snackChapter I.pdf;jsessionid=5EAEB1AF02396A0D71A008C1682CE09E

4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Natrium atau biasa disebut garam merupakan bahan bumbu dapur yang sering digunakan dalam proses memasak. Garam banyak sekali dipergunakan dalam makanan maupun dalam bentuk yang lain. Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, seperti dikutip dari Litbang Depkes, menunjukkan hampir seperempat penduduk Indonesia 24,5% berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari. Garam terbuat dari dua komponen dasar, yaitu natrium (Na) dan klorida (Cl). Ketika dilarutkan pada dalam makanan atau cairan, garam pecah menjadi dua unsur di atas. Bagian klorida pada garam tidak begitu penting. Adalah natrium yang bisa menimbulkan masalah. Dibutuhkan porsi kecil dari natrium utuk menjaga otot dan saraf kita untuk bekerja mengirimkan pesan keseluruh tubuh (Sohn, 2010). National Research Council of The National Academy of Sciences merekomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah tersebut setara dengan ½-1½ sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, konsumsi natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Sedangkan American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi Na bagi orang dewasa tidak lebih dari 2.400 mg/hari, atau setara dengan satu sendok teh garam dapur sehari. Menurut United States Department of Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 2.400 mg dalam sehari, kira-kira setara dengan satu sendok teh (Astawan, 2010). Bahan pangan, baik nabati maupun hewani, merupakan sumber alami natrium. Umumnya pangan hewani mengandung natrium lebih banyak dibandingkan dengan nabati. Kebanyakan makanan dalam keadaan mentah sudah mengandung 10 persen natrium dan 90 persen ditambahkan selama proses pemasakan. Namun, sumber utamanya adalah garam dapur (NaCl), soda kue (natrium bikarbonat), penyedap rasa monosodium glutamat (MSG), serta bahan- bahan pengawet yang digunakan pada pangan olahan, seperti natrium nitrit dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

description

snack, garam beryodium, titrasi argentometri, makanan ringan, metode mohr

Transcript of snackChapter I.pdf;jsessionid=5EAEB1AF02396A0D71A008C1682CE09E

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Natrium atau biasa disebut garam merupakan bahan bumbu dapur yang

    sering digunakan dalam proses memasak. Garam banyak sekali dipergunakan

    dalam makanan maupun dalam bentuk yang lain. Hasil analisis Riset Kesehatan

    Dasar (Riskesdas) 2007, seperti dikutip dari Litbang Depkes, menunjukkan

    hampir seperempat penduduk Indonesia 24,5% berusia di atas 10 tahun

    mengkonsumsi makanan asin setiap hari.

    Garam terbuat dari dua komponen dasar, yaitu natrium (Na) dan klorida

    (Cl). Ketika dilarutkan pada dalam makanan atau cairan, garam pecah menjadi

    dua unsur di atas. Bagian klorida pada garam tidak begitu penting. Adalah natrium

    yang bisa menimbulkan masalah. Dibutuhkan porsi kecil dari natrium utuk

    menjaga otot dan saraf kita untuk bekerja mengirimkan pesan keseluruh tubuh

    (Sohn, 2010).

    National Research Council of The National Academy of Sciences

    merekomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah

    tersebut setara dengan -1 sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang

    menderita hipertensi, konsumsi natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg

    perhari. Sedangkan American Heart Association (AHA) merekomendasikan

    konsumsi Na bagi orang dewasa tidak lebih dari 2.400 mg/hari, atau setara dengan

    satu sendok teh garam dapur sehari. Menurut United States Department of

    Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 2.400 mg

    dalam sehari, kira-kira setara dengan satu sendok teh (Astawan, 2010).

    Bahan pangan, baik nabati maupun hewani, merupakan sumber alami

    natrium. Umumnya pangan hewani mengandung natrium lebih banyak

    dibandingkan dengan nabati. Kebanyakan makanan dalam keadaan mentah sudah

    mengandung 10 persen natrium dan 90 persen ditambahkan selama proses

    pemasakan. Namun, sumber utamanya adalah garam dapur (NaCl), soda kue

    (natrium bikarbonat), penyedap rasa monosodium glutamat (MSG), serta bahan-

    bahan pengawet yang digunakan pada pangan olahan, seperti natrium nitrit dan

    Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

  • natrium benzoat. Natrium juga mudah ditemukan dalam makanan sehari-hari,

    seperti pada kecap, makanan hasil laut, makanan siap saji (fast food), serta

    makanan ringan (snack) (Astawan, 2010).

    Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau

    setara dengan 3.000 mg natrium. Kebanyakan dari menu harian memberi berlipat-

    lipat kali lebih banyak dari itu. Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi

    jauh lebih berat untuk membuangnya. Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000

    mg natrium. Natrium yang terkandung dalam setiap menu modern rata-rata sekitar

    500 mg. Pada takaran itu, ginjal perlu bekerja lebih keras untuk tetap

    mempertahankan keseimbangan cairan dan asam-basa tubuh agar penyakit akibat

    kelebihan natrium tidak sampai muncul (Lawalangy, 2007).

    Natrium merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi.

    Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan

    natrium yang minimal. Asupan natrium kurang dari 3 gram/hari prevalensi

    hipertensinya rendah, sedangkan asupan natrium antara 5-15 gram/hari prevalensi

    hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap hipertensi

    terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah

    (Muchtadi, 1992).

    Kurangnya konsumsi natrium dapat menyebabkan volume darah menurun

    yang membuat tekanan darah menurun, denyut jantung meningkat, pusing,

    kadang-kadang disertai kram otot, lemas, lelah, kehilangan selera makan, daya

    ingat menurun, daya tahan terhadap infeksi menurun, luka sukar sembuh,

    gangguan penglihatan, rambut tidak sehat dan terbelah ujungnya, serta

    terbentuknya bercak-bercak putih di kuku (Astawan, 2010).

    Dalam proses metabolisme tubuh garam yang dikonsumsi sebagian besar

    akan diserap oleh usus dan dibuang kembali oleh ginjal melalui urin. Akan tetapi

    bila jumlah yang dikonsumsi melebihi kapasitas ginjal untuk mengeluarkannya

    kembali, maka kadar natrium dalam darah akan meningkat. Untuk

    mengembalikan kadar natrium darah ke tingkat yang normal, tubuh mengaturnya

    dengan cara menambah jumlah cairan dalam darah untuk mengencerkan kelebihan

    natrium tersebut. Akibatnya volume darah yang bersirkulasi dalam sistem

    Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

  • sirkulasi bertambah jumlahnya, dan apabila jumlah ini melebihi volume tertentu

    maka tekanan di dalam sistem tersebut meningkat, dan orang yang mengalaminya

    dikatakan menderita penyakit darah tinggi (essential hypertension)

    (Muchtadi,1992).

    Saat ini, terdapat kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instan

    yang berkembang di masyarakat seperti makanan cepat saji dan makanan awetan.

    Begitu juga pada mahasiswa, meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan

    kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi kebiasaan makan. Pola konsumsi

    makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama

    sekali tidak makan siang. Mahasiswa dengan aktivitas sosial tinggi,

    memperlihatkan peran teman sebaya menjadi tampak jelas. Di kota besar sering

    terlihat kelompok- kelompok mahasiswa makan di rumah makan yang menyajikan

    makanan yang siap saji. Makanan siap saji umumnya mempunyai nilai nutrisi

    yang rendah, mengandung lemak jenuh kolesterol tinggi, tinggi garam dan rendah

    serat. Dengan sifat seperti itu tentunya makanan awetan dan siap saji tidak begitu

    menyehatkan tubuh, sehingga apabila terlalu sering dikomsumsi dapat memicu

    timbulnya berbagai penyakit seperti kegemukan (obesitas), kolesterol dan

    trigliserida tinggi, hipertensi, aterosklerosis, jantung koroner, dan stroke (Sayogo,

    2006).

    Meskipun sebagian masyarakat dan khususnya mahasiswa telah

    mengetahui bahaya mengkonsumsi natrium dengan kadar yang berlebih, tetap saja

    dikonsumsi tanpa memperdulikan efek jangka panjang yang berbahaya terhadap

    tubuh. Pengetahuan mengenai dampak natrium yang dikonsumsi kadangkala tidak

    sesuai dengan perilaku pola makan yang ada. Oleh karena itu peneliti ingin

    mengetahui bagaimana pemahaman, sikap dan tindakan mahasiswa terhadap

    konsumsi makanan yang mengandung natrium.

    1.2. Rumusan Masalah

    Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan dilakukan penelitian

    deskriptif dengan rumusan masalah sebagai berikut yaitu Bagaimana gambaran

    pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

    Sumatera Utara angkatan 2008 terhadap makanan yang mengandung natrium?

    1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,

    dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

    angkatan 2008 terhadap makanan yang mengandung natrium.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat-manfaat yaitu:

    1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan

    tentang dampak konsumsi makanan yang mengandung natrium.

    2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perilaku mahasiswa

    Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam mengkonsumsi

    makanan yang mengandung natrium.

    Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara