SKRIPSI.docx

125
SKRIPSI Kanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab. Jeneponnto) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang merupakan bidang sangat strategis karena menyangkut sendi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan hidup itu dengan apa yang di makan, berdasarkan kenyataan ini bahwa masyarakat di Indonesia memahami dan mengetahui apa saja kebutuhan manusia untuk keberlangsungannya dalam kehidupan. Kecukupan akan pangan dan gizi bagi setiap individu selamanya mendapatkan prioritas utama serta perhatian lebih pada masyarakat dunia, Baik di Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Salah satu indikatornya seperti yang dikemukakan Suryana dikutip oleh Rakhby (2003:101-102) ‘’……….Dengan berlangsungnya world for summit pertama oleh FAO pada tahun 1974 penyataan yang paling utama yakni semua negara dan masyarakat dunia secara keseluruhan 1 Rachmatia Syam Khalik E51105016

Transcript of SKRIPSI.docx

Page 1: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang merupakan

bidang sangat strategis karena menyangkut sendi kehidupan manusia.

Kebutuhan manusia akan hidup itu dengan apa yang di makan,

berdasarkan kenyataan ini bahwa masyarakat di Indonesia memahami

dan mengetahui apa saja kebutuhan manusia untuk keberlangsungannya

dalam kehidupan.

Kecukupan akan pangan dan gizi bagi setiap individu selamanya

mendapatkan prioritas utama serta perhatian lebih pada masyarakat

dunia, Baik di Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Salah

satu indikatornya seperti yang dikemukakan Suryana dikutip oleh Rakhby

(2003:101-102)

‘’……….Dengan berlangsungnya world for summit pertama oleh FAO pada tahun 1974 penyataan yang paling utama yakni semua negara dan masyarakat dunia secara keseluruhan mengupayakan untuk menghilangkan kelaparan dan kekurangan gisi dalam waktu satu dekade……..’’.

Memahami bahwa data di atas menunjukkan adanya pernyataan dari

FAO sehingga kebutuhan akan pangan merupakan salah satu yang utama

untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

1Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 2: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan luas tanam jagung tahun

2007 hanya 3.797 hektare, atau turun jauh dibanding tahun 2006 yang

mencapai 4.499 hektare. Penurunan pun terjadi pada produksi jagung dari

26.265 ton tahun 2006 menjadi 23.711 ton tahun 2007. Kepala Kantor

Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan

Kulon Progo Bambang Tri Budi mengatakan saat ini pihaknya masih terus

mencari cara untuk meningkatkan jumlah produksi jagung, salah satunya

dengan menggunakan bibit unggul hibrida (http://www.kompas.com).

Untuk memperkuat komitmen bersama tersebut maka pada

konferensi tingkat tinggi pangan sedunia pada tahun 1996 yang

diselenggarakan oleh FAO yang memberikan penekanan yang lebih besar

akan pentingnya konsep ketahanan pangan bagi setiap orang dalam

upaya menghilangkan kelaparan di seluruh negara.

Bagi indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah

padi. Bahkan, di beberapa tempat, jagung merupakan bahan makanan

pokok utama pengganti beras atau sebagai campuran beras. Kebutuhan

jagung di indonesia saat ini cukup besar yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan

kering per tahun.

Di Indonesia tanaman jagung sangat dimanfaatkan sepenuhnya

sehingga merupakan makanan pokok sebagai sumber karbohidrat selain

nasi di daerah tersebut. Sehingga dalam beberapa aspek Jagung

merupakan tanaman semusim dalam satu siklus, hidupnya diselesaikan

2Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 3: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

dalam 80-150 hari paruh pertama dari siklus tersebut merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua tahap pertumbuhan generatif

(http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung).

Indonesia mencerminkan perbedaan yang sangat beragam dari

bermacam-macam budaya baik antara suku bangsa di Indonesia maupun

dari budaya luar. Berawal dari pandangan umum bahwa makanan di

setiap wilayah tidak dapat dilepaskan dari tiga faktor penting yaitu iklim,

sumber daya alam, dan kebiasaan masyarakat, sehingga di indonesia

makanan sangat beragam jenisnya dan menarik, Jadi ketiga faktor

tersebut melatarbelakangi perkembangan budaya makan yang terkait

dengan aspek-aspek historis dan di samping kultur masyarakat setempat.

Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang

memiliki nilai strategis dalam konstalasi pembangunan Indonesia. Selain

memiliki sumberdaya alam yang cukup besar, khususnya di bidang

Pertanian salah satunya yaitu Perkebunan Jagung. Di Sulawesi selatan

jagung merupakan tanaman pangan yang banyak ditanam petani

Sulawesi Selatan akhir-akhir ini karena ekspor yang cukup baik untuk

permintaan pakan ternak. Total produksi jagung Sulawesi Selatan adalah

lebih kurang 661.241 ton dengan luas tanam 192.456 ha.

Mempertimbangkan luas lahan yang tersedia dan maksimalisasi

teknologi, diperkirakan produksi jagung masih dapat dinaikkan hingga 2

kali lipat. Daerah yang potensial untuk pengembangan komoditi ini

3Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 4: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

terutama adalah Kabupaten Takalar, Bone, Jeneponto, Bulukumba dan

Gowa.Oleh karena itu Sulawesi Selatan memiliki keunggulan komparatif

sekaligus kompetitif untuk kegiatan investasi.

Budaya makan yang berdampak munculnya masyarakat yang

konsumtif untuk memahami bahwa masyarakat sebagai masyarakat

penyantap makanan memiliki hak untuk mendapatkan makanan baik dan

hak untuk mendapatkan proses produksi makanan yang baik pula

Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan berakibat pada

kebiasaan makan serta berakibat pula pada kondisi gizinya. Bagi

antropologi kebiasaan makan sebagai sesuatu yang sangat kompleks

karena menyangkut tentang cara memasak, suka atau tidak suka serta

adanya berbagai kepercayaan dan persepsi mistis atau takhayul yang

berkaitan dengan kategori makan, produksi, persiapan dan konsumsi

makanan (Foster dan Anderson, 1986:313).

Keterikatan sosial pada makanan muncul ketika makanan

disajikan dalam berbagai peristiwa yang dialami individu ataupun

masyarakat. Peristiwa yang mengacu pada siklus kehidupan manusia

seperti kelahiran, menikah dan kematian selalu dihadirkan dan ditandai

dengan berbagai ritual yang dilengkapi dengan adanya ragam makanan

serta makan bersama baik dengan anggota keluarga maupun teman.

Kebersamaan menjadi inti dari keterikatan masyarakat ketika makan

bersama Maka dengan itu masyarakat merupakan pelaku yang sangat

4Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 5: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

konsumtif mengingat kebijakan atas asumsi tersebut tidak semuanya

berasal dari sasaran gizi yang ditentukan secara khusus dan telah

dianalisa, Melainkan hal yang ingin dicapai dalam peningkatan hasil

produksi tersebut diarahkan dan terjadi ketergantungan akan makanan

pokok pada penyalur-penyalur luar negeri dan lebih untuk memperluas

barang-barang mentah untuk keperluan industri dan sebagai penyedia

bahan makanan yang cukup bagi setiap konsumen guna menjaga

stabilitas harga (Alan Berg dikutip oleh Rakhby, 1986:77).

Berbagai hasil penelitian dari aspek sosial budaya pangan yang

pernah dilakukan di wilayah Indonesia seperti Maluku, Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Tenggara, Papua menunjukkan bahwa masyarakat di

wilayah-wilayah tersebut memiliki kebiasaan menggunakan pangan yang

spesifik yang disesuaikan dengan ketersediaan pangan setempat.

Selama ini politik pangan pemerintah telah menempatkan beras

sebagai salah satu makanan pokok masyarakat. Namun ukuran

ketahanan pangan selalu dilihat dari jumlah produksi padi dan

ketersediaan beras yang dikuasai pemerintah sehingga tidak dapat

dipungkiri lagi bahwa beras sudah menjadi bahan pokok yang paling

mutlak di negeri ini. Terkait dengan masalah bagaimana untuk memilih

jenis makanan tertentu sebagai bahan makanan yang dianggap mudah

untuk didapatkan jenisnya, makanan tersebut bisa tersedia selama

mereka hidup.dengan modal budaya yang dimiliki. Tidak jarang suatu

5Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 6: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

masyarakat memberikan makna tertentu pada jenis makanan dan bahan

makanannya dalam lingkungan sosial budayanya dimana pada titik

tertentu bisa menjamin ketersediaan dan kestabilan pangan sehingga

mudah untuk dikonsumsi oleh masyarakat yang ada dalam lingkungan

sosial budaya tersebut (Adam Sulaeman, 2008:2-3).

Sampai saat ini makanan yang berbasis jagung sangat berarti dan

merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan di dalam masyarakat

selain itu juga sagu, kentang dan ubi jalar. Jagung di luar negeri

merupakan bahan pangan yang sangat penting selain gandum dan padi

sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika tengah dan Amerika

Selatan dan jagung merupakan sumber pangan di Amerika serikat.

Dengan beranjak pada kenyataan-kenyataan di atas maka penulis

tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam penulisan skripsi dengan

judul “Kanre Lu’mu ( Studi Tentang Kebiasaan Makan Berbasis

Jagung Di Desa Batujala Kecamatan Bontoramba )”.

B. Rumusan Masalah

Bagi sebagian besar masyarakat di indonesia, jagung sudah

menjadi konsumsi sehari-hari. Biasanya jagung di buat dalam bentuk

makanan seperti nasi jagung atau kanre lu’mu (yang merupakan makanan

pokok), bubur jagung, dan juga sebagai bahan kue, serta masih banyak

lagi makanan tradisional yang terbuat dari jagung.

6Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 7: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Sehingga diajukan beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimana pengetahuan masyarakat di komunitas Batujala mengenai

jagung sebagai makanan pokok/pangan utama?

2. Apa saja jenis-jenis makanan yang berbasis jagung yang ada di

komunitas Batujala?

3. Bagaimana proses pengolahan dan penyajian makanan berbasis

jagung di komunitas Batujala?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian

yakni:

a. Untuk mengetahui alasan masyarakat di komunitas Batujala

memilih kanre lu’mu (nasi jagung) sebagai makanan pokok

b. Menjelaskan jenis-jenis makanan yang berbasis jagung yang ada

di komunitas Batujala

c. Guna mempelajari proses pengolahan dan penyajian makanan

berbasis jagung di komunitas Batujala

2. Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

kegiatan praktis maupun akademik antara lain sebagai berikut :

7Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 8: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

a. Sebagai bahan acuan pemerintah khususnya di kabupaten

Jeneponto untuk lebih memperkenalkan kanre lu’mu sebagai salah

satu makanan pokok di daerah jeneponto selain beras.

b. Sebagai bahan referensi mahasiswa dan kerangka acuan

penelitian selanjutnya

D. Kerangka Konseptual

Banyak faktor yang mendasari sehingga terjadi kebiasaan yang di

lakukan secara sadar dan berulang-ulang. Sugeng (2006) membahas

bahwa:

‘’……..kebiasaan-kebiasaan individu yang dimiliki oleh sebagian besar warga masyarakat dan menjadi kebiasaan sosial maka hal tersebut dapat di katakan sebagai kebudayaan……’’

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

makan nasi jagung atau kanre lu’mu merupakan kegiatan yang dilakukan

secara berulang-ulang dan terjadi kebudayaan yang secara tidak sadar

dilakukan. Selain itu juga kebiasaan merupakan kelakuan-kelakuan yang

tersusun dan terbentuk secara tidak disengaja atau tidak sadar.

Dari perspektif antropologi, gaya hidup merupakan hasil

penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya dan keadaan.

Beberapa aspek sangat mempengaruhi gaya hidup dalam sebuah

masyarakat yang lebih khusus dalam kasus kebiasaan makan nasi jagung

8Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 9: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

atau kanre lu’mu. Ada beberapa variabel sepeti yang diungkapkan Pelto

(1981) yakni:

“….karakteristik fisiologis masyarakat tersebut, pemukiman atau lingkungan yang menyertainya dan tentunya struktur keluarga itu sendiri dalam pengambilan keputusan…...”

Seperti yang telah di kemukakan di atas, berasumsi bahwa faktor

terpenting selain dari gaya hidup, dan merupakan faktor yang sangat

penting dalam memenuhi tuntutan hidup adalah mengambil keputusan

dalam keluarga sehingga untuk memenuhi tuntutan hidup yakni dengan

kebiasaan makan keluarga.

Almatsier (2003:3 dan 8) berpendapat bahwa bahan selain obat yang

mengandung zat-zat gizi dan unsur-unsur atau ikatan kimia yang dapat

diubah menjadi zat gizi oleh tubuh. Makanan yang biasa dikonsumsi manusia

mempunyai berbagai macam jenis nama dan bentuknya serta kandungan

gizinya, seperti yang dikatakan Almatsier :

“,,,,,,Makanan yang mengandung zat gizi banyak terdapat pada bahan alami seperti padi-padian, umbi-umbian, sayur-sayuran, biji-bijian, serealia, unggas dan sejenisnya. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk tubuh,,,,,”

Sedangkan Foster dan Anderson (2005:313) berpendapat bahwa

makanan dalam konteks budaya menurut para ahli antropologi

memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak

memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan rakyat,

9Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 10: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan dan takhayul yang

berkaitan dengan produksi, persiapan konsumsi makanan. Pendeknya

sebagai kategori budaya yang penting dan sebagai suatu kategori budaya

yang penting ahli-ahli antropologi melihat makanan mempengaruhi dan

berkaitan dengan banyak kategori budaya lainnya meskipun mereka

mengetahui bahwa makanan yang utama bagi kehidupan.

Oleh karena itu makan merupakan kebutuhan biologis dan apa

yang dimakan dan segala sesuatu yang dimakan merupakan budaya.

