SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA...

19

Click here to load reader

description

Saat ini, mewujudkan sebuah tatanan negara yang demokratis adalah idaman setiap bangsa, termasuk juga bangsa Indonesia. Demi mencapai konsep yang ideal tersebut, Indonesia wajib mengaktualisasikan nilai-nilai demokrasi secara holistik ke dalam seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh Abraham Lincoln demokrasi didefinisikan sebagai suatu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Sehingga, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Tak heran, muncul adagium “vox populi vox dei” (suara rakyat merupakan suara Tuhan). Bagi negara dengan sistem pemerintahan “demokrasi modern” atau tidak langsung, kedaulatan dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang merepresentasikan keinginan rakyat, dan rakyat sendiri yang menentukan. Cara menentukan siapa yang berhak, didasarkan pada hasil Pemilihan Umum (Pemilu).

Transcript of SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA...

Page 1: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR Mahasiswa dalam Mencegah

Golput bagi Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1

Semarang

Oleh:

Arie Hendrawan 3301410053

Anggun Wulan Sari 3301409079

Eko Raismawati 3301410058

Abdul Baist 3301410028

Rizka Yulianingtyas 3301410089

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

Program Pengabdian Mahasiswa

Page 2: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

i

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul Kegiatan : Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR

Mahasiswa dalam Mencegah Golput bagi

Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1

Semarang

2. Bidang : Pendidikan

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Arie Hendrawan

b. NIM : 3301410053

c. Jurusan/ Prodi : PKn/ PPKn

d. Fakultas : Ilmu Sosial

e. Universitas : Universitas Negeri Semarang

f. Alamat Rumah : Jepang, Mejobo, Kudus

g. Telepon/HP : 085740228837

f. E-mail : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang

5. Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Andi Suhardiyanto, S.Pd, M.Si.

b. NIP : 197610112006041002

6. Lokasi Kegiatan : SMA Ksatrian 1 Semarang

7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan

8. Biaya Total Kegiatan : Rp 3.000.000,00

a. LPM Unnes : Rp 3.000.000,00

b. Sumber lain : Rp -

Semarang, 16 Agustus 2013

Menyetujui:

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Pelaksana,

Dr. Subagyo, M.Pd. Arie Hendrawan

NIDN. 130818771 NIM. 3301410053

Mengetahui:

Ketua LP2M Unnes

Drs. Bambang Budi Raharjo, M.Si.

NIDN. 0017126002

Page 3: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

1

1. JUDUL PROGRAM

“Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR Mahasiswa dalam Mencegah Golput bagi

Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1 Semarang”

2. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini, mewujudkan sebuah tatanan negara yang demokratis adalah idaman

setiap bangsa, termasuk juga bangsa Indonesia. Demi mencapai konsep yang ideal

tersebut, Indonesia wajib mengaktualisasikan nilai-nilai demokrasi secara holistik

ke dalam seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh Abraham

Lincoln demokrasi didefinisikan sebagai suatu pemerintahan dari, oleh, dan untuk

rakyat. Sehingga, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Tak heran, muncul

adagium “vox populi vox dei” (suara rakyat merupakan suara Tuhan). Bagi negara

dengan sistem pemerintahan “demokrasi modern” atau tidak langsung, kedaulatan

dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang merepresentasikan keinginan rakyat, dan

rakyat sendiri yang menentukan. Cara menentukan siapa yang berhak, didasarkan

pada hasil Pemilihan Umum (Pemilu).

Pemilu adalah sarana demokrasi rakyat untuk memilih figur yang dipercaya

dalam mengisi jabatan eksekutif, dan atau legislatif (Handoyo, 2010: 173). Maka

Pemilu menjadi momentum yang sangat krusial karena secara tidak langsung juga

ikut menentukan masa depan negara. Indonesia sendiri, telah mengalami fluktuasi

Pemilu dari masa ke masa. Setelah pada Pemilu-pemilu sebelumnya rakyat hanya

memilih partai politik, tepatnya di Pemilu tahun 2004 terjadi amandemen regulasi

dasar (konstitusi: UUD 1945) yang membawa konsekuensi pada pergantian “rule

of game”. Pemilu tidak lagi hanya dimaksudkan untuk memilih Parpol, tetapi juga

anggota DPR, DPD, DPRD, serta presiden bersama wakil presiden. Bahkan, sejak

diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (pasal 24

ayat 5) pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah juga melalui mekanisme

langsung oleh rakyat.

