SOLUSI BANJIR JAKARTA · Berikut catatan banjir yang pernah terjadi di jakarta dari tahun...

28
1 SOLUSI BANJIR JAKARTA Sejarah Banjir Jakarta Berdasarkan catatan sejarah, Jakarta telah berkali-kali dilanda banjir. Peristiwa-peristiwa besar yang perlu diketahui adalah banjir pada 1665, 1670, 1725, 1872, 1892, 1909, 1918, dan 1932. Berikut catatan banjir yang pernah terjadi di jakarta dari tahun berdirinya kota Batavia pada tahun 1619. Berdasarkan catatan sejarah banjir, ketika Jakarta disebut Batavia, kota ini beberapa kali banjir, antara lain, pada tahun 1621 sampai 1942 pada masa pemerintahan kolonial Belanda, frekuensi banjir datang setiap 20 tahun, Kemudian pada periode terakhir, banjir terjadi pada tahun 1976, sampai 2015 pada periode ini frekuensi banjir datang setiap 10 tahun, 5 tahun dan terakir sekali setiap 1 tahun. Dari tahun 1621 sampai tahun 1942 selama 321 tahun terjadi banjir besar 16 kali,dan dari tahun 1942 sampai tahun 2015 selama 73 tahun terjadi banjir besar 16 kali, dari data data tersebut frequensi banjir di masa pemerintahan Belanda terjadi 20 tahun sekali dan di masa Kemerdekaan sampai masa Reformasi frequensi banjir terjadi 5 tahun sekali. Gambar dibawah ini adalah sejarah perkembangan kota batavia dari Pengelolaan air dan penanganan bangunannya , pertumbuhan penduduk dan kepadatan kota jakarta,di masa pemerintahan belanda sampai masa kemerdekaan , frequensi banjir dan sejarah kejadian TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN 1621 1876 1942 1999 1654 1892 1976 2002 1670 1895 1977 2005 1699 1899 1979 2007 1714 1904 1984 2012 1725 1909 1994 2013 1854 1918 1996 2014 1872 1932 1997 2015

Transcript of SOLUSI BANJIR JAKARTA · Berikut catatan banjir yang pernah terjadi di jakarta dari tahun...

  • 1

    SOLUSI BANJIR JAKARTA

    Sejarah Banjir Jakarta

    Berdasarkan catatan sejarah, Jakarta telah berkali-kali dilanda banjir. Peristiwa-peristiwa

    besar yang perlu diketahui adalah banjir pada 1665, 1670, 1725, 1872, 1892, 1909, 1918,

    dan 1932.

    Berikut catatan banjir yang pernah terjadi di jakarta dari tahun berdirinya kota Batavia

    pada tahun 1619.

    Berdasarkan catatan sejarah banjir, ketika Jakarta disebut Batavia, kota ini beberapa kali

    banjir, antara lain, pada tahun 1621 sampai 1942 pada masa pemerintahan kolonial

    Belanda, frekuensi banjir datang setiap 20 tahun, Kemudian pada periode terakhir, banjir

    terjadi pada tahun 1976, sampai 2015 pada periode ini frekuensi banjir datang setiap 10

    tahun, 5 tahun dan terakir sekali setiap 1 tahun.

    Dari tahun 1621 sampai tahun 1942 selama 321 tahun terjadi banjir besar 16 kali,dan dari

    tahun 1942 sampai tahun 2015 selama 73 tahun terjadi banjir besar 16 kali, dari data data

    tersebut frequensi banjir di masa pemerintahan Belanda terjadi 20 tahun sekali dan di masa

    Kemerdekaan sampai masa Reformasi frequensi banjir terjadi 5 tahun sekali.

    Gambar dibawah ini adalah sejarah perkembangan kota batavia dari Pengelolaan air dan

    penanganan bangunannya , pertumbuhan penduduk dan kepadatan kota jakarta,di masa

    pemerintahan belanda sampai masa kemerdekaan , frequensi banjir dan sejarah kejadian

    TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

    1621 1876 1942 1999

    1654 1892 1976 2002

    1670 1895 1977 2005

    1699 1899 1979 2007

    1714 1904 1984 2012

    1725 1909 1994 2013

    1854 1918 1996 2014

    1872 1932 1997 2015

  • 2

    banjir dari data ini menunjukkan semuanya berkembang atau bertambah hanya 2 parameter

    yang tetap ( atau tidak berubah ) yang berhubungan dengan banjir yaitu curah hujan baik

    bulanan maupun tahunan dan luas daerah aliran sungai (DAS) yang slalu tetap.

