SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)
-
Upload
mentariutami -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
description
Transcript of SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)
TUGASSISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
(TL-5152)
SISTEM PENGELOLAAN AIR BUANGAN DOMESTIK DI KOTA PADANG, SUMATERA BARAT
Oleh:
Mentari Khairita Utami
(25314752)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini masalah sanitasi masih belum dijadikan prioritas pembangunan oleh para pengambil
keputusan. Hal ini tampak dari minimnya alokasi anggaran untuk sektor tersebut. Hal ini
menyebabkan sektor sanitasi di Indonesia sampai sekarang masih terhitung buruk. Tahun
2002, anggaran sanitasi hanya 1,8% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
sementara rata-rata APBD Propinsi 3,3% dan APBD Kabupaten/Kota 5,7%. Pemerintah
masih menganggap masalah sanitasi adalah tanggung jawab individu bukan investasi publik.
BAPPENAS memperkirakan hanya 10 Kota yang memiliki fasilitas air limbah terpusat,
62,29% penduduk Kota dan 24,37% di desa membuang tinja ke jamban dengan septiktank.
Tahun 2004, 41,25% penduduk di Kota dan 1,49% di desa sampahnya diangkut oleh petugas.
Rumah tangga dengan drainase lancar 57,18%. Hal ini menyebabkan sering ada kejadian luar
biasa penyakit, seperti diare dan sering terjadi banjir.
Departemen Pekerjaan Umum memperkirakan sekitar 22% penduduk Indonesia belum
mempunyai jamban. Penggunaan sarana pengolah limbah tinja dengan septiktank juga
rendah, hanya 40% di perkotaan dan 20% di perdesaan. Selain itu Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) di berbagai kota banyak yang tidak berfungsi. Beberapa hal yang
menjadi penyebab utamanya adalah akses dan kualitas pengelolaan yang rendah;
kelembagaan yang belum efektif; belum lengkapnya perundang-undangan yang ada;
terbatasnya kapasitas pendanaan pembangunan di daerah; masih rendahnya kepedulian dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan; serta masih rendahnya minat swasta
untuk berinvestasi di sektor sanitasi.
Berdasarkan prediksi Departemen Pekerjaan Umum diperkirakan Indonesia memproduksi
sekitar 5,6 juta ton tinja per hari yang sebagian besar pembuangannya masih dilakukan ke
sungai atau mempergunakan sumur galian yang tidak memenuhi persyaratan sehingga
mencemari air tanah yang mengakibatkan 13 ribu balita terkena diare setiap harinya.
Di Kota Padang, masyarakat umumnya menggunakan onsite system (sistem pengolahan
setempat) dalam penanganan limbah rumah tangganya. Bentuk penanganan black water (air
limbah yang berasal dari toilet) adalah cubluk (lubang yang digunakan untuk menampung air
limbah manusia dari jamban) dan septic tank (sistem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran
2
dari kloset, baik penampungan kotoran cair dan padat, baik resapan, serta pipa pelepasan air
bersih dan udara).
Dari laporan tahunan bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas
Kesehatan kota (DKK) Padang tahun 2008, secara umum kesehatan masyarakat kota sudah
lebih baik dibandingkan tahun 2007. Sumber air bersih perpipaan diambil dari 5 (lima)
Water Treatment Plan (WTP) dengan sumber air baku berasal dari air permukaan, mata air,
dan sumur bor. Kapasitas terpasang sampai tahun 2008 adalah 1.393 liter/detik dengan
kapasitas produksi 945 liter/detik. Sumber air non perpipaan, terdapat di beberapa bagian
kota yang tersebar di daerah pantai dan pinggiran kota seperti di keluran kampung Baru,
Limau Manis Bungus, Tarantang, Parupuk Tabing dan sebagainya yang mengandalkan
sumber air pada pompa listrik, sumur, mata air dan sungai/kali.
