skrofuloderma

28
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.S Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 21 tahun Alamat : perumahan mayanggi pratama blok K3 no 34 Bekasi Pekerjaan : mahasiswa Agama : islam Tanggal Pemeriksaan : 12 februari 2014 13.00 WIB II. ANAMNESIS Diambil dari autoanamnesis tanggal 12 februari 2014 13.00 WIB. Keluhan Utama: Luka pada daerah leher dan dada kiri dekat ketiak yang sulit sembuh Keluhan Tambahan: Demam, benjolan pada leher sebelah kiri Riwayat Penyakit Sekarang: pasien merupakan pasien konsul penyakit dalam dengan keluhan terdapat luka yang sulit sembuh pada leher sebelah kiri dan dada kiri dekat ketiak. 2 tahun SMRS pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher sebelah kiri bawah sebesar biji jagung yang tidak terasa nyeri . Terdapat 1

description

laporan kasus skrofuloderma

Transcript of skrofuloderma

Page 1: skrofuloderma

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 21 tahun

Alamat : perumahan mayanggi pratama blok K3 no 34 Bekasi

Pekerjaan : mahasiswa

Agama : islam

Tanggal Pemeriksaan : 12 februari 2014 13.00 WIB

II. ANAMNESIS

Diambil dari autoanamnesis tanggal 12 februari 2014 13.00 WIB.

Keluhan Utama:

Luka pada daerah leher dan dada kiri dekat ketiak yang sulit sembuh

Keluhan Tambahan:

Demam, benjolan pada leher sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:

pasien merupakan pasien konsul penyakit dalam dengan keluhan terdapat luka yang sulit sembuh

pada leher sebelah kiri dan dada kiri dekat ketiak.

2 tahun SMRS pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher sebelah kiri bawah sebesar biji

jagung yang tidak terasa nyeri . Terdapat demam naik-turun yang tidak menghilang dengan obat

warung. Benjolan dirasakan semakin lama semakin membesar, 1 tahun SMRS benjolan mulai

dirasakan sebesar biji salak, terasa nyeri dan mulai bertambah di sekitar leher. pada saat itu

terdapat 3 benjolan yang dirasakan pasien yang letaknya berdekatan. 2 benjolan lain sebesar biji

jagung tidak terasa nyeri dan panas, terdapat pada leher kiri bagian bawah dan dada kiri dekat

ketiak. 1 bulan kemudian ( 11 bulan SMRS) benjolan pecah dan mengeluarkan cairan berwarna

1

Page 2: skrofuloderma

putih diikuti cairan bening, benjolan berubah menjadi luka “basah”. Keadaan ini diikuti dengan

bertambah besarnya 2 benjolan lain dan mulai terasa nyeri.

6 bulan kemudian ( 5 bulan SMRS) luka basah itu mengering dan membentuk koreng berwarna

kekuningan, tidak terasa nyeri. Sedangkan untuk 2 benjolan lain mulai menjadi luka basah

setelah sebelumnya pecah sama seperti benjolan yang pertama kali dirasakan. demam terus

dirasakan pasien sejak 2 tahun yang lalu.

Pasien telah mencoba pengobatan , yaitu meminum obat herbal untuk mengurangi keluhan sejak

2 tahun SMRS. Namun keluhan tidak membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Terdapat riwayat penurunan berat badan pada 6 bulan terakhir, penurunan terjadi ± 7 kg. Tidak

terdapat riwayat batuk lama dan batuk mengeluarkan darah pada pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami batuk-batuk lama dan mengeluarkan darah

ataupun mengalami demam yang lama serta tidak kunjung sembuh. Tidak terdapat riwayat

keganasan (kanker) pada keluarga.

III.STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik.

Kesadaran : Compos mentis.

Keadaan Gizi : kurus ( IMT 17.2 kg/m2)

( TB: 174 cm, BB: 52 kg)

Tanda Vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg.

Nadi : 110x/ menit, reguler, kuat angkat

Pernafasan : 26x/menit.

Suhu : 37.30C

Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor ø ± 3mm.

Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-), darah (-).

2

Page 3: skrofuloderma

Telinga : Normotia, liang telinga lapang, sekret (-).

Mulut : Bibir simetris, sianosis (-), lesi di sekitar bibir (-).

Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang.

Leher : terdapat pembesaran KGB pada regio coli sinistra , tidak nyeri pada

palpasi, teraba kenyal, ukuran 1x2cm.

Terdapat krusta pada regio coli sinistra daerah KGB jugularis inferior

dan supraklavikular.

Thoraks :

Inspeksi : terdapat ulkus pada dada kiri ICS 2 linea axilaris anterior.

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : vseikuler pada kedua lapang paru.

Abdomen : Supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak

teraba.

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-).

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : regio coli

Efloresensi : krusta-krusta berwarna kekuningan berjumlah 3 buah disertai hiperpigmentasi di

sekitarnya, batas tegas, diameternya berkisar antara ± 2-3 cm. Pada palpasi tidak teraba nyeri,

tidak teraba panas.

Lokasi : dada kiri dekat ketiak

Efloresensi : ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi,dinding bergaung, pada bagian

tengah terdapat krusta berwarna kekuningan disertai jaringan granulasi pada dasarnya tertutup

oleh pus berwarna kekuningan, diameter ± 3cm, daerah sekitar ulkus tampak livide

Foto :

3

Page 4: skrofuloderma

4

gambar 1 tampak krusta-krusta berwarna kekuningan disertai ulkus yang belum menutup.

gambar 2 tampak ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi,dinding bergaung, pada bagian tengah terdapat krusta berwarna kekuningan disertai jaringan granulasi pada dasarnya tertutup oleh pus berwarna kekuningan, diameter ± 3cm, daerah sekitar ulkus tampak livide

gambar 3 tampak krusta-krusta berwarna kekuningan disertai hiperpigmentasi disekitarna.

Page 5: skrofuloderma

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan BTA

Tidak ditemukan adanya BTA pada pemeriksaan BTA

VI. RESUME

5

gambar 4 tampak gambaran leukosit tanpa adanya gambaran BTA

Page 6: skrofuloderma

Anamnesis :

Tn.S, Laki-laki usia 22 tahun, dikonsulkan dari bagian penyakit dalam dengan keluhan

didapatkan adanya luka yang sulit sembuh pada leher kiri dan dada kiri dekat ketiak. Keluhan

diawali dengan terdapatnya benjolan sebesar biji jagung pada leher sebelah kiri, tidak terasa

nyeri sejak 2 tahun SMRS. Benjolan membesar seperti biji salak dalam waktu 1 tahun ,

menjadi nyeri dan bertambah banyak. Terdapat 3 benjolan, 2 di leher sebelah kiri dan 1 pada

dada kiri dekat ketiak. Benjolan setelah bertambah besar pecah dengan sendirinya dan

mengeluarkan cairan berwarna putih diikuti cairan bening. Kemudian menjadi luka basah

yang sulit sembuh.

Terapat demam selama 2 tahun diikuti penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir. Tidak

didapatkan adanya riwayat keganasan pada keluarga.

Pemeriksaan fisik

Status generalisata :

terdapat pembesaran KGB pada regio coli sinistra , tidak nyeri pada palpasi, ukuran

1x2cm.

Terdapat krusta pada regio coli sinistra daerah KGB jugularis inferior dan

supraklavikular.

Pada pemeriksaan thoraks inspeksi : terdapat ulkus pada dada kiri ICS 2 linea axilaris

anterior.

Status dermatologikus :

Lokasi : regio coli

Efloresensi : krusta-krusta berjumlah 3 buah berwarna kekuningan disertai

hiperpigmentasi di sekitarnya, batas tegas, diameternya berkisar antara

± 2-3 cm.

Lokasi : dada kiri dekat ketiak

Efloresensi : ulkus bentuk tidak teratur, pinggir meninggi,dinding bergaung, bagian

tengah terdapat krusta berwarna kekuningan disertai jaringan granulasi

6

Page 7: skrofuloderma

pada dasarnya tertutup oleh pus berwarna kekuningan, diameter ± 3cm,

daerah sekitar ulkus tampak livide, tidak terasa nyeri.

