Soeharto

24
PEMBAHASAN 1. Masa kecil Soeharto Jawa tengah merupakan pusat dari kerajaan-kerajaan jawa kuno, terdapat sebuah desa bernama Kemusuk. Desa kecil dan damai ini hampir tidak pernah diperhatikan orang sampai salah satu putranya menjadi presiden Indonesia kedua.Putra itu adalah H.M. Soeharto yang dilahirkan pada 8 Juni 1921 di Kampung Kemusuk, Argomulyo, Desa Godean, sekitar 15 kilometer dari kota yogyakarta.Ia adalah anak pasangan Kertosudiro, seorang petugas ulu-ulu (petugas irigasi desa), dan Sukirah.29 Dalam “Taksonomi” Jawa, Soe berarti lebih baik dan hartoberarti kekayaan.Pada masa itu, desa kemusuk dibagi menjadi dua bagian yaitu Kemusuk Lor (Utara) dan Kemusuk Kidul (Selatan). Kakek buyut Soeharto, Demang Wongsomenggolo, merupakan salah satu pendiri desa Kemusuk. Garis keluarga Soeharto dari pihak ayah Soeharto berasal dari bagian sebelah selatan desa,sedangkan garis keluarga ibunya berasal dari Kemusuk Utara. Pada zaman itu,merupakan hal yang lazim bagi orang-orang yang tinggal dilingkungan yang sama untuk menikah satu dengan yang lain.Hal ini mengingat sangat sulit dan tidak terpikirkan untuk dapat bertemu dengan orang yang berasal dari luar daerah itu. Kakek Soeharto dari pihak ayah bernama Kertoirono. Ia mempunyai dua anak,Kertoredjo yaitu ayah Soeharto dan seorang anak perempuan yang bernama Prawirohardjo.Dalam tradisi Jawa Tengah, adalah hal yang wajar bagi seorang pria untuk mengganti nama ketika menikah. Oleh karena itu Kertoredjo mengubah namanya menjadi Kertosudiro ketika menikah, menggunakan nama keluarga istrinya.Kertosudiro bekerja sebagai petugas irigasi desa atau ulu-ulu. Jabatan ini termasuk tinggi bagi mereka yang tinggal di lingkungan pedesaan. Ibu dari Soeharto adalah anak dari Notosudiro, Ibunya bernama Sukirah, perkawinan orangtua Soeharto berdasarkan perjodohan, dimana ayah Soeharto sebelumnya sudah pernah menikah dan mempunyai anak dua dari perkawinan sebelumnya.Tahun 1921 bukanlah tahun yang mengembirakan, bukan pula saat

Transcript of Soeharto

Page 1: Soeharto

PEMBAHASAN

1. Masa kecil Soeharto

Jawa tengah merupakan pusat dari kerajaan-kerajaan jawa kuno, terdapat

sebuah desa bernama Kemusuk. Desa kecil dan damai ini hampir tidak pernah

diperhatikan orang sampai salah satu putranya menjadi presiden Indonesia

kedua.Putra itu adalah H.M. Soeharto yang dilahirkan pada 8 Juni 1921 di

Kampung Kemusuk, Argomulyo, Desa Godean, sekitar 15 kilometer dari kota

yogyakarta.Ia adalah anak pasangan Kertosudiro, seorang petugas ulu-ulu

(petugas irigasi desa), dan Sukirah.29 Dalam “Taksonomi” Jawa, Soe berarti lebih

baik dan hartoberarti kekayaan.Pada masa itu, desa kemusuk dibagi menjadi dua

bagian yaitu Kemusuk Lor (Utara) dan Kemusuk Kidul (Selatan). Kakek buyut

Soeharto, Demang Wongsomenggolo, merupakan salah satu pendiri desa

Kemusuk. Garis keluarga Soeharto dari pihak ayah Soeharto berasal dari bagian

sebelah selatan desa,sedangkan garis keluarga ibunya berasal dari Kemusuk Utara.

Pada zaman itu,merupakan hal yang lazim bagi orang-orang yang tinggal

dilingkungan yang sama untuk menikah satu dengan yang lain.Hal ini mengingat

sangat sulit dan tidak terpikirkan untuk dapat bertemu dengan orang yang berasal

dari luar daerah itu.

Kakek Soeharto dari pihak ayah bernama Kertoirono. Ia mempunyai dua

anak,Kertoredjo yaitu ayah Soeharto dan seorang anak perempuan yang bernama

Prawirohardjo.Dalam tradisi Jawa Tengah, adalah hal yang wajar bagi seorang

pria untuk mengganti nama ketika menikah. Oleh karena itu Kertoredjo mengubah

namanya menjadi Kertosudiro ketika menikah, menggunakan nama keluarga

istrinya.Kertosudiro bekerja sebagai petugas irigasi desa atau ulu-ulu. Jabatan ini

termasuk tinggi bagi mereka yang tinggal di lingkungan pedesaan. Ibu dari

Soeharto adalah anak dari Notosudiro, Ibunya bernama Sukirah, perkawinan

orangtua Soeharto berdasarkan perjodohan, dimana ayah Soeharto sebelumnya

sudah pernah menikah dan mempunyai anak dua dari perkawinan

sebelumnya.Tahun 1921 bukanlah tahun yang mengembirakan, bukan pula saat

Page 2: Soeharto

yang menjanjikan kesejahteraan bagi penduduk Kampung Kemusuk. Tiga tahun

setelah berakhirnya perang Dunia I ditandai dengan krisis ekonomi yang merata

sampai ke Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau penghasil rempah-rempah lainnya

dalam koloni Hindia Belanda. Dalam kondisi kesejahteraan yang terbatas itulah,

Kertosudiro berharap kelak putranya tumbuh menjadi orang yang kaya dan

berkedudukan tinggi. Harapan itu dimulai dengan kenyataan yang tidak terlalu

baik, tidak lama setelah melahirkan Soeharto, Sukirah dan Kertasudiro bercerai.

Sukirah kemudian menikah lagi dengan Atmopawiro dan memiliki tujuh anak

yang salah satunya adalah Probosutedjo, yang pada masa pemerintahan Orde Baru

dikenal sebagai konglomerat kontroversial, sedang Kertosudiro juga menikah lagi

dan memperoleh empat orang anak.Soeharto adalah putra satu-satunya dari

perkawinan Kertosudiro dan Sukirah. Belum genap berumur 40 hari, Soeharto

dibawa ke rumah adikkakeknya, Kromodiryo, seorang dukun bayi yang juga

membantu kelahiran Soeharto, hal ini disebabkan karena kesehatan Sukirah

memburuk, akhirnya Soeharto harus tinggal dirumah Kromodiryo lebih lama

kurang lebih empat tahun.Di rumah Kromodiryo, Soeharto menemukan

kehangatan kasih sayang, dirumah Kromodiryo, Soeharto belajar berdiri dan

berjalan.

Kromodiryo membawa Soeharto kecil ke mana pun ia pergi dan mengajarkan

Soeharto berdiri dan menapaki langkah-langkah pertamanya.Apabila Kromodiryo

harus melaksanakan tugas sebagai bidan, kakeknya akan membawa Soeharto

kesawah. Anak laki-laki kecil itu dipanggul di pundak kakeknya sementara sang

kakek mencangkul tanah untuk bertani. Kehidupan desa sangat menyenangkan

bagi Soeharto. Pada masa kecilnya, ia mengalami kecelakaan pada saat memotong

sebatang pohon pisang dan pisaunya jatuh mengenai jari kakinya, neneknya

Kromodiryo sangat menyayangi Soeharto,ketika melihat mengalami kecelekaan

tersebut neneknya langsung membalut luka Soeharto dengan penuh kasih sayang.

