SOSIOLOGI PENDIDIKAN
-
Upload
iwan-priambodo -
Category
Documents
-
view
138 -
download
3
description
Transcript of SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ARTIKEL SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang orientasi sosiologi pendidikan, teori-
teori sosiologi pendidikan, Lesson study sebagai model pembinaan guru
profesional, PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sebagai Upaya Guru
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, dan metode research
kualitatif sosiologi pendidikan.
Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa: 1) Orientasi dalam
sosiologi pendidikan meliputi: a) Hubungan sistem pendidikan dengan
aspek-aspek lain dalam masyarakat; b) Hubungan antarmanusia di
dalam sekolah; c) Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian
semua pihak di sekolah/ lembaga pendidikan; dan d) Lembaga
pendidikan dalam masyarakat; 2) Teori-teori dalam sosiologi
pendidikan meliputi: teori fungsionalis,teori konflik, dan teori interaksi
dan interpretatif; 3) Lesson study dapat digunakan sebagai model
pembinaan guru profesional. Kapasitas yang dapat dikembangkan
dalam lesson study mencakup tiga sumber kapasitas. Kapasitas tersebut
menurut Lewis et al (2003: 2) meliputi: a) kapasitas pengetahuan
mengajar (knowledge for teaching); b) pengetahuan tentang lesson study
(knowledge of lesson study); dan c) motivasi atau efikasi (motivation/
efficacy); 4) PTK merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan,
sedangkan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, PTK menjadi salah satu
upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa; dan 5) Penelitian dalam bidang sosiologi pendidikan yang
dilakukan harus merujuk pada tujuan dari sosiologi pendidikan. Ketiga
paradigma tersebut meliputi: (1) paradigma fakta sosial, (2) paradigma
definisi sosial, dan (3) paradigma perilaku sosial harus berkaitan dengan
tujuan dari sosiologi pendidikan itu sendiri.
A. Pendahuluan
Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi
umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-
kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari
sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural
secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat
1
1
kota, sosiologi agama, sosiolog hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya.
Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.
Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus
yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur
mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan,
struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat.
Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan
kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan (Gunawan,
2006).
Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi
pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan
sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith
desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is
the spcial relationships in which or through which the individual gains and
organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-
lembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah apa yang yang
dinamakan social itu individu memproleh dan mengorganisir pengalamannya-
pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek atau prinsip-prinsip
sosiologisnya.
Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sociology is the
sciense aims to reveld the connetion at all points between the educative
process and the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
2
mempelajari menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara
semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Francis Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan
memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan
cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedangkan
Karsidi mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik.
Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak,
baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus
diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap
perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam
keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia
yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan
cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya
(Karsidi, 2007: 6).
B. Orientasi Sosiologi Pendidikan
Kajian sosiologi pendidikan menekankan pada implikasi dan akibat
sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari
sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik, dan ekonomisnya bagi
masyarakat (Karsidi, 2007: 1). Lebih lanjut, Karsidi mengemukakan bahwa
apabila psikologi pendidikan memandang gejala-gejala pendidikan dari
3
konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan
memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.
Objek penelitian sosilogi pendidikan adalah tingkah laku sosial, yaitu
tingkah laku manusia dan institusi sosial yang terkait dengan pendidikan
(Ballantine, 2001: 2). Sebagaimana dalam terminologi sosiologi, sosiologi
pendidikan berbicara mengenai pandangan tentang kelas, sekolah, keluarga,
masyarakat desa, kelompok-kelompok masyarakat, dan lain sebagainya yang
masing-masing terangkum dalam wilayah suatu sistem sosial (Karsidi, 2007:
3).
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain
meliputi pokok-pokok berikut ini:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
Aspek ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial;
b. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan
sistem kekuasaan;
c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan;
d. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural
atau usaha mempertahankan status quo; dan Fungsi sistem pendidikan
formal berkaitan dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya
2. Hubungan antarmanusia di dalam sekolah
Hubungan antarmanusia di dalam sekolah meliputi hubungan-hubungan
sebagai berikut:
4
a. Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan
kebudayaan di luar sekolah; dan
b. Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain
meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dam pola
kepemimpinan informal sebagaimana terdapat dalam clique serta
kelompok-kelompok murid lainnya
3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di
sekolah/ lembaga pendidikan
Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di
sekolah/ lembaga pendidikan meliputi sebagai berikut:
a. Peranan sosial guru-guru/ tenaga pendidikan;
b. Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan;
c. Pengaruh kepribadian guru/ tenaga kependidikan terhadap kelakuan
anak/ peserta didik; dan
d. Fungsi sekolah/ lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/ peserta
didik.
