Skripsi universitas...

101
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM (Studi Pemikiran M. Quraish Shihab) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Bidang Falsafah dan Agama Disusun Oleh: Fitriyani 210000005 PROGRAM STUDI FALSAFAH DAN AGAMA FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2014

Transcript of Skripsi universitas...

Page 1: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

(Studi Pemikiran M. Quraish Shihab)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Bidang Falsafah

dan Agama

Disusun Oleh:

Fitriyani

210000005

PROGRAM STUDI FALSAFAH DAN AGAMA

FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN

UNIVERSITAS PARAMADINA

JAKARTA

2014

Page 2: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

ii

Page 3: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

iii

Page 4: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puja dan puji penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat tak terhingga kepada penulis. Sholawat dan salam

penulis sampaikan kepada sang pemimpin ideal sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW. Puji

syukur, akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi yang berjudul “Kepemimpinan

Perempuan dalam Islam (Studi Pemikiran M. Quraish Shihab)” sebagai syarat memperoleh

gelar akademik di Universitas Paramadina. Tentunya, banyak pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda penulis, Komriyah, madrasah pertama dalam kehidupan penulis. Yang telah

mengajarkan segalanya yang diperlukan dalam hidup kepada penulis, serta selalu

mendoakan kelancaran studi dan kesuksesan penulis. Ayahanda Mustadi, yang

telah berjasa membesarkan penulis dan memberikan pendidikan yang sangat

“keras” agar penulis mampu bertahan dan tegar dalam mengarungi tantangan

kehidupan yang sulit.

2. Saudara-saudara penulis. Jamaludin, kakak tertua yang selalu menjadi tauladan

yang baik bagi adik-adiknya dan Rini Andriani, kakak ipar yang cantik dan baik

hati beserta Akhdan Fatih Azizan, keponakan penulis yang selalu membuat hari

menjadi lebih ceria dan bersemangat. Amrullah, kakak yang selalu jahil dan usil

namun setia mengantar jemput penulis sejak penulis masih sekolah hingga penulis

kuliah. Rizkiyana Dewi, adik yang beranjak dewasa, yang telah menggantikan

peran penulis menjaga ibu dan adik-adik selama penulis menimba ilmu di Jakarta.

Muhammad Abdul Muksit, adik lelaki yang sudah beranjak remaja yang nakal tapi

penurut dan ringan tangan membantu orang tua dan saudara-saudaranya. Siti

Fajriyati, yang selalu mengingatkan penulis tentang masa kecil yang begitu ceria

dan menyenangkan. Zahrotusyita, si bungsu yang manja dan selalu memberi

pelukan hangat penuh cinta jika penulis ada di rumah. Terima kasih untuk

kehangatan cinta yang kalian berikan.

3. Universitas Paramadina dan PT Trikomsel Oke yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis untuk mengenyam pendidikan tinggi di kampus peradaban ini melalui

program Paramadina Fellowship 2010.

4. Pak Pipip Ahmad Rifa’i Hasan, Ph.D yang telah menjadi pembimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 5: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

v

5. Mohammad Rahmatul Azis. Sahabat, guru, dan pembimbing pribadi penulis yang

tak pernah henti memberikan support, membantu mencarikan referensi dan teman

berdialog dalam wacana keilmuan kritis.

6. Program studi Falsafah dan Agama, tempat penulis menimba ilmu filsafat dan

agama. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang telah berbagi

ilmu kepada penulis sehingga penulis bisa merasakan manisnya lautan ilmu lewat

tangan-tangan mereka, yakni; Aan Rukmana, MA, Mas Lukman Hakim, SS.,

M.Ag, M. Subhi-Ibrahim, M.Hum, Fuad Mahbub Siraj, Ph.D, Abdul Muis

Naharong, MA, Prof. Dr. Abdul Hadi WM, Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, A. Luthfi

Assyaukanie, Ph.D, Dr. Abdul Moqsith Ghazali, MA, Ihsan Ali-Fauzi, MA,

Novriantoni Kahar, Lc., M.Si, Dr. Asep Usman Ismail, MA, Muhammad Baqir,

MA, Dr. Abdul Muid Nawawi, MA, Rani Anggraeni, MA, mbak Fitri dan mbak

Dwi selaku staf Prodi FA.

7. Keluarga di Asrama Al Mustaqim yang menjadi tempat penulis berbagi suka duka,

canda tawa, tempat diskusi segala macam pemikiran yang tak kenal batas waktu,

serta tempat mencurahkan segala keluh kesah penulis selama empat tahun terakhir.

Fidia Larakinanti, Deti Yulianita, Nida Ulfia, Zahra Rahmani Rahmiyah, Intan

Dewi Karlita, Septi Diah Prameswari, Nurazizah Fadhilah, Asri Nuraeni, Julianti,

Tsamrotul Aniqoh, Winner Fransisca Manik, Nazifatur Rahmi, dan Indah Riadiani.

8. Teman-teman Prodi Falsafah dan Agama 2010; Joko Arizal, Aa Saepuddin, Ahmad

Hayat Fathuroji, Deddy, Elmira Cahyanate, Firman, Fatimah Zahrah, Nurul Annisa

Hamudy, Mahmud, Halim Miftahul Khoiri, Kusnandang, M. Luthfi Ghazali, M.

Sholeh, Sholahuddin, Syaharbanu, Syamsul Rizal, dan Wandi yang telah

mengajarkan penulis arti sesungguhnya kerukunan dalam perbedaan dan wadah

penulis menemukan dialog peradaban.

9. Teman-teman Fellowship 2010: Harumi Kartini, Rona Mentari, Niken Ajar Wulan,

Sherly Annavita, Nimas Ayu, Ayu Melisa, Resti Juliani, Nurmala Dewi, Nayla

Avisha, Yeni Susanti, Aan Andrian, Indra Umbara, Sefchullisan, Hery Prasetyo,

Andri Sumarno, Ardi Ramadhana, Asri Ramadhani, Arnaldi Nasrum, Azam Anas

Furqan, Diky Saputra, Faras Dianda, Farid Kardana, Grio M. Akhir, Gema

Wahyudi, Immanuel A. Cahyono, M. Imam Hidayat, Nazilil Asror, dan Said

Jahasan.

Page 6: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

vi

10. Teman-teman HIMAFA Paramadina, Taekwondo Paramadina, KOMPAK

Paramadina, Kafha Paramadina, DKM Paramadina serta kawan-kawan volunteer di

Transparency International Indonesia (TII) dan Peace Women Across The Globe

Indonesia yang telah menorehkan warna-warni berbeda dalam sejarah hidup

penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis menerima dengan terbuka segala saran, kritik dan

masukan yang membangun. Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan manfaat yang

besar bagi khazanah keilmuan islam, serta memperkaya wacana tentang gender dan

perempuan di Indonesia.

Jakarta, Agustus 2014

Penulis,

Fitriyani

Page 7: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

vii

ABSTRAK

Universitas Paramadina

Falsafah dan Agama

(2014)

Fitriyani / 210000005

Kepemimpinan Perempuan dalam Islam (Studi Pemikiran M. Quraish Shihab)

(90 + xi)

Skripsi ini membahas pandangan Quraish Shihab mengenai konsep kepemimpinan

perempuan dalam Islam untuk mencari jawaban tentang apakah perempuan dalam ajaran

Islam dibolehkan menjadi pemimpin politik. Quraish Shihab merupakan salah satu ulama

tafsir terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Beliau juga masih tetap aktif menulis dan

berceramah sampai saat ini. Selain itu pandangan-pandangan beliau menjadi pegangan

banyak kalangan umat Islam Indonesia. Perbincangan mengenai kepemimpinan perempuan

dalam konteks Islam merupakan topik yang selalu mengundang kontroversi. Ada yang pro

dan ada yang kontra. Bagi mereka yang kontra terhadap kepemimpinan politik perempuan,

banyak dalih yang diajukan untuk menentangnya. Salah satunya adalah dalil kitab suci, di

mana dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang secara eksplisit sering diartikan bahwa lelaki

adalah pemimpin bagi perempuan. Sedangkan yang pro, mereka mengajukan fakta-fakta

dalam sejarah Islam dan penafsiran ajaran Islam yang berbeda yang menunjukkan bahwa

Islam membolehkan perempuan untuk menjadi pemimpin politik atau berkiprah di ranah

publik. Konsep kepemimpinan perempuan dalam Islam juga biasa dirujuk oleh mereka yang

setuju dengannya pada konsep HAM yang memberikan hak sepenuhnya kepada setiap

individu manusia untuk terjun ke wilayah politik praktis. Quraish Shihab sendiri menyatakan

bahwa tidak ada dalil yang valid baik dalam ajaran Islam maupun akal pikiran (alasan

rasional) yang bisa melarang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun demikian

Quraish Shihab menggarisbawahi kewajiban perempuan untuk mengasuh dan memberikan

pendidikan kepada anak-anaknya agar tidak diabaikan jika perempuan menjadi pemimpin

masyarakat. Oleh karena itu Pandangan Quraish Shihab tentang kepemimpinan perempuan

dapat digolongkan sebagai moderat.

Dalam studi ini penulis menggunakan metode historis-kualitatif dan deskriptis-analitis

yaitu penelitian kepustakaan (library research) dengan mempelajari, menggambarkan dan

menganalisis tulisan-tulisan Quraish Shihab baik yang berbentuk buku mau pun hasil

penelitian, dan tulisan-tulisan yang membahas tentang pemikiran Quraish Shihab mengenai

kepemimpinan perempuan, serta buku-buku lain yang relevan dengan topik yang penulis

bahas. Selain itu penulis juga melakukan wawancara (metode interview) dengan Quraish

Shihab untuk lebih memahami dan mendalami pandangan-pandangannya. Studi tentang

kepemimpinan perempuan dalam Islam merupakan salah satu subjek yang masih akan tetap

"menantang" dan menarik karena berkaitan dengan problem bagaimana ajaran agama (Islam)

dihadirkan dan bagaimana kaum Muslim melakukan respon dan terlibat dalam dinamika

sosial-budaya yang semakin kompleks dan terbuka di era globalisasi dewasa ini.

Kata kunci : Pemimpin, Perempuan, Quraish Shihab, Hak, Islam.

Daftar Pustaka: 74 (1985 s.d 2014)

Page 8: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

viii

ABSTRACT

Paramadina University

Philosophy and Religion

(2014)

Fitriyani / 210000005

Women Leadership in Islam (A Study of M. Quraish Shihab Thoughts)

(90 + xi)

This thesis discusses the Quraish Shihab view of the concept of female leadership in Islam to

seek an answer about whether women in Islam are allowed to become political leader.

Quraish Shihab is one of the best interpreter of the Qur'an in Indonesia. He also still actively

writes and gives lectures to this date. In addition, his views have had much influence among

Indonesian Muslims. The discourse about women's leadership in Islamic context is a topic

that always invites controversy. There are pros and cons. For those who cons of women's

political leadership, many arguments were filed against it. One of the argument is sciptural,

i.e. there is a verse in the Qur'an often interpreted explicitly that men is leaders of women.

While the pros, they apply the facts in the history of Islam and the different interpretations of

Islam which show that Islam permits women to become political leaders or to engage actively

in the public domain. The concept of female leadership in Islam is also commonly referred to

by those who support it with the concept of human rights that gives full rights to every

individual human being to plunge into the sphere of practical politics. Quraish Shihab has

said that there is no valid argument both in Islamic teaching and reasoning (rational

arguments) which forbid women to become a leader. However, Quraish Shihab underlines the

obligation of women to nurture and educate their children so as not to be ignored if women

become public leaders. Therefore Quraish Shihab's view on women's leadership can be

classified as moderate.

In this study the author uses historical, qualitative, and descriptive-analytical methods

namely library research (library research) to study, describe and analyze the writings of

Quraish Shihab either in the form of books or research reports, and writings that discuss the

views of Quraish Shihab on women leadership, as well as other books that are relevant to the

topics which the author discusses. Moreover, the author also conducted interviews (interview

method) with Quraish Shihab to better understand and explore his views. The study of female

leadership in Islam is one of the subjects that will remain "challenging" and interesting

because it deals with the problem of how religion (Islam) is presented and how the Muslims

responding and engaging in socio-cultural dynamics in increased complex and more open

global world.

Keywords: Leader, Female, Quraish Shihab, Rights, Islam.

Bibliography : 74 (1985 - 2014)

Page 9: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

f

q

k

l

m

n

w

h

`

y

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

r

z

s

sy

sh

ḏl

th

zh

gh

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

a

b

t

ts

j

h

kh

d

dz

=

=

=

=

=

=

=

=

=

أ

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

I. Vokal Pendek: a = _ ; i = -- ; u = _

II. Vokal Panjang:

Bunyi a panjang ditulis ā (فال = falā), bunyi i panjang ditulis ī (خليفة = khalīfa), dan u panjang

ditulis ū (شورى = syūrā), masing-masing dengan tanda ‘garis’(-) di atasnya.

Bunyi Rangkap: ay =أي ; aw = أو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dilambangkan dengan huruf (ال), menjadi (l), baik ketika diikuti oleh

huruf shamsiyya maupun qamariyya: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-dīwān.

Page 10: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

ABSTRAK ......................................................................................................................

ABSTRACT ...................................................................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ...........................................................

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................................

1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................................

1.3.2 Manfaat Penelitian .....................................................................................

1.3.2.1 Manfaat Teoritis ................................................................................

1.3.2.2 Manfaat Praktis .................................................................................

1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................................................

1.5 Metode Penelitian ...............................................................................................

1.6 Sistematika Penulisan .........................................................................................

BAB II TINJAUAN KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM .

2.1 Konsep Islam ...................................................................................................

2.2 Konsep Kepemimpinan ...................................................................................

2.3 Konsep Perempuan ..........................................................................................

2.4 Konsep Kepemimpinan dalam Islam ...............................................................

2.5 Konsep Perempuan dalam Islam .....................................................................

2.5.1 Perempuan dalam Al-Qur'an......................................................................

2.5.2 Perempuan dalam Hadits ...........................................................................

2.6 Konsep Kepemimpinan Perempuan dalam Islam ............................................

BAB III BIOGRAFI DAN KARYA INTELEKTUAL M. QURAISH SHIHAB ..........

3.1 Biografi M. Quraish Shihab ............................................................................

3.1.1 Latar Belakang Keluarga ...........................................................................

i

ii

iii

vi

vii

viii

ix

1

1

9

9

9

10

10

10

10

12

12

14

14

16

16

17

18

18

20

21

25

25

Page 11: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

xi

3.1.2 Latar Belakang Pendidikan .......................................................................

3.1.3 Karir Intelektual dan Politik ......................................................................

3.2. Karya Intelektual M. Quraish Shihab .............................................................

BAB IV PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB MENGENAI KEPEMIMPINAN

PEREMPUAN DALAM ISLAM ...................................................................................

4.1 Manusia dalam Pandangan M. Quraish Shihab ..............................................

4.2 Perempuan dalam Pandangan M. Quraish Shihab ..........................................

4.3 Pandangan Quraish Shihab Tentang Kepemimpinan Perempuan dalam

Islam ...............................................................................................................

4.4 Tinjauan Kritis Pemikiran M. Quraish Shihab ...............................................

BAB V PENUTUP .........................................................................................................

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................

5.2 Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

LAMPIRAN ...................................................................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

25

27

28

30

34

34

45

50

58

66

66

69

70

76

83

Page 12: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, pembahasan mengenai gender begitu sering tampil di permukaan,

terutama soal penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, kesadaran perempuan Indonesia

untuk mengangkat derajatnya sudah semakin tumbuh. Hampir di setiap kota di Indonesia

muncul organisasi atau komunitas yang bergerak di isu gender dan perempuan. Contohnya,

Aceh Women For Peace Foundation yang memperjuangkan kesejahteraan perempuan di

Aceh, Fahmina Institute yang aktif mengadakan diskusi mengenai gender di Cirebon, Peace

Women Across The Globe Indonesia yang berpusat di Jakarta juga aktif melakukan

serangkaian kegiatan yang mengusung tema pembebasan perempuan, dan lain-lain. Serta

masih banyak lagi yang lainnya.

Kosakata gender berasal dari bahasa Inggris yang artinya jenis kelamin. Gender adalah

sifat dan prilaku yang dibentuk secara sosial yang disematkan pada perempuan dan laki-laki1.

Konsep gender yang dipahami di Indonesia umumnya mengacu kepada peranan sosial dalam

masyarakat yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Peranan sosial ini juga tidak serupa di

semua tempat karena disesuaikan oleh keadaan budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Dalam kajian di Indonesia, istilah gender sering dikaitkan dengan kata feminin. Istilah

feminin digunakan untuk membedakan konsep gender antara laki-laki dan perempuan.

Feminin merupakan kata serapan dari bahasa inggris feminine yang memiliki makna

perempuan atau bersifat keperempuanan. Feminin diartikan sebagai suatu sifat lemah lembut,

halus dan penuh perasaan yang melekat pada diri perempuan secara kodrati, serta tabu bagi

lelaki untuk memiliki sifat feminin ini.

Gerakan yang mengusung pembebasan perempuan disebut feminisme, yang akar

katanya bersinionim dengan kata feminine. George Ritzer2 menjabarkan tiga gelombang

1Liza Hadiz. kata pengantar dalam buku Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru: Kumpulan Artikel

Prisma (Jakarta: Pustaka LP3ES, 2004) hlm. x-xi.

2George Ritzer. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.

Diterjemahkan oleh Tim Penerbit (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 779.

Page 13: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

2

feminisme awal yang muncul di Amerika Serikat pada dekade 80-an hingga era 90-an.

Gelombang pertama dimulai pada era 1830-an, agendanya berfokus pada perjuangan anti

perbudakan, hak-hak politis perempuan terutama hak untuk memilih. Gelombang pertama ini

berhasil membuat terjadinya konvensi pertama yang membicarakan mengenai hak-hak

perempuan pada tahun 1848 bertempat di Seneca Falls, New York. Konstitusi Amerika

tentang hak pilih perempuan akhirnya diamandemen dengan amandemen ke-19 pada tahun

1920, dengan adanya amandemen ini perempuan diberikan hak pilih untuk memilih dalam

pemilihan umum. Feminisme gelombang kedua (1960-1990) merumuskan ulang mengenai

konsep hubungan antara lelaki dan perempuan dalam konsep gender agar tercapai kesetaraan

ekonomi dan kesetaraan sosial. Feminisme gelombang ketiga menyuarakan aspirasi dari para

perempuan kulit berwarna, lesbian, dan perempuan kelas pekerja yang merupakan respon dari

ide-ide yang digaungkan oleh para perempuan kulit putih yang menyatakan diri sebagai

feminisme gelombang kedua. Feminisme gelombang ketiga ini juga mewakili gagasan dari

pada perempuan dewasa yang akan menjalani abad kedua puluh satu di mana tantangan yang

akan dihadapi jelas berbeda dengan perempuan-perempuan di abad sebelumnya.

Menurut Husein Muhammad, feminisme adalah gerakan yang berusaha

memperjuangkan martabat kemanusiaan dan kesetaraan sosial (gender), yang diarahkan untuk

merubah sistem yang diskriminatif terhadap perempuan3. Yanti Muchtar sebagaimana dikutip

oleh Nuruzzaman, Jalal, dan J. Ardiantoro4 menulis dalam Jurnal Perempuan bahwa ada tiga

pandangan dalam mendefinisikan feminisme. Yang pertama, feminisme adalah teori yang

mempertanyakan pola hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. Yang kedua

menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan feminis jika pandangan dan pemikirannya

sesuai dengan kategori feminisme yang telah ada sebelumnya, yakni Feminis Radikal,

Feminis Marxis, Feminis Liberal atau Feminis Sosialis. Yang ketiga adalah pandangan yang

berpendapat bahwa feminisme merupakan sebuah gerakan atas dasar kesadaran tentang

penindasan terhadap perempuan yang bergerak untuk melawan penindasan tersebut.

Konstruksi budaya mengenai perempuan tak pernah lepas dari ideologi patriarki yang

menganggap bahwa laki-laki lebih superior daripada perempuan. Penulis mengambil contoh

3Husein Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren (Yogyakarta: Lkis, 2004)

hlm. 98.

4Nuruzzaman, Jalal, dan J. Ardiantoro. Pengantar Editor dalam buku Islam Agama Ramah Perempuan:

Pembelaan Kiai Pesantren (Yogyakarta: Lkis, 2004) hlm. xxiii.

Page 14: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

3

kultur di jazirah Arab dan negara Arab. Di sini penulis membedakan antara jazirah Arab dan

negara Arab, jazirah Arab meliputi semenanjung Arabia dimana agama Islam turun dan

berkembang pertamakali yakni Arab Saudi, sedangkan negara Arab ialah wilayah dimana

negara yang menggunakan bahasa Arab serta kultur universal Arabisme diterapkan dalam segi

sosial kemasyarakatan dan mempengaruhi kebijakan politik pemerintahan seperti di Mesir

dan sekitarnya.

Negara Arab Saudi, negara yang menerapkan syariat Islam secara legal dan formal

dengan menjadikan Islam sebagai agama negara. Negara tersebut dikenal sebagai satu-satunya

negara yang memberlakukan hukum larangan mengemudi bagi perempuan, bahkan

perempuan di Arab Saudi tidak dibolehkan pergi kemanapun tanpa seijin wali atau tanpa

muhrim yang mendampinginya. Hak untuk terjun di bidang politik dan ekonomi bagi kaum

perempuan di Arab Saudi bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Bahkan hingga kini,

perempuan di Arab Saudi tidak diberikan hak politik, baik untuk memilih, ataupun untuk

dipilih5. Adanya aturan bahwa perempuan Saudi boleh memiliki peranan dalam wilayah

publik tanpa menanggalkan kewajiban mereka mengurus rumah tangga membuahkan peran

ganda yang membebani kaum perempuan Saudi.

Tidak berbeda jauh dengan Arab Saudi, negara Arab seperti Mesir memiliki predikat

buruk dalam hal perlakuan terhadap perempuan. Perempuan Mesir diikat dengan begitu

banyak norma sosial dan norma agama. Hak-hak mereka dibatasi. Meski pelayanan medis dan

informasi mengenai kesehatan reproduksi sangat terbuka dan bisa diakses dengan mudah,

namun perlindungan terhadap kaum perempuan di Mesir belum memadai6.

Kesamaan antara jazirah Arab seperti Arab Saudi dan negara Arab seperti Mesir

terletak pada segi kulturalnya, dimana norma agama menjadi panutan dan posisi perempuan

dinomorduakan setelah laki-laki. Kekerasan dalam rumah tangga yang sering dialami

perempuan Mesir mendapat pembenaran dari agama melalui surah An-Nisa ayat 34 yang

berbunyi:

5Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari Bias Lama

sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 378.

6Shereen El Feki. Seks dan Hijab: Gairah dan Intimitas di Dunia Arab yang Berubah diterjemahkan oleh Adi

Toha (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2013) 175-176.

Page 15: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

4

انحات بعضهم عهى بعض وبما أوفقىا مه أمىانهم فانص م للا امىن عهى انىساء بما فض جال قى انر

تي تخافىن وشىزهه فعظىهه واهجروهه في انمضاجع وانل قاوتات حافظات نهغيب بما حفظ للا

ا كان عهياا كبيرا واضربىهه فإن أطعىكم فل تبغىا عهيهه سبيلا إن للا

”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan

karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu

maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika

suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita

yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka

di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu,

maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya

Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Sehingga jika terjadi pemukulan oleh suami terhadap istrinya maka hal tersebut

dianggap wajar dan perempuan yang menjadi korban tak dapat berbuat apapun. Karena

hukum di Mesir tidak ramah terhadap perempuan yang mengalami kasus kekerasan dalam

rumah tangga. Pun bila sang perempuan mengajukan tuntutan cerai, maka akan dipersulit.

Tidak saja dalam proses perceraiannya, bahkan setelah bercerai perempuan Mesir tetap

kesulitan menjalani hidupnya disebabkan oleh sikap masyarakat Mesir yang tidak toleran

terhadap perceraian dikarenakan adanya stereotip janda dalam masyarakat sebagai pemangsa

seksual yang berkeliaran mencari laki-laki untuk memuaskan nafsunya. Yang mendapat

stigma negatif atas terjadinya perceraian tentu saja pihak perempuan, mereka dipandang

sebagai perempuan yang buruk, sedangkan pihak lelaki bisa melenggang dengan tenang dan

menikah lagi7.

Seorang ulama besar Mesir yakni Syekh Muhammad al Ghazali sebagaimana yang

dikutip oleh Husein Muhammad8 mengatakan:”Sekalipun dunia sudah berubah, ternyata

hubungan laki-laki dan perempuan berikut hak-hak mereka, baik yang umum maupun yang

khusus belum menempuh jalan yang benar.”

Dalam konteks di Indonesia, masalah gender yang melingkupi peran antara laki-laki

dan perempuan sudah terjadi jauh sebelum Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia.

7Shereen El Feki. Seks & Hijab: Gairah dan Intimitas di Dunia Arab yang Berubah. Diterjemahkan oleh Adi

Toha. (Tangerang: Alvabet, 2013) hlm. 108-109.

8Husein Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren. (Yogyakarta: Lkis, 2004)

hlm. 13.

Page 16: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

5

Dalam budaya Jawa, kepemilikan atas perempuan merupakan atribut yang wajar dari

kekuasaan9.

Pada era kolonialisme Belanda, berkembang institusi selir di antara para lelaki

Belanda yang bertugas di Indonesia. Selir adalah perempuan yang digauli tanpa dinikahi, hal

ini didorong oleh sedikitnya perempuan Belanda yang datang ke Indonesia, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan biologisnya, para lelaki Belanda mengambil perempuan pribumi untuk

digauli yang biasa disebut Nyai10

. Perempuan-perempuan pribumi yang menjadi Nyai ini tak

memiliki kuasa untuk menentukan nasibnya sendiri, bagi perempuan yang berasal dari

kalangan miskin, ia akan diserahkan kepada orang Belanda untuk mendapatkan uang (dijual),

sedangkan bagi perempuan yang berasal dari kalangan menengah dan orangtuanya memiliki

jabatan di pemerintahan kolonial Belanda, ia diserahkan kepada orang Belanda untuk

mengamankan jabatan atau agar orangtuanya bisa naik pangkat11

. Para perempuan ini tak bisa

melakukan apapun untuk menolak keinginan orangtuanya, tidak tersedianya pendidikan bagi

kaum perempuan pada masa itu membuat mereka tak mampu berbicara untuk hak mereka

sendiri. Kehidupan para perempuan pribumi yang menjadi Nyai ini mungkin berubah menjadi

lebih baik dari segi ekonomi karena ditopang oleh pejabat Belanda yang memeliharanya.

Namun setelah ia melahirkan anak dari pejabat tersebut, maka ia akan dibuang dari kehidupan

orang Belanda yang dulu merawat dan menggaulinya. Berkembang luasnya pergundikan ini

disebabkan oleh para pejabat Belanda yang bertugas di Indonesia tidak diperkenankan untuk

menikahi wanita pribumi karena pernikahan mereka tidak akan diakui oleh institusi gereja di

tempat asalnya12

. Maka di sini, nasib perempuan pribumi hanya sebatas pemuas nafsu dan

penghasil keturunan semata.