Bagi Soeharto, masa-masa itu adalah masa yang paling membahagiakan dalam

hidupnya. Tahun-tahun di masa kecilnya itu membawa pengaruh sangat besar

baginya, dan ini terlihat dari kebiasaan Soeharto yang lebih suka makan makanan

sederhana dan memakai pakaian yang sederhana.Ketika berumur empat tahun,

Page 3: Soeharto

Soeharto diambil kembali oleh Sukirah dan diajak tinggal bersama Atmopawiro

yaitu ayah tiri Soeharto. Atmopawiro saying pada putra tirinya dan bahkan

membelikan Soeharto seekor kambing. Tindakan ini dengan tegas

memperlihatkan kasih sayangnya pada Soeharto karena kambing adalah ternak

yang bernilai tinggi di Indonesia. Setelah mulai beranjak besar,Soeharto

menghabiskan waktu senggangnya dengan mengembala.

2. Jatuh Bangun Karier H.M Soeharto

Di usia 17 tahun, Soeharto pernah berprofesi sebagai asisten pegawai bank

desa (Volksbank) di Wuryantoro, pada masa itu pegawai bank desa adalah tugas

utama Soeharto, yang setiap bertugas mengenakan seragam pakaian adat jawa

lengkap, mendampingi pegawai bank mengambil aplikasi pinjaman. Soeharto

dipecat sebagai pegawai bank disebabkan seragam pakaian adat yang

dikenakannya dalam bertugas rusak dan tidak dapat menggantikan seragam yang

baru. Setelah kehilangan pekerjaan,Soeharto kembali terjebak pada kehidupan

yang tidak menentu. Dan dalam ketidak menentuan tersebut, Soeharto seperti juga

masyarakat yang bernasib sama dengannya di masa itu, mengalihkan pandangan

mereka kearah kemiliteran. Imbas perang Duni ke II yang juga telah sampai ke

Indonesia menjadikan kemiliteran sebagai “sebuah pekerjaan” yang tampak lebih

bersinar dibanding bidang pekerjaan-pekerjaan yang lain. Soeharto sempat

berfikir melamar menjadi tentara Angkatan laut, namun niat itu dibatalkan, karena

Soeharto tahu akan menempati posisi sebagai juru masak.

a. Menjadi Anggota KNIL

Karier Soeharto sebagai parjurit diawali dengan Soeharto mendaftar ke KNIL

(Koninklijk Nederlans Indisch leger sebutan bagi Angkatan Bersenjata hindia-

Belanda),yang kemudian Soeharto mendapat surat panggilan untuk bergabung

dengan KNIL. Kelak Soeharto mencatat,” Pada mulanya saya sama sekali tidak

akan mengira bahwa lamaran yang saya ajukan akan merupakan anak

kunci yang membuka pintu lapangan hidup yang menyenangkan”. Soeharto

bergabung dengan KNIL pada 1 juni 1940 dan itu merupakan 1940 langkah

pertama yang mengawali karir militernya yang panjang.Soeharto memulai

Page 4: Soeharto

pelatihan militer dasar di gombong, sebelah barat Yogya.disinilah kualitas

kepemimpinan Soeharto dan keterampilan berpikirnya yang sangat startegis

diasah. Ada dua cara menjadi anggota KNIL, cara panjang dan cara pendek. Cara

panjang atau yang disebut Langverband adalah dinas yang diperuntukkan bagi

mereka yang belum pernah mengeyam bangku pendidikan hingga kelas tiga HIS

(Holands Inlandse School-SD di zaman Belanda). Lulusan Langverband

membutuhkan waktu yang lama , yaitu sepuluh tahun, untuk menjadi kopral.

Sedangkan cara pendek atau Kortverband diperuntukkan bagi mereka yang telah

lulus HIS atau lebih. Lulusan kortverband kemudian dapat melanjutkan

pendidikannya ke Kader School untuk menjadi kopral. Karena tingkat pendidikan

yang dimiliki Soeharto, maka Soeharto masuk Kortcerband.Setelah lulus dengan

memperoleh predikat terbaik, Soeharto ditempatkan di Batalion XII di Rampal,

malang. Pada tanggal 2 desember 1940, Soeharto memperoleh pangkat kopral.

Kemudian Soeharto dikirim kembali ke Gombong untuk menjalani latihan

lanjutan dan mendapatkan pangkat sersan. Pada saat itu jepang mulai mendekat

dan Soeharto pergi ke Bandung sebagai prajurit cadangan di markas besar tentara

Circasua. Soeharto hanya sempat tinggal selama seminggu disana karena pada

tanggal 8 Maret 1942 belanda menyerah dengan jepang.

b. Menjadi Anggota PETA

Situasi negeri semakin memburuk, Soeharto memutuskan untuk mencari

pekerjaan yang lebih baik. Yogya menjadi pilihan Soeharto, karena Yogya

memiliki prospek yang lebih baik. Soeharto mulai belajar mengetik, tetapi

Soeharto terhenti karena ia jatuh sakit. Secara tidak sengaja , suatu hari Soeharto

mendengar adanya rekrutmen anggota baru keibuho, sebutan bagi polisi di masa

pendudukan jepang. Awalnya Soeharto ragu untuk mendaftarkan karena takut

ketahuan sebagai bekas anggota KNIL. Kondisi serta kebutuhan yang akhirnya

membuat Soeharto berani mendaftarkan diri. Soeharto yang pernah memperoleh

pendidikan kemiliteran di masa Belanda dapat melalui semua tes dengan baik.

Bahkan selama tiga bulan pelatihan, Soeharto menjadi lulusan terbaik. Atas saran

Page 5: Soeharto

Kepala Polisi Jepang. Soeharto mendaftarkan diri ke PETA (Pemebela Tanah

Air).

PETA adalah angkatan pertahanan yang dibentuk pada Oktober 1943 oleh

Jepang, dengan orang Indonesia sebagai angkatannya. Anggota PETA dilatih

dengan tujuan mempertahankan tanah airnya dari serbuan tentara sekutu yang

mencoba merebut kembali Indonesia dari tangan Jepang. Pada tahun 1944,

Soeharto mengikuti kursus perwira untuk menjadi Chudancho atau komandan

kompi di Bogor. Latihan untuk menjadi Chodancho dan Daidancho atau

komandan batalion tidak terlalu keras dan lebih rileks. Soeharto menyelesaikan

kursus taktik dan strategi militer di tahun 1944 dan kemudian ditugaskan ke

Seibu, markas PETA di Solo, dan bertanggung jawab atas pelatihan di sana.

Selama di PETA, Soeharto mencatat bahwa rasa patriotisme serta

nasionalismenya mulai bangkit.39 Ini tidak terlepas dari propaganda Jepang yang

menanamkan semangat anti-Barat. Selain itu, tekanan keras yang diberikan

Jepang kepada rakyat Indonesia telah membangkitkan semangat kekeluargaan dan

persatuan dikalangan prajurit PETA. Semboyan “Tiga A” yang

digembargemborkan Jepang, yaitu Jepang pemimpin Asia, jepang pelindung Asia,

Jepang cahaya Asia, terbukti hanya bohong belaka.

