Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba...

76
UJI TOKSISITAS SUBKRONIK SEDIAAN SIRUP IMUNOMODULATOR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius Linn.) PADA MENCIT (Mus musculus) YUSTIRAHAYU B. N111 09 273 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

description

farmasi, biofarmasi, imunomodulator

Transcript of Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba...

Page 1: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK SEDIAAN SIRUP IMUNOMODULATOR KASUMBA TURATE

(Carthamus tinctorius Linn.) PADA MENCIT (Mus musculus)

YUSTIRAHAYU B. N111 09 273

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK SEDIAAN SIRUP IMUNOMODULATOR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius Linn.) PADA MENCIT (Mus

musculus)

SKRIPSI

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

YUSTIRAHAYU B. N111 09 273

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 3: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)
Page 4: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)
Page 5: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri,

bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya

juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar,

maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, 30 Mei 2013

Penyusun

Yustirahayu B.

Page 6: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan

karunia yang senantiasa dianugrahkan-Nya kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Toksisitas Subkronis

Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)

pada Mencit (Mus musculus)”, sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi strata satu Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini, ucapan terima kasih

yang tulus penulis ucapkan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Baharuddin Zainuddin, SE, dan

St.Rahmawati SE atas segala pengorbanan dan dukungan dalam doa

dan ucapan syukur. Juga saudara penulis, Muhammad Iqbal dan

Muhammad Arief yang senantiasa memotivasi dalam setiap canda

mereka yang menguatkan.

2. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Farmasi, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

3. Bapak Usmar, S.Si., M.Si., Apt. sebagai pembimbing utama dan ibu

Dra. Rahmawati Syukur, M.Si., Apt. sebagai pembimbing pertama,

yang telah rela berbagi ilmu dan meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan mulai dari perencanaan penelitian sampai

selesainya skripsi ini.

Page 7: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

vii

4. Ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. sebagai penasehat akademik,

atas waktu, bimbingan, dan nasehat-nasehatnya selama penulis

menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi UNHAS sampai

terselesaikannya skripsi ini.

5. Tim penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan mem-

berikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Segenap Dosen, Asisten Dosen, Staf Laboratorium, dan Staf Pegawai

Fakultas Farmasi atas bantuannya selama ini.

7. Seluruh sahabat tanpa kecuali, yang setia menemani, berbagi suka

maupun duka, dan mendoakan, baik selama menjalani masa

pendidikan dari awal kuliah hingga skripsi ini terselesaikan.

8. Kakanda Christian Aspriamijaya, S.Si dan Rafika Fitriah S,Si., serta

saudari Reski Frislianita S.Si. atas segala bantuan, dukungan, dan

masukan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian untuk

merampungkan skripsi ini.

9. Tante Sri Rejeki Muliadi, Rugawati, Ridawati, Ratnawati, Om Adi, dan

Fina Syam sebagai penyemangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Seluruh angkatan 2009 “GINKGO” Farmasi Unhas dan semua pihak

lain yang tidak sempat penulis sebutkan, atas bantuan dan

dukungannya.

Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, dengan penuh kerendahan

hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saran dan kritik yang

Page 8: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

viii

membangun tentunya penulis sangat harapkan. Semoga skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi

penelitian selanjutnya.

Makassar, 1 Mei 2013

Yustirahayu B.

Page 9: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

ix

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai uji toksisitas subkronis sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn.) berdasarkan kerusakan organ mencit melalui pemeriksaan histopatologi. Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai efek toksik pada 5 organ mencit yang timbul setelah pemberian sediaan sirup berulang kali. Dua belas ekor mencit jantan dibagi dalam 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 3 ekor mencit. Kelompok I, II, dan III diberi sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn.) 1 ml/30 g BB mencit tiga kali sehari setiap hari secara peroral selama 14, 21, dan 28 hari. Kelompok IV adalah kontrol. Penilaian histopatologi terhadap sel hati mencit dinilai berdasarkan kerusakan sangat ringan, ringan, sedang, dan berat. Sedangkan pada sel ginjal dinilai dari jumlah kerusakan inti sel pada tubulus proksimal. Untuk lambung dinilai dari kerusakan epitel mukosa, kerusakan kelenjar, dan ulkus. Untuk limpa, kerusakan didasarkan pada kepadatan jumlah sel limpa. Sedangkan pada jantung kerusakan dinilai berdasarkan jumlah inti piknotik. Hasil analisis data menunjukkan gejala kerusakan ringan pada sel hati, ginjal, dan lambung. Sedangkan pada limpa dan jantung normal. Secara umum, derajat kerusakan yang timbul pada kelompok III yang diberi sediaan imunomodulator kasumba turate selama 28 hari lebih tinggi dibandingkan hari ke-14 dan hari ke-21. Dari skor rata-rata kerusakan pada 5 organ mencit menunjukkan skor ringan sehingga pemberian sediaan imunomodulator kasumba turate dengan dosis 1ml/30g BB mencit selama 28 hari tidak menimbulkan efek toksik pada 5 organ mencit.

Page 10: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

x

ABSTRACT

A research about subchronic toxicity assay of Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) immunomodulatory syrup dosage by mice organ damage through histopathological examination had been done. The aim was to obtain an overview of the 5 organs toxic effects on mice after giving syrup dosage. Twelve males mice were divided into 4 groups, each group consisted of 3 mice. Groups I, II, and III were given immunomodulatory Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) syrup dosage 1 ml/30 g Body Weight mice three times a day every day during 14, 21, and 28 days. Whereas IV was the control group. Histopathologic assessment of the liver cells of mice assessed by damage minimal, mild, moderate, and severe. Whereas in renal cell damage assessed from the number of cell nuclei in the proximal tubule. For gastric, damage assessed from mucosal epithelial, gland damage, and ulcers. For the spleen, damage based on the density of the number of spleen cells. Whereas in the heart damage assessed by the number of picnotic nuclear. The Results of analysis data showed the symptomps of minimal destruction in liver cells, kidney, and gastric. While in the spleen and heart is normal. In general, the degree of damage that occurs in group III were given Kasumba Turate immunomodulatory syrup dosage during 28 days was higher than day 14 and day 21. From the mean score in 5 mice organs damage showed the minimum score. Thus administration of Kasumba Turate immunomo-dulatory oral dosage with doses 1ml/30g body weight mice for 28 days doesn’t give toxic effects for 5 organs of mice.

Page 11: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 5

II.1 Uraian Tanaman ............................................................ 5

II.1.1 Klasifikasi Tanaman ............................................ ....... 5

II.1.2 Nama Daerah ......................................................... .... 5

II.1.3 Morfologi Tanaman .................................................. ... 5

II.1.4 Kandungan Kimia ..................................................... .. 7

II.1.5 Pemanfaatan Tanaman ............................................ .. 7

II.2 Imunomodulator…………………………………………. .. 8

II.3 Uraian Mengenai Toksisitas……………………………. .. 8

II.3.1 Mekanisme Terjadinya Toksisitas ................... ........... 10

II.3.2 Metode Pengujian Toksikologi……………………........ 10

Page 12: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

xii

II.3.3 Uji Toksisitas Subkronik………………………………….. 12

II.4 Tinjauan Mengenai Hati…………………………..………... 17

II.4.1 Anatomi dan Fisiologi Hati..……………………………… 17

II.4.2 Histologi Hati……………………………………………….. 18

II.5 Tinjauan Mengenai Ginjal.........…………………..………... 19

II.5.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal……………………………… 19

II.5.2 Histologi Ginjal…………………………………………….. 20

II.6 Tinjauan Mengenai Lambung...…………………..………... 21

II.6.1 Anatomi dan Fisiologi Lambung.………………………… 21

II.6.2 Histologi Lambung……………………………………….. 22

II.7 Tinjauan Mengenai Limpa………………………..………... 23

II.7.1 Anatomi dan Fisiologi Limpa..…………………………… 23

II.7.2 Histologi Limpa..………………………………………….. 24

II.8 Tinjauan Mengenai Jantung.……………………..………... 24

II.8.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung…………………………… 24

II.8.2 Histologi Jantung………………………………………….. 25

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN……………………………….. 26

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan yang Digunakan…………….. 26

III.2 Penyiapan Sampel Penelitian……………………………… 26

III.3 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji……………………… 27

III.3.1 Pemilihan Hewan Uji……………………………………… 27

III.3.2 Penyiapan Hewan Uji…………………………………… 27

III.4 Perlakuan Terhadap Hewan Uji…………………………... 27

Page 13: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

xiii

III.5 Pengamatan…………………………..……………………. 28

III.6 Pemeriksaan Histopatologi…………..……………………. 28

III.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data............................... 28

III.8 Pembahasan Hasil............................... ......................... 28

III.5 Pengambilan Kesimpulan……….............................. .. .. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... …… 29

IV.1 Hasil Penelitian............................................................... 29

IV.2 Pembahasan ................................................................ 29

BAB V PENUTUP ........................................................................ 37

V.1 Kesimpulan ................................................................... 37

V.2 Saran ............................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 39

LAMPIRAN................................................................................... 42

Page 14: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Derajat kerusakan organ metode skoring................................... 16

2. Derajat kerusakan sel hati, ginjal, lambung, limpa dan

jantung.......................................…………………………............. 29

3. Komposisi sediaan sirup dari liofilisat ekstrak mahkota bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) ....................... 42

4. Data gejala-gejala toksik setelah pemberian sirup...................... 44

Page 15: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Formula Sediaan Imunomodulator Kasumba Turate....... 42

2. Skema Kerja....................................................................... 43

3. Data gejala-gejala toksik setelah pemberian sirup............ 44

4. Gambar ............................................……………………….. 50

5. Rekomendasi Persetujuan Kode Etik.................................. 61

Page 16: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit

infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam

resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang

dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan

lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mem-

pertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan

berbagai bahan dalam lingkungan hidup (1).