Pasca kemerdekaan Indonesia, peran perempuan masih terpinggirkan. Meski pada era

Orde Baru ada organisasi Dharma Wanita yang mewadahi istri pegawai negeri dan pegawai

negara di Indonesia, pada kenyataannya organisasi ini dibentuk dengan tujuan agar bisa

9Julia I Suryakusuma. Seksualitas dalam Pengaturan Negara. Dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam Wacana

Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 361.

10Onghokham. Kekuasaan dan Seksualitas: Lintasan Sejarah Pra dan Masa Kolonial. Dalam Liza Hadiz, ed.

Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 324.

11Linda Christanty. Nyai dan Masyarakat Kolonial Belanda. Dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam Wacana

Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 340.

12Linda Christanty. Nyai dan Masyarakat Kolonial Hindia Belanda. Dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam

Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 339.

Page 17: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

6

membentuk seorang istri yang patuh dan taat kepada suami13

. Meski demikian, Dharma

Wanita ampuh menjadi tempat keluh kesah para istri pejabat negara yang mendapatkan

perlakuan kasar dari suaminya hingga pada tahun 1983, organisasi Dharma Wanita berhasil

mendesak pemerintah untuk mengesahkan sebuah peraturan yang membatasi pejabat negara

untuk memperlakukan istrinya dengan semena-mena. Peraturan Pemerintah Nomor 10 atau

yang lebih popular di sebut PP 10 merupakan pelengkap Undang-Undang Perkawinan yang

disahkan pada tahun 1974. Dengan adanya PP 10 ini, Pegawai Negeri yang hendak bercerai

atau mengambil istri kedua harus mendapatkan izin dari atasannya, perceraian dapat membuat

pegawai negara yang bersangkutan mendapatkan sanksi atau pemecatan jika alasan bercerai

tidak sesuai dengan PP 1014

. Sekilas, PP 10 ini tampak menguntungkan perempuan, namun

dalam implementasinya, timbul masalah-masalah baru yang membuat para istri pegawai

negara mengalami penderitaan dalam bentuk lain. Di antaranya ialah terjebak dalam

perkawinan sandiwara, tidak mendapatkan nafkah batin, namun tak bisa bercerai karena

konsekuensinya ialah suami akan kehilangan jabatan dan hidup mapan yang mereka rasakan

akan berakhir. Akhirnya kaum perempuan ini tetap diam demi melanggengkan karir jabatan

suaminya dan demi masa depan anak-anaknya. Kembali, perempuan tak memiliki daya untuk

memperjuangkan nasib mereka sendiri. Karena meskipun ada di antara mereka berhasil

membebaskan diri dari belenggu perkawinan yang tidak bahagia, maka mereka akan

mendapatkan citra negatif sebagai seorang janda cerai15

.

Begitu kompleks permasalahan tentang perempuan ini juga menarik perhatian

kalangan ulama Islam di Indonesia untuk ikut merumuskan permasalahan dan mencari

solusinya dari sudut pandang Islam. Sebut saja Kiai Husein Muhammad yang mengaku

tertarik untuk mencari tahu lebih dalam permasalahan perempuan dalam Islam setelah

mengikuti seminar tentang perempuan dalam pandangan agama-agama pada tahun 199316

.

Sejak itu Husein Muhammad mulai menelaah kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan dalam

13Julia I Suryakusuma. Seksualitas dalam Pengaturan Negara. Dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam

Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 359.

14Julia I Suryakusuma. Seksualitas dalam Pengaturan Negara. Dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam

Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 361-362.

15Julia I Suryakusuma. Seksualitas dalam Pengaturan Negara. Dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam

Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 367.

16Nuruzzaman, Jalal, dan J. Ardiantoro. Pengantar Editor dalam buku Islam Agama Ramah Perempuan:

Pembelaan Kiai Pesantren (Yogyakarta: Lkis, 2004) hlm. xxxii.

Page 18: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

7

pendidikan di kalangan pesantren, dan beliau menemui cukup banyak bias gender yang ada

dalam teks-teks tersebut.

Almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur memandang

perempuan sebagai mahluk yang luar biasa rumit dari segi psikologi, karena faktor emosinya

yang lebih bervariasi dibandingkan laki-laki. Namun di situlah menurut Gus Dur, perempuan

memiliki potensi untuk membuat capaian yang lebih besar daripada pria17

.

M. Quraish Shihab, yang pemikirannya dijadikan topik kajian dalam skripsi ini

memandang perempuan sebagai makhluk yang tercipta untuk menyempurnakan laki-laki.

Maka dari itu, perempuan wajib dihormati dan dicintai. Karena ketidakhadiran perempuan

dalam dunia ini akan menyebabkan kehancuran bagi laki-laki18

.

Salah satu hal yang sering diperdebatkan ketika berbicara tentang perempuan ialah

apakah perempuan bisa menjadi pemimpin suatu kelompok yang didalamnya mayoritas laki-

laki. Pembicaraan mengenai persoalan kepemimpinan perempuan di Indonesia mulai

menghangat ketika Megawati Soekarnoputri mencalonkan diri menjadi presiden. Banyak

pihak yang menentangnya bukan karena meragukan kemampuan Megawati untuk memimpin,

melainkan karena jenis kelaminnya perempuan. Meski pada Pemilu tahun 1999 Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan yang dipimpin oleh Megawati memenangkan suara

terbanyak, namun hal tersebut tidak otomatis membuat Megawati menduduki jabatan

Presiden. Sebagian ulama bersikeras menentangnya, bahkan kalangan ulama NU pun menjadi

terpecah saat mendiskusikan tentang apakah mungkin perempuan menjadi pemimpin19

.

Beberapa ulama yang menentang perempuan menjadi pemimpin biasanya bersandar

pada Qur’an Surat An-Nisa ayat 34 berikut ini:

بعضهم عهى بعض م للا امىن عهى انىساء بما فض جال قى انر

17M. N Ibad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur-Gus Miek (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2011) hlm. 137.

18Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari Bias

Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. x.

19M. N Ibad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur-Gus Miek (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2011) cat. kaki nomor 1 hlm. 89-90.

Page 19: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

8

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan

sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)…”

Abbas Mahmud al-Aqqad menjadikan ayat ini sebagai afirmasi bahwa ada perbedaan

mendasar antara laki-laki dan perempuan yang bersifat alamiah, yang dia sebut sebagai asas

pembawaan alamiah dan asas tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, hak atas kepemimpinan

bersumber dari kesanggupan alamiah yang dimiliki oleh jenis kelamin laki-laki. Maka, bagi

al-Aqqad, hak atas kepemimpinan hanya bisa didapat oleh laki-laki20

. Selain itu, beberapa ahli

fiqih klasik seperti Ibn Hazm, Abu Ya'la al Farra, dan al-Mawardi dalam menetapkan hukun

tentang kepemimpinan mereka mensyaratkan agar seorang kepala negara tidak boleh

perempuan. Alasannya ialah bahwa tugas seorang pemimpin sangatlah berat (menjaga

eksistensi agama, ijtihad, mengimami shalat, dan lain-lain)21

.

Husein Muhammad, dalam menafsirkan ayat ini meletakkannya dalam konteks sosial

pada masa al-Qur’an diturunkan, dimana masyarakat Quraisy menempatkan perempuan

dalam kelas sosial yang rendah bahkan hampir tak memiliki hak, maka ayat ini berbicara

tentang realitas sosial yang ada dalam masyarakat Arab pada masa itu yang dihadapi oleh

umat Islam. Husein Muhammad menyatakan bahwa ayat ini bukanlah ayat normatif yang

berlaku di segala zaman, karena Al-Qur’an sendiri tidak mengharuskan laki-laki menjadi

pemimpin baik dalam ranah domestik maupun ranah publik22

.

Adapun Quraish Shihab menafsirkan ayat ini dalam konteks kepemimpinan dalam

rumah tangga, walaupun ia tak menutup kemungkinan bahwa perempuan juga bisa menjadi

kepala rumah tangga. Gus Dur sendiri dalam menafsirkan ayat ini berpegang pada pendapat

bahwa laki-laki memiliki kelebihan dalam hal kekuatan fisik dibandingkan wanita sehingga

laki-laki bertanggung jawab atas keselamatan perempuan, karena tanggung jawabnya inilah

20Abbas Mahmud al-Aqqad. Filsafat Al-Qur'an: Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam Isyarat Al-Qur'an (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1986) hlm. 73-74.

21Sukron Kamil. Pemikiran Islam Tematik: Agama dan Negara, Demokrasi, Civil Society, Syariah dan HAM,

Fundamentalisme, dan Antikorupsi (Jakarta: Kencana, 2013) hlm. 194-195.

22Husein Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren (Yogyakarta: Lkis, 2004)

hlm. 91.

Page 20: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

9

laki-laki dijadikan sebagai pemimpin. Sedangkan dari segi yang lainnya tidak ada perbedaan

antara laki-laki maupun perempuan23

.

Sementara itu, Syaikh Mahmud Syaltut yang merupakan mantan pemimpin tertinggi

Al Azhar seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab24

menyatakan bahwa Allah telah

menganugerahkan potensi yang cukup kepada laki-laki dan perempuan untuk mengemban

tanggung jawab sosial dan kemanusiaan. Potensi ini juga termasuk dalam hal kepemimpinan.

Karena pada akhirnya setiap manusia akan mempertanggungjawabkan kepemimpinannya

kepada Allah SWT, maka tak ada alasan bagi pelarangan seorang perempuan menjadi

pemimpin.

Keberagaman pendapat dari para ulama dan cendekiawan muslim inilah yang

kemudian menarik minat penulis untuk mengangkat tema tentang kepemimpinan perempuan

dalam Islam yang dikhususkan kepada pemikiran M. Quraish Shihab. Penulis memilih

Muhammad Quraish Shihab untuk dijadikan sebagai objek pembahasan dalam skripsi ini

dengan alasan bahwa beliau adalah seorang ulama tafsir terkemuka di Indonesia dan

pemikiran-pemikirannya jauh lebih terbuka dibandingkan kebanyakan ulama di negeri ini.

Sebagai ulama, beliau juga tidak hanya giat berdakwah, namun terjun langsung dalam

pemerintahan dengan menjabat sebagai Menteri Agama pada tahun 1998. Beliau juga pernah

menjabat sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode dan pernah pula menjabat sebagai

Ketua MUI Pusat. Semua kesibukan dan aktifitas dalam kesehariannya tidak menghalani

beliau untuk tetap produktif menulis. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir

al-Mishbah. Tafsir al-Mishbah di tulis dalam bahasa Indonesia, sehingga memudahkan

masyarakat muslim Indonesia untuk memahami makna yang terkandung dalam al-Qur’an

melalui Kitab Tafsir al-Mishbah tanpa harus menerjemahkan dulu tafsirannya dari bahasa

lain. Inilah salah satu keunggulan kitab tafsir karangan Quraish Shihab dibandingkan kitab

tafsir lainnya yang beredar di Indonesia25

.

23M. N Ibad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur-Gus Miek (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2011) hlm. 57-58.

24Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari Bias

Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 7.

25Naqiyah Mukhtar. “Kepala Negara Perempuan Muslimah: Analisis Wacana Terhadap Tafsir Quraish Shihab”.

Dimuat dalam Komunika, Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 5 No. 2 STAIN Purwokerto tahun 2011.

Page 21: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

10

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang penulis paparkan dalam latar belakang, muncullah permasalahan

mengenai kepemimpinan perempuan dilihat dari sudut pandang agama Islam. Posisi

perempuan yang subordinat dibanding laki-laki menyulitkannya untuk dapat memegang

tampuk kepemimpinan atas laki-laki. Adapun batasan masalahnya ialah persoalan

kepemimpinan perempuan dari sudut pandang agama Islam yang dikhususkan kepada

pemikiran M. Quraish Shihab sebagai salah satu ulama tafsir Indonesia yang cukup terkenal

dan diakui keahliannya dalam ilmu agama Islam. Adapun rumusan masalahnya ialah sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah latar belakang sosial dan intelektual M.Quraish Shihab?

2. Bagaimanakah pandangan Quraish Shihab mengenai perempuan?

3. Bagaimanakah Quraish Shihab memandang persoalan kepemimpinan perempuan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang diuraikan di rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini

sesungguhnya ialah untuk mengetahui pandangan M. Quraish Shihab mengenai

kepemimpinan perempuan dalam Islam. Adapun tujuan penelitiannya secara khusus ialah

untuk mengetahui:

1. Latar belakang sosial dan intelektual Quraish Shihab

2. Pandangan Quraish Shihab tentang perempuan

3. Pemikiran Quraish Shihab mengenai persoalan kepemimpinan perempuan dalam

Islam

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dengan hadirnya skripsi ini, penulis mengharapkan ada manfaat yang bisa dihasilkan.

Diantaranya ialah manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Page 22: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

11

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, penulis mengharapkan skripsi ini bisa menjadi kontribusi dalam

mengubah pandangan masyarakat yang kurang positif terhadap kepemimpinan perempuan

dalam Islam. menambah khazanah keilmuan Islam, khususnya kajian tentang perempuan dan

pemikiran Quraish Shihab. Juga memperkaya referensi tentang pembahasan gender di

kalangan umat Islam.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Dari segi manfaat praktis, penulis mengharapkan skripsi ini bisa menjadi acuan studi

dengan fokus kajian perempuan di Universitas Paramadina, mengingat bahwa studi yang

membahas mengenai gender dan perempuan masih jarang dibahas di kampus ini.

1.4 Tinjauan Pustaka

Salah satu tulisan yang pernah diterbitkan mengenai pandangan Quraish Shihab

tentang pemimpin perempuan adalah tulisan dari Naqiyah Mukhtar (Dosen Tetap STAIN

Purwokerto) yang dimuat dalam jurnal Komunika, terbit pada tahun 2011. Tulisannya

berjudul Kepala Negara Perempuan Muslimah: Analisis Wacana terhadap Tafsir Quraish

Shihab. Dalam tulisannya ini, Naqiyah Mukhtar menganalisa tafsiran Quraish Shihab

terhadap surat An Nisa ayat 34 dalam berbagai karya berbeda yang pernah ditulis oleh

Quraish Shihab, yakni Membumikan Al-Qur’an, Wawasan Al Qur’an, Tafsir Al Mishbah, dan

Perempuan. Dengan menggunakan metode analisis wacana, Naqiyah Mukhtar menemukan

ada inkonsistensi antara karya Quraish Shihab sebelum dan sesudah tahun 2000. Quraish

Shihab menafsirkan kata ar Rijal dalam Tafsir Al Mishbah yang terbit pada tahun 2000

sebagai laki-laki secara umum, sedangkan dalam karya sebelumnya yakni Wawasan Al

Qur’an (terbit 1996) dan Membumikan Al Qur’an ( terbit 1992) ia memaknai kata tersebut

sebagai suami, hal yang sama ia kemukakan dalam buku Perempuan (2005), bahwa ar Rijal

harus dimaknai sebagai suami. Naqiyah Mukhtar mengungkap suatu kemungkinan bahwa

pemaknaan yang berbeda dari kata ar Rijal dalam Al Mishbah, dibandingkan karya sebelum

dan sesudahnya mengindikasikan ketidaksetujuan Quraish Shihab terhadap wacana

kepemimpinan Megawati Soekarnoputri yang sedang menjadi perbincangan hangat di

kalangan intelektual muslim, dimana isu tersebut mencuat bertepatan dengan waktu Al

Mishbah ditulis dan diterbitkan.

Page 23: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

12

Perbedaan Skripsi ini dengan karya Naqiyah Mukhtar tersebut terletak pada kekuatan

sumber yang digunakan, Naqiyah Mukhtar hanya mendasarkan pada karya-karya Quraish

Shihab yang telah diterbitkan dan mengungkap beberapa kemungkinan. Sedangkan penulis

menyusun skripsi ini dengan mewawancarai langsung objek yang bersangkutan yakni Quraish

Shihab untuk menanyakan pandangannya mengenai konsep kepemimpinan perempuan dalam

Islam. Bila Naqiyah Mukhtar hanya melakukan analisis wacana terhadap penafsiran Quraish

Shihab mengenai surah an Nisa ayat 34, penulis menyusun skripsi ini dengan menganalisa

pandangan Quraish Shihab mengenai perempuan terlebih dulu melalui tafsirannya terhadap

ayat-ayat lain yang diperkuat dengan beberapa hadits dan wawancara langsung yang

dilakukan oleh penulis. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana sebenarnya Quraish Shihab

memandang sosok perempuan hingga pemikirannya tentang kepemimpinan perempuan bisa

dijabarkan.

Beberapa tulisan lain mengenai pandangan-pandangan Quraish Shihab tentang

masalah sehari-hari juga pernah dibuat. Salah satunya adalah skripsi dari salah satu

mahasiswa di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo bernama Supriyati yang mengangkat topik

Jilbab Menurut Quraish Shihab dan Implikasinya terhadap Bimbingan Muslimah dalam

Berbusana. Skripsi tersebut menjabarkan poin-poin mengenai konsep aurat dan jilbab yang

ada dalam buku berjudul Jilbab Pakaian Wanita Muslimah karya Quraish Shihab.

Tulisan lain yang mengutip pendapat Quraish Shihab tentang perempuan adalah milik

Dr. Ajat Sudrajat, seorang Dosen Filsafat Sejarah di Universitas Negeri Yogyakarta yang

berjudul Beberapa Persoalan Perempuan Dalam Islam, beliau mengutip pandangan Quraish

Shihab mengenai kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga dan juga negara secara

sekilas dalam salah satu penjelasan makalahnya.

Perbedaan tulisan-tulisan tersebut dengan tema yang penulis angkat ialah bahwa

dalam skripsi ini, penulis tidak hanya sekedar mengutip, namun membedah pemikiran

Quraish Shihab tentang kepemimpinan perempuan dalam Islam secara runut dan mendalam.

Runut dalam arti berurutan, yakni dipaparkan terlebih dulu pandangan Quraish Shihab

mengenai perempuan, juga pendapat beliau tentang kepemimpinan, kemudian baru

menjabarkan kepemimpinan perempuan dalam Islam menurut Quraish Shihab. Mendalam,

karena apa yang disampaikan dalam skripsi ini tidak hanya sekedar mendeskripsikan

pandangan Quraish Shihab, namun juga meninjau secara kritis pandangan Quraish Shihab

mengenai Kepemimpinan Perempuan dalam Islam.

Page 24: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

13

Setelah mendeskripsikan pandangan Quraish Shihab, penulis menyajikan analisis

kritis dari setiap pandangan yang dikemuakan oleh Quraish Shihab dengan cara

membandingkan pendapat tersebut dengan pendapat-pendapat dari intelektual lain, baik

intelektual yang muslim maupun non-Muslim. Penulis dapat memastikan bahwa karya tulis

ini bebas dari plagiasi dan memiliki diferensiasi dengan karya sejenis yang juga membahas

tokoh yang sama.

1.5 Metode Penelitian

Metode Penelitian ialah suatu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh

pengetahuan yang dimulai dengan merumuskan masalah hingga menarik kesimpulan26

.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah kajian pustaka (library

research) dengan menggabungkan sumber-sumber tertulis baik berupa buku, makalah,

ataupun artikel di media massa yang sesuai dengan objek kajian penulis yakni kepemimpinan

perempuan dalam Islam menurut pandangan Quraish Shihab. Kemudian dianalisis dengan

cermat untuk memperoleh sebuah pemahaman baru mengenai konteks kepemimpinan

perempuan dalam Islam.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1, merupakan pendahuluan yang berisi uraian latar belakang yang memuat

alasan-alasan mengapa penulis memilih topik kepemimpinan perempuan untuk dijadikan

skripsi, rumusan dan batasan masalah membahas mengenai fokus kajian yang mencakup

pemikiran Quraish Shihab tentang kepemimpinan perempuan, tujuan dan manfaat penelitian

baik secara teoritis maupun praktis, tinjauan pustaka yang menyajikan tulisan-tulisan sejenis

yang membahas pemikiran Quraish Shihab serta diferensiasi dengan topik yang diangkat oleh

penulis, metode penelitian yang memaparkan metodologi pengambilan informasi dan data

dalam penyusunan skripsi ini, dan sistematika penulisan yang menerangkan secara singkat

pembahasan bab per bab dalam skripsi ini.

BAB 2, membahas tinjauan konsep kepemimpinan perempuan dalam Islam. Di sini

akan dijelaskan pengertian Islam, kepemimpinan, perempuan, konsep feminisme, konsep

kepemimpinan dalam Islam, perempuan dalam pandangan Islam, dan konsep kepemimpinan

perempuan dalam Islam.

26Cik Hasan Bisri & Eva Rufaidah. Kata Pengantar dalam buku Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial

(Jakarta: Rajawali Pers, 2006) hlm. vi.

Page 25: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

14

BAB 3, merupakan biografi M.Quraish Shihab yang berisi riwayat hidup dan rekam

jejak sosial intelektual beliau dalam kiprahnya sebagai ulama tafsir di Indonesia. Juga akan

dipaparkan karya-karya intelektual yang telah dihasilkan selama kurun waktu kehidupannya.

BAB 4, merupakan isi utama yang membahas pemikiran M. Quraish Shihab tentang

konsep kepemimpinan perempuan dalam Islam. Diawali dengan penjelasan pandangan

Quraish Shihab tentang perempuan, pandangannya mengenai konsep kepemimpinan, dan

tema utama yakni kepemimpinan perempuan dalam Islam. Kemudian di akhir pembahasan

disajikan tinjauan kritis atas pemikiran Quraish Shihab mengenai kepemimpinan perempuan

dalam Islam dengan konteksnya di Indonesia masa kini.

BAB 5, berisi kesimpulan dan penutup. Di sini akan disajikan jawaban-jawaban dari

pertanyaan yang ada di rumusan masalah. Kemudian di perkaya dengan saran dari penulis

terkait wacana tentang perempuan.

Page 26: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

15

BAB II

TINJAUAN KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

Menurut J. Sudarminta, konsep adalah suatu representasi abstrak dan umum tentang

sesuatu yang bersifat mental, merupakan medium yang menghubungkan subjek penahu

dengan objek yang diketahui, yakni pikian dan kenyataan1. Dalam bab ini, akan dipaparkan

tentang konsep kepemimpinan perempuan dalam Islam. Dengan lebih rinci penulis

menghadirkan konsep dari setiap kata yang tercantum dalam judul skripsi ini, yakni Islam,

kepemimpinan, perempuan dan juga konsep kepemimpinan dalam Islam dan konsep

perempuan dalam Islam. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam

atas semua konsep yang terkandung dalam kalimat kepemimpinan perempuan dalam Islam.

2.1 Konsep Islam

Kata Islam berasal dari bahasa Arab salama dari akar kata salima yang memiliki arti

menyelamatkan, pasrah, tunduk, berserah diri2. Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi

Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, sebelum Nabi Muhammad telah hadir nabi-nabi

lainnya yang membawa ajaran dan seruan untuk menyembah Allah SWT seperti Nabi Nuh

AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Ajakan yang mereka bawa adalah

untuk menyembah hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Muhammad Isa Nuruddin,

seorang filosof berkebangsaan Swiss sebagaimana yang dikutip oleh Mohammad Monib dan

Fery Mulayana3 menyatakan bahwa Islam adalah konsep agama yang paling sempurna dari

keseluruhan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Nuh AS hingga Nabi Isa AS. Sementara itu,

Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa heterogenitas agama yang ada di dunia ini

menjadi alasan logis mengapa ajaran Islam diturunkan ke bumi. Islam hadir untuk

menyempurnakan ajaran-ajaran agama sebelumnya, mengukuhkan tauhid kepada umat

1J. Sudarminta. Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius, 2002) hlm. 87.

2Nanang Tahqiq. Islam Agama Pasrah dalam Tim Penerbit Dian Rakyat, ed. Mengenal Islam Jalan Tengah:

Buku Daras Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Dian Rakyat, 2012) hlm. 9.

3Mohammad Monib & Fery Mulyana. Pelita Hati Pelita Kemanusiaan (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009) hlm.

317.

Page 27: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

16

manusia, dan meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di agama-agama sebelumnya karena

kebodohan manusia itu sendiri4.

Nanang Tahqiq mengungkapkan bahwa Islam yang dipahami oleh masyarakat muslim

pada umumnya adalah sesuai dengan apa yang tercantum dalam hadits Rasul SAW sebagai

berikut.

“Melalui otoritas Abu 'Abd al-Rahman 'Abdullah, putra Umar bin Khattab berkata:

Aku dengar Rasulullah bersabda, “Islam telah dibangn di atas lima (tiang): bersaksi tiada

Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya, mendirikan sholat, membayar zakat, pergi

haji dan puasa ramadhan.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)5.

Nurcholish, mendefinisikan kata Islam sebagai suatu sikap tunduk dan pasrah kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, masih menurutnya, jika dikembalikan pada asal

muasalnya, semua agama mengajarkan ketundukan dan kepasrahan. Meski nama Islam baru

muncul pada masa Nabi Muhammad SAW, pada dasarnya agama-agama samawi yang

dibawa oleh para Nabi sebelumnya juga bisa disebut Islam. Karena mengajarkan ketundukan

dan kepasrahan hanya kepada satu Tuhan6. Bagi Quraish Shihab, kata Islam dimaknai sebagai

sebuah perdamaian. Seperti yang tercantum dalam ucapa Assalamu 'Alaikum (damai untuk

anda), melalui kalimat ini Islam mendambakan kedamaian bagi diri sendiri dan orang lain.

Lebih lanjut Quraish Shihab menyatakan bahwa perdamaian merupakan salah satu ciri utama

agama Islam yang lahir dari pandangan ajaran tentang Allah Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam

hadits Rasulullah SAW juga disebutkan bahwa ciri seorang muslim adalah dia yang membuat

orang lain merasa damai dari gangguan lidah dan tangannya7.

Quraish Shihab juga menolak pandangan yang menyatakan bahwa syariat Islam

mewajibkan perempuan untuk diam di dalam rumah. Menurutnya, perempuan yang

4Mohammad Monib & Fery Mulyana. Pelita Hati Pelita Kemanusiaan (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009) hlm.

145.

5Nanang Tahqiq. Islam Agama Pasrah dalam Tim Penerbit Dian Rakyat, ed. Mengenal Islam Jalan Tengah:

Buku Daras Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Dian Rakyat, 2012) hlm. 14.

6Mohammad Monib & Fery Mulyana. Pelita Hati Pelita Kemanusiaan (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009) hlm.

320-321.

7Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996)

hlm. 378.

Page 28: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

17

semestinya dikurung di dalam rumah ialah mereka yang jika dibiarkan keluar rumah maka

akan berbuat kerusakan. Akan tetapi, bila keluarnya si perempuan dengan tujuan baik dan

tidak melakukan tindakan yang dapat menganggu kedamaian dalam masyarakat, maka tak

seharusnya perempuan itu dikurung. Quraish Shihab memaknai al-Qur’an sebagai petunjuk

agama Islam harus dipahami dalam konteks dan sebab-sebab turunnya sebuah ayat, agar kita

terhindar dari sebuah penghakiman terhadap sesama manusia karena menganggap sebuah

interpretasi terhadap ayat al-Qur’an berlaku di segala zaman. Islam yang dipahami oleh

Quraish Shihab adalah ajaran yang membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia, baik

laki-laki maupun perempuan8.

