SPESIFIKASI TEKNIS

11
SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 01 : URAIAN UMUM 1.1. Nama Pekerjaan ini adalah : PERBAIKAN JALAN DI CISEWU, GARUT 1.2. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menurut Gambar-Gambar Bestek, RKS dan juga Semua Syarat-Syarat, Ketentuan-Ketentuan dan Cara-Cara yang disebutkan dalam Rencana Pekerjaan ini dan Penjelasan-penjelasan tambahan, yang dicatat atau dimuat dalam Risalah Berita Acara Pemberian Penjelasan Pekerjaan serta Segala Petunjuk, Saran dan Perintah Lisan dan Tertulis dari Pemimpin Proyek maupun Pengawas Lapangan selama pekerjaan berlangsung. 1.3. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah semua pekerjaan yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya yang dibuat berdasarkan BQ (Bill of Quantity) yang dibuat oleh Perencana. 1.4. Pekerjaan meliputi mendatangkan bahan bangunan, alat-alat, perkakas dan pengerahan tenaga kerja. Disamping itu Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan persiapan serta keperluan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan bisa diselenggarakan dengan cepat, tepat waktu, tepat mutu, baik dan sempurna sesuai dengan RKS yang ada. 1.5. Pemborong berkewajiban untuk meneliti Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknik yang ada, Gambar-gambar Rencana lengkap dengan Gambar-gambar Penjelasan dan Dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kebenaran dan kondisi pekerjaan, meninjau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan, melakukan pengukuran- pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan pelaksanaan kegiatan. PASAL 02 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR 2.1. Pemborong wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing). 2.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat- syarat (RKS), maka dokumen yang mengikat / berlaku adalah RKS. Bila gambar tidak cocok dengan gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku. Begitu pula apabila dalam RKS tidak tercantumkan, sedang gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.

description

pengadaan aset manajemen aset

Transcript of SPESIFIKASI TEKNIS

Page 1: SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNISPASAL 01 : URAIAN UMUM

1.1. Nama Pekerjaan ini adalah : PERBAIKAN JALAN DI CISEWU, GARUT

1.2. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menurut Gambar-Gambar Bestek, RKS dan juga Semua Syarat-Syarat, Ketentuan-Ketentuan dan Cara-Cara yang disebutkan dalam Rencana Pekerjaan ini dan Penjelasan-penjelasan tambahan, yang dicatat atau dimuat dalam Risalah Berita Acara Pemberian Penjelasan Pekerjaan serta Segala Petunjuk, Saran dan Perintah Lisan dan Tertulis dari Pemimpin Proyek maupun Pengawas Lapangan selama pekerjaan berlangsung.

1.3. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah semua pekerjaan yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya yang dibuat berdasarkan BQ (Bill of Quantity) yang dibuat oleh Perencana.

1.4. Pekerjaan meliputi mendatangkan bahan bangunan, alat-alat, perkakas dan pengerahan tenaga kerja. Disamping itu Pemborong juga harus melaksanakan pekerjaan persiapan serta keperluan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan bisa diselenggarakan dengan cepat, tepat waktu, tepat mutu, baik dan sempurna sesuai dengan RKS yang ada.

1.5. Pemborong berkewajiban untuk meneliti Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknik yang ada, Gambar-gambar Rencana lengkap dengan Gambar-gambar Penjelasan dan Dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kebenaran dan kondisi pekerjaan, meninjau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan pelaksanaan kegiatan.

PASAL 02 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR2.1. Pemborong wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat

(RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

2.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka dokumen yang mengikat / berlaku adalah RKS. Bila gambar tidak cocok dengan gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku. Begitu pula apabila dalam RKS tidak tercantumkan, sedang gambar ada, maka gambarlah yang mengikat.

2.3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan, Pemborong wajib menanyakan kepada Pengawas dan Pemborong mengikuti keputusan.

2.4. Dalam penelitian tersebut dilakukan juga terhadap volume pekerjaan.

PASAL 03 : KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1. Pemborong wajib menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja dan lingkungan sekitarnya dengan melakukan langkah-langkah antisipatif.

8.2. Di Direksi Keet Pemborong harus menyediakan obat-obatan untuk memberi pertolongan pertama/darurat bila ada pekerja yang sakit.