    Prathiwi W. Putri KU Leuven, Belgium [email protected]

    Flood-management infrastructures have been lacking behind the growth of the city (Source: Authors based on various sources)

  • 3

    Hampir 400 tahun lamanya atau tepatnya 394 tahun sudah terjadi banjir di Jakarta,

    mengapa solusi banjir juga belum bisa di selesaikan, padahal curah hujan selama 150 tahun

    terakhir relative sama besarnya dan data tersebut akan saya sampaikan dari beberapa

    sumber yang sangat dipercaya, saya dapatkan dari internet hasil pengamatan atau

    pencatatan para pakar peneliti pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Ciliwung dan sekitarnya.

  • 4

    Mencegah banjir, dengan cara simpanlah curah hujan sesuai

    firman Allah SWT

    “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu

    menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya”

    (QS. Al Mukminun ayat 18.).

    Firman tersebut dasar utama yang membuat prinsip yang saya yakini akan bermanfaat untuk

    indonesia kedepan,dan selama ini ada yang salah dalam mengelola hujan di indonesia

    sehingga terjadi dengan istilah, musim hujan banjir, musim kemarau kekeringan ini karena

    ada kekeliruan dalam mengelola hujan tersebut alasan saya berdasarkan firman Allah

    sebagai berikut :

    “Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah

    membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya

    bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila

    hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka

    menjadi gembira” (Al Qur”an, surat 30; ayat 48)

  • 5

    Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT bagi semua makhluk di alam semesta

    ini. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup.

    Berkat kekuasaan Allah , setiap saat air asin yang 97 % dari jumlah air di Bumi berpindah

    dari lautan menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Kehidupan pun bergantung

    pada Hydrology cycle ini.

  • 6

    Manfaat air hujan sesuai Surat (16) AN-NAHL (Lebah) Ayat 10 dan 11 )

    Allah SWT berfirman, ”Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,

    sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang

    pada (tempat tumbuhnya) kamu mengembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi

    kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam

    buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan

    Allah) bagi kaum yang memikirkan.”jadi sudah jelas bahwa manfaatnya hujan antara lain

    untuk minuman dan pertanian, dan lain sbagainya seperti firman Allah dalam ( Al Qur”an

    surat 50,ayat 9 “ Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya

    Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang

    diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi’ah ayat 68-70 Allah

    berfirman,”Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang

    menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya Kalau Kami kehendaki,

    niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.”

    Saya akan buktikan bahwa konsep saya secara ilmiah dan data data yang falit, dalam

    mengatasi banjir jakarta harus Penyebabnya yang di perbaiki atau yang ditangani untuk

    solusinya karena Banjir itu adalah Akibat.

    SOLUSI BANJIR JAKARTA

    Mengatasinya harus dengan Hukum Sebab – Akibat

  • 7

    Banjir di jakarta adalah meningkatnya debit sungai yang melintasi wilayah Jakarta , dan

    daya tampung atau kapasitas sungai sudah tidak mampu untuk mengalirkan peningkatan

    debit tersebut, ini terjadi dari tahun 1970 sampai sekarang pada 13 sungai yang ada di

    Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya, sebagai contoh saya perlihatkan gambar

    grafik untuk sungai Ciliwung dibawah ini

    Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat

    dzarrahpun, niscaya dia akan melihat

    (balasan)nya. Q.S. Al Zalzalah : 7

    Hukum Sebab-Akibat Non Phisik

    Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan

    sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat

    (balasan)nya pula. Q.S. Al Zalzalah : 8

  • 8

    Jadi banjir adalah terjadinya peningkatan debit disungai, maka untuk mengatasi banjir

    tersebut harus mengurangi debit disungai.

