SLE.pdf
Transcript of SLE.pdf
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan
kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia
terdeteksi penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang, dan lebih dari
100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga
tetap sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ
tubuh yang sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi
yang berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Dokter kadang bingung
mendiagnosis penyakit ini.
Jumlah penderita lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka,
di Amerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia
bisa dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS
Ciptomangunkusumo Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991
sampai akhir 1996 , 1 dari 23 penderitanya adalah laki-laki. Saat ini, ada
sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih
dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan.
Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus
biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan
sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak
menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh
organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa
2
kelelahan berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu
merupakan sebagian dari gejala penyakit Lupus.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan SLE?
2. Bagaimana klasifikasi SLE?
3. Apasajakah etiologi dari SLE?
4. Bagaimana tanda dan gejala pada penderita SLE?
5. Siapakah yang berisiko menderita penyakit SLE?
6. Apasajakah pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya penyakit
SLE?
7. Bagaimanakah patofisiologi dan pathway pada penyakit SLE?
8. Bagaimanakah cara mencegah terjadinya SLE?
9. Apasajakah penatalaksanaan medis dan keperawatan pada penyakit SLE?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan SLE
2. Mengetahui klasifikasi SLE
3. Mengetahui etiologi dari SLE
4. Mengetahui tanda dan gejala pada penderita SLE
5. Mengetahui yang berisiko menderita penyakit SLE
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya penyakit
SLE
7. Mengetahui patofisiologi dan pathway pada penyakit SLE
8. Mengetahui cara mencegah terjadinya SLE
9. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada penyakit SLE
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Lupus eritematosus sistemik adalah suatu penyakit autoimun kronik
yang ditandai oleh terbentuknya antibody-antibodi terhadap beberapa antigen
diri yang belainan. (Corwin, 20:167)
Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit jaringan ikat yang
ditandai oleh terbentuknya autoantibody yang menyebabkan gangguan
diberbagai bagian tubuh (mis., kulit yang terpajan matahari, sendi, ginjal,
paru, jantung, dan pembuluh darah). (Yohanes,2008)
Penyakit lupus adalah penyakit autoimun dimana system kekebalan
tubuh menjadi hiperaktif dan menyerang jaringan sehat dan normal pada
tubuh. (http://www.hidupsehat.web.id/2014/04/penyakit-lupus-ciri-ciri-
gejala.html).
B. Klasifikasi
1. Sistemik lupus eritematosus (SLE) ialah yang biasanya kita sebutkan
“lupus”. Gejalanya mungkin sederhana atau serius. SLE biasanya
menyerang mereka yang berumur di antara 15 dan 45 tahun. Walau
bagaimanapun, angka kecil pengidap SLE adalah kanak-kanak dan mereka
yang berusia lebih 45 tahun.
2. Diskoid lupus eritematosus (DLE) merupakan penyakit kulit yang kronik
di mana terdapat (malar rash) di muka, kulit kepala, bagian badan, kaki
dan tangan. Kulit yang terlibat akan menjadi tebal dan bersisik serta
4
mungkin meninggalkan parut. Ruam dapat terjadi hingga beberapa hari
atau tahun dan kemungkinan akan berulang setelah sembuh.
3. Lupus Neonatal ialah lupus atau SLE pada bayi yang baru dilahirkan. Ini
mungkin disebabkan auto-antibodi di dalam darah ibu yang disebut anti-
Ro (SSA) dan anti-La (SSB). Akibatnya, bayi ini akan mendapat radang
kulit, masalah hati, dan masalah darah (low blood counts). Gejala ini akan
hilang sedikit demi sedikit dalam masa beberapa bulan. Bagi bayi yang
lahir dengan masalah neonatal lupus mungkin juga mengalami masalah
jantung yang mengganggu perjalanan jantung.
http://www.lupusmalaysia.org/bm/panduan-pesakit/slepanduan-untuk-
pesakit
C. Etiologi
Faktor penyebab terserangnya seseorang terhadap penyakit Lupus
hingga kini belum diketahui, tetapi pengaruh lingkungan dan faktor genetik,
hormone diduga sebagai penyebabnya.
1. Faktor Genetik
Tidak diketahui gen atau gen – gen apa yang menjadi penyebab
penyakit tersebut, 10% dalam keluarga Lupus mempunyai keluarga dekat
orang tua atau kaka adik) yang juga menderita lupus, 5% bayi yang
dilahirkan dari penderita lupus terkena lupus juga, bila kembar identik,
kemungkinan yang terkena Lupus hanya salah satu dari kembar tersebut.
2. Faktor lingkungan
Sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya : infeksi, stress,
makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya
ultra violet (matahari) dan penggunaan obat – obat tertentu.
