PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

21
SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI DOSEN PENGAMPU: 1. Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo,M.Pd 2. Prof. Dr. Rahmat Murbojono, M.Pd Disusun Oleh: DADANG DJOKO KARYANTO P3A116008 PROGRAM DOKTORAL ILMU KEPENDIDIKAN 1

Transcript of PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

Page 1: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI

DOSEN PENGAMPU:

1. Prof. Dr. Mujiyono Wiryotinoyo,M.Pd

2. Prof. Dr. Rahmat Murbojono, M.Pd

Disusun Oleh:

DADANG DJOKO KARYANTO

P3A116008

PROGRAM DOKTORAL ILMU KEPENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI

2016

1

Page 2: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “ Pendekatan Struktural Fungsional dan Sosialisasi” ini dapat terselesaikan.

Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai salah satu bahan kajian untuk mata kuliah sosiologi pendidikan pada program Doktoral (S3) Ilmu Kependidikan di Universitas Jambi. Oleh sebab itu semoga makalah ini bisa dipergunakan sebagai bahan diskusi sebagaimana mestinya, mengingat kajian tentang teori struktural fungsional ini sangat penting dipelajari karena kita sebagai bagian dari sistem yang ada di masyarakat.

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, khususnya penulis dan rekan mahasiswa S3 Ilmu Kependidikan, Universitas Jambi.

Jambi, September 2016

Penulis

2

Page 3: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ..............................................................................4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................5

D. Batasan Penulisan ............................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3

A. Teori Struktural Fungsional .............................................................. 3

B.Penerapan Teori Struktural-Fungsional dalam

Pendidikan di Sekolah ....................................................................6

C. Sosialisasi dan Pendidikan ................................................................7

D. Peran Keluarga dalam Sosialisasi ..................................................... 8

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 10

Kesimpulan ........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena perubahan sosial kehidupan masyarakat cukup kompleks. Fenomena

sosial yang ada seringkali mengacu pada adanya indikasi-indikasi yang rentan sekali

melahirkan perbedaan dan bahkan perselisihan dalam hal persepsi dan interprestasi.

Hal ini dikarenakan persoalan kemanusiaan sangat erat hubungannya dengan perubahan

dan perkembangan sosial.

Manusia senantiasa membutuhkan satu sama lain untuk kelangsungan hidup dan

mempertahankan predikatnya sebagai manusia. Wujud dari itu akan melahirkan

ketergantungan yang pada akhirnya mendatangkan sebuah bentuk kerjasama,

berlangsung dalam rentang waktu yang tak terbatas. Dari interaksi-interaksi tersebut

pada akhirnya akan melahirkan sebuah bentuk masyarakat yang beraneka ragam, baik

dari segi struktur, politik maupun sosialnya. Ini adalah sebuah keniscayaan, karena

sejak kehadirannya, mereka telah dianugerahi gelar sebagai makhluk sosial.

Dalam kerangka premis tersebut, berbagai usaha telah dilakukan, bahkan ada

sebagian yang terkesan berlebihan dalam mengkaji dan mengadakan penelitian sosial.

Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan waktu, sampai saat ini belum selesai

perjalanan menemukan sebuah teori kehidupan sosial yang mapan dan jitu, kendati

telah banyak teori yang kita telah pelajari.

Berangkat dari asumsi diatas, penulis mencoba memberikan informasi melalui

bahasan berikut yang akan menganalisis tentang teori struktural fungsional dan

sosialisasi, serta mencoba mengangkat sisi pendidikan dari teori tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam kajian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep teori struktural fungsional ?

2. Bagaimana penerapan teori struktural fungsional dalam pendidikan di sekolah?

3. Apa yang dimaksud dengan sosialisasi dan pendidikan?

4. Apa peran keluarga dalam sosialisasi?

4

Page 5: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

C. Tujuan Penulisan

Kajian dari makalah ini ditulis guna mengetahui lebih mendalam tentang teori struktural fungsional dan kaitannya dengan pendidikan serta sosialisasi dan peran keluarga dalam sosialisasi.

D. Batasan Penulisan

Masalah dalam kajian pendidikan adalah kompleks. Tidak bisa dipahami dan

dipecahkan dengan dan dari hanya satu sudut pandang atau disiplin. Karena kajian

tersebut sangatlah luas maka dari itu makalah ini membatasi masalah dengan membahas

hanya tentang teori struktural fungsional dan sosialisasi, serta mencoba mengangkat sisi

pendidikan dari teori tersebut .

