SM

7
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009 8 PENDAHULUAN Kanker masih menjadi perhatian besar dalam dunia kesehatan, termasuk kanker lidah. Kanker lidah merupakan salah satu kanker terpenting pada daerah leher dan kepala dengan kejadian dan tingkat morbi- ditas yang berat (Supriatno, 2008). Stress oksidatif dan melemahnya system surveillance imun sampai saat ini dianggap sebagai salah satu factor penyebab utama terjadinya kanker (Baratawidjaja, 2004). Gaya hidup modern masa kini dapat memacu terjadinya stress oksidatif dan melemahnya system surveillance imun tubuh sehingga meningkatkan kerentanan terjadinya kanker lidah, seperti kebiasaan merokok, mengkon- sumsi minuman keras yang berlebihan, banyak makan makanan berlemak dan berganti pasangan seksual (Supriatno, 2008; Media Indonesia Online, 2004; Asimaya, 2004; Dalimarta, 1999). Effek Ekstrak Etanol Pegagan Pada Aktivitas Sekresi Reactive Oxygen Interme- diates (ROI) Makrofag Peritoneal Mencit Swiss Betina Diinduksi Spc-1 Effect Of Ethanolic Extract Herba Pegagan To Activity Of Reactive Oxygen Intermediates Secre- tion Of Peritoneal Machrophag Spc1 Induced-male Swiss Mice Akrom 1 , Puspitosari D. 1 , Supriatno 2 1 Fakultas Farmasi UAD 2 Fakultas Kedokteran Gigi UGM ABSTRACT Background: Macrophage has a very important immunologic role in anticancer defense. Activity of macrophages as an anticancer can be assessed by the secretion of reactive oxygen intermediates (ROI). Centella asiatica herb has been used by Indonesian community as enhancing endurance, but its scientific evidence is lacking. This study aimed to determine the secretion activity of ROI of peritoneal macrophages female swiss mice induced SPC-1 cells after being given a herb Centella asiatica ethanolic extract (EEHP). Methods: This study used 21 female swiss mice, weighing between 20-30 grams. Mice are divided into 6 groups. Group I as a negative control group has been given peroral aquadest. Group II as a positive control group has been given peroral Imboost. Group III, IV, V and VI as the treatment groups, each has been given Centella asiatica ethanolic extract at a dose of 1.5, 15, 150 and 1500 mg / kgBW / day peroral for 14 days. On the 15th day, all mice have been injected SP-C1 cells in subcutaneous area under the breasts and seen the growth of the cancer until the day-to-30. After that, on day 31 all mice have been inoculated with SP-C1 cells again. On day 37, all mice have been sacrificed. Peritoneal macrophages have been isolated and cultured, the ROI was tested with the NBT assay. The data were analyzed using Kolmogorov-Smirnov test and Levene test for normally distributed data and to know homogeneity of variance. Data have been analyzed using Anova test and LSD test with a confidence level of 95%. Results: The results showed the percentage of ROI secretion of each experimental group at doses 1.5, 15, 150 and 1500 mg /KgBW/day EEHP is 13.0 ± 2.6%, 22.0 ± 9.2%, 23. 6 ± 3.1% and 21.6 ± 6.8%. Doses 15, 150 and 1500 mg /KgBW/day of ethanolic extract of Centella asiatica herb can increase the activity of ROI secretion by peritoneal macrophages of female swiss mice induced SPC-1 cell. Increasing activity of ROI secretion by peritoneal macrophages of the experimental groups statistically did not differ with the positive control group. Conclusion: Ethanolic extract of Centella asiatica herb doses 15, 150 and 1500 mg/KgBW/day can increase the activity of ROI secretion by peritoneal macrophages of female Swiss mice induced SP-C1 cells. Jurnal Kedokteran Indonesia: 1 (1): 8-14 Keyword : Herbs of etanol essence (Centella asiatica L. Urb), reactive oxygen intermediates (ROI) secretion, cell of cancer SP-C1, Swiss female mice

description

SM

Transcript of SM

Page 1: SM

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009

8

PENDAHULUAN

Kanker masih menjadi perhatian besar dalam dunia

kesehatan, termasuk kanker lidah. Kanker lidah

merupakan salah satu kanker terpenting pada daerah

leher dan kepala dengan kejadian dan tingkat morbi-

ditas yang berat (Supriatno, 2008). Stress oksidatif

dan melemahnya system surveillance imun sampai saat

ini dianggap sebagai salah satu factor penyebab utama

terjadinya kanker (Baratawidjaja, 2004). Gaya hidup

modern masa kini dapat memacu terjadinya stress

oksidatif dan melemahnya system surveillance imun

tubuh sehingga meningkatkan kerentanan terjadinya

kanker lidah, seperti kebiasaan merokok, mengkon-

sumsi minuman keras yang berlebihan, banyak makan

makanan berlemak dan berganti pasangan seksual

(Supriatno, 2008; Media Indonesia Online, 2004;

Asimaya, 2004; Dalimarta, 1999).

