Spesifikasi Teknis-2

download Spesifikasi Teknis-2

of 24

Transcript of Spesifikasi Teknis-2

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS A. 1. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN Umum 1.1.

Pemberi Tugas

Bila dalam Uraian & Syarat-syarat terdapat istilah Pemberi Tugas, maka itu berarti Pemilik Proyek atau Pemilik Bangunan dalam hal ini adalah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara seperti ditentukan dalam syarat-syarat Umum.1.2. Pengawas (Supervisor)

Bila dalam Uraian dan Syarat-syarat ini terdapat istilah Pengawas, maka yang disebut itu adalah suatu Badan Hukum atau Perusahaan atau wakilnya yang bertanggung jawab seperti ditentukan dalam Syarat-syarat Umum.1.3. Kontraktor

Bila dalam Uraian dan Syarat-syarat ini terdapat istilah Kontraktor, maka itu berarti Suatu Badan Hukum atau Perusahaan atau wakilnya yang mengadakan perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan dan yang berhubungan dengan satu atau lebih paket proyek yang sesuai dengan Dokumen Kontrak.1.4. Persetujuan Pengawas (Supervisi)

Yang

dimaksud

dengan

persetujuan

Pengawas

adalah

merupakan Persetujuan Pengawas secara tertulis yang berisi persetujuan untuk sesuatu hal ini.1.5. Daerah Proyek

yang termasuk dalam persyarat

Adalah daerah termasuk segala sesuatu yang ada di dalam daerah tersebut yang dikuasai untuk segala keperluan proyek.1.6. Ukuran

Ukuran dengan angka adalah ukuran yang harus diikuti dari pada ukuran skala pada Gambar Rencana. Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran-ukuran, harus segera meminta nasihat kepada Pengawas.1.7. Tanggung Jawab Kontraktor

Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Pengawas, tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaan tersebut sesuai dengan Kontrak maupun Peraturan Pemerintah yang berlaku.1.8. Mutu Tenaga Kerja

Tenaga Kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga ahli/terlatih dan berpengalaman serta memiliki Sertifikat Keahlian/Ketrampilan sesuai dengan bidang keahlian/ketrampilannya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi maupun petunjuk Pengawas.1.9. Pekerjaan dan Bahan-Bahan

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

1

Pekerjaan dan Bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macamnya seperti yang disebut dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk Pengawas di lapangan, harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, biaya tak terduga, keuntungan, biaya penggantian atas kerusakan atas milik pihak ketiga dan kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja.2. Persiapan 2.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mempelajari dengan benar dan berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang tertulis pada gambar-gambar Kerja dan RKS ini beserta lampiran perubahannya. 2.2. 2.3. Kontraktor diwajibkan melapor kepada Direksi/Konsultan Pengawas setiap akan melakukan kegiatan pekerjaan dilapangan. Apabila terdapat perubahan ukuran, kelainan-kelainan antara gambar kerja dan RKS serta kesesuaiannya di lapangan maka kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk segera mendapatkan keputusan. Kontraktor tidak dibenarkan memperbaiki sendiri perbedaan dan kelainan tersebut. Akibat dari kelalaian Kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. 2.4. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada Kontrkator selama waktu pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan seperti pada saat Penjelasan Pekerjaan (aanwijzing) dan dianggap bahwa Kontraktor telah benar-benar mengetahui 2.4.1. 2.4.2. 2.4.3. 2.5. tentang: Letak bangunan yang akan dibangun/direhab/diperbaiki; Batas persil lahan maupun kondisi pada saat itu; Keadaan awal bangunan serta rencana hasil perbaikannya.

Kontraktor wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) set lengkap gambar-gambar kerja dan RKS di tempat pelaksanaan pekerjaan untuk dapat dipergunakan setiap saat oleh Direksi/ Konsultan Pengawas.

Atas perintah Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor diminta untuk membuat gambar-gambar penjelasan (soft drawing) berikut perincian bagian-bagian khusus (detail) yang biaya pembuatan gambarnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Gambar tersebut setelah disetujui Direksi/ Konsultan Pengawas secara tertulis akhirnya menjadi Gambar Pelengkap dari gambar-gambar kerja yang ada. 3. Jadwal Pelaksanaan Dalam waktu paling lambat 2 (dua) minggu setelah Kontraktor dinyatakan sebagai pemenang lelang, atau dengan lain cara ditunjuk olehPemberi Tugas sebagai pelaksana pembangunan, Kontraktor harus segera membuat Jadwal Waktu Pelaksanaan (Time Schedule). 4. Gambar Kerja Yang dimaksudkan dengan gambar-gambar kerja adalah: 4.1. Gambar-gambar meliputi gambar perencanaan serta perubahannya yang telah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Gambar-gambar ini selain dari gambar-gambar yang dibuat Konsultan Perencana juga gambar-gambar yang dibuat oleh Kontraktor (soft drawing) yang telah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. 4.2. Apabila terdapat perbedaan ukuran dan/atau penjelasan atau ketidaksesuaian antara gambar yang berlainan jenis dan lingkupnya, maka yang dapat dipakai pedoman adalah gambar perencanaan.RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

2

4.3.

Gambar pelaksanaan (soft drawing) harus dibuat oleh Kontraktor dengan ketentuan sebagai berikut: 4.3.1. Pembuatannya berdasar kepada gambar kerja dan disampaikan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. 4.3.2. Pekerjaan pelaksanaan belum dapat dimulai sebelum Gambar Pelaksanaan tersebut disetujui oleh Direksi/ Konsultan Pengawas. 4.3.3. Soft Drawing tersebut harus dibuat rangkap 3 (tiga) berikut aslinya/kalkirnya dan semua biaya pembuatan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4.4.

Perubahan Gambar Kerja/Perencanaan hanya dapat dilakukan atas dasar perintah tertulis Direksi/Pemberi Tugas berdasar pertimbangan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana dengan ketentuan sebagai berikut: 4.4.1. Perubahan rancangan ini harus digambar sesuai dengan yang diperintahkan Pemberi Tugas/Direksi dengan pengarahan Konsultan Perencana dan jelas memperlihatkan perbedaan antara 4.4.2. Gambar Pelaksanaan dan Gambar Perubahan Rencananya. Gambar Perubahan dibuat oleh Kontraktor atas pengarahan Konsultan Perencana dan disetujui oleh Pemberi Tugas kemudian dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang kalau ada.