Seperti yang dikatakan oleh Frans Apomfires (2002:1) menyatakan bahwa

makanan dalam pandangan sosial-budaya, memiliki makna yang lebih

luas dari sekedar sumber nutrisi terkait dengan kepercayaan, status,

prestise, kesetiakawanan dan ketentraman. Di sambung lagi menurut

Sairi Sjahfri dkk (2002:2) bahwa gagasan tentang apa yang boleh dan

tidak untuk dikonsumsi itu bukanlah pilihan individu tetapi adalah pilihan

masyarakat lingkungan individu untuk menjadi anggotanya. Artinya bahwa

masyarakat tempat individu itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan

telah mewariskan gagasan yang berpola pada anggotanya tentang mana

yang termasuk makanan dan mana pula yang tidak.

Menurut (Irmayanti Meliono dan Budianto, 2004:65) kategori

makanan yang muncul adalah makanan yang boleh dimakan dan

makanan yang tidak boleh dimakan. Kategori tersebut berasal dari latar

belakang budaya masyarakat yang mengijinkan orang untuk untuk

10Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 11: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

memakan makanan tertentu sehingga latar belakang budaya dapat

berasal dari pandangan tradisional atau adat istiadat, pandangan hidup

ataupun agama. Makanan yang tidak boleh dimakan berarti makanan

tersebut dianggap sebagai makanan yang tidak sepatutnya dimakan atau

dengan kata lain dianggap ‘haram’ karena tidak diijinkan oleh norma

budaya yang ada dan agama sehingga seseorang tidak akan bahagia

atau keselamatan kita terancam karena memakan makanan yang

seharusnya tidak dimakan.

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah makan, kebutuhan

makan merupakan kebutuhan mendasar manusia sebagai bentuk-bentuk

dorongan, kebutuhan fisiologi yang ada pada semua organisme. Secara

biologi manusia adalah hewan, sehingga dengan demikian sekurang-

kurangnya menurut teori manusia tunduk pada hukum biologi. Bates yang

dikutip oleh Sulaiman (2007:12) menyatakan bahwa setiap manusia harus

berhubungan dengan kebutuhan makan sekaligus melakukan

penyesuaian yang memuaskan dengan makanan agar dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya namun demikian sebagai

hewan yang berkebudayaan manusia itu unik. Karena kebudayaan

tersebut merupakan unsur penambah bagi keteraturan-keteraturan

biologi manusia. Dalam hal ini makan sebagai bentuk kelakuan manusia.

Yang selalu tertata kehidupannya dalam pola budaya masyarakatnya

11Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 12: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

seringkali memodifikasinya, menghambat dan mengubahnya melalui

berbagai cara.

Kedudukan jagung dalam susunan menu makanan masyarakat

telah menjadi bagian dari budaya pada beberapa golongan etnik di

Sulawesi Selatan. Kebiasaan makan melalui proses sosialisasi dalam

sistem sosial masyarakat bersangkutan dan ditunjang oleh ketersediaan

bahan makanan di alam. Ketersediaan sumber daya alam ditentukan oleh

alam dan lingkungan geografisnya, hubungan antara makanan dan

dengan lingkungan fisik yang didukung oleh sektor ekonomi dan budaya

dan agama atau kepercayaan (Sulaiman,2008)

Asal mula produksi pangan bercocok tanam dan memelihara

binatang tak henti-hentinya dikaji secara arkeologis ini yang membuat

perdebatan secara teoritis mengapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana hal

itu bisa berubah. Maka menurut Keesing (1999:42) salah satu alasan

ialah bahwa produksi pangan membawa perubahan besar pada

masyarakat ia meningkatkan populasi manusia dengan pesat dan

mengubah tata cara kehidupan di setiap benua kecuali Australia. Lalu

alasan yang kedua ialah bahwa produksi pangan, seperti halnya

urbanisasi, telah menghadapi tantangan serius pemberian teoritis untuk

pemahaman kita bagaimana dan apa sebabnya budaya berubah. Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahan pangan tidak terlepas

12Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 13: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

dari kehidupan kita, sehingga produksi pangan mengalami evolusi secara

terpisah.

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki.

Sehingga konsep tentang ketahanan pangan di Indonesia berdasar pada

Undang-Undang nomor 7 tahun 1996, bahwa konsep ketahanan pangan

dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan pada berbagai

tingkatan yaitu tingkat global, nasional dan tingkat rumah tangga serta

individu yang merupakan suatu rangkaian sistem hirarki

(file:///meningkatkan-ketahanan-pangan-indonesia-berbasis-sumber-daya-

lokal.html).

Foster dan Anderson (1986:330) berpendapat bahwa dalam

antropologi kesehatan, kemiskinan dan kekurangan akan pangan yang

memadai pada tingkatan tertentu, membatasi kemungkinan untuk

memperbaiki pangan jutaan penduduk yang menderita kurang pangan.

Sebaliknya sungguh mengecewakan untuk melihat betapa seringnya

praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar,

kesadaran akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang

hambatan-hambatan yang harus diatasi untuk dapat merubah mereka

adalah sangat penting untuk membantu masyarakat memaksimalkan

sumber-sumber pangan yang tersedia bagi mereka.

Sehingga sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan

seperti yang diungkapkan Nugraha Trisnu Brata (2007:130) bahwa

13Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 14: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak. Sehingga keluarga terbentuk dari ikatan cinta kasih antara

seorang pria dengan wanita yang diresmikan atau diakui dalam suatu

lembaga perkawinan sesuai dengan peraturan pemerintah, adat atau

agama yang dianutnya

Uraian di atas menjelaskan keterkaitan antara keluarga dan

kebiasaan makan nasi jagung atau kanre lu’mu komunitas di desa

Batujala yang merupakan satu unit keluarga yang berperan aktif dalam

kegiatan konsumsi serta bahan pangan yang bersumber dari jagung

selain beras. Maka dari itu dapat dipastikan keluarga merupakan pelaku

konsumsi yang utama dalam satu komunitas tersebut. Selain itu keluarga

atau biasa juga disebut dengan rumah tangga menurut Koentjaraningrat

(1992:108) mengemukakan sebagai akibat dari perkawinan akan terjadi

suatu kesatuan sosial yang kesatuan ini mengurus ekonomi rumah tangga

sebagai kesatuan sosial.

Menurut Koentjaraningrat (2002:180) bahwa kebudayaan

merupakan keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh

tindakan manusia adalah kebudayaan. Karena hanya amat sedikit

tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu

dibiasakannya dengan belajar yaitu hanya beberapa tindakan naluri

14Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 15: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi atau kelakuan

apabila ia sedang membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia

yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh makhluk manusia

dan gen-nya bersama kelahirannya seperti misalnya makan, minum atau

berjalan dengan kedua kakinya, juga dirombak olehnya menjadi tindakan

kebudayaan.

Secara universal tidak ada kebudayaan yang tidak berubah dan

tidak adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan. Hal inilah yang yang

menyebabkan kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif, dinamika dan

adaptasi budaya berlangsung karena adanya perubahan-perubahan yang

melingkupi kehidupan manusia, baik yang bersifat fisiologis, demografis

maupun perubahan sosial.

E. Metode Penelitian

1.Tipe

Tipe ini ialah deskriptif kualitatif, yaitu dengan menguraikan

kebiasaan makan berbasis jagung di komunitas batujala terkait dengan

kanre lu’mu.

2. Teknik pemilihan lokasi

Dalam penelitian kualitatif lokasi penelitian ditentukan secara

purpossive (sengaja) Di Desa Batujala Kecamatan Bontoramba

Kabupaten Jeneponto, dengan pertimbangan bahwa di tempat inilah

komunitas batujala mengkonsumsi kanre lu’mu sebagai makanan pokok.

15Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 16: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

3. Teknik Pemilihan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja,

secara khusus mereka yang dianggap memahami betul dan dapat

memberikan informasi yang benar berkaitan dengan masalah penelitian,

diantaranya yaitu kanre lu’mu

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder, adapun metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Kajian pustaka dilakukan dengan cara membaca literatur yang

berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pengumpulan

data seperti ini digunakan sebagai pengetahuan dasar dan juga

sebagai bahan perbandingan dalam melengkapi data-data yang

diperlukan selama proses penelitian.

b. Penelitian lapangan, yakni teknik pengumpulan data yang

dilakukan langsung dilokasi penelitian untuk memperoleh data

dengan menggunakan tehnik observasi dan wawancara.

Observasi, dilakukan dalam rangka melihat dan mengamati

aktivitas kehidupan masyarakat sebagai objek penelitian, dalam

kaitannya dengan masalah-masalah yang diteliti, dan ikut serta

dalam aktivitas-aktivitas tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk

memahami secara dekat dan agar yaitu teknik pengumpulan

16Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 17: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

aktivitas masyarakat yang sedang diteliti. Wawancara, yaitu

teknik pengumpulan data dengan Tanya jawab langsung

dengan informan.

5. Metode Analisis

Mengingat penelitian ini adalah penelitian kulitatif, maka dalam

proses analisisnya penelitian ini akan sangat relevan jika menggunakan

model analisis deskriptif, untuk itu kemudian dikonstruksikan tahapan

analisis dengan diawali pengumpulan data, setelah itu dilakukan

kategorisasi dan diakhiri dengan pengintegrasian setiap isu dengan

melakukan reduksi data (pengambilan data). Data yang diperoleh

selanjutnya diklasifikasikan menurut proporsi kebutuhan penelitian,

artinya penulis berusaha menggambarkan serta menjelaskan tentang

bagaimana pengaruh kanre lu’mu terhadap kebiasaan makan pada

komunitas Batujala.

17Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 18: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan nantinya akan di susun dan di

uraikan dalam lima bab sebagai berikut:

1. Bab Pertama : Berisi pendahuluan yang memuat uraian mengenai

latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka

konseptual, metode dan teknik penelitian serta komposisi bab.

2. Bab Kedua : Memuat tinjauan Pustaka mengenai judul yang di

teliti

3. Bab ketiga : Gambaran umum lokasi penelitian yaitu daerah

yang akan di jadikan objek penelitian.

4. Bab keempat : Memuat data penelitian berupa data-data yang di

peroleh selama mengadakan penelitian serta pembahasan hasil

penelitian

5. Bab kelima : Penutup dan membuat hasil kesimpulan dari hasil

penelitian yang telah di lakukan serta saran-saran yang bersifat

membangun agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi.

18Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 19: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebiasaan Makan

Menurut Suhardjo dkk (2006.13) yang dalam bukunya berjudul

Pangan, Gizi dan Pertanian mengemukakan bahwa “kebiasaan makan

adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan

memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik,

psikologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan juga merupakan pola

pangan.

Para ahli antropologi, memandang kebiasaan makan merupakan

kompleks keseluruhan dari aktifitas yang berhubungan dengan dapur,

kegemaran, dan ketidaksukaan pada suatu jenis makanan, pepatah-

pepatah rakyat, kepercayaan, larangan-larangan dan takhyul yang

berhubungan dengan produksi, persiapan pengolahan makanan dan

konsumsi makan sebagai kategori pokok dari kebudayaan (Anderson,

1978).

Kebiasaan makan pada kelompok yang didasarkan status

hubungan rumah tangga mempengaruhi distribusi makanan kepada

anggota kelompok, yang menyangkut mutu dan jumlah makanan.

Foster (1986 : 313) mengemukakan para ahli antropologi

memandang kebiasaan makan sebagai suatu kompleks kegiatan masak-

memasak, masalah kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan lokal,

19Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 20: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

kepercayaan-kepercayaan, pantangan-pantangan, dan tahayul-tahayul

yang berkaitan dengan produksi, persiapan dan konsumsi makanan,

dengan kata lain pangan memiliki kategori budaya yang penting. Dan

sebagai kategori budaya yang penting, pangan berkaitan dengan banyak

kategori budaya lainnya.

B. Konsep Makanan Pokok

Makanan pokok yang digunakan dalam suatu negara biasanya

menempati kedudukan tinggi. Penggunaan makanan tersebut lebih luas

daripada jenis makanan lainnya, besar kemungkinannya berkembang

karena dihasilkan dari tanaman setempat atau setelah dibawa ke tempat

tersebut tumbuh dengan cepat (Suhardjo, 2003). Makanan pokok

merupakan sumber energi atau tenaga untuk bekerja, bergerak,

bernafas, dan sebagainya.

Selain sebagai makanan pokok dapat digunakan sebagai makanan

selingan. Makanan pokok dapat dipilih dari :

1. Jenis padi-padian : beras, jagung, jewarut, gandum, dan hasil olahan

seperti tepung jagung, tepung beras, roti, mie.

2. Jenis umbi-umbian : ubi jalar, talas, kentang, gembili, serta tepung-

tepung seperti tepung singkong, tepung gaplek.

3. Jenis lain : sagu, pisang, sukun (Depkes RI, 1991).

Pola makanan yang diturunkan secara turun-temurun mempunyai

susunan cukup baik dan dapat memberikan zat-zat makanan yang

20Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 21: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

memenuhi kebutuhan gizi. Nilai yang baik ini dapat menurun, jika susunan

lauk pauk dan bahan makanan pokok yang digunakan berubah.

Penduduk Gunung Kidul misalnya pada mulanya menggunakan beras

sebagai makanan pokok. Adanya musim paceklik, penduduk mengubah

bahan makanan pokok itu dengan singkong. Tetapi perubahan itu tidak

disertai perubahan lauk pauk, karena singkong mempunyai nilai gizi lebih

rendah daripada beras, maka keadaan gizi masyarakat di daerah tersebut

sangat tidak memuaskan. Di Nusa Tenggara, sagu merupakan bahan

makanan pokok, dimakan bersama ikan dalam jumlah cukup banyak, ikan

cukup mudah ditangkap di daerah tersebut. Susunan zat-zat makanan

dalam pola makanan itu baik meskipun sagu sendiri bernilai gizi rendah

(Soedarmo dan Sediaoetama, 1985).

Makanan pokok sumber hidrat arang tidak perlu terpaku hanya

pada beras, tetapi dapat diselingi dengan sumber hidrat arang yang lain.

