SKRIPSI...Surat Tugas Dari IAIN Metro 7. Surat Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur 8....
Transcript of SKRIPSI...Surat Tugas Dari IAIN Metro 7. Surat Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur 8....
-
SKRIPSI
METODE DAKWAH MAJELIS TA’LIM AL-HIDAYAH DALAM
MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH PADA KALANGAN REMAJA
DESA LABUHAN RATU VI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2018/2019
Oleh :
ESI ELFIKA SARI
NPM.14125396
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas : Ushuludin, Adab, dan Dakwah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1440 H/ 2018 M
-
METODE DAKWAH MAJELIS TA’LIM AL-HIDAYAH DALAM
MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH PADA KALANGAN REMAJA
DESA LABUHAN RATU VI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2018/2019
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
ESI ELFIKA SARI
NPM.14125396
Pembimbing I : Hemlan Elhany, S. Ag, M. Ag
Pembimbing II : Ika Selviana, MA., Hum
Jurusan: Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas: Ushuluddin, Adab, dan Dakwah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1439 H/ 2018 M
-
ABSTRAK
METODE DAKWAH MAJELIS TAKLIM AL- HIDAYAH DALAM
MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH PADA KALANGAN REMAJA
DI DESA LABUHAN RATU VI LAMPUNG TIMUR TAHUN 2018/2019.
Oleh:
Esi Elfika Sari
Penelitiaan ini berjudul “ Metode Dawah Majelis Taklim Al-Hidayah
Dalam Mennamakan Ahklakul Karimah Pada Kalangan Remaja Di Desa Labuahn
Ratu 6”. Majelis taklim sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam yang bersifat
nonformal nampak sangat dibutuhkan di kalangan masyarakat Islam, sebagai
pengamalan agama dan sarana untuk meningkatkan akhlakul karimah remaja.
Berdasarkan hal tersebut yang menjadi bahan rumusan masalah dalam skripsi
penulis yaitu bagaimana metode dakwah majelis taklim al-hidayah dalam
menanamkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di desa labuahan ratu 6.
Tujuan penelitian ialah mengetahui metode dakwah majelis taklim al-
hidayah dalam menanamkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di Desa
labuahan Ratu 6. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kualitatif . sumber
data dalam penelitian ini ketua majelis taklim, pembina, dan remaja selaku
sebagai jamaah dalam majelis taklim al-hidayah.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,
dokumetasi. Pada prosesnya majelis taklim al-hidayah berfungsi antara lain
sebagai tempat kajian Islam di masyarakat dan pusat pengembangan dakwah.
adapun metode dakwah yang diberdayakan tersebut dapat meningkatkan akhlakul
karimah pada remaja di labuahan ratu 6, seperti metode mutaba’ah yaumiyah
(buku amalan sehari-hari), bil-lisan (kajian ilmu fiqih), metode dakwah dengan
rihlah (hiburan).
Namun berangsurnya waktu keberadaan majelis taklim al-hidayah sangat
penting, karena banyak hal-hal positif yang diperoleh oleh remaja di Desa labuahn
Ratu 6, terlebih dalam hal ahklakul karimah yang semakin membaik serta ilmu
keagmaan yang mendalam. Berikut beberapa faktor pendukung untuk
memperbaiki akhlakul karimah yaitu faktor internal ( faktor ideologi, remaja
menyadari bahwa mereka minim akan pengetahuan syariat dan ajaran agama
Islam) dan faktor eksternal diantaranya faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Faktor penghambat masa remaja bisa dibilang adalah masa pencarian jati diri, hal
ini terlihat masih ada beberapa remaja laki-laki maupun perempuan yang ada di
majelis taklim al-hidayah yang imannya kadang naik dan juga turun, sehingga hal
ini berpengaruh pada jumlah anggota majelis taklim.
-
MOTTO
Artinya : dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(Quran Surat Al-Ma’idah Ayat 2)
-
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia dan hidayah-Nya, maka akan penlis persembahkan karya ini kepada:
1. Kedua Orang Tua tercinta Bapak Sarwono dan Ibu Siti Improhatin yang
terbaik, penuh kasih sayang, perhatian, kesabaran dan pengorbananyang
tak pernah lelah mendoakan untuk keberhasilan anak-anaknya.
2. Adik tersayang, Khoirul Irvan Syah yang membantu memberikan
semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Sahabat-sahabatku terimakasih atas motivasi dan semangat kerja keras
yang selalu diberikan kepada penulis.
