Solusi Eksak Persamaan Ernst Dengan Parameter Deformasi ...
Transcript of Solusi Eksak Persamaan Ernst Dengan Parameter Deformasi ...
3
PERGURUAN TINGGBULAN DAN TAHUN
LAPORAN PENELITIAN HIBAH FAKULTAS
Solusi Eksak Persamaan Ernst Dengan Parameter
Deformasi Rill Oleh Sumber Medan Gravitasi Simetri Aksial Statik
Drs. Bansawang BJ, M.Si
DR. Tasrief Surungan, M.Sc
Prof. DR. rer.nat H. Wira Bahari Nurdin
Dibiayai Oleh
DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Penelitian No. 96/UN4.LK.26/2012
Tanggal 1 Oktober 2012
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2012
MIP
A
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya sehingga laporan hasil penelitian ini dapat kami selesaikan. Penelitian ini diberi
judul Solusi Eksak Persamaan Ernst Dengan Parameter Deformasi Rill Oleh Sumber medan
Gravitasi Simetri Aksial Statik.
Dalam menyelesaikan laporan penelitian ini, kami mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada sdr. DR. Tasrief Surungan, M.Sc dan
Prof. DR. rer.nat Wira Bahari Nurdin sebagai anggota peneliti yang telah membantu
dalam kelancaran pembuatan laporan penelitian ini. Ucapan terima kasih yang sama kepada
Ketua serta Sekretaris LP2M Unhas yang telah membiayai penelitian ini melalui dana DIPA
Universitas Hasanuddin sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No.
96/UN4.LK.26/2012 Tanggal 1 Oktober 2012. Demikian pula ucapan terima kasih kepada
Dekan FMIPA dan Ketua Jurusan Fisika sebagai fasilitator untuk kelancaran pembuatan
laporan ini serta sdr(i) Sukmawati Said, S.Si yang telah membantu pengetikan beberapa
bagian dalam laporan ini. Dan yang terakhir yang tak kalah pentingnya ucapan terima kasih
kepada istri tercinta Hafsah dan kedua putri penulis Annisa Iqriyah dan Isra Leyla yang
selalu menggantungkan harapan masa depannya kepada penulis atas segala pengorbanan dan
kesabarannya.
Semoga penelitian ini merupakan tahap awal dan dasar untuk dapat memasuki kajian
fisika teori yang lebih lanjut terutama pada Theory Of Everything (TOE). Diharapkan pula
laporan ini dapat memperkaya materi perkuliahan Relativitas Umum yang ada pada Prodi
Fisika FMIPA Unhas.
Makassar, Desember 2012
Penulis
6
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran A : Pembuktian turunan kovarian dari tensor metrik kontravarian 0; g 31
Lampiran B : Lambang Christoffel untuk tensor metrik medan statik simetri aksial 32
Lampiran C : Tensor Ricci medan statik simetri aksial 34
Lampiran D : Penurunan fungsi γ dalam sistem koordinat prolate spheroidal 40
7
DAFTAR ISI
hal.
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Lampiran iv
Daftar isi v
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Tujuan Penelitian 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2
II.1 Prinsip Dasar Dalam Medan Gravitasi 3
II.2 Elemen Garis Dalam Sistem Koordinat Empat 4
II.3 Tensor Riemann-Christoffel Dalam Ruang Lengkung dan
Persamaan Gravitasi Einstein 7
II.4 Asas Variasi Persamaan Medan Gravitasi Einstein 12
III. METODE PENELITIAN 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17
IV.1 Penurunan Persamaan Medan Gravitasi Statik Simetri Aksial 17
IV.2 Penurunan Persamaan Ernst 20
IV.3 Solusi Medan Statik Simetri Aksial Dengan Parameter Deformasi Riil 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN 29
V.1 Kesimpulan 29
V.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
Lampiran A 31
Lampiran B 32
Lampiran C 34
Lampiran D 40
8
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam mekanika klasik Newton diasumsikan bahwa hukum-hukum tentang gerak
invarian (tidak berubah bentuknya) dibawah tranformasi Galileo yaitu suatu transformasi dari
suatu sistem koordinat ke koordinat lain yang bergerak lurus beraturan. Sistem koordinat
yang bersifat serba sama kesegala arah (uniform) dan bergerak translasi terhadap yang lain
dikenal sebagai sistem koordinat inersial. Sedangkan dalam teori relativitas khusus
menyatakan hukum-hukum fisika invarian dibawah transformasi Lorentz atau dengan kata
lain hukum-hukum fisika berlaku sama baiknya pada suatu sistem koordinat yang bergerak
relatif terhadap sistem koordinat yang telah dipilih dengan kecepatan konstan.
Untuk memberi landasan terhadap perlunya memperluas teori relativitas khusus, maka
perlu dikemukakan suatu fakta bahwa percepatan yang dialami oleh suatu benda ternyata
tidak tergantung pada massa lembamnya yang mendapat dukungan eksperimen Eotvos1)
,
sehingga massa lembam (ml) dan massa gravitasi (mG) adalah ekivalen. Disamping itu pula
karena setiap benda bermassa tak dapat bebas dari pengarus gravitasi, maka geometri yang
memuat hukum gravitasi hatus berlaku sama baiknya untuk semua sistem koordinat atau
dengan kata lain harus kovarian terhadap semua substitusi sistem koordinat. Geometri yang
demikian haruslah memiliki tensor metrik g yang merupakan fungsi ruang-waktu.
Untuk membangun persamaan medan dimana prinsip ekivalen tercakup didalamnya,
maka Einstein telah berhasil merumuskan suatu persamaan medan gravitasi yang konvarian
umum yaitu memuat prinsip ekivalen. Persamaan medan Einstein tersebut sekalipun
merupakan persamaan diferensial parsial yang sangat tidak linear, namun solusi eksak
maupun solusi non-eksaknya banyak yang diturunkan dari sistem fisis khusus.