3
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH STUDI
Secara geografis wilayah Kota Padang berada antara 00º44’00”-01º08’35”LS dan
100º05’05”-100º34’09” BT dengan luas wilayah 694,96 Km² dengan batas-batas sebagai
berikut :
Batas Utara : Kabupaten Padang Pariaman
Batas Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan
Batas Timur : Selat Mentawai
Batas Barat : Kabupaten Solok
Kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tinggi yaitu Kecamatan Padang Timur,
Padang Barat, Padang Utara mempunyai topografi yang relatif landai, tidak terjal dan
terdapat banyak fasilitas umum dan sosial, infrastruktur pendukung seperti infrastruktur jalan,
sanitasi, drainase, listrik, telekomunikasi dan lain-lain, yang mendukung pertumbuhan
perekonomian Kota Padang secara keseluruhan, sedangkan wilayah dengan kepadatan
penduduk rendah merupakan daerah dengan topografi berbukit-bukit, terjal dan minim
infrastruktur pendukung. Daerah efektif kota Padang termasuk sungai adalah 205,007 km2
dan daerah bukit termasuk sungai adalah 486,209 km2. Kota Padang dilalui 5 buah sungai
besar dan 16 sungai kecil. Jumlah pulau yang termasuk dalam wilayah kota ini sebanyak 19
buah. Luas masing-masing kecamatan di Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Luas daerah kecamatan di Kota Padang
4
Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas wilayah keseluruhan sejumlah 694,96
km2. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu wilayah Kecamatan Koto Tengah
(232,25 km2) atau sepertiga luas wilayah Kota Padang dan wilayah kecamatan dengan luas
terkecil yaitu Kecamatan Padang Barat (7 km2). Dari data sensus penduduk tahun 2003,
jumlah penduduk Kota Padang yaitu sejumlah 765.450 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata
Kota Padang pada tahun yang sama, yaitu sebesar 1.101 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat pada Tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2 Jumlah dan kepadatan penduduk kecamatan Kota Padang
5
BAB III
DESKRIPSI SANITASI KOTA PADANG
Kota Padang saat ini belum memiliki jaringan perpipaan air limbah, tetapi yang ada hanya
pembuangan air dari bekas mandi, mencuci dan memasak yang dialirkan ke saluran drainase,
sungai melalui saluran terbuka ataupun tertutup, sehingga akan mencemari lingkungan.
Sedangkan air limbah yang berupa tinja manusia diolah sementara melalui septic tank dan
cubluk yang kemudian bila penuh akan ditransfer ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja). Berdasarkan data terakhir di Kota Padang setelah gempa 30 September 2009 sekitar
9% penduduk Kota Padang tidak mempunyai fasilitas pembuangan air limbah domestik. Dan
63,80% penduduk yang mempunyai septic tank sedangkan sisanya menggunakan kolam dan
sungai sebagai sarana pembuangan air limbahnya.
Kecamatan Padang Barat dengan kepadatan 8.858 jiwa/Km2 (Badan Pusat Statistik, 2009),
merupakan kawasan pusat kota dan kota tua. Di wilayah Kecamatan Padang Barat sistem
yang dipakai adalah sistem on site dengan jamban pribadi yang ada dirumah masing-masing,
sebagian besar memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan kakus, menggunakan
MCK yang tidak layak , membuang secara langsung di badan air, seperti saluran drainase,
sungai dan laut, sehingga terjadi pelanggaran terhadap baku mutu/pencemaran lingkungan.
Dari aspek lembaga penanggung jawab regulasi dan layanan operasional pengelolaan air
limbah dibawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Padang belum dapat bekerja
secara maksimanl, kinerja yang belum maksimal ini terjadi karena tupoksi DKP telah
menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi yaitu fungsi regulasi terkait dengan
kewenangan institusi ini sebagai lembaga teknis daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di
bidang kebersihan, pertamanan, yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan suatu dinas
daerah.
Oleh karena itu penanganan sistem pembuangan air limbah domestik di Kecamatan Padang
Barat Kota Padang, dengan revitalisasi dan penambahan sarana dan prasarana sebagai salah
satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan akan sarana air limbah domestik dirasakan cukup
efektif serta dibutuhkan kelembagaan yang baik agar dapat mengatasi masalah air limbah
domestik, dan bisa dicapai suatu sistem pembuangan air limbah yang baik, yang dapat
6
mendukung kehidupan masyarakat, yaitu tingkat kualitas hidup dan kesehatan masyarakat
yang lebih baik.
Sistem pengolahan air limbah rumah tangga dikelola sendiri oleh masyarakat dengan
membangun septic tank di setiap rumah. Pengolahan air limbah rumah tangga oleh
Pemerintah Daerah merupakan pelayanan penyedotan septic-tank masyarakat. Saat ini
Pemerintah Daerah memiliki 2 unit mobil tinja yang dioperasikan oleh 2 perusahaan swasta.