Page 2: SPESIFIKASI TEKNIS

8.3. Penginapan untuk pekerja harus layak dan memenuhi syarat kesehatan.

PASAL 04 : SYARAT-SYARAT BAHANBahan-bahan yang dibutuhkan harus memenuhi spesifikasi sebagaimana point-point tersebut di bawah ini :

1. BATU BELAHa. Batu belah/batu pecah yang dipakai pada pekerjaan adalah seperti yang ditunjukkan

dalam gambar-gambar seperti pasangan batu kali.

b. Batu belah yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahan dengan muka minimal 3 sisi dan bukan batu glondong, harus bersih dan keras, tahan lama menurut persetujuan Direksi, serta bersih dari campuran besi, noda-noda, lubang-lubang, pasir, cacat atau ketidaksempurnaan lainnya.

c. Ukuran batu yang akan digunakan untuk pasangan batu kali adalah 15-20 cm, sedangkan batu dengan ukuran lebih kecil dapat digunakan sebagai pengisi.

2. SEMEN PORTLANDa. Semen yang digunakan dalam pekerjaan harus semen portland sesuai dengan merk

yang disetujui dan memenuhi standar nasional Indonesia, NI-8. Jenis semen lainnya dapat dipergunakan atas persetujuan Direksi. Semen yang digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu.

b. Tiap semen yang menurut pendapat Direksi sudah mengeras atau sebagian mati harus ditolak dan segera dikeluarkan dari lokasi.

c. Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-semen tersebut.

d. Pemborong harus menyediakan tempat / gudang penyimpanan emen pada tempat-tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang dapat merusak semen termasuk kemungkinan kena ombak pasang, terutama sekali pada lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.

e. Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pemakaian semen harus diatur secara kronologi sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.

3. PASIRa. Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kandungan lumpur

yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar 5%.

b. Pasir harus memenuhi persyaratan PUBBI 1970 atau NI-3.

c. Pasir harus diletakkan di lokasi dimana tidak terjangkau pengaruh ombak air pasang surut. Pasir harus dihindari dari hujan asam dengan cara ditutup dengan terpal/plastik kuat yang bersih.

Page 3: SPESIFIKASI TEKNIS

d. Pasir yang digunakan untuk cor beton, pasangan batu belah, pasangan batu bata dan plesteran digunakan pasir yang berasal dari sungai atau gunung, pasir laut tidak dapat digunakan kecuali untuk pasir urug.

e. Pasir yang ditolak oleh Pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam membuat adukan baik untuk digunakan plesteran maupun pembetonan, pasir tidak dapat digunakan sebelum persetujuan Pengawas mengenai mutu dan jumlahnya.

4. BATU PECAHa. Batu Pecah yang dipergunakan harus memenuhi syarat PUBBI-1970 dan PBI-1971

dapat digunakan batu pecah mesin atau pecah tangan.

b. Batu Pecah harus cukup keras, serta susunan butir gradasinya menurut kebutuhan.

c. Batu pecah harus disimpan jauh dari pengaruh ombak air pasang dan ditutupi dengan terpal/plastic tenda untuk menghindari dari pengaruh hujan asam.

d. Batu Pecah harus mempunyai ukuran yang hampir sama antara 10 sampai 20 mm. Kadar lumpur maksimum 1 %, jika lebih maka batu pecah tersebut harus dicuci.

e. Agregat kasar untuk beton adalah batu pecah dan mempunyai kadar air yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, harus cukup keras, padat, tidak porous dan tidak terselaput material lainnya. Dalam penggunaannya batu pecah harus dicuci terlebih dahulu.

f. Batu pecah yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan dari pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.

5. AIRa. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan, bahan pencuci

agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam, silt (lanau).

b. Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang diperkenankan adalah 0,5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maksimum 1,5% atau 15 gr/lt. Jika terdapat keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebut ke Laboratorium pemeriksaan yang diakui.

c. Pemborong tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang berlumpur dan air sungai.

d. Air yang digunakan harus bersih dari kotoran yang bisa menurunkan kualitas adukan dan jika memungkinkan dipakai air yang memenuhi syarat untuk air minum.