    Mengapa ada peningkatan debit di sungai, padahal curah hujan bulanan relative sama

    besarnya, seperti data dibawah ini hasil monitoring oleh BMKG di 85 Stasiun dari 12

    Provinsi di Indonesia

    Informasi Perubahan Normal Curah Hujan

    Terjadinya fenomena perubahan iklim di Indonesia dapat diamati dari terjadinya perubahan

    rata-rata curah hujan jangka panjang di wilayah tersebut. Dalam rangka menyediakan

    informasi yang memuat identifikasi wilayah yang mengalami perubahan rata-rata curah

    hujan jangka panjang di Indonesia, maka Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG

    mengeluarkan Informasi Perubahan Normal Curah Hujan dalam bentuk atlas.

    Perubahan normal curah hujan memuat informasi perubahan normal curah hujan 30

    tahunan di wilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data rata-rata bulanan curah

    hujan selama periode tahun 1971 – 2010 yang dikumpulkan dari titik – titik pengamatan

    yang tersebar di seluruh Indonesia. Perubahan normal curah hujan dihitung berdasarkan

    selisih antara rata-rata bulanan curah hujan periode tahun 1981 – 2010 dengan rata-rata

    bulanan curah hujan periode tahun 1971 – 2000. Ada 85 titik pengamatan ( Sts. Hujan ) di 12 Provinsi ( saya ambil contoh di 6 stasiun dari 85 stasiun ) dan sumber lainnya.

    http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g1.jpg

  • 9

    Jawa Barat

    http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Perubahan_Iklim/Informas

    i_Perubahan_Normal_Curah_Hujan.bmkg#ixzz3PXnKiwYa

    DKI

    Curah Hujan Bulanan Jakarta tahun 1866-2003 (sumber: BMG)

    http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Perubahan_Iklim/Informasi_Perubahan_Normal_Curah_Hujan.bmkg#ixzz3PXnKiwYahttp://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Perubahan_Iklim/Informasi_Perubahan_Normal_Curah_Hujan.bmkg#ixzz3PXnKiwYa

  • 10

    http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/03g21.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/03g21.jpg

  • 11

  • 12

    Gambar 2 Curah Hujan Rata-Rata Tahun 1983-2012 pada Stasiun Katulampa

  • 13

  • 14

    Setelah melihat data data curah hujan diatas, berarti ada yang salah dalam mengelola hujan

    di Indonesia, karena ternyata bukan hujan penyebab utama adanya peningkatan debit di

    sungai.

    Mari kita mencari penyebab dari terjadinya peningkatan debit di sungai yang kita sebut

    sebagai Banjir karena meluapnya air disungai sungai tersebut.

    Debit yang membuat Banjir, sedangkan adanya debit adalah karena turunnya hujan, padahal

    curah hujan relative sama besarnya setiap bulannya.

    Mari kita menghitung bagaimana proses terjadinya debit disungai, sesuai teori dari Ilmu

    Hidrologi.

    Untuk Menghitung Debit Sungai,dengan Metode Rasional adalah :

    Q = 0.278 C. I. A

    Dimana :

    C = COEF. RUNOFF ( INI PARAMETER YANG BERUBAH )

    I = INTENSITAS HUJAN ( CURAH HUJAN BULANAN TETAP )

    A = LUAS DAS ( TETAP )

    Map of upper Ciliwung watershed

  • 15

    Dari data di atas curah hujan relative sama selama 150 th.

    Luas DAS ( Daerah Aliran Sungai ) ini juga tetap luasnya.

    Dari tiga parameter dalam rumus debit tersebut, kalau ada peningkatan Debit di sungai

    berarti yang berubah parameter C, inilah penyebab banjir yang sesungguhnya karena

    parameter ( I) dan ( A) tetap, jadi solusinya Adalah memperbaiki koefisien runoff ( atau

    aliran permukaan).

    Peta dibawah ini membuktikan adanya perubahan nilai C yaitu dengan kerusakan atau

    terjadi perubahan tutupan lahan ( luas resapan air berkurang ) di DAS. Seperti bukti di

    bawah ini :

  • 16

    hasil penelitian untuk membuktikan adanya perubahan koefisien runoff saya sampaikan

    dibawah ini :

    Pemisahan aliran dasar dengan menggunakan metode Fixed Based Length

    menghasilkan persamaan regresi seperti yang ditampilkan pada gambar 7 dan 8 untuk debit

    yang diamati pada tanggal 16 Januari dan 4 Maret 2013. Persamaan yang diperoleh pada

    tanggal 16 Januari 2013 adalah y1 = - 2.125x + 30.75 dan y

    2= 1.825x – 24.55 . Sementara

    persamaan yang diperoleh pada tanggal 4 Maret 2013 adalah y1 = - 0.275x + 7.35 dan y

    2 =

    1.125x – 17.85 . Persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan besaran aliran

    dasar atau baseflow.

