenuhi keinginan anak untuk sekolah agar bisa mengurangi perasaan sedih.

2. Mendidik anak dengan menyekolah-kan di SLB supaya daya tangkap dan pengertiannya bertambah.

3. Rajin bekerja untuk bisa memenuhi keinginan anak.

b. Planning

1. Berencana supaya sebisa mungkin akan membina anak dengan cara apapun supaya

1. Mengikuti dan memperhatikan perkembangan anak di SMA-LB untuk membuat

1. Menyiapkan rencana untuk menitipkan anak retardasi mental tersebut kepada anak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

46

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) jangan sampai

ketinggalan. rencana

selanjutnya dan mengatasi kekurangan anak.

2. anaknya yang lain.

3. Berencana melanjutkan pendidikan anak di SMA-LB.

4. Memfokuskan rencana untuk anak pada kegiatan olahraga.

5. Memiliki rencana untuk melakukan pengobatan.

c. Suppression of competing activities

1. Lebih memfokuskan pada perkembangan pendidikan anak.

1. Terbeban dan memfokuskan masalah pada nasib masa depan anak.

d. Restraint coping

1. Memiliki rencana akan membukakan usaha dagang kalau anak tersebut memang tidak memiliki kemampuan lain.

1. Berencana akan membukakan usaha warung untuk anak tersebut jika anak tersebut sudah bisa membaca dan menulis.

1. Memiliki rencana untuk membawa anak ke pengobatan alternatif lagi kalau ada informasi baru tentang adanya pengobatan

1. Memiliki rencana dan keinginan untuk memeriksa keadaan otak anak, namun belum terlaksana karena terbentur masalah biaya.

1. Meminta saran kepada guru di SMA-LB dan berencana memfokuskan ke kegiatan olahraga setelah anak lulus SMA-LB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

47

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) alternatif.

2. Akan membawa ke pengobatan medis untuk mengobati pernapasan anak kalau ada kesempatan.

2. Emotion Focused Coping a. Turning to

religion

1. Menyerahkan semua keadaan kepada Tuhan dan terus berdoa untuk masa depan anaknya.

2. Menyadari bahwa anak tersebut adalah pemberian dari Tuhan.

3. Merasakan adanya peningkatan dalam hal keimanannya selama ini.

1. Menerima

keadaan anak apa adanya sebagai pemberian dari Tuhan.

2. Berserah kepada Tuhan dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

3. Berpendapat Tuhan masih adil karena keadaan anaknya masih lebih baik dari anak lain yang lebih parah.

1. Menganggap

masalah ini adalah cobaan dari Tuhan yang harus dihadapi dalam hidup.

2. Merasa bersyukur dan berserah kepada Tuhan.

3. Tidak menyesali kehadiran anak tersebut karena anak adalah anugerah Tuhan.

1. Bersikap pasrah

dan selalu berdoa kepada Tuhan.

2. Memiliki keyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana tersendiri untuk anak tersebut.

3. Menyerahkan keadaan ini kepada Tuhan dan selalu berdoa menunggu mukjizat dari Tuhan.

1. Menyadari bahwa keadaan ini adalah kodrat Tuhan dan berserah kepada Tuhan.

2. Bersikap pasrah menyerahkan keadaan anak kepada Tuhan dan menunggu mukjizat dari Tuhan.

3. Merasa bertambah kuat dalam hal iman.

1. Berserah dan

berdoa kepada Tuhan untuk mengurangi beban.

2. Pasrah dan berserah kepada Tuhan.

3. Menyadari bahwa keadaan ini adalah kodrat serta lebih banyak bersyukur kepada Tuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

48

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) b. Positive

reinterpreta-tion and growth

1. Yakin akan adanya kelebihan yang dimiliki oleh anak di balik kekurangan anaknya.

2. Memilih untuk lebih berpikir positif ketika sedang merasa kesal.

3. Merasa ada perubahan positif yang dialaminya.

4. Lebih dapat mensyukuri keadaan yang dihadapi dan bisa belajar banyak hal.

1. Lebih bersyukur kepada Tuhan masih diberi rejeki dan kemudahan dalam keadaan yang sulit.

1. Banyak mensyukuri setiap keadaan yang dihadapi.

2. Mengambil sisi positif dari keadaan anaknya bahwa anak tersebut masih mampu menjalankan aktivitas sehari-hari sendiri.

1. Bisa belajar lebih sabar dan belajar menjadi orang yang lebih baik.

2. Mengambil hikmah bahwa kehadiran anak tersebut membawa rejeki tersendiri bagi keluarganya.

1. Sisi positif yang bisa diambil adalah percaya adanya keajaiban dan kelebihan yang dimiliki anak.

1. Mengambil hikmah dari keadaan ini bahwa tidak pernah merasa kekurangan dan kesulitan.

c. Acceptance

1. Menerima kehadiran dan keadaan anak tersebut dalam keluarga serta tidak memiliki perasaan malu atau minder.

2. Tidak memiliki perasaan.

1. Hanya bisa menerima keadaan anak.

2. Memaklumi keadaan anaknya yang tidak normal.

3. Bersikap pasrah menerima

1. Menerima keadaan dengan ikhlas dan tidak mengeluh dengan kenyataan yang dihadapi.

2. Mencoba memaklumi

1. Menyadari dan menerima keadaan anak sehingga tidak memaksakan anak untuk bisa belajar dan memahami pelajaran.

2. Merasa tidak malu untuk mengakui

1. Menyadari dan menerima keadaan anak dan kenyataan yang terjadi.

2. Bersikap pasrah menerima keadaan anak.

3. Menerima anak apa adanya.

1. Tetap menerima keadaan anak apa adanya walaupun merasa kecewa.

2. Berusaha menerima keadaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

49

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) tertekan dan

tetap bersyukur dalam menerima keadaan anak apa adanya.

3. Tidak menganggap masalah anak tersebut sebagai suatu kesulitan.

4. Berusaha menghadapi keadaan ini apa adanya sesuai dengan kemampuan dan tetap menerima keadaan anak tersebut apa adanya

keadaan anak sepenuhnya sebagai pemberian Tuhan.

4. Menjalani keadaan sekarang dengan pasrah.

keadaan anaknya yang kurang mampu dan menerima cobaan dalam keadaan apapun.

3. Bersikap pasrah dan menerima keadaan anak tersebut.

4. Menerima kenyataan yang memang harus dihadapi.

keadaan anak. 3. Tidak bisa

menolak keadaan anak yang menderita retardasi mental dan tidak menjadikan anak tersebut sebagai beban.

4. Menyadari bahwa hal terpenting adalah menerima dan menjalani keadaan apa adanya.

terjadi.

d. Focus on and venting of emotions

1. Bersikap mendiamkan atau mengerjakan tugas atau aktivitas lain.

2. Sering mencubit untuk melampiaskan emosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

50

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) e. Denial

f. Mental disengage-ment

1. Kehadiran anak yang menderita retardasi mental bukan menjadi beban dalam keluarga.

2. Bersikap santai dalam menghadapinya dan tidak terlalu memikirkan masalah yang ditimbulkan.

3. Tidak terlalu fokus dalam menghadapi masalah yang muncul terkait dengan anak tersebut.

4. Tidak ada keluhan yang muncul, apalagi sampai menimbulkan penyakit.

1. Merasa kehadiran anak tersebut tidak menjadi beban dalam keluarga.

2. Memilih untuk mendiamkan atau tidur ketika sedang kesal.

1. Tidak terlalu merasakan dan tidak terbeban masalah ini.

2. Berusaha untuk bersikap santai.

1. Berdoa dan mengikuti pengajian untuk mengurangi beban atau perasaan sedih memiliki anak tersebut.

1. Merasa tidak ada keluhan dan tidak terbeban karena sudah memahami kondisi kejiwaan anak.

g. Behavioral disengage-ment

1. Tidak melakukan usaha untuk membawa anak melakukan terapi jalan lagi.

1. Sudah tidak melakukan pengobatan lagi untuk anak karena

1. Merasa putus asa dalam pendidikan anak sehingga tidak

1. Tidak mencari informasi lagi untuk meningkatkan perkembangan

1. Tidak membawa anak ke orang pintar lagi.

2. Menyerah pasrah karena

1. Tidak pernah ke dokter lagi setelah anak bisa jalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

51

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) 2. Tidak pernah

membawa anak ke dokter lagi.

kesulitan biaya.

melanjutkan pendidikan anak untuk sekolah di SLB.

2. Menghentikan pengobatan medis untuk anak.

anak. 2. Tidak berusaha

menyekolahkan anak di SLB lagi karena merasa jenuh.

belum ada usaha pengobatan yang berhasil.

3. Tidak melanjutkan kegiatan pengobatan medis ataupun alternatif.

h. Alcohol/drug use

i. Humor 1. Senang mengganggu anak tersebut dengan menggunakan tingkah lakunya yang aneh dan lucu.

1. Sering menggunakan tingkah laku anak yang lucu-lucu untuk dijadikan humor dalam keluarga.

1. Sering menggunakan tingkah laku anak untuk dijadikan hiburan dalam keluarga.

1. Menggunakan ekspresi dan tingkah laku anak untuk dijadikan humor dan menghibur anggota keluarga.

3. Seeking Social Support a. Seeking

instrumental social support

1. Meminta saran

dari kepala sekolah untuk melihat perkembangan anak.

b. Seeking emotional social support

1. Memilih untuk berbagi cerita dengan istri mengenai

1. Sering cerita atau curhat dengan adik-adiknya dan

1. Berbagi cerita dengan keluarganya yang

1. Berbagi cerita dengan orangtua lain yang juga memiliki anak

1. Sering berbagi cerita dengan sahabat dekat atau anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

52

Strategi Coping Subjek I (Ayah) Subjek I (Ibu) Subjek II (Ayah) Subjek II (Ibu) Subjek III (Ayah) Subjek III (Ibu) masalah yang

dihadapi berkaitan dengan anak yang menderita retardasi mental.

ibu-ibu di sekolah yang sedang mengantar anaknya untuk mengurangi beban.

mengetahui keadaan anak tersebut.

retardasi mental untuk mengurangi perasaan sedih.

untuk mengurangi beban dan merasa lebih puas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

53

D. Pembahasan Penelitian

Orangtua yang memiliki anak retardasi mental berat akan menghadapi

situasi stres karena adanya perubahan yang penting dalam hidup mereka dan

menimbulkan tuntutan baru yang harus dipenuhi. Peristiwa memiliki anak

yang menderita retardasi mental berat termasuk dalam major negative events

dimana stres yang dialami orangtua adalah peristiwa negatif yang sangat

membebani dan menuntut orangtua untuk mengatasi masalah tersebut (Van

Praag dan Zautra dalam Passer dan Smith, 2004). Oleh karena itu, orangtua

yang memiliki anak retardasi mental berat akan berusaha melakukan usaha-

usaha tertentu untuk beradaptasi dengan situasi tersebut. Hal ini disebut

dengan strategi coping yaitu segala usaha yang spesifik berupa pikiran dan

perilaku yang digunakan oleh orangtua dalam menghadapi situasi stres ketika

memiliki anak yang menderita retardasi mental berat. Strategi coping meliputi

problem-focused coping yaitu dengan menghadapi dan mengatasi langsung

tuntutan dari situasi stres, emotion-focused coping yaitu berusaha untuk

mengatur respon emosional yang muncul akibat situasi stres, dan seeking

social support yaitu berusaha memperoleh bantuan dan dukungan emosional

pada situasi stres.

Dalam penelitian ini akan menggambarkan mengenai usaha-usaha atau

tindakan yang mengarah ke dalam problem-focused coping, emotion-focused

coping atau seeking social support yang dilakukan subjek untuk menghadapi

situasi stres ketika memiliki anak retardasi mental berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

54

1. Gambaran Dinamika Psikologis Strategi Coping Masing-masing

Subjek

Berikut ini adalah gambaran dinamika psikologis strategi coping

yang dilakukan oleh masing-masing subjek penelitian :

a. Subjek I (Ayah)

Subjek memiliki anak retardasi mental berat dengan IQ 39.

Anak subjek tersebut tidak mengalami masalah yang serius dengan

kesehatannya, namun dalam segi komunikasinya agak kurang dapat

dimengerti oleh orang lain. Selain itu, anak retardasi mental tersebut

juga belum mampu untuk mengurus kebutuhannya sehari-hari,

misalnya untuk memakai baju sendiri, anak tersebut belum bisa

melakukannya sendiri. Hal ini disebabkan karena kondisi tangan anak

tersebut agak lemah. Perkembangan pendidikan anak retardasi mental

tersebut juga sedikit lamban karena anak tersebut saat ini hanya

mampu menulis angka-angka sederhana. Peristiwa-peristiwa tersebut

membuat subjek merasa tertekan namun subjek terus berusaha untuk

menghadapi dan mengatasi kesulitan yang dihadapinya berkaitan

dengan memiliki anak retardasi mental tersebut.

Subjek menggunakan berbagai bentuk strategi coping yang

berbeda untuk menghadapi, mengatasi dan mengurangi stres yang

ditimbulkan dengan adanya anak retardasi mental. Dalam menghadapi

stres yang dialami, subjek melakukan strategi coping yang berfokus

pada masalah (problem-focused coping) antara lain active coping,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

55

planning, dan restraint coping. Dalam pelaksanaannya, subjek

melakukan active coping dengan menyekolahkan anaknya di sekolah

khusus yaitu di YPAC atau Yayasan Pendidikan Anak Cacat dan

membimbing serta mendidik anak secara terus-menerus untuk

melakukan aktivitas sehari-harinya di rumah supaya anak menjadi

tidak tergantung dengan orang lain.1 Subjek melakukan tindakan

secara aktif dengan menyekolahkan anak di YPAC karena menurut

subjek, anak yang menderita retardasi mental membutuhkan

pendidikan dan tenaga pengajar yang khusus.2 Subjek juga berharap

anak yang menderita retardasi mental tersebut nantinya mampu untuk

membaca dan menulis dengan sekolah di YPAC karena subjek ingin

mempersiapkan kehidupan masa depan anaknya dan tidak ingin anak

tersebut menjadi lebih tertinggal dari orang lain.3 Keinginan subjek ini

cenderung dipengaruhi dengan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki

subjek cukup tinggi sehingga subjek berpendapat bahwa pendidikan

adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan masa depan

anaknya. Usaha subjek menyekolahkan anaknya di YPAC didukung

dengan usaha planning yang subjek lakukan, yaitu berupa rencana

akan terus membina anak dengan segala cara supaya anak tersebut

tidak ketinggalan, antara lain memberitahu anak tentang yang baik dan

yang buruk, mengajari untuk melakukan hal-hal kecil, mendidik dalam

1 . Lamp. S1-bpk., w1 no. 1, 3b & 4 hal. 160 ; w2 no.1b & 2c hal. 164. 2 . Lamp. S1-bpk., w1 no. 1. hal 160. 3 . Lamp. S1-bpk., w1 no. 5c hal. 161; w2 no. 7b hal. 165.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

56

pergaulan dan sopan santun serta mengajari membaca dan menulis.4

Selain kedua usaha tersebut, subjek juga melakukan restraint coping

dengan berencana bahwa suatu saat nanti subjek akan membukakan

usaha dagang untuk anaknya jika memang anak tersebut tidak

memiliki kemampuan yang lain lagi.5

Dalam menghadapi stres yang dihadapi, subjek juga

menggunakan strategi coping yang berfokus pada respon emosional

(emotion-fosused coping) yaitu turning to religion, positive

reinterpretation and growth, acceptance, mental disengagement,

behavioral disengagement, dan humor. Subjek merasa khawatir

terhadap kehidupan masa depan anaknya, namun subjek berusaha

untuk bersikap pasrah dan menyerahkan semua keadaan tersebut

kepada Tuhan melalui doa.6 Kehadiran anak yang menderita retardasi

mental ini membawa perubahan dalam kehidupan iman subjek. Subjek

merasakan adanya peningkatan dalam hal keimanan dan

kepercayaannya kepada Tuhan sehingga subjek mampu menyadari

akan kehadiran dan keadaan anak retardasi mental yang merupakan

pemberian dari Tuhan yang harus ia terima.7

Hal tersebut mempengaruhi pola pikir subjek terhadap

keadaan memiliki anak retardasi mental yang dihadapinya. Subjek

memiliki keyakinan diri yang positif dimana ia tidak pernah

4 . Lamp. S1-bpk., w1 no. 3a hal. 160. 5 . Lamp. S1-bpk., w1 no. 11a hal. 162. 6 . Lamp. S1-bpk., w1 no. 5a hal. 160 & w1 no. 10a hal. 162. 7. Lamp. S1-bpk., w1 no. 8b hal. 161 & w1 no. 12a hal. 162.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

57

menganggap masalah yang ditimbulkan oleh anak retardasi mental

tersebut sebagai suatu kesulitan. Oleh karena itu, subjek mampu

mengambil hikmah atau sisi positif dari situasi tersebut dan merasakan

adanya perubahan positif yang dialami dengan memiliki anak retardasi

mental. Kehadiran anak yang menderita retardasi mental membuat

subjek untuk berpikir positif bahwa ada kelebihan yang dimiliki anak

tersebut di balik kekurangan anaknya.8 Selain itu, subjek juga mampu

mensyukuri setiap keadaan yang dialaminya karena subjek dapat

mempelajari banyak hal positif dalam hidupnya seperti belajar untuk

dapat lebih menghargai waktu dan belajar bersabar dalam menghadapi

setiap keadaan yang dialami.9 Usaha yang subjek lakukan ini disebut

dengan positive reinterpretation and growth.

Kemampuan subjek untuk dapat berpikir positif dan

mengambil hikmah dari setiap masalah ini membantu subjek dalam

menerima kehadiran anak yang menderita retardasi mental dalam

keluarganya. Subjek menyadari keadaan anaknya yang menderita

retardasi mental dan berusaha mengatasi semua masalah yang

ditimbulkan oleh keadaan ini sesuai dengan kemampuannya sehingga

subjek tidak merasa minder ataupun tertekan dengan kehadiran anak

tersebut.10 Hal ini didukung dengan hasil observasi dimana subjek

terlihat percaya diri dan tidak terbeban dengan kehadiran anak. Subjek

terlihat akrab dan tidak malu dengan keadaan anak. Tindakan subjek 8. Lamp. S1-bpk., w1 no. 5b hal. 161 & w1 no. 10b hal. 162. 9. Lamp. S1-bpk., w1 no. 8a hal. 161, w1 no. 12b & 13b hal. 162; w2 no. 7a hal. 165. 10. Lamp. S1-bpk., w1 no. 2 hal. 160, w1 no. 6, 7a & 9 hal. 161.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

58

ini merupakan suatu usaha penerimaan (acceptance) dan sikap pasrah

subjek terhadap keadaan dan kenyataan akan kehadiran anak retardasi

mental tersebut. Oleh karena itu, walaupun subjek merasa prihatin

terhadap keadaan anaknya, subjek mampu menerima kehadiran anak

tersebut apa adanya di dalam keluarga.11

Selain itu, subjek juga melakukan tindakan mental

disengagement dengan tidak menjadikan kehadiran anak retardasi

mental sebagai beban dalam keluarga. Subjek tidak memfokuskan diri

dan tidak terlalu memikirkan masalah-masalah yang terkait dengan

anak retardasi mental tersebut, namun subjek menghadapi dan

mengatasinya dengan bersikap santai.12 Hal ini menyebabkan subjek

menjadi merasa tidak terbeban dan tidak menjadikan kehadiran anak

tersebut sebagai suatu masalah sehingga subjek merasa tidak ada

keluhan yang muncul terkait dengan keadaan anak itu, apalagi sampai

menimbulkan penyakit serius kepada subjek.13 Hasil observasi

menunjukkan bahwa subjek terlihat sehat dan tidak memiliki keluhan

khusus terhadap kesehatan. Kondisi kesehatan subjek yang cukup baik

ini menjadi salah satu sumberdaya yang subjek manfaatkan untuk

mengatasi stres.

