SPONDILOLITHEASIS

14
BAB I PENDAHULUAN Spondilolisthesis merupakan pergeseran kedepan korpus vertebra dalam hubungannya dengan sakrum atau kadang dihubungkan dengan vertebra lain. Kelainan ini terjadi akibat hilangnya kontuinitas pars intervertebralis sehinga menjadi kurang kuat untuk menahan pergeseran tulang belakang 1,2,3 . Spondilolisthesis mengenai 5-6% populasi pria, dan 2-3% wanita. Kira-kira 82% kasus terjadi di L5-S1. Spondilolisthesis kongenital (tipe displastik) 2 kali lebih sering terjadi pada perempuan dengan permulaan gejala muncul pada usia remaja 1,2,3 . Etiologi spondilolisthesis adalah multifaktor. Predisposisi kongenital tampak pada spondilolisthesis tipe 1 dan tipe 2, postur gravtasi , tekanan rotasional dan stres/tekanan konsentrasi tinggi pada suhu tubuh berperan penting dalam terjadinya pergeseran tersebut 1 . Gambaran klinis spondilolisthesis sangat bervariasi dan bergantung pada tipe pergeseran dan usia pasien. Gejala jarang berhubungan dengan derajat pergesaran (slippage), meskipun sangat berkaitan dengan instabilitas segmental yang terjadi. Pasien dengan spondilolisthesis degeneratiff biasanya pada orang tua dan muncul dengan nyeri tulang belakang ( back pain), 1

description

ortho

Transcript of SPONDILOLITHEASIS

Page 1: SPONDILOLITHEASIS

BAB IPENDAHULUAN

Spondilolisthesis merupakan pergeseran kedepan korpus vertebra dalam

hubungannya dengan sakrum atau kadang dihubungkan dengan vertebra lain.

Kelainan ini terjadi akibat hilangnya kontuinitas pars intervertebralis sehinga

menjadi kurang kuat untuk menahan pergeseran tulang belakang 1,2,3.

Spondilolisthesis mengenai 5-6% populasi pria, dan 2-3% wanita. Kira-

kira 82% kasus terjadi di L5-S1. Spondilolisthesis kongenital (tipe displastik) 2

kali lebih sering terjadi pada perempuan dengan permulaan gejala muncul pada

usia remaja 1,2,3.

Etiologi spondilolisthesis adalah multifaktor. Predisposisi kongenital

tampak pada spondilolisthesis tipe 1 dan tipe 2, postur gravtasi , tekanan

rotasional dan stres/tekanan konsentrasi tinggi pada suhu tubuh berperan penting

dalam terjadinya pergeseran tersebut 1.

Gambaran klinis spondilolisthesis sangat bervariasi dan bergantung pada

tipe pergeseran dan usia pasien. Gejala jarang berhubungan dengan derajat

pergesaran (slippage), meskipun sangat berkaitan dengan instabilitas segmental

yang terjadi. Pasien dengan spondilolisthesis degeneratiff biasanya pada orang tua

dan muncul dengan nyeri tulang belakang ( back pain), radikulopati neurogenik,

atau gabungan beberapa gejala tersebut 1,2,3.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan radiologis. Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena

merupakna gejala khas. Pada banyak pasien, lokasi nyeri disekitar defek dapat

sangan mudah diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan

kaki mereka ke atas seperti posisi fetus1,2.

1

Page 2: SPONDILOLITHEASIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Spondilolistesis adalah subluksasi ke depan dari satu korpus vertebrata

terhadap korpus vertebrata lain dibawahnya. Hal ini terjadi karena adanya defek

antara sendi facet superior dan inferior (pars interartikularis). Spondilolis adalah

adanya defek pada pars interartikularis tanpa subluksasi korpus vertebrata.

Spondilolis dan spondilolistesis terjadi pad 5% dari populasi. Kebanyakan

penderita tidak menunjukkan gejala atau gejalanya hanya minimal, dan sebagian

besar kasus dengan tindakan konservatif memberikan hasil yang baik.

Spondilolistesis dapat terjadi pada semua level vertebrata, tapi yang paling sering

terjadi pada vertebrata lumbal bagian bawah.4

Spondilolistesis berasal dari bahasa Yunani, yakni spondylo (vertebrata)

dan olisthesis (slip), jadi secara harfiah berarti vertebrata yang bergeser.

