SOSIOLOGI PENDIDIKAN
-
Upload
nasiercool -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
Transcript of SOSIOLOGI PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmad dan Hidayahnya.sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini penulis
dapat menyelesaikan sebuah Makalah yang di beri Judul :
- Pendidikan dan Mobilitas Sosial
- Pendidikan dan Perubahan Sosial.
Adapun makalah ini merupakan kewajiban bagi Mahasiswa secara
Kelompok untuk memenuhi tugas-tugas dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Penulis maklumi bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan ,oleh karena itu dimintakan kepada pembaca untuk
dapat memberikan masukan dan perbaikan yang konstruktif demi sempurnanya
penulisan karya ini pada tahun-tahun mendatang.
Demikianlah pengantar dari penulis semoga hasil karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita dan penulis ucapkan terima kasih.
Wasalam,Penulis
RIRI OCVIANI
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah .................................................................. 2
I.3. Tujuan .................................................................................... 2
I.4. Metode dan Prosedur.............................................................. 3
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................... 4
I. PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL......................... 4
I.1. Lapisan Masyarakat................................................................ 6
I.2. Mobilitias Sosial..................................................................... 9
I.3. Determinasi Mobilitas Sosial.................................................. 11
I.4. Peningkatan Taraf Hidup Pendidikan..................................... 11
I.5. Munculnya Lapisan Pada Masyarakat.................................... 12
I.6. Karakteristik Hubungan Masyarkat........................................ 17
II. PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL..................... 20
2.1. Lembaga Pendidikan............................................................... 20
2.2. Klasifikasi Lembaga Pendidikan............................................ 22
2.3. Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat............................... 24
2.4. Proses Perubahan Sosial Masyarakat...................................... 26
2.5. Penyebab Perubahan Sosial Masyarakat................................. 27
2.6. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan
Masyarakat.............................................................................. 29
2.7. Hubungan Pendidikan dengan Perubahan Sosial
Masyarakat............................................................................... 29
ii
BAB III. PENUTUP .................................................................................. 32
I.1. Kesimpulan ............................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah
tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik
pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau
pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman kehidupan yang akan
mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan
tuntutan yang ada di dalamnya.
Dengan demikian, makna pengetahuan dan kebudayaan sering kali
dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman terhadap
pengetahuan jika ditransformasikan. Oleh karena itu pendidikan nasional
bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat
yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan
bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan
bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam
perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD
1945 alenia 4). Melalui kegiatan pendidikans, gambaran tentang masyarakat yang
ideal itu dituangkan dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses
pembentukan dan perpindahan budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa
lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial
(agen perubahan di masyarakat) Lantas apakah lembaga pendidikan kita, baik
yang formal ataupu informal telah mampu mengantarkan peserta didiknya sebagai
1
2
agen perubahan sosial di masyarakat?. Untuk Hal ini masih perlu dipertanyakan.
Lembaga pendidikan kita sepertinya kurang berhasil dalam mengantarkan anak
didiknya sebagai agen perubahan sosial di masyarakat, terbukti dengan belum
adanya perubahan yang signufikan dan menyeluruh terhadap masalah kebudayaan
dan keilmuan masyarakat kita, dan masih maraknya komersialisasi ilmu
pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan kita, mahalnya biaya pendidikan
serta orientasi yang hanya mempersiapkan peserta didik hanya untuk memenuhi
bursa pasar kerja ketimbang memandangnya sebagai objek yang dapat dibentuk
untuk menjadi agen perubahan sosial di masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang tersebut, Kami mencoba menyampaikan
permasalahan antara lain:
1. Apa pengertian Pendidikan ?
2. Bagaimana Peningkatan Taraf Hidup Melalui Pendidikan ?
3. Apa Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat ?
1.3. Tujuan
Tujuan pembuatan Makalah ini adalah Untuk Memenuhi salah Satu Tugas
Mata kuliah Perspektif Sosiologi Pendidikan serta untuk wawasan dan ilmu kami
tentang Pengertian Pendidikan.
3
1.4. Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu
dengan mengumpulkan informasi dari buku dan browsing di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL
Pendidikan telah menjadi sektor strategis dalam sistem dan program
pembangunan suatu bangsa. Banyak negara telah menjadikan sektor pendidikan
sebagai leading sector, sektor utama atau unggulan dalam program pembangunan.
Ternyata, yang menjadikan pendidikan sebagai leading sector, telah menjadi
negara maju dan mampu menguasai pasar dunia. Jepang menjadi negara maju
(developed country) dikarenakan pendidikan menjadi perhatian utama dalam
kebijakan pembangunan pendidikan sejak 1945. Cina mejadi salah satu negara
dengan penduduk terbesar di dunia, tetapi diperhitungkan dunia karena pesatnya
pesatnya kemajuan ekonomi, perdagangan, dan teknologi, tidak terlepas pula
adanya peran pendidikan. Malaysia, mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir
Mohammad, telah memfokuskan pembangunan pendidikan dan ekonomi sejak
1970-an, yang dikenal dengan kebijakan program percepatan (affirmative action
program) atau possitive discrimination program dengan mendorong putra-putri
bangsa melayu (khususnya) untuk menuntut ilmu pengetahuan, termasuk ke
sejumlah negara maju dalam upaya mengejar ketertinggalan dalam berbagai
sektor pembangunan ketika itu, kini, malaysia telah menargetkan menjadi suatu
negara maju pada 2020.