4. Dosen-dosen yang telah membagi ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Almamater tercinta IAIN Metro.
-
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
NOTA DINAS ................................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ORISINILITAS PENELITIAN .................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5 D. Penelitian Relevan .......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 11
A. Dakwah .......................................................................................... 11 1. Pengertian Dakwah .................................................................. 11 2. Pengertian Metode Dakwah ..................................................... 17 3. Macam-Macam Metode Dakwah. ............................................ 23
B. Majelis Ta’lim ................................................................................ 26 1. Pengertian Majelis Ta’lim ........................................................ 26 2. Tujuan Majelis Ta’lim.............................................................. 28 3. Pengertian Akhlakul Karimah .................................................. 29 4. Pengertian Remaja. .................................................................. 38 5. Batasan Usia Remaja................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 43
A. Jenis dan Sifat Penelitian ............................................................ 43 B. Sumber Data ................................................................................ 44 C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 45 D. Teknik Penjamin Keabsahan Data .............................................. 48 E. Teknik Analisis Data .................................................................. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50
A. Gambaran Umum Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur. ........ 50 1. Sejarah berdirinya Desa Labuhan Ratu VI............................... 50 2. Sejarah Pemerintahan Desa Labuhan Ratu VI. ........................ 52
3. Visi Dan Misi Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur. ...... 56
-
B. Gambaran Umum Penelitian Di Majelis Taklim Al-Hidayah........ 57 1. Sejarah Terbentuknya Majelis Taklim Al-Hidayah ................. 58 2. Visi Majelis Taklim Al-Hidayah. ............................................. 61 3. Misi Majelis Taklim Al-Hidayah. ............................................ 61 4. Struktur Organisasi Majelis Taklim. ........................................ 62
C. Analisis Metode Dakwah Majelis Taklim Al-Hidayah Dalam Menanamkan Ahklakul Karimah Pada Kalangan Remaja Di
Desa Labuhan Ratu VI. .................................................................. 62
1. Metode Dakwah yang di gunakan Majelis Taklim Al-Hidayah Di Desa Labuhan Ratu VI. ........................................ 67
2. Bagaimana Dampak Dari Metode Yang Di Gunakan Di Majelis Taklim Al-Hidayah Untuk Menanamkan Akhlakul
Karimah Pada Remaja Di Desa Labuhan Ratu VI. .................. 74
3. Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Majelis Taklim Al- Hidayah Di Desa Labuahan Ratu VI. ................................ 76
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 79 A. Simpulan ........................................................................................ 79 B. Saran ............................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN –LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kartu Bimbingan Skripsi
2. Alat Pengumpul Data (APD)
3. Outline
4. Nota Dinas
5. SK bimbingan
6. Surat Tugas Dari IAIN Metro
7. Surat Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur
8. Surat Balasan Izin Riset Di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur
9. Foto-Foto Dokumentasi Penelitian
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah tidak dapat dipisahkan dari Islam yang merupakan agama
rahmatan lil alamin yang menanamkan kasih sayang terhadap sesama mahluk
hidup, tidak saling menyakiti tapi saling menjaga dan memelihara dakwah
Islam juga suatu cara bagaimana seseorang menyampaikan ajaran-ajaran
Islam kepada umat manusia dan mengajak atau menyeru mereka untuk terus
beriman kepada Allah SWT dan mencintai Rasullulah SAW serta
mengajarkan apa-apa diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi larangan-
larangannya dengan penuh keikhlasan juga menjalankan sunnah Rasulullah
SAW dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman dalam Al-Quran Surah
Al-Imran Ayat 104
لُْمنَكرِّ َوأُو لَْمْعُروفِّ َويَْْنَْوَن َعنِّ أ
أ لَْخْْيِّ َويَأُْمُروَن بِّ
ََل أٌِة يَْدُعوَن إ نُُكْ ُأمَّ ُ َولَْتُكن م ِّ ُُ ََ ِّ ِئ ٰٓ َ ل
لُْمْفلُِّحونَ أ
Artinya : (dan hendaklah ada di antara kamu, satu golongan yang
mengajak (manusia) kepada kebaikan, dan menyuruh mereka melakukan
yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan munkar dan mereka itulah
orang–orang yang berhasil).1
Ayat ini menegaskan bahwa hasil dari mengajak dalam kebaikan dan
mencegah yang munkar itu adalah nyata. Dan hendaklah ada dari kalian
sejumlah orang yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah. Di sini
1 QS. Ali- Imron (3) : 104.
-
dijelasakan bahwa Allah SWT, memperintahkan agar supaya di antara umat
Islam, ada golongan umat yang dengan tegas menyerukan kepada kabaikan,
menyuruh kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar
(keji). dan mengajak dengan cara yang baik. Perintah ini yang perlu untuk
kita laksanakan, sebagaimana telah menjadi kewajiban setiap muslim dalam
menjalankan aktifitas dakwah.
Dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah suatu
kaum kepada yang lebih baik dan sempurna, baik kepada individu maupun
masyarakat. Dakwah Islam dapat dipahami sebagai kegiatan mengajak,
mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah (pengetahuan)
untuk meniti di jalan Allah dan istiqomah di jalan-Nya, serta berjuang
bersama meninggikan agama Allah.2
Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan
muslimah untuk menyiarkan nilai-nilai agama Islam. Keberadaanya
menjadikan Islam tegak dan kokoh di atas muka bumi ini. Aktifitas dakwah
yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya
aktifitas dakwah yang lesu berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena
itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakan kewajiban berdakwah di
pundak setiap pemeluknya.
Metode dakwah penting digunakan saat proses dakwah berlangsung
karena metode dakwah merupakan strategi yang menentukan keberhasilan
dakwah seorang da’i di masyarakat. Ada ungkapan yang berkata bahwa tata
2 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003) h. 1.
-
cara atau metode dakwah lebih penting dari materi yang dalam bahasa Arab
dikenal dengan Al-Thariqah ahammu min Al-maddah.3
Dengan demikian sangatlah dibutuhkan segolongan umat yang
mampu mengingatkan dan mengajak kembali kepada jalan yang lebih baik.
Upaya yang dilakukan dalam memperbaiki karakter jiwa manusia yang lebih
baik tentu tidak terlepas dari kegiatan dakwah.