Deskripsi kelainan ini pertama kali ditulis pada tahun 1782 oleh Herbiniaux

seorang ahli obstetri dari Belgia, yang mencatat suatu keadaan dislokasi lumbal

kedepan terhadap sakrum yang menghambat proses persalinan. Kilian (1854)

menggunakan istilah spondilolistesis untuk keadaan diatas (pergeseran vertebrata

lumbal terhadap sakrum diatas). Klasifikasi spondilolistesis pertama dibuat oleh

Newman (1963) dan disempurnakan tahun 1976 menjadi Wiltse – Newman –

MacNab classification, yang terdiri dari: Dysplastic, Isthmic, Degenerative,

Traumatic dan Patological.7

2.2 Klassifikasi6

Spondilolistesis dibagi atas lima kelompok:

I. Dysplastic

II. Isthmic

a. Lytic

b. Elongated pars interarticulars

c. Acute pars fracture

2

Page 3: SPONDILOLITHEASIS

III. Degenerative

IV. Traumatic

V. Pathologic

Dysplastic

Dijumpai kelainan kongenital pada sakrum bagian atas atau neral arch L5.

Permukaan sakrum superior biasanya bulat (rounded) dan kadang disertai dengan

spina bifida.5

Isthmic

Tipe ini disebabkan oleh karena adanya lesi pada pars interartikularis. Tipe

ini merupakan tipe spondilolistesis yang paling sering. Tipe ini mempunyai tiga

sub:

- Lytic: ditemukan pemisahan (separation) dari pars, terjadi karena fatique

fracture dan paling sering ditemukan pada usia dibawah 50 tahun.

- Elongated pars interarticularis: terjadi oleh karena mikro fraktur dan tanpa

pemisahan pars

- Acute pars fracture: terjadi setelah suatu trauma yang hebat.5

Degeneratif

Seiring dengan pertambahan usia, adanya proses wear and tear

menyebabkan perubahan pada spinal. Diskus intervertebral mulai mengering dan

melemah. Diskus intervertebral memendek, menjadi kaku, dan mulai bulging.

Degenerasi pada diskus ini merupakan awal dari arthritis dan spondilolistesis

degenerartif.10

Saat arthritis berkembang, hal ini akan menyebabkan kelemahan pada

sendi dan ligament yang menyangga vertebra untuk tetap dalam posisi yang

sesuai. Ligament di sepanjang spinal (ligamentum flavum) mulai goyah. Salah

satu vertebra di kedua sisi yang diskusnya telah terganggu dan rata dapat menjadi

longgar dan bergeser ke depan di atas vertebra yang berada di bawahnya.10

Pergeseran ini dapat mempersempit canal pada spinal dan memberikan

tekanan pada medulla spinali. Penyempitan pada canal spinal ini disebut stenosis

spinal dan merupakan masalah yang paling sering pada spinal degeneratif.10

3

Page 4: SPONDILOLITHEASIS

Lebih sering terjadi pada level L4-L5 daripada L5-S1. Ditemukan pada

usia sesudah 40 tahun. Pada wanita terjadi empat kali lebih sering dibandingkan

pria. Pada kulit hitam terjadi tiga kali lebih sering dibandingkan kulit putih.5

Traumatik

Tipe ini terjadinya bersifat skunder terhadap suatu proses trauma pada

vertebrata yang menyebabkan fraktur pada sebagian pars interartikularis. Tipe ini

terjadi sesudah periode satu minggu atau lebih dari trauma. Acute pars fracture

tidak termasuk tipe ini.5

Pathologis

Pada tipe ini terjadi penipisan atau destruksi pada pars interartikularis,

pedikel, facet dan terjadi pergeseran vertebrata. Tipe ini mempunyai dua sub tipe:

- Generalized: gambaran patologis bersifat umum. Beberapa penyakit yang

berhubungan dengan tipe ini: Paget’s disease, hyperthyroidism, osteopetrosis dan

sifilis.

- Lokal: gambaran patologis bersifat lokal. Tipe ini terjadi oleh karena infeksi

lokal, tumor atau proses destruksi lainnya.5

4

Page 5: SPONDILOLITHEASIS

2.3 Etiologi

Pada anak, spondilolistesis biasanya terjadi antara tulang kelima pada

lumbar vertebra dan tulang pertama pada sacrum. Hal ini sering disebabkan oleh

karena defek lahir di area spinal atau trauma akut. Pada orang dewasa, penyebab

paling sering karena adanya penggunaan abnormal pada tulang dan kartilago,

seperti arthritis.11

Penyakit tulang dan fraktur juga dapat menyebakan spondilolistesis.