    Nilai aliran dasar pada tanggal 16 Januari 2013 adalah 167.6 m3

    /liter dan nilai

    aliran permukaan langsungnya adalah 178.3 m3

    /liter, sementara untuk pengamatan pada

    tanggal 4 Maret 2013, nilai aliran dasar adalah 113.3 m3

    /liter dan nilai aliran permukaan

    langsungnya adalah 206.9 m3

    /liter. Bila dibandingkan dari debit yang masuk, maka nilai

    DRO pada tanggal 16 Januari 2013 sebesar 0.52 dan pada tanggal 4 Maret 2013 sebesar

    0.65 . Nilai tersebut juga berarti bahwa dari curah hujan yang masuk ke dalam DAS

    Ciliwung Hulu dan menjadi debit aliran sungai akan dilimpaskan sebesar 52% pada

    tanggal 16 Januari 2013 dan 65% pada tanggal 4 Maret 2013.

    Sumber : Makalah Seminar hasil Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB.

  • 17

    Indikator adanya perubahan nilai C akan terlihat pada peningkatan debit dimusim hujan

    dan penurunan debit di musim kemarau, seperti bukti dalam grafik dibawah ini :

    Kesimpulan :

    http://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g1.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g2.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g1.jpghttp://bebasbanjir2025.files.wordpress.com/2008/09/04g2.jpg

  • 18

    Penyebab Banjir adalah adanya perubahan tutupan lahan atau berkurangnya luas

    resapan air di daerah aliran sungai, akibatnya terjadi peningkatan runoff atau aliran

    permukaan yang mengalir kesungai maka terjadilah Banjir.

    Jadi SOLUSI yang benar adalah melakukan perbaikan DAS agar bisa menyerap curah

    hujan untuk dimanfaatkan di musim Kemarau.

    Prinsipnya air hujan harus dikelola , karena hujan itu Rahmat dari Allah SWT dan semua

    mahkluk membutuhkan air hujan ( air tawar ).

    Menyelesaikan masalah banjir harus menyimpan air hujan sebanyak banyaknya di bumi

    sesuai yang di firmankan oleh Allah SWT QS. [ 23 ] : 18

    Untuk menyimpan curah hujan di bumi banyak metode yang bisa dilakukan antara lain :

    1. Pembuatan sumur resapan di DAS,( 500 000 titik sumur resapan di DAS ciliwung). 2. Biopori di DAS 3. Pembuatan Waduk di DAS 4. Pembuatan tandon air seperti situ-situ 5. Reboisasi hutan di DAS . 6. Teknik Pemanenan Air Hujan (RAIN WATER HARVESTING)dan lain sebagainya.

    Metode diatas baik pelaksanaannya maupun manfaatnya memakan waktu cukup lama

    dan banyak kendala dilapangan untuk penanggulangan Banjir di Jakarta.

    Seperti :

    1. Pembuatan sumur resapan, cara ini akan efektive jika dilakukan di setiap rumah karena air hujan tertangkap langsung tetapi pelaksanaannya terkendala

    dilapangan,system anggaran tidak memungkinkan untuk membuat konstruksi di

    aset pribadi. Kalau dilakukan dilapangan kurang efektive.

    2. Biopori ini terlalu banyak jumlahnya, dan kurang efektive dari segi penangkapan hujannya.

  • 19

    3. Pembuatan waduk terkendala lahan jika dibuat pada masa sekarang dan hasilnya tidak signifikan, seperti waduk ciawi , Pengaruhnya terhadap banjir Jakarta

    hanya 8%," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto (Djokir) di kantornya,

    Jakarta, Rabu (22/1/2014)

    4. Pembuatan tandon air seperti situ situ inipun terkendala dengan penyiapan lahan dan volume tampungannya juga tidak signifikan untuk mengurangi banjir Jakarta.

    5. Reboisasi hutan memerlukan waktu cukup lama, ini dilakukan untuk jangka panjang dalam rangka untuk memperbaiki daerah resapan di DAS.