4.5.

Gambar Sesuai Terlaksana (as built drawing), harus dibuat oleh Kontraktor dengan ketentuan berikut: 4.5.1. 4.5.2. Gambar Sesuai Terlaksana dibuat dan diserahkan pada akhir pekerjaan dan harus sesuai dengan hasil pekerjaan terpasang. Gambar Sesuai Terlaksana harus disetujui oleh Direksi/ Konsultan Pengawas, dan diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut aslinya/kalkirnya dengan biaya keseluruhan ditanggung oleh Kontraktor.

5.

Petunjuk-Petunjuk/ Instruksi Direksi/ Konsultan Pengawas

5.1.

Semua instruksi dari Direksi/Konsultan Pengawas harus dilaksanakan secara baik oleh Kontrkator, jika Kontraktor berkeberatan menerima petunjuk/Instruksi waktu 7 (tujuh) hari. Direksi/Konsultan Pengawas tersebut, maka mengajukan secara tertulis kepada Direksi/Konsultan Pengawas dalam

5.2.

Apabila dalam batas waktu tersebut di atas Kontraktor tidak mengajukan keberatan maka dianggap telah menyetujui dan menerima pertunjuk Direksi/Konsultan Pengawas untuk segera dilaksanakan. Kontraktor diharuskan merekam atau dengan kata lain mencatat setiap Petunjuk/Instruksi Direksi/Konsultan Pengawas dalam Buku Harian Lapangan/Pelaksanaan dan memintakan tanda tangan atau sepengetahuan Direksi/Konsultan Pengawas.

6.

Penetapan Ukuran

6.1.

Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan ini dan tidak boleh merubah ukuran tanpa seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Setiap ada perbedaan dengan ukuran-ukuran yang ada harus segera memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk segera ditetapkan sebagaimana mestinya.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

3

6.2.

Sebelum

memulai

pekerjaan,

Kontraktor

wajib

memberitahu

Direksi/Konsultan Pengawas, bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk diperiksa terlebih dahulu ketepatan ukuran-ukurannya. 6.3. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran satu dengan yang lain dalam setiap bagian pekerjaan dan segera melapor kepada Direksi/Konsultan Pengawas setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran untuk diberikan kepetusan pembetulannya. 6.4. Mangingat setiap kesalahan ukuran akan selalu mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan yang lainnya, maka ketetapan akan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan seungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor terhadap hal ini tidak dapat diterima dan Direksi/Konsultan Pengawas berhak untuk membongkar pekerjaan dan memerintahkan untuk menepati ukuran sesuai ketentuan. 7. Buku Harian Lapangan 7.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan dan mengisi Buku Harian Lapangan yang berisi tentang jumlah tenaga/pekerja, bahan bangunan dan pekerjaan yang dilaksanakan, keadaan cuaca, peralatan yang dipakai serta lain-lain yang dianggap perlu atas petunjuk dan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. 7.2. Buku Harian Lapangan harus disediakan oleh Kontraktor sesuai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan harus selalu berada di tempat pekerjaan, diiisi oleh Kontraktor dan diketahui Direksi/ Konsultan Pengawas. 7.3. Konsultan Pengawas mencatat instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang dianggap perlu pada Buku Harian Lapangan dan merulakan petunjuk yang harus diperhatikan Kontraktor dan dibuat masing-masing 5 (lima) rangkap. 8. KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN 8.1. Selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan berlangsung, Kontraktor harus memelihara kebersihan lokasi pembangunan maupun lingkungannya terutama jalan-jalan disekitar lokasi proyek, Direksi Keet, Gudang, Los Kerja dan bagian dalam bangunan yang akan dikerjakan harus bebas dari bahan bekas, tumpukan tanah, dan lain-lain. 8.2. 8.3. Untuk kebersihan lingkungan terutama jalan-jalan di sekitar lokasi pekerjaan yang harus dibersihkan. Penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang maupun di halaman luar gudang harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum serta untuk memudahkan pemeriksaan dan penelitian yang dilakukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. 8.4. 9. ALAT KERJA 9.1. 9.2. Pada Penyerahan Pekerjaan Pertama, situasi bangunan serta halamannya hharusbersih dari sisa-sisa kotoran kerja. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara sempurna. Bila sekiranya pekerjaan atau bagian pekerjaan telah selesai dan tidak lagi memerlukan peralatan yang dimaksud, Kontraktor diwajibkan untuk menyingkirkan alat-alat tersebut dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh pemakaian peralatan tersebut serta membersihkan belas-bekasnya. 9.3. Disamping menyediakan alat-alat seperti tersebut di atas, Kontraktor

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

4

harus pula menyediakan alat bantu yang diperlukan agar dalam situasi dan kondisi apapun pekerjaan tidak terganggu. 10. KECELAKAAN DAN KESEHATAN 10.2. 10.1. Kecelakaan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan menimpa pekerjaan maupun orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor diharuskan untuk menyediakan alat kesehatan/kotak PPPK yang terisi penuh dengan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang mengerti dalam soal-soal penyelamatan pertama dan kesehatan. 10.3. Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis ABC (untuk segala jenis api), pasir dalam bak, galah-galah dan alat penyelamat kebakaran yang lain. 10.4. Sejauh tidak diasebutkan dalam RKS ini, maka Kontraktor harus mengikuti semua ketentuan umum yang berlaku dan dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah terutama tentang Undang-Undang Keselamatan Kerja termasuk segala kelengkapan dan perubahannya. 11. KEAMANAN 11.1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada dan terjadi di daerah kerjanya terutama mengenai: 11.2. kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/ kecerobohan baik disengaja atau tidak disengaja; penggunaan sesuatu bahan, peralatan yang keliru/salah; kehilangan-kehilangan bahan, peralatan kerja.

Terhadap semua kejadian sebagaimana tersebut di atas, Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.

11.3.

Untuk mencegah kejadian-kejadian seperti tersebut di atas, Kontraktor harus menyediakan pengamanan, antara lain Penjagaan, Penerangan yang cukup dimalam hari, pemagaran sementara lokasi kerja dan sebagainya.

12. PENYEDIAAN BAHAN/ MATERIAL BANGUNAN

12.1.