Effek Ekstrak Etanol Pegagan Pada Aktivitas Sekresi Reactive Oxygen Interme-diates (ROI) Makrofag Peritoneal Mencit Swiss Betina Diinduksi Spc-1

Effect Of Ethanolic Extract Herba Pegagan To Activity Of Reactive Oxygen Intermediates Secre-tion Of Peritoneal Machrophag Spc1 Induced-male Swiss Mice

Akrom1, Puspitosari D.1, Supriatno2

1Fakultas Farmasi UAD2Fakultas Kedokteran Gigi UGM

ABSTRACT

Background: Macrophage has a very important immunologic role in anticancer defense. Activity ofmacrophages as an anticancer can be assessed by the secretion of reactive oxygen intermediates(ROI). Centella asiatica herb has been used by Indonesian community as enhancing endurance, but itsscientific evidence is lacking. This study aimed to determine the secretion activity of ROI of peritonealmacrophages female swiss mice induced SPC-1 cells after being given a herb Centella asiatica ethanolicextract (EEHP).

Methods: This study used 21 female swiss mice, weighing between 20-30 grams. Mice are divided into6 groups. Group I as a negative control group has been given peroral aquadest. Group II as a positivecontrol group has been given peroral Imboost. Group III, IV, V and VI as the treatment groups, each hasbeen given Centella asiatica ethanolic extract at a dose of 1.5, 15, 150 and 1500 mg / kgBW / day peroralfor 14 days. On the 15th day, all mice have been injected SP-C1 cells in subcutaneous area under thebreasts and seen the growth of the cancer until the day-to-30. After that, on day 31 all mice have beeninoculated with SP-C1 cells again. On day 37, all mice have been sacrificed. Peritoneal macrophageshave been isolated and cultured, the ROI was tested with the NBT assay. The data were analyzed usingKolmogorov-Smirnov test and Levene test for normally distributed data and to know homogeneity ofvariance. Data have been analyzed using Anova test and LSD test with a confidence level of 95%.

Results: The results showed the percentage of ROI secretion of each experimental group at doses 1.5,15, 150 and 1500 mg /KgBW/day EEHP is 13.0 ± 2.6%, 22.0 ± 9.2%, 23. 6 ± 3.1% and 21.6 ± 6.8%. Doses 15, 150and 1500 mg /KgBW/day of ethanolic extract of Centella asiatica herb can increase the activity of ROIsecretion by peritoneal macrophages of female swiss mice induced SPC-1 cell. Increasing activity ofROI secretion by peritoneal macrophages of the experimental groups statistically did not differ withthe positive control group.

Conclusion: Ethanolic extract of Centella asiatica herb doses 15, 150 and 1500 mg/KgBW/day can increasethe activity of ROI secretion by peritoneal macrophages of female Swiss mice induced SP-C1 cells.Jurnal Kedokteran Indonesia: 1 (1): 8-14

Keyword : Herbs of etanol essence (Centella asiatica L. Urb), reactive oxygen intermediates (ROI)secretion, cell of cancer SP-C1, Swiss female mice

Page 2: SM

AKROM, et al./ EFFEK EKSTRAK ETANOL PEGAGAN PADA AKTIVITAS SEKRESI

9

Sel SP-C1 diperoleh dari hasil kloning penderita

kanker lidah yang mempunyai diferensiasi sedang dan

belum melibatkan jaringan otot. Sel ini dikloning oleh

Supriatno (2008). Sel SP-C1 ini mempunyai daya tum-

buh yang cepat, invasif dan metastasis yang tinggi serta

mudah dibiakkan. Sel SP-C1 mempunyai invasi lokal

dan metastasis regional yang tinggi ke limfonodi regio-

nal dan sering menyebabkan rekurensi lokal setelah pem-

bedahan radikal akibat terjadinya mikroinvasi dan/atau

mikro metastasis sel dari lesi primer (Supriatno, 2008).