Perlakuan jepang terhadap Indonesia justru mencerminkan sikap memandang

rendah. Akibatnya, mulai muncul pemberontakan PETA di Blitar pada februari

1945, PETA kemudian menjadi bagian inti dari angkatan perang Indonesia yang

baru. Kesatuan ini bukan merupakan kelanjutan angkatan perang belanda atau

Jepang, tetapi dilahirkan pada masa-masa angkatan revolusi, bentukan para

pemuda dan pejuang kemerdekaan yang mandiri.Menyusul menyerahnya Jepang

dan Tentara Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta

memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada hari jum’at, 17 Agustus 1945

pada jam 10 pagi. Yang berarti dimulainya suatu babak baru bagi seluruh bangsa

Indonesia. Hal ini berarti pula babak baru bagi karier militer Soeharto.

c. Kiprah Soeharto di Era Revolusi Fisik

Saat kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Soeharto sedang berada di

Brebeg untuk melatih para prajurit dari batalion Blitar untuk menjadi Bundancho

Page 6: Soeharto

(komnadan regu). Di Yogyakarta inilah Soeharto mendengar bahwa kemerdekaan

Indonesia telah dikumandangkan di Jakarta. Pada tanggal 19 Agustus

1945,melalui surat kabar Matahari, Soeharto memastikan kebenaran berita

tentang kemerdekaan Indonesia serta terpilihnya Soekarno dan Muhammad Hatta

sebagai presiden dan wakil presiden RI.Di masa-masa ini juga Soeharto masih

“buta” terhadap masalah politik,mencoba memperdalam pengetahuan Soeharto

dengan bergabung pada Kelompok Phatuk, sebuah kelompok yang secara aktif

menyelenggarakan diskusi-diskusi masalah politik dan kenengaraan. Sementara

itu Presiden Soekarno menghimbau kepada seluruh mantan anggota PETA, Heiho

(tentara Jepang local yang terdiri dari relawan dan milisi), Kaigun (angkatan laut

Jepang) dan KNIL untuk bergabung dan bersatu di bawah Badan Keamanan

Rakyat (BKR), yang didirikan oleh Komite Persiapan Kemerdekaan Indonesia

pada tanggal 22 Agustus 1945. Soeharto mematuhi himbauan ini, Soeharto

bersama dengan kolegakoleganya mantan anggota PETA kemudian bergabung

dengan BKR. Maka terbentuklah BKR dengan senjata seadanya, atas

pertimbangan senioritas,kemudian terpilih Umar Slamet sebagai ketua BKR

sedang Soeharto menjadi wakilnya.

BKR inilah yang kemudian mengawali karir cemerlang Soeharto di bidang

militer. Semakin hari semakin banyak pihak yang bergabung dengan BKR

pimpinan Umar Slamet dan Soeharto. Masalah utama mereka saat itu bukan

semangat juang tetapi kurangnya persenjataan yang memadai. Untuk itu

diputuskan merebut senjata dari setiap tentara jepang yang ditemui. Untuk

melucuti tentara-tentara Jepang, Soeharto sebagai wakil komandan

lalu melakukan inisiatif memimpin sebagai BKR (yang berubah nama menjadi

Tentara Keamanan Rakyat-TKR pada tanggal 5 Oktober 1945) ditambah para

pemuda dan rakyat untuk menyerbu asrama jepang. Soeharto berhasil

melaksanakan niatnya merebut persenjataan dari asrama jepang di

Kotabaru.Tentara jepang yang tidak menyangka akan mendapat serangan,

akhirnya menyerahkan senjata setelah sebelumnya terjadi pertempuran 12 jam.

Ratusan senapan, mesin dan juga senjata lainnya berhasil dirampas.ini pertama

kali Soeharto (yang pada saat itu baru berusia 24 tahun) menunjukkan

Page 7: Soeharto

keterampilannya dalam mengambil sebuah keputusan yang secara politis memiliki

arti penting bagi karir Soeharto.Karena prestasinya, Soeharto kemudian diangkat

menjadi pimpinan Batalion X dengan pangkat mayor. Bersama tiga Batalion

lainnya, Soeharto tergabung dalam divisi IX yang dipimpin oleh Jendral Mayor

Soedarsono. Pada tanggal 19 Oktober 1945, sekutu yang diboncengi NICA

(Netherland Indies Civil Administration) datang ke Indonesia melalui Semarang.

Tujuannya, melucuti dan juga memulangkan tentara Jepang.

Pada masa itu beredar kabar kedatangan Belanda ingin kembali berkuasa di

Indonesia.Sekutu telah tiba di Magelang dan Ambarawa. Ini berarti keselamatan

Yogyakarta, sebagai salah satu kota terpenting di awal berdirinya RI,

terancam.Para pimpinan militer pertemuan di Yogyakarta pada tanggal 12

November 1945.hasilnya, Panglima Divisi V/ Banyumas Kolonel Soedirman

terpilih sebagai pemimpin tertinggi. Soeharto bersama Batalion X ditugaskan

bergabung dengan pasukan lainnya di bawah resimen yang dipimpin oleh Letkol

Sarbini dengan tujuan menghambat gerak laju tentara sekutu di Magelang.

Soeharto dengan pasukannya ditugaskan menduduki Banyubiru. Tugas, sekutu

menembakkan meriam ke Banyubiru dari arah Ambarawa. Sekutu akhirnya dapat

dipukul mundur ke Semarang.Kolonel Soedirman lalu secara resmi dilantik

menjadi Panglima Besar TKR, atas jasa Soeharto, Soedirman mengangkat

Soeharto sebagai Komandan Resimen III dari Divisi IX (Istimewa) dengan

pangkat letnan kolonel. Berdasarkan dokumen Belanda, sekitar bulan Maret 1946

dikabarkan Soeharto mengepalai tiga batalion, yaitu Batalion X dibawah

pimpinan Mayor Sudjono,Batalion XX di bawah Mayor Sardjono, dan Batalion

XXV dibawah pimpinan Basyuni. Dan karena adanya reorganisasi, pada bulan

Mei 1946, Soeharto masuk ke dalam Divisi III (Pekalongan, Kedu, dan

Yogyakarta) hasil penggabungan antara Divisi IX (Istimewa) dengan Divisi V

(Pekalongan Kedu).

Tahun 1946 adalah tahun yang menjadi titik balik dari kehidupan Soeharto.

Bermodalkan kualitas diri yang dimilikinya, Soeharto sangat menikmati

kehidupan militer yang menjanjikan.42 meskipun pada tahun 1946 juga, Soeharto

mengalami kemalangan, Ibundanya meninggal dunia, namun secara umum tahun

Page 8: Soeharto

1946 telah menjadi awal bagi kecermelangan karier militer Soeharto di masa masa

mendatang.

d. Kembali ke Revolusi

Sejak proklamasi kemerdekaan dikumandangkan 17 Agustus 1945. Sejarah

mencatat Belanda terus menerus melakukan tekanan politik dan militer. Setelah

segala perundingan gagal, Belanda mengambil jalan pintas, menduduki ibu kota

republik Indonesia di Yogyakarta melalui operasi militer pada tanggal 19

Desember 1948. para pemimpin republik ditangkap, sebagian di eksekusi.

Pasukan RI menghindari kontak terbuka karena kalah persenjataan. Karier militer

Soeharto makin mengilap ketika memimpin Serangan fajar 1 maret 1949 melawan

agresi militer Belanda kedua di Yogyakarta, serangan ini bertujuan merebut

Yogyakarta dari tangan penjajah, dan berhasil menduduki ibu kota selama enam

jam, karena Yogyakarta sebagai simbol kedaulatan negara,dimana pada saat itu

Yogyakarta adalaha Ibukota Negara Indonesia.Pada 7 mei 1949, digelar

perundingan antar Indonesia dengan Belanda yang dikenal dengan Perundingan

Roem-Royen. Hasil perundingan ini adalah gencatan senjata, pembebasan

Soekarno-Hatta, penarikan pasukan Belanda di Yogyakarta dan penyelenggaraan

Konfrensi Meja Bundar di Den Haag untuk mengurus penyerahan kedaulatan

kepada Indonesia. Soeharto dipercaya bertugas untuk menjaga ketertiban di

Yogyakarta pada saat serah terima dari Belanda.

e. Menumpas Berbagai Pemberontakan

Tahun 1950-1959 adalah masa yang penuh ketidakpastian bagi

Indonesia.Hasil perundingan KMB telah membuat Indonesia pecah menjadi enam

belas negara bagian. Secara otomatis, hal ini ,memunculkan ancaman bagi

persatuan nasional. Meskipun hanya dalam beberapa minggu negara-negara

bagian lain dari RIS meleburkan diri ke dalam republik Indonesia, namun tetap

saja muncul segelintir orang yang menolak untuk bergabung dengan RI.