5

Page 6: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Struktural Fungsional

Menurut Durkheim, masyarakat adalah sebuah kesatuan di mana di dalamnya terdapat bagian-bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing-masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut seling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. (Hidayat,2014)

Durkhem mengartikan istilah fungsional dalam dua makna. Pertama, fungsional adalah sebuah sistem dari pergerakan penting seperti pencernaan atau respirasi, lalu yang kedua adalah mengacu kepada relasi/keterkaitan dalam pergerakan tersebut termasuk hubungan saling ketergantungan dalam setiap organisme (Jones, 1986:26 dikutip dari Hidayat 2014). Banyak pemikir fungsionalis yang mengacu pemikiran Emile Durkheim percaya bahwa masyarakat dibangun bersama oleh nilai-nilai bersama dan saling ketegantungan sosial-ekonomi. Kalangan fungsionalis juga menjelaskan bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya runtuhnya masyarakat jika nilai-nilainya tidak terus-menerus menegaskan kembali dan diturunkan dari satu generasi ke generasi lain. Oleh karena itu, pemeliharaan nilai-nilai adalah ‘fungsi’ penting dari masyarakat. Namun orang tidak selalu mengikuti hati nurani kolektif ini karena mereka secara alami memikirkan diri sendiri dan lebih memilih untuk menjaga kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain.

Kokohnya masyarakat dalam pandangan Durkheim terjadi karena tegaknya hukum dan berfungsinya sistem pendidikan serta terjadinya sosialisasi utama keluarga. Hukum memang lebih lemah dari dua lembaga sosialisasi yaitu pendidikan dan keluarga. Fungsi yang jauh lebih kuat adalah meresapnya ‘self-control’ bahwa kita semua belajar.

Berikut adalah beberapa tokoh-tokoh fungsionalisme klasik dan fungsionalisme modern:

a. Tokoh fungsionalis klasik

1. Dahrendorf

Dahrendorf mengemukakan bahwa teori fungsionalisme sebagai berikut:

(1) setiap masyakarat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan

stabil.

(2) mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik.

6

Page 7: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

(3) setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan sumbangan

pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem;

(4) setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus mengenai

nilai dikalangan para anggotanya.

2. Auguste Comte

Tokoh awal teori ini ialah “bapak sosialogi” Auguste Comte. Sumbangan utama

Comte bagi sosiologi adalah pembagian antara statika sosial dan dinamika sosial serta

organisme menampilkan kesalingterkaitan yang erat.

b.      Tokoh Fungsionalisme Modern

1. Talcott Parsons

Talcott Parsons merupakan tokoh sosiologi modern yang mengembangkan

analisis Fungsional dan sangat rinci menggunakannya dalam karnya-karyanya. Karya

pertamanya yang memakai analisis fungsional adalah buku The Social System (1951).

Dalam karya berikutnya Parsons secara rinci menguraikan fungsi berbagai struktur bagi

dipertahankannya sistem sosial. (Wahyu, 2006)

Fungsionalisme Struktural Parsons mengenal empat fungsi penting untuk semua

system dan terkenal dengan istilah AGIL. Fungsi-fungsi penting tersebut ialah

Adaptation, Goal Atteinment, Integration, dan Latency.

a.  Adaptation ( adaptasi), Sistem tersebut harus menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan setelah itu membuat lingkungan sesuai dengan kebutuhan.

b.   Goal Atteinment (Pencapaian tujuan), Sistem tersebut harus mendefenisikan dan

mencapai tujuannya.

c.    Integration (integrasi), Sistem tersebut harus mampu mensinergiskan antar

komponen dalam sistem tersebut dan juga ketiga fungsi yang lain (Adaptation,

Goal Atteinment, Latency)

d.   Latency( pemeliharaan pola), Sistem tersebut juga harus melengkapi, memelihara

dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang

menciptakan dan menopang motivasi.

Parson mendesain skema AGIL diatas untuk digunakan disemua tingkat dalam

sistem teoritisnya, yaitu: Organisme perilaku ialah sistem tindakan yang melaksanakan

fungsi adaptasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan

7

Page 8: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan

menetapkan tujuan system dan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai

tujuan. Sistem Sosial menjalankan fungsi integrasi dengan mengendalikan setiap

komponennya dan sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola.