2.2 Konsep Kepemimpinan

Secara umum, kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu

sehingga dapat mempengaruhi, mendorong, menggerakkan orang lain agar dapat berbuat

sesuatu demi mencapai tujuan tertentu. Menurut Mangunhardjana seperti yang dikutip oleh

Baharuddin dan Umiarso, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam Bahasa

Inggris, kepemimpinan dinamakan leadership, asal katanya adalah leader, dari akar kata to

lead yang memiliki makna bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal,

berbuat paling dulu, memelopori, membimbing, menuntun, mengarahkan pikiran atau

pendapat orang lain, dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Hendiyat Soetopo

dan Waty Soemanto mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah kegiatan untuk

membimibing suatu golongan atau kelompok dengan cara sedemikian rupa hingga tercapai

tujuan bersama dari kelompok tersebut. J. Salusu mengartikan kepemimpinan sebagai

kekuatan dalam memengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum9.

Jadi, dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Kepemimpinan bisa terjadi sebagai bawaan lahir seseorang atau bisa juga dipelajari.

8Wawancara dengan Quraish Shihab.

9Baharuddin & Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012) hlm. 47.

Page 29: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

18

2.3 Konsep Perempuan

Membicarakan tentang perempuan, tentunya kita tak bisa melepaskan diri dari

pasangan jenisnya yakni laki-laki. Ada beberapa konsep yang mengatur hubungan antar dua

jenis kelamin ini. Salah satunya adalah teori nature dan teori nurture10

. Teori nature

menyatakan bahwa secara biologis perempuan dan lelaki memiliki perbedaan sejak lahir

dimana perbedaan ini tidak bisa dipertukarkan antara satu sama lain, contohnya, perempuan

mengalami menstruasi, melahirkan dan menyusui sedangkan laki-laki tidak. Perbedaan ini

menjadikan lelaki sering menjadi tokoh utama dalam kehidupan berkeluarga dan

bermasyarakat, karena laki-laki dianggap lebih potensial untuk mengemban tugas-tugas

kemasyarakatan. Keadaan biologis perempuan dianggap sebagai kelemahan yang membatasi

ruang gerak mereka, sehingga ia tak mampu mengemban tugas-tugas sosial kemasyarakatan.

Sedangkan teori nurture menyatakan bahwa perbedaan peran dalam masyarakat antara kedua

jenis kelamin ini bukan disebabkan oleh perbedaan biologis, namun lebih banyak disebabkan

oleh bangunan kultural yang melekat dalam masyarakat. Peran sosial yang diberikan oleh

teori nature ditolak oleh penganut teori nurture, karena hal tersebut bukanlah kehendak

Tuhan, ajaran agama, dan bukan pula karena faktor biologis, melainkan karena konstruksi

budaya dalam masyarakat yang memandang perempuan lebih lemah dari laki-laki.

Selain teori nature dan teori nurture, ada pula konsep gender dan seks yang

membedakan antara lelaki dan perempuan. Prinsip dari konsep gender dan seks kurang lebih

sama dengan dua teori sebelumnya. Awalnya kata gender dipadankan dengan kata seks yang

merujuk pada perbedan jenis kelamin. Hingga kemudian muncul karya dari Charlotte Perkins

Gilman Women and Economics, yang menciptakan suatu konsep “pembedaan seks yang

berlebihan” untuk merujuk kepada hal-hal yang sekarang ini disebut gender11

. Nasaruddin

Umar membatasi dua pengertian konsep ini dengan mengatakan bahwa gender adalah tentang

10Ajat Sudrajat. “Beberapa Persoalan Perempuan dalam Islam”. Makalah pdf diunduh dari

http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-ajat-sudrajat-mag diakses pada 25 Maret 2014 pukul 11.30 WIB. hlm. 1-2.

11George Ritzer. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan terakhir Postmodern.

Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu, Rh. Widada, dan Eka Adinugraha. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) cat.

kaki hlm. 775.

Page 30: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

19

feminitas dan maskulinitas sedangkan konsep seksual adalah perbedaan berdasarkan

komposisi kimia dalam tubuh12

.

Oleh sebab itu, pembedaan terhadap perempuan dibandingkan dengan laki-laki lebih

bersifat budaya daripada kodrati. Yang kemudian membuahkan peran berbeda antar dua jenis

kelamin ini di masyarakat. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai perempuan dalam Islam

akan dijabarkan pada pembahasan selanjutnya.

2.4 Konsep Kepemimpinan dalam Islam

Secara etimologis, kepemimpinan dalam Islam sering disebut sebagai khilafah,

imamah atau imarah. Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang sama, yaitu daya

memimpin, kualitas seorang pemimpin, atau tindakan dalam memimpin. Secara terminologi,

kepemimpinan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengajak orang lain agar mencapai

tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan13

. Penulis hanya akan menjelaskan secara lebih

rinci mengenai term khalifah.

Kata Khalifah, akar katanya terdiri dari tiga huruf, yaitu kha’, lam¸dan fa. Terma

khalifah ini memiliki arti mengganti kedudukan, belakangan, dan perubahan. Pengertian

mengganti bisa diartikan sebagai pergantian generasi, atau penggantian kedudukan pemimpin

untuk periode yang akan datang. Dari akar kata tersebut, ada dua bentuk kata kerja berbeda

yang ditemukan dalam Al-Qur’an, yaitu khalafa-yakhlifu yang dipergunakan untuk makna

mengganti, dan kata kerja istakhlafa-yastakhlifu yang digunakan untuk arti kata menjadikan.

Bentuk jamak dari kata khalifah adalah khalaif dan khulafa. Kata khalaif digunakan dalam

pembicaraan mengenai orang mukmin, sementara khulafa digunakan untuk pembicaraan yang

ditujukan kepada orang-orang kafir. Sedangkan dalam konsep yang terkandung dalam kata

kerja khalafa bermakna regenerasi kepemimpinan, dan dalam makna konotasinya diartikan

sebagai seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan penguasa di bumi yang mengemban

tugas-tugas tertentu14

. Kepemimpinan dalam Islam memiliki misi untuk menuntun manusia

12Nasaruddin Umar. Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000) hlm. 10-11.

13Baharuddin & Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012) hlm. 80.

14Baharuddin & Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012) hlm. 81.

Page 31: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

20

mencapai tujuan bersama yang diridhai oleh Allah SWT. Tujuan itu ialah pengabdian kepada

Sang Pencipta untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

2.5 Konsep Perempuan dalam Islam

Dalam terminologi Islam, perempuan disebut sebagai al-Mar’ah, sedangkan bentuk

jamaknya adalah an-Nisa yang sepadan dengan kata wanita, perempuan dewasa atau lawan

jenis pria. Penjelasan mengenai perempuan dalam konteks Islam, kita perlu merujuk pada dua

sumber utama hukum Islam yakni al-Qur’an dan Hadits. Maka, penjelasan ini akan dibagi

menjadi dua, yakni wacana perempuan dalam Al-Qur’an yang ditemui dalam kitab tafsir dan

wacana perempuan dalam teks-teks hadits.

2.5.1 Perempuan dalam al-Qur’an

Wacana tentang perempuan dalam al-Qur’an bisa kita temui dalam banyak ayat.

Bahkan beberapa surat dalam Al-Qur’an juga menggunakan nama perempuan. Contohnya

Surat An Nisa dan surat Maryam. Di dalam surat Maryam dikisahkan putri dari Imran yang

memiliki derajat ketakwaan paling tinggi di antara semua perempuan di masanya, bahkan

mengalahkan laki-laki. Hingga kemudian ia dipilih untuk melahirkan Nabi Isa AS meski tak

pernah berhubungan dengan laki-laki. Satu-satunya ibunda Nabi yang namanya diabadikan

dalam Al-Qur’an hanyalah Maryam. Sebelum ia melahirkan Nabi Isa, Maryam digambarkan

sebagai seorang perempuan mulia yang kesehariannya dihabiskan untuk beribadah dan

mengabdi kepada Allah SWT. Ketika ia dipilih untuk mengandung bayi Nabi Isa tanpa

seorang suami yang mencampurinya, Maryam telah menyadari konsekuensi yang akan ia

terima berupa celaan dari masyarakat. Namun Maryam tetap menjalaninya sebagai ketetapan

dari Allah SWT dan bukti kepasrahannya terhadap Allah.

Di dalam Al-Qur’an juga terdapat kisah seorang perempuan yang menjadi pemimpin

dari sebuah kerajaan besar, yaitu Ratu Balqis dari kerajaan Saba’. Kisah tentang Ratu Balqis

ada dalam dua surat dalam al-Qur’an, yakni surat an-Naml dan surat al-Anbiya. Kerajaan

Saba’ digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai kerajaan yang makmur, rakyatnya sejahtera, dan

memiliki angkatan perang yang kuat. Ketika Nabi Sulaiman mengirimkan surat kepada Ratu

Balqis yang berisi ajakan untuk mengadakan hubungan diplomatik dan menyeru agar Ratu

Page 32: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

21

Balqis dan rakyatnya menyembah kepada Allah SWT, pada saat itu rakyat kerajaan Saba’

masih menyembah matahari15

.

Selain Ratu Balqis dan Maryam ibu Nabi Isa AS, masih ada beberapa orang

perempuan lagi yang kisahnya tercantum dalam al-Qur’an. Contohnya, ibu Nabi Musa AS,

istri Imran, dan Zulaikha. Kecuali Zulaikha yang memperdaya Nabi Yusuf AS, kesemua

perempuan yang diceritakan dalam al-Qur’an tersebut menempati posisi yang mulia, sebagai

ibu atau istri dari laki-laki shalih yang mengabdi kepada Allah. Ada pula Istri dari Nabi Luth

AS dan Nabi Nuh AS yang membangkang dari ajaran suaminya sehingga mendapatkan azab

dari Allah.

Demikianlah, sekilas mengenai perempuan dalam pandangan al-Qur’an. Al Qur’an

sebagai sumber hukum utama yang menjadi rujukan bagi umat muslim, memandang wanita

sebagai makhluk yang mulia, baik dalam posisinya sebagai ibu maupun sebagai individu yang

utuh. Dan apabila ia beriman dengan sebenar-benarnya iman, maka derajatnya bisa melebihi

laki-laki.

2.5.2 Perempuan dalam Hadits

Badriyah Fayuni dan Alai Najib menjelaskan menjelaskan posisi perempuan dalam

Islam melalui hadits-hadits Nabi SAW. Mereka membagi pembahasannya ke dalam empat

perspektif gender dalam hadits, yakni sebagai berikut16

.

Secara esensial, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam masalah

ibadah dan ajaran Islam. Semua hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang

menyangkut ajaran Islam berlaku untuk semua jenis kelamin. Seruan untuk menuntut

ilmu, berbuat amal sholeh, dan ajakan untuk bersodakoh ditujukan kepada semua jenis

manusia, tanpa memandang laki-laki ataupun perempuan. Kesetaraan jenis kelamin

berlaku untuk semua jenis ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Bahkan

15Nasaruddin Umar dan Amany Lubis. Hawa Sebagai Simbol Ketergantungan: Relasi Gender dalam Kitab

Tafsir dalam Ali Munhanif, ed. Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta:

Gramedia, 2002) hlm. 9-11.

16Badriyah Fayuni dan Alai Najib. Perempuan yang Paling Mendapat Perhatian Nabi: Perempuan dalam

Hadits dalam Ali Munhanif, ed. Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta:

Gramedia, 2002) hlm. 55-57.

Page 33: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

22

Nabi pun membolehkan perempuan untuk melakukan sholat Jum’at dan menganjurkan

untuk mengikuti shalat Ied. Ini menandakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan

pahala dan dosa, setara antara laki-laki dan perempuan.

Dalam beberapa hadits Nabi, perempuan diperlakukan secara istimewa sesuai

kodratnya, sebagaimana juga terdapat pengkhususan terhadap laki-laki sesuai dengan

kodratnya. Perbedaan ini tidak dijadikan sebagai pembedaan yang mencolok yang bisa

menimbulkan perpecahan. Tapi diakui sebagai keistimewaan masing-masing jenis

kelamin.

Perempuan diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi-kondisi objektif yang

menuntut terjadinya pengkhususan atas mereka. Kadang pula terjadi tawar-menawar

antara Nabi dan kaum perempuan dalam hal yang khusus ini. Hingga kemudian dicari

jalan keluar yang bersifat akomodatif di kedua belah pihak. Hal yang sama juga terjadi

pada laki-laki.

Perempuan dipandang sebagai makhluk yang inferior dibanding laki-laki, namun pada

saat yang sama, perempuan diberi kesempatan untuk menutupi kekurangannya agar

bisa mencapai derajat yang setara bahkan melebihi laki-laki. Contohnya, dalam

permasalahan agama, wanita kurang agamanya karena tidak melakukan shalat dan

puasa saat haid, akan tetapi mereka bisa menggantinya dengan bersodakoh sehingga

perempuan tetap bisa mendapatkan pahala dari sodakoh. Terlebih lagi, meninggalkan

shalat dan puasa saat sedang haid dan nifas merupakan perintah Allah yang jika ditaati

akan mendapatkan pahala dan bila dilanggar mendapatkan dosa, seperti halnya

larangan berzina dan memakan daging babi. Di sisi lain, laki-laki dipandang lebih

superior daripada wanita namun superioritas ini membuahkan tanggung jawab besar

yang harus dipikul oleh laki-laki. Jika tanggung jawab ini diabaikan oleh laki-laki,

maka derajat lebih yang dimilikinya bisa berkurang atau bahkan hilang. Contohnya,

laki-laki dianggap sebagai pemimpin bagi wanita dan laki-laki memiliki kelebihan

beberapa derajat di atas wanita karena ia berkewajiban memberi nafkah, melindungi

dan menjaga keselamatan bagi wanita. Jika tanggung jawab ini diabaikan, laki-laki

akan jatuh ke tingkat derajat yang paling hina, bukan hanya di mata Allah, tapi juga di

mata manusia.

Page 34: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

23

Dari empat kategori perspektif gender dalam hadits yang diungkapkan oleh Badriyah

Fayuni dan Alai Najib ini, ditemukan sebuah pemahaman bahwa Rasulullah tidak pernah

membeda-bedakan antara umatnya. Pengkhususan satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang

lainnya dilakukan sesuai kebutuhan dari masing-masing jenis kelamin itu sendiri, dan bukan

untuk memarginalkan satu jenis dari jenis lainnya. Adapun kelebihan dan kekurangan antara

jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya dibarengi dengan catatan-catatan penting yang

tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa perempuan memiliki

kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam hadits-hadits Rasulullah SAW17

.

2.6 Konsep Kepemimpinan Perempuan dalam Islam

Hal yang selalu menjadi kontroversi dalam perbincangan mengenai sosok perempuan

ialah tentang boleh tidaknya seorang perempuan menjadi pemimpin. Konsep kepemimpinan

perempuan dalam Islam yang akan dibahas dalam sub-bab ini dikhususkan pada pembahasan

mengenai kepemimpinan dalam ranah publik di luar rumah tangga. Karena diskursus

mengenai kepemimpinan perempuan di ranah publik ini lebih beragam dan kompleks

dibandingkan dengan pembicaraan mengenai kepemimpinan perempuan dalam rumah tangga.

Salah satu orang yang menolak kepemimpinan perempuan di ranah publik ini ialah

Abbas Mahmud al-Aqqad. Dia menjadikan perbedaan fisik dan biologis sebagai landasan

perbedaan tanggung jawab sosial yang diemban oleh kedua jenis kelamin. Dengan adanya

perbedaan tanggung jawab sosial ini, maka laki-laki dinilai lebih berhak menjadi pemimpin

karena laki-laki sudah terbiasa bertanggung jawab dalam keluarga dan masyarakat, sedangkan

perempuan bertanggung jawab untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Ia menyatakan

bahwa hak kepemimpinan bersumber pada kesanggupan alamiah yang tentu lebih dimiliki

oleh kaum lelaki dibandingkan perempuan. Lebih jauh ia menyampaikan bahwa kerajaan

seorang perempuan ada dalam rumah tangga, sedangkan kerajaan laki-laki ada di dalam

perjuangan hidup18

.

17Badriyah Fayuni dan Alai Najib. Perempuan yang Paling Mendapat Perhatian Nabi: Perempuan dalam

Hadits dalam Ali Munhanif, ed. Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik (Jakarta:

Gramedia, 2002) hlm. 58.

18Abbas Mahmud al-Aqqad. Filsafat Al-Qur'an: Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam Isyarat Al-Qur'an

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986) hlm. 74-75.

Page 35: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

24

Lain halnya dengan Nasaruddin Umar19

, seorang cendekiawan muslim kontemporer

yang menyatakan bahwa tidak ada satupun dalil, baik dari al-Qur’an maupun hadits yang

melarang kaum perempuan aktif di dunia politik. Hal ini merupakan hak yang dimiliki oleh

seorang perempuan untuk terjun ke dalam bidang politik baik sebagai pejabat atau pemimpin

negara. Fakta sejarah mengungkapkan bahwa perempuan-perempuan di sekitar Nabi terlibat

aktif dalam dunia politik. Nasaruddin Umar juga menegaskan bahwa kata khalifah pada surat

al-Baqarah ayat 30 tidak merujuk hanya kepada satu jenis kelamin tertentu, laki-laki dan

perempuan sama-sama memiliki fungsi sebagai khalifah di muka bumi yang akan

mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan Allah SWT20

.

Hal yang serupa disampaikan oleh Husein Muhammad21

, dengan terlebih dulu

menjabarkan pandangan ulama-ulama klasik yang tidak memberikan peluang sama sekali

untuk perempuan terlibat dalam dunia politik. Husein Muhammad kemudian menguraikan

bahwa sejak awal abad ke-20, dengan terbukanya akses pendidikan bagi kaum perempuan,

maka peluang partisipasi politik bagi kaum perempuan juga semakin terbuka. Hal ini ditandai

dengan perubahan-perubahan dalam undang-undang yang lebih mengakomodasi kepentingan

perempuan di ranah publik negara-negara Islam seperti Mesir, Sudan, Yordania, Tunisia, Irak,

Iran, dan Suriah. Di Indonesia sendiri, aktivitas politik kaum perempuan telah memiliki

landasan yuridis dalam UUD 1945. Apalagi sekarang, dengan adanya kebijakan 30% kursi di

parlemen harus diisi oleh perempuan, maka tidak ada lagi alasan untuk melarang perempuan

terjun langsung ke dalam politik. Husein Muhammad memandang hal ini sebagai hal yang

menarik, mengingat pada pemilu tahun 1999, banyak partai politik yang menolak presiden

perempuan sekarang langsung menyetujui affirmative action 30% kuota tersebut tanpa ada

penolakan ataupun perdebatan.

Kepemimpinan Aisyah di Perang Jamal di mana sejumlah sahabat Nabi yang terkenal

bersatu di bawah komandonya merupakan bukti nyata bahwa perempuan juga mampu

19Nasaruddin Umar. Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000) hlm. 49.

20Fadlan. “Islam, Feminisme dan Konsep Kesetaraan Gender dalam Al-Qur'an” Dalam Karsa: Jurnal Budaya

dan Sosial Keislaman Vol. 19 No. 2 STAIN Pamekasan. hlm. 115.

21Husein Muhammad. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren (Yogyakarta: Lkis, 2004)

hlm. 170-172.

Page 36: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

25

memimpin laki-laki. Kaukab Siddique22

menambahkan bahwa kepemimpinan Aisyah ini

bukanlah suatu hal yang muncul tiba-tiba saat perang Jamal terjadi, karena jauh sebelum itu

yakni pada masa awal Islam Aisyah adalah orang yang selalu dimintai fatwa oleh para sahabat

Nabi SAW seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman. Sebelum Aisyah terjun memimpin pasukan

di perang Jamal, beliau telah lebih dulu menjadi seorang guru yang fatwanya diterima oleh

semua kalangan baik laki-laki maupun perempuan. Banyak orang yang datang dari seluruh

penjuru dunia Arab untuk mendapatkan pengajaran dari istri Nabi yang terkenal cerdas itu.

Bahkan, tak sedikit ulama dan guru para imam yang terkenal pada masa itu yang dulunya

merupakan murid Aisyah.

KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur, seorang

ulama NU yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia ini tidak menampik

kemungkinan seorang perempuan menjadi pemimpin negara. Abdurrahman Wahid

mengungkapkan bahwa sukses atau tidaknya perempuan menjadi seorang pemimpin sangat

bergantung kepada penerimaan dari kaum laki-laki yang berada di bawah kepemimpinannya,

apakah mereka bersedia bekerjasama di bawah komando perempuan tersebut atau tidak.

Abdurrahman Wahid juga menyampaikan bahwa ungkapan ulama yang menyatakan bahwa

perempuan lebih lemah dari laki-laki sehingga tidak bisa memimpin justru bertolak belakang

dengan fakta sejarah bahwa banyak pemimpin negara yang sukses justru dari jenis kelamin

perempuan. Misalnya Cleopatra, Ratu Balqis, Corie Aquino, Margaret Theatcher dan Benazir

Butho. Bahkan Abdurrahman Wahid mengakui kemampuan Megawati Soekarnoputri untuk

menjadi seorang presiden, di samping karena ia memiliki nasab dari Soekarno yang

merupakan pemimpin negara, kesuksesannya memimpin PDIP membuktikan bahwa

Megawati memiliki kecerdasan dalam memimpin. Menurut pandangan Abdurrahman Wahid,

apa yang dimiliki Megawati yaitu nasab dan kecerdasan dalam memimpin adalah landasan

yang bisa menjadikan seseorang sebagai pemimpin di masa depan23

.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pandangan ulama-ulama klasik mayoritas tidak

menyetujui jika perempuan menjadi pemimpin dalam ranah publik yang kebanyakan

22Kaukab Siddique. Menggugat Tuhan Yang Maskulin. Diterjemahkan oleh Arif Maftuhin. (Jakarta:

Paramadina, 2012) hlm. 50-53.

23M.N Ibad. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur-Gus Miek (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2011) hlm. 101-102.

Page 37: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

26

dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan ulama-ulama modern dan kontemporer saat ini lebih

melihat ke dalam fakta sejarah dan realita yang ada sekarang bahwa banyak dari kaum

perempuan yang memiliki kemampuan dalam bidang politik dan jabatan-jabatan penting di

ranah publik yang biasanya di-dominasi oleh laki-laki. Karenanya, menafikan peran

perempuan dalam kancah perpolitikan sama halnya mengabaikan potensi separuh dari

masyarakat itu sendiri.

Page 38: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

27

BAB III

BIOGRAFI DAN KARYA INTELEKTUAL M. QURAISH SHIHAB

3.1 Biografi M. Quraish Shihab

3.1.1 Latar Belakang Keluarga

Muhammad Quraish Shihab atau lebih dikenal dengan Quraish Shihab, lahir pada

tanggal 16 Februari 1944 di Rappang, Kabupaten Sidenreng, Rappang, Sulawesi Selatan. Ia

merupakan keturunan campuran Arab Quraisy dan Bugis dan berasal dari kaum terpelajar.

Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab, dan ibunya bernama Asma Aburisyi. Dia adalah

anak keempat dari dua belas bersaudara. Dia memiliki tiga orang kakak bernama Nur, Ali dan

Umar. Ia juga mempunyai delapan orang adik yakni Wardah, Alwi Shihab, Nina, Sida Nizar,

Abdul Mutalib, Salwa, serta si kembar Ulfa dan Latifah.Ayah Quraish Shihab, yakni Prof.

Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama yang cukup terpandang di daerah Sulawesi

Selatan1.

Selain sebagai ulama, Abdurrahman Shihab juga seorang pengusaha dan politikus

yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat yang mengenalnya. Beliau memiliki

kontribusi dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat dalam usahanya membina dua perguruan

tinggi besar di daerah Sulawesi Selatan yakni Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan IAIN

Alauddin Makassar. UMI adalah sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di Indonesia bagian

timur. Abdurrahman Shihab juga pernah menjabat sebagai rektor di UMI dari tahun 1959

hingga tahun 1965, kemudian menjadi rektor di IAIN Alauddin sejak tahun 1972 hingga

tahun 19772. Dari sini terlihat bahwa Quraish Shihab berasal dari keluarga yang akrab dengan

dunia pendidikan, hingga tak heran jika di kemudian hari beliau menjadi seorang

cendekiawan besar karena sejak dini telah mengenal budaya akademik melalui atmosfer

pendidikan yang diterapkan ayahnya di rumah.

1http://tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42

WIB.

2Rahmat Hidayat. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami. Skripsi S1 Program Studi Al-

Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syariah UIN Malang tahun 2008. hlm. 61.

Page 39: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

28

Quraish Shihab mendapatkan motivasi dan benih kecintaan terhadap studi tafsir al-

Qur’an dari sang ayah. Sejak dini, Abdurrahman Shihab telah membiasakan anak-anaknya

untuk duduk bersama usai shalat Maghrib, saat-saat seperti ini Abdurrahman Shihab

menyampaikan nasihat yang lebih sering berupa ayat-ayat Al-Qur’an. Quraish Shihab juga

diwajibkan untuk mengikuti pengajian Al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya. Tidak hanya

menyuruh anak-anaknya untuk rajin membaca Al-Qur’an, Abdurrahman Shihab juga kerap

menguraikan kisah-kisah dalam Al-Qur’an kepada anak-anaknya secara sepintas. Dari sinilah

benih-benih kecintaan terhadap Al-Qur’an mulai tumbuh dalam diri Quraish Shihab3.

Quraish Shihab memiliki seorang istri bernama Fatmawaty Assegaf yang dinikahinya pada

bulan Februari tahun 1975 di Solo, Jawa Tengah. Keduanya dikaruniai lima orang anak,

masing-masing ialah Najelaa (lahir pada tanggal 11 September 1976), Najwa (lahir 16

September 1977), Nasma (lahir tahun 1982), Ahmad (lahir 1 Juli 1983), dan Nahla (lahir

Oktober 1986)4. Anak sulungnya Najelaa, menikah dengan Ahmad Fikri Assegaf pada tahun

1995 dan memberi tiga orang cucu kepada Quraish Shihab, yaitu Fathi, Nishrin, dan Nihlah.

Putri kedua Quraish Shihab menikah dengan Ibrahim Syarief Assegaf pada tahun 1997 dan

dikaruniai anak bernama Izzat dan almarhum Namiya (meninggal empat jam setelah

dilahirkan karena prematur5). Putri ketiganya yakni Nasywa Shihab menikah dengan

Muhammad Riza Alydrus pada tahun 2005 yang kemudian dikaruniai dua orang putri yaitu

Naziha dan Nuha. Ahmad Shihab, yang merupakan satu-satunya anak lelaki dari Quraish

Shihab, menikah dengan Sidah Al Hadad6.

Anak-anak Quraish Shihab yang telah menikah tinggal di rumah yang tidak berjauhan

dengan rumah Quraish Shihab di Cilandak, Jakarta Timur. Setiap pagi semua anak-anaknya

akan berkunjung ke rumah Quraish Shihab untuk mencium tangannya sebelum mereka

beraktifitas, bila tak sempat melakukannya mereka akan pamit lewat telepon. Kebiasaan

tersebut untuk menjaga hubungan antara orangtua dan anak agar tidak berjarak dan tetap

dekat. Bahkan Quraish Shihab juga menugaskan seorang koki di rumahnya untuk memasak

3Rahmat Hidayat. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami. Skripsi S1 Program Studi Al-

Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syariah UIN Malang tahun 2008. hlm. 62.

4Suliyah. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Makna dan Upaya Meraih Hidayah dalam Tafsir Al

Misbah. Skripsi S1 Program Ushuludin IAIN Walisongo Semarang tahun 2007. hlm. 34.

5http://wowkeren.com/berita/tampil/00053646.html diakses pada 8 Agustus 2014 pukul 20.00 WIB.

6http://quraishshihab.com/profile/ diakses pada tanggal 18 Juli pukul 12.34 WIB.

Page 40: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

29

dan mengirimkan makanan ke rumah anak-anaknya setiap hari. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kesehatan seluruh anggota keluarganya agar terhindar dari efek buruk makanan yang

dibeli dari luar7.

Quraish Shihab memiliki prinsip untuk selalu memberikan keteladanan kepada anak-

anaknya. Ia membebaskan anak-anaknya untuk menentukan jalan hidupnya, dengan tetap

memberikan rambu-rambu agama yang bersifat tegas. Sejak kecil anak-anaknya dididik

dengan ilmu agama yang kuat, sebagai bekal untuk kehidupan di masa depan. Kemudian

dalam menentukan pasangan hidup pun, Quraish Shihab membebaskan anak-anaknya untuk

memilih pendamping hidupnya sendiri. Bahkan dalam hal berpakaian, Quraish Shihab tidak

memaksakan bahwa anak perempuannya harus berjilbab. Namun secara tegas ia menyatakan

bahwa dalam hal berpakaian harus tetap berpegang pada norma-norma kesopanan dan

kehormatan bagi seorang muslim8.

3.1.2 Latar Belakang Pendidikan

Selain mengikuti pengajian dan kultum (kuliah tujuh menit) yang diberikan sang ayah

seusai shalat maghrib, yang bisa dikategorikan sebagai pendidikan informal dalam keluarga

yang diterimanya, Quraish Shihab mendapatkan pendidikan formal di sekolah dasar hingga

kelas dua sekolah menengah pertama di Ujungpandang. Pada tahun 1956, Quraish Shihab

dikirim ayahnya untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah9.

Ketika pemerintah Mesir menawarkan program beasiswa, Quraish Shihab bersama

adiknya Alwi Shihab mengikuti tes seleksi dan lolos ke Kairo. Quraish Shihab berangkat ke

Mesir pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua Tsanawiyah Al Azhar. Setelah menamatkan

sekolah menengah, Quraish Shihab melanjutkan studinya di Universitas al-Azhar pada

Fakultas Ushuluddin dengan Jurusan Tafsir Hadits. Tahun 1967 beliau berhasil meraih gelar

Lc. Dua tahun berselang, yaitu tahun 1969, Quraish Shihab meraih gelar M.A di jurusan yang

sama dengan tesis berjudul “Al-I’jaz Al Tasyri’iy li Al-Qur'an Al-Karim” (Kemukjizatan Al-

7http://www.tempo.co/read/news/2012/08/26/219425534/Quraish-Shihab-Si-Pengubah-Dunia diakses pada 25

Mei 2014 pukul 14.40 WIB.

8http://bio.or.id/biografi-najwa-shihab/ diakses pada 8 Agustus pukul 19.45 WIB.

9http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42

WIB.

Page 41: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

30

Quranul Karim dari Segi Hukum). Tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Universitas Al

Azhar Kairo untuk mengambil spesialisasi studi tafsir Al-Qur’an. Dua tahun kemudian gelar

doktor dalam bidang tafsir berhasil diraihnya. Dengan disertasi berjudul Nazm ad-Durar li al-

Biqa'i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan Analisis terhadap Keotentikan Kitab Nazm ad-

Durar Karya al-Biqa’i), disertasinya ini mendapat predikat Mumtaz Ma`a Martabah Asy-

Syaraf al-Ula atau Summa Cum Laude yaitu penghargaan tingkat pertama di Asia Tenggara

dengan gelar Doktor dalam bidang Ilmu-ilmu al-Qur'an10

.

3.1.3 Karir Intelektual dan Politik

Tahun 1973, Quraish Shihab disuruh pulang ke kampung halaman oleh ayahnya yang

pada saat itu menjabat sebagai rektor di IAIN Alauddin. Quraish Shihab diminta ayahnya

untuk membantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin, ia dijadikan Wakil Rektor Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan hingga tahun 1980. Selain menjabat sebagai Wakil Rektor,

Quraish Shihab juga sering ditunjuk untuk mewakili ayahnya menjalankan tugas-tugas pokok

tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh ayahnya karena kondisi kesehatan yang semakin

menurun. Di samping itu, Quraish Shihab sering dipercaya untuk memegang berbagai jabatan

penting, di antaranya ialah Kordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia

Bagian Timur, Pembantu Pimpinan Kepolisian dalam Bidang Pembinaan Mental, dan

beberapa jabatan lain di luar kampus. Dengan kesibukannya yang begitu padat, Quraish

Shihab masih sempat menyelesaikan beberapa tugas penelitian, yakni Penerapan Kerukunan

Hidup Beragama di Indonesia (1975), dan Masalah Wakaf di Sulawesi Selatan (1978)11

.

Setelah menyelesaikan S3-nya, Quraish Shihab kembali ke Indonesia pada tahun 1982

dan melanjutkan tugasnya di IAIN Alauddin. Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1984, dia

dipanggil ke Jakarta untuk mengajar Tafsir al-Qur’an dan Ulumul Hadits di Fakultas

Ushuluddin IAIN Jakarta. Ia pun pindah dari Makassar ke Jakarta untuk menunaikan tugas

tersebut. Quraish Shihab mengajar program S1, S2, dan S3 sampai tahun 1998. Selain

mengajar sebagai dosen, ia juga sempat terpilih untuk menduduki jabatan Rektor IAIN Jakarta

selama dua periode yakni pada 1992-1996 dan 1997-1998. Jabatan Rektor IAIN pada periode

10 Suliyah. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Makna dan Upaya Meraih Hidayah dalam

Tafsir Al Misbah. Skripsi S1 Program Ushuludin IAIN Walisongo Semarang tahun 2007. hlm. 33-34.

11 Rahmat Hidayat. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami. Skripsi S1 Program Studi

Al-Ahwal Al-Syakhshiyah Fakultas Syariah UIN Malang tahun 2008. hlm. 62.

Page 42: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

31

kedua dijalani Quraish Shihab dengan waktu singkat, karena pada awal tahun 1998 ia

dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Agama, meski hanya bertahan selama

dua bulan. Setelah itu, ia diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh

Republik Indonesia untuk Negara Republik Arab Mesir merangkap Negara Republik Djibouti

yang berkedudukan di Kairo12

.

Di samping kesibukannya mengajar di IAIN Jakarta, Quraish Shihab juga dipercaya

untuk menduduki sejumlah jabatan penting. Di antaranya, ialah Ketua Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Pusat sejak 1984, anggota Lajnah Pentashhih Al-Qur’an Departemen Agama

sejak 1989, Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI),

Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama di

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Serta tercatat sebagai Dewan Redaksi Studia

Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, Ulumul Qur’an, Mimbar Ulama, dan

Refleksi: Jurnal Kajian Agama dan Filsafat. Semua penerbitan ini berlokasi di Jakarta13

.

Quraish Shihab juga sering menulis karya ilmiah dan mengasuh rubrik di beberapa

media nasional seperti Harian Republika (Rubrik M.Quraish Shihab Menjawab), Harian Pelita

(rubrik Pelita Hati), dan Majalah Amanah (rubrik Tafsir al-Amanah). Aktivitas ceramah

dilakukan Quraish Shihab di sejumlah masjid besar dan cukup terkenal di Jakarta, di

antaranya Masjid at- Tin, Masjid Sunda Kelapa, dan Masjid Fathullah. Sedang di lingkungan

pejabat pemerintahan, Quraish Shihab memberikan pengajian serta ceramah di Masjid Istiqlal.

Beberapa stasiun televisi swasta juga memiliki program khusus ceramah yang diisi oleh

Quraish Shihab selama bulan Ramadhan seperti RCTI, SCTV dan Metro TV.

Quraish Shihab adalah seorang ulama moderat, ilmu al-Qur’an yang dimilikinya tidak

ada yang meragukan. Ciri khas dari Quraish Shihab ialah menafsirkan al-Qur’an dengan

metode maudu’i atau tematik. Yakni suatu metode menerjemahkan dan menafsirkan al-

Qur’an dengan cara mengumpulkan sejumlah ayat yang membahas masalah serupa namun

tersebar dalam al-Qur’an pada surat-surat yang berbeda. Kemudian Menjelaskan pengertian

secara menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, setelah itu menarik kesimpulan sebagai jawaban

12http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42

WIB.

13http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42

WIB.

Page 43: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

32

dari permasalahan yang dikemukakan. Kemampuan Quraish Shihab menyampaikan pesan-

pesan al-Qur’an yang telah diterjemahkannya dengan pemahaman murni mengenai konteks

kekinian dan masa post-modern membuat dirinya lebih unggul dibandingkan pakar al-Qur’an

Indonesia lainnya14

.

Berdasarkan pembacaan penulis terhadap karya-karya dari Quraish Shihab, beliau

menyampaikan pendapat mengenai suatu masalah tidak secara langsung, melainkan secara

tersirat. Dengan terlebih dulu mengungkapkan pendapat ulama-ulama terdahulu maupun

sekarang mengenai kajian yang dibahas, beserta pro dan kontra terhadap kajian tersebut, baru

kemudian ia mengungkapkan pendapatnya sendiri secara tersirat. Jika tidak jeli, kita bisa saja

kebingungan saat membaca tulisan beliau yang begitu banyak mengutip pendapat ulama

lainnya, sehingga pendapat pribadinya seringkali tersamarkan.

Quraish Shihab seringkali menekankan betapa pentingnya memahami al-Qur’an

secara kontekstual, dan menghindari pemahaman tekstual terhadap wahyu Ilahi. Hal ini

dimaksudkan agar pesan-pesan yang terkandung dalam wahyu tersebut bisa diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun sering memotivasi para mahasiswanya di tingkat pasca

sarjana untuk berani menafsirkan al-Qur’an dengan tetap berpegang teguh pada aturan tafsir

yang sudah berlaku. Bagi Quraish Shihab, penafsiran terhadap al-Qur’an tidak akan pernah

berakhir. Setiap masa akan muncul penafsiran baru, sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan tuntutan zaman. Akan tetapi, sikap teliti dan berhati-hati harus tetap

dipegang teguh oleh penafsir agar tidak mudah mengklaim sebuah tafsiran sebagai sebuah

pendapat yang mutlak dari al-Qur’an. Adalah sebuah dosa besar jika seseorang memaksakan

pendapatnya dengan mengatasnamakan al-Qur’an15

. Saat wawancara dengan penulis, Quraish

Shihab mengakui bahwa kiprahnya dalam dunia pendidikan adalah bentuk peran sertanya

sebagai seorang pendidik untuk mentransfer ilmu kepada umat.

14http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42

WIB.

15http:tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei 2014 pukul 22.42

WIB.

Page 44: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

33

3.2 Karya Intelektual M. Quraish Shihab

Kecintaan Quraish Shihab terhadap ilmu al-Qur’an dibuktikan dengan kemampuannya

menulis yang begitu produktif. Meski telah mengasuh rubrik di berbagai media lokal dan

nasional. serta kesibukannya ceramah baik off air maupun on air, Quraish Shihab tetap

meluangkan waktunya untuk menulis buku. Membagikan ilmu pengetahuan yang ia dapatkan

selama hidupnya dengan menulis buku yang bisa dibaca oleh orang banyak. Berikut ini adalah

karya-karya intelektual Quraish Shihab.

Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN

Alauddin, 1984):

Menyingkap Tabir Ilahi: Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an (Jakarta:

Lentera Hati, 1998):

Untaian Permata Buat Anakku (Bandung: Mizan 1998):

Pengantin al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 1999):

Haji Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1999):

Sahur Bersama Quraish Shihab (Bandung: Mizan 1999):

Panduan Puasa bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika,

Nopember 2000):

Panduan Shalat bersama Quraish Shihab (Jakarta: Penerbit Republika,

September 2003):

Anda Bertanya,Quraish Shihab Menjawab Berbagai Masalah Keislaman

(Mizan Pustaka)

Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah (Bandung: Mizan,

1999):

Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Al Qur'an dan Hadits (Bandung:

Mizan, 1999):

Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah (Bandung:

Mizan, 1999):

Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama (Bandung: Mizan,

1999):

Page 45: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

34

Fatwa-Fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al Quran (Bandung: Mizan,

1999):

Satu Islam, Sebuah Dilema (Bandung: Mizan, 1987):

Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987):

Pandangan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda (MUI & Unesco, 1990):

Kedudukan Wanita Dalam Islam (Departemen Agama):

Membumikan al-Qur'an: Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994):

Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994):

Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996):

Wawasan al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996):

Tafsir al-Qur'an (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997):

Secercah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al-Qur'an (Bandung: Mizan, 1999)

Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili (Jakarta: Lentara Hati, 1999):

Jalan Menuju Keabadian (Jakarta: Lentera Hati, 2000):

Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume,

Jakarta: Lentera Hati, 2003):

Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera

Hati, 2003)

Jilbab Pakaian Wanita Muslimah: dalam Pandangan Ulama dan Cendekiawan

Kontemporer (Jakarta: Lentera Hati, 2004):

Dia di Mana-mana: Tangan Tuhan di balik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera

Hati, 2004):

Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005):

Logika Agama: Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam (Jakarta:

Lentera Hati, 2005):

Rasionalitas al-Qur'an: Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera

Hati, 2006):

Menabur Pesan Ilahi: al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat

(Jakarta: Lentera Hati, 2006):

Page 46: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

35

Wawasan al-Qur'an Tentang Dzikir dan Doa (Jakarta: Lentera Hati, 2006):

Asmâ' al-Husnâ: Dalam Perspektif al-Qur'an (4 buku dalam 1 boks) (Jakarta:

Lentera Hati):

Sunnah - Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?: Kajian atas Konsep

Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007):

Al-Lubâb: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fâtihah dan Juz 'Amma

(Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2008):

40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta: Lentera Hati):

Berbisnis dengan Allah: Tips Jitu Jadi Pebisnis Sukses Dunia Akhirat (Jakarta:

Lentera Hati):

M. Quraish Shihab Menjawab: 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui

(Jakarta: Lentera Hati, 2008):

Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus

2009):

Seri yang Halus dan Tak Terlihat: Jin dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati):

Seri yang Halus dan Tak Terlihat: Malaikat dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera

Hati):

Seri yang Halus dan Tak Terlihat: Setan dalam al-Qur'an (Jakarta: Lentera

Hati):

M. Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui

(Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010):

Al-Qur'ân dan Maknanya: Terjemahan Makna disusun oleh M. Quraish

Shihab (Jakarta: Lentera Hati, Agustus 2010):

Membumikan al-Qur'ân Jilid 2: Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan

(Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011):

Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-Quran dan Hadits

Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011):

Do'a al-Asmâ' al-Husnâ (Doa yang Disukai Allah SWT.) (Jakarta: Lentera

Hati, Juli 2011):

Page 47: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

36

Tafîr Al-Lubâb: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur'ân

(Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012)16

.

Banyaknya karya tulis yang ia terbitkan, membuat Quraish Shihab menjadi salah satu

intelektual muslim Indonesia yang paling produktif. Karya-karyanya dijadikan rujukan oleh

banyak mahasiswa di perguruan tinggi untuk skripsi. Karya tafsirnya yang hadir dalam bahasa

Indonesia memudahkan masyarakat untuk memahami apa yang ia ungkapkan dalam tafsirnya.

16http://quraishshihab.com/work/ diakses pada 9 agustus 2014 pukul 10.05 WIB.

Page 48: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

37

BAB IV

PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB MENGENAI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

DALAM ISLAM

4.1 Manusia dalam Pandangan Quraish Shihab

Dalam menjelaskan tentang manusia, Quraish Shihab mengutip pernyataan dari Dr.

Alexis Carrel bahwa ilmu pengetahuan tentang manusia yang dicapai oleh para ilmuwan

amatlah sedikit, jauh dibandingkan pencapaian manusia di bidang lainnya1. Lebih lanjut

Quraish Shihab menyebutkan bahwa terbatasnya ilmu pengetahuan manusia tentang manusia

disebabkan oleh terlambatnya manusia untuk meneliti hakikat manusia karena mereka

cenderung kepada hal-hal bersifat materi yang berada di luar dirinya, akal manusia yang lebih

suka memikirkan hal-hal yang ringan sedangkan permasalahan tentang manusia begitu

kompleks. Dari sisi agama, Quraish Shihab menganggap bahwa hal ini terjadi karena manusia

adalah satu-satunya makhluk yang dalam proses penciptaannya terdapat ruh ilahi, sedangkan

manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh. Ini disebutkan dalam al-Qur'an Surat al-Isra'

ayat 85:

ي ي هيال ي ن هىي ال ي ي ويىييب ي ي يلي ب ويي وي مي نلر ي نلر ض ن ي

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-

ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Maka, bagi Quraish Shihab, tidak ada jalan lain untuk mengenal hakikat manusia selain

merujuk kepada wahyu ilahi.2 Quraish Shihab juga mengutip pandangan Sigmund Freud yang

menganggap bahwa manusia adalah makhluk bumi yang segala aktivitasnya bertumpu pada

libido, anggapan ini dikemukakan Freud setelah ia meneliti sekelompok orang sakit3.

1Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996)

hlm. 273.

2Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996)

hlm. 274.

3Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 62.

Page 49: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

38

Al-Qur'an tidak menerangkan proses penciptaan manusia pertama secara rinci, di sana hanya

diterangkan bahwa bahan awal pembuatan manusia adalah tanah, kemudian disempurnakan,

dan setelah wujudnya sempurna ditiupkan ruh ilahi ke dalamnya4. Hal ini diterangkan dalam

Surat al-Hijr ayat 28-29:

حي ييي ر فختيف يي ال ي﴿فإذ يص ض إييال يح يصهص لييب يخ نقي شلال ييب يئكةي ب ذي لي ر ينه

ي ف ينيص ا

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan

menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang

diberi bentuk, Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan

kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Dalam proses penciptaan ini sendiri, Quraish Shihab menemukan sebuah perbedaan

antara penciptaan manusia pertama yang dalam kepercayaan agama Islam disebut sebagai

Nabi Adam AS. Dengan manusia-manusia lainnya. Saat menyebutkan tentang penciptaan

manusia pertama, al-Qur'an menggunakan kata ganti tunggal, seperti yang terlihat dalam

Surat Shad ayat 71-72 dan 75 berikut ini:

ي يغ يخ نقي شلال ييب يئكةي ب حيف ينيص ا إذي لي ر ينه ييي ر فختيف يي ال فإذ يص

”(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan

menciptakan manusia dari tanah".Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan

Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud

kepadanya".”

ي ي ن ن ي صيك ل ي وي تيي ال يخه تي لي ي هشيي يي ي يوض ين

”Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-

ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu

(merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?".”

4Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996)

hlm. 277-278.

Page 50: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

39

Sedangkan ketika menyebutkan proses penciptaan manusia secara umum, al-Qur'an

menggunakan kata ganti jamak. Sebagaimana yang tampak dalam penggalan surat At-Tin

ayat 4:

ىي يو يفي حض ض ن يخه ي ا

”sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Hal ini bisa dipahami karena pada penciptaan manusia pertama, tidak ada keterlibatan pihak

lain. Allah melakukan proses penciptaan manusia pertama ini tanpa perantara pihak lain.

Sedangkan pada proses penciptaan manusia secara umum, ada keterlibatan ayah dan ibu.

Ayah dan ibu berperan dalam pembentukan fisik dan psikis manusia. Karenanya dalam

menceritakan penciptaan manusia secara umum, al-Qur'an menggunakan kata ganti jamak

sebagai pengakuan keterlibatan ayah dan ibu dalam proses penciptaan tersebut5.

Quraish Shihab membandingkan proses kejadian manusia dari segi ilmu pengetahuan

yang biasa disebut sebagai embriologi dengan apa yang tercantum dalam al-Qur'an Surat al-

Mu'minuun ayat 12-14:

ي ش يخه ال يآخلي ال يثىال ي ن ظ وينح عغةي ظ يال يفكض يخه ي نرطفةي ه ةاليفخه ي ن ه ةييعغةاليفخه ي ن ثىال

ي يغ يييصينةييب ض ن يخه ي ا ي ك يا ه يطفةاليفي ل ييال يثىال ي نخ ن ي حض في ي ال

”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari

tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang

kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu

Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu

tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”

Dari ayat ini, proses kejadian manusia mengalami 5 periode yakni dari al-Nuthfah (saripati

tanah/tanah yang bersih) kemudian menjadi al-Alaq (air mani), setelah itu menjadi al-

Mudghah (segumpal darah), kemudian berubah menjadi al-Idzam (segumpal daging), dan

5Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996)

hlm. 277.

Page 51: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

40

terakhir al-Lahm (tulang belulang)6. Sedangkan menurut Embriologi, proses kejadian manusia

mengalami tiga periode. Yang pertama adalah periode Ovum, yakni pembuahan dari sel

sperma ke sel telur hingga membentuk zygote, zygote membelah diri menjadi beberapa bagian

sel kemudian bergerak untuk kemudian menempel pada pada dinding rahim, proses ini

disebut Implantasi. Yang kedua ialah periode Embrio, ini adalah periode dimana organ-organ

manusia mulai terbentuk dari pembelahan sel pada priode sebelumnya. Yang terakhir adalah

periode Foetus, periode ini merupakan penyempurnaan organ-organ yang terbentuk dari

periode Embrio hingga mencapai kesempurnaan dan manusia tersebut siap untuk dilahirkan7.

Quraish Shihab memberikan penyesuaian antara proses kejadian manusia seperti yang

tersebut dalam al-Qur'an surat al-Mu'minuun dengan Embriologi. Periode ketiga yang disebut

al-Qur'an sebagai al-Mudghah sesuai dengan periode kedua dalam Embriologi. Periode ini

merupakan pembentukan organ-organ penting manusia. Sedangkan periode keempat dan

kelima menurut al-Qur'an sama dengan Periode Foetus8.

Mengenai teori Evolusi dari Darwin, Quraish Shihab tidak secara tegas menyatakan

pendapatnya mengenai teori tersebut. Melainkan dengan mengutip pandangan dari ulama lain

seperti pakar tafsir Syaikh Muhammad Abduh yang ia kutip di buku Wawan Al-Qur'an

menyatakan bahwa jika teori Evolusi dari Darwin bisa dibuktikan secara ilmiah, maka tidak

ada alasan dari al-Qur'an untuk menolaknya. Karena al-Qur'an hanya menerangkan proses

penciptaan manusia periode pertama, tengah dan akhir. Apa yang terjadi antara proses

pertama dengan pertengahan dan proses antara pertengahan dengan akhir tidak dijelaskan.

Quraish Shihab juga mengutip Abbas al-Aqad yang mempersilakan kaum muslim untuk

menerima atau menolak teori Evolusi Darwin tanpa melibatkan al-Qur'an. Karena al-Qur'an

tidak bicara secara rinci tentang proses kejadian manusia9.

6Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 50.

7Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 50-51.

8Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 51.

9 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 281.

Page 52: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

41

Quraish Shihab menyebutkan tiga istilah yang sering digunakan dalam al-Qur'an untuk

menunjuk kepada manusia. Yakni basyar, bani adam/zuriyat adam, dan kata yang terdiri dari

huruf nun, sin, dan alif seperti an-nas, al-insan, atau unas. Basyar diambil dari akar kata

yang awalnya bermakna sesuatu yang baik atau indah, kemudian dari akar kata yang sama

muncul istilah basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya terlihat

jelas dibandingkan makhluk lainnya. Al-Qur'an menggunakan istilah ini untuk menyebut

manusia sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan satu kali dalam bentuk muannats (kata

jamak yang berarti dua)10

. Salah satu ayat yang menggunakan kata basyar adalah surat ar-

Rum ayat 20:

ي ذ ي يى﴾ يول بيثىال يخه كىييب ي يآ و ي ي ب ب ﴿ يويشل

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah, kemudian

ketika kamu menjadi basyar bertebaran.”

Quraish Shihab mengartikan kata bertebaran di sini sebagai proses reproduksi manusia dan

kegiatan mencari rezeki di berbagai belahan bumi. Proses reproduksi dan mencari rezeki ini

tidak bisa dilakukan kecuali oleh manusia yang telah dewasa dan memiliki tanggung jawab.

Karenanya, menurut Quraish Shihab, istilah basyar dikaitkan dengan kedewasaan seorang

manusia yang membuatnya mampu memikul tanggung jawab. Oleh sebab itu, tugas

kekhalifahan dibebankan kepada basyar. Seperti terlihat dalam Surat al-Hijr ayat 28:

يخ نقي۸﴾ يئكةي ب ذي لي ر ينه ي ب ب ﴿ ض إييال يح يصهص لييب ال ييب

”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan

menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang

diberi bentuk”11

Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Jika

dilihat dari sudut pandang al-Qur'an maka lbeih tepat jika dikatakan berasal dari kata nasiya

10 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 275.

11 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 276.

Page 53: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

42

(lupa), dan nasa-yanusu (berguncang)12

. Hal ini bisa dipahami melihat sifat manusia yang

pelupa dan selalu mengalami guncangan dalam batinnya. Kata insan digunakan al-Qur'an

untuk menyebut manusia secara keseluruhan dalam dirinya meliputi jiwa dan raga.

Quraish Shihab menyebutkan beberapa potensi manusia yang disebutkan dalam al-

Qur'an, yakni sebagai berikut:

Makhluk pertama yang disebut dalam rangkaian wahyu pertama. Tercantum dalam

Surat al-Alaq ayat 1-5:

ي هق﴾﴿ ل ي صىي ب ي نالذيخهق﴾﴾ يي ض ر ي ل لو﴾﴿خهقي ا ﴿ هالىي۵﴿ نالذي هالىي ن هى﴾۴﴿ ل ي

يي ينىي هىي ض ا

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha

Pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada

manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Memiliki keutamaan yang lebih tinggi dari makhluk ciptaan lain sebagaimana yang

disebut dalam Surat Hud ayat 3:

كىي ي خ في ه يفإب نال يو يذيفعميفعهي ؤ ي مال ي ال ض ي اميير ي ال يحضال ي ن يب كىييال ي يو ي ن ي صيغفل ي الكىيثىال

وي لي ذ بي

“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.

(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan

yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan

Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)

keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan

ditimpa siksa hari kiamat.”

Mempunyai kecenderungan dekat kepada Tuhan dengan kesadaran akan kehadiran

Tuhan yang melekat di alam bawah sadarnya. QS ar-Rum ayat 43:

12 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 276.

Page 54: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

43

ي﴿۳۴﴾ ي ذيصال ال ي ي ال ييل الينيي وي ال ي ي ن بىييي مي ي و ا ينه ب ف ىي

”Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum

datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu

mereka terpisah-pisah."

Diberi kepercayaan dan kebebasan penuh untuk memilih jalan masing-masing. QS. Al

Insan ayat 2-3:

يال ي ف ال ﴾﴾ ي نضال مي يال يش لال ي ال ي صلال ﴿ ال ي يف ه يص يييرطفةي يش جيال يه ض ﴿ ال يخه ي ا

”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur

yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami

jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan

yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”

Makhluk yang paling mulia dan paling sempurna diantara makhluk lainnya.