Dalam tubuh hidrat arang berguna antara lain untuk mendapatkan energi,

sebagai cadangan tenaga, dan memberi rasa kenyang. Salah satu

keuntungan hidrat arang adalah mempunyai volume yang besar. Hal ini

disebabkan oleh serat pada bahan makanan merupakan sumber hidrat

arang. Volume yang besar ini dapat memberikan rasa kenyang (Moehji,

1989).

21Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 22: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

C. Jenis Makanan Pokok

Menurut Sutarwodjo (1983) bahan makanan pokok yang banyak

dikonsumsi di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Beras

Merupakan bahan makanan pokok yang paling digemari bangsa

Asia pada umumnya termasuk Indonesia. Menu Indonesia sebagian

besar terdiri dari karbohidrat, hal ini dapat dilihat pada besarnya porsi

nasi setiap hari dihidangkan. Macam beras yang dikenal adalah beras

tumbuk, beras giling, dan beras merah. Beras adalah bahan makanan

yang susunan zat gizinya terdiri dari karbohidrat, phospor, dan thiamin

atau vitamin B1. Zat makanan lain meskipun kadarnya di dalam beras

rendah tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak menjadi banyak

pula (Sediaoetama,1999).

Pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM, 2005), tiap 100

gram beras memiliki energi sebanyak 357 kkal, protein sebanyak 8,4

gram, hidrat arang sebanyak 73 gram. Selain dapat memberikan

energi dalam jumlah yang cukup, juga dapat memberikan protein

dalam jumlah cukup. Hal ini merupakan syarat utama yang harus

dipenuhi oleh bahan-bahan makanan yang akan digunakan sebagai

makanan pokok terutama bagi daerah yang sedikit sekali

menggunakan bahan-bahan makanan berasal dari hewani. Di daerah

yang masyarakatnya menggunakan makanan pokok bukan beras,

22Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 23: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

sering dijumpai adanya busung lapar karena kekurangan protein

dalam makanannya. Selain protein dan hidrat arang yang terdapat

pada beras cukup tinggi, beras juga mengandung vitamin B1 dalam

jumlah yang cukup (Moehji, 1989).

2. Jagung

Menurut sifatnya, jagung dibedakan sebagai berikut :

(Sediaoetama,1999).

1. Menurut warna butir jagung : putih, kuning, merah dan sebagian

berwarna ungu.

2. Menurut bentuk butiran jagung : butir gepeng dan bulat

3. Menurut konsistensi biji : biji butir keras (flint) dan biji lunak.

Di Indonesia jagung diolah sebagai bentuk beras untuk dimasak

lebih lanjut menjadi bahan makanan pokok, dapat pula direbus atau

dibakar sebagai makanan selingan. Pengolahan secara teknologi

makanan moderen ini mengubah nilai sosial jagung menjadi sangat

meningkat, dan merupakan suatu cara untuk membuat jagung lebih

banyak diterima masyarakat untuk dikonsumsi sebagai pilihan

alternatif pengganti beras.

Negara Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah, jagung

menjadi bahan makanan pokok dan dikonsumsi dalam bentuk tortilla,

sejenis kue gepeng seperti opak di Indonesia (Sediaoetama, 1999).

23Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 24: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM, 2005), tiap 100

gram jagung mengandung energi 366 kkal dan 9,8 gram protein.

Sediaoetama (1999) disebutkan kadar berbagai zat gizi di dalam

jagung pada umumnya sedikit lebih tinggi daripada beras, namun

demikian pengolahan dan digestibilitasnya lebih sulit dan lebih rendah

daripada beras.

Kadar protein, lemak, phospor, dan tiamin lebih tinggi di dalam

jagung bahkan aktivitas vitamin A jagung kuning menunjukkan kadar

tinggi, sedangkan beras tidak mengandung vitamin A. Sebaliknya

perbandingan kadar Ca terhadap P di dalam jagung terlalu rendah

sehingga tidak mendukung penyerapan Ca di dalam usus.

3. Singkong atau Ubi Kayu

Dari segi ilmu gizi, sebenarnya ubi kayu atau umbi-umbian

lainnya tidaklah tepat digunakan sebagai pengganti beras. Karena

selain memberi kandungan protein yang jauh lebih rendah juga

kandungan energi kurang. Rendahnya kadar protein di dalam ubi kayu

atau gaplek yang digunakan sebagai makanan pokok sering terkena

penyakit busung lapar yang disebabkan kekurangan protein (Moehji,

1989). Singkong diberi nilai sosial rendah oleh masyarakat sebagai

makanan kampung, sehingga agak sulit untuk menggalakkan

konsumsi singkong. Di beberapa daerah di Jawa, Sulawesi dan bagian

24Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 25: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

timur Indonesia, singkong digunakan sebagai campuran makanan

pokok selain beras dan jagung (Sediaoetama,1999).

Ada jenis-jenis singkong yang mengandung racun asam sianida

atau HCN. Jenis singkong ini biasanya digunakanuntuk membuat

tapioka, karena kadar patinya sangat tinggi. Susunan hidangan yang

berdasarkan singkong sebagai bahan makanan pokok memerlukan

suplementasi kebutuhan zat-zat gizi yang lebih banyak pada lauk-pauk

dan sayuran, serta buah.

Bila hal tersebut kurang makan akan terjadi defisiensi. Kadar

protein singkong sangat rendah, tidak mengandung vitamin A maupun

vitamin C. Kuantitas dan kualitas lauk pauk harus ditingkatkan

termasuk sayuran hijau (Sediaoetama, 1999).

4. Ubi jalar

Ubi jalar berwarna putih, kuning, orange sampai merah dan ada

juga yang berwarna kebiru-biruan, violet atau bintikbintik biru. Ubi yang

berwarna kuning, orange sampai merah banyak mengandung

karotenoid, merupakan unsur vitamin A.

Menurut wahida yang mengutip dari Hasil penelitian Haskell,

dkk (2004), menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi ubi jalar

pada masyarakat pedesaan Bangladesh dapat meningkatkan kadar

vitamin A laki-laki dewasa sebesar 0,029 mmol. Penelitian yang

serupa juga dilakukan Jaarsveld . P, et.al (2005) ditemukan bahwa

25Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 26: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

dengan mengkonsumsi ubi jalar dapat meningkatkan kadar vitamin A

pada anak sekolah dasar.

Timbunan energi dalam ubi jalar berbentuk karbohidrat

sedangkan kandungan protein sangat rendah. Beberapa daerah di

Indonesia mengkonsumsi ubi jalar sebagai makanan pokok adalah

Irian Jaya, Mentawai, dan Nias. Ubi jalar diberi nilai sosial rendah oleh

masyarakat sehingga tidak banyak diminati untuk digunakan sebagai

makanan pokok sehari-hari (Sediaoetama,1999).

5. Sagu

Sagu adalah hasil ekstraksi bagian inti batang pohon sagu. Di

tepi-tepi pantai Sumatera Timur, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya

serta beberapa kepulauan Maluku dan Mentawai, terdapat hutan sagu

yang tumbuh liar secara alamiah. Sebagian masyarakat di daerah

tersebut memanfaatkan sagu untuk diambil pati atau amilum yang

terdapat di bagian tengah batangnya. Satu pohon sagu dapat

menyediakan bahan tepung untuk menyediakan bahan makanan

pokok bagi suatu rumah tangga yang terdiri atas 5 orang selama satu

bulan. Susunan zat-zat makanan di dalam sagu mirip dengan

singkong, bahkan kadar proteinnya lebih rendah (Sediaoetama, 1999).

Dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM, 2005) disebutkan

untuk 100 gram sagu mengandung energi 231 kkal dan 0,6 gram

protein. Di daerah Maluku dan Sulawesi Utara, sagu dikenal sebagai

26Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 27: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

makanan papeda dan dalam bentuk kue kering. Papeda adalah

sejenis masakan bubur yang dapat ditambahkan sayur dan potongan

ikan. Di Pulau Siberut pada Kepulauan Mentawai, sagu digunakan

sebagai makanan pokok penduduk (Soedarmo dan Sediaoetama,

1985)

D.Konsep mengenai Ketahanan Pangan

‘’…….Menurut Suhardjo (2006 : 13) dalam bukunya yang berjudul pangan, gizi dan pertanian yakni pangan merupakan bahan-bahan yang yang di makan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan pengganti jaringan tubuh yang rusak…...’’

Sejalan dengan yang di kemukakan ulang suhardjo (2006 : 13)

mengenai pangan yang bersifat pokok, Pangan dikenal sebagai pangan

pokok jikalau dikonsumsi secara teratur oleh suatu kelompok penduduk

dalam jumlah cukup besar untuk menyediakan bagian terbesar dari

konsumsi energi total yang dihasilkan oleh makanan.

Seperti pula yang dikatakan oleh Ginandjar Kartasasmitha (2005 :

01) mengatakan pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari

sumber hayati dan air, baik diolah maupun tidak diolah. Dimana sumber

hayati tersebut diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya bahan tambahan pangan,

27Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 28: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

bahan paku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan serta pembuatan makanan atau minuman.

Hal serupa juga menegaskan tentang konsep tentang ketahanan

pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata dan terjangkau (Ginandjar

Kartasasmita,2005 :01).

‘’.............Menurut FAO 1992 ketahanan pangan yakni situasi dimana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif (Jonathan Lassa, 2005)………’’

Dengan demikian ketehanan pangan nasional merupakan agregat

dari ketahanan pangan rumah tangga yang perlu di perhatikan di sini adalah

bahwa konsep ketahanan pangan ini tidaklah harus sama artinya dengan

konsep swasembada pangan. Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan

pangan minimal mengandung dua unsur pokok yakni ketersediaan pangan

dan aksesbilitas masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Jika salah

satu unsur tersebut tidak terpenuhi, maka suatu negara belum dapat

dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun stok pangan

cukup tersedia di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu

untuk memenuhi kebutuhan pangannya yang tidak merata, maka ketahanan

pangan dikatakan rapuh.

28Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 29: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Menurut Adam Sulaiman (2008) yakni Masalah pangan

berdampak langsung terhadap ekonomi, berupa; (1) biaya untuk

pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi, (2) biaya untuk pengobatan

penyakit sebagai akibat dari kurang makan, (3) biaya untuk makanan bayi

jika terjadi penurunan air susu ibu. Sedangkan dampak tak langsung berupa

(1) kehilangan produktivitas sekunder karena kecacatan fungsi kognitif, (2)

gangguan pertumbuhan fisik, (3) hilangnya kemampuan belajar, (4)

perubahan kebiasaan, (5) efek negatif terhadap kekurangan, (6)

berkurangnya kenikmatan hidup individu.

Masalah pangan di Indonesia sejak awal Pelita I sampai sekarang

dapat ditandai bentuknya sebagai berikut ; (1) kurang energi protein, (2)

kurang vitamin , (3) anemia, (4) gangguan akibat kurang yodium.

29Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 30: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah tingkat II di provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Bontosunggu.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km2 dan berpenduduk sebanyak

330.735 jiwa. Kondisi tanah (topografi) pada bagian utara terdiri dari dataran

tinggi dengan ketinggian 500-1400 m, bagian tengah 100-500 m dan pada

bagian selatan 0-150 m di atas permukaan laut.

A. Sejarah, Kondisi Geografis dan Penduduk

Desa Batujala adalah salah satu desa dari dua belas desa/kelurahan

yang berada dalam wilayah kecamatan Bontoramba kota Jeneponto

Sulawesi Selatan. Desa ini sendiri memiliki sejarah yang cukup menarik.

Menurut cerita rakyat yang sudah turun temurun bahwa sebenarnya Batujala

itu diambil dari suatu cerita rakyat. Dimana pada zaman dahulu kala di

gunung Saukanga atau di Saukanga tiba-tiba muncul sebuah cahaya

kemudian menjelma menjadi seekor ayam bercampur emas. Masyarakat

kaget atas kejadian itu lalu semuanya berkumpul sambil berdoa tujuh hari

tujuh malam (abbarata/bertafakur). Saat itu matahari pun nampak kedinginan,

anginnya tenang, ayam tidak berkokok dan akhirnya kampung itu dinamakan

Parang Barata. Pada hari ketujuh ayam itu terbang menuju salah satu

30Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 31: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

perkampungan lalu kemudian masyarakat mengejarnya kemudian burung itu

ditangkap dengan alat yang sekarang disebut batujala. Namun ternyata alat

tersebut tidak dapat menangkapnya. Burung itu terbang ke Bontoramba

berubahlah menjadi seorang perempuan yang sangat cantik dan kelihatan

rambutnya. Kemudian perempuan itu menuju ke Maero di kampung itu

perempuan disebut dengan istilah mau’ atau ero’.

Selain itu di zaman kerajaan Binamu hanya empat Toddo yang dapat

mengangkat raja atau karaeng Binamu yaitu Toddo Lentu, Toddo Bangkala,

Toddo Layu dan Toddo Batujala.

Pada tahun 1980 Desa Bulusibatang dimekarkan menjadi 3 Desa yaitu

Desa Bulusibatang, Desa Bulusuka dan Desa Persiapan Batujala yang

dipimpin oleh Abd Azis. Pada tahun 1983-1993 desa Batujala dipimpin oleh

Manganataran Dg. Labbang. Pada tahun 1993-2003 desa Batujala dipimpin

oleh H. Fakkihi Sikki setelah mengalahkan H. Sila dan Muh Yunus. Pada

tahun 2003-2008 desa Batujala dipimpin oleh Hartono setelah mengalahkan

delapan orang calon. Kemudian pada tahun 2008 kembali diadakan pilkades

dengan tiga orang calon desa Batujala kembali dipimpin oleh Hartono.

Desa Batujala terletak pada bahagian utara Kecamatan Bontoramba, sekitar

20 km dari ibukota kabupaten Jeneponto dengan batas-batas sebagai berikut

:

31Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 32: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Sebelah Utara : Desa Marayoka Kec. Bangkala

Sebelah Timur : Desa A’bulosibatang dan Kel. Bontoramba

Sebelah Selatan : Desa Maero

Sebelah Barat : Desa Bulusuka dan Desa Kapita Kec. Bangkala

Luas wilayah desa Batujala adalah 947 Km² yang terdiri dari lahan

pertanian, kemudian persawahan tadah sekitar + 100Ha, lalu lading/tegal

sekitar +650Ha, untuk pemukiman +14,80Ha dan sisanya daerah hutan

serta fasilitas umum sekitar 182,20Ha.

