SM
description
Transcript of SM
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009
8
PENDAHULUAN
Kanker masih menjadi perhatian besar dalam dunia
kesehatan, termasuk kanker lidah. Kanker lidah
merupakan salah satu kanker terpenting pada daerah
leher dan kepala dengan kejadian dan tingkat morbi-
ditas yang berat (Supriatno, 2008). Stress oksidatif
dan melemahnya system surveillance imun sampai saat
ini dianggap sebagai salah satu factor penyebab utama
terjadinya kanker (Baratawidjaja, 2004). Gaya hidup
modern masa kini dapat memacu terjadinya stress
oksidatif dan melemahnya system surveillance imun
tubuh sehingga meningkatkan kerentanan terjadinya
kanker lidah, seperti kebiasaan merokok, mengkon-
sumsi minuman keras yang berlebihan, banyak makan
makanan berlemak dan berganti pasangan seksual
(Supriatno, 2008; Media Indonesia Online, 2004;
Asimaya, 2004; Dalimarta, 1999).
Effek Ekstrak Etanol Pegagan Pada Aktivitas Sekresi Reactive Oxygen Interme-diates (ROI) Makrofag Peritoneal Mencit Swiss Betina Diinduksi Spc-1
Effect Of Ethanolic Extract Herba Pegagan To Activity Of Reactive Oxygen Intermediates Secre-tion Of Peritoneal Machrophag Spc1 Induced-male Swiss Mice
Akrom1, Puspitosari D.1, Supriatno2
1Fakultas Farmasi UAD2Fakultas Kedokteran Gigi UGM
ABSTRACT
Background: Macrophage has a very important immunologic role in anticancer defense. Activity ofmacrophages as an anticancer can be assessed by the secretion of reactive oxygen intermediates(ROI). Centella asiatica herb has been used by Indonesian community as enhancing endurance, but itsscientific evidence is lacking. This study aimed to determine the secretion activity of ROI of peritonealmacrophages female swiss mice induced SPC-1 cells after being given a herb Centella asiatica ethanolicextract (EEHP).
Methods: This study used 21 female swiss mice, weighing between 20-30 grams. Mice are divided into6 groups. Group I as a negative control group has been given peroral aquadest. Group II as a positivecontrol group has been given peroral Imboost. Group III, IV, V and VI as the treatment groups, each hasbeen given Centella asiatica ethanolic extract at a dose of 1.5, 15, 150 and 1500 mg / kgBW / day peroralfor 14 days. On the 15th day, all mice have been injected SP-C1 cells in subcutaneous area under thebreasts and seen the growth of the cancer until the day-to-30. After that, on day 31 all mice have beeninoculated with SP-C1 cells again. On day 37, all mice have been sacrificed. Peritoneal macrophageshave been isolated and cultured, the ROI was tested with the NBT assay. The data were analyzed usingKolmogorov-Smirnov test and Levene test for normally distributed data and to know homogeneity ofvariance. Data have been analyzed using Anova test and LSD test with a confidence level of 95%.
Results: The results showed the percentage of ROI secretion of each experimental group at doses 1.5,15, 150 and 1500 mg /KgBW/day EEHP is 13.0 ± 2.6%, 22.0 ± 9.2%, 23. 6 ± 3.1% and 21.6 ± 6.8%. Doses 15, 150and 1500 mg /KgBW/day of ethanolic extract of Centella asiatica herb can increase the activity of ROIsecretion by peritoneal macrophages of female swiss mice induced SPC-1 cell. Increasing activity ofROI secretion by peritoneal macrophages of the experimental groups statistically did not differ withthe positive control group.
Conclusion: Ethanolic extract of Centella asiatica herb doses 15, 150 and 1500 mg/KgBW/day can increasethe activity of ROI secretion by peritoneal macrophages of female Swiss mice induced SP-C1 cells.Jurnal Kedokteran Indonesia: 1 (1): 8-14
Keyword : Herbs of etanol essence (Centella asiatica L. Urb), reactive oxygen intermediates (ROI)secretion, cell of cancer SP-C1, Swiss female mice
AKROM, et al./ EFFEK EKSTRAK ETANOL PEGAGAN PADA AKTIVITAS SEKRESI
9
Sel SP-C1 diperoleh dari hasil kloning penderita
kanker lidah yang mempunyai diferensiasi sedang dan
belum melibatkan jaringan otot. Sel ini dikloning oleh
Supriatno (2008). Sel SP-C1 ini mempunyai daya tum-
buh yang cepat, invasif dan metastasis yang tinggi serta
mudah dibiakkan. Sel SP-C1 mempunyai invasi lokal
dan metastasis regional yang tinggi ke limfonodi regio-
nal dan sering menyebabkan rekurensi lokal setelah pem-
bedahan radikal akibat terjadinya mikroinvasi dan/atau
mikro metastasis sel dari lesi primer (Supriatno, 2008).