Ditunjukkan dalam Surat al-Isra' ayat 70:

﴾۷﴿ يخه ي ال ي ثلييب ه ىي ه فعال ب ي ي نطال ز ىييب ن حلي ي ه ىيفي ن لب ح ي ي يآ وي ن ي لال

ي وفعيال

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di

daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang

telah Kami ciptakan.”

Nurani manusia dibimbing oleh wahyu untuk menentukan baik atau buruk. Dijelaskan

dalam Surat As-Syams ayat 7-8:

﴾۸﴾ و يف ي ال ۷﴿ف ن ي يص فشي ﴿

”dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya))maka Allah mengilhamkan kepada

jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”

Diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Tampak dalam surat At-Tin ayat 4:

ىي۴﴾ يو يفي حض ض ﴿ن يخه ي ا

Page 55: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

44

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Namun terkadang manusia berbuat aniaya dan mengingkari nikmat Tuhan. Disebutkan

dalam Surat Ibrahim ayat 34:

ينظهوي فال ي ض ي ا ال ي يوحص ي تي ال ي يو ر ي يي يص ني ي مب آو ىييب

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu

mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu

menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari

(nikmat Allah).”

Terkadang manusia juga banyak membantah ajaran Tuhan. Tersebut dalam Surat al-

Hajj ayat 67:

ضي ىي۷۶﴾ ي اليير ي ب ي ال ين ه ي ن ةيا ه ييضكال يىي صكيفيي ز ال يفي ليلي ي يال ﴿نبكمب

“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka

janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan

serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada

jalan yang lurus.”

Meski dua potensi yang disebutkan terakhir berkebalikan dengan potensi-potensi yang

disebutkan sebelumnya, hal ini bukan berarti bahwa ayat al-Qur'an saling bertentangan.

Namun karena manusia memang diciptakan dengan dua sisi yang saling bertolak belakang

sebagai potensi kemanusiawian yang dimilikinya. Sehingga manusia bisa mencapai derajat

tertinggi dengan segala potensi baik yang ada dalam dirinya, atau malah terjerumus ke level

terendah dan hina karena potensi sifat buruk yang juga dimilikinya13

.

Potensi manusia juga bisa dilihat dari kisah Adam dan Hawa yang ada dalam al-

Qur'an. Al-Qur'an mengajarkan bahwa Tuhan juga mengajarkan potensi mengenali benda-

benda dan fungsinya di alam semesta kepada manusia. Keberadaan Adam dan Hawa di Surga

memberitahu kita tentang kenikmatan yang bisa diperoleh, karena itu surga harus menjadi

tujuan utama hidup manusia. Akan halnya dengan kisah Adam dan Hawa yang tergoda rayuan

13 Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 63-64.

Page 56: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

45

Iblis, ini menjadi peringatan bagi umat manusia terhadap godaan dari Iblis agar tidak

mengalami nasib buruk seperti yang telah dialami oleh Adam dan Hawa yang terusir dari

surga karena mengikuti rayuan Iblis14

.

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Di atas telah dijelaskan proses kejadian

manusia yang bersifat fisik, berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian manusia yang bersifat

non-materi sesuai dengan apa yang disebutkan dalam al-Qur'an. Yaitu fitrah, nafs, qalb, dan

ruh yang dimiliki oleh setiap manusia. Fitrah merupakan bawaan lahir, potensi yang dimiliki

manusia sejak awal penciptaannya. Yakni fitrah untuk mengikuti agama yang lurus (tauhid),

seperti disebutkan dalam Surat Ar-Rum ayat 30:

ي ثلي﴾ ال نك ي ن بىي يذن ي ن ب ي يو مينخهقي ال ي نالييفطلي نال سي ه يحفال يفطل ي ال ا ينه ب ﴿ف ىي

ي نال سي ي ه

”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah

yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”15

Kata la yang bermakna 'tidak' pada ayat tersebut mengisyaratkan bahwa manusia tidak bisa

menghindar dari fitrah keagamaan yang melekat padanya sejak lahir, meskipun manusia itu

sendiri menolaknya. Selain fitrah keagamaan ada pula fitrah yang merupakan kecenderungan

manusia untuk mencintai sesuatu yang bersifat material seperti yang tercantum dalam Surat

Ali Imran ayat 14 berikut:

يةي۴﴾ ال ض مي ن نخ ةي نفعال ي نذالبي طلةيي ن غلي ن ي ن ي نبض ءي يي ي نشال ينهال سيحبر ﴿زب

بي ي ن ي يحض ال ي نحل يذن ييي ي نح ةي ن ر وي ل

”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:

wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-

14 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 279-280.

15 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 280-281.

Page 57: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

46

binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah

tempat kembali yang baik (surga).”

Quraish Shihab menyimpulkan bahwa manusia berjalan dengan kaki adalah fitrah

jasadiahnya, membuat sebuah konklusi dari premis-premis adalah fitrah akliahnya. Senang

menerima nikmat dan sedih mendapat musibah juga adalah fitrah manusia16

.

Selanjutnya ialah nafs atau sering diartikan sebagai jiwa manusia. Nafs ialah potensi

dalam diri manusia untuk berbuat baik atau buruk. Qur'an surat as-Syams ayat 7-8

menyebutkan:

﴾۸﴾ و يف ي ال ۷﴿ف ن ي يص فشي ﴿

”dan nafs serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepadanya

(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”

Mengilhamkan yang dimaksud ayat ini ialah memberi potensi kepada manusia melalui nafs

agar dapat menangkap baik dan buruk, serta mendorongnya untuk melakukan kebaikan atau

keburukan. Karenanya Tuhan menganjurkan untuk memberi perhatian yang lebih kepada nafs

ini. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-Qur'an secara tegas menyatakan nafs memiliki

potensi positif dan potensi negatif. Meski hakikatnya potensi positif lebih kuat dari potensi

negatif, namun daya tarik dari potensi negatif lebih kuat sehingga manusia seringkali

terjerumus ke dalam keburukan karena mengikuti daya tarik dari potensi negatif tersebut.

Karenanya, manusia dihimbau untuk menjaga kesucian nafs melalui Surat as-Syams ayat 9-

10:

يخ بييي صال ﴾﴾ ﴿ ي فهحيييز ال ۹﴿

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikannya, dan merugilah orang-orang

yang mengotorinya.”17

16 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 282-283.

17 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 283-284.

Page 58: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

47

Berikutnya ialah qalb, menurut Quraish Shihab kata ini terambil dari akar kata yang

bermakna membalik karena sifatnya yang mudah berbolak balik. Qalb berpotensi untuk tidak

konsisten, sekali waktu menyenangi, dilain waktu malah membenci. Al-Qur'an

menggambarkan bahwa qalb ada yang baik ada yang buruk, berikut ini adalah contoh

ayatnya. QS. Qaf ayat 37:

ي۷﴾ يش ي ي ن ي نضال يني هبي ي ين يفيذن ينذ ل ال ﴿

”Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang

yang mempunyai qalbu atau yang mencurahkan pendengaran, lagi menjadi saksi.”

QS. al-Hadid ayat 27:

ا ه يف مي ي ا آو ييلىي ي ضي فال ىي لصه ي يآث ي ه ي فال ي وال ي فةالي ق ق وب ثىال ي نالذ

ي ي نالذ ي ي يف و يحقال ي يف ي ال ي يغ ءي ظ ىي ال الةالي ي يي ي ي ي ه ةالي ح

ي ىيف ص ثلييب ىي الىي آي يي

“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula)

dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam qalbu

orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan

rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah

yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya

dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang

beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik.”

Dari ayat-ayat ini Quraish Shihab menarik kesimpulan bahwa qalb adalah tempat untuk

menampung hal-hal yang disadari oleh pemiliknya seperti rasa cinta, kasih sayang, dan

pengajaran, juga rasa takut dan keimanan. Perbedaan nafs dan qalb menjadi jelas, nafs adalah

segala sesuatu yang berada di alam bawah sadar sedangkan qalb adalah hal-hal yang disadari

oleh manusia. Karenanya Allah hanya meminta tanggung jawab dari apa yang dilakukan oleh

qalb dan bukan nafs. Sebagaimana terlihat dalam Surat al-Baqarah ayat 225 berikut:

ي ض تي نكيؤ خذ ىي كىي يفي ي نهالغ يؤ خذ ىي ال ي ف يحهىي ق ق ق ق م ال ال ي

Page 59: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

48

”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk

bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk

bersumpah) oleh qalbumu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.”18

Bagian selanjutnya dari manusia yang bersifat non-materi ialah ruh. Dalam

pembahasan mengenai ruh, Quraish Shihab mengingatkan tentang ayat al-Qur'an yang secara

tegas menyatakan bahwa pengetahuan manusia sangat sedikit mengenai ruh. Yakni Surat al-

Isra ayat 85:

ي هيالي۵۸﴾ ي ن هىي ال ي ي ويىييب ي ي يلي ب ويي وي مي نلر ي نلر ض ن ي ﴿

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-

ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".”

Kata ruh terulang sebanyak 24 kali dalam al-Qur'an dengan konteks yang beraneka ragam,

tidak hanya menyangkut soal manusia.

Yang terakhir ialah 'aql. Menurut Quraish Shihab, kata 'aql tidak tersebut dalam al-

Qur'an, yang ada adalah bentuk kata kerja masa kini dan lampau. Pengertian mengenai 'aql

ini bisa dipahami dari konteks beberapa ayat. Diantaranya ialah daya untuk memahami dan

menggambarkan sesuatu seperti yang tercantum dalam Surat al-Ankabut ayat 43:

ي۴﴾ ي ن ن ي ي ه ي ال وه ي ليث ليعل ينهال سي ﴿

”Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang

memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”

'aql sebagai dorongan moral untuk berbuat kebaikan (QS. Al-An'am ayat 151), daya untuk

menangkap bukti-bukti keesaan Allah dalam siklus pergantian siang dan malam (QS. Al-

Baqarah ayat 164), dan daya untuk mengambil kesimpulan serta hikmah seperti yang

termaktub dalam Surat al-Mulk ayat 10:

ي ميي ي ال يفي صح بي نضال لي﴾ ي ي ال يض ن ين ﴿

18 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 286-287.

Page 60: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

49

”Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengar berakal maka pasti kami tidak termasuk

penghuni neraka".”19

Itulah penjelasan mengenai bagian-bagian dari manusia sesuai pandangan Quraish

Shihab. Di sini terlihat bahwa Quraish Shihab mencoba memadukan antara ilmu pengetahuan

dengan al-Qur'an saat berbicara tentang menusia, terutama dalam proses penciptaan dan

proses kejadian manusia. Penjelasan tentang manusia ini akan berimplikasi secara tidak

langsung terhadap pandangan Quraish Shihab mengenai perempuan.

4.2 Perempuan dalam Pandangan M. Quraish Shihab

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Selasa, 20 Mei 2014, Quraish Shihab

mengaku bahwa dirinya bersinggungan dengan isu-isu tentang perempuan sejak ia mampu

mengenali kedua orang tuanya. Kemudian hal tersebut semakin dikuatkan setelah ia menikah

dan memiliki empat orang anak perempuan. Quraish Shihab menyadari bahwa ada perbedaan

potensi antara anak lelaki dan anak perempuan. Meski potensi intelektual antara kedua jenis

kelamin ini sama-sama tinggi. Namun, ada hal yang membedakan keduanya dari segi

pembawaan dan perhatian terhadap sesuatu. Pembawaan anak perempuan yang cenderung

memiliki perhatian terhadap hal-hal kecil yang sering diabaikan oleh anak laki-laki, dari segi

ketertarikan terhadap alat permainan pun berbeda antara anak lelaki dan perempuan. Anak

perempuan cenderung suka pada alat permainan yang merefleksikan manusia, seperti boneka.

Sedangkan anak laki-laki tidak suka boneka, malah lebih suka objek di luar manusia seperti

mobil-mobilan.

Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Quraish Shihab tersebut, berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Marianne Githens pada tahun 1983 seperti dikutip oleh

Muhammad Asfar20

, terungkap bahwa anak lelaki lebih cenderung tertarik untuk menjadi

pemimpin dibandingkan anak perempuan yang lebih suka terjun ke dunia pendidikan atau

terlibat dalam proses pembuatan keadilan. Anak lelaki memiliki perhatian terhadap isu-isu

ekonomi sedangkan anak perempuan lebih tertarik pada isu-isu perdamaian, kejujuran, dan

19 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 292-293.

20 Muhammad Asfar. Wanita dan Politik: Antara Karier dab Jabatan Suami dalam Liza Hadiz, ed.

Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 405.

Page 61: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

50

integritas. Hal ini mencerminkan perbedaan minat yang dimiliki oleh anak lelaki dan

perempuan. Anak lelaki tertarik pada hal-hal berbau kekuasaan, sedangkan anak perempuan

lebih tertarik pada hal-hal yang membawa kedamaian dan sifat-sifat menenangkan.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Murtadha Muthahari sebagaimana dikutip

oleh Quraish Shihab bahwa perbedaan minat antara lelaki dan perempuan bisa terjadi karena

kemampuan biologis yang berbeda, paru-paru lelaki lebih banyak menghirup udara

dibandingkan perempuan, maka tak heran laki-laki menyenangi kegiatan yang menuntut

kekuatan fisik. Denyut jantung perempuan yang lebih cepat daripada denyut jantung lelaki,

membuatnya cenderung kepada hal-hal yang bersifat menenangkan dan menentramkan21

.

Dari segi seksual, Quraish Shihab mengungkap perbedaan laki-laki dan perempuan

dari hormon dan apa yang dikeluarkan dari dalam tubuh untuk melaksanakan tugas

reproduksi. Wanita mengeluarkan sel telur (ovum) sedangkan pria mengeluarkan air mani

(sperma). Pria mengeluarkan hormon testosterone, sedangkan wanita mengeluarkan hormon

estrogen yang muncul sebelum sel telur keluar sehingga sering disebut sebagai hormon cinta,

dan hormon progesterone yang muncul setelah keluarnya sel telur sehingga progesterone

sering disebut sebagai hormon keibuan22

.

Quraish Shihab mengakui bahwa dorongan untuk menulis tentang perempuan berasal

dari apa yang ia serap dari ilmu-ilmu yang ia pelajari, kemudian muncul sebuah gagasan

ketika melihat kondisi riil masyarakat di mana perempuan diperlakukan tidak sejalan dengan

apa yang dikehendaki oleh agama dan budaya23

. Seperti yang terlihat dalam buku Wawasan

Al-Qur'an, Quraish Shihab menjabarkan kondisi memprihatinkan perempuan pada masa

Yunani, Romawi, Hindu, Nasrani dan Cina. Kesemua peradaban tersebut menempatkan

perempuan dalam posisi yang sangat rendah, bahkan berada di bawah kekuasaan lelaki yang

memiliki hak untuk memperlakukan perempuan sesuka hati ataupun menjual perempuan

tersebut. Menurut Quraish Shihab, kondisi seperti ini tidak sejalan dengan petunjuk-petunjuk

21 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarrta: Lentera Hati, 2005) hlm. 11-12.

22 Quraish Shihab. Pengantin Al-Qur'an: Kalung Permata Buat Anak-anakku (Jakarta: Lentera Hati,

2010) hlm. 15.

23 Wawancara dengan Quraish Shihab.

Page 62: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

51

Al-Qur'an tentang perempuan24

. Dan kondisi-kondisi ini masih sering ditemui dalam

kehidupan modern di masa kini.

Dalam bukunya yang berjudul Perempuan, Quraish Shihab menguraikan secara

gamblang bagaimana seorang perempuan memiliki peranan penting dalam kehidupan seorang

lelaki. Bahkan dalam memunculkan peradaban, perempuan merupakan tonggak utama, karena

dari perempuanlah lahir para pembaharu-pembaharu yang membawa perubahan dan

kecemerlangan zaman. Quraish Shihab menegaskan bahwa perempuanlah yang memiliki

peranan besar dalam pembentukan watak seorang manusia, sejak ia mengandung, melahirkan

dan membesarkannya25

. Oleh sebab itu, perempuan yang terdidik dengan baik tentunya akan

menghasilkan manusia-manusia yang lebih berkualitas dibandingkan dengan perempuan yang

tidak memperoleh pendidikan layak. Pendidikan layak di sini mencakup pendidikan formal

dan pendidikan informal, sebagai bekal seorang perempuan untuk mengajar dan mendidik

anaknya kelak. Bagaimana bisa seorang ibu mendidik anak-anaknya jika ia sendiri tidak

memiliki pengetahuan mengenai pendidikan yang baik?26

Di sini Quraish Shihab menyatakan

bahwa fungsi perempuan adalah untuk mendidik generasi penerus bangsa, dan juga menjadi

pemimpin bagi anak-anaknya. Dan fungsi ini amat penting bagi kelangsungan keluarga

Pendapat ini hampir mirip dengan apa yang disebut oleh Radcliffe Brown sebagai

fungsi struktural. Wanita memiliki fungsi yang harus dilihat dari struktur masyarakat di mana

wanita itu berada. Wanita menjadi pusat kehidupan dalam berbagai kelompok dan suku

bangsa di dunia untuk mempertahankan silsilah keluarga, agar tidak terjadi inses dan tabu-

tabu yang dilanggar. Peranan ini hanya bisa dilakukan oleh wanita agar keharmonisan dalam

kehidupan masyarakat bisa tercapai. Bertolak belakang dengan C. Levi Strauss yang

menyatakan bahwa fungsi wanita (perempuan) adalah untuk memperluas dan memperkuat

jaringan antar kelompok di dunia dengan metode pertukaran perempuan melalui lembaga

perkawinan. Dengan adanya pertukaran ini, komunikasi antar suku bangsa bisa terus terjalin

melalui pertukaran ini. Levi Strauss menempatkan wanita sebagai komoditi berharga dalam

24 Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:

Mizan, 1996) hlm. 293-295.

25 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarrta: Lentera Hati, 2005) hlm. 279.

26 Wawancara dengan Quraish Shihab.

Page 63: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

52

penyatuan kelompok dan suku bangsa yang berbeda-beda27

. Apa yang diungkapkan oleh

Strauss tidak dibahas oleh Quraish Shihab, bisa jadi karena dirinya tak pernah bersentuhan

dengan isu-isu tersebut. Quraish Shihab menempatkan perempuan dalam posisi penting dalam

rumah tangga. Posisi ini tidak bisa digantikan oleh lelaki, karena kemampuan untuk

mengingat hal detil yang dimiliki oleh perempuan membuatnya memiliki keunggulan dalam

mengurus rumah tangga dibandingkan lelaki.

Quraish Shihab menolak pendapat yang menyatakan bahwa perempuan tercipta dari

tulang rusuk lelaki. Menurutnya, anggapan tersebut berasal dari pembacaan terhadap kitab

Perjanjian Lama. Adapun hadits yang menyatakan bahwa perempuan terbuat dari tulang rusuk

yang bengkok, Quraish Shihab lebih memaknai hadits ini sebagai metafora atau kiasan.

Bahwa perempuan terbuat dari tulang rusuk yang bengkok mengindikasikan seruan kepada

para lelaki agar mereka bersikap bijaksana dalam menghadapi perempuan, karena ada

kecenderungan-kecenderungan dari sifat perempuan yang sama sekali berbeda dengan lelaki.

Jika tidak disikapi dengan bijaksana, kecenderungan ini bisa menyebabkan perpecahan antara

lelaki dengan perempuan28

. Quraish Shihab juga tidak sependapat dengan pandangan yang

menganggap perempuan sebagai penyebab manusia pertama terusir dari surga sehingga lelaki

harus menderita di bumi karena ulah perempuan seperti yang ada dalam ajaran agama Kristen,

menurut Quraish Shihab tujuan penciptaan Adam dan Hawa memanglah untuk dijadikan

khalifah di muka bumi. Justru kisah Adam dan Hawa menjadi pelajaran bahwa akan selalu

ada makhluk yang menggoda manusia untuk melanggar perintah Tuhan, yakni Iblis29

.

Quraish Shihab menjabarkan suatu proses biologis yang terjadi ketika sperma

membuahi sel telur, di mana sel kromosom lelaki bertemu dengan sel kromosom perempuan.

Ada 23 kromosom yang dimiliki oleh sel telur dan 23 kromosom di sperma. Sperma

membawa kromosom XY sebagai pembawa gen jenis kelamin sedangkan sel telur membawa

kromosom XX. Jika saat pembuahan kromosom X dan X yang bertemu, maka anak yang lahir

akan berjenis kelamin perempuan. Sedangkan jika kromosom yang bertemu adalah X dan Y, 27 Kartini Sjahrir. Wanita: Beberapa Catatan Antropologis dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam

Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 64.

28 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 43-44.

29 Quraish Shihab. M. Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui

(Jakarta: Lentera Hati, 2010) hlm. 62

Page 64: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

53

maka anak yang lahir adalah lelaki. Demikianlah Quraish Shihab menjelaskan secara biologis

proses penciptaan manusia. Ini menjadi bukti bahwa tak ada seorang pun manusia yang bisa

memilih apakah ia akan terlahir sebagai perempuan atau lelaki, karena hal itu berada di luar

kekuasaannya30

. Allah- lah yang menentukan saat terjadinya pembuahan apakah kromosom X

dan X yang bertemu ataukah kromosom X dan Y. Pastinya ketentuan ini diciptakan Allah

sebagai hal yang terbaik untuk manusia, jika ada yang menyesal dengan jenis kelamin yang

dimilikinya saat ini, maka orang tersebut bisa dikategorikan sebagai orang yang kufur atas

nikmat Allah. Selanjutnya Quraish Shihab juga menegaskan bahwa hanya Adam dan Hawa

sajalah manusia yang tak tercipta dari percampuran ayah dan Ibu. Sedangkan manusia-

manusia lain lahir dari persatuan antara lelaki dan perempuan, pertemuan sel sperma dan sel

telur. Jadi tak ada manusia yang melebihi manusia lainnya, karena semua mengalami proses

penciptaan yang sama. Jika ada golongan manusia yang merasa lebih tinggi dibandingkan

golongan manusia lainnya, hal ini tidak dapat dibenarkan. Ditegaskan dalam Al-Qur’an:

ئميني ف ي ا ه ىيش ال ي ي ث يذ لي ي ر ي نال سي ال يخه ىييب

ي هىيخ لي ي ال ال ي و ىي ي ليكىي ي ال ال

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal.” ( Al Hujurat Ayat 13)

Menurut hemat penulis, ayat ini mengungkapkan secara gamblang bahwa ketakwaaan

menjadi tolak ukur seorang manusia bisa menjadi lebih mulia dari manusia lainnya, dan yang

bisa menilai ketakwaan ini hanyalah Allah SWT. Maka tak ada alasan bagi seorang manusia

untuk merasa lebih tinggi dari manusia lainnya. Demikian pula dalam relasi antara perempuan

dengan lelaki. Meski kondisi budaya membuat posisi lelaki seakan lebih superior dari

perempuan, seharusnya kehadiran Islam bisa membuat relasi yang timpang ini menjadi lebih

seimbang dengan pembagian peran yang adil antara lelaki dengan perempuan. Seorang

30 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 8.

Page 65: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

54

perempuan bisa saja melebihi seorang lelaki dalam derajat ketakwaan, contohnya Rabiah al-

Adawiyah, seorang perempuan mulia kekasih Allah. Tingkat ketakwaannya melebihi para

lelaki di masanya. Demikian pula seorang lelaki juga bisa mencapai derajat kemuliaan yang

tinggi dengan mendekatkan diri kepada Allah.

Perempuan dengan laki-laki diciptakan untuk saling melengkapi, jika hanya ada satu

jenis kelamin di dunia ini, tentu dunia ini akan sangat membosankan. Ras manusia pun akan

segera punah karena fungsi reproduksi manusia tidak akan berguna tanpa jenis kelamin

lainnya. Oleh karena itu, saling menghargai antar sesama manusia sangat dianjurkan dalam

Islam. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup tanpa manusia lainnya. Seorang

lelaki takkan bisa hidup sendirian di dunia ini tanpa ada perempuan yang mendampinginya,

demikian pula sebaliknya, perempuan tidak akan bisa hidup tanpa ada lelaki yang melindungi

dan mencintainya.

Dalam persoalan para perempuan yang bekerja di luar rumah, Quraish Shihab

mengatakan bahwa kondisi sosial ekonomi saat ini memang menuntut peran aktif dari kaum

perempuan untuk ikut mencari penghasilan demi membantu suami. Selain itu, perempuan

sebagai anggota dari masyarakat juga dituntut untuk terlibat dalam berbagai peran

membangun bangsa dan negara. Bisa jadi peran ini dulu tak dilakukan oleh ibu atau nenek

kita, namun dengan semakin terbukanya akses dan kondisi yang dialami oleh umat manusia

masa kini membutuhkan uluran tangan perempuan untuk ikut membantu pembangunan

kesejahteraan di segala bidang31

. Syaikh Mahmud Syaltut sebagaimana yang dikutip oleh

Quraish Shihab mengatakan bahwa Allah telah menganugerahkan potensi yang cukup kepada

laki-laki dan perempuan untuk mengemban tanggung jawab kemanusiaan. Karenanya tugas

kemanusiaan bukan hanya milik lelaki tapi juga perempuan32

.

Quraish Shihab pun setuju jika seorang lelaki juga dituntut untuk bisa melakukan

pekerjaan rumah tangga, demi menjaga keharmonisan keluarga. Bahkan Nabi SAW sendiri

juga membantu istrinya melakukan pekerjaan rumah tangga. Bagi Quraish Shihab, sudah

bukan masanya lagi perempuan dihijab di dalam rumah. Potensi yang dimiliki oleh

31 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 3.

32 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 7.

Page 66: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

55

perempuan bisa menjadi tumpul jika ia dipaksa untuk tetap di dalam rumah tanpa bisa

mengaktualisasikan dirinya dalam panggung kehidupan33

.

4.2 Pandangan M. Quraish Shihab tentang Kepemimpinan Perempuan dalam

Islam

Quraish Shihab memandang kepemimpinan sebagai sebuah tugas pokok manusia sejak

ia dilahirkan. Semua manusia adalah pemimpin, minimal ia harus bisa memimpin dirinya

sendiri. Beberapa ciri kepemimpinan yang diungkapkan oleh Quraish Shihab:

Seorang pemimpin harus tahu apa tugas yang diembannya

Seorang pemimpin wajib memiliki pengetahuan atas apa yang dipimpinnya

Seorang pemimpin tidak boleh emosional

Seorang pemimpin harus bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin

orang lain

Seorang pemimpin harus mencintai apa yang dipimpinnya34

.

Quraish Shihab mengutip ayat dalam al-Qur'an yang menurutnya bisa menjadi rujukan

dalam mengetahui sifat-sifat seorang pemimpin. Yakni Surat al-Baqarah ayat 124:

﴾۴﴿ اليي لي ي لي ييذ ب يا ه ينهال سي ي يال ي لي ي لي ب ال ال يف و ىي ري كه ي ل ذي يه

ي ي نظال ن

”Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan

larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan

menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari

keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".”35

Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim dijanjikan Allah untuk dijadikan pemimpin

(imam) bagi manusia, kemudian ketika Nabi Ibrahim AS memohon agar anaknya dijadikan

33 Wawancara dengan Quraish Shihab.

34 Wawancara dengan Quraish Shihab.

35 Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 189.

