Spirometri - Sundari
description
Transcript of Spirometri - Sundari
Tinjauan Pustaka
Uji fungsi faal paru pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah kerja
pernapasan seseorang mampu mengatasi kedua resistensi yang mempengaruhi
kerja pernapasan, yaitu resistensi elastik dan resistensi nonelastik, sehingga dapat
menghasilkan fungsi ventilasi yang optimal. Ventilasi dipengaruhi oleh saluran
napas, paru dan dinding dada. Dua bagian terakhir mengatur besarnya volume dan
aliran udara pada saat istirahat dan ketika beraktivitas, seperti: kegiatan fisik,
bersuara, batuk, tertawa, perubahan posisi tubuh, dan lain-lain. Pada penyakit
kardiopulmoner, volume paru dapat berubah sebagai hasil dari mekanisme
dinamis saluran napas dan pola bernapas disertai perubahan statis pada paru dan
dinding dada.
Spirometri merupakan satu pemeriksaan yang menilai fungsi reintegrasi
mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah
volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke volume
residu.
Ada banyak uji spirometrik, yang paling sering digunakan adalah forced vital
capacity (FVC), forced expiratory volume dalam 1 detik (FEV1,0) rasio
FEV1,0/FVC, maximal voluntary ventilation (MVV). Nilai normal fungsi paru
didasarkan pada usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
Sebelum melakukan spirometri, perlu diketahui mengenai indikasi dan kontra
indikasi spirometri. Indikasi spirometri dibagi dalam 4 manfaat, yaitu:
1. Diagnostik : evaluasi individu yang mempunyai gejala, tanda, atau hasil
laboratorium yang abnormal; skrining individu yang mempunyai risiko
penyakit pari; mengukur efek fungsi paru pada individu yang mempunyai
penyakit paru; menilai risiko preoperasi; menentukan prognosis penyakit
yang berkaitan dengan respirasi dan menilai status kesehatan sebelum
memulai program latihan.
2. Monitoring : menilai intervensi terapeutik, memantau perkembangan yang
mempengaruhi fungsi paru, monitoring individu yang terpajan agen beresiko
terhadap fungsi paru dan efek samping obat yang mempunyai toksisitas pada
paru.
3. Evaluasi kecacatan/kelumpuhan : menentukan pasien yang membutuhkan
program rehabilitasi, kepentingan asuransi dan hukum.
4. Kesehatan masyarakat : survei epidemiologi (skrining penyakit konstruktif
dan restriktif) menetapkan standar nilai normal dan penelitian klinis).
Sebelum melakukan interpretasi hasil pemeriksaan terdapat beberapa standar yang
harus dipenuhi. American Thoracic Society (ATS) mendefinisikan bahwa hasil
spirometri yang baik adalah satu usaha ekspirasi yang menunjukkan (1) gangguan
minimal pada saat awal ekspirasi paksa, (2) tidak ada batuk pada detik pertama
ekshalasi paksa, dan (3) memenuhi 1 dari 3 kriteria valid and-of-test: (a)
peningkatan kurva linier yang halus dari volume Time ke fase plateau dengan
durasi sedikitnya 1 detik; (b) jika pemeriksaan gagal untuk memperlihatkan
gambaran plateau ekspirasi, waktu ekspirasi paksa/Force expiratory Time (FET)
dari 15 detik; atau (c) ketika pasien tidak mampu melanjutkan ekshalasi paksa
berdasarkan alasan medis.
Sumber:
Bellarny D. Spirometry in Practice: A Practical Guide to Using Spirometry in
Primary Care. 2 Edition. British: BTS COPD Consortium. 2005.
Sherwood L. Fisiologi manusia.Edisi 6. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2011
HASIL
Nama : Sundari
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Faktor : 100 (Asian)
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 55 kg
IMT : 21,5
Base %Pr Min Pred Max
FEV1 2.11 80 2.19 2.64 3.09
FVC 2.16 74 2.43 2.93 3.43
FEV1/FVC 98 107 83 92 100
PEMBAHASAN
Spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi paru – paru,
dimana pasien diminta sekuat – kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan
dengan mesin spirometer yang akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volum
udara yang dikeluarkan, sedangkan alatnya bernama spirometer, dan hasil
perekamannya bernama spirogram. Dengan menggunakan spirometer ini, maka
kami dapat mengukur volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan
ekspirasi, kapasitas vital, dan kapasitas total paru. Nilai normal untuk setiap
volume dan kapasitas paru bervariasi dan dipengaruhi oleh usia, tinggi badan,
jenis kelamin, suku, berat badan dan bentuk tubuh. Berdasarkan pada ratio
normal, untuk menentukan gangguan restriksi atau obstruksi :
1. FEV1 % Pr ≥ 80%
2. FVC % Pr ≥ 80%
3. Ratio FEV = FEV1/FVC > 0,7
Menurut pemeriksaan yang telah dilakukan, data yang diperlukan adalah tanggal
pemeriksaan, nama, umur, jenis kelamin, tinggi, berat dan tinggi badan. Hal ini di-
inputkan ke dalam Spirometer karena sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan
paru-paru probandus tersebut. Melihat kolom prediksi (pred.) Pemeriksaan FVC
yaitu saat probandus diminta inspirasi diluar alat dan ekspirasi menggunakan alat
diperoleh data sebesar 2.93 pada kolom prediksi, hasil sebenarnya 2.16 dengan
persentase 74%, FEV1 2.11 dengan persentase 80% dan rasio FEV1/FVC
diperoleh data sebesar 92 pada kolom prediksi dengan hasil akhir 98 dan
persentase 107% prediksi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan spirometri di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan pada rasio FEV1/FVC dan terjadi penurunan FVC yaitu 74%, dan
diindikasikan mengarah ke gangguan respirasi restriksi berdasarkan tabel
klasifikasi kelainan paru.
Tabel 1. Klasifikasi kelainan paru yang ditunjukkan spirometri2
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya kriteria
persiapan maupun pemeriksaan spirometri berdasarkan rekomendasi American
Thoracic Society (ATS) yang tidak terlaksana dengan tepat.
1. Kriteria Acceptability
a. Permulaan pengujian harus memuaskan, ekspirasi paksa tidak ragu-ragu
b. Waktu ekspirasi paksa minimal 6 detik
c. Pengujian dilakukan sampai selesai
2. Kriteria Reproductable
Setelah 3 kali pemeriksaan yang acceptable, kemudian ditentukan 2 yang
reproductable yang menurut rekomendasi ATS adalah :
a. 2 KVP yang terbesar perbedaannya kurang dari 5%
b. 2 VEP1 yang terbesar perbedaannya kurang dari 5%
Perlu dilakukan pemeriksaan spirometri ulang dan dilakukannya seluruh prosedur
dengan lengkap selama pemeriksaan sedang berlangsung.
Sumber:
1. Bellarny D. Spirometry in Practice: A Practical Guide to Using Spirometry in
Primary Care. 2 Edition. British: BTS COPD Consortium. 2005.
2. Pierce R. Spirometry: the measurement and interpretation of ventilator
function in clinical practice. In: Rob P, ed. Spirometry. 1 ed. Tasmania: PJ
David; 2004. p. 1-24.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemeriksaan spirometri probandus
(Sundari), diinterpretasikan bahwa mengalami gangguan respirasi restriktif. Hasil
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya adalah tidak
terlaksananya prosedur dengan tepat dan diperlukan pemeriksaan ulang.