Jenis tanamannya berupa jagung kuning, padi, kacang-kacangan

(kedelai, kacang tanah,kacang panjang, kacang hijau), ubi kayu, bawang

merah dan sebagian lahan kering terisi dengan tanaman tembakau

terutama pada musim kemarau.

Pada umumnya iklim desa Batujala hampir sama dengan desa lain

di Kabupaten Jeneponto. Dimana curah hujan berkisar enam bulan yang

dimulai dari bulan Oktober sampai April. Sedangkan enam bulan

berikutnya adalah musim kemarau dimulai dari bulan Mei sampai

September. Desa Batujala memiliki tiga sungai hujan seperti halnya

sungai hujan yang ketika musim kemarau tiba sungai-sungai tersebut

mengalami kekeringan dan hanya akan mengalir ketika musim penghujan.

Desa Batujala memiliki jenis tanah berwarna abu-abu, tekstur tanah

lempungan dan berbatu-batu.

32Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 33: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Untuk jumlah penduduk Desa Batujala per- April 2010 adalah 4.650

jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) 1.223. gambaran penduduk

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.1Keadaan penduduk Desa Batujala

Per April 2010

Jenis Kelamin

Dusun Batujala

Dusun Borongkeloro

Dusun Ballarompo I

Dusun Ballarompo II

Dusun Barata

Dusun Saluloe

Dusun Tabuakang

Jumlah

Pria 331 262 234 350 370 300 318 2.165

Wanita 315 348 226 300 370 310 320 2.189

B. Pemerintahan dan Partisipasi Politik

Pemerintah adalah lembaga pelayanan masyarakat, dan lembaga

pemimpin masyarakat dalam membangun dirinya. Di bidang

pemerintahan, Desa Batujala telah memiliki balai desa/kantor Desa

namun tidak difungsikan secara optimal oleh masyarakat. Karena jarak

perkampungan penduduk dan kantor desa cukup berjauhan, sehingga

rumah kepala desa difungsikan sebagai pusat pelayanan masyarakat.

Balai desa berfungsi pula sebagai kantor Badan Pertimbangan Desa

(BPD) dan kantor PKK desa Batujala.

Desa Batujala terdiri dari tujuh dusun, yaitu Dusun Batujala, Dusun

Borongkeloro, Dusun Ballarompo I, Dusun Ballarompo II, Dusun Barata,

Dusun Saluloe, dan Dusun Ta’buakang. Kepala dusun bertugas

33Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 34: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

melaksanakan tugas pelayanan masyarakat di tingkat dusun. Kepala

dusun di lingkungan desa Batujala belum memiliki kantor sendiri. Oleh

karena pelayanan masyarakat dilakukan di rumah masing-masing kepala

dusun. Kepala dusun dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

beberapa kepala RK dan RT.

Partisipasi masyarakat di bidang politik berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Hal ini tampak dari keikutsertaan warga masyarakat yang

telah memenuhi syarat dalam kegiatan pemilihan umum, baik pemilihan

umum legislatif, presiden/wakil presiden, gubernur/wakil gubernur, bupati/

wakil bupati dan pemilihan kepala desa.

Berdasarkan jumlah wajib pilihnya, desa Batujala dibagi menjadi

tujuh tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di tiga dusun kecuali

kalau pemilihan kepala desa hanya dilakukan pada satu tempat

pemungutan suara (TPS). Partisipasi masyarakat di bidang politik terlihat

pula dari adanya beberapa warga masyarakat yang menjadi pengurus

partai politik.

34Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 35: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

C. Mata Pencaharian

Pembangunan bidang Ekonomi Desa Batujala berjalan sebagai

mana yang diharapkan masyarakat, bahkan mengalami kemajuan. Hal ini

dapat dilihat dari sektor mata pencaharian masyarakat, antara lain :

1. Pertanian : Pada sektor pertanian, masyarakat Desa Batujala

mengalami Kemajuan dimana sebelumnya lahan kebun pertanian

hanya di tanami jagung putih untuk dijadikan makanan pokok. Namun

saat ini masyarakat desa Batujala memampaatkan lahan tersebut

untuk penanaman jagung kuning. Selain itu masyarakat juga telah

memanfaatkan lahan sawahnya di musim kemarau dengan menanam

jagung, kacang. Sehingga tanaman jagung kuning adalah komoditas

andalan masyarakat desa Batujala.

2. Perikanan ; Desa Batujala terdapat satu lahan cekdam yang terletak di

kaki Gunung Bulusuka untuk penangkaran ikan tawar dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk mencari ikan

3. Koperasi dan UKM ; desa Batujala memiliki dua kelompok Simpan

Pinjam Perempuan (SPP) yang beranggotakan masing-masing 20

orang yang berdiri tahun 2009.

Sumber mata pencaharian masyarakat desa Batujala yaitu petani

90%, pedagang kecil 5%, dan sebagian kecil PNS (Pegawai Negeri

Sipil)2%, dan lainnya 3%. Pada musim kemarau sebagian masyarakat

35Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 36: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Batujala keluar daerah untuk mencari pekerjaan dan akan kembali ketika

musim hujan tiba.

Berikut tabel pekerjaan masyarakat Batujala berdasarkan hasil

peringkat kesejahteraan.

Tabel III.2Mata Pencarian Masyarakat Desa Batujala

Per-April Tahun 2010

PekerjaanDsn.

BatujalaDsn.

BorongkeloroDsn.

TabuakangDsn.

SaluloeDsn.

BarataDsn.

Ballarompo IDsn. Ballarompo II

PNS 11 KK 12 KK 1 KK 1 KK 4 KK 6 KK

Petani, Tukangbatu/

Kayu88 KK 1 KK 3 KK 12 KK 20 KK 5 KK 6 KK

Petani, Sopir

6 KK 9 KK 7 KK 18 KK 52 KK 8 KK 10 KK

Petani, pedagang

10 KK 6 KK 5 KK 5 KK 9 KK 3 KK 5 KK

Petani Tukang becak

4 KK 7 KK 9 KK 9 KK 6 KK 10 KK 13 KK

Petani, ojek Dokar

6 KK 5 KK 2 KK 2 KK 4 KK 5 KK 7 KK

Petani 63 KK 118 KK

Buruh 12 KK 12 KK 3 KK 9 KK 12 KK 10 KK 10 KK

36Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 37: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Berdasarkan tabel III.2 di atas mengemukakan bahwa sebahagian mata

pencaharian komunitas di batujala yakni mendominasi status pekerjaannya

sebagai petani shingga jika di persentasekan berkisar 85 % orang berstatus

sebagai petani.

D. Agama dan Pendidikan

Dalam pembangunan Desa Batujala menuju Desa yang sehat dan

sejahtera. Penduduk Desa Batujala secara keseluruhan memeluk agama

Islam dengan mempunyai sarana peribadatan terdiri dari :

M a s j i d : 9 Buah

Kelompok Pengajian (TPA/TKA) : 9 Kelompok

Remaja Masjid : 9 Kelompok

Selain itu untuk meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang

keagamaan, maka di desa Batujala terbentuk iman/pembantu pencatat

nikah yang dibantu beberapa iman pembantu dalam setiap dusun yaitu

sebagai berikut:

Iman / PPN Desa Batujala : H. Asis Genra

Iman Dusun Batujala : H. Kamiseng

Iman Dusun Borongkeloro : Arifuddin Nompo

Iman Dusun Ballarompo II : Baso’ding Liwang

Imam Dusun Barata : H. Abdul Rahman

Imam Dusun Saluloe : H. Ledeng

37Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 38: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

MAM Dusun Ta’buakang : Abdullah Dawa

Dengan adanya kelompok pengajian (TPA/TKA) yang dibina

langsung oleh para anggota remaja masjid, maka telah membantu

program pemerintah dalam pemberantasan buta baca Al-qur’an yang

telah menamatkan + 70 santri.

Kemudian untuk menumbuhkembangkan syiar Islam maka remaja

masjid desa Batujala bersama pemerintah setempat dan masyarakat

setiap tahunnya melaksanakan kegiatan keagamaan berupa.

Perayaan hari-hari Besar Islam

Pelaksanaan MTQ tingkat desa Batujala setiap tahun dalam bulan

ramadhan

Melaksanakan pelatihan baca khutbah

Selanjutnya untuk bidang pendidikan berperan penting dalam

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) desa Batujala.

Dalam pembangunan sektor ini Desa Batujala telah memiliki sarana

pendidikan , antara lain :

Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 1 unit

Sekolah Dasar (SD) : 4 unit

Taman Kanak-Kanak (TK) : 3 unit

38Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 39: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Selain lembaga pendidikan formal, telah dibentuk pula lembaga

pendidikan non formal antara lain :

Play group / Taman Bermain Anak : 2 kelompok

Perpustakaan / Taman Bacaan : 1 kelompok

Kejar Paket A : 3 kelompok

Kejar Paket B : 2 kelompok

E. Organisasi Sosial

1. Bidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Keamanan dan ketertiban juga merupakan indikator keberhasilan

pembangunan suatu desa. Keamanan dan ketertiban desa Batujala

berada dalam kondisi terkendali. Hal ini didukung oleh kesadaran warga

masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat,

ditambah dengan peran serta tokoh masyarakat dan kepolisian dalam

memberikan penyuluhan kamtibmas.

Dalam rangka mempertahankan kondisi keamanan dan

ketertiban di desa Batujala telah lama berjalan sistem keamanan

masyarakat (Siskamling). Pada setiap dusun terdapat pos-pos kamling.

Setiap warga masyarakat dengan kesadarannya berpartisipasi aktif

dalam menjaga keamanan lingkungan pada jadwal yang telah

ditentukan.

39Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 40: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

2. Bidang Pemuda Olahraga dan Kesehatan

Pembinaan Pemuda dan Olahraga di desa Batujala berjalan

sebagaimana yang diharapkan. Beberapa organisasi pemuda sebagai

wadah pembinaan generasi muda telah terbentuk di desa Palajauujala

antara lain karang taruna, remaja masjid, dan grup qasidah rebana.

Untuk bidang kesehatan desa Batujala telah memiliki Puskesmas

Pembantu (Pustu) dan beberapa pos pelayanan terpadu (Posyandu).

Keberadaan kader-kader kesehatan sangat membantu dalam membina

kesehatan masyarakat. Terwujudnya kesehatan masyarakat juga

didukung oleh kesadaran warga masyarakat untuk membuang sampah

pada tempatnya dan menyapu pekarangan rumah dan melakukan

tindakan hidup sehat lainnya.

3. Bidang Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Kegiatan PKK desa Batujala berjalan melalui peran aktif dan

kerja sama anggota-anggota PKK. Merealisasi sepuluh program PKK

merupakan tujuan utama kegiatan PKK Desa Batujala. Selanjutnya

untuk mempererat kekeluargaan sesama anggota PKK, setiap bulannya

diadakan kegiatan arisan yang ditempatkan di balai desa Batujala.

Dalam arisan inilah anggota-anggota PKK berkumpul membicarakan

pelaksanaan program-programnya.

40Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 41: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

F . Konsumsi Makanan Pokok

Menurut kamus ilmiah populer menjelaskan bahwa makna konsumsi

merupakan pemakaian barang-barang produksi, makanan dan

sebagainya. Sedangkan makanan pokok merupakan suatu kegiatan

makan yang utama dalam suatu masyarakat tertentu.

Pola makan (food pattern) adalah kebiasaan memilih dan

mengkonsumsi bahan makanan oleh sekelompok individu. Pola makan

dapat memberi gambaran mengenai kualitas makanan masyarakat.

Wahidah yang mengutip dari Suparlan, (1993). Pola konsumsi makanan

dapat dikenal atas beberapa peristilahan atau sebutan yang kesemuanya

merujuk pada pengertian yang sama seperti pola pangan, pola makan,

kebiasaan pangan, dan kebiasaan makan. Berkaitan dengan pola makan

atau kebiasaan makan ada banyak hal atau faktor yang berhubungan

dan saling terkait di dalamnya, Koentjaraningrat sebagaimana dikutip

oleh Chrisanty, mengatakan bahwa pola makan antara lain dipengaruhi

oleh factor-faktor budaya yang meliputi juga cara-cara seseorang berpikir

atau berpengetahuan, berperasaan, dan berpandangan tentang

makanan. Apa yang ada dalam pikiran, perasaan, dan pandangan itu

kemudian dituangkan dalam bentuk tindakan memilih makanan. Adaptasi

menuntut pengembangan pola-pola perilaku, yang akhirnya membantu

suatu organisme agar mampu memanfaatkan suatu lingkungan tertentu

41Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 42: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

demi kepentingannya, baik untuk memperoleh bahan pangan maupun

menghindari diri dari bahaya.

Pangan yang dikonsumsi oleh anggota rumahtangga tidak hanya dilihat

dari segi kuantitas, tetapi juga sangat tergantung pada kualitas bahan

pangannya. Kualitas konsumsi pangan meliputi jumlah makanan yang

dimakan, sedangkan kuantitas meliputi ragam/jenis dan mutu biologi dari

makanan yang dikonsumsi (Tarwotjo, 1987). Bahan makanan yang dipilih

sedapat mungkin bersumber dari bahan pangan nabati maupun hewani yang

mengandung beragam makanan yang diperlukan tubuh.

Soeharjo, et al (1988), menyatakan bahwa kebiasaan makan seseorang

atau sekelompok orang dipengaruhi oleh faktor produksi pangan untuk rumah

tangga, pengeluaran untuk konsumsi pangan, serta tersedianya bahan

pangan di pasar. Untuk mengetahui ketersediaan pangan di Indonesia dapat

diketahui dari Neraca Bahan Makanan Indonesia tahun 1996. Banyaknya

energi yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk adalah sebesar 26,60 gram

kalori, 58,22 gram protein dan 49,96 gram lemak perkapita kalori. Protein

nabati sebesar 35,65 gram, 61,23% berasal dari kelompok padi-padian,

21,86% dari buah-buahan dan biji-bijian, 16,91 berasal dari hewani, lemak

sebanyak 91,83% bersumber dari nabati dan 8,17% dari hewan (Anonim,

1988).

42Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 43: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Melihat pentingnya jagung bagi peningkatan kualitas sumber daya

manusia sehingga upaya untuk meningkatkan konsumsi jagung tersebut

dilakukan dengan memodifikasi kebiasaan makan jagung sebagai cerminan

perilaku masyarakat dalam konsumsi jagung. Soeharjo (1988) menyatakan

bahwa istilah kebiasaan makan memberi konotasi sesuatu yang stabil,

sedangkan perilaku makan mempunyai makna yang dinamis. Perilaku

konsumsi pangan mencakup beberapa pertanyaan yaitu apa, mengapa dan

bagaimana suatu perilaku.

Perbaikan konsumsi pangan penduduk berarti meningkatkan jumlah,

mutu yang konsumsinya. Upaya memperbaiki konsumsi pangan adalah

memberikan perhatian khusus kepada beragam faktor yang berpengaruh,

seperti penyediaan (terutama produksi dan impor) dan faktor-faktor sosial,

ekonomi,budaya dan teknologi (Suharjo, 1988).

Sementara adam sulaiman (2008) mengutip dari Chen (1987),

mengatakan bahwa kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangan

merupakan salah satu manivestasi kebudayaan dalam rumahtangga yang

disebut gaya hidup. Gaya hidup ini merupakan hasil kondensasi Adam

sulaiman mengutip dari valdecanoes, et al (1986), mengemukakan bahwa

kebiasaan makan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pangan, ekonomi,

keluarga, politik dan sosial budaya. Variabel-variabel tersebut dapat

mempengaruhi perilaku individu maupun lingkungan masyarakat.

43Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 44: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Peningkatan perilaku pangan manusia adalah dengan meningkatkan

adataptasi pada lingkungannya melalui pengetahuan tentang hal yang

berpengaruh pada proses pemilihan makanannya (Kronde dan Lau, 1985).

Rendahnya pengetahuan, kebiasaan dan kepercayaan yang dipengaruhi oleh

cara berpikir tradisional utamanya dalam peningkatan pangan merupakan

penghambat terciptanya perilaku sehat di dalam masyarakat dan juga adanya

(Ngatimin, 1987).

Lebih lanjut dikemukakan bahwa budaya sebagai suatu gambaran

bagaimana setiap individu memandang dunia ini termasuk makanan dan

kebutuhan fisiknya serta cara memperoleh dan menggunakan makanan, nilai

dan kesesuaian serta budaya sebagai satu kesatuan dalam sosial budaya

dan tak dapat dipisahkan. Masalah pangan mencakup suatu lingkup yang

cukup luas yaitu meliputi aspek produksi, konsumsi dan distribusi. Pada

tingkat rumah tangga ternyata konsumsi energi dan protein bervariasi

tergantung pada ciri-ciri demografis, sosial dan ekonomi serta potensi

sumberdaya setempat.

Secara umum dikatakan bahwa masalah pangan merupakan sebagian

dari masalah kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat akibat adanya

ketimpangan antara kebutuhan persediaan, permintaan pangan dan

kesehatan. Permintaan pangan mempunyai kaitan erat dengan pendapatan,

harga pangan dan non pangan, pendidikan rumahtangga terutama ibu serta

44Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 45: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

adat (cultur) dan kebiasaan (Sukirman, 1988). Hal senada dikemukakan juga

oleh Soekirman dan Tarwotjo (1987) bahwa secara mikro jumlah dan jenis

pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak saja dipengaruhi oleh

produksi, ketersediaan pangan nasional atau ketersediaan pasar, tetapi

dipengaruhi juga oleh daya jangkau ekonomi (daya beli), kesukaan,

pendidikan dan nilai sosial budaya yang berlaku di masyarakat.

Dilihat dari sisi budaya dan kebiasaan, sebagian orang Indonesia

beranggapan belum merasa makan kalau belum makan jagung, meskipun

sudah menikmati berbagai jenis makanan pokok lainnya. Jagung dianggap

begitu berharga sehingga banyak pantangan / hal tabu yang beredar di

masyarakat.

Pola makan pada dasarnya merupakan konsep budaya bertalian

dengan makanan yang banyak dipengaruhi oleh unsur social budaya yang

berlaku dalam kelompok masyarakat itu, seperti nilai sosial, norma sosial dan

norma budaya bertalian dengan makanan, makanan apa yang dianggap baik

dan tidak baik (Sediaoetama, 1999). Faktor sosial budaya yang berpengaruh

terhadap kebiasaan makan dalam masyarakat, rumah tangga dan individu

menurut Koentjaraningrat meliputi apa yang dipikirkan, diketahui dan

dirasakan menjadi persepsi orang tentang makanan dan apa yang dilakukan,

dipraktekkan orang tentang makanan. Kebiasaan makan juga dipengaruhi

45Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 46: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

oleh lingkungan (ekologi, kependudukan, ekonomi) dan ketersediaan bahan

makanan.

G. Jagung Merupakan Makanan Pokok

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian

dari keluarga rumput-rumputan, berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia

dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa dan ke Amerika. Sekitar

abad ke-16 oleh orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk

Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais sedangkan orang inggris

menamakannya corn.

Sebagai tanaman serelia, jagung bisa tumbuh di hampir seluruh dunia,

jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber

karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan,

jagung juga telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan beberapa

daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama. Tidak

hanya sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan

pakan ternak dan industri.

Salah satu bahan makanan yang tersedia dimasyarakat adalah jagung.

Jagung merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia

mengingat jagung adalah salah satu bahan makanan pokok manusia, yang

pengadaannya dapat dipenuhi oleh masyarakat di beberapa lokasi tertentu.

Dalam hal produksi jagung pemerintah telah mengatur dengan peraturan

46Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 47: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

pemerintah dalam hal menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,

pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan

proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan

sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam

jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya

beli mereka.

Masyarakat Indonesia umumnya memahami bahwa jagung bukanlah

makanan pokok, melainkan makanan pengganti beras. Pemahaman ini

didasari oleh beberapa faktor, antara lain karena jagung tidak

mengenyangkan bila dibandingkan dengan mengkonsumsi beras. Akan tetapi

dari segi ekonomi di komunitas batujala bahan pangan jagung merupakan

bahan makanan pokok yang di konsumsi secara keseluruhannya sehingga

mereka beranggapan makan jagung sangat mengennyangkan selain

mengkonsumsi beras tersebut.

Menurut Sarasutha (dalam Suarni dan Saenong) mengatakan bahwa

Jagung merupakan komoditas palawija utama di Indonesia ditinjau dari aspek

pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu sebagai bahan baku pangan

dan pakan, dan selain itu dapat juga menghasilkan devisa negara karena

jagung merupakan komoditas yang laris di pasar internasional.

Jagung merupakan komoditas pertanian strategis karena digunakan

secara luas dalam berbagai industri. Bulirnya tidak hanya sebagai bahan

pangan dan pakan, tetapi juga merupakan bahan baku industri untuk

47Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 48: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

dijadikan tepung, sirup, dan methanol. Tongkol muda dipetik sebagai sayuran

untuk konsumsi dalam negeri dan ekspor atau dimakan langsung misal,

jagung bakar, beras jagung .

Menurut Purwono dan Rudi Hartono (2010 : 13) mengatakan bahwa

terdapat banyak jenis jagung untuk mengenali maka pembagian jagung

didasarkan pada bentuk dan kandungan pati dalam jagung tersebut

1. Jagung gigi kuda

Disebut tipe jagung gigi kuda (dent corn) karena terdapat

lekukan di puncak biji, lekukan tersebut terjadi karena pati keras

terdapat di pinggir dan pati lembek di puncak biji. Jagung gigi kuda

umumnya berwarna kuning. Hampir 95% jagung yang di import

merupakan jagung gigi kuda dan varietas baru juga umumnya tipe

jagung gigi kuda.

2. Jagung mutiara

Jagung mutiara (flint corn) bentuknya bulat dan umumnya

berwarna putih. bagian luar biji keras dan licin karena terdiri dari

pati keras. Jagung jenis lokal indonesia umumnya tipe jagung

mutiara, jagung mutiara biasanya berumur genjah sehingga

hasilnya relatif rendah, meskipun demikian banyak yang menyukai

jenis ini karena bila di campur dengan beras tidak kentara.

48Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 49: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

3. Jagung manis

Jagung manis (sweet corn) mengandung lebih banyak gula

daripada pati sehingga bila kering, bijinya keriput. Jagung manis

pada mulanya berkembang dari jagung gigi kuda dan jagung

mutiara yang kemudian melalui pemuliaan tanaman yang diperoleh

jenis yang manis

Budidaya jagung manis mulai berkembang di indonesia

walaupun masih terbatas pada daerah dekat perkotaan, harga

benih yang mahal dan ancaman penyakit bulai merupakan kendala

utama pembudidayaan jagung manis.

4. Jagung berondong

Jagung berondong (pop corn) merupakan jagung tipe

mutiara, tetapi bagian bijinya terdiri dari pati keras pada saat biji

dipanaskan. Uap air yang yang terdapat dalam biji akan

mengembang dan akan menerobos keluar dan meletuskan biji.

Kadar air optimum untuk proses peletusan sekitar 14%.

5. Jagung tepung

Jagung tepung (flour corn) banyak di tanam di daerah kering

di amerika serikat dan beberapa negara amerika selatan. Seluruh

bagian biji terdiri dari pati lunak. Susunan pati lunak pada jagung

tepung sangat mudah di cerna sehingga banyak di gunakan

sebagai makanan bayi.

49Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 50: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

6. Jagung polong

Jagung polong (pod corn) merupakan jenis jagung yang

langka dan aneh, masing-masing biji di bungkus dengan kelobot.

Sementara seluruh tongkol juga terbungkus oleh kelobot.

7. Jagung ketan

Jagung ketan (waxi corn) memiliki kandungan amilopektin

lebih besar dari amilosa dan endospermanya. Amilopektin yang

tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung.

Jagung pulut atau sebagian orang menyebutnya jagung

ketan merupakan salah satu jenis jagung yang memiliki karakter

spesial yaitu pulut atau ketan. Jagung ini disebut pulut atau ketan

karena lengket dan pulen seperti ketan ketika di rebus (kandungan

amilopektin tinggi). Jagung ketan ditemukan di China pada awal

tahun 1900 dengan karakter endosperm berwarna kusam seperti

lilin (waxy). Karakter waxy disebabkan adanya gen tunggal waxy

(wx) bersifat resesif epistasis terletak pada kromosom sembilan.

Secara fenotif endosperm jagung ketan yang berwarna kusam,

dapat dibedakan dengan jelas dibandingkan jagung jenis lain pada

saat kadar air biji 16% atau kurang dari 16%.

50Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 51: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

H. Karakteristik Informan

Dalam rentan waktu penelitian sejumlah keterangan dan informasi

di dapat dari beberapa informan yang dipilih secara selektif dengan

mempertimbangkan bahwa informan tersebut adalah orang-orang yang

beraktifitas sebagai petani yang berada sekitar di komunitas Batujala

dengan dasar latar belakang diangkat yang terkait dengan masalah

kebiasaan makan Kanre lu’mu di komunitas Batujala maka terdapat dua

kelompok kategori informan remaja yang bermukim di sekitar Batujala dan

orang tua yang terlibat langsung sebagai petani jagung dengan tingkatan

umur 25-58 Tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

51Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 52: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Tabel III.3

Daftar Nama Informan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

No. Nama Informan

Jenis

KelaminUmur

(Tahun)Pekerjaan

L P

1. Dg. Bali √ 23 Petani

2. Lisa √ 24 Petani

3. Dg. Tawang √ 29 Petani

4. Dg. Te’ne √ 30 Petani

5. Dg. Ranca √ 35 Petani

6. Dg. Bau √ 52 Petani

7. Dg. Ngilang √ 58 Petani

8. Agus Pribadi √ 30 Pedagang/Petani

9. Nurbaya √ 47 Pedagang/Petani

Dari table di atas dapat dilihat bahwa informan yang diwawancarai oleh

penulis berjumlah 9 orang yang terdiri dari 5 orang informan laki-laki dan 4

orang informan perempuan. Informan yang berumur antara 23-58 tahun

merupakan informan yang bekerja sebagai petani jagung.

I. Rumah Tangga Konsumsi Dan Makanan Berbasis Jagung

52Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 53: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Masyarakat yang ada di komunitas Batujala didominasi oleh

masyarakat yang rata-rata kehidupan ekonominya berada pada golongan

kelas menengah kebawah. Dengan demikian pola konsumsi makanan

yang berbasis jagung berbeda pula, yang sesuai dengan kemampuan

daya beli mereka serta cara pengolahannya. Peneliti mencoba

menklasifikasikan rumah tangga yang berada di komunitas Batujala yang

dikaitkan dengan jenis makanan berbasis jagung yang mampu dia

konsumsi secara berulang-ulang.

Rumah tangga di komunitas Batujala diklasifikasi berdasarkan

tingkatan kehidupan ekonomi rumah tangga dibuat menjadi tiga kategori

yakni, (a) Sejahtera I berpenghasilan berkisar antara Rp 3.500.000 < Rp

1.000.000. (b) Sejahtera II berpenghasilan berkisar antara Rp 1.000.000

< Rp 500.000. (c) Sejahtera III berpenghasilan berkisar antara Rp

500.000 < Rp 0 (tidak menentu), ini berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis.

Berikut ini tabel klasifikasi rumah tangga berdasarkan jenis

makanan berbasis jagung sehingga makanan tersebut bisa di

kategorikan sesuai dengan tingkat pendapatan rumah tangga konsumsi

berikut ini merupakan tabel klasifikasinya berdasarkan jenis makanan

yang di konsumsi setiap harinya dalam komunitas batujala

Tabel III. 4.

