sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

19
SOSIALISASI DAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KELUARGA Makalah Di susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan Dosen Pengampu : Hj. Nur Khasanah M.Ag Di susun oleh Kelompok: 8 Khoridah (2021113109) Mia Arismaya (2021113131) Agyana Nadia Nur I (2021113179) Indah Nur Baiti (2021113270) 0

Transcript of sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

Page 1: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

SOSIALISASI DAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH

DAN KELUARGA

Makalah

Di susun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Hj. Nur Khasanah M.Ag

Di susun oleh

Kelompok: 8

Khoridah (2021113109)

Mia Arismaya (2021113131)

Agyana Nadia Nur I (2021113179)

Indah Nur Baiti (2021113270)

Kelas: C

JURUSAN TARBIYAH/PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PEKALONGAN

2015

0

Page 2: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah sosialisasi sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, hal

tersebut dikarenakan setiap individu pasti bersosialisasi dengan individu yang

lain. Sosialisasi merupakan proses pemberian bimbingan individu agar

mampu memasuki dunia sosial masyarakat.

Sosialisasi terjadi ketika seseorang berhubungan dengan orang lain.

Melalui sosialisasi membuat individu mampu mempelajari polala-pola yang

ada dalam masyarakat, baik berupa pola kebudayaan maupun pola dalam

berinteraksi satu sama lain.

Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan

yang harus dimiliki dan diikutinya, agar ia menjadi anggota yang baik dalam

masyarakat. Sosialisasi dapat tercapai melalui komunikasi antara satu anggota

dengan anggota yang lain dalam masyarakat

Sosialisasi dapat terjadi dimanapun dan kapanpun, namun dalam

pembahasan kali ini kami akan menguraikan mengenai sosialisasi dan

penyesuaian diri di sekolah dan dikeluarga. Mengenai hal-hal apa saja yang

terkait akan kami bahas didalam poin-poin yang dijabarkan dalam pembahsan

materi

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan

masalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian dari sosialisasi dan penyesuaian diri?

2. Bagaimana penyesuaian diri yang terjadi di lingkungan sekolah?

3. Bagaimana penyesuaian diri yang terjadi di lingkungan keluarga?

1

Page 3: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Sosialisasi dan Penyesuaian Diri

Proses membimbing individu kedalam dunia sosial disebut sosialisasi.

Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang

harus dimiliki dan di ikutinya, agar ia menjadi anggota yang baik dalam

masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus, sosialisasi dapat di anggap

sama dengan pendidikan.

Sosialisasi adalah soal belajar. Dalam proses sosialisasi individu belajar

tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga

keterampilan-keterampilan sosial serta berbahasa, bergaul, berpakaian, cara

makan dan sebagainya.1 Sosialisasi identik dengan makna penyesuaian diri

(adjusment).

Terdapat berbagai pengertian menurut para ahli, diantaranya yaitu,

Kimball young dalam Ary H. Gunawan mengatakan bahwa sosialisasi

merupakan hubungan interaktif dimana seorang dapat mempelajari kebutuhan

sosial dan kultural yang menjadikan sebagai anggota masyarakat.

Thomas ford hoult mengatakan bahwa sosialisasi merupakann proses

belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar dalam

kebudayaan suatu masyarakat. S. Nasution menuturkan bahwa sosialisasi

merupakan proses bimbingan individu kedalam dunia sosial.2

1. Proses Sosialisasi

Proses sosialisasi terjadi melalui “conditioning” oleh lingkungan

yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan yang

fundamental seperti berbahasa, cara jalan, duduk, makan, apa yang di

makan, berkelakuan sopan, mengembangkan sikap yang di anut dalam

masyarakat seperti sikap terhadap agama, seks, orang yang lebih tua,

pekerjaan, rekreasi, dan segala sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat

1 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm.126.2 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 100.

2

Page 4: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

yang baik. Belajar norma-norma kebudayaan pada mulanya banyak

terjadi di rumah dan sekitar, kemudian di sekolah, bioskop, televisi dan

lingkungan lain.

Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota

masyarakat lainnya. Pola kelakuan yang di harapkan dari anak terus-

menerus di sampaikan dalam segala situasi dimana ia terlibat. Kelakuan

yang sesuai dengan norma yang di harapkan dimantapkan dan yang tidak

sesuai norma dikesampingkan.3

Terdapat beberapa jenis sosialisasi yang dapat dilihat dari berbagai

sisi, yaitu sebagai berikut:

1. Sosialisasi berdasarkan kebutuhan.

a. Sosialisasi Primer

Sosialisasi primer menunjukan pada suatu proses melaluinya

seorang anak manusia mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap,

nilai, norma, perilaku esensial dan harapan agar mampu berpartisipasi

efektif dalam masyarakat dan menjadi anggota masyarakat.

b. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder menurut berger dan luckman adalah setiap

proses selanjutnya yang mengimbas individu yang telah

disosialisasikan itu ke dalam sektor-sektor baru dari dunia objektif

masyarakat. Sosialisasi sekunder dikenal juga sebagai resosialisasi

yaitu suatu proses mempelajari norma, nilai, sikap dan perilaku baru

agar sepadan dengan situasi baru yang mereka hadapi dalam

kehidupan.

2. Sosialisasi berdasarkan cara yang di pakai.

Kamanto sunarto menerangkan sosialisasi berdasarkan cara yang di

gunakan dapat berlangsung dalam dua bentuk, yaitu:

a. Sosialisasi Represif, yaitu sosialisasi yang menekankan pada

kepatuhan anak dan penghukuman terhadap perilaku yang keliru.

3 S. Nasution, Op.,Cit, hlm. 127.

3

Page 5: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

b. Sosialisasi Partisipasif, yaitu sosialisasi yang menekankan pada

otonomi anak dan memberikan imbalan terhadap perilaku anak

yang baik.

3. Sosialisasi berdasarkan keberadaan perencanaan.

a. Sosialisasi berdasarkan perencanaan, yaitu sosialisasi dilakuakan

atas dasar rencana yang berkelanjutan dan sistematis.

b. Sosialisasi tanpa perencanaan, yaitu sosialisasi yang terjadi secara

spontan dan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Sosialisasi

ini terjadi dalam suatu proses interaksi dalam masyarakat misalnya

dalam keluarga, kelompok teman sebaya, atau lingkungan tempat

tinggal.4

Dalam sosialisasi anak didik terdapat sejumlah media, yaitu:

1. Keluarga.

2. Teman sepermainan dan sekolah.

3. Lingkungan kerja.

4. Media massa.5

2. Proses Penyesuaian Diri

Proses penyesuaian diri dapat di pandang dari dua sudut yaitu:

1. Kualitas atau Efesiensinya.

Apabila proses penyesuaian diri di tinjau dari sudut kualitas atau

efesiensinya berarti kita menilai proses itu, kita membedakan proses

penyesuaian diri yang berhasil dan yang gagal, yang efisien dan yang

tidak efisien.

2. Proses Berlangsungnya.

Apabila penyesuaian diri di tinjau dari sudut prosesnya, maka yang

di pandang adalah berlangsungnya penyesuaian diri itu. Proses

4 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan ( Jakarta: KENCANA, 2012), hlm. 69.5Abdullah Idi, op.,cit. Hlm. 112-113.

4

Page 6: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

penyesuaian diri itu suatu proses progresif yang memungkinkan

individu makin menguasai impuls-impulsnya dan lingkungannya.

Proses perkembangan manusia sebagai makhluk sosial atau

kepribadian itu di pengaruhi oleh banyak faktor. Menurut F.G.

Robbins ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan

kepribadian itu. Kelima faktor tersebut ialah:

a) Sifat dasar.

b) Lingkungan prenatal

c) Perbedaan individual

d) Lingkungan

e) Motivasi.6

B. Sosialisasi dan Penyesuaian Diri di Sekolah

Sekolah memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak,

walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggung

jawab atas pendidikan anak. Anak mengalami perubahan dalam kelakuan

sosial setelah ia masuk ke sekolah. Dirumah ia hanya bergaul dengan orang

yang terbatas jumlahnya. Di sekolah anak mengalami suasana yang berlainan.