Selain melakukan tindakan mental disengagement subjek

juga melakukan tindakan behavioral disengagement, yaitu berhenti

atau menyerah untuk tidak melakukan usaha-usaha yang dapat 11. Lamp. S1-bpk., w2 no. 1a & 2b hal. 164. 12. Lamp. S1-bpk., w1 no. 17a hal. 163. 13. Lamp. S1-bpk., w2 no. 2a hal. 164.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

59

membantu perkembangan anaknya lebih lanjut lagi, yaitu menyerah

untuk membawa anak ke dokter ataupun untuk melakukan terapi jalan

lagi. Hal ini dilakukan karena subjek merasa anak tersebut sudah

mampu untuk berjalan sendiri dan juga tidak adanya keinginan dari

anak sendiri untuk menjalani terapi tersebut.14 Selain itu juga

dipengaruhi karena adanya kendala keuangan yang dialami subjek.

Berdasarkan hasil observasi, kondisi lingkungan fisik tempat tinggal

subjek cenderung menunjukkan bahwa subjek termasuk ke dalam

status ekonomi menengah ke bawah.

Tingkah laku anak yang sering mengikuti atau

memperagakan kelakuan orang lain terkesan lucu bagi keluarga subjek.

Oleh karena itu, tingkah laku-tingkah laku anak yang lucu dan aneh

tersebut sering digunakan subjek untuk menghibur keluarga atau

dijadikan humor dalam keluarga. Anak subjek sering memperagakan

cara seorang bayi yang nangis dengan tingkahnya yang lucu, sehingga

subjek sering menggunakan tingkah tersebut untuk mengganggu anak

dan membuat keluarga menjadi terhibur.15

Selain berfokus pada masalah dan respon emosi, subjek juga

melakukan usaha seeking social support dengan mencari atau meminta

dukungan sosial yang berupa dukungan emosional dari orang lain.

Ketika subjek sedang menghadapi suatu masalah yang berkaitan

dengan anak tersebut, subjek memilih untuk berbagi cerita atau

14. Lamp. S1-bpk., w2 no. 3 & 4 hal. 164. 15. Lamp. S1-bpk., w1 no. 16 hal. 163.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

60

sharing dengan sang istri.16 Hal ini dilakukan karena subjek

berpendapat bahwa masyarakat di sekitarnya kurang memiliki

pengetahuan mengenai anak yang menderita retardasi mental.17

Berikut ini adalah skema gambaran dinamika psikologis strategi

coping subjek :

16. Lamp. S1-bpk., w1 no. 14a hal. 163. 17. Lamp. S1-bpk., w1 no. 15 hal. 163.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

61

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor 1. IQ anak 39 2. Anak mengalami kesulitan membaca dan menulis 3. Anak mengalami gangguan perkembangan motorik yang menyebabkan kondisi

tangan dan kakinya lemah serta lamban dalam berjalan 4. Anak mengalami gangguan dalam komunikasi sehari-hari 5. Anak belum bisa mengurus kebutuhannya sendiri

Sumberdaya coping 1. Kesehatan dan energi yang kuat

untuk melakukan semua aktivitas dan tanggung jawabnya

2. Keyakinan dan sikap positif subjek dengan tidak menganggap masalah sebagai suatu kesulitan

3. Kemampuan yang cukup baik dalam mengekspresikan diri terhadap anak di masyarakat

4. Dukungan sosial, yaitu kehadiran istri yang selalu mendampinginya

5. Usia subjek yang masih tergolong usia produktif

6. Tingkat pendidikan STM yang dimiliki subjek

Stres yang dialami oleh orangtua 1. Muncul perasaan prihatin dan khawatir terhadap keadaan fisik dan mental anak2. Adanya tuntutan dan perhatian khusus dalam hal pendidikan anak 3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Strategi coping 1. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan anak di YPAC) b. planning (merencanakan pembinaan anak secara intensif) c. restraint coping (menunda untuk membukakan usaha warung)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (berdoa dan pasrah kepada Tuhan) b. positive reinterpretation and growth (yakin akan adanya kelebihan di balik kekurangan anak) c. acceptance (menghadapi dan menerima keadaan anak sesuai kemampuan dan tanpa perasaan minder) d. mental disengagement (bersikap santai, tidak terlalu fokus dan terbeban dengan masalah ini) e. behavioral disengagement (tidak membawa anak untuk melakukan terapi lagi kepada dokter) f. humor (menggunakan tingkah laku anak yang lucu sebagai hiburan)

3. Seeking social support a. seeking emotional social support (berbagi cerita dengan istri)

Gambar 3. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek I (Ayah)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

62

b. Subjek I (Ibu)

IQ anak retardasi mental berat yang dimiliki subjek adalah 39

dan anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan dalam

berjalan serta berkomunikasi. Selain itu, kondisi tangan anak tersebut

juga lemah sehingga anak tersebut tidak memiliki kemampuan dalam

mengurus diri sendiri. Dalam hal berkomunikasi, anak tersebut agak

cadel atau kurang jelas dan kurang tegas dalam berbicara sehingga

sulit untuk dimengerti oleh orang lain. Keadaan tersebut membuat

subjek terkadang merasa kesal, apalagi ketika mengikuti

perkembangan pendidikan anak subjek yang sangat lamban karena

anak tersebut sangat sulit diberi tahu tentang pelajaran, seperti menulis

dan membaca.

Dalam menghadapi stres yang dihadapinya tersebut, subjek

melakukan problem-focused coping yang berupa melakukan tindakan

secara aktif (active coping) dan restraint coping. Tindakan secara aktif

yang subjek lakukan adalah dengan berusaha menyekolahkan anak

yang menderita retardasi mental di YPAC supaya pendidikannya tidak

tertinggal dari anak-anaknya yang lain.18 Subjek berusaha untuk tidak

membedakan anak retardasi mental tersebut dengan anak-anaknya

yang lain sehingga subjek tetap berusaha menyekolahkan anak tersebut

seperti anak-anaknya yang lain. Subjek juga tidak hanya

memperhatikan perkembangan anaknya dalam bidang pendidikan,

18. Lamp. S1-ibu, w1 no. 8 & 9c hal. 186, w1 no. 14b hal. 187.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

63

tetapi juga berusaha untuk membina dan membimbing perkembangan

anak di rumah karena subjek banyak menghabiskan waktu bersama

anak tersebut sehari-harinya. Usaha yang subjek lakukan adalah berupa

usaha mengajarkan hal-hal yang baik dan tidak baik untuk dilakukan,

mengajarkan cara berbicara supaya bisa lebih jelas dan juga

mengajarkan cara bersosialisasi dengan orang lain.19 Selain tindakan

secara aktif, subjek juga melakukan restraint coping atau menunda

untuk melakukan coping sampai adanya waktu dan kesempatan yang

tepat. Dalam hal ini, subjek menunda untuk mewujudkan rencananya

membuka usaha warung kecil-kecilan untuk anaknya hingga sang anak

nantinya memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis.20

Subjek juga menggunakan strategi coping yang berfokus

pada respon-respon emosional atau emotion-fosused coping, yaitu

berupa tindakan turning to religion, positive reinterpretation and

growth, acceptance, focus on and venting of emotions, mental

disengagement, behavioral disengagement, dan humor. Dalam

menghadapi keadaan anak yang menderita retardasi mental, subjek

hanya bisa berserah, pasrah dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

ketika ia sedang merasa sedih atau kesal. Ia tidak pernah mencari

pelarian atau melakukan tindakan-tindakan yang negatif dalam

menghadapi situasi stres yang diakibatkan kehadiran anak tersebut.21

Hal ini juga didukung dengan keyakinan dan sikap positif subjek 19. Lamp. S1-ibu, w1 no. 14b hal. 187 ; w2 no. 4b & 5 hal. 188. 20. Lamp. S1-ibu, w1 no. 14a hal. 187 ; w2 no. 3 hal. 188. 21. Lamp. S1-ibu, w1 no. 4a hal. 185 & w1 no. 10 hal. 186 ; w2 no. 1 & 6 hal. 188.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

64

terhadap suatu masalah. Subjek berpendapat bahwa Tuhan masih adil

karena keadaan anaknya tersebut masih lebih baik daripada anak-anak

lain yang keadaannya lebih parah sehingga subjek bisa menerima

keadaan anak tersebut sebagai anugerah atau pemberian dari Tuhan.22

Selain meningkatkan keimanan kepada Tuhan, subjek berusaha untuk

bersikap positif dalam menghadapi masalah, terutama ketika

menghadapi kesulitan dalam keuangan. Hal ini mendukung subjek

untuk mampu mengambil hikmah atau sisi positif (positive

reinterpretation and growth) di balik masalah yang ditimbulkan anak

retardasi mental tersebut. Sisi positif yang bisa subjek dapatkan adalah

subjek merasa lebih bisa bersyukur kepada Tuhan atas situasi yang

dialaminya sekarang karena dengan kehadiran anak tersebut Tuhan

memberikan rejeki dan kemudahan-kemudahan kepadanya dalam

setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, khususnya kesulitan

keuangan.23 Berdasarkan hasil observasi, keadaan subjek menunjukkan

bahwa subjek termasuk dalam keluarga yang tidak cukup mampu

sehingga subjek harus bekerja keras untuk mengatur dan mengelola

urusan keuangan.

Kepercayaan kepada Tuhan dan kemampuan untuk berpikir

positif membantu subjek dalam proses penerimaan (acceptance)

terhadap kehadiran anak retardasi mental tersebut. Subjek berusaha

untuk tidak menjadikan kehadiran anak tersebut sebagai beban

22. Lamp. S1-ibu, w1 no. 1b & 6b hal. 185 & w1 no. 12b hal. 187. 23. Lamp. S1-ibu, w1 no. 6a hal. 185.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

65

sehingga subjek bersikap pasrah menerima keadaan anak pemberian

Tuhan sepenuhnya sesuai dengan keadaan dan kemampuan anak.24

Subjek berusaha untuk menerima dan memaklumi keadaan anaknya

yang tidak normal tersebut ketika anak sulit untuk mengikuti pelajaran

yang diberikan dan hanya mau memaksakan keinginannya sendiri.

Subjek mengerti dan memahami serta berusaha menjalani keadaan

sekarang dengan pasrah walaupun subjek masih sering merasa kesal

atau pusing.25

Ketika subjek mengalami situasi stres akibat kehadiran anak

retardasi mental tersebut, subjek juga sering bersikap diam atau

mengerjakan aktivitas lain atau bahkan mencubit anak tersebut untuk

melampiaskan emosi atau perasaan-perasaan negatifnya.26 Usaha

subjek ini disebut sebagai katarsis emosi atau focus on and venting of

emotions. Selain itu, subjek juga melakukan tindakan mental

disengagement dengan tidak pernah merasa terbeban dan memiliki

keluhan khusus yang membebani keluarga walaupun keadaan anak

tersebut sering menimbulkan perasaan-perasaan negatif. Hal tersebut

tidak menghambat usaha atau kegiatan subjek dalam bekerja untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Subjek juga lebih memilih untuk

melakukan pengalihan seperti tidur untuk mengurangi perasaan

kesalnya.27 Saat ini subjek juga melakukan behavioral disengagement

24. Lamp. S1-ibu, w1 no. 4b hal. 185, w1 no. 7, 9a & 11b hal. 186 & w1 no.12a hal. 187. 25. Lamp. S1-ibu, w1 no. 1a & 3 hal. 185, w1 no. 12c hal. 187. 26. Lamp. S1-ibu, w1 no. 2 hal. 185 & w1 no. 6c hal. 186 ; w2 no. 2b hal. 188. 27. Lamp. S1-ibu, w1 no. 9b & 11a hal. 186 ; w2 no. 2a & 6 hal. 188.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

66

atau menghentikan usaha-usaha untuk mengatasi situasi stres yang

dihadapi, yaitu dengan tidak melanjutkan pengobatan lagi bagi anak

retardasi mental tersebut. Hal ini disebabkan karena subjek merasa

kesulitan dalam hal biaya pengobatan.28 Selain tindakan-tindakan

tersebut di atas, subjek juga sering menggunakan tingkah laku-tingkah

laku anak yang lucu sebagai bahan hiburan dalam keluarga.29

Tindakan subjek yang seperti ini disebut sebagai humor dimana subjek

berusaha untuk membuat lelucon tentang stressor.

Dalam menghadapi situasi stres akibat anak retardasi mental

tersebut, subjek juga melakukan usaha seeking social support yang

berupa meminta dukungan emosional dari orang lain atau disebut

dengan seeking emotional social support. Subjek sering berbagi cerita

atau lebih dikenal dengan istilah curhat kepada adik-adik subjek atau

kepada ibu-ibu di sekolah (YPAC) yang sama-sama sedang mengantar

dan menunggui anak mereka di sekolah. Hal ini dilakukan subjek

semata-mata untuk mengurangi beban atau perasaan negatif yang

dialaminya.30 Berikut ini adalah skema gambaran dinamika psikologis

strategi coping subjek :

28. Lamp. S1-ibu, w2 no. 4a & 4c hal. 188. 29. Lamp. S1-ibu, w1 no. 13 hal. 187. 30. Lamp. S1-ibu, w1 no. 5 hal. 185.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

67

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor 1. IQ anak 39 2. Anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik yaitu berjalan dan

kondisi serta koordinasi tangan anak tersebut lemah 3. Anak mengalami gangguan perkembangan dalam berbicara atau

berkomunikasi 4. Anak mengalami kesulitan dalam belajar, membaca, dan menulis 5. Anak belum bisa mandiri sepenuhnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari

Sumberdaya coping 1. Kondisi fisik subjek yang sehat

dan kuat 2. Keyakinan dan sikap positif

subjek dalam menghadapi masalah keuangan

3. Kemampuan yang cukup baik dalam menempatkan diri di masyarakat

4. Dukungan sosial dari teman dan keluarga

Stres yang dialami oleh orangtua 1. Muncul emosi negatif, yaitu perasaan sedih dan kesal 2. Adanya tuntutan ekstra dalam hal perhatian dan pendidikan anak sehari-hari 3. Kekhawatiran terhadap pendidikan dan masa depan anak

Strategi coping 1. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan di YPAC) b. restraint coping (menunda untuk membuka usaha dagang, yaitu warung kecil-kecilan)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (berserah dan mendekatkan diri kepada Tuhan) b. positive reinterpretation and growth (mensyukuri keadaan, berkeyakinan akan adanya kemudahan

dalam keadaan yang sulit) c. acceptance (menerima dan memaklumi keadaan anak, menjalani keadaan dengan pasrah) d. focus on and venting of emotions (mencubit anak sebagai katarsis emosi) e. mental disengagemnet (melakukan pengalihan seperti tidur atau mendiamkan anak) f. behavioral disengagement (menghentikan pengobatan untuk anak) g. humor (memanfaatkan tingkah laku yang lucu sebagai bahan hiburan)

3. Seeking social support a. seeking emotional social support (berbagi cerita atau curhat dengan ibu-ibu di YPAC atau saudara)

Gambar 4. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek I (Ibu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

68

c. Subjek II (Ayah)

Subjek memiliki anak yang menderita retardasi mental berat

dengan IQ 36 sehingga anak tersebut mengalami hambatan

perkembangan dalam pendidikannya sehingga ia hanya bisa meniru

tulisan dan tidak mampu membaca. Keadaan anak subjek yang

menderita retardasi mental tersebut cukup sehat dan normal, hanya saja

ada sedikit gangguan dalam sistem pernapasannya. Selain itu, anak

tersebut juga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena cara

bicara anak tersebut agak cadel dan sulit dimengerti oleh orang lain.

Hal-hal tersebut menyebabkan subjek terkadang merasa putus asa dan

ingin menyerah terhadap keadaan, namun subjek tetap berusaha untuk

mengatasi setiap masalah dan kesulitan yang dihadapinya.

Subjek menggunakan berbagai bentuk strategi coping yang

berbeda untuk menghadapi, mengatasi dan mengurangi stres yang

dialaminya. Strategi coping yang digunakan oleh subjek adalah

problem-focused coping, emotion-fosused coping dan seeking social

support. Active coping dan restraint coping merupakan usaha yang

dilakukan subjek yang berfokus pada masalah. Dalam emotion-fosused

coping, subjek melakukan tindakan turning to religion, positive

reinterpretation and growth, acceptance, mental disengagement,

behavioral disengagement dan humor, sedangkan usaha seeking social

support yang dilakukan subjek lebih berfokus pada usaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

69

mendapatkan dukungan sosial yang berupa dukungan emosional

(seeking emotional social support).

Dalam kenyataannya, subjek menggunakan active coping

dengan cara memilih untuk melanjutkan pendidikan anak retardasi

mental tersebut di rumah walaupun hal tersebut baru bisa dilakukannya

pada sore hari setelah ia pulang kerja. Hal ini dilakukan subjek karena

subjek merasa tidak adanya perubahan dan perkembangan dalam

pendidikan anaknya di sekolah luar biasa. Selain itu, subjek juga

berusaha untuk mendidik anak tersebut untuk melakukan pekerjaan-

pekerjaan rumah tangga supaya anak tersebut nantinya bisa melakukan

pekerjaan atau kegiatan hariannya sendiri.31 Tindakan restraint coping

yang digunakan subjek berupa menahan atau menunda rencana untuk

membawa anak ke pengobatan medis guna mengobati pernapasan

maupun menunda untuk membawa anak ke pengobatan alternatif

lainnya lagi. Subjek menahan untuk belum melaksanakan rencana

tersebut karena subjek masih menunggu adanya kesempatan yang tepat

untuk melakukannya hingga suatu saat nanti subjek mendapatkan

informasi yang cukup tentang adanya pengobatan alternatif lain.32

Selain itu, hal ini juga dikarenakan subjek sedang mengalami kesulitan

biaya pengobatan walaupun subjek terbilang cukup mampu.