3. Faktor hormon
5
Dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena
penyakit lupus dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka
pertumbuhan penyakit Lupus sebelum periode menstruasi atau selama
masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya
ekstrogen menjadi penyebab pencetus penyakit Lupus. Akan tetapi
hingga kini belum diketahui jenis hormon apa yang menjadi penyebab
besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada periode tertentu yang
menyebabkan meningkatnya gejala Lupus masih belum diketahui.
4. Faktor sinar matahari
Salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala Lupus. Diduga
oleh para dokter bahwa sinar matahari memiliki banyak ekstrogen
sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimmun. Tetapi bukan
berarti bahwa penderita hanya bisa keluar pada malam hari. Pasien Lupus
bisa saja keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00
WIB dan disarankan agar memakai krim pelindung dari sengatan
matahari. Teriknya sinar matahari di negara tropis seperti Indonesia,
merupakan faktor pencetus kekambuhan bagi para pasien yang peka
terhadap sinar matahari dapat menimbulkan bercak-bercak kemerahan di
bagian muka.kepekaan terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai
reaksi kulit yang tidak normal terhadap sinar matahari.
D. Tanda dan Gejala
Berikut merupakan tanda dan gejala penyakit sistemik lupus
eritematosus. Jika seseorang memiliki minimal 4 dari gejala berikut, maka ia
positif terkena penyakit penyakit sistemik lupus eritematosus.
1. Butterfly Rash
Ruam dengan gambaran seperti sayap kupu-kupu, yaitu mengenai kedua
pipi dengan hidung sebagai tengahnya(badan).
6
2. Discoid Rash
Ruam yang cukup “klasik” berbentuk cakram tampak merah lebih jelas
dibagian tepi, dan biasanya timbul pada wajah, kulit kepala, dan leher.
Ruam ini sering meninggalkam bekas luka. Discoid Rash dapat berdiri
sendiri pada penyakit lupus discoid.
3. Photosensitivity
Ruam akan timbul atau semakin parah setelah terkena sinar matahari.
4. Oral ulcers
Timbulnya sariawan terus menerus atau hilang timbul, baik di lidah
ataupun di bagian mana saja dari rongga mulut.
5. Arthritis (Radang sendi)
Peradangan pada sendi yang menimbulkan rasa nyeri, memerah, bahkan
sampai bengkak.
6. Serositis
Radang pada lapisan paru-paru dikenal sebagai pleuritis (radang selaput
paru), dan dapat juga mengenai lapisan jantung, dikenal sebagai
Pericarditis (peradangan pada selaput jantung) sehingga menimbulkan
gejala nyeri dada yang tajam terutama ketika batuk dan tarik napas dalam,
terkadang juga bisa menimbulkan nafas pendek.
7. Gangguan pada ginjal
Ditandai dengan ditemukan protein dalam air kencing (proteinuria) atau
endapan (sediments) yang ditemukan juga dalam urin (ini dapat dilihat di
bawah mikroskop)
8. Gangguan neurologi dan psychosis
Lupus dapat mengganggu kerja otak dan sistem saraf sehingga dapat
menimbulkan sakit kepala, kebingungan, gangguan penglihatan seperti
halusinasi, bahkan kejang.
9. Kelainan dalam darah
7
Hemolytic Anemia Anemia karena kelainan sel darah merah, Low White
Blood Cell counts atau sel darah putih rendah, Low Platelet counts
(platelet atau trombosit rendah).
10. Immunologic Disorders
11. Positif ANA (antinuclear Antibodi)
E. Faktor Risiko
Faktor resiko adalah sesuatu yang dapat meningkatkan kemungkinan
diserang suatu penyakit atau kondisi. Meskipun demikian, Anda dapat saja
mengidap lupus tanpa faktor resiko. Namun makin banyak faktor resiko yang
Anda miliki, makin besar kemungkinan Anda mengidap lupus.
Lupus terutama banyak ditemukan pada wanita usia subur; terutama
pada wanita kulit berwarna dibanding yang berkulit putih. Namun faktor
resiko utama adalah :
1. Gender, 90% penderita lupus adalah wanita
2. Usia, lupus terutama menyerang usia remaja sampai usia 30-an.
3. Etnik, mereka yang berkulit gelap, penduduk asli Amerika, penduduk
Asia, atau kaum Hispanik mempunyai resiko lebih besar terkena lupus
dibanding bangsa kulit putih.
http://www.purtierplacenta.com/faktor-resiko-sle/
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah, untuk mendeteksi antibody tertentu di dalam darah.