VII. DIAGNOSIS KERJA

Scrofuloderma

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Aktinomikosis

Limfoma

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN

Cek sputum

Ro thoraks AP/PA

Pemeriksaan histopatologi (FNAB)

Pemeriksaan PA

Mantoux test

X. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa :

Minum obat harus teratur dan harus tuntas. Bila perlu diadakan orang sebagai pengawas

minum obat.

Berjemur di bawah sinar matahari pagi

Rumah jangan tertutup perbanyak ventilasi

Bila orang di sekitar mempunyai keluhan batuk-batuk lama, demam lama, penurunan berat

badan atau mengalami gejala serupa, segera di bawa ke pusat kesehatan terdekat untuk

berobat.

Medika mentosa :

7

Page 8: skrofuloderma

Topikal:

Kompres luka dengan NaCl

Sistemik:

Termasuk kategori 3 : 2RHZ/4RH

2 bulan pertama

Inh (H) 300 mg tab 1x2 tab

Rifampisin (R) 450 mg kapsul 1x1 kapsul

Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x2 tab

4 bulan selanjutnya

Rifampisin (R) 450 mg kapsul 1x1 kapsul

Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x2 tab

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam.

Quo ad functionam : ad bonam.

Quo ad sanationam : ad bonam.

Tinjauan pustaka

8

Page 9: skrofuloderma

Skrofuloderma

I. Definisi

Skrofuloderma merupakan kelainan kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang mengenai subkutan dan merupakan perluasan langsung dari

tuberkulosis pada jaringan dibawah kulit yang kemudian membentuk abses dingin yang

makin lama makin membesar dan pecah pada kulit diatasnya.1

II. Epidemiologi

Insiden tuberkulosis kutis yang tercatat masih rendah. Di negara seperti Cina atau India di

mana prevalen tuberkulosis tercatat masih tinggi, manifestasi tuberkulosis pada kulit

kurang dari 0,1% individu yang berkunjung ke klinik-klinik dermatologi.Skrofuloderma

biasanya mengenai anak-anak dan dewasa muda terutama pada pria. Sumber lain

menyebutkan bahwa dapat terjadi pada semua umur dan perbedaan banyaknya insidens

pada pria dan wanita tidak bermakna. 1,2

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini sering terkait dengan faktor

lingkungannya ataupun pekerjaannya. Biasanya penyakit ini sering ditemukan pada

pekerjaan seperti ahli patologi, ahli bedah, orang-orang yang melakukan autopsi,

peternak, juru masak, anatomis, dan pekerja lain yang mungkin berkontak langsung

dengan M. tuberculosis ini, seperti contohnya pekerja laboraturium. Pada negara-negara

yang belum berkembang, daerah dengan sanitasi yang kurang baik dan gizi kurang,

penyakit lebih mudah meluas dan lebih berat. Penyebaran lebih mudah terjadi pada

musim penghujan.2

III. Etiologi

Penyebab skrofuloderma adalah mikobakterium obligat yang bersifat patogen terhadap

manusia yang juga berperan sebagai penyebab terjadinya tuberkulosis kutis pada

9

Page 10: skrofuloderma

umumnya. Untuk penyebab utamanya sendiri, yang ditemukan di Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo ialah Mycobacterium tuberculosis berjumlah 91,5%. Sisanya disebabkan

oleh mikobakteria atipikal.3

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang bersifat aerob dan merupakan

patogen pada manusia, dimana bakteri ini bersifat tahan asam sehingga biasa disebut

bakteri tahan asam (BTA), dan hidupnya intraselular fakultatif, artinya bakteri ini tidak

mutlak harus berada didalam sel untuk dapat hidup. Mycobacterium tuberculosis

mempunyai sifat-sifat yaitu berbentuk batang, tidak membentuk spora, aerob, tahan asam,

panjang 2-4/µ dan lebar 0,3-1,5/µ, tidak bergerak dan suhu optimal pertumbuhan pada

