115150023 Riki Soeharto

13
ANALISA BENCANA ALAM DALAM GEOMORFOLOGI Disusun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Disusun Oleh: Riki Suhartono 115150023 Dosen Pembimbing: DR.Ir. Bambang Kuncoro M.T. PRODI TEKNIK GEOFISIKA Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta 2015

description

tugas bencana

Transcript of 115150023 Riki Soeharto

Page 1: 115150023 Riki Soeharto

ANALISA BENCANA ALAM DALAM GEOMORFOLOGI

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah

Geomorfologi

Disusun Oleh:

Riki Suhartono

115150023

Dosen Pembimbing:

DR.Ir. Bambang Kuncoro M.T.

PRODI TEKNIK GEOFISIKA

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

2015

Page 2: 115150023 Riki Soeharto

BANJIR

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.[1]

Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.[3]

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.

Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.

1

Bagaimana banjir terjadi?

Bila air di sungai meluap maka akan terjadi banjir. Air meluap akan terjadi bila sungai tidak lagi mampu menampung air. Kenapa? Karena jumlah air yang masuk ke sungai lebih besar dari daya tampung sungai.

Dari mana datangnya air yang banyak itu? Biasanya air itu datang dari hujan yang memang sangat besar, jauh lebih besar dari hari-hari biasa. Air hujan itu akan jatuh ke permukaan tanah dan sebagian besar akan langsung mengalir masuk ke sungai yang paling dekat..

1 ^ MSN Encarta Dictionary. Flood. Retrieved on 2006-12-28. Archived 2009-10-31.

2 ^ Directive 2007/60/EC Chapter 1 Article2 3 ^ Glossary of Meteorology (June 2000). Flood. Retrieved on 2009-01-09.

Page 3: 115150023 Riki Soeharto

Struktur

Penyebab banjir itu berbeda-beda dan variasi menurut cekungan aliran(daerah aliran sungai) atau wilayah (Gronet,1979; Lambert dan Vigneau, 1981; Pirazelli, 1973; Schick, 1971; Stuckman,1974). Hujan lokal yang jatuh di daerah rawan banjir dan daerah sekitar merupakan penyebab pertama. Meskipun demikian yang lebih umum adalah hujan lebat atau pencairan salju di daerah hulu daerah tangkapan hujan. Masuknya air laut mungkin menjadi salah satu di sepanjang pantai terbuka dan terutama saat terjadi julat pasang surut tinggi dan angin pantai yang kuat sering terjadi (Schroeder Lanz, 1962). Gelombang pasang dapat disebabkan oleh siklon atau angin topan yang menjadi sebutan bagi Bangladesh, tetapi gelombang pasang juga bisa disebabkan oleh gempa bumi atau erupsi gunung api, yang dapat memberikan dampak serius bahkan malapetaka bagi daerah yang jauh dari pantai. Dalam subbab berikut, akan dijelaskan lebih rinci tentang penyebab banjir dan metode survei dalam survei kerawanan banjir akan dielaborasi dan karakteristik dari situasi banjir disebabkan oleh kelebihan air dari hulu sungai, laut atau hujan lokal akan didiskusikan dan akan dideskripsikan.

Page 4: 115150023 Riki Soeharto

Gambar a. Menggambarkan daerah genangan banjir. https://bebasbanjir2025.wordpress.com/10-makalah-tentang-banjir-2/siswoko/

Gambar b. Penyebab masalah banjir. https://bebasbanjir2025.wordpress.com/10-makalah-tentang-banjir-2/siswoko/

Page 5: 115150023 Riki Soeharto

VEGETASI

Vegetasi yang akan dibahas kali ini adalah Vegetasi riparian mungkin terdengar seperti istilah baru. Vegetasi riparian atau tumbuhan di tepi sungai/danau memiliki banyak peran bagi manusia, hewan dan ekosistem. Definisi lengkapnya adalah sebagai berikut. Vegetasi riparian adalah tumbuhan yang tumbuh di kanan kiri sungai/danau yang menyediakan habitat bagi kehidupan liar dan berperan memelihara kesehatan daerah tangkapan air (Decamps et al. 2004; Sabo et al. 2005; Bragdon 2008).  Vegetasi riparian memiliki ciri morfologi, fisiologi, dan reproduksi yang beradaptasi dengan lingkungan basah.  Banyak tumbuhan riparian yang mampu beradaptasi terhadap banjir, pengendapan, abrasi fisik, dan patahnya batang akibat banjir (Naiman et al. 2005).

