SPONDILOLITHEASIS
-
Upload
finikollins -
Category
Documents
-
view
227 -
download
1
description
Transcript of SPONDILOLITHEASIS
BAB IPENDAHULUAN
Spondilolisthesis merupakan pergeseran kedepan korpus vertebra dalam
hubungannya dengan sakrum atau kadang dihubungkan dengan vertebra lain.
Kelainan ini terjadi akibat hilangnya kontuinitas pars intervertebralis sehinga
menjadi kurang kuat untuk menahan pergeseran tulang belakang 1,2,3.
Spondilolisthesis mengenai 5-6% populasi pria, dan 2-3% wanita. Kira-
kira 82% kasus terjadi di L5-S1. Spondilolisthesis kongenital (tipe displastik) 2
kali lebih sering terjadi pada perempuan dengan permulaan gejala muncul pada
usia remaja 1,2,3.
Etiologi spondilolisthesis adalah multifaktor. Predisposisi kongenital
tampak pada spondilolisthesis tipe 1 dan tipe 2, postur gravtasi , tekanan
rotasional dan stres/tekanan konsentrasi tinggi pada suhu tubuh berperan penting
dalam terjadinya pergeseran tersebut 1.
Gambaran klinis spondilolisthesis sangat bervariasi dan bergantung pada
tipe pergeseran dan usia pasien. Gejala jarang berhubungan dengan derajat
pergesaran (slippage), meskipun sangat berkaitan dengan instabilitas segmental
yang terjadi. Pasien dengan spondilolisthesis degeneratiff biasanya pada orang tua
dan muncul dengan nyeri tulang belakang ( back pain), radikulopati neurogenik,
atau gabungan beberapa gejala tersebut 1,2,3.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan radiologis. Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena
merupakna gejala khas. Pada banyak pasien, lokasi nyeri disekitar defek dapat
sangan mudah diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan
kaki mereka ke atas seperti posisi fetus1,2.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Spondilolistesis adalah subluksasi ke depan dari satu korpus vertebrata
terhadap korpus vertebrata lain dibawahnya. Hal ini terjadi karena adanya defek
antara sendi facet superior dan inferior (pars interartikularis). Spondilolis adalah
adanya defek pada pars interartikularis tanpa subluksasi korpus vertebrata.
Spondilolis dan spondilolistesis terjadi pad 5% dari populasi. Kebanyakan
penderita tidak menunjukkan gejala atau gejalanya hanya minimal, dan sebagian
besar kasus dengan tindakan konservatif memberikan hasil yang baik.
Spondilolistesis dapat terjadi pada semua level vertebrata, tapi yang paling sering
terjadi pada vertebrata lumbal bagian bawah.4
Spondilolistesis berasal dari bahasa Yunani, yakni spondylo (vertebrata)
dan olisthesis (slip), jadi secara harfiah berarti vertebrata yang bergeser.
Deskripsi kelainan ini pertama kali ditulis pada tahun 1782 oleh Herbiniaux
seorang ahli obstetri dari Belgia, yang mencatat suatu keadaan dislokasi lumbal
kedepan terhadap sakrum yang menghambat proses persalinan. Kilian (1854)
menggunakan istilah spondilolistesis untuk keadaan diatas (pergeseran vertebrata
lumbal terhadap sakrum diatas). Klasifikasi spondilolistesis pertama dibuat oleh
Newman (1963) dan disempurnakan tahun 1976 menjadi Wiltse – Newman –
MacNab classification, yang terdiri dari: Dysplastic, Isthmic, Degenerative,
Traumatic dan Patological.7
2.2 Klassifikasi6
Spondilolistesis dibagi atas lima kelompok:
I. Dysplastic
II. Isthmic
a. Lytic
b. Elongated pars interarticulars
c. Acute pars fracture
2
III. Degenerative
IV. Traumatic
V. Pathologic
Dysplastic
Dijumpai kelainan kongenital pada sakrum bagian atas atau neral arch L5.
