Sosiolinguistik Adalah Ilmu Yang Mempelajari Suatu Tujuan Bahasa Dalam Kaitannya Dengan Penggunaan...

10
MIDTERM SOCIOLINGUISTICS DI S U S U N OLEH NAMA : NAURA USRINA NPM : 1202020044 UNIT : A SEMESTER : IV DOSPEN : MISNAR, MA FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION

description

TYES

Transcript of Sosiolinguistik Adalah Ilmu Yang Mempelajari Suatu Tujuan Bahasa Dalam Kaitannya Dengan Penggunaan...

MIDTERM

SOCIOLINGUISTICS

DISUSUNOLEH NAMA: NAURA USRINANPM: 1202020044UNIT: ASEMESTER: IVDOSPEN: MISNAR, MA

FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION ALMUSLIM UNIVERSITYMATANGGLUMPANGDUAKAB. BIREUEN2013/ 2014

1. Bagaimana hakikat bahasa dilihat dari segi linguistic, sosiolinguistics dan dari segi komunikasi ? Jelaskan ! (10)

Jawaban :Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji fenomena sosial berkaitan antara bahasa dan pengguna bahasa. Selain itu sosiolinguistik juga memiliki kaitan dengan cabang ilmu lainnya seperti sosiologi, dialektologi, psikologi, retorika, linguistik umum, antropologi dan pragmatik serta masih banyak hubungan dengan cabang ilmu yang lainnya yang dapat memperkaya kajian sosiolinguistik serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan tentang bahasa.Linguistik adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari bahasa. Memberikan deskripsi tentang tata bahasa serta melukiskan peristiwa-peristiwa kebahasaan yang lain. Studi semacam itu berusaha menganalisis bahasa berdasarkan hakekat bahasa itu sendiri sebagai obyek yang mandiri.Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar individual melalui sistem simbol, tanda, atau tingkah laku umum.Sedangkan alat yang digunakan dalam komunikasi itu ada dua biasanya bentuk verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi tersebut, sedangkan nonverbal yaitu komunikasi yang menggunakan alat bukan bahasa, seperti bunyi peluit,gerak tangan, ataupun semafor. Jadi, hakikat bahasa di lihat dari keseluruhan adalah bahasa yang dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan tentang bahasa berdasarkan hakikat bahasa itu sendiri sebagai alat komunikasi

http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campur-kode.html

2. Apa faktor-Faktor yang menyebabkan sebuah bahasa menjadi bervariasi ? (10)

Jawaban :Faktor-faktor penyebab ragam bahasa dengan laras dan variasi bahasa pada dasarnya sama, faktor-faktor tersebut antara lain adalah perbedaan kelas sosial, jenis kelamin, usia penutur, dan budaya. Karena perbedaan-perbedaan tersebut timbulah variasi bahasa. Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, sedangkan laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Jadi, dapat dikatakan faktor-faktor penyebab ragam, laras, dan variasi bahasa itu sama saja.

http://anaksastra.blogspot.com/2009/05/hubungan-bahasa-dengan-budaya.html

3. Bagaimana hubungan bahasa dan kebudayaan ? (20)

Jawaban :Hubungan antara bahasa dan kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1992) bahwa bahasa bagian dari kebudayaan, jadi hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan subordinatif, di mana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan.Masinambouw (1985) menyebutkan bahwa bahasa (istilah beliau kebahasaan) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu. Dengan kata lain, hubungan yang erat itu berlaku sebagai: kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itu.Menurut Silzer (1990), menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua buah fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siam atau sekeping uang yang pada satu sisi berupa sistem bahasa dan pada sistem yang lain berupa sistem budaya, maka apa yang tampak dalam budaya akan tercermin dalam bahasa atau juga sebaliknya.Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan memiliki keterkaitan dalam hal berinteraksi di masyarakat. Bahasa adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya bahasa kita dapat berbudaya, karena bahasa adalah media atau alat penyampaian yang tepat.

http://anaksastra.blogspot.com/2009/05/hubungan-bahasa-dengan-budaya.html

4. Apa perbedaan konsep dasar antara alih code dan campur code ? (15)

Jawaban :Perbedaannya yaitu alih kode terjadi pada masing-masing bahasa yang digunakan dan masih memiliki otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja, karena sebab-sebab tertentu. Campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah berupa serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi dan otonomi sebagai sebuah kode.Jika dalam alih kode digunakan dua bahasa otonom secara bergantian maka dalam campur kode sebuah unsur bahasa lain hanya menyisip atau disisipkan pada sebuah bahasa yang menjadi kode utama atau kode dasar.

http://marcopangngewa.blogspot.com/2012/01/alih-kode-dan-campur-kode.html

5. Hubungan antara kemampuan billingual (dua bahasa/ lebih) pada seorang penutur billingual dengan peristiwa alih kode dan campur code yang mungkin dilakukannya, jelaskan ? (45)

Jawaban :Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. Unsur-unsur tersebut dapat berupa kata-kata, tetapi dapat juga berupa frase atau kelompok kata. Jika berwujud kata biasanya gejala itu disebut peminjaman. Hal yang menyulitkan timbul ketika memakai kata-kata pinjaman tetapi kata-kata pinjaman ini sudah tidak dirasakan sebagai kata asing melainkan dirasakan sebagai bahasa yang dipakai. Sebagai contoh si A berbahasa Indonesia. Kemudian ia berkata sistem operasi komputer ini sangat lambat. dari sini terlihat si A banyak menggunakan kata-kata asing yang dicampurkan kedalam bahasa Indonesia. Namun ini tidak dapat dikatakan sebagai gejala campur kode atau pun alih kode. Hal ini disebabkan penutur jelas tidak menyadari kata-kata yang dipakai adalah kata-kata pinjaman, bahkan ia merasa semuanya merupakan bagian dari bahasa Indonesia karena proses peminjaman tersebut sudah terjadi sejak lama. Lebih lanjut Sumarsono (2004:202) menjelaskan kata-kata yang sudah mengalami proses adaptasi dalam suatu bahasa bukan lagi kata yang-kata yang megalami gejala interfensi, bukan pula alih kode, apalagi campur kode. akan berbeda jika penutur secara sadar atau sengaja menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang berbicara dalam suatu bahasa. Peristiwa inilah yang kemudian disebut dengan capur kode. Oleh karena itu dalam bahasa tulisan, biasanya unsur-unsur tersebut ditunjukkan dengan menggunakan garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan bahwa si penulis menggunakannya secara sadar.

http://aveiro-version.blogspot.com/2012/12/bilingualisme-diglosia-alih-kode-dan.html