Memilih sosok pemimpin yang berkapabilitas, tentu harus dibarengi dengan

tingginya tingkat partisipasi politik masyarakat. Dari sekian segmen-segmen yang

berhak ikut berkecimpung dalam proses Pemilu, kategori pemilih pemula menjadi

Page 4: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

2

bagian yang rawan untuk Golput. Apalagi ketika tidak ada sosialisasi politik KPU

yang memadai. Siapakah pemilih pemula itu? Pemilih pemula yakni mereka yang

berusia 17-22 tahun, telah memiliki hak suara dalam Pemilu, terdiri atas golongan

pelajar, mahasiswa, ataupun pekerja muda yang belum berusia 17 tahun tapi telah

menikah (Chamim, 2003:13). Meskipun sebenarnya, jika berusaha ditelaah secara

komprehensif, para purnawirawan TNI dan Polri juga bisa disebut masuk kategori

pemilih pemula. Namun, jumlahnya pasti tidak sebesar pemilih pemula pada usia

17-22 tahun.

Jumlah pemilih pemula memang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena

di Pemilu tahun 2009, jumlah pemilih pemula yang ikut dalam Pemilu mencapai

kisaran nominal 36 juta orang atau setara dengan 20% dari jumlah pemilih secara

keseluruhan (Adhani, 2012: 5). Jumlah tersebut sangat signifikan, sehingga dapat

diharapkan angka Golput pada segmen pemilih pemula ini jangan sampai terlewat

besar. Mengapa demikian? Tingginya angka non-votting behavior pemilih pemula

bukan tidak mungkin bisa menurunkan legitimasi pemimpin yang terpilih.

Sebagai salah satu sekolah yang paling diminati di Kota Semarang, Sekolah

Menengah Atas (SMA) Ksatrian 1 tumbuh kini tumbuh menjadi “pionir” sekolah

swasta unggulan. Bediri sejak tanggal 20 Mei 1967, SMA Ksatrian 1 mempunyai

lebih dari 1156 siswa yang terbagi dalam 31 rombel. Sama seperti halnya Sekolah

Menengah Atas lain, usia siswa kelas XI dan XII antara 16-18 tahun yang berarti

akan serta telah ada yang memiliki hak pilih dalam Pemilu. Idealnya, kesempatan

tersebut dapat digunakan sebaik mungkin karena nantinya juga menentukan nasib

bangsa. Apalagi jika menilik tingginya angka prosentase pemilih pemula di setiap

pelaksanaan agenda Pemilu.

Namun realitasnya, pada Pemilu Legislatif tahun 2009 yang menghabiskan

biaya lebih dari Rp 14 Trilliun, Partai “Golput” justru menjadi pemenang dengan

prosentase sebesar 39,1% suara (hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia pada

http://nusantaranews.wordpress.com). Sementara itu, dalam Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden, angka Golput juga masih relatif tinggi dengan prosentase 23,3%

atau naik 1,8% dari prosentase Golput di Pemilu 2004 sebesar 21,5% (hasil survei

Lingkaran Survei Indonesia dalam http://hariandialog.com).

Page 5: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

3

Supaya hal tersebut tidak terulang kembali, maka “sosialisasi politik” perlu

dieskalasi intensitas dan sebarannya, terutama kepada pemilih pemula. Sedangkan

KPU sebagai lembaga yang berwenang, tidaklah mungkin dapat bekerja sendirian

tanpa dukungan dari pihak lain. Berangkat dari problema di atas, tim pengabdian

masyarakat yang juga selaku mahasiswa merasa tergugah hatinya untuk turut ikut

bertanggungjawab. Oleh karena itu, tim bermaksud mengadakan sebuah program:

“Sosialisasi Politik sebagai Wujud ISR Mahasiswa dalam Mencegah Golput bagi

Segmentasi Pemilih Pemula di SMA Ksatrian 1 Semarang”.

3. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana mendorong siswa SMA Ksatrian 1 agar dapat aktif berpartisipasi

dalam Pemilu?

b. Bagaimana mengarahkan siswa SMA Ksatrian 1 agar dapat berperan sebagai

agen sosialisasi politik?