4
5
Pengertian
Sebelum mengetahui tentang pendidikan dan mobilitas, sebaiknya terlebih dahulu
mengetahui definisi dari pendidikan sendiri itu apa. pendidikan dapat diartikan
sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan
bertanggung jawab. Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang
bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan
Iman. Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih
sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah
menjadi berbudaya dan bermoral.
Pentingnya pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat juga dapat
diamati pada lapisan elit masyarakat. Pendidikan demikian tidak dapat dihindari
telah menyebabkan kebanyakan anggota elit militer, politik, ekonomi dan elit
lainnya menguasai kecakapan-kecakapan kehidupan modern. Kesemuanya
menjadi kian penting bagi mereka dalam proses mobilitas. Oleh karena dunia
semakin kompleks dan kurang dapat dipahami oleh mereka yang tidak
berpengalaman secara teknis, maka pendidikan telah berperan dalam memberi
pengarahan baginya berperan dalamn masyarakatnya. Semakin tinggi pendidikan
formal seseorang akan 95 semakin tinggi kemungkinan status sosial dan perannya
di masyarakat.
Sebelum mengetahui apa itu mobilitas sosial, sebaiknya kita mengetahui
tentang fungsi sekolah. Ada beberapa fungsi sekolah yaitu sekolah sebagai pusat
pewaris kebudayaan, sebagai penghasil tenaga kerja, penemuan pengetahuan baru,
6
sebagai sarana mobilitas sosial, sebagai pusat pemelihara tradisi kelompok,
sebagai tempat penitipan anak, dan sebagai tempat pertemuan jodoh menurut
goslin (dalam Ardhana,1990).
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.Kata
sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah
tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok
warga dalam kelompok sosial jadi. Mobilitas sosial adalah sebuah menggerakkan
masyarakat dalam kegiatan dan mengalamai perubahan yang lebih baik. Mobilitas
sosial ada yang terjadi secara vertikal dan ada yang horisontas. Mobilitas secara
vertikal terjadi apabila seorang mengalamai kemajuan dan peningkatan dalam
taraf sosialnya. Contohnya: seorang buruh pabrik yang giat bekerja, karena ia
dipandang ulet dan rajin oleh atasannya lalu diangkat menjadi kepala bagian.
Sedangkan mobilitas sosial horisontal adalah apabila perubahan yang terjadi
secara linier. Contohnya: seorang petani yang berubah pekerjaanya menjadi buruh
pabrik.(Suyanto)
1. 1. Lapisan masyarakat
Stratifikasi berasal dari bahasa latin “stratus” yang artinya
lapisan/tingkatan. Di dalam masyarakat terdapat sejumlah lapisan dengan jumlah
yang berbedabeda. Hal itu tidak lain karena di masyarakat terjadi perbedaan
sosial. Seorang sosiolog Pitiram A.osorkin, dalam bukunya yang berjudul social
and cultural mobility mngemukakan bahwa sistem berlapis-lapis tiu merupakan
ciri yang tetap dan umum dala, setiap masyarakat yang hidup teratur. Ia menyebut
7
sistem berlapis-lapis dalam masyarakat itu dengan istilah social stratification.
Selanjutnya, dikatakan bahwa social stratification adalah penggolongan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat dan wujudnya adalah
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah. Bahkan pada zaman kuno dahulu,
filosof Aristoteles (Yunani), mengatakan di dalam Negara ada tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada diantara
keduanya.ucapan demikian sedikit banyak membuktikan bahwa pada zaman itu,
dan sebelumnyaorang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang
mempunyaikedudukan yang bertingkat- tingkat dari yang bawah sampai yang
atas. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang
banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dikalngan atas. Mereka yang sedikit
sekali atau bahkan yang tidak sesuatu yang berharga dalm pandangan masyarakat
mempunyai kedudukan yang rendah. Di antara lapisan yang atasan dan rendah itu,
ada lapisan jumlahnya dapat ditentukan sendiri olah mereka yang hendak
mempelajari system lapisan masyarakat itu. Biasanya golongan lapisan
masyarakat atas tifak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh
masyarakat, tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat komulatif. Mereka yang
memilki uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan
mungkin juga kehormatan, sedang mereka yang mempunyai kekuasaan besar
mudah menjadi kaya dan mengusahakan ilmu pengetahuan. System lapisan dalam
masyarakat tersebut, dalam sosiologi ddikenal dengansocial stratification. Kata
stratification berasal dari stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Pitirim A.
Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas yang bertingkat-tingkat (hirarkis).
8
Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya
menrut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan
dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tangggung jawab nilai-nilai
sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakt. Masyarakat yang
berstratifikasi sering dikiaskan dengan gambar sebuah limas yang berlapis-lapis.
Lapisan bawah adalh yang paling besar dan lapisan berikutnya menjadi lebih
sempit. Terdapat pendapat yang menyamakan antara lapisan dengan kelas. Namun
sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Marx berpendapat bahwa kelas
adalah suatu lapisan masyarakat yang orangnya mempunyai kedudukan dan peran
yang sama terhadap alat-alat produksi dan peredaran barang. Karena mereka
mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, menghadapi nasib dan masalah
kehidupan yang sama, dan harapan serta cita-cita yang sama pula. Berdasarkan
hubungan kriteria kelas dikaitkan dengan kriteria ekonomi, Aristoteles
membedakan kelas social menjadi tiga macam, yaitu kelas kaya, kelas menengah,
dan kelas bawah. Setiap masyarakat memeiliki sistem hirarki. Dalam hirarki ini
para anggota masyarakat ditempatkan pada posisi social tertentu, misalnya posisi
tinggi maupun rendah, posisi superior maupun inferior. Posisi-posisi tersebut
terlihat ketika mereka saling berhubungan. Kenyataan inilah yang dinamakn
stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial juga menunjukkan status social seseorang di
dalam masyarakat. Oleh karena itu, ia menunjukkan posisi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan pihak lain, sesuai dengan rangkina yang ditetapkan
masyarakat baginya. Rangking tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria sosial
yang terdiri atas nilai-nilai sosial dalam masyarakat itu sendiri. Pada suatu
masyarakat lain, kasta, nama keluarga, kesalehan dan latar belakang kehidupanlah
9
yang menjadi kriteria-kriteria sosial yang terpenting. Selain itu, ada pula
masyarakat yang mendasarkan penilaian dan penentuan status sosial pada
pendidikan dan pemilikan tanah. Jadi, kriteria sosial yang bagaimanapun
bentuknya berfungsi untuk menilai dam menempatkan orang-oarang atau grup
dalam beberapa stratum, dalam sistem hirarki masyarakat. Golongan (stand) dan
kasta.
1. 2. Mobilitas sosial
Pada dasarnya setiap warga dalam suatu masyarakat mempunyai
kesempatan untuk menaikan kelas social mereka dalam struktur sosial masyarakat
yang bersangkutan. Termasuk dalam masyarakat yang menganut sistem pelapisan
yang tertutup atau kaku. Inilah yang biasa disebut dengan mobilitas sosial.
Mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas
sosial ke kelas sosial yang lainnya (Horton & Hunt, 1999).
Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka memilki tingkat mobilitas
yang tinggi dibanding masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial yang tertutup.
Dalam dunia modern seperti sekarang ini, banyak negara mengupayakan
peningkatan mobilitas sosial dalam masyarakatnya, karena mereka yakin bahwa
hal tersebut akan membuat orang melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok
bagi diri mereka. Apabila tingkat mobilitas tinggi, meskipun latar belakang sosial
individu berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama
dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Apabila tingkat mobilitas
sosial rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan terkungkung dalam status
10
para nenek moyang mereka. (Suyanto) Menurut Pitirim A.Sorokin,mobilitas
sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran berikut.
1. Angkatan Senjata
2. Lembaga Pendidikan
3. Organisasi Politik
4. Lembaga Keagamaan
5. Organisasi Ekonomi
6. Organisasi Profesi
7. Perkawinan
8. Organisasi Keolahragaan
Faktor yang paling menghambat dalam mobilitas social adalah kebodohan
atau kurangnya pendidikan. Seperti faktor penghambat, faktor yang
mempengaruhi mobilitas sosial pun cukup banyak. Diantaranya: keinginan untuk
berubah, bosan dengan keadaan yang sudah ada, dan pendidikan. Disinilah
pendidikan memainkan peranannya untuk membentuk intelektual manusia,
sehingga kemampuan intelektual ini menjadi lokomotif mobilitas sosial,
ekonomis. Sebab, dalam kehidupan nyata, kekuatan intelektual ini tentu saja tidak
dapat dipisahkan dari kekuatan sosial. Akibat dari faktor keterpelajaran,
keterdidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan dalam masyarakat kita selalu
berada pada lingkaran persoalan konseptual berupa:
1. Perbenturan modern dan tradisional
2. Masalah Barat dan Timur,
3. Ketegangan antara kaya dan miskin, dan
11
4. Ketegangan dan upaya memperoleh ruang publik dan otonomi. (Nurdina,
dkk, 2008 : 13).