    6. Pemanenan Air hujan juga terkendala karena ini perlu partisipasi Masyarakat,swasta dan kebijakan Pemerintah yang didukung oleh seluruh rakyat

    Indonesia.

    Kami ada metode yang sangat cepat dan manfaatnyapun cukup banyak dan metode

    ini juga menyimpan curah hujan di bumi untuk dimanfaatkan, mudah

    pemeliharaannya dan umur konstruksinya cukup lama relative seterusnya, yaitu

    dengan membuat saluran tertutup dengan memakai bahan pipa galvanes dengan

    diameter 10 m yang ditanam sepanjang sungai ciliwung antara Bendung Cilodong

    sampai Muara Baru dengan panjang kurang lebih 51 km dan dengan perbedaan beda

    tinggi 130 m dengan kedalaman kurang lebih 5 m dibawah dasar sungai.

    Metode ini konsep teman saya yaitu Bapak Sudirman Indra.( Bapak Ancin )

    Teknik tersebut juga sebagai Waduk didalam tanah , air hujan disimpan didalam

    Pipa dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus untuk berbagai keperluan dan

    jika debit banjir baru di buang kelaut seperlunya untuk mengurangi luapan di sungai.

    Adapun manfaat atau keuntungan dari metode ini antara lain :

    1. Menurunkan debit sungai ciliwung antara 579 m3/det.dengan menurunnya debit di sungai ciliwung berarti menurunnya luas daerah genangan di jakarta,

    Berikut kejadian banjir di jakarta :

    No. BANJIR TAHUN

    Debit ( m3

    /det ) Keterngan

    1. 1989 144 Debit Rencana

    2. 1990 202,76 Kala Uang 100 Tahun

    3. 1991 276,25 570 m3

    /det

    4. 1992 307,47

    5. 1993 339,68 Debit PIPA : 579 m3

    /det

    6. 1994 629,97

  • 20

    13. 2001 412 Debit Rencana

    14. 2002 526 Kala Uang 100 Tahun

    15. 2003 216,91 570 m3

    /det

    16. 2004 216,91

    17. 2005 307,47 Debit PIPA : 579 m3

    /det

    18. 2006 216,91

    19. 2007 629,97 579,01 m3

    /det depok

    20. 2008 451

    21 2009 307,47 Hasilnya mengurangi 87,50 %

    22 2010 629,97 Dari banjir yang terjadi.

    23 2011 216,91

    24 2012 246,05

    7. 1995 188,88

    8. 1996 552,27

    9. 1997 514,66

    10. 1998 477,89

    11. 1999 339,68

    12. 2000 441,95

  • 21

    Dari kejadian banjir tersebut, jika metode ini dilakukan maka akan mengurangi banjir

    sebesar 87,50 % dari banjir yang terjadi di sungai Ciliwung, ini hasilnya sangat significan

    lebih dari 10 kali lipat jika dibandingkan dengan pembuatan waduk ciawi.

    2. Secara otomatis menurunnya kerugian yang di akibatkan oleh terjadinya banjir yang terjadi seperti tahun tahun berikut : tahun 2002 sebesar Rp.9.8 triliun ;

    tahun 2007 Rp. 5.16 triliun ; tahun 2013 Rp. 20 triliun dan tahun 2014 Rp. 5

    triliun dan tahun 2015 Rp. 2 triliun, kerugian rata rata Rp. 8,4 triliun per tahun.

    3 Air yang ditampung di dalam pipa bisa untuk sumber air baku guna beberapa keperluan seperti untuk PDAM, untuk industri, untuk pemadam kebakaran, untuk

    pertanian dan peternakan dan lain lain, serta kualitas airnya dijamin masih baik

    tidak tercemar oleh Industri.