370 C. Bakteri ini merupakan kuman yang berbentuk batang yang lebih halus daripada

bakteri Mycobacterium leprae, sedikit bengkok dan biasanya tersusun satu-satu atau

berpasangan.4

IV. Anatomi Kelenjar Getah Bening Leher

Sebelum mengetahui mengenai perjalanan penyakit dan mekanisme terjadinya penyakit

ini, terlebih dahulu akan di bahas mengenai kelenjar getah bening pada manusia. Pada

kasus didapatkan adanya gambaran lesi pada leher, maka akan di bahas mengenai

kelenjar limfe leher. Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial

Cancer Center Classification dibagi dalam lima daerah peyebaran kelompok kelenjar,

yaitu daerah:

I : kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula

II: kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfa jugular superior,

kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior dan superior

III: kelenjar limfa jugularis di antara bifukarsio karotis dan persilangan m.omohioid

dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior m.sternokleidomastoid

IV: grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikular

V: kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.5

10

Page 11: skrofuloderma

V. Patofisologi

Timbulnya skrofuloderma akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ dibawah kulit

yang telah diserang penyakit tuberkulosis, yang tersering berasal dari KGB.,juga dapat

berasal dari sendi dan tulang. Oleh karena itu tempat predileksinya pada tempat-tempat

yang banyak didapati KGB Superfisialis, yang tersering ialah pada leher, kemudian disusul

ketiak dan yang terjarang pada lipat paha.

Port d’entrée skrofuloderma di daerah leher ialah pada tonsil atau paru. Jika di ketiak,

kemungkinan port d’entrée pada apex pleura, bila dilipat paha kemungkinan port d’entree

pada ekstremitas bawah. Kadang-kadang ketiga tempat predileksi tersebut diserang

sekaligus, yakni pada leher, ketiak dan lipat paha, kemungkinan besar terjadi penyebaran

hematogen.3

VI. Gejala klinik

Skrofuloderma biasanya mulai sebagai limfadenitis tuberkulosis, berupa pembesaran

kelenjar getah bening, tanpa tanda-tanda radang akut, selain tumor. Mula-mula hanya

beberapa KGB yang diserang, lalu makin banyak dan sebagian berkonfluensi. Selain

11

gambar 5 anatomi kelenjar getah bening 5

Page 12: skrofuloderma

limfadenitis juga terdapat periadenitis yang menyebabkan perlekatan KGB tersebut dengan

jaringan sekitar. Kemudian kelenjar-kelenjar tersebut mengalami perlunakan tidak

serentak, menyebabkan konsistensinya menjadi bermacam – macam, yaitu didapati

kelenjar getah bening melunak dan membentuk abses yang akan menembus kulit dan

pecah, bila tidak disayat dan dikeluarkan nanahnya. Abses ini disebut abses dingin artinya

abses tersebut tidak panas maupun nyeri tekan, melainkan berfluktuasi (bergerak bila

ditekan, menandakan bahwa isinya cair). Pada stadium selanjutnya terjadi perkejuan dan

perlunakan, pecah dan mencari jalan keluar dengan menembus kulit di atasnya dengan

demikian membentuk fistel. Muara fistel kemudian meluas hingga menjadi ulkus yang

mempunyai sifat khas, yakni bentuk memanjang dan tidak teratur, disekitarnya berwarna

merah kebiru-biruan (livid), dinding bergaung; jaringan granulasinya tertutup oleh pus

seropurulen, jika mengering menjadi krusta berwarna kuning. Ulkus-ulkus tersebut dapat

sembuh spontan membentuk sikatriks yang memanjang dan tidak teratur dan diatasnya

kadang-kadang terdapat jembatan kulit (skin bridge). Basil tahan asam banyak dijumpai

pada lesi/jaringan. Tes tuberkulin biasanya positif.3

12

gambar 7 ulkus pada skrofuloderma 6

gambar 6 abses dingin 6

Page 13: skrofuloderma

VII. Pemeriksaan penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk menegakkan

diagnosis scrofuloderma, diantaranya:

1) Pemeriksaan bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi terdiri dari 5 macam:

a) Sediaan Mikroskopik

Bahan berupa pus, jaringan kulit dan jaringan kelenjar getah bening. Pada

pewarnaan dengan Ziehl-Neelsen atau modifikasinya, jika positif kuman akan

tampak berwarna merah pada dasar yang biru.1,4

b) Kultur

Kultur dilakukan pada media Lowenstein-Jensen, pengeraman pada suhu 370C.