Dewasa ini kajian tentang medan gravitasi kovarian telah menjadi sesuatu yang
sangat penting dalam kajian fisika teori. Hal ini sehubungan dengan hasrat para fisikawan
teoritik untuk menyatukan gaya-gaya fundamental alam semesta, maka beberapa dekade
terakhir ini, kajian medan gravitasi kovarian telah menjadi sesuatu yang sangat penting
dalam fisika teori. Setelah Einstein berhasil membangun persamaan medan yang didalamnya
memuat prinsip ekivalensi, telah banyak memberikan kontribusi pada kajian bidang lain,
terlebih lagi pada String Theory (Theory Of Everything=TOE) yang belakangan ini banyak
9
fisikawan berharap menjadi teori yang dapat menyatukan ke empat gaya fundamental yakni
gravitasi, lemah, elektromagnet dan nuklir.
Masalah penyelesaian persamaan medan vakum Einstein simetri aksial stasioner
telah direduksi menjadi persamaan diferensial biasa dengan dua fungsi medan simetri aksial f
dan ω dalam ruang Eucliden tiga dimensi. Penyederhanaan persamaan dasar medan gravitasi
Einstein yang memiliki sifat simetri aksial ruang-waktu dan berotasi stasioner telah
diturunkan dalam koordinat selinder dengan metode Ernst2)
. Namun demikian, persamaan ini
masih cukup sulit untuk mendapatkan penyelesaiannya termasuk untuk solusi medan statik.
1.2 Rumusan Masalah
Penurunan persamaan medan gravitasi Einstein dapat dilakukan dengan menggunakan
variasi integral aksi dengan rapat Lagrangian Hilbert3)
maupun melalui analisa tensor
Riemann-Christoffel dalam ruang lengkung4)
. Meskipun persamaan medan gravitasi Einstein
sangat tidak linear, namun Ernst berhasil memormulasi ulang menjadi persamaan diferensial
biasa dengan memperkenalkan suatu fungsi potensial kompleks yang dikenal sebagai
persamaan Ernst. Dalam penelitian ini akan ditinjau suatu kasus medan gravitasi Einstein
yang memiliki sumbu simetri aksial statik untuk dicari solusinya dan konsekuensi fisis yang
ditimbulkannya. Peninjauan medan gravitasi sumbu simetri rotasi diilhami teorema Hawking
bahwa solusi eksterior dari lubang hitam (Black Hole) haruslah mempunyai sumbu simetri4)
.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Merumuskan persamaan medan gravitasi kovarian Einstein melalui
formalisme integral Aksi dalam ruang lengkung 4-dimensi ruang-waktu.
2. Mendapatkan persamaan medan statik simetri aksial yang diturunkan dari
persamaan dasar medan gravitasi vakum Einstein.
3. Menemukan penyelesaian persamaan Einstein dengan metode Ernst
dengan parameter deformasi rill oleh sumber medan gravitasi simetri
aksial statik.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Prinsip Dasar Dalam Medan Gravitasi
Prinsip ekivalen oleh Einstein digarap sebagai suatu asas yang sangat mendasar, yang
selanjutnya merupakan landasan bagi perumusan teori relativitas umum. Untuk memberi
gambaran kearah pengertian prinsip ekivalen, bahwa massa suatu benda dapat ditentukan
dengan mengukur percepatannya yang dihasilkan oleh suatu gaya yang diketahui, yaitu :
aF
ml (2.1)
dengan lm adalah massa lembam. Selain itu dapat pula ditentukan massa suatu benda dengan
mengukur besar gaya gravitasi yang bekerja padanya oleh benda lain, misalnya bumi (Mb)
yaitu :
2r
MmGF bg
(2.2)
sehingga
2
111
r
MmGam bg
l (2.3a)
Selanjutnya untuk benda kedua :
2
222
r
MmGam bg
l (2.3b)
Menurut hasil pengamatan menunjukkan bahwa setiap benda jatuh bebas dalam ruang
vakum tampak percepatannya selalu sama, sehingga :
212211
g
g
l
l
m
m
amam (2.4a)
atau
11
2121
g
l
g
l
mm
mm (2.4b)
Menurut eksperimen Eӧtvos yang sangat teliti dan telah ditingkatkan oleh Dicke serta
Braginsky-Panov, ternyata perbandingan g
l
mm
selalu sama untuk berbagai macam jenis. Ini
berarti bahwa antara massa lembam suatu benda dan massa gravitasinya selalu ekivalen dan
tidak tergantung pada jenis materi benda.
Dengan demikian percepatan yang dialami oleh suatu benda jatuh bebas tidak
bergantung pada massa dan strukturnya (weak eqivalensi principles) dan juga bahwa antara
kerangka lembam dan yang bukan tak dapat dibedakan sama sekali dan karena itu perumusan
persamaan hukum-hukum fisika haruslah berlaku sama baiknya untuk semua kerangka
koordinat yakni kovarian terhadap setiap pemasukan dalam keadaan bagaimanapun.
Asas kovarian umum dapat dinyatakan salah satu diantaranya pernyataan berikut ini 1)
:
1) Semua sistem koordinat sama baiknya dalam mengungkapkan hukum-hukum fisika.
Oleh karena itu semua sistem koordinat haruslah diperlakukan sama.
2) Persamaan yang mengungkapkan hukum-hukum fisika harus berbentuk tensor dan
dinyatakan dalam ruang waktu Riemann empat dimensi
3) Persamaan yang mengungkapkan hukum-hukum fisika haruslah mempunyai bentuk
yang sama dalam semua sistem koordinat
II.2. Elemen Garis Dalam Sistem Koordinat Empat
Dalam teori relativitas khusus, ruang dan waktu telah dipadukan secara integral ke
dalam ruang berdimensi empat di mana kelajuan cahaya dalam vakum dikalikan dengan
waktu ditafsirkan sebagai sumbu ke-empat seperti dikemukakan oleh Minkowski dalam
perumusan teori relativitas khusus Einstein. Semua gejala fisika kejadiannya dengan unik
dapat dinyatakan dalam ruang empat Minkowski dan tidak diperlukan ruang yang lebih besar
cacah dimensinya secara geometrik.
12
Selama ini yang telah diketahui bahwa defenisi ruang Euclid adalah ruang datar.
