SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA...
Click here to load reader
-
Upload
arie-hendrawan -
Category
Documents
-
view
1.677 -
download
7
description
Transcript of SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA...
PROPOSAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR Mahasiswa dalam Mencegah
Golput bagi Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1
Semarang
Oleh:
Arie Hendrawan 3301410053
Anggun Wulan Sari 3301409079
Eko Raismawati 3301410058
Abdul Baist 3301410028
Rizka Yulianingtyas 3301410089
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
Program Pengabdian Mahasiswa
i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1. Judul Kegiatan : Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR
Mahasiswa dalam Mencegah Golput bagi
Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1
Semarang
2. Bidang : Pendidikan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Arie Hendrawan
b. NIM : 3301410053
c. Jurusan/ Prodi : PKn/ PPKn
d. Fakultas : Ilmu Sosial
e. Universitas : Universitas Negeri Semarang
f. Alamat Rumah : Jepang, Mejobo, Kudus
g. Telepon/HP : 085740228837
f. E-mail : [email protected]
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Andi Suhardiyanto, S.Pd, M.Si.
b. NIP : 197610112006041002
6. Lokasi Kegiatan : SMA Ksatrian 1 Semarang
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan
8. Biaya Total Kegiatan : Rp 3.000.000,00
a. LPM Unnes : Rp 3.000.000,00
b. Sumber lain : Rp -
Semarang, 16 Agustus 2013
Menyetujui:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Pelaksana,
Dr. Subagyo, M.Pd. Arie Hendrawan
NIDN. 130818771 NIM. 3301410053
Mengetahui:
Ketua LP2M Unnes
Drs. Bambang Budi Raharjo, M.Si.
NIDN. 0017126002
1
1. JUDUL PROGRAM
“Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR Mahasiswa dalam Mencegah Golput bagi
Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1 Semarang”
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini, mewujudkan sebuah tatanan negara yang demokratis adalah idaman
setiap bangsa, termasuk juga bangsa Indonesia. Demi mencapai konsep yang ideal
tersebut, Indonesia wajib mengaktualisasikan nilai-nilai demokrasi secara holistik
ke dalam seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh Abraham
Lincoln demokrasi didefinisikan sebagai suatu pemerintahan dari, oleh, dan untuk
rakyat. Sehingga, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Tak heran, muncul
adagium “vox populi vox dei” (suara rakyat merupakan suara Tuhan). Bagi negara
dengan sistem pemerintahan “demokrasi modern” atau tidak langsung, kedaulatan
dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang merepresentasikan keinginan rakyat, dan
rakyat sendiri yang menentukan. Cara menentukan siapa yang berhak, didasarkan
pada hasil Pemilihan Umum (Pemilu).
Pemilu adalah sarana demokrasi rakyat untuk memilih figur yang dipercaya
dalam mengisi jabatan eksekutif, dan atau legislatif (Handoyo, 2010: 173). Maka
Pemilu menjadi momentum yang sangat krusial karena secara tidak langsung juga
ikut menentukan masa depan negara. Indonesia sendiri, telah mengalami fluktuasi
Pemilu dari masa ke masa. Setelah pada Pemilu-pemilu sebelumnya rakyat hanya
memilih partai politik, tepatnya di Pemilu tahun 2004 terjadi amandemen regulasi
dasar (konstitusi: UUD 1945) yang membawa konsekuensi pada pergantian “rule
of game”. Pemilu tidak lagi hanya dimaksudkan untuk memilih Parpol, tetapi juga
anggota DPR, DPD, DPRD, serta presiden bersama wakil presiden. Bahkan, sejak
diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (pasal 24
ayat 5) pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah juga melalui mekanisme
langsung oleh rakyat.