4. TUJUAN

a. Mengetahui tahapan bagaimana mendorong siswa SMA Ksatrian 1 agar dapat

aktif berpartisipasi dalam Pemilu.

b. Mengetahui langkah-langkah bagaimana mengarahkan siswa SMA Ksatrian 1

agar dapat berperan sebagai agen sosialisasi politik.

5. MANFAAT

a. Manfaat secara Umum:

1). Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya Pemilu demi

pengembangan demokrasi.

2). Meningkatkan kesadaran dan partisipasi untuk berperan ikut serta di setiap

tahapan-tahapan Pemilu.

b. Manfaat bagi Lembaga Terkait:

1). Memperkaya muatan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih

menekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik.

Page 6: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

4

2). Menambah wacana dan kebijakan ilmiah di SMA Ksatrian 1 seputar frame

urgensi sosialisasi politik bagi siswa.

c. Manfaat bagi Pemerintah Terkait:

1). Membantu KPU Jawa Tengah dan atau KPU Semarang dalam mengemban

tugas sosialisasi politik guna mengkampanyekan anti Golput.

2). Memberikan row input (sumbangan) berupa upaya-upaya solutif terhadap

pemerintah terkait persoalan Golput pada segmen pemilih pemula.

d. Manfaat bagi Pemilih Pemula:

1). Mendorong siswa agar tidak terjebak dalam apatisme politik yang nantinya

akan sangat merugikan bangsa dan negaranya.

2). Meningkatkan peran siswa sebagai agen sosialisasi politik bagi lingkungan

masyarakat di sekitarnya.

6. TINJAUAN PUSTAKA

a. Sosialisasi Politik dan ISR Mahasiswa

Konsep sosialisasi politik mula-mula diperkenalkan oleh seorang sarjana

Amerika bernama Robert Hyman (Sunarto, 2004: 21). Dalam konteks ini, dia

mengatakan bahwa ada aspek-aspek psikologis misalnya motivasi yang perlu

dikembangkan pada ilmu politik. Menurut gagasan Hyman, sosialisasi politik

adalah proses penyerapan nilai dari lingkungan sistem politik atau masyarakat

dalam diri individu atau masyarakat secara holistik. Pandangan hampir serupa

dikatakan oleh Michael Rush dan Philip Althoff (2005: 25), bahwa sosialisasi

politik adalah suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik kepada

seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan (reaksi) akan

gejala-gejala politik.

Proses sosialisasi politik berlangsung terus-menerus, selama manusia itu

hidup. Mengenai perantara proses penyerapan nilai-nilai politik individu biasa

dinamakan agen sosialiasi politik. Bagi remaja, sosialisasi politik sangat urgen

karena lewat sosialisasi politik tercipta budaya politik yang aktif, bukan apatis

Page 7: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

5

atau parochial. Selanjutnya, sosialisasi politik juga dimaksudkan demi tujuan

mengeskalasi kesadaran politik sehingga generasi muda mengerti tentang hak

dan kewajiban, serta dapat ikut berperan dalam pembangunan nasional. Secara

ideal, sosialisasi politik pada akhirnya nanti akan membentuk sebuah struktur

masyarakat madani (civil society), dimana setiap anggotanya telah mempunyai

kompetensi dan kesadaran yang tinggi dalam kehidupan bernegara. Sosialiasi

politik, tidak hanya wajib diberikan melalui mekanisme pendidikan formal di

sekolah. Tetapi juga perlu diberikan dengan cara lain, terutama ketika impact

yang diharapkan tertuju pada hal spesifik. Misalnya, sosialisasi politik kepada

pemilih pemula meminimalisir Golput oleh KPU atau mahasiswa.

Paradigma konservatif masih berpendapat bahwa tugas sosialisasi politik

hanya diemban partai politik. Meskipun kini muncul beberapa agen sosialisasi

politik baru hasil dari “diversifikasi” proses sosialisasi politik. Sebagai contoh

adalah mahasiswa. Bagi mahasiswa sendiri, sosialisasi politik merupakan ISR

(Intellectual Social Responsibility) kepada masyarakat. Hal itu, tidak terlepas

dari label mahasiswa sebagai sosok yang terpelajar. Sementara, konsepsi “Tri

Dharma” Perguruan Tinggi juga telah jelas menghendaki agar mahasiswa tak

hanya belajar dan meneliti, akan tetapi juga mengabdi.

b. Golput (Latar Belakang, Pengertian, dan Pendekatan)