Untuk mengatasi stres yang berfokus pada respon emosional,

subjek menggunakan usaha turning to religion dengan menganggap

31. Lamp. S2-bpk., w1 no. 6a & 6c hal. 199-200. 32. Lamp. S2-bpk., w1 no. 7b hal. 200 ; w2 no. 4 hal. 201.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

70

bahwa keadaan yang dialaminya sekarang tersebut merupakan cobaan

dari Tuhan yang harus dihadapinya.33 Subjek mempercayai bahwa

anak retardasi mental tersebut adalah anugerah Tuhan yang harus

disyukurinya sehingga subjek tidak menyesali kehadiran anak retardasi

mental tersebut dan hanya berserah kepada Tuhan.34 Dalam hal ini,

subjek memanfaatkan keyakinan positif yang dimilikinya terhadap

setiap keadaan anak retardasi mental tersebut sehingga subjek mampu

mengambil hikmah dengan lebih banyak mensyukuri setiap keadaan

yang dihadapinya sekarang.35 Subjek mengambil sisi positif dari

keadaan anaknya bahwa anak tersebut masih memiliki kemampuan

untuk menjalankan aktivitas sehari-hari sendiri dibandingkan anak-

anak lain yang keadaannya lebih parah.36 Usaha subjek ini termasuk

positive reinterpretation and growth. Dalam proses menghadapi dan

mengatasi situasi stres, subjek menggunakan usaha acceptance yaitu

dengan menerima keadaan dengan ikhlas dan tidak mengeluh terhadap

kenyataan yang dihadapinya karena memang sudah merupakan

takdir.37 Subjek berusaha untuk memaklumi keadaan anaknya yang

kurang mampu dan menerima cobaan yang diberi dalam keadaan

apapun sehingga subjek mampu untuk bersikap pasrah dalam

menerima kenyataan yang memang harus dihadapinya.38

33. Lamp. S2-bpk., w1 no. 2b hal. 199. 34. Lamp. S2-bpk., w1 no. 8a hal. 200 ; w2 no. 3c hal. 201. 35. Lamp. S2-bpk., w1 no. 3a hal 199. 36. Lamp. S2-bpk., w1 no. 8b hal. 200. 37. Lamp. S2-bpk., w1 no. 2a & 3b hal. 199. 38. Lamp. S2-bpk., w1 no. 2c & 5b hal. 199, w1 no. 7a hal. 200 ; w2 no. 3b hal. 201.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

71

Subjek juga berusaha untuk bersikap santai dalam

menghadapi keadaan anak retardasi mental tersebut dengan tidak

terlalu merasakan dan tidak merasa terbeban dengan masalah ini.39

Oleh karena itu, subjek tidak mengalami adanya keluhan yang serius

terhadap kesehatannya. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil

observasi dimana kondisi fisik subjek cukup sehat walaupun subjek

terlihat lebih tua daripada usianya . Sikap subjek ini merupakan wujud

dari tindakan mental disengagement yang dilakukannya. Dalam

melakukan usaha behavioral disengagement, subjek tidak lagi

melanjutkan pendidikan anak di SLB walaupun pada awalnya subjek

menyekolahkan anak di SLB. Hal ini dikarenakan subjek merasa putus

asa terhadap keadaan pendidikan anaknya karena tidak ada

perkembangan yang berarti.40 Selain itu, subjek juga menghentikan

pengobatan anak dengan tidak membawa ke dokter karena tidak ada

perkembangan dan perubahan yang berarti dalam kesehatannya.41

Usaha emotion-fosused coping yang terakhir adalah humor. Subjek

sering menggunakan tingkah laku-tingkah laku anak retardasi mental

tersebut untuk dijadikan hiburan dalam keluarga karena subjek merasa

senang melihat ekspresi yang ditunjukkan anak tersebut.42

Subjek menggunakan usaha seeking emotional social support

dengan meminta dukungan emosional dari orang lain dengan berbagi

39. Lamp. S2-bpk., w2 no. 1 & 3a hal. 201. 40. Lamp. S2-bpk., w1 no. 1 & 6b hal. 199 & 200. 41. Lamp. S2-bpk., w1 no. 5a & 7c hal. 199 & 200. 42. Lamp. S2-bpk., w2 no. 2 hal. 201.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

72

cerita mengenai keadaan anaknya yang menderita retardasi mental

kepada keluarganya yang sudah mengetahui keadaan anak tersebut

sebagai salah satu wujud usaha seeking social support yang

digunakannya.43 Berikut ini adalah skema gambaran dinamika

psikologis strategi coping subjek :

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor 1. IQ anak 36 2. Anak mengalami hambatan perkembangan dalam pendidikan (hanya mampu meniru dan tidak bisa membaca) 3. Anak mengalami gangguan perkembangan kesehatan pernapasan 4. Anak mengalami kesulitan berkomunikasi

Sumberdaya coping 1. Kesehatan dan energi yang kuat 2. Keyakinan yang positif dengan

mensyukuri keadaan yang dihadapi 3. Dukungan sosial, yaitu kehadiran

keluarga dekat yang mengetahui dengan pasti keadaan anak tersebut

Stres yang dialami oleh orangtua 1. Merasa putus asa dan menyerah terhadap keadaan perkembangan pendidikan anak 2. Tuntutan untuk memberikan perhatian dan pembinaan ekstra kepada anak agar dapat melakukan aktivitasnya

secara mandiri

Strategi coping 1. Problem-focused coping

a. active coping (mendidik anak di rumah untuk melakukan pekerjaan sehari-hari) b. restraint coping (menunda melakukan pengobatan untuk pernapasan anak)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (menganggap keadaan ini sebagai cobaan dari Tuhan, berserah kepada Tuhan) b. positive reinterpretation and growth (lebih banyak bersyukur atas keadaan anak) c. acceptance (pasrah menerima keadaan dengan ikhlas, memaklumi keadaan anak) d. mental disengagement (bersikap santai dan tidak fokus dalam memikirkan masalah ini) e. behavioral disengagement (tidak melanjutkan pendidikan anak di SLB) f. humor (tingkah laku anak yang lucu digunakan sebagai bahan hiburan keluarga)

3. Seeking social support a. seeking emotional social support (berbagi cerita dengan keluarga dekat yang mengetahui keadaan anak)

Gambar 5. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek II (Ayah) 43. Lamp. S2-bpk., w1 no. 4 hal. 199.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

73

d. Subjek II (Ibu)

IQ anak retardasi mental berat yang dimiliki subjek adalah 36

sehingga anak subjek tersebut mengalami kesulitan dalam pendidikan.

Anak tersebut tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis,

namun bisa melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri. Anak

juga mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya

dimana anak retardasi mental tersebut mengalami keterlambatan

perkembangan berjalan dan berbicara. Oleh karena itu, komunikasi

yang dilakukan oleh anak tersebut kurang jelas dan sulit dimengerti.

Keadaan anak retardasi mental yang mengalami hambatan

perkembangan dan kesulitan berkomunikasi ini menyebabkan subjek

terkadang merasa sedih dan terbeban akan keadaan anak. Hal tersebut

lebih dikarenakan subjek merasa khawatir dengan nasib masa depan

anak tersebut.

Untuk mengatasi dan mengurangi stres yang ditimbulkan

dengan adanya anak retardasi mental tersebut, subjek menggunakan

berbagai bentuk strategi coping yang berbeda, yaitu strategi coping

yang berfokus pada masalah (problem-focused coping), mengatur

respon-respon emosional yang muncul (emotion-focused coping) dan

mencari bantuan atau dukungan emosional dari orang lain (seeking

social support). Usaha problem-focused coping yang digunakan subjek

antara lain active coping dan restraint coping. Active coping yang

dilakukan subjek berupa usaha untuk menyekolahkan anak di sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

74

khusus yaitu di Sekolah Luar Biasa (SLB) dimana keadaan siswa-

siswa sekolah tersebut sama dengan keadaan anaknya sehingga anak

tidak merasa minder dan bisa mengerti pelajaran yang diajarkan.

Namun, usaha active coping yang dilakukan subjek ini tidak

membuahkan hasil yang berarti.44 Oleh karena itu, subjek lebih

berkonsentrasi pada perkembangan fisik dan gizi anak retardasi mental

tersebut serta membimbing dan melatih anak mengerjakan kegiatan

untuk keperluan sehari-hari supaya anak tidak terlalu tergantung

kepada orang lain.45 Subjek juga sebenarnya memiliki rencana yang

belum dilakukannya, yaitu keinginan untuk memeriksakan keadaan

otak anak. Subjek menunggu adanya kesempatan yang tepat untuk bisa

melakukan rencananya tersebut karena saat ini terbentur dengan

adanya masalah biaya.46 Walaupun hasil observasi menunjukkan

subjek termasuk cukup mampu, namun saat ini subjek mengalami

kesulitan keuangan karena anak pertama subjek juga membutuhkan

biaya untuk kuliah. Tindakan subjek ini disebut dengan restraint

coping.

Usaha-usaha emotion-fosused coping yang digunakan subjek

adalah turning to religion, positive reinterpretation and growth,

acceptance, mental disengagement, behavioral disengagement dan

humor. Subjek bersikap pasrah dan selalu berdoa kepada Tuhan untuk

44. Lamp. S2-ibu, w1 no. 1 & 2b hal. 214. 45. Lamp. S2-ibu, w1 no. 5 & 9b. hal 215 ; w2 no. 1 hal. 216. 46. Lamp. S2-ibu, w2 no. 2 hal. 216.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

75

meningkatkan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak retardasi

mental tersebut dilindungi oleh Tuhan serta menunggu adanya

mukjizat atau keajaiban dari Tuhan.47 Usaha yang subjek lakukan ini

adalah wujud dari tindakan turning to religion. Selain itu, subjek juga

berkeyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana tersendiri untuk anak

retardasi mental tersebut sehingga ketika subjek sedang merasa sedih,

subjek hanya bisa menyerahkan kembali keadaan ini kepada Tuhan.48

Subjek berusaha untuk bersikap positif dan mengambil hikmah dari

keadaan yang dialaminya sekarang sebagai bentuk dari tindakan

positive reinterpretation and growth. Hikmah yang dapat diambil

subjek dengan kehadiran anak retardasi mental ini adalah kehadiran

anak tersebut membawa rejeki tersendiri bagi keluarganya dan subjek

bisa belajar untuk lebih sabar dalam menghadapi kehidupan sehingga

subjek bisa menjadi orang yang lebih baik lagi.49 Sikap subjek ini

disebabkan karena subjek memiliki keyakinan dan sikap positif

terhadap kehadiran anak yang terlihat dalam hubungannya yang baik

dengan anak. Hubungan baik yang terjalin ini juga ditunjukkan subjek

dalam sikap terhadap anak di tengah masyarakat dimana subjek

mampu mengekspresikan diri dengan baik di masyarakat tanpa merasa

malu dengan keadaan anak.

Subjek juga menggunakan usaha acceptance dengan cara

menyadari dan menerima sepenuhnya keadaan anak sehingga subjek 47. Lamp. S2-ibu, w1 no. 3a hal. 214 & w1. no 6 hal. 215. 48. Lamp. S2-ibu, w1 no. 7d hal. 215 ; w2 no. 3 & 6b hal. 216. 49. Lamp. S2-ibu, w1 no. 3b hal 214, w1 no. 7b & 7e hal. 215.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

76

tidak mau memaksakan anak untuk bisa memahami pelajaran dengan

baik.50 Hal terpenting baginya adalah menerima dan menjalani

kehidupan apa adanya sehingga subjek tidak merasa malu untuk

mengakui keadaan anak dan tidak menjadikan kehadiran anak tersebut

sebagai beban.51 Tindakan mental disengagement yang dilakukan

subjek adalah melakukan kegiatan lain untuk tidak memikirkan

masalah, yaitu dengan mengikuti pengajian yang diadakan oleh ibu-ibu

di sekitar rumah subjek. Kegiatan ini dilakukan subjek semata-mata

untuk mengurangi beban atau perasaan sedih memiliki anak retardasi

mental.52 Selain itu, subjek juga menggunakan tindakan behavioral

disengagement dengan menghentikan usaha untuk mencari informasi-

informasi yang berkaitan dengan perkembangan anak dan subjek tidak

berusaha untuk menyekolahkan anak retardasi mental tersebut di SLB

lagi karena subjek sudah merasa jenuh terhadap keadaan dan rutinitas

yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun.53 Subjek juga

berusaha untuk membuat lelucon tentang stressor dengan

menggunakan ekspresi dan tingkah laku anak retardasi mental tersebut

untuk dijadikan humor sehingga dapat menghibur anggota keluarga.54

Subjek menggunakan usaha seeking social support yang lebih

berkonsentrasi pada usaha untuk mendapatkan dukungan emosional

dari orang lain atau seeking emotional social support. Dalam hal ini,

50. Lamp. S2-ibu, w1 no. 2a & 4 hal. 214. 51. Lamp. S2-ibu, w1 no. 2c hal. 214, w1 no. 7c, 8 & 10b hal. 215 ; w2 no. 6a hal. 216. 52. Lamp. S2-ibu, w2 no. 4 hal. 216. 53. Lamp. S2-ibu, w1 no. 9a & 10a hal. 215. 54. Lamp. S2-ibu, w2 no. 5 hal. 216.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

77

subjek berbagi cerita atau sharing dengan orangtua lain yang juga

memiliki anak retardasi mental untuk mengurangi perasaan sedih yang

dialaminya.55 Berikut ini adalah skema gambaran dinamika psikologis

strategi coping subjek :

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor 1. IQ anak 36 2. Anak mengalami gangguan perkembangan motorik, yaitu mengalami keterlambatan berjalan dan berbicara 3. Anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi 4. Mengalami kesulitan dalam pendidikan (tidak mampu membaca dan hanya bisa meniru)

Sumberdaya coping 1. Keadaan kesehatan dan energi yang kuat2. Keyakinan akan kemudahan rejeki dan

sikap yang positif terhadap kehadiran anak

3. Memiliki kemampuan sosial yang cukup baik

4. Dukungan sosial, yaitu adanya orangtua lain yang memiliki nasib yang sama

Stres yang dialami oleh orangtua 1. Muncul perasaan jenuh, sedih dan terbeban dengan keadaan anak 2. Berbagai tuntutan, perhatian, dan dukungan ekstra yang harus dilakukan dan diberikan dalam merawat anak

retardasi mental 3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Strategi coping 2. Problem-focused coping

a. active coping (mendidik anak di rumah, fokus pada perkembangan gizi anak) b. restraint coping (menunda untuk memeriksakan keadaan otak anak karena terbentur biaya)

3. Emotion-focused coping b. turning to religion (pasrah dan berdoa kepada Tuhan) c. positive reinterpretation and growth (belajar menjadi lebih sabar dan lebih baik) d. acceptance (tidak malu mengakui keadaan anak, menyadari dan menerima keadaan anak apa adanya) e. mental disengagement (mengikuti pengajian untuk mengalihkan perhatian dari masalah tersebut) f. behavioral disengagement (menghentikan pendidikan anak di SLB, menghentikan mengumpulkan berbagai

informasi) g. humor (ekspresi anak yang lucu dijadikan humor dalam keluarga)

4. Seeking social support a. seeking emotional social support (sharing dengan orangtua lain yang memiliki nasib yang sama)

Gambar 6. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek II (Ibu)

55. Lamp. S2-ibu, w1 no. 7a hal. 215.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

78

e. Subjek III (Ayah)

Subjek memiliki anak yang menderita retardasi mental

dengan IQ 34, namun anak tersebut memiliki kemampuan mengurus

diri sendiri. Kondisi fisik dan kesehatan anak tersebut cukup baik

walaupun anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan

motorik, yaitu berjalan dan berbicara. Saat ini, anak retardasi menal

tersebut hanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena agak

cadel dan kata-kata yang diucapkan kurang dapat dimengerti dengan

baik oleh orang lain. Dalam hal pendidikannya, anak tersebut memang

sudah duduk di bangku SMA-LB, namun anak tetap mengalami

kekurangan dalam pelajarannya. Anak tersebut tidak bisa membaca

dan menulis tanpa ada contoh atau dengan kata lain, anak tersebut

hanya mampu meniru. Keadaan anak yang kurang normal ini

menimbulkan perasaan sedih dan putus asa dalam diri subjek, namun

subjek tetap berusaha mengatasi kekurangan yang dimiliki anaknya.

Oleh karena itu, subjek menggunakan berbagai bentuk

strategi coping yang berbeda untuk menghadapi, mengatasi dan

mengurangi stres yang ditimbulkan dengan adanya anak retardasi

mental. Dalam menghadapi stres yang dialami, subjek melakukan

strategi coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping)

antara lain active coping, planning, dan suppression of competing

activities. Active coping yang dilakukan subjek adalah menyekolahkan

anak ke Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk membuat perencanaan masa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

79

depan anak selanjutnya dan membimbing serta mendidik anak sehari-

hari di rumah.56 Hal tersebut dilakukan subjek supaya anak bisa

mengerti mengenai hal-hal yang baik untuk dilakukan dan hal-hal

buruk yang tidak boleh dilakukan. Usaha subjek untuk mendidik anak

di SLB ini juga berkaitan dengan keinginannya untuk membuat

rencana (planning) bagi masa depan anak sehingga subjek selalu

berusaha mengikuti dan memperhatikan perkembangan anak retardasi

mental tersebut di SMA-LB. Berdasarkan perkembangan anak di SLB

ini nantinya akan dipakai subjek sebagai pertimbangan untuk membuat

perencanaan yang tepat untuk anak tersebut sehingga subjek bisa

mengetahui kira-kira kegiatan-kegiatan yang bisa dikerjakan oleh

anaknya tersebut.57 Usaha yang dilakukan subjek ini dipengaruhi oleh

standar subjek terhadap kehidupan dimana subjek berharap suatu saat

nanti standar kehidupan anaknya akan meningkat, walaupun anak

tersebut menderita retardasi mental. Selain kedua usaha tersebut,

subjek juga melakukan usaha suppression of competing activities

karena subjek lebih memfokuskan usahanya pada perkembangan

pendidikan anak, namun subjek tetap berusaha menjalankan tugasnya

sebagai kepala keluarga dengan tetap bekerja untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya.58 Hal ini tidak berarti subjek merasa terbeban

dengan kehadiran anak tersebut. Subjek mampu menjalankan tanggung

56. Lamp. S3-bpk., w1 no. 1 & 5a hal. 227. 57. Lamp. S3-bpk., w1 no. 5b hal. 227; w2 no. 3 hal. 228. 58. Lamp. S3-bpk., w2 no. 6 hal. 229.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

80

jawabnya ini karena didukung dengan kondisi fisik subjek yang masih

terlihat gagah dan sehat di usianya yang hampir mencapai 60 tahun ini.

Selain menggunakan problem-focused coping, subjek juga

menggunakan strategi coping yang berfokus pada respon emosional

(emotion-fosused coping) yaitu turning to religion, positive

reinterpretation and growth, acceptance, mental disengagement dan

behavioral disengagement. Keadaan yang dialami subjek saat ini

disadarinya sebagai kodrat Tuhan yang harus dijalani sehingga subjek

hanya bersikap pasrah menyerahkan keadaan anak retardasi mental

tersebut kepada Tuhan dan menunggu mukjizat dari Tuhan.59 Ketika

subjek merasa sedih, subjek berdoa dan berserah diri kepada Tuhan

karena subjek percaya Tuhan lah yang menentukan semuanya. Oleh

karena itu, subjek merasa bahwa dirinya saat ini bertambah kuat dalam

hal keimanannya.60 Kepercayaan subjek ini merupakan wujud dari

tindakan turning to religion. Selain kepercayaan kepada Tuhan, subjek

mengambil sisi positif dari keadaan yang dialaminya dengan percaya

bahwa akan adanya keajaiban dan kelebihan di balik semua

kekurangan yang dimiliki anaknya yang menderita retardasi mental.61

Oleh karena itu, subjek selalu bersikap positif dan membangun

gambaran diri yang positif terhadap kehadiran anak retardasi mental

tersebut.

59. Lamp. S3-bpk., w1 no. 2a, 3, 4a, 6b & 7a hal. 227. 60. Lamp. S3-bpk., w2 no. 1 & 4b hal. 228, w2 no. 7 hal 229. 61. Lamp. S3-bpk., w1 no. 6a hal. 227.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

81

Dalam usaha acceptance yang dilakukannya, subjek memiliki

keinginan agar anak tersebut bisa sama seperti anak yang lain, tetapi

subjek berusaha untuk menyadari dan menerima keadaan anak apa

adanya. Oleh karena mengingat keadaan anaknya tersebut maka subjek

hanya bersikap pasrah menerima kenyataan yang terjadi dalam

hidupnya apa adanya.62 Kehadiran anak retardasi mental dalam

keluarga juga bukan merupakan beban dalam keluarganya karena

subjek tidak merasa adanya keluhan terkait dengan keadaan anak.