Memilih sosok pemimpin yang berkapabilitas, tentu harus dibarengi dengan
tingginya tingkat partisipasi politik masyarakat. Dari sekian segmen-segmen yang
berhak ikut berkecimpung dalam proses Pemilu, kategori pemilih pemula menjadi
2
bagian yang rawan untuk Golput. Apalagi ketika tidak ada sosialisasi politik KPU
yang memadai. Siapakah pemilih pemula itu? Pemilih pemula yakni mereka yang
berusia 17-22 tahun, telah memiliki hak suara dalam Pemilu, terdiri atas golongan
pelajar, mahasiswa, ataupun pekerja muda yang belum berusia 17 tahun tapi telah
menikah (Chamim, 2003:13). Meskipun sebenarnya, jika berusaha ditelaah secara
komprehensif, para purnawirawan TNI dan Polri juga bisa disebut masuk kategori
pemilih pemula. Namun, jumlahnya pasti tidak sebesar pemilih pemula pada usia
17-22 tahun.
Jumlah pemilih pemula memang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena
di Pemilu tahun 2009, jumlah pemilih pemula yang ikut dalam Pemilu mencapai
kisaran nominal 36 juta orang atau setara dengan 20% dari jumlah pemilih secara
keseluruhan (Adhani, 2012: 5). Jumlah tersebut sangat signifikan, sehingga dapat
diharapkan angka Golput pada segmen pemilih pemula ini jangan sampai terlewat
besar. Mengapa demikian? Tingginya angka non-votting behavior pemilih pemula
bukan tidak mungkin bisa menurunkan legitimasi pemimpin yang terpilih.
Sebagai salah satu sekolah yang paling diminati di Kota Semarang, Sekolah
Menengah Atas (SMA) Ksatrian 1 tumbuh kini tumbuh menjadi “pionir” sekolah
swasta unggulan. Bediri sejak tanggal 20 Mei 1967, SMA Ksatrian 1 mempunyai
lebih dari 1156 siswa yang terbagi dalam 31 rombel. Sama seperti halnya Sekolah
Menengah Atas lain, usia siswa kelas XI dan XII antara 16-18 tahun yang berarti
akan serta telah ada yang memiliki hak pilih dalam Pemilu. Idealnya, kesempatan
tersebut dapat digunakan sebaik mungkin karena nantinya juga menentukan nasib
bangsa. Apalagi jika menilik tingginya angka prosentase pemilih pemula di setiap
pelaksanaan agenda Pemilu.
Namun realitasnya, pada Pemilu Legislatif tahun 2009 yang menghabiskan
biaya lebih dari Rp 14 Trilliun, Partai “Golput” justru menjadi pemenang dengan
prosentase sebesar 39,1% suara (hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia pada
http://nusantaranews.wordpress.com). Sementara itu, dalam Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden, angka Golput juga masih relatif tinggi dengan prosentase 23,3%
atau naik 1,8% dari prosentase Golput di Pemilu 2004 sebesar 21,5% (hasil survei
Lingkaran Survei Indonesia dalam http://hariandialog.com).
3
Supaya hal tersebut tidak terulang kembali, maka “sosialisasi politik” perlu
dieskalasi intensitas dan sebarannya, terutama kepada pemilih pemula. Sedangkan
KPU sebagai lembaga yang berwenang, tidaklah mungkin dapat bekerja sendirian
tanpa dukungan dari pihak lain. Berangkat dari problema di atas, tim pengabdian
masyarakat yang juga selaku mahasiswa merasa tergugah hatinya untuk turut ikut
bertanggungjawab. Oleh karena itu, tim bermaksud mengadakan sebuah program:
“Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR Mahasiswa dalam Mencegah Golput bagi
Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1 Semarang”.
3. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana mendorong siswa SMA Ksatrian 1 agar dapat aktif berpartisipasi
dalam Pemilu?
b. Bagaimana mengarahkan siswa SMA Ksatrian 1 agar dapat berperan sebagai
agen sosialisasi politik?
4. TUJUAN
a. Mengetahui tahapan bagaimana mendorong siswa SMA Ksatrian 1 agar dapat
aktif berpartisipasi dalam Pemilu.
b. Mengetahui langkah-langkah bagaimana mengarahkan siswa SMA Ksatrian 1
agar dapat berperan sebagai agen sosialisasi politik.
5. MANFAAT
a. Manfaat secara Umum:
1). Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya Pemilu demi
pengembangan demokrasi.
2). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi untuk berperan ikut serta di setiap
tahapan-tahapan Pemilu.
b. Manfaat bagi Lembaga Terkait:
1). Memperkaya muatan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih
menekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik.