Dengan melakukan transformasi koordinat riil dan dimasukkan dalam sistem koordinat yang
tensor metriknya ikg akan memberikan nilai ik konstan. Sesuai dengan defenisi ini maka
ruang Minkowski empat dimensi bukanlah Euclidean. Pada dasarnya antara ruang Euclid dan
ruang Minkowski dapat dibedakan dari elemen garis, dimana bentuk kuadrat diferensial
koordinat dari ruang Euclid adalah positif defenitif :
02 iidxdxdS (2.5a)
Sedangkan bentuk kuadrat elemen garis yang bersangkutan dengan ruang Minkowski
menurut teori relativitas khusus dinyatakan sebagai :
iidxdxdxdS 20
2 (2.5b)
dengan dx0 = cdt. Menurut Minkowski, bila dS > 0 maka dikatakan “time like” sedangkan
bila dS < 0 dikatakan “space like” dan bila dS = 0 dikatakan “null like”. Kalau komponen-
komponen elemen garis kovarian dx bertransformasi menjadi kontravarian dx maka
elemen garis pada persamaan (2.5b) menjadi:
dxdxdS 2 (2.5c)
dengan merupakan fungsi vektor-empat x yang bernilai tetap. Tensor metrik
adalah tensor metrik yang bersangkutan dengan kerangka koordinat yang bergerak relatif satu
sama lain dengan kelajuan tetap dan berbentuk :
13
1000010000100001
Namun dalam relativitas umum, geometrinya haruslah kovarian terhadap semua
substitusi sistem koordinat sehingga hanya dimungkinkan bila tensor metriknya tidak tetap
terhadap perubah ruang-waktu. Tensor metrik yang demikian adalah g yang elemen-
elemennya tidak tetap. Dengan bantuan tensor metrik g akan memberikan suatu formulasi
yang lebih tepat mengenai prinsip ekivalensi. Hasrat untuk memormulasikan prinsip ekivalen
bahwa untuk setip titik X dalam medan gravitasi yang tidak tetap dapat didefinisikan suatu
kerangka inersial secara lokal dalam sistem koordinat Cartesian sedemikian Xg
dan 0 Xxx
g , dan turunannya yang lebih tinggi tidak mesti nol. Formulasi ini juga dapat
memberikan estimasi ruang-waktu pada daerah yang sempit dimana medan gravitasi dapat
ditransformasikan pada kerangka lembam secara lokal. Untuk itu, dengan ekspansi deret
Taylor dari Xg disekitar titik x = X, maka 4)
:
...
21 2
xx
gXxXx
x
gXxXgxg
Xx (2.6)
Suku kedua dalam persamaan (2.6) di atas adalah nol dan unuk memperluasnya dapat
mengabaikan suku XxXx sehingga kita dapat melakukan pendekatan metrik (x)
oleh Xgxg oleh yang mana teori relativitas khusus adalah .
14
II.3 Tensor Riemann-Christoffel Dalam Ruang Lengkung dan
Persamaan Gravitasi Einstein
Dalam teori vektor bahwa turunan kovarian suatu vektor kovarian Aた adalah:
Ax
AA ;
(2.7)
dimana
x
g
x
g
xg
gg21
(2.8)
yang dikenal sebagai lambang Christoffel.
Untuk turunan kovarian dari tensor kovarian rank 2 adalah:
AAx
AA ; (2.9)
Sedangkan untuk turunan kovarian dari tensor kontravarian rank dua dapat diperoleh dengan
mengalikan kedua belah ruas persamaan (2.9) dengan gg , yakni:
AggAggx
AggAgg ; (2.10)
Dimana suku pertama ruas kanan dapat diuraikan menjadi:
AggAggAAxA
AggAggAAxA
AgggAgggxA
Axg
gAxg
gAggxx
Agg
(2.11)
15
Kalau hasil ini dimasukkan kembali ke dalam persamaan (2.10) , maka tampak bahwa suku
kedua dan ketiga pada persamaan (2.10) akan dihapus oleh suku ke empat dan ke lima pada
persamaan persamaan (2.11), sehingga turunan kovarian dari tensor kontravarian rank dua
adalah:
AA
xA
A ; (2.12),
Selanjutnya turunan kovarian ;A jika dimasukkan dalam pernyataan (2.9), kita akan peroleh
Ax
AA
xA
x
AA
xxx
AA
2
;;
(2.13)
Selanjutnya jika ち dan τ dipertukarkan dengan maksud ingin menyusun suatu tensor
berbentuk ;;;; AA , maka diperoleh:
AR
AAAx
Ax
AA
;;;;
(2.14)
dimana
xxR (2.15)
Jika R disusutkan terhadap indeks τ dan ρ, akan didapatkan:
gx
gxxx
xxR
lnln
(2.17)
16
Karena ;;;; AA pada persamaan (2.16) merupakan tensor dan Aρ merupakan vector
sehingga R merupakan tensor pula dan dinamakan sebagai tensor kelengkungan
Riemann-Christoffel. Dari segi matematik bahwa bila sistem koordinat ruang sedemikian
sehingga tensor metrik gたち adalah konstan, maka R lenyap dan ini berhubungan dengan
ruang datar sedangkan untuk ruang lengkung tensor R tidak lenyap karena tensor metrik
gたち tidak konstan, dan secara dimensional satuannya merupakan kuadrat kebalikan panjang
sehingga memainkan peranan sebagai kelengkungan ruang. Tensor Riemann-Christoffel juga
memenuhi sifat-sifat berikut:
1) R bersifat anti-simetri terhadap pertukaran indeks た dan ち, yakni:
0 RR
2) Bila R dipertukarkan terhadap indeks kovariannya secara siklis,
dipenuhi:
0 RRR
3) ARAA ;;;;
Selanjutnya sifat-sifat dari tensor Reimann di atas akan lebih jelas jika kita
mendefenisikannya dalam bentuk kovarian secara penuh, yaitu dengan cara mengontraksikan
persamaan (2.15), maka:
xxg
RgR
(2.16)
Atau
xg
xg
gg
xx
g
xx
g
xx
g
xx
gR
2222
21
(2.17)
17
Bila ditinjau kerangka inersial dalam sistem koordinat Cartesian secara lokal, maka dua suku
terakhir pada persamaan (2.17) di atas akan lenyap mengingat prinsip ekivalen, yakni
0 Xxx
g , dimana turunan pertama (tetapi bukan turunan kedua dan yang lebih tinggi)