Bila

dalam

RKS

ini

disebutkan

nama

dan

pabrik

pembuat

bahan/material, maka hal ini dimaksudkan menunjukkan standar minimal mutu/kualitas bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini. 12.2. 12.3. Setiap bahan/material yang akan digunakan harus disampaikan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Contoh atau brosur bahan/material yang akan digunakan harus diadakan atas tanggungan Kontraktor, setelah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas maka bahan/material tersebut harus ditandai dan diadakan untuk dipakai dalam pekerjaan nantinya. 12.4. Contoh bahan/material tersebut selanjutnya disimpan oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan/material yang dipakai tidak sesuai dengan contoh.

13. SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN

13.1.

Pada akhir pekerjaan menjelang Penyerahan Hasil Pekerjaan tahap pertama: 13.1.1. 13.1.2. 13.1.3. Semua bangunan sementara harus dibongkar dan dibersihkan bekas-bekasnya; Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih, utuh tanpa cacat; Kontraktor diwajibkan menyerahkan kepada Direksi/

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

5

Konsultan Pengawas berupa: a. 5 (lima) set Gambar Sesuai Terlaksana (as built drawing) dari seluruh pekerjaan yang dilaksanakannya termasuk Gambar Perubahannya. b. 13.1.4. 5 (lima) album Photo Proyek. Kontraktor harus membbersihkan dan mebuang sisa-sisa bahan/material, sampah, kotoran bekas kerja dan barang lain yang tidak berguna akibat dari pelaksanaan. B. LINGKUP PEKERJAAN

Spesifikasi ini mencakup persyaratan-persyaratan dasar yang diperlukan pada Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan, yang berlokasi tersebar di wilayah Kabupaten Labuhanbatu, yang meliputi dan tidak terbatas pada penyediaan bahan/material, tenaga kerja yang cakap dan semua peralatan bantu,serta mesin yang dipergunakan. Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi : a. Pekerjaan pembuatan konstruksi jalan yang terdiri dari penimbunan sub grade, pemadatan sub grade, pengadaan dan pemasangan sub base, base course, surface course (aspal), pekerjaan kansteen serta pekerjaan pelengkap yang berhubungan dengan jalan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis dengan pengetesan-pengetesan seperti yang tercantum dalam spesifikasi ini. b. Batas pekerjaan adalah seperti yang terindikasikan dalam gambar perencanaan. c. Pemasangan sub soil drain yang diperlukan untuk mengalirkan mata air yang muncul di lapangan atau yang diindikasikan apabila pada musim hujan akan ada mata air. Pekerjaan ini, apabila tidak disebutkan lain, sudah masuk dalam harga satuan material pemadatan sub grade. d. Pengukuran dengan alat ukur dan patok bantuannya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi ini. e. Pekerjaan pembuangan sisa material, sisa galian dan atau kotoran. f. Pekerjaan pemindahan utilitas yang ada (jika diperlukan) dengan hasil kerja minimal sesuai dengan kondisi utilitas sebelum terkena pekerjaan. g. Perbaikan utilitas yang mengalami kerusakan akibat terkena pekerjaan ini dengan standar hasil kerja sesuai dengan kondisi utilitas sebelum terkena pekerjaan. h. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sementara yang diperlukan untuk kemudahan pelaksanaan pekerjaan seperti saluran sementara, jalan konstruksi atau pekerjaan yang diperlukan agar bangunan atau utilitas yang telah ada sebelumnya tidak terganggu fungsinya. Ruang lingkup pekerjaan seperti disebutkan di atas, tidak terbatas, dilakukan pada kegiatan-kegiatan tersebut di bawah ini: 1. Pengaspalan Jalan Kantor Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Labuhanbatu Kec. Rantau Utara; 2. Perkerasan/Pengaspalan Jalan Ahmad Ridho Lingkungan Ahmad Yani Kelurahan Bakaran Batu Kec. Rantau Selatan; 3. Lanjutan Pengaspalan Jalan di Kompleks Stadion Binaraga Rantauprapat Kec. Rantau Utara; 4. Pengaspalan Jalan di Gang Aman Rantauprapat Kec. Rantau Utara;

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

6

5. Pengaspalan Jalan/Gang Pejuang Lingk. Pardomuan Nauli Kel. Padang Matinggi Kec. Rantau Utara; 6. Pengaspalan Jalan pada Jalan Ahmad Yani Gang Hasanah Kel. Kartini Kec. Rantau Utara; 7. Pembangunan Jalan Semen R. Abd. Halim Kel. Negeri Baru Kec. Bilah Hilir; 8. Pembangunan Jalan Semen Gg. Sepakat Kel. Negeri Lama Kec. Bilah Hilir; 9. Pengerasan Jalan Dusun Sukamaju Desa Kampung Dalam Kec. Bilah Hulu. I. I.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN Pembersihan Lokasi PENENTUAN TITIK PENGUKURAN/PEMATOKAN 11.1. Pengukuran dan pemasangan titik duga (0 peil) ditentukan bersama-sama Pihak

Pengawas. Patok yang dipakai berukuran minimal 5/7 cm, terbuat dari kayu. Patok harus keras dan tidak berubah posisinya, tanda-tanda dan sumbu harus teliti dan jelas, dicat dengan cat menie. 11.2. Kontraktor harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen (BM) pada

lokasi tertentu sepanjang proyek, untuk memungkinkan perencanaan kembali pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari pekerjaan yang akan dilakukan. Patok yang permanen harus dibangun di atas tanah yang tidak akan terganggu/dipindahkan. 11.3. Kontraktor harus menentukan titik patok konstruksi yang menunjukkan garis dan

kemiringan untuk lebar median jalan, lebar perkerasan jalan dan lebar bahu jalan, sesuai gambar rencana, serta harus mendapatkan persetujuan Pihak Pengawas sebelum memulai konstruksi.

12.