Kedua mobil tinja tersebut beroperasi setiap harinya dengan rotasi 4 – 6 kali/ hari dan volume
air limbah yang terangkut berkisar 40 – 50 m3 yang diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) yang terletak di Kecamatan Nanggalo mempunyai kapasitas pengolahan 61
m3/hari. Pada Tabel 3.1 berikut terdapat data mengenai sistem pengelolaan limbah domestik
di kecamatan Padang Barat
Tabel 3.1 Sistem pengelolaan limbah domestik di kecamatan Padang Barat
Sebagian besar warga Kecamatan Padang Barat menggunakan jamban milik pribadi
rumahnya. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil survey bahwa menurut kepemilikan jamban,
87,84% melaporkan memiliki dan menggunakan jamban secara pribadi. Dan sekitar 12,16%
menggunakan jamban umum. Gambaran kepemilikan jamban dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut :
Gambar 3.1 Kepemilikan jamban di Kecamatan Padang Barat
7
Keadaan sanitasi di kecamatan Padang Barat dapat pula dilihat dari gambar-gambar berikut :
Gambar 4.1 Sungai di kecamatan Padang Barat
Gambar 4.2 Septic tank yang digunakan oleh salah satu warga
Gambar 4.3 Mobil tinja yang digunakan untuk penyedotan lumpur dari tangki septik
8
BAB IV
PEMBAHASAN SANITASI
V.1 Pemilihan Sistem Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik
Menurut Pedoman Standar Pelayanan Minimal tentang Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan
Umum yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor 534/KPTS/M/2001, bahwa salah satu yang mendasari penanganan air limbah
domestik adalah kepadatan penduduk suatu wilayah yang mana terkait dengan jumlah
penduduk dan luas wilayahnya.
Berdasarkan kepadatan wilayah di Kota Padang maka pemilihan sistem mengarah lebih
dominan kepada sistem setempat dibandingkan sistem terpusat.
V.2 Analisis Kondisi, Permasalahan, Hambatan dan Tantangan
Kondisi masing-masing kelurahan di Kecamatan Padang Barat ditinjau dari beberapa kriteria
dasar identifikasi yang terkait dengan permasalahan sanitasi sektor air limbah domestik,
seperti topografi kawasan, jumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, mata
pencaharian dan mayoritas tempat buang air besar (BAB). Perumusan kebijakan dan strategi
pengelolaan sanitasi sektor air limbah domestik pada dasarnya adalah untuk mewujudkan visi
pengelolaan kota yang diharapkan akan dapat terjadi pada masa yang akan datang.
Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan
sektor air limbah domestik pada saat ini, yang terdiri dari:
Kondisi yang diharapkan dan masalah pengelolaan air limbah
Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2008 – 2028
menyebutkan pemenuhan kebutuhan jamban keluarga maupun jamban komunal serta
MCK bagi masyarakat kurang mampu perlu lebih diperhatikan. Diharapkan pada
tahun akhir perencanaan yaitu 2013 tingkat pelayanan mencapai 87 % dengan rincian
dibutuhkan 154.712 unit jamban keluarga, 483 unit MCK umum dan 4 unit IPLT.
Tantangan
Kecamatan Padang Barat dengan kepadatan penduduk 8.859 jiwa/Km2 merupakan
kawasan pusat kota dan kota tua dimana banyak terdapat pertokoan sehingga
penduduk kota Padang banyak yang memilih tinggal di Kecamatan ini. Karena
Kecamatan Padang Barat merupakan kota tua sehingga sangat sulit untuk menata
9
kembali permukiman warga mengingat banyaknya bangunan lama yang masih
dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat tinggal. Berdasarkan data dari BPS 2009,
fasilitas tempat buang air besar masyarakat Kota Padang dibedakan menjadi fasilitas
sendiri, fasilitas bersama (satu fasilitas digunakan oleh beberapa kepala keluarga,
umum (MCK), dan sebagian masyarakat tidak memiliki fasilitas tempat buang air
besar.
V.3 Aspek Teknis
Setelah memperoleh kondisi eksisting pengolahan air limbah yang berada di Kecamatan
Padang Barat dilakukan pendekatan-pendekatan untuk melakukan analisis aspek teknis yang
nantinya digunakan sebagai salah satu aspek penyusunan sistem pengelolaan sanitasi, dengan
meninjau beberapa komponen yaitu sumber penghasil air limbah, pemetaan kondisi sanitasi
sub sektor air limbah Kecamatan Padang Barat untuk menentukan area prioritas tingkat
resiko sistem pengolahan air limbah domestik Kecamatan Padang Barat, penanganan di
sumber, sistem pengumpulan dan penyaluran, sistem pengolahan, dan sistem pembuangan.