6. ADUKANa. Adukan untuk pekerjaan pasangan harus dibuat dari semen portland dan pasir

dengan perbandingan isi 1 : 4 atau seperti ditentukan dalam gambar untuk tiap jenis pekerjaan.

b. Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikian rupa sehingga jumlah dari setiap bahan adukan bisa ditentukan secara tepat dan disetujui Direksi.

Page 4: SPESIFIKASI TEKNIS

c. Adukan harus dicampur sebanyak yang diperlukan untuk dipakai dan adukan yang tidak dipakai selama 30 menit harus dibuang. Melunakkan kembali dari adukan tersebut tidak diperkenankan.

7. TULANGAN a. Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan gambar rencana dan sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia NI-2.

b. Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SKSNI T 15-1991-03 dengan mutu U24 untuk tulangan polos dan U 32 untuk tulangan ulir.

c. Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.

d. Tulangan baja harus disimpan jauh dari tanah dan diganjal untuk mencegah perubahan bentuknya.

e. Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan gambar bestek.

f. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan bahan dalam keadaan dingin dan dengan cara yang tidak merusak bahan tersebut.

g. Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selama dan sesudah pengecoran tidak bergeser tempatnya.

8. CAMPURAN BETON

a. Beton konstruksi menggunakan mutu beton K-225 atau setara campuran 1Pc : 2 Ps : 3 Kr. Mutu dari semen, pasir, kerikil dan air yang digunakan sesuai dengan yang disebutkan pada pasal sebelumnya.

b. Kawat pengikat harus berukuran minimal berdiameter 1 mm. Seperti yang disyaratkan dalam NI-2-1971 Bab 3.7.

c. Pemborong harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya.

d. Pemborong harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik, sehingga dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen.

e. Jumlah tiap bagian dari komposisi adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan ke dalam alat pengaduk dan diukur dapat berdasarkan berat dan volume.

9. BATU BATA MERAH

a. batu bata merah harus disimpan dan terlindung dari pengaruh pasang surut atau ombak pasang atau hujan asam.

b. Batu bata merah tidak gampang rapuh.

10. BEKISTING

a. Bahan yang digunakan untuk cetakan beton non cor di tempat harus dari kayu jenis yang sesuai dengan NI-3-1970 dan NI-5-1961 atau yang setaraf dan disetujui oleh Pengawas.

Page 5: SPESIFIKASI TEKNIS

b. Acuan harus dibuat tetap kaku selama pengecoran dan pengerasan dari beton. Acuan harus dipasang dengan sempurna, sesuai dengan bentuk-bentuk dan ukuran-ukuran yang benar dari pekerjaan beton, yang ditunjukkan dalam gambar.

c. Agar didapatkan hasil pengecoran yang rata, maka pengecoran plat lantai/dak menggunakan tripleks.

d. Permukaan untuk acuan beton sedemikian rupa untuk mencegah hilangnya bahan-bahan dari beton dan bisa menghasilkan permukaan beton yang padat. Jika dibutuhkan oleh Direksi acuan untuk permukaan beton yang tetap tampak harus sedemikian rupa, sehingga menghasilkan permukaan yang halus tanpa adanya garis-garis atau patahan-patahan yang kelihatan.

e. Tiap kali sebelum pembetonan dimulai, acuan harus diperiksa dengan teliti dan dibersihkan. Pembetonan hanya boleh dimulai, apabila Direksi sudah memeriksa dan memberi persetujuan terhadap acuan yang telah dibuat.

f. Acuan hanya boleh dibuka dengan ijin Direksi dan pekerjaan pembukaan setelah mendapat ijin harus dilaksanakan di bawah pengawasan seorang mandor yang berwenang.

g. Bilamana Direksi berpendapat bahwa usul Pemborong untuk membuka acuan belum pada waktunya, baik berdasarkan perhitungan cuaca atau dengan alasan lainnya, maka ia boleh memerintahkan Pemborong untuk menunda pembukaan acuan dan Pemborong tidak boleh menuntut kerugian atas penundaan tersebut.

11. BAHAN-BAHAN LAIN

Penggunaan bahan-bahan lain yang belum tercantum dalam spesifikasi teknis ini dilakukan sesuai dengan petunjuk Direksi.