Obat-obatan yang dapat mengembalikan ketidakseimbangan sis-

tem imun disebut imunomodulator. Imunomodulator terdiri atas imunosti-

mulator, imunorestorator (imunorestorasi), dan imunosupresor atau imuno-

supresan. Imunostimulasi atau imunopotensiasi adalah cara memperbaiki

fungsi sistem imun dengan menggunakan imunostimulan yaitu bahan

yang merangsang sistem imun. Secara klinis imunomodulator digunakan

pada pasien dengan gangguan imunitas, antara lain pada kasus

keganasan HIV/AIDS, malnutrisi, alergi, dan lain-lain (1).

Kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) adalah anggota dari famili

Compositae atau Asteraceae yang ditanam dan bunganya digunakan un-

tuk pewarna, penyedap makanan, dan obat-obatan (2). Secara empiris,

mahkota bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) digunakan

masyarakat Sulawesi Selatan sebagai obat tradisional untuk pengobatan

campak. Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili (3).

Page 17: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

2

Penelitian yang dilakukan terhadap seduhan dari mahkota bunga

kasumba turate yang dikeringkan memperlihatkan efek meningkatkan

aktivitas antibodi imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG) pada

mencit (3). Selain itu, telah dilaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol

bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g

BB mencit) dapat meningkatkan aktivitas imunoglobulin G (IgG) dan bobot

limpa mencit jantan (4). Adapun penelitian lain juga menyebutkan ekstrak

air kasumba turate dapat meningkatkan aktivitas fagositosis mencit (5).

Sediaan sirup yang stabil secara farmasetika yang mengandung

liofilisat ekstrak air mahkota bunga kasumba turate telah diformulasi pada

penelitian terdahulu sebagai sediaan sirup (6). Kasumba turate (Cartha-

mus tinctorius L.) dalam formula yang dikembangkan diharapkan berperan

sebagai bahan yang dapat menambah dan meningkatkan kekebalan

tubuh terutama pada saat sakit.

Akan tetapi, dalam mengembangkan obat tradisional menjadi obat

herbal terstandar maka formula tersebut masih memerlukan pengkajian

dan penelitian lanjutan yakni uji preklinik untuk efektifitas dan keamanan-

nya dalam penggunaan lebih jauh. Uji preklinik dilakukan secara in vitro

dan in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek

farmakodinamiknya. Uji farmakodinamik pada hewan coba digunakan

untuk memprediksi efek pada manusia, sedangkan uji toksisitas dimak-

sudkan untuk melihat keamanannya (7). Pada uji farmakodinamik, sediaan

sirup kasumba turate 1% b/v memiliki efek sebagai imunostimulan ber-

Page 18: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

3

dasarkan peningkatan aktivitas fagositosis setelah diinduksi suspensi

koloidal karbon (8).

Oleh karena itu, harus diketahui tingkat keamanannya pada hewan

uji melalui serangkaian uji toksisitas. Uji toksisitas adalah suatu uji untuk

mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk

memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang

diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat

bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia,

sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan ma-

nusia. Uji toksisitas terdiri dari uji toksisitas akut oral, uji toksisitas sub-

kronik oral, dan uji toksisitas kronik oral (9). Telah dilakukan pengujian tok-

sisitas akut dan hasil Lethal Dose 50 (LD50) dari sediaan kasumba turate

tersebut sebesar 2000 mg/kg bobot badan mencit dan ditetapkan sebagai

LD50 semu (10).

Uji toksisitas subkronik oral adalah suatu pengujian untuk men-

deteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan

dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama

sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan (9).

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas sub-

kronis kasumba turate (Carthamus tinctorius) dalam sediaan sirup yang di-

gunakan sebagai imunomodulator. Sedangkan tujuan dari penelitian ini

adalah memperoleh informasi kemungkinan adanya efek toksik setelah

pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (Carthamus

Page 19: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

4

tinctorius) secara berulang dalam jangka waktu tertentu pada mencit (Mus

musculus).

Page 20: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi Tumbuhan

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Anak Divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Anak kelas : Sympetalae

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Carthamus

Jenis : Carthamus tinctorius Linn. (11,12)

II.1.2 Nama Daerah

Jawa : Kembang pulu

Makassar : Kasumba Turate

Bugis : Rale’

Umum : Kesumba (11,12)

II.1.3 Morfologi Tumbuhan

Tumbuh tegak lurus bercabang banyak, tumbuh menahun, tinginya

30-180 cm. Sistem akar terbentuk dengan baik, berwarna coklat

kehijauan, akar tebal dan gemuk, menusuk sampai 3 m ke dalam tanah,

Page 21: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

6

cabang sampingnya tipis mendatar, sebagaian besar terdapat di atas 30

cm. Tangkai berbentuk selinder, padat dengan intisari lunak, berkayu

didekat pangkal. Daun tersusun secara spiral dengan ukuran 4-20 cm x 1-

5 cm. Tepi daun berduri-bergerigi, berwarna hijau gelap mengkilap dan

berbentuk herba ketika masih muda, berubah menjadi keras dan kaku

setelah tua. Bagian kepala terletak di ujung berbentuk jambangan besar,

panjang sekitar 4 cm dan diameter 2,5-4 cm, hanya mengandung bunga-

bunga tunggal (florest). Memiliki banyak kelopak involucral, tersusun

spiral, bagian luar membujur dan menyempit diatas bagian dasar, 3-7 cm

x 0,5-1,6 cm. Bagian atas seperti daun dan spinescent, tegak atau

menyebar, tidak terkatup, dengan rambut panjang pada tepi bawah,

berwarna hijau lebih muda daripada daun, bagian bawah terkatup,

berwarna putih kehijauan, berambut panjang pada bagian luar, khususnya

pada tepi, sedangkan pada bagian dalam glabrous disekitar bagian

tengah kepala, kontriksinya menjadi kurang jelas dan bagian yang seperti

daun menjadi tidak nampak; kelopak yang paling dalam berbentuk lanset,

2-2,5 cm x 1-4 mm; ujung spinescent, ciliate. Dasar bunganya rata sampai

berbentuk kerucut, banyak, tegak, berbulu putih dengan panjang 1-2 cm

dan terdapat 20-80 bunga tunggal (florest) berkelamin ganda, tubular,

aktinomorf, panjangnya sekitar 4 cm glabrous, kebanyakan berwarna

jingga kemerahan yang menjadi merah gelap saat mekar, kadang-kadang

kuning; mahkotanya tersusun oleh 5 lobus, panjang tubular 18-22 mm,

lobus menyebar, sedikit oblongata sampai linier, 7 mm x 1 mm; benang

Page 22: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

7

sari 5, epipetalous tertanam pada bagian mulut, filamen 1-2 mm, anthers 5

mm, berkumpul, membentuk kolom; ovarium berbentuk elips, panjangnya

3,5-4,5 mm, satu sel, satu ovulet, bearing cakram pada bagian atas;

penghalang tipis, panjang 28-30 mm, glabrous, mendesak mulut kolom

serbuk sari, stigma panjangnya 5 mm, bifidus, kuning, dengan rambut

pendek (11,12).

II.1.4 Kandungan Kimia

Safflower (kasumba) mengandung 2 kelompok besar pigmen yang

larut dalam air, yaitu carthamidin kuning dan dye carthamin, yang

berwarna oranye-merah dan larut dalam larutan alkali. Bunganya

mempunyai 0,3-0,6 % carthamin. Flavonoid, glikosida, sterol, dan derivat

serotonin telah diidentifikasi dari bunga dan biji (11).

II.1.5 Pemanfaatan Tanaman

Bunga kasumba turate atau safflower dikenal sebagai bahan

tambahan kosmetik dan belum digunakan secara luas dalam pengobatan.

Di Cina, bunganya digunakan untuk pengobatan pada penyakit seperti

penyumbatan pembuluh darah diotak, sterilitas pada laki-laki, rematik dan

bronkhitis, dan sebagai teh tonik untuk memperkuat sirkulasi darah dan

hati. Pengobatan dengan safflower juga menunjukkan efek yang

bermanfaat pada sakit dan pembengkakan karena trauma. Kasumba

turate juga biasanya digunakan oleh masyarakat di daerah Sulawesi

Selatan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit campak

(morbili) (11,12).

Page 23: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

8

II.2 Imunomodulator

Obat yang diharapkan dapat mengembalikan dan memperbaiki

sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan fungsi yang

berlebihan merupakan obat ideal. Substansi atau obat yang dapat

mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun disebut imunomodulator.

Imunomodulator dibagi menjadi 3 kelompok: i) imunostimulator, berfungsi

untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun, ii) imunorestorasi,

artinya dapat mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu, dan iii)

imunosupresor yang dapat menghambat atau menekan aktivitas sistem

imun. Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up

regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation (1,13).