Jika positif koloni akan tumbuh dalam waktu 8 minggu.

c) Binatang Percobaan

Memakai binatang marmot. Percobaan ini membutuhkan waktu 8 minggu.

d) Tes biokimia

Ada beberapa macam, contohnya tes niasin yang dipakai untuk membedakan jenis

human dengan yang lain.

13

gambar 8 basil tahan asam 4

Page 14: skrofuloderma

2) Tes tuberkulin

Tes ini bergantung dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap tuberculoproteins,

yang diperantarai oleh sel limfosit yang tersensitisasi. Bahan tes tuberkulin juga dapat

diperoleh dari ekstrak protein yang mengandung basil tuberkel. Purified Protein

Derivative (PPD) merupakan campuran protein, karbohidrat dan lemak yang diperoleh

dari presipitasi culture supernatant dari M. tuberculosis yang sudah mengalami proses

autolisis akibat pemanasan.

Sensitivitas terhadap tes ini mulai tampak dalam beberapa minggu sejak onset

infeksi M.tuberculosis, dan biasanya bertahan seumur hidup. Jika reaksi yang terjadi

sangat kuat, mengindikasikan telah terjadi tuberkulosis yang aktif.

Teknik tes kulit ini ada 2 (dua) jenis, yaitu :

Tes Mantoux

PPD diinjeksikan secara intradermal pada bagian volar lengan bawah. Tes ini

dibaca setelah 48-72 jam dan diperhitungkan diameter area indurasi yang terbentuk,

bukan area eritemanya.

Jika indurasi yang terjadi berdiameter lebih dari 10 mm maka interpretasinya

adalah telah atau sedang terjadi infeksi TB.

Tes Heaf

PPD dipenetrasikan sedalam 1,2 mm pada permukaan kulit lengan bawah bagian

fleksor. Interpretasinya adalah sebagai berikut :

Grade I : muncul 4-6 papul di kulit

Grade II : timbul indurasi berbentuk bulat penuh

Grade III : terbentuk plak dengan ukuran 12 mm

Grade IV : bila muncul tanda-tanda grade III ditambah adanya

vesikulasi dan ulserasi.

Grade I dan II dihubungkan dengan adanya riwayat vaksinasi BCG sebelumnya

atau ada infeksi mikobakteria jenis lain. Sedangkan Grade III dan IV dihubungkan

dengan adanya infeksi TB saat ini atau yang telah lampau.3,7

14

Page 15: skrofuloderma

3) Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan laboratorium dasar mungkin menunjukan hasil yang tidak spesifik,

dengan hasil hitung darah (blood count) yang normal. Hanya saja pada sebagian besar

penderita TB kutis termasuk skrofuloderma terjadi peningkatan laju endap darah

(LED) sampai mencapai >100 mm/jam.

4) Pemeriksaan histopatologi ( biopsi eksisi)

Pemeriksaan ini diakukan dengan excision biopsy pada limfonodi yang mengalami

pembesaran. Gambaran yang tampak adalah jaringan granulasi, yaitu akumulasi

histiosit yang menyerupai epitel (epiteliod) dan sel-sel raksasa Langerhans

diantaranya, tampak pula infiltrat sel-sel mononuklear mengelilinginya. Pada bagian

tengahnya dapat dijumpai nekrosis caseosa. Gambaran ini biasanya tampak pada

dermis yang lebih dalam.

Dengan pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN) dapat dijumpai basil tahan asam. Namun

karena pada sediaan biopsi kulit, jumlah basil relatif sedikit kadang sulit untuk

menentukan basil tahan asan meskipun dengan pewarnaan ZN. Kelemahan lain

prosedur ini adalah tindakan yang dilakukan bersifat invasif.

