SLE.pdf

16
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang, dan lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya. Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Dokter kadang bingung mendiagnosis penyakit ini. Jumlah penderita lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka, di Amerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia bisa dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS Ciptomangunkusumo Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991 sampai akhir 1996 , 1 dari 23 penderitanya adalah laki-laki. Saat ini, ada sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan. Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa

Transcript of SLE.pdf

Page 1: SLE.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan

kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia

terdeteksi penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang, dan lebih dari

100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.

Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga

tetap sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ

tubuh yang sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi

yang berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Dokter kadang bingung

mendiagnosis penyakit ini.

Jumlah penderita lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka,

di Amerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia

bisa dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS

Ciptomangunkusumo Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991

sampai akhir 1996 , 1 dari 23 penderitanya adalah laki-laki. Saat ini, ada

sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih

dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan.

Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus

biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan

sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak

menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh

organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa

Page 2: SLE.pdf

2

kelelahan berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu

merupakan sebagian dari gejala penyakit Lupus.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan SLE?

2. Bagaimana klasifikasi SLE?

3. Apasajakah etiologi dari SLE?

4. Bagaimana tanda dan gejala pada penderita SLE?

5. Siapakah yang berisiko menderita penyakit SLE?

6. Apasajakah pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya penyakit

SLE?

7. Bagaimanakah patofisiologi dan pathway pada penyakit SLE?

8. Bagaimanakah cara mencegah terjadinya SLE?

9. Apasajakah penatalaksanaan medis dan keperawatan pada penyakit SLE?

C. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan SLE

2. Mengetahui klasifikasi SLE

3. Mengetahui etiologi dari SLE

4. Mengetahui tanda dan gejala pada penderita SLE

5. Mengetahui yang berisiko menderita penyakit SLE

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya penyakit

SLE

7. Mengetahui patofisiologi dan pathway pada penyakit SLE

8. Mengetahui cara mencegah terjadinya SLE

9. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada penyakit SLE

Page 3: SLE.pdf

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Lupus eritematosus sistemik adalah suatu penyakit autoimun kronik

yang ditandai oleh terbentuknya antibody-antibodi terhadap beberapa antigen

diri yang belainan. (Corwin, 20:167)

Lupus eritematosus sistemik adalah penyakit jaringan ikat yang

ditandai oleh terbentuknya autoantibody yang menyebabkan gangguan

diberbagai bagian tubuh (mis., kulit yang terpajan matahari, sendi, ginjal,

paru, jantung, dan pembuluh darah). (Yohanes,2008)

Penyakit lupus adalah penyakit autoimun dimana system kekebalan

tubuh menjadi hiperaktif dan menyerang jaringan sehat dan normal pada

tubuh. (http://www.hidupsehat.web.id/2014/04/penyakit-lupus-ciri-ciri-

gejala.html).

B. Klasifikasi

1. Sistemik lupus eritematosus (SLE) ialah yang biasanya kita sebutkan

“lupus”. Gejalanya mungkin sederhana atau serius. SLE biasanya

menyerang mereka yang berumur di antara 15 dan 45 tahun. Walau

bagaimanapun, angka kecil pengidap SLE adalah kanak-kanak dan mereka

yang berusia lebih 45 tahun.

2. Diskoid lupus eritematosus (DLE) merupakan penyakit kulit yang kronik

di mana terdapat (malar rash) di muka, kulit kepala, bagian badan, kaki

dan tangan. Kulit yang terlibat akan menjadi tebal dan bersisik serta

Page 4: SLE.pdf

4

mungkin meninggalkan parut. Ruam dapat terjadi hingga beberapa hari

atau tahun dan kemungkinan akan berulang setelah sembuh.