4
2). Menambah wacana dan kebijakan ilmiah di SMA Ksatrian 1 seputar frame
urgensi sosialisasi politik bagi siswa.
c. Manfaat bagi Pemerintah Terkait:
1). Membantu KPU Jawa Tengah dan atau KPU Semarang dalam mengemban
tugas sosialisasi politik guna mengkampanyekan anti Golput.
2). Memberikan row input (sumbangan) berupa upaya-upaya solutif terhadap
pemerintah terkait persoalan Golput pada segmen pemilih pemula.
d. Manfaat bagi Pemilih Pemula:
1). Mendorong siswa agar tidak terjebak dalam apatisme politik yang nantinya
akan sangat merugikan bangsa dan negaranya.
2). Meningkatkan peran siswa sebagai agen sosialisasi politik bagi lingkungan
masyarakat di sekitarnya.
6. TINJAUAN PUSTAKA
a. Sosialisasi Politik dan ISR Mahasiswa
Konsep sosialisasi politik mula-mula diperkenalkan oleh seorang sarjana
Amerika bernama Robert Hyman (Sunarto, 2004: 21). Dalam konteks ini, dia
mengatakan bahwa ada aspek-aspek psikologis misalnya motivasi yang perlu
dikembangkan pada ilmu politik. Menurut gagasan Hyman, sosialisasi politik
adalah proses penyerapan nilai dari lingkungan sistem politik atau masyarakat
dalam diri individu atau masyarakat secara holistik. Pandangan hampir serupa
dikatakan oleh Michael Rush dan Philip Althoff (2005: 25), bahwa sosialisasi
politik adalah suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik kepada
seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan (reaksi) akan
gejala-gejala politik.
Proses sosialisasi politik berlangsung terus-menerus, selama manusia itu
hidup. Mengenai perantara proses penyerapan nilai-nilai politik individu biasa
dinamakan agen sosialiasi politik. Bagi remaja, sosialisasi politik sangat urgen
karena lewat sosialisasi politik tercipta budaya politik yang aktif, bukan apatis
5
atau parochial. Selanjutnya, sosialisasi politik juga dimaksudkan demi tujuan
mengeskalasi kesadaran politik sehingga generasi muda mengerti tentang hak
dan kewajiban, serta dapat ikut berperan dalam pembangunan nasional. Secara
ideal, sosialisasi politik pada akhirnya nanti akan membentuk sebuah struktur
masyarakat madani (civil society), dimana setiap anggotanya telah mempunyai
kompetensi dan kesadaran yang tinggi dalam kehidupan bernegara. Sosialiasi
politik, tidak hanya wajib diberikan melalui mekanisme pendidikan formal di
sekolah. Tetapi juga perlu diberikan dengan cara lain, terutama ketika impact
yang diharapkan tertuju pada hal spesifik. Misalnya, sosialisasi politik kepada
pemilih pemula meminimalisir Golput oleh KPU atau mahasiswa.
Paradigma konservatif masih berpendapat bahwa tugas sosialisasi politik
hanya diemban partai politik. Meskipun kini muncul beberapa agen sosialisasi
politik baru hasil dari “diversifikasi” proses sosialisasi politik. Sebagai contoh
adalah mahasiswa. Bagi mahasiswa sendiri, sosialisasi politik merupakan ISR
(Intellectual Social Responsibility) kepada masyarakat. Hal itu, tidak terlepas
dari label mahasiswa sebagai sosok yang terpelajar. Sementara, konsepsi “Tri
Dharma” Perguruan Tinggi juga telah jelas menghendaki agar mahasiswa tak
hanya belajar dan meneliti, akan tetapi juga mengabdi.
b. Golput (Latar Belakang, Pengertian, dan Pendekatan)
Golput (Golongan Putih) adalah sebuah gerakan moral yang dicetuskan
pada tanggal 3 Juni 1971. Gerakan tersebut didorong oleh realitas pemerintah
yang otoriter dan manipulatif waktu itu. Sistem politik di era Orde Lama yang
kental bernuansa Golkar (golongan dominan) dan ABRI (kekuatan bersenjata)
memang membuat pemerintahan berlangsung stabil. Namun di sisi lain tindak
penyelewengan berupa KKN semakin merajalela. “Mosi” tidak percaya publik
kepada pemerintah seiring waktu juga kian memuncak, akibatnya lahir Golput
sebagai gerakan moral. Mengapa Golongan “Putih”? Gerakan moral ini ingin
mengkontrakdisikan putih sebagai lawan dari hitam atau kotor (asosiasi untuk
pemerintah).