Akibatnya, dibeberapa daerah muncul pemberontakan-pemberontakan yang

disulut oleh bekas pasukan bentukan Belanda, seperti KNIL/KL, bekas laskar

Page 9: Soeharto

gerilya yang menolak bergabung dengan APRIS (Angkatan Perang Republik

Indonesia Serikat), maupun pemberontakan yang bersifat kedaerahan seperti

Permesta, PRRI, DI/TII dan sebagainya.Selain itu, juga muncul keretakan dalam

tubuh Angkatan Darat.

Perkembangan keadaan telah membuat Angkatan Darat terpecah menjadi

duakelompok. Kelompok pertama adalah kumpulan militer “Profesional” yang

menginginkan tentara menjadi pasukan teknis, efisien, dan berukuran kecil,

sementara kelompok kedua terdiri dari bekas anggota PETA atau angkatan

lainnya yang berpengalaman dalam pertempuran fisik di masa revolusi namun

takut tersingkir oleh rencana rasionalisasi TNI.46 Masalah ini diperparah dengan

bergabungnya beberapa kesatuan pada pemberontakan-pemberontakan di

daerah.Secara tidak sengaja, masa yang penuh ketidakpastian ini, telah

menyediakan banyak kesempatan bagi Soeharto untuk lebih meningkatkan karier

militernya di masa mendatang. Soeharto memperoleh kepercayaan untuk

menyelesaikan gejolak di beberapa tempat yang pada akhirnya turut mengangkat

namanya di jajaran Angkatan Darat.

Pada masa ini jugalah Soeharto mulai belajar bagaimana membangun bisnis

yang menguntungkan dengan memanfaatkan jaringan serta koneksi startegis yang

dimilikinya. Januari 1950, pemerintah RIS menambah jumlah pasukan APRIS ke

Makasar, kedatangan APRIS yang merupakan wujud TNI ini menimnbulkan

ketidaksukaan pada pasukan KNIL di Makassar yang dipimpin oleh Andi azis,

maka menyebabkan pemebrontakan Negara Indonesia Timur pimpinan Kapten

Andi Aziz di Makassar Sulawesi Selatan. Andi, dibantu pasukan KNIL berhasil

menguasai Makassar. Panglima Divisi Jawa Tengah, Kolonel Gatot Subroto di

perintahkan membentuk satuan tugas untuk menghancurkan pemberontakan

itu.Kolonel Gatot Subroto kemudian menunjuk Soeharto untuk memimpin

ekspedisi ini. Soeharto berangkat ke Makassar dengan pasukan bernama Brigade

Garuda Mataram, dan pada akhirnya pemberontakan tersebut dapat ditumpas.

Semasa di Makassar ini, Soeharto mengenal keluarga Habibie, dimana salah

seorang anaknya, yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie yang saat itu berusia empat

Page 10: Soeharto

belas tahun, kelak akan menggantikan Soeharto sebagai presiden. Masih di kota

yang sama, kembali muncul gerakan pemberontak.

Kali ini menamakan dirinya Batalion laskar rakyat yang dipimpin Arief

Radhi, pemberontakan ini berhasil ditumpas dengan pertempuran. Markas Besar

Angkatan Darat kemudian mengirimkan perwira lain untuk memulihkan situasi di

Makassar, yaitu Kahar Muzakar yang diterjunkan ke tanah kelahirannya untuk

membantu Soeharto bernegosiasi dengan kelompok gerilya yang masih menolak

untuk dimasukkan kedalam APRIS. Kahar kemudian memegang komando militer

di Sulawesi selatan setelah Soeharto dan pasukannya ditarik dari Makassar. Di

tahun 1952, Kahar Muzakar malah memimpin pemebrontakan terhadap

pemerintah pusat dan dibutuhkan waktu sepuluh tahun untuk benar-benar

memadamkan pemberontakan itu.Pada tahun 1951,

Soeharto ditunjuk memimpin Brigade Pragola dari Divisi Dipenegoro yang

berkedudukan di Salatiga, Jawa Tengah. Pada akhir 1952, Seharto dipindahkan ke

Markas Divisi Solo, kemudian pada tanggal 1 Maret 1953, Soeharto ditunjuk

untuk memimpin Resimen 15 di Solo yang baru saja kehilangan komandannya,

Mayor Kusmanto, Kerasnya suasana di Solo, membuat Soeharto merasa perlu

untuk memfokuskan perhatiaanya pada pasukan di bawah komandonya. Suhu

politik jelas-jelas mendominasi para tentara di Solo. Selama berada disini,

Soeharto hanya berhasil menyingkirkan sebagian saja dari pertikaian ideologi

yang terjadi di dalam militer.Masa berdinas di Solo juga dimanfaatkan oleh

Soeharto untuk melakukan

aktivitas-aktivitas baru seperti mengikuti kursus militer, bergabung dengan

anggota Klub Bridge, dan mengikuti kursus penerbangan di Aero Club.Selain itu

Soeharto mencoba merintis sebuah koperasi untuk membantu mencukupi

kesejahteraan keluarga prajurit,Soeharto tinggal di Solo selama tiga tahun.Pada

awal tahun 1956, Soeharto ditarik ke Jakarta untuk menjadi Staf Umum angkatan

Darat (SUAD). Hanya dalam hitungan bulan saja, Soeharto kemudian kembali ke

Divisi Diponegoro (TT-IV) dan Soeharto dipercaya menjadi Kepala Staf

Territorium IV yang berkedudukan di Semarang, jabatan ini menandai

berakhirnya pekerjaan sebagai Komandan Lapangan dan awal dari pekerjaan Staf.

Page 11: Soeharto

Soeharto menjalankan perannya sebagai kepala Staf di Divisi Diponegoro

dalam waktu yang relatif singkat. Pada tanggal 3 juni 1956, Soeharto diangkat

menjadi pejabat sementara Panglima Diponegoro menggantikan Kolonel

M.Bachrum. tanggal 1 januari 1957, pangkat Soeharto naik menjadi Kolonel

(Infanteri), kenaikan pangkat ini seiring posisi Soeharto yang naik menjadi

Panglima Divisi Diponegoro. Soeharto meninggalkan Semarang pada tahun 1959

setelah diperintahkan mengikuti Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat

(Seskoad) di Bandung. Ini menjadi hal pertama bagi Soeharto mengikuti

pendidikan staf militer tertinggi semenjak memasuki institusi TNI. Setahun

kemudian pangkat Soeharto naik lagi,mendapat satu bintang. Usai menamatkan

pendidikan di Seskoad, Soeharto menjadi Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat.

Pada waktu bersamaan, Soeharto menyandang jabatan Panglima Korps Cadangan

Umum Angkatan Darat dan Panglima Pertahanan Udara Angkatan Darat. Pada

tahun 1961, untuk pertama kalinya, Soeharto mendapat tugas ke luar negeri

melakukan inspeksi atase militer di Beograd, Paris, dan Bon. Soeharto ke luar

negeri menemani Jendral A.H Nasution. Tanggal 1 januari 1962, pangkat

Soeharto dinaikkan menjadi Mayor Jenderal dan secara resmi menjadi Panglima

Komandan Mandala sejak tanggal 23 Januari 1962. penunujukan diri Soeharto

sebagai Panglima Komando Mandala ini

menandai berakhirnya kekelaman karier militer Soeharto yang selama ini berjalan

biasa-biasa saja. Segera sosok Soeharto menjadi sosok popular yang sering

menghiasi suratkabar di Jakarta. Pers menjuluki Soeharto sebagai Seorang militer

yang memiliki wajah yang bersih, murah senyum, rambut berombak tersisir ke

belakang, tapi selalu menjadi “momok bagi Belanda”. Prestasi Soeharto di

Serangan umum 1 Maret diangkat ke permukaan.

Pada tahun 1963, pangkat Soeharto naik menjadi Mayor jenderal. Seiring

kenaikan pangkat, Soeharto diberi kepercayaan sebagai panglima komando Antar

Daerah Indonesia Timur merangkap Panglima Mandala untuk pembebasan Irian

Barat (sekarang Papua). Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI yang

menewaskan enam jenderal dan satu Letnan Angkatan darat. Peristiwa ini

membuat situasi dan kondisi negara menjadi tidak stabil. Soeharto kemudian

Page 12: Soeharto

mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Panglima

Anglatan Darat saat berpangkat Mayor Jenderal, Soeharto ditunjuk sebagai

Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.