Golput (Golongan Putih) adalah sebuah gerakan moral yang dicetuskan

pada tanggal 3 Juni 1971. Gerakan tersebut didorong oleh realitas pemerintah

yang otoriter dan manipulatif waktu itu. Sistem politik di era Orde Lama yang

kental bernuansa Golkar (golongan dominan) dan ABRI (kekuatan bersenjata)

memang membuat pemerintahan berlangsung stabil. Namun di sisi lain tindak

penyelewengan berupa KKN semakin merajalela. “Mosi” tidak percaya publik

kepada pemerintah seiring waktu juga kian memuncak, akibatnya lahir Golput

sebagai gerakan moral. Mengapa Golongan “Putih”? Gerakan moral ini ingin

mengkontrakdisikan putih sebagai lawan dari hitam atau kotor (asosiasi untuk

pemerintah).

Page 8: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

6

Golput bisa didefinisikan sebagai salah satu protes dalam bentuk enggan

hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau menggunakan hak pilih secara

tidak baik, umpamanya, memilih lebih dari satu calon maupun tidak memilih

satupun calon sehingga kertas suara tidak sah. Menurut Varma, Golput terjadi

di negara-negara berkembang layaknya Indonesia, lebih disebabkan perasaan

kecewa dan apatisme (Varma, 2001: 295). Tetapi jika dikaji dengan luas, soal

fenomena Golput dan peningkatan angkanya, hal tersebut juga relevan sebagai

wujud kegagalan sosialisasi politik bagi masyarakat.

Secara umum perilaku Golput dapat dianalisis menggunakan dua model

pendekatan, yakni pendekatan sosiologis dan psikologis. Pertama, pendekatan

sosilogis, yang sering juga disebut dengan mahzab Columbia. Pendekatan ini

menjelaskan karakteristik sosial dan pengelompokan sosial memiliki effect

yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih seseorang. Contoh

pengelompokan sosial adalah seperti umur (tua-muda), profesi (swasta-negeri)

dan ikatan keagamaan. Kedua, yaitu pendekatan psikologis, yang berkembang

di Michigan. Dipelopori oleh August Cambell, gagasan utamanya berpendapat

bahwa, aktivitas politik pemilih sangat dipengaruhi kekuatan sosialisasi yang

pernah diterima. Sosialisasi menciptakan pertalian psikologis yang kuat antara

seseorang dengan agen sosialisasi yang berujung pada simpati dan kompromi

terhadap nilai-nilai sosialisasi. Jadi menurut pendekatan psikologis, sosialisasi

mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku politik seseorang.

c. Pelajar sebagai Pemilih Pemula

Pada prinsipnya, pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali

memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih, atau jika dipandang

lebih komprehensif pemilih pemula juga tidak hanya untuk mereka yang baru

saja memasuki usia pilih, melainkan bisa purnawirawan TNI dan POLRI yang

baru pensiun kemudian kembali menjadi warga sipil. Kedudukan para pemilih

pemula, yang dalam konteks ini “dibatasi” bagi mereka yang baru memasuki

usia pilih sebenarnya sangat berpeluang menjadi swiing voters. Tetapi pemilih

pemula masih mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu. Karakter

Page 9: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

7

mudah terpengaruh tersebut, sesungguhnya bisa dijadikan kesempatan dalam

menanamkan nilai-nilai positif kepada mereka.

Sebagai pemilih pemula pelajar berpotensi besar untuk Golput jika tidak

memperoleh sosialisasi politik yang positif dan memadai. Sebaliknya, mereka

berpotensi menyumbang suara yang signifikan (tidak Golput) saat sosialisasi

politik berjalan baik. Meskipun muda dipengaruhi, faktanya secara psikologis

pemilih pemula cenderung lebih kritis dan mandiri. Prospek modal itu cukup

cerah ketika dikembangkan. Karena mereka tidak hanya dapat menjadi objek

sosialisasi politik, tetapi juga subjek sosialisasi politik. Dengan kata lain peran

mereka sebagai agen sosialisasi politik memang patut diperhitungkan. Pelajar

diharapkan mampu menaikkan pengetahuan dan kesadaran politik orang lain

yang berada di sekitarnya, terutama pada aspek urgenitas berpartisipasi dalam

Pemilu. Hal tersebut berkat tiga kompetensi kewarganegaraan yang diperoleh

dari dalam maupun luar sekolah (institusi pendidikan), yakni civic knowledge,

civic skill, dan civic disposition.