tensor metrik akan lenyap. Demikian pula halnya dengan affine connection ( tetapi bukan
turunan ) juga akan lenyap, sehingga:
xx
g
xx
g
xx
g
xx
gR
2222
21
(2.17)
Selanjutnya tensor Riemann juga memenuhi suatu identitas diferensial. Untuk maksud
tersebut tinjau persamaan (2.16) dan dengan mengambil turunan kovariannya, yakni:
;
;
xx
g
RgR
(2.18)
dimana telah diambil 0; g
Sekali lagi dengan mengambil kerangka inersial secara lokal dalam koordinat Cartesian,
maka affine connection akan lenyap sehingga diperoleh:
xxxg
xxg
RgR
;
;
(2.19)
atau
xx
g
xx
g
xx
g
xx
g
xR
2222
; 21
(2.20)
18
Dengan mempertukarkan indeks ;R secara siklis lalu menjumlahkannya akan diperoleh
suatu identitas yang sangat penting dalam perumusan teori medan gravitasi Einstein yang
dikenal sebagai identitas Bianchi, yakni:
0;;; RRR (2.21)
Dengan mengontraksikan tensor Riemann pada persamaan (2.17) dengan gg dan
mengambil turunan kovarian dari tensor kontravarian 0; g (Lampiran A) lalu menerapkannya
ke dalam identitas Bianchi pada persamaan (2.21) di atas, maka diperoleh:
021
;; RR
(2.21)
Akhirnya dengan mengalikan persamaan (2.21) dengan g , maka:
021
;
RgR
(2.22)
dimana telah dimanfaatkan 0; g.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa divergensi
kovarian tensor ( RgR 21 ) lenyap sehingga yang terdapat dalam kurung merupakan suatu
besaran kekal. Inilah yang dikenal sebagai tensor Einstein yang digunakan dalam perumusan teori
medan gravitasi yang sering menggunakan tensor metrik g , yakni:
RgRG 21
(2.23)
19
dengan gRR . Tensor Rたち pada persamaan (2.23) merupakan operator non-linear
orde dua yang beroperasi terhadap tensor gたち dan gたち
, yang dikenal sebagai tensor Ricci dan
juga disebut tensor kelengkungan, sedang R adalah kelengkungan skalar.
II.4 Asas Variasi Persamaan Medan Gravitasi Einstein
Dalam fisika klasik benda titik, biasanya fungsi Lagrange dipilih sebagai fungsi dari
pada beberapa parameter, seperti koordinat, momentum dan waktu. Sedangkan dalam teori
medan klasik yang merupakan generalisasi dari mekanika benda titik, yaitu dengan
mengambil banyaknya titik-titik menjadi tak berhingga sehingga variabel-variabel yang
digunakan adalah variabel kontinu dalam ruang datar , maka aksinya adalah:
xdxxI 4, ))(),(£(
(2.23)
dengan ))(),(£(£ , xx menyatakan fungsi kerapatan Lagrange (Lagrange density).
Integral aksi yang menggenerasikan persamaan relativistik medan gravitasi yang telah
dirumuskan pada persamaan (2.23) adalah:
DD
xdgRdxdxdxdxgRI 43210 (2.24)
Variasi terhadap gたち dan turunan pertamanya harus lenyap di batas D, namun tetap sembarang
di dalamnya. Secara eksplisit I dapat dituliskan sebagai:
xdggxx
xdggRxdgRI
D
DD
4
44
][
(2.25)
20
Variasi I kemudian kita kupas atas dua bagian, yaitu bagian pertama adalah:
DD
DxdggRxdggR
xdggRI44
4
(2.26)
Kita tinjau dulu bagian pertama ruas kanan variasi δI. Untuk keperluan ini variasi δRたち kita
nyatakan dalam variasi lambang Christoffel yang dapat dituliskan sebagai
;;
,,
,,
R
(2.27)
Karena 0; g , maka akan diperoleh hasil variasi bagian pertama persamaan (2.26) , yakni:
0][ 44 DD
xdgggx
xdggR (2.28)
yang ternyata harus lenyap sebagai konsekuensi teori Gauss. Jadi tinggal saham bagian kedua
(2.26) yang mengandung variasi, yakni:
ggggggg21
(2.29)
Dengan demikian variasi aksi I pada persamaan (2.26) menghasilkan
xdgRgRg
xdggRID
4
4
]21
[
(2.30)
21
Selanjutnya untuk merumuskan pernyataan bagi tensor energi-momentum jika dalam
aksi I terdapat rapat Lagrangian materi LM yang diberikan oleh:
xdgI M
4LK2R (2.31)
di mana LM adalah rapat Lagrangian dari materi, LG = R adalah rapat Lagrangian untuk
medan gravitasi. sedang R adalah kelengkungan skalar Ricci yang diungkapkan sebagai
RgR dengan Rたち adalah tensor Ricci seperti pada persamaan (2.17).
Untuk variasi terhadap terhadap rapat Lagrangian medan gravitasi telah diperoleh
seperti dalam persamaan (2.30) sehingga variasi aksi persamaan (2.31) cukup dikenakan
terhadap rapat Lagrangian gM L yang diberikan oleh:
xdg
gLg
x
gg
Lgx
gg
Lg
xdgg
Lgg
gLg
xdgL
M
MM
D
MM
DM
4
,
,
4,
,
4
(2.31)
Karena variasi medan lenyap di batas, maka menurut teori integral Gauss saham suku kedua
lenyap, sehingga peroleh:
D
D
MM
DM
xdgTg
xdggg
Lgxg
Lg
gxdgL
4
4
,
4
21
1
(2.32)
22
dimana tensor tenaga-momentum didefinisikan sebagai:
.
2
,
gLg
gLg
xgT MM
(2.32)
Dengan demikian variasi persamaan (2.31) diperoleh:
D
xdgKTRgRgI 4
21
(2.33)
karena gg sembarang dalam D variasi aksi 0I maka peroleh persamaan Einstein,
yakni:
TKRgRG 21
(2.34)
dengan 12484 detgram.cm/.1008,2
8K
cG
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah kajian fisika teoritik, sehingga metode yang digunakan adalah
menelusuri dan menurunkan persamaan-persamaan sesuai dengan kaidah-kaidah dengan
konsistensi matematika yang ketat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung lambang Christoffel dan tensor Ricci dalam ruang lengkung untuk
mendapatkan persamaan medan gravitasi dalam vakum untuk kasus sumber simetri
aksial statik.