4. Lembaga Pendidikan dalam Masyarakat
Lembaga Pendidikan dalam Masyarakat meliputi:
a. Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/ lembaga pendidikan;
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem sosial
dalam masyarakat luar sekolah;
c. Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan;
dan
5
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan
dengan organisasi sekolah
C. Teori-teori Sosiologi Pendidikan
Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam sosiologi
pendidikan. Pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1) teori
fungsionalis; 2) teori konflik; dan 3) teori interaksi dan interpretatif
(Ballantine, 2001: 6). Dua pendekatan yang pertama berfokus pada
pandangan-pandangan yang berbeda mengenai bagaimana cara masyarakat
bekerja. Sedangkan pandangan yang ketiga berkaitan dengan interaksi-
interaksi dalam situasi-situasi sosial, Ketiga pendekatan tersebut juga berfokus
pada tingkat analisis yang berbeda. Pendekatan fungsional dan konflik
cenderung berkaitan dengan pandangan analisis tentang hubungan-hubungan
sosial dan kultur sekolah tingkat makro; sedangkan pendekatan interaksi lebih
berfokus pada interaksi skala mikro antara individu dengan kelompok-
kelompok kecil (Ballantine, 2001: 7).
1. Teori Fungsionalis
Teori ini juga sering disebut sebagai teori fungsionalisme struktural,
konsensus, atau ekuilibrium. Pendekatan ini diawali dengan adanya asumsi
bahwa masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat,
seperti pendidikan, terbentuk dari bagian-bagian yang saling tergantung
dan saling bekerja sama satu sama lain, yang masing-masing saling
berkontribusi memberikan aktivitas yang diperlukan bagi berfungsinya
masyarakat secara keseluruhan (Ballantine, 2001: 7).
6
2. Teori Konflik
Teori konflik berangkat dari asumsi awal tentang adanya suatu
ketegangan di dalam masyarakat dan bagian-bagiannya yang tercipta
karena adanya kepentingan yang saling bertentangan dari individu dan
kelompok. Teori ini dilandasi dari tulisan Karl Marx dan Max Weber
tentang teori konflik.
3. Teori Interaksi dan Interpretatif
Teori interaksi dan interpretatif berfokus pada interaksi individu
dengan yang lain. Individu saling berbagi suatu kebudayaan dan mau
menginterpretasikan dan menentukan beberapa situasi sosial dengan cara
yang sama karena adanya sosialisasi, pengalaman, dan ekspektasi yang
sama. Teori ini berakar dari karya Mead dan Cooley tentang
perkembangan diri melalui interaksi sosial baik di dalam sekolah maupun
situasi lainnya.
D. Lesson Study sebagai Model Pembinaan Guru Profesional
Pengertian lesson study menurut Ibrahim, dosen Fakultas MIPA dari
Universitas Negeri Malang, didefinisikan sebagai berikut. ”Lesson study
adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning
untuk membangun learning community” (Suparlan, 2009: 1).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka lesson study merupakan
kegiatan kajian terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru. Jadi, lesson study bukan metode mengajar, walaupun dalam kegiatan
7
kajian pembelajaran tersebut, para guru pasti akan membicarakan metode
mengajar, media, dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran tersebut. Kegiatan kajian pembelajaran tersebut dilakukan oleh
sesama guru dalam kegiatan kelompok kerja guru di suatu sekolah atau pun
suatu tempat.
Pengertian lain tentang lesson study dikemukakan oleh Hiebert, dkk.
Menurut Hiebert et al (2002) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan lesson
study adalah ”a teaching improvement and knowledge building process that
requires teachers to work in a small teams to plan, teach, observe, analyze,
and refine individual class lessons.”
Langkah-langkah yang dilakukan dalam lesson study mencakup tujuh
langkah. Ketujuh langkah tersebut menurut Cerbin dan Knopp (2006: 251)
meliputi: 1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Formulating Learning
Goals); 2) Merancang Penelitian Pelajaran (Designing the Research Lesson);
3) Merancang Penelitian (Designing the Study); 4) Pengajaran dan
Pengamatan Penelitian Pembelajaran (Teaching and Observing the Research
Lesson); 5) Menganalisis Bukti (Analyzing the Evidence); 6) Mengulang
Proses yang dilakukan (Repeating the Process); dan 7) Mendokumentasikan
Lesson Study (Documenting the Lesson Study).