1. 3. Determinasi mobilitas sosial
Horton dan Hunt (1987) mencatat ada dua faktor yang mempengaruhi
tingkat mobilitas pada masyarakat modern, yakni :
1. Faktor struktrual ; yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa
dan harus diisi seta kemudahan untuk memperolehnya. Contoh:
ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan
dengan jumlah pelamar atau pencari kerja.
2. Faktor individu ; kualitas orang per orang, baik ditinjau dari segi tingkat
pendidikannya, penampilannya, keterampilan pribadi, dan lain-lain-
termasuk faktor kemujuran yang menentukan siapa yang akan berhasil
mencapai kedudukan itu.
1. 4. Peningkatan taraf hidup melalu pendidikan
Clark (1944) dalam bukunya yang berjudul, An Investmentin People,
menyatakan bahwa, “experiments in law-income communities show cleary that
education can beused to help people obtain a higher standard of living through
their own efforts”. Hal ini menunjukkanbahwa pendidikan dapat dipergunakan
untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang
lebihtinggi melalui usaha mereka sendiri. Penegasan ini berdasarkanhasil
penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat yang berpenghasilanrendah. Hal
ini tidak sukar untuk dipahami karenadengan bekal pengetahuan yang mantap dan
12
lebih-lebih lagisecara sengaja meteri yang berhubungan dengan masalah
ekonomimendapat tekanan lebih berat, maka out put dari pendidikanakan dapat
berusaha lebih baik dalam menghadapi segalapersoalan tentang kesejahteraannya.
(Kelompok Kerja Pengkajian dan perumusan. 1999)
1. 5. Munculnya lapisan pada masyarakat
Sebab asasi mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja
karena ada perberdaan, tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu
dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya menganggap ada sesuatu yang
dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan adanya
sistem berlpis-lapisan dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai dapat berupa
uang atau benda-benda ynag mempunyai nilai ekonomis, kekuasaan, ilmu
pengetahuan, kesholehan dalam agama, atau keturunan keluarga yang terhormat.
Dan akan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas dan
kedudukan bawah.
Proses terjadinya sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapay terjadi
dengan sendirinya, atau sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Sistem pelapisan sosial yang sengaja disusun biasanya mengacu kepada
pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar
dalam masyarakat manusia dapat hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan
wewenang yang ada harus dibagi-bagi dengan teratur dalam suatu organisasi
vertikal atau horisontal. Bila tidak, kemungkinan besar akan terjadi pertentangan
dalam masyarakat. Sifat dari sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat ada yang
13
tertutup ada yang terbuka. Yang bersifat tertutup tidak memungkinkan pindahnya
orang dan suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya ke atas atau ke
bawah. Keanggotaan dari lapisan tertutup diperoleh melalui kelahiran. Sistem
lapisan tertutup dapat dilihat pada masyarakat yang berkasta, masyarakat yang
feodal, atau masyarakat yang sistem pelapisannya bersifat terbuka, setiap anggota
mempunyai kesempatan buat berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik
lapisan, atau kalau tidak beruntung, dapat jatuh kelapisan di bawahnya. Lapisan-
lapisan sosial masyarakat atau stratifikasi social dalam masyarakat bisa terjadi,
dikarenakan tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban
serta bertanggung jawab diantara anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.
Sehingga muncul proses dimana kemunculan itu bisa dengan sendirinya dalam
proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Kemudian lapisan masyarakat yang
munculnya disengaja yang disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Dan
yang menjadi faktor utama munculnya lapisan sosial sengaja adalah kepandaian,
tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala
masyarakat. Dilihat dari prosesnya, stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat
terjadi dengan sendirinya, tetapi juga terdapat unsur-unsur kesengajaan untuk
dibuat bertingkat-tingkat. Koencoroningrat mengemukakan bahwa sesuatu yang
berharga dapat dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu:
1. Kualitas atau kepandaian.
2. Tingkat usia atau senioritas.
3. Sifat keaslian.
4. Keanggotaan kaum kerabat kepala masyarakat.
5. Pengaruh dan kekuasaan.
14
6. Pangkat dan jabatan.
7. Dan kekayaan harta benda.
Secara teorotis semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi
sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah
demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan
bagian system sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses
lapisan masyarakat, dapatlah pokok-poko sebagai berikut:
1. Sistem lapisan mungkin berpokok pada system pertentangan dalam
masyarakat. System demikian mempunyai arti yang khusus bagi
masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidika.
2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsure-unsur sebagai
berikut:
1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya
penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan laju angka kejahatan),
wewenang, dan sebagainya.
2. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise
dan penghargaan).
3. Kriteria system pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan
kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik,
wewenang atau kekuasaan.
4. Lambang-lambang kedudukan, tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.
5. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
15
6. Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki
kedudukan yang sama dalam system sosial masyarakat.