Dimana dakwah adalah upaya yang dilakukan oleh seorang da’i atau
dai’ah menyampaikan nilai-nilai ke Islaman kepada mad’u atau masyarakat
tanpa memandang siapa mereka, dari suku mana, ataupun lain sebagainya.
Setiap individu mempunyai kewajiban untuk berdakwah baik dengan Bil
Lisan, Bil Hal, maupun Bil Qolam, metode mana yang akan diterapkan oleh
seorang dai’i, itu tergantung pada kondisi apa dan siapa mad’u yang menjadi
sasaran dakwahnya. Dan dengan kapasitas ilmu yang dimiliki serta sesuai
dengan Al-Quran dan hadits.
Oleh sebab itu perlu adanya sistem pembinaan, seperti majlis taklim,
atau sering dikenal dengan sebutan halaqoh, guna agar lebih efektif dalam
memberikan pemahaman tentang Islam, terutama dalam pembinaan ahklak.
Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan
pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. aktual dalam
arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat.
Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan
menyangkut problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Para juru
3 Habibi Abdullah, Kelengkapan Dakwah, (Semarang: Kalam Mulia, 2005) h. 3.
-
dakwah, hendaknya memiliki ilmu dari segala bidang ilmu yang dapat diramu
untuk mengetahui keadaan yang dibutuhkan oleh mad’u.
Peneliti melakukan survei di majelis ta’lim Al-Hidayah di Desa
Labuhan Ratu VI Lampung Timur, bahwasanya seorang da’i cukup baik
dalam menyampaikan dakwahnya namun pada saat da’i selesai
menyampaikan materinya, masih ada beberapa remajanya belum bisa
menerapkan dengan baik apa yang telah di sampaiakn oleh da’i tersebut.
Menurut ibu Wahyumi sebagai tokoh dakwah di Desa Labuahan Ratu VI
Lampung Timur mengatakan bahwasanya, akhlakul karimah saat ini
diabaikan oleh remaja, remaja susah diatur oleh orang tua dan berani
melawan perkataan orang tua, jarang mengikuti perkumpulan keagamaan,
tidak melakukan ibadah sholat lima waktu, tidak bisa membatasi pergaulan,
belum bisa istiqomah dalam berhijab, mudah terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat negatif, serta ukhuwah Islamiyah yang sangat rendah. Setelah
mengetahui fenomena yang terjadi maka dakwah tersebut dapat dikatakan
belum berhasil. Para remajanya hanya menerima pesan dan ilmu dari seorang
da’i, namun belum mampu menerapkan di kehidupan sehari-hari.4
Berdasarkan survei yang peneliti lakukan dapat dijelaskan bahwa
persoalan metode dakwah perlu mendapat perhatian, dikaji, dan diteliti.
Karena metode dakwah merupakan suatu unsur penting atas tercapainya
keberhasilan dakwah khususnya dalam organisasi majelis taklim Al-hidayah
di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur.
4Wawancara: Pada Tanggal 10 Februari 2018 Dengan Ibu Wahyumi Seorang Tokoh
Dakwah Mengenai Permasalahan Remaja Di Desa Labuahan Ratu VI Lampung Timur.
-
Dari permasalahan yang ada di dalam majelis taklim Al-Hidayah
tersebut penulis tertarik mengangangkat tema “Metode Dakwah Majelis
Ta’lim Al-Hidayah dalam menanamkan Akhlakul Karimah pada kalangan
remaja di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur”. Karena penulis
menganggap permasalahan ini layak untuk diteliti.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka
pertanyaan penelitian meliputi:
1. Metode Dakwah Apa Yang Digunakan Majelis Taklim Al-Hidayah
Dalam Menanamkan Akhlakul Karimah Pada Remaja Di Labuhan Ratu
VI ?
2. Bagaimana Dampak Dari Metode Dakwah Di Majelis Taklim Al-
Hidayah Dalam Menanamkan Akhlakul Karimah Pada Remaja Di
Labuhan Ratu VI?
3. Apa Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Menanamkan Akhlakul
Karimah Pada Remaja Di Labuhan Ratu VI ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini
yaitu:
a. Untuk mengetahui metode dakwah di majelis taklim al-hidayah
dalam menanamkan akhlakul karimah remaja Desa Labuhan Ratu
VI.
-
b. Untuk mengetahui dampak dari metode dakwah di majelis taklim
al-hidayah dalam menanamkan akhlakul karimah pada remaja
Labuhan Ratu VI.
c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam
menanamkan akhlakul karimah pada remaja didesa labuhan ratu VI.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,
yaitu:
a. Manfaat Teoritis
1) Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah (keilmuan) karya ilmiah di bidang dakwah dalam
rangka peningkatan akhlakul karimah.
2) Bagi peneliti sebagai pengalaman dan pendorong bekal untuk
mengadakan penilitian lebih lanjut.
b. Manfaat praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan,
serta dapat memberikan kontribuksi pemikiran, bagi
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai praktek metode
ilmu dakwah yang digunakan majelis taklim dalam
meningkatkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di Desa
Labuhan Ratu VI.
-
2) Hasil penelitian dapat meningkatkan metode dakwah
pembinaan akhlakul karimah pada remaja di Desa Labuhan Ratu
VI.
D. Penelitian Relevan
Peneliti menyajikan perbedaan dan persamaan bidang kajian yang
diteliti antara peneliti dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal ini perlu
peneliti kemukakan untuk menghindari adanya pengulangan kajian
terhadap hal-hal sama. Dengan demikian akan diketahui sisi-sisi apa yang
membedakan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian sebelumnya.