Terapi kanker lidah saat ini dilakukan dengan

penanganan terapetik konvesional seperti operasi,

kemoterapi, penyinaran atau kombinasi diantara

metode terapi konvensional tersebut. Namun begitu

terapi konvensional pada kanker lidah sampai saat

ini masih jauh dari ideal, yaitu angka keberhasilan

yang masih belum sesuai harapan, munculnya ke-

kambuhan dan adanya berbagai efek samping akibat

kemoterapi dan radiasi. Oleh karena itu, perlu dikem-

bangkan metode pengobatan dan obat antikanker

lidah yang diharapkan akan memberikan hasil yang

lebih baik antara lain penggunaan bahan obat

alamiah (natural product) untuk pencegahan kejadian

kanker (Ganiswarna dan Nafrialdi, 1995).

Salah satu tanaman asli yang secara tradisional

dimanfaat oleh masyarakat sebagai jamu dan penguat

system imun adalah pegagan (Centella asiatica)

(Akrom, 2008).

Herba pegagan (C. asiatica (L) Urb) mengandung

glikosida triterpenoid, hidrokalium, steroid, tanin,

minyak atsiri, minyak lemak, oksiasatikosida, gula

pereduksi dan garam-garam mineral (Depkes, 1983),

saponin, polifenol, alkaloid dan flavanoid

(Syamsuhidayat, 1991). Pegagan dapat pula diguna-

kan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, obat

diuretik, obat saluran empedu, wasir, batuk kering

untuk anak-anak, perdarahan hidung, tukak lam-

bung, sakit ginjal, obat kumur pada sariawan dan

keracunan karena makan jengkol (Akrom, 2008; Suci,

2007; Sastroamidjoyo, 1980).

Daya tahan tubuh atau aktivitas sistem imun

dapat dilihat dari aktivitas makrofag. Makrofag sebagai

efektor pada sistem imun, berperan memusnahkan

kuman atau patogen yang akan merusak tubuh

(Gusrizal, 2002; Harijanto, 2000), baik melalui

mekanisme fagositosis langsung maupun melalui

mekanisme tak langsung dengan melepaskan Reac-

tive Oxygen Intermediates (ROI) dan sitokin (Akrom,

2008; Suci, 2007; Wijayanti, 2000).

Makrofag berperan sebagai sel fagosit utama,

salah satu produknya yaitu mensekresi ROI

(Baratawidjaja, 2000; Harijanto, 2000; Bellanti,

1991; Klein, 1991). Ingesti partikel asing, misalnya

mikroorganisme, diikuti berbagai efek pada granu-

losit fagosit sehingga konsumsi oksigen meningkat,

hal ini menyebabkan pembentukan radikal oksigen

dan meningkatkan pelepasan hidrogen peroksida.

Anion superoksida, hidrogen peroksida dan radikal

yang terbentuk ini disebut ROI (Baratawidjaja, 2004;

Klein, 1991).

Flavonoid adalah zat – zat nabati yang terdapat

sebagai glikosida sering kali dalam zat – zat merah,

jingga, kuning, atau hijau. Zat – zat ini sangat pen-

ting bagi tubuh berkat antitumor dan antioksidannya

melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif

akibat radikal bebas yang berasal dari proses – proses

dalam tubuh atau dari luar (Tjay dan Kirana, 2002).

SUBJEK DAN METODE

A. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-alat

Alat – alat yang digunakan untuk mengekstraksi

pegagan meliputi alat-alat gelas, oven, panci maserasi,

corong buchner, labu hisap, pengaduk elektrik, kipas

angin, penangas air, kertas saring, plastik, blender,

timbangan analitik, gelas ukur, kain hitam, termo-

meter, batang pengaduk dari kaca. Alat – alat yang

digunakan untuk isolasi dan kultur makrofag antara

lain neraca elektronik, mortir dan stamper, gunting,

alat – alat operasi, spuit injeksi, inkubator, pipet Pas-

teur, hemositometer, mikro pipet, objek glass dan

alat – alat gelas lainnya.