Pemetaan Kondisi Sanitasi Sub Sektor Air Limbah
Pemetaan kondisi sanitasi sub sektor air limbah didasari atas kondisi yang telah dibahas
sebelumnya (parameter) yaitu kepadatan penduduk saat ini dan proyeksi pertumbuhan
penduduknya, daerah beresiko kesehatan lingkungan buruk (baik menggunakan data
sekunder maupun studi EHRA), data sekunder berupa jumlah rumah tangga miskin dan
pertimbangan daerah pengembangan khusus seperti perkantoran, kampus, dan
pelabuhan/bandara. Pemetaan prioritas penanganan sanitasi di masing-masing kelurahan di
Kecamatan Padang Barat dengan spesifikasi kondisi sanitasi tersebut. Salah satu metode
skoring yang dilakukan berdasarkan data primer maupun sekunder yang tersedia dengan
indikator-indikator (Anonim, 2007D): kepadatan Penduduk, angka kemiskinan, ketersediaan
air minum, kepemilikan jamban pribadi, ketersediaan sarana sanitasi di Tempat Tempat
Umum (TTU). Penentuan skala prioritas lokasi lainnya, yang dilandaskan pada kepadatan
penduduk, tingkat sosial – ekonomi masyarakat, kondisi sarana & prasarana dibidang sanitasi
serta kondisi kesehatan masyarakatnya (Anonim, 2007E).
Untuk penentuan prioritas pembangunan dan pengembangan sanitasi sub sektor air limbah di
Kota Padang , kualitas sanitasi di Kecamatan Padang Barat dirangkum pada tabel berikut :
10
No Kecamatan Kualitas Sanitasi
1 Belakang tangsi Buruk
2 Olo Buruk
3 Ujung Gurun Cukup
4 Berok Nipah Cukup
5 Kampung Pondok Baik
6 Kampung Jao Buruk
7 Purus Sangat buruk
8 Padang Pasir Cukup
9 Rimbo Kaluang Sangat buruk
10 Flamboyan Baru Sangat buruk
V.4 Aspek Kelembagaan
Dalam penanganan sub sektor air limbah domestik, peran Pemerintah Kota untuk sementara
ini dijalankan oleh institusi:
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), yang dijalankan oleh Bidang Sanitasi ;
Dinas Kesehatan Kota (DKK) melalui pelaksaan tugas Seksi Penyehatan Lingkungan
dan Seksi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat;
Namun dalam pelaksanaannya antara DKP dan DKK masih tumpang tindih dalam menangani
masalah sanitasi, seperti untuk penyuluhan kepada masyarakat dilaksanakan oleh kedua
instansi ini. Oleh karena itu perlu dikaji lagi tupoksi masing-masing instansi agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
V.5 Aspek Peran Serta Masyarakat
Adanya aktifitas MCK di mata air/sungai walaupun memiliki fasilitas MCK di rumah, adalah
karena faktor kebiasaan. Hal ini berpotensi mencemari air baku dengan kondisi tersebut,
untuk jenis penyakit yang sering terjadi di Kecamatan Padang Barat adalah penyakit diare
sebanyak 47% , penyakit malaria sebanyak 40%, penyakit demam berdarah 13 %.
Karena faktor kebiasaan, rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan minimnya
pengetahuan masyarakat tentang sanitasi lingkungan, sehingga tidak peduli pada akibat yang
ditimbulkan oleh aktifitas MCK di sumber air baku. Oleh karena itu perlu dilakukan
11
pendekatan melalui program-program penyuluhan atau edukasi lingkungan permukiman
sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat di dalam masyarakat secara rutin dan inovatif.
12
BAB V
PERMASALAHAN PENGELOLAAN AIR BUANGAN DI KOTA PADANG
Permasalahan dalam pengelolaan sanitasi kota dapat dilihat dari berbagai perspektif, yaitu
aspek teknis dan tingkat pelayanan, kelembagaan, pendanaan, peraturan dan partisipasi
masyarakat.
IV.1 Permasalahan Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik (Waste Water)
Permasalahan dalam pengelolaan air limbah domestik (waste water) antara lain adalah:
Pelayanan air limbah perkotaan melalui sistem perpipaan (off-site system) belum
tersedia di Kota Padang.
Penduduk kota umumnya menggunakan jamban, baik jamban pribadi maupun umum.
Namun demikian masih perlu dikaji / disurvei lebih lanjut mengenai tingkat
keamanannya terhadap air tanah, kesehatan dan lingkungan.
Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat (on-site system) masih belum
memenuhi standar teknis yang ditetapkan, baik dari segi mutu bahan, tingkat
kebocoran, dll.
Masih rendahnya skala prioritas penanganan air limbah domestik, dan masih
terbatasnya anggaran yang tersedia.
Pembuangan air limbah rumah tangga, terutama air bekas cuci dan dapur, masih
menyatu dengan saluran / drainase air hujan.
IV.2 Permasalahan Tata Kelola Sanitasi, Kelembagaan Dan SDM
Permasalahan tata kelola sanitasi, kelembagaan dan SDM antara lain adalah :
Belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang di perlukan dalam
pengelolaan Sanitasi, khususnya untuk sistem air limbah domestik.
Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan sanitasi.
Kapasitas sumber daya manusia yang terkait dalam pengelolaan sanitasi masih
terbatas.
IV.3 Permasalahan Kelangkaan Dana Serta Tingginya Biaya Pembangunan Dan O&M
Permasalahan kelangkaan dana serta tingginya biaya pembangunan dan O&M seperti:
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sanitasi (air
limbah) mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan, baik
13
dalam operasional dan pemeliharaan diantaranya disebabkan oleh rendahnya tarif
layanan serta tingginya biaya investasi dalam penyelenggaraan terutama dalam sistem
air limbah.
Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang Air Limbah
permukiman karena rendahnya tingkat pemulihan biaya investasi (cost recovery)
Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk investasi pengembangan air
limbah, khususnya untuk pembangunan sistem perpipaan (off-site).
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan sumber-sumber
lainnya.
Masih kurang memanfaatkan pinjaman atau bantuan luar negeri untuk membiayai
sektor sanitasi; salah satu faktor penyebabnya adalah banyaknya persyaratan yang
harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota untuk memperoleh bantuan tersebut.
IV.4 Permasalahan Peran-Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sanitasi
Permasalahan peran-serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi di kota Padang antara lain:
Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sanitasi.
Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem air limbah domestik yang
berbasis masyarakat
Kurang memadainya sosialisasi, informasi dan edukasi mengenal pentingnya
pengelolaan air limbah domestik, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah
atau bertempat tinggal di kawasan padat, kumuh, dan rawan banjir.
Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran dan
partisipasi masyarakat.
14
BAB VI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan menggunakan studi EHRA yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan tujuan penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Kondisi pengolahan air limbah domestik masyarakat di Kecamatan Padang Barat
belum memenuhi syarat untuk sebagian masyarakat
Hasil pemilihan sistem awal pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang untuk
mengunakan sistem setempat mengingat Kota Padang yang belum padat, namun harus
dilakukan optimalisasi sistem dengan penambahan bidang resapan.
Permasalahan pengelolaan air buangan adalah teknis, kelembagaan, kurangnya dana
dan kurangnya partisipasi masyarakat.
4.2. Saran
Beberapa saran yang dapat dijadikan landasan untuk lebih memperkuat pelaksanaan strategi
kemudian hari yaitu :
Memasukkan sektor air limbah menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah
Merestrukturisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Melakukan pengelolaan prasarana air limbah melalui intervensi sejumlah
program/kegiatan rutin tahunan serta meningkatkan alokasi anggaran dengan meminta
dukungan pemerintah pusat, dan atau menjalin kerjasama dengan dengan pihak asing,
dan atau melibatkan pihak swasta/masyarakat dalam pembiayaannya
Bersama-sama dengan legislatif membuat peraturan daerah tentang pengelolaan air
limbah domestik permukiman
Menerapkan Good Governance dalam pengelolaan air limbah domestik permukiman.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ampl.or.id/digilib/read/72-buku-putih-sanitasi-kota-padang/2902 , diakses 2
Oktober 2014, pukul 22.24
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15643-Paper-517362.pdf diakses 2 Oktober 2014,
pukul 22.24
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/sumbar/padang.pdf diakses 2 Oktober 2014,
pukul 22.24
http://digilib.its.ac.id/ITS-Master-3100011042367/15643 diakses 2 Oktober 2014, pukul
22.24
http://www.sumbarpost.com/berita-611-kota-padang-siapkan-masterplan-air-limbah.html
diakses 2 Oktober 2014, pukul 22.24
http://www.antaranews.com/berita/347656/pemda-kurang-peduli-masalah-air-minum-dan-
sanitasi diakses 2 Oktober 2014, pukul 22.24
16