    4 Debit andalannya selama 1 tahun 157 juta m3/tahun,( debit katulampa ) atau dari debit rata rata tahunan 1 milyart m3/tahun ( data rata rata tahunan katu lampa )

    dengan tersedianya air baku yang mengalir dalam pipa tersebut, DKI di

    untungkan bisa mengurangi anggaran pengeluaran untuk membeli air dari

    jatiluhur sebesar dalam 1 m3 Rp. 220 x 1000 000 000 = Rp. 220.000.000.000

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    debit 3,46 1,45 2,10 16,9 4,67 4,29 9,43 3,90 2,92 5,26 2,34 3,77

    3,464

    1,459 2,106

    16,980

    4,672 4,295

    9,430

    3,902 2,923

    5,263

    2,340

    3,770

    0,000

    2,000

    4,000

    6,000

    8,000

    10,000

    12,000

    14,000

    16,000

    18,000

    de

    bit

    m

    3/d

    et

    Bulan

    debit andalan bulanan

  • 22

    Asumsi kebutuhan untuk PDAM = 30 liter/hari/orang = 130 juta m3/tahun atau

    27000 liter/detik = 850 juta m3/tahun.

    DKI akan mampu memenuhi kebutuhan air baku sepanjang tahun, tidak membeli

    air dari Jatiluhur dan Tangerang.

    5 Air dalam pipa bisa dimanfaatkan untuk penggerak turbin yang akan menghasilakan listrik untuk pompa di Waduk Pluit, dan di sungai lainnya.

    Estimasi Daya Hydrolis Air jika Q = 50 m3/det ( debit rata rata bulanan )

    mendapatkan Daya sebesar = 63 700 Kw.

    6 Tanpa pembebasan lahan, karena dibangun di dalam sungai ciliwung.

    7 Untuk parivisata, karena airnya akan memancar di tepi pantai muara baru.

    8 Debit air akan terjamin sepanjang musim hujan maupun musim kemarau karena dilengkapi dengan pintu pengaturan, jika debit katulampa besar pintu akan

    dibuka 100 % sehingga debit banjir tersebut bisa dikendalikan didalam pipa,

    kemudian kalau pipa sudah penuh akan dilepas kelaut, jadi ada sisa debit yang

    akan dimanfaatkan, berbeda dengan penanganan yang sekarang sudah berjalan

    debit banjir seluruhnya terbuang percuma kelaut, dan jika musim kemarau terjadi

    kekeringan, karena hujan di indonesia terjadi hanya 6 bulan dalam setahun dan

    pada waktu musim kemarau tidak ada cadangan air di Daerah Aliran Sungai

    karena air hujan 75 % sampai 95 % menjadi runoff disebabkan oleh penutupan

    luas lahan resapan air di DAS Ciliwung.

    17,020

    29,224

    14,714 14,354

    16,901

    12,889 14,201

    13,105

    16,615

    12,955

    18,175

    21,143

    12,356

    14,874

    11,304

    13,318

    8,648

    10,353 9,503

    17,871

    8,247

    0,000

    5,000

    10,000

    15,000

    20,000

    25,000

    30,000

    35,000

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

    deb

    it m

    e/d

    et

    tahun 1983 - 2003

    debit rata rata tahunan

  • 23

    9 Dengan system Resevoir dalam tanah tersebut, pada daerah aliran sungai secara berkala kita lakukan perbaikan ( atau tangkapan air hujan kita optimalkan ke

    dalam tanah ) maka runoff akan menurun sehingga debit puncakpun menurun,

    akirnya air hujan yang terbuang kelaut makin sedikit karena antara runoff dan

    infiltrasi ketanah makin seimbang, sehingga hampir seluruh curah hujan bisa kita

    manfaatkan, system ini akirnya sesuai dengan firman Allah SWT.bahwa air hujan

    itu Rahmat bagi semua makluk karena, sebagai sumber kehidupan, sebagai

    sumber sumber di Bumi, dan sangat berbeda dengan penanganan banjir selama

    ini yang dilakukan dengan menormalisasi sungai untuk menyesuaikan debit yang

    makin tahun makin meningkat dan selalu dibuang kelaut, tanpa memikirkan

    bagaimana kalau musim kemarau datang dan di daerah resapan sudah tidak ada

    air hujan yang meresap akirnya sungai menjadi kering.