2. Bahan-bahan

Bahan utama yaitu pegagan (C. asiatica (L) Urb.)

dan sel SP-C1. Bahan yang digunakan untuk

mengekstraksi adalah etanol teknis 95%. Bahan

untuk uji aktivitas sekresi ROI oleh makrofag terdiri

dari NaCl fisiologis, alkohol 70 %, etanol 95%,

metanol absolute, aquadest, media RPMI 1640

(sigma), FCS 10%, phospat buffer saline (PBS),

Nitroblue tetraziolium (NBT), NaOH 1 N dan Phrobol

12 – Myristate 13 Acetate (PMA).

Page 3: SM

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009

10

3. Hewan uji dan Perlakuan hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini

adalah mencit betina galur Swiss dengan umur 2 – 3

bulan yang diperoleh dari LPPT (Laboratorium

Penelitian dan Pengujian Terpadu) Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

Mencit betina galur Swiss berumur 2 – 3 bulan

dipilih secara acak dan dibagi menjadi 6 kelompok

masing – masing 5 ekor. Perlakuan terhadap mencit

dilaksanakan selama 4 minggu. Kelompok I sebagai

kontrol negatif dengan tidak diberi ekstrak etanol

pegagan (diberi akuades), kelompok II sebagai

kontrol positif diberi Imboost, serta kelompok III,

IV, V dan VI diberi ekstrak etanol pegagan dengan

kadar 1.5 mg/kgBB, 15 mg/kgBB, 150 mg/kgBB dan

1500 mg/kgBB pada masing – masing mencit selama

30 hari pertama. Pada hari ke 31 semua kelompok

mencit diinokulasi dengan sel SP-C1 sebagai induktor

kanker sampai satu bulan secara subkutan. Setelah

itu pada hari ke-37, semua mencit dikorbankan untuk

diamati makrofagnya. Dalam percobaan ini juga

diamati makrofag dari mencit kontrol.

B. JALANNYA PENELITIAN1. Pembuatan Ekstrak Etanol Herba Pegagan

Metode yang digunakan untuk membuat ekstrak

etanol herba pegagan ini adalah metode maserasi.

Herba pegagan dibuang pengotornya dengan mencuci

dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan

dirajang dengan pisau ± 2 cm kemudian dikeringkan

dalam almari pengering pada suhu 45°C selama 24

jam, lalu diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan

lubang saringan 1 mm. Serbuk yang dihasilkan

direndam dengan etanol teknis (etanol 95 %) dalam

panci maserasi dan diaduk selama 30 menit

kemudian diamkan sampai 24 jam dan disaring

dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Setelah

disaring, filtrat yang didapat dipisahkan dari

ampasnya (filtrat 1). Kemudian filtrat tersebut

diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary evapo-

rator dilanjutkan diatas pemanas water bath suhu

70 °C dibantu dengan kipas angin sambil diaduk

sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental

dipindahkan dalam cawan porselin dan dikeringkan

dalam almari pengering dengan suhu 50ºC sehingga

diperoleh ekstrak herba pegagan (Depkes, 1977;

Anonim, 1985; Depkes, 1986).

2. Penentuan dosis

a. Dosis imboost (Echinacheae dry extr 250 mg, zinc

pikolinat 5 mg) satu kali minum untuk manusia

dewasa adalah 5 ml, sehari 3 kali maka 3 x 5 ml = 15

ml. Faktor konversi dari manusia 70 kg ke mencit 30

gram adalah 0.0026 ; dosis pada mencit 15 ml x

0.0026 = 0.039 ml / 0,5 ml pelarut; b. Dosis ekstrak

etanol herba pegagan (C. asiatica (L) Urb.) yang

digunakan pada penelitian ini adalah 1,5 mg/kgBB,

15 mg/kgBB, 150 mg/kgBB dan 1500 mg/kgBB.

Pelarut yang digunakan adalah aquades.

3. Isolasi dan kultur Makrofag

Setelah mencit dikorbankan menggunakan kloroform.

Mencit diletakkan dalam posisi terlentang, kulit

bagian perut dibuka dan dibersihkan selubung

peritoneumnya dengan alkohol 70%, kemudian

disuntikkan 10 ml medium RPMI dingin kedalam

rongga peritoneumnya, ditunggu selama 3 menit

sambil digoyang – goyang secara perlahan.

Cairan peritoneum dikeluarkan dari rongga peri-

toneum dengan cara menekan rongga dalam dengan

dua jari, cairan diaspirasi dengan spuit injeksi dipilih

pada bagian yang tidak berlemak dan jauh dari usus.