PASAL 05 : PEKERJAAN GALIAN TANAH/PASIR dan URUGAN KEMBALI

26.1. Sebelum pekerjaan galian tanah dimulai, Pemborong harus mengadakan cek bersama pengawas pekerjaan atas duga tinggi/peil awal permukaan tanah, sehingga apabila terdapat perbedaan antara lapangan dengan gambar rencana dapat segera diketahui secara dini, dan melaporkannya kepada Direksi. Pengajuan atas perbedaan/kelainan setelah Pemborong melakukan pekerjaan galian, tidak dapat diterima.

26.2. Penggalian harus dikerjakan sesuai dengan gambar pelaksanaan, kecuali ditetapkan lain oleh Direksi berhubung dengan pertimbangan keadaan setempat.

26.3. Kemiringan talud galian dibuat maksimum (paling landai) 1:1

26.4. Dalam hal galian tanah tertimbun kembali akibat adanya sebab seperti :

- Longsoran pantai galian dan sejenisnya

- Adanya rembesan

- dll.

Hal tersebut di atas tidak dapat diperhitungkan sebagai tambahan pekerjaan/volume pekerjaan.

Page 6: SPESIFIKASI TEKNIS

26.5. Teknis pelaksanaan galian yang dilakukan dengan untuk memperbesar volume pekerjaan tanah, tidak dapat dibenarkan, tambahan volume pekerjaan tanah tersebut di atas, tidak dapat diperhitungkan sebagai pekerjaan tambahan.

26.6. Galian yang telah sampai pada peil yang ditentukan harus segera dilaporkan kepada Direksi untuk diadakan pemeriksaan. Sebelum ada persetujuan Direksi atas kebenaran kedalaman galian tersebut, Pemborong tidak dibenarkan memulai pekerjaan pasangan pondasi. Dalam hal rawan air pasang, pengecekan dapat dilakukan sekurang-kurangnya satu hari sekali.

26.7. Pekerjaan pengurugan kembali pada fondasi footplate dapat menggunakan tanah eks galian. Pekerjaan ini dihampar lapis demi lapis maksimum setebal 20 cm setiap lapis dan dipadatkan dengan alat pemadat sesuai dengan material timbunan sehingga mencapai kepadatan minimum standart proctor 90 %.

PASAL 27 : PEKERJAAN URUGAN TANAH/PASIR

27.1. Material yang dipakai adalah pasir atau tanah, tidak diperkenankan mengambil dari pasir dari laut atau pantai.

27.2. Pekerjaan timbunan yang berfungsi konstruktif, sebelum memulai pekerjaan timbunan, maka dasar/alas dimana tanah/pasir yang akan ditimbun harus dibersihkan terlebih dahulu dari tanaman, sampah dan bahan lainnya yang dapat membusuk yang nantinya dapat menyebabkan labilnya timbunan berupa longsoran, penurunan atau hal-hal lainnya.

27.3. Dan apabila tanah dasar/alasnya tidak baik, yang diperkirakan dapat merugikan konstruksi, maka dasar/alas tersebut harus digali dulu sampai pada lapisan dasar tanah yang baik.

27.4. Timbunan tanah/pasir dihampar lapis demi lapis maksimum setebal 20 cm setiap lapis dan dipadatkan dengan alat pemadat sesuai dengan material timbunan sehingga mencapai kepadatan minimum standart proctor 90 %.

27.5. Pekerjaan urugan pasir sebagai lantai kerja dilaksanakan setebal 15 cm dan pondasi footplate 10 cm. pasir yang digunakan adalah pasir local.

PASAL 29 : PEKERJAAN BETON29.1. Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air sebagaimana

ditentukan dan tidak boleh ada campuran bahan-bahan lain tanpa persetujuan Direksi, tetapi Kontraktor boleh memakai Zat pelambat untuk mempermudah persiapan pembuatan dan cara pemakaiannya harus mendapat persetujuan Direksi.

29.2. Bahan harus dicampur sesuai dengan perbandingan campuran yang ditetapkan dan ditakar dengan ukuran takaran yang sama sehingga menghasilkan mutu beton yang disyaratkan yaitu Mutu K225. Banyaknya semen untuk tiap-tiap kubik beton tidak kurang dari 325 kg.

29.3. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. Pencampuran bahan harus dilakukan sampai campuran beton tersebut benar-benar homogen dengan menggunakan molen.