Terapi kanker lidah saat ini dilakukan dengan
penanganan terapetik konvesional seperti operasi,
kemoterapi, penyinaran atau kombinasi diantara
metode terapi konvensional tersebut. Namun begitu
terapi konvensional pada kanker lidah sampai saat
ini masih jauh dari ideal, yaitu angka keberhasilan
yang masih belum sesuai harapan, munculnya ke-
kambuhan dan adanya berbagai efek samping akibat
kemoterapi dan radiasi. Oleh karena itu, perlu dikem-
bangkan metode pengobatan dan obat antikanker
lidah yang diharapkan akan memberikan hasil yang
lebih baik antara lain penggunaan bahan obat
alamiah (natural product) untuk pencegahan kejadian
kanker (Ganiswarna dan Nafrialdi, 1995).
Salah satu tanaman asli yang secara tradisional
dimanfaat oleh masyarakat sebagai jamu dan penguat
system imun adalah pegagan (Centella asiatica)
(Akrom, 2008).
Herba pegagan (C. asiatica (L) Urb) mengandung
glikosida triterpenoid, hidrokalium, steroid, tanin,
minyak atsiri, minyak lemak, oksiasatikosida, gula
pereduksi dan garam-garam mineral (Depkes, 1983),
saponin, polifenol, alkaloid dan flavanoid
(Syamsuhidayat, 1991). Pegagan dapat pula diguna-
kan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, obat
diuretik, obat saluran empedu, wasir, batuk kering
untuk anak-anak, perdarahan hidung, tukak lam-
bung, sakit ginjal, obat kumur pada sariawan dan
keracunan karena makan jengkol (Akrom, 2008; Suci,
2007; Sastroamidjoyo, 1980).
Daya tahan tubuh atau aktivitas sistem imun
dapat dilihat dari aktivitas makrofag. Makrofag sebagai
efektor pada sistem imun, berperan memusnahkan
kuman atau patogen yang akan merusak tubuh
(Gusrizal, 2002; Harijanto, 2000), baik melalui
mekanisme fagositosis langsung maupun melalui
mekanisme tak langsung dengan melepaskan Reac-
tive Oxygen Intermediates (ROI) dan sitokin (Akrom,
2008; Suci, 2007; Wijayanti, 2000).
Makrofag berperan sebagai sel fagosit utama,
salah satu produknya yaitu mensekresi ROI
(Baratawidjaja, 2000; Harijanto, 2000; Bellanti,
1991; Klein, 1991). Ingesti partikel asing, misalnya
mikroorganisme, diikuti berbagai efek pada granu-
losit fagosit sehingga konsumsi oksigen meningkat,
hal ini menyebabkan pembentukan radikal oksigen
dan meningkatkan pelepasan hidrogen peroksida.
Anion superoksida, hidrogen peroksida dan radikal
yang terbentuk ini disebut ROI (Baratawidjaja, 2004;
Klein, 1991).
Flavonoid adalah zat – zat nabati yang terdapat
sebagai glikosida sering kali dalam zat – zat merah,
jingga, kuning, atau hijau. Zat – zat ini sangat pen-
ting bagi tubuh berkat antitumor dan antioksidannya
melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif
akibat radikal bebas yang berasal dari proses – proses
dalam tubuh atau dari luar (Tjay dan Kirana, 2002).
SUBJEK DAN METODE
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat
Alat – alat yang digunakan untuk mengekstraksi
pegagan meliputi alat-alat gelas, oven, panci maserasi,
corong buchner, labu hisap, pengaduk elektrik, kipas
angin, penangas air, kertas saring, plastik, blender,
timbangan analitik, gelas ukur, kain hitam, termo-
meter, batang pengaduk dari kaca. Alat – alat yang
digunakan untuk isolasi dan kultur makrofag antara
lain neraca elektronik, mortir dan stamper, gunting,
alat – alat operasi, spuit injeksi, inkubator, pipet Pas-
teur, hemositometer, mikro pipet, objek glass dan
alat – alat gelas lainnya.