PEKERJAAN SUB GRADE 12.1. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus melakukan survey elevasi tanah existing terhadap elevasi rencana sub grade jalan dan posisi posisi yang diperlukan pemasangan subsoil drain untuk mengalirkan mata air ke saluran terdekat dan rencana saluran sementara yang perlu dibuat. Hasil survey tersebut dituangkan dalam shop drawing sebagai acuan kerja. Apabila i. tanah existing lebih tinggi dari elevasi rencana sub grade :

Tanah existing harus digali hingga mencapai elevasi rencana sub grade jalan. uji CBR laboratorium, baik soaked CBR maupun unsoaked CBR sehingga didapat korelasi kepadatan dengan nilai CBR. Dalam kondisi terendam, nilai CBR minimum yang harus tercapai adalah 5 %.

ii. Sebelum melakukan pemadatan, Kontraktor harus terlebih dahulu melakukan

iii. Dalam hal nilai Soaked CBR 5 % tidak dapat tercapai, Kontraktor harusRKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

7

mengganti tanah sub grade tersebut sedalam minimal 30 cm dengan tanah lain yang sudah dilakukan uji laboratorium dan dapat mencapai nilai minimum Soaked CBR 5 %. Tanah tersebut dipadatkan sehingga didapat kepadatan kering minimal 95 % kepadatan Standard Proctor. iv. Dalam hal setelah dilakukan penggalian ditemukan adanya aliran mata air, kontraktor harus melakukan pembuatan subsoil drain untuk mengalirkan mata air tersebut ke saluran drainase terdekat. Sedangkan apabila elevasi tanah existing lebih rendah dari rencana sub grade, kontraktor harus melakukan penimbunan secara lapis demi lapis hingga tercapai elevasi sub grade rencana dengan menggunakan tanah yang sudah dilakukan uji laboratorium dan dapat mencapai nilai minimum Soaked CBR 5 %. Ketebalan tanah lepas maksimum per lapis adalah 30 cm dengan kepadatan 95 % Standard Proctor. Apabila tanah yang akan dipakai berasal dari lokasi lain dari yang sudah disetujui, Kontraktor harus terlebih dahulu melakukan uji CBR laboratorium untuk memastikan tercapainya nilai CBR terendam tersebut. Timbunan atau pemotongan pada badan jalan dilaksanakan dengan bentuk dan elevasi sesuai gambar rencana. Pekerjaan sub grade yang telah diselesaikan harus dilindungi agar tidak mengering/pecah-pecah, atau basah tergenang air. Aliran air (baik berupa drainase existing maupun drainase sementara yang dibuat) harus dijaga tetap bekerja dengan baik sehingga badan jalan/sub grade terhindar dari kerusakan akibat genangan air.

12.2.

Metode Kerja Pemadatan Sub grade harus menggunakan Vibrator Roller 8-10 ton atau Static Roller 10-12 ton. Sedangkan untuk leveling digunakan Motor Grader, atau sesuai petunjuk Pengawas. Kontraktor harus memberi air secukupnya untuk mendapatkan kadar air optimum. Pemadatan dianggap cukup baik apabila kepadatan Sub grade sudah mencapai minimal 95% dry max dari kepadatan kering maksimum Standard. Proctor

12.3.

Pengujian Pengujian kepadatan dilakukan dengan menggunakan sand cone method atau sesuai petunjuk Pengawas dengan Dynamic Cone Penetrometer Test. Pengujian dilakukan pada maksimum 200 m2 untuk satu titik pengujian secara zigzag sampai kedalaman tertentu pada lokasi yang diarahkan oleh Pengawas.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

8

12.4 -

Toleransi

pengukuran

Toleransi permukaan akhir sub grade setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 10 mm atau lebih rendah 10 mm dari elevasi rencana.

13.

PEKERJAAN SUB BASE 13.1.Persyaratan pelaksanaan pekerjaan. Penghamparan material untuk sub base baru boleh dilaksanakan apabila

kepadatan sub grade telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui Pengawas. Semua material yang tidak memenuhi syarat gradasi dan kualitas harus disingkirkan dari lokasi. Ketebalan material harus dibuat sesuai gambar rencana dan pelaksanaan

penghamparan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan setiap lapisan maksimum 20 cm dalam kondisi gembur. Pemadatan dilakukan dengan mesin gilas 12 ton hingga mencapai nilai kepadatan minimum 97 % Standard Proctor. Pemadatan lapisan dilaksanakan mulai dari tepi, overlap terhadap bahu jalan

dan dilanjutkan ke tengah sejajar dengan as jalan. Pada daerah belokan yang terdapat super elevasi, pemadatan dimulai dari sisi yang rendah menuju sisi yang lebih tinggi. Pada waktu pemadatan, kadar air harus diperhatikan benar agar didapat

tingkat kepadatan yang baik. Pemadatan dilaksanakan hingga tidak terdapat gelombang dimuka mesin gilas dan permukaan rata. 13.2.Bahan Bahan yang digunakan untuk aggregate lapis sub base adalah aggregate kelas B. aggregate yang dipakai harus berkualitas baik (Sertifikat Laboratorium DPU setempat atau laboratorium lainnya yang ditentukan pihak Pengawas. Semua bahan harus bersih dari segala kotoran, bahan-bahan organik, gumpalan-gumpalan lempung dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki, mempunyai warna putih keabu-abuan atau material Material berwarna kekuning-kuningan. Sebelum digunakan, semua harus mendapat persetujuan dari Pengawas. yang digunakan adalah setara dengan Aggregate kelas B, dengan

kriteria sebagai berikut :

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

9

a. Gradasi

Aggregate

setara dengan Aggregate kelas B. % Berat Lolos Kelas B 100 67 100 40 100 25 16 10 63080 66 55 45 33 20

Ukuran Ayakan No. (mm) 2 1 3/4 3/8 No. 4 No. 8 No. 16 No. 40 No. 200 (63.5 mm) (38.1 mm) (19.0 mm) (9.51 mm) (4.76 mm) (2.38 mm) (1.19 mm) (0.425 mm) (0.074 mm)

b. Sifat Aggregate

setara Aggregate kelas B. Uraian Kelas B 040 %

Abrasi dari agregat kasar (AASHTO T96 - 74) Index Plastisitas (AASHTO T90 - 70) CBR Soaked (AASHTO T193) Rongga dalam Agregat mineral pada kepadatan maksimum

4 10 % 30 % min

10 % min

13.3.