2. Menurunkan persamaan Ernst pada persamaan (7) ke dalam bentuk persamaan
diferensial biasa dalam sistem koordinat “prolate spheroidal” untuk menyelesaikan
persamaan medan gravitasi simetri aksial statik dari langkah (1). Hasilnya akan
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh O. Tanimaru6)
.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Penurunan Persamaan Medan Gravitasi Statik Simetri Aksial
Secara umum tensor metrik pada elemen garis statik simetri rotasi dapat diungkapkan
dalam bentuk berikut:
2222121202 )(E)(D2)(B A ddxdxdxCdx)(dxdS (4.1)
dimana A, B, C, D dan E hanya fungsi dari dua koordinat rupa ruang (space like) x1 dan x
2
sedangkan x0
= ct adalah koordinat rupa waktu (time like) dan x3 adalah koordinat azimut dan
seluruh suku-suku lainnya yang tergabung dalam elemen garis lenyap.
Selanjutnya dengan menggunakan sifat dari tensor konformal Weyl, maka permukaan
ganda pada elemen garis dua dimensi pada persamaan (4.1) merupakan konformal datar ( flat
conformal ) sehingga tidak berubah terhadap sistem koordinat baru yakni )x,(x 2111 xx )x,(x 2122 xx dan elemen garis dua dimensi pada persamaan (4.1) diasumsikan
berbentuk:
22212221 )(D)(B dxdxedxdx (4.2)
dimana た adalah fungsi koordinat baru. Namun transformasi koordinat baru tersebut tidak
berpengaruh terhadap komponen-komponen lain pada tensor metrik, sehingga elemen garis
pada persamaan (4.1) dapat direduksi menjadi:
22221202 )(E A ddxdxe)(dxdS (4.3)
Weyl dan Levi-Civita telah mengungkapkan bahwa yang sesuai dengan fungsi A, た dan E
masing-masing:
25
22
2
2
eE
ee
eA (4.4)
dimana dan, adalah fungsi baru dari koordinat x1 dan x
2. Komponen-komponen
tensor metrik dari elemen garis (4.1) adalah:
000000000000
22
2
2
2
e
ee
e
g
(4.5)
dan komponen-komponen tensor metrik kontravariannya diberikan oleh:
000000000000
22
2
2
2
ee
ee
g
(4.6)
dengan 2det egg .
Dengan menggunakan nilai-nilai tensor metrik di atas, maka dapat dihitung lambang
Christoffel persamaan (2.8), yakni (Lampiran B):
2,2,222
332,2,13
23
1,1,221
331,1,13
13
222,
200
221,
100
2,2,222
211
1122,
002
1,1,212
122
1111,
001
,
,
,
,
,
e
e
ee (4.7)
Dimana tanda koma menunjukkan diferensial parsial 22,11, dan
xx sedangkan
komponen lambang Christoffel lainnya nol.
26
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (4.7) di atas, maka komponen-
komponen tensor Ricci dapat pula dihitung dengan menggunakan persamaan (2.17) sebagai
berikut (Lampiran C):
AAAAeR ,,1
,22
00
(4.8a)
2,2,1,1,1
,,1
11,1
1,1,,,11 2
AAAAAAR
(4.8b)
2,2,1,1,1
,,1
22,1
2,2,,,22 2
AAAAAAR
(4.8c)
AAAAAAeR ,,,1
,22
33
(4.8d)
1,2,2,1,1
12,1
2,1,12 2 R
(4.8e)
Dengan A=1, 2 dan komponen-komponen tensor Ricci yang lain adalah:
02313030201 RRRRR
(4.8f)
Sekarang dengan memilih keadaan vakum, maka komponen-komponen tensor Ricci
pada persamaan (4.8a )- (4.8e) dapat disamakan dengan nol karena komponen tensor energi-
momentum pada persamaan medan gravitasi Einstein (2.34) dalam vakum adalah nol.
Dengan demikian persamaan medan statik simetri aksial diperoleh:
0,,1
, AAAA
(4.9a)
0
2
2,2,1,1,1
,,1
11,1
1,1,,,
AAAAAA
(4.9b)
0
2
2,2,1,1,1
,,1
22,1
2,2,,,
AAAAAA
(4.9c)
0,,,1
, AAAAAA
(4.9d)
02 1,2,2,1,1
12,1
2,1,
(4.9e)
27
Yang pertama kita tinjau adalah persamaan (4.9a) dan (4.9d). Dari kedua persamaan tersebut
dapat diperoleh persamaan Laplace, yaitu:
0, 21222
2
21
2
, xxxx
AA (4.10)
Sehingga 21,xx adalah fungsi harmonik dengan koordinat x1 dan x
2.
Selanjutnya untuk menyederhanakan persamaan medan (4.9a) - (4.9e) digunakan
koordinat selinder dengan menandai 3210 ,, xdanzxxctx , maka persamaan
medan vakum dapat direduksi menjadi empat persamaan dengan dua fungsi medan ね dan γ
yang belum diketahui, yakni:
1. 01
2
2
2
2 z (4.11a)
2.
22
z (4.11b)
3.
22
2
2
2
2
zz (4.11c)
4. zz
2 (4.11d)
Persamaan (4.11a)-(4.11d) adalah persamaan medan gravitasi dalam vakum untuk kasus
benda yang memiliki simetri rotasional aksial statik.
