Sop Lavase Lambung

5
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) GASTRIC LAVAGE (KUMBAH LAMBUNG) A. Definisi Kumbah lambung adalah prosedur memasukkan air atau salin normal ke dalam abdomen melalui pemasangan selang nasogastrik melalui hidung atau mulut menuju esofagus dan lambung (Ostergaard & Kaplow, 2007). Lavase lambung untuk tujuan penanganan racun yang tertelan akan efektif kejadian saat racun tertelan berlangsung tidak lebih dari satu jam (MHS, 2011; McCann, Judith A. Schilling; et al, 2009) B. Tujuan 1. Melokalisasi perdarahan saluran cerna atas 2. Mengevaluasi keparahan perdarahan 3. Mencegah aspirasi bekuan darah 4. Membersihkan lambung untuk persiapan endoskopi 5. Mencegah dan mengatasi keracunan akibat overdosis obat- obatan, makanan, atau bahan beracun lainnya yang tertelan. (WHO, 2013; McCann, Judith A. Schilling; et al, 2009; Ostergaard & Kaplow, 2007) C. Indikasi 1. Perdarahan saluran cerna atas 2. Keracunan 3. Persipan endoskopi atau pre-op laparotomi 4. Pasien dengan penurunan kesadaran dan/atau penurunan refleks muntah (McCann, Judith A. Schilling; et al, 2009) D. Kontraindikasi 1. Tertelan cairan/zat bersifat korosif 2. Pasien dengan varises esofagus 3. Riwayat bedah gastrointestinal dalam waktu dekat 4. Pasien dengan risiko tinggi perdarahan atau perforasi gastrointestinal

description

sdasdasf

Transcript of Sop Lavase Lambung

Page 1: Sop Lavase Lambung

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

GASTRIC LAVAGE

(KUMBAH LAMBUNG)

A. DefinisiKumbah lambung adalah prosedur memasukkan air atau salin normal ke dalam abdomen melalui pemasangan selang nasogastrik melalui hidung atau mulut menuju esofagus dan lambung (Ostergaard & Kaplow, 2007). Lavase lambung untuk tujuan penanganan racun yang tertelan akan efektif kejadian saat racun tertelan berlangsung tidak lebih dari satu jam (MHS, 2011; McCann, Judith A. Schilling; et al, 2009)

B. Tujuan1. Melokalisasi perdarahan saluran cerna atas2. Mengevaluasi keparahan perdarahan3. Mencegah aspirasi bekuan darah4. Membersihkan lambung untuk persiapan endoskopi5. Mencegah dan mengatasi keracunan akibat overdosis obat-obatan, makanan, atau bahan

beracun lainnya yang tertelan.(WHO, 2013; McCann, Judith A. Schilling; et al, 2009; Ostergaard & Kaplow, 2007)

C. Indikasi1. Perdarahan saluran cerna atas2. Keracunan3. Persipan endoskopi atau pre-op laparotomi4. Pasien dengan penurunan kesadaran dan/atau penurunan refleks muntah

(McCann, Judith A. Schilling; et al, 2009)

D. Kontraindikasi1. Tertelan cairan/zat bersifat korosif2. Pasien dengan varises esofagus3. Riwayat bedah gastrointestinal dalam waktu dekat4. Pasien dengan risiko tinggi perdarahan atau perforasi gastrointestinal

(McCann, Judith A. Schilling; et al, 2009; Ostergaard & Kaplow, 2007)

E. Persiapan alat dan bahan

1. Selang NGT2. Spuit 50 cc atau 20 cc3. Klem4. Tounge spatel5. Lubricant/gel, lebih baik yang

mengandung anestesi Lidocain6. Air minum atau normal saline

(NaCl 0,9%) dengan suhu 20,2°C 1 – 3 L, sesuai kebutuhan.

7. Kasa bersih8. Bak instrumen9. Gelas ukur10. Botol drainase11. Arang aktif dan segelas air

minum12. Alat pelindung diri (sarung

tangan bersih, gaun, dan masker)13. Plester

Page 2: Sop Lavase Lambung

14. Stetoskop15. Handuk dan linen ganti16. Tounge spatel17. Kertas lakmus/pH strip

18. Tablet arang aktif19. Norepinefrin dan spuit 3 cc20. Set suction

F. Prosedur tindakan

a. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien, jaga privasi, dan cuci tangan.b. Letakkan gel secukupnya pada kasa untuk melumasi selang.c. Untuk penanganan keracunand. Posisikan klien pada high Fowler atau dengan leher ekstensi.e. Letakkan handuk pada dada klien.f. Kenakan alat pelindung diri: sarung tangan bersih, gaun, dan masker.g. Periksa kelancaran jalan napas dari hidung dengan meminta klien menutup salah satu

nostril dan bernapas dengan nostril yang lain, lakukan pada kedua nostril. Nostril yang lancar akan dipergunakan untuk bernapas, sedangkan yang kurang lancar akan digunakan sebagai jalan masuk selang NGT.