Pengujian Sebelum kontraktor memulai pekerjaan sub base, kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan contoh material untuk dilakukan pengetesan laboratorium Apabila untuk mendapatkan nilai seperti dalam tabel ayat 13.2 a & b diatas.

hasil laboratorium memenuhi syarat, kontraktor dapat memulai pengiriman 10

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

material ke lokasi untuk dilakukan penebaran dan pemadatan. Apabila hasil laboratorium tidak terpenuhi, Kontraktor harus segera mengajukan contoh material dari quarry yang lain untuk dilakukan pengetesan kembali. Seluruh biaya yang timbul menjadi tanggung jawab kontraktor. Untuk setiap 300 m3 material yang didatangkan ke lokasi, kontraktor

berkewajiban untuk melakukan uji laboratorium ulang untuk memastikan bahwa material yang terkirim tetap memenuhi persyaratan seperti tabel ayat 13.2 a & b diatas. Setiap 50 m panjang jalan, Kontraktor harus melakukan pengujian Sand Cone untuk mendapatkan kepadatan minimal 97 % Standard Proctor. Untuk setiap 200 m panjang jalan, dilakukan pengujian kepadatan dengan Proof Rolling Down Method. Pengujian dengan Proof Rolling Down Method harus menggunakan beban total tidak kurang dari 25 ton untuk truk 2-As dengan tekanan roda karet min 100 psi. Pengujian dilakukan pada lokasi yang diarahkan oleh Pengawas dan dinyatakan baik/diterima bila secara visual settlement yang terjadi lebih kecil dari 10 mm. Pengawas berhak melakukan pengukuran-pengukuran pada tempat-tempat yang dipilih selama pelaksanaan pekerjaan untuk memeriksa tebal lapisan dan nilai kepadatan base di lapangan, dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.

13.4.

Toleransi pengukuran Toleransi elevasi permukaan akhir dari sub base tidak boleh lebih atau kurang dari 10 mm.

14.

PEKERJAAN BASE COURSE 14.1. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan Penghamparan material base baru boleh dilaksanakan apabila pelaksanaan pekerjaan sub base telah memenuhi syarat dan telah disetujui Pengawas. Semua material yang tidak memenuhi syarat gradasi dan kualitas harus disingkirkan dari lokasi. Ketebalan material base harus dibuat sesuai gambar rencana dan pelaksanaan penghamparan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan setiap lapisan maksimum 20 cm dalam kondisi gembur.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

11

Pemadatan dilakukan dengan mesin gilas 12 ton hingga mencapai nilai kepadatan 97 % Standard Proctor.

Pemadatan dilaksanakan mulai dari tepi ke tengah sejajar as jalan. Pada daerah belokan dengan super elevasi, penggilasan dimulai dari sisi yang rendah menuju sisi yang lebih tinggi.

Sesudah batu pecah selesai dipadatkan, maka kontraktor harus segera menghampar abu batu (binder material) untuk mengisi ruang-ruang kosong pada permukaan lapisan base tersebut.

Pengawas berhak melakukan pengukuran-pengukuran pada tempat-tempat yang dipilih selama pelaksanaan pekerjaan untuk memeriksa tebal lapisan dan nilai kepadatan base di lapangan, dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.

14.2.

Bahan Material Base Course harus keras, bersih, tidak porous, tidak mengandung kapur, tidak mengandung kotoran/lempung/tumbuh-tumbuhan atau unsur organis lainnya, tidak mempunyai sifat disintegrasi, hasil pecahan mesin dan mempunyai paling sedikit tiga bidang datar membentuk kubus (tidak tipis/gepeng/runcing) dan telah disetujui oleh Pengawas. Material yang akan dipakai harus berkualitas baik (Sertifikat Laboratorium DPU setempat atau laboratorium lainnya yang ditentukan oleh pihak Pengawas). Material yang digunakan adalah Agregat kelas A, dengan kriteria sebagai berikut : a. Gradasi Agregat % Berat Lolos Kelas A 100 100 65 - 81 42 - 60 27 - 45 18 - 33 11 - 25 6 - 16 0-8 No. (mm) 2 1 3/8 No. 4 No. 8 No. 16 No. 40 No. 20 (63.5 mm) (38.1 mm) (19.0 mm) (9.51 mm) (4.76 mm) (2.38 mm) (1.19 mm) (0.425 mm) (0.074 mm)

Ukuran Ayakan

b. Sifat Agregat

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

12

Uraian Abrasi dari agregat kasar (AASHTO T96 74) Indek Plastisitas (AASHTO T90 70) Hasil kali Indek Plastisitas dengan persentase lolos No. 200 (75 micron) Batas Cair (AASHTO T89-68) Bagian yang lunak (AASHTO T112 - 78) CBR Soaked (AASHTO T193) Rongga dalam Agregat mineral pada kepadatan maksimum

Kelas A 040 %

06% 25 maks 0 35 % 05% 80 % min min

14.3.

Pengujian Sebelum kontraktor memulai pekerjaan base, kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan contoh material base course untuk dilakukan pengetesan laboratorium untuk mendapatkan nilai seperti dalam tabel ayat 14.2 a & b diatas. Apabila hasil laboratorium memenuhi syarat, kontraktor dapat memulai pengiriman material ke lokasi untuk dilakukan penebaran dan pemadatan. Apabila hasil laboratorium tidak terpenuhi, Kontraktor harus segera mengajukan contoh material base course dari quarry yang lain untuk dilakukan pengetesan kembali. Seluruh biaya yang timbul menjadi tanggung jawab kontraktor. Untuk setiap 300 m3 material base course yang didatangkan ke lokasi, kontraktor berkewajiban untuk melakukan uji laboratorium ulang untuk memastikan bahwa material yang terkirim tetap memenuhi persyaratan seperti tabel ayat 14.2 a & b diatas. Setiap 50 m panjang jalan, Kontraktor harus melakukan pengujian Sand Cone untuk mendapatkan kepadatan minimal 97 % Standard Proctor. Untuk setiap 200 m panjang jalan, dilakukan pengujian kepadatan dengan Proof Rolling Down Method. Pengujian dengan Proof Rolling Down Method harus menggunakan beban total tidak kurang dari 25 ton untuk truk 2-As dengan tekanan roda karet min 100 psi. Pengujian dilakukan pada lokasi yang diarahkan oleh Pengawas dan dinyatakan baik/diterima bila secara visual lebih kecil dari 3 mm. settlement yang terjadi

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

13

Pengawas berhak melakukan pengukuran-pengukuran pada tempat-tempat yang dipilih selama pelaksanaan pekerjaan untuk memeriksa tebal lapisan dan nilai kepadatan base di lapangan, dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.