Kapasitas yang dapat dikembangkan dalam lesson study mencakup tiga
sumber kapasitas. Kapasitas tersebut menurut Lewis et al (2003: 2) meliputi:
a) kapasitas pengetahuan mengajar (knowledge for teaching); b) pengetahuan
8
tentang lesson study (knowledge of lesson study); dan c) motivasi atau efikasi
(motivation/ efficacy).
Berdasarkan pendapat Lewis tersebut di atas, maka keterkaitan antara
lesson study dengan pembinaan profesionalisme guru adalah berupa manfaat
yang dapat diperoleh dari lesson study bagi guru. Manfaat tersebut antara lain
meliputi:
Pertama, para guru akan lebih terbuka dengan dunia luar. Ruang
kelasnya tidak dikunci sendiri untuk tidak boleh menerima guru lain untuk
melihat apa saja yang dilakukan guru itu setiap hari kerja dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakannya. Guru itu, juga perlu melihat apa yang
dilakukan koleganya dalam proses pembelajaran.
Kedua, para guru akan saling belajar dan saling bekerjasama dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajarannya melalui peningkatan
pemahaman bukan hanya tentang materi, tetapi juga metode, media dan alat
bantu pembelajaran, tetapi juga teknik penilaian yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, fokus kegiatan lesson study adalah kajian
pembelajaran sehingga dapat menemukan praktik terbaik (best practices),
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diamati dalam beberapa tahapan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Ketiga, dengan praktik terbaik tersbut, para guru akan dilatih untuk
dapat mencoba untuk menghasilkan inovasi baru dalam pembelajaran, melalui
usulan tentang saran perbaikan yang diberikan oleh koleganya, juga melalui
kreativitas-kreativitas yang kemudian muncul dalam praktik pembelajaran.
9
Keempat, hasil akhir yang diharapkan dapat diperoleh melalui lesson
study ini adalah proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang
dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (student
achievement).
E. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sebagai Upaya Guru untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
PTK atau action research mulai berkembang sejak perang dunia ke
dua, saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju
seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Para ahli penelitian
pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK.
Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang
berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa
action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by
participants in a social (including education) situation in order to improve the
rationality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their
understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are
carried out.
Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-
tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana
praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
10
Berdasarkan pemaparan di atas, PTK merupakan salah satu upaya yang
dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan, sedangkan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa. PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-
tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana
praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
Dikaitkan dengan prestasi belajar siswa, PTK menjadi salah satu upaya
yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dikarenakan guru sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan harus
senantiasa didorong untuk mampu mengembangkan dirinya sendiri untuk
mencapai tingkat kualitas tertentu, mempertahankan dan memelihara kualitas
itu dalam bentuk penjaminan kualitas, untuk senantiasa melakukan upaya
peningkatan kualitas kerjanya secara berkelanjutan.
F. Metode Research Kualitatif Sosiologi Pendidikan
Dalam kajian-kajian sosial termasuk juga kajian pendidikan, menurut
Ritzer sebagaimana dikutip oleh Subadi (2010: 1) terdapat tiga paradigma,
yaitu; (1) paradigma fakta sosial, (2) paradigma definisi sosial, dan (3)
paradigma perilaku sosial. Hal ini tentu saja berimplikasi lebih lanjut terhadap
penelitian yang dilakukan untuk mengkaji tentang permasalahan sosial yang
berkaitan dengan bidang pendidikan.
11
Lebih lanjut Subadi (2010: 1) menjelaskan bahwa peneliti yang bekerja
dalam paradigma fakta sosial memusatkan perhatiannya kepada struktur
makro (mocrokospik) masyarakat, teori yang digunakan dalam kajian
paradigm fakta social adalah teori-teori makro misalnya; teori fungsionalisme
struktural dan teori konflik, kecenderungannya menggunakan metode
interview/kuesioner dalam pengumpulan data. Sedangkan peneliti yang
menerima paradigma definisi sosial memusatkan perhatiannya pada aksi dan
interaksi sosial yang ditelorkan oleh proses berfikir, sebagai pokok persoalan
kajian dan kecenderungannya bergerak dalam kajian mikro, teori yang
digunakan antara lain; teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi,
etnometodologi, metode pengumpulan data menggunakan observasi dan
wawancara.
Peneliti yang menerima paradigma perilaku sosial mencurahkan
perhatiannya pada tingkah-laku dan perulangan tingkah laku sebagai pokok
persoalan kajian mereka, teori yang digunakan cenderung menggunakan teori
pertukaran dan eksperimen, bergerak dalam kajian mikro dengan metode
pengumpulan data Observasi dan wawancara.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan
penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan yang jelas.