Page 67: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

56

pemimpin seperti dirinya. Allah memberikan syarat bahwa Dia akan menjadikan keturunan

Nabi Ibrahim sebagai pemimpin dengan syarat bahwa keturunannya bukanlah orang-orang

yang berbuat zalim. Keadilan adalah lawan dari kezaliman. Karenanya, seorang pemimpin

haruslah orang yang dapat bersikap adil terhadap diri, keluarga, sesama manusia, lingkungan

dan juga adil memberikan hak Allah36

.

Quraish Shihab menyatakan bahwa al-Qur'an menyebut kepemimpinan sebagai

imamah. Sehingga ia merujuk kepada ayat-ayat yang menyebut tentang imam atau imamah.

Ada beberapa ayat al-Qur'an yang mengandung kata imam atau imamah, namun tak

semuanya bicara tentang sifat-sifat terpuji dari kepemimpinan. Quraish Shihab memilih Surat

al-Anbiya ayat 73 dan Surat as-Sajdah ayat 24 untuk mendapatkan penjelasan mengenai sifat-

sifat terpuji pemimpin dalam al-Qur'an.

Surat al-Anbiya ayat 73:

( ين ي۷ ةي ي ءي نزال يةي وي نصال ل ي ىيف مي نخ ي ن ح ي يل ي ةالي ال ا ه ىي ئ ﴿

ي

”Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk

dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,

mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu

menyembah,”

Surat as-Sajdah ayat 24:

ي۴﴾ ي و ي ال يص ل ي ي يل ين ةالي ال ىي ئ ا ه يي ﴿

”Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan

perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”

Quraish Shihab menggabungkan kedua ayat tersebut untuk mendapatkan gambaran lima sifat

terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu yahduna bi amrina (pemimpin

harus memberi petunjuk kepada pengikutnya sesuai dengan perintah dari Allah), wa awhayna

36 Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 190.

Page 68: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

57

dayhim fi'la al-khairat ( pemimpin yang telah menerima wahyu dari Allah harus menyeru

kepada pengikutnya untuk berbuat kebajikan), 'abidin (pemimpin yang baik adalah pemimpin

yang taat beribadah termasuk shalat dan zakat), yuqinun (meyakini ayat-ayat Allah), dan

shabaru (sabar dan tekun)37

.

Dari kelima sifat tersebut, Quraish Shihab menyatakan bahwa al-shabar (ketekunan

dan kesabaran) dijadikan Tuhan sebagai konsideran pengangkatan seorang manusia menjadi

pemimpin bagi manusia lainnya. Seolah sifat inilah yang utama ada dalam diri seorang

pemimpin, sedangkan sifat-sifat lainnya menggambarkan karakter mental dan prilaku dalam

keseharian seorang pemimpin. Seorang pemimpin haruslah bisa membawa pengikutnya ke

dalam kebahagiaan dna kesejahteraan. Dengan kata lain, seorang khalifah haruslah memiliki

sifat-sifat terpuji yang sudah melekat dalam dirinya dan tercermin dalam prilaku serta tutur

katanya sehingga bisa menunjukkan jalan kebahagiaan bagi mereka yang dipimpinnya38

.

Lebih lanjut, Quraish Shihab juga menjelaskan tugas-tugas seorang pemimpin dengan

merujuk kepada surat al Hajj ayat 41:

ي۴﴾ للال كلي ي ن ي لفي يل ي ن ةي ي نزال آو يةي ال ىيفي ل ضي ي ي نصال كال ي ييال ﴿ نالذ

ةي لي ي

”(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya

mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah

dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

Mendirikan shalat merupakan bukti kedekatan hubungan antara hamba dengan Allah, zakat

adalah manifestasi dari harmonisnya hubungan antar sesama manusia, sedangkan amar ma'ruf

nahyi munkar adalah menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh akal, agama dan

budaya serta mencegah sesuatu buruk menurut agama, akal dan budaya. Dari hal-hal yang

tertera dalam ayat di atas, maka tugas seorang pemimpin adalah menciptakan hubungan

37 Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 191.

38 Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 192-193.

Page 69: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

58

masyarakat dengan Allah menjadi harmonis, kehidupan sosial kemasyarakatan berlangsung

baik, serta agama, akal dan budayanya terpelihara39

.

Qur’an Surah An Nisa ayat 34 yang berbunyi :

ىي ن ي ي ي ف يي ي طي ي عىي ه مي ال يفعال ي هي نبض ءي ال ي ا لي نلب

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena

mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”

Ayat ini dipahami Quraish Shihab dalam konteks rumah tangga. Yaitu bahwa lelaki adalah

yang paling berhak menjadi pemimpin dalam rumah tangga karena kewajibannya memberi

nafkah kepada keluarganya. Hal ini dikatakan oleh Quraish Shihab sebagai imbalan atas kerja

kerasnya menafkahi keluarga, maka sudah seharusnya lelaki menjadi pemimpin. Meski dia

juga tak menutup kemungkinan bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu perempuan bisa saja

menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Contohnya jika lelaki sebagai suami tidak bisa

memberi nafkah karena cacat atau sakit keras. Di luar hal tersebut laki-lakilah yang harus

memimpin di rumah tangga, karena ia bertanggungjawab memberi nafkah dan melindungi

keluarganya40

. Lelaki membutuhkan istri, dan dia berkewajiban menafkahinya

sedangkan perempuan juga membutuhkan suami namun ia tak wajib menafkahi justru dialah

yang kebutuhannya harus dipenuhi oleh suami. Inilah yang menurut Quraish Shihab sebagai

alasan logis kepemimpinan laki-laki di dalam rumah tangga41

.

Quraish Shihab menuturkan bahwa seseorang yang melaksanakan tugas dinamakan

qa'im, bila tugas itu dilaksanakan dengan sempurna, berkesinambungan dan berulang-ulang

maka dia dianamakan qawwam. Kata qawwam ini sering diterjemahkan sebagai pemimpin,

meski tidak menggambarkan keseluruhan makna yang dikehendaki dalam kata qawwam. Di

sini, Quraish Shihab mengartikan kepemimpinan sebagai pemenuhan kebutuhan, perhatian,

pemeliharaan, pembelaan dan pembinaan. Maka dari itu, menurut Quraish Shihab perlu

digarisbawahi bahwa qawwamah atau kepemimpinan yang dianugerahkan Allah kepada

39 Quraish Shihab. Membumikan Al Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat

(Bandung: Mizan, 1992) hlm. 193.

40 Wawancara dengan Quraish Shihab.

41 Quraish Shihab. M. Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui

(Jakarta: Lentera Hati, 2010) hlm. 17.

Page 70: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

59

suami tidak boleh membuatnya berlaku sewenang-wenang terhadap istri. Lebih jauh Quraish

Shihab menyimpulkan bahwa kepemimpinan suami atas istri adalah suatu kelebihan yang

dimiliki suami namun juga mengandung tanggung jawab besar.42

.

Di samping itu, Quraish Shihab juga menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah

kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar ia mengarah secara sadar dan sukarela ke

tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan mempengaruhi ini bisa dilakukan oleh siapapun,

termasuk perempuan. Perempuan sesungguhnya juga bisa menjadi pemimpin dalam rumah

tangga secara tidak langsung ketika ia bisa mempengaruhi keputusan sang suami melalui

musyawarah yang menyangkut kepentingan keluarga. Oleh sebab itu, Quraish Shihab

menganjurkan kepada para perempuan agar terus memperbaiki kualitas dirinya dengan terus

belajar supaya bisa mempengaruhi lelaki dengan argumentasi yang logis dan ilmiah.

Perempuan yang seperti ini akan menjadi bintang dalam rumah tangganya, baik bagi suami

maupun anak-anaknya, karena ia memiliki kekuatan argumentasi logis yang bisa

mempengaruhi keputusan yang diambil suami dan perasaan halus untuk mengasihi

keluarganya. Mengenai kepemimpinan perempuan, Quraish Shihab tidak menentang jika

seorang perempuan memang memiliki kemampuan untuk memimpin. Maka dari itu, sah-sah

saja jika perempuan tersebut menjadi pimpinan sebuah komunitas atau kelompok, dengan

syarat bahwa tugas pokoknya yakni memberikan kasih sayang kepada anak dan mendampingi

suami tidak terabaikan43

.

Quraish Shihab menolak pendapat yang menjadikan ayat ini dalil untuk menghalangi

perempuan menjadi pemimpin. Karena baginya, jelas tercantum di lanjutan ayat tersebut yang

berbunyi:

ىي .... ن ي ي ي ف يي

”dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”

42 Quraish Shihab. Pengantin Al Qur'an: Kalung Permata Buat Anak-Anakku (Jakarta: Lentera Hati,

2007) hlm. 147-148.

43 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 370-372.

Page 71: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

60

Ayat ini berbicara dalam konteks rumah tangga. Bukan dalam konteks lain. Di luar rumah

tangga, Quraish Shihab membolehkan perempuan menjadi pemimpin bagi sesama perempuan

ataupun laki-laki. Dengan catatan bahwa perempuan tersebut tidak meninggalkan tugas

pokoknya untuk mendidik dan merawat seorang anak dengan penuh kasih sayang. Quraish

Shihab tidak menyatakan secara langsung bahwa tugas perempuan adalah di dalam rumah

tangga, tapi ia selalu menegaskan bahwa mendidik dan memberi kasih sayang terhadap anak-

anak adalah tugas utama perempuan44

. Dalam hal mengenai tugas pokok ini, Quraish Shihab

berpegang pada surat al-Ahzab ayat 33:

صني﴿﴾ ي ي ال غ ةي ي نزال آو يةي ي نصال ي هالةي لن جي ن يو لر ا يو لال ي ال يفي وك ل

لال طبل ىيوط تي مي ن اشي بي كىي نلب ينذ يل ي ال ال

”dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku

seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan

taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa

dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

Dalam menafsirkan ayat ini, Quraish Shihab tidak sependapat dengan Ibnu Katsir melarang

perempuan keluar rumah kecuali dalam keadaan darurat. Quraish Shihab lebih memaknai ayat

ini sebagai sebuah pembagian kerja antara lelaki dan perempuan dengan menitikberatkan

penugasan perempuan dalam urusan rumah tangga sebagai tugas pokoknya. Quraish Shihab

juga menguti Sayyid Quthb yang menyatakan bahwa kata waqarna dalam ayat ini bermakna

berart, mantap,dan menetap, namun bukan berarti melarang perempuan keluar rumah. Hanya

saja, ayat ini mengisyaratkan bahwa tugas pokok perempuan adalah di dalam rumah tangga,

sedangkan di luar rumah tangga adalah bukan tugas pokoknya. Adapun pembagian tugas

untuk lelaki didasarkan pada Surat al-Jumu'ah ayat 10:

ي﴿۰۱﴾ ي ثلال ينال هالكىيوفهح ذ ل ي ال ي يغ يييفعمي ال يةيف يشل يفي ل ضي فإذ ي عتي نصال

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah

karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

44 Wawancara dengan Quraish Shihab.

Page 72: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

61

Ayat ini menjadi penegasan bahwa lelaki memang bertugas di luar rumah untuk mencari

nafkah, mereka juga diwajibkan untuk melaksanakan shalat Jum'at di Masjid. Sedangkan

perempuan tidak diwajibkan untuk shalat di masjid. Malah dianjurkan untuk tetap diam di

dalam rumah45

.

Laki-laki dan perempuan masing-masing mempunyai kelebihan yang membuat mereka

bisa saling melengkapi. Laki-laki tegas, rasional dan kuat. Sedangkan perempuan memiliki

sifat keibuan dan kasih sayang yang tanpa batas. Dalam hal kelebihan yang dimiliki oleh

kedua jenis kelamin ini, menurut Quraish Shihab kelebihan yang dipunyai laki-laki lebih

cocok untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga dibandingkan perempuan. Hal ini

disebabkan oleh perempuan yang mengalami siklus menstruasi setiap bulan yang

mempengaruhi kondisi mental dan kejiwaan perempuan. Perempuan menjadi lebih emosional

dan cepat tersinggung saat sedang datang bulan, oleh karena itu ia tidak bisa menjadi

pemimpin dalam rumah tangga. Merujuk pada bahasan sebelumnya bahwa pemimpin tidak

boleh emosional, maka Quraish Shihab menggarisbawahi siklus menstruasi yang dialami oleh

perempuan sebagai sebab mereka tidak bisa menjadi pemimpin dalam rumah tangga46

.

Di sisi lain, Quraish Shihab menentang pandangan yang menganggap keadaan biologis

perempuan seperti menstruasi, melahirkan dan menyusui sebagai halangan untuk mereka

terlibat aktif dalam politik praktis. Laki-laki juga ada yang sakit dan tak mampu

melaksanakan tugas-tugas politik, namun hal ini tidak dijadikan alasan untuk melarang laki-

laki terjun ke politik. Maka, seharusnya perempuan juga tak dilarang untuk berpolitik karena

di antara mereka ada yang sudah berhenti siklus menstruasinya, dan juga tak memiliki anak-

anak yang harus diasuh sehingga tak menghalangi tugas-tugas kepemimpinan yang mereka

emban47

.

Quraish Shihab berpegang teguh pada pendapatnya bahwa QS. An-Nisa ayat 34 adalah

persoalan kepemimpinan dalam rumah tangga. Dengan beberapa rasionalisasi yang ia berikan

seperti rasionalitas laki-laki yang lebih kuat dibanding perempuan, dan siklus menstruasi

45 Quraish Shihab. “Membongkar Hadits-Hadits Bias Gender” dalam Shafiq Hisyam, ed. Kepemimpinan

Perempuan dalam Islam (Jakarta: JPRR, 1999) hlm. 30.

46 Wawancara dengan Quraish Shihab.

47 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 380.

Page 73: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

62

perempuan yang mempengaruhi kestabilan emosi perempuan menjadikan laki-laki lebih layak

memimpin. Kemudian, setelah menegaskan hal ini Quraish Shihab menyatakan bahwa pada

prinsipnya siapa yang memiliki kecakapan dan kemampuan dalam memimpin maka dialah

yang wajar memimpin. Di dalam rumah tangga, kemampuan ini dianggap dimiliki oleh laki-

laki. Di luar rumah tangga, perempuan boleh menjadi pemimpin selama ia mampu48

.

Di sini kita dapat mengetahui pandangan yang berbeda dari Quraish Shihab mengenai

persoalan kepemimpinan perempuan di dalam dan di luar rumah tangga. Di satu sisi, ia

mengatakan siklus bulanan perempuan menyebabkan ia tidak bisa jadi pemimpin di rumah

tangga, namun di sisi lainnya ia mengatakan bahwa siklus tersebut tidak boleh dijadikan

alasan untuk menghalangi perempuan menjadi pemimpin di ruang publik. Ini memperlihatkan

bahwa Quraish Shihab tidak menyetujui jika perempuan menjadi pemimpin dalam rumah

tangga, dan baginya laki-lakilah yang paling berhak menjadi pemimpin dalam keluarga. Dia

memberikan rasionalisasi bahwa tidak ada satupun lelaki di dunia yang mau diketahui oleh

masyarakat luas bahwa ia dinafkahi oleh istrinya, demikian pula perempuan, tidak ada

seorang perempuan pun yang akan merasa bangga jika diketahui oleh masyarakat luas bahwa

dirinya yang menafkahi suami dan keluarganya49

. Persoalan nafkah keluarga menjadi hal

penting yang menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin keluarga. Quraish Shihab

ingin mengatakan bahwa secara kodrati perempuan lebih nyaman berada dalam perlindungan

lelaki dan kebutuhan hidupnya dicukupi oleh lelaki, kodrat inilah yang membuat perempuan

lebih suka dipimpin oleh lelaki dibandingkan menjadi pemimpin50

.

Quraish Shihab menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama

untuk aktif di dalam politik praktis, pun juga memiliki hak untuk menjadi seorang pemimpin.

Dia mengutip Surat At-Taubah ayat 71:

يةي ي نصال كلي ي ن ي لفي ي ن ن ءي طي يل ؤي ي عىي ن ي ؤي ن

ي ززيحكىي ي ال ال ي ىي ال صني ن يصلح ي ي ال ط ةي ي نزال ؤو

48 Quraish Shihab. M. Quraish Shihab Menjawab: 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui

(Jakarta: Lentera Hati, 2010) hlm. 197-198.

49 Naqiyah Mukhtar. “Kepala Negara Perempuan Muslimah: Analisis Wacana Terhdapa Tafsir Quraish

Shihab.” dalam Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 5 No. 2 STAIN Purwokerto tahun 2011.

50 Wawancara dengan Quraish Shihab.

Page 74: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

63

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)

menjadi auliya’ bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,

mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada

Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Quraish Shihab mengartikan kata auliya’ sebagai suatu bentuk kerjasama, bantuan, dan

penguasaan. Sedangan menyuruh yang ma’ruf berarti menyeru kepada kebaikan, termasuk

juga memberikan nasihat atau kritik kepada penguasa/pemimpin51

. Hal ini bisa dilakukan oleh

lelaki mau pun perempuan. Bahkan Rasulullah SAW pun menerima baiat dari kaum

perempuan yang merupakan salah satu elemen politis pada masa itu, dan Aisyah RA istri

Rasullah sendiri terjun langsung memimpin pasukan pada Perang Jamal, ini membuktikan

bahwa Aisyah sendiri dan para pengikutnya tidak melarang kepemimpinan perempuan52

.

Mengenai hak keterlibatan perempuan dalam politik praktis tercantum dalam surat al-

Baqarah ayat 228:

لفي ي ن ال ييثمي نالذي ه ال ن

“Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara

yang ma'ruf”

Quraish Shihab menggaris-bawahi kata hak di sini termasuk juga hak dalam berpolitik.

Kata hak yang mendahului kewajiban bermakna bahwa di samping kewajiban-kewajiban

yang dibebankan kepadanya, perempuan juga memiliki hak yang terlebih dahulu harus

dipenuhi sebelum ia mampu melaksanakan kewajibannya53

. Hak itu antara lain memperoleh

pendidikan, pemeliharaan dan perlindungan, serta hak untuk berperan serta dalam politik.

4.3 Tinjauan Kritis Pemikiran Quraish Shihab

Dalam hal mempersepsikan perempuan, Quraish Shihab nampaknya sepakat dengan Carol

Gilligan sebagaimana dikutip oleh Ritzer, menyatakan bahwa wanita bekerja dari metode

51 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 381.

52 Quraish Shihab. “Membongkar Hadits-Hadits Bias Gender” dalam Shafiq Hisyam, ed. Kepemimpinan

Perempuan dalam Islam (Jakarta: JPRR, 1999) hlm. 28.

53 Quraish Shihab. Perempuan: Dari Cinta Sampai Seks dari Nikah Mut'ah sampai Nikah Sunnah dari

Bias Lama sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2005) hlm. 122.

Page 75: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

64

penalaran moral yang berbeda dengan pria. Gilligan membedakan dua gaya etis yang ia sebut

sebagai etika kepedulian yang memfokuskan pada pencapaian hasil ketika semua pihak

merasa kebutuhannya ditanggapi dan diperhatikan. Hal ini merupakan fokus seorang

perempuan yang biasa bekerja dalam rumah tangga yang berusaha memenuhi semua

kebutuhan suami dan anak-anaknya. Dan etika keadilan yang bersifat lelaki di mana etika ini

memfokuskan pada tercapainya perlindungan hak-hak yang sama bagi semua kalangan54

.

Quraish Shihab sendiri menyatakan bahwa kasih seorang ibu itu tiada batasnya, meski

anaknya telah durhaka maka seorang ibu tetap saja akan memaafkan. Berbeda dengan seorang

ayah yang takkan lagi mau peduli dengan anaknya jika anaknya tersebut telah

mendurhakainya55

. Hal ini bisa dilihat dalam konteks etika keadilan yang diungkapkan

Gilligan, di mana lelaki memfokuskan pada tercapainya hak dan kewajiban. Contohnya,

ketika anak berbuat kesalahan, maka pasti akan mendapat hukuman dari sang ayah, demi

tegaknya keadilan, dan tercapainya hak sang ayah untuk mendidik sang anak melalui metode

hukuman. Sedangkan sang ibu lebih mudah untuk memaafkan kesalahan anaknya karena sang

ibu lebih memperhatikan si anak yang membutuhkan perlindungan dari kemarahan ayahnya.

Pendapat Quraish Shihab tentang penciptaan wanita dari tulang rusuk berasal dari Kitab

Perjanjian Lama, diamini oleh Nasaruddin Umar. Nasaruddin Umar menuliskan berbagai

bentuk kosakata yang dipakai al-Qur’an dalam menyebut penciptaan manusia. Seperti al-maa’

yang berarti air, dan al-ardh yang bermakna tanah atau bumi56

, serta beberapa kosakata lain

yang bermakna tanah liat atau air mani. Kesemua kosa kata yang dipakai al-Qur’an tersebut

tidak ada yang berkonotasi dengan kata yang bermakna tulang rusuk57

. Bahkan dia mengutip

ucapan yang dikemukakan oleh Rasyid Ridha yang menyatakan bahwa jika saja tidak ada

kisah tentang Adam dan Hawa di dalam Kitab Perjanjian Lama, maka pemikiran tentang

perempuan yang terbuat dari tulang rusuk lelaki tidak akan pernah terlintas dalam pikiran

umat muslim58

. Nasaruddin Umar juga sepakat dengan Quraish Shihab ketika membicarakan

54 George Ritzer. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm. 787.

55 Wawancara dengan Quraish Shihab.

56 Nasarudin Umar. Paradigma Baru Teologi Perempuan (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000) hlm. 26-27.

57 Nasarudin Umar. Paradigma Baru Teologi Perempuan (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000) hlm. 31.

58 Nasarudin Umar. Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000) hlm. 35.

Page 76: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

65

mengenai hadits yang menyebutkan bahwa perempuan terbuat dari tulang rusuk yang

bengkok hanya sebagai kiasan semata. Dia menegaskan dengan fakta sejarah bahwa banyak

orang yang masuk Islam dulunya adalah penganut setia ajaran Kristen atau Yahudi. Dan

ketika masuk Islam, banyak dari apa yang pernah dipelajari dalam agama-agama tersebut

tidak ditinggalkan. Apalagi antara agama Islam dengan Kristen dan Yahudi terdapat beberapa

persamaan. Maka tak heran jika kemudian banyak cerita-cerita Israiliyat yang masuk dalam

tradisi umat muslim.

Quraish Shihab mengakui bahwa perempuan terkadang memiliki potensi kecerdasan

melebihi lelaki, contohnya dalam mengingat hal-hal kecil. Kelebihan ini bertolak belakang

dengan apa yang diungkapkan oleh James Brown, yang menganggap bahwa kemampuan

reproduksi perempuan sebagai kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya. Bagi James

Brown, pekerjaan rumah tangga yang dilakukan para perempuan adalah pekerjaan yang

membosankan dan bisa menumpulkan otak. Brown merasa bahwa pekerjaan rumah tangga

yang dilakukan oleh perempuan hanya membutuhkan keterampilan dan tidak memerlukan

otak. Pendapat Brown ini didasarkan pada pemikiran masyarakat Eropa yang menganggap

perempuan paling banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus rumah tangga, pekerjaan

yang dianggap tak memerlukan otak, hanya butuh keterampilan untuk melakukannya. Seperti

halnya yang terjadi di Meksiko dan Brazil, ditunjukkan oleh Arizpe bahwa rendahnya status

wanita adalah sebuah konsekuensi logis dari proses industrialisasi. Keberadaan perempuan

hanya didasarkan pada keberadaan tenaga kerja perempuan di pabrik yang relatif sedikit,

sedangkan peran serta perempuan di sektor pertanian dan perdagangan dalam lingkup mikro

tidak di hitung. Akibat dari anggapan ini, konsep domestifikasi perempuan semakin

menguat.59

Dalam menanggapi domestifikasi perempuan, Quraish Shihab menyatakan bahwa hal

tersebut tidak sepatutnya dilakukan. Perempuan boleh saja ikut bekerja membantu suaminya

mencari nafkah, dikarenakan tuntutan ekonomi semakin tinggi. Dengan catatan bahwa

perempuan tersebut tidak meninggalkan kewajibannya untuk memberi pengasuhan dan

pendidikan kepada anak-anak. Quraish Shihab juga tak setuju jika perempuan dikurung di

rumah, kecuali perempuan-perempuan yang dikhawatirkan akan berbuat kerusakan jika keluar

59 Kartini Sjahrir. Wanita: Beberapa Catatan Antropologis dalam Liza Hadiz, ed. Perempuan dalam

Wacana Politik Orde Baru (Jakarta: LP3ES, 2004) hlm. 61.

Page 77: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

66

rumah. Dari pernyataan ini dapat dilihat bahwa seorang perempuan muslimah yang ideal

dalam pandangan Quraish Shihab adalah mereka yang tak meninggalkan kewajiban mengasuh

anak-anak walau sesibuk apa pun mereka, meski Quraish Shihab juga mengakui peran penting

ayah dalam pendidikan karakter seorang anak. Namun dengan mengatakan bahwa perempuan

memiliki kasih sayang yang tanpa batas, Quraish Shihab seolah ingin mengatakan bahwa

tugas ini lebih banyak dibebankan kepada perempuan daripada lelaki. Ungkapannya yang

mengatakan bahwa perempuan butuh anak dan takkan sempurna tanpa seorang anak,

mengindikasikan sebuah pesan bahwa perempuan tak boleh meninggalkan pengasuhan

terhadap anak-anaknya. Bukankah anak-anak tersebut adalah sebab kesempurnaan seorang

perempuan? Maka, karena anak adalah sumber kesempurnaan diri seorang perempuan, maka

pengasuhan yang baik tak boleh diabaikan oleh si perempuan itu sendiri60

.

Seperti yang telah dipaparkan pada sub-bab sebelumnya, Quraish Shihab mendukung

hak perempuan untuk terjun di bidang politik. Karena hak berpolitik merupakan salah satu

aspek dalam hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap indvidu sejak ia dilahirkan. Pendapat

ini bertolak-belakang dengan apa yang dinyatakan oleh Abu Hamid al-Ghazali bahwa

kepemimpinan tidak bisa diserahkan kepada perempuan meskipun perempuan tersebut

memiliki kemampuan. Pendapat ini didasari oleh fatwa lainnya di mana perempuan tak

memiliki hak pengadilan dan kesaksian dalam berbagai hukum. Al-Qasyqandi juga

menyetujui pendapat Abu Hamid al-Ghazali ini, dengan menyampaikan argumen bahwa

pemimpin memerlukan pergaulan luas dengan orang lain agar dapat bermusyawarah untuk

memutuskan sesuatu hal yang penting. Sedangkan perempuan memiliki keterbatasan dalam

pergaulan sehingga ia tidak bisa menjadi pemimpin61

.

Berbicara soal hak, kita tidak bisa melepaskan ini dari konsep HAM yang telah ada

sekarang. Bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia memiliki hak untuk menentukan jalan

hidupnya. Betapa banyak kita temui saat ini fenomena anak-anak yang diekspos ke media,

atau dipekerjakan di dunia hiburan sehingga mengurangi hak mereka sebagai anak-anak yang

seharusnya bisa bermain dan belajar bersama teman-teman sebayanya. Hal yang menarik saat

membincangkan mengenai hak adalah ketika kita mengaitkannya dengan fakta-fakta realitas

60 Wawancara dengan Quraish Shihab.

61 Muhammad Anis Qasim Djafar. Aktualisasi Kaum Perempuan dalam Panggung Kehidupan

diterjemahkan oleh Ikhwan Fauzi (Depk: Bina Mitra Press, 2004) hlm. 62-63.

Page 78: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

67

yang ada. Gerakan feminis yang muncul sebagai reaksi atas tindakan diskriminasi gender

yang kemudian melayangkan tuntutan-tuntutan kesetaraan di segala bidang, tanpa disadari

juga telah melahirkan penindasan terhadap hak dalam bentuk lain. .

Orang-orang yang terlibat dalam gerakan feminis tentunya adalah mereka yang

memperoleh pendidikan tinggi yang melihat adanya ketimpangan penempatan kerja sosial

antara laki-laki dan perempuan. Karena itu salah satu gerakan feminis awal adalah menuntut

upah yang setara antara pekerja lelaki dan perempuan. Kemudian berlanjut pada tuntutan agar

kesempatan berkiprah di ranah publik dan politik terbuka bagi perempuan. Kesalahan dari

para feminis ini terletak pada generalisasi konsep kesetaraan yang mereka gaungkan, dengan

mengindentifikasi diri mereka sebagai pembela kaum perempuan, mereka mengabaikan fakta

bahwa tak semua perempuan setuju dengan konsep mereka. Tidak semua perempuan

keberatan atas pembagian kerja yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah dan

perempuan di dalam rumah mengurus keluarga. Hal ini sudah berlaku umum dan dianggap

sebagai sesuatu yang kodrati, bahkan ada perempuan yang menganggap menjadi seorang ibu

rumah tangga adalah sumber kebahagiaan bagi mereka tanpa harus menuntut kesempatan

untuk berkiprah di luar rumah tangga.

Tak berbeda jauh seperti yang terjadi di Eropa, di mana gerakan feminis yang

dipelopori oleh para perempuan kulit putih mendapatkan penolakan dari perempuan-

perempuan kulit hitam. Perbedaan ras membuat mereka memiliki pengalaman yang berbeda

sebagai kaum yang tersubordinasi dari lelaki. Maka, apa yang diperjuangkan oleh perempuan

kulit putih belum tentu bisa membebaskan kaum perempuan kulit hitam yang merasakan

penindasan ganda, penindasan jenis kelamin dan penindasan rasial. Demikian pula di

Indonesia, gerakan feminis yang diusung oleh Kartini - meski Kartini sendiri tak menyebut

dirinya seorang feminis, namun pergolakan pemikirannya menggambarkan penolakan

terhadap subordinasi laki-laki atas perempuan yang merupakan agenda utama perjuangan

kaum feminis - memperjuangkan hak perempuan untuk memperoleh pendidikan dan

partisipasi aktif di ranah publik. Di sini kita perlu melihat latar belakang Kartini yang berasal

dari keluarga priyayi, sehingga seperti halnya organisasi-organisasi perempuan yang

terbentuk setelah kemerdekaan yang digawangi oleh para perempuan dari kalangan elit

priyayi, hal-hal yang dituntut adalah mengenai masalah rumah tangga seperti poligami dan

kesempatan untuk berkiprah di ranah publik. Bagi kalangan perempuan priyayi, kebutuhan

Page 79: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

68

ekonomi sudah dicukupi oleh suami. Lain cerita jika yang tergabung dalam organisasi

perempuan tersebut adalah perempuan-perempuan di pedesaan yang terbiasa bekerja di

sawah, perkebunan dan hutan tanpa meninggalkan pekerjaan mereka sebagai ibu rumah

tangga. Tentunya isu yang diangkat bukan lagi mengenai poligami (poliginy) atau keinginan

untuk bekerja di luar rumah, melainkan kesejahteraan ekonomi. Karena para perempuan di

pedesaan merasakan langsung bagaimana mereka bekerja keras untuk menghidupi keluarga,

tentunya hal yang mereka inginkan ialah kemudahan dalam mencari nafkah sehingga

kebutuhan hidup keluarga mereka bisa tercukupi.

Perbedaan latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat, tingkat pendidikan, dan

status sosial menjadi hal yang krusial ketika membincangkan masalah hak dan kewajiban

yang dipahami oleh si perempuan itu sendiri. Perempuan di perkotaan tentu memiliki

pandangan yang berbeda mengenai hak dan kewajiban dibandingkan dengan perempuan di

pedesaan. Bisa jadi, perempuan di pedesaan menganggap pekerjaan di rumah tangga adalah

kewajiban yang melekat pada kodratnya, sedangkan perempuan di perkotaan menganggap hal

tersebut bukanlah kewajiban. Perempuan di perkotaan lebih memiliki kesadaran akan identitas

dirinya dan menuntut hak yang menurutnya belum dipenuhi, yakni hak kebebasan untuk

berkiprah di ruang publik dan membebaskan diri dari pekerjaan domestik yang dianggap

mengungkung mereka.

Ketika perempuan yang memperoleh pendidikan lebih tinggi berusaha menghapus

diskriminasi dan subordinasi perempuan dari laki-laki dengan cara memaksakan ideologi

feminisnya kepada semua perempuan dan menganggap hal tersebut paling benar, ini bisa

disebut sebagai kesalahan fatal. Karena jika nilai-nilai yang ditanamkan dalam diri perempuan

di pedesaan tentang seorang wanita ideal yang diam di rumah mengurus rumah tangga

dicabut, maka ia akan kehilangan norma hidupnya sendiri dan tak tahu apa yang harus ia

lakukan. Oleh karena itu, seharusnya bagi perempuan pun ada hak untuk memilih, mengurus

rumah tangga, atau bekerja di luar rumah. Semuanya bisa diputuskan sendiri oleh si

perempuan sebagai manusia merdeka. Bila seorang perempuan yang memiliki keinginan

untuk mengabdikan hidupnya dalam rumah tangga untuk mengurus suami dan anak-anak,

kemudian perempuan tersebut dipaksa untuk keluar dari rumah tangga dan bekerja di luar

rumah dengan mengatasnamakan emansipasi, yang terjadi adalah diskriminasi bentuk lain.

Page 80: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

69

Bukan diskriminasi dari lelaki terhadap perempuan, melainkan diskriminasi dari perempuan

terhadap perempuan.

Salah satu hak yang paling penting dalam hidup seorang manusia adalah hak untuk

menentukan hidup dan kehidupannya sendiri. Ketika seorang perempuan memilih untuk

menjadi seorang ibu rumah tangga, maka orang lain tak berhak memaksanya untuk aktif di

luar rumah jika perempuan itu sendiri tidak bersedia. Begitu pun ketika kita membicarakan

persoalan kepemimpinan perempuan. Menjadi seorang pemimpin adalah hak bagi siapapun,

sepanjang ia memiliki kemampuan dan mempunyai kepercayaan dari masyarakat untuk

memimpin meski ia adalah seorang perempuan, maka tak seharusnya hak ini dihalang-halangi

dengan dalih kondisi biologis perempuan dianggap sebagai kelemahan.

Apabila yang dikhawatirkan bila seorang perempuan menjadi pemimpin maka siklus

menstruasi yang mempengaruhi keadaan mentalnya bisa menyebabkan pengambilan

keputusan yang salah dalam suatu masalah penting, solusinya ialah memilih seorang wakil

laki-laki bagi perempuan tersebut untuk menjalankan tugas-tugasnya. Wakil laki-laki ini harus

memiliki pengetahuan yang cukup mengenai karakter si perempuan yang menjadi pemimpin,

jadi ia bisa mengetahui kapan si perempuan sedang stabil emosinya dan kapan sedang labil.

Sehingga si lelaki ini bisa menutupi kekurangan yang ada dalam diri perempuan karena kodrat

biologisnya. Tentu saja, lelaki yang menjadi wakil ini harus orang yang amanah, sehingga

pengetahuan tentang perempuan yang menjadi pemimpin itu tidak disalahgunakan olehnya.

Sedangkan bagi si perempuan, dia harus sepenuhnya menyadari dan mengakui kondisi

mentalnya yang tak stabil jika sedang menstruasi sehingga perlu meminta pertimbangan

dengan melakukan musyawarah bersama laki-laki yang menjadi wakilnya. Jika hal ini bisa

dilakukan, maka kesuksesan dalam kepemimpinan tersebut pasti akan tercapai.

Muhammad al-Ghazali menyatakan bahwa lelaki dan perempuan memiliki persamaan

dalam beberapa hal menyangkut prilaku yang baik dan kemampuan berpikir benar, terkadang

laki-laki mengungguli wanita, terkadang pula sebaliknya. Maka, perbedaan jenis kelamin

sesungguhnya tak memiliki pengaruh atas kesuksesan atau kegagalan seseorang. Kedua jenis

kelamin bisa saling bekerjasama, bahu membahu untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan

dengan saling melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh lawan jenisnya. Sebagaimana

contoh yang penulis berikan sebelumnya. Jadi, pelarangan kepemimpinan seorang perempuan

sudah tak relevan lagi di masa sekarang, mengingat bahwa pendidikan sudah terbuka seluas-

Page 81: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

70

luasnya bagi semua orang, dan kesempatan untuk berkiprah di ranah politik praktis juga

merupakan hak setiap individu. Tak seorangpun boleh mencabut hak ini dengan dalih agama

ataupun logika.

Naqiyah Mukhtar mengatakan bahwa ketidakkonsistenan Quraish Shihab dalam

memaknai kata ar-Rijal dalam karyanya, membuktikan suatu teori yang menyatakan bahwa

teks tidak pernah steril dari konteks yang melingkupinya, termasuk tafsir Al-Qur’an. Dalam

hal ini penulis setuju, pemikiran Quraish Shihab mengenai kepemimpinan perempuan dalam

Islam sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat ia tumbuh dan memperoleh

pendidikan, yaitu keluarga, pesantren dan Universitas al-Azhar Mesir. Ketiga institusi tersebut

membentuk pola pikir Quraish Shihab yang mengunggulkan lelaki untuk menjadi pemimpin

dibandingkan perempuan62

.

Meski Quraish Shihab tak pernah secara eksplisit mengungkapkan keberatannya

terhadap pemimpin perempuan, namun dengan beberapa dalih yang ia kemukakan seperti

dalih biologis dan nature perempuan, mengisyaratkan bahwa Quraish Shihab menginginkan

perempuan tetap pada tugasnya untuk menjadi ibu yang bekerja dalam rumah tangga

mengasuh anak-anak dan tak boleh menjadi pemimpin selama suaminya masih ada dan

mampu memimpinnya. Jikapun menjadi pemimpin di luar rumah tangga, maka ibu tak boleh

meninggalkan kewajiban mengasuh anak.

62 Naqiyah Mukhtar. “Kepala Negara Perempuan Muslimah: Analisis Wacana Terhdapa Tafsir Quraish

Shihab.” dalam Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 5 No. 2 STAIN Purwokerto tahun 2011.

Page 82: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

71

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah menelusuri dan mengkaji sumber-sumber yang terkait dengan Quraish Shihab

beserta pandangannya mengenai konsep kepemimpinan perempuan dalam Islam, penulis

sampai pada kesimpulan sebagai berikut.

Latar Belakang Sosial Intelektual Quraish Shihab

Quraish Shihab berasal dari keluarga cendekiawan terpandang di Makassar.

Kebiasaan ayahnya memberikan nasihat berupa ayat al-Qur'an menumbuhkan

benih kecintaan dalam diri Quraish Shihab terhadap al-Qur'an. Sehingga di

kemudian hari ia menjadi seorang pakar dalam ilmu al-Qur'an.

Pendidikan dasarnya didapatkan di Makassar kemudian dilanjutkan ke

pesantren Dar al-Faqihiyah di Malang Jawa Timur. Besar kemungkinan

pemikiran Quraish Shihab tentang tugas pokok wanita adalah di dalam rumah

tangga berasal dari konsepsi dalam budaya jawa yang menganggap bahwa

sudah menjadi kodrat perempuan untuk melaksanakan seluruh tugas rumah

tangga.

Pendidikan tinggi yang ditempuh di Universitas Al Azhar Mesir membuat

Quraish Shihab membuka mata atas segala fenomena yang terjadi. Di Mesir

banyak perempuan yang berkiprah di ranah publik. Karenanya Quraish Shihab

tak menampik kemungkinan perempuan bisa menjadi pemimpin dalam

kegiatan publik.

Latar belakang sosial dan pendidikan Quraish Shihab membentuk karakter

pemikirannya yang cenderung moderat. Quraish Shihab tidak berpandangan

konservatif dengan melarang sama sekali perempuan menjadi pemimpin,

namun juga tidak beraliran liberal dengan mendukung kepemimpinan

perempuan di segala bidang yang mutlak harus digalakkan.

Pandangan Quraish Shihab mengenai perempuan.

Page 83: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

72

Quraish Shihab memandang seorang perempuan adalah makhluk yang

mulia dan diciptakan untuk melengkapi hidup lelaki. Quraish Shihab

menganggap kehadiran perempuan adalah hal yang mutlak harus ada dalam

kehidupan lelaki, bila tidak maka kehidupan seorang lelaki akan menjadi

hampa dan tidak bermakna. Pandangan ini menyiratkan bahwa Quraish

Shihab memandang sebuah kebutuhan yang sangat penting, kebutuhan

laki-laki akan seorang perempuan yang mendampinginya. Bahkan Nabi

Adam AS yang dilimpahi segala kenikmatan surga masih merasa hampa

sehingga diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya. Karena itu, menurut

Quraish Shihab, kehidupan seorang lelaki akan menjadi indah dengan

kehadiran seorang perempuan.

Quraish Shihab menolak pandangan yang merendahkan dan

mendiskriminasi perempuan. Namun ia juga menolak pendapat yang

menyamaratakan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam segala hal.

Baginya, laki-laki dan perempuan harus ditempatkan sesuai dengan kodrat

alamiahnya masing-masing.

Quraish Shihab menyatakan bahwa lelaki dan perempuan memiliki

kelebihan dan kekurangan yang menjadi ciri khas masing-masing jenis

kelamin. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan. Oleh sebab

itu, bagi Quraish Shihab, adalah suatu hal yang salah jika memaksakan

seorang perempuan harus bisa menjadi seperti laki-laki, dan demikian pula

sebaliknya.

Perempuan tidak tercipta dari tulang rusuk lelaki, pandangan itu berasal

dari kitab Perjanjian Lama. Bagi Quraish Shihab, perempuan tercipta dari

tulang rusuk hanyalah sebuah metafora.

Menurut Quraish Shihab, tugas pokok perempuan ada dalam rumah tangga

sesuai dengan apa yang tercantum dalam Surat al-Ahzab ayat 33:

ورسىله إوما كاة وأطعه للا لة وآتيه الز ج الجاهليت الولى وأقمه الص جه تبز وقزن في بيىتكه ول تبز

جس أهل البيت ويطهزكم تطهيزا ليذهب عىكم الز يزيد للا

”dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan

bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah

Page 84: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

73

shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya

Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait

dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

Kepemimpinan perempuan dalam Islam menurut Quraish Shihab:

Quraish Shihab dengan tegas menyatakan bahwa di dalam rumah tangga,

perempuan harus tunduk di dalam kepemimpinan laki-laki. Sedangkan di

luar rumah tangga, perempuan boleh menjadi pemimpin meskipun di

dalam kelompok yang dipimpinnya terdapat laki-laki.

Quraish Shihab menetapkan dua syarat dalam hal kepemimpinan

perempuan, yakni bahwa perempuan tersebut tidak boleh mengabaikan

tugas pokoknya untuk mengasuh anak dan melayani suami. Dan

perempuan yang menjadi pemimpin harus selalu melakukan musywarah

sebagai bagian dari kepemimpinannya.

Sebagaimana terlihat dalam poin-poin di atas, Quraish Shihab memandang perempuan

sebagai makhluk yang mulia. Fungsinya untuk mendampingi lelaki. Quraish Shihab mengakui

bahwa lelaki dan perempuan saling membutuhkan. Kekuatan laki-laki dibutuhkan oleh

perempuan untuk membuat perempuan merasa aman di bawah perlindungannya. Kelembutan

perempuan dibutuhkan oleh laki-laki untuk menyempurnakan kehidupannya.

Terkait masalah kepemimpinan perempuan, penulis menemukan inkonsistensi dalam

pernyataan Quraish Shihab. Secara eksplisit Quraish Shihab menyatakan bahwa tidak ada

dalil agama maupun rasio yang bisa dibenarkan dalam hal pelarangan seorang perempuan

yang ingin menjadi pemimpin. Namun di sisi lain, secara implisit Quraish Shihab

mengungkapkan keberatannya terhadap kepemimpinan perempuan melalui pernyataannya

bahwa seorang pemimpin tidak boleh emosional dan bahwa perempuan mengalami siklus

bulanan yang membuat kondisi emosionalnya terganggu. Quraish Shihab juga menetapkan

syarat yang berat bagi seorang perempuan yang ingin menjadi pemimpin, baik di dalam

rumah tangga maupun di luar rumah tangga. Di dalam rumah tangga, perempuan baru bisa

menjadi pemimpin jika suami sakit keras dan tidak bisa memberi nafkah. Di luar rumah

tangga, perempuan yang ingin menjadi pemimpin tidak boleh mengabaikan tugas pokoknya

sebagai seorang ibu dan seorang istri.

Page 85: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

74

Demikianlah, dengan ini penulis berkesimpulan bahwa sebenarnya Quraish Shihab

bukan termasuk ulama yang pro terhadap wacana kepemimpinan perempuan. Meski sering

mengutip ulama yang membolehkan kepemimpinan perempuan, dan berbagai fakta sejarah

tentang pemimpin perempuan. Namun dengan dalih-dalih yang ia kemukakan, Quraish

Shihab menyampaikan pendapatnya secara tidak langsung bahwa sebaiknya perempuan tidak

menjadi pemimpin.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan terkait wacana kepemimpinan perempuan ialah

agar kegiatan penelitian untuk menyelidiki isu-isu tentang perempuan harus terus

dilaksanakan. Mengingat bahwa emansipasi perempuan di masa kini sudah menyentuh

berbagai segi kehidupan. Pada saat ini, kita tidak bisa lagi berbicara soal kodrat perempuan

dan kodrat laki-laki. Melainkan hak bagi setiap individu untuk menentukan kehidupannya

sendiri. Dengan tak mengabaikan etika, dan moral kemanusiaan. Diskriminasi terhadap

perempuan sudah sepatutnya ditentang, namun pengabaian terhadap tugas kemanusiaan

perempuan dalam membesarkan seorang anak juga tidak dapat dibenarkan. Oleh karena itu,

wacana yang membahas tentang peranan perempuan di ranah publik harus terus disuburkan.

Demi mencapai sebuah kesepakatan yang berlaku umum dan membawa kesejahteraan bagi

semua pihak, baik itu perempuan maupun laki-laki. Dan juga untuk mewujudkan ajaran

agama Islam yang rahmatan lil alamin.

Page 86: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

75

Daftar Pustaka

Sumber Primer

Shihab, M. Quraish. (2013). Pengantin Al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-Anakku.

Jakarta:

Lentera Hati.

----------------------. (2010). M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan yang Patut

Anda

Ketahui. Jakarta: Lentera Hati.

--------------------. (2008) . Ayat-Ayat Fitna: Sekelumit Keadaban Islam di Tengah

Purbasangka.

Jakarta: Lentera Hati.

----------------------. (2005). Perempuan: dari cinta sampai seks,dari nikah mut’ah sampai

nikah

sunnah,dari bias lama sampai bias baru. Jakarta: Lentera Hati.

-----------------------. (2004). Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah. Jakarta: Lentera Hati.

---------------------. (1996) Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan

Umat

Bandung: Mizan.

-----------------------. (1992). Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

–---------------------. “Tafsir dan Modernisasi”. Jurnal Ulumul Qur'an

Wawancara

Page 87: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

76

8.Tatap muka dengan M. Quraish Shihab, 20 Mei 2014. Di kantor Pusat Studi Qur'an

Tangerang.

Sumber Sekunder

Hidayat, Rahmad. (2008). Hak-Hak Perempuan dalam Keluarga ( Studi Komparatif atas

Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah dan Nasaruddin Umar

dalam

Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al Qur’an). Skripsi S1 Jurusan Tafsir Hadits,

Fakultas Ushuludin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Hidayat, Rahmat. (2008) Pemikiran Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami. Skripsi S1

Program Studi Al Ahwal Al Syakhshiyah, Fakultas Syariah, UIN Malang.

Mukhtar, Naqiyah. (2011). “Kepala Negara Perempuan Muslimah: Analisis Wacana Terhadap

Tafsir Quraish Shihab”, Komunika, Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 5 No. 2

STAIN

Purwokerto.

Nurfadillah. (2012) Studi Analisis Pandangan M. Quraish Shihab Tentang Sistem Ekonomi

Islam. Skripsi S1 Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Syariah, IAIN Walisongo Semarang.

Rohana. (2011). Studi Deskriptif Pemikiran Quraish Shihab Tentang Konsep Membaca dalam

Surat Al Alaq ayat 1-5. Skripsi S1 Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab

dan

Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Saifudin. (2009). “Relasi Gender dalam Khazanah Tafsir Nusantara: Studi Perbandingan

Tafsir

Tajuman al Mustafid karya „Abd Rauf Singkel dan al Mishbah karya Quraish

Shihab”,

Page 88: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

77

Makalah dipresentasikan pada 9th

Annual Conference on Islamic Studies 2-5

November

di Surakarta.

Suliyah. (2007). Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Makna dan Upaya Meraih

Hidayah dalam Tafsir Al Misbah. Skripsi S1 Program Ushuluddin IAIN Walisongo

Semarang.

Website

http://tafsiralmishbah.wordpress.com/biografi-m-quraish-shihab/ diakses pada tanggal 18 Mei

2014 pukul 22.42 WIB

http://www.tempo.co/read/news/2012/08/26/219425534/Quraish-Shihab-Si-Pengubah-Dunia

diakses 25 Mei 2014 pukul 14.40 WIB

http://quraishshihab.com/profile/ diakses tanggal 18 juli 2014 pukul 12.34 WIB

http://syiarmedia.com/index.php/31-artikel/13-penciptaan-perempuan-menurut-quraish-

shihab-dalam-tafsir-al-misbah diakses tanggal 18 Mei pukul 22.40 WIB

http://quraishshihab.com/work/ 9 agustus 2014 pukul 10.05 wib

http://bio.or.id/biografi-quraish-shihab/ diakses pada 8 Agustus 2014 pukul 19.55 WIB.

Lain-lain

Abd. Hakim, Atang & Jaih Mubarok. (2012). Metodologi Studi Islam. Jakarta: Remaja

Rosdakarya.

Al Aqqad, Abbas Mahmud. (1986). Filsafat Al-Qur’an: Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam

Isyarat Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Amuli, Jawadi. (2011). Keindahan dan Keagungan Perempuan. Jakarta: Sadra Press.

Baharuddin & Umiarso. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori dan Praktik.

Jogjakarta: Ar Ruzz Media

Page 89: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

78

Barakat, Halim. (2012). Dunia Arab: Masyarakat, Budaya dan Negara. Bandung: Nusa

Media.

Barker, Chris. (2004). Cultural Studies: Teori dan Praktik. diterjemahkan oleh Nurhadi.

Bantul:

Kreasi Wacana.

Bisri, Cik Hasan & Eva Rufaidah. edt. (2006). Model Penelitian Agama dan Dinamika

Sosial.

Jakarta: Rajawali Pers.

Dja‟far, Muhammad Anis Qasim. (2004). Aktualisasi Kaum Perempuan dalam Panggung

Kehidupan. Depok: Bina Mitra Press.

El Feki, Shereen. (2013). Seks & Hijab: Gairah dan Intimitas di Dunia Arab yang Berubah.

Diterjemahkan oleh Adi Toha. Tangerang: Alvabet.

El Guindi, Fedwa. (2005). Jilbab: Antara Kesalehan, Kesopanan dan Perlawanan.

Diterjemahkan oleh Mujiburrohman. Jakarta: Serambi.

Habudin, Ihab. (2009) Konstruksi Gagasan Feminisme Islam Khaled M. Abou El Fadl.

Skripsi S1

Program Studi Al-Akhwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Hadiz, Liza. Edt. (2004). Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru: Pilihan Artikel

Prisma.

Jakarta: Pustaka LP3ES

Hemdi, Yoli. (2007). Ukhti, Hatimu di Jendela Dunia: Sebuah Torehan Wajah Perempuan

dan

Peristiwa. Jakarta: Zikrul Hakim.

Page 90: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

79

Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Kamil, Sukron. (2013). Pemikiran Islam Tematik: Agama dan Negara, Demokrasi, Civil

Society,

Syariah dan HAM, Fundamentalisme, dan Antikorupsi. Jakarta: Kencana.

Kuntjara, Esther. (2012). Gender, Bahasa dan Kekuasaan. Jakarta: Libri.

Monib, Mohammad & Fery Mulyana. (2009). Pelita Hati Pelita Kemanusiaan. Jakarta:

Pustaka

Intermasa.

Muhammad, Husein. (2004). Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan Kiai Pesantren.

Yogyakarta: Lkis

Muhanif, Ali. Edt. (2002). Mutiara Terpendam: Perempuan dalam Literatur Islam Klasik.

Jakarta:

Gramedia

Muslich, Masnur. (2010). Bagaimana Menulis Skripsi. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, Muhammad. (2006). Inilah Wanita (Istri) Salehah: Sebuah Risalah dan Beberapa

Kisah. Diterjemahkan oleh Hasan Wakil. Semarang: Qudsi Media.

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Terakhir

Postmodern. Diterjemahkan oleh Tim Penerbit. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Siddique, Kaukab. (2002). Menggugat Tuhan Yang Maskulin. Diterjemahkan oleh Arif

Maftuhin. Jakarta: Paramadina.

Tim Penyusun. (2012). Panduan Karya Ilmiah Mahasiswa. Jakarta: Universitas Paramadina.

Page 91: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

80

Tim Penyusun. (2012). Panduan Penulisan Skripsi Atau Laporan Tugas Akhir. Jakarta:

Universitas Paramadina.

Tim Penyusun. (2012). Pencegahan dan Sanksi Terhadap Praktek Penyalahgunaan

Narasumber

dan Penjiplakan & Kode Etik Kegiatan Akademik. Jakarta: Universitas Paramadina

Tim Penyusun. (2013). Say Hello to Our Body. Jakarta: PWAG Indonesia.

Umar, Nasaruddin. (2000a). Kodrat Perempuan Dalam Islam. Jakarta: Fikahadi Aneska.

----------------------. (2000b). Paradigma Baru Teologi Perempuan. Jakarta: Fikahadi Aneska.

Jurnal/Makalah

Danial. (2014). “Pentingnya Pemahaman Gender dalam Islam”. Makalah dipresentasikan

pada

Pelatihan Kesehatan Reproduksi dan Kesetaraan Gender untuk Remaja di Banda

Aceh.