2. Robert K. Merton (1968)

Sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah

mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teori-teori fungsionalisme, ia

adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih terbatas bagi perspektif ini.

Mengakui bahwa pendekatan ini (fungsional-struktural) telah membawa kemajuan bagi

pengetahuan sosiologis.

Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan

disempurnakannya, diantaranya ialah :

1. Kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan

dimana seluruh bagian dari system sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan

keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik

berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton

memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu masyarakat

adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat

terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat

disfungsional bagi kelompok yang lain.

2. Fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan

kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Terhadap postulat ini

dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga

dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat

disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan.

3. Indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap

kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting,

memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang

tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut Merton,

postulat yang kertiga ini masih kabur (dalam artian tak memiliki kejelasan), belum jelas

apakah suatu fungsi merupakan keharusan.

8

Page 9: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

Dengan kata lain, Merton memandang bahwa segala pranata sosial yang ada

dalam masyarakat itu bersifat fungsional dalam artian positif dan negatif. Sebagai

contoh: lembaga pendidikan, ini berfungsi dan sangat penting dalam masyarakat,

terutama untuk memajukan kualitas pendidikan di negeri ini. Lembaga pendidikan

memberikan pengajaran dan ilmu-lmu pengetahuan untuk para generasi muda penerus

bangsa. Dalam hal ini, lembaga pendidikan bersifat fungsional, dan menjurus pada

artian yang positif. Kemudian perampok, dan pelaku kriminalitas, pada dasarnya pelaku

kriminalitas selain merugikan masyarakat, juga mempunyai fungsi tersendiri.

Bayangkan saja jika tidak ada pelaku kriminalitas, apa yang akan dikerjakan dan

ditangani oleh para polisi? Otomatis mereka juga tidak mempunyai job untuk

menghasilkan tambahan uang. Meskipun bagi orang yang menjadi korban juga

merupakan suatu kerugian tersendiri. Bagitulah dalam kehidupan masyarakat, memang

saling berkesinambungan, mempunyai suatu akibat dan fungsi-fungsi tersendiri.

  2.2 Penerapan Teori Struktural-Fungsional dalam Pendidikan di Sekolah

Dalam buku Manajemen Pendidikan Mutu berbasis Sekolah yang dikeluarkan

oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas (1999:6-

7) diungkapkan beberapa indikator yang menjadi karesteristik dari konsep MPBS

sekaligus merefleksikan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak antara lain;

(1) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (2) sekolah memiliki misi dan target mutu

yang ingin dicapai, (3) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, (4) adanya harapan

yang tinggi dari personil sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya, termasuk

siswa) untuk berprestasi, (5) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus

sesuai tuntutan IPTEK, (6) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap

berbagai aspek akademik dan administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk

penyempurnaan dan atau perbaikan mutu, (7) adanya komunikasi dan dukungan insentif

dar orang tua siswa dan masyarakat lainnya.

Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa praktek teori struktural-fungsional

yang mengedepankan integrasi, maka tanggung jawab dan peran masing-masing pihak

harus selalu menjadi prioritas dalam rangka membangun intergrasi solid di sekolah

terutama yang erat kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan .

9

Page 10: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

Analisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) merupakan salah

satu metode yang dapat digunakan untuk membantu sekolah mengungkapkan dan

mengidentifikasi permasalahan. Pentingnya analisis SWOT dilakukan agar dapat

diketahui kekuatan dan kelemahan yang melekat dlam lingkungan internal system itu

sendiri, serta peluang dan tantangan yang dating dari lingkungan eksternal system

tersebut. Berbagai hasil studi empirik menunjukkan bahwa suatu manajemen itu akan

berhasil jika mampu mengoptimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan kekuatan dan

peluang yang dimilikinya serta mampu meminimalkan intensitas pengaruh faktor

kelemahan dan hambatan disertai upaya untuk memperbaiki atau mengatasinya

(syamsuddin, 2000:5 dalam batubara 2004).