Subjek sudah memahami kondisi kejiwaan anak sehingga subjek tidak

terlalu memikirkan masalah ini lagi.63 Subjek hanya sedikit lebih

berusaha dalam perkembangan pendidikan anaknya. Tindakan subjek

ini termasuk dalam mental disengagement. Selain usaha tersebut,

subjek juga menggunakan behavioral disengagement dengan tidak

membawa anak ke dokter ataupun orang pintar lagi. Hal tersebut

dilakukan subjek karena menurutnya usaha-usaha pengobatan yang

dilakukannya tidak menghasilkan perubahan bagi perkembangan anak

sehingga subjek memilih untuk tidak melanjutkan lagi kegiatan

pengobatan medis maupun alternatif.64 Berikut ini adalah skema

gambaran dinamika psikologis strategi coping subjek :

62. Lamp. S3-bpk., w1 no. 2b & 4b hal. 227, w1 no. 8 hal. 228 ; w2 no. 8 hal. 229. 63. Lamp. S3-bpk., w2 no. 2 hal. 228. 64. Lamp. S3-bpk., w1 no. 7b hal. 227; w2 no. 4a & 5 hal. 228.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

82

Sumberdaya coping 1. Kondisi fisik dan kesehatan

baik 2. Keyakinan yang positif akan

adanya keajaiban 3. Standar kehidupan yang tinggi

Stres yang dialami oleh orangtua 1. Muncul perasaan sedih dan putus asa terhadap keadaan anak 2. Adanya tuntutan, perhatian, dan dukungan ekstra yang harus diberikan kepada

anak, terutama dalam hal pendidikan, khususnya kegiatan olahraga anak

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor 1. IQ anak 34 2. Anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi 3. Anak hanya memiliki kemampuan meniru pelajaran

Strategi coping 2. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan anak di SLB) b. planning (mengikuti perkembangan olahraga anak di SLB untuk menentukan langkah

selanjutnya) c. suppression of competing activities (memfokuskan diri pada perkembangan pendidikan anak)

3. Emotion-focused coping a. turning to religion (pasrah menerima kodrat Tuhan, meningkatkan kepercayaan akan adanya

mukjizat) b. positive reinterpretation and growth (berpikir positif akan adanya keajaiban dan kelebihan

lain yang dimiliki anak) c. acceptance (menerima kenyataan yang sudah terjadi) d. mental disengagement (tidak adanya beban dan tidak memfokuskan usaha untuk mengatasi

kondisi anak) e. behavioral disengagement (menghentikan pengobatan secara medis maupun alternatif)

Gambar 7. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek III (Ayah)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

83

f. Subjek III (Ibu)

Anak retardasi mental yang dimiliki subjek memiliki IQ 34,

namun anak tersebut memiliki kemampuan dalam mengurus diri

sendiri sehingga tidak tergantung dengan orang lain. Subjek hanya

merasa bahwa anak retardasi mental tersebut mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi dan kurang mampu menangkap dan memahami

sesuatu. Oleh karena itu, anak tersebut juga mengalami hambatan

dalam perkembangan pendidikannya, terutama dalam hal membaca

dan menulis. Namun, anak tersebut memiliki kemampuan dalam

bidang olahraga. Selain itu, subjek juga merasa cemas terhadap masa

depan anaknya kelak sehingga hal tersebut menimbulkan situasi stres

pada diri subjek.

Dalam menghadapi dan mengatasi stres yang dialaminya

tersebut, subjek menggunakan problem-fosuced coping yang berupa

melakukan tindakan secara aktif (active coping), planning, suppression

of competing activities dan restraint coping. Active coping yang

dilakukan subjek berupa usaha dalam pemenuhan keinginan anak

retardasi mental untuk sekolah. Subjek memilih untuk menyekolahkan

dan mendidik anak di SLB walaupun subjek termasuk dalam keluarga

dengan status ekonomi menengah ke bawah.65 Hal ini dilakukan

subjek karena subjek merasa kasihan dengan anak dan juga sebagai

usaha untuk menambah daya tangkap anak. Selain itu, usaha subjek ini

65. Lamp. S3-ibu, w1 no. 1 & 2a hal. 240, w1 no. 8 hal. 241.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

84

juga didukung dengan kerajinan dan kegigihan subjek dalam bekerja

untuk bisa memenuhi keinginan anak dan mengurangi perasaan sedih

serta minder yang dirasakannya.66 Tentunya tindakan subjek ini

didukung dengan kondisi fisik subjek yang sehat. Hal ini didukung

dengan hasl observasi dimana subjek terlihat sehat dan kuat. Usaha

planning yang dilakukan subjek berupa rencana-rencana yang

dipersiapkan subjek untuk kehidupan masa depan anak, yaitu dengan

menyiapkan rencana untuk menitipkan anak retardasi mental tersebut

kepada anak-anaknya yang lain.67 Tindakan ini dilakukan subjek

semata-mata untuk mengatasi masalah kekhawatirannya terhadap masa

depan anak retardasi mental tersebut. Subjek juga memiliki rencana

untuk tetap melanjutkan pendidikan anak setelah anak lulus dari SMA-

LB dengan memfokuskan kemampuan anak pada kegiatan olahraga

dan berniat akan membawa anak melakukan pengobatan lagi untuk

perkembangan kesehatannya.68 Selain itu, subjek juga lebih

berkonsentrasi pada usaha-usaha untuk mengatasi masalah anak

tersebut karena masalah kehidupan masa depan anak menjadi beban

subjek.69 Tindakan yang dilakukan subjek ini disebut suppression of

competing activities. Tindakan restraint coping yang digunakan subjek

berupa rencana untuk memfokuskan anak ke kegiatan olahraga.

66. Lamp. S3-ibu, w2 no. 2 & 3b hal. 242. 67. Lamp. S3-ibu, w1 no. 5b hal. 240. 68. Lamp. S3-ibu, w1 no. 9 & 11 hal. 241 ; w2 no. 6b hal. 242. 69. Lamp. S3-ibu, w1 no. 4 hal. 240.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

85

Namun, tindakan ini bisa dilakukan setelah anak lulus dari SMA-LB

sehingga subjek selalu meminta saran kepada guru-guru di SMA-LB.70

Subjek juga menggunakan emotion-focused coping dalam

usaha untuk mengatasi dan mengurangi stres yang dialaminya. Usaha-

usaha tersebut antara lain turning to religion, positive reinterpretation

and growth, acceptance dan behavioral disengagement. Subjek hanya

pasrah dan berserah kepada Tuhan untuk mengurangi beban dan

menyadari bahwa keadaan yang dialaminya sekarang ini adalah

kodrat.71 Usaha subjek ini didukung dengan meningkatkan keimanan

subjek melalui doa dan lebih banyak mensyukuri keadaan yang

dialaminya.72 Subjek juga melakukan usaha positive reinterpretation

and growth dengan mengambil hikmah dari keadaan ini, yaitu subjek

tidak pernah merasa kekurangan dan kesulitan dengan memiliki anak

retardasi mental ini.73 Dalam usaha acceptance, walaupun subjek

merasa sedih dan kecewa melihat keadaan anak retardasi mental

tersebut, subjek tetap berusaha menerima keadaan yang terjadi.74

Subjek memanfaatkan keyakinan dan sikap positif yang dimilikinya

untuk dapat menerima keadaan. Selain usaha-usaha tersebut, subjek

juga melakukan usaha behavioral disengagement dengan

menghentikan usaha untuk menghadapi masalah yang berkaitan

dengan anak retardasi mental tersebut. Usaha yang tidak dilakukan

70. Lamp. S3-ibu, w2 no. 5 hal. 242. 71. Lamp. S3-ibu, w1 no. 2b & 5a hal. 240; w2 no. 3a & 4b hal. 242. 72. Lamp. S3-ibu, w1 no. 6b hal. 240; w2 no. 7 hal. 243. 73. Lamp. S3-ibu, w1 no. 7 hal. 241. 74. Lamp. S3-ibu, w1 no. 3 & 6a hal. 240 ; w2 no. 1 & 4a hal. 242.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

86

subjek lagi adalah tidak pernah membawa anak ke dokter lagi untuk

melakukan pengobatan sejak anak sudah mampu berjalan.75

Selain usaha yang berfokus pada masalah dan usaha untuk

mengatur respon-respon emosional, subjek juga melakukan usaha

dengan berpaling pada orang lain untuk memperoleh bantuan dan

dukungan emosional (seeking social support). Usaha yang dilakukan

subjek tersebut adalah seeking instrumental social support dengan

selalu meminta saran dari kepala sekolah di SLB untuk melihat dan

mengikuti perkembangan anak selama di sekolah.76 Selain itu, subjek

juga menggunakan usaha seeking emotional social support yang

berupa usaha yang dilakukan subjek dengan cara berbagi cerita atau

curhat dengan sahabat dekat ataupun anaknya yang lain. Hal ini

dilakukan subjek untuk mengurangi beban yang dialaminya sehingga

subjek bisa merasa lebih puas.77 Berikut ini adalah skema gambaran

dinamika psikologis strategi coping subjek :

75. Lamp. S3-ibu, w1 no. 14 hal. 242 ; w2 no. 6a hal. 242. 76. Lamp. S3-ibu, w1 no.10 hal. 241 77. Lamp. S3-ibu, w1 no. 12 & 13 hal. 241.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

87

Sumberdaya coping 2. Kesehatan yang baik dan energi

yang kuat 3. Keyakinan dan sikap yang

positif dalam menerima keadaan.

4. Dukungan sosial yang berasal dari sahabat ataupun anak

Stres yang dialami oleh orangtua 1. Muncul emosi negatif yang menumpuk, yaitu merasa sedih, minder, kecewa,

cemas, dan kasihan kepada anak 2. Tuntutan akan perhatian, pembinan, dan dukungan yang diberikan kepada anak3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor 2. IQ anak 34 3. Anak mengalami kesulitan berkomunikasi 4. Kurangnya kemampuan daya tangkap dan pemahaman anak

Strategi coping 1. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan anak di SLB) b. planning (berencana akan tetap melanjutkan pendidikan anak) c. suppression of competing activities (fokus pada masalah masa depan anak) d. restraint coping (menunda rencana untuk memfokuskan kegiatan anak dalam bidang

olahraga) 2. Emotion-focused coping

a. turning to religion (pasrah menerima kodrat dan terus berdoa) b. positive reinterpretation and growth (tidak pernah mengalami kesulitan dan kekurangan) c. acceptance (menerima keadaan dan kenyataan yang terjadi) d. behavioral disengagement (tidak pernah membawa anak ke dokter lagi)

3. Seeking social support a. seeking instrumental social support (meminta saran dari kepala sekolah) b. seeking emotional social support (berbagi cerita dengan sahabat ataupun anak yang lain)

Gambar 8. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek III (Ibu)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

88

2. Dinamika Psikologis Strategi Coping Tiap Pasangan Subjek yang

Memiliki Anak Retardasi Mental

Kehadiran anak retardasi mental berat dalam keluarga merupakan

penyebab stres pada orangtua karena dengan adanya anak tersebut

orangtua akan mengalami perubahan yang penting dan menimbulkan

tuntutan yang mengancam kesejahteraan sehingga menuntut seseorang

untuk beradaptasi dengan cara tertentu (Passer dan Smith, 2004). Orangtua

yang memiliki anak retardasi mental akan berusaha mengurangi dan

mengatasi stres yang dialami dengan menggunakan suatu usaha tertentu.

Pembahasan berikut ini akan menggambarkan strategi coping yang

digunakan oleh masing-masing pasangan orangtua.

a. Pasangan Subjek 1

Pasangan subjek 1 memiliki anak yang menderita retardasi

mental berat dengan IQ 39. Subjek 1 (ibu) mengatakan bahwa anak

tersebut mengalami keterlambatan dalam berjalan dan berkomunikasi.

Oleh karena itu, menurut pasangan orangtua ini anak tersebut agak

cadel dan kurang jelas dalam berkomunikasi sehingga sulit untuk

dimengerti oleh orang lain. Selain itu, kondisi dan koordinasi tangan

anak tersebut agak lemah yang menyebabkan anak tersebut belum

mampu mengurus kebutuhannya sehari-hari secara mandiri. Pasangan

subjek juga mengungkapkan bahwa perkembangan pendidikan anak

juga sedikit lamban sehingga anak tersebut belum mampu membaca

dan menulis. Keadaan ini membuat pasangan orangtua ini merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

89

tertekan, namun mereka berusaha untuk mengatasi dan menghadapi

masalah anak retardasi mental ini dengan menggunakan usaha tertentu.

Dalam menghadapi stres yang dihadapi, pasangan ini

melakukan usaha atau tindakan secara aktif untuk menghilangkan atau

mengurangi stressor. Active coping yang dilakukan oleh pasangan ini

mengarah pada masalah pendidikan anak supaya anak tidak tertinggal

nantinya. Active coping yang dilakukan oleh ayah didukung dengan

usaha planning. Menurut ayah (1), pendidikan adalah hal yang penting

bagi kehidupan masa depan anaknya sehingga anak tersebut

membutuhkan pendidikan dan pembinaan secara khusus. Pendapat

subjek ini cenderung dipengaruhi karena tingkat pendidikan subjek

yang cukup tinggi. Oleh karena itu, subjek berusaha untuk tetap terus

menyekolahkan anak tersebut di YPAC (Yayasan Pendidikan Anak

Cacat). Berikut pernyataannya:

“....untuk saat ini kan dia sekolah di YPAC...dia ini dibina secara khusus..dan gurunya juga guru khusus..memang orang kayak gini kan guru yang biasa itu kan kurang bisa ya...jadi orang itu kan harus pendidikan khusus untuk orang kayak gini kan...” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 1 hal. 160)

Usaha yang dilakukan subjek ini semata-mata untuk

kehidupan masa depan anak dan ia bertekad supaya anaknya tersebut

minimal memiliki kemampuan membaca dan menulis. Usaha ini

tentunya didukung dengan kondisi kesehatan subjek yang cukup baik.

Berdasarkan hasil observasi, kondisi fisik subjek terlihat gagah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

90

sehat serta tidak mengalami masalah kesehatan khusus. Berikut

pernyataannya:

“....tekad aku itu tadi selagi aku masih hidup...selagi aku masih kuat...dia harus sekolah...jadi minimal walaupun dia gak pinter sama kayak orang...dia sudah bisa syukur-syukur baca nulis itu...” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 7b hal. 161)

Harapan dan tekad yang dimiliki oleh ayah (1) ini

membuatnya untuk tetap optimis melakukan usaha apapun untuk

mendukung tindakan aktifnya, yaitu dengan melakukan perencanaan

untuk kehidupan masa depannya, yaitu membina anak dengan segala

cara supaya anak tidak ketinggalan dalam hal pendidikan, antara lain

memberitahu anak tentang yang baik dan buruk, mengajari melakukan

hal-hal kecil, mendidik dalam pergaulan dan sopan santun serta

mengajari membaca dan menulis. Berikut pernyataannya:

“.....kita selaku orangtua..selaku orangtua..kita sebisa mungkin...merencanakan untuk menghadapi masa depan dia..kita bina dia sebaik mungkin...jangan sampai dia tertinggal...ngasih tau di tentang yang baik sama yang gak baik...ngajari dia melakukan hal-hal sepele...didik dia gimana caranya bergaul...sopan santun...ngajari baca..nulis...ya pokoknya apa aja lah.... kalau bisa jangan ketinggalan..” (Lamp. S1-bpk, w1 no. 3a hal. 160)

Tindakan secara aktif yang dilakukan oleh ibu (1) adalah

dengan memperhatikan pendidikan anak tersebut supaya tidak

tertinggal dari anak-anak lain. Selain itu, subjek juga berusaha untuk

tidak membedakan perlakuannya dengan anak-anaknya yang lain dan

terus mengajarkan tentang hal-hal yang baik dan buruk dengan harapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

91

agar suatu saat nanti anak tersebut bisa mengerti. Berikut

pernyataannya:

“...kami sekarang masih tetep berusaha untuk dia...ya dengan sekolahnya jangan sampai ketinggalan...jadi jangan sampai kita masa bodoh dengan dia....gak merhatiin dia karena keadaannya yang kayak ini...kita kasih tau terus aja mana yang benar, yang gak benar..kan lama-lama nanti dia ngerti...itu dulu aja yang sekarang kami lakukan...” (Lamp. S1-ibu, w1 no. 14b hal. 187)

Pasangan ini juga melakukan restraint coping yaitu dengan

menunggu waktu dan kesempatan yang tepat untuk bertindak

melakukan coping (Carver, Scheier, & Weintraub dalam MacArthur

dan John, 1998). Pasangan ini memiliki keinginan yang sama dimana

mereka berencana suatu saat nanti akan membukakan usaha dagang

bagi anak. Namun, usaha tersebut baru dilakukan jika anak retardasi

mental tersebut tidak memiliki keahlian apapun dan anak juga sudah

sedikit mampu untuk membaca dan menulis. Berikut ungkapan ayah

(1) :

“....itu tergantung nanti lah...artinya ya....kalau memang dia nanti dikasih kesempatan untuk bekerja...ya saya bersyukur....mungkin yang sesuai dengan kemampuannya...tapi kalo dia umpamanya memang gak punya kemampuan lain...ya ada persiapan lain...ya mungkin dagang....” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 11a hal.162)

Ibu (1) menyatakan:

“Kalau rencana...aku baru ada rencana untuk masa depan dia ini...kalau dia nanti sudah bisa baca...nulis...kita ada rejeki...ya mau kubukakan usaha aja dia ini...bukain warung...” (Lamp. S1-ibu, w2 no. 3 hal.188)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

92

Pasangan ini juga menggunakan emotion-focused coping,

yaitu strategi coping yang berusaha untuk mengatur respon-respon

emosional yang muncul (Passer dan Smith, 2004). Pasangan subjek ini

merasa sedih dan khawatir dengan kehidupan masa depan anaknya,

namun mereka tetap berusaha untuk bersikap pasrah dan lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan. Berikut pernyataan mereka :

“..pasti was-was..khawatir...karena mengingat jaman yang semakin lama semakin sulit...dan istilahnya orang itu semakin berlomba-lomba untuk maju kan...nah sedangkan dia kan keadaannya begini ya...namun saya tetep yakin..dan saya tetep berdoa bahwa Tuhan lah yang akan menentukan nanti...” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 5a hal. 160)

“...ya aku sekarang ini lebih sering doa...sholat...ya berdoa untuk dia ini lah kan...berdoa kalau bisa itu kan untuk gimana masa depan dia ini..” (Lamp. S1-ibu, w1 no. 10 hal. 186)

Tindakan turning to religion yang dilakukan oleh pasangan

ini didukung dengan keyakinan dan sikap positif mereka terhadap

setiap masalah yang dihadapi. Mereka berusaha untuk tidak mencari

pelarian ke hal-hal yang negatif dalam menghadapi situasi stres.