5) Pemeriksaan sitologi (FNAC)

Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC) merupakan salah satu teknik diagnostik

yang telah diterima dengan baik dalam rangka penatalaksanaan penderita dengan

pembesaran kelenjar limfe, seperti halnya pada penderita skrofuloderma.

Prosedur pengerjaannya lebih sederhana dan relatif tidak menimbulkan rasa sakit

sehingga FNAC dapat menggantikan metode excision biopsy yang lebih traumatik dan

invasif. Pewarnaannya adalah dengan Haematoxylin and Eosin (H&E) dan /atau ZN.

Gambaran yang tampak adalah lesi granulomatous, terdiri dari sel-sel epiteloid dengan

atau tanpa nekrosis kaseosa. Sel-sel epiteloid tampak sebagai sel yang memanjang atau

semilunar dengan inti kromatin halus atau granuler. Dapat pula dijumpai sel-sel

raksasa Langhans bersama sel epiteloid atau yang berdiri sendiri.

6) PCR

15

Page 16: skrofuloderma

Metode PCR yang dikenal adalah Lymph Node PCR (LN-PCR), dimana spesimen

diambil dari sisa spesimen yang masih ada dalam syringe pada saat dilakukan tindakan

FNAC atau dari jaringan hasil biopsi kelenjar getah bening yang kemudian

dihomogenisasikn.

Keunggulan metode ini adalah sensitivitas dan spesivisitasnya tinggi, hasilnya dapat

diperoleh dalam waktu relatif singkat yaitu sekitar 8 jam, dapat membedakan

mikroorganisme penyebab yaitu M.tuberculosis dengan mikobakteria lainnya, dan

dapat mengetahui adanya mutasi gen M tuberculosis yang dikaitkan dengan resistensi

terhadap pengobatan.4

7) Pemeriksaan lain

Yang termasuk disini adalah pemeriksaan radiologi (foto thoraks)dan pemeriksaan

bakteriologi dari spesimen sputum. Pemeriksaan sputum dilakukan 3 kali dengan

ketentuan SPS ( Sewaktu Pagi Sewaktu) , bila 2 dari 3 spesimen positif didapatkan

adanya kuman TB ( ditemukan BTA) dikatakan pemeriksaan sputum positif.

VIII. Diagnosis banding

Scrofuloderma sendiri menyerang kelenjar limfe, harus dibedakan dengan penyakit lain

yang menyerang kelenjar limfe. Selain itu secara khas scrofuloderma dapat ditemukan

pada beberapa daerah tubuh yang mempunyai aliran limfe seperti lipat paha, ketiak,leher.

berdasarkan letak lesinya dapat pula dipikirkan beberapa penyakit yang mengenai daerah

tersebut. Sehingga diagnosis banding yang dapat diambil:

Limfoma

Dijadikan diagnosis banding karena penyakit ini menyerang kelenjar limfe.

Merupakan penyakit keganasan yang menyerang sistem limfoid. Dibedakan menjadi

2 jenis yaitu tipe hodkin dan non hodkin.

Dibedakan dengan scrofuloderma salah satunya adalah dengan melakukan biopsi

ditemukannya sel reed stenberg

Actinomycosis

Merupakan penyakit subakut-kronik yang diakibatkan akibat infeksi bakteri gram

positif,anaerobik. Memberikan gambaran klinik berupa lesi yang supuratif dan

infalmasi yang bergranul, deisertai pembentukan multipel abses. Bila terdapat pada

16

Page 17: skrofuloderma

daerah sekitar wajah dan leher umumnya disertai dengan riwayat manipulasi pada

gigi misalnya riwayat pencabutan gigi. 3,4

gambar 9 actinomycosis4

Limfogranuloma venerum

Merupakan penyakit venerik yang disebabkan oleh Clamydia trachomatis.