Aspirat disentrifus pada 1200 RPM, 4 °C selama 10

menit. Supernatannya dibuang, pellet diresuspensi

dengan RPMI yang mengandung FCS 10 %. Jumlah

sel dihitung dengan hemositometer dan ditentukan

viabilitasnya dengan larutan trypan blue, kemudian

ditambahkan dengan medium komplit sehingga

didapatkan suspensi sel dengan kepadatan 2.5 X 106

/ml. suspensi sel ditumbuhkan dalam mikrokultur

24 sumuran yang telah diberi coverslips bulat.

Setiap sumuran diisi 200 mikroliter (5X105 sel).

Sel diinkubasi dalam inkubator CO2 5%, 370 C

selama 30 menit, kemudian ditambahkan medium

komplet sebanyak 1 ml setiap sumuran dan

diinkubasikan 2 jam. Sel dicuci 2X dengan RPMI 1

ml tiap sumuran dan diinkubasi dalam medium

komplit dilanjutkan sampai 24 jam (Akrom, 2004).

4. Uji Sekresi ROI dengan Cara Reduksi NBT

Kemampuan makrofag peritoneum untuk mensekresi

ROI diukur dengan NBT Reduction assay. Dengan

adanya O2·, NBT akan teroksidasi membentuk presi-

pitat formazan yang tidak terlarut. Untuk mengin-

duksi sekresi anion superoksida, kultur makrofag

Page 4: SM

AKROM, et al./ EFFEK EKSTRAK ETANOL PEGAGAN PADA AKTIVITAS SEKRESI

11

distimulasi dengan Phorbol 12 – Myristate 13 Asetat

(PMA) dengan konsentrasi akhir 125 ng/ml.

Makrofag yang telah dikultur selama 24 jam

dicuci 2 x dengan medium RPMI, kemudian ditam-

bahkan 500 µL larutan NBT, 1 mg/ml PBS yang

mengandung 125 ng/ml PMA dan diinkubasi dalam

inkubator CO2

5 %, 37ºC selama 60 menit. Sel

kemudian dicuci dengan PBS 3 x, dikeringkan pada

suhu kamar dan difiksasi dengan methanol absolut

selama 30 menit. Setelah kering dipulas dengan Neu-

tral Red Splution 2 %.

Prosentase sel makrofag yang menunjukkan re-

duksi NBT dihitung dari sekitar 100 sel yang dipe-

riksa dengan mikroskop cahaya perbesaran 400 x. Per-

hitungan prosentase sel makrofag yang menunjukkan

reduksi NBT replikasi sebanyak 3 x (Akrom, 2004).

5. Analisis Data

Uji One Sample Kolmogorof-Smirnov, dilakukan

untuk mengetahui semua varian / kelompok

terdistribusi normal atau tidak. Dilanjutkan dengan

Uji Homogenitas Varian untuk mengetahui semua

varian / kelompok terdistribusi homogen atau tidak.

Bila data yang diperoleh terdistribusi normal dan

homogeny dilanjutkan dengan uji Anova, untuk me-

ngetahui perbedaan mean semua kelompok. Terakhir

dilakukan Uji LSD untuk mengetahui perbedaan

mean antara dua kelompok perlakuan.

HASIL -HASIL

Tabel 1 menyajikan data sekresi ROI pada masing-

masing kelompok penelitian. Aktivitas makrofag dalam

mensekresi ROI diamati dengan menggunakan uji

reduksi NBT. Reduksi NBT menunjukkan lonjakan

respirasi diikuti dengan pembentukan superoksida

yang akan mereduksi NBT menjadi produk formazan

yang tidak terlarut. Formazan yang terbentuk dapat

diamati dengan menggunakan mikroskop dengan

perbesaran 400x. Gambaran makrofag dengan endapan

formazan didalamnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Persentase jumlah makrofag peritoneum dengan

endapan garam formazan yang menggambarkan

Gambar 1. Gambar Makrofag pada pemberian ekstraketanol herba pegagan 150 mg/kg BB pewarnaan dengan

neutral red. Makrofag yang mensekresi ROI (a), Makrofagyang tidak mensekresi ROI (b).