Fungsi ekologis vegetasi riparian adalah sebagai penunjang kestabilan ekosistem karena berperan dalam siklus karbon, oksigen, nitrogen dan siklus air (Bates 1961).  Vegetasi riparian juga  dapat menjadi habitat bagi banyak hewan seperti rusa, kambing, monyet, ular, bangau, cangak, pecuk ular, bebek, kuntul, raja udang, dan belibis, biawak, labi-labi, berang-berang, dan buaya.  Selain itu,  vegetasi riparian dapat berfungsi sebagai media pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (MacKinnon 1986).  Fungsi penting lain keberadaan vegetasi riparian antara lain sebagai pengontrol erosi dengan sistem perakarannya yang kuat, mengurangi endapan dan mereduksi polutan yang masuk ke perairan (Bates 1961; Waryono 2002; WSROC 2004). Fungsi lainnya sebagai peredam stress akibat banjir, sedimentasi, perubahan temperatur dan kekeringan (Jakalaniemi dkk. 2004).  Vegetasi riparian juga berperan dalam menjaga kualitas air, sumber bahan obat-obatan, pangan dan papan (Bates 1961; Siahaan 2004), serta menjadi salah satu indikator kualitas lingkungan dan berperan sebagai jalur hijau yang menahan keutuhan tebing sungai (Mulyadi 2001).

Vegetasi riparian di Indonesia hanya bagus di daerah hulu saja. Biasanya semain ke arah hilir, kondisi vegetasi riparian semakin berkurang hingga habis digantikan trotoar, lahan parkir, tempat tinggal dan gedung perkantoran. Kurangnya perhatian dan terjadinya perubahan pemanfaatan daerah riparian menyebabkan hilangnya kemampuan riparian menahan aliran sungai, dan akibatnya terjadi banjir di hilir, serta punahnya jumlah dan jenis keanekaragaman hayati riparian maupun perairan. Vegetasi riparian ini bisa berfungsi mencegah banjir, karena akar pepohonan akan menyerap air dan tumbuhan sendirikan berfungsi sebagai bank air hidup. Perkembangan kota dan meningkatnya kebutuhan ekonomi manusia membuat peran ekologis dari vegetasi riparian semakin tersisih. Jangan heran jika Jakarta sering banjir. Bagaimana tidak sering banjir, jika si pencegah banjir (vegetasi riparian)

Page 6: 115150023 Riki Soeharto

keberadaanya tidak dipedulikan dan bahkan dimusnahkan demi kepentingan sebagian orang. Padalah dampak dan kerugian banjir dirasakan oleh masyarakat luas, dan pemerintahpun pada akhirnya harus merogoh kocek dalam untuk membantu dampak banjir. Yang jelas dampak banjir secara ekonomis akan lebih besar dibanding dengan keuntungan sesaat yang diperoleh saat ini karena alih fungsi riparian untuk keperluan ekonomis.

Sudah saatnya si pencegah banjir, yaitu vegetasi riparian dikembalikan fungsinya seperti semula. Sudah saatnya menegakkan peraturan pemerintah mengenai lebafr riparian minimal yang difungsikan secara ekologis (daerah hijau, bebas pemukiman atau bangunan apapun) dari tepi sungai. Menurut No.63 Tahun 1993, batas riparian minimal adalah 10 m. Batas minimal ini saja masih sering dilanggar dengan banyaknya pemukiman kumuh di tepi sungai di jakarta. Lebar riparian dapat bervariasi tergantung daerah, lebar sungai dan tujuan yang ingin dicapai. Semakin lebar riparian maka semakin banyak layanan riparian yang dapat diberikan. Layanan yang dapat diberikan oleh riparian berdasarkan lebarnya adalah sebagai berikut.