Ia bukan lagi anak istimewa yang diberi perhatian khusus oleh ibu guru,

melainkan hanya salah seorang diantara puluhan murid lainnya di dalam

kelas. Guru tidak mungkin memberikan perhatian banyak kepadanya karena

harus mengutamakan kepentingan kelas sebagai keseluruhan. Untuk itu anak-

anak harus mengikuti peraturan yang bersifat formal yang tidak dialami anak

dirumah, yang dengan sendirinya membatasi kebebasannya.

Dengan demikian anak melihat dirinya sebagai salah seorang diantara

anak-anak lainnya. Jadi di sekolah anak itu belajar menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial yang baru yang memperluas ketrampilan sosialnya. Dalam

perkembangan fisik dan psikologis anak, selanjutnya anak memperoleh

pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak

6 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 158.

5

Page 7: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan

kepribadiannya.

Sekolah merupakan lembaga tempat anak terutama untuk diberi

pendidikan intelektual, yakni mempersiapkan anak untuk sekolah yang lebih

lanjut. Oleh sebab tugas itu cukup penting dan berat , maka perhatian sekolah

sebagian besar ditujukan kepada aspek intelektual itu. Aspek lain seperti

pendidikan moral melalui pendidikan agama dan moral pancasila juga

diperhatikan, namun dapat kita katakan bahwa pendidikan sosial masih belum

mendapat tempat yang menonjol.

Untuk mengetahui hingga manakah pendidikan sosial di sekolah

dilakukan, kita perlu mempelajari hal-hal berikut:

1. Nilai-nilai yang dianut di sekolah

Untuk seluruh warga negara Indonesia berlaku Pancasila sebagai

falsafah dan pandangan hidup Bangsa dan dasar Negara. Dalam hal ini

terdapat kesamaan bagi seluruh bangsa dan dengan demikian bagi seluruh

masyarakat sekolah. Norma-norma yang diajarkan di sekolah tidak boleh

bertentangan dengan adat istiadat masyarakat sekitar.

Dalam hal nilai-nilai moral sekolah kebanyakan berpedoman pada

norma-norma yang berlaku bagi golongan menengah misalnya menghargai

nilai-nilai seperti kejujuran, kebersihan, kerajinan, rasa tanggung jawab,

ketekunan, ketertiban, dan sebagainya. Perbuatan seperti penipuan,

kekerasan, pelanggaran seks, pencurian dipandang sebagai kelakuan yang

melanggar norma yang baik.

2. Pengaruh Iklim Sosial terhadap Sosialisasi Anak

Dalam iklim demokratis anak-anak mendapat lebih banyak

kebebasan untuk berkelakuan menurut kepribadian masing-masing sedang

dalam iklim otokratis kelakuan anak dikontrol ketat oleh guru. Namun

individu yang hanya dapat berbuat menurut perintah orang lain tanpa

diberi kesempatan untuk memberi pertimbangannya sendiri, sukar akan

berkembang menjadi manusia yang sanggup berpikir dan berdiri sendiri,

bahkan sulit menjalankan peranannya dengan baik dalam iklim demokrasi.

6

Page 8: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

Dalam iklim otokratis lebih banyak dikeluarkan kecaman tajam

yang bersifat pribadi, sedangkan dalam iklim demokratis terdapat suasana

kerja sama, pujian terhadap sesama teman, saran-saran konstruktif, dan

kesediaan menerima buah pikiran orang lain. Dalam iklim otokratis lebih

ditonjolkan diri sendiri, misalkan “aku”, sedangkan dalam suasana

demokratis terasa ke-“kita”-an. Individualitas murid dapat berkembang

dalam iklim demokrasi, sedangkan perkembangannya tertekan dalam

suasana otokratis.

Iklim kelompok banyak ditentukan oleh guru atau pemimpin. Oleh

sebab pemimpin atau guru ada bersifat demokratis dan ada pula yang

otokratis, maka murid tiap kali akan beralih dari iklim demokratis ke iklim

otokratis setiap kali gurunya berganti.