h. Ukur panjang selang NGT yang akan dimasukkan: Keluarkan selang NGT dari bungkus, gulung di tangan. Ukur selang dari puncak aurikel ke apeks hidung, dan dari apeks hidung ke

prosesus xipoideus, tambah 1 – 2 cm, beri tanda. Usahakan selang tidak menyentuh klien untuk menjaga kebersihan selang.

i. Lubrikasi ujung selang dengan kasa yang sudah diberi gel. Tutup ujung selang NGT yang lain dengan menekuk ujung selang, klem, atau dengan memasangkannya dengan spuit.

j. Masukkan selang melalui nostril secara lembut dan perlahan. Instruksikan klien untuk menelan saat selang dimasukkan. Perhatikan respons klien:- Jika klien tiba-tiba batuk, kemungkinan selang masuk ke trakea. Tarik kembali

selang, ulang kembali tindakan.- Jika klien tampak akan muntah, ini adalah respons normal. Biasanya tidak terjadi

pada pasien dengan penurunan kesadaran dan penurunan gag refleks. Jika klien muntah, segera suction.

- Perhatikan jalur masuk selang: jalur masuk selang yang salah akan membuat selang terkumpul di rongga mulut, minta klien membuka mulut, bantu dengan tounge spatel.

k. Jika terjadi hambatan atau tahanan saat memasukkan selang, coba tarik kembali selang sedikit, lalu masukkan kembali. Hindari pemaksaan masuknya selang, karena dapat menyebabkan epistaksis dan jedera jaringan.

l. Jika selang telah masuk sampai batas yang dibuat, periksa keberhasilan selang memasuki lambung:- Aspirasi udara 10 – 30 cc dengan spuit di udara bebas.- Pasang kembali spuit ke selang NGT.- Auskultasi epigastrium dengan memasukkan udara dari spuit ke selang secara

tiba-tiba- Bunyi “bulb” menandakan selang berhasil memasuki lambung.- Lepaskan spuit dan klem kembali ujung selang

Page 3: Sop Lavase Lambung

m. Fiksasi selang NGT pada nostril klien dengan plester.n. Bantu klien ke posisi Trendelenberg dengan miring ke sisi kiri klien. Berikan

sandaran bantal pada punggung klien untuk memberikan rasa nyaman dan mempertahankan posisi.

o. Hubungkan ujung selang yang masih dalam kondisi diklem ke botol normal saline. Posisikan botol lebih tinggi dari kepala klien. Buka klem dan alirkan normal saline pertama sebanyak 250 cc (pada anak-anak normal saline: 10 ml/kgBB), untuk melihat toleransi klien.

p. Klem selang, lepaskan konektor dari botol normal saline.q. Arahkan konektor ke gelas ukur, buka klem, biarkan cairan lambung keluar.

Usahakan cairan yang masuk sama dengan cairan yang keluar. Masase abdomen untuk membantu mengeluarkan cairan yang tertinggal. Jika cairan yang keluar jauh lebih sedikit dari yang masuk, posisikan ulang selang NGT hingga jumlah cairan yang keluar cukup.

r. Ulangi prosedur pembilasan hingga cairan lambung yang keluar berwarna jernih atau pucat. Hal ini mengindikasikan lambung telah bersih dari racun atau darah.

s. Berikan arang aktif secara oral atau melalui selang NGT dengan menggerus arang aktif dan dilarutkan ke dalam air minum dengan perbandingan arang : air = 1 : 8 – 10, (contoh: 5 gram arang dalam 40 cc air) masukkan dengan bantuan spuit atau corong.

Dosis arang aktif:Anak-anak ≤ 1 tahun : 1 gram/kgBBAnak-anak 1 – 12 tahun : 25 – 50 gramRemaja dan dewasa : 25 – 100 gram

Arang aktif dapat diberikan sekaligus atau sesuai toleransi klien.

t. Monitor tanda-tanda vital, output urine, dan tingkat kesadaran setiap 15 menit selama 4 – 24 jam. Klien mungkin akan mengalami bradiarritmia terutama jika menggunakan air dingin atau bahkan aritmia jantung jika menggunakan air es (alasan mempersiapkan norepinefrin).

u. Dokumentasikan:- Tanggal dan waktu tindakan- Ukuran dan tipe selang NGT yang dipakai- Volume dan jenis irigan (air, normal saline, dll)- Volume cairan lambung- Warna dan konsistensi drainase- Perubahan tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran sebelum, selama, dan sesudah

prosedur

Page 4: Sop Lavase Lambung

- Respons klien: toleransi tindakan- Catatan penting lain

(WHO, 2013; MHS, 2011; McCann, Judith A. Schilling et al, 2009; Ostergaard & Kaplow, 2007)

G. Daftar Pustaka

McCann, Judith A. Schilling; et al. (2009). Lippincott's Nursing Procedure (5th ed.). (J. P. Kowalak, Ed.) Philadephia: Lippincott William & Wilkins.

MHS, M. o. (2011, Desember). Management of Poisoning.

Ostergaard, P., & Kaplow, R. (2007). Gastrointestinal Intervention. In R. Kaplow, & S. R. Hardin, Critical Care Nursing: Synergy for Optimal Outcomes (pp. 421-422). Jones & Bartlett Learning.

WHO. (2013). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illness (2nd ed.). World Health Organization 2013.