Objek penelitian sosiologi pendidikan adalah tingkah laku sosial, yaitu tingkah
laku manusia dan institusi sosial yang terkait dengan pendidikan. Tingkah
laku itu hanya dapat dimengerti dari tujuan, cita-cita atau nilai-nilai yang
dikejar. Sebagaimana dalam terminologi sosiologi, sosiologi pendidikan
12
berbicara tentang pandangan tentang kelas, sekolah, keluarga, masyarakat
desa, kelompok- kelompok masyarakat dan sebagainya, masing-masing
terangkum dalam wilayah suatu sistem sosial. Tiap-tiap sistem sosial
merupakan kesatuan integral yang mendapat pengaruh dari : 1) sistem sosial
yang lain; 2) lingkungan alam; 3) sifat-sifat fisik manusia; dan 4) karakter
mental penghuninya.
Dikaitkan dengan pendidikan, maka penelitian dalam bidang sosiologi
pendidikan yang dilakukan harus merujuk pada tujuan dari sosiologi
pendidikan. Dengan demikian maka ketiga paradigma yang meliputi: (1)
paradigma fakta sosial, (2) paradigma definisi sosial, dan (3) paradigma
perilaku sosial harus berkaitan dengan tujuan dari sosiologi pendidikan itu
sendiri.
G. Penutup
Berdasarkan pemaparan di atas, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Orientasi dalam sosiologi pendidikan meliputi: a) Hubungan sistem
pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat; b) Hubungan
antarmanusia di dalam sekolah; c) Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan
kepribadian semua pihak di sekolah/ lembaga pendidikan; dan d) Lembaga
pendidikan dalam masyarakat.
2. Teori-teori dalam sosiologi pendidikan meliputi: teori fungsionalis,teori
konflik, dan teori interaksi dan interpretatif.
13
3. Lesson study dapat digunakan sebagai model pembinaan guru profesional.
Kapasitas yang dapat dikembangkan dalam lesson study mencakup tiga
sumber kapasitas. Kapasitas tersebut menurut Lewis et al (2003: 2)
meliputi: a) kapasitas pengetahuan mengajar (knowledge for teaching); b)
pengetahuan tentang lesson study (knowledge of lesson study); dan c)
motivasi atau efikasi (motivation/ efficacy).
4. PTK merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan, sedangkan tujuan
akhirnya adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dikaitkan
dengan prestasi belajar siswa, PTK menjadi salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
5. Penelitian dalam bidang sosiologi pendidikan yang dilakukan harus
merujuk pada tujuan dari sosiologi pendidikan. Ketiga paradigma tersebut
meliputi: (1) paradigma fakta sosial, (2) paradigma definisi sosial, dan (3)
paradigma perilaku sosial harus berkaitan dengan tujuan dari sosiologi
pendidikan itu sendiri.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ballantine, Jeanne H., 2001. The Sociology of Education: A Systematic Approach.
Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Cerbin, William and Bryan Knopp, 2006. Lesson Study as a Model for Building
Pedagogical Knowledge and Improving Teaching. International Journal of
Teaching and Learning in Higher Education 2006, Volume 18, Number 3,
250-257, http://www.proquest.umi.com diakses pada 28 Desember 2010.
Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang
Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hiebert, James., Ronald Gallimore dan James W. Stigler. 2002. Konowledge Base
for the Teaching Profession: What Would It Look Like and How Can We
Get One? Educational Researcher Vol. 31 June 2002. pp 3 – 15.
http://www.proquest.umi.com.
Karsidi, Ravik. 2007. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Lewis, Catherine., Rebecca Perry., and Aki Murata. 2003. Lesson Study and
Teachers’ Knowledge Development: Collaborative Critique of a Research
Model and Methods. Educational Research Association., pp: 1 – 32,
http://www.proquest.umi.com diakses pada 30 Desember 2010.
Nasution. S. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Subadi, Tjipto. 2010. Paradigma Penelitian Kualitatif. Artikel,
http://tjiptosubadi.blogspot.com/2010/04/sosiologi-pendidikan.html, diakses
pada 25 Desember 2010.
Suparlan. 2009. Lesson Study dan Peningkatan Kompetensi Guru. Artikel,
http://www.suparlan.com/pages/posts/lesson-study-dan-peningkatan-
kompetensi-guru-263.php, diakses pada 30 Desember 2010.