Page 7: SPESIFIKASI TEKNIS

29.4. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya) untuk kelas lainnya.

29.5. Kekentalan adukan harus memenuhi nilai slump test sebesar 10-12,5 cm, atau sesuai dengan peraturan sehingga menghasilkan mutu beton yang disyaratkan.

29.6. Pemadatan beton harus menggunakan vibrator (penggetar adukan), dan dilaksanakan sesuai dengan standart pengerjaan beton bertulang yang berlaku.

29.7. Beton yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan, demikian pula pada saat pengecoran.

29.8. Dalam hal untuk mencapai mutu yang disyaratkan, pada saat selesai dicor untuk mengurangi kehilangan air secara cepat, beton perlu dirawat dengan penyiraman air secara berkala sampai mencapai umur kekuatan 100 %. Perawatan beton dilakukan dengan penyiraman air.

29.9. Beton tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera sesudah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau dengan pipa-pipa berlubang-lubang, penyiram mekanis, atau cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasi-spesifikasi air untuk campuran beton

29.10. Perbaikan Permukaan Beton

a. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak menurut gambar atau ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis sesuai dengan spesifikasi ini, harus dibuang dan diganti oleh kontraktor atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi memberikan izinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.

b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, lubang-lubang baut, ketidak rataan oleh pengaruh sambungan-sambungan cetakan dan bergeraknya cetakan.

c. Ketidak rataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahatan atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan batu gurinda.

d. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 Jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.

e. jika menurut pendapat Direksi hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan – bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambahan saja akan menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk menutupi saluran dinding (dengan spesi plester) demikian juga dinding yang berbatasan (yang bersambungan), sesuai dengan instruksi dari Direksi.

f. Cacat lubang-lubang baut angker dan tempat cukilan dari sarang kedu yang akan diperbaiki, harus diisi dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi yang susut, yang disetujui oleh Direksi, dalam jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahan-bahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok.

Page 8: SPESIFIKASI TEKNIS

g. Ketelitian diharapkan pada pengisian baut-baut angker dan lubang-lubang pipa hingga seluruhnya dapat diisi penuh dengan spesi yang padat

29.11. Pelaksanaan pengecoran beton harus seijin Direksi dan diawasi Pengawas Pekerjaan.

29.12. Beton tidak diijinkan untuk dijatuhkan atau digelincirkan secara tak terkendali dari ketinngian lebih dari 1,5 M tanpa harus diaduk lagi. Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai ketempat sambungan cor yang disediakan sebelum permulaan pembetonan.

29.13. Sambungan “cor “ Beton

a. Penjelasan dan kedudukan dari tempat sambungan-sambungan cor harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan pekerjaan berlangsung.

b. Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh dari penyusutan dan suhu dapat diperkecil. Dimana pekerjaan beton mmemanjang atau meluas dan jika menurut pendapat Direksi mungkin dilaksanakan, maka Penyedia Jasa Konstruksi harus mengatur rencana pelaksanaan sedemikian rupa, sehingga beton sudah mempunyai umur 4 minggu sebelum beton baru diletakkan terhadapnya.

c. Sambungan cor harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis lurus dengan acuan yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok dan sejumlah mungkin dapat dilaksanakan pada tempat gaya lintang yang terkecil . Itu harus disetujui oleh Direksi. Sebelum beton yang baru dicor disamping beton sudah mengeras, beton yang lama harus dibersihkan dari batuan-batuan diatas seluruh penampangnya dan meninggalkan permukaan kasar tak teratur serta bebas dari buih semen.

d. Ukuran vertikal dari beton yang dituangkan pada saat hari pelaksanaan harus tidak lebih dari 1,5 M dan ukuran mendatar harus tidak lebih dari 7 M tanpa mendapat persetujuan lebih dahulu dari Direksi.

PASAL 06 : PEKERJAAN KURANG SEMPURNAPekerjaan yang kurang sempurna berdasarkan pemeriksaan Direksi/Petugas Proyek, Pemborong harus memperbaiki ataupun mengulangi perkerjaan tersebut hingga memenuhi syarat. Biaya perbaikan pengulangan pekerjaan ini menjadi tanggungan Pemborong.