Seperti telah diuraikan ada pula system lapisan yang disengaja disusun
untuk mengejar tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian
kekuasaan dan wewenag resmi dalam organisasi formal, seperti pemerintah,
perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau perkumpulan. Kekuasaan dan
wewenang merupakan unsure-unsur khusu dalam system lapisan. Hubungan-
hubungan yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antar peranan antar
individu dalam masyarakat. Peranan di atur oleh norma-norma yang berlaku.
Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan
bersama seorang wanita harus disebelah luar. Peranan yang melekat pada diri
seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam perrgaulan kemasyarakatan. Jadi,
seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan. Selo soemarjan mengemukakan bahwa pelapisan-pelapisan sosial dalam
masyarakat itu akan selalu ada selama di dalam masyarakat tersebut terdapat
sesuatu yang dihargai dan sesuatu yang dihargai tersebut akan merupakan bibit
yang menumbuh adanya pelapisan sosial. Selo soemarjan berpendapat bahwa
sesuatu yang dihargai tersebut, dapat berupa materi (uang), kekuasaan,
pengetahuan, kesolehan dalam agama, pekerjaan, dan kecakapan. Jelfa lebo
menjelaskan bahwa dalam setiap masyarakat pasti memiliki sesuatu yang dihargai
inilah sesungguhnya merupakan bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat. Dilihat dari prosesnya stratifikasi sosial dalam
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya. Setiap anggota masyarakat
dimasukkan dalam status dari berbagai level, atas dasar faktor-faktor sosial yang
16
dituntut masyarakat. Faktor-faktor tersebut merupakan criteria yang ditetapkan
secara sosial berdasarkan nilai system sosial yang dipandang berharga oleh
masyarakat.
Beberapa kriteria umum penentuan status dalam stratifikasi sosial, yaitu
sebagai berikut:
Ø kekayaan dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam
kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif. Standar kehidupan yang diperlihatkan
serta sumber-sumber kekayaan secara kualitatif. Standar kehidupan yang
diperlihatkan serta sumber kekayaan secara social bermakna untuk menentukan
status dalam stratifikasi yang ada.
Daya guna fungsional orang-perorangan dalam hal pekerjaan, misal
sebagai eksekutif, guru, ilmuan, buruh biasa atau yang terampil sangat
menentukan dan memengaruhi status.
Keturunan menunjukkan reputasi keluarga, lamanya berdiam di suatu
tempat, latar belakang rasial atau etnis dan kebangsaan.
Agama menunjukkan tingkat kesalehan seseorang dalam menjalankan
ajaran agamanya.
Dari berbagai hal di atas apabila suatu masyarkat hendak hidup dengan
teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur
pula. Sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana lentaknya kekuasaan dan
wewenang dalam organisasi, secara vertikal dan horisontal. Sehingga perihal
dalam berbagai aspek mengenai pelapisan masyarakat itu harus mencangkup
berbagai aspek terutama yang telah tertera di atas.
17
1. 6. Karakteristik lapisan masyarakat
Sifat dan system pelapisan sosial di dalam suatu masyarakat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu ada yang bersifat tertutup, ada yang bersifat terbuka,
dan ada yang bersifat campuran. Yang bersifat tertutup membatasi kemungkunan
pindahnya seseorang dari satu lapisan kelapisan yang lain. Baik yang merupakan
gerak keatas atau bawah. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan
untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.
Sebaliknya di dalam system terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau,
bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan
bawahnya. Pada umumnya system terbuka ini memberi perangsang yang lebih
besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan
masyarakat dari ada system yang tertutup. System tertutup jelas terlihat pada
masyarakat India yang berkasta. Atau didalam masyarakat yang feodal, atau di
dalam masyarakatnya yang mana lapisannya tergantung pada perbedaan rasial.
Apabila ditelaah pada masyarakat India, system lapisan disana sangat kaku dan
menjelma dalam diri kasta-kasta. Kasta di India mempunyai cirri-ciri tertentu,
yaitu:
1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran.
2. Keanggotaan yang diwariskan itu berlaku seumur hidup, oleh karena
seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali dia dikeluarkan
dari kastanya.
3. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang
sekasta.
18
4. Hubungan antara kelompok-kelompok sosial lain sifatnya terbatas.
5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari
nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang
ketat terhadap norma-norma kasta.
6. Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
7. Prestise suatu kasta sangat diperhatikan.
Sistem kasta di India telah ada sejak abad-abad yang lalu. Istilah untuk
kasta dalam bahasa India dinamakan yati; sedangkan sistemnya disebut varna.
Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab Brahmana, dalam masyarakat India kuno
dijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke bawah. Masing-masing adalah
kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya, Sudra. Kasta Brahmana merupakan kasta para
pendeta, yang dipandang sebagai lapisan tertinggi. Ksatria merupakan kasta-kasta
bangsawan dan tentara, dipandang sebagai lapisan yang kedua. Kasta Vaicya
merupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan yang menengah
(ketiga) dan Sudra adalah kasta orang-orang biasa (jelata).