Permukaan sakrum superior biasanya bulat (rounded) dan kadang disertai dengan
spina bifida.5
Isthmic
Tipe ini disebabkan oleh karena adanya lesi pada pars interartikularis. Tipe
ini merupakan tipe spondilolistesis yang paling sering. Tipe ini mempunyai tiga
sub:
- Lytic: ditemukan pemisahan (separation) dari pars, terjadi karena fatique
fracture dan paling sering ditemukan pada usia dibawah 50 tahun.
- Elongated pars interarticularis: terjadi oleh karena mikro fraktur dan tanpa
pemisahan pars
- Acute pars fracture: terjadi setelah suatu trauma yang hebat.5
Degeneratif
Seiring dengan pertambahan usia, adanya proses wear and tear
menyebabkan perubahan pada spinal. Diskus intervertebral mulai mengering dan
melemah. Diskus intervertebral memendek, menjadi kaku, dan mulai bulging.
Degenerasi pada diskus ini merupakan awal dari arthritis dan spondilolistesis
degenerartif.10
Saat arthritis berkembang, hal ini akan menyebabkan kelemahan pada
sendi dan ligament yang menyangga vertebra untuk tetap dalam posisi yang
sesuai. Ligament di sepanjang spinal (ligamentum flavum) mulai goyah. Salah
satu vertebra di kedua sisi yang diskusnya telah terganggu dan rata dapat menjadi
longgar dan bergeser ke depan di atas vertebra yang berada di bawahnya.10
Pergeseran ini dapat mempersempit canal pada spinal dan memberikan
tekanan pada medulla spinali. Penyempitan pada canal spinal ini disebut stenosis
spinal dan merupakan masalah yang paling sering pada spinal degeneratif.10
3
Lebih sering terjadi pada level L4-L5 daripada L5-S1. Ditemukan pada
usia sesudah 40 tahun. Pada wanita terjadi empat kali lebih sering dibandingkan
pria. Pada kulit hitam terjadi tiga kali lebih sering dibandingkan kulit putih.5
Traumatik
Tipe ini terjadinya bersifat skunder terhadap suatu proses trauma pada
vertebrata yang menyebabkan fraktur pada sebagian pars interartikularis. Tipe ini
terjadi sesudah periode satu minggu atau lebih dari trauma. Acute pars fracture
tidak termasuk tipe ini.5
Pathologis
Pada tipe ini terjadi penipisan atau destruksi pada pars interartikularis,
pedikel, facet dan terjadi pergeseran vertebrata. Tipe ini mempunyai dua sub tipe:
- Generalized: gambaran patologis bersifat umum. Beberapa penyakit yang
berhubungan dengan tipe ini: Paget’s disease, hyperthyroidism, osteopetrosis dan
sifilis.
- Lokal: gambaran patologis bersifat lokal. Tipe ini terjadi oleh karena infeksi
lokal, tumor atau proses destruksi lainnya.5
4
2.3 Etiologi
Pada anak, spondilolistesis biasanya terjadi antara tulang kelima pada
lumbar vertebra dan tulang pertama pada sacrum. Hal ini sering disebabkan oleh
karena defek lahir di area spinal atau trauma akut. Pada orang dewasa, penyebab
paling sering karena adanya penggunaan abnormal pada tulang dan kartilago,
seperti arthritis.11
Penyakit tulang dan fraktur juga dapat menyebakan spondilolistesis.
Beberapa aktivitas olahraga, seperti gymnastic, angkat beban, dan sepak bola,
memberikan stress yang besar pada tulang di punggung bawah. Hal ini juga
terjadi pada atlet yang secara terus menerus melakukan peregangan berlebihan
pada spinal. Hal ini dapat mneyebabkan stress fraktur pada kedua sisi vertebra.
Stress fraktur dapat menyebabkan tulang spina menjadi lemah dan keluar dari
tempatnya.11
2.4 Gejala klinis
Gejala klinis spondilolistesis dapat bervariasi dari yang ringan hingga
berat. Seorang penderita spondilolistesis juga dapat tidak menunjukkan gejala.