6
Golput bisa didefinisikan sebagai salah satu protes dalam bentuk enggan
hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau menggunakan hak pilih secara
tidak baik, umpamanya, memilih lebih dari satu calon maupun tidak memilih
satupun calon sehingga kertas suara tidak sah. Menurut Varma, Golput terjadi
di negara-negara berkembang layaknya Indonesia, lebih disebabkan perasaan
kecewa dan apatisme (Varma, 2001: 295). Tetapi jika dikaji dengan luas, soal
fenomena Golput dan peningkatan angkanya, hal tersebut juga relevan sebagai
wujud kegagalan sosialisasi politik bagi masyarakat.
Secara umum perilaku Golput dapat dianalisis menggunakan dua model
pendekatan, yakni pendekatan sosiologis dan psikologis. Pertama, pendekatan
sosilogis, yang sering juga disebut dengan mahzab Columbia. Pendekatan ini
menjelaskan karakteristik sosial dan pengelompokan sosial memiliki effect
yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Contoh
pengelompokan sosial adalah seperti umur (tua-muda), profesi (swasta-negeri)
dan ikatan keagamaan. Kedua, yaitu pendekatan psikologis, yang berkembang
di Michigan. Dipelopori oleh August Cambell, gagasan utamanya berpendapat
bahwa, aktivitas politik pemilih sangat dipengaruhi kekuatan sosialisasi yang
pernah diterima. Sosialisasi menciptakan pertalian psikologis yang kuat antara
seseorang dengan agen sosialisasi yang berujung pada simpati dan kompromi
terhadap nilai-nilai sosialisasi. Jadi menurut pendekatan psikologis, sosialisasi
mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku politik seseorang.
c. Pelajar sebagai Pemilih Pemula
Pada prinsipnya, pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali
memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih, atau jika dipandang
lebih komprehensif pemilih pemula juga tidak hanya untuk mereka yang baru
saja memasuki usia pilih, melainkan bisa purnawirawan TNI dan POLRI yang
baru pensiun kemudian kembali menjadi warga sipil. Kedudukan para pemilih
pemula, yang dalam konteks ini “dibatasi” bagi mereka yang baru memasuki
usia pilih sebenarnya sangat berpeluang menjadi swiing voters. Tetapi pemilih
pemula masih mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu. Karakter
7
mudah terpengaruh tersebut, sesungguhnya bisa dijadikan kesempatan dalam
menanamkan nilai-nilai positif kepada mereka.
Sebagai pemilih pemula pelajar berpotensi besar untuk Golput jika tidak
memperoleh sosialisasi politik yang positif dan memadai. Sebaliknya, mereka
berpotensi menyumbang suara yang signifikan (tidak Golput) saat sosialisasi
politik berjalan baik. Meskipun muda dipengaruhi, faktanya secara psikologis
pemilih pemula cenderung lebih kritis dan mandiri. Prospek modal itu cukup
cerah ketika dikembangkan. Karena mereka tidak hanya dapat menjadi objek
sosialisasi politik, tetapi juga subjek sosialisasi politik. Dengan kata lain peran
mereka sebagai agen sosialisasi politik memang patut diperhitungkan. Pelajar
diharapkan mampu menaikkan pengetahuan dan kesadaran politik orang lain
yang berada di sekitarnya, terutama pada aspek urgenitas berpartisipasi dalam
Pemilu. Hal tersebut berkat tiga kompetensi kewarganegaraan yang diperoleh
dari dalam maupun luar sekolah (institusi pendidikan), yakni civic knowledge,
civic skill, dan civic disposition.