Penelitian Skripsi yang ditulis oleh saudara Muhammad Saiful
Hasyim (2014) Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang
berjudul “Majelis Ta’lim Mar’atun Amaliyah Dalam Meningkatkan Uhkuwah
Islamiyah Remaja Di Desa Way Hui Dusun V Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan”.5
Terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan Erni
Wulandari. persamaanya sama-sama mengkaji majelis taklim untuk remaja,
yang membedakan adalah tujuan penelitiannya. penelitian Muhammad Saiful
Hasyim memfokuskan pada usaha-usaha yang dilakukan pengajian majelis
taklim dalam meningkatkan Uhkuwah Islamiyah para remaja di Desa Way
Hui. menurutnya usaha-usaha dalam meningkatkan Uhkuwah Islamiyah
5 Erni Nur Inayah, Majelis Ta’lim Wal Mujahadah Sebagai Sarana Meningkatkan
Religiusitas Remaja , Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2014
-
remaja yaitu dengan pengajian yang dilakukan secara rutin selain itu
dilakukan juga rihlah (liburan religi) dan agenda tukar kado antar remaja di
majelis ta’lim Mar’atun Amaliyah, yang di laksanakan tiga bulan sekali.
sedangakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode dakwah
majelis taklim untuk menanamkan akhlakul karimah pada remaja di Desa
Labuhan Ratu VI Lampung Timur.
Penelitian Sigit Wicaksono fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN
Sunan Kalijaga yang berjudul “Majelis Ta’lim Minhajul Karomah Dan
Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Desa Wedomartani Ngemplak Sleman”.6
Terdapat persamaaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan Sigit
Wicaksono.Persamaannya sama-sama mengkaji Majelis taklim, yang
membedakan adalah tujuan dan objek penelitiannya. Penelitian Sigit
Wicaksono ditujukan untuk mengetahui usaha-usaha dan pengaruh yang
dilakukan kelompok pengajian minhajul karomah dalam meningkatan
pengetahuan keagamaan dan ibadah masyarakat di Desa Wedomartini.
Sedangkan penelitian ini ditujukkan untuk mengetahui metode yang di
gunakan di majelis taklim, dan perubahan akhlak remaja setelah mengikuti
majelis taklim. Objek penelitian sigit wicaksono masyarakat di Desa
Wedomartini sedangkan objek penelitian ini remaja di Desa Labuhan Ratu VI
Lampung Timur.
Penelitian Trias Rahmad fakultas dakwah UIN Sunan Kalijaga yang
berjudul “Strategi Dakwah Majelis Taklim Ittiba’us Sunnah Dalam
6 Sigit Wicaksono, Majelis Ta’lim Minhajul Karomah Dan Pengaruhnya , Skripsi,
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2009
-
Mengkomunikasikan Ajaran Agama Islam Kepada Masyarakat Kabupaten
Klaten.7
Pembeda dan persamaan antara penilitian ini dengan penelitian Trias
Rahmad terlihat dari objek dan masalah yang diangkat. Berdasarkan objeknya
penelitian Trias Rahmad dengan penelitian ini memiliki objek yang serupa
yakni sama-sama meneliti di sebuah daerah namun tempatnya berbeda.
Penelitian Trias Rahmad berada di Kabupaten Klaten. sedangkan penelitian
ini berada di Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur. Meskipun
sama-sama mengkaji majelis taklim namun berbeda dalam masalah yang akan
dibahas, selain itu tujuan dalam penelitian ini dengan penelitian Trias
Rahmad sangat jelas terlihat perbedaannya penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui metode yang digunakan dalam majelis taklim untuk menanamkan
akhlak remaja, sedangkan penelitian Trias Rahmad bertujuan untuk
mengetahui strategi yang akan dilakukan oleh majelis taklim untuk menarik
perhatian masyarakat agar dapat menerima ajaran keagamaan.
Pada penelitian ini peneliti mengkaji beberapa penelitian. Penelitian
tersebut digunakan sebagai bahan kajian pendukung dalam penelitian ini.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan masalah yang penulis angkat
dalam penelitian antara lain, memiliki subjek yang sama yaitu majelis taklim,
namun penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian
yang sebelumnya, karena penulis berfokus pada metode dakwah yang
7Trias Rahmad, Strategi Dakwah Majelis Taklim Ittiba’us Sunnah Dalam
Mengkomunikasikan Ajaran Islam Kepada Masyarakat Kabupaten Klaten, Skripsi, Fakultas
Dakwah Uin Sunan Kalijaga, 2012.
-
diberdayakan majelis ta’lim, sebagai sarana memperbaiki akhlakul karimah
remaja di Desa Labuhan Ratu VI kabupaten Lampug Timur.
-
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa) dakwah
berasal dari bahasa Arab, da’a yad’u- da’watan, artinya mengajak,
menyeru, memanggil.1 Sedangkan menurut terminologi dakwah adalah
merupakan suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan
menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada
Allah SWT, dengan menjalankan syari’atnya sehingga mereka dapat
hidup bahagia di dunia dan akhirat.2
Dakwah juga mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi
orang lain baik secara individual maupun secara kelompok supaya timbul
dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta
pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan
kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.3
Pengertian integralistik dakwah merupakan proses yang
berkesinambungan yang ditangani oleh pengembang dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kepada ajaran Allah
1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1. 2 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas. 2001), h. 20. 3 Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) h. 6.