II.3 Uraian Mengenai Toksisitas

Secara sederhana, toksikologi adalah studi tentang sifat dan

mekanisme efek berbahaya dari suatu zat pada makhluk hidup dan

sistem biologis lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan penilaian kuantitatif

dari efek racun yang berkaitan dengan tingkat, durasi dan frekuensi

pemaparan pada organisme. Toksikologi memiliki cakupan yang luas. Hal

ini berkaitan dengan studi toksisitas bahan kimia yang digunakan dalam

pengobatan untuk tujuan diagnostik, pencegahan, dan terapi, dalam

industri makanan sebagai bahan tambahan dan di bidang pertanian

sebagai pestisida, zat pengatur tumbuh, penyerbuk buatan, dan bahan

tambahan pakan ternak, juga dalam industri kimia sebagai pelarut,

komponen, dan berbagai jenis bahan kimia (14).

Page 24: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

9

Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan

diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya

terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Zat-zat kimia

itu disebut “xenobiotik” (xenox=asing). Setiap zat kimia baru harus diteliti

sifat-sifat toksisitasnya sebelum diperbolehkan penggunaannya secara

luas. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi

racun di reseptor tempat kerja, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme

atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek

yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau

toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana

efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif

dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya

atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme (15,16).

Toksisitas melibatkan pengiriman toksikan ke target atau sasaran

dan beriinteraksi dengan molekul target endogen yang dapat memicu

gangguan dalam fungsi sel dan struktur atau memulai mekanisme

perbaikan di molekuler, seluler atau tingkat jaringan. Pada pemeriksaan

histologi terjadinya toksisitas jaringan dapat ditandai dengan terjadinya

degenerasi sel bersama-sama dengan pembentukan vakuola besar,

penimbunan lemak, dan nekrosis (=kematian sel/ jaringan/ organ).

Toksisitas jenis ini adalah fatal karena struktur sel langsung dirusak. Efek

toksik ini sering terlihat pada organ hati dan ginjal. Efek toksik ini segera

Page 25: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

10

terjadi setelah senyawa toksik mencapai organ tersebut pada konsentrasi

yang tinggi (15,18).

II.3.1 Mekanisme terjadinya Toksisitas

Mekanisme toksisitas yakni interaksi biologis yang diperlukan oleh

suatu toksikan yang memberikan efek bearcun pada organisme. Meka-

nisme seluler yang berkontribusi terhadap manifestasi toksisitas dianggap

berkaitan dengan serangkaian aktivitas yang diawali dengan pemaparan,

melibatkan banyak interaksi antara toksikan dan organisme yang di-

serang, dan puncaknya pada efek toksik. Umumnya, toksikan dikirim ke

target dan bereaksi, kemudian menghasilkan manifestasi toksisitas

disfungsi seluler pada target tersebut. Terkadang xenobiotik tidak bereaksi

dengan molekul target spesifik, akan tetapi malah mempengaruhi

lingkungan biologis, menyebabkan molekul, organel, seluler, mengarah ke

efek merusak atau disfungsi organ (17,18).

II.3.2 Metode Pengujian Toksisitas

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu

zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang

khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk

memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila

terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis

penggunaannya demi keamanan manusia.

Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai model berguna

untuk melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik pada

Page 26: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

11

manusia terhadap suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas tidak dapat

digunakan secara mutlak untuk membuktikan keamanan suatu bahan/

sediaan pada manusia, namun dapat memberikan petunjuk adanya

toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadi

pemaparan pada manusia (9).

Pada umumnya segala metode uji toksikologi dapat dibagi menjadi

dua golongan, yaitu :

a. Golongan pertama, terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk

mengevaluasi keseluruhan efek umum suatu senyawa pada hewan uji.

Uji-uji diidentifikasi sebagai uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis,

dan uji toksisitas kronis. Uji toksisitas akut terdiri atas pemberian suatu

senyawa kepada hewan uji pada suatu saat dengan maksud untuk

menentukan gejala kematian sebagai akibat dari pemberian senyawa

tersebut. Uji toksisitas subkronis adalah suatu uji toksikologi yang

bertujuan untuk secara umum mengevaluasi dan menggolongkan

segala efek senyawa apabila efek senyawa itu diberikan kepada hewan

uji secara berulang-ulang, biasa sekali selama tiga sampai empat

bulan. Uji toksisitas kronis adalah suatu uji toksikologi yang

membutuhkan waktu yang lebih panjang, biasanya tidak kurang dari

satu tahun dan sebelum suatu zat kimia baru dipertimbangkan untuk

studi toksisitas kronis, maka informasi tentang sifat toksisitasnya dan

dosis letalnya harus sudah diketahui.

Page 27: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

12

b. Golongan kedua, terdiri dari uji toksikologi yang dirancang untuk

mengevaluasi dengan rinci tipe toksisitas spesifik adalah :

(1) uji potensi, yaitu uji toksisitas yang menentukan efek suatu zat

dengan adanya zat-zat tambahan yang mungkin secara bersama-

sama dijumpai, di mana toksisitas suatu zat diperkuat,

(2) uji teratogenik, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek terhadap

janin (fetus) pada hewan bunting,

(3) uji reproduksi, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek atas

kemampuan reproduksi hewan eksperimental,

(4) uji mutagenik, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek pada

sistem kode genetik,

(5) uji kemampuan tumorgenisitas dan karsinogenisitas, yaitu uji

toksisitas untuk menentukan kemampuan zat untuk menimbulkan

tumor,

(6) uji kulit dan mata, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek lokal

zat bilamana zat-zat tersebut dipakai secara langsung pada kulit

dan mata,

(7) uji perilaku, yaitu uji toksisitas untuk menentukan efek zat atas

berbagai macam pola tingkah laku hewan (19).

II.3.3 Uji Toksisitas subkronik

Uji toksisitas subkronik oral adalah suatu pengujian untuk

mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji

dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama

Page 28: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

13

sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan.

Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap hari

untuk menentukan adanya toksisitas. Hewan yang mati selama periode

pemberian sediaan uji, bila belum melewati periode rigor mortis (kaku)

segera diotopsi,dan organ serta jaringan diamati secara makropatologi

dan histopatologi. Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua

hewan yang masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan

secara makropatologi pada setiap organ dan jaringan. Selain itu juga

dilakukan pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi (9)

Tujuan uji toksisitas subkronik oral adalah untuk memperoleh

informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas

akut; informasi kemungkinan adanya efek toksik setelah pemaparan

sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu; informasi dosis

yang tidak menimbulkan efek toksik (No Observed Adverse Effect Level /

NOAEL); dan mempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas

zat tersebut (9).

Bahan kimia biasanya diuji dengan pemberian di dalam makanan,

sedikit kurang lazim di dalam air minum, dan hanya bila sangat perlu bisa

melalui kateter, karena pemberian melalui kateter tersebut melibatkan

banyak penanganan dan menimbulkan stress. Sejumlah variabel

percobaan harus dikontrol dan variasi biologik harus dievaluasi. Selain itu,

jumlah titik akhir yang dapat diukur juga besar dan akibatnya

penyimpanan catatan dan analisis data menimbulkan masalah. Namun,

Page 29: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

14

jika semuanya dilakukan dengan hati-hati maka banyak yang bisa

dipelajari dari uji ini (20).

Beberapa variabel lingkungan dapat mempengaruhi evaluasi

toksisitas, sebagian ada yang berpengaruh langsung dan sebagian

lainnya melalui efeknya terhadap kesehatan hewan. Penyimpangan utama

dari suhu dan kelembaban optimum bagi spesies yang diuji dapat

menimbulkan reaksi stress. Stress juga bisa disebabkan oleh

pengandangan lebih dari satu ekor hewan uji dalam satu ruangan atau

kandang. Banyak efek toksik atau efek metabolik memperlihatkan variasi

harian yang berhubungan dengan masa pencahayaan. Desain kandang

dan perilaku tidur juga terlihat mempengaruhi respon toksik. Jadi kondisi

kandang yang optimum adalah ruang yang bersih, masing-masing berisi

satu spesies, dengan suhu, kelembaban, dan masa pencahayaan yang

tetap dan optimal untuk spesies tersebut. Kandang harus dirancang

optimum untuk spesies, tidak menyebabkan induksi enzim atau efek

metabolik, kandang tidak boleh sesak, dan bila mungkin satu kandang

satu individu (20).

Rute pemberian secara ideal hendaknya meniru rute pemaparan

yang diharapakan pada manusia, namun dalam praktek zat kimia

biasanya ad libitum di dalam makanan, karena inilah yang paling cocok.

Jumlah makanan yang dikonsumsi hendaknya dikontrol. Dalam hal ukuran

akurat jumlah makanan yang dikonsumsi merupakan faktor penting dalam

Page 30: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

15

rancangan percobaan, maka hewan diberi melalui kateter atau dengan

kapsul yang mengandung toksikan tersebut (14,20).

Untuk menghindari efek dari variasi nonspesifik pada makanan,

makanan yang cukup dari batch yang sama harus diperoleh selama

percobaan. Sebagian dibuat sebagai kontrol dan sebagian dicampur

dengan bahan kimia dengan dosis yang divariasikan. Penyimpanan

makanan tersebut harus seksama, tidak hanya untuk menjamin tetap

stabilnya zat kimia tersebut, tetapi juga mempertahankan nilai gizi dari

makanan. Identitas dan konsentrasi bahan kimia yang diuji harus diperiksa

secara periodik dengan analisis kimia (20).

Hewan harus diambil dari sekelompok besar dan dibagi ke dalam

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan proses acak, tetapi

kelompok besar itu hendaknya tidak terlalu bervariasi dalam hal berat

badan dan umur secara signifikan (20).

