SOL Tumor Otak
-
Upload
anisadestya -
Category
Documents
-
view
65 -
download
16
description
Transcript of SOL Tumor Otak
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Space Occupying Lesions (SOL) atau Massa Butuh Ruang (MBR)
biasanya merupakan proses malignansi, tetapi juga bisa disebabkan oleh
adanya proses abses atau perdarahan.1 Otak dan Medula Spinalis ditutupi oleh
tulang sehingga ketika ada penekanan oleh Space-occupying Lesion
menyebabkan kompresi dan distorsi dari jaringan CNS. Pembesaran secara
lambat dari SOL dapat terjadi karena adanya atrofi dari jaringan otak ataupun
spinal. Pembesaran yang semakin cepat menyebabkan peningkatan tekanan
pada kompartemen dan terjadi herniasi dari jaringan lunak CNS kedalam
kompartemen dimana tekanannya lebih rendah. Proses dari penekanan dari
SOL inilah yang memiliki kemungkinan bahaya lebih lanjut.2
2. Tujuan
Dalam tulisan ini akan diuraikan S.O.L yang disebabkan oleh Tumor Otak.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).3
Tumor otak bisa mengenai segala.usia, tapi umumnya pada usia dewasa
muda atau pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun.
Sebagian ahli menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding
wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria
dan wanita. 3
B. Klasifikasi
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain,
disebut tumor otak sekunder. 3
Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat
terjadi pada daerah cervical I hingga sacral, yang dapat dibedakan atas:3
1. Tumor primer
Terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas.
a. Tumor jinak, yang berasal dari:
- tulang: osteoma dan kondroma
- serabut saraf: neurinoma (Schwannoma)
- selaput otak disebut Meningioma;
- jaringan otak: Glioma, Ependinoma
b. Tumor ganas, berasal dari :
- jaringan saraf seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma,
- sel muda seperti Kordoma.
2. Tumor sekunder
2
Merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah rongga
dada, perut, pelvis dan tumor payudara.3
Tabel 1. Klasifikasi Tumor Otak yang Penting dari segi Klinis4
Klasifikasi Tumor Otak Berdasarkan
Lokasi Tumor5
Lokasi Dewasa Anak – anak
Cerebrum Meningioma astrocytoma
glioblastoma multiforme ependymoma
Astrocytoma
Metastatic tumor
Pituitary Region pituitary adenoma craniopharyngoma
Craniopharyngoma optic tract glioma
Meningioma pituitary adenoma
Cerebellum Hemangioblastoma medulloblastoma
cerebellar astrocytoma cerebellar astrocytoma
Metastatic tumor Ependymoma
Cerebellopontine acoustic neurinoma Ependymoma
Primary brain tumor:Histologically benign or malformativeMengiomaPituitary adenomaAcustic neuromaCraniopharyngimaPilocytic astrocytomaHemangioblastomaHistologically malignantGliomaAnaplastic AstrocytomaGlioblastoma multiformeEpendymomaMedulloblastomaOligodendrogliomaPineal cell tumorChoroid plexus carcinomaPrimitive neuroectodermal tumors
Metastatic brain tumors:Single or multiple metastasesMeningeal Carcinomatosis
3
Angle
Meningioma choroid plexus papilloma
Epidermoids
Brainstem Astrocytoma Astrocytoma
glioblastoma multiforme glioblastoma multiforme
C. Patofisiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-
mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang
menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA
sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai
dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi
nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme
tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.6
D. Manifestasi klinis
Gejala umum akan dijumpai gangguan fungsi akibat adanya
pembengkakan otak dan peninggian tekanan dalam tengkorak kepala seperti:
1. Nyeri kepala
Biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada
pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang
pergi (rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai
beberapa jam. Mula-mula rasa sakit bisa diatasi dengan analgetik biasa
tetapi lama kelamaan obat tidak berkhasiat lagi.3 Walaupun hampir
seluruh penderita tumor otak mengalami keluhan sakit kepala, tetapi pada
gejala awal tidak terdeteksi, disebabkan oleh banyaknya prevalensi sakit
kepala yang bukan saja hanya pada penderita tumor otak, hingga keluhan
sakit kepala tidak termasuk sebagai gejala klinis jika tidak dijumpai
secara bersamaan dengan tanda atau gejala-gejala lain yang mengarah
pada tumor otak. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval
semakin pendek.6 Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu
4
penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar
atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring,
dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan
(traksi) pada pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau
serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor otak
yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.7
2. Muntah proyektil
Muntah biasanya tanpa didahului oleh rasa mual yang diakibatkan
peninggian tekanan intra kranial. Terdapat pada 30% kasus dan umumnya
menyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa
posterior.7
3. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang
timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu
tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain
itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK.
Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala
fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari
ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.6,7
4. Kejang
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus,
dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak bila:
Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25
tahun
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsi
Resisten terhadap obat-obat epilepsi
5
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasien
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.7
Gejala Spesifik Tumor Otak Yang Berhubungan Dengan Lokasi4:
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese
kontra lateral, kejang fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor,
yang didahului dengan aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
6
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian
tekanan intrakranial mendadak, pasien tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit.
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat
terjadi disertai dengan papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastoma
Gangguan ketajaman visus dan lapangan pandang akibat
penekanan saraf opticus.4
E. Pemeriksaan Penunjang
7
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik
untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.6
1. Elektroensefalografi (EEG)
2. Foto polos kepala
Foto Rontgen untuk diagnostik sekurang – kurangnya diambila dalam
dua arah, antero-posterior dan lateral.pada peninggian tekanan intrakranial
yang sudah lama, gambaran impressiones digitale makin jelas sehingga
gambaran kranium mempunyai gambaran ”berawan”. Pada anak, dapat
juga dijumpai pelebaran sutura6.
3. Arteriografi
Bersifat invasif, sehingga sekarang jarang dilakukan lagi.
4. Computerized Tomografi (CT Scan)
CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X dan dengan
penggunaan komputer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh
manusia. CT Scan dapat digunakan apabila MRI tidak tersedia. Namun,
low-grade tumor pada posterior fossa dapat terlewatkan oleh CT Scan.
Gambar CT-Scan Tumor Otak
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan
cranial MRI. MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan
tanda dan gejala kelainan pada intracranial. MRI menggunakan magnetic
8
field bertenaga untuk menentukan nuclear magnetic spin dan resonansi
yang tepat pada sebuah jaringan bervolume kecil. Jaringan yang berbeda
memiliki nuclear magnetic spin dan resonansi yang berbeda pula7.
F. Penatalaksanaan8
Pengobatan pada tumor otak dapat berupa initial supportive dan
definitive therapy.
1. Terapi Suportif
Terapi Suportif berfokus pada meringankan gejala dan
meningkatkan fungsi neuroligik pasien. Terapi suportif yang utama
digunakan adalah anticonvulsants dan corticosteroid.
a. Antikonvulsan
Antikonvulsan diberikan pada pasien yang menunjukan tanda-tanda
seizure. Phenytoin (300-400mg/d) adalah yang paling umum
digunakan, tapi carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-
150mg/h), dan valproic acid (750-1500mg/h) juga dapat digunakan8.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangi
tekanan intracranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.
Dexamethasone adalah corticosteroid yang dipilih karena aktivitas
mineralocorticoid yang minimal. Dosisinya dapat diberikan mulai dari
16 mg/h, tetapi dosis ini dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk
mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.
c. Manitol
Digunakan untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial.
2. Terapi Defenitif
Terapi defenitif meliputi pembedahan, radiotherapy, kemoterapi
dan yang sedang dikembangkan yaitu immunotherapy.
Pembedahan
9
Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan
pembedahan yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko
deficit neurologic setelah operasi2.