Pada Maret 1966, Soeharto menerima surat perintah 11 Maret (Supersemar)

dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta

mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Bermodal

Supersemar, Soeharto kemudian memulihkan stabilitas nasional. Langkah yang

diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)

sekalipun sempat di tentang Presiden Soekarno. Soeharto jugamelakukan

penangkapan besar-besaran terhadap orang yang diduga terlibat G-30-S. Banyak

yang menilai, sebenarnya Supersemar merupakan alat legitinmasi

Soeharto untuk rengkuh kekuasaan yang lebih besar, tapi Soeharto pernah

membantah, Soeharto mengatakan “Saya tidak pernah menganggap Supersemaritu

sebagai tujuan untuk memperoleh kekuasaan, suart perintah 11 maret itu juga

bukan alat untuk mengadakan coup secara terselubung, supersemar itu adalah

awal perjuangan Orde Baru”.

Pernyataan tersebut berbanding terbalik, karena itulah kasak-kusuk tentang

abash tidaknya Supersemar dan ada atau tidaknya, masih menjadi bahan

perdebatan hingga sekarang setelah Soeharto jatuh dari kursi kekuasaan.

Perpindahan kekuasaan ke tangan Soeharto tidak bisa diterjemahkan secara hitam

putih bahwa terjadi peralihan ke demokrasi atau transisi ke demokrasi, karena

kegelapan peralihan kekuasaan itu sudah menjadi bukti ketidakjelasan jarum jam

perjalanan bangsa di bawah Soeharto. Soeharto sendiri selalu mengklaim bahwa

kenaikannya ke panggung kekuasaan adalah melalui jalur konstitusional, dan

merupakan suatu proses transisi ke demokarsi, tetapi banyak ahli sejarah yang

menduga bahwa aspek konstitusional yang mengantar Soeharto ke meja pejabat

presiden sudah “by design” (dirancang) sebelumnya, bahkan konsep-konsep

pembangunan awal Soeharto yang praktis dan pragmatis itu sudah dirancang jauh

sebelun Soekarno mundur. Dan hal ini semua belum terjawab secara jelas sampai

sekarang.

Page 13: Soeharto

f. Jalan Menuju Kursi Presiden

Setelah menerima Supersemar dari Presiden Soekarno, Soeharto mulai

menampakkan pengaruhnya di pemerintahan. Krisis politik yang disebabkan oleh

pemberontakan PKI menuntut dilakukannya Sidang Umm ke IV MPRS 1966

yang menghasilkan 24 ketetapan. Ketetapan-ketetapan itu diantaranya yang

terpenting adalah Tap No.X/MPRS/1966 tentang pengfungsian kembali

lembagalembaga negara dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah sesuai dengan

yang diatur dalam UUD 1945. ketetapan ini kemudian dipertegas dengan UU

No.5/1974/ tentang sistem pemerintahan desa. Tap No.XXV/MPRS/1966 tentang

pembubaran/larangan terhadap faham Leninisme-Marxisme di Indonesia. Melalui

ketetapan ini, Soeharto mendapatkan legitimasi yuridis konstitusional untuk

melakukan pembersihan terhadap unsur-unsur yang berkaitan dengan PKI,

termasuk orang-orang PKI yang dibunuh tanpa melalui proses pengadilan.

Pada tanggal 7 maret 1967, MPRS mengadakan Sidang Istimewa untuk

menghapus dualisme kepemimpinan. Melalui Tap No.XXXIII/MPRS/1967,

kekuasaan Pemerintahan negara dari tangan Presiden Soekarno dicabut, karena

dianggap tidak dapat memenuhi pertanggung jawaban konstitusional. Dengan

adanya Tap ini, maka Soeharto yang sebelumnya hanya mengemban Supersemar

untuk memulihkan keamanan dan ketertiban dikukuhkan sebagai Pejabat Presiden

RI. Dalam Sidang Umum ke-V MPRS 1968 berbarengan dengan memuncaknya

konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS melahirkan beberapa ketetapan

yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto melalui Tap No.XLIV/1968

tentang pengangkatan Soeharto menjadi Prediden RI. Dengan demikian naiklah

Soeharto ke pentas kekuasaan menjadi tanda lahirnya Orde Baru.

3. Orde Baru di Bawah Pemerintahan Soeharto

Munculnya Soeharto di atas pentas kekuasaan, sebagai Presiden kedua setelah

Soekarno, menjadi tanda lahirnya Orde Baru. Hakekat Orde Baru seperti yang

dipropagandakan oleh Soeharto merupakan suatu sikap mental dan itikad baik

yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat dan kepentingan nasional

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, sebagai hasil refleksi total terhadap

Page 14: Soeharto

seluruh penyelewengan yang dilakukan selama Orde Lama. Orde baru itu sendiri

mengandung empat pengertian yang lahir dari pembacaan situasi nasional pada

masa awal kemunculannya. Orde Baru menganggap dirinya sebagai :

1. Suatu orde yang merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan

negara yang diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanann Pancasila dan

UUD 1945.

2. Orde Baru juga menyatakan dirinya sebagai Orde yang memberikan koreksi

total atas penyelewengan-penyelewengan di segala bidang yang terjadi pada

masa-masa sebelumnya.

3. Orde Baru sendiri menganggap bahwa kekuasaan yang dicapainya merupakan

suatu proses sosial yang panjang, sebab penyelewengan-penyelewengan yang

terjadi di masa lampau.

4. Nilai yang terakhir yang menjadi konsen Orde Baru yang memiliki peluang

besar terhadap penyelewengan adalah perubahan sikap mental yang

mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi atau golongan

yang memerlukan pola dan sikap yang berorentasi kepada program, sehingga

urgensi Orde Baru adalah menyusun kembali kekuatan bangsa dan menentukan

cara-cara yang tepat untuk menumbuhkan stabilitas nasional jangka panjang,

untuk mempercepat proses pembangunan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.

Disamping itu, Orde Baru menurut sosio historisnya merupakan rezim yang

memperjuangkan “Tritura” dalam kerangka pembubaran PKI, pembersihan

kabinet dari unsur-unsur G-30-S/PKI, penurunan harga /perbaikan ekonomi dan

sejak awal kelahirannya juga, Soeharto menamakan Orde Baru sebagai orde

pembangunan yang diterjemahkan sebagai kesempatan untuk menciptakan situsi

politik yang menguntungkan pembangunan ekonomi, menciptakan kesatuan

struktur politik, yang mengarahkan setiap proses politik pada pembaharuan sosio

kultural, pembaharuan struktur politik, dan pembangunan ekonomi. Awal

kelahiran rezim Soeharto dilatarbelakangioleh krisi ekonomi dan politik yang

sangat kompleks. Perekonomian nasional waktu itu berada dalam kondisi yang

sangat buruk. Pada tahun 1965, sebagaimana digambarkan Harold Crouch, inflasi

Page 15: Soeharto

mencapai 500% dan harga beras naik 900%. Defisit anggaran belanja pada tahun

itu mencapai 300% dari pemasukan, dan deficit dari triwulan pertama tahun1966

hampir sebesar jumlah defisit keseluruhan tahun 1965. Selain itu, kewajiban

membayar hutang luar negeri yang segera harus dibayar yang dijadwalkan selama

tujuh tahun, mulai pada tahun 1966. Demokrasi Terpimpin ternyata telah

menciptakan hutang luar negeri yang berjumlah $2.358 juta: 42% kepada Uni

Soviet, 10% kepada Jepang, dan 7,5% kepada Amerika Serikat. Sementara

persoalan hutang luar negeri sulit diatasi, pemerintah Indonesia juga harus

membiayai impor bahan pangan, tekstil, mesin

dan suku cadang yang berjumlah lebih $600 juta, sehingga devisa negara yang

diperkirakan sebesar $714 juta yang diperoleh tahun itu juga hampir habis

digunakan untuk membayar hutang.