-
SWT, dengan cara bertahap menuju kepribadian yang Islami.
Sedangakan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali definisi
tentang dakwah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai dakwah4
antara lain:
Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat.
Dakwah Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini
dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah yang terlebih dahulu
telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.
Memotifasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti
petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran agar
mereka memproleh kebahagian dunia maupun akhirat.
Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan
kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang
melipiti al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar dengan berbagai
macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing
pengalamanaya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan
bernegara.5
Dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar
orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah
4 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah., h. 2. 5 Ibid., h. 3.
-
diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada
Allah seakan-akan melihatnya.6
Berdasarkan pendapat ahli, dapat dijelasakan bahwasanya
dakwah merupakan aktifitas yang di lakukan dengan menggunakan
metode-metode yang tepat untuk mengubah akhlakul karimah pada
manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak
baik kepada situasi yang lebih baik.
Sebagaimana setiap muslim secara otomatis sebagai
pengembang misi dakwah sebagaimana sabda Rasulullah Swt yang
berbunyi:
بَ لُِّغوا َعِّنِّ َوَلوآَية Artinya: Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat. (HR. Al
Bukhari).7
dakwah merupakan proses penyampaian ajaran agama Islam
kepada umat manusia di muka bumi yang dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan dan nasihat-nasihat yang baik menuju jalan yang benar
sesuai dengan perintah Allah SWT, untuk keselamatan dan kebahagian
mereka di dunia maupun di akhirat.
6 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah., h. 5. 7 Ibid., h. 16.
-
Adapun ayat dan hadits tentang dakwah sebagi berikut:
a) Ayat dakwah
Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.8
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang mengetahui sungguh-
sunguh siapakah yang benar terpimpin atau yang tetrsesat itu hanya
Allah sendiri. Manusia terpengaruh oleh bayangan yang tidak
diketahui hakekatnya. Manusia menyangka bayangan yang terlihat
olehnya disangkanya itulah hakekat yang sebenarnya padahal
bayangan itu fatamorgana yang tidak ada hakekatnya bahkan nyata
tipuan semata-mata. Dan ayat dakwah yang selanjutnya Allah
berfirman:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.9
8 QS. Al- An’am (6): 117. 9 QS. Ar-Ra’d (13) : 11.
-
Ayat di atas, menunjuk pada suatu makna, bahwa Allah tidak
akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
terlebih dahulu berupaya merubah nasibnya. Makna tersebut berarti,
Allah SWT akan memberikan jalan kepada perubahan apabila ada
ikhtiar atau usaha merubah nasib mereka kepada yang lebih baik,
mempertinggi mutu diri dan mutu amal, melepaskan diri dari
perbudakan selain Allah. ayat dakwah yang selanjutnya Allah
berfirman:
Artinya: Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, Dan
mudahkanlah untukku urusanku, Dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.10
Ayat ini adalah doa Nabi Musa As, ketika menyampaikan
dakwah, dan doa ini adalah doa yang amat bermanfaat. Doa ini berisi
hal meminta kemudahan pada Allah dan agar dimudahkan untuk
memahamkan orang lain ketika ingin berdakwah. Kemudian agar
hati ini selalu lapang dan tidak sempit sehingga mudah
menyampaikan dakwah pada orang lain dan mudah memahamkan
orang lain. Lalu doa ini juga mengandung makna agar segala
kekakuan lisan kita ini bisa dilepaskan dengan pertolongan Allah
10 QS. Tha-ha (20) : 25-28.
-
Swt, sehingga tidak mengatakan hal yang menyakitkan atau
menyindir mad’u.
b) hadits tentang dakwah
ٍرو َأنَّ النَِّبَّ َصلَّى ا للَُّه َعَلي ِه َوَسلََّم قَالَ َعن َعب ِد اللَِّه ب ِن َعم بَ لُِّغوا َعِّنِّ َوَلو آيَة
Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat”. (HR.Bukhari).11
ِِ فَِبلِ من رََأى ِمن ُكم ُمن َكًرا فَ ل يُ َغي ِّر ُه بَِيِدِه فَ ََ ْ ََ َي اِِِه ِإن َْعَ ِِ فَِبَقل ِبِه َوَذِلَك َأض ََ ْ ََ َي َمَانِ فِإن ُف اْ ِ
Artinya: “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya
ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak
mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan
lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah
selemah-lemah iman”.12
Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih
mengenai kewajiban dakwah atas setiap Mukmin dan Muslim.
Bahkan, Allah SWT, mengancam siapa saja yang meninggalkan
dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap kemaksiatan dengan “tidak
terkabulnya doa”. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi
ada orang yang mencegah kemungkaran, niscaya Allah akan
mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik ia
ikut berbuat maksiat maupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan
11 HR. Bukhari 3/N0 3274. 12 Imam Nawawi, Arba’in,(Bandung: Husaini, 1992) h. 34.
-
dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan
sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di
dalam nash-nash yang berbicara tentang dakwah datang dalam
bentuk pasti. Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan dakwah
bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang
meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah
adalah wajib.