Tujuan pembedahan :
Menghasilkan diagnosis histologi yang akurat
Mengurangi tumor pokok,
Memberikan jalan untuk CSF mengalir
Mencapai potensial penyembuhan.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan tumor
otak pada orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi nonpembedahan yang
paling efektif untuk pasien dengan malignant glioma dan juga sangat
penting bagi pengobatan pasien dengan low-grade glioma2,8.
Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam pengobatan pasien
dengan malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata
pertahanan semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya
bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi.
Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien dengan
low-grade astrocytoma. Sebaliknya, kemoterapi disarankan untuk
pengobatan pasien dengan oligodendroglioma.2,8
Imunoterapi
Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu diteliti
lebih lanjut. Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak tumor,
khususnya allograft, telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun yang lalu.
Hal itu hanya sebuah contoh bagaimana sistem imun dapat mengendalikan
pertumbuhan tumor. Tumor umumnya menghasilkan level protein yang
berbeda (dibandingkan protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa
protein mengandung asam amino substitusi atau deletions, atau mengubah
phosphorylation atau glycosylation. Beberapa perubahan protein oleh
tumor sudah mencukupi bagi sistem imun untuk mengenal protein yang
10
dihasilkan tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun respon untuk
melawan protein-protein tersebut.3,8
G. Prognosa
Prognosis tergantung pada tipe tumor. Untuk glioblastoma multiforme
yang cepat membesar “rata-rata survival time” tanpa pengobatan adalah 12
minggu; dengan terapi pembedahan yang optimal dan radiasi, 32 minggu.
Beberapa astrositoma yang tumbuh mungkin menyebabkan gejala-gejala
minimal atau hanya serangan kejang-kejang selama 20 tahun atau lebih.3,8
Prognosa penderita tumor otak yang seluruh tumornya telah dilakukan
pengangkatan secara bersih dan luas akan mempengaruhi (recurrens rates)
atau angka residif kembali. Hasil penelitian dari ‘The Mayo Clinic Amerika’
menunjukkan bahwa; 25 persen dari seluruh penderita tumor otak yang telah
dilakukan reseksi total, 10 tahun kemudian tumornya residif kembali,
sedangkan pada penderita yang hanya dilakukan reseksi subtotal, 61 persen
yang residif kembali3,8.
Sebagian besar (80 persen) tumor-tumor Meningioma dapat di reseksi
total dengan hasil baik. (Stafford et al, 1998). Oleh karena itu tindakan bedah
masih merupakan terapi yang terbaik. Tumor-tumor pada daerah cerebral
convexities (cembungan otak) dan pada kompartemen spinal sering dilakukan
total reseksi. Suatu hal yang sulit untuk dapat membuat pernyataan umum
tentang recurrens rates tanpa mempertimbangkan lokasi tumor dan
pertumbuhannya.8
DAFTAR PUSTAKA
1. anonim.http://www.patient.co.uk/showdoc/40000781/9 (diakses 6 oktober
2008)
11
2. Hakim, Adril Arsyad, Prof. dr. H. SP.S,SP.BS(K). Permasalahan Serta
Penanggulangan Tumor Otak Dan Sumsum Tulang
Belakang.www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%20 tumor -x1.htm (diakses 20
september 2008)
3. Gilroy J. Basic Neurology 3rd ed. New York: McGraw-Hill Caompanies,
Inc. 2000.
4. Japardi, Iskandar, dr. Gambaran CT Scan pada Tumor Otak Benigna.
(www.library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi11.pdf
(diakses 30 September 2008)
5. anonim.www.neuro-onkologi.com/articles/Klasifikasi%20 tumor %20 otak
% (diakses 5 Oktober 2008)
6. Mardjono M & Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
2000. Hal 35-37
7. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis Ed.1. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.1999. Hal 207-208
8. anonim.www.fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment.php (diakses 5
Oktober 2008)
12