7. KHALAYAK SASARAN

SMA Kesatrian 1 Semarang berdiri sejak tanggal 20 Mei 1967. Dalam usia

yang telah 46 tahun menempatkan dirinya sebagai salah satu sekolah favorit yang

menjadi “idaman” warga Kota Semarang secara khusus, dan Jawa Tengah secara

umumnya. Hal itu dibuktikan dengan status sekolah yang terakreditasi A dan title

RSMABI. Dengan lokasi yang sangat strategis di Jalan Pamularsih 116 Semarang

(dekat jalur Pantura Semarang-Jakarta) memungkinkan bagi calon siswa manapun

termasuk dari luar kota untuk menuntut ilmu di sana.

Demi mewujudkan dan merespon kebijakan pemerintah era reformasi, yaitu

otonomi bidang pendidikan yang akan diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia,

SMA Ksatrian 1 menetapkan visi: “Utama dalam iman dan prestasi, berlandaskan

kedisiplinan dan kekeluargaan”. Selanjutnya, misi sekolah adalah: 1) Menyiapkan

generasi muda beriman, ber-akhlakul karimah, berwawasan luas, serta berdisiplin

tinggi siap menyongsing masa depan; 2) Membantu siswa mengenali potensi diri

sehingga dapat dikembangkan secara optimal; 3) Mengembangkan sistem belajar

Page 10: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

8

yang efektif dan antisipatif terhadap perkembangan IPTEK; 4) Menciptakan rasa

semangat kekeluargaan dan kebersamaan di sekolah dan masyarakat.

Dalam program pengabdian masyarakat ini, sasaran ditujukan kepada siswa

kelas XI dan XII SMA Ksatrian 1 Semarang. Bagi para siswa kelas XI dan kelas

XII, pemberian sosialisasi politik dimaksudkan agar siswa bisa berkontribusi aktif

dalam Pemilu Legislatif dan Presiden tahun 2014. Di samping itu, tujuan lainnya

yakni membentuk pelajar sebagai bagian dari pemilih pemula cerdas serta cermat

yang sekaligus dapat berperan menjadi agen sosialisasi politik di “domain” sekitar

mereka.

Total siswa kelas XI dan XII SMA Ksatrian 1 Semarang sejumlah 800 anak

dengan usia antara 16-18 tahun. Agar sosialisasi politik berlangsung efektif, untuk

peserta diambilkan dari perwakilan kelas dengan jumlah total hanya sebanyak 100

anak. Selanjutnya, mengenai perbandingan jenis kelamin (antara putra dan putri)

tidak ada ketentuan khusus. Jadi, secara alami menyesuaikan siapa yang berminat

mengikuti program sosialisasi politik tanpa melihat proporsi jenis kelamin antara

putra dan putri. Dalam hal ini, tim pengabdian akan berkoordinasi dengan Wakil

Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan guna penjaringan peserta.

8. METODE

a. Perizinan Pelaksanaan Program

1). Perizinan program ditujukan kepada Kepala Sekolah beserta Wakil Kepala

Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Ksatrian 1 Semarang sebagai pemegang

otoritas terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan siswa.

2). Perizinan lokasi penyelenggaraan program ditujukan kepada Wakil Kepala

Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, serta bagian Tata Usaha (TU) SMA

Ksatrian 1 Semarang sebagai penanggungjawab kebijakan perizinan lokasi

program.

b. Pendataan Siswa dan Pembagian Kelompok Kerja

Page 11: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

9

1). Pemantapan data peserta sosialisasi. Data yang dilihat, tidak hanya berupa

rincian nominal peserta melainkan juga hasil kuesioner dan pre-test siswa

seputar dunia Pemilu dan fenomena Golput.

