Slhi Dok 2012bnghftre
-
Upload
evi-valharrez-di-ossannai -
Category
Documents
-
view
223 -
download
4
description
Transcript of Slhi Dok 2012bnghftre
LAMPIRAN SIARAN PERS 3 JULI 2012
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012“Pilar Lingkungan Hidup Indonesia”
I. Pendahuluan
Penulisan Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012 ini bersifat tematik, yang bertujuan memaparkan kapasitas pengelolaan dalam merespon dinamika lingkungan hidup. Kapasitas pengelolaan dan kualitas lingkungan hidup memiliki relasi timbal-balik. Kapasitas yang memadai akan menentukan mutu lingkungan, dengan menganalisis, merespon dan menentukan aksi dalam menjawab tantangan
Pendekatan Konsepsi Analisis Laporan ini memakai pendekatan konseptual (DPSIR) yang dikembangkan
(UNEP).
Dengan pendekatan DPSIR, laporan ini mencoba menggambarkan keterkaitan antara kapasitas pengelolaan dengan kualitas lingkungan hidup. Sebagaimana disajikan dalam Gambar 3, korelasi antara kapasitas pengelolaan dan kualitas lingkungan hidup dapat membentuk empat kombinasi sebagai berikut:
Driver-Pressure-State -Impacts-Response United Nations Environment Programme
II. Status Lingkungan Hidup Indonesia
Udara
Kesimpulan Umum : Kualitas Lingkungan Hidup masih memburuk namun laju kerusakan dan laju pencemarannya berkurang.
Kualitas Udara masih menunjukkan kecernderungan menurun. Hal ini disebabkan pencemaran udara yang diakibatkan transportasi. Penyebab utamanya adalalah pertambahan kendaraan bermotor yang hingga mencapai hinga lebih 4 kali lipatnya dalam kurun waktu 2000 hingga 2011. Hal ini diindikasikan dengan peningkatan paramter Nox. Sebaliknya untuk parameter Sox mengalami kecenderungan membaik. Pencemar utama SOx adalah industri atau yang berasal dari bahan bakar batubara dan solar.
Berikut ini adalah gambaran sebara kota-kota di Indonesia (248 kabupaten/kota) dengan konsentrasi SO2 danNO2 dari sektor transportasi.
Air
Kualitas Air di Indonesia cenderung menurun walaupun laju pencemarannya sudah mulai berkurang. Berikut adalah gambar Persentase titik pantau air sungai di Indoensia dengan status tercemar berat berdasarkan Kriteria mutu Air Kelas II PP 82/2001.
Adapun perkembangan setiap provinsi dari 2008 hingga 2012 adalah sbb.:
Indikasi lainnya adalah kondisi Ekosistem Danau yang dipantau pada tahun 2011, yaitu sbb.:
Selain kualitas, dari sisi kuantitas, kerusakan air masih terus memburuk sehingga DAS kritis meningkat 3 kali lipat untuk kurun waktu 1984 – 2005, yaitu bertambah dari 22 menjadi 62. Akibatnya kejadian banjir terus meningkat pula.
Ttupan lahan dan hutan masih memeiliki kecenderungan menurun (gambar walau laju deforestasinya melambat, yaitu 2003 – 2006: 808.754 hektar (0,78 persen); 2006 –2009: 747.754 hektar (0,74 persen); dan 2009 – 2011: 401.253 hektar,(0,41 persen).
Salah satu dampaknya dalah banjir, berikut ini adaalah sebaran kejadian banjir dan longsor berdasarakan data 2004-2011:
Tutupan lahan dan Hutan
Pesisir dan Laut
Keanekaragaman Hayati
Kondisi pesisir dan laut yang salah satunya diindikasikan oleh kondisi terumbu karang menunjukan kecenderungan yang membaik walaupun kondisi yang baik dan sangat baik hanya sekitar 32,5%.
Berdasarkan pemantauan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pada 2012 di 1.133 lokasi,hanya sekitar 5,30 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik. Lalu, 27,19 persen dalam keadaan baik; 37,25 persen cukup baik; dan 30,45 persen kurang baik.