Kondisi spondilolistesis dapat menyebabkan lordosis ( disebut juga swayback).
Pada tahap lanjut, hal ini dapat menyebabkan kiposis.11
Gejala dapat berupa11:
Nyeri punggung bawah
Rasa ketat pada otot
Nyeri, kebas pada otot dan bokong
Kekakuan
Bengkak pada daerah vertebra yang terkena
Kelemahan pada kaki
Low back pain adalah gejala yang umum ditemukan pada spondilolistesis.
Dapat juga ditemukan sciatic pain dari bokong ke bagian posterior kaki. Hal ini
diikuti dengan terbatasnya gerakan kaki.4
2.5 Diagnosis
Penegakan diagnosis Spondilolistesis melalui 3 tahap12:
5
Riwayat – melaui anamnesis menanyakan keluhan dan gejala serta hal-
hal yang meringankan atau memperberat gejala..
Pemeriksaan fisik – pasien diperiksa untuk melihat gejala klinis, seperti
keterbatasan gerak, fleksibilitas, dan melihat ada atau tidaknya kelemahan
otot atau gejala neurologis..
Diagnostic Tests – jika telah dicurigai adanya spondilolistesis setelah
dilakukan anamneses dan pemeriksaan fisik, maka akan dilakukan
pemeriksaan x-ray untuk mengkonfirmasi diagnosis dan atau
menyingkirkan penyebab lain dari gejala pasien. Bergantung pada hasil
dari x-ray, pemeriksaan lebih lanjut mungkin dibutuhkan, seperti MRI.
Derajat spondilolistesis/ slip grades13
Dengan menggunakan pemeriksaan x-ray lateral, dapat ditentukan derajat
spondilolistesis untuk menentukan sejauh mana pergeseran dari vertebra.
Derajat I < 25% slip.
Derajat II <49% slip.
Derajat III 50% - 74% slip.
Derajat IV 75% - 99% slip.
Derajat V jika vertebra telah jatuh hingga ke vertebra di bawahnya.
(merupakan kasus yang berat pada spondilolistesis, disebut jyga
spondiloptopsis).
2.6 Pengobatan
A. Non operative
Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservative. Pengobatan
non operative diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau
defisit neurologis yang stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan,
stretching exercise, pemakaian brace, pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting
dalam manajemen pengobatan spondilolistesis adalah motivasi pasien.5
B. Operative
6
Pasien dengan defisit neurologis atau pain yang mengganggu aktifitas,
yang gagal dengan non operative manajemen diindikasikan untuk operasi. Bila
radiologis tidak stabil atau terjadi progresivitas slip dengan serial x-ray disarankan
untuk operasi stabilisasi. Jika progresivitas slip menjadi lebih 50% atau jika slip
50% pada waktu diagnosis, ini indikasi untuk fusi. Pada high grade
spondilolistesis walaupun tanpa gejala fusi harus dilakukan.5
Dekompresi tanpa fusi adalah logis pada pasien dengan simptom oleh karena
neural kompresi. Bila manajemen operative dilakukan pada adolescent, dewasa
muda maka fusi harus dilakukan karena akan terjadi peningkatan slip yang
bermakna bila dilakukan operasi tanpa fusi. Jadi indikasi fusi antara lain: usia
muda, progresivitas slip lebih besar 25%, pekerja yang sangat aktif, pergeseran
3mm pada fleksi/ekstensi lateral x-ray.5
Fusi tidak dilakukan bila multi level disease, motivasi rendah, aktivitas rendah,
osteoporosis, habitual tobacco abuse. Pada habitual tobacco abuse angka
kesuksesan fusi menurun. Brown dkk mencatat pseudoarthrosis (surgical non
union) rate 40% pada perokok dan 8% pada tidak perokok.5
Fusi insitu dapat dilakukan dengan beberapa approach:
1. anterior approach
2. posterior approach (yang paling sering dilakukan)
3. posterior lateral approach
2.7 Komplikasi
Jika terlalu banyak pergerakan yang terjadi, tulang dapat menekan saraf.
Operasi mungkin dibutuhkan untuk mengatasi kondisi ini.
Komplikasi lain yang dapat terjadi:
Nyeri punggung kronis
Infeksi
Kerusakan sementara atau permanen pada akar saraf spinal, yang
dapat menyebabkan perubahan sensorik, kelemahan, atau paralisis pada
kaki
7
BAB III
KESIMPULAN
Spondylolisthesis merupakan suatu pergeseran ke depan satu korpus
vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya. Kira-kira
82% kasus isthmik spondylolisthesis terjadi di L5-S1 dan 11,3% terjadi di L4-
L5.14
Terdapat lima tipe utama spondylolisthesis yaitu tipe 1 disebut dengan
spondylolisthesis displastik kongenital, tipe II isthmic atau spondiolitik, tipe III
merupakan spondylolisthesis degeneratif, tipe IV spondylolisthesis traumatik, tipe
V spondylolisthesis patologis.14
Progresifitas listhesis pada individu dewasa muda biasanya terjadi bilateral
dan berhubungan dengan gambaran klinis/fisik berupa terbatasnya pergerakan
tulang belakang, kekuatan otot hamstring, tidak dapat memfleksikan panggul
dengan lutut yang hiperfleksi penuh, hiperlordosis lumbal dan torakolumbal,
hiperkifosis lumbosakral junction, pemendekan badan jika terjadi pergeseran
komplit , kesulitan berjalan.14
Diagnosis ditegakkan dengan gambaran klinis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan radiologis. Penatalaksanaan spondylolisthesis dibagi menjadi
beberapa yyaitu konservatif dan terapi bedah. 14
Pasien yang mendapatkan pembedahan melaporkan peningkatan kualitas
hidup dan berkurangnya rasa atau tingkatan nyeri yang dialami. Banyak peneliti
menyarankan untuk dilakukannya tindakan fusi bilamana pergeseran tersebuit
bersifat simtomatis, tidak respon dengan terapi konservatif, dan jika pergeseran
terjadi dalam derajjat tinggi.14
8
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academic Orthopedic Surgeon Spine Basic. Available at
http://orthoinfo.aaos.org/topic=A00575.
2. De Jong,Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC,2004. Hal.974-
975.
3. Matthew B Dobbs, MD; Chief Editor: Mary Ann E Keenan, MD.
Spondilolisthesis. http://emedicine.medscape.com/article/1266097
overview#showall.
4. Cotler. 1990.Spinal fusion. Springer-Verlag, p. 270-279
5. Mark S. Greenberg. 1994.Handbook of neurosurgery. Greenberg Graphics,
p. 486-487.
6. N.G. Baldwin.Lumbar spondilolysis and spondilolistesis in principles of sina
surgery, vol. 1, p. 681-699
7. Netter FH, MD. 1991. Nervous system in the Ciba collection, vol.1, p. 19-20
8. Stephen I. 1995.Text book of spinal disorder. Philadelphia: J.B. Lippincott,
p. 203-213
9. Thiene. 1993.Atlas of spinal operation, p. 293-306
10. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00588 . Accessed February 22nd
2015
11. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001260.htm. Accessed
February 22 nd 2015 . Accessed February 22nd 2015 .
12. http://www.spine-health.com/conditions/spondylolisthesis/degenerative-
spondylolisthesis. Accessed February 22nd 2015 .
13. http://www.spineuniverse.com/conditions/spondylolisthesis/exams-tests-
spondylolisthesis. Accessed February 22nd 2015 .
14. Vookshoor A, Spondylolisthesis, spondylosis, and spondylolysis. Dalam :
http://emedicine.medscape.com/article/126660-overview. Diakses tanggal
20 November 2011
9