Iklim otokratis dianggap lebih serasi untuk mencapai prestasi

akademis yang diutamakan oleh sekolah “tradisional”, sedangkan sekolah

yang “progresif” lebih mengutamakan perkembangan kepribadian anak

yang dianggap lebih mungkin tercapai dalam suasana demokratis. Dapat

pula dipersoalkan apakah prestasi akademis memang hanya diperoleh

dalam iklim otokratis atau dapat juga dicapai dalam iklim demokratis.

3. Persaingan dan Kerja sama

Dalam banyak hal murid harus bersaing dengan murid-murid lain.

Persaingan itu paling menonjol dalam hal angka-angka. Murid yang

mempunyai prestasi yang baik mendapat angka tinggi sedangkan mereka

yang prestasinya buruk mendapat angka rendah, seperti diadakannya

“rangking” dalam buku rapor.

Dalam masyarakat sendiri persaingan senantiasa timbul dalam

usaha untuk meningkatkan mutu serta melebihi lawan. Kerja sama atau

gotong-royong sangat dihargai dalam masyarakat kita dan karena itu sudah

selayaknya dipupuk pula di sekolah. Dapat kita lihat bahwa kesempatan

kerja sama ini di sekolah kurang mendapat perhatian. Kerja kelompok

7

Page 9: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

sebagai metode mengajar jarang dilakukan. Murid-murid justru dilarang

bekerja sama atau bertukar pikiran selama jam pelajaran.7

C. Sosialisasi dan Penyesuaiandiri di Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan agen sosialisasi primer. Keluarga adalah kelompok

sosial terkecil yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Namun

pada lingkup yang lebih luas keluarga juga terdiri atas nenek, kakek, pamam,

bibi, saudara-saudara dan lainnya.

Hubungan sosial antar anggota keluarga dijiwai oleh rasa afeksi atau

kasih sayang dan rasa tanggung jawab. Hubungan tersebut relatif tetap

karena didasari oleh ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Keluarga

berfungsi untukmemelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka

sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.8

Sosialisasi dilakukan berdasarkan pola keluarga yang dimiliki. Bernstein

menemukan dua tipa ideal dari pola sosoalisasi dalam keluarga, yaitu:

1. Berorientasi pada posisi atau keluarga posisional (psition–centered family).

Pola keluarga dimana terjadi pemisahan peran yang jelas di antara

para anggotanya, sebagai ayah, ibu, anak atau pada usia tertentu sebagai

kakek dan nenek. Sosialisasi dalam pola ini terjadi dalam suatu kerangka

yang jelas karena mengikuti perannya masing-masing. Dengan

menggunakan pola ini maka anak akan sangat memperhatikan posisi

mereka dalam hubunganya dengan orang lain. Mereka juga mampu

memahami kedudukan yang dimiliki antrara berbagai posisi yang ada

dalam masyarakat.

2. Berorientasi pada pribadi (person-centered family).

Merupakan pola keluarga dimana anak dipandang dalam rangka

karakteristik unik yang dimilikinya sebagai pribadi. Sejak anak masih

kecil, telah pekadan secara aktif dirangsang perkembanganya agar dapat

dikontrol sesuai cara mereka sendiri. Mereka disosialisasikan melelui

7 S Nasution, op.,cit. Hlm. 129-138.8 Abu Ahmadi, op.,cit. Hlm. 167.

8

Page 10: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

keluarga yang terpusat pada pribadi akan didik, diuji dan dikembangakan

sesuai dengan format keluarga. Dengan kata lain bakat, potensi dan

kompetensi yang dimilikinya dikembangkan tidak jauh dari apa yang

dimiliki oleh keluarga.9

Seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat maka

mempengaruhi fungsi-fungsi sosial keluarga sehingga mengalami perubahan.

Fungsi-fungsi sosial keluarga yang mengalami perubahan yaitu, sebagai

berikut:

1. Fungsi Pendidikan

Dahulu keluaraga merupakan satu-satunya institusi pendidikan,

namun sekarang ini fungsi tersebut telah mengalami banyak perubahan.