14.4.

Toleransi Pengukuran Toleransi elevasi permukaan akhir dari Base Course tidak boleh lebih atau kurang dari 10 mm.

15.

Pekerjaan lapisan aspal beton (Hotmix dan ATB) 15.1. Umum Pekerjaan ini meliputi pencampuran agregat dengan aspal pada Mesin Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant = A.M.P), penghamparan pada permukaan jalan dan pemadatan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. 15.2. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan Campuran aspal dan agregat harus terdiri dari bahan-bahan agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal. Material yang dicampur harus memenuhi syarat ditinjau dari : Ukuran Gradasi Prosentase campuran dari setiap bahan yang dipakai.

Prosentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan pada campuran agregat berkisar antara 5-6% untuk ATB dan 6-7% untuk hotmix yang dihitung dari berat kering agregat. Prosentase dapat ditentukan atas dasar percobaan laboratorium dengan Methode Marshall dan analisa saringan dari campuran agregat yang dipakai dan harus mendapat persetujuan Pengawas.

-

Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada Pengawas, rencana perbandingan campuran (mix design) yang akan digunakan untuk camputan aspal. Rencana campuran harus menunjukkan satu angka prosentase untuk tiap-tiap agregat yang melalui ayakan sesuai spesifikasi gradasi campuran yang digunakan untuk campuran aspal. Pekerjaan baru dapat dilaksanakan setelah campuran rencana (mix design) mendapat persetujuan Pengawas.

15.3.

Bahan Semua material yang digunakan harus mempunyai suatu sifat yang disyaratkan sehingga bila dicampur dengan rumus campuran tertentu akan mempunyai kekuatan paling sedikit 70% bila diuji dengan AASHTO T-165.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

14

Bahan-bahan yang tidak seizin Pengawas untuk dipergunakan harus disingkirkan dari lokasi dan tidak boleh dipakai. Bahan agregat harus didapat dari pemecahan batu yang tertinggal pada ayakan No. 8. Agregat kasar yang boleh digunakan hanya satu macam dan harus terdiri dari bahan yang awet, kuat, bersih a. b. c. d. e. f. g. h. i. dan tidak tercampur dengan bahan-bahan lain. Persyaratan agregat kasar adalah sebagai berikut: Nilai Keausan agregat yang diperiksa dengan Los Angeles Abrasion Test pada 500 putaran (AASHTO T-104) harus mempunyai nilai maximum 40%. Bila diuji dengan Sodium Sulfate Soundness Test (AASHTO T-104) tidak akan kehilangan berat lebih besar dari 9%. Kelekatan terhadap aspal harus lebih besar dari 25%. Indeks kepipihan agregat maximum 25%. Peresapan agregat terhadap air maksimum 3%. Berat jenis semu agregat minimum 2,50. Gumpalan lempung agregat maksimum 0,25%. Bagian-bagian batu yang lunak dari agregat maksimum 5%. Soundness test maksimum 12%.

Bagian dari material yang lewat ayakan No.8 dinamakan Agregat halus, dan mungkin terdiri dari pasir bersih, pasir batu, bahan halus hasil pemecahan batu. Agregat halus terdiri dari bahan yang awet, kuat, berbidang kasar, bersudut tajam dan bersih dari kotoran. Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. b. c. d. e. Nilai Sand Equivalent (AASHTO T-176) dari agregat harus minimal 50%. Berat jenis semu (AASHTO T84 & T85) minimum 2,50. Hasil pemeriksaan Atterberg (ASSHTO T 89 & T91) agregat harus non plastis. Peresapan agregat terhadap air maksimal 3%. Benda organik (AASHTO T21) dengan standard warna harus No. 1.

Sebagai bahan filler dapat dipergunakan debu batu kapur, debu dolomite atau semen portland. Bahan filler tersebut tidak boleh tercampur dengan kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus dalam keadaan kering dengan kadar air maksimal 1%. Gradasi Filler : Ukuran Saringan No. (mm) No. 30 (0,595 mm) No. 50 (0,297 mm) No. 100 (0,149 mm) No. 200 (0,074 mm) (%) lolos Terhadap Berat 100 95 - 100 90 - 100 100

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

15

Material campuran harus mempunyai gradasi yang merata (homogen) dan memenuhi salah satu persyaratan seperti dibawah ini. a. Gradasi campuran aspal beton untuk lapisan aus (wearing course) dan lapisan perata (levelling course) sebagai berikut:

Ukuran Saringan No. (mm)

% berat butir yang lewat Asphalt Institute Type IV B Asphalt Institute Type IV C

1" (25,4 mm) 3/4" (19,0 mm) 1/2" (12,7 mm) 3/8" (9,51 mm) No. 4 (4,76 mm) No. 8 (2,38 mm) No. 30 (0,595 mm) No. 50 (0,297 mm) No. 100 (0,149 mm) No. 200 (0,074 mm) Tebal padat yang disyaratkan (cm) b.

100 80 - 100 70 - 90 50 - 70 35 - 50 18 - 29 13 - 23 8 - 16 4 - 10

100 80 - 100 60 - 80 48 - 65 35 - 50 19 - 30 13 - 23 7 - 15 0-8

3-5

4-6

Gradasi campuran aspal beton untuk lapisan penghubung (binder course)/ATB dan lapisan perata (levelling course) sebagai berikut : % berat butir yang lewat

Ukuran Saringan

Asphalt Institute Type IV B

Asphalt Institute Type IV C

1 1/2" (38,1 mm) 1" (25,4 mm) 3/4" (19,0 mm)

100 75 - 100

100 80 - 100 70 - 90 16

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

1/2" (12,7 mm) 3/8" (9,51 mm) No. 4 (4,76 mm) No. 8 (2,38 mm) No. 30 (0,595 mm) No. 50 (0,297 mm) No. 100 (0,149 mm) No. 200 (0,074 mm) Tebal padat yang disarankan (cm)

45 - 70 30 - 50 20 - 35 5 - 20 3 - 12 2-8 1-4

55 - 75 45 - 62 35 - 50 19 - 30 13 - 23 7 - 15 08

5-6

6-8

Persyaratan Aspal yang digunakan untuk lapisan pengikat/ATB dan lapisan perata adalah sebagai berikut : a. Aspal yang digunakan adalah aspal semen Penetrasi 60/70 yang memenuhi persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini : Syarat No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 Jenis Pengujian Penetrasi 250C, 100 gr, 5 detik Titik lembek Daktilitas 25 C, 5 cm per menit Kelarutan dalam C2 HCl 3 Titik nyala (COC) Berat jenis pada 25 C Penurunan berat pada 1630C, 5 jam (thin film) Penetrasi setelah penurunan berat 250C, 100gr, 5 detik Daktilitas setelah penurunan berat 250C, 5 cm per menit 50 110 165 cm0 0 0 0

Pen. 60 Min. 61 48 100 99 200 1 54 Max. 79 58 0,8 -

Satuan 0,1 mm0

C

cm % berat0

C

gr/ml % berat % asli

Temp. campuran (visc. 170 Cst) Temp. pemadatan (visc. 250 cst)

C C

b.