2. Pengertian Metode Dakwah
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang merupakan
gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau
sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah atau cara. Metode dalam
bahasa arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti
tata cara, sementara itu dalam kamus Bahasa Indonesia metode artinya
cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud (dalam ilmu
pengetahuan) untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi Metode dapat
diartikan sebagai suatu cara atau jalan menyampaikan dakwah, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah
tersebut mudah di terima.13
Metode dakwah hendaklah menggunakan metode yang tepat dan
sesuai dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan-pesan
dakwah sudah selayaknya penerapan metode dakwah mendapat perhatian
yang serius dari penyampai dakwah. Berbagai pendekatan dakwah baik
13 Aziz, Moh Ali, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2009) h. 5.
-
dakwah bil al- lisan, dakwah bi al-qalam (dakwah melalui tulisan, media
cetak), maupun dahwah bi al-hal (dakwah dengan amal nyata,
keteladanan) perlu dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan objek
yang akan di dakwahi.14 Karna apabilla metode dan cara yang
dipergunakan dalam menyampaikan materi dakwah tidak sesuai dan
tidak pas, akan mengakibatkan hal yang tidak di harapakan.
Literatur ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah,
selalu merujuk firman Allah SWT. Dalam al-qur’an surah Al-Nahl ayat
125:
Artinya: (serulah manusia ke jalan tuhanmu, dengan cara hikmah,
pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara
yang baik pula. Sesungguhnya tuhanmu, dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).15
Ayat ini menjelaskan, sekurang-kurangnya ada tiga cara atau
metode dakwah dalam al-quran, yakni metode hikmah, metode
mau’izhah dan metode mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan
sesuai dengan objek yang dihadapi oleh seorang da’i atau da’iyah
dimedan dakwahnya. Ketiga metode dakwah tersebut iyalah:
14 Samsul Munir, Amin Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) h.13. 15 QS. Al- Nahl (74) : 1-7.
-
1) Metode Al-Hikmah
Kata hikmah sering kali di terjemahkan dalam pengertian
bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak
objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas
kemauanya sendiri, tidak merasa ada paksaan konflik, maupun rasa
tertekan.16 Sebagaimana ketentuan Al-Quran sebagai berikut:
Artinya: Bahwasanya engkau itu adalah yang memberi
peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.17
Menurut Sa’id Bin Ali Bin Wakif Al-Qahthani, bahwa Al-
hikmah mempunyai arti sebagai berikut:
a. Secara Etimologi (Bahasa)
1. Adil, ilmu, sabar, kenabian, dan al-quran
2. Memperbaiaki (membuat menajadi baik atau pas) dan
terhindar dari kerusakan
3. Objek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
4. Pengetahuan atau makrifat
16 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 98. 17 QS. Al-Ghasyiyah (88) : 21-22.
-
b. Secara Terminologi (Istilah)
Para ulama berbeda penafsiran mengenali kata al-hikamah,
baik yang ada dalam al-qur’an maupun sunnah, antara lain:
1. Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan
2. Mengetahui yang benar dan mengamalakan (ilmu dan amal)
3. Wara’ dalm din (agama) Allah
4. Meletakakan sesuatu pada tempatnya
5. Menjawab dengan tegas dan tepat dan seterusnya.18
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-
hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dan ketepatan da’i
dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan
kondisi objektif mad’u. Disamping itu juga Al-Hikmah merupakan
kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta
realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang
menyatukan antara kemampuan, teoritis dan praktis dalam
berdakwah.
2) Metode Mau’izhah Hasanah
Mau’idzah hasanah yaitu nasehat yang baik, berupa petunjuk
kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati
agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenaan di hati, enak
didengar menyentuh perasaan, lurus dipikiran menghindari sikap
18 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 99.
-
kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audien
(mad’u) sehingga pihak objek dakwah terdorong untuk berbuat baik
dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan
oleh pihak subjek dakwah (da’i). bukan propaganda yang
memaksakan kehendak kepada orang lain.19
Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan
yang mengandung unsur nasehat atau petuah, bimbingan, pengajaran
(pendidikan), kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan (al- Basyir
dan al-Nadzir), pesan-pesan positif (wasiyat), yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar mendapat keselamatan dunia dan
akhirat.20
Jadi kesimpulan dari mau’idzah hasanah, akan mengandung
arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak
membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab
kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan
hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah
melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.
3) Metode Mujadalah atau Diskusi
Mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang dari cara-
cara berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara terakhir yang
digunakan untuk berdakwah, manakala kedua cara terakhir yang
19 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah., h. 100. 20 M.Munir, Metode Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2003) h.3.
-
digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju,
dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki bekal
keagamaan dari utusan sebelumnya. oleh karna itu, AI-Quran juga
telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang
berdebat dengan mereka kecuali dengan cara terbaik, Allah
berfirman :
Artinya: dan jangan kamu berdebat dengan ahli kitab (yahudi
dan nasrani) melaikan dengan cara yang lebih baik. Kecuali dengan
orang-orang zhalim diantara mereka.21
Dari ayat tersebut, kaum muslimin (terutama juru dakwah)
dianjurkan agar berdebat dengan ahli kitab cara yang baik, sopan
santun dan lemah lembut kecuali jika mereka telah memperlihatkan
keangkuhan dan kezaliman yang keluar dari batas kewajaran.
Metode ini muncul dalam bentuk:
a. As’ilah wa ajwibah (tanya jawab) dan
b. Al- hiwar (diskusi).