7. KHALAYAK SASARAN
SMA Kesatrian 1 Semarang berdiri sejak tanggal 20 Mei 1967. Dalam usia
yang telah 46 tahun menempatkan dirinya sebagai salah satu sekolah favorit yang
menjadi “idaman” warga Kota Semarang secara khusus, dan Jawa Tengah secara
umumnya. Hal itu dibuktikan dengan status sekolah yang terakreditasi A dan title
RSMABI. Dengan lokasi yang sangat strategis di Jalan Pamularsih 116 Semarang
(dekat jalur Pantura Semarang-Jakarta) memungkinkan bagi calon siswa manapun
termasuk dari luar kota untuk menuntut ilmu di sana.
Demi mewujudkan dan merespon kebijakan pemerintah era reformasi, yaitu
otonomi bidang pendidikan yang akan diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia,
SMA Ksatrian 1 menetapkan visi: “Utama dalam iman dan prestasi, berlandaskan
kedisiplinan dan kekeluargaan”. Selanjutnya, misi sekolah adalah: 1) Menyiapkan
generasi muda beriman, ber-akhlakul karimah, berwawasan luas, serta berdisiplin
tinggi siap menyongsing masa depan; 2) Membantu siswa mengenali potensi diri
sehingga dapat dikembangkan secara optimal; 3) Mengembangkan sistem belajar
8
yang efektif dan antisipatif terhadap perkembangan IPTEK; 4) Menciptakan rasa
semangat kekeluargaan dan kebersamaan di sekolah dan masyarakat.
Dalam program pengabdian masyarakat ini, sasaran ditujukan kepada siswa
kelas XI dan XII SMA Ksatrian 1 Semarang. Bagi para siswa kelas XI dan kelas
XII, pemberian sosialisasi politik dimaksudkan agar siswa bisa berkontribusi aktif
dalam Pemilu Legislatif dan Presiden tahun 2014. Di samping itu, tujuan lainnya
yakni membentuk pelajar sebagai bagian dari pemilih pemula cerdas serta cermat
yang sekaligus dapat berperan menjadi agen sosialisasi politik di “domain” sekitar
mereka.
Total siswa kelas XI dan XII SMA Ksatrian 1 Semarang sejumlah 800 anak
dengan usia antara 16-18 tahun. Agar sosialisasi politik berlangsung efektif, untuk
peserta diambilkan dari perwakilan kelas dengan jumlah total hanya sebanyak 100
anak. Selanjutnya, mengenai perbandingan jenis kelamin (antara putra dan putri)
tidak ada ketentuan khusus. Jadi, secara alami menyesuaikan siapa yang berminat
mengikuti program sosialisasi politik tanpa melihat proporsi jenis kelamin antara
putra dan putri. Dalam hal ini, tim pengabdian akan berkoordinasi dengan Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan guna penjaringan peserta.
8. METODE
a. Perizinan Pelaksanaan Program
1). Perizinan program ditujukan kepada Kepala Sekolah beserta Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Ksatrian 1 Semarang sebagai pemegang
otoritas terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan siswa.
2). Perizinan lokasi penyelenggaraan program ditujukan kepada Wakil Kepala
Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, serta bagian Tata Usaha (TU) SMA
Ksatrian 1 Semarang sebagai penanggungjawab kebijakan perizinan lokasi
program.
b. Pendataan Siswa dan Pembagian Kelompok Kerja
9
1). Pemantapan data peserta sosialisasi. Data yang dilihat, tidak hanya berupa
rincian nominal peserta melainkan juga hasil kuesioner dan pre-test siswa
seputar dunia Pemilu dan fenomena Golput.
2). Pembagian kelompok kerja siswa dilakukan agar nanti tahapan sosialisasi
berjalan efektif dan efisien. Di sisi lain pembagian kelompok kerja ini juga
memiliki fungsi tersendiri yakni sebagai wadah bertukar ide dalam proyek
yang ditugaskan.
c. Mekanisme Pelaksanaan Program
1). Pelaksanaan program ini sosialisasi Pemilu (politik) menggunakan strategi
penyampaian yang bersifat terpadu, sistematis, dan “holistik”. Selanjutnya
materi program bersumber dari 3 (tiga) modul yang telah dikeluarkan oleh
KPU pusat melalui situs www.kpu.go.id. Modul pertama berjudul “Pemilu
Untuk Pemilih Pemula”; modul kedua berjudul “Siap Menjadi Pemilih”;
serta yang terakhir, modul ketiga, dengan judul “Memilih dengan Cerdas
dan Cermat”. Kesemua modul tersebut, disusun Sekertariat Jenderal KPU
berserta Biro Teknis dan Hupmas pada tahun 2010.