Klasifikasi rumah tangga berdasarkan jenis makanan berbasis jagung

53Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 54: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

No

.Jenis Makanan Klasifikasi Rumah Tangga Keterangan

1.Nasi Jagung (Kanre

Lu’mu)Sejahtera I, II dan III

Didominasi Oleh

Sejahtera III

2.Keripik Jagung

(Lappo)Sejahtera II dan III

Didominasi Oleh

Sejahtera II

3.Jagung Goreng

(Kero)Sejahtera II dan III

4.Jagung Masak

(Bassang)Sejahtera I, II dan III

5. Kue Lapis Jagung Sejahtera I

6. Perkedel Jagung Sejahtera I dan II

7Bubur Jagung

(Bon’nyo)Sejahtera I, II dan III

Berdasarkan klasifikasi dari tabel III.4, Dapat di lihat bahwa dari tingkat

pendapatannya maka berbeda pula jenis makanan yang di konsumsi terlihat

bahwa jenis makanan yang sedikit mewah di dominasi oleh golongan

sejahtera I sedangkan khususnya makanan kan’re lu’mu itu sendiri lebih

banyak di dominasi oleh kelompok sejahtera I di karenakan jenis makanan

yang di konsumsi adalah makanan pokok. Akan tetapi adapun makanan

54Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 55: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

pokok yakni kanre lu’mu biasa juga di konsumsi oleh golongan sejahtera I

dan golongan sejahtera II hanya semata-mata untuk makanan alternative

saja berbeda halnya dengan golongan sejahtera III makanan kanre lu’mu

adalah makanan utama atau pokok.

Klasifikasi makanan dari tabel III.4 salah penggambaran dalam

penentuan jenis apa saja yang di konsumsi oleh dari tiga golongan tersebut

sehingga dapat di uraikan satu-persatu untuk mengetahui dari semua jenis

makanan yang di konsumsi oleh ketiga golongan tersebut di atas, ini

memberikan perbedaan yang sangat besar dalam tingkatan golongan di

komunitas batujala sebagai komunitas yang mengkonsumsi kanre lu’mu

sebagai makanan pokok yang utama.

BAB IV

55Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 56: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Manusia sebagai mahluk individu mengarah kepada karakteristik yang

khas yang dimiliki manusia sebagai mahluk hidup yang membedakan dirinya

dengan mahluk hidup yang lain, serta dengan manusia yang lain, karakter

khas yang dimiliki manusia dan berbeda dengan manusia yang lain ini

meliputi fisik,kepribadian,yaitu sifat khas yang dimliki seseorang, sifat ,sikap

dan tempramen, watak atau karakter, tipe, dan minat dalam hal tertentu

setiap manusia adalah sama seperti semua manusia lain, sama seperti

manusia lain dan beberapa manusia lainnya.

Demikian halnya dengan kepribadian, ditinjau dari segi fisik, masih

sering ditemukan adanya kesamaan antar manusia, tetapi dari kepribadian,

tidak ada manusia yang mempunyai kepribadian sama, walaupun yang

bersangkutan dilahirkan kembar. Keberbedaan yang dimiliki oleh setiap

manusia, menjadi kekhasan yang melekat pada diri manusia yang

bersangkutan, dan menjadi identitas dari yang bersangkutan, serta yang

membedakan dengan manusia yang lainnya. Karakter yang khas ini

mempengaruhi kebutuhan manusia dan cara-cara yang dilakukan manusia

dalam memenuhi kebutuhannya.

Kharakteristik khas ini dimiliki oleh setiap manusia, tetapi tiap manusia

memiliki kekhasan yang berbeda. Misalnya saja, setiap manusia

56Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 57: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

membutuhkan makanan, tetapi tidak setiap manusia memerlukan nasi untuk

memenuhi kebutuhan makanannya, karena ada manusia makanannya dari

roti, sagu, dan jagung, bahkan dari umbi-umbian.

Demikian halnya dengan jumlahnya. Inilah yang menyebabkan

manusia itu dikategorikan sebagai makluk individu. Sebagai makhluk individu,

manusia mempunyai keinginan, kebutuhan, kebiasaan, cita-cita yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya, walaupun mereka saudara

kandung, bertempat tinggal di lokasi yang sama, dan tidur atau sekolah di

tempat yang sama. Oleh karena itu, mereka mempunyai kebiasaan,

keinginan, kebutuhan, serta sikap dan perilaku yang berbeda dengan kita

dalam suatu hal, tetapi sama dalam hal yang lain.

Makan adalah kata yang menggambarkan aktifitas kita sehari-hari untuk

mengkonsumsi guna memenuhi kebutuhan hidup manusia, setiap hari kita

makan akan tetapi terlalu banyak insan yang belum menyadari bahwa

bagaimana dan apa yang kita makan mempengaruhi kuantitas dan kualitas

hidup kita bahkan makanan telah mempengaruhi kualitas hidup manusia

semenjak masih dalam kandungan ibu, singkatnya makanan yang bermutu

baik yaitu sesuai dengan komposisi yang baik serta nilai gizi yang sesuai

dengan takaran yang dibutuhkan tubuh harus diperhatikan, makanan itu

harus dapat di cerna di serap kemudian di mamfaatkan oleh tubuh secara

optimal.

57Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 58: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Mengkonsumsi makanan yang terbuat dari jagung merupakan hal yang

sangat luar biasa bagi komunitas batujala di karenakan makanan tersebut

adalah makanan pokok atau wajib yang di konsumsi selain harganya yang

murah atau terjangkau juga dapat membuat perut merasa kenyang makanan

ini di sebut kanre lu’mu.

A. Pengetahuan Komunitas Batu Jala Tentang Jenis-Jenis Jagung

1. Pandangan Tentang Jagung

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

amerika tengah dan selatan, jagung juga menjadi alternative sumber

pangan di amerika serikat, sedangkan penduduk beberapa daerah di

indonesia misalnya Madura dan Nusa Tenggara juga menggunakan

jagung sebagai pangan utama.

Sebagai tanaman serelia, jagung bisa tumbuh hampir di seluruh

dunia dunia. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan

sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber

bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras.

Bahkan di beberapa daerah di indonesia jagung di jadikan sebagai bahan

pangan utama.

Jagung sebagai sumber bahan makanan pokok, bahan baku pakan

dan sumber devisa bagi komunitas di batujala dalam menunjang

pembangunan ekonomi daerah di samping tipe iklim yang baik dengan 3

58Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 59: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

bulan hujan rata-rata dan musim kemarau yang panjang yang di rasakan

hanya cocok untuk menanam jagung, aspek lain yang mendukung

terciptanya pasar baik local maupun regional sehingga jagung merupakan

lahan dan usaha tani yang cukup bagus.

Pandangan tentang jagung bagi komunitas di batujala memang

sangat luas melihat dari segi fungsi dan peranannya untuk mengolah dan

menjual merupakan salah satu hal yang di lakukan sehari-hari sebagai

kegiatan ekonomi. Selain itu juga menanam jagung merupakan sumber

pendapatan keluarga sehingga untuk mendapatkannya butuh kerja keras

dalam berusaha sehingga secara tidak masyarakat di komunitas batujala

menopang hidup dari menanam selain padi.

Menanam jagung bagi mereka merupakan hal yang sangat

diwajibkan terlihat dari beberapa informan yang di wawancarai yakni.

Seperti yang di ungkapkan dg, Bali (23 thn)

‘’,,,,,,,,,Makanan pokokku makan nasi jagung, jadi ku tanam baru ku bawa ke pasar untuk di jual trus lebihna ku makanmi ka ini tommi yang ku tanam di kebunku,,,,,’’

Nasi jagung bagi mereka memang merupakan makanan pokok

selain itu juga sebagian dari hasil menanam jagung mereka jual untuk

bisa membeli kebutuhan lainnya.selain itu juga adapun faktor pendukung

dalam menanam jagung yakni faktor cuaca Pandangan komunitas

batujala dengan menanam jagung menjadikan lebih memahami dan

59Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 60: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

mengerti tentang struktur cuaca yang baik sehingga menghasilkan jagung

yang baik pula ini menambah pengetahuan, pengalaman dan

menerapkan system tanam yang baik seperti yang di kemukakan

dg.ngilang (58 thn)

“,,,,,,,,,,cuaca siga tana baji na kulle tawwa nanang batara asselena ga’ga na batara kulle baji nanpa di balukangmi mi ri pasaraka,,,,,,,,,”

‘’,,,,,,,,Artinya bahwa cuaca yang baik menentukan sehingga bisa menghasilkan jagung yang baik pula sehingga bagus untuk di jual di pasar ,,,,,,,,,,,,,,’’

Seperti yang di kemukakan dg. Ngilang di atas dapat kita ketahui

ada dua hal yang mereka bisa tentukan dalam menanam jagung yakni

faktor cuaca dan juga faktor bagaimana supaya jagung itu bisa di jual di

pasar dengan kualitas jagung yang bagus sehingga nilai jualnya menjadi

tinggi untuk di pasarkan.

Dalam berbagai aspek jagung bagi merupakan salah satu sumber

pendapatan utama, dalam proses penanaman pun dapat di bedakan

seperti contohnya untuk jagung yang jenis varietas unggul yakni jagung

kuning adalah salah jagung paling mahal jika di pasarkan dikarenakan

nilai jual yang sedikit tinggi sehingga mereka lebih berkonsentrasi untuk

menanam jagung jenis varietas unggul selain jagung putih (koasa).

Seperti yang di kemukakan oleh suryani (23 thn)

60Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 61: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

‘’…….Biasanya saya tanamka jagung kuning karna itumi jagung paling mahalki hargana di bandingkangi dengan batara koasa (jagung putih) kalo di jual, terus beda tommi itu cara tanamnya ka kalau jagung kuning biasana di kebun depan dusunnga klo batara koasa biasa ku tanam di kebun dekat gunungnga…..’’

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan adanya perbedaan

dalam proses penanaman jenis jagung varietas unggul dengan jenis

jagung untuk di jadikan kanre lu’mu dapat di simpulkan bahwa untuk

varietas unggul ada perawatan yang lebih ekstra untuk mendapat hasil

yang bagus sehingga nilai jualnya tinggi

Manusia dengan etos kerja yang tinggi berpandangan bahwa

menanam jagung merupakan rahmat tuhan walaupun itu sebagai petani,

rahmat yang akan di syukurinya, yang di terimanya tanpa syarat, dan

karena rahmat pekerjaan itu sehingga ia tidak akan merespon pekerjaan

yang di sandangnya dengan tidak serius dan di lakukannya dengan penuh

semangat sebagai bagian dari rasa syukur.

2. Jenis-Jenis Jagung

Jagung merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam

perekonomian Indonesia, dan merupakan pangan tradisional atau

61Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 62: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

makanan pokok di beberapa daerah dan termasuk di komunitas Batu

Jala.

Melihat dari kandungan gizi jagung ini merupakan varietas yang

sangat bagus karena kandungan gizinya yang tidak kalah dengan beras

atau terigu, bahkan jagung memiliki keunggulan karena merupakan

pangan fungsional dengan banyak kandungan serat pangan, adapun

beberapa jenis-jenis jagung local yang di ketahui oleh masyarakat di

komunitas batujala yaitu:

a. Jagung Pulut.

Di komunitas Batujala, Jagung pulut dikonsumsi sebagai

makanan ringan atau makanan cemilan, dan juga di gunakan sebagai

jagung rebus karena rasanya yang enak dan gurih.

Hasil jagung pulut umumnya rendah di karenakan tidak tahan

dengan penyakit bulai, sampai saat ini pemuliaan jagung pulut masih

sangat rendah kualitasnya dalam segi ekonomi belum dapat perhatian

terutama dalam potensi hasilnya padahal permintaan jagung pulut terus

meningkat sehingga penanamannya juga dalam segala aspek sangat

menguntungkan bagi masyarakat lokal.

Seperti yang di kemukakan oleh Dg.Tawang (29 thn)

62Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 63: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

“ ,,,,,,,,,,senang sekalika makan ini jagung punu karena enak apalagi kalo di masakki, kalau masalah jualna biasa juga banyak mau beli ki dan hasil tanamnya juga baguski tapi itu mami tidak terlalu baguski ka biasa juga kalau menanam kena ki hama,,,,,,,,”

Dalam varietas jagung pulut sangat menguntungkan bagi

komunitas batujala akan tetapi masalah hama biasa tidak bisa teratasi

oleh masyarakat setempat akan tetapi semua ini bukan suatu masalah

besar dalam mengatasinya dari segi aspek ekonomi jagung pulut sangat

di gemari bagi masyarakat local.

b. Jagung Putih (Koasa)

Jagung putih merupakan jagung yang di konsumsi sebagai

kanre’lumu karena tekstur bijinya yang keras dan warna yang sedikit

terang dan mencolok sehingga bagus untuk di buat nasi jagung oleh

karena itu komunitas di batujala mengkonsumsinya setiap hari, dalam

penanamannya tidak memakan waktu yang sangat lama untuk proses

penanaman jagung putih tersebut serta pengolahan yang tidak terlalu

sulit sehingga cara masaknya pun tidak terlalu rumit.

Dibandingkan dengan tanaman padi, tanaman jagung

mempunyai kelebihan untuk di kembangkan di lahan kering di dataran

tinggi karena lebih tahan dari kekurangan air, tanaman jagung berbiji

putih selain banyak di mamfaatkan sebagai bahan pangan nasi jagung

atau istilah di komunitas batujala (kanre lu’mu), juga di mamfaatkan

63Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 64: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

sebagai bahan paku industry rumah tangga seperti marning jagung atau

komunitas di batujala mengatakan kero’.

Jagung putih (koasa) local sudah biasa di tanam petani di lahan

kering dataran tinggi di desa Batujala karena kebanyakan di wilayah

Desa Batujala Kecamatan Bontoramba menggunakan jagung putih

sebagai makanan pokok sebagai bahan makanan, jagung banyak

mengandung karbohidrat, protein,lemak dan nutrisi.

Seperti yang di ungkapkan oleh dg.bau (umur 52 tahun)

“,,,,,,,,,,Biasa ka saya makan kanre’lumu tidak di campurkanngi dengan beras jadi enakki apalagi ini jagung putih mudah sekaliji di dapat dan tanamnya juga bagus ka semua orang di sini tanam semua jagung putih untuk di makan, ka rumahku di sini banyak gunung jadi baguski kalo menanam jagung putiah,,,,,,,,,”

Seperti juga yang dikatakan dg.te’ne (30 thn)

“………Saya juga makan kanre’lumu ka itumi selalu di makan di sini setiap hari, dan di tanam juga sendiri ka ada kebunku terus hasilnya di jual atau biasaka juga sinpanki di pamma’kang rumah,,,,,,,,,,”

Dari hasil wawancara di atas menunnjukkan bahwa jagung putih

merupakan bahan utama pembuatan nasi jagung (kanre lu’mu),di

karenakan bahan paku utama ini memang cocok untuk nasi jagung dan

harganya sedikit agak terjangkau di bandingkan dengan jenis jagung

64Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 65: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

yang lain sehingga banyak kita jumpai di daerah dataran tinggi di desa

batujala tersebut.

b. Jagung Kuning atau jagung manis

Jagung manis atau yang lebih di kenal dengan nama sweet corn

mulai di kembangkan di indonesia pada awal tahun 1980 di usahakan

secara komersial dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan hotel dan

restoran. Sejalan dengan berkembangnya toko-toko dan swalayan dan

meningkatnya daya beli masyarakat, meningkat pula permintaannya.

Jagung manis dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang sampai

beriklim tropik. Pertumbuhan terbaik didapatkan di daerah beriklim tropik,

hal ini berarti bahwa usaha untuk memperdagangkannya pun sedikit lebih

baik. Jagung kuning merupakan salah satu jagung paling digemari setiap

orang di seluruh dunia, di Indonesia tanaman jagung kuning juga sangat

digemari karena rasa dan kandungan Karbohidrat yang tinggi sehingga

membuat rasa kenyang dalam perut.

Harga jenis jagung kuning sangat relative tinggi jika di jual di pasar

mengingat jagung ini sangat di gemari masyarakat di indonesia maupun

di sulawesi selatan dan juga diu beberapa daerah lainnya termasuk

komunitas batujala sendiri, sehingga permintaannya pun meningkat

sehingga mengapa harganya mahal, di bandingkan dengan jenis jagung

seperti jagung putih ( koasa) harga jualnya relatif lebih murah di

65Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 66: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

karenakan rasa dan teksturnya hanya cocok untuk nai jagung saja yaitu

kanre lu’mu, walaupun seprti itu jagung putih dan jagung kuning

merupakan varietas unggulan bagi komunitas di Batujala.

3. Jenis Makanan Berbasis Jagung

Keanekaragaman makanan tradisional yang di produksi oleh

masyarakat sebagai pengetahuan tradisional dalam memamfaatkan

sumber-sumber potensi ekonomi, olahan makanan rakyat melalui tradisi

kuliner masyarakat menunjukkan pola-pola kesamaan dalam hidup dan

interaksi social sehingga secara local menggambarkan kearifan local

pangan yang menginformasikan keadaan taraf atau taraf tingkat

kehidupan sehat, social, religi dan inisiatif-inisiatif local.

Peneliti mencoba mengelompokkan jenis makanan yang berbahan

dasar jagung berdasarkan variatif makanan yang ada di komunitas

Batujala, yang dapat diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel IV.1

66Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 67: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Jenis Makanan yang berbahan dasar jagung serta pengelompokannya

No.Jenis Makanan

Berbahan Dasar Jagung

Variatif Makanan

KeteranganKue Non Kue

1.Nasi Jagung (Kanre

Lu’mu)√

Makanan Pokok

2.Keripik Jagung

(Lappo)√

Cemilan / Makanan Ringan

3. Jagung Goreng (Kero) √Cemilan / Makanan Ringan

4.Jagung Masak

(Bassang)√

Cemilan / Makanan Ringan

5. Kue Lapis Jagung √Cemilan / Makanan Ringan

6. Perkedel Jagung √ Lauk Pauk

7.Bubur Jagung

(Bon’nyo)√ Sarapan Pagi

Dikomunitas batujala makanan merupakan salah satu kegiatan makan

yang selalu dilakukan dan makanan yang menjadi bahan pokok yaitu kanre

lu’mu, akan tetapi ada banyak juga makanan yang di hasilkan dari jagung

yang bermacam-macam bentuk dan rasanya mulai dari yang rasa asin

hingga rasa yang manis tergantung bagaimana cara mereka membuat

makanan tersebut antara lain yaitu:

67Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 68: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

a. Nasi jagung (kanre lu’mu)

Jagung merupakan bahan pangan utama, kandungan protein

jagung putih lebih tinggi bila di bandingkan dengan beras giling atau

beras sosoh. Seperti jagung putih tersebut di jadikan nasi jagung karena

karbohidrat lebih tinggi Nasi jagung merupakan makanan pokok bagi

masyarakat desa batujala dengan bahan utama jagung putih.

Seperti yang di kemukakan oleh Nurbaya (47 tahun)

“,,,,,,,,Kanre lu’mu makanan utama ku’ ka itumi di makan setisp hari ka inimi na yang bahanna dari jagung putih yang sudahmi di giling di pabrik terus ku masak dan ku makanmi sama anakku dan suamiku,,,,,,,”

Lanjut yang di katakan oleh agus pribadi ( 30 tahun).

“,,,,,,,, Biasana iniji memang ku makan saya karna memang iniji yang ku sanggup beli karena ku tanam tonji juga jadi mau tidak mau makan kanre lu’mu tonja baru kanre lu’mu cepat bikin orang kenyang dari pada nasi siang laparmi sedeng oranga,,,,,,,,,”,

Salah satu keunggulan serta mamfaat dari jagung putih (koasa)

yakni memberikan rasa kenyang jika dikonsumsi sehingga komunitas

batujala memilih jagung putih ini sebagai bahan utama pembuatan nasi

jagung (koasa). Jenis ini paling banyak di tanam karena mempunyai

kualitas untuk konsumsi dan pengolahan yang baik.

b. Keripik jagung (lappo)

68Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 69: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

keripik jagung merupakan makanan khas dari meksiko,di Negara

ini keripik jagung di namakan tortilla. Makanan tersebut popular di

amerika serikat. Keripik jagung di buat dari bahan dan alat yang

sederhana,. Di indonesia makanan keripik jagung ini biasanya di makan

pada saat nonton di bioskop ataupun menonton televise di rumah.

Di komunitas batujala makanan keripik jagung atau yang biasa

mereka sebut dengan lappo juga merupakan makanan selingan atau

cemilan, di makan pada saat ada tamu yang datang dan menjamu

dengan lappo tersebut di rumah ataupun memakannya sambil berbicara

dengan sesama komunitas di batujala, biasanya berlokasi di bawah

kolong rumah mereka.

c. Jagung goreng (Kero)

Kero merupakan makanan yang sangat khas di kalangan

komunitas setempat karena rasanya yang enak dan juga gurih rasanya,

karena makanan ini di masak dengan cara di goreng tanpa minyak dan di

beri sedikit garam dan hasilnya siap di makan, akan tetapi di daerah lain

sudah banyak orang yang mengelolanya dengan memakai minyak dan di

kreasikan dengan memakai perasa gula yg warna-warni.

d. Jagung Masak (Bassang)

69Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 70: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Bassang atau jagung masak merupakan makanan yang sangat di

gemari oleh seluruh masyarakat hamper seluruh orang yang ada di

indonesia banyak yang mengkonsumsi bassang. Dalam segala suasana,

bahkan di pinggir jalan banyak di jumpai penjual bassang. Hal ini yang

membuat makanan ini sangat di gemari baik muda ataupun orang yang

lebih tua sehingga makanan ini di jadikan cemilan.

e. Kue Lapis Jagung

Makanan ini merupakan makanan yang manis yang di buat dengan

bahan dasar jagung yang di parut dan di campur dengan gula merah dan

sedikit gula pasir kemudian di kukus selama 25 menit.

f. Perkedel jagung

Makanan ini merupakan salah makanan yang sangat di gemari

semua orang, dan juga banyak di jumpai di setiapa daerah. Makanan

yang rasanya asin ini adalah makanan yang mengenyangkan bagi semua

orang, makanan yang terbuat dari bahan dasar jagung ini yg di

campurkan dengan sedikit tepung terigu,garam,gula,udang dan bawang

seledri yang semuanya di campurkan dan di goreng setelah itu di tiriskan

dan siap di makan.

g. Bubur Jagung (Bon’nyo)

70Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 71: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Makanan ini merupakan makanan khas tradisional orang Makassar

Sulawesi selatan yang termasuk makanan manis yang bahan dasarnya

terbuat dari jagung hanya saja makanan ini agak berbeda dengan yang

lain di karenakan proses pengolahannya yang sedikit rumit sehingga

makanan ini sangat jarang di temui di pasar atau di toko akan tetapi bisa

di dapatkan dan di temui dalam kehidupan rumah tangga, akan tetapi

proses penyajiannya jagung di campur dengan santan, tepung terigu, air,

gula dan garam.Dalam pembuatan bubur jagung menggunakan jagung

pulut di karenakan jagung ini cocok untuk pembuatan bubur jagung atau

bon’nyo

B. Proses Pengolahan Dan Penyajian Makanan

Dalam proses pengolahan dan penyajian makanan yang semua

berbahan dasar dari jagung, cara mengolahnya tidak terlalu sulit dan

semua orang bisa melakukannya sehingga makanan yang berbahan

dasar jagung ini sangat di gemari walaupun tinggkat pasarannya agak

sedikit relatif rendah kecuali jagung kuning, dalam mengolah jagung

menjadi sebuah makanan merupakan salah satu makanan yang

berkarbohidart tinggi seperti di komunitas batujala kanre lu’mu ini sangat

sering disajikan di meja makan. Seperti yang di ungkapkan oleh Nurbaya

(45 tahun).

71Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 72: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

‘’,,,,,,,,tidak pernah itu tidak masakka kanre lu’mu, seperti sakitki kepalayya kalo tidak makanka seharian itu kanre lu’mu. Kalo cara masakna juga gampangji tinggal di campurkangi dengan air baru nu aduk-aduk sampai dia keras jadimi kanre lu’mu tapi biasa juga kalau ada beras di campurkangi sedikit, setelah itu sudahmi tinggal di makan,,,,,,,,,’’

Dari hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa mengkonsumsi

kanre lu’mu serta proses pengolahannya pun sangat mudah dan sangat

terjangkau karena mereka sendiri yang menanam jagung tersebut.

Berikut ini adalah beberapa contoh berbagai makanan yang berbahan

dasar jagung serta pengolahannya yang dapat lihat yakni:

1. Nasi jagung

Bahan yang di gunakan :

a. Jagung pulut atau pipilan baru 5 kg

b. Air dingin secukupnya

c. Air hangat secukupnya

Cara membuat :

Pilih jagung pulut yang baru, lalu tumbuk kasar dan ayak, hasil ayak di

tampi agar tembaga dan kulit arinya hilang, hasil pengayakan di cuci, lalu

pisahkan bagian-bagian yang mengapung. Bagian jagung yang di gunakan

di rendam dalam air bersih selama 2 hari setelah itu ganti air rendaman

setiap hari, setelah di rendam cuci dan tiriskan.

72Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 73: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Jagung selanjutnya di tumbuk halus dan di ayak. Bila jagung yang di

tumbuk masih kasar, tumbuk lagi kemudian ayak kembali, hingga diperoleh

jagung berbentuk tepung. Tepung di letakkan pada tampah, beri sedikit air

demi sedikit sambil tepung sering di aduk. Bolak-balik dengan tangan

hingga membentuk butiran-butiran tepung.

Butiran hasil pengayakan tersebut, di masukkan sedikti demi sedikit

pada dandang, lalu di kukus selama 30 menit, angkat dan letakkan pada

tampah dan tiriskan, bolak-balik sambil beri air hangat sedikit demi sedikit

kemudian hasilnya didinginkan, hasil penjemuran kemudian di kukus

kembali selama 1 jam. Hasil kukusan selanjutnya diangkat dan didinginkan,

hasil yang diperoleh dinamakan nasi jagung. Dalam penyajiannya makanan

nasi jagung di hidangkan dengan lauk pauk dan sayur mayur.

Adapun alat yang di gunakan untuk membuat beras jagung yakni

spesifikasi alat adalah panjang 80 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 90 cm.

tenaga penggerak alat tersebut secara manual, dengan kapasitas yang

dapat di selesaikan dengan sebanyak 25 kg jagung. Bahan pembuat alat ini

adalah kayu balok, Kayu papan, dan besi cor.

Fungsi alat pembuat beras jagung ini adalah menghancurkan jagung

pipilan menjadi butiran jagung yang berukuran beras untuk dip roses lebih

lanjut cara kerjanya jagung yang akan di olah di masukkan dalam hopper

73Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 74: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

atau kotak tempat pemasukkan biji jagung yang tersedia. Kemudian,

tangkai pemutar di gerakkan bolak-balik setengah lingkaran. Cincin

pengatur ukuran jagung yang akan di buat di atur sesuai dengan ukuran

butiran yang diinginkan, mesin pemipil jagung modern adapun mesin yang

langsung. Alat yang di rancang oleh tropical products institute dari inggris.

Dengan spefikasi tinggi alat 19 cm dan lebarnya 7,5 cm..

Alat pemipil jagung manual ini menggunakan tenaga manusia

langsung, berfungsi untuk memipil dan melepaskan butir-butir jagung dari

tongkolnya hingga butir-butir disortasi. Alat ini mempunyai cara kerja

sebagai berikut:

1.Siapkan tongkol jagung keringyang akan di pipil

2.Masukkan jagung kering tersebut pada lubang tempat pemipilan

3.Putarkan alatnya dan tongkoljagung diam, atau putarkan tongkol

jagungnya sedangkan alatnya didiamkan.