2. Bahan-bahan
Bahan utama yaitu pegagan (C. asiatica (L) Urb.)
dan sel SP-C1. Bahan yang digunakan untuk
mengekstraksi adalah etanol teknis 95%. Bahan
untuk uji aktivitas sekresi ROI oleh makrofag terdiri
dari NaCl fisiologis, alkohol 70 %, etanol 95%,
metanol absolute, aquadest, media RPMI 1640
(sigma), FCS 10%, phospat buffer saline (PBS),
Nitroblue tetraziolium (NBT), NaOH 1 N dan Phrobol
12 – Myristate 13 Acetate (PMA).
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009
10
3. Hewan uji dan Perlakuan hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini
adalah mencit betina galur Swiss dengan umur 2 – 3
bulan yang diperoleh dari LPPT (Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu) Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Mencit betina galur Swiss berumur 2 – 3 bulan
dipilih secara acak dan dibagi menjadi 6 kelompok
masing – masing 5 ekor. Perlakuan terhadap mencit
dilaksanakan selama 4 minggu. Kelompok I sebagai
kontrol negatif dengan tidak diberi ekstrak etanol
pegagan (diberi akuades), kelompok II sebagai
kontrol positif diberi Imboost, serta kelompok III,
IV, V dan VI diberi ekstrak etanol pegagan dengan
kadar 1.5 mg/kgBB, 15 mg/kgBB, 150 mg/kgBB dan
1500 mg/kgBB pada masing – masing mencit selama
30 hari pertama. Pada hari ke 31 semua kelompok
mencit diinokulasi dengan sel SP-C1 sebagai induktor
kanker sampai satu bulan secara subkutan. Setelah
itu pada hari ke-37, semua mencit dikorbankan untuk
diamati makrofagnya. Dalam percobaan ini juga
diamati makrofag dari mencit kontrol.
B. JALANNYA PENELITIAN1. Pembuatan Ekstrak Etanol Herba Pegagan
Metode yang digunakan untuk membuat ekstrak
etanol herba pegagan ini adalah metode maserasi.
Herba pegagan dibuang pengotornya dengan mencuci
dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan
dirajang dengan pisau ± 2 cm kemudian dikeringkan
dalam almari pengering pada suhu 45°C selama 24
jam, lalu diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan
lubang saringan 1 mm. Serbuk yang dihasilkan
direndam dengan etanol teknis (etanol 95 %) dalam
panci maserasi dan diaduk selama 30 menit
kemudian diamkan sampai 24 jam dan disaring
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Setelah
disaring, filtrat yang didapat dipisahkan dari
ampasnya (filtrat 1). Kemudian filtrat tersebut
diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary evapo-
rator dilanjutkan diatas pemanas water bath suhu
70 °C dibantu dengan kipas angin sambil diaduk
sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
dipindahkan dalam cawan porselin dan dikeringkan
dalam almari pengering dengan suhu 50ºC sehingga
diperoleh ekstrak herba pegagan (Depkes, 1977;
Anonim, 1985; Depkes, 1986).
2. Penentuan dosis
a. Dosis imboost (Echinacheae dry extr 250 mg, zinc
pikolinat 5 mg) satu kali minum untuk manusia
dewasa adalah 5 ml, sehari 3 kali maka 3 x 5 ml = 15
ml. Faktor konversi dari manusia 70 kg ke mencit 30
gram adalah 0.0026 ; dosis pada mencit 15 ml x
0.0026 = 0.039 ml / 0,5 ml pelarut; b. Dosis ekstrak
etanol herba pegagan (C. asiatica (L) Urb.) yang
digunakan pada penelitian ini adalah 1,5 mg/kgBB,
15 mg/kgBB, 150 mg/kgBB dan 1500 mg/kgBB.
Pelarut yang digunakan adalah aquades.
3. Isolasi dan kultur Makrofag
Setelah mencit dikorbankan menggunakan kloroform.