Mereka yang tak berkasta, adalah golongan Paria. Susunan kasta tersebut
sangat kompleks dan hingga kini masih dipertahankan dengan kuat, walaupun
orang-orang India sendiri kadangkala tidak mengakuinya. Sistem kasta semacam
di India, juga dijumpai di Amerika Serikat, dimana terdapat pemisahan yang
tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit berwarna terutama oranr-
orang Negro. Sistem tersebut dikenal dengan segregation yang sebenarnya tidak
berbeda jauh dengan system apartheid yang memisahkan golongan kulit putih
dengan golongan asli di Uni Afrika Selatan. Dan yang ketiga adalah system
lapisan yang campuran sehingga bisa memberikan kesempatanpada
19
seseoranguntuk melakukan perpindahan dari satu lapisan kelapisan lain, baik
gerak keatas maupun kebawah. Namun demikian itu dibirikan kepada blok-blok
tertentu. Seperti halnya untuk menjadi pejabat tertentu dipersyaratkan tentang IQ
seseorang tersebut.
Akan tetapi, apabila suatu maysrakat hendak hidup dengan teratur, maka
kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur pula. Sehingga
jelas bagi seseorang ditempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam
organisasi secara vertikal dan horizontal. Apabila kekuasaan dan wewenang tidak
dibagi secara teratur, maka kemungkinan besar akan terjadi pertentangan-
pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan-keutuhan masyarakat. Dengan
demikian mau tidak mau ada system lapisan masyarakat, karena dengan adanya
lapisan tersebut maka permasalahan dalam masyarakat dapat diselesaikan, seperti
halnya penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur
sosial dan mendorong agar masyarakat bergerak susuai dengan fungsinya. Karena
tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelas bahwa
kedudukan dan peranan yang dianggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah
kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta memerlukan kemampuan
dan latihan-latihanyang maksimal. Dengan demikian masyarakat menghadapi dua
persoalan, pertama menempatkan individu-individu tersebut dan kedua
mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya. Apabila semua kewajiban
selalu usai dengan keinginan si individu, dan sesuai pula dengan kemampuan-
kemampuannya dan seterusnya, maka persoalan tidak akan terlalu sulit untuk
dilaksanakan. Tetapi kemampuan dan latihan-latihan.
20
2. PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial
tertentu ke suatu keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu arah
dan tujuan tertentu. Pengaruh perubahan sosial hanya dapat diketahui seseorang
yang sempat mengadakan penelitian susunan dan kehidupan suatu masyarakat
pada saat tertentu, yang kemudian dibandingkan dengan keadaan pada waktu lain.
Perubahan sosial dapat berupa suatu kemajuan (progres) atau sebaliknya dapat
berupa suatu kemunduran (regres). Perubahan sosial tidak hanya membawa
pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat, tetapi juga berdampak negatif. Bagi
seorang pendidik/guru, pengetahuan tentang perubahan sosial dan pendidikan
serta berbagai dinamika perubahan sosial, diperlukan sebagai upaya antisipasi dan
responsif terhadap perubahan tersebut yang diharapkan berdampak positif dalam
proses pembelajaran.
2.1. Lembaga Pendidikan
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari
sejarah perkembanganya lembaga pendidikan yang ada di indonesia memiliki
beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang
melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana
dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja, dan
corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak
kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan
21
tujuan-tujuan tersebut. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia,
mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan
perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa
Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mensahkan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti
Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga
merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak
tahun 1998. Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang
Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi
pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan
keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik. Sebagai sistem sosial, lembaga
pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju
ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki
dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan
untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang
berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi
kebutuhan. Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi
sebagai alat:
Pengembangan pribadi
Pengembangan warga
Pengembangan Budaya
Pengembangan bangsa
22
2.2. Klasifikasi Lembaga Pendidikan
Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan
cita-cita dari pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup
dimensi lahir batin, material dan spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki
agar peserta didiknya menjadi individu yang menjalani kehidupan yang aman dan
damai. Oleh karena itu pembangunan lembaga pendidikan diharapkan dapat
memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai,
dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di
masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan
tentunya menjadi tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di indonesia dalam UU bisa kita
klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: sekolah dan luar sekolah, selanjutnya
pembagian ini lebih rincinya menjadi tiga bentuk:
1. Informal
2. Formal
3. Nonformal
Sebelum kita melngkah pada pembahasan lebih jauh, tentunya kita harus
mengetahui peran masing-masing lembaga secara umum, ketiga klasifikasi di atas
dalam pergumulanya di masyarakat memiliki peran yang berbeda-beda, lembaga
pendidikan pertama, yaitu informal atau keluarga, ranah garapanya adalah lebih
banyak di arah kan dalam pembentukan karakter atau keyakinan dan norma.