Uji subkronis hendaknya dilakukan pada dua spesies, idealnya satu

pengerat dan dan satu bukan pengerat. Meskipun spesies yang dipilih

harus yang paling mendekati kemiripan farmakokinetik dan metabolik

pada manusia dari senyawa yang diuji, namun informasi ini jarang tersedia

(14,20).

Penanganan hewan yang baik merupakan hal yang sangat penting,

karena toksisitas diketahui bervariasi menurut makanan, penyakit, dan

faktor lingkungan. Hewan harus dikarantina beberapa waktu sebelum

Page 31: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

16

diberi perlakuan, makanannya harus optimum dan fasillitas harus dijamin

bersih selama percobaan (20).

Uji toksisitas subkronis menyangkut penerapan teknik analitik untuk

menentukan efek pada kimia darah dan fungsi organ tertentu. Pada

umumnya perlu untuk mendahului suatu uji toksisitas subkronis dengan

eksperimen penemuan dosis jangka pendek yang sesuai (20).

Histopatologi adalah ilmu yang mempelajari kerusakan jaringan

yang diperiksa secara mikroskopis. Pada pengujian melalui histopatologi,

dapat digunakan parameter penilaian melalui metode skoring seperti pada

tabel 1 berikut: (21,22,23)

Tabel.1 Derajat Kerusakan Organ Metode Skoring

Skor Derajat Kerusakan

Hati Ginjal Lambung Limpa Jantung

0 Normal Normal Normal Normal, kepadatan sel 95%

Normal

1 Sangat ringan, sel mengalami degenerasi hidropik vakuola, nefrotik fokal, edema

Ringan, terjadi pada 1/3 bagian sel ginjal

Ringan, pada epitel mukosa

Ringan, terjadi pengurangan kepadatan dan nekrosis sel

Ringan, terdapat inti piknotik <25%

2 Ringan, pendarahan sekitar sel (inti sel piknotis) tidak sampai vena centralis

Sedang, terjadi pada 2/3 bagian sel ginjal

Sedang, sampai pada glandular

Sedang, jika sel limfosit mengalami nekrosis kurang dari 50%

Sedang, terdapat inti piknotik 25-50%

3 Sedang, kerusakan pembuluh darah (vena centralis) sampai segitiga kiernan

Berat, terjadi pada lebih dari 2/3 bagian sel ginjal

Berat, meliputi erosi, ulkus, hemoragi

Sedang, jika sel limfosit mengalami nekrosis lebih dari 50%

Berat, terdapat inti piknotik >50%, disertai kerusakan lain

4 Berat, jaringan hati menyeluruh(nekrotik lemak, jaringan ikat dan pendarahan menyeluruh)

- - - -

Page 32: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

17

II.4 Tinjauan Mengenai Hati

II.4.1 Anatomi dan Fisiologi Hati

Gambar 1. Anatomi Hati Manusia. (Sumber: WebMD. Digestive Disorders Health Centre. 2008. [cited on 21 April 2013]. Available from: http://www.webmd.com/digestive-disorders/picture-of-the-liver

Hati adalah organ intestinal terbesar dalam tubuh, yang beratnya

sekitar 2,5% dari berat badan orang dewasa. Hati menerima 25% curah

jantung melalui vena portal hati dan arteri hepatika. Pembuluh darah

portal membawa nutrisi yang diserap dari saluran pencernaan ke hati dan

mendistribusikan nutrisi dan vitamin. Hati juga mengatur lemak darah yang

beredar dari jumlah lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) yang

disekresikan. Banyak protein plasma beredar yang disintesis oleh hati.

Selain itu, hati mengambil banyak senyawa beracun dan obat-obatan dari

sirkulasi portal. Hal ini juga berkaitan dengan metabolisme obat dan zat

beracun. Hati juga berfungsi sebagai organ ekskresi untuk pigmen

empedu, kolesterol, dan obat-obatan. Dan terakhir, hati juga melakukan

fungsi endokrin yang penting (24).

Lobus Kanan

Ligamentum koronaria

Lobus Kiri

Empedu

Ligamentum

falciform

Ligamentum

teres

Page 33: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

18

II.4.2 Histologi Hati

Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan

dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang

berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung

dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare

area. Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior,

diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen. Macam-

macam ligamennya (25) :

1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding antrum

abdomen dan terletak di antara umbilicus dan diafragma.

2. Ligamentum teres hepatis= round ligament : Merupakan bagian bawah

ligamen falciformis; merupakan sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis

yang telah menetap.

3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis: Meru-

pakan bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor

lambung dan duodenum sebelah proxi ke hepar. Di dalam ligamentum

ini terdapat vena porta dan ductus choledocus communis. Ligamen

hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow.

4. Ligamentum Coronaria Anterior kiri-kanan & Ligamen coronaria pos-

terior kiri-kanan: Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari dia-

fragma ke hepar.

5. Ligamentum triangularis kiri & kanan : Merupakan fusi dari ligamentum

coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.

Page 34: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

19

II.5 Tinjauan Mengenai Ginjal

II.5.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Gambar 2. Anatomi Ginjal Manusia (Sumber: Interactive-Biology.2012 [cited on 26 November 2012]. Available from: http://www.interactive-biology.com/3254/the-anatomy-of-the-kidney/)

Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan

banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ

ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan dan asam basa dalam

tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri

dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di

belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga

dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih)

dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh (26).

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat

sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan

posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah

(kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati

yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi

Ureter

Vena interlobular

Arteri ginjal

medula

Pelvis

Calyxes minor

Calyxes mayor

Vena arkuata

Korteks

Vena ginjal

Arteri arkuata

Arteri interlobular

Page 35: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

20

atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi

bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah

processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)

sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3.

Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih

rendah dibandingkan ginjal kiri (26).

II.5.2 Histologi Ginjal

Ginjal dibungkus oleh suatu kapsula yang terdiri atas jaringan ikat

kolagen padat yang biasanya dengan mudah dikupas. Jika ginjal dipotong

sejajar dengan permukaannya, akan membagi ginjal menjadi dua bagian

yang sama tebal, parenkim ginjal tampak terdiri atas korteks dan medula.

Korteks ginjal tampak merah gelap bergranula. Korteks menutupi seluruh

medula dan selain itu meluas membentuk kolumna renalis,pada tempat

bagian medula. Tebal medula sekitar dua kali tebal korteks dan terdiri atas

bagian yang lebih pucat berbentuk seperti kerucut yaitu piramid ginjal

yang dipisahkan oleh kolumna renalis. Dasar pramid berbatasan dengan

korteks, sedang bagian apikalnya yaitu papila renalis menonjol menuju

kaliks minor yang berbentuk seperti cerobong (27).

Page 36: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

21

II.6 Tinjauan Mengenai Lambung

II.6.1 Anatomi dan Fisiologi Lambung

Gambar 3. Gambar Anatomi Lambung Manusia (Sumber: Sherwood, L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2001. Hal.551)

Lambung adalah ruang berbentuk kantung mirip juruf J yang

terletak diantara esofagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga

bagian berdasarkan perbedaan anatomis, histologis, dan fungsional.

Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus.

Bagian tengah atau utama lambung, antrum memiliki otot yang jauh lebih

tebal. Diantara regio-regio tersebut juga terdapat perbedaan kelenjar di

mukosa. Bagian akhir lambung adalah sfingter pilorus, berfungsi sebagai

sawar antara lambung dan bagian atas usus halus, duodenum.

Fungsi lambung yaitu menyimpan makanan yang masuk sampai

disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk

pencernaan dan penyerapan yang optimal. Fungsi kedua lambung adalah

untuk mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim-enzim yang

Page 37: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

22

memulai pencernaan protein. Akhirnya, melalui gerakan mencampur

lambung, makanan yang masuk dihaluskan dan dicampur dengan sekresi

lambung untuk menghasilkan campuran kental yang dikenal sebagai

kimus (28).

II.6.2 Histologi Lambung

Pada pengamatan makroskopik lambung dapat dibedakan menjadi

beberapa daerah yaitu kardia, fundus, korpus, dan pilorus. Bagian fundus

dan korpus memiliki struktur mikroskopik identik sehingga secara

histologis hanya ada 3 daerah. Mukosa dan submukosa lambung yang

tidak diregangkan tampak berlipat-lipat memanjang yang disebut rugae.

Kardia adalah sabuk melingkar sempit selebar 1,5-3 cm pada

peralihan antara esofagus dan lambung. Lamina proprianya mengandung

kelenjar kardia tubular simpleks atau bercabang. Bagian terminal kelenjar

ini banyak sekali bergelung dan sering dengan lumen lebar. Hampir

semua sel sekresi menghasilkan mukus dan lisozim, tetapi terlihat

beberapa sel parietal (yang menghasilkan HCl). Struktur kelenjar ini

serupa dengan kelenjar kardia bagian esofagus.

Fundus dan korpus merupakan lamina propria yang berisi kelenjar

lambung (fundus) tubular bercabang, 3 – 7 diantaranya bermuara pada

dasar sumur lambung. Penyebaran sel-sel epitel pada kelenjar lambung

tidak merata. Bagian leher terdiri atas sel-sel pra-kembang dan sel

mukosa leher, sedangkan bagian dasar kelenjar mengandung sel parietal

(oksintik), sel zimogen (chief cell), dan sel enteroendokrin.