Tabel 1. Persentase makrofag yang mensekresi ROI setiap kelompok (dalam %)

EEHP : Ekstrak Etanol Herba PegaganCara menghitung % makrofag yang mensekresi ROI :

b

a

Page 5: SM

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009

12

Tabel 2. Aktivitas sekresi ROI (rerata persentase) makrofag peritoneum mencit Swiss betina yangdiinduksi sel SPC-1 pada berbagai kelompok perlakuan

Keterangan : P1 : signifikansi terhadap kontrol negatif, P2 : signifikansi terhadap kontrol positif, S : signifikan,TS : Tidak signifikan = 0.05

sekresi ROI dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1

dapat dilihat bahwa kemampuan makrofag perito-

neum dalam mensekresi ROI menunjukkan pening-

katan, kecuali pada dosis pemberian 1500 mg/kg BB

mengalami penurunan sedikit. Perbandingan antara

kelompok I (Kontrol negatif/aquades) 11.3 ± 4.0 %

dengan kelompok II (Kontrol positif /Imboost) 26.3

± 3.7 % menunjukkan perbedaan bermakna. Perban-

dingan antara kelompok I (Kontrol negatif/aquades)

dengan kelompok perlakuan menunjukkan perbeda-

an bermakna yaitu pada kelompok IV (Ekstrak etanol

herba pegagan dosis 15 mg/kg BB) 22.0 ± 9.1%,

kelompok V (Ekstrak etanol herba pegagan dosis 150

mg/kg BB) 23.6 ± 3.0 % dan kelompok VI (Ekstrak

etanol herba pegagan dosis 1500 mg/kg BB) 21.6 ±

6.8 %, sedangkan pada kelompok III (Ekstrak etanol

herba pegagan dosis 1.5 mg/kg BB) 13.0 ± 2.6 %

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna.

Hasil dari uji LSD menunjukkan bahwa antara

kelompok I (kontrol negatif/akuades) dengan

kelompok II (kontrol positif ), kelompok IV (EEHP

15 mg/kg BB), kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB)

dan kelompok VI (EEHP 1500 mg/kg BB)

menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0.05),

sedangkan perbandingan antara kelompok I (kontrol

negatif/akuades) dengan kelompok III (EEHP 1.5

mg/kg BB) dan kelompok VII (tanpa perlakuan) tidak

berbeda bermakna (p > 0.05). Dapat diartikan bahwa

dengan pemberian EEHP 1.5 mg/kg BB dan tanpa

perlakuan juga mempunyai efek sebanding dengan

kontrol negatif/akuades, hal ini berarti dengan dosis

1.5 mg/kg BB ekstrak etanol herba pegagan tidak

dapat meningkatkan aktivitas sekresi ROI makrofag

mencit betina Galur Swiss.

Jika kelompok perlakuan ekstrak etanol herba

pegagan dibandingkan dengan kelompok II (kontrol

positif ) maka yang menunjukkan perbedaan tidak

signifikan adalah kelompok IV (EEHP 15 mg/kg BB),

kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB) dan kelompok

VI (EEHP 1500 mg/kg BB), sehingga dapat disim-

pulkan pada dosis 15 mg/kg BB, 150 mg/kg BB dan

1500 mg/kg BB, ekstrak etanol herba pegagan me-

miliki efek imunostimulansia yang sama dengan kon-

trol positif. Semetara itu perbandingan kelompok II

(kontrol positif ) dengan kelompok III (EEHP 1.5

mg/kg BB) dan kelompok VII (tanpa perlakuan) me-

nunjukkan perbedaan bermakna. Perbedaan bermak-

na antara kontrol positif (Imboost) dengan EEHP

1.5 mg/kg BB yang dimaksud disini bahwa EEHP

1.5 mg/kg BB mempunyai aktivitas makrofag untuk

mensekresi ROI lebih kecil dibandingkan dengan

kontrol positif (Imboost) dilihat dari persentase aktivi-

tas sekresi makrofagnya. Pada perbandingan antar

kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan ber-

makna (p < 0.05) antara kelompok III (EEHP 1.5

mg/kg BB) dengan kelompok IV (EEHP 15 mg/kg

BB) dan kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB) bahwa

kelompok III memiliki aktivitas mensekresi ROI lebih

kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya. Se-

dangkan antara kelompok IV (EEHP 15 mg/kg BB),

kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB) dan kelompok

VI (EEHP 1500 mg/kg BB) menunjukkan perbedaan

tidak bermakna (p > 0.05). Pada perbandingan

dengan kelompok VII tanpa perlakuan menunjukkan

perbedaan bermakna (p < 0.05) pada kelompok II

(kontrol positif/Imboost), kelompok IV (EEHP 15

mg/kg BB), kelompok V (EEHP 150 mg/kg BB)

dan kelompok VI (EEHP 1500 mg/kg BB).