21 Qs.Al- Al-‘Ankabut ( 29): 46.
-
3. Macam-Macam Metode Dakwah.
Metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang
lazim dilakukan dalam pelaksanaan dakwah. Metode- metode tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan
maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian,
dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan
menggunakan lisan.22
Metode ceramah juga merupakan suatu teknik dakwah yang
banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik bicara oleh seseorang
da’i pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus diimbangi
dengan kepanduan khusus tentang retorika, diskusi, dan faktor-
faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan
ceramahnya.
Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bi al-lisan,
dapat berkembang menjadi metode-metode yang lain, seperti
metode diskusi dan tanya jawab.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan
menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana
ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai
materi dakwah, di samping itu, juga untuk merangsang perhatian
penerima dakwah.23
22 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah 2013) h.101 23 Ibid., h. 102
-
Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah
harus digunakan bersama-sama dengan metode lainya, seperti
metode ceramah. Metode tanya jawab ini sifatnya membantu
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.
Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang
efektif apabilla ditempatkan dalam usaha dakwah, karena objek
dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum
dikuasi oleh mad’u sehingga akan terjadi hubungan timbal balik
antara subjek dakwah dengan objek dakwah.
a. Metode diskusi
Diskusi yang dimaksud sebagai pertukaran pikiran
(gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara
lisan untuk membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan
secara teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran.24
Melalui metode diskusi, da’i dapat mengembangkan
kualitas mental dan pengetahuan agama para peserta dan dapat
memperluas pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan.
b. Mutaba’ah Yaumiyah
Adalah metode dakwah dengan menggunakan kegiatan
evaluasi amal sehari – hari baik wajib maupun sunnah. Istilah
24 A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas 1978) h.31.
-
umum mutaba’ah yaumi kurang lebih menjadi muhasabah atau
renungan untuk memperhatikan kualitas iman kita.25
Melakukan mutaba’ah yaumiyah merupakan salah satu cara
untuk mengecek kualitas iman. Rasulullah Saw bersabda bahwa
“Iman itu naik dan turun, maka sentiasa perbaharui iman kamu”.
Beberapa amalan harian itu antara lain sholat berjamaah di masjid,
tilawah, qiyamullail, ma’tsurat, shaum senin-kamis, shaum
ayyamul bidh (tengah bulan), tadabbur Allam, hafalan Al-Qur’an,
membantu kedua orang tua dan beberapa poin lainnya.
c. Dakwah Bil Al-Qalam
Dakwah bil al-qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang
dilakukan dengan keahlian menulis disurat kabar, majalah, buku,
maupun di internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi
al-qalam ini lebih luas dari media lisan, demikian pula metode yang
digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk
kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek dakwah
dapat menikmati sajian dakwah bi al-qalam ini.
d. Dakwah Bil Al-Hal
Dakwah bil al-Hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata
yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya
25 Fathi Yakan, Isti’ab Meningkatkan Kapasitas Rekrutmen Dakwah, (Surabaya : Robbani
Press, 2015) h.69.
-
nyata yang dari karya nyata tersebut hasinya dapat dirasakan secara
konkrit oleh masyarakat sebagai objek dakwah.26
Metode ini dapat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan
dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan
segala aspek kehidupan manusia.
e. Metode silaturahmi (home visit)
Dakwah dengan menggunakan metode home visit atau
silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan
kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka
menyampaikan isi dakwah kepada mad’u.27
Dakwah dengan metode ini dapat dilakukan melalui
silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah, dan lain-lain.
B. Majelis Ta’lim
6. Pengertian Majelis Ta’lim
Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya majelis taklim terdiri
dari dua akar kata bahasa Arab yaitu majelis yang berarti tempat duduk,
tempat sidang atau dewan, sedangkan taklim berarti pengajaran.28 Jika
kita gabungkan dua kata itu dan mengartikanaya secara istilah, maka
dapatlah kita simpulkan bahwasanya majelis taklim memiliki arti tempat
berkumpulnya seseorang untuk menuntut ilmu (khusunya ilmu agama)
bersifat non formal.
26 Samsul Munir, Ilmu Dakwah., h. 11 27 Ibid., h.104 28 Tuti Alawiah as. Stategi Dakwah Dilingkungan Majelis Ta’lim.(Bandung: MIZAN,
2003) h. 78
-
Di samping itu menurut pengamatan majalah Media Pembinaan,
majelis taklim disebut pula sebagai kegiatan “pengajian rutin” atau
“rutinan”. Kelompok remaja malah menyebutnya dengan istilah
“halaqoh”, didasarkan pada pelaksanaan kegiatannya yang dilakukan
secara berkelompok.29
beberapa istilah diatas jika disatukan akan muncul gambaran
sebuah suasana dimana para umat muslimin berkumpul disuatu tempat
untuk melakukan kegiatan keagamaaan. Kegiatan keagamaan yang
dimaksud tidak hanya berupa pengajian namun juga kegiatan untuk
menggali potensi dan wawasan para jama’ahnya.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan dari majelis ta’lim
yaitu:
1) Majelis ta’lim merupakan tempat pengajaran atau lembaga
pendidikan agama islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh
waktu. Majelis taklim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan
atau strata social, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraanya pun
tidak terikat, bisa pagi, siang, sore,atau malam. Tempat pengajaranya
pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla, gedung, aula,
halaman dan sebagainya. Selain itu majelis ta’lim memiliki dua
fungsi segaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga
pendidikan non formal. Fleksibelitas majelis ta’lim inilah yang
menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan
29 Ibid.
-
lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat
(masyarakat). Majelis taklim juga merupakan wahana interaksi.