2.3 Sosialisasi dan Pendidikan

Sosialisasi adalah proses dimana seorang individu belajar dan menginternalisasi

norma dan nilai sepanjang hidupnya dalam masyarakat mana dia berada, dan

membangun identitas sosialnya. Dalam pandangan Durkheim sekaligus menekankan

bahwa pendidikan terdiri dari beberapa metode sosialisasi kepada generasi muda.

Pendidikan menjadi sebuah alat sosialisasi kepada anak-anak dan generasi muda untuk

menjadikan mereka sebagai bagian dari kehidupan sosial. Sosialisasi dilakukan sebagai

aktivitas yang sadar dan sukarela dilakukan oleh generasi sebelumnya terhadap yang

lebih muda. Pendidikan dirumah dilakukan untuk membentuk kepribadian anak.

Dengan kata lain menurut Durkhem, hal tersebut sebagai proses konstruksi anak yang

berorientasi, dimana, agar nantinya akan bisa berguna sesuai dengan peran sosialnya

serta bisa menempati posisi sosial di masyarakat.

Durkheim memberikan tiga karakteristik pendidikan. Pertama, pendidikan

merupakan wadah untuk mendapatkan peran sosial. Hal itu karena dalam pendidikan

memungkinkan terjadinya kontak antara seorang individu dengan masyarakat. Kontak

tersebut mengakibatkan terjadinya adaptasi individu tersebut dengan lingkungan di

mana dia tinggal sehingga dapat membentuk karakter dan memainkan peran yang

berguna di masyarakat. Sosialisasi yang baik adalah mempersiapkan peran sosial

seorang individu di masyarakat.

Kedua, pendidikan sebagai sebuah metode sosialisasi orang dewasa kepada

generasi muda. Ketiga, pendidikan sebagai metafora hipnosis. Durkheim mengunakan

10

Page 11: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

metafora hipnosis untuk menekankan kekuatan tindakan pendidikan. Ada dua dimensi

dalam hipnosis yaitu dimensi pasif yang menunjuk pada kurangnya resistensi dari

subjek terhipnosis gagasan. Seorang individu mentransmisikan gagasan tersebut kepada

masyarakat. Dimensi kedua adalah ototritas yang berada di bawah kewenangan hipnosis

yang memiliki kewenangan untuk menunjukkan penolakan untuk mematuhi bahkan

tidak dibayangkan bahwa perbuatan tersebut harus dilakukan. Sesuatu yang harus

dilihat saat ia menunjukkan bahwa tidak bisa sebaliknya. Dalam pandangan Durkheim,

kedua kondisi tersebut terpenuhi dalam hubungan antara guru dan anak. Anak secara

alami dalam keadaan pasif cukup sebanding dengan yang artifisial yang ditempatkan

terhipnotis.

2.4 Peran Keluarga dalam Sosialisasi

Menurut Durkheim, keluarga memiliki peran penting dalam membentuk kondisi

sosial, psikologis, moral dan emosi seorang anak. Jika sebuah keluarga baik, maka

moral anak pun akan baik. Relasi sosial keluarga didasarkan pada hubungan pribadi

yang intim dan sederhana tidak berdasarkan keuntungan ekonomis. Hubungan sosial

sederhana ini dapat membentuk anak dalam kehidupan sosial.

Proses sosialisasi tidak terbatas pada efek praktik pendidikan, yaitu tindakan

eksplisit dan spesifik oleh orang tua untuk mendidik anak-anak mereka dengan cara

tertentu. Pemikiran dan karakter anak pun dipengaruhi oleh tindakan-tindakan kecil

yang tervjadi setiap saat baik di sekolah maupun di rumah.

Sosialisasi bisa melalui sistem mentalitas dan sistem ide yang ada di setiap

individu. Sistem ide bisa berupa sentimen dan praktik-praktik yang di ekspresikan

dalam diri kita. Pendidikan bisa melanggengkan homogenitas yang ada di antara

anggota masyarakat engan menanamkan dalam pikiran anak hubungan dasar yang

diperllukan oleh kehidupan di masyarakat. Melalui pendidikan juga, seseorang bisa

barubah dari makhluk individu (Individual beings) menjadi makhluk sosial (social

beings). Melalui pendidikan, individu belajar bagaimana untuk hidup dalam masyarakat

yang bertujuan memahami jumlahnya, aturan, norma dan spasi agar menjadi makhluk

sosial. Oleh karena itu pendidikan memiliki peran penting. Sosialisasi merupakan

sebuah mediasi utama untuk menciptakan integritas kolektif yang memberikan

implikasi pada pendidikan di masyarakat. Di dalamnya menjadi perhatian dan tanngung

11

Page 12: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

jawab utama dari keluarga, negara, dan sekolah dalam transpformasi anak-anak menjadi

masyarakat dewasa (Haecht, 2006:22 di kutip dari Hidayat, 2014).