Mencit diletakkan dalam posisi terlentang, kulit
bagian perut dibuka dan dibersihkan selubung
peritoneumnya dengan alkohol 70%, kemudian
disuntikkan 10 ml medium RPMI dingin kedalam
rongga peritoneumnya, ditunggu selama 3 menit
sambil digoyang – goyang secara perlahan.
Cairan peritoneum dikeluarkan dari rongga peri-
toneum dengan cara menekan rongga dalam dengan
dua jari, cairan diaspirasi dengan spuit injeksi dipilih
pada bagian yang tidak berlemak dan jauh dari usus.
Aspirat disentrifus pada 1200 RPM, 4 °C selama 10
menit. Supernatannya dibuang, pellet diresuspensi
dengan RPMI yang mengandung FCS 10 %. Jumlah
sel dihitung dengan hemositometer dan ditentukan
viabilitasnya dengan larutan trypan blue, kemudian
ditambahkan dengan medium komplit sehingga
didapatkan suspensi sel dengan kepadatan 2.5 X 106
/ml. suspensi sel ditumbuhkan dalam mikrokultur
24 sumuran yang telah diberi coverslips bulat.
Setiap sumuran diisi 200 mikroliter (5X105 sel).
Sel diinkubasi dalam inkubator CO2 5%, 370 C
selama 30 menit, kemudian ditambahkan medium
komplet sebanyak 1 ml setiap sumuran dan
diinkubasikan 2 jam. Sel dicuci 2X dengan RPMI 1
ml tiap sumuran dan diinkubasi dalam medium
komplit dilanjutkan sampai 24 jam (Akrom, 2004).
4. Uji Sekresi ROI dengan Cara Reduksi NBT
Kemampuan makrofag peritoneum untuk mensekresi
ROI diukur dengan NBT Reduction assay. Dengan
adanya O2·, NBT akan teroksidasi membentuk presi-
pitat formazan yang tidak terlarut. Untuk mengin-
duksi sekresi anion superoksida, kultur makrofag
AKROM, et al./ EFFEK EKSTRAK ETANOL PEGAGAN PADA AKTIVITAS SEKRESI
11
distimulasi dengan Phorbol 12 – Myristate 13 Asetat
(PMA) dengan konsentrasi akhir 125 ng/ml.
Makrofag yang telah dikultur selama 24 jam
dicuci 2 x dengan medium RPMI, kemudian ditam-
bahkan 500 µL larutan NBT, 1 mg/ml PBS yang
mengandung 125 ng/ml PMA dan diinkubasi dalam
inkubator CO2
5 %, 37ºC selama 60 menit. Sel
kemudian dicuci dengan PBS 3 x, dikeringkan pada
suhu kamar dan difiksasi dengan methanol absolut
selama 30 menit. Setelah kering dipulas dengan Neu-
tral Red Splution 2 %.
Prosentase sel makrofag yang menunjukkan re-
duksi NBT dihitung dari sekitar 100 sel yang dipe-
riksa dengan mikroskop cahaya perbesaran 400 x. Per-
hitungan prosentase sel makrofag yang menunjukkan
reduksi NBT replikasi sebanyak 3 x (Akrom, 2004).
5. Analisis Data
Uji One Sample Kolmogorof-Smirnov, dilakukan
untuk mengetahui semua varian / kelompok
terdistribusi normal atau tidak. Dilanjutkan dengan
Uji Homogenitas Varian untuk mengetahui semua
varian / kelompok terdistribusi homogen atau tidak.
Bila data yang diperoleh terdistribusi normal dan
homogeny dilanjutkan dengan uji Anova, untuk me-
ngetahui perbedaan mean semua kelompok. Terakhir
dilakukan Uji LSD untuk mengetahui perbedaan
mean antara dua kelompok perlakuan.
HASIL -HASIL
Tabel 1 menyajikan data sekresi ROI pada masing-
masing kelompok penelitian. Aktivitas makrofag dalam
mensekresi ROI diamati dengan menggunakan uji
reduksi NBT. Reduksi NBT menunjukkan lonjakan
respirasi diikuti dengan pembentukan superoksida
yang akan mereduksi NBT menjadi produk formazan
yang tidak terlarut. Formazan yang terbentuk dapat
diamati dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 400x. Gambaran makrofag dengan endapan
formazan didalamnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Persentase jumlah makrofag peritoneum dengan
endapan garam formazan yang menggambarkan
Gambar 1. Gambar Makrofag pada pemberian ekstraketanol herba pegagan 150 mg/kg BB pewarnaan dengan
neutral red. Makrofag yang mensekresi ROI (a), Makrofagyang tidak mensekresi ROI (b).