IV.2 Penurunan Persamaan Ernst
Rapat Lagrangian yang diasosiakan oleh elemen garis dS sumbu simetri ruang waktu
stasioner yang dinyatakan dalam koordinat selinder tz ,,, seperti yang dikemukakan
oleh Ernst, yakni:
212
21
21
ffffL (4.12)
28
Dengan melakukan variasi terhadap fungsi f dan の dengan menggunakan persamaan Euler-
Lagrange, yakni:
0(
LL (4.13
maka untuk medan f , persamaan Euler-Lagrange adalah:
0
fL
xfL
tfL
i (4.14)
sehingga diperoleh:
0213 ffx
ffffi
(4.15)
atau
422 fffff (4.16)
Selanjutnya untuk medan の diperoleh:
022 f (4.17)
Dengan persamaan (4.17) di atas menurut teori vektor mempunyai implikasi bahwa terdapat
potensial vektor A sedemikian sehingga:
Af 22 (4.18)
Karena ortogonal terhadap arah azimut n̂ sehingga diperoleh:
0ˆ nA (4.19)
Selanjutnya curl A dalam koordinat selinder adalah:
29
z
AA
AAz
z
AAA
z
z
ˆ
1ˆ1ˆ (4.20a)
Dan oleh karena persamaan (4.19) juga memberikan sangkutan z
AAz sehingga
memberikan implikasi atas keberadaan sebuah fungsi skalar ,,zF sedemikian sehingga
zF
AF
A zz ; dan karena itu persamaan (4.20) menjadi:
FA
zz
A
zF
A1ˆ1ˆ (4.20b)
atau
F
AzAF
zA
1ˆ1ˆ (4.20c)
Dengan memperkenalkan potensial baru yang didefenisikan sebagai AF , maka
persamaaan (4.20c) dapat ditulis menjadi:
zz
A ˆˆ1
(4.21)
atau
nA ˆ1
(4.22)
30
Dengan mensubstitusi persamaan (4.22) ke dalam persamaan (4.18) maka diperoleh:
nf ˆ2
(4.23)
dan jika dinyatakan dalam bentuk vektor produk, yakni:
nf ˆ12
(4.24)
Karena 0ˆ1 n yang merupakan vektor aksial, maka akhirnya diperoleh
persamaan:
02 f
(4.25)
Selanjutnya dengan mensubstitusi persamaan (4.23) ke dalam persamaan (4.16), maka:
ffff 2
(4.26)
Yang penting di catat dari kedua formulasi persamaan medan terakhir adalah bahwa kita
dapat memasukkan sebuah medan potensial kompleks, yaitu:
ifE
(4.27)
Dengan menggunakan persamaan (4.25) dan persamaan (4.26) dapat ditunjukkan bahwa
kedua persamaan (4.16) dan (4.17) yang diperoleh dari hasil reduksi persamaan medan
gravitasi Einstein sumbu simetri adalah ekivalen dengan persamaan medan kompleks berikut:
EEEE 2Re
(4.28)
31
Selanjutnya dengan melakukan transformasi potensial kompleks yang didefenisikan sebagai
11
E
dan dengan sedikit pengolahan matematik, maka persamaan(4.28) dapat
dinyatakan dalam bentuk potensial kompleks yang baru yang dikenal sebagai persamaan
Ernst, yakni:
21
~ 2 (4.29)
Langkah berikutnya adalah menyatakan fungsi metrik danf , dalam bentuk potensial
kompleks yang baru dengan menggunakan persamaan (4.16), (4.17) dan (4.23) serta (4.27)
sebagai berikut:
1~1
1~
Re Ef (4.30)
n̂1~
Im1
~2 2
2 (4.31)
zz ~~
1~ 2
(4.32)
zz ~
Re1
~2
2 (4.33)
Dengan menggunakan koordinat prolate spheroidal yang didefenisikan oleh:
21221
2 11 yxk (4.34a)
xykz (4.34b)
Dimana k adalah konstanta positif. Dalam sistem koordinat prolate spheroidal tersebut,
operator del/nablah dan operator Laplace masing-masing dinyatakan sebagai:
32
y
yyx
xxyx
k21
221
2
21
22
1ˆ1ˆ (4.35)
y
yyx
xxyx
k 2222
22 11 (4.36)
Sedang persamaan (4.32) dan(4.33) dalam sistem koordinat prolate spheroidal adalah:
yxyxxy
yyyx
xxxx
yx
yx
~~1
~1
~1
1~
1
22
2
222
2
(4.37)
yxyxyx
yyyy
xxxy
yx
xy
~~1
~1
~1
1~
1
22
2
222
2
(4.38)
IV.3 Solusi Medan Statik Simetri Aksial Dengan Parameter Deformasi Riil
Untuk mendapatkan solusi vakum simetri aksial statik dari persamaan medan gravitasi
Einstein, maka kita mengambil 0 dalam elemen garis dS simetri rotasi stasioner
dalam koordinat selinder yang dikenal sebagai metrik Papapetrou, yakni:
21
22222122
dengan efe
ddzdefddtfdS
(4.38)
Persamaan medan statik simetri aksial yang telah diperoleh seperti pada persamaan
(4.11a)-(4.11d) memiliki elemen garis simetri aksial statik yang dapat ditandai bahwa
33
ef yang merupakanbagian riil dari fungsi kompleks E, sehingga bila disubstitusi ke
dalam persamaan Ernst pada persamaan (4.28) akan tereduksi menjadi persamaan Lapalce,
yaitu:
02
(4.39)
di mana ね adalah fungsi harmonik.
Selanjutnya digunakan koordinat prolate spheroidal (x,y) pada persamaan (4.36) sehingga
persamaan Laplace pada (4.39) adalah:
011 22 yy
yxx
x
(4.40)
Pada persamaan (4.40) di atas tampak bahwa memiliki dua variabel yang berbeda sehingga
dapat dianggap sebagai sebuah konstanta, maka:
x
x 12 (4.40)
sehingga
11
ln21
xx (4.40)
Jadi untuk fungsi metrik f dalam koordinat prolate spheroidal diberikan oleh:
112
xx
ef (4.40)
Untuk solusi yang berhubungan dengan γ dalam koordinat prolate spheroidal digunakan
persamaan (4.11b) atau persamaan (4.37). Dengan bantuan persamaan (4.30) maka fungsi
potensial
kompleks , yakni:
11
11
xx
(4.41)
34
sehingga
1111
xxxx
(4.42)
Selanjutnya dengan menggunakan bantuan (4.37) akan diperoleh:
222
22
11
yxxyx
x (4.43)
Dengan menamakan 22 11 yvdanxu dan setelah diintegrasikan maka γ dapat
diperoleh (Lampiran D):
22
22 1ln
2 yxx (4.44a)
2
22
22 1
yx
xe (4.44b)
Dengan mensubstitusikan f persamaan (4.40) dan (4.44b) ke dalam elemen garis Papapetrou
pada persamaan (4.38), maka bentuk metriknya dalam koordinat prolate spheroidal secara
eksplisit diperoleh:
22222
22
2
22
22
22
2
22
22
2222
1111
11
11
111
11
11
2
dyxdyyyx
yxy
dxx
yxx
yxyx
xxx
dtxx
dS
(4.45a)
atau
35
22222
2222
2
222
1111
1
11
11
2
dyxy
dyxdx
yxyx
x
xx
dtxx
dS (4.45b)
Selanjutnya dengan melakukan transformasi koordinat Just dan memasukkan
parameter baru yang difefenisikan oleh:
aba
kmac
d
mr
xya
x
,2
,2
1,cos,12
(4.46)
di mana m biasanya adalah parameter massa, maka elemen garis persamaan (4.46) dalam
koordinat Just yang merupakan solusi persamaan Ernst dengan parameter deformasi riil
sumbu simetri aksial statik, yakni:
222
2222222
sin1
sin111
dada
a
dda
da
dta
dS
ab
ab
ab
ab
(4.47)
Akhirnya diperoleh solusi simetri aksial statik yang serupa dengan solusi eksterior simetri
bola yang berbentuk:
2222222 sin111 dda
da
dta
dSaba
ab
ab
(4.48)
Tampak bahwa jika κ =1 yaitu a=b maka solusi ini akan tereduksi menjadi solusi
Schwarzschild yang merupakan solusi medan gravitasi Einstein simetri bola. Demikian pula
halnya pada solusi Tomimatsu-Sato yang merupakan medan gravitasi berotasi simetri aksial
jika diambil q=0 yang berhubungan dengan momentum sudut akan tereduksi menjadi solusi
seperti pada persamaan (4.48) tersebut di atas.