Kekuatan moral dalam proses sosial sangatlah penting karena itu berkontribusi

pada tingkat perkembangan masyarakat. Masyarakat bergerak ke arah positif dengan

diwarnai lahirnya generasi baru. Generasi baru perlu ditanamkan sistem mentalitas dan

sistem ide sebagai suatu generasi baru. Sosialisasi merupakan proses permanen yang

memungkinkan generasi baru bisa manjadi bagian dari masyarakat, sementara itu

generasi tua memiliki peran dan tanggung jawab untuk mengajarkan kepada anak-anak

muda tentang kehidupan sosial. Dengan kata lain, akan tercipta transmisi kebudayaan di

dalam masyarakat.

Disetiap masyarakat selalu mengadopsi pendidikan untuk menyesuaikan dengan

nilai dan tujuannya. Sistem pendidikan berkontribusi untuk eksistensi sebuah

masyarakat melalui kurikulum yang diajarkan di sekolah, sehingga murid-murid akan

dipersiapkan untuk menantisipasi kondisi di masa yang akan datang. Dengan kata lain

pendidikan melalui praktik kurikulum di sekolah akan menghasilkan individu dewasa

yang ideal untuk masyarakat.

Ada dua hal penting mengenai pendidikan, yaitu, pertama, pendidikan

merupakan sebuah alat sosialisasi kepada generasi muda. Kedua, pendidikan dan

sosialisasi saling berkaitan secara permanen dan tidak bisa dipisahkan satu dengan

lainnya (Beloni, 2007 dalam Hidayat 2014).

Yang membedakan antara individu dengan hewan adalah pendidikan. Karena

hewan tidak mewariskan apa pun untuk keturunannya. Walaupun misalnya ibu burung

mengajarkan anaknya terbang dari sarangnya. Tetapi sebenarnya walaupun tidak

diajarkan, anak burung bis menemukan sendiri karena disertai dengan mekanisme

naluriah didirikan saat lahir. Lain dengan manusia dimana semua keterampilan tidak

dapat ditularkan dari satu generasi ke generasi lain dengan cara faktor keturunan,

kecuali melalui pendidikan. Pendidikan berarti bahwa keterampilan individu tidak turun

temurun, tetapi ditanamkan melalui pendidikan.

12

Page 13: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori Struktural fungsional adalah teori yang membahas tentang stratifikasi

dan peranan (fungsi) yang ada didalam masyarakat. Teori ini menjelaskan bagaimana

struktur yang ada itu berinteraksi dan berfungsi sesuai dengan peranan masing-masing

lembaga tersebut dengan mengedepankan integrasi, Sehigga jika terjadi konflik sosial

maka akan dengan mudah diselesaikan.

Pendidikan dalam teori ini bisa dikatakan bahwa setiap strukturisasi jika

berfungsi sesuai dengan stratifikasi yang diperankan maka akan membentuk lembaga-

lembaga yang paradigmatis untuk mendidik masyarakat istiqama dan menjadi panutan.

Artinya, fungionaris yang ada pada lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi serta

peranannya yang sesuai oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat.

Selain itu, sistem sosial mempunyai bagian yang saling berhubungan,

misalnya, status suami, istri, dan anak yang saling berhubungan sehingga membentuk

lembaga yang kita kenal sebagai keluarga. Pendidikan dalam lembaga keluarga sangat

kental dan jelas yang menjadikan suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab

penuh dan menjadi panutan keluarganya dengan peranannya mencari nafkah buat

keluarga.

13

Page 14: PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)

Daftar Pustaka

Hidayat, Rahmat, (2014), Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Batubara, Muhyi, (2004), Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Press

Wahyu, 2006, sosiologi pendidikan, retrieved on http://ikhsansindu.blogspot.co.id/2012/11/pendidikan-dalam-analisis-teori.html

14