Solid State Reaction
-
Upload
ratihpuspitasari4 -
Category
Documents
-
view
518 -
download
5
Transcript of Solid State Reaction
SOLID STATE REACTION
Reaksi Kimia Padat-Padat
Solid state reaksi atau reaksi padatan disebut juga reaksi media kering merupakan
reaksi kimia yang tidak menggunakan pelarut. Dalam reaksi normal reaktan ditempatkan
dalam pelarut sebelum reaksi berlangsung , dan bereaksi membentuk suatu zat baru, setelah
reaksi selesai maka produk akan dipisahkan dari pelarut. Pada reaksi solid-state tanpa
menggunakan pelarut labih ramah lingkungan karena tidak ada limbah pelarut dalam
pembentukan produk.
Sumber : http://www.wisegeek.com/what-is-a-solid-state-reaction.htm
Metode Reaksi kimia padat adalah cara yang dilakukan dengan mereaksikan padatan
dengan padatan tertentu pada suhu tinggi. Metode ini merupakan metode yang paling banyak
digunakan untuk sintesis bahan anorganik dengan mengikuti rute yang hampir universal,
yakni melibatkan pemanasan berbagai komponen pada temperatur tinggi selama periode yang
relatif lama. Reaksi ini melibatkan pemanasan campuran dua atau lebih padatan untuk
membentuk produk yang juga berupa padatan. Tidak seperti pada fasa cairan atau gas, faktor
pembatas dalam reaksi kimia padat biasanya adalah difusi (Ismunandar, 2006).
Laju reaksi pada metode ini ditentukan oleh tiga faktor yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Intensitas kontak padatan pereaksi
Untuk memaksimalkan reaksi harus digunakan pereaksi yang memiliki luas permukaan besar.
Selain itu, memaksimalkan intensitas kontak dapat dilakukan dengan membuat pelet dari
campuran berbagai reaksi.
2. Laju difusi
Untuk meningkatkan laju difusi dapat dilakukan dengan menaikkan temperatur reaksi dan
memasukkan defek. Defek dapat dimasukkan dengan memulai reaksi dengan reagen yang
terdekomposisi dulu sebelum atau selama bereaksi, misalnya nitrat atau karbonat.
3. Laju nukleasi fasa produk
Untuk meningkatkan laju nukleasi produk dapat digunakan reaktan yang memiliki struktur
kristal mirip dengan struktur kristal produk.
Bahan anorganik yang penting dan sedang menjadi topik penelitian saat ini adalah
jenis oksida yang rumit, yakni bahan yang mengandung lebih dari satu logam selain oksigen.
Senyawa ini mencakup fasa terner, seperti CuRh2O4, dan oksida kuartener,
Ratih Dyah
Puspitasari
misalnya YBa2Cu3O7-x. Dalam kasus seperti ini, sintesis langsung pada temperatur tinggi dari
komponen-komponen oksidanya sering menghasilkan oksida rumit yang diinginkan.
Dalam sintesis CaTiO3, CaCO3, dan TiO2 dicampur dengan perbandingan stoikiometrik
yang cocok (perbandingan molar 1 : 1) dan digerus dengan mortar dan pastel. Penimbangan
yang akurat merupakan langkah yang sangat kritis, sebab sekali produk terbentuk, pemurnian
sering merupakan hal yang hampir tidak mungkin. Oleh karena itu, perbandingan
stoikiometri yang tepat sangat penting. Selanjutnya, pengepresan campuran menjadi pelet,
memasukkan pelet tersebut ke dalam krus, dan menempatkannya dalam tungku pada suhu
yang tinggi, misalnya 900 oC.
Langkah-langkah detail dalam sintesis kimia padatan sebagi berikut (Ismunandar,
2006):
1. Memilih pereaksi yang tepat dengan ciri-ciri:
a) Serbuk yang berbutir kecil untuk memaksimalkan luas permukaan.
b) Reaktif untuk mempercepat reaksi.
c) Komposisi terdefenisi baik.
2. Menimbang pereaksi dengan cara analitik.
3. Mencampurkan berbagai pereaksi dengan menggunakan
a) Agate mortar dan pastel
b) Dengan Ball Mill
4. Mengubah campuran reaksi menjadi pelet dengan maksud:
a) Meningkatkan kontak antarpartikel
b) Meminimalkan kontak dengan krusibelnya
5. Memilih wadah reaksi, dalam memilih wadah reaksi, perlu dipertimbangkan faktor
kereaktifan, kekuatan, harga dan kerapuhan wadah, misalnya Al2O3 dengan temperatur
maksimal 1950 oC, ZrO2/Y2O3 dengan temperatur maksimal 2000 oC, Pt dengan temperatur
maksimal 1770 oC, Au dengan temperatur maksimal 1063 oC, Ag dengan temperatur
maksimal 960 oC dan Ir dengan temperatur maksimal 2450 oC
6. Memanaskan campuran yang telah terbentuk, untuk mencegah terjadinya penguapan dan
kemungkinan penghamburan pereaksi dari wadah reaksi, dapat dilakukan dengan
memanaskan campuran pada temperatur yang lebih rendah pada saat reaksi dimulai. Untuk
mensintesis suatu oksida diperlukan pengoksidasi dengan menggunakan udara (O2) atau pada
temperatur rendah. Sementara itu, untuk mereduksi suatu zat diperlukan pereduksi dengan
menggunakan gas hidrogen(H2) dan Argon (Ar) atau pada temperatur tinggi. Untuk
menghasilkan nitrida dapat digunakan NH3atau gas-gas inert, seperti N2 dan Ar, dan untuk
menghasilkan sulfida dapat digunakan H2S dalam tabung tertutup.