Pasangan orangtua ini mengambil hikmah bahwa adanya kelebihan di

balik kekurangan anak sehingga pasangan ini mencoba untuk

mensyukuri setiap keadaan yang dialami. Ayah (1) bisa belajar untuk

lebih sabar, sedangkan ibu (1) lebih berkeyakinan akan adanya

kemudahan di setiap keadaan yang sulit. Berikut pernyataan pasangan

subjek 1 :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

93

“ ...tapi aku terima kasih...aku bisa belajar sabar juga ya..terima kasih lah bisa belajar sabar dengan adanya dia...” (Lamp. S1-bpk., w2 no. 7a hal. 165)

“Bersyukur sama Tuhan...terima kasih sama DIA...ya dengan ada Edy ini kan, katakanlah rejeki kita ada di Edy...sesusah-susahnya kita..masih ada aja jalan keluar....” (Lamp. S1-ibu, w1 no. 6a hal. 185)

Kemampuan dan keyakinan positif pasangan ini membantu

dalam proses penerimaan terhadap kehadiran anak retardasi mental,

walaupun mereka terkadang masih merasa sedih dan kecewa dengan

keadaan anak mereka. Pasangan ini menyadari sepenuhnya keadaan

anak yang menderita retardasi mental sehingga mereka berusaha untuk

memaklumi keadaan anak dan menjalaninya dengan pasrah tanpa

adanya perasaan minder. Oleh karena itu, mereka tidak malu untuk

membawa anak ke kegiatan masyarakat karena masyarakat bisa

menerima kehadiran anak tersebut dengan baik dan anak juga bisa

bersikap sopan di tengah-tengah masyarakat. Berikut pernyataannya :

“..saya harus bersyukur...biarpun bagaimana dia tetep anak saya..saya tetep bersyukur.....terima kasih saya..sudah dikasih ya...jadi saya gak sama sekali..minder sedikit pun...apalagi perasaan gak menerima kan...saya gak punya perasaan itu..” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 6 hal. 161)

Pernyataan ibu (1):

“...kami jalani aja yang sekarang...dia sekolah...kita gak malu sama dia...katakanlah tenang sekarang kalau ngajak dia kemana-mana...kami sekarang sudah mengerti keadaan dia...” (Lamp. S1-ibu, w1 no. 12c hal.187)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

94

Selain itu, ibu (1) juga menggunakan usaha focus on and

venting emotions, yaitu melakukan usaha untuk menyalurkan dan

melampiaskan perasaan-perasaan negatif atau katarsis emosi (Carver,

Scheier, & Weintraub dalam MacArthur dan John, 1998). Subjek

sering merasa sedih atau kesal ketika melihat perkembangan

intelektual anaknya yang menyebabkan anak tersebut sulit untuk

mengerti hal-hal yang diajarkan sehingga subjek sering mencubit atau

bersikap cuek kepada anak dengan mengerjakan aktivitas lain terlebih

dahulu. Namun, sikap subjek yang sering mencubit anaknya tersebut

tidak mengganggu hubungannya dengan anak karena anak tersebut

sangat dekat dengan subjek. Ibu (1) menyatakan :

“...cuma kita ini mikirin IQnya dia ini kan...rendah dia ini..keselnya ada...kalau kita ngajari dia gak masuk-masuk....kalau sudah gak masuk-masuk kayak itu...berhenti aku ngajari dia ini...daripada dia nanti susah kan...kita walaupun sabar-sabar ya tapi ya kan ada batasnya ya, kita masih gak sabar...suka kucubit dia ini....” (Lamp. S1-ibu, w1 no. 6c hal. 186)

Usaha yang juga digunakan pasangan subjek ini adalah

mental disengagement dimana subjek melakukan pelepasan secara

psikologis terhadap masalah dengan tidak memikirkan masalah itu lagi

(Carver, Scheier, & Weintraub dalam MacArthur dan John, 1998).

Pasangan subjek ini menganggap bahwa kehadiran anak retardasi

mental tersebut bukan merupakan suatu beban dalam keluarga

sehingga mereka tidak lagi memfokuskan usaha mereka hanya kepada

anak retardasi mental tersebut. Saat ini mereka hanya berusaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

95

semampunya dan tidak memaksakan keinginan kepada anak atau

menyikapi keadaan anak mereka dengan santai dan terkadang

melakukan pengalihan emosi ketika sedang merasa kesal, seperti tidur.

Sikap mereka yang seperti ini juga tidak membuat anak terbeban dan

tetap bisa melakukan keinginannya sendiri. Pasangan subjek ini

menyatakan :

“Edy itu memang gak jadi beban kami...pokoknya kami menghadapi dia tuh...ya santai...apa adanya....tidak terlalu kami pikirkan....” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 17a hal. 163)

“Ya kalau lagi kesel banget sama dia...didiemin aja...suka kutinggal tidur...dia ini kan suka semau dia sendiri..” (Lamp. S1-ibu, w2 no. 2a hal. 188)

Walaupun pasangan subjek ini bisa menerima keadaan anak

dan tidak terbeban dengan kehadirannya, pasangan ini terkadang juga

merasa putus asa dan menyerah terhadap keadaan sehingga mereka

memilih untuk menghentikan usaha untuk mengatasi masalah yang

berkaitan dengan anak retardasi mental tersebut. Tindakan behavioral

disengagement yang dilakukan pasangan ini adalah tidak membawa

anak tersebut untuk melakukan terapi jalan lagi karena tidak adanya

keinginan dari anak sendiri untuk melanjutkan terapi itu dan juga

subjek merasa anak tersebut sudah mengalami kemajuan dalam cara

berjalannya. Selain itu, pasangan subjek ini merasa kesulitan dalam

biaya pengobatan karena status ekonomi keluarga subjek termasuk

dalam status ekonomi menengah ke bawah. Berikut pernyataannya :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

96

“...nah dari situ kami gak pernah lagi sampai sekarang bawa dia ke sana lagi...ke tempat terapi....ya kan gak ada hasilnya...sama aja...dibawa ke sana...dia gak mau diterapi...” (Lamp. S1-bpk., w2 no. 3 hal. 164)

“..tapi kalau berobat gak lagi...bukannya apa...kita ini mikirin uangnya ya..” (Lamp. S1-ibu, w2 no. 4c hal. 188)

Strategi emotion-focused coping yang terkahir adalah humor

yaitu dengan membuat lelucon tentang stressor (Carver, Scheier, &

Weintraub dalam MacArthur dan John, 1998). Anak retardasi mental

tersebut sering melakukan tindakan-tindakan yang menurut mereka

lucu dan aneh karena anak tersebut sering menirukan tingkah laku

orang lain dengan lucu. Tingkah laku tersebut sering digunakan oleh

pasangan ini untuk mengganggu anak tersebut ketika sedang merasa

sedih dan dijadikan humor dalam keluarga sehingga baik anak maupun

anggota keluarga yang lain menjadi terhibur. Berikut pernyataannya :

“...kalau lihat adek nangis....nah itu suka ngikutin dia...diperagainnya...tapi kalau dia nangis...hahaha....gak sadar dia...gimana dia itu...hahaha.....suka kugangguin dia...kalau dia nangis...aku suka gangguin dia...meragain cara nangis adek yang suka diikutinnya...gak jadi nangis dia....hahaha....lucu lah pokoknya dia ini..” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 16 hal. 163)

“...terus misalnya dia ini sudah diem aja...aku atau kakaknya suka becandain...suka maini dia ini...Dy, Dy...gimana Dy cara adek nangis...terus kakaknya langsung mraktekkin...ya terus Edy ikut mraktekkinnya juga....lucu kan jadinya liat tingkah anak dua itu...” (Lamp. S1-ibu, w1 no. 13 hal. 187)

Selain kedua strategi di atas, pasangan subjek ini juga

melakukan strategi seeking social support yang berupa usaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

97

mendapatkan dukungan moral, pengertian dan simpati dari orang lain

atau disebut dengan seeking emotional social support (Carver, Scheier,

& Weintraub dalam MacArthur dan John, 1998). Ayah (1) lebih

nyaman untuk berbagi cerita kepada sang istri mengenai masalah dan

perkembangan yang dialami oleh anak mereka, sedangkan ibu (1)

selain berbagi cerita dengan suami, ia juga sering curhat dengan ibu-

ibu lain di YPAC yang sedang mengantar anak mereka sekolah

ataupun kepada saudara-saudara terdekat. Pasangan ini memilih untuk

tidak bercerita dengan masyarakat di sekitar rumah mereka karena

mereka berpendapat bahwa masyarakat kurang memiliki pengetahuan

mengenai penderita retardasi mental. Pasangan subjek ini menyatakan:

“....palingan ya kalau sekarang ini kadang cerita sama ibunya kalau ada masalah sama Edy... ...bukan berarti kita sombong sama masyarakat sini...ya kita sama-sama tau kalau masyarakat sini juga kurang pendidikan..kurang pergaulan juga...” (Lamp. S1-bpk., w1 no. 15 hal. 163)

“Kalau untuk sekarang ini cuma kadang-kadang aja...suka cerita sama adik-adik.. ...ya juga sekarang itu palingan suka cerita sama ibu-ibu yang di sekolah Edy itu..yang sama-sama waktu nganter anaknya sekolah...” (Lamp. S1-ibu, w1 no. 5 hal. 185)

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa pasangan ini

mengalami stres ketika memiliki anak retardasi mental karena anak

mengalami hambatan perkembangan motorik, komunikasi dan kognitif

serta tidak dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara mandiri.

Hal ini menuntut mereka untuk dapat menyesuaikan diri dengan

keadaan anak sehingga mereka berusaha mengatasi masalah tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

98

secara langsung, mengatasi respon emosional yang muncul dan

mencoba mencari dukungan moral dari orang lain. Dalam

menggunakan strategi coping tertentu, pasangan ini memanfaatkan

sumberdaya yang mereka miliki seperti kondisi kesehatan yang baik,

kemampuan dan sikap possitif terhadap masalah, dukungan dan

kemampuan sosial yang cukup baik, tingkat pendidikan yang cukup

tinggi, dan status ekonomi. Tiap usaha yang dilakukan oleh orangtua

ini bertujuan agar mereka dapat menerima kehadiran anak retardasi

mental sehingga tetap terjaga hubungan yang baik di tengah keluarga

maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut skema dinamika

psikologis strategi coping pasangan subjek 1:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

99

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor Ayah : Ibu : 1. IQ anak 39 1. IQ anak 39 2. Anak mengalami kesulitan membaca dan menulis 2. Anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik 3. Anak mengalami gangguan perkembangan motorik 3. Anak mengalami gangguan perkembangan komunikasi 4. Anak mengalami gangguan dalam komunikasi sehari-hari 4. Anak mengalami kesulitan membaca dan menulis 5. Anak belum bisa mengurus kebutuhannya sendiri 5. Anak belum bisa mandiri sepenuhnya

Sumberdaya coping Ayah : 1. Kesehatan dan energi yang kuat untuk melakukan semua aktivitas dan

tanggung jawabnya 2. Keyakinan dan sikap positif subjek dengan tidak menganggap masalah

sebagai suatu kesulitan 3. Kemampuan yang cukup baik dalam mengekspresikan diri terhadap

anak di masyarakat 4. Dukungan sosial, yaitu kehadiran istri yang selalu mendampinginya 5. Tingkat pendidikan STM 6. Usia yang tergolong usia produktif Ibu: 1. Kondisi fisik subjek yang sehat dan kuat 2. Keyakinan dan sikap positif subjek dalam menghadapi masalah

keuangan 3. Kemampuan yang cukup baik dalam menempatkan diri di masyarakat 4. Dukungan sosial dari teman dan keluarga

Stres yang dialami oleh orangtua Ayah : Ibu : 1. Muncul perasaan prihatin dan khawatir 1. Muncul emosi negatif yaitu, perasaan sedih dan kesal 2. Adanya tuntutan dan perhatian khusus dalam pendidikan anak 2. Adanya tuntutan dan perhatian ekstra dalam pendidikan3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak 3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Strategi coping Ayah : 1. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan anak di YPAC) b. planning (merencanakan pembinaan anak secara intensif) c. restraint coping (menunda untuk membukakan usaha warung)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (berdoa dan pasrah kepada Tuhan) b. positive reinterpretation and growth (yakin akan adanya kelebihan di balik kekurangan anak) c. acceptance (menghadapi, menerima keadaan anak sesuai kemampuan dan tanpa perasaan minder) d. mental disengagement (bersikap santai, tidak terlalu fokus dan terbeban dengan masalah ini) e. behavioral disengagement (tidak membawa anak untuk melakukan terapi lagi kepada dokter) f. humor (menggunakan tingkah laku anak yang lucu sebagai hiburan)

3. Seeking social support a. seeking emotional social support (berbagi cerita dengan istri)

Ibu : 1. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan di YPAC) b. restraint coping (menunda untuk membuka usaha dagang, yaitu warung kecil-kecilan)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (berserah dan mendekatkan diri kepada Tuhan) b. positive reinterpretation and growth (mensyukuri keadaan, berkeyakinan akan adanya kemudahan) c. acceptance (menerima dan memaklumi keadaan anak, menjalani keadaan dengan pasrah) d. focus on and venting of emotions (mencubit anak sebagai katarsis emosi) e. mental disengagemnet (melakukan pengalihan seperti tidur atau mendiamkan anak) f. behavioral disengagement (menghentikan pengobatan untuk anak) g. humor (memanfaatkan tingkah laku yang lucu sebagai bahan hiburan)

3. Seeking social support a. seeking emotional social support (berbagi cerita atau curhat dengan ibu-ibu di YPAC atau saudara)

Gambar 9. Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

100

b. Pasangan Subjek 2

Pasangan ini memiliki anak retardasi mental berat dengan IQ

36. Ibu (2) mengungkapkan bahwa anak tersebut mengalami gangguan

perkembangan motorik, yaitu mengalami keterlambatan dalam

berjalan, sedangkan ayah (2) mengatakan bahwa anak tersebut juga

mengalami gangguan kesehatan dalam pernapasannya. Selain itu,

pasangan ini juga mengatakan bahwa anak mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi sehingga sulit dimengerti orang lain. Anak ini juga

mengalami kesulitan dalam perkembangan pendidikannya karena anak

hanya mampu meniru dan tidak bisa membaca setelah ia lulus dari

sekolah dasar luar biasa sehingga membuat orangtua merasa jenuh,

putus asa dan terbeban dengan keadaan anak. Selain itu, anak retardasi

mental ini juga membutuhkan tuntutan dan perhatian ekstra agar

nantinya bisa melakukan aktivitasnya secara mandiri dan ibu (2) juga

memiliki kekhawatiran dengan nasib masa depan anak retardasi mental

tersebut.

Situasi stres yang dialami orangtua ini mendorong mereka

untuk dapat beradaptasi dengan situasi tersebut dengan menggunakan

suatu usaha tertentu yang didukung dengaan adanya sumberdaya yang

dimiliki orangtua. Pasangan subjek ini sama-sama memilih active

coping dan restraint coping untuk mengatasi langsung tuntutan dari

situasi stres yang dialami. Active coping yang dilakukan oleh pasangan

orangtua ini pada awalnya adalah dengan menyekolahkan anak di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

101

sekolah luar biasa. Namun, usaha tersebut tidak membuahkan hasil

yang berarti sehingga mereka lebih memilih mendidik anak tersebut di

rumah agar mampu melakukan pekerjaan sehari-hari dan tidak

tergantung dengan pertolongan orang lain. Berikut pernyataan

pasangan orangtua 2 :

“...Kami tetap didik dia untuk mengerjakan tugas rumah tangga..kayak nyapu...nyuci piring...baju...walaupun itu cuma...ee...baru untuk dirinya sendiri. ..tapi sejak dia lulus kelas enam ya...kami istirahat dulu...gak kami lanjutin lagi...biar kami didik di rumah dulu...” (Lamp. S2-bpk., w1 no. 6a & 6c hal. 199-200)

“Ya paling-paling sekarang itu cuma ngelatih dia supaya dia bisa ngelakuin kebutuhannya sendiri...kayak mandi...makan...pakai baju....cuci baju...membina dia lah supaya dia bisa sendiri...” (Lamp. S2-ibu, w2 no. 1 hal. 216)

Walaupun pasangan orangtua ini tidak memfokuskan usaha

pada masalah pendidikan formal, namun mereka tetap memperhatikan

masalah perkembangan fisik dan kesehatan anak. Hal ini dikarenakan

anak tersebut mengalami gangguan dalam sistem pernapasannya

sehingga ayah (2) memiliki rencana untuk melakukan pengobatan

untuk anak tersebut, sedangkan ibu (2) lebih ingin memeriksakan

keadaan otak anaknya tersebut. Mereka menunda rencana tersebut

hingga adanya waktu dan kesempatan karena terbentur dengan

masalah biaya, walaupun sebenarnya mereka termasuk keluarga yang

cukup mampu. Berdasarkan hasil observasi, pasangan ini juga

mendapatkan pemasukan keuangan dari usaha kos yang mereka miliki.

Penundaan rencana ini dikarenakan mereka juga sedang membutuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

102

biaya kuliah untuk anak pertama mereka Tindakan ini disebut dengan

restraint coping. Berikut permyataan subjek :

“Dia ini kan di pernapasannya itu agak tersumbat...jadi suka bunyi-bunyi krek...krek..gitu...kalau tenggorokannya dipegang...enggak...tapi dia bilang sakit...nah...itu nanti rencana kami bawa ke THT...pengobatan medis... tapi itu nanti...tunggu ada biayanya...” (Lamp. S2-bpk., w2 no. 4 hal.201)

“....terus mau rekam otak juga...mau lihat otaknya gimana...apa ada penyempitan...atau ada apa...tapi belum kami lakukan...ya nanti lah kami usahain lagi...kalau sekarang masih mau mikir biaya kuliah kakaknya dulu...nanti kalau urusan kakaknya sudah selesai...baru mikir dia lagi...” (Lamp. S2-ibu., w2 no. 2 hal. 216)

Selain mengatasi langsung tuntutan dari situasi stres tersebut,

pasangan orangtua ini juga berusaha untuk mengatur respon-respon

emosional yang muncul akibat situasi stres. Secara umum, baik ayah

maupun ibu melakukan tindakan-tindakan yang sama dalam emotion-

focused coping ini. Keduanya sama-sama menyadari bahwa kehadiran

anak retardasi mental dalam keluarga merupakan cobaan dari Tuhan

sehingga mereka hanya bisa pasrah dan menyerahkan keadaan anak

kepada Tuhan serta tetap menunggu adanya kejaiban atau mukjizat

dari Tuhan. Usaha ini disebut dengan turning to religion dimana

pasangan ini meningkatkan kepercayaan keagamaan kepada Tuhan

untuk mendapatkan kekuatan dan mampu berpikir positif. Pernyataan

subjek 2 :

“...kami sebagai orangtua...wajib berdoa...memohon kepada Allah supaya dia diberi kemudahan-kemudahan...syukur-syukur kalau dia seperti anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

103

lain..beriman....bertakwa....ya...kami kembali lagi kepada Tuhan...kalau dia ini memang anugerah Tuhan...sudah suratan...takdir..” (Lamp. S2-bpk., w1 no. 8a hal. 200)

“...ah udah...sudahlah...bisa lah Tuhan...itu milik Dia...mungkin kan dia dilindungi Allah....dilindungi Tuhan...karena itu milik Dia....” (Lamp. S2-ibu, w1 no. 3a hal. 214)

Kekuatan dan kemampuan untuk berpikir positif merupakan

sumberdaya yang dimiliki oleh pasangan ini untuk melakukan usaha

coping yang lain, yaitu positive reinterpretation and growth. Dalam

tindakan ini, pasangan orangtua mencoba berpikir positif dengan lebih

mensyukuri setiap keadaan yang dihadapinya sekarang karena ia masih

merasa beruntung bahwa anak tersebut masih mampu belajar untuk

mandiri dibandingkan dengan anak-anak lain yang keadaannya lebih

parah. Selain itu, mereka juga bisa belajar untuk menjadi orangtua

yang lebih sabar sehingga bisa menjadi orang yang lebih baik lagi.