2. Biopsi Ginjal, untuk melihat kerusakan ginjal.
3. Rontgen dada, untuk mennjukkan pleuritis atau perikarditis.
4. Tes antinuclear antibody (ANA)
5. Tes anti-double stranded DNA antibody (Anti dsDNA)
8
G. Patofisiologi
Penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE) tampaknya terjadi akibat
terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto anti
bodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh
awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralasin (apresoline, prokainamid, pronestyl), isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan kecambah alfa-alfa turut
terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada sistemik lupus eritematosus, peningkatan produksi auto anti bodi
diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang abnormal sehingga
timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang anti bodi tambahan, dan
siklus tersebut berulang kembali.
Adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang mempunyai prediposisi
genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap sel T CD4+,
mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self-antigen. Sebagai
akibatnya muncullah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan induksi serta
ekspansi sel B, baik yang memproduksi auto antibody maupun yang berupa
sel memori. Ujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian dari yang diduga
termasuk didalamnya ialah hormon seks, sinar ultraviolet dan berbagai macam
infeksi.
Pada SLE, antibodi yang berbentuk ditunjukkan terhadap antigen yang
terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA,
protein histon dan non-histon. Kebanyakan di antaranya dalam keadaan
alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein dan atau kompleks protein-
9
RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA). Cirri khas autoantigen
ini ialah bahwa mereka tidak tissue-spesific dan merupakan komponen
integral semua jenis sel.
Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-nuclear
antibody). Dengan antigennya yang spesifik, ANA membentuk komplek imun
yang beredar dalam sirkulasi. Kompleks imun ini akan mengendap pada
berbagai macam organ dengan akibat terjadinya fiksasi komplemen pada
organ tersebut. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang
menghasilkan subtansi penyebab timbulnya reaksi radang.
Bagian yang penting dalam patogenesis ini ialah terganggunya
mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah automunitas
patologis pada individu yang resisten.
Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitasi
seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat misalnya
golongan sulfa, penghentian kehamilan dan trauma fisis/psikis. Setiap
serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti demam, malaise,
kelemahan, nafsu makan berkurang, berat badan menurun dan iritabilitas.
Yang paling menonjol ialah demam, kadang-kadang disertai menggigil.
H. Pathway
P autoimun berlebihan
Genetik, kuman/virus,sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu
Autoimun menyerang organ-organ tubuh(seljaringan)
SLE
10
I. Pencegahan
Hingga saat ini penyakit lupus tak dapat disembuhkan namun dapat
dikendalikan. Tujuan pengobatan ialah utnuk mencegah timbul/kambuhnya
gejala dan mencegah timbulnya komplikasi, berupa:
1. Perubahan pola hidup, yaitu hindari terkena sinar matahari kalau perlu
pakai sunscreen.
Produksi antibody terus-menerus
Pencetus penyakit inflamasi multi organ
Kulit Sendi Darah Paru Ginjal Hati Otak
Kerusakanintegritaskulit
atritis
Intoleranaktivitas
Hb
P suplaiO2
ATP
KeletihanBB
Perb. Sts kesehatan
Kecemasan
EfusiPleura
Ketidakefektifan Polanapas
Proteinurinari
Keterlambatanpertumbuhan danperkembangan
Tubuhprotein
Terjadi kerusakan sintesa zatyg dibutuhkan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhantubuh
Suplai O2 ke otak
Risikoketidakefektifan perfusijaringanotak
11
2. Hindari kontak dengan zat kimia pemicu seperti silikon, air raksa dan
pestisida
3. Hindari pemakaian suplemen golongan “immune booster” seperti
Echinacea
4. Hindari pemakaian obat pemicu seperti procainamid, isoniazid, fenitoin,
kinin dan hidralazin.
5. Pemberian obat-obatan antara lain: golongan non-steroid anti-inflamasi
(NSAID), kortikosteroid, imunosupresan, dan obat anti-malaria
http://dokita.co/blog/penyakit-lupus-lupus-eritematosus-sistemik/
J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Penatalaksanaan medis
Terapi dengan obat bagi penderita SLE mencakup pemberian obat-obat:
a. Antiradang nonstreroid (AINS)
AINS dipakai untuk mengatasi arthritis dan artralgia. Aspirin
saat ini lebih jarang dipakai karena memiliki insiden hepatotoksik
tertinggi, dan sebagian penderita SLE juga mengalami gangguan
pada hati. Penderita LES juga memiliki risiko tinggi terhadap efek
samping obat-obatan AINS pada kulit, hati, dan ginjal sehingga
pemberian harus dipantau secara seksama
b. Kortikosteroid
c. Antimalaria
Pemberian antimalaria kadang-kadang dapat efektif apabila
AINS tidak dapat mengendalikan gejala-gejala LES. Biasanya
antimalaria mula-mula diberikan dengan dosis tinggi untuk
memperoleh keadaan remisi. Bersihnya lesi kulit merupakan
parameter untuk memantau pemakaian dosis.