3. Lupus Neonatal ialah lupus atau SLE pada bayi yang baru dilahirkan. Ini

mungkin disebabkan auto-antibodi di dalam darah ibu yang disebut anti-

Ro (SSA) dan anti-La (SSB). Akibatnya, bayi ini akan mendapat radang

kulit, masalah hati, dan masalah darah (low blood counts). Gejala ini akan

hilang sedikit demi sedikit dalam masa beberapa bulan. Bagi bayi yang

lahir dengan masalah neonatal lupus mungkin juga mengalami masalah

jantung yang mengganggu perjalanan jantung.

http://www.lupusmalaysia.org/bm/panduan-pesakit/slepanduan-untuk-

pesakit

C. Etiologi

Faktor penyebab terserangnya seseorang terhadap penyakit Lupus

hingga kini belum diketahui, tetapi pengaruh lingkungan dan faktor genetik,

hormone diduga sebagai penyebabnya.

1. Faktor Genetik

Tidak diketahui gen atau gen – gen apa yang menjadi penyebab

penyakit tersebut, 10% dalam keluarga Lupus mempunyai keluarga dekat

orang tua atau kaka adik) yang juga menderita lupus, 5% bayi yang

dilahirkan dari penderita lupus terkena lupus juga, bila kembar identik,

kemungkinan yang terkena Lupus hanya salah satu dari kembar tersebut.

2. Faktor lingkungan

Sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya : infeksi, stress,

makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya

ultra violet (matahari) dan penggunaan obat – obat tertentu.

3. Faktor hormon

Page 5: SLE.pdf

5

Dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih sering terkena

penyakit lupus dibandingkan dengan laki-laki. Meningkatnya angka

pertumbuhan penyakit Lupus sebelum periode menstruasi atau selama

masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya

ekstrogen menjadi penyebab pencetus penyakit Lupus. Akan tetapi

hingga kini belum diketahui jenis hormon apa yang menjadi penyebab

besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada periode tertentu yang

menyebabkan meningkatnya gejala Lupus masih belum diketahui.

4. Faktor sinar matahari

Salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala Lupus. Diduga

oleh para dokter bahwa sinar matahari memiliki banyak ekstrogen

sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimmun. Tetapi bukan

berarti bahwa penderita hanya bisa keluar pada malam hari. Pasien Lupus

bisa saja keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00

WIB dan disarankan agar memakai krim pelindung dari sengatan

matahari. Teriknya sinar matahari di negara tropis seperti Indonesia,

merupakan faktor pencetus kekambuhan bagi para pasien yang peka

terhadap sinar matahari dapat menimbulkan bercak-bercak kemerahan di

bagian muka.kepekaan terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai

reaksi kulit yang tidak normal terhadap sinar matahari.

D. Tanda dan Gejala

Berikut merupakan tanda dan gejala penyakit sistemik lupus

eritematosus. Jika seseorang memiliki minimal 4 dari gejala berikut, maka ia

positif terkena penyakit penyakit sistemik lupus eritematosus.

1. Butterfly Rash

Ruam dengan gambaran seperti sayap kupu-kupu, yaitu mengenai kedua

pipi dengan hidung sebagai tengahnya(badan).

Page 6: SLE.pdf

6

2. Discoid Rash

Ruam yang cukup “klasik” berbentuk cakram tampak merah lebih jelas

dibagian tepi, dan biasanya timbul pada wajah, kulit kepala, dan leher.

Ruam ini sering meninggalkam bekas luka. Discoid Rash dapat berdiri

sendiri pada penyakit lupus discoid.

3. Photosensitivity

Ruam akan timbul atau semakin parah setelah terkena sinar matahari.

4. Oral ulcers

Timbulnya sariawan terus menerus atau hilang timbul, baik di lidah

ataupun di bagian mana saja dari rongga mulut.

5. Arthritis (Radang sendi)

Peradangan pada sendi yang menimbulkan rasa nyeri, memerah, bahkan

sampai bengkak.

6. Serositis

Radang pada lapisan paru-paru dikenal sebagai pleuritis (radang selaput

paru), dan dapat juga mengenai lapisan jantung, dikenal sebagai

Pericarditis (peradangan pada selaput jantung) sehingga menimbulkan

gejala nyeri dada yang tajam terutama ketika batuk dan tarik napas dalam,

terkadang juga bisa menimbulkan nafas pendek.