Sedangkan kualitas air yang dipantau di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta; Pelabuhan Ciwandan, Banten; Pelabuhan Gorontalo dan Parigi, Teluk Tomini. Sementara di daerah wisata pemantauan digelar di Teluk Tomini; Parigi, Palu; dan Pahuwato, Gorontalo, menunjukan terjadinya pencemaran yang diindikasikan beberapa parameter seperti kecerahan, amoniak, TSS dan DO.
Status keanekaragaman hayati Indonesia belum dapat dilihat trend atau kecenderungannya. Namun beberapa indikasi dapat dilihat dari kondisi terakhir. Flora fauna yang dilindungi oleh Undang-undang adalah seperti yang tergambar pada diagram sebelah kiri dan jumlah jenis flora dan fauna dan mikroba invasive tergambar pada diagram kanan:
III. Kapasitas Pengelola Lingkungan Hidup
Dari sisi pemerintah membahas sbb.:
Dari sisi non-pemerintah membahas sbb.:
Status lingkungan hidup merupakan resultante yang sepadan dengan,kapasitas para pemangku kepentingan, baik masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, swasta maupun pemerintah.Artinya, kapasitas pengelolaan yang mumpuni bakal menciptakan lingkungan hidup yang baik pula. Kapasitas yang dibahas dibagi dalam 2 bagian, yaitu pemerintah dan non-pemerintah.
Kapasitas Anggaran, peraturan, sumber daya manusia, sarana-prasaranaInternasionalisasi Lingkungan Hidup
Hutan dan Lahan
Air
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Sumber Daya AirKeanekaragaman Hayati
Pesisir dan Laut
UdaraPerubahan Iklim
Sampah
Dunia Usaha
Badan Usaha Milik NegaraLembaga Swadaya Masyarakat, Masyarakat Hukum AdatPerguruan TinggiMedia MassaMasyarakat UmumPemangku Kepentingan Pro Lingkungan Hidup
Dalam tingkat provinsi dapat dilihat sebaran pemanku kepentingan yang pro lingkungan hidup sebagai berikut :
••
•
•
•
•
••
•
•
•••••
oooo
oo
oo
ooooo
oo
oo
oooo
Peran Indonesia di Forum InternasionalIndonesia Sebagai Tuan Rumah Dalam Pertemuan InternasionalPatisipasti Aktif Indonesia dalam Organisasi Regional/ InternasionalKerja sama Bilateral
Kapasitas Pengelolaan Lingkungan di Kementerian KehutananGerakan Penanaman 1 Miliar Pohon
Kapasitas PLH di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Balai Kliring Keamanan HayatiTaman Keanekaragaman HayatiProtokol NagoyaRancangan Undang-Undang Pengelolaan Sumber Daya GenetikKonservasi Tumbuhan di Kawasan Ex-situ Konservasi
Program Rantai Emas – Rehabilitasi Pantai, Entaskan Masyarakat SetempatProgram rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang – COREMAP
Upaya Sektor IndustriSistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (SIGN)
Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)Pengembangan Industri HijauPengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Tabel Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Tingkat Provinsi
N0 Provinsi
% Pengelola LH Kab/Kota Berbentuk Badan
Anggaran
Peraturan Daerah Terkait LH
SDM Sarana-Prasarana
Point
Pemegang Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Amdal (SKPA)
PPLH/DLab Terakreditasi &/ Teregistrasi
SLHD TPA
Total Diklat PPLH/D
PPLH/D Jumlah
Kualitas
Progres TPA
1 DKI Jakarta 100.0% 4.66% 10 155 7 90.95 50.0% 4.66
2 Jawa Barat10 170 96 60 7
3.97
11 47.1%
11 41.7%
2.90%
87
50.0%
57.1%