Lebar riparian 15 m   = stabilisasi tepi sungai

Lebar riparian 25 m   = habitat yang baik bagi ikan

Lebar riparian 50 m   = kontrol terhadap sedimen

Lebar riparian 65 m   = kontrol terhadap banjir

Lebar riparian 100 m = habitat yang baik bagi kehidupan liar.

Page 7: 115150023 Riki Soeharto

a.hutan riparian di Prancis. https://id.wikipedia.org/wiki/Mintakat_riparian

b. hutan riparian di Jerman.https://id.wikipedia.org/wiki/Mintakat_riparian

Page 8: 115150023 Riki Soeharto

KEKERINGAN DAN DESERTIFIKASI

Sanford (1977) mendefinisikan kekeringan sebagai “kelangkaan dari beberapa komodits seperti air, tanaman dan rumput, disebabkan oleh curah hujan yang rendah atau distribusi yang tidak merata.”. Ia menyatakan, dengan dasar, bahwa terdapat beberapa bentuk kekeringan krena tipe komoditas yang sangat diperlukan kemelimpahannya ditentukan oleh curah hujan. Di antara tipe utama, salah satunya adalah kekeringan pertanian,kekeringan ternak, dan kekeringan margasatwa.

Desertifikasi(penggurunan) telah didefinisikan dalam Konferensi Desertifikasi di Nairobi pada tahun 1987; sebagai pemerosotan kualitas lahan, air, dan sumber daya alam lain di bawah tekanan ekologikal, yang mengakibatkan penurunan vegetasi, kembali aktifnya gumuk pasir(dune) dan erosi angin pada lahan pertanian. Kebanyakan karakteristik tersebut berkembang di jalur agak kering yang berbatasan dengan gurun tetapi dapat juga fenomena menyebar luas di bagian dunia lain sebagai akibat pemanfaatan lahan yang tidak tepat. Pengertian pada lahan kering dan agak kering yang terutama dirasakan dalam periode kekeringan, sebenarnya merupakan efek akumulasi dari dua faktor atau kelompok faktor yang berbeda yaitu faktor antropogenik dan faktor alam. (Plan of operation, 1977; UN, 1977).

Faktor-faktor analitik pada kekeringan dan desertifikasi

Faktor antropogenik pada intinya merupakan pemanfaatan lahan yang tidak tepat guna dan menjadikan lahan rusak ketika penduduk bertambah cepat dan teknologi yang digunakan tidak tepat guna. Hal tersebut mendorong pengunaan lahan yang lebih intensif pada lahan marginal. Pembabatan semak belukar dan terutama pembakaran adalah aspek penting lain yang menyumbangkan kemerosotan secara gradual bagi lingkungan.

Faktor iklim pada dasarnya berasosiasi dengan fluktuasi yang sekuler dalam situasi rata-rata dan pergeseran musim di Zona Konvergen Tropical (ITCZ: Inter Tropical Convergence Zone): di daerah tropikal kebanyakan hujan

Page 9: 115150023 Riki Soeharto

terkonsentrasi di sini(Bread;1969). Dalam tahun-tahun curah hujan dibawah rerata di daerah ini dimana manusia telah menyebarkan degredasi, efek dari periode kering menjadi lebih serius sebagai akibat dari efek kumulatif dari dua kelompok faktor tersebut.

1). Faktor alam Struktur Geologi : Batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung,

struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stragrafi dan gunung berapi.

Iklim : curah hujan yang rendah. Keadaan Topografi / Kelerengan: daerah yang sedikit bahkan tidak ada air. Keadaan Air : krisis air,aliran air permukaan,berkurang. Litologi : material yang terbentuk menjadi gumuk. Vegetasi : Material organik: jarangnya vegetasi.

Penggembalaan hewan yang berlebih. Deforestasi/penggundulan hutan. Aktivitas pertanian.

Page 10: 115150023 Riki Soeharto

Gambar 2.a danau Shringking lake chad di Chad, Afrika Tengah. http://earthobservatory.nasa.gov/Newsroom/NewImages/images.php3?img_id=4714

Gambar 2.b peta penyebaran daerah yang terkena desertifikasi di seluruh dunia. http://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detail/national/nedc/training/soil/?cid=nrcs142p2_054003