2). Program sosialisasi dilakukan di SMA Ksatrian 1 Semarang, tepatnya pada
ruang serbaguna atau lapangan basket (menyesuaikan).
3). Sebelum acara inti dimulai, siswa diminta untuk menempatkan diri sesuai
dengan kelompok kerjanya masing-masing.
4). Acara didahului oleh sambutan Kepala Sekolah SMA Ksatrian 1 Semarang
yang sekaligus membuka acara. Kemudian dilanjutkan dengan pengarahan
singkat oleh ketua tim pengabdian mengenai mekanisme program.
5). Pada sosialisasi politik I metode sosialisasi yang digunakan adalah picture
to picture. Diawali dengan pengantar oleh pemateri, kemudian dilanjutkan
penjelasan mengenai urgenitas Pemilu sekaligus tata caranya. Penggunaan
metode picture to picture sangat “cocok”, karena metode tersebut memang
ditujukan untuk menanamkan meteri yang berwujud prosedur, urut-urutan
maupun alur tertentu. Di akhir bagian sosialisasi politik I, ada tanya-jawab
dan proyek penugasan yang akan diberikan kepada setiap kelompok kerja
10
mengenai aksi mereka sebagai agen sosialisasi politik terhadap lingkungan
di sekitar mereka.
6). Pada sosialisasi politik ke II, setelah pemateri menyampaikan beberapa hal
tentang role pelajar sebagai agen sosialisasi politik dan apa saja yang bisa
mereka lakukan. Satu per satu kelompok kerja mempresentasikan gerakan
(aksi) yang akan mereka lakukan sebagai agen sosialisasi politik terhadap
lingkungan di sekitar mereka. Pasca presentasi masing-masing kelompok
kerja terdapat sesi tanya jawab termasuk diskusi singkat. Selanjutnya pada
tahap akhir sosialisasi politik II, diberikan post-test untuk dikerjakan guna
mengukur tingkat keberhasilan dari program.
d. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring program dilakukan dengan tetap menjalin komunikasi intens
terhadap peserta program maupun tenaga pengajar SMA Ksatrian 1 Semarang
(terutama yang turut mendampingi siswa saat sosialisasi berlangsung dan guru
mata pelajaran PKn). Setelah terlaksananya sosialisasi ini, diharapkan pelajar
sebagai pemilih pemula dapat berpartisipasi aktif dalam mengikuti Pemilu dan
menjadi agen sosialisasi politik bagi lingkungan sekitarnya. Kemudian, tahap
selanjutnya yaitu evaluasi dengan berdasarkan pada penilaian yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi penting untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan program dan hal apa saja yang masih membutuhkan
perbaikan-perbaikan.
9. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator tingkat keberhasilan program, diperoleh dengan melihat tiga aspek
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Indikator Kognitif
Indikator kognitif mendorong siswa mampu mengerjakan tes, yang pada
konteks ini adalah tes tertulis (pos-test). Tes tersebut memacu siswa dalam hal
mempelajari konsep dan mencari solusi pemecahan suatu masalah. Bentuk tes
demikian, menghasilkan skor objektif dengan “akurasi” yang tinggi. Kegiatan
11
dikatakan berhasil jika antara pre-test dan pos-test terdapat kenaikan nilai dan
rata-rata nilai peserta sosialisasi ada di atas 70 (nilai maksimal 100).
b. Indikator Afektif
Indikator afektif bisa disebut sebagai penilaian sikap, merupakan bagian
dari penilaian non-test. Ranah afektif meliputi nilai, sikap, dan minat. Menilai
aspek ini memang relative sulit, namun dapat dilakukan dengan teknik rating
scale. Kegiatan dikatakan berhasil jika rating scale seluruh peserta sosialisasi
mencapai angka 70 (nilai maksimal 100).