Tabel 1. Persentase makrofag yang mensekresi ROI setiap kelompok (dalam %)
EEHP : Ekstrak Etanol Herba PegaganCara menghitung % makrofag yang mensekresi ROI :
b
a
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009
12
Tabel 2. Aktivitas sekresi ROI (rerata persentase) makrofag peritoneum mencit Swiss betina yangdiinduksi sel SPC-1 pada berbagai kelompok perlakuan
Keterangan : P1 : signifikansi terhadap kontrol negatif, P2 : signifikansi terhadap kontrol positif, S : signifikan,TS : Tidak signifikan = 0.05
sekresi ROI dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1
dapat dilihat bahwa kemampuan makrofag perito-
neum dalam mensekresi ROI menunjukkan pening-
katan, kecuali pada dosis pemberian 1500 mg/kg BB
mengalami penurunan sedikit. Perbandingan antara
kelompok I (Kontrol negatif/aquades) 11.3 ± 4.0 %
dengan kelompok II (Kontrol positif /Imboost) 26.3
± 3.7 % menunjukkan perbedaan bermakna. Perban-
dingan antara kelompok I (Kontrol negatif/aquades)
dengan kelompok perlakuan menunjukkan perbeda-
an bermakna yaitu pada kelompok IV (Ekstrak etanol
herba pegagan dosis 15 mg/kg BB) 22.0 ± 9.1%,
kelompok V (Ekstrak etanol herba pegagan dosis 150
mg/kg BB) 23.6 ± 3.0 % dan kelompok VI (Ekstrak
etanol herba pegagan dosis 1500 mg/kg BB) 21.6 ±
6.8 %, sedangkan pada kelompok III (Ekstrak etanol
herba pegagan dosis 1.5 mg/kg BB) 13.0 ± 2.6 %
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna.
Hasil dari uji LSD menunjukkan bahwa antara
kelompok I (kontrol negatif/akuades) dengan
kelompok II (kontrol positif ), kelompok IV (EEHP
15 mg/kg BB), kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB)
dan kelompok VI (EEHP 1500 mg/kg BB)
menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0.05),
sedangkan perbandingan antara kelompok I (kontrol
negatif/akuades) dengan kelompok III (EEHP 1.5
mg/kg BB) dan kelompok VII (tanpa perlakuan) tidak
berbeda bermakna (p > 0.05). Dapat diartikan bahwa
dengan pemberian EEHP 1.5 mg/kg BB dan tanpa
perlakuan juga mempunyai efek sebanding dengan
kontrol negatif/akuades, hal ini berarti dengan dosis
1.5 mg/kg BB ekstrak etanol herba pegagan tidak
dapat meningkatkan aktivitas sekresi ROI makrofag
mencit betina Galur Swiss.
Jika kelompok perlakuan ekstrak etanol herba
pegagan dibandingkan dengan kelompok II (kontrol
positif ) maka yang menunjukkan perbedaan tidak
signifikan adalah kelompok IV (EEHP 15 mg/kg BB),
kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB) dan kelompok
VI (EEHP 1500 mg/kg BB), sehingga dapat disim-
pulkan pada dosis 15 mg/kg BB, 150 mg/kg BB dan
1500 mg/kg BB, ekstrak etanol herba pegagan me-
miliki efek imunostimulansia yang sama dengan kon-
trol positif. Semetara itu perbandingan kelompok II
(kontrol positif ) dengan kelompok III (EEHP 1.5
mg/kg BB) dan kelompok VII (tanpa perlakuan) me-
nunjukkan perbedaan bermakna. Perbedaan bermak-
na antara kontrol positif (Imboost) dengan EEHP
1.5 mg/kg BB yang dimaksud disini bahwa EEHP
1.5 mg/kg BB mempunyai aktivitas makrofag untuk
mensekresi ROI lebih kecil dibandingkan dengan
kontrol positif (Imboost) dilihat dari persentase aktivi-
tas sekresi makrofagnya. Pada perbandingan antar
kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan ber-
makna (p < 0.05) antara kelompok III (EEHP 1.5
mg/kg BB) dengan kelompok IV (EEHP 15 mg/kg
BB) dan kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB) bahwa
kelompok III memiliki aktivitas mensekresi ROI lebih
kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya. Se-
dangkan antara kelompok IV (EEHP 15 mg/kg BB),
kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB) dan kelompok
VI (EEHP 1500 mg/kg BB) menunjukkan perbedaan
tidak bermakna (p > 0.05). Pada perbandingan
dengan kelompok VII tanpa perlakuan menunjukkan
perbedaan bermakna (p < 0.05) pada kelompok II
(kontrol positif/Imboost), kelompok IV (EEHP 15
mg/kg BB), kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB)
dan kelompok VI (EEHP 1500 mg/kg BB).