Beberapa aktivitas olahraga, seperti gymnastic, angkat beban, dan sepak bola,

memberikan stress yang besar pada tulang di punggung bawah. Hal ini juga

terjadi pada atlet yang secara terus menerus melakukan peregangan berlebihan

pada spinal. Hal ini dapat mneyebabkan stress fraktur pada kedua sisi vertebra.

Stress fraktur dapat menyebabkan tulang spina menjadi lemah dan keluar dari

tempatnya.11

2.4 Gejala klinis

Gejala klinis spondilolistesis dapat bervariasi dari yang ringan hingga

berat. Seorang penderita spondilolistesis juga dapat tidak menunjukkan gejala.

Kondisi spondilolistesis dapat menyebabkan lordosis ( disebut juga swayback).

Pada tahap lanjut, hal ini dapat menyebabkan kiposis.11

Gejala dapat berupa11:

Nyeri punggung bawah

Rasa ketat pada otot

Nyeri, kebas pada otot dan bokong

Kekakuan

Bengkak pada daerah vertebra yang terkena

Kelemahan pada kaki

Low back pain adalah gejala yang umum ditemukan pada spondilolistesis.

Dapat juga ditemukan sciatic pain dari bokong ke bagian posterior kaki. Hal ini

diikuti dengan terbatasnya gerakan kaki.4

2.5 Diagnosis

Penegakan diagnosis Spondilolistesis melalui 3 tahap12:

5

Page 6: SPONDILOLITHEASIS

Riwayat – melaui anamnesis menanyakan keluhan dan gejala serta hal-

hal yang meringankan atau memperberat gejala..

Pemeriksaan fisik – pasien diperiksa untuk melihat gejala klinis, seperti

keterbatasan gerak, fleksibilitas, dan melihat ada atau tidaknya kelemahan

otot atau gejala neurologis..

Diagnostic Tests – jika telah dicurigai adanya spondilolistesis setelah

dilakukan anamneses dan pemeriksaan fisik, maka akan dilakukan

pemeriksaan x-ray untuk mengkonfirmasi diagnosis dan atau

menyingkirkan penyebab lain dari gejala pasien. Bergantung pada hasil

dari x-ray, pemeriksaan lebih lanjut mungkin dibutuhkan, seperti MRI.

Derajat spondilolistesis/ slip grades13

Dengan menggunakan pemeriksaan x-ray lateral, dapat ditentukan derajat

spondilolistesis untuk menentukan sejauh mana pergeseran dari vertebra.

Derajat I < 25% slip.

Derajat II <49% slip.

Derajat III 50% - 74% slip.

Derajat IV 75% - 99% slip.

Derajat V jika vertebra telah jatuh hingga ke vertebra di bawahnya.

(merupakan kasus yang berat pada spondilolistesis, disebut jyga

spondiloptopsis).

2.6 Pengobatan

A. Non operative

Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservative. Pengobatan

non operative diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau

defisit neurologis yang stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan,

stretching exercise, pemakaian brace, pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting

dalam manajemen pengobatan spondilolistesis adalah motivasi pasien.5

B. Operative

6

Page 7: SPONDILOLITHEASIS

Pasien dengan defisit neurologis atau pain yang mengganggu aktifitas,

yang gagal dengan non operative manajemen diindikasikan untuk operasi. Bila

radiologis tidak stabil atau terjadi progresivitas slip dengan serial x-ray disarankan

untuk operasi stabilisasi. Jika progresivitas slip menjadi lebih 50% atau jika slip

50% pada waktu diagnosis, ini indikasi untuk fusi. Pada high grade

spondilolistesis walaupun tanpa gejala fusi harus dilakukan.5

Dekompresi tanpa fusi adalah logis pada pasien dengan simptom oleh karena

neural kompresi. Bila manajemen operative dilakukan pada adolescent, dewasa

muda maka fusi harus dilakukan karena akan terjadi peningkatan slip yang

bermakna bila dilakukan operasi tanpa fusi. Jadi indikasi fusi antara lain: usia

muda, progresivitas slip lebih besar 25%, pekerja yang sangat aktif, pergeseran

3mm pada fleksi/ekstensi lateral x-ray.5

Fusi tidak dilakukan bila multi level disease, motivasi rendah, aktivitas rendah,

osteoporosis, habitual tobacco abuse. Pada habitual tobacco abuse angka

kesuksesan fusi menurun. Brown dkk mencatat pseudoarthrosis (surgical non

union) rate 40% pada perokok dan 8% pada tidak perokok.5

Fusi insitu dapat dilakukan dengan beberapa approach:

1. anterior approach

2. posterior approach (yang paling sering dilakukan)

3. posterior lateral approach

2.7 Komplikasi

Jika terlalu banyak pergerakan yang terjadi, tulang dapat menekan saraf.