Aspal Emulsi - Untuk keperluan lapis resep pengikat (prime coat) dipergunakan aspal cair jenis MC 30, MC 70, MC 250 atau aspal emulsi kationik medium setting atau aspal emulsi anionik medium setting seperti CMS, MS.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

17

- Untuk keperluan lapis pengikat (tack coat) digunakan aspal cair jenis rapid curing seperti RC 70, RC 250 atau aspal emulsi kationik rapid setting atau aspal emulsi anionik rapid setting seperti CRS, RS.

ASPAL EMULSI 1. Aspal Emulsi Anionik Rapid Setting No. Pemeriksaan RS1 Min Max RS2 Min Max Min Medium Setting MS1 Max MS2 Min Max

I. 1. 2. 3. 4. 5. II 1. 2. 3.

Test Emulsi Viskositas, Saybolt Furol pada 25C Viskositas, Saybolt Furol pada 50C Storage Stability Test Sieve Test % Residu dari Destilasi Test Test pada Residu dari Destilasi Test Penetrasi Daktilitas Kelarutan dalam larutan Carbon Tetra Chlorida (CCL4) 100 40 97.5 200 100 40 97.5 200 100 40 97.5 200 100 40 97.5 200 20 55 100 1 0.1 75 63 400 1 0.1 20 55 100 1 0.1 65 1 0.1 -

2.

Aspal Emulsi Kationik Rapid Setting Medium Setting CMS1 Min Max CMS2 Min Max Max

No.

Pemeriksaan

CRS1 Min Max

CRS2 Min

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

18

I. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Test Emulsi Viskositas, Saybolt Furol pada 50C Storage Stability Test Sodium Diocotyl S-S Particle Charge Test Sieve Test % Destilasi - Oil test dari volume emulsi (%) - Residu (%) 60 3 65 3 65 12 65 12 20 40 POS 100 1 40 0.1 100 POS 400 1 0.1 50 POS 450 1 0.1 50 POS 450 1 0.1

II 1. 2. 3.

Test pada Residu dari Destilasi Test Penetrasi Daktilitas Kelarutan dalam larutan Carbon Tetra Chlorida (CCL4) 100 40 97.5 250 100 40 97.5 250 100 40 97.5 250 40 40 97.5 90 -

ASPAL CAIR 1. Rapid Curing (RC) RC70 No. 1. 2. 3. 4. Pemeriksaan Viskositas Kinematik pada 60C Centistokes Titik Nyala (C) Kadar Air Destilasi Test , % Destilasi dari Volume Total Destilasi - s/d 190C - s/d 225C - s/d 360C - s/d 315C 5. 6. Residu dari Destilasi Test Test pada Residu dari Destilasi TesRKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

RC250 Min Max

RC 800 Min Max

RC3000 Min Max

Min

Max

70 -

140 0.2

250 27 -

500 0.2

800 27 -

1600 0.2

3000 27 -

6000 0.2

10 50 70 85 55

-

35 60 80 65

-

15 45 75 75

-

25 70 80

-

19

- Viskositas Absolut pada 60C poises - Daktilitas - Kelarutan pada CCL4

600 100 99

-

600 100 99

2400 -

600 100 99

2400 -

600 100 99

2400 -

2. Medium Curing (MC) MC30 No. 1. 2. 3. 4. Pemeriksaan Viskositas Kinematik pada 60C Centistokes Titik Nyala (C) Kadar Air Pestilasi Test % Destilasi dari Volume Total Destilasi - s/d 225C - s/d 360C - s/d 315C 5. 6. Residu dari Destilasi Test Test pada Residu dari Destilasi Tes - Viskositas Absolut pada 60C poises - Daktilitas - Kelarutan pada CCL4 300 100 99 1200 300 100 99 1200 300 100 99 120 0 15.4. Campuran Rencana Untuk mendapatkan campuran aspal beton yang baik perlu dilakukan perencanaan campuran. Data rencana yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Jenis agregat b. Gradasi agregat c. Mutu agregat d. Jenis aspal semen e. Rencana tebal lapisan f. Jenis bahan pengisi (filler) 300 100 99 1200 300 100 99 1200 40 75 50 25 70 93 0 20 65 55 20 60 90 0 15 60 67 10 55 87 0 45 75 35 80 0 15 80 15 75 38 0.2 38 0.2 66 0.2 66 0.2 66 0.2 Mi n 30 60 70 140 250 500 800 1600 300 6000 Max MC70 Min Max MC250 Min Max MC800 Min Max MC3000 Min Max

Prosentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan pada agregat kering ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Dengan methode Marshall Test akan diperoleh kadar aspal optimum, dimana pada kadar aspal tersebut persyaratan-persyaratan berikut harus dipenuhi : Jenis PengujianRKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

Wearing Course

Binder Course 20

(hotmix) - Stabilitas (Kg) - Kelelehan/aliran (mm) - % rongga dalam total campuran (V.I.M) - % rongga terisi aspal (V.I.B) - Jumlah tumbukan 3-5 75 - 85 2 x 75 900 2-4

(ATB) 650 2 - 4,5 3-8 65 - 75 2 x 75

Toleransi hasil Job Mix Formula yang dihasilkan dari mesin pencampur (mixing plant) adalah sebagai berikut: a. Agregat Butiran No. 4 No. 8 No. 40 No. 200 Prosentase Toleransi Lewat Ayakan 5% 5% 3% 1%

b. Bitumen 1%Hotmix c. d. e. f. 15.5. 15.5.1. Stabilitas Flow Min. 900 kg Max. 4 mm ATB Min. 650 kg Max. 4,5 mm

Suhu campuran ketika ke luar dari mixer 6C Suhu campuran ketika dihampar pada jalan 6C.