Lembaga pendidikan kedua, yaitu formal atau sekolah, peran besarnya lebih
23
banyak di arahkan pada pengembangan penalaran murid. Yang terakhir lembaga
pendidikan ketiga, yaitu masyarakat, peranya lebih banyak pada pembentukan
karakter sosial. Ketiga pembagian di atas adalah merupakan perubahan mendasar,
Dalam Sisdiknas yang lama pendidikan informal (keluarga) tersebut sebenarnya
juga telah diberlakukan, namun masih termasuk dalam jalur pendidikan luar
sekolah, dan ketentuan penyelenggaraannyapun tidak konkrit. Penjelasan dari
klasifikasi tersebut adalah:
Pendidikan informal, atau pendidikan pertama adalah kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri, hal ini adalah menjadi pendidikan primer bagi peserta dalam
dalam pembentukan karakter dan kepribadian.
Pendidikan nonformal, atau pendidikan kedua meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal
meliputi lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat (PKBM), dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu
pada standard nasional pendidikan.
Adapun pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
24
penambah, atau ingin melengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat, yang berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional Jalur formal
adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, dengan jenis pendidikan: Umum, Kejuruan,
Akademik, Profesi, Advokasi, dan Keagamaan.
Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program
pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Doktor, sedangkan untuk Perguruan
tinggi memiliki beberapa bentuk seperti: Akademi, Politeknik, Sekolah tinggi, dan
Institut atau universitas.
2.3. Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-
lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-
lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-
sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Masih
banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat disebutkan, ataupun
mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak dengan kebudayaan
25
lain yang kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan pendidikan,
ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, penduduk
yang heterogen, tolerasi terhadap perbuatan-perbuatan yang semula dianggap
menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat laun menjadi norma-norma,
bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang bersifat formal. Perubahan
itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai nilai-
nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur,
organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial,
sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya. Ada pandangan yang
menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu respons ataupun
jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsure utama :
1. Faktor alam
2. Faktor teknologi
3. Faktor kebudayaan
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua
diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam
apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali
menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan
perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam
mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesn yaitu adalah
lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada
perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan
tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu
26
bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat,
yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang
baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem
komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian
pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.
2.4. Proses Perubahan Sosial Masyarakat
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap berurutan :
a. Invensi yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan,
b. Difusi, ialah proses di mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam
Sistem sosial,
c. konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social
sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.
Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi
akibat. Karena itu perubahan social adalah akibat komunikasi sosial.
Beberapa pengamat terutama ahli Anthropologi memerinci dua tahap tambahan
dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang
terjadi telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses
terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang
memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak
memasukan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam
bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi, adalah
menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi. Yang memicu
terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga terhambat
27
kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor
pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem
masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang
berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat
yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang baru serta adat yang
berlaku. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan
cepat dan lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan
tidak direncanakan. Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak
pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu
penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya.
Dampak dari perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi
sosial, teknologi serta kultural.
2.5. Penyebab Perubahan Sosial Masyarakat
1. Dari Dalam Masyarakat
- Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk ini meliputi bukan hanya
perpindahan penduduk dari desa ke kota atau sebailiknya, tetapi juga
bertambah dan berkurangnya penduduk.
- Penemuan-penemuan baru (inovasi) Adanya penemuan teknologi
baru, misalnya teknologi plastik. Jika dulu daun jati, daun pisang dan
biting (lidi) dapat diperdagangkan secara besar-besaran maka
sekarang tidak lagi. Suatu proses sosial perubahan yang terjadi
secara besar-besaran dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama
sering disebut dengan inovasi atau innovation. Penemuan-penemuan
28
baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan
dalam pengertian-pengertian Discovery dan Invention Discovery
adalah penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat ataupun
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian
ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau
masyarakat sudah mengakui dan menerapkan penemuan baru itu.
- Pertentangan masyarakat Pertentangan dapat terjadi antara individu
dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok.
- Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi Pemberontakan dari para
mahasiswa, menurunkan rezim Suharto pada jaman orde baru.
Munculah perubahan yang sangat besar pada Negara dimana sistem
pemerintahan yang militerisme berubah menjadi demokrasi pada
jaman refiormasi. Sistem komunikasi antara birokrat dan rakyat
menjadi berubah (menunggu apa yang dikatakan pemimpin berubah
sebagai abdi masyarakat).
2. Dari Luar Masyarakat
- Peperangan
Negara yang menang dalam peperangan pasti akan menanamkan
nilai-nilai sosial dan kebudayaannya.
- Lingkungan
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang
mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke
wilayah lain. Jika wilayah baru keadaan alamnya tidak sama dengan
29
wilayah asal mereka, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan
keadaan di wilayah yang baru guna kelangsungan kehidupannya.
- Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan.
2.6. Faktor Pendorong Dan Penghambat Perubahan Masyarakat
1. Adapun faktor-faktor pendorong perubahan dalam masyarakat ialah:
Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain
Tingkat Pendidikan yang maju
Sikap terbuka dari masyarakat
Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat
2. Adapun faktor-faktor penghambat perubahan dalam masyarakat ialah:
Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
Perkembangan pendidikan yang lambat
Sikap yang kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki
Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan (pro kemapanan)
Cenderung menolak terhadap hal-hal baru.