Pasangan orangtua ini menyatakan :

“Kalau hikmahnya....kita ini...yah...harus banyak-banyak bersyukur ya....yang bisa saya jalankan...dengan adanya anak kami yang kurang sempurna ini...jadi kami harus banyak bersyukur...” (Lamp. S2-bpk., w1 no. 3a hal. 199)

“...mungkin juga Dia nitip yang kayak gini karena aku sabar...kalau aku gak sabar mungkin sudah dari dulu kubunuh dia...jadi memang butuh ekstra....kesabaran buat ngurusinnya...Tuhan memang mau nitipin dia banget...rejeki kami juga meningkat juga...” (Lamp. S2-ibu, w1 no. 3b hal. 214)

Kedua usaha yang dilakukan pasangan ini dapat membantu

mereka untuk lebih mudah menerima keadaan anak seutuhnya. Usaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

104

yang digunakan adalah acceptance, yaitu suatu usaha untuk dapat

menerima kenyataan dan keadaan yang dialami saat ini memang telah

terjadi dan nyata (Carver, Scheier, & Weintraub dalam MacArthur dan

John, 1998). Pasangan ini mencoba untuk memaklumi keadaan

anaknya yang memang kurang mampu sehingga mereka tidak

memaksakan keinginan mereka kepada anak tersebut. Oleh karena itu,

pasangan ini mampu menerima keadaan dan kenyataan dengan ikhlas

tanpa adanya perasaan malu karena hal ini memang sudah merupakan

takdir. Pasangan subjek 2 mengungkapkan:

“...kami terima aja...namanya anak...cobaan ya...itu anugerah Tuhan...walaupun yang bagaimanapun itu harus kita rawat...kita bina..namanya anak ya...kecewa juga gak...yang jelas sekarang ini kami terima....” (Lamp. S2-bpk., w1 no. 5b hal. 199)

“....karena kami tuh sudah bisa menerima...sudah banyak nasihat dari orang-orang tua yang bisa kami ambil sisi positifnya...jadi gak terbeban lagi....walaupun digimanain aja kan tetep aja anak...kalau mau dibuang juga...dia masih anak kami...gak bisa...pokoknya gak bisa disingkirkan...memang harus kita hadapi ya...gak bisa dijadikan beban...” (Lamp. S2-ibu, w1 no. 8 hal. 215) Pasangan orangtua ini juga melakukan tindakan mental

disengagement dan behavioral disengagement. Dalam mental

disengagement, pasangan ini berusaha tidak memikirkan masalah anak

retardasi mental itu lagi. Ayah (2) lebih memilih untuk bersikap santai

dan tidak terlalu merasakan atau terbeban dengan keadaan anak,

sedangkan ibu (2) lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain untuk

mengalihkan perasaan negatifnya, antara lain dengan mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

105

pengajian bersama ibu-ibu lain di sekitar rumahnya. Kemampuan

sosial yang dimiliki pasangan ini cukup baik sehingga membantu

subjek untuk bisa bersosialisasi dengan masyarakat tanpa harus merasa

malu dengan keadaan anak. Ayah (2) menyatakan :

“...istilahnya gak begitu kami pikirin bener-bener...jadi...bisa dikatakan gak dirasakan....ibarat sakit itu gak dirasakan...dibawa enjoy gitu...” (Lamp. S2-bpk., w2 no. 1 hal. 201)

Ibu (2) mengungkapkan :

“Ya pelarianku sekarang ya sholat...pergi ngaji...itulah pelarianku...jangan sampai suntuk aja ya...” (Lamp. S2-ibu, w2 no. 4 hal. 216)

Behavioral disengagement adalah tindakan coping yang

menyerah dengan keadaannya sehingga menghentikan usaha untuk

menghadapi masalah (Carver, Scheier, & Weintraub dalam MacArthur

dan John, 1998). Pasangan ini sama-sama memilih untuk tidak

melanjutkan pendidikan anak di sekolah luar biasa (SLB) sebagai

bentuk dari behavioral disengagement. Mereka melakukan tindakan ini

karena mereka merasa menyerah dan putus asa dengan perkembangan

pendidikan anak mereka selama di SLB. Selain itu, ibu (2) juga merasa

jenuh dengan keadaan dan rutinitas yang sudah dilakukannya selama

bertahun-tahun. Berikut pernyataan subjek :

“...tapi sejak dia lulus kelas enam ya...kami istirahat dulu...gak kami lanjutin lagi...” (Lamp. S2-bpk., w1 no. 6b hal. 200)

“Kalau sekarang...sudah gak lagi...sudah capek...istirahat dulu...sekarang aku sudah pasrah...sudah gak aku apa-apain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

106

lagi dulu...istirahat dulu...ya mau gimana lagi...sudah dari umur satu tahun sampai sekarang sudah kuusahain semua...tapi gak ada perkembangan apa-apa....” (Lamp. S2-ibu, w1 no. 9a hal. 215)

Usaha yang dilakukan subjek berikutnya adalah humor.

Usaha yang dilakukan subjek ini bertujuan untuk mengurangi stres

yang dialami dengan membuat lelucon tentang stressor. Pasangan ini

sering menggunakan ekspresi dan tingkah laku anak yang lucu untuk

dijadikan bahan hiburan dalam keluarga agar anggota keluarga tidak

merasa tertekan dan bisa menikmati keadaan yang dialami dengan

baik. Berikut pernyataan subjek :

“Kalau itu biasa...memang sering kami ajak ngobrol...sering dimain-mainin..itu biasa.... ekspresi marahnya itu lucu...jadi sering digangguin...dipake buat ngehibur dia...saya...ibunya...” (Lamp. S2-bpk., w2 no. 2 hal. 201)

“Kalau itu banyak yang gangguin dia....jadiin itu kayak hiburan...biar dia terhibur juga kan...ketawa...dari omongan dia...tingkah laku dia kalau marah pas digangguin jadi bikin lucu...jadi aku juga sering gangguin dia....biar dia sedikit marah gitu kan...ekspresinya itu lucu...gak kayak anak normal lain...jadi seneng aja gangguin dia kayak gitu...” (Lamp. S2-ibu, w2 no. 5 hal. 216)

Strategi ketiga yang digunakan subjek adalah seeking social

support, yaitu dengan berusaha mendapatkan dukungan moral dan

pengertian dari orang lain. Ayah (2) lebih memilih berbagi cerita

kepada keluarga-keluarga dekat yang sebelumnya sudah mengetahui

keadaan anak terlebih dahulu, sedangkan ibu (2) memilih untuk

sharing dengan orangtua lain yang memiliki nasib yang sama dengan

dirinya. Berikut pernyataan ayah (2) :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

107

“...ya palingan kalau sekarang-sekarang ini sering ceritanya sama saudara....karena mereka kan tahu keadaan Sari...” (Lamp. S2-bpk., w1 no. 4 hal. 199)

Ibu (2) menyatakan:

“Paling-paling curhat...cerita...sama orang-orang yang sama-sama punya anak yang seperti itu...punya nasib yang sama...senasib sepenanggungan...” (Lamp. S2-ibu, w1 no. 7a hal. 215)

Berdasarkan uraian, digambarkan bahwa orangtua mengalami

stres ketika memiliki anak yang menderita retardasi mental berat

dengan IQ 36. Anak mengalami hambatan perkembangan komunikasi

dan kognitifnya sehingga ia mengalami kesulitan dalam pendidikan.

Oleh karena itu, orangtua merasa putus asa dan menyerah terhadap

keadaan anak karena mengkhawatirkan kehidupan masa depannya

kelak. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi tersebut, orangtua

berusaha beradaptasi dengan mengatasi langsung permasalahan yang

dihadapi, mengatur respon-respon emosi yang mucul dan juga mencari

dukungan emosional dari orang lain. Semua usaha yang dilakukan ini

juga dipengaruhi oleh sumberdaya yang dimiliki, antara lain kondisi

kesehatan yang baik, keyakinan positif, kemampuan sosial yang baik,

dukungan sosial dari orang lain, dan status ekonomi menengah ke atas.

Usaha coping yang dilakukan oleh orangtua ini membantu supaya

mereka dapat menerima kehadiran anak tersebut di dalam keluarga dan

terciptanya hubungan yang baik antara orangtua, anak dan masyarakat.

Berikut skema dinamika psikologis strategi coping pasangan subjek 2 :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

108

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor Ayah : Ibu : 1. IQ anak 36 1. IQ anak 36 2. Anak mengalami hambatan perkembangan dalam 2. Anak mengalami kesulitan dalam pendidikan pendidikan 3. Anak mengalami kesulitan berkomunikasi 3. Anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi 4. Anak mengalami gangguan perkembangan kesehatan pernapasan 4. Anak mengalami keterlambatan berjalan dan berbicara

Sumberdaya coping Ayah : 1. Kesehatan dan energi yang kuat 2. Keyakinan yang positif dengan mensyukuri keadaan yang

dihadapi 3. Dukungan sosial, yaitu kehadiran keluarga dekat yang

mengetahui pasti keadaan anak Ibu: 1. Keadaan kesehatan dan energi yang kuat 2. Keyakinan akan kemudahan rejeki dan sikap yang positif

terhadap kehadiran anak 3. Memiliki kemampuan sosial yang cukup baik 4. Dukungan sosial, yaitu adanya orangtua lain yang bernasib

sama

Stres yang dialami oleh orangtua Ayah : Ibu : 1. Merasa putus asa dengan pendidikan anak 1. Muncul perasaan jenuh, sedih dan terbeban 2. Perhatian ekstra untuk membina anak agar dapat melakukan 2. Tuntutan, perhatian dan dukungan ekstra untuk

aktivitas secara mandiri anak 3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Strategi coping

Ayah : 1. Problem-focused coping

a. active coping (mendidik anak di rumah untuk melakukan pekerjaan sehari-hari) b. restraint coping (menunda melakukan pengobatan untuk pernapasan anak)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (menganggap keadaan ini sebagai cobaan dari Tuhan, berserah kepada Tuhan) b. positive reinterpretation and growth (lebih banyak bersyukur atas keadaan anak) c. acceptance (pasrah menerima keadaan dengan ikhlas, memaklumi keadaan anak) d. mental disengagement (bersikap santai dan tidak fokus dalam memikirkan masalah ini) e. behavioral disengagement (tidak melanjutkan pendidikan anak di SLB) f. humor (tingkah laku anak yang lucu digunakan sebagai bahan hiburan keluarga)

3. Seeking social support a. seeking emotional social support (berbagi cerita dengan keluarga dekat yang mengetahui keadaan anak)

Ibu : 1. Problem-focused coping

a. active coping (mendidik anak di rumah, fokus pada perkembangan gizi anak) b. restraint coping (menunda untuk memeriksakan keadaan otak anak karena terbentur biaya)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (pasrah dan berdoa kepada Tuhan) b. positive reinterpretation and growth (belajar menjadi lebih sabar dan lebih baik) c. acceptance (tidak malu mengakui keadaan anak, menyadari dan menerima keadaan anak apa adanya) d. mental disengagement (mengikuti pengajian untuk mengalihkan perhatian dari masalah tersebut) e. behavioral disengagement (menghentikan pendidikan anak di SLB, menghentikan mengumpulkan berbagai f. informasi) g. humor (ekspresi anak yang lucu dijadikan humor dalam keluarga)

3. Seeking social support a. seeking emotional social support (sharing dengan orangtua lain yang memiliki nasib yang sama)

Gambar 10. Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

109

c. Pasangan Subjek 3

Anak retardasi mental yang dimiliki pasangan ini memiliki

IQ 34 dan sekarang sedang menempuh pendidikan di sekolah

menengah luar biasa (SMA-LB). Anak retardasi mental tersebut

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi sehari-hari yang sulit untuk

dimengerti orang lain. Selain itu, ibu (3) juga mengungkapkan bahwa

kemampuan anak untuk memahami sesuatu sangat rendah. Walaupun

anak sekolah, anak masih megalami hambatan dalam pendidikannya.

Anak tersebut belum mampu membaca dan menulis tanpa adanya

contoh. Hal ini membuat mereka mengalami perasaan sedih, minder,

kecewa dan cemas dengan keadaan anak yang sangat berbeda dengan

keadaan anak normal lainnya. Oleh karena itu, mereka juga berusaha

untuk mengatasi perasaan yang dialami supaya mereka mampu

menerima keadaan anak dan meningkatkan kemampuan anak retardasi

mental tersebut di bidang yang disukai anak tersebut.

Pasangan orangtua ini melihat bahwa anak mereka memiliki

kekurangan dalam kemampuan kognitifnya sehingga sampai saat ini

mereka tetap menyekolahkan anak di sekolah luar biasa. Usaha

pasangan ini disebut dengan active coping dimana mereka berusaha

untuk mengatasi masalah pendidikan anak secara langsung, baik

melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal di rumah yang

berupa usaha mengajarkan dan membimbing mengenai hal-hal yang

baik dan buruk. Usaha mereka untuk memberikan pendidikan formal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

110

bagi anak juga merupakan suatu usaha untuk menyenangkan hati anak

karena anak tersebut sebenarnya juga memiliki keinginan yang sangat

besar untuk sekolah. Hal tersebut dilakukan oleh pasangan ini semata-

mata untuk mengurangi perasaan sedih yang mereka alami. Selain itu

juga, ayah (3) menganggap bahwa melalui sekolah standar kehidupan

anaknya akan meningkat nantinya. Berikut pernyataan subjek :

“Ya...itu...untuk sekarang ini nyekolahin dia ke SLB ya...tapi sampai sekarang saya masih mau lihat perkembangannya nanti sampai SMA nanti di SLB nanti...apa kegiatan yang bisa dikerjakan oleh Bambang....” (Lamp. S3-bpk., w1 no. 5a & 5b hal. 227)

“....karena ibu kan merasa iba sama dia....jadi semampu-mampu ibu...pokoknya ibu usahain supaya jiwanya itu gak kecewa...ada yang bilang untuk apa dia disekolahkan...kan ngabisin biaya....bakal gak...jadi orang juga enggak...tapi ibu enggak...tetap ibu sekolahkan dia sampai sekarang...karena dia inginnya itu sekolah...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 1 hal. 240)

Pernyataan ibu (3) untuk mengatasi masalah pendidikan dan

daya tangkap anak yang rendah juga didukung oleh pernyataannya

berikut :

“...ibu selalu usaha terus siang malam..untuk menghidupi Bambang...ibu lakukan untuk Bambang..untuk menambah daya tangkapnya...ibu masukkan dia ke SLB sampai sekarang ini...itu termasuk usaha ibu...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 8 hal. 241)

Usah active coping yang mereka lakukan ini didukung

dengan adanya kondisi fisik yang sehat. Hasil observasi menunjukkan

bahwa walaupun ayah (3) sudah berusia 60 tahun, ia tetap terlihat sehat

dan gagah. Kemudian Active coping yang dilakukan oleh pasangan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

111

mendorong mereka untuk melakukan perencanaan lebih lanjut demi

perkembangan anak. Mereka memiliki keinginan dan perencanaan

yang sama terhadap perkembangan pendidikan anak agar mereka dapat

menetapkan usaha selanjutnya. Mereka selalu memperhatikan dan

mengikuti perkembangan pendidikan anak di SMA-LB sehingga

mereka memutuskan langkah atau tindakan untuk memfokuskan anak

pada bidang olahraga. Mereka mengambil langkah tersebut karena

mereka melihat bahwa selama mengikuti pendidikan di SLB, anak

tersebut mengalami perkembangan yang cukup baik di bidang

olahraga. Berikut pernyataan subjek :

“...jadi saya selalu mengikuti jejak dari sekolahan...apa yang ditentukan sekolahan...apakah mau di olahraga atau mau jadi pertukangan...atau mau jadi apa...itu kan di sekolahannya kan yang tentukan....” (Lamp. S3-bpk., w2 no 3 hal. 228) “...jadi kalau umpama Bambang ini habis dari SMA...yang sekolah SLB ini kata beliau ada lagi yang penyambungnya....apa di olahraga...apa di mana kan...karena Bambang ini ibu lihat...terfokusnya di olahraga... jadi mungkin rencananya lebih akan difokuskan ke olahraga...” (Lamp. S3-ibu, w1 no 11 hal. 241).

Selain itu, subjek 3 (ibu) juga memiliki rencana untuk

menitipkan anak retardasi mental tersebut kepada anak-anaknya yang

lain. Hal tersebut dilakukannya untuk mengantisipasi kekhawatirannya

terhadap kehidupan masa depan anak. Subjek 3 (ibu) mengungkapkan :

“...anak ibu yang lain kan juga sudah dewasa...jadi sudah dibilangin kalau umpama nanti ibu gak ada....adek kamu ini pelihara...jadi ibu sudah titipin ke kakak-kakaknya...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 5b hal. 240)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

112

Tindakan problem-focused coping lainnya yang juga

termasuk dalam salah satu usaha yang dilakukan subjek adalah

suppression of competing activities dimana subjek mengurangi

perhatian atau mengesampingkan aktivitas lain agar lebih

berkonsentrasi pada usaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi

(Carver, Scheier, & Weintraub dalam MacArthur dan John, 1998).