Page 38: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

23

Pilorus memiliki sumur-sumur lambung yang dalam, tempat ber-

muara kelenjar-kelenjar pilorus tubular. Kelenjar ini serupa dengan

kelenjar bagian kardia. Namun pada bagian pilorus ditemukan sumur-

sumur panjang dan kelenjar-kelenjar pendek bergelung. Kelenjar ini

menghasilkan mukus dan cukup banyak enzim lisozim (29).

II.7 Tinjauan Mengenai Limpa

II.7.1 Anatomi dan Fisiologi Limpa

Gambar 4. Anatomi Limpa Manusia (Sumber: Lympatic System: Anatomi dan Histology. 2002. [cited on 21 April 2013]. Available from: http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gca-plan/anat2/notes/Spleen.jpg)

Lien/ spleen/ limpa merupakan organ RES (Reticuloendothelial

system) yang terletak di cavum abdomen pada regio hipokondrium/

hipokondriaka sinistra. Lien terletak sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra

dan ekstremitas inferiornya berjalan ke depan sampai sejauh linea

aksillaris media. Lien juga merupakan organ intra peritoneal. Limpa adalah

suatu organ limfoid yang terletak dibagian paling atas rongga abdomen

dibawah diafragma. Beratnya bervariasi, tetapi pada orang dewasa sekitar

160-200 g dan ukurannya sekitar 4 x 8 x 12 cm. (27)

limpa

Suplai darah

Lambung Limpa

Page 39: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

24

Fungsi dari lien adalah merupakan organ limfoid terbesar, tempat

pembentukan sel darah saat foetus dan tempat perombakan Hb (30).

II.7.2 Histologi Limpa

Limpa dibungkus oleh kapsula jaringan ikat kolagen yang padat.

Pada manusia hanya terdapat sejumlah kecil otot polos di kapsula,

sedangan pada anjing misalnya, kapsula mempunyai otot polos yang

banyak sehingga dapat berkontraksi. Dari kapsula dipercabangkan

sejumlah trabekula yang terdiri atas jaringan ikat padat masuk ke

parenkim, membagi limpa menjadi sejumlah ruang yang saling

berhubungan. Parenkim disebut pulpa limpa. Pada potongan limpa yang

segar dan tidak difiksasi, hampir seluruh pulpa tampak seperti massa yang

lunak warna merah gelap yaitu pulpa rubra. Warna merah disebabkan

oleh eritrosit yang jumlahnya dalam sinusoid dan tali limpa (27).

II.8 Tinjauan Mengenai Jantung

II.8.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung

Gambar 5. Anatomi Jantung Manusia (Sumber: Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2001. Hal.263)

Page 40: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

25

Jantung adalah suatu pompa muskular yang secara spontan

berkontraksi ritmis memompa darah melalui sistem sirkulasi darah. Jan-

tung terbungkus dalam rongga perikardium diastinum. Ukurannya sekitar

12 x 9 x 6 cm dan beratnya sekitar 300 g pada orang dewasa atau sekita

1/200 dari berat badan (27).

Fungsi jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan

terhadap darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar

darah dapat mengalir ke jaringan. Darah, seperti cairan lain, mengalir dari

daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah

sesuai penurunan gradien tekanan (31).

II.8.2 Histologi Jantung

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu endokardium,

miokardium dan epikardium. Endokardium, merupakan bagian dalam dari

atrium dan ventrikel. Endokarium homolog dengan tunika intima pada

pembuluh darah. Endokardium terdiri dari endotelium dan lapisan

subendokardial.Endotelium pada endokardium merupakan epitel selapis

pipih dimana terdapat tight/occluding junction dan gap junction. Lapisan

subendokardial terdiri dari jaringan ikat longgar. Di lapisan subendokardial

terdapat vena, saraf, dan sel purkinje (27,31).

Page 41: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

26

BAB III

PELAKSANAAN PENELTIAN

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah deck glass,

gunting bedah, kandang hewan, kanula, meja alas bulat, mikroskop,

object glass, pisau bedah, spoit oral atau sonde, dan timbangan hewan

(Berkel®).

Bahan-bahan yang digunakan adalah sediaan sirup yang stabil

secara farmasetika yang mengandung liofilisat ekstrak air mahkota

bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) hasil formulasi oleh

Alfianti (6). Bahan lainnya adalah air suling, formalin, dan pakan hewan.

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus).

III.2. Penyiapan Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sediaan imunomodulator kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) yang telah diformulasi sebagai sediaan sirup

yang stabil secara farmasetika (6). Formula sediaan sirup kasumba turate

tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.

Sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (Carthamus

tinctorius L.) disiapkan dengan dosis 10 mg/ml dari sirup kasumba turate

1% b/v.

Page 42: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

27

III.3 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

III.3.1 Pemilihan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan

dewasa, sehat, aktivitas gerak lincah, bersih, umur 2-3 bulan dengan

bobot badan 20-30 g, serta bobot badan tetap, penurunan bobot badan

tidak lebih dari 5-10% dari bobot badan semula.

III.3.2 Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji disiapkan sebanyak 12 ekor mecit jantan dibagi dalam 4

kelompok, yaitu 3 kelompok yang akan diberi perlakuan dan 1 kelompok

sebagai kontrol. Setiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit.

III.4 Perlakuan Hewan Uji

Mencit di adaptasikan selama seminggu. Sebelum diberi perlakuan,

mencit ditimbang. Kelompok pertama diberi sediaan sirup imunomodulator

kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) secara oral 3 kali sehari dengan

volume 1ml/ 30 g BB selama 14 hari. Kelompok kedua selama 21 hari,

dan kelompok ketiga selama 28 hari. Adapun kelompok keempat yakni

kelompok kontrol yang tidak diberikan sediaan sirup. Setelah masa

perlakuan hewan dieutanasia dengan cara dislokasi leher, lalu dibedah,

kemudian organ yang akan diamati dimasukkan kedalam pot yang berisi

formalin 10%, lalu dilakukan pengamatan histopatologi organ hati, limpa,

jantung, ginjal dan lambung yang dilakukan di Balai Veteriner Kabupaten

Maros.

Page 43: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

28

III.5 Pengamatan

Pengamatan terjadinya gejala-gejala toksik dan gejala klinis yang

berupa perubahan kulit, bulu, mata, membran mukosa, sekresi, ekskresi,

perubahan cara jalan, tingkah laku yang aneh (misalnya berjalan mundur),

kejang dsb. dilakukan setiap hari selama 28 hari.

III.6 Pemeriksaan Histopatologi

Organ yang diperiksa secara histopatologi meliputi organ hati,

limpa, jantung, ginjal dan lambung. Pemeriksaan histopatologi dilakukan

dengan metode skoring oleh dokter hewan ahli patologi di Balai Veteriner

Kabupaten Maros.

III.7 Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data mengenai efek toksik diambil dari hasil

pemeriksaan histopatologi setelah pemberian sediaan sirup imunomo-

dulator kasumba turate (Catharmus tinctorius L.) berdasarkan derajat

kerusakan organ yang dibandingkan dengan kontrol kemudian di tabulasi

menurut kelompok lalu dianalisis.

III.8 Pembahasan Hasil

Pembahasan didasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi

serta pengumpulan dan analisis data.

III.9 Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan diperoleh dari hasil analisis data dan pembahasan.

Page 44: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Hasil uji toksisitas subkronik sediaan sirup imunomodulator dari

liofilisat ekstrak air mahkota bunga kasuba turate dalam formula 1% b/v

yang diberikan pada mencit dapat dilihat pada Tabel 2 dan 4 . Dari tabel 2

dapat diketahui derajat kerusakan sel hati, ginjal, lambung, limpa, dan

jantung. Sedangkan pada tabel 4 dapat diketahui gejala-gejala toksik yang

timbul setelah pemberian sirup selama 28 hari

Tabel 2. Derajat kerusakan sel hati, ginjal, lambung, limpa dan jantung

Klp Mencit Derajat Kerusakan

Hati Ginjal Lambung Limpa Jantung

I Hari ke-

14

1 2 3

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 1

Rata-rata 0 0 0 0 0,3

II Hari ke-

21

1 2 3

0 0 0

0 1 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

Rata-rata 0 0,3 0 0 0

III Hari ke-

28

1 2 3

1 2 1

1 1 1

0 1 1

0 0 0

0 0 0

Rata-rata 1,3 1 0,7 0 0

IV Kontrol

1 2 3

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

Rata-rata 0 0 0 0 0

Keterangan: 0 = normal, tidak ada kerusakan; 1 = minimal, kerusakan ringan; 2 = mild, kerusakan sedang; 3 = kerusakan berat

IV.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, pengujian toksisitas subkronis sediaan sirup

imunomodulator kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) didasarkan

Page 45: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

30

pada pemeriksaan histopatologi sel dari 5 organ yakni hati, ginjal,

lambung, limpa, dan jantung setelah pemberian sediaan selama 14 hari

dibandingkan dengan pemberian selama 21, 28 hari, dan tanpa

pemberian sediaan imunomodulator (kontrol).

Pada pengamatan gejala-gejala toksik seperti perubahan warna

kulit/bulu, membran mukosa mata, salivasi, diare, penurunan aktivitas

gerak, dan kejang selama 28 hari, gejala toksik yang muncul ialah diare

dan penurunan aktivitas gerak yang muncul mulai pada hari ke-3 hingga

hari ke-28. Diare disebabkan karena mahkota kasumba turate bersifat

laksatif, yaitu efek melancarkan buang air besar, sedangkan penurunan

aktivitas gerak disebabkan karena pemberian sirup melalui spoit oral yang

mengakibatkan relaksasi otot yaitu kerja dari saraf parasimpatis (10).