d. Imunosupresif
12
Pemberian imunosupresif (siklofosfamid atau azatioprin) dapat
dilakukan untuk menekan aktivitas autoimun LES. Obat-obatan ini
biasanya dipakai ketika:
1) Diagnosis pasti sudah ditegakkan
2) Adanya gejala-gejala berat yang mengancam jiwa
3) Kegagalan tindakan-tidakan pengobatan lainnya, misalnya bila
pemberian steroid tidak memberikan respon atau bila dosis
steroid harus diturunkan karena adanya efek samping
4) Tidak adanya infeksi, kehamilan dan neoplasma
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan bagi penderita LES adalah sebagai
berikut:
1) Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan
jaringan.
2) Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
proses penyakit dan lesi.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi
sekunder terhadap SLE
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional Tindakan
1) Meringankan nyeri, dapat beristirahat dan mendapat pola
tidur yang adekuat
2) Dapat menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan
penyembuhan dan mencegah komplikasi
3) Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
c. Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang ada.
13
d. Evaluasi
1) Nyeri berkurang, dapat beristirahat dan mendapat pola tidur
yang adekuat
2) Dapat menunjukkan perilaku untuk meningkatkan
penyembuhan dan mencegah komplikasi
3) Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lupus eritematosus sistemik adalah suatu penyakit autoimun kronik
yang ditandai oleh terbentuknya antibody-antibodi terhadap beberapa antigen
diri yang belainan. Lupus dapat diklasifikasikan menjadi Sistemik Lupus
Eritematosus (SLE), Diskoid Lupus Eritematosus (DLE), dan Lupus
Neonatal. Etiologi SLE yaitu antara lain faktor genetic, faktor lingkungan,
faktor hormon,dan faktor sinar matahari. Tanda dan gejala SLE antara lain:
butterfly rash, discoid rash, photosensitivity, oral ulcers, arthritis, serositis,
gangguan pada ginjal, gangguan neurologi dan psychosis, kelainan dalam
darah, immunologic disorders, positif ANA (antinuclear antibodi). Adapun
komplikasi SLE yaitu, Ginjal (nefritis lupus) dengan akibat gagal ginja,
jantung dengan akibat radang selaput jantung (perikarditis) dan penyakit
jantung iskemik, pleuritis, pneumonia, sistem saraf dan kejiwaan berupa
kejang, lumpuh, stroke, depresi dan psikosis, katarak, keguguran, lahir
prematur dan lupus neonatal, kelainan sistem darah berupa anemia, kurang sel
darah putih (lekopenia) dan kurang sel pembekuan darah (trombositopenia).
Faktor risiko yaitu gender, 90% penderita lupus adalah wanita, usia, lupus
terutama menyerang usia remaja sampai usia 30-an, mereka yang berkulit
gelap,mempunyai resiko lebih besar terkena lupus dibanding bangsa kulit
putih. Untuk pemeriksaan penunjang SLE ini adalah Pemeriksaan darah,
untuk mendeteksi antibody tertentu di dalam darah, biopsi ginjal, untuk
melihat kerusakan ginjal, rontgen dada, untuk mennjukkan pleuritis atau
perikarditis, Tes antinuclear antibody (ANA), Tes anti-double stranded DNA
15
antibody (Anti dsDNA). Penatalaksanaan medisnya yaitu dengan pemberian
obat-obatan diantaranya yaitu: Antiradang nonstreroid (AINS), kortikosteroid,
antimalaria, imunosupresif. Diagnose yang mungkin muncul yaitu: nyeri
kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan, gangguan
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit dan lesi,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap SLE
B. Saran
Jika ada individu memiliki tiga tanda SLE sarankanlah untuk segera
menemui dokter untuk diobati sebelum penyakit menjadi parah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J.2009. Patofisiologi: boku saku. Jakarta: EGC
Duta Kurnia Utama, Yohanes.2008.Ensiklopedia
keperawatan.Jakarta:EGC
http://dokita.co/blog/penyakit-lupus-lupus-eritematosus-sistemik/
http://www.hidupsehat.web.id/2014/04/penyakit-lupus-ciri-ciri-gejala.html
http://www.lupusmalaysia.org/bm/panduan-pesakit/slepanduan-untuk-
pesakit
http://medicastore.com/penyakit/538/Lupus_Eritematosus_Sistemik.html:
http://mediskus.com/penyakit/lupus-pengertian-penyebab-gejala-
pengobatan.html
http://www.purtierplacenta.com/faktor-resiko-sle/