BAB V
36
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Persamaan medan gravitasi Einstein dapat diperoleh dengan menggunakan variasi
integral aksi dengan rapat Lagrangian Hilbert dan juga melalui analisa tensor Reimann-
Christoffel dalam ruang lengkung dimensi empat. Meskipun persamaan medan gravitasi
Einstein sangat tidak linear, namun dapat diformulasi ulang ke dalam bentuk persamaan Ernst
dengan fungsi potensial kompleks E yang memberikan persamaan diferensial biasa sehingga
lebih mudah mendapatkan solusinya.
Solusi medan statik simetri aksial yang telah diperoleh menunjukkan hasil yang
mirip dengan solusi eksterior simetri bola oleh Tanimura, O6)
. Jika diambil κ =1 yaitu a=b
pada solusi yang telah diperoleh maka akan tereduksi menjadi solusi Schwarzschild yang
merupakan solusi medan gravitasi Einstein simetri bola dalam satuan 1cG . Dengan κ
=1 singularitas berada di x=1 sehingga akan menjadi sebuah titik yang diberikan oleh χ = a
dalam koordinat Just sama seperti singularitas Schwarzschild dengan peristiwa horizon di
r=2m. Demikian pula halnya solusi yang diperoleh akan sama dengan solusi Tomimatsu-
Sato yang merupakan medan gravitasi berotasi simetri aksial jika diambil q=0 yang
berhubungan dengan momentum sudut.
V.2 Saran
Penelitian ini baru ditinjau medan gravitasi simetri aksial statik sehingga penelitian-
penelitian selanjutnya diarahkan mencari solusi eksterior untuk lubang hitam (black hole)
berotasi simetri aksial. Benda berotasi bentuknya akan menjadi elipsoidal sehingga perlu
diperhatikan pengaruhnya terhadap medan gravitasi yang menyebabkan munculnya momen
multikutub yang lebih tinggi seperti momen kuadropol dari pada medan gravitasi.
37
Daftar Pustaka
1. Carmeli, M, 1982, “ Classical Field: General Relativity and Gauge Theory, John Wiley &
Sons Inc., New York
2. Ernst, F.J, 1968; Physical Review, Vol.167, No.5
3. Carmeli, M, 1990, “ Gravitation: SL(2,C) Gauge Theory And Conservation Laws” , World Scientific, Singapore.
4. Bose, S.K, 1980; An Intoduction to General Relativity, Wiley Eastern Limited, New Delhi
5. Weinberg, S, 1972; Gravitation and Cosmology, John Wiley & Sons Inc., New York
6. Tanimura,O, 1998; Progress of Theoritical Physics, Vol.100, No.3
7. Chursciel, Piotr T , 2005; Black Holes- An Introduction, Review Vol.WSPC
8. R. Maartens, K. Koyama, 2010; Brane –World Gravity, Living Review Relativity 13
[arXiv:1004.3962v1]
9. Olivares, Marco, 2011: arXiv:qr-qc/1101.07483962v2
10. Hod, Shahar, 2012 : arXiv:qr-qc/1205.5087v1
38
LAMPIRAN A
Dengan menggunakan aturan turunan kovarian dari suatu tensor kontravarian, yaitu :
(A.1)
maka untuk tensor metrik, adalah :
(A.2)
Selanjutnya dengan mensubstitusikan lambang Christoffel ke dalam (A.2), maka akan
diperoleh
(A.3)
Dengan menggunakan persamaan berikut ini :
maka persamaan (A.3) menjadi :
(A.3)
Dengan mengontraksikannya di mana maka terbukti bahwa
39
LAMPIRAN B
Lambang Christoffel pada persamaan (2.8) :
(B.1)
Selanjutnya dengan menggunakan tensor metrik pada persamaan (4.5) berikut ini :
000000000000
22
2
2
2
e
ee
e
g
(B.2)
dan tensor metrik kontravarian adalah :
000000000000
22
2
2
2
ee
ee
g
(B.3)
maka elemen lambang Christoffel yang tidak lenyap adalah :
x
g
x
g
x
gg 2
1
(B.4)
dimana 0g untuk , disamping itu pula , dan hanya fungsi dari x
1 dan x
2
maka :
40
Sedangkan lambang Cristoffel lainnya “nol”.
41
LAMPIRAN C
Dari tensor Ricci persamaan (2.17), yaitu :
xxR (C.1),
Dengan menggunakan lambang Christoffel pada lampiran B, maka komponen-komponen
tensor Ricci dapat dihitung sebagai berikut :
(C.2)
42
Jadi dengan menstubtitusi hasil-hasil ini ke dalam (C. 2)), maka :
2,2,1,1,22
2,2,1
2,2,2,1,1,1,1
1,1,1,1,22
2,2,2,2,22,22
1,1,1,1,11,22
00
22
422422
4242
e
e
eeR
,,1 AAAA
, di mana A = 1,2
Untuk
11111111
11 xxR (C.