7. Gangguan pada ginjal

Ditandai dengan ditemukan protein dalam air kencing (proteinuria) atau

endapan (sediments) yang ditemukan juga dalam urin (ini dapat dilihat di

bawah mikroskop)

8. Gangguan neurologi dan psychosis

Lupus dapat mengganggu kerja otak dan sistem saraf sehingga dapat

menimbulkan sakit kepala, kebingungan, gangguan penglihatan seperti

halusinasi, bahkan kejang.

9. Kelainan dalam darah

Page 7: SLE.pdf

7

Hemolytic Anemia Anemia karena kelainan sel darah merah, Low White

Blood Cell counts atau sel darah putih rendah, Low Platelet counts

(platelet atau trombosit rendah).

10. Immunologic Disorders

11. Positif ANA (antinuclear Antibodi)

E. Faktor Risiko

Faktor resiko adalah sesuatu yang dapat meningkatkan kemungkinan

diserang suatu penyakit atau kondisi. Meskipun demikian, Anda dapat saja

mengidap lupus tanpa faktor resiko. Namun makin banyak faktor resiko yang

Anda miliki, makin besar kemungkinan Anda mengidap lupus.

Lupus terutama banyak ditemukan pada wanita usia subur; terutama

pada wanita kulit berwarna dibanding yang berkulit putih. Namun faktor

resiko utama adalah :

1. Gender, 90% penderita lupus adalah wanita

2. Usia, lupus terutama menyerang usia remaja sampai usia 30-an.

3. Etnik, mereka yang berkulit gelap, penduduk asli Amerika, penduduk

Asia, atau kaum Hispanik mempunyai resiko lebih besar terkena lupus

dibanding bangsa kulit putih.

http://www.purtierplacenta.com/faktor-resiko-sle/

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah, untuk mendeteksi antibody tertentu di dalam darah.

2. Biopsi Ginjal, untuk melihat kerusakan ginjal.

3. Rontgen dada, untuk mennjukkan pleuritis atau perikarditis.

4. Tes antinuclear antibody (ANA)

5. Tes anti-double stranded DNA antibody (Anti dsDNA)

Page 8: SLE.pdf

8

G. Patofisiologi

Penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE) tampaknya terjadi akibat

terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto anti

bodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh

kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh

awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan

lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti

hidralasin (apresoline, prokainamid, pronestyl), isoniazid, klorpromazin dan

beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan kecambah alfa-alfa turut

terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.

Pada sistemik lupus eritematosus, peningkatan produksi auto anti bodi

diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang abnormal sehingga

timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan

menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang anti bodi tambahan, dan

siklus tersebut berulang kembali.

Adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang mempunyai prediposisi

genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap sel T CD4+,

mengakibatkan hilangnya toleransi sel T terhadap self-antigen. Sebagai

akibatnya muncullah sel T autoreaktif yang akan menyebabkan induksi serta

ekspansi sel B, baik yang memproduksi auto antibody maupun yang berupa

sel memori. Ujud pemicu ini masih belum jelas. Sebagian dari yang diduga

termasuk didalamnya ialah hormon seks, sinar ultraviolet dan berbagai macam

infeksi.

Pada SLE, antibodi yang berbentuk ditunjukkan terhadap antigen yang

terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA,

protein histon dan non-histon. Kebanyakan di antaranya dalam keadaan

alamiah terdapat dalam bentuk agregat protein dan atau kompleks protein-

Page 9: SLE.pdf

9

RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA). Cirri khas autoantigen

ini ialah bahwa mereka tidak tissue-spesific dan merupakan komponen

integral semua jenis sel.

Antibodi ini secara bersama-sama disebut ANA (anti-nuclear

antibody). Dengan antigennya yang spesifik, ANA membentuk komplek imun

yang beredar dalam sirkulasi. Kompleks imun ini akan mengendap pada

berbagai macam organ dengan akibat terjadinya fiksasi komplemen pada

organ tersebut. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang

menghasilkan subtansi penyebab timbulnya reaksi radang.