50.0%
Sanitary Landfill
Controlled Landfill
Open Dumping atau tidak teridentifikasi
35 7 10 0.0% 100.0% 0.0%
66.7% 1.02% 7 68.55 0.0% 26.7% 73.3% 13.3%
3 Jawa Timur 59.0% 0.33% 40 41 34 4 6 90.46 23.5% 47.1% 29.4% 3.56
4 DIY 50.0% 0.62% 15 53 7 2 9 83.86 33.3% 16.7% 50.0% 3.33
5 Sumatera Utara 55.9% 7 11 73 15 1 8 87.99 0.0% 20.0% 80.0% 10.0% 3.21
6 Kaltim 86.7% 0.34% 5 39 17 3 8 70.05 0.0% 25.0% 75.0% 12.5% 3.18
7 Gorontalo85.7% 1.18% 6 3 28 3 0 5 62.22 50.0% 0.0% 50.0%
3.17
8 Sulawesi Utara 90.0% 0.49% 4 13 70 26 1 6 78.11 0.0% 42.9% 57.1% 21.4% 3.17
9 Sumsel75.0% 0.23% 9 25 18 10 2 9 77.06 0.0% 8.3% 91.7% 4.2%
3.15
10Kalimantan Barat 66.7% 0.41% 8 21 62 11 2 4 50.91 0.0% 0.0% 100.0% 0.0%
3.14
11 Bangka Belitung 87.5% 0.69% 5 7 15 11 1 3 49.01 57.1% 0.0% 42.9% 3.12
12 Kepulauan Riau87.5% 0.49% 5 5 40 23 1 3 69.99 25.0% 25.0% 50.0% 37.5%
3.12
13 NTB 70.0% 0.56% 6 2 60 14 1 7 50.56 37.5% 25.0% 37.5%
3.11
14 NTT90.9% 0.56% 6 4 76 6 0 4 50.1 20.0% 0.0% 80.0% 20.0%
3.07
15 Bengkulu 81.8% 0.36% 6 5 15 12 0 8 64.03 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 3.04
16 Banten 71.4% 0.32% 7 19 54 10 2 70.09 0.0% 40.0% 60.0% 20.0% 3.02
17 Riau84.6% 0.24% 5 28 15 1 9 53.6 0.0% 0.0% 100.0% 0.0%
2.99
18 Sulawesi Tengah 91.7% 0.56% 4 6 45 9 1 4 74.75 0.0% 0.0% 100.0% 0.0%
2.96
19 Kalteng86.7% 0.49% 6 19 9 15 0 3 0.0% 0.0% 100.0% 0.0%
2.92
20 Lampung 60.0% 0.29% 8 6 22 7 2 62.69 0.0% 50.0% 50.0% 25.0% 2.90
21 Kalsel 78.6% 0.45% 5 35 44 23 2 5 0.0% 50.0% 50.0% 25.0% 2.89
22 Bali 50.0% 0.65% 6 11 50 15 0 10 88.17 27.3% 0.0% 72.7% 27.3% 2.88
23 Sumatera Barat 0.68% 9 8 30 14 2 9 11.1% 11.1% 77.8% 16.7% 2.88
24 Jawa Tengah58.3% 0.35% 5 23 4 9 53.74 0.0% 0.0% 100.0% 0.0%
2.83
25 Maluku Utara 0.63% 5 2 41 6 0 3 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 2.78
26 Sulawesi Selatan 54.2% 1.95% 4 27 52 11 2 9 69.1 0.0% 0.0% 100.0% 0.0%
2.78
1
0
0
40.0%
0
99
11
90.88
115 55
100.0%
Tabel Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Tingkat Provinsi (lanjutan)
N0 Provinsi
% Pengelola LH Kab/Kota Berbentuk Badan
Anggaran
Peraturan Daerah Terkait LH
SDM Sarana-Prasarana
Point
Pemegang Sertifikasi Kompetensi Penyusunan Amdal (SKPA)
PPLH/DLab Terakreditasi &/ Teregistrasi
SLHD TPA
Total Diklat PPLH/D
PPLH/D Jumlah
Kualitas
Progres TPA
65
57.1%
Sanitary Landfill
Controlled Landfill
Open Dumping atau tidak teridentifikasi
27 Aceh 58.3% 0.26% 7 5 25 12 0 10 82.14 7.1% 7.1% 85.7% 10.7% 2.69
28 Jambi0.41% 8 6 29 15 1 7 62.56 0.0% 0.0% 100.0% 0.0%
2.69
29 Papua Barat 54.5% 0.94% 6 37 0 4 49.45 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 2.67
30 Papua 0.35% 8 3 45 2 1 10 16.7% 0.0% 83.3% 16.7% 2.63
31 Sulawesi Barat 83.3% 1.18% 4 4 3 0 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 2.46
32 Sultra 53.8% 0.28% 5 15 14 7 1 3 45.4 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 2.39
33 Maluku0.27% 4 11 7 3 1 4 57.1% 0.0% 42.9%
2.33
41.7%
0
33.3% 9.67
0 2 0
30.0% 6.24
IV. Catatan Khusus Pengelolaan Lingkungan Hidup
V. Kualitas Lingkungan Dan Kapasitas Pengelolaannya
Dalam buku SLHI ini dibahas pula secara lebih detail beberapa pembelajaran, yaitu sbb.:Perubahan Tutupan Lahan
Pulau SumateraPulau KalimantanPulau Papua