Dari Oktober 1965 sampai awal tahun 1966, Indonesia nyata telah mengalami

pergolakan yang diiringi oleh kekerasan yang berdarah. Ini semua merupakan

ujung dari poralisasi sejak akhir era 1950-an sebgai akibat dari manipulasi massa

demi kepentingan para elite di Jakarta. Persaingan sengit selama puluhan tahun

antara organisasi-organisasi Islam, komunis, dan nasionalis serta angkatan

bersenjata telah mencapai puncaknya dalam suatu tragedy berdarah Harold

Crouch, Militer dan Politik di Indonesia, gerakan 30 september 1965 tersebut.

Dalam situasi ekonomi dan politik yang sama sekali tidak menguntungkan itu,

siapa pun yang memimpin, ,memang harusmencegah agar krisis tidak menjadi

lebih buruk dengan menerapkan startegi stabilitasi politik dan ekonomi. Dalam

konteks ini, langkah awal yang dilakukan Soeharto adalah meyakinkan rakyat

bahwa rezim baru yang dibawah kekuasaan Soeharto adalah pewaris yang sah dan

konstitusional dari Presiden Soekarno. Orde baru adalah sebutan bagi masa

pemerintahan Presiden Soeharto.

Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merajuk kepada era pemerintahan

Soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Pada tahun 1968,

MPR secara remi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden,

dan Soeharto kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973,

1978, 1983, 1993, dan 1998. Pelantikannya secara berturut-turut ini tidak lepas

Page 16: Soeharto

dari kebijakan represifnya yang menekankan rakyat agar memilih Golongan

Karya yaitu organisasi pemerintahan setara partai yang berkuasa ketika itu, fakta

membuktikan bahwa paling kurang 80% rakyat Indonesia dalam tiap pemilu

selalu mencoblos Golkar. Selanjutnya, Soeharto sebagai tokoh sentral Orde Baru

memulai startegi politik dan ideologisnya. Caranya dengan menggabungkan

antara pandangan hierarkis militer yang berpola ketaatan garis komando atasan

kepada bawahan

yang ketat di satu pihak lain. Birokrasi Orde Baru, walaupun memperlihatkan

cirri-ciri modern, namun tetap kental dengan nilai-nilai lama yang merupakan

tardisi dan budaya politik Jawa hubungan personal atau hubungan “majikan-

buruh” (Patron-client). Dengan nada yang sama, Richard Robison menyimpulkan

bahwa pemerintahan Orde Baru dapat dijelaskan melalui kerangka prespektif daya

tahan atau kelangsungan kebudayaan Jawa yang membentuk praktik politik para

pejabat atau elite birokrasi tersebut, identitas dan struktur keompok-kelompok

politik dan hakikat konflik politik ditentukan oleh hubungan politik yang bersifat

patrimodial, yaitu strukturstruktur patron-client yang bersifat pribadi dan tersusun

secara vertikal. Kesimpulan Robison di atas bisa membantu menjelaskan mengapa

Soeharto sangat kental dengan patron-client dalam cirri pemerintahnnya, dan

tampaknya ini yang membuat ideologisasi Jawa berikut kepercayaan-kepercayaan

mistiknya menghinggapi pola piker rezim Orba dan untuk kurun waktu yang lama

menjadi penopang tiang-tiang kekuasaanya, sekalipun soeharto bersikap sangat

pilih-pilih terhadap budaya Jawa hendak digunakannya, sistem Orde Baru ternyata

efektif selama tiga dasarwarsa.

Orde baru dalam prinsipnya menghindari dirinya dari keterjerumusan dalam

kancah pertarungan ideologi, tetapi sejak awal kemunculannya Orde Baru yang

dikomandoi Soeharto itu sendiri, telah merumuskan Panca Tertib sebagai

ideologinya. Dalam Panca tertib ini, Soeharto menempatkan diri sebagai

organisatoris dan kabinet Ampera sebagai megafonnya. Panca tertib ini secara

tidak langsung telah melahirkan empat faktor yang membumkam masyarakat

Orde Baru, empat faktor tersebut adalah :

Page 17: Soeharto

Faktor pertama, dengan adanya tertib politik dengan langkah-langkahnya

menertibkan kekuatan- kekuatan sosial dengan langkah-langkahnya menertibkan

kekuatan-kekuatan sosial dengan azas dan prinsip Orde Baru, maka telah terjadi

penghangusan politik pada masyarakat di tingkat pedesaan. Tertib politik ini,

mewajibkan Parpol untuk tidak membuka basis politik ke tingkat desa (floating

mass) dan mengakibatkan pembatasan partisipasi masyarakat dalam politik.

Faktor kedua, dengan melakukan tindakan edukasi massa kearah sikap dan

kebiasaan-kebiasaan hidup yang tertib dan cinta pada ketertiban, sejak awal

mengindoktrinasi masyarakat untuk diam dengan berbagai bentuk kekerasan dan

berbagai tindakan represif yang dilakukan oleh mesin-mesin kekuasaan Soeharto

dan menjadikan masyarakat untuk tutup mulut terhadap berbagai bentuk

manipulasi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh Soeharto dengan

patron-patronnya. Langkah penertiban ekonomi, sebagai langkah yang ketiga

telah melahirkan ideologi developmentalism yang mengarahkan seluruh potensi

dan masyarakat pada upaya peningkatan produktivitas, efisiensi dan keahlian yang

dimiliki dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketahanan,

kewaspadaan, dan kesiapsiagan nasional dalam tertib hukum, telah menjadi

aparatur hukum (polisi, tentara dan hakim) untuk mencurigai setiap tindakan yang

bertentangan dengan kebijakan Soeharto. Faktor yang terakhir yaitu telah

menjadikan Dwi Fungsi ABRI sebagai suatu ideologi yang mengharuskan ABRI

untuk terjun dalam dunia politik menukik tempat keberpijakannya.

Awal Orde Baru dimulai, pada saat Sidang Umum ke-V MPRS 1968 yang

bersamaan dengan memuncaknya konflik yang terjadi dalam masyarakat, MPRS

melahirkan beberapa ketetapan yang memperkokoh kembali kekuasaan Soeharto

melalui Tap No.XLIV/1968 tentang pengangkatan Soeharto menjadi Presiden R.I

yang sebelumnya masih mengemban Tap MPRS No. IX/1966 dan menugaskan

kepada presiden untuk membentuk kabinet pembangunan (Tap No.XLI/1968)

dengan missi Panca Krida Kabinet Pembangunan. Tugas utama kabinet

pembangunan tersebut adalah menciptakan satabilitas politik dan ekonomi,

menyusun dan melaksanakan Repelita, melaksanakan pemilu (Tap No.XLII/1968)

tentang pelaksanaan Pemilu 5 Juli 1975), mengembalikan ketertiban dan

Page 18: Soeharto

keamanan masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa G30S/PKI dan setiap

usaha yang menyeleweng dan menghina Pancasila dan UUD 1945, dan

melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur

negara. Dengan ketetapan-ketetapan tersebut, Soeharto mulai melaksanakan

tugasnya. Tugasnya adalah memilih anggota Kabinet Pembangunan yang dipilih

dari lingkaran Soehartois yang sejak masa perjuangan dan sejak revolusi PKI

sudah menunjukkan loyalitasnya terhadap Soeharto.

Kabinet yang pertama pada masa pemerintahan Soeharto, yang disebut

dengan Kabinet Pembangunan pertama dari tahun 1968-1973 dibentuk pada

tanggal 10 Maret 1968. Presiden Soeharto memilih 23 menteri. Lingkaran pertama

terdiri dari para politisi yang sejak awal munculnya Orde Baru menjadi arsitektur

yang bekerja keras untuk Soeharto, dalam lingkaran kedua ini, terdiri dari Adam

Malik dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang di dalam cabinet Orde Baru

Adam Malik menjadi menteri luar negeri dan Sri Sultan menjadi wakil Presiden.