Bagian yang penting dalam patogenesis ini ialah terganggunya

mekanisme regulasi yang dalam keadaan normal mencegah automunitas

patologis pada individu yang resisten.

Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitasi

seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat misalnya

golongan sulfa, penghentian kehamilan dan trauma fisis/psikis. Setiap

serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti demam, malaise,

kelemahan, nafsu makan berkurang, berat badan menurun dan iritabilitas.

Yang paling menonjol ialah demam, kadang-kadang disertai menggigil.

H. Pathway

P autoimun berlebihan

Genetik, kuman/virus,sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu

Autoimun menyerang organ-organ tubuh(seljaringan)

SLE

Page 10: SLE.pdf

10

I. Pencegahan

Hingga saat ini penyakit lupus tak dapat disembuhkan namun dapat

dikendalikan. Tujuan pengobatan ialah utnuk mencegah timbul/kambuhnya

gejala dan mencegah timbulnya komplikasi, berupa:

1. Perubahan pola hidup, yaitu hindari terkena sinar matahari kalau perlu

pakai sunscreen.

Produksi antibody terus-menerus

Pencetus penyakit inflamasi multi organ

Kulit Sendi Darah Paru Ginjal Hati Otak

Kerusakanintegritaskulit

atritis

Intoleranaktivitas

Hb

P suplaiO2

ATP

KeletihanBB

Perb. Sts kesehatan

Kecemasan

EfusiPleura

Ketidakefektifan Polanapas

Proteinurinari

Keterlambatanpertumbuhan danperkembangan

Tubuhprotein

Terjadi kerusakan sintesa zatyg dibutuhkan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhantubuh

Suplai O2 ke otak

Risikoketidakefektifan perfusijaringanotak

Page 11: SLE.pdf

11

2. Hindari kontak dengan zat kimia pemicu seperti silikon, air raksa dan

pestisida

3. Hindari pemakaian suplemen golongan “immune booster” seperti

Echinacea

4. Hindari pemakaian obat pemicu seperti procainamid, isoniazid, fenitoin,

kinin dan hidralazin.

5. Pemberian obat-obatan antara lain: golongan non-steroid anti-inflamasi

(NSAID), kortikosteroid, imunosupresan, dan obat anti-malaria

http://dokita.co/blog/penyakit-lupus-lupus-eritematosus-sistemik/

J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Penatalaksanaan medis

Terapi dengan obat bagi penderita SLE mencakup pemberian obat-obat:

a. Antiradang nonstreroid (AINS)

AINS dipakai untuk mengatasi arthritis dan artralgia. Aspirin

saat ini lebih jarang dipakai karena memiliki insiden hepatotoksik

tertinggi, dan sebagian penderita SLE juga mengalami gangguan

pada hati. Penderita LES juga memiliki risiko tinggi terhadap efek

samping obat-obatan AINS pada kulit, hati, dan ginjal sehingga

pemberian harus dipantau secara seksama

b. Kortikosteroid

c. Antimalaria

Pemberian antimalaria kadang-kadang dapat efektif apabila

AINS tidak dapat mengendalikan gejala-gejala LES. Biasanya

antimalaria mula-mula diberikan dengan dosis tinggi untuk

memperoleh keadaan remisi. Bersihnya lesi kulit merupakan

parameter untuk memantau pemakaian dosis.

d. Imunosupresif

Page 12: SLE.pdf

12

Pemberian imunosupresif (siklofosfamid atau azatioprin) dapat

dilakukan untuk menekan aktivitas autoimun LES. Obat-obatan ini

biasanya dipakai ketika:

1) Diagnosis pasti sudah ditegakkan

2) Adanya gejala-gejala berat yang mengancam jiwa

3) Kegagalan tindakan-tidakan pengobatan lainnya, misalnya bila

pemberian steroid tidak memberikan respon atau bila dosis

steroid harus diturunkan karena adanya efek samping

4) Tidak adanya infeksi, kehamilan dan neoplasma

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan bagi penderita LES adalah sebagai

berikut:

1) Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan

jaringan.

2) Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

proses penyakit dan lesi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi

sekunder terhadap SLE

b. Intervensi Keperawatan dan Rasional Tindakan

1) Meringankan nyeri, dapat beristirahat dan mendapat pola

tidur yang adekuat

2) Dapat menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan

penyembuhan dan mencegah komplikasi

3) Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

c. Implementasi

Sesuai dengan intervensi yang ada.

Page 13: SLE.pdf

13

d. Evaluasi

1) Nyeri berkurang, dapat beristirahat dan mendapat pola tidur

yang adekuat

2) Dapat menunjukkan perilaku untuk meningkatkan

penyembuhan dan mencegah komplikasi

3) Peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

Page 14: SLE.pdf

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lupus eritematosus sistemik adalah suatu penyakit autoimun kronik

yang ditandai oleh terbentuknya antibody-antibodi terhadap beberapa antigen

diri yang belainan. Lupus dapat diklasifikasikan menjadi Sistemik Lupus

Eritematosus (SLE), Diskoid Lupus Eritematosus (DLE), dan Lupus

Neonatal. Etiologi SLE yaitu antara lain faktor genetic, faktor lingkungan,

faktor hormon,dan faktor sinar matahari. Tanda dan gejala SLE antara lain:

butterfly rash, discoid rash, photosensitivity, oral ulcers, arthritis, serositis,

gangguan pada ginjal, gangguan neurologi dan psychosis, kelainan dalam

darah, immunologic disorders, positif ANA (antinuclear antibodi). Adapun

komplikasi SLE yaitu, Ginjal (nefritis lupus) dengan akibat gagal ginja,

jantung dengan akibat radang selaput jantung (perikarditis) dan penyakit

jantung iskemik, pleuritis, pneumonia, sistem saraf dan kejiwaan berupa

kejang, lumpuh, stroke, depresi dan psikosis, katarak, keguguran, lahir

prematur dan lupus neonatal, kelainan sistem darah berupa anemia, kurang sel

darah putih (lekopenia) dan kurang sel pembekuan darah (trombositopenia).

Faktor risiko yaitu gender, 90% penderita lupus adalah wanita, usia, lupus

terutama menyerang usia remaja sampai usia 30-an, mereka yang berkulit

gelap,mempunyai resiko lebih besar terkena lupus dibanding bangsa kulit

putih. Untuk pemeriksaan penunjang SLE ini adalah Pemeriksaan darah,

untuk mendeteksi antibody tertentu di dalam darah, biopsi ginjal, untuk

melihat kerusakan ginjal, rontgen dada, untuk mennjukkan pleuritis atau

perikarditis, Tes antinuclear antibody (ANA), Tes anti-double stranded DNA

Page 15: SLE.pdf

15

antibody (Anti dsDNA). Penatalaksanaan medisnya yaitu dengan pemberian

obat-obatan diantaranya yaitu: Antiradang nonstreroid (AINS), kortikosteroid,

antimalaria, imunosupresif. Diagnose yang mungkin muncul yaitu: nyeri

kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan, gangguan

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit dan lesi,

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap SLE

B. Saran

Jika ada individu memiliki tiga tanda SLE sarankanlah untuk segera

menemui dokter untuk diobati sebelum penyakit menjadi parah.

Page 16: SLE.pdf

16

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.2009. Patofisiologi: boku saku. Jakarta: EGC

Duta Kurnia Utama, Yohanes.2008.Ensiklopedia

keperawatan.Jakarta:EGC

http://dokita.co/blog/penyakit-lupus-lupus-eritematosus-sistemik/

http://www.hidupsehat.web.id/2014/04/penyakit-lupus-ciri-ciri-gejala.html

http://www.lupusmalaysia.org/bm/panduan-pesakit/slepanduan-untuk-

pesakit

http://medicastore.com/penyakit/538/Lupus_Eritematosus_Sistemik.html:

http://mediskus.com/penyakit/lupus-pengertian-penyebab-gejala-

pengobatan.html

http://www.purtierplacenta.com/faktor-resiko-sle/