    Padahal curah hujan bulanan sesuai data yang saya berikan hampir 150 tahun

    relative sama, dan jika hujan turun pada musimnya hanya selama 6 bulan, jika selama 6

    bulan itu hampir 75 % terbuang kelaut alangkah menyesalnya kita pada waktu musim

    kemarau kekeringan, dan waktu sekarangpun Jakarta juga masih devisit air baku kurang

    lebih 9000 liter/detik, ini akan terus terjadi bahkan akan lebih mengkawatirkan jika POLA

    PIKIR dalam mengelola curah hujan masih seperti saat ini, yaitu untuk mengatasi banjir

    selalu dibuang kelaut hampir 400 tahun pola pikir ini belum berubah dan saya berharap

    dengan tulisan saya yang sudah masuk tahun ke 4 ( empat ) ini kembali saya informasikan

    kepada pembuat kebijakan di Jakarta maupun di Indonesia supaya direnungkan makna dari

    tulisan saya ini, dan Alhamdullilah sudah 3 kali konsep saya ini tentang menyimpan air

    hujan sudah saya presentasikan kepada Tim Gubernur DKI tgl 18 Nopember 2014, dengan

    Gubernur DKI tanggal 5 Februari 2015 dan terakhir dengan PAM Jaya tanggal 3 Maret

    2015.

  • 24

  • 25

  • 26

    Berikut saya sampaikan hasil penelitian tentang hujan ;

    Berikut ini hasil sementara perhitungan yang telah kami lakukan dengan

    mempergunakan rumus Hanzen-williems. Sebagai berikut :

    Demikian konsep dari Bapak Sudirman Indra.( Bapak Acin ) insya Allah konsep ini

    segera bisa di aplikasikan untuk membebaskan Jakarta dari banjir dan defisit air

    baku , dengan konsep ini debit banjir yang rutin setiap tahun datang di jakarta akan

    berkurang 80 % karena telah ditangkap di wilayah Depok melalui PIPA yang

    langsung mengalir kelaut, gambar dibawah ini posisi awal pemasangan PIPA di 2

    titik usulan tersebut.

    No. Formula debit melalui pipa

    Debit ( m3/det )

    1. Formula Hazen – Williems

    579

  • 27

    Inilah berita bahwa Bapak Gubernur Ahok setuju dengan konsep ini,dengan ditindak

    lanjuti mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Belanda sebagai berikut :

  • 28

    Wassalam

    Djoko Suryanto,M.E.

    Ground Water Hydrology

    Maret 2015

    JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan

    Pemerintah Belanda mewacanakan pembangunan pipa untuk mengalihkan

    aliran air dari Bendung Katulampa ke Jakarta.

    Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjelaskan pipa-

    pipa tersebut akan dipasang di trase sungai, mulai dari Katulampa hingga laut

    Jakarta sebagai pembuangan terakhirnya.

    "Kami punya ide, karena kami selalu ingin membuang air dari Katulampa.

    Kayak sodetan di Kanal Banjir Timur (KBT), kami mau buang air ke sana (KBT)

    60 meter kubik air per detik," kata Basuki seusai bertemu Duta Besar

    Kerajaan Belanda untuk Indonesia, di Balai Kota, Jumat (13/3/2015).

    Apabila pembangunan pipa itu bisa dilakukan, lanjut dia, pembangunan

    Waduk Ciawi yang terdiri atas dua waduk, yakni Sukamahi dan Megamendung

    tidak perlu dilaksanakan. Sebab, menurut Basuki, air yang ditampung ke

    dalam waduk pun lama kelamaan akan penuh juga.

    Perihal wacana ini, Basuki juga akan berkonsultasi dengan Presiden Joko

    Widodo. Pemasangan pipa di trase sungai ini biayanya lebih rendah dibanding

    pembangunan Waduk Ciawi. Terlebih, pihak Belanda sepakat dengan

    pemikiran Pemprov DKI.

    "Kenapa tidak lebih baik, (aliran air) dari Katulampa, kami pasang pipa 30-40

    km sampai (laut) Jakarta. Tanamnya di trase sungai. Nah, kami tidak mengerti

    (mekanisme), makanya kami minta bantu mereka (Belanda). Kalau

    (pembangunan pipa) itu jadi, masalah air di Jakarta selesai, bisa kurangi banjir

    Jakarta," kata Basuki.

    Nantinya, pipa-pipa tersebut, lanjut dia, juga bisa berfungsi sebagai tempat

    penampungan air yang bisa dimanfaatkan Perusahaan Daerah Air Minum

    (PDAM) untuk digunakan sebagai bahan baku air minum. Adapun dalam

    pertemuan tersebut, mereka juga membahas pengelolaan sumber daya air

    (SDA), pengendalian banjir, dan pengembangan kawasan pesisir.