Secara informal fungsi pendidikan keluarga masih tetap penting, namun

secara formal fungsi tersebut sudah diambil alih oleh sekolah.

2. Fungsi Rekreasi

Dahulu keluarga merupakan pusat rekreasi dan hiburan bagi anggota

keluarga, namun pada saat ini telah banyak pusat rekreasi di luar keluarga,

seperti gedung bioskop, taman-taman kota, supermarket dan lain

sebagainya.

3. Fungsi Keagamaan

Pada awalnya keluarga merupakan pusat bagi seorang anak untuk

mendapat pendidikan keagamaan seperti praktik-praktik ibadah selain

peranan yang dilakukan oleh institusi agama. Namun dikarenakan

sekularisasi dalam masyarakat dan merosotnya pengaruh institusi agama

menmbulkan kemunduran fungsi keagamaan dalam keluarga.

4. Fungsi Perlindungan

Dahulu keluarga berfungsi memberikan perlindungan, baik fisik

maupun sosial bagi anggotanya. Sekarang ini fungsi tersebut diambil alih

oleh badan-badan sosial, seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat

tubuh dan mental, anak yatim piatu, panti jompo , dan lain sebagainya.

9 Damsar, op.,cit. hlm. 70-71.

9

Page 11: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

Sebagai kelompok yang primer, keluarga memberikan pengaruh-

pengaruh bagi anggota keluarganya, meliputi sebagai berikut:

1. Keluarga memberikan kesempatan yang unik kepada anggotanya untuk

menyadari dan memperkuat nilai kepribadianya.

2. Keluarga mengatur dan menjadi perantara bagi anggotanya kepada dunia

luar.

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap

proses sosialisasi anak. Penyebab pentingnya peranan keluarga dalam proses

sosialisasi anak adalah, sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi

secara langsung dan tetap.

2. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak, dengan

hal tersebut akan melahirkan hubungan emosional antara orang tua dan

anak.

3. Karena sosialisasi dalam keluarga bersifat relatif tetap, maka orang tua

memainakan peranan yang sangat penting terhadapproses sosial anak.

Dalam lingkungan keluarga terdapat tiga tujuan sosialisasi, yaitu:

1. Penguasaan diri. Seorang anak diberi pelajaran untuk mampu menguasai

diri secara emosial, sehingga membuatnya mampu berhubungan dengan

masyarakat luas.

2. Nilai-nilai. Selain penguasaan diri anak juga diberi pelajaran mengenai

nilai-nilai, seperti nilai kerjasama dan lain sebagainya.

3. Peranan-peranan sosial. Mempelajari peranan-peranan sosial terjadi

melalui interaksi sosial dalam keluarga.10

10 Abu Ahmadi, op.,cit. Hal. 170-177.

10

Page 12: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Sosialisasi merupakan proses membimbing individu kedalam dunia sosial.

Makna sosialisasi identik dengan penyesuaian diri (adjusment). Didalam

sosialisasi terdapat hubungan interaktif dimana seseorang dapat mempelajari

kebutuhan sosial dan kultural yang menjadikannya sebagai anggota masyarakat.

Dengan sosialisasi individu belajar untuk bertingkah lakuyang sesuai dengan

kebudayaan yang ada dalam masyarakat.

Sekolah memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak,

meskipun sekolah hanya merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas

pendidikan anak. Anak mengalami perubahan dalam kelakuan sosial setelah ia

masuk ke sekolah. Ketika dirumah anak hanya bergaul dengan orang yang

terbatas jumlahnya, setelah masuk ke dunia sekolah anak mengalami suasana yang

berbeda. Didalam sekolah anak tidak hanya belajar pengetahuan intelektual,

namun di sekolah anak belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang

baru yang memperluas ketrampilan sosialnya.

Selain sekolah, keluarga merupakan institusi yang paling penting

pengaruhnya terhadap proses sosialisasi anak. Hubungan sosial dalam keluarga

dijiwai oleh rasa kasih sayang dan berlangsung relatif tetap. Keluarga berfungsi

untul memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar

mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

11

Page 13: sosiologi pendidikan sosialisasi dan penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: KENCANA.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan

Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

12