Enjang. (2003). “Dekonstruksi Hadits-Hadits Bias Gender”. Makalah dipresentasikan pada

seminar kelas Mata Kuliah Ulumul Hadits Program Pascasarjana Konsentrasi Studi

Masyarakat Islam, IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Fadlan. (2011) “Islam, Feminisme, dan Konsep Kesetaraan Gender dalam al-Qur'an”. Dalam

Karsa: Jurnal Budaya dan Sosial Keislaman Vol.19 No.2 STAIN Pamekasan. Hlm.

105-119.

Marhumah. (2011) “Konstruksi Gender, Hegemoni Kekuasaan, dan Lembaga Pendidikan”.

Dalam

Karsa: Jurnal Budaya dan Sosial Keislaman Vol.19 No.2 STAIN Pamekasan. Hlm.

167-182

Page 92: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

81

Marzuki. Perempuan dalam Pandangan Feminis Muslim.

Rahman, Ninies Nadhifah. (2012). “Yang Tidak Pernah Sederhana: Gender, Seksualitas,

Agama, dan Keberagaman Anak Muda Indonesia”. Makalah disampaikan pada

diskusi

di Komunitas Salihara Jakarta.

Ridwan. (2008). “Kepemimpinan Politik Perempuan dalam Literatur Islam Klasik”. Dalam

Yinyang: Jurnal Studi Gender dan Anak. Vol.3 No.1 Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto.

Sudrajat. “Beberapa Persoalan Perempuan dalam Islam”. Makalah pdf diunduh dari

http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-ajat-sudrajat-mag diakses 25 juli 2014 00.30 WIB

Tim Penyusun. (2012). “Perempuan Anggota Parlemen & Proses Pembuatan Kebijakan DPR

RI”. Policy Brief, Women Reasearch Institute Jakarta.

http://pemikiranislam.wordpress.com/2007/08/20/kepemimpinan-perempuan/ diakses

pada 9 Agustus 2014 pukul 10.10 wib

http://wowkeren.com/berita/tampil/00053646.html diakses pada 8 Agustus pukul 20.00

WIB

http://bio.or.id/biografi-najwa-shihab/ diakses pada 8 Agustus pukul 19.45 WIB

http://mawaddahmumtazza.blogspot.com/2013/09/kepemimpinan-wanita-dan-wanita-

karir.html

diakses tanggal 25 juli 2014 pukul 00.23 WIB

Page 93: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

82

Lampiran 1: Transkrip Wawancara

Transkrip Wawancara dengan M. Quraish Shihab sebagai Narasumber Utama dalam

Penulisan Skripsi ini. Wawancara di lakukan pada hari Selasa, 20 Mei 2014. Bertempat

di ruang kerja beliau di Kantor Pusat Studi Al-Qur'an Yayasan Lentera Hati, Jl.

Kertamukti No. 63 RT 04/08 Ciputat Tangerang.

Penulis : Selamat Pagi Bapak. Saya Sangat berterimakasih Bapak mau memenuhi

permohonan saya untuk mewawancarai Bapak. Skripsi saya yang berjudul

Kepemimpinan Perempuan dalam Islam bertujuan untuk mengkaji pemikiran

Bapak terutama yang ada dalam buku Perempuan. Awalnya saya ingin mengambil

tema tentang jilbab, namun dikarenakan referensi yang kurang, saya beralih ke

tema tentang perempuan dengan fokus kajian mengenai kepemimpinan dalam

islam. Pertanyaan-pertanyaan saya Insya Allah tidak akan keluar dari tema besar

yang saya angkat dalam skripsi ini. Yaitu perempuan. Baiklah, saya akan langsung

ke pertanyaan.

Penulis : Sebenarnya kapan pertamakali Bapak bersinggungan dengan isu-isu tentang

perempuan, kemudian tertarik untuk membahasnya dalam buku-buku Bapak?

Narasumber : Saya kira sejak saya mengenal ibu saya. Sejak itu, sadar atau tidak saya sudah

melihat perbedaan antara ayah dan ibu. Semakin besar saya, semakin saya melihat

perbedaan itu. Kemudian diperkuat dengan kelahiran anak-anak saya. Anak saya

empat orang perempuan dan satu laki-laki. Yang pertama, kedua, ketiga

perempuan. Dalam perkembangannya, saya tidak melihat perbedaan dari segi

kemampuan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Yang berbeda itu

perhatiannya. Dalam sekian banyak hal, saya lihat, saya alami, melalui keluarga

saya, bahwa anak perempuan bisa lebih hebat dari anak laki-laki. Tergantung dari

dia punya bawaan, dia punya ini. Saya sebenarnya tidak pernah melihat adanya

perbedaan dari segi kemampuan intelektual. Yang berbeda itu perhatian. Sejak dini

saya melihat ketika anak laki-laki saya lahir, perhatiannya berbeda dengan

perhatian kakaknya.

Penulis : Perhatian dalam hal apa Pak?

Narasumber : Mulai dari permainan, alat permainan. Dia, tidak senang boneka. Itu berarti

bahwa memang ada bawaaan, ada potensi yang berbeda antara laki-laki dan

perempuan dari segi perhatian. Mungkin sampe tuapun akan terasa itu. Saya di

rumah misalnya, dengan ibu, dia bisa hafal, baju ini sudah pernah dipakai ke

perkawinan. Saya sendiri tidak ingat, tidka ada perhatian. Itu saya kira. Jadi

kebersinggungannya justru mulai sejak...saya yakin sejak saya mulai sadar tentang

ibu dan bapak. Tapi dari hari ke hari itu makin, tentu diperkuat lagi dengan sekian

banyak ide, sekian banyak hal yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat

dalam sikapnya terhadap perempuan dan laki-laki.

Page 94: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

83

Penulis : Jadi, apa yang Bapak uraikan tadi itu bisa disebut sebagai latar belakang

Bapak menulis tema-tema tentang perempuan?

Narasumber : Mungkin menulisnya itu. Ad aperbedaan, antara apa yang kita serap dengan

apa yang kita tulis. Tidak semua yang diserap itu ditulis, walaupun mestinya semua

yang ditulis adalah sesuatu yang diserap. Jadi, pengalaman saya, yang saya ceritera

tadi, kemudian ada dorongan untuk menulis. Setelah saya melihat bahwa ada ide-ide,

ada pemikiran-pemikiran, yang tidak sejalan. Bukan saja dengan latar belakang

pendidikan saya, tetapi juga tidak sejalan dengan ide dan kedudukan perempuan

dalam kehidupan yang dikehendaki oleh agama dan budaya kita. Maka lahirlah

tulisan.

Penulis : Menurut pandangan Bapak sendiri, bagaimana tentang penciptaan

perempuan? Apakah benar perempuan terbuat dari tulang rusuk lelaki?

Narasumber : Itu, ide itu muncul dari bacaan terhadap Perjanjian Lama. Tidak ada di

Qur'an, dan tidak ada di hadits. Kalaupun ad aid hadits, itu pengertiannya secara

metafora. Saya udah jelaskan di buku.

Penulis : Bagaimana Bapak memandang sosok perempuan sebagai manusia merdeka

yang peran aktifnya dibutuhkan dalam masyarakat? Apakah dia harus tetap

terkurung di dalam rumah, atau boleh ke luar rumah?

Narasumber : Kalo hemat saya, yang dikurung di rumah itu yang berdosa. Ya kan? Qur'an

itu menyatakan demikian. Perempuan-perempuan yang sering berkunjung ke tempat-

tempat yang tidak wajar, itu ditahan di rumah. Tidak wajar di tahan di rumah, kecuali

kalau dia mau dihukum. Kecuali kalau dia di luar melakukan aktivitas yang tidak

sejalan dengan norma agama, norma budaya. Kalau tidak ya silahkan. Tidak ada

masalah buat saya itu. Itu kan prinsipnya juga bahwa perempuan itu ee...tidak boleh

diganggu dan juga tidak boleh mengganggu. Jangan sampe dia ke luar dia

mengganggu.

Penulis : Kemudian, Pak. Ada titipan pertanyaan dari dosen saya.

Narasumber : Siapa itu?

Penulis : Pak Pipip Rifai Hasan Phd. Dosen di Universitas Paramadina, lulusan

Amerika. Beliau ingin saya menanyakan ke Bapak mengenai pendapat Bapak tentang

sunat perempuan?

Narasumber : O ndak ada itu. Ndak ada alasannya, tidak ada dasarnya dalam agama. Jadi itu

kembali kepada e… pakar kesehatan, kalau dianggap perlu, silahkan. Tidak usah

atasnamakan agama. Kalau dia anggap e… membahayakan, dilarang. Karena tidak

ada, tidak disinggung, baik oleh Al-Qur’an maupun hadits tentang e… sunat

perempuan. Kalau sunat lelaki ya, ada, disentil didalam hadits. Kalau perempuan

tidak ada. Jadi itu dikembalikan ke medis, pihak medis, apa kata medis.

Page 95: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

84

Penulis : Selain melalui tulisan-tulisan, apakah Bapak pernah ikut dalam gerakan-

gerakan pemberdayaan perempuan?

Narasumber : kegiatan saya itu kan, mengajar, berceramah, ikut aktif dalam upaya-upaya

pengembangan SDM. Baik lelaki maupun perempuan. Jadi kalau e… ada aktifitas

saya misalnya yang khusus dihadiri perempuan, bisa jadi. Tapi itu tidak mengarah

secara… secara…. Bahwa itu dalam konteks gerakan wanita. Jadi bersifat umum,

tidak ada. Boleh jadi Dharma Wanita undang saya, perkumpulan ibu-ibu undang

saya, saya akan hadir.

Penulis : Em… kemudian lanjut mengenai kepemimpinan, Pak. Sebenarnya konsep

kepemimpinan menurut Bapak seperti apa?

Narasumber : Konsep kepemimpinan? Yang pertama dulu, e… selama ada tugas, selama itu

ada tanggung jawab-tanggung jawab, menuntut tanggung jawab itu. Menuntut atau

baru berhasil jika disertai dengan pengetahuan. E… minimal, minimal seorang

memimpin dirinya. Itu minimal. Iabu bertugas memimpin di rumah tangganya. Ya

kan? Dan lebih khusus anaknya. Tetapi dia tidak akan berhasil memimpin anaknya

kalau dia tidak bisa memimpin dirinya. Dia tidak berhasil memimpin dirinya kalau

dia tidak punya pengetahuan itu, demikianlah. Nah, kita tidak ingin e…seorang…

jadi, jadi begini, seorang pemimpin itu harus memahami tugasnya. Saya akan

katakan begini, hei malaikat pun disuruh ngerti manusia. Baru dia disuruh bertugas

menyangkut manusia. Tau maksud saya? Apa? Waktu Tuhan mau menciptakan

Adam, dia panggil malaikat, ini manusia. Kenapa bukan kami yang dijadikan

khalifah di bumi? Secara tersirat Tuhan berkata bahwa kalian tidak mau, kalian tidak

tahu. Apa buktinya tidak tahu? Dia Tanya itu kan, di Qur’an ada itu kan, ada ya? Dia

ndak bisa jawab. Kenapa Tuhan sodorkan itu? Dia perlu kenal manusia, o ini yang

akan jadi tugas saya, mengawasi dia, mencatat amalnya, sifatnya begini-begini. Jadi

tidak mungkin sukses di dalam satu kepemimpinan kalau dia tidak paham apa

tugasnya. Itu e…e… di sisi lain, kepemimpinan, kita harus ini. Kepemimpinan itu di

samping pengetahuan, dia harus bisa menyukai, mencintai, siapa yang dipimpinnya.

Kalau dia tidak cinta, dia tidak suka, dia akan sewenang-wenang. Itu sebabnya, ibu

yang e…e…e…e… apa namanya, yang bertugas bertugas mendidik anak-anaknya.

Itu harus punya pengetahuan mengenai pendidikan. Saya sering berkata kepada ibu-

ibu, kalau bapaknya keluar sudah mencari nafkah, anaknya mau belajar di rumah.

Katakanlah mau belajar berhitung, kalau ibunya ndak pandai berhitung bagaimana?

Siapa yang mau ajar? Itu kan. Jadi, semua kita pemimpin-pemimpin , kita punya

bidang. Nah, ada yang kecil, ada yang besar. Minimal itu tadi, mampun memimpin

diri. Seorang ibu atau bapak harus mampu memimpin keluarganya. Kalau dia sudah

meningkat, bisa memimpin masyarakat. Tapi tidak keluar dari harus tau dan harus

mencintai.

Penulis : Lanjut ke ini Pak, Surat An Nisa ayat 34. Yang arrijalu qowwamuna

‘alannisa. Itu kan, saya membaca di buku Bapak , Bapak memaknai ayat ini dalam

konteks rumah tangga. Bahwa suami atau ayahlah yang harus memimpin. Kemudian

Page 96: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

85

bagaimana pendapat Bapak tentang ayat ini yang sering dijadikan dalil oleh para

ulama-ulama yang menentang kepemimpinan perempuan?

Narasumber : Kita lihat itu ayat, apa dan mengapa alasannya sehingga lelaki dijadikan

sebagai pemimpin bagi perempuan. Alasannya ada dua, yang pertama bahwa

faddholallahu ‘ala ba’dihim. Itu dalam arti ada kelebihan pada laki-laki dalam

bidang tertentu, dna ada kelebihan perempuan dalam bidang tertentu. Dalam konteks

rumah tangga, kelebihan laki-laki itu, kelebihan suami, itu diperlukan. Nanti akan

saya terangkan. Yang kedua, lelaki itu berkewajiban memberi nafkah. Nah, kita

sekarang ambil yang…. kehidupan rumah tangga tidak pernah luput dari cekcok. Ya,

pasti ada cekcok. Kita tahu bahwa e…perempuan setiap bulan mengalami

menstruasi, terganggu gak jiwanya?

Penulis : Ya, situasi emosionalnya terganggu.

Narasumber :Ya, situasi emosionalnya terganggu. Laki-laki tidak. Jadi bisa dibayangkan

kalau perempuan yang memimpin, bisa-bisa dia marah, cerai. Jadi ada kelebihannya

lelaki, dalam konteks kepemimpinan. Kepemimpinan itu orang tidak boleh

emosional. Kalo memimpin, ini e…e… paling dini dalam sbulan, bisa minimal

sebalas hari ya? Ya tho? Antara tiga sampai sebelas hari kan itu biasanya ya? Jadi,

ada keistimewaan lelaki dalam konteks ini. Keistimewaan perempuan ada juga yang

tidak dimiliki oleh lelaki. Perempuan itu keistimewaannya e…e… dia tidak merasa

sempurna kalau dia tidak punya anak. Dia butuh anak, kasih sayangnya yang luar

biasa. Dia dengan mudahnya memaafkan anaknya yang durhaka, ini dibutuhkan.

Keistimewaan laki-laki ndak gitu. Peduli amat lelaki, ya kan? Kawin di sini, dia

tinggal anaknya di sana, kawin di tempat lain lagi. Itu lelaki. Jadi, ini menjadikan dia

wajar. Tu, itu. Karena, nah di sini kita liat lagi. Tidak bisa tidak, bahwa dalam suatu

komunitas betapapun kecilnya, kita memerlukan pemimpin. Kalau sudah tiga orang,

perlu ada yang pimpin. Di sini, siapa yang wajar memimpin? Tiga orang, bapak, ibu,

anak. Siapa yang wajar mimpin? Anak?

Penulis : Bapak.

Narasumber : Yang kedua, dia wajib mengeluarkan uang. A..itu. jadi ini dalam kehidupan

rumah tangga, bukan dalam kehidupan di luar rumah tangga. Karna e... bapak,

seorang laki-laki tidak membiayai saya. Saya tidak membiayai anda. Ya kan? Jadi,

dalam kehidupan rumah tangga. Ayat ini bicara soal kehidupan rumah tangga. Bukan

berbicara a…karna itu nanti dalam bidang-bidang yang lebih dikuasai perempuan,

dia yang harus memimpin.

Penulis : Walau yang dipimpinnya terdapat laki-laki?

Narasumber : Walau yang dipimpinnya laki-laki. Terkadang ada perempuan, dalam hal-hal

yang berkaitan dengan e…e… perempuan. Laki-laki bisa saksi? Di situ perempuan

yang tampil. Jadi, jadi saya liat itu ayat berbicara tentang kehidupan keluarga.

Apalagi surat An Nisa itu banyak-banyak bicara tentang kehidupan keluarga.

Page 97: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

86

Penulis : Adakah kemungkinan surat An Nisa itu dipahami secara kontekstual? Dalam

arti hanya relevan pada masa ayat itu diturunkan dan bukan untuk masa sekarang?

Narasumber : Bagus. Itu terjawab dengan pertanyaan bisakah sifat dasar lelaki berubah?

Sifat dasar, supaya lebih jelas. Bisakah sifat dasar perempuan berubah? Bisa ada

laki-laki yang mens perempuan tidak mens?

Penulis : Enggak, Pak?

Narasumber : Nah, itunya kan. Nanti kalau anda berkata begini, seandainya dalam suatu

rumah tangga suaminya sakit tidak bisa memberinya nafkah, pikirannya tidak waras,

jadi pemimpin? Tapi ini ayat berbicara secara umum. Dan ini, kondisi semacam ini,

itu…e….apa ya? Berlaku kapan dan di mana saja. Karena anda tidak akan

menemukan seorang perempuan yang tidak mens, kecuali kalau dia sudah tua. Nah,

itu. Anda tidak akan menemukan seorang perempuan, walau dia perempuan nakal,

e…e… merasa senang dinamai dia yang membelanjai suami, dia yang memberi

belanja suaminya. Walaupun dia yang ini, dia tutupi. Jadi ini, e… bahwa dalam

secara kontekstual bisa berubah, tetapi kalo ada kondisi tertentu yang menjadikan

lelaki tidak bisa berfungsi dengan baik. Perempuan yang memimpin. Siapa yang

pimpin rumah tangga kalau suaminya sakit? Tidak bisa memberi nafkah, di situ

perempuan yang pimpin rumah tangga. Ya tho?

Penulis : Seperti yang Bapak uraikan tadi, bahwa dalam rumah tangga, bapaklah atau

laki-lakilah yang harus memimpin. Tetapi di luar rumah tangga, perempuan boleh

memimpin. Bagaimana kondisinya jika perempuan itu sudah berkeluarga, tapi

kemudian dia memimpin suatu organisasi atau komunitas yang besar seperti itu?

Narasumber : E… terabaikan ndak tugas pokoknya?

Penulis : tergantung perempuannya sepertinya, Pak.

Narasumber : Saya tidak ini, karena itu tergantung. Kalau tugas pokoknya terabaikan, ndak

boleh.

Penulis : Jadi tugas pokoknya di rumah tangga?

Narasumber : Tugas pokoknya, saya tidak mau berkata di rumah tangga. Tugas pokoknya,

e…e…e… ada pembagian tugas ya. Ada pembagian tugas. Masing-masing

melaksanakan dulu tugas pokoknya. Kalau tidak bisa, dia bisa mendelegasikan tugas

pokoknya pada orang lain. Boleh jadi bisa ditoleransi. Satu, satu ibu, punya anak.

Anakny mau menyusu, boleh ditinggalkan anaknya? Dia tidak, dia beri susu botol

aja, gimana? Ada yang berkata boleh, iya. Tetapi apa anaknya bisa puas dengan itu?

Apakah kesehatann anak? Dia mau bekerja. Katakanlah dia mau punya anak. Bawa

anaknya ke tempat kerjanya, dia beri susu, bisa. Dia tidak abaikan tugas pokoknya,

dia harus mendidik. Ok? Bagus. Apakah kasih sayang yang dibutuhkan anak masih

diterima oleh sang anak kalau ibunya kerja di luar? Itu semua, saya tidak mau

berkata secara ketat boleh atau tidak boleh. Kita lihat apa tugas pokoknya, istri tugas

Page 98: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

87

pokoknya mendampingi suami. Dia tinggalkan suaminya, bekerja. Dia kasih

pembantu urus suaminya, boleh ga itu? Kecuali kalau tadi, ada menyimpang.

Penulis : Kalau dalam kasusnya single mother gimana, Pak? Perempuan itu satu-

satunya kepala rumah tangga, jadi dia bercerai atau ditinggal mati suaminya.

Itu seperti apa, Pak?

Narasumber : Ya apa boleh buat? Dia tidak kuasa untuk itu. Itu keadaan darurat. Kalau dia

dapat kawin lagi, syukur. Kalau tidak, dia tidak. Seseorang tidak dibebani tanggung

jawab melebihi kemampuannya. Ya kan? Itu, prinsipnya seperti itu.

Penulis : Bapak, bagaimana dengan pandangan yang…biasanya ini datang dari

feminis. Jaman sekarang itu digaungkan emansipasi wanita yang menuntut hak

kesetaraan di dalam pekerjaan. Tapi di dalam rumah, perempuan tetap harus

mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Seperti mengurus suami dan anak. Ini

membuahkan beban ganda. Kemudian akhirnya para feminis ini berpendapat bahwa

laki-laki seharusnya bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.

Narasumber : E…bagus, bagus. Saya setuju, saya setuju. Tetapi tetap ada penanggung

jawab. Perempuan membantu suami, sekarang harus membantu suami dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Karena suami tidak mampu sendiri. Nah, suami juga

harus membantu istri dalam kebutuhan rumah tangga. Boleh jadi dia juga harus ikut

menyuci, boleh jadi dia harus ini. Karena situasi berubah. Laki-laki tidak bisa berkata

‘saya, kerja saya di luar’ padahal dia tidak mampu memberikan nafkah yang cukup

istrinya. Istrinya terpaksa bekerja di luar. Apa dia mau diberi beban ganda, dia harus

bertanggung jawab lagi di rumah? Saya tidak setuju dengan itu. Apalagi sekarang.

Sebenarnya, saya ada tulisan tapi ndak ada di sini. Nasihat perkawinan saya untuk

anak saya yang terakhir, waktu dia mau kawin saya buatkan buku. Saya katakana

begini, laki-laki tu sudah tidak punya alasan berkata ndak pandai masak. Ya?

Bumbu-bumbu masak sudah ada, ya kan? Tidak lagi punya lagi alasan untuk berkata,

tidak bisa menyuci, tidak punya waktu. Ada alat-alat, ya kan? Dia harus bantu

istrinya, tapi tetap harus ada penanggung jawab. Jadi pembagian kerja, jadi

pembagian bahwa istri di dalam rumah suami di luar tidak bisa seketat dulu. Karena

kebutuhan sudah terlalu banyak. Saya kira itu, pandangan saya seperti itu. Ya kan?

Kalau tidak nanti keos itu. Bisa saja mereka sepakat tidak usah masak, makan di luar.

Tetapi ada kesepakatan, ada tanggung jawab. Ya kan? Ok. Nabi pun masak sendiri

tehnya, siapkan sarapannya. Begitu. Oke.

Penulis : Kemudian untuk keperluan data penunjang, saya membutuhkan biografi

Bapak. Tapi sampai sekarang saya belum menemukan buku yang secara khusus

membahas biografi Bapak. Sumber-sumber di internet pun sangat sedikit, takutnya

tidak sesuai. Apakah boleh saya minta biografi Bapak?

Narasumber : Bisa minta aja nanti sama Mbak Tika

Penulis : Yang di depan itu, Pak?

Page 99: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

88

Narasumber : Iya betul. Yang menangani ini, lagi ndak masuk dia. Lagi gak sehat. Nanti

minta aja sama dia. Nanti kalau anu, bisa minta sama dia tulisan menyangkut buku-

buku saya apa saja bisa diminta.

Penulis : Kemudian kalau misalnya kelak saya membutuhkan data tambahan apakah

saya boleh mewawancarai Bapak lagi?

Narasumber : Boleh…

Penulis : Apakah harus menyertakan surat dari kampus lagi?

Narasumber : Tidak usah. Telpon saja ke sini. Nanti dicarikan waktunya yang sesuai.

Penulis : Sepertinya pertanyaan saya sudah terjawab semua

Narasumber : Alhamdulillah

Penulis : Bapak dapat salam dari Ibu saya, salam dari pengagum Bapak.

Narasumber : Walaikumsalam. Salam balik.

Page 100: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Fitriyani

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 22 April 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Al Mustaqim No. 19 Mampang Prapatan 2 Jakarta Selatan 12790

Email : [email protected]

Nomor Telepon : 085224936022

Nama Orang Tua : a. Ayah : Mustadi

b. Ibu : Komriyah

PENDIDIKAN

2010 - 2014 : Falsafah dan Agama Universitas Paramadina Jakarta

2007 – 2010 : Jurusan Bahasa MAN Model Babakan Ciwaringin Cirebon

2004 – 2007 : Madrasah Tsanawiyah Wathoniyah Gintung Lor Susukan Cirebon

1998 – 2004 : Madrasah Ibtidaiyah Wathoniyah Gintung Lor Susukan Cirebon

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ketua Buletin dan Mading MAN Model Ciwaringin periode 2008-2009

2. Pemimpin Redaksi Majalah Three-M MAN Model Ciwaringin periode 2009

Page 101: Skripsi universitas paramadina_jakarta_fitriyani_kepemimpinan_perempuan_dalam_islam_studi_pemikiran_m._quraish_shihab

3. Dewan Kehormatan The Unity of Language Programme periode 2009-2010

4. Divisi Intelektual Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina Periode 2011

5. Ketua Taekwondo Paramadina Periode 2011-2012

6. Divisi Medkominfo Himpunan Mahasiswa Falsafah dan Agama Paramadina Periode 2012-2013

7. Wakil Koordinator Divisi Logistik Dewan Keluarga Masjid Universitas Paramadina Periode 2012

8. Wakil Ketua Divisi Litbang Komunitas Pemuda Anti Korupsi Paramadina Periode 2013-2014

9. Relawan Pemantau KIPP (Komite Independen Pengawas Pemilu) dalam Pemilihan GubernurJakarta tahun 2012.

10. Volunteer Youth Department Transparency Internasional Indonesia tahun 2014

11. Volunteer Peace Women Across The Globe Indonesia tahun 2014

PRESTASI

1. Juara Pertama Cerdas Cermat se-KKM MTs Arjawinangun tahun 2006

2. Juara Favorit Teater Kabaret dalam Perayaan Ulang Tahun SMAN Arjawinangun tahun 2008

3. Juara Ketiga Mading Kesehatan di SMAN 1 Arjawinangun tahun 2008

4. Juara Kedua Mading Jepang “Nihon Bunkasai” di STIBA Invada Cirebon tahun 2009

5. Penerima beasiswa Paramadina Fellowship 2010 atas kerjasama PT. Trikomsel Oke Tbk. DanUniversitas Paramadina.

6. Peraih Medali Perak Tournament Taekwondo “One Solution for New Champion” di Jakarta tahun2012

7. Peraih Medali Perunggu Kejuaraan Taekwondo Trisakti School of Management tahun 2012

8. Duta Paramadina Falsafah Agama Universitas Paramadina tahun 2012

9. Peserta program Mahasiswa Mengabdi Universitas Paramadina yang bekerjasama denganprogram IPB Goes To Field di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah tahun 2013

10. Juara Ketiga Debat Anti Korupsi Universitas Paramadina tahun 2013

11. Juara Ketiga Best Investigative Reports Mata Kuliah Anti Korupsi Semester Gasal tahun 2013

12. Juara Harapan dalam Blog Competition Resolusi 2014 Kratingdaeng tahun 2014