2). Pembagian kelompok kerja siswa dilakukan agar nanti tahapan sosialisasi

berjalan efektif dan efisien. Di sisi lain pembagian kelompok kerja ini juga

memiliki fungsi tersendiri yakni sebagai wadah bertukar ide dalam proyek

yang ditugaskan.

c. Mekanisme Pelaksanaan Program

1). Pelaksanaan program ini sosialisasi Pemilu (politik) menggunakan strategi

penyampaian yang bersifat terpadu, sistematis, dan “holistik”. Selanjutnya

materi program bersumber dari 3 (tiga) modul yang telah dikeluarkan oleh

KPU pusat melalui situs www.kpu.go.id. Modul pertama berjudul “Pemilu

Untuk Pemilih Pemula”; modul kedua berjudul “Siap Menjadi Pemilih”;

serta yang terakhir, modul ketiga, dengan judul “Memilih dengan Cerdas

dan Cermat”. Kesemua modul tersebut, disusun Sekertariat Jenderal KPU

berserta Biro Teknis dan Hupmas pada tahun 2010.

2). Program sosialisasi dilakukan di SMA Ksatrian 1 Semarang, tepatnya pada

ruang serbaguna atau lapangan basket (menyesuaikan).

3). Sebelum acara inti dimulai, siswa diminta untuk menempatkan diri sesuai

dengan kelompok kerjanya masing-masing.

4). Acara didahului oleh sambutan Kepala Sekolah SMA Ksatrian 1 Semarang

yang sekaligus membuka acara. Kemudian dilanjutkan dengan pengarahan

singkat oleh ketua tim pengabdian mengenai mekanisme program.

5). Pada sosialisasi politik I metode sosialisasi yang digunakan adalah picture

to picture. Diawali dengan pengantar oleh pemateri, kemudian dilanjutkan

penjelasan mengenai urgenitas Pemilu sekaligus tata caranya. Penggunaan

metode picture to picture sangat “cocok”, karena metode tersebut memang

ditujukan untuk menanamkan meteri yang berwujud prosedur, urut-urutan

maupun alur tertentu. Di akhir bagian sosialisasi politik I, ada tanya-jawab

dan proyek penugasan yang akan diberikan kepada setiap kelompok kerja

Page 12: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

10

mengenai aksi mereka sebagai agen sosialisasi politik terhadap lingkungan

di sekitar mereka.

6). Pada sosialisasi politik ke II, setelah pemateri menyampaikan beberapa hal

tentang role pelajar sebagai agen sosialisasi politik dan apa saja yang bisa

mereka lakukan. Satu per satu kelompok kerja mempresentasikan gerakan

(aksi) yang akan mereka lakukan sebagai agen sosialisasi politik terhadap

lingkungan di sekitar mereka. Pasca presentasi masing-masing kelompok

kerja terdapat sesi tanya jawab termasuk diskusi singkat. Selanjutnya pada

tahap akhir sosialisasi politik II, diberikan post-test untuk dikerjakan guna

mengukur tingkat keberhasilan dari program.

d. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring program dilakukan dengan tetap menjalin komunikasi intens

terhadap peserta program maupun tenaga pengajar SMA Ksatrian 1 Semarang

(terutama yang turut mendampingi siswa saat sosialisasi berlangsung dan guru

mata pelajaran PKn). Setelah terlaksananya sosialisasi ini, diharapkan pelajar

sebagai pemilih pemula dapat berpartisipasi aktif dalam mengikuti Pemilu dan

menjadi agen sosialisasi politik bagi lingkungan sekitarnya. Kemudian, tahap

selanjutnya yaitu evaluasi dengan berdasarkan pada penilaian yang mencakup

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi penting untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan program dan hal apa saja yang masih membutuhkan

perbaikan-perbaikan.

9. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator tingkat keberhasilan program, diperoleh dengan melihat tiga aspek

yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Indikator Kognitif

Indikator kognitif mendorong siswa mampu mengerjakan tes, yang pada

konteks ini adalah tes tertulis (pos-test). Tes tersebut memacu siswa dalam hal

mempelajari konsep dan mencari solusi pemecahan suatu masalah. Bentuk tes

demikian, menghasilkan skor objektif dengan “akurasi” yang tinggi. Kegiatan

Page 13: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

11

dikatakan berhasil jika antara pre-test dan pos-test terdapat kenaikan nilai dan

rata-rata nilai peserta sosialisasi ada di atas 70 (nilai maksimal 100).

b. Indikator Afektif

Indikator afektif bisa disebut sebagai penilaian sikap, merupakan bagian

dari penilaian non-test. Ranah afektif meliputi nilai, sikap, dan minat. Menilai

aspek ini memang relative sulit, namun dapat dilakukan dengan teknik rating

scale. Kegiatan dikatakan berhasil jika rating scale seluruh peserta sosialisasi

mencapai angka 70 (nilai maksimal 100).

c. Indikator Psikomotorik

Indikator psikomotorik meliputi tujuh jenis perilaku, di antaranya yakni

persepsi, kesiapan, kreatifitas, dan penyesuaian. Dalam program ini, beberapa

kelompok kerja akan diminta untuk melakukan unjuk kerja. Hal itu bersandar

atas pemilihan performance test sebagai instrumen untuk mengukur indikator

psikomotorik. Kegiatan dikatakan berhasil jika performance test rata-rata dari

kelompok kerja mencapai angka 70 (nilai maksimal 100).