Untuk membalas jasa keduanya, Soeharto memilih Sri Sultan Hamengkubowono

IX sebagai Wapres dan disusul dengan Adam Malik pada periode berikutnya.

Lingkaran kedua dalam kabinet Soeharto adalah para teknokratis yang berhaluan

liberal, tamatan Perguruan Tinggi terpandang di Amerika, mereka terdiri dari

Widjojo Nitisastro, M.Sadli, Soebroto Sarbini Soemawinata, Ali Wardhana,

Soemitro Djojohadikusumo dan Emil Salim.57 Lingkaran ketiga terdiri dari para

perwira Angkatan Darat (AD) yang merupakan teman dekat Soeharto semasa

revolusi fisik (1940-an), demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan

G 30 S/PKI. Mereka terdiri dari Alamsyah, Sodjono Hoemardani, Ali Moertopo,

Yoga Sugama, Suryo, Abdul Kadir, selamet Danudirjo, Nawawi Alif,

Sudharmono, Sunarso, Mas Iman, Yusuf Singadikane,dll. Stabilisasi yang dicapai

Soeharto pada 1960-an, masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan

penduduk yang terus bertumbuh. Yang diperlukan adalah

perombakan di hampir seluruh aspek kehidupan perekonomian negara. Jumlah

penduduk bertumbuh pada tingkat 2,4 persen per tahun. Petani terus

menggantungkan diri pada metode pertanian tardisional yang sudah mererka

gunakan selama ratusan tahun. Hasil pertanian tidak cukup untuk ekspor.

Page 19: Soeharto

Industriindustri dalam negeri tidak dapat menyerap tenaga kerja yang meluap dan

hamper tidak ada industri yang berarti Penerimaan devisa tidak ada artinya.

Upaya awal Soeharto sebagai presiden dengan restrukturisasi aparaturnegara.

Soeharto melakukan pengaturan kembali, beberapa departemen dijadikan satu

sementara yang lainnya dirampingkan, Departemen Industri Dasar Ringan dan

Enerji dibubarkan dan diambil alih oleh Kementrian Negara Perekonomian,

Keuangan dan Industri; Departemen Pertanian dan Departemen Urusan Maritim

juga dibubarkan.Di bawah kepemimpinan Soeharto, sebagian besar dari porsi

anggaran berasal dari bantuan luar negeri, khususnya dari negara-negara kapitalis.

Porsi ini jauh lebih besar dari sebelumnya ketika bantuan luar negeri kebanyakan

datang dari Moskow atau Peking. Selain mengangkat dua kelompok penasehat

ahlin khusus, stau untuk urusan politik dan satu lagi untuk masalah ekonomi.

Kelompok yang pertama terdiri dari cendikiawan, tokoh nasional dan militer.

Keompok yang kedua terdiri cendekiawan dari fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Kelompok penasihat politik dibubarkan pada tahun 1968 sementara

kelompok penasihat ekonomi meneruskan peranannya selama bertahun-tahun di

masa mendatang. Tim ekonomi inin melaksanakan tugas seperti para manajer di

Lembaga- Lembaga Swasta. Masalah pertama yang harus mereka hadapi adalah

bagaimana melunasi hutang luar negeri. Langkah pertama yang diambil adalah

dengan mengadakan perundingan-perundingan untuk menjadwal ulang

pembayaran hutang-hutang tersebut. Pada waktu itu yang sama disusun pula

pedoman-pedoman untuk menarik dana internasional. Prioritas ditekankan dengan

harus menghentikan hiperinflasi untuk mengatasi masalah neracar pembayaran

dan untuk memulihkan produksi, terutama dalam industri yang berorientasi

ekspor.

Langkah ini berhasil memenuhi target menstabilkan perekonomian yang

rapuh. Inflasi dikurangi dari 640% pada tahun 1966 menjadi 113% di tahun 1967

dan turun lagi ke 85% di tahun 1968. pada tahun 1969, Indonesia memasuki

periode kestabilan persediaan beras di mana indeks biaya hidup di Jakarta hanya

naik sebanyak 22% selama tiga tahun sesudahnya. Kemudian para ahli

mengusulkan untuk mengikuti perekonomian bebas agar negara dapat mengatasi

Page 20: Soeharto

masalah-masalah fiskal dan moneternya.dengan kebijkan ini, Perusahaan-

perusahaan Jepang, Amerika, Cina dan pribumi yang besar maupun kecil,

berusaha untuk membentuk wajah kapitalisme di Indonesia. Sampai pada tahun

1970-an, Indonesia taat kepada pintu terbuka seperti disarankan oleh pandangan

ekonomi liberal Barat dari IMF, Bank Dunia, IBRD, IGGI dan badan-badan

internasional lainnya yang jumlahnya terus meningkat banyak. Di awal

pemerintahan Soeharto juga terjadi inflasi dan harga-harga bahan

pokok yang melambung tinggi, untuk mengatasi maslah ini, Soeharto membuat

suatu kebijakan yaitu dengan mencanangkan program Rencana Pembangunan

Lima Tahun (Repelita) dengan basis tiga kebutuhan pokok manusia: sandang,

pangan dan papan-pakaian. Tahap perencanaan jangka panjang pertama dimulai

pada tahun 1969 dan akan selesai pada tahun 1994, pada tanggal 1 April 1969,

Soeharto mengumumkan tujuantujuan yang ingin dicapai pemerintah pada akhir

repelita pertama. Tujuan utama repelita dari 1 April 1969 sampai bula Maret 1974

adalah, pertama dan yang paling utama, sandang dan pangan. Repelita kedua dari

april 1974 sampai maret 1979 ditujukan untuk mencapai swasembada sandang

dan pangan yang terjangkau oleh seluruh rakyat, dan rumah tinggal yang

terjangkau bagi rakyat kebanyakan. Infarstruktur dasar akan diperbanyak

danditingkatkan. Lowongan pekerjaan akan disediakan secara meluas dan

kekayaan akan disebar secara merata. Repelita ketiga dari April 1979 sampai

Maret 1984 menuntut standard kehidupan yang lebih tinggi, pendidikan yang

lebih baik dan kesejahteraan bagi semua orang, berdasarkan kesetaraan dan

keadilan. Karena beras merupakan makanan pokok yang utama, prioritas

ditetapkan untuk meningkatkan hasil pertanian dan mencapai swasembada di

bidang pertanian. Negara harus mampu mengekspor hasil produksi yang berkaitan

dengan pertanian, yang aktivitas produksinya dapat menyerap lebih banyak tenaga

kerja. Repelita keempat dari bulan april 1984 sampai Maret 1989 memusatkan

perhatian pada peningkatan keberhasilan yang sudah dicapai negeri ini pada saat

itu. Pemerintah mengakui bahwa memenuhi kebutuhan pokok masih merupakan

masalah utama bagi banyak kalangan masyarakat. Salah satu dari masalah-

masalah yang menonjol adalah perbaikan pemerataan kekayaan, dan juga

Page 21: Soeharto

peningkatan kesempatan kerja tanpa diskriminasi (yaitu, kesempatan bagi

masyarakat yang berbeda dalam hal ras dan latar belakang ). Pembangunan

dibutuhkan di seluruh pelosok wilayah. Apabila pembangunan ekonomi dapat

dipercepat, stabilitas negara dapat dipertahankan.