Operasi mungkin dibutuhkan untuk mengatasi kondisi ini.

Komplikasi lain yang dapat terjadi:

Nyeri punggung kronis

Infeksi

Kerusakan sementara atau permanen pada akar saraf spinal, yang

dapat menyebabkan perubahan sensorik, kelemahan, atau paralisis pada

kaki

7

Page 8: SPONDILOLITHEASIS

BAB III

KESIMPULAN

Spondylolisthesis merupakan suatu pergeseran ke depan satu korpus

vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya. Kira-kira

82% kasus isthmik spondylolisthesis terjadi di L5-S1 dan 11,3% terjadi di L4-

L5.14

Terdapat lima tipe utama spondylolisthesis yaitu tipe 1 disebut dengan

spondylolisthesis displastik kongenital, tipe II isthmic atau spondiolitik, tipe III

merupakan spondylolisthesis degeneratif, tipe IV spondylolisthesis traumatik, tipe

V spondylolisthesis patologis.14

Progresifitas listhesis pada individu dewasa muda biasanya terjadi bilateral

dan berhubungan dengan gambaran klinis/fisik berupa terbatasnya pergerakan

tulang belakang, kekuatan otot hamstring, tidak dapat memfleksikan panggul

dengan lutut yang hiperfleksi penuh, hiperlordosis lumbal dan torakolumbal,

hiperkifosis lumbosakral junction, pemendekan badan jika terjadi pergeseran

komplit , kesulitan berjalan.14

Diagnosis ditegakkan dengan gambaran klinis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan radiologis. Penatalaksanaan spondylolisthesis dibagi menjadi

beberapa yyaitu konservatif dan terapi bedah. 14

Pasien yang mendapatkan pembedahan melaporkan peningkatan kualitas

hidup dan berkurangnya rasa atau tingkatan nyeri yang dialami. Banyak peneliti

menyarankan untuk dilakukannya tindakan fusi bilamana pergeseran tersebuit

bersifat simtomatis, tidak respon dengan terapi konservatif, dan jika pergeseran

terjadi dalam derajjat tinggi.14

8

Page 9: SPONDILOLITHEASIS

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academic Orthopedic Surgeon Spine Basic. Available at

http://orthoinfo.aaos.org/topic=A00575.

2. De Jong,Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC,2004. Hal.974-

975.

3. Matthew B Dobbs, MD; Chief Editor: Mary Ann E Keenan, MD.

Spondilolisthesis. http://emedicine.medscape.com/article/1266097

overview#showall.

4. Cotler. 1990.Spinal fusion. Springer-Verlag, p. 270-279

5. Mark S. Greenberg. 1994.Handbook of neurosurgery. Greenberg Graphics,

p. 486-487.

6. N.G. Baldwin.Lumbar spondilolysis and spondilolistesis in principles of sina

surgery, vol. 1, p. 681-699

7. Netter FH, MD. 1991. Nervous system in the Ciba collection, vol.1, p. 19-20

8. Stephen I. 1995.Text book of spinal disorder. Philadelphia: J.B. Lippincott,

p. 203-213

9. Thiene. 1993.Atlas of spinal operation, p. 293-306

10. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00588 . Accessed February 22nd

2015

11. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001260.htm. Accessed

February 22 nd 2015 . Accessed February 22nd 2015 .

12. http://www.spine-health.com/conditions/spondylolisthesis/degenerative-

spondylolisthesis. Accessed February 22nd 2015 .

13. http://www.spineuniverse.com/conditions/spondylolisthesis/exams-tests-

spondylolisthesis. Accessed February 22nd 2015 .

14. Vookshoor A, Spondylolisthesis, spondylosis, and spondylolysis. Dalam :

http://emedicine.medscape.com/article/126660-overview. Diakses tanggal

20 November 2011

9