c. Indikator Psikomotorik
Indikator psikomotorik meliputi tujuh jenis perilaku, di antaranya yakni
persepsi, kesiapan, kreatifitas, dan penyesuaian. Dalam program ini, beberapa
kelompok kerja akan diminta untuk melakukan unjuk kerja. Hal itu bersandar
atas pemilihan performance test sebagai instrumen untuk mengukur indikator
psikomotorik. Kegiatan dikatakan berhasil jika performance test rata-rata dari
kelompok kerja mencapai angka 70 (nilai maksimal 100).
10. JADWAL KEGIATAN
JENIS KEGIATAN BULAN KE-
1 2 3
1. Persiapan
a. Survei lapangan x
b. Perizinan x
c. Pemantapan seluruh data peserta (termasuk:
pre-test) xx
2. Pelaksanaan Program
a. Sosialisasi politik I tentang “Urgenitas Aktif
dalam Pemilu” dan Penugasan xx
b. Sosialisasi politik II tentang “Pelajar sebagai xx
12
Agen Sosialisasi Politik”, disusul oleh unjuk
kerja, dan post-test
3. Monitoring x
4. Evaluasi x
5. Penyusunan laporan
a. Penyusunan Laporan Akhir x
b. Pengiriman Laporan x
11. TIM PENGABDIAN
a. Ketua Pelaksana Kegiatan
1). Nama Lengkap : Arie Hendrawan
2). NIM : 3301410053
3). Prodi/ Jurusan/ Fakultas : PPKn/ PKn/ Ilmu Sosial
4). Bidang Keahlian : Civic Education
b. Anggota Pelaksana 1
1). Nama Lengkap : Anggun Wulan Sari
2). NIM : 3301409079
3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial
4). Bidang Keahlian : Civic Education
c. Anggota Pelaksana 2
1). Nama Lengkap : Eko Raismawati
2). NIM : 3301410058
3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial
4). Bidang Keahlian : Civic Education
d. Anggota Pelaksana 3
1). Nama Lengkap : Abdul Baist
2). NIM : 3301410028
13
3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial
4). Bidang Keahlian : Civic Education
e. Anggota Pelaksana 4
1). Nama Lengkap : Rizka Yulianingtyas
2). NIM : 3301410089
3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial
4). Bidang Keahlian : Civic Education
12. BIAYA KEGIATAN
Dana LP2M = Rp. 3.000.000,00
a. Bahan habis pakai
1). Kertas HVS 1 RIM = Rp. 30.000,00
2). Tinta 5 buah x @Rp. 30.000,00 = Rp. 150.000,00
3). Batu baterai alkaline 5 x @Rp. 10.000,00 = Rp. 50.000,00
4). Foto Copy proposal 3 x @Rp. 5.000,00 = Rp. 15.000,00
5). Foto Copy materi 100 x 2 x @Rp. 1.000,00 = Rp. 200.000,00
6). Foto Copy pre-post test 100 x @Rp. 1.000,00 = Rp. 100.000,00
7). Penugasan proyek 10 x @Rp. 10.000,00 = Rp. 100.000,00
8). Bulpoint 100 x @Rp 1.000,00 = Rp. 100.000,00
9). Blocknote 100 x @Rp 1.500,00 = Rp. 150.000,00
b. Konsumsi
1). Snack peserta 100 x 2 x @Rp. 3.000,00 = Rp. 600.000,00
2). Snack pendamping 5 x 2 x @Rp. 5.000,00 = Rp. 50.000,00
3). Makan panitia 5 x 2 x @Rp. 10.000,00 = Rp. 100.000,00
c. Peralatan
1). Sewa Camera Digital = Rp. 50.000,00
2). Sewa handicam = Rp. 100.000,00
3). Sewa printer = Rp. 30.000,00
14
d. Perjalanan
1). Biaya Perjalanan 5 x 2x @Rp 10.000,00 = Rp. 100.000,00
2). Transportasi lokal 5 x @Rp 20.000,00 = Rp. 100.000,00
e. Lain-lain
1). Monev = Rp. 200.000,00
2). Sound system = Rp. 200.000,00
3). MMT = Rp. 100.000,00
4). Kenang-kenangan = Rp. 100.000,00
5). Award = Rp. 375.000,00 +
Jumlah = Rp. 3.000.000,00
13. LAMPIRAN-LAMPIRAN
a. Daftar Pustaka
Buku
Chamim, Asyukuri. 2003. Seri Pendidikan Pemilihan Untuk Pelajar Menuju
Pemilu Pemilu yang Demokratis dan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: ----
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR).