Pada pengamatan histopatologi, digunakan parameter kerusakan

sel hati, ginjal, lambung, limpa, dan jantung mencit karena beberapa

alasan. Fungsi ginjal mamalia sangat penting terhadap keseimbangan

cairan tubuh karena ginjal memainkan peran utama dalam ekskresi sisa

metabolisme dan pengaturan volume cairan ekstraseluler, komposisi

elektrolit, dan keseimbangan asam-basa (14,29).

Karena aktivitas tubulus proksimal adalah absorpsi dan sekresi

maka bagian ini memiliki konsentrasi toksikan yang lebih tinggi sehingga

jika menyebabkan kerusakan maka dapat mengganggu salah satu atau

semua fungsi-fungsi ini dan efeknya dapat mendalam pada metabolisme

total tubuh. (14,29)

Page 46: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

31

Hati, organ terbesar di dalam tubuh, kadang menjadi organ sasaran

untuk luka yang terinduksi secara kimia. Beberapa faktor penting diketahui

menunjang kerentanan hati. Pertama, kebanyakan xenobiotik memasuki

tubuh melalui saluran cerna, setelah diabsorbsi, lalu diangkut melaui vena

portal hepatik ke hati; jadi, hati merupakan organ yang pertama diperfusi

oleh zat kimia yang diabsorbsi di usus. Kedua, tingginya konsentrasi

enzim pemetabolisme xenobiotik di hati, terutama sistem monooksigenase

yang tergantung pada sitokrom P450. Meskipun kebanyakan biotrans-

formasi merupakan reaksi detoksifikasi, namun banyak reaksi oksidatif

menghasilkan metabolit reaktif yang dapat menginduksi lesi di dalam hati.

Kadang daerah-daerah yang rusak adalah pada daerah sentrilobular yang

merupakan lokasi konsentrasi tinggi sitokrom P450 di hati (20).

Toksikan hanya dapat menyebabkan kerusakan apabila telah

diabsorbsi oleh organisme, salah satu jalur absorpsi toksikan yaitu

lambung, dimana toksikan dapat masuk bersama makanan dan air minum,

atau secara sendiri sebagai obat atau zat kimia lain (14).

Berbagai toksikan dapat menekan sistem imun tubuh, salah satu

sistem kekebalan tubuh adalah limpa. Limpa memiliki sedikit fungsi dalam

produksi sel darah manusia yang sehat, tapi memainkan peran penting

dalam pembersihan sel yang rusak, serta dalam pertahanan tubuh (29).

Jantung merupakan sistem kardiovaskular yang dapat mengalami

toksisitas apabila mengalami tekanan ekstrinsik ataupun intrinsik. Tekanan

ekstrinsik meliputi paparan obat terapi, produk alami, dan toksikan

Page 47: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

32

lingkungan. Sedangkan tekanan intrinsik mengacu pada paparan untuk

metabolit toksik yang berasal dari senyawa beracun seperti yang ditemu-

kan dalam aditif makanan dan suplemen. Toksikan tersebut dapat meng-

akibatkan perubahan dalam jalur biokimia, kerusakan dalam struktur dan

fungsi sel, dan mempengaruhi patogenesis sistem kardiovaskular (29).

Uji toksisitas subkronik oral adalah suatu pengujian untuk

mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji

dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama

sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan.

Namun, jangka waktu yang lebih pendek seperti 14 - 28 hari juga telah

digunakan oleh beberapa peneliti (14).

Pada penelitian ini, sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) diberikan pada mencit hingga hari ke 14

kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi terhadap sel hati, ginjal,

lambung, limpa, dan jantung. Pemberian sediaan imunomodulator kemudi-

an dilanjutkan hingga hari ke 21 dan hari 28 dengan jarak masing-masing

kelompok tersebut selama 7 hari untuk melihat perubahan efek toksik

yang terjadi secara berkelanjutan.

Parameter kerusakan pada lima organ ini dinilai berdasarkan

timbulnya masing-masing jenis kerusakan di setiap organ. Untuk skor 0

menunjukkan sel dari organ tersebut masih normal. Pada hati, skor 1 yaitu

kerusakan minimal adalah kerusakan yang sangat ringan pada sel yang

mengalami degenerasi hidropik atau vakuola, nefrotik fokal, atau edema.

Page 48: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

33

Skor 2 adalah kerusakan mild yaitu kerusakan ringan seperti pendarahan

pada daerah sekitar sel (inti sel piknotis) tidak sampai pembuluh darah

(vena centralis). Sedangkan skor 3 yaitu kerusakan moderat adalah

kerusakan sedang pada daerah pembuluh darah (vena centralis) sampai

segitiga kiernan, dan kerusakan severe (skor 4) adalah kerusakan berat

yakni kerusakan jaringan hati menyeluruh (nekrotik lemak, jaringan ikat,

dan pendarahan menyeluruh). Pada ginjal, parameter kerusakannya

terbagi 3 yaitu kerusakan ringan atau skor 1 yang terjadi pada 1/3 bagian

sel ginjal, kerusakan sedang atau skor 2 yang terjadi pada 2/3 bagian sel

ginjal, dan kerusakan berat atau skor 3 yaitu kerusakan yang terjadi lebih

dari 2/3 bagian sel ginjal. Pada lambung, skor 1 diberikan jika terjadi ke-

rusakan pada epitel mukosa dan merupakan kerusakan ringan,

sedangkan kerusakan sampai pada glandula merupakan kerusakan

sedang yang diberi skor 2, adapun erosi, ulcers, maupun hemoragi

termasuk kerusakan berat (skor 3) . Pada limpa, skor 0 diberikan jika sel

masih normal yaitu sel dengan kepadatan 95%, sedangkan jika terjadi

pengurangan kepadatan dan nekrotik sel limpa termasuk kerusakan

ringan (skor 1) . Adapun kerusakan sedang (skor 2) jika sel-sel limfosit

mengalami nekrosis kurang dari 50% dan terjadi hiperplasia sel-sel

retikulosit. Untuk kerusakan berat (skor 3) terjadi jika sel-sel limfosit

mengalami nekrosis lebih dari 50%, dan terjadi hiperplasia sel-sel

retikulosit. Pada jantung, dikatakan kerusakan ringan (skor 1) jika ada inti

piknotik kurang dari 25%, kerusakan sedang (skor 2) jika inti piknotiknya

Page 49: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

34

25-50%, dan dikatakan kerusakan berat (skor 3) jika terdapat inti piknotik

lebih dari 50% disertai kerusakan berat yang lain. Inti piknotik adalah inti

sel yang mengalami penyusutan, dan batasnya tidak teratur (21,22,23).

Efek pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

1ml/30 g BB pada hati mencit kelompok I dan II (selama 14 dan 21 hari)

sama dengan kelompok IV (kontrol) yang menunjukkan tidak ada

kerusakan sedangkan pada kelompok III (selama 28 hari) menunjukkan

derajat kerusakan 1,3 dan termasuk kerusakan minimal yang sangat

ringan seperti edema dan nefrotik sekitar sel. Hai ini disebabkan karena

hati adalah organ yang menerima 80% suplai darah dari vena portal yang

mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal, sehingga memungkinkan

zat-zat toksik yang berasal dari tumbuhan, fungi, bakteri, logam, mineral

dan zat-zat kimia lain yang diserap ke darah portal ditransportasikan ke

hati. Selain itu, hati menghasilkan enzim-enzim yang mampu melakukan

biotransformasi pada berbagai macam zat eksogen maupun endogen

untuk dieliminasi oleh tubuh.

Efek pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

1ml/30 g BB pada ginjal mencit kelompok I (selama 14 hari) sama dengan

kelompok IV (kontrol) yang menunjukkan tidak ada kerusakan dan pada

kelompok II (selama 21 hari) menunjukkan derajat kerusakan 0,3 yang

berarti ada perubahan pada sel ginjal, namun sangat ringan. Sedangkan

pada kelompok III menunjukkan derajat kerusakan 1, yaitu terjadi

kerusakan 1/3 bagian tubulus proksimal ginjal. Hal ini disebabkan karena

Page 50: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

35

tubulus proksimal merupakan tempat penyerapan dan sekresi aktif

sediaan sirup imunomodulator kasumba turate sehingga kadar toksikan

menjadi lebih tinggi.

Efek pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

1ml/30 g BB pada lambung mencit kelompok I dan II (selama 14 dan 21

hari) sama dengan kelompok kontrol yang menunjukkan tidak ada

kerusakan sedangkan pada kelompok III (selama 28 hari) menunjukkan

derajat kerusakan 0,7 dan termasuk kerusakan yang sangat ringan yang

terjadi pada epitel mukosa. Hal ini bisa disebabkan karena adanya

senyawa-senyawa yang dapat merusak mukosa lambung misalnya yang

terdapat pada makanan yang dapat mengubah permeabilitas sawar epitel

lambung, sehingga memungkinkan difusi balik asam klorida yang

mengakibatkan kerusakan jaringan.

Efek pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

1ml/30 g BB pada limpa mencit kelompok I, II, dan III (selama 14, 21, dan

28 hari) sama dengan kelompok kontrol yang menunjukkan 95% sel-sel

limpa normal dan kepadatannya tidak kurang dari 95%.