10. JADWAL KEGIATAN

JENIS KEGIATAN BULAN KE-

1 2 3

1. Persiapan

a. Survei lapangan x

b. Perizinan x

c. Pemantapan seluruh data peserta (termasuk:

pre-test) xx

2. Pelaksanaan Program

a. Sosialisasi politik I tentang “Urgenitas Aktif

dalam Pemilu” dan Penugasan xx

b. Sosialisasi politik II tentang “Pelajar sebagai xx

Page 14: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

12

Agen Sosialisasi Politik”, disusul oleh unjuk

kerja, dan post-test

3. Monitoring x

4. Evaluasi x

5. Penyusunan laporan

a. Penyusunan Laporan Akhir x

b. Pengiriman Laporan x

11. TIM PENGABDIAN

a. Ketua Pelaksana Kegiatan

1). Nama Lengkap : Arie Hendrawan

2). NIM : 3301410053

3). Prodi/ Jurusan/ Fakultas : PPKn/ PKn/ Ilmu Sosial

4). Bidang Keahlian : Civic Education

b. Anggota Pelaksana 1

1). Nama Lengkap : Anggun Wulan Sari

2). NIM : 3301409079

3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial

4). Bidang Keahlian : Civic Education

c. Anggota Pelaksana 2

1). Nama Lengkap : Eko Raismawati

2). NIM : 3301410058

3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial

4). Bidang Keahlian : Civic Education

d. Anggota Pelaksana 3

1). Nama Lengkap : Abdul Baist

2). NIM : 3301410028

Page 15: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

13

3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial

4). Bidang Keahlian : Civic Education

e. Anggota Pelaksana 4

1). Nama Lengkap : Rizka Yulianingtyas

2). NIM : 3301410089

3). Program Studi/ Fakultas : PPKn/ Ilmu Sosial

4). Bidang Keahlian : Civic Education

12. BIAYA KEGIATAN

Dana LP2M = Rp. 3.000.000,00

a. Bahan habis pakai

1). Kertas HVS 1 RIM = Rp. 30.000,00

2). Tinta 5 buah x @Rp. 30.000,00 = Rp. 150.000,00

3). Batu baterai alkaline 5 x @Rp. 10.000,00 = Rp. 50.000,00

4). Foto Copy proposal 3 x @Rp. 5.000,00 = Rp. 15.000,00

5). Foto Copy materi 100 x 2 x @Rp. 1.000,00 = Rp. 200.000,00

6). Foto Copy pre-post test 100 x @Rp. 1.000,00 = Rp. 100.000,00

7). Penugasan proyek 10 x @Rp. 10.000,00 = Rp. 100.000,00

8). Bulpoint 100 x @Rp 1.000,00 = Rp. 100.000,00

9). Blocknote 100 x @Rp 1.500,00 = Rp. 150.000,00

b. Konsumsi

1). Snack peserta 100 x 2 x @Rp. 3.000,00 = Rp. 600.000,00

2). Snack pendamping 5 x 2 x @Rp. 5.000,00 = Rp. 50.000,00

3). Makan panitia 5 x 2 x @Rp. 10.000,00 = Rp. 100.000,00

c. Peralatan

1). Sewa Camera Digital = Rp. 50.000,00

2). Sewa handicam = Rp. 100.000,00

3). Sewa printer = Rp. 30.000,00

Page 16: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

14

d. Perjalanan

1). Biaya Perjalanan 5 x 2x @Rp 10.000,00 = Rp. 100.000,00

2). Transportasi lokal 5 x @Rp 20.000,00 = Rp. 100.000,00

e. Lain-lain

1). Monev = Rp. 200.000,00

2). Sound system = Rp. 200.000,00

3). MMT = Rp. 100.000,00

4). Kenang-kenangan = Rp. 100.000,00

5). Award = Rp. 375.000,00 +

Jumlah = Rp. 3.000.000,00

13. LAMPIRAN-LAMPIRAN

a. Daftar Pustaka

Buku

Chamim, Asyukuri. 2003. Seri Pendidikan Pemilihan Untuk Pelajar Menuju

Pemilu Pemilu yang Demokratis dan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: ----

Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR).