4.Selesai memipil seluruh jagung, alat di bersihkan kembali supaya dapat

di gunakan kembali dengan baik.

2. Jagung Goreng

Bahan yang digunakan :

a.Jagung pulut

b.Kapur sirih

74Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 75: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

c.Bawang putih

d.Bawang merah

e.GaraM

Cara pengolahannya:

Membuat jagung goring bukan pekerjaan yang sulit berikut ini adalah

langkah-langkahnya yakni mula-mula jagung pipilan yang sudah di kering di

bersihkan dari kotoran kemudian di rendam selama semalam, jagung selama

1-2 jam atau setelah ada butiran jagung, jika sudah merekah barulah jagung

diangkat, saat perebusan bubuhkan sedikit garam dan bumbu yang

bumbunya itu bawang merah, bawang putih setelah itu jagung di angkat dan

di tiriskan, setelah dingin sebaiknya di cuci dengan air bersih sambil di

hilangkan kulit arinya, tahap pengeringan kunci utamanya supaya jagung

goreng enak dan renyah.

Sebetulnya pada proses pengeringan dan penjemuran waktu

penjemuran harus rajin membolak-balikan butiran jagung sehingga keringnya

merata, butiran jagung rebus yang telah kering siap untuk di goreng, saat

penggorengan nyala api harus stabil supaya jagungnya bias masak dengan

merata, bila jagung tidak betul-betul kering hasilnya akan keras jadi tingkat

kekeringannya pun nantinya menentukan kualitas jagung goring tersebut.

Dalam segi penyajiannya jagung goreng di santap di waktu senggang, dan

75Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 76: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

juga kadang-kadang di hidangkan pada saat kerabat dan sanak family

berkunjung.

3. Perkedel Jagung.

Bahan yang di gunakan :

a.80 gram tepung beras

b.Dua sendok makan tepung terigu

c.Setengah sendok teh garam

d.Setengah sendok the merica

e.satu kaldu blok

f. 125 ml air

g.100 gram udang kupas, lalu potong sesuai keinginan

h.Enam butir bawang merah

i. Tiga suing bawang putih cincang halus

j. 325 gram jagung manis segar yang telah di pipil

k.Minyak untuk menggoreng

Cara membuatnya :

Campurkan tepung beras, terigu,garam,merica,kaldu blok, lalu aduk

hingga merata, tuangkan air kemudian aduk kembali hingga merata,

masukkan udang, bawang merah, bawang putih, lalu aduk kembali sampai

rata, masukkan jagung pipilan lalu aduk lagi sampai seluruhnya merata

76Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 77: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

setelah itu panaskan minya, masukka 2 sendok adonan jagung, masak

hingga kekuningan keemasan lalu angkat dan tiriskan. Biasanya

penyajiannya ini di hidangkan dengan nasi jagung atau kanre lu’mu.

4. Bubur Jagung (Bon’nyo)

Bahan yang di gunakan :

a. Jagung pulut kupas di rendam semalam

b. Santan encer

c. Santan kental

d. Daun pandan

e. Garam

f. Tepung terigu

Cara membuat :

Masak jagung dengan air banyak sampai jagung lunak, setiap airnya

habis di tambahkan terus lagi sampai di dapatkan jagung yang mulai lunak,

apabila air sudah menyusut tambahkan santan encer dan daun pandan,

masak terus sampai jagung benar-benar lembut. Siapkan santan kental dan

beberapa sendiok tepung terigu, masukkan sedikit-demi sedikit air bubur

kedalam bubur jagung aduk rata dan biarkan mendidih dan kental. Siapkan

dan hidangkan selagi masih panas dan tambahkan gula pasir.

77Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 78: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

C. Pandangan Masyarakat Tentang kanre lu’mu

Nasi jagung atau biasa orang menyebut di komunitas batujala

dengan sebutan kanre lu’mu telah lama dikenal oleh masyarakat namun

karena proses membuat dari bentuk jagung pipil hingga nasi yang lama,

meliputi proses penumbukan berulang serta penjemuran, maka

penerimaannya sebagai bahan pangan pokok lebih rendah daripada nasi

biasa. Oleh karena itu pengolahan jagung menjadi beras jagung diperlukan

untuk mempersingkat waktu pembuatan jagung menjadi nasi jagung. Rasa

nasi jagung, seperti halnya nasi dari beras, dipengaruhi oleh kandungan

amilosa. Makin rendah kandungan amilosa, rasa nasi jagung menjadi

semakin pulen (Zuraida et al, 2001). Pati jagung normal mengandung 74-

76% amilopektin dan 24-26% amilosa. Dengan kadar amilosa tersebut

diharapkan nasi yang terbentuk dari beras jagung masih bersifat pulen dan

tidak keras saat dingin karena kadar amilosa yang tidak terlalu tinggi.

Keunggulan jagung tidak kalah oleh nasi/beras bila dilihat dari segi gizi

yang dihasilkan, bila mengkonsumsi jagung yang dosisnya setara dengan

nasi jagung akan lebih tahan lama (rasa kenyang) dibandingkan dengan nasi

serta kalori yang dihasilkan dari jagung setara dengan nasi. Manfaat jagung

sangat baik pula untuk kesehatan dan harga dipasaran per liter relative lebih

murah dibandingkan beras.

78Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 79: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Seperti yang dikemukakan oleh Lisa (24 tahun)

“,,,,,,,samaji dengan nasi tapi kalau saya lebih ku pilih Kanre Lu’mu karena kurasa lebih cepatka kenyang, lamaka baru lapar lagi klo Kanre Lu’mu, Kalo pagi kumakan Kanre Lu’mu sorepi baru laparka lagi, tidak sama kalo nasi, siang na lapar meki lagi,,,,,,,”

Lain lagi yang diungkapkan oleh Dg. Ranca (35 tahun)

“,,,,,,,,,kalo makanka Kanre Lu’mu lebih sehatka kurasa, juga jarangka sakit. Kuat juga smua badanku kurasa, kalo kerjaka lamapi baru kurasa capekna. Klo jagung nda bellima kodong, karena kutanam ji sendiri,,,,,,,,”

Pengolahan jagung menjadi beras jagung menciptakan alternatif

makanan pokok selain beras dengan sifat organoleptis yang hampir sama,

rasa yang netral, dan waktu proses pembuatannya yang sama dengan nasi

dari beras. Didukung dengan keunggulan kandungan nutrisi serta keinginan

masyarakat untuk mencoba mengkonsumsi kanre lu’mu, Beras jagung

memiliki potensi yang baik sebagai alternatif makanan pokok selain beras.

Dengan demikian diharapkan beras jagung dapat mensukseskan

program diversifikasi pangan pemerintah dan mengurangi ketergantungan

Indonesia terhadap beras sehingga menciptakan swasembada pangan dan

ketahanan pangan dapat terwujud. Dilihat dari keunggulan nasi jagung hal ini

bisa di manfaatkan sebagai peluang bisnis kuliner dengan mengangkat

79Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 80: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

tradisional food sebagai keunggulan kuliner yang ditawarkan. Prospek ini

sangat menggairahkan karena saat ini masyarakat lebih concern terhadap

makanan tradisional yang lebih sehat di bandingkan makanan fast food yang

ada sekarang. Selain itu banyak di kota-kota besar masyarakatnya belum

familiar terhadap nasi jagung sehingga bisa di tawarkan sebagai makanan

pokok alternatif baru yang lebih sehat.

Pembuatan nasi jagung sangatlah sederhana, supaya empuk, jagung

direndam semalam, jika akan memasak tinggal dicampur dengan beras dan

dikukus hingga tanak. Nasi jagung biasanya dipadukan dengan lauk pauk

telur petis, daging tolotoh, kering kentang, pindang tongkol. Sedangkan untuk

sayurnya bisa ditambah dengan tumisan sayur.

Membuka usaha bisnis makanan nasi jagung dapat memberikan

nuansa baru di dunia kuliner sebagai makanan pokok alternatif bagi

masyarakat. Selain melestarikan budaya kuliner kita, nasi jagung juga

menyehatkan masyarakat dan memberikan keuntungan secara finansial bagi

pemiliknya karena harganya yang lebih terjangkau.

80Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 81: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap masalah dari

pembahasan yang telah diuraikan maka penulis menarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam beberapa aspek di komunitas Batujala lebih menerapkan

ketersediaan makanan pokok yaitu kanre lu’mu sebagai bahan

utama untuk dikonsumsi (Makanan pokok).

2. Ketersediaan bahan dasar berupa jagung jenis lokal berasal dari

hasil perkebunan yang dilakukan oleh komunitas Batujala itu

sendiri.

3. Faktor lingkungan serta cuaca menjadi pendukung tumbuhnya

jagung di daerah Batujala, dikarenakan daerah tersebut merupakan

dataran tinggi.

4. Ada 3 jenis jagung local pada komunitas Batujala yang mereka

ketahui yakni Jagung Pulut, Jagung Putih, Jagung Kuning.

5. Ada beberapa variatif makanan berbahan dasar jagung di

komunitas Batujala selain nasi jagung (kanre lu’mu) yakni Keripik

81Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 82: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Jagung (Lappo), Jagung Goreng (Kero), Jagung Masak (Bassang),

Kue Lapis Jagung, Perkedel Jagung, Bubur Jagung (Bon’nyo)

6. Pada umumnya Proses pengolahan dan penyajian makanan

berbahan dasar jagung yang ada di komunitas Batujala cukup

mudah, tidak membutuhkan proses waktu yang lama serta biaya

yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

7. Pandangan komunitas Batujala tentang nasi jagung (Kanre Lu’mu)

selain sebagai makanan pokok, juga dapat memberikan manfaat

bagi kesehatan tubuh mereka serta mengenyangkan jika

dikonsumsi dan juga kalori yang dihasilkan lebih besar

dibandingkan dengan menkonsumsi nasi putih.

B. Saran

Dari gambaran yang di sajikan pada bab-bab di muka, maka

penulis ajukan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah lebih memperhatikan hasil produksi jagung di Batujala

agar produksi jagung tidak menurun.

2. Dari segi pemasaran sebaiknya komunitas Batujala agar

mempromosikan jagung putih menjadi lebih bernilai ekonomis.

3. Lebih menambah lagi variasi makanan yang dapat diolah dari

bahan dasar jagung menjadi makanan jenis kue maupun non kue.

82Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 83: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

4. Perlunya pemerintah mensosialisasikan bahwa makanan berbasis

jagung setara dengan nasi bila ditinjau dari segi nilai gizi serta

harga jagung local relative lebih murah dibandingkan dengan

beras.

83Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 84: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Apomfires, Frans. 2002 Jurnal Antropologi Papua, “Makanan Pada Komuniti Adat Jae”: (Catatan Sepintas-Lalu Dalam Penelitian Gizi1 Volume 1. No. 2, Desember 2002)

Aryani mewa. 2004. Diservikasi konsumsi pangan di indonesia:antara harapan dan kenyataan.pusat analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian.Bogor

Adam sulaeman. 2008. Kebiasaan Makan Masyarakat Berbasis jagung di Desa Tompo Kabupaten Barru. Makassar. Skripsi Jurusan Antropologi

Brata, Trisnu Nugraha. 2007. Buku Antropologi Sma Kelas 3:Erlangga. Jakarta.

Foster,George. M dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI press.

Jonatan lassa. 2005. Politik Ketahanan Pangan Indonesia. Artikel kompas 2005;

Keesing, Roger. M. 1999. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontenporer:Erlangga. Jakarta

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta: Jakarta1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Dian Rakyat:Jakarta

Khumaidi, M. 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Maleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakaraya; Bandung

84Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 85: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Meliono irmayanti dan Budiarto. 2002 Dimensi Etis Terhadap Budaya Makan dan Dampaknya Pada Masyarakat. ( Makara, Sosial Humaniora, vol. 8, no. 2, Agustus 2004: 65-70)

Moehji, S .1989, Ilmu Gizi Jilid II: penerbit Bharata Karya Aksara, Jakarta, pp.9.

Mapandin. Y. Wahidah. 2006. Hubungan factor-faktor social budaya dengan Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat di Kecamatan Wamena. Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005; Program Pasca Sarjana Universitas Di Ponegoro. Semarang.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Pujileksono Sugeng. 2006. Petualangan antropologi:UUM Press: Malang

Purwono dan Hartono Rudi. 2010. Bertanam Jagung Unggul : Penebar Swadaya; Jakarta

Sairin, Safri An Al. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta

Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta

Soedarmo, Poerwo Dan Sediaoetama .1985, ilmu gizi; penerbit Dian Rakyat ; Jakarta

.Suhardjo. 2005. Perencanaan pangan dan gizi ; Bekerjasama Dengan Pusat

Antar Universitas- Pangan Dan Gizi Institut Pertanian Bogor ; Penerbit Bumi Aksara.Bogor.

Suhardjo. 2006. Pangan, gizi dan pertanian; Ui press; Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta

85Rachmatia Syam KhalikE51105016

Page 86: SKRIPSI.docx

SKRIPSIKanre lu’mu ( studi tentang kebiasaan makan berbasis jagung di Desa Batujala, Kec. Bonto Ramba, Kab.

Jeneponnto)

Sutarwodjo, 1983, Penyelenggaraan Makanan Keluarga, DepartemenKesehatan RI. AKZI, Jakarta

Rakhby. 2006. Pola Konsumsi Dan Pengetahuan Gizi Masyarakat Petani Di

Kelurahan Manarang:Makassar. Skripsi Jurusan Antropologi

http://gastronomika,nyonyafood.com/pdf/Bab%2015.budaya.makan.pdf.Diakses pada tanggal 12 maret 2010)

file:///meningkatkan-ketahanan-pangan-indonesia-berbasis-sumber-daya-

lokal.html) (di akses pada tanggal 5 februari 2010)

(http://www.kompas.com ( diakses pada tanggal 12 maret 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung ( di akses pada tanggal 20 januari 2010)

http://www.ginandjar.com/public/30MembangunKemandirianPangan.pdf ( di akses pada tanggal 3 maret 2011)

86Rachmatia Syam KhalikE51105016