Pasangan subjek ini merasa bahwa memiliki anak retardasi mental

masih merupakan beban karena pasangan tersebut memikirkan nasib

masa depan anaknya kelak. Ayah (3) cenderung memfokuskan usaha

pada perkembangan pendidikan anak untuk mengurangi beban dan

mengatasi masalah yang dialaminya tersebut, sedangkan ibu (3) saat

ini cenderung masih merasa terbeban dengan memikirkan masalah

anak retardasi mental tersebut. Ibu (3) lebih memikirkan kehidupan

masa depan anaknya kelak sehingga usaha atau kegiatan yang

dilakukannya saat ini hanya untuk mempersiapkan kehidupan masa

depan anaknya tersebut. Ayah (3) mengungkapkan:

“Iya...ke sekolahannya...Karya Ibu...karena saya perhatikan di sana tuh kalau dia sudah menginjak SMA ini sudah ada kegiatan-kegiatan yang untuk di sekolahan...jadi saya perhatikan dulu sampai dimana....apa kegiatan yang dapat dipahaminya ini...” (Lamp. S3-bpk., w2 no. 6 hal. 229)

Ibu (3) menyatakan :

“...iya...sudah menjadi beban...maksudnya itu....ibu kepikiran bagaimana dia kalau ibu tinggal meninggal nanti...gitu...jadi bebannya itu lebih ke mikir bagaimana masa depannya dia... jadi beban ibu...jadi ibu sekarang berusaha apa yang ibu kerjakan itu cuma untuk Bambang...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 4 hal. 240)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

113

Selain itu, ibu (3) juga melakukan restraint coping, yaitu

coping secara pasif dengan menunggu waktu dan kesempatan yang

tepat (Carver, Scheier, & Weintraub dalam MacArthur dan John,

1998). Ibu (3) melakukan restraint coping dengan menunggu waktu

yang tepat dimana ia memiliki rencana untuk memfokuskan kegiatan

anak retardasi mental tersebut dalam bidang olahraga. Subjek

menunggu waktu hingga anaknya tersebut lulus dari SMA-LB terlebih

dahulu. Setelah anak tersebut lulus, rencana tersebut baru bisa

dilaksanakannya sehingga subjek terus memantau perkembangannya

dengan selalu meminta saran dari pihak sekolah. Berikut pernyataan

subjek:

“...karena Bambang belum lulus kan..nanti dimusyawarahkan lagi ibu gurunya pada saya...karena Bambang ini fokusnya olahraga...jadi nunggu setelah dia lulus SMA dulu baru rencana itu dilakukan...” (Lamp. S2-ibu, w2 no. 5 hal. 242)

Pasangan orangtua ini juga berusaha mengatasi stres mereka

dengan mengatur respon-respon emosional yang muncul. Pasangan ini

sama-sama melakukan usaha turning to religion, positve

reinterpretation and growth, acceptance dan behavioral

disengagement. Pasangan ini hanya pasrah dan berserah kepada Tuhan

untuk mengurangi beban dan menyadari bahwa keadaan yang dialami

sekarang merupakan kodrat dari Tuhan sehingga mereka berusaha

terus meningkatkan keimanan mereka melalui doa dan banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

114

mensyukuri keadaan yang dialami. Pasangan subjek ini

mengungkapkan :

“...kalau sedih itu pasti ya sampai sekarang...cuma itu saya kembalikan lagi ke Yang Maha Kuasa...karena setiap kejadian di muka bumi ini, khususnya kepada hambaNya itu..tergantung dengan Yang Maha Kuasa...jadi saya..untuk menyadarkan diri saya...kembalinya kepada Yang Maha Kuasa....ya sudahlah...saya pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa apa yang mau terjadi...biarlah Dia yang menentukan...” (Lamp. S3-bpk., w2 no. 1 hal. 228)

“..jadi sekarang ibu selalu berdoa kepada Tuhan...supaya Bambang ini ada perubahan... ibu sering sembahyang...berdoa...supaya Bambang itu....ya walaupun kayak gitu...dia bisa mengerti lah...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 6b hal. 240)

Selain merasakan peningkatan dalam hal keimanan, pasangan

orangtua ini juga bisa mengambil sisi positif atau hikmah dari situasi

stres yang dialami. Mereka mencoba untuk melakukan interpretasi

ulang dan memandang situasi stres yang ditimbulkan oleh anak yang

menderita retardasi mental tersebut secara positif. Ayah (3) mencoba

mengambil hikmah dengan percaya bahwa akan adanya keajaiban dan

kelebihan lain yang dimiliki oleh anak, sedangkan ibu (3) berpikir

positif bahwa anak tersebut mendatangkan rejeki tersendiri sehingga ia

tidak pernah mengalami kekurangan atau kesulitan. Ayah (3)

menyatakan :

“...Bambang ini ada suatu keajaiban....dia memang ada kelebihan..” (Lamp. S3-bpk., w1 no. 6a hal. 227)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

115

Ibu (3) mengungkapkan :

“...karena kehadiran Bambang ini ya..walaupun hidup saya susah...tapi gak susah...jadi hikmahnya dengan adanya Bambang ini ya....saya merasa hidup saya ini gak pernah kurang....jadi walaupun Bambang ini bodoh...walaupun Bambang ini dibilang orang gak ngerti...tapi kehidupan ibu itu cukup...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 7 hal. 241)

Keyakinan positif dalam menghadapi masalah yang dimiliki

pasangan ini membantu mereka dalam proses penerimaan terhadap

kehadiran anak selanjutnya. Walaupun pasangan ini merasa sedih dan

kecewa serta memiliki keinginan agar anak tersebut bisa sama seperti

anak lain, mereka tetap berusaha menyadari dan menerima keadaan

anak apa adanya karena kenyataan yang mereka hadapi saat ini

memang sudah terjadi dan nyata. Pasangan ini menyatakan :

“....karena saya sudah menerima dia apa adanya ya...sudah mengerti keadaan dia....” (Lamp. S3-bpk., w2 no. 8 hal. 229)

“...namanya anak kan...gak bisa buang...biarpun jelek kata orang....bagus kata ibu...ya sekarang apa adanya ibu terima...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 3 hal. 240)

Tindakan behavioral disengagement yang dilakukan oleh

pasangan orangtua ini adalah dengan menghentikan usaha pengobatan,

baik pengobatan medis maupun alternatif untuk anak retardasi mental

tesebut. Hal tersebut dilakukan subjek karena mereka merasa bahwa

usaha tersebut tidak menghasilkan perubahan yang berarti bagi

perkembangan anak. Selain itu juga, hal ini dipengaruhi oleh adanya

kendala keuangan karena mereka termasuk keluarga dengan status

ekonomi menengah ke bawah. Keadaan ini didukung oleh hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

116

observasi terhadap tempat tinggal subjek dimana subjek tinggal di

kawasan yang terbilang agak kumuh dengan status ekonomi sebagian

besar penduduknya adalah menengah ke bawah. Berikut peryataan

subjek :

“Iya..iya...sementara waktu ini semua usaha...kegiatan...itu diputuskan dulu....dihentikan dulu...baik kegiatan secara medis maupun secara ini apa...nasihat melalui paranormal....karena pertimbangan saya...selain dia ini sudah dewasa ya...terus saya perhatikan dari kecil...dari SD...sudah bapak usahakan itu...gak ada keberhasilan ya kan...” (Lamp. S3-bpk., w2 no. 5 hal. 228)

“...ibu sudah gak ke dokter lagi... karena ibu gak tau..dokter apa yang khusus untuk Bambang ini...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 14 hal. 242)

Seiring perjalanan waktu, ayah (3) juga melakukan mental

disengagement dengan tidak terbeban dan tidak merasakan adanya

keluhan yang cukup serius berkaitan dengan kehadiran anak retardasi

mental tersebut. Hal ini disebabkan karena subjek sudah memahami

kondisi kejiwaan anak sehingga usaha yang subjek lakukan sekarang

hanya berfokus pada kegiatan yang disukai anak. Berikut

pernyataannya:

“Kalau untuk sekarang gak ada...karena saya sudah sangat mengerti kan dari segi kejiwaannya...dari segi tingkah lakunya....jadi gak ada masalah yang serius buat saya......dan gak jadi beban..” (Lamp. S3-bpk., w2 no. 2 hal. 228)

Selain problem-focused coping dan emotion-focused coping,

subjek 3 (ibu) juga melakukan strategi seeking social support,

sedangkan subjek 3 (ayah) tidak menggunakan strategi ini. Subjek 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

117

(ibu) berusaha untuk meminta saran dan informasi dari kepala sekolah

di SLB untuk melihat dan mengikuti perkembangan anak. Usaha ini

disebut dengan seeking instrumental social support. Berikut

pernyataan subjek:

“ ...ibu sekarang selalu minta saran dari kepala sekolah SLB...karena beliau lah yang tau jurusan untuk Bambang ini selanjutnya...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 10 hal. 241)

Ibu (3) juga memanfaatkan kehadiran teman-temannya

sebagai tempat berbagi cerita sehingga ibu (3) melakukan seeking

emotional social support. Ibu (3) sering curhat atau berbagi cerita

kepada sahabat dekat atau anaknya yang lain untuk mengurangi beban

dan subjek merasa lebih puas. Berikut pernyataannya:

“ ...kalau gak diungkapin kayaknya ngerasainnya berat..jadi komunikasi dengan teman...mengenai tanggapan teman...jadi bisa meringankan...apa.... mengurangi beban...kayaknya kalau gak dibilang itu..rasanya di dalam itu dongkol...jadi diungkapkan dengan teman...kadang-kadang juga dengan anak saya...jadi puas rasanya kalau sudah diungkapin...” (Lamp. S3-ibu, w1 no. 13 hal. 241)

Berdasarkan gambaran tersebut disimpulkan bahwa pasangan

subjek ini juga mengalami situasi stres ketika memiliki anak retardasi

mental karena anak mereka memiliki IQ 34 dan mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi. Selain itu, anak tersebut juga mengalami

kekurangan dalam hal pemahaman dan daya tangkapnya terhadap

sesuatu. Oleh karena itu, mereka merasa sedih, kecewa, minder dan

putus asa terhadap keadaan anak serta harus menghadapi berbagai

tuntutan baru dalam hidup, namun mereka berusaha untuk beradaptasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

118

dan mengatasi semua masalah yang berkaitan dengan anak retardasi

mental tersebut. Adaptasi itu mereka lakukan dengan menggunakan

problem-focused coping, emotion-focused coping dan khusus bagi ibu

(3), ia juga menggunakan seeking social support sehingga pasangan

orangtua 3 ini mampu menjalani kehidupan mereka seperti semula dan

tidak mengalami masalah dalam hubungannya dengan anak maupun

dengan masyarakat sekitar. Pasangan ini juga memanfaatkan

sumberdaya yang dimiliki seperti kesehatan yang baik, keyakinan dan

sikap yang positif, standar kehidupan yang tinggi, dan dukungan sosial

dari orang lain. Berikut skema dinamika psikologis strategi coping

pasangan subjek 3 :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

119

Kehadiran anak retardasi mental berat sebagai stressor Ayah : Ibu : 1. IQ anak 34 1. IQ anak 34 2. Anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi 2. Anak mengalami kesulitan berkomunikasi 3. Kurangnya kemampuan pemahaman dan daya tangkap anak

Sumberdaya coping Ayah : 1. Kondisi fisik dan kesehatan baik 2. Keyakinan yang positif akan adanya keajaiban 3. Standar kehidupan yang tinggi Ibu: 1. Kesehatan yang baik dan energi yang kuat 2. Keyakinan dan sikap yang positif dalam menerima keadaan 3. Dukungan sosial yang berasal dari sahabat ataupun anak

Stres yang dialami oleh orangtua Ayah : Ibu : 1. Muncul perasaan sedih dan putus asa 1. Muncul perasaan sedih, minder, kecewa, cemas dan

kasihan kepada anak 2. Tuntutan, perhatian dan dukungan ekstra dalam pendidikan, 2. Perhatian dan pembinaan ekstra dalam merawat anak

khusunya di bidang olahraga 3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Strategi coping Ayah : 1. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan anak di SLB) b. planning (mengikuti perkembangan olahraga anak di SLB untuk menentukan langkah selanjutnya) c. suppression of competing activities (memfokuskan diri pada perkembangan pendidikan anak)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (pasrah menerima kodrat Tuhan, meningkatkan kepercayaan akan adanya

mukjizat) b. positive reinterpretation and growth (berpikir positif akan adanya keajaiban dan kelebihan lain yang

dimiliki anak) c. acceptance (menerima kenyataan yang sudah terjadi) d. mental disengagement (tidak adanya beban dan tidak memfokuskan usaha untuk mengatasi kondisi

anak) e. behavioral disengagement (menghentikan pengobatan secara medis maupun alternatif)

Ibu : 1. Problem-focused coping

a. active coping (menyekolahkan anak di SLB) b. planning (berencana akan tetap melanjutkan pendidikan anak) c. suppression of competing activities (fokus pada masalah masa depan anak) d. restraint coping (menunda rencana untuk memfokuskan kegiatan anak dalam bidang olahraga)

2. Emotion-focused coping a. turning to religion (pasrah menerima kodrat dan terus berdoa) b. positive reinterpretation and growth (tidak pernah mengalami kesulitan dan kekurangan) c. acceptance (menerima keadaan dan kenyataan yang terjadi) d. behavioral disengagement (tidak pernah membawa anak ke dokter lagi)

3. Seeking social support a. seeking instrumental social support (meminta saran dari kepala sekolah) b. seeking emotional social support (berbagi cerita dengan sahabat ataupun anak yang lain)

Gambar 11. Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

120

3. Gambaran Menyeluruh tentang Strategi Coping Orangtua yang

Memiliki Anak Retardasi Mental

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian di atas dapat

digambarkan bahwa subjek yaitu para orangtua yang memiliki anak

retardasi mental berat secara umum mengalami situasi stres karena

kehadiran anak retardasi mental berat. Menurut Supratiknya (1995) dan

Wenar & Kerig (2000), penderita retardasi mental berat memiliki IQ 25-39

dan sering disebut “dependent retarded” atau penderita lemah mental yang

tergantung, namun dapat dilatih melakukan tugas-tugas sederhana. Untuk

hal-hal yang lebih kompleks mereka sangat tergantung pada pertolongan

orang lain. Penderita memiliki kemampuan yang terbatas dalam

kemampuan akademis, walaupun mereka dapat menggunakan bahasa-

bahasa yang sangat sederhana serta perkembangan motorik dan bicara

mereka masih sangat terbelakang.

Anak retardasi mental berat yang dimiliki oleh para orangtua

tersebut secara umum memiliki kemampuan yang terbatas dalam

kemampuan kognitifnya. Dalam hal ini, anak tersebut belum mampu untuk

membaca dan menulis. Selain itu, mereka juga mengalami hambatan

dalam perkembangan motoriknya, terutama perkembangan dalam berjalan

dan berkomunikasi. Hal tersebut mengakibatkan anak belum mampu untuk

melakukan aktivitasnya sendiri dan juga mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dengan orang lain. Keadaan anak dengan keterbatasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

121

seperti tersebut di atas menuntut orangtua untuk memberikan pendidikan

dan perawatan ekstra yang berbeda dengan anak yang normal lainnya.

Peristiwa ini membuat orangtua merasa tertekan dan terbeban

dengan kehadiran mereka sehingga muncul emosi-emosi negatif, seperti

perasaan sedih, kecewa, kesal, prihatin, minder dan cemas. Hal ini seperti

yang diungkapkan Zautra (dalam Passer dan Smith, 2004) yang

mendefinisikan stres sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai

dengan munculnya emosi-emosi negatif. Selain itu, para orangtua juga

harus memberikan tuntutan dan perhatian ekstra terhadap keadaan

perkembangan anak, terutama perkembangan pendidikannya dan

kehidupan masa depan anak kelak. Hal ini dikarenakan anak retardasi

mental tersebut sangat terbatas dalam perkembangan kognitifnya dan juga

untuk melakukan aktivitas harian mereka bergantung pada pertolongan

orang lain. Sebagai contoh kecil, anak retardasi mental tersebut harus

diingatkan dan diawasi terus-menerus dalam melakukan aktivitasnya.

Berbagai situasi baru yang harus dihadapi para orangtua ini menyebabkan

stres pada mereka sehingga mereka berusaha untuk beradaptasi dengan

keadaan itu agar dapat mengurangi berbagai masalah dan perasaan negatif

untuk dapat mencapai keadaan yang nyaman lagi dan mereka dapat

melanjutkan kehidupan normal mereka dengan menerima sepenuhnya

kehadiran anak retardasi mental tersebut.

Usaha yang dilakukan oleh orangtua tersebut disebut dengan

strategi coping yaitu suatu usaha yang spesifik, baik perilaku maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

122

psikologis, yang digunakan seseorang untuk mengontrol, bertoleransi,

mengurangi atau menurunkan situasi stres (MacArthur dan John, 1998).

Para orangtua tersebut menggunakan berbagai macam tindakan strategi

coping untuk mengatasi dan menghadapi situasi stres yang dialami. Pada

umumnya, semua subjek menggunakan usaha problem-focused coping

yang berupa usaha untuk menghadapi dan mengatasi langsung tuntutan

dari situasi stres tersebut atau faktor-faktor yang menyebabkan stres

(Passer dan Smith, 2004). Keterbatasan dalam pendidikan dan

kekhawatiran terhadap masa depan anak ini merupakan hal-hal yang

menjadi tuntutan utama bagi orangtua. Oleh karena itu, seluruh subjek

menggunakan problem-focused coping dengan melakukan tindakan secara

aktif (active coping). Active coping yang dilakukan subjek ini lebih

mengarah pada usaha dalam perkembangan pendidikan anak retardasi

mental sehingga subjek memilih SLB dan YPAC sebagai salah satu sarana

yang dapat membantu perkembangan anak. Walaupun subjek berasal dari

keluarga yang kurang mampu, tetapi mereka tetap giat dalam bekerja

untuk memenuhi tuntutan biaya pendidikan. Hal ini tentunya didukung

dengan kondisi fisik subjek yang sehat dan tidak ada keluhan sakit yang

serius. Hasil observasi terhadap masing-masing subjek menunjukkan

bahwa kesehatan fisik mereka tergolong dalam keadaan yang sehat.

Selain itu, subjek juga mendidik dan membina anak di rumah

supaya bisa melakukan tugas sehari-harinya secara mandiri serta mampu

mengetahui mengenai hal-hal yang baik dan buruk. Tindakan aktif ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

123

didukung dengan adanya perencanaan lebih lanjut oleh ayah (1), dan

pasangan orangtua 3. Perencanaan yang dibuat oleh masing-masing subjek

berupa langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi stres mereka.

Perencanaan tersebut antara lain berupa usaha-usaha yang akan dilakukan

agar anak tidak tertinggal dalam hal pendidikan, seperti usaha dalam

memberitahu anak tentang hal-hal yang baik dan buruk, mengajari anak

untuk melakukan hal-hal sederhana, mendidik dalam pergaulan dan sopan

santun serta mengajari membaca dan menulis. Selain itu, subjek juga terus

mengikuti perkembangan anak di sekolah secara bertahap. Hal tersebut

dijadikan patokan subjek untuk menentukan langkah yang akan dilakukan

selanjutnya, yaitu memfokuskan aktivitas anak pada suatu bidang yang

spesifik. Untuk melakukan usaha ini, subjek memanfaatkan tingkat

pendidikan dan standar kehidupan yang cukup tinggi karena mereka

berpendapat bahwa dengan memberikan pendidikan khusus bagi anak

tersebut maka dapat membantu anak untuk mempersiapkan kehidupan

yang sedikit layak untuk masa depannya.

Masalah anak retardasi mental ini pada awalnya menimbulkan

beban yang cukup berat pada pasangan orangtua 3 sehingga subjek lebih

memfokuskan usaha pada masalah perkembangan pendidikan dan nasib

masa depan anak. Oleh karena itu, usaha atau kegiatan yang dilakukan

subjek saat ini hanya untuk mempersiapkan kehidupan masa depan anak

retardasi mental tersebut. Namun, pada akhirnya ayah (3) menjadi tidak

terlalu terbeban karena ia telah memahami kondisi kejiwaan anak. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

124

menyebabkan subjek tidak terlalu memikirkan masalah anak ini lagi dan ia

hanya melanjutkan usaha pada perkembangan pendidikan anak. Tindakan

problem-focused coping lainnya yang dilakukan hampir semua orangtua

adalah restraint coping. Secara umum, subjek menahan diri untuk

melakukan usaha atau rencana yang dimiliki hingga adanya waktu dan

kesempatan yang tepat. Pasangan subjek 1 masih menunggu waktu untuk

membuka usaha warung kecil-kecilan untuk anak mereka tersebut hingga

anak sudah mampu membaca dan menulis. Pasangan subjek 2 cenderung

merencanakan ingin melakukan pengobatan bagi anak untuk

memeriksakan bagian pernapasan dan keadaan otak anak. Rencana yang

dimiliki subjek ini masih tertunda atau belum terlaksana karena terbentur

dengan kesulitan biaya pengobatan. Ibu (3) masih menunggu anak untuk

lulus SMA-LB agar rencana memfokuskan anak dalam bidang olahraga

bisa terlaksana suatu saat nanti.