3)
2,1,21,1,12
211
1
11111 xxxxx
22,22,11,11,
xxxxx 1
313
1
212
1
111
1
010
1
1
1,1,1
11,1,11,1,11,1
xxxx
1,1,2
11,1
11,11, ,22
323
222
121
020
211
313
212
111
010
11111
1,1,1
1,1,1,1,11,1,
2,2,1
2,2,2,2,2,2,2,
22,2,2,1,1,1,1,2,2,1,1, 244222
2,2,1,1,2,2,1,1,1
313
313
212
212
211
112
111
111
010
01011 2
2,2,2,2,1,1,1,1,1,1, 2
1,1,1
1,1,1
1,1,1,1,
43
2,2,2,2,1,1,2,2,1,1,1,1, 244224
1,1,1
1,1,2 2
Jadi komponen R11 diperoleh sebagai berikut
1,1,2
11,1
11,11,22,22,11,11,11 22 R
2,2,2,2,1,1,1,1,2,2,1,1, 244222
1,1,1,1,2,2,1,1,2,2,1,1,1 24
1,1,1,1
1,1,2
2,2,2,2,1,1,2,2, 22442
11,
11,1,22,11,22,11, 2
2,2,1,1,2,2,1,11,1
Untuk komponen R22 :
22222222
22xx
R
(C. 4)
xxx 2
222
1
12222
2,2,21,1,1 xx
22,22,11,11,
xxxxx 2
323
2
222
2
121
2
020
22
2,2,
222,2,22
2,2
xxx
22,1
2,2,2
22,22, 22
3
23222
121
020
222
313
212
111
010
12222
1,1,1
1,1,1,1,1,1,1,
2,2,1
2,2,2,2,2,2,2,
43
2,2,2,2,1,1,2,2,1,1,1,1, 244224
1,1,1
1,1,2 2
Jadi komponen R11 diperoleh sebagai berikut
1,1,2
11,1
11,11,22,22,11,11,11 22 R
2,2,2,2,1,1,1,1,2,2,1,1, 244222
1,1,1,1,2,2,1,1,2,2,1,1,1 24
1,1,1,1
1,1,2
2,2,2,2,1,1,2,2, 22442
11,
11,1,22,11,22,11, 2
2,2,1,1,2,2,1,11,1
Untuk komponen R22 :
22222222
22xx
R
(C. 4)
xxx 2
222
1
12222
2,2,21,1,1 xx
22,22,11,11,
xxxxx 2
323
2
222
2
121
2
020
22
2,2,
222,2,22
2,2
xxx
22,1
2,2,2
22,22, 22
3
23222
121
020
222
313
212
111
010
12222
1,1,1
1,1,1,1,1,1,1,
2,2,1
2,2,2,2,2,2,2,
45
1'1'
22 e 1'1'1
1'1'1'1'1'
2'2'
22 e 2'2'1
2'2'2'2'2'
1'1'
22'2'1'1'2'2'1'1'
2233 2222 ee
2'2'1'1'2'2'1'1'2'2' 2222 2'2'1'1'
2 e
1
31133
332
233
311
13333 2
2'2'1
2'2'22
1'1'1
1'1'22 ee
2'2'2
2'2'12
1'1'2
1'1'12 ee
2'2'1'1'2'2'2'2'2
1'1'2
1'1'2 224224 e
Jadi untuk komponen R33 diperoleh :
1'1'1'11'
21'1'
21'1'
221'33 22 eeR
22'2'2'22'2
2'2'2
2'2'22
2' 22 ee
1'1'1'1'1'1'
21'1'
22 222 e
2'2'2'2'
22'2'
221'1'1'1' 222 e
1'1'
21'1'
22'2'2'2'2'2' 2422 e
2'2'1'1'2'2'2'2'2 224
eR 22'2'1'1'22'11'22'11'
233
AAAAAAe ''1'1
'22
Untuk komponen R21:
122211
22121
xxR
(C. 6)
46
xxx 2
221
1
12121
12'12'21'21'1'1'22'2'1 xx
xxxxx 1
323
1
222
1
121
1
020
1
2
21'2'1'1
21'21'21'21'21'
22211
12121
3
23222
121
020
221
313
212
111
010
121
1'1'1'1'
11'1'1'1'1'2'2'
2'2'
12'2'2'2'2'
1'2'
12'1'
12'1'2'1'2,1'2'1' 4444
1'2'1
2'1'1
3
13323
212
222
112
221
111
121
211
122
010
02012
2'2'1'1'2'2'1'1'1'1'2'2'1'2'
1'11
2'21
1'1'2'2'
111
121
212
1'2'2'1'2'1'2'1' 4446
Jadi komponen R12 diperoleh:
2'1'12'1'2
21'1
21'21'21'21'21 42222R
2'1'1
2'2'1
2'1'1
2'1'1'2'2'1' 444
1'2'2'1'2'1'2'1'2'2'1 4446
2'1'1
1'2'1
2'1'2
21'1
2'1'1'2'2'1'1 2
47
LAMPIRAN D
Dari persamaan 4.37
2
2
222
2
11
~1
xxx
yx
yx
(D.1)
Dan fungsi potensial
kompleks pada persamaan (4.42) :
1121111211~
22
22
xxxxxxxx
(D.2)
11211112112
11
11111111
22
11
2
xxxxxxxx
xx
xxx
xxxxx
xx
x
222
11222222
11211
11211114
xxxx
xxxxxxx
(D.3)
Dengan mensubtitusi (D.2) dan (D.3) ke dalam (D.1), maka: 222
1122222
2
22
2222
22
22
222
2
11211
11211114
11121111211
11
11
~1
xxxx
xxxxxx
xxxxxxxx
yx
xxy
xxx
yx
yx
(D.4)
48
222
22
22
22
11
211
11
41
yxxyx
xx
xx
yxyx
x
(D.4)
Selanjutnya namakan 22 11 yvdanxu , maka :
vuu
duv2
2 (D.5)
Dengan menggunakan persamaan integral cbua
uabuau
du ln1
, maka:
22
22 1ln
2 yxx (D.6)