Perbandingan persentase jumlah makrofag yang
mensekresi ROI antara kontrol negatif/akuades (11.3 ±
4.0 %) dengan kontrol positif (26.3 ± 3.7 %) me-
nunjukkan perbedaan bermakna (p < 0.05). Hasil terse-
but menunjukkan bahwa kontrol positif memiliki aktivitas
imunostimulansia yang lebih besar dari kontrol negatif.
AKROM, et al./ EFFEK EKSTRAK ETANOL PEGAGAN PADA AKTIVITAS SEKRESI
13
PEMBAHASAN
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak etanol herba pegagan
terbukti meningkatkan aktivitas imunitas seluler men-
cit betina Galur Swiss dengan mekanisme aktivitas
sekresi ROI oleh makrofag. Dosis ekstrak etanol herba
pegagan yang dapat digunakan sebagai imunosti-
mulansia adalah dosis 15, 1 dan 1500 mg/kg BB.
Pegagan antara lain mengandung polifenol, fla-
vonoid, alkaloid dan saponin yang bersifat antioksi-
datif dan imunomodulator (Gadahad, 2008; Akrom,
2008; Akrom, 2004; Suci, 2007; Syamsuhidayat,
1991. Secara in vitro kandungan bioaktif yang terda-
pat pada herba pegagan terbukti mampu mencegah
kerusakan DNA dan membrane sel yang dipapar sinar
radioaktif (Joy dan Nair, 2009).
Ekstrak pegagan secara in vitro juga terbukti da-
pat meningkatkan aktivitas fosforilasi pada siklus AMP
sel neuroblastoma yang mengekspresikan amiloid
(Xu, 2008). Uji in vivo pada tikus kandungan herba
pegagan terbukti dapat meningkatkan aktivitas sel
dendritik syaraf (Gadahad, 2008). Herba pegagan
juga mengandung asam askorbat yang terbukti memi-
liki aktivitas sebagai antioksidan (Gupta dan Prakash,
2009).
Penelitian ini menyimpulkan: Pemberian ekstrak
etanol herba pegagan (Centella asiatica (L) Urb) dapat
meningkatkan sekresi ROI oleh makrofag mencit
betina galur Swiss yang diinduksi oleh sel SP-C1
Persentase rerata sekresi ROI tersebut yaitu pada
pemberian dengan dosis 15 mg/kg BB (22.0 ±
9.1%), 150 mg/kg BB (23.6 ± 3.0%) dan 1500 mg/
kg BB (21.6 ± 6.8%) menunjukkan peningkatan
sekresi yang sama dengan control positif.
Dosis ekstrak etanol herba pegagan (Centella
asiatica (L) Urb) yang memiliki aktivitas mensekresi
ROI paling tinggi dibandingkan dengan dosis lainnya
adalah dosis 150 mg/kg BB yaitu 23,67 ± 3,06%.
Penelitian ini menyarankan agar dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang kemampuan
mensekresi ROI herba pegagan dengan menggunakan
berbagai pelarut dan metode ekstraksi yang lain serta
diinduksi sel kanker lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akrom (2004). Efek Ekstrak Etanol Herba Meniran
(Phyllanthus nururi L) Terhadap Respon Imun
Sel Seluler Mencit Galur Swiss Jantan Yang
Diinfeksi Plasmodium berghei, Tesis, Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta.
Akrom, Farida, A.I., Mustofa (2008). The eefect of
ethanolic extract of pegagan herb on the reactive
oxygen intermediates secretion activity by
macrophage in male swiss mice, Seminar nasional
Pokjanas TOI dan Pameran obat tradisional,
Yogyakarta, 7 – 8 mei 2008
Asimaya (2004). Pegagan, http://asimaya.com/jamu/
isi/pegagan. diakses tanggal 23 November 2007.