Selain problem-focused coping, subjek juga menggunakan usaha

emotion-focused coping dalam mengatasi dan mengatur respon-respon

emosional yang muncul akibat situasi yang menimbulkan stres (Passer dan

Smith, 2004). Secara keseluruhan, ketiga pasang subjek menggunakan

usaha turning to religion dengan meningkatkan kepercayaan mereka

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bersikap pasrah serta menyerahkan

semua keadaan yang dialami kepada Tuhan. Ketiga pasang subjek juga

menyikapi masalah yang mereka hadapi dengan berusaha untuk berpikir

positif dan mengambil hikmah dari kejadian yang dialami. Oleh karena itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

125

semua subjek cenderung memilih untuk berpikir positif, mensyukuri setiap

keadaan yang dialami, dan belajar menjadi orangtua yang lebih sabar dan

lebih baik lagi. Subjek juga merasa bahwa dengan kehadiran anak retardasi

mental tersebut, subjek tidak merasa kesulitan ekonomi secara berlebihan

sehingga subjek menganggap bahwa kehadiran anak memberikan rejeki

tersendiri dalam keluarga. Subjek juga yakin bahwa di balik semua

kekurangan anak retardasi mental tersebut, pasti akan ada kelebihan dan

keajaiban lain yang dialami anak. Dalam hal ini, subjek memanfaatkan

keyakinan dan sikap positif yang mereka miliki dalam menghadapi suatu

masalah.

Kesadaran dan pemikiran yang positif ini juga mendukung subjek

untuk dapat menerima kehadiran dan keadaan anak retardasi mental apa

adanya walaupun terkadang mereka masih merasa sedih atau kecewa.

Penerimaan terhadap keadaan yang telah terjadi secara nyata ini berupa

sikap menyadari, menerima, dan memaklumi keadaan anak sehingga

orangtua tidak bisa memaksakan keinginannya kepada anak tersebut dan

mampu bersikap pasrah dalam proses penerimaan selanjutnya.

Keseluruhan subjek juga menggunakan tindakan behavioral

disengagement setelah selama ini mereka melakukan berbagai usaha demi

perkembangan anak tersebut. Behavioral disengagement adalah suatu

sikap menyerah terhadap keadaan dengan mengurangi atau menghentikan

usaha untuk menghadapi masalah. Pada umumnya, ketiga pasang subjek

cenderung tidak melanjutkan usaha pengobatan medis maupun alternatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

126

untuk perkembangan anak. Namun, pasangan subjek 2 juga tidak

melanjutkan pendidikan anak di sekolah. Ketiga pasang subjek tersebut

menghentikan usaha-usaha mereka karena para subjek merasa putus asa

karena tidak ada perubahan atau perkembangan yang dialami oleh anak

retardasi mental tersebut.

Selain usaha behavioral disengagement, pasangan orangtua 1

dan 2 serta ayah (3) memilih tindakan mental disengagement dimana

subjek berusaha untuk tidak memikirkan masalah anak retardasi mental

tersebut secara mendalam. Masing-masing subjek merasa bahwa kehadiran

anak retardasi mental dalam keluarga bukan sesuatu yang sangat

membebani sehingga subjek tidak merasakan adanya keluhan yang muncul

dan berusaha untuk bersikap santai dalam menjalani keadaan yang

dihadapi. Selain itu, ibu (1) dan (2) memilih untuk mendiamkan atau tidur

dan melakukan kegiatan lain seperti pengajian supaya perasaan kesal atau

beban yang dialami dapat sedikit berkurang.

Pasangan subjek 1 dan 2 juga mengambil tindakan humor untuk

mengatasi situasi stres tersebut. Secara umum, masing-masing subjek

menggunakan tindakan tersebut karena subjek merasa senang melihat

tingkah laku-tingkah laku yang lucu dari anak tersebut. Tingkah laku anak

yang lucu tersebut pada akhirnya sering dijadikan subjek sebagai bahan

untuk bercanda dalam keluarga.

Selain tindakan-tindakan tersebut, ibu (2) juga memilih focus on

and venting of emotions. Tindakan tersebut dilakukan subjek dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

127

bersikap mendiamkan atau mencubit anaknya yang retardasi mental

sebagai bentuk dari pelampiasan emosinya ketika merasa kesal atau sedih.

Usaha seeking social support juga digunakan oleh para subjek

untuk mencari bantuan dan dukungan emosional kepada orang lain dalam

situasi stres (Passer dan Smith, 2004). Ibu (3) menggunakan usaha seeking

instrumental social support dengan selalu meminta saran dan informasi

dari kepala sekolah di SLB untuk mengikuti perkembangan anak tersebut

nantinya. Seeking emotional social support digunakan oleh pasangan

subjek 1, pasangan subjek 2, dan ibu (3). Usaha ini berupa usaha untuk

mendapatkan dukungan moral, pengertian, dan simpati dari orang lain.

Secara umum, masing-masing subjek tersebut cenderung untuk berbagi

cerita atau curhat dengan teman-teman dan keluarganya. Mereka memilih

untuk menggunakan usaha ini karena mereka menyadari akan pentingnya

kehadiran orang lain yang sangat berguna untuk membantu mengurangi

beban dan perasaan sedih yang dialami.

Ketiga pasang subjek memilih menggunakan strategi coping

tertentu karena didukung dengan sumberdaya yang dimiliki masing-

masing orangtua. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Huffman, Vernoy

dan Vernoy, 1997), sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dalam

mengatasi stres secara efektif antara lain kesehatan dan energi, keyakinan

yang positif, internal locus of control, kemampuan dan dukungan sosial,

sumberdaya material. Selain itu beberapa variabel yang ada dalam

individu seperti usia, tingkat pendidikan, dan standar kehidupan juga dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

128

dimanfaatkan sebagai sumberdaya dalam mengatasi stres (Smet, 1994 ;

Cohen & Edward, 1989 dan Moos, 1995; dalam Taylor, 1999) .

Dalam penelitian ini, ketiga pasang orangtua secara umum

memanfaatkan kondisi kesehatan mereka yang cukup baik, keyakinan dan

sikap positif dalam menerima dan menghadapi masalah, dukungan sosial

dari keluarga dan orang-orang terdekat serta kemampuan sosial yang

cukup baik yang dimiliki oleh pasangan subjek 1 dan 2 dalam

menempatkan diri di masyarakat untuk mengatasi stres yang dialami

secara efektif. Usia produktif dan tingkat pendidikan yang dimiliki ayah

(1) merupakan salah satu sumberdaya yang dimanfaatkannya untuk

mengatasi stres serta strategi coping yang dipilih ayah (3) juga dipengaruhi

oleh standar kehidupannya yang tinggi terhadap kehidupan. Berikut skema

gambaran menyeluruh strategi coping orangtua yang memiliki anak

retardasi mental :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

Gambar 12. Gambaran Menyeluruh Strategi Coping Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental

129

Keterangan : * = keadaan anak retardasi mental yang menjadi stressor● = strategi coping yang hanya dilakukan ayah

■ = strategi coping yang hanya dilakukann ibu

Sumberdaya Coping

Orangtua 1:1. Kesehatan dan energi yang kuat2. Keyakinan dan sikap positif dalam menghadapi masalah keuangan yang sulit3. Kemampuan yang cukup baik dalam menempatkan diri di masyarakat4. Dukungan sosial dari teman dan orang terdekat5. Usia produktif dan tingkat pendidikan ayah yang tinggi

Orangtua 2:1. Kondisi kesehatan dan energi yang kuat2. Keyakinan yang positif dalam menyikapi masalah keadaan anak3. Ibu memiliki kemampuan sosial yang cukup baik4. Dukungan sosial dari keluarga dan orangtua lain yang memiliki nasib sama

Orangtua 3:1. Kondisi fisik dan kesehatan kuat2. Keyakinan dan sikap positif dalam menerima keadaan3. Ibu mendapatkan dukungan sosial dari sahabat dan anak4. Standar kehidupan yang dimiliki ayah cukup tinggi

Stres yang dialami OrangtuaOrangtua 1:

1. Muncul emosi negatif, seperti perasaan sedih, kesal, prihatin dan khawatir2. Tuntutan dan perhatian ekstra dalam pendidikan anak3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Orangtua 2:

1. Munculnya perasaan jenuh, sedih dan terbeban2. Merasa putus asa dan menyerah dengan pendidikan anak3. Tuntutan dan perhatian ekstra dalam merawat anak agar bisa mandiri4. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Orangtua 3:

1. Muncul perasaan sedih, kecewa, minder, cemas, dan putus asa dengan keadaan anak2. Tuntutan dan perhatian ekstra dalam pendidikan anak3. Kekhawatiran terhadap masa depan anak

Keadaan Anak Retardasi Mental BeratOrangtua 1:

1. IQ anak 39 *2. Anak mengalami kesulitan membaca dan menulis *3. Anak mengalami gangguan perkembangan motorik *4. Anak mengalami hambatan dalam berkomunikasi *5. Masih bergantung pada pertolongan oranglain untuk mengurus kebutuhan sehari-harinya *6. Tidak adanya gangguan kesehatan secara khusus

Orangtua 2:

1. IQ anak 36 *2. Anak mengalami hambatan dalam pendidikan, belum bisa membaca dan menulis *3. Anak mengalami keterlambatan berjalan dan berbicara *4. Anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi*5. Sudah bisa mengurus kebutuhannya sendiri, tidak sepenuhnya bergantung pada pertolongan orang lain6. Anak mengalami gangguan kesehatan pernapasan *

Orangtua 3:

1. IQ anak 34 *2. Kurangnnya pemahaman dan daya tangkap anak, anak hanya bisa meniru (tidak bisa membaca dan menulis tanpa contoh) *3. Anak mengalami keterlambatan berjalan dan berbicara *4. Anak mengalami kesulitan berkomunikasi *5. Anak sudah bisa mengurus kebutuhannya sendiri6. Tidak ada keluhan yang serius terhadap kesehatan

Strategi CopingOrangtua 1:

1. Problem-focused Coping a. Active coping (menyekolahkan anak di YPAC) b. Planning (merencanakan pembinaan bagi anak secara intensif) ● c. Restraint coping (menunda untuk membukakan usaha dagang)2. Emotion-focused Coping a. Turning to religion (berdoa, pasrah, dan mendekatkan diri pada Tuhan) b. Positive reinterpretation and growth (mensyukuri keadaan, yakin akan adanya kemudahan dan kelebihan lain) c. Acceptance (menerima dan memaklumi keadaan anak, menjalani keadaan dengan pasrah dan sesuai kemampuan tanpa merasa minder) d. Mental disengagement (bersikap santai, mengalihkan perasaan) e. Behavioral disengagement (menghentikan pengobatan dan terapi untuk anak) f. Focus on and venting of emotions (katarsis emosi dengan mencubit anak) ■ g. Humor (memanfaatkan tingkah laku anak sebagai bahan hiburan)3. Seeking Social Support a. Seeking emotional social support (berbagi cerita pada istri, saudara atau ibu-ibu lain di YPAC)

Orangtua 2:

1. Problem-focused Coping a. Active coping (mendidik anak di rumah untuk melakukan pekerjaan sehari-hari) b. Restraint coping (menunda untuk melakukan pengobatan pernapasan dan keadaan otak anak)2. Emotion-focused Coping a. Turning to religion (pasrah dan berdoa kepada Tuhan) b. Positive reinterpretation and growth (lebih banyak bersyukur, belajar menjadi lebih sabar) c. Acceptance (pasrah menerima keadaan dengan ikhlas, memaklumi dan menerima keadaan anak) d. Mental disengagement (bersikap santai, mengalihkan perhatian dengan mengikuti pengajian) e. Behavioral disengagement (tidak melanjutkan pendidikan anak di SLB) f. Humor (ekspresi dan tingkah laku anak dijadikan hiburan dalam keluarga)3. Seeking Social Support a. Seeking emotional social support (berbagi cerita kepada keluarga yang mengetahui keadaan anak dan kepada orangtua lain yang senasib)

Orangtua 3:

1. Problem-focused Coping a. Active coping (menyekolahkan anak di SLB) b. Planning (berencana mengikuti perkembangan olahraga, ingin tetap melanjutkan pendidikan anak) c. Suppression of competing activities ( pada awalnya fokus pada perkembangan pendidikan dan masalah masa depan anak) d. Restraint coping (menunda rencana untuk memfokuskan kegiatan anak dalam bidang olahraga) ■2. Emotion-focused Coping a. Turning to religion (pasrah menerima kodrat Tuhan dan terus berdoa) b. Positive reinterpretation and growth (berpikir positif akan adanya keajaiban meyakini tidak pernah merasa kekurangan) c. Acceptance (menerima keadaan dan kenyataan yang telah terjadi) d. Mental disengagement (tidak merasa terbeban dan tidak fokus pada suatu usaha/masalah anak retardasi mental saja) ● e. Behavioral disengagement (menghentikan pengobatan medis maupun alternatif)3. Seeking Social Support a. Seeking emotional social support (berbagi cerita kepada sahabat atau anaknya yang lain) ■ b. Seeking instrumental social support (meminta saran dari kepala sekolah) ■

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

130

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dalam

menghadapi dan menerima kehadiran anak retardasi mental dalam keluarga,

para subjek menggunakan strategi problem-focused coping, emotion-focused

coping dan seeking social support. Strategi problem-focused coping yang

digunakan oleh ketiga pasang subjek adalah active coping yang berupa

tindakan aktif yang dilakukan subjek untuk mengatasi stressor dan restraint

coping dengan melakukan coping secara pasif dengan menunggu waktu dan

kesempatan yang tepat. Active coping yang dilakukan subjek antara lain

memilih untuk menyekolahkan anak di sekolah khusus seperti SLB atau

YPAC, sedangkan restraint coping yang dilakukan subjek antara lain adalah

menunda rencana yang dibuat seperti membuka usaha dagang untuk anak

ataupun memeriksakan keadaan fisik anak hingga adanya waktu dan

kesempatan yang tepat. Selain itu, subjek 1 menggunakan tindakan planning

untuk mendukung usahanya yang lain dan subjek 3 juga melakukan tindakan

planning dan suppression of competing activities untuk membantu mengatasi

stres yang dialami.

Keseluruhan subjek juga menggunakan strategi emotion-focused

coping yang berupa tindakan turning to religion dengan meningkatkan

kepercayaan keagamaan kepada Tuhan, yaitu bersikap pasrah menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

131

keadaan, berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Subjek juga melakukan

usah positive reinterpretation and growth dengan mengambil sisi positif atau

hikmah dari situasi stres melalui belajar untuk lebih banyak bersyukur dan

belajar menjadi orang yang lebih baik, acceptance yaitu pasrah menerima

kenyataan yang telah terjadi dengan menerima dan memaklumi keadaan

dengan ikhlas, mental disengagement yang berupa pelepasan secara psikologis

terhadap masalah dengan tidak memikirkan masalah itu lagi dengan bersikap

santai dan mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan lain. Usaha

yang juga dilakukan oleh semua subjek adalah behavioral disengagement

yaitu dengan menyerah terhadap keadaan dan menghentikan usaha untuk

menghadapi masalah, seperti tidak melanjutkan pengobatan bagi anak.

Tindakan lain yang juga digunakan oleh subjek 1 dan 2 adalah humor,

sedangkan dan focus on and venting emotions hanya dilakukan oleh subjek 1.

Strategi terakhir yang digunakan oleh seluruh subjek adalah seeking

social support yang berupa seeking emotional social support yaitu mencoba

mendapatkan dukungan moral, pengertian dan simpati melalui sharing atau

berbagi cerita dengan orang-orang terdekat, sedangkan seeking instrumental

social support hanya digunakan oleh subjek 3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing subjek dalam

memilih menggunakan strategi coping tertentu juga memanfaatkan

sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi stres yang dialami secara efektif,

antara lain kondisi kesehatan yang baik, keyakinan dan sikap positif terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

132

masalah, dukungan sosial yang didapat dari orang lain, dan kemampuan sosial

yang cukup baik di tengah masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

a. Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini diharapkan lebih dapat

membantu subjek untuk memilih dan menggunakan strategi coping yang

sesuai dengan memanfaatkan dan mengelola sumberdaya-sumberdaya

yang dimiliki untuk menghadapi dan menerima kehadiran anak retardasi

mental di dalam keluarga.

b. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana

dalam menyikapi dan mendukung orangtua yang memiliki anak retardasi

mental dengan memberikan dukungan moral berupa saran, nasihat,

informasi, pengertian atau simpati kepada mereka.

c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian yang masih terdapat kekurangan

dalam pengumpulan data ini agar dilengkapi dengan menggunakan metode

pengumpulan data yang lain, seperti observasi yang lebih terstruktur atau

melakukan wawancara dengan orang-orang dekat subjek yang signifikan

untuk menambah kelengkapan informasi dan sebagai sumber untuk

melakukan keabsahan data sehingga hasilnya bisa lebih sempurna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

133

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Creswell, John W. (1997). Qualitative Inquiry And Research Design:Choosing

Among Five Traditions. California: SAGE Publications, Inc. Dagun, Save M. (1990). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Hartoko, V. D. & Handayani, Christina S. (2003). Pedoman Penulisan Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Huffman, K.; Vernoy, M. & Vernoy, J. (1997). Psychology In Action (4th

edition). New York: John Wiley & Sons, Inc. Indra. (1980). Faktor-faktor Penting Dalam Kehidupan Keluarga Bahagia.

Jakarta: BPK Gunung Mulia. Ingalls, Robert P. (1978). Mental Retardation: The Changing Outlook. Canada:

John Wiley & Sons, Inc. Kartono, Kartini. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali. Moleong, L. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Passer M. W. & Smith R. W. (2004). Psychology In Mind and Behavior. New

York: McGraw-Hill Companies. Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.

Prasadio, Triman. (1976). Gangguan Psikiatrik Pada Anak-anak Dengan

Retardasi Mental. Surabaya: Universitas Airlangga. Prasadio, Triman (1978). Anak-anak Yang Terlupakan: Liku-liku Anak

Terbelakang. Surabaya: Airlangga University Press. Sarafino, E. P. (1990). Health Psychology. Canada: John Willey & Sons, Inc. Santrock, John W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup

(Edisi kelima). Jakarta : Erlangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

134

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. Suryabrata, S. (1990). Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Taylor, S.E. (1999). Health Psychology (Fourth edition). Singapura: McGraw-Hill

Companies. Wenar, C. & Kerig, P. (2000). Developmental Psychopathology From Infancy

Through Adolescence (Fourth Edition). New York: McGraw-Hill Companies.

World Health Organization. (1993). Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis

Gangguan Jiwa Di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan. Sumber Jurnal : Terry, D.J. & Gloria, H.J. (1998). Adjustment to a Low-Control Situation:

Reexamining the Role of Coping Responses. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 74, No. 4, 1078-1092.

Carver, C.S., Weintraub, J.K. & Scheier, M. F. Assessing Coping Strategies: A

Theoretically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 56, No. 2, 267-283

Sumber Website : MacArthur, C.T. & John D. (1998). Coping Strategies. http://www.macses.ucsf.edu/research/psychosocial/notebook/coping.html

Resna, L. & Sundjaya, A.G. _____. Tuna Grahita. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0902/14/hikmah/lain04.htm

http://www.clevelandclinic.org/health/healthinfo/docs/0000/0069.asp?index=4606

http://www.coping.org/growth/stress.htm

http://www.kompas.com /kesehatan/news/0406/16/083831.htm

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0301/22/iptek/92747.htm

http://www.mindtools.com/stress/UnderstandStress/StressDefinition.htm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: SRATEGI COPING PADA ORANGTUA YANG MEMILIKI ...observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean

135

http://www.mindtools.com/stress/UnderstandStress/StressMechanisms.htm

http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=157549&kat_id=105

&kat_id1=150&kat_id2=190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI