SOSIOLOGI PENDIDIKAN

61
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmad dan Hidayahnya.sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini penulis dapat menyelesaikan sebuah Makalah yang di beri Judul : - Pendidikan dan Mobilitas Sosial - Pendidikan dan Perubahan Sosial. Adapun makalah ini merupakan kewajiban bagi Mahasiswa secara Kelompok untuk memenuhi tugas-tugas dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Penulis maklumi bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan ,oleh karena itu dimintakan kepada pembaca untuk dapat memberikan masukan dan perbaikan yang konstruktif demi sempurnanya penulisan karya ini pada tahun-tahun mendatang. Demikianlah pengantar dari penulis semoga hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita dan penulis ucapkan terima kasih. i

Transcript of SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Page 1: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

Rahmad dan Hidayahnya.sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini penulis

dapat menyelesaikan sebuah Makalah yang di beri Judul :

- Pendidikan dan Mobilitas Sosial

- Pendidikan dan Perubahan Sosial.

Adapun makalah ini merupakan kewajiban bagi Mahasiswa secara

Kelompok untuk memenuhi tugas-tugas dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Penulis maklumi bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan ,oleh karena itu dimintakan kepada pembaca untuk

dapat memberikan masukan dan perbaikan yang konstruktif demi sempurnanya

penulisan karya ini pada tahun-tahun mendatang.

Demikianlah pengantar dari penulis semoga hasil karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi kita dan penulis ucapkan terima kasih.

Wasalam,Penulis

RIRI OCVIANI

i

Page 2: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

I.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah .................................................................. 2

I.3. Tujuan .................................................................................... 2

I.4. Metode dan Prosedur.............................................................. 3

BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................... 4

I. PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL......................... 4

I.1. Lapisan Masyarakat................................................................ 6

I.2. Mobilitias Sosial..................................................................... 9

I.3. Determinasi Mobilitas Sosial.................................................. 11

I.4. Peningkatan Taraf Hidup Pendidikan..................................... 11

I.5. Munculnya Lapisan Pada Masyarakat.................................... 12

I.6. Karakteristik Hubungan Masyarkat........................................ 17

II. PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL..................... 20

2.1. Lembaga Pendidikan............................................................... 20

2.2. Klasifikasi Lembaga Pendidikan............................................ 22

2.3. Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat............................... 24

2.4. Proses Perubahan Sosial Masyarakat...................................... 26

2.5. Penyebab Perubahan Sosial Masyarakat................................. 27

2.6. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan

Masyarakat.............................................................................. 29

2.7. Hubungan Pendidikan dengan Perubahan Sosial

Masyarakat............................................................................... 29

ii

Page 3: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB III. PENUTUP .................................................................................. 32

I.1. Kesimpulan ............................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 34

iii

Page 4: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah

tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik

pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau

pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman kehidupan yang akan

mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan

tuntutan yang ada di dalamnya.

Dengan demikian, makna pengetahuan dan kebudayaan sering kali

dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman terhadap

pengetahuan jika ditransformasikan. Oleh karena itu pendidikan nasional

bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat

yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan

bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan

bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam

perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD

1945 alenia 4). Melalui kegiatan pendidikans, gambaran tentang masyarakat yang

ideal itu dituangkan dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses

pembentukan dan perpindahan budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa

lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial

(agen perubahan di masyarakat) Lantas apakah lembaga pendidikan kita, baik

yang formal ataupu informal telah mampu mengantarkan peserta didiknya sebagai

1

Page 5: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

2

agen perubahan sosial di masyarakat?. Untuk Hal ini masih perlu dipertanyakan.

Lembaga pendidikan kita sepertinya kurang berhasil dalam mengantarkan anak

didiknya sebagai agen perubahan sosial di masyarakat, terbukti dengan belum

adanya perubahan yang signufikan dan menyeluruh terhadap masalah kebudayaan

dan keilmuan masyarakat kita, dan masih maraknya komersialisasi ilmu

pengetahuan di lembaga-lembaga pendidikan kita, mahalnya biaya pendidikan

serta orientasi yang hanya mempersiapkan peserta didik hanya untuk memenuhi

bursa pasar kerja ketimbang memandangnya sebagai objek yang dapat dibentuk

untuk menjadi agen perubahan sosial di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berawal dari latar belakang tersebut, Kami mencoba menyampaikan

permasalahan antara lain:

1. Apa pengertian Pendidikan ?

2. Bagaimana Peningkatan Taraf Hidup Melalui Pendidikan ?

3. Apa Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat ?

1.3. Tujuan

Tujuan pembuatan Makalah ini adalah Untuk Memenuhi salah Satu Tugas

Mata kuliah Perspektif Sosiologi Pendidikan serta untuk wawasan dan ilmu kami

tentang Pengertian Pendidikan.

Page 6: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

3

1.4. Metode dan Prosedur

Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu

dengan mengumpulkan informasi dari buku dan browsing di internet.

Page 7: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

Pendidikan telah menjadi sektor strategis dalam sistem dan program

pembangunan suatu bangsa. Banyak negara telah menjadikan sektor pendidikan

sebagai leading sector, sektor utama atau unggulan dalam program pembangunan.

Ternyata, yang menjadikan pendidikan sebagai leading sector, telah menjadi

negara maju dan mampu menguasai pasar dunia. Jepang menjadi negara maju

(developed country) dikarenakan pendidikan menjadi perhatian utama dalam

kebijakan pembangunan pendidikan sejak 1945. Cina mejadi salah satu negara

dengan penduduk terbesar di dunia, tetapi diperhitungkan dunia karena pesatnya

pesatnya kemajuan ekonomi, perdagangan, dan teknologi, tidak terlepas pula

adanya peran pendidikan. Malaysia, mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir

Mohammad, telah memfokuskan pembangunan pendidikan dan ekonomi sejak

1970-an, yang dikenal dengan kebijakan program percepatan (affirmative action

program) atau possitive discrimination program dengan mendorong putra-putri

bangsa melayu (khususnya) untuk menuntut ilmu pengetahuan, termasuk ke

sejumlah negara maju dalam upaya mengejar ketertinggalan dalam berbagai

sektor pembangunan ketika itu, kini, malaysia telah menargetkan menjadi suatu

negara maju pada 2020.

4

Page 8: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

5

Pengertian

Sebelum mengetahui tentang pendidikan dan mobilitas, sebaiknya terlebih dahulu

mengetahui definisi dari pendidikan sendiri itu apa. pendidikan dapat diartikan

sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke

pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan

bertanggung jawab. Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang

bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan

keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan

Iman. Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih

sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah

menjadi berbudaya dan bermoral.

Pentingnya pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat juga dapat

diamati pada lapisan elit masyarakat. Pendidikan demikian tidak dapat dihindari

telah menyebabkan kebanyakan anggota elit militer, politik, ekonomi dan elit

lainnya menguasai kecakapan-kecakapan kehidupan modern. Kesemuanya

menjadi kian penting bagi mereka dalam proses mobilitas. Oleh karena dunia

semakin kompleks dan kurang dapat dipahami oleh mereka yang tidak

berpengalaman secara teknis, maka pendidikan telah berperan dalam memberi

pengarahan baginya berperan dalamn masyarakatnya. Semakin tinggi pendidikan

formal seseorang akan 95 semakin tinggi kemungkinan status sosial dan perannya

di masyarakat.

Sebelum mengetahui apa itu mobilitas sosial, sebaiknya kita mengetahui

tentang fungsi sekolah. Ada beberapa fungsi sekolah yaitu sekolah sebagai pusat

pewaris kebudayaan, sebagai penghasil tenaga kerja, penemuan pengetahuan baru,

Page 9: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

6

sebagai sarana mobilitas sosial, sebagai pusat pemelihara tradisi kelompok,

sebagai tempat penitipan anak, dan sebagai tempat pertemuan jodoh menurut

goslin (dalam Ardhana,1990).

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah

dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.Kata

sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah

tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok

warga dalam kelompok sosial jadi. Mobilitas sosial adalah sebuah menggerakkan

masyarakat dalam kegiatan dan mengalamai perubahan yang lebih baik. Mobilitas

sosial ada yang terjadi secara vertikal dan ada yang horisontas. Mobilitas secara

vertikal terjadi apabila seorang mengalamai kemajuan dan peningkatan dalam

taraf sosialnya. Contohnya: seorang buruh pabrik yang giat bekerja, karena ia

dipandang ulet dan rajin oleh atasannya lalu diangkat menjadi kepala bagian.

Sedangkan mobilitas sosial horisontal adalah apabila perubahan yang terjadi

secara linier. Contohnya: seorang petani yang berubah pekerjaanya menjadi buruh

pabrik.(Suyanto)

1. 1. Lapisan masyarakat

Stratifikasi berasal dari bahasa latin “stratus” yang artinya

lapisan/tingkatan. Di dalam masyarakat terdapat sejumlah lapisan dengan jumlah

yang berbedabeda. Hal itu tidak lain karena di masyarakat terjadi perbedaan

sosial. Seorang sosiolog Pitiram A.osorkin, dalam bukunya yang berjudul social

and cultural mobility mngemukakan bahwa sistem berlapis-lapis tiu merupakan

ciri yang tetap dan umum dala, setiap masyarakat yang hidup teratur. Ia menyebut

Page 10: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

7

sistem berlapis-lapis dalam masyarakat itu dengan istilah social stratification.

Selanjutnya, dikatakan bahwa social stratification adalah penggolongan penduduk

atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat dan wujudnya adalah

kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah. Bahkan pada zaman kuno dahulu,

filosof Aristoteles (Yunani), mengatakan di dalam Negara ada tiga unsur, yaitu

mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada diantara

keduanya.ucapan demikian sedikit banyak membuktikan bahwa pada zaman itu,

dan sebelumnyaorang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang

mempunyaikedudukan yang bertingkat- tingkat dari yang bawah sampai yang

atas. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah yang

banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dikalngan atas. Mereka yang sedikit

sekali atau bahkan yang tidak sesuatu yang berharga dalm pandangan masyarakat

mempunyai kedudukan yang rendah. Di antara lapisan yang atasan dan rendah itu,

ada lapisan jumlahnya dapat ditentukan sendiri olah mereka yang hendak

mempelajari system lapisan masyarakat itu. Biasanya golongan lapisan

masyarakat atas tifak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh

masyarakat, tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat komulatif. Mereka yang

memilki uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan

mungkin juga kehormatan, sedang mereka yang mempunyai kekuasaan besar

mudah menjadi kaya dan mengusahakan ilmu pengetahuan. System lapisan dalam

masyarakat tersebut, dalam sosiologi ddikenal dengansocial stratification. Kata

stratification berasal dari stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Pitirim A.

Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau

masyarakat kedalam kelas yang bertingkat-tingkat (hirarkis).

Page 11: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

8

Perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya

menrut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan

dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tangggung jawab nilai-nilai

sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakt. Masyarakat yang

berstratifikasi sering dikiaskan dengan gambar sebuah limas yang berlapis-lapis.

Lapisan bawah adalh yang paling besar dan lapisan berikutnya menjadi lebih

sempit. Terdapat pendapat yang menyamakan antara lapisan dengan kelas. Namun

sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Marx berpendapat bahwa kelas

adalah suatu lapisan masyarakat yang orangnya mempunyai kedudukan dan peran

yang sama terhadap alat-alat produksi dan peredaran barang. Karena mereka

mempunyai kepentingan ekonomi yang sama, menghadapi nasib dan masalah

kehidupan yang sama, dan harapan serta cita-cita yang sama pula. Berdasarkan

hubungan kriteria kelas dikaitkan dengan kriteria ekonomi, Aristoteles

membedakan kelas social menjadi tiga macam, yaitu kelas kaya, kelas menengah,

dan kelas bawah. Setiap masyarakat memeiliki sistem hirarki. Dalam hirarki ini

para anggota masyarakat ditempatkan pada posisi social tertentu, misalnya posisi

tinggi maupun rendah, posisi superior maupun inferior. Posisi-posisi tersebut

terlihat ketika mereka saling berhubungan. Kenyataan inilah yang dinamakn

stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial juga menunjukkan status social seseorang di

dalam masyarakat. Oleh karena itu, ia menunjukkan posisi sosial seseorang dalam

hubungannya dengan pihak lain, sesuai dengan rangkina yang ditetapkan

masyarakat baginya. Rangking tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria sosial

yang terdiri atas nilai-nilai sosial dalam masyarakat itu sendiri. Pada suatu

masyarakat lain, kasta, nama keluarga, kesalehan dan latar belakang kehidupanlah

Page 12: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

9

yang menjadi kriteria-kriteria sosial yang terpenting. Selain itu, ada pula

masyarakat yang mendasarkan penilaian dan penentuan status sosial pada

pendidikan dan pemilikan tanah. Jadi, kriteria sosial yang bagaimanapun

bentuknya berfungsi untuk menilai dam menempatkan orang-oarang atau grup

dalam beberapa stratum, dalam sistem hirarki masyarakat. Golongan (stand) dan

kasta.

1. 2. Mobilitas sosial

Pada dasarnya setiap warga dalam suatu masyarakat mempunyai

kesempatan untuk menaikan kelas social mereka dalam struktur sosial masyarakat

yang bersangkutan. Termasuk dalam masyarakat yang menganut sistem pelapisan

yang tertutup atau kaku. Inilah yang biasa disebut dengan mobilitas sosial.

Mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas

sosial ke kelas sosial yang lainnya (Horton & Hunt, 1999).

Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka memilki tingkat mobilitas

yang tinggi dibanding masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial yang tertutup.

Dalam dunia modern seperti sekarang ini, banyak negara mengupayakan

peningkatan mobilitas sosial dalam masyarakatnya, karena mereka yakin bahwa

hal tersebut akan membuat orang melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok

bagi diri mereka. Apabila tingkat mobilitas tinggi, meskipun latar belakang sosial

individu berbeda, maka mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama

dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Apabila tingkat mobilitas

sosial rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan terkungkung dalam status

Page 13: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

10

para nenek moyang mereka. (Suyanto) Menurut Pitirim A.Sorokin,mobilitas

sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran berikut.

1. Angkatan Senjata

2. Lembaga Pendidikan

3. Organisasi Politik

4. Lembaga Keagamaan

5. Organisasi Ekonomi

6. Organisasi Profesi

7. Perkawinan

8. Organisasi Keolahragaan

Faktor yang paling menghambat dalam mobilitas social adalah kebodohan

atau kurangnya pendidikan. Seperti faktor penghambat, faktor yang

mempengaruhi mobilitas sosial pun cukup banyak. Diantaranya: keinginan untuk

berubah, bosan dengan keadaan yang sudah ada, dan pendidikan. Disinilah

pendidikan memainkan peranannya untuk membentuk intelektual manusia,

sehingga kemampuan intelektual ini menjadi lokomotif mobilitas sosial,

ekonomis. Sebab, dalam kehidupan nyata, kekuatan intelektual ini tentu saja tidak

dapat dipisahkan dari kekuatan sosial. Akibat dari faktor keterpelajaran,

keterdidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan dalam masyarakat kita selalu

berada pada lingkaran persoalan konseptual berupa:

1. Perbenturan modern dan tradisional

2. Masalah Barat dan Timur,

3. Ketegangan antara kaya dan miskin, dan

Page 14: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

11

4. Ketegangan dan upaya memperoleh ruang publik dan otonomi. (Nurdina,

dkk, 2008 : 13).