Persamaan dengan skrofuloderma adalah dapat menyerang daerah inguinal terdapat

limfadenitis pada beberapa kelenjar, peradenitis, perlunakan tidak serentak dengan

akibatnya konsistensi kelenjar bermacam-macam, serta pembentukan abses dan fistel

multipel.

Perbedaannya pada LGV terdapat kelima tnda radang akut, sedangkan pada

skrofuloderma tidka terdapat kecuali tumor. Walaupun sama-sama menyerang daerah

inguinal namun pada LGV lebih khas menyerang KGB medial sedangkan pada

skrofuloderma menyerang inguinal femoral dan lateral. 3

Hidradenitis supuratifa

yaitu infeksi bakteri piokokus pada kelenjar apokrin. Penyakit tersebut bersifat akut

disertai tanda-tanda radang akut yang jelas, dengan gejala konstitusi dan

leukositosis.Hidradenitis supurativa biasanya menimbulkan sikatriks sehingga terjadi

tarikan – tarikan yang mengakibatkan retraksi ketiak4

17

Page 18: skrofuloderma

IX. Tata laksana

Prinsip pengobatan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis paru. Untuk encapai

hasil yang baik, hendaknya diperhatikan syarat berikut ini:

Pengobatan harus dilakukan secara teratur tanpa terputus agar tidak cepat terjadi

resistensi.

Pengobatan harus dalam kombinasi, agar tidak cepat terjadi resistensi. Dalam

kombinasi tersebut INH disertakan, karena obat tersebut bersifat bakterisidal,

harganya murah dan efek sampingnya langka. Sedapat-dapatnya dipilih 2 obat

bakterisidal.

Daftar obat antituberkulosis yang terdapat di indonesia dicantumkan pada tabel. yang

termasuk bakterisidal adalah INH (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan streptomisin

(S); sedangkan etambutol (E) bersifat bakteriostatik.

18

Tabel 1 dosis,cara pemberian, dan ES OAT 3

gambar 10 hidradenitis supuratif4

Page 19: skrofuloderma

Pada pengobatan tuberkulosis terdapat 2 tahapan, ialah tahapan awal (intensif) dan

tahapan lanjutan. Tujuan tahapan awal ialah membunuh kuman yang aktif membelah

sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat bakterisidal.

Tahapn lanjutan ialah melalui kegiatan sterilisasi membunuh kuman yang tumbuh

lambat.

Kriteria penyembuhan pada skrofuloderma ialah : semua fistel dan ulkus telah menutup,

seluruh kelenjar getah bening mengecil (<1cm dan berkonsistensi keras), dan sikatriks

yang semula eritematosa menjadi tidak eritematosa lagi. 3

X. Prognosis

Prognosa skrofuloderma secara umum adalah baik. Lesi skrofuloderma dapat sembuh

secara spontan, namun memakan waktu yang sangat lama, sebelum lesi inflamasi dan

ulserasi secara lengkap dapat digantikan dengan jaringan parut.4

Daftar pustaka

1. Barakbah J, Pohan SS, Sukonto H, dkk. Skrofuloderma. Dalam : Atlas Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi ke 5. Surabaya : Airlangga University Press, 2007. Hal 23-4.

2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 2003. Hal 148-9.

19

Page 20: skrofuloderma

3. Adhi Djuanda. Tuberkulosis Kutis. Dalam : ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke

6.jakarta: fakultas Kedokteran Indonesia,2010. Hal 64-72.

4. McClay E john. Scrofula. Diunduh dari: http: // emedicine.medscape.com /article/

858234-overview, 14 februari 2014.

5. Roezin Averdi. Sistem Aliran Limfe. Dalam: buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung

tenggorok kepala dan leher.Edisi ke 6. Jakarta: fakultas kedokteran Universitas

Indonesia,2009. Hal 174-7.

6. Dermatology information system. Skrofuloderma. Diunduh dari: http:// www.dermis.net/

dermisroot/tr/10554/image.htm, 14 februari 2014

7. Jawas FA, Martodihadjo Soenarko, dkk. Skrofuloderma. Dalam : Berkala Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press, 2007. Hal 56-60.

20