Pengendalian Kerusakan SungaiSungai CiliwungSungai CitarumSungai CisadaneSungai Brantas
Gerakan Penyelamatan DanauDanau LimbotoDanau SingkarakDanau Rawa PeningDanau Ayamaru
Ragam Aksi Dan Hikmah PembelajaranAksi Pengelolaan Teluk TominiAksi Pengelolaan Lingkungan Selat BaliPeraturan Tingkat Kampung Melindungi Terumbu KarangUsaha Pelestarian Badak Jawa dan SumateraPelestarian Ratusan Spesies BambuProyek Raksasa Konservasi LahanPembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Interaksi Kualitas lingkungan hidup dan kapasitas pengelolaannya dapat digambarkan dalam 4 (empat) kuadran sbb.:
•
•
•
•
ooo
oooo
oooo
ooooooo
Kualitas lingkungan hidup didapat dari Rerata IKLH 2009-2011. Sedangkan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup diwakili lima komponen: bentuk lembaga, anggaran, peraturan daerah, sumber daya manusia dan sarana prasarana. Sebagaimana ditampilkan pada tabel Tabel Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Tingkat Provinsi sebelumnya.
Indonesia akan memasuki tahapan pembangunan jangka menengah yang ketiga (2015-2019). Tantangannya adalah menuju visi Indonesia 2025 dimana PDB indonesia ditargetkan mencapai US$ 3.8—4.5 trilyun dan pendapatan per kapita mencapai US$ 13.000-16.000Diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tetap posistif (bertahan pada kisaran 6 –7% per tahun) dengan kontribusi ekstraksi sumber daya alam yang juga meningkat. Meski berbagai upaya telah dilakukan, tekanan yang besar belum bisa diseimbangkan dengan kebijakan-kebijakan dan aksi untuk mengurangi tekanan tersebut. Dengan demikian tekanan terhadap lingkungan ke depan akan semakin besar dengan adanya intervensi-intervensi akselerasi pembangunan di tingkat pusat maupun daerah.Intervensi pemerintah yang kontinyu dan konsisten untuk memperbaiki lingkungan melalui berbagai inisiatif dan program akan berdampak positif pada status lingkungan hidup Indonesia di tahun-tahun mendatang. Program-program yang dijalankan di sektor kehutanan, air, udara, keaneka ragaman hayati, serta pesisir dan laut yang dikemas dalam kerangka ekonomi hijau baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan insentif bagi masyarakat, swasta dan pemerintah untuk perbaikan lingkungan dan ekonomi.Kapasitas kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup akan sangat berperan penting dalam meningkatkan intervensi kebijakan pemerintah di bidang lingkungan hidup.Peningkatan anggaran lingkungan hidup di pusat dan daerah akan memperkuat pelaksanaan program-program pengendalian kerusakan dan peningkatan kualitas lingkungan. Demikian juga dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan infrastuktur seperti laboratorium yang terakreditasi. Peran daerah dalam memberikan regulasi yang terkait dengan pengendalian dan pengelolalan lingkungan hidup akan sangat membantu memberikan payung hukum dan kekuatan kelembagaa dalam mengembangkan dan menjalankan instrumen-instrumen ekonomi lingkungan seperti pembayaran jasa lingkungan, subsidi lingkungan dan sejenisnya. Daerah perlu menangkap peluang dan memecahkan masalah lingkungan melalui kerangka regulasi dan mekanisme-mekanisme lainnya.
VI. Catatan Akhir
•
•
•
•
•
•
•
•
•