Perbandingan persentase jumlah makrofag yang

mensekresi ROI antara kontrol negatif/akuades (11.3 ±

4.0 %) dengan kontrol positif (26.3 ± 3.7 %) me-

nunjukkan perbedaan bermakna (p < 0.05). Hasil terse-

but menunjukkan bahwa kontrol positif memiliki aktivitas

imunostimulansia yang lebih besar dari kontrol negatif.

Page 6: SM

AKROM, et al./ EFFEK EKSTRAK ETANOL PEGAGAN PADA AKTIVITAS SEKRESI

13

PEMBAHASAN

Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak etanol herba pegagan

terbukti meningkatkan aktivitas imunitas seluler men-

cit betina Galur Swiss dengan mekanisme aktivitas

sekresi ROI oleh makrofag. Dosis ekstrak etanol herba

pegagan yang dapat digunakan sebagai imunosti-

mulansia adalah dosis 15, 1 dan 1500 mg/kg BB.

Pegagan antara lain mengandung polifenol, fla-

vonoid, alkaloid dan saponin yang bersifat antioksi-

datif dan imunomodulator (Gadahad, 2008; Akrom,

2008; Akrom, 2004; Suci, 2007; Syamsuhidayat,

1991. Secara in vitro kandungan bioaktif yang terda-

pat pada herba pegagan terbukti mampu mencegah

kerusakan DNA dan membrane sel yang dipapar sinar

radioaktif (Joy dan Nair, 2009).

Ekstrak pegagan secara in vitro juga terbukti da-

pat meningkatkan aktivitas fosforilasi pada siklus AMP

sel neuroblastoma yang mengekspresikan amiloid

(Xu, 2008). Uji in vivo pada tikus kandungan herba

pegagan terbukti dapat meningkatkan aktivitas sel

dendritik syaraf (Gadahad, 2008). Herba pegagan

juga mengandung asam askorbat yang terbukti memi-

liki aktivitas sebagai antioksidan (Gupta dan Prakash,

2009).

Penelitian ini menyimpulkan: Pemberian ekstrak

etanol herba pegagan (Centella asiatica (L) Urb) dapat

meningkatkan sekresi ROI oleh makrofag mencit

betina galur Swiss yang diinduksi oleh sel SP-C1

Persentase rerata sekresi ROI tersebut yaitu pada

pemberian dengan dosis 15 mg/kg BB (22.0 ±

9.1%), 150 mg/kg BB (23.6 ± 3.0%) dan 1500 mg/

kg BB (21.6 ± 6.8%) menunjukkan peningkatan

sekresi yang sama dengan control positif.

Dosis ekstrak etanol herba pegagan (Centella

asiatica (L) Urb) yang memiliki aktivitas mensekresi

ROI paling tinggi dibandingkan dengan dosis lainnya

adalah dosis 150 mg/kg BB yaitu 23,67 ± 3,06%.

Penelitian ini menyarankan agar dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang kemampuan

mensekresi ROI herba pegagan dengan menggunakan

berbagai pelarut dan metode ekstraksi yang lain serta

diinduksi sel kanker lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akrom (2004). Efek Ekstrak Etanol Herba Meniran

(Phyllanthus nururi L) Terhadap Respon Imun

Sel Seluler Mencit Galur Swiss Jantan Yang

Diinfeksi Plasmodium berghei, Tesis, Pasca

Sarjana UGM, Yogyakarta.

Akrom, Farida, A.I., Mustofa (2008). The eefect of

ethanolic extract of pegagan herb on the reactive

oxygen intermediates secretion activity by

macrophage in male swiss mice, Seminar nasional

Pokjanas TOI dan Pameran obat tradisional,

Yogyakarta, 7 – 8 mei 2008

Asimaya (2004). Pegagan, http://asimaya.com/jamu/

isi/pegagan. diakses tanggal 23 November 2007.

Depkes (1977).  Materia Medika Indonesia, Jilid I,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta hal. 34 – 39.

Depkes (1983). Materia Medika Indonesia, Jilid III,

hal 112-114, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Dirjen POM, Jakarta.