Efek pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

1ml/30 g BB pada jantung mencit kelompok I (selama 14 hari)

menunjukkan derajat kerusakan 0,3 yang berarti ada perubahan sel

dibandingkan kelompok IV (kontrol). Sedangkan pada kelompok II dan III

(selama 21 dan 28 hari) sama dengan kontrol yang berarti sel-sel jantung

mencit tidak ada kerusakan.

Page 51: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

36

Dari keseluruhan hasil pengamatan histopatologi sel hati, ginjal,

lambung, limpa, dan jantung mencit, efek pemberian sediaan sirup

imunomodulator kasumba turate (Carthamus tinctorius) terhadap hati,

ginjal, dan lambung selama 28 hari menunjukkan adanya kerusakan

ringan dibandingkan perlakuan selama 14 dan 21 hari, dimana perlakuan

selama 14 dan 21 hari sama dengan kontrol yaitu sel dari organ tersebut

normal atau tidak ada kerusakan. Sedangkan efek pemberian sediaan

sirup imunomodulator terhadap limpa dan jantung selama 14, 21, dan 28

hari sama dengan kontrol yaitu normal.

Skor kerusakan pada sel dari lima organ tersebut menunjukkan

rata-rata skor kerusakan minimal. Kerusakan tersebut dapat terjadi karena

berbagai variabel lingkungan yang dapat mempengaruhi evaluasi

toksisitas, sebagian ada yang berpengaruh langsung dan sebagian

lainnya melalui efeknya terhadap kesehatan hewan. Penyimpangan utama

dari suhu dan kelembababn optimal dapat menyebabkan hewan menjadi

stres. Selain itu stres juga disebabkan oleh pengandangan lebih dari satu

ekor hewan uji dalam satu kandang (20).

Berdasarkan beberapa hal diatas, maka pemberian sediaan sirup

imunomodulator kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dalam formula

1% b/v dengan volume 1ml/30g BB mencit selama 28 hari tidak

memberikan efek toksik pada organ hati, ginjal, lambung, limpa, dan

jantung.

Page 52: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Gejala toksik yang muncul setelah pemberian sirup imunomodulator

kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) selama 28 hari yaitu diare

dan penurunan aktivitas gerak.

2. Efek pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) dalam formula 1% b/v dengan volume

1ml/30g BB mencit terhadap hati, ginjal, dan lambung mencit selama

28 hari menunjukkan adanya kerusakan ringan dibandingkan

perlakuan selama 14 dan 21 hari, dimana perlakuan selama 14 dan 21

hari sama dengan kontrol yaitu sel dari organ tersebut normal.

Sedangkan efek pemberian sediaan sirup imunomodulator terhadap

limpa dan jantung selama 14, 21, dan 28 hari sama dengan kontrol

yaitu normal.

3. Pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (Carthamus

tinctorius L.) dalam formula 1% b/v dengan dosis 1ml/30g BB mencit

selama 28 hari tidak memberikan efek toksik pada sel hati, ginjal,

lambung, limpa, dan jantung mencit.

Page 53: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

38

V.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian toksisitas lanjutan seperti uji toksisitas

kronik untuk mengetahui tingkat keamanan dalam penggunaan jangka

yang lebih panjang lagi.

Page 54: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Bratawidjaja, K.G.2006. Imunologi Dasar. ed.7. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 3

2. Dajue lie, Hans-Henning. 1996. Safflower. Catharmus tinctorius L. International Plant Genetic Resources Institute. Germany. Hal.8

3. Usmar, Syukur R, Abdullah N, dan Tayeb R. 2010. Uji Aktivitas Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) sebagai Upaya Pembuatan Sediaan Terstandar Menuju Prototipe Skala Industri Kecil. Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol.14. No.1 Maret 2010. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.17-20.

4. Umar, S. 2006. Efek Ekstrak Etanol Bunga Kasumba Turate

(Carthamus tinctorius L.) terhadap Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) dan Peningkatan Bobot Limpa pada Mencit Jantan (Mus musculus). Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 37

5. Katannun,M. 2007. Uji Efek Ekstrak Air Mahkota Bunga Kasumba Turate (Carthamus tinctorius Linn.) Terhadap Peningkatan Aktivitas Fagositosis Sistem Fagosit Mononuklear Mencit (Mus musculus) Dengan Metode Carbon Clearance. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 45

6. Alfianti. 2011. Pengaruh Natrium Alginat terhadap Kestabilan Fisik Sirup Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 38

7. Dewoto, R.H. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 57 No.7, Juli 2007. Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal.208

8. Fitriah, R. 2013. Uji Aktivitas Fagositosis Sediaan Sirup Kasumba

Turate (Carthamus Tinctorius Linn.) Sebagai Imunostimulan Pada Mencit Jantan (Mus Musculus). Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 31

9. Pusat Riset Obat dan Makanan. 2011. Pedoman Uji Toksisitas

Nonklinik secara In Vivo. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

10. Aspriamijaya, C. 2013. Uji Toksisitas Akut Sediaan Cair Kasumba

Turate (Carthamus Tinctorius L.) Sebagai Prototipe Herbal Terstandar

Page 55: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

40

Imunomodulator Pada Mencit (Mus Musculus). Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 27

11. Van der Vosen, H.A.M., Umali, B.E. 2001. ”Plant Resources of South-

East Asia: Vegetables oils and fats. Volume 14. Backhuys Publishers. Leiden. Hal. 70-2.

12. Sastroamidjojo, A.S.1997. Obat Asli Indonesia. Penerbit Dian Rakyat.

Jakarta.

13. Wiedosari, E. 2007. Peranan Imunomodulator Alami (Aloe Vera) Dalam Sistem Imunitas Seluler Dan Humoral. Wartazoa Vol. 17 No. 4 Th. 2007. Bogor. Available as PDF file Hal. 1

14. Lu FC and Kacew S. 2003. Lu’s Basic Toxicology; Fundamental,

Target Organs, and Risk Assessment. 4th ed. London and New York. Available as PDF file. Hal. 3-4, 14, 74, 82, 201

15. Agus G.W.I.M., Niruri R. 2007. Buku Ajar Toksikologi FA 324620.

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana. Hal. 6, 41-2

16. Ganiswarna SG. 2007. Farmakologi dan Terapi. ed. 5. Bagian Farmakologi FK-UI. Jakarta. Hal 823-6

17. Hayes AW. 1983. Principles and Methods of Toxicology. Raven Press. New York. Hal. 4

18. Klaassen CD., Watkins, JB., Casarett & Doull's Essentials of

Toxicology 1st edition . Mc.Graww-Hills Access Pharmacy

19. Loomis TA. Toksikologi Dasar. Ed. 3. Terjemahan oleh Imono Argo Donatus. Yogyakarta; Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; hal 21, 225-6, 233-8.

20. Hodgson E. 2010. A Textbook of Modern Toxicology 4rd ed. A. Jhon

Wiley & Sons, Inc. Publication. Canada. Hal. 264, 364-5

21. Anand S, Singh S, Nahar S.U,et al. 2009. Cardiac abnormalities in acute organiphosphate poisoning. Journal poisoning 47. Department of Internal Medicine, Postgraduate Institute of Medical Education and Research, Chandigarh, India. From Pubmed.gov Maret 2009. p. 230-5

22. Onder A, Kapan M, Gümüş M, et.al. 2012. The protective effects of

curcumin on intestine and remote organs against mesenteric ischemia/reperfusion injury. Dicle University Faculty of Medicine,

Page 56: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

41

General Surgery, Diyarbakır, Turkey. From Pubmed.gov. April 2012. p. 141-7

23. Krishnamoorthy P, Vairamuthu S, Balachandran C, et.al. 2007.

Pathology of Lymphoid Organs in Chlorpyriphos and T-2 Toxin Fed Broiler Chicken. International Journal of Poultry Science Vol.6. India. p.71-6

24. Tso, P. The Physiology of Liver chapter 28. Part VII gastrointestinal physiology. Available as PDF diakses tanggal 21 april 2013 from http://faculty.ksu.edu. p. 514

25. Tim Kerja Kelompok Diskusi Medical Bedah. 2009. Penatalaksanaan

Serosis Hepatis Berdasarkan Evidance Based Nursing (Ebn). Universitas Indonesia. Hal. 2-5

26. Anonim. Anatomi Ginjal dan Ureter. , diakses tanggal 18 Septemberr 2013. Available as PDF from http.//lutfie.mhs.unimus.ac.id/.../Anatomi-ginjal-dan-ureter

27. Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Terjemahan oleh Arifin

Gunawijaya. Binarupa aksara. Hal. 157

28. Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Terjemahan oleh Brahm U.Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 551

29. Junqueira LC, Carneiro J, dan Kelley RO. 1997. Histologi Dasar.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. hal. 294-9, 371-2, 385.

30. Putz,P., R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, ed. 22, jilid 2. Penerbit EGC. Jakarta

31. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. Hal.551

32. Klaassen CD., Watkins, JB., Casarett & Doull's Toxicology The Basic

Science of Poisons 7th edition. Mc.Graww-Hills

Page 57: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

42

LAMPIRAN I

Tabel 3. Komposisi sediaan sirup dari liofilisat ekstrak mahkota bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

Sumber: Alfianti. 2011. Pengaruh Natrium Alginat terhadap Kestabilan Fisik Sirup

Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.)