Metode Kerja Produksi/pelaksanaan campuran harus menurut spesifikasi berikut: Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan campuran rencana. Pencampuran harus dilaksanakan sebaik-baiknya sampai bahan tercampur baik dan merata. Temperatur campuran sebagai berikut : Agregat dipanaskan maksimum 1750 C. Aspal keras (Penetrasi 60) dipanaskan pada temperatur 1500C - 1700C atau sesuai hasil test viskositas pada 70 cst. Temperatur agregat tidak boleh lebih dari 150C di atas temperatur aspal semen. Temperatur campuran aspal beton yang keluar dari Pugmill, tidak boleh lebih dari 1650C.

15.5.2.

Sebelum penghamparan dilaksanakan, permukaan yang akan dilapis aspal beton harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Bentuk permukaan ke arah memanjang dan melintang harus telah dipersiapkan sesuai dengan perencanaan.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

21

-

Permukaan harus bebas dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki, misalnya debu dan bahan-bahan lepas lainnya. Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis resap pengikat (prime coat), sebanyak 0,6 - 1,5 l/m2. Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis pengikat (tack coat) sebanyak maksimum 0,7 l/m2.

Lamanya waktu menunggu penghamparan aspal beton setelah pelaksanaan prime coat/tack coat, tergantung dari jenis aspal cair/aspal emulsi yang digunakan. 15.5.3. Pengangkutan Pengangkutan dilakukan dengan dump truck yang baknya terbuat dari metal, rapat, bersih dan telah disemprot dengan air sabun, solar, minyak perafin atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya aspal pada bak dump truck. Selama pengangkutan, campuran harus ditutup dengan terpal, untuk melindungi dari pengaruh cuaca dan menjaga penurunan temperatur yang terlalu cepat. 15.5.4. Penghamparan Tebal hamparan disesuaikan dengan tebal rencana padat. Biasanya tebal hamparan gembur berkisar antara 120% sampai dengan 130% dari tebal rencana padat. Tebal lapisan aspal beton padat (lapisan aus dan lapisan penghubung) harus sesuai gambar. Campuran harus dihampar pada temperatur minimum 1150C. Untuk kontrol ketebalan hamparan ATB dan Hotmix dapat dipakai kaso kayu kamper ukuran 5 x 7 cm panjang 4 m. 15.5.5. Pemadatan Pemadatan adalah tahapan akhir dari rangkaian kegiatan pembuatan lapisan perkerasan jalan, dimana dalam tahapan ini Kontraktor harus melakukan pengawasan terus menerus dan melaksanakan urutan pemadatan sebagai berikut: Pemadatan awal (break down rolling) dilakukan pada temperatur minimum 1100C dengan menggunakan tandem roller atau mesin gilas roda tiga 6-8 ton antara 2-4 lintasan pada kecepatan 3-4 km/jam. Sesudah pemadatan awal selesai, dilakukan pemadatan antara (intermediate rolling) dengan menggunakan mesin gilas roda karet (Pneumatic Tired Roller) berat 10-14 ton dengan tekanan angin 75-85 psi dengan kecepatan 5-10 km/jam pada temperatur 700C-900C. Pemadatan akhir (finishing roller) dilaksanakan dengan menggunakan mesin gilas 8-10 ton, langsung setelah pemadatan kedua berakhir, sampai alur-alur bekasRKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

22

roda pemadat hilang (rata), dengan kecepatan 5-8 km/jam. Pemadatan akhir dilaksanakan pada temperatur minimum 600C atau sedikit diatas titik leleh aspal yang digunakan. Cara Pemadatan: Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan, sejajar dengan sumbu jalan menuju ketengah. Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejajar sumbu jalan menuju kebagian yang tinggi. Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian yang rendah sejajar sumbu jalan menuju bagian yang tinggi. Untuk mencegah pelekatan campuran pada mesin gilas, maka roda mesin gilas perlu dibasahi dengan air. Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama ditempatkan dimuka. Pekerjaan pemadatan dihentikan jika kepadatan telah mencapai 97% dari kepadatan laboratorium. 15.5.6. Penghamparan dan pemadatan harus diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak terjadi sambungan-sambungan. Bila sambungan harus diadakan, hendaknya diperhatikan agar dicapai pelekatan yang sempurna pada seluruh tebalnya. 15.5.7. Dalam menempatkan campuran baru terhadap lapisan yang telah digilas hendaknya diusahakan bahwa bidang kontak harus vertikal (dengan cara lapisan lama dipotong tegak lurus) dan perlu diberikan pada bidang vertikal tersebut lapis pengikat (tack coat) untuk menambah pelekatan pada sambungan. 15.6. Pengendalian Mutu Kegiatan pengendalian mutu yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor guna menjamin hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik dan memenuhi persyaratan. Pengendalian mutu tersebut adalah: 15.6.1. Pengawasan di lokasi pencampuran (plant),meliputi : Pengawasan terhadap kualitas bahan, keadaan peralatan, suhu pemanasan bahan campuran dan hasil campuran (gradasi, marshall test). Pengambilan contoh yang dilakukan minimum 1 kali setiap hari produksi, kecuali ditentukan lain oleh Pengawas. 15.6.2. Pengawasan di lokasi penghamparan, meliputi: Pengawasan terhadap lapis pengikat (tack coat), yaitu harus diperiksa jumlah dan kerataannya. Pemeriksaan kerataan, kemiringan sambungan-sambungan, tebal hamparan dan suhu hamparan yang akan dipadatkan. Pengawasan terhadap suhu setiap tahap pemadatan, cara pemadatan dan hasil pemadatan.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

23

15.7.

Lapisan aspal beton baru boleh digunakan untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah, setelah selesai pemadatan akhir dan temperatur sudah dibawah titik lembek aspal, atau setelah lebih kurang 2 jam. Lapisan aspal beton baru boleh digunakan untuk lalu lintas secara bebas minimum setelah 4 jam dari pemadatan akhir.

RKS Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan

24