Depkes (1985). Tanaman Obat Indonesia, Jilid I,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes (1986). Sediaan Galenik, hal 1-17,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Media Indonesia Online (2004). Imunisasi HPV

cegah kanker leher Rahim di masa Mendatang,

www.kesrepro.info. com, Media Indonesia

Online, Rabu 1 Juni.

Baratawidjaja, K.G (2000). Imunologi Dasar, 10-12,

44-46, 48-49, 298, Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

Tabel 3. Hasil perbandingan uji LSD aktivitas sekresi ROImakrofag pada mencit betina Galur Swiss yang diberiekstrak etanol herba pegagan setelah diinduksi sel Sp C1antar kelompok

Keterangan :Kelompok I :Kontrol negatif akuadesKelompok II :Kontrol positif ImboostKelompok III :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 1,5 mg/kg BBKelompok IV :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 15 mg/kg BBKelompok V :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 150 mg/kg BBKelompok VI :Ekstrak etanol herba pegagan dosis 1500 mg/kg BBKelompok VII : Tanpa Perlakuan

Page 7: SM

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009

14

Baratawidjaja, K.G (2004). Imunologi Dasar, hal 2,

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran, Universitas

Indonesia, Jakarta.

Bellanti, J.A (1993). Imunologi III, hal 360,

Penerjemah Samik A., Soeripto, UGM Press,

Yogyakarta.

Dalimartha, S (1999). Ramuan Tradisional untuk

Pengobatan Kanker, Cetakan II, 11, PT. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Gadahad, M.R., Rao, M., Rao, G (2008).

Enhancement of hippocampal CA3 neuronal

dendritic arborization by Centella asiatica (Linn)

fresh leaf extract treatment in adult rats. J Chin

Med Assoc. ;71(1):6-13.

Ganiswarna, S.G., Setiabudi, R., Nafrialdi., Suyatna.,

F.D dan Purwantyastuti (1995). Farmakologi

dan Terapi, Edisi Keempat, Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,

Jakarta. 686-701.

Gupta S, Prakash J (2009). Studies on Indian green

leafy vegetables for their antioxidant activity.,

Plant Foods Hum Nutr. ;64(1):39-45.

Gusrizal, D (2004). Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

dengan Echinaceae Sp, http://www.unisodem.

org/article-printfriedly,php.

Harijanto, P.N. (ed) (2000). Malaria epidemiologi,

Patogenesis, Manifestasi Klinis dan

Penanganannya, ECG, Jakarta.

Joy J, Nair CK (2009). Protection of DNA and

membranes from gamma-radiation induced

damages by Centella asiatica. J Pharm

Pharmacol: 61(7):941-7

Klein, J (1991). Defense Reactions Mediated by

Phagocytes. Dalam J. Klein Immunology.

Oxford : Black well scientific Publications.

Sastroamidjojo, H (1985). Kromatografi, Edisi II,

hal 13–15, 23–24, 26 – 28, Liberty, Yogyakarta.

Supriatno (2008). Doxetacel Hidrat Menghambat

Proliferasi dan Metastasis Sel Kanker Oral SP-

C1 Melalui Induksi Protein Maspin, Indonesian

Journal of Dentistry, 15 (1), 2-7.

Suci, T.P (2007). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol

Herba Pegagan Terhadap Aktivitas Fagositosis

Makrofag Pada Mencit Jantan Galur Swiss,

Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad

Dahlan, Yogyakarta.

Syamsuhidayat (1991). Inventaris Tanaman Obat

Indonesia (I), Balitbang, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Tjay, T.H. dan Kirana R (2002). Obat-Obat Penting

Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek

Sampingnya. PT. Elex Media Komputindo,

Jakarta.

Underwood, J. C. E (1999). Patologi Umum dan

Sistematik, Vol I, Edisi II, diterjemahkan oleh

Sarjadi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wijayanti, M.W (2000). Sekresi Reactive Oxygen

Intermediates Oleh Makrofag Peritoneum

Mencit yang Diimunisasi Selama Infeksi

Plasmodium berghei, BIK, 32, 2:77-82.

Xu Y, Cao Z, Khan I, Luo Y (2008). Gotu Kola

(Centella Asiatica) extract enhances

phosphorylation of cyclic AMP response element

binding protein in neuroblastoma cells

expressing amyloid beta peptide. J Alzheimers

Dis., 13(3):341-9.