Handoyo, Eko, dkk. 2010. Etika Politik dan Pembangunan. Semarang:--------
Widya Karya Press.
Rush, Michael dan Phillip Althoff. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. ----------
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sunarto. 2004. Sistem Politik Indonesia. Semarang: Jurusan Politik dan -------
Kewarganegaraan Universitas Negeri Semarang.
Varma, S.P. 2001. Teori Politik Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Peraturan-peraturan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Internet
____ . 2009. Hasil Pemilu 2009: Partai Golput Menjadi Pemenang. ------------
15
Http://nusantaranews.wordpress.com. Diunduh tanggal 4 Agustus 2013.
____ . 2013. Rakyat Tak Percaya Elite Politik: 2014 Golput Menang. ----------
Http://hariandialog.com. Diunduh tanggal 4 Agustus 2013.
Skripsi
Adhani, Yulia. 2012. Sosialisasi Peraturan dan Mekanisme Pemilukada -------
dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegaraan Pemilih Pemula ------
(Studi Kasus Sosialisasi Politik Pada KPU Provinsi DKI Jakarta) --------
Universitas Pendidikan Indonesia: Skripsi Sarjana UPI.
b. Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana
1). Ketua Pelaksana
Nama Lengkap : Arie Hendrawan
TTL : Kudus, 28 Agustus 1992
Alamat : Jepang, RT 05/ RW10, Mejobo, Kab. Kudus
E-mail : [email protected]
No. HP : 085740228837
Riwayat Pendidikan:
SD : SD 1 Jati Kudus
SMP : SMP 1 Jati Kudus
SMA : SMA 1 Bae Kudus
PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010
2). Anggota Pelaksana 1
Nama Lengkap : Anggun Wulan Sari
TTL : Semarang, 18 Agustus 1991
Alamat : Jl. Gedong Songo, Semarang
E-mail : [email protected]
No. HP : 085727149338
Riwayat Pendidikan :
SD : SD 2 Manyaran Semarang
16
SMP : SMP 19 Semarang
SMA : SMA 7 Semarang
PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2009
3). Anggota Pelaksana 2
Nama Lengkap : Eko Raismawati
TTL : Kudus, 25 Agustus 1992
Alamat : Temulus, RT 05/ RW 04, Kab. Kudus
E-mail : [email protected]
No. HP : 085727525541
Riwayat Pendidikan :
SD : SD 2 Temulus Mejobo Kudus
SMP : SMP 1 Mejobo Kudus
SMA : SMA 1 Mejobo Kudus
PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010
4). Anggota Pelaksana 3
Nama Lengkap : Abdul Baist
TTL : Tegal, 9 Agustus 1991
Alamat : Tembok Kidul, RT 07/ RW 01, Tegal
E-mail : [email protected]
No. HP : 085879832886
Riwayat Pendidikan :
SD : MI Miftakhul Athfal Tembok Kidul
SMP : SMP 1 Adiwerna Tegal
SMA : SMK 1 Adiwerna Tegal
PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010
5). Anggota Pelaksana 4
Nama Lengkap : Rizka Yulianingtyas
TTL : Pati, 22 Juli 1992
17
Alamat : Pakis, RT 02/ RW 03, Tayu, Pati
E-mail : [email protected]
No. HP : 085326870565
Riwayat Pendidikan :
SD : SD 2 Pakis
SMP : SMP 1 Tayu Pati
SMA : SMA 1 Tayu Pati
PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010
c. Denah Lokasi Kegiatan
Keterangan:
A: Universitas Negeri Semarang
B: SMA Ksatrian 1 Semarang