2.7. Hubungan Pendidikan Dengan Perubahan Sosial Masyarakat
Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah
mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud
antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara
umum penularan ilmu tersebut telah di emban oleh orang-orang yang terbeban
30
terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi
kedepan, yaitu menjadikan serta mencetak generasi yang lebih baik dan beradab.
Peradaban kuno mencatat methode penyampaian ajaran lewat tembang dan
kidung, puisi ataupun juga cerita sederhana yang biasanya tentang kepahlawanan.
Perubahan sosial budaya masyarakat sebagaimana yang kita bicarakan di atas
tikan akan pernah bisa kita hindari, sehinga akan menuntut lembaga pendidikan
sebagai agen perubahan untuk menjawab segala permasalahan yang ada. Dalam
permasalahan ini lembaga pendidikan haruslah memiliki konsep dan prinsip yang
jelas, baik dari lembaga formal ataupun yang lainya, demi terwujudnya cita-cita
tersebut, kiranya maka perlulah diadakanya pembentukan kurikulum yang telah
disesuaikan. Prinsib dasar pembentukan tersebut adalah meliputi:
1) Perumusan tujuan institusional yang meliputi:
- Orientasi pada pendidikan nasional
- Kebutuhan dan perubahan masyarakat
- Kebutuhan lembaga.
2) Menetapkan isi dan struktur progam
3) Penyusunan strategi penyusunan dan pelaksanaankurikulum
4) pengembangan progam
Di harapkan nanti dengan persiapan dan orientasi yang jelas sebagaimana
di atas, diharapkan lembaga-lembaga pendidikan akan mampu mencetak kader-
kader perubahan ke arah perbaikan di masyarakat. Selanjutnya mengenai
pengembangan kurikulum ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh lembaga
pendidikan, yaitu:
31
1) Relevansi dengan dengan pendidikan lingkungan hidup masyarakat
2) Sesuai dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan akan datang
3) Efektifitas waktu pengajar dan peserta didik
4) Efisien, dengan usaha dan hasilnya sesuai
5) Kesinambungan antara jenis, progam, dan tingkat pendidikan
6) Fleksibelitas atau adanya kebebasan bertindak dalam memilih progam,
pengembangan progam, dan kurikulum pendidikan.
32
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.Kata
sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah
tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok
warga dalam kelompok sosial jadi. Mobilitas sosial adalah sebuah menggerakkan
masyarakat dalam kegiatan dan mengalamai perubahan yang lebih baik. Mobilitas
sosial ada yang terjadi secara vertikal dan ada yang horisontas. Mobilitas secara
vertikal terjadi apabila seorang mengalamai kemajuan dan peningkatan dalam
taraf sosialnya. Contohnya: seorang buruh pabrik yang giat bekerja, karena ia
dipandang ulet dan rajin oleh atasannya lalu diangkat menjadi kepala bagian.
Sedangkan mobilitas sosial horisontal adalah apabila perubahan yang terjadi
secara linier. Contohnya: seorang petani yang berubah pekerjaanya menjadi buruh
pabrik.(Suyanto)
Perubahan Sosial adalah proses di mana terjadi perubahan sturktur dan
fungsi suatu sistem sosial. Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses
sosial. Dengan proses sosial juga merupakan gejala yang melekat di masyarakat
yang dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat pada suatu
waktu dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Misalnya dibeberapa
masyarakat indonesia umumnya (pada masa lalu), suami merupakan posisi yang
sangat dominan dalam berbagai urusan dalam kehidupan keluarga, sehingga
33
34
apabila suami tidak bekerja atau tidak mempunyai penghasilan, suatu keluarga
secara ekonomi akan mengalami lumpuh. Dalam perkembangannya, pada
masyarakat modern sekarang suami tidak selalu merupakan posisi yang
menentukan jalannya kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Tanudirjo, Daud. Sejarah Perkembangan Budaya di Dunia dan di Indonesia.
Yogyakarta: Widya Utama, 1993
Gumgum Gumilar, Teori Perubahan Sosial.Yogyakarta: Unikom, 2001
Soekmono, R.tt. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Kanisius,
1988
Suyanto, Merefleksikan Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Kompas, 17
Desember 2002, hal. 5.
Basuki,J. 2009. “Kebijakan Pendidikan Tinggi:Peningkatan Mutu Pendidikan
Berdasarkan Konsep TQME”. Makalah Kuliah Umum. Program Magister
Administrasi Publik (MAP) STISIPL Candradimuka Palembang,
Tanggal 31/12/2009.
http://www.scribd.com/doc.15507472/stratifikasi-sosial-pola-asuh-anak.
http://www.bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi-sosial-dalam-
masyarakaat-27.html.
35