7. Menggerus dan menganalisis dengan difraksi sinar-X serbuk. Tahap ini merupakan tahap
untuk mengecek apakah produk telah terbentuk dan reaksi telah selesai atau belum.
8. Bila reaksi belum lengkap, kembali ke langkah 4 dan diulangi lagi.
METODA REAKSI PADAT-PADAT
a. Metoda keramik (Shake and Bake)
Suatu metoda reaksi antar padatan yang secara langsung menghasilkan produk akhir. Pada
dasarnya reaksi ini tidak melibatkan dekomposisi bahan.
Laju reaksi padatan dipengaruhi oleh:
Area kontak antara permukaan pereaksi
Laju nukleasi produk
Laju difusi ion-ion pada pembentukan produ
Pembentukan produk melalui nukleasi pada antarmuka pereaksi.
Pembentukan produk menimbulkan antarmuka
Difusi menjadi faktor penentu laju reaksi selanjutnya
Jarak difusi yang lebih panjang menyebabkan laju reaksi makin lambat
Luas permukaan suatu padatan dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran partikel
melalui proses penggerusan dalam ball mill
Luas permukaan ditingkatkan melalui crushing atau milling
1 cm3luas permukaan 6 cm2
1 mm3luas permukaan 60 cm2
10 m3luas permukaan 6000 cm2
10 nm3luas permukaan 60jt cm2 (600m2)
Contoh reaksi padatan
Dekomposisi
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
Kombinasi
YBa2Cu3O5(s) + O2(g) YBa2Cu3O7(s)
Metatesis
MnO2(s) + CO(g) MnO(s) + CO2(g)
AdisiBaO(s) + TiO2(s) BaTiO3(g)
Metode Formation of Perovskite
Kestabilan perovskite dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu termodinamika dan kinetika. Secara
termodinamika ada 2 hal yang mempengaruhi kestabilan perovskite yaitu elektronegativitas
dan Goldsmith. Struktur perovskite adalah susunan kristal ion secara alami dan akan stabil
bila ada ikatan kuat diantara ion-ion danbila jari-jari ion pembentuk tersebut pada daerah
yang sesuai (TR. Shrout and A.Halliyal)
Contoh metode Perovskite :
Sintesis barium titanite
Reaksi pembentukan BaTiO3
BaCO3(s) + TiO2(s) BaTiO3(s) + CO2(g)
(M.Valdivieso and M.Soustell: Chem. Eng. Sci., 1996, 51, 2535.)
Fig.1 SEM micrographs showing intermediate stages of the reaction between as received BaCO3 and
TiO2:
(a) starting TiO2 and BaCO3 equi-molar mixture just after milling, (b) powder calcined at 800±C.
Consumption
of rod like BaCO3 and increase in smaller TiO2 particle size is clearly visible, (c) powder calcined at
9000C and difficult to distinguish between BaCO3, TiO2 and BaTiO3 particles, (d) single phase
BaTiO3 particles calcined at 1300 0C.
(J. Mater. Sci. Technol., Vol.23 No.5, 2007)
Metode spinel
intesis Pewarna Keramik melalui Metode Spinel dari Campuran Oksida MgO-Fe2O3 dengan
cara dicampurkan oksida MgO oksida Fe2O3. Campuran oksida dengan perbandingan tertentu
digeruslalu dikalsinasi dalam tungku pembakaran pada suhu 12000C selama 24 jam.
Selanjutnya 1 gramcampuran oksida hasil pembakaran dicampur dengan glasir transparan
sebesar 7 dan 10 gram. Hasilcampurannya kemudian diaplikasikan pada body dan dikalsinasi
pada suhu 1200 ºC selama 24 jam. Oksida Fe2O3 merupakan oksida transisi yang dapat
menimbulkan warna didalam pembentukanoksida spinel Mg Fe2O4 . Spinel Mg Fe2O4 dapat
diperoleh pada saat perbandingan berat oksida yangd ipergunakan adalah MgO: Fe2O3
(1:4gram), yakni pada saat perbandinganmol MgO dan Fe2O3 sama. Proses
pembentukan oksida spinel ditunjukkan pada persamaan reaksi : KxOy+ LmOn K xLmOy+n,
(Ismunandar, 2006).
Dengan cara yang sama, reaksi pembentukan spinel Mg Fe2O4 adalah:
MgO + Fe2O3 Mg Fe2O4
(Ismunandar. 2006. Padatan Oksida Logam, Struktur, Sintesis dan Sifat-sifatnya. Bandung:
InstitutTeknologi Bandung)