No. Nama Bahan Komposisi

(% b/v)

1. Liofilisat Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) 1,0

2. Sirupus Simpleks 25,0

3. Natrium Alginat 0,1

4. Sari Markisa 5,0

5. Natrium Benzoat 0,1

6. Air Suling ad 100,0

Page 58: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

43

LAMPIRAN II

Skema Kerja Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator

Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.) pada mencit (Mus musculus).

Dipelihara

Dipilih

Ditimbang

Dikelompokkan

Mencit Jantan

(Mus musculus)

Sediaan Sirup Imunomodulator

Kasumba Turate

(Carthamus tinctorius L.)

Hewan Uji Mencit

Pembahasan

Kesimpulan

Pengumpulan dan Analisis Data

Kelompok I

10 mg/ml/ 30 g BB

Selama 14 hari

Dioral 3 kali sehari

Pengamatan

Pengamatan Histopatologi

Kelompok II

10 mg/ml/ 30 g BB

Selama 21 hari

Kelompok III

10 mg/ml/ 30 g BB

Selama 28 hari

Kelompok IV

Kontrol

Dieuthanasia, dibedah

Page 59: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

44

LAMPIRAN III

Tabel 4. Data Gejala-gejala Toksik Setelah Pemberian Sirup

Ket : (-) = tidak ada gejala, (+)= ada gejala, *] = mencit mati

Kelompok Replikasi

Parameter Yang Diamati

Perubahan warna kulit/bulu

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

I Hari Ke-14

1 - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - *]

5 - - - - - - - - - - - - - -

II Hari Ke-21

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

III Hari Ke-28

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - *]

3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

IV (kontrol)

Page 60: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

45

Tabel 4. Data Gejala-gejala Toksik Setelah Pemberian Sirup (lanjutan)

Ket : (-) = tidak ada gejala, (+)= ada gejala, *] = mencit mati

Klp Replikasi

Parameter Yang Diamati

Perubahan Membran Mukosa Mata

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

I Hari Ke-14

1 - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - *]

5 - - - - - - - - - - - - - -

II Hari Ke-21

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

III Hari Ke-28

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - *]

3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - + +

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

IV (kontrol)

Page 61: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

46

Tabel 4. Data Gejala-gejala Toksik Setelah Pemberian Sirup (lanjutan)

Ket : (-) = tidak ada gejala, (+)= ada gejala, *] = mencit mati

Klp Replikasi

Parameter Yang Diamati

Sekresi (salivasi)

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

I Hari Ke-14

1 - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - *]

5 - - - - - - - - - - - - - -

II Hari Ke-21

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - - - - + + - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

III Hari Ke-28

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - + - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - *]

3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - + + - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

IV (kontrol)

Page 62: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

47

Tabel 4. Data Gejala-gejala Toksik Setelah Pemberian Sirup (lanjutan)

Ket : (-) = tidak ada gejala, (+)= ada gejala, *] = mencit mati

Klp Replikasi

Parameter Yang Diamati

Ekskresi (diare)

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

I Hari Ke-14

1 - - - - - + + + - - + + - +

2 - - - + - - + - + - + + + +

3 - - - + - + - + + + - - + +

4 - - - - *]

5 - - - - - - - + - - - + + +

II Hari Ke-21

1 - - + + - - + - + + + - - - - + - - + + +

2 - - + + + - - - - - + + + + + + + - + + +

3 - - - - - - + - - - + + + + - + + + - - -

4 - - + - - - - - - - - + + + + + + + + + +

5 - - + + - - + + - - - + + + + + + + + + +

III Hari Ke-28

1 - - - - + + - - - - + + + - - - + + + + + - - + + + + +

2 - - + + - - - - - - - + + + + + *]

3 - - - - - - + + + - - - - - - + + + - - + + + + + + + +

4 - - + + - - + - - - + + - + + + + - - - + + + + + + + +

5 - - - - + + - - - - + + + - - + + - + + + + + + + + + +

IV (kontrol)

Page 63: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

48

Tabel 4. Data Gejala-gejala Toksik Setelah Pemberian Sirup (lanjutan)

Ket : (-) = tidak ada gejala, (+)= ada gejala, *] = mencit mati

Klp Replikasi

Parameter Yang Diamati

Penurunan Aktivitas Gerak

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

I Hari Ke-14

1 - + - + + + + - - + + + + -

2 - + + + + - - - - - + + - -

3 - + + + + + + - - - - - - -

4 - + + - *]

5 - - - - - - + + + + + - - -

II Hari Ke-21

1 - - - - - + + + + + + + - - + + + + + - +

2 - - + + - + + + + + - - - - + + + + - + +

3 - - - - - + + - - + + + - + + - + + - - -

4 - - + - - + + - - - - - + - - + + - - + +

5 - - - + - + + + + + + - - - + + + - + + +

III Hari Ke-28

1 - - - + + - - + - - - - - + + + + + + + - - - + + + + +

2 - - - - - + + + - - - - - + + + *]

3 - - - - - + + - - + + + - + + + + + + + + - + + - - - -

4 - - + - - + + + + + + + - + + + + + + + + - - - - - - -

5 - + + - - - - + + - - - - - + + + + - - + + + + + + + +

IV (kontrol)

Page 64: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

49

Tabel 4. Data Gejala-gejala Toksik Setelah Pemberian Sirup (lanjutan)

Ket : (-) = tidak ada gejala, (+)= ada gejala, *] = mencit mati

Klp Replikasi

Parameter Yang Diamati

Kejang

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

I Hari Ke-14

1 - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - *]

5 - - - - - - - - - - - - - -

II Hari Ke-21

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

III Hari Ke-28

1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2 - - - - - - - - - - - - - - - - *]

3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

IV (kontrol)

Page 65: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

50

LAMPIRAN IV

GAMBAR

Gambar 6. Sediaan sirup imunomodulator kasumba turate

Gambar 7. Tanaman Kasumba Turate (Carthamus tinctorius Linn.)

Keterangan : 1. Kuncup bunga 2. Kelopak bunga 3. Mahkota bunga

1

2

3

Page 66: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

51

Gambar 6. Histologi jaringan hati mencit tanpa pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (kontrol) dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 7. Histologi jaringan hati mencit kelompok I diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 14 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Keterangan histologi hati:

1. Vena centralis

2. Bil duct

3. Sel hepatosit

4. Pembuluh darah

kapiler

Skor : 0 (nol)

Sel hati normal

2

3

1

4

3

Page 67: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

52

Gambar 8. Histologi jaringan hati mencit kelompok II diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 21 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 9. Histologi jaringan hati mencit kelompok III diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 28 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 2 (dua)

Nekrosis sel sekitar

Skor : 0 (nol)

Sel hati normal

1

3

2

1

3

Page 68: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

53

Gambar 10. Histologi jaringan ginjal mencit tanpa pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (kontrol) dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 11. Histologi jaringan ginjal mencit kelompok I diberikan sediaan sirup imunomodulator 1 ml/30 g BB mencit selama 14 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Keterangan histologi ginjal:

1. Glomerulus

2. Tubulus proksimal

Skor : 0 (nol)

Sel ginjal normal

1

2

1

2

Page 69: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

54

Gambar 12. Histologi jaringan ginjal mencit kelompok II diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 21 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 13. Histologi jaringan ginjal mencit kelompok III diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 28 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 1 (satu)

Hemoragi fokal (panah

hitam), nekrosis (panah biru)

Skor : 0 (nol)

Sel ginjal normal

2

1

1

2

Page 70: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

55

Gambar 14. Histologi jaringan lambung mencit tanpa pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (kontrol) dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 15. Histologi jaringan lambung mencit kelompok I diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 14 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 0

Sel lambung normal

Keterangan histologi lambung:

1. Epitel mukosa

1

1

Page 71: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

56

Gambar 16. Histologi jaringan lambung mencit kelompok II diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 21 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 17. Histologi jaringan lambung mencit kelompok III diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 28 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 1 (satu)

Kerusakan epitel mukosa

Skor : 0 (nol)

Sel lambung normal

1

1

Page 72: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

57

Gambar 18. Histologi jaringan limpa mencit tanpa pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (kontrol) dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 19. Histologi jaringan limpa mencit kelompok I diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 14 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 0 (nol)

Sel limpa normal

Keterangan histologi limpa:

1. Sel limpatik

2. Eritrosit

1

2

2

1

Page 73: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

58

Gambar 20. Histologi jaringan limpa mencit kelompok II diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 21 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 21. Histologi jaringan limpa mencit kelompok III diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 28 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 0 (nol)

Sel limpa normal

Skor : 0 (nol)

Sel limpa normal

1

2

1

2

Page 74: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

59

Gambar 22. Histologi jaringan jantung mencit tanpa pemberian sediaan sirup imunomodulator kasumba turate (kontrol) dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 23. Histologi jaringan jantung mencit kelompok I diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 14 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 0 (nol)

Sel jantung normal

Keterangan histologi jantung:

1. Inti sel 1

1

Page 75: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)

60

Gambar 24. Histologi jaringan jantung mencit kelompok II diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 21 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Gambar 25. Histologi jaringan jantung mencit kelompok III diberikan sediaan sirup imunomodulator kasumba turate 1 ml/30 g BB mencit selama 28 hari dengan pembesaran mikroskopik 200x.

Skor : 0 (nol)

Sel jantung normal

Skor : 0 (nol)

Sel jantung normal

1

1

Page 76: Skripsi Yustirahayu b. n111 09273 Uji Toksisitas Subkronik Sediaan Sirup Imunomodulator Kasumba Turate (Carthamus Tinctorius Linn) Pada Mencit (Mus Musculus)