Repelita kelima dari bulan April 1989-maret 1994 juga ditujukan sekali lagi

pada fase peningkatan standar hidup dan pendidikan rakyat Indonesia, demi agar

negara dapat lepas landas menjadi negara industri. Proses ini diperkirakanakan

memakan waktu 25 tahun. Pelantikan Soeharto secara berturut- turut ini tidak

lepas dari kebijakan represifnya yang menekan rakyat agar memilih Golongan

Karya, yaitu organisasi pendukung pemerintah setara partai yang berkuasa ketika

masa Orde Baru, daripada memilih partai oposisi seperti Partai Demokrasi

Indonesia atau Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Fakta membuktikkan bahwa

paling kurang 80% rakyat Indonesia dalam tiap pemilu selalu mencoblos

Golkar.59 Ketika Soeharto mengambil alih kepresidenan, Golkar menjadi

kendaraan politik yang paling

penting dalam pemerintahan Soeharto. Pada tanggal 4 februari 1970, dengan

menggunakan sebuah lambang partai yang tetap sama sampai sekarang . Golkar

memenangkan lebih dari 62% suara pada pemilu tahun 1971, pemilu yang

pertama kali diadakan di bawah pemerintahan Soeharto. Pada periode-periode

sesudahnya, Soeharto tampil ke panggung kekuasaan melalui Golkar memiliki

enam kali andil dalam Pemilu yang menang dengan suara mutlak dan koor setuju

di parlemen untuk enam kali juga mengangkat Soeharto menjadi Presiden.

Soeharto dipilih kembali untuk kedua kalinya pada tanggal 23 Maret 1973.

Soeharto memilih Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakilnya.pada priode ini

Kabinet Pembangunan kedua dibentuk pada tanggal 27 Maret 1973, ada 21 orang

menteri. Dua diantaranya yang paling utama adalah Ali Wardhana sebagai

Menteri Keuangan dan Widjojo Nitisastro sebagai Menteri Negara Perekonomian

dan Keuangan/Ketua Bappenas. Selama periode ini, dibangunnya jalan-jalan,

pelabuhan dan transportasi, Soeharto juga berhasil meredam gejolak politik.

Golkar berhasil memenangkan lebih dari 62% suara untuk kedua kalinya pada

pemilihan umum yang diadakan pada bulan Mei 1977. Soeharto menjalankan

Page 22: Soeharto

kontrol lebih ketat ketika Soeharto memerintahkan pembreidelan sebuah surat

kabar terkenal dan pengawasan yang ketat terhadap gerakan mahasiswa. Pada

tanggal 22 Maret 1978 Soeharto berhasil menjadi Presiden kembali untuk ketiga

kalinya. Pada periode ini, Soeharto mengangkat Adam Malik sebagai Wakil

Presiden. Ada 24 menteri yang membantu Soeharto dalam Kabinet Pembangunan

babak ketiga ini, yang dibentuk pada tanggal 29 Maret 1978. Kabinet ini bertahan

sampai tahun 1983. Pada tanggal 19 Maret 1982, sebagai akibat dari banjirnya

penanaman modal asing yang berbondong-bondong datang ke Indonesia,

bangkitnya pengusaha domestik dan pesatnya pertumbuhan pembangunan,

Soeharto diberi gelar sebagai Bapak Pembangunan oleh MPR. Walau demikian,

ketidakpausan masyarakat semakin menumpuk menjelang dipilihnya Soeharto

kembali sebagai Presiden untuk ketiga kalinya, yang ditandai dengan kerusuhan-

kerusuhan yang berlangsung pada waktu berlangsungnya kampanye Golkar di

Lapangan Banteng. Golkar tetap mampu memenangkan suara sebanyak 54.2%

pada pemilu tanggal 4 Mei 1982. Pada saat itulah keprihatinan msayarakat mulai

mengemuka dan cara-cara yang digunakan oleh Golkar demi merekayasa

pengumpulan suara semakin terungkap. Para pegawai pemerintah mengaku telah

menerima amplop gaki mereka yang ditempeli Golkar, yang oleh banyak orang

dianggap sebagai sebuah peringatan mengenai partai mana yang seharusnya

mereka dukung dalam pemilu. Dalam praktik lainnya, kotak-kotak suara

diletakkan di gedung-gedung perkantoran, dimana nama sebuah partai politik dan

logonya ditempelkan pada masing-masing kotak. Beginilah cara pemerintah

mengawasi perusahaan mana dan di gedung mana yang mendukung Golkar atau

partai oposisi. Sayangnya, hanya sedikit sekali orang yang berani menyampaikan

keluhan tentang parktikpraktik seperti ini, terutama di antara para birokart yang

merupakan mayoritas sumber pemberi suara. Pegawai pemerintahan ingin

bermain dengan aman untuk melindungi posisi mereka sendiri. Sektor swasta juga

termotivasi oleh kepentingan mereka sendiri untuk mempertahankan status-quo,

karena perubahan seperti apa pun dalam hal kepemimpinan negara bisa jadi akan

membahayakan posisi mereka. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang kemudian

Page 23: Soeharto

membuat pelayaran negeri ini menuju ke kesejahteraan bagi seluruh rakyat

menjadi semakin berat dan penuh rintangan.

Kabinet pembangunan keempat dibentuk pada tanggal 16 Maret 1983 dan

berakhir hingga 1988. kabinet ini terdiri dari 32 menteri dan lima menteri muda.

Soeharto memilih Jenderal Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden.

Dalam urusan perekonomian Radius Prawiro menggantikan Ali Wardhana sebagai

Menteri Ekonomi dan Keuangan/Kepala Pembangunan Nasional. Dalam Kabinet

Pembangunan yang dibentuk pada tanggal 21 Maret 1988 dan berakhir pada

tahun1993, Sudharmono diangkat sebagai Wakil Presiden. Kabinet ini terdiri dari

32 menteri dan enam menteri muda. Kabinet Pembangunan keenam dibentuk pada

tanggal 17 Maret 1993 dan berakhir pada tahun 1998. kabinet baru telah

diumumkan dan 19 Maret 1993, Soeharto melantik 40 anggota kabinet yang

terdiri dari 38 menteri dan dua pejabat negara setingkat menteri. Komposisi

kabinet baru Soeharto itu tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Terdiri

dari 21 menteri yang membawakan departemen, 13 menteri negra, 4 menteri

koordinator, dari tiga dalam tiga periode yang lalu, dan tiga pejabat negara

setingkat menteri. Namun yang menarik dari kabinet ini , dari seluruh anggota

kabinet, 22 orang adalah wajah baru. Dan yang menonjol dari kabinet ini, dan ini

yang tampak berbeda dengan lima cabinet sebelumnya, adalah absennya tim

teknokrat. Sejak Orde Baru, tim menteri ekonomi selalu ditampilkan sebagai

teknokrat yang merancang dan

mengendalikan pembangunan. Tim ekonomi yang dibina Widjojo Nitisastro

adalah tim yang mendapat kepercayaan selama 25 tahun periode kepemimpinan

Soeharto. Kabinet Pembangunan ini terdiri dari berbagai sumber, ada birokrat,

politisi, ABRI, Golkar atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Memang ada

beberapa ahli ekonomi, tapi berbeda dengan garis tim teknokrat periode. Kabinet

ini dibubarkan tahun 1998 dengan evaluasi atas hasil kerja para menteri

sepenuhnya berada di tangan Soeharto sebagai presiden sesuai dengan pasal 17

ayat 2 UUD 45 yang menyebutkan bahwa “menteri-menteri diangkat dan

diberhentikan oleh presiden.63 Dan kabinet pembangunan ketujuh sekaligus

menjadi kabinet terakhir masa kekuasaan Soeharto dibentuk pada tanggal 14

Page 24: Soeharto

Maret 1998 dengan segara dibubarkan pada tanggal 22 Mei 1998,dengan Wakil

Presiden BJ.Habibie dan kabinet ini terdiri dari 34 menteri, semua pemain lama

dalam masalah-masalah perekonomian yang sudah beredar sejak tahun 1993,

Soeharto mengangkat putri sulungnya,Tutut sebagai Menteri Sosial dan Bob

Hasan yang notabene sahabat dekat Soeharto sebagai Menteri Perindustrian dan

perdagangan. kabinet pembangunan ketujuh ini berakhir, karena pada tanggal 21

Mei adalah tanggal yang paling penting dalam sejarah kekuasan Soeharto,

Soeharto menyerahkan kekuasaannya selam 32 Tahun kepada BJ.Habibie.