Depkes (1977). Materia Medika Indonesia, Jilid I,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta hal. 34 – 39.
Depkes (1983). Materia Medika Indonesia, Jilid III,
hal 112-114, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Dirjen POM, Jakarta.
Depkes (1985). Tanaman Obat Indonesia, Jilid I,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes (1986). Sediaan Galenik, hal 1-17,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Media Indonesia Online (2004). Imunisasi HPV
cegah kanker leher Rahim di masa Mendatang,
www.kesrepro.info. com, Media Indonesia
Online, Rabu 1 Juni.
Baratawidjaja, K.G (2000). Imunologi Dasar, 10-12,
44-46, 48-49, 298, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Tabel 3. Hasil perbandingan uji LSD aktivitas sekresi ROImakrofag pada mencit betina Galur Swiss yang diberiekstrak etanol herba pegagan setelah diinduksi sel Sp C1antar kelompok
Keterangan :Kelompok I :Kontrol negatif akuadesKelompok II :Kontrol positif ImboostKelompok III :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 1,5 mg/kg BBKelompok IV :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 15 mg/kg BBKelompok V :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 150 mg/kg BBKelompok VI :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 1500 mg/kg BBKelompok VII : Tanpa Perlakuan
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009
14
Baratawidjaja, K.G (2004). Imunologi Dasar, hal 2,
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Bellanti, J.A (1993). Imunologi III, hal 360,
Penerjemah Samik A., Soeripto, UGM Press,
Yogyakarta.
Dalimartha, S (1999). Ramuan Tradisional untuk
Pengobatan Kanker, Cetakan II, 11, PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Gadahad, M.R., Rao, M., Rao, G (2008).
Enhancement of hippocampal CA3 neuronal
dendritic arborization by Centella asiatica (Linn)
fresh leaf extract treatment in adult rats. J Chin
Med Assoc. ;71(1):6-13.
Ganiswarna, S.G., Setiabudi, R., Nafrialdi., Suyatna.,
F.D dan Purwantyastuti (1995). Farmakologi
dan Terapi, Edisi Keempat, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jakarta. 686-701.
Gupta S, Prakash J (2009). Studies on Indian green
leafy vegetables for their antioxidant activity.,
Plant Foods Hum Nutr. ;64(1):39-45.
Gusrizal, D (2004). Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
dengan Echinaceae Sp, http://www.unisodem.
org/article-printfriedly,php.
Harijanto, P.N. (ed) (2000). Malaria epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganannya, ECG, Jakarta.
Joy J, Nair CK (2009). Protection of DNA and
membranes from gamma-radiation induced
damages by Centella asiatica. J Pharm
Pharmacol: 61(7):941-7
Klein, J (1991). Defense Reactions Mediated by
Phagocytes. Dalam J. Klein Immunology.
Oxford : Black well scientific Publications.
Sastroamidjojo, H (1985). Kromatografi, Edisi II,
hal 13–15, 23–24, 26 – 28, Liberty, Yogyakarta.
Supriatno (2008). Doxetacel Hidrat Menghambat
Proliferasi dan Metastasis Sel Kanker Oral SP-
C1 Melalui Induksi Protein Maspin, Indonesian
Journal of Dentistry, 15 (1), 2-7.
Suci, T.P (2007). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol
Herba Pegagan Terhadap Aktivitas Fagositosis
Makrofag Pada Mencit Jantan Galur Swiss,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.
Syamsuhidayat (1991). Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (I), Balitbang, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Tjay, T.H. dan Kirana R (2002). Obat-Obat Penting
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Underwood, J. C. E (1999). Patologi Umum dan
Sistematik, Vol I, Edisi II, diterjemahkan oleh
Sarjadi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wijayanti, M.W (2000). Sekresi Reactive Oxygen
Intermediates Oleh Makrofag Peritoneum
Mencit yang Diimunisasi Selama Infeksi
Plasmodium berghei, BIK, 32, 2:77-82.
Xu Y, Cao Z, Khan I, Luo Y (2008). Gotu Kola
(Centella Asiatica) extract enhances
phosphorylation of cyclic AMP response element
binding protein in neuroblastoma cells
expressing amyloid beta peptide. J Alzheimers
Dis., 13(3):341-9.