Handoyo, Eko, dkk. 2010. Etika Politik dan Pembangunan. Semarang:--------

Widya Karya Press.

Rush, Michael dan Phillip Althoff. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. ----------

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sunarto. 2004. Sistem Politik Indonesia. Semarang: Jurusan Politik dan -------

Kewarganegaraan Universitas Negeri Semarang.

Varma, S.P. 2001. Teori Politik Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Peraturan-peraturan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Internet

____ . 2009. Hasil Pemilu 2009: Partai Golput Menjadi Pemenang. ------------

Page 17: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

15

Http://nusantaranews.wordpress.com. Diunduh tanggal 4 Agustus 2013.

____ . 2013. Rakyat Tak Percaya Elite Politik: 2014 Golput Menang. ----------

Http://hariandialog.com. Diunduh tanggal 4 Agustus 2013.

Skripsi

Adhani, Yulia. 2012. Sosialisasi Peraturan dan Mekanisme Pemilukada -------

dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegaraan Pemilih Pemula ------

(Studi Kasus Sosialisasi Politik Pada KPU Provinsi DKI Jakarta) --------

Universitas Pendidikan Indonesia: Skripsi Sarjana UPI.

b. Biodata Ketua dan Anggota Pelaksana

1). Ketua Pelaksana

Nama Lengkap : Arie Hendrawan

TTL : Kudus, 28 Agustus 1992

Alamat : Jepang, RT 05/ RW10, Mejobo, Kab. Kudus

E-mail : [email protected]

No. HP : 085740228837

Riwayat Pendidikan:

SD : SD 1 Jati Kudus

SMP : SMP 1 Jati Kudus

SMA : SMA 1 Bae Kudus

PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010

2). Anggota Pelaksana 1

Nama Lengkap : Anggun Wulan Sari

TTL : Semarang, 18 Agustus 1991

Alamat : Jl. Gedong Songo, Semarang

E-mail : [email protected]

No. HP : 085727149338

Riwayat Pendidikan :

SD : SD 2 Manyaran Semarang

Page 18: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

16

SMP : SMP 19 Semarang

SMA : SMA 7 Semarang

PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2009

3). Anggota Pelaksana 2

Nama Lengkap : Eko Raismawati

TTL : Kudus, 25 Agustus 1992

Alamat : Temulus, RT 05/ RW 04, Kab. Kudus

E-mail : [email protected]

No. HP : 085727525541

Riwayat Pendidikan :

SD : SD 2 Temulus Mejobo Kudus

SMP : SMP 1 Mejobo Kudus

SMA : SMA 1 Mejobo Kudus

PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010

4). Anggota Pelaksana 3

Nama Lengkap : Abdul Baist

TTL : Tegal, 9 Agustus 1991

Alamat : Tembok Kidul, RT 07/ RW 01, Tegal

E-mail : [email protected]

No. HP : 085879832886

Riwayat Pendidikan :

SD : MI Miftakhul Athfal Tembok Kidul

SMP : SMP 1 Adiwerna Tegal

SMA : SMK 1 Adiwerna Tegal

PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010

5). Anggota Pelaksana 4

Nama Lengkap : Rizka Yulianingtyas

TTL : Pati, 22 Juli 1992

Page 19: SOSIALISASI POLITIK SEBAGAI WUJUD ISR MAHASISWA DALAM MENCEGAH GOLPUT BAGI SEGMENTASI PEMILIH PEMULA DI SMA KSATRIAN 1 SEMARANG

17

Alamat : Pakis, RT 02/ RW 03, Tayu, Pati

E-mail : [email protected]

No. HP : 085326870565

Riwayat Pendidikan :

SD : SD 2 Pakis

SMP : SMP 1 Tayu Pati

SMA : SMA 1 Tayu Pati

PT : Universitas Negeri Semarang angkatan 2010

c. Denah Lokasi Kegiatan

Keterangan:

A: Universitas Negeri Semarang

B: SMA Ksatrian 1 Semarang