2) Majelis ta’lim Merupakan komunikasi yang paling kuat antara
masyarakat awam dengan para mualim, dan diantara sesama anggota
jamaah majelis taklim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.
7. Tujuan Majelis Ta’lim
Tujuan majelis ta’lim dalam rumusanya macam-macam. Tuti
Alawiah As merumuskan tujuan ta’lim sebagai berikut:
1) sebagai tampat belajar, maka tujuan majelis ta’lim adalah untuk
menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong
pengalaman ajaran agama.
2) sebagai kontak kontak sosial, maka tujuanya adalah untuk
silatuhrahmi.
3) Sebagai pengenalan Islam.
“Tak kenal maka tak sayang”, mungkin pribahasa ini dapat
dinisbatkan kepada remaja tentang Islam, bukan hanya remaja.
Siapaun tidak akan merasa bangga dengan agamanya jika dia tidak
mengetahui apa hakekat dan agama tersebut.
Jadi mereka harus mengenal Islam lebih sempurna lagi,
walaupun kesempurnaan itu sulit dicapai, tapi itulah upaya majelis
taklim yang didalamnya memberikan pengenalan tentang Islam
melalui materi-materi yang disampaikan, sebagai contoh adalah
materi mempelajari Al-Quran, mempelajari ilmu fiqih, disini para
-
remaja juga di perbolehkan untuk menayakan seputar ajaran dan
hukum Islam seperti muamaah,sholat, puasa, zakat, haji.
4) Sebagai pembinaan akhlak.
Pembinaan akhlak terhadap remaja yang menyangkut
penanaman nilai-nilai akhlak secara langsung adalah berupa
pengajian, yaitu memberikan ceramah-ceramah yang berhubungan
degan tauhid, fiqih ibadah, dan lain-lain.30
Secara sederhana tujuan dari majelis ta’lim dari apa yang
diungkapkan di atas adalah, tempat berkumpulnya manusia yang
didalamnya membahas pengetahuan keagamaan, menjalin tali
silahturahmi dengan sesama manusia, serta untuk membina insan muslim
yang beriman, berilmu, berakhlak dan bertakwa kepada Allah SWT.
8. Pengertian Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah berasal dari bahasa Arab yang berati akhlak
yang mulia, pengertian akhlak kerapkali disamakan dengan perbuatan
atau nilai-nilai luhur etika Islam. Nilai–nilai luhur tersebut memiliki
sifat terpuji (mahmudah). Sehingga akhlakul karimah disebut pula
akhlakul mahmudah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah Saw.31 Nilai-nilai luhur yang bersifat terpuji tadi ialah :
a. Bebuat baik kepada orang tua (birrul waalidaini).
Dalam hubungan hidup keluarga dam masyarakat wajib
dipahami bahwa kedua orang tua yaitu ayah dan ibu menduduki
30 Tuti Alawiah as, Stategi Dakwah Dilingkungan Majelis Ta’lim., h. 80. 31 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta, Pt Rineka Cipta, 2001) h. 391.
-
posisi yang paling utama. walaupun demikian kewajiban ibadah
kepada Allah dan taat kepada Rasul tetap berada di atas hubungan
horisontal. Berarti bahwa, dalam tertib kewajiban berbakti,
mengabdi, dan menghormati kedua orang tua (ayah dan ibu)
menjadi giliran berikutnya setelah beribadah kepada Allah dan taat
kepada Rasulnya.32
Motivasi atau dorongan dan kehendak berbuat baik kepada
orang tua (birrul waalidaini) telah menjadi salah satu akhlaq yang
tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya ayah dan
ibulah yang paling besar dan terbanyak berjasa kepada setiap anak-
anaknya. ayah adalah penanggung jawab dan pelindung anak dalam
segala hal, baik segi ekonomi, keamanan, kesehatan, pendidikan:
pada prinsipnya ayah menjadi sumber kehidupan dan yang telah
menghidupkan masa depan anak. Sedangkan ibu tidak kalah besar
pengorbanannya, ibulah yang hamil dengan susah payah,
kemudiyan melahirkan dengan penderitaan yang tiada tara, lalu
membesarkannya sebagai anggota kelurga.
Hal ini dapat dilihat dalam surat Al-Luqman ayat 14, yaitu:
Artinya: dan kamu perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah
32 Ibid.,h. 391
-
mengadungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada dua
orangtua ibu bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu
(QS.Luqman (31): 14).33
Dapat di pahami bahwa di dalam memelihara hubungan
horisontal kemanusiaan atau kemasyarakatan, ayah dan ibu
sepatutnya mendapat prioritas pertama dan dalam posisi paling
utama. Dalam pemahaman dan kesadaran etika/akhlakul karimah,
sangat keliru apabila seorang anak hanya memelihara hubungan
baik dengan orang lain, sedang hubungan etis keslaman dengan
ayah dan ibunya diabaikan, apabilla mendurhakai keduanya. Secara
imperatif kategoris, dengan rasa ikhlas yang sungguh-sungguh
birrul waalidaini patut dilaksanakan oleh seorang anak kepada
ayah dan ibunya.
Perwujudan dari sifat mahmudah berbuatlah baik kepada
ayah dan ibu meliputi segala aspek kegiatan manusia, baik
perbuatan maupun ucapan. Dapat dinilai sebagai berbuat baik
kepada orang tua, jika