1. 3. Determinasi mobilitas sosial

Horton dan Hunt (1987) mencatat ada dua faktor yang mempengaruhi

tingkat mobilitas pada masyarakat modern, yakni :

1. Faktor struktrual ; yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa

dan harus diisi seta kemudahan untuk memperolehnya. Contoh:

ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan

dengan jumlah pelamar atau pencari kerja.

2. Faktor individu ; kualitas orang per orang, baik ditinjau dari segi tingkat

pendidikannya, penampilannya, keterampilan pribadi, dan lain-lain-

termasuk faktor kemujuran yang menentukan siapa yang akan berhasil

mencapai kedudukan itu.

1. 4. Peningkatan taraf hidup melalu pendidikan

Clark (1944) dalam bukunya yang berjudul, An Investmentin People,

menyatakan bahwa, “experiments in law-income communities show cleary that

education can beused to help people obtain a higher standard of living through

their own efforts”. Hal ini menunjukkanbahwa pendidikan dapat dipergunakan

untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang

lebihtinggi melalui usaha mereka sendiri. Penegasan ini berdasarkanhasil

penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat yang berpenghasilanrendah. Hal

ini tidak sukar untuk dipahami karenadengan bekal pengetahuan yang mantap dan

Page 15: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

12

lebih-lebih lagisecara sengaja meteri yang berhubungan dengan masalah

ekonomimendapat tekanan lebih berat, maka out put dari pendidikanakan dapat

berusaha lebih baik dalam menghadapi segalapersoalan tentang kesejahteraannya.

(Kelompok Kerja Pengkajian dan perumusan. 1999)

1. 5. Munculnya lapisan pada masyarakat

Sebab asasi mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja

karena ada perberdaan, tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu

dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya menganggap ada sesuatu yang

dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan adanya

sistem berlpis-lapisan dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai dapat berupa

uang atau benda-benda ynag mempunyai nilai ekonomis, kekuasaan, ilmu

pengetahuan, kesholehan dalam agama, atau keturunan keluarga yang terhormat.

Dan akan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan atas dan

kedudukan bawah.

Proses terjadinya sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapay terjadi

dengan sendirinya, atau sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.

Sistem pelapisan sosial yang sengaja disusun biasanya mengacu kepada

pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar

dalam masyarakat manusia dapat hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan

wewenang yang ada harus dibagi-bagi dengan teratur dalam suatu organisasi

vertikal atau horisontal. Bila tidak, kemungkinan besar akan terjadi pertentangan

dalam masyarakat. Sifat dari sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat ada yang

Page 16: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

13

tertutup ada yang terbuka. Yang bersifat tertutup tidak memungkinkan pindahnya

orang dan suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya ke atas atau ke

bawah. Keanggotaan dari lapisan tertutup diperoleh melalui kelahiran. Sistem

lapisan tertutup dapat dilihat pada masyarakat yang berkasta, masyarakat yang

feodal, atau masyarakat yang sistem pelapisannya bersifat terbuka, setiap anggota

mempunyai kesempatan buat berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik

lapisan, atau kalau tidak beruntung, dapat jatuh kelapisan di bawahnya. Lapisan-

lapisan sosial masyarakat atau stratifikasi social dalam masyarakat bisa terjadi,

dikarenakan tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban

serta bertanggung jawab diantara anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.

Sehingga muncul proses dimana kemunculan itu bisa dengan sendirinya dalam

proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Kemudian lapisan masyarakat yang

munculnya disengaja yang disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Dan

yang menjadi faktor utama munculnya lapisan sosial sengaja adalah kepandaian,

tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala

masyarakat. Dilihat dari prosesnya, stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat

terjadi dengan sendirinya, tetapi juga terdapat unsur-unsur kesengajaan untuk

dibuat bertingkat-tingkat. Koencoroningrat mengemukakan bahwa sesuatu yang

berharga dapat dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu:

1. Kualitas atau kepandaian.

2. Tingkat usia atau senioritas.

3. Sifat keaslian.

4. Keanggotaan kaum kerabat kepala masyarakat.

5. Pengaruh dan kekuasaan.

Page 17: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

14

6. Pangkat dan jabatan.

7. Dan kekayaan harta benda.

Secara teorotis semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi

sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah

demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan

bagian system sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses

lapisan masyarakat, dapatlah pokok-poko sebagai berikut:

1. Sistem lapisan mungkin berpokok pada system pertentangan dalam

masyarakat. System demikian mempunyai arti yang khusus bagi

masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidika.

2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsure-unsur sebagai

berikut:

1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya

penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan laju angka kejahatan),

wewenang, dan sebagainya.

2. Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise

dan penghargaan).

3. Kriteria system pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan

kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik,

wewenang atau kekuasaan.

4. Lambang-lambang kedudukan, tingkah laku hidup, cara berpakaian,

perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.

5. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.

Page 18: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

15

6. Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki

kedudukan yang sama dalam system sosial masyarakat.

Seperti telah diuraikan ada pula system lapisan yang disengaja disusun

untuk mengejar tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian

kekuasaan dan wewenag resmi dalam organisasi formal, seperti pemerintah,

perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau perkumpulan. Kekuasaan dan

wewenang merupakan unsure-unsur khusu dalam system lapisan. Hubungan-

hubungan yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan antar peranan antar

individu dalam masyarakat. Peranan di atur oleh norma-norma yang berlaku.

Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan

bersama seorang wanita harus disebelah luar. Peranan yang melekat pada diri

seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam perrgaulan kemasyarakatan. Jadi,

seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan. Selo soemarjan mengemukakan bahwa pelapisan-pelapisan sosial dalam

masyarakat itu akan selalu ada selama di dalam masyarakat tersebut terdapat

sesuatu yang dihargai dan sesuatu yang dihargai tersebut akan merupakan bibit

yang menumbuh adanya pelapisan sosial. Selo soemarjan berpendapat bahwa

sesuatu yang dihargai tersebut, dapat berupa materi (uang), kekuasaan,

pengetahuan, kesolehan dalam agama, pekerjaan, dan kecakapan. Jelfa lebo

menjelaskan bahwa dalam setiap masyarakat pasti memiliki sesuatu yang dihargai

inilah sesungguhnya merupakan bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem

berlapis-lapis dalam masyarakat. Dilihat dari prosesnya stratifikasi sosial dalam

masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya. Setiap anggota masyarakat

dimasukkan dalam status dari berbagai level, atas dasar faktor-faktor sosial yang

Page 19: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

16

dituntut masyarakat. Faktor-faktor tersebut merupakan criteria yang ditetapkan

secara sosial berdasarkan nilai system sosial yang dipandang berharga oleh

masyarakat.

Beberapa kriteria umum penentuan status dalam stratifikasi sosial, yaitu

sebagai berikut:

Ø kekayaan dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur dalam

kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif. Standar kehidupan yang diperlihatkan

serta sumber-sumber kekayaan secara kualitatif. Standar kehidupan yang

diperlihatkan serta sumber kekayaan secara social bermakna untuk menentukan

status dalam stratifikasi yang ada.

Daya guna fungsional orang-perorangan dalam hal pekerjaan, misal

sebagai eksekutif, guru, ilmuan, buruh biasa atau yang terampil sangat

menentukan dan memengaruhi status.

Keturunan menunjukkan reputasi keluarga, lamanya berdiam di suatu

tempat, latar belakang rasial atau etnis dan kebangsaan.

Agama menunjukkan tingkat kesalehan seseorang dalam menjalankan

ajaran agamanya.

Dari berbagai hal di atas apabila suatu masyarkat hendak hidup dengan

teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur

pula. Sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana lentaknya kekuasaan dan

wewenang dalam organisasi, secara vertikal dan horisontal. Sehingga perihal

dalam berbagai aspek mengenai pelapisan masyarakat itu harus mencangkup

berbagai aspek terutama yang telah tertera di atas.

Page 20: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

17

1. 6. Karakteristik lapisan masyarakat

Sifat dan system pelapisan sosial di dalam suatu masyarakat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu ada yang bersifat tertutup, ada yang bersifat terbuka,

dan ada yang bersifat campuran. Yang bersifat tertutup membatasi kemungkunan

pindahnya seseorang dari satu lapisan kelapisan yang lain. Baik yang merupakan

gerak keatas atau bawah. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan

untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.

Sebaliknya di dalam system terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai

kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau,

bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan

bawahnya. Pada umumnya system terbuka ini memberi perangsang yang lebih

besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan

masyarakat dari ada system yang tertutup. System tertutup jelas terlihat pada

masyarakat India yang berkasta. Atau didalam masyarakat yang feodal, atau di

dalam masyarakatnya yang mana lapisannya tergantung pada perbedaan rasial.

Apabila ditelaah pada masyarakat India, system lapisan disana sangat kaku dan

menjelma dalam diri kasta-kasta. Kasta di India mempunyai cirri-ciri tertentu,

yaitu:

1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran.

2. Keanggotaan yang diwariskan itu berlaku seumur hidup, oleh karena

seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali dia dikeluarkan

dari kastanya.

3. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang

sekasta.

Page 21: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

18

4. Hubungan antara kelompok-kelompok sosial lain sifatnya terbatas.

5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari

nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang

ketat terhadap norma-norma kasta.

6. Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.

7. Prestise suatu kasta sangat diperhatikan.

Sistem kasta di India telah ada sejak abad-abad yang lalu. Istilah untuk

kasta dalam bahasa India dinamakan yati; sedangkan sistemnya disebut varna.

Menurut kitab Rig-Veda dan kitab-kitab Brahmana, dalam masyarakat India kuno

dijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke bawah. Masing-masing adalah

kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya, Sudra. Kasta Brahmana merupakan kasta para

pendeta, yang dipandang sebagai lapisan tertinggi. Ksatria merupakan kasta-kasta

bangsawan dan tentara, dipandang sebagai lapisan yang kedua. Kasta Vaicya

merupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan yang menengah

(ketiga) dan Sudra adalah kasta orang-orang biasa (jelata).

Mereka yang tak berkasta, adalah golongan Paria. Susunan kasta tersebut

sangat kompleks dan hingga kini masih dipertahankan dengan kuat, walaupun

orang-orang India sendiri kadangkala tidak mengakuinya. Sistem kasta semacam

di India, juga dijumpai di Amerika Serikat, dimana terdapat pemisahan yang

tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit berwarna terutama oranr-

orang Negro. Sistem tersebut dikenal dengan segregation yang sebenarnya tidak

berbeda jauh dengan system apartheid yang memisahkan golongan kulit putih

dengan golongan asli di Uni Afrika Selatan. Dan yang ketiga adalah system

lapisan yang campuran sehingga bisa memberikan kesempatanpada

Page 22: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

19

seseoranguntuk melakukan perpindahan dari satu lapisan kelapisan lain, baik

gerak keatas maupun kebawah. Namun demikian itu dibirikan kepada blok-blok

tertentu. Seperti halnya untuk menjadi pejabat tertentu dipersyaratkan tentang IQ

seseorang tersebut.

Akan tetapi, apabila suatu maysrakat hendak hidup dengan teratur, maka

kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi dengan teratur pula. Sehingga

jelas bagi seseorang ditempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam

organisasi secara vertikal dan horizontal. Apabila kekuasaan dan wewenang tidak

dibagi secara teratur, maka kemungkinan besar akan terjadi pertentangan-

pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan-keutuhan masyarakat. Dengan

demikian mau tidak mau ada system lapisan masyarakat, karena dengan adanya

lapisan tersebut maka permasalahan dalam masyarakat dapat diselesaikan, seperti

halnya penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur

sosial dan mendorong agar masyarakat bergerak susuai dengan fungsinya. Karena

tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing masyarakat. Jelas bahwa

kedudukan dan peranan yang dianggap tertinggi oleh setiap masyarakat adalah

kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta memerlukan kemampuan

dan latihan-latihanyang maksimal. Dengan demikian masyarakat menghadapi dua

persoalan, pertama menempatkan individu-individu tersebut dan kedua

mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya. Apabila semua kewajiban

selalu usai dengan keinginan si individu, dan sesuai pula dengan kemampuan-

kemampuannya dan seterusnya, maka persoalan tidak akan terlalu sulit untuk

dilaksanakan. Tetapi kemampuan dan latihan-latihan.

Page 23: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

20

2. PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial

tertentu ke suatu keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu arah

dan tujuan tertentu. Pengaruh perubahan sosial hanya dapat diketahui seseorang

yang sempat mengadakan penelitian susunan dan kehidupan suatu masyarakat

pada saat tertentu, yang kemudian dibandingkan dengan keadaan pada waktu lain.

Perubahan sosial dapat berupa suatu kemajuan (progres) atau sebaliknya dapat

berupa suatu kemunduran (regres). Perubahan sosial tidak hanya membawa

pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat, tetapi juga berdampak negatif. Bagi

seorang pendidik/guru, pengetahuan tentang perubahan sosial dan pendidikan

serta berbagai dinamika perubahan sosial, diperlukan sebagai upaya antisipasi dan

responsif terhadap perubahan tersebut yang diharapkan berdampak positif dalam

proses pembelajaran.

2.1. Lembaga Pendidikan

Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari

sejarah perkembanganya lembaga pendidikan yang ada di indonesia memiliki

beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang

melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana

dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja, dan

corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak

kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan

Page 24: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

21

tujuan-tujuan tersebut. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia,

mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan

perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa

Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mensahkan

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti

Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas

Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga

merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak

tahun 1998. Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang

Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi

pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan

keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik. Sebagai sistem sosial, lembaga

pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju

ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki

dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan

untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang

berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi

kebutuhan. Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi

sebagai alat:

Pengembangan pribadi

Pengembangan warga

Pengembangan Budaya

Pengembangan bangsa

Page 25: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

22

2.2. Klasifikasi Lembaga Pendidikan

Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan

cita-cita dari pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup

dimensi lahir batin, material dan spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki

agar peserta didiknya menjadi individu yang menjalani kehidupan yang aman dan

damai. Oleh karena itu pembangunan lembaga pendidikan diharapkan dapat

memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai,

dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di

masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan

tentunya menjadi tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun

lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di indonesia dalam UU bisa kita

klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu: sekolah dan luar sekolah, selanjutnya

pembagian ini lebih rincinya menjadi tiga bentuk:

1. Informal

2. Formal

3. Nonformal

Sebelum kita melngkah pada pembahasan lebih jauh, tentunya kita harus

mengetahui peran masing-masing lembaga secara umum, ketiga klasifikasi di atas

dalam pergumulanya di masyarakat memiliki peran yang berbeda-beda, lembaga

pendidikan pertama, yaitu informal atau keluarga, ranah garapanya adalah lebih

banyak di arah kan dalam pembentukan karakter atau keyakinan dan norma.

Lembaga pendidikan kedua, yaitu formal atau sekolah, peran besarnya lebih

Page 26: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

23

banyak di arahkan pada pengembangan penalaran murid. Yang terakhir lembaga

pendidikan ketiga, yaitu masyarakat, peranya lebih banyak pada pembentukan

karakter sosial. Ketiga pembagian di atas adalah merupakan perubahan mendasar,

Dalam Sisdiknas yang lama pendidikan informal (keluarga) tersebut sebenarnya

juga telah diberlakukan, namun masih termasuk dalam jalur pendidikan luar

sekolah, dan ketentuan penyelenggaraannyapun tidak konkrit. Penjelasan dari

klasifikasi tersebut adalah:

Pendidikan informal, atau pendidikan pertama adalah kegiatan pendidikan

yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar

secara mandiri, hal ini adalah menjadi pendidikan primer bagi peserta dalam

dalam pembentukan karakter dan kepribadian.

Pendidikan nonformal, atau pendidikan kedua meliputi pendidikan

kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan

pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal

meliputi lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan

belajar masyarakat (PKBM), dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang

sejenis. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga

yang ditunjuk oleh pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu

pada standard nasional pendidikan.

Adapun pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat

yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

Page 27: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

24

penambah, atau ingin melengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat, yang berfungsi mengembangkan potensi peserta

didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional Jalur formal

adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi, dengan jenis pendidikan: Umum, Kejuruan,

Akademik, Profesi, Advokasi, dan Keagamaan.

Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program

pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Doktor, sedangkan untuk Perguruan

tinggi memiliki beberapa bentuk seperti: Akademi, Politeknik, Sekolah tinggi, dan

Institut atau universitas.

2.3. Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat

Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-

lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-

lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem

sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikap-

sikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Masih

banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat disebutkan, ataupun

mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak dengan kebudayaan

Page 28: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

25

lain yang kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan pendidikan,

ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, penduduk

yang heterogen, tolerasi terhadap perbuatan-perbuatan yang semula dianggap

menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat laun menjadi norma-norma,

bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang bersifat formal. Perubahan

itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi, mengenai nilai-

nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan, strukturstruktur,

organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasi-relasi sosial,

sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan wewenang,

interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya. Ada pandangan yang

menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu respons ataupun

jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsure utama :

1. Faktor alam

2. Faktor teknologi

3. Faktor kebudayaan

Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua

diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam

apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali

menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan

perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam

mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesn yaitu adalah

lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada

perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan

tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu

Page 29: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

26

bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat,

yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang

baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem

komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian

pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.

2.4. Proses Perubahan Sosial Masyarakat

Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap berurutan :

a. Invensi yaitu proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan,

b. Difusi, ialah proses di mans ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam

Sistem sosial,

c. konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social

sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.

Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi

akibat. Karena itu perubahan social adalah akibat komunikasi sosial.

Beberapa pengamat terutama ahli Anthropologi memerinci dua tahap tambahan

dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang

terjadi telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses

terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang

memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak

memasukan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu dalam

bentuk yang siap pakai. Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi, adalah

menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi. Yang memicu

terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga terhambat

Page 30: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

27

kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya. Faktor

pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain, sistem

masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat yang

berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem masyarakat

yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang baru serta adat yang

berlaku. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan

cepat dan lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan

tidak direncanakan. Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak

pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut. Bahkan suatu

penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya.

Dampak dari perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi

sosial, teknologi serta kultural.

2.5. Penyebab Perubahan Sosial Masyarakat

1. Dari Dalam Masyarakat

- Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk ini meliputi bukan hanya

perpindahan penduduk dari desa ke kota atau sebailiknya, tetapi juga

bertambah dan berkurangnya penduduk.

- Penemuan-penemuan baru (inovasi) Adanya penemuan teknologi

baru, misalnya teknologi plastik. Jika dulu daun jati, daun pisang dan

biting (lidi) dapat diperdagangkan secara besar-besaran maka

sekarang tidak lagi. Suatu proses sosial perubahan yang terjadi

secara besar-besaran dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama

sering disebut dengan inovasi atau innovation. Penemuan-penemuan

Page 31: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

28

baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan

dalam pengertian-pengertian Discovery dan Invention Discovery

adalah penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat ataupun

gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian

ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau

masyarakat sudah mengakui dan menerapkan penemuan baru itu.

- Pertentangan masyarakat Pertentangan dapat terjadi antara individu

dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok.

- Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi Pemberontakan dari para

mahasiswa, menurunkan rezim Suharto pada jaman orde baru.

Munculah perubahan yang sangat besar pada Negara dimana sistem

pemerintahan yang militerisme berubah menjadi demokrasi pada

jaman refiormasi. Sistem komunikasi antara birokrat dan rakyat

menjadi berubah (menunggu apa yang dikatakan pemimpin berubah

sebagai abdi masyarakat).

2. Dari Luar Masyarakat

- Peperangan

Negara yang menang dalam peperangan pasti akan menanamkan

nilai-nilai sosial dan kebudayaannya.

- Lingkungan

Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang

mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke

wilayah lain. Jika wilayah baru keadaan alamnya tidak sama dengan

Page 32: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

29

wilayah asal mereka, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan

keadaan di wilayah yang baru guna kelangsungan kehidupannya.

- Kebudayaan Lain

Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di

Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan.

2.6. Faktor Pendorong Dan Penghambat Perubahan Masyarakat

1. Adapun faktor-faktor pendorong perubahan dalam masyarakat ialah:

Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain

Tingkat Pendidikan yang maju

Sikap terbuka dari masyarakat

Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat

2. Adapun faktor-faktor penghambat perubahan dalam masyarakat ialah:

Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar

Perkembangan pendidikan yang lambat

Sikap yang kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki

Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan (pro kemapanan)

Cenderung menolak terhadap hal-hal baru.

2.7. Hubungan Pendidikan Dengan Perubahan Sosial Masyarakat

Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah

mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud

antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara

umum penularan ilmu tersebut telah di emban oleh orang-orang yang terbeban

Page 33: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

30

terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi

kedepan, yaitu menjadikan serta mencetak generasi yang lebih baik dan beradab.

Peradaban kuno mencatat methode penyampaian ajaran lewat tembang dan

kidung, puisi ataupun juga cerita sederhana yang biasanya tentang kepahlawanan.

Perubahan sosial budaya masyarakat sebagaimana yang kita bicarakan di atas

tikan akan pernah bisa kita hindari, sehinga akan menuntut lembaga pendidikan

sebagai agen perubahan untuk menjawab segala permasalahan yang ada. Dalam

permasalahan ini lembaga pendidikan haruslah memiliki konsep dan prinsip yang

jelas, baik dari lembaga formal ataupun yang lainya, demi terwujudnya cita-cita

tersebut, kiranya maka perlulah diadakanya pembentukan kurikulum yang telah

disesuaikan. Prinsib dasar pembentukan tersebut adalah meliputi:

1) Perumusan tujuan institusional yang meliputi:

- Orientasi pada pendidikan nasional

- Kebutuhan dan perubahan masyarakat

- Kebutuhan lembaga.

2) Menetapkan isi dan struktur progam

3) Penyusunan strategi penyusunan dan pelaksanaankurikulum

4) pengembangan progam

Di harapkan nanti dengan persiapan dan orientasi yang jelas sebagaimana

di atas, diharapkan lembaga-lembaga pendidikan akan mampu mencetak kader-

kader perubahan ke arah perbaikan di masyarakat. Selanjutnya mengenai

pengembangan kurikulum ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh lembaga

pendidikan, yaitu:

Page 34: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

31

1) Relevansi dengan dengan pendidikan lingkungan hidup masyarakat

2) Sesuai dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan akan datang

3) Efektifitas waktu pengajar dan peserta didik

4) Efisien, dengan usaha dan hasilnya sesuai

5) Kesinambungan antara jenis, progam, dan tingkat pendidikan

6) Fleksibelitas atau adanya kebebasan bertindak dalam memilih progam,

pengembangan progam, dan kurikulum pendidikan.

Page 35: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

32

Page 36: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah

dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.Kata

sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah

tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok

warga dalam kelompok sosial jadi. Mobilitas sosial adalah sebuah menggerakkan

masyarakat dalam kegiatan dan mengalamai perubahan yang lebih baik. Mobilitas

sosial ada yang terjadi secara vertikal dan ada yang horisontas. Mobilitas secara

vertikal terjadi apabila seorang mengalamai kemajuan dan peningkatan dalam

taraf sosialnya. Contohnya: seorang buruh pabrik yang giat bekerja, karena ia

dipandang ulet dan rajin oleh atasannya lalu diangkat menjadi kepala bagian.

Sedangkan mobilitas sosial horisontal adalah apabila perubahan yang terjadi

secara linier. Contohnya: seorang petani yang berubah pekerjaanya menjadi buruh

pabrik.(Suyanto)

Perubahan Sosial adalah proses di mana terjadi perubahan sturktur dan

fungsi suatu sistem sosial. Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses

sosial. Dengan proses sosial juga merupakan gejala yang melekat di masyarakat

yang dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat pada suatu

waktu dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Misalnya dibeberapa

masyarakat indonesia umumnya (pada masa lalu), suami merupakan posisi yang

sangat dominan dalam berbagai urusan dalam kehidupan keluarga, sehingga

33

Page 37: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

34

apabila suami tidak bekerja atau tidak mempunyai penghasilan, suatu keluarga

secara ekonomi akan mengalami lumpuh. Dalam perkembangannya, pada

masyarakat modern sekarang suami tidak selalu merupakan posisi yang

menentukan jalannya kehidupan masyarakat.

Page 38: SOSIOLOGI PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Aris Tanudirjo, Daud. Sejarah Perkembangan Budaya di Dunia dan di Indonesia.

Yogyakarta: Widya Utama, 1993

Gumgum Gumilar, Teori Perubahan Sosial.Yogyakarta: Unikom, 2001

Soekmono, R.tt. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Kanisius,

1988

Suyanto, Merefleksikan Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Kompas, 17

Desember 2002, hal. 5.

Basuki,J. 2009. “Kebijakan Pendidikan Tinggi:Peningkatan Mutu Pendidikan

Berdasarkan Konsep TQME”. Makalah Kuliah Umum. Program Magister

Administrasi Publik (MAP) STISIPL Candradimuka Palembang,

Tanggal 31/12/2009.

http://www.scribd.com/doc.15507472/stratifikasi-sosial-pola-asuh-anak.

http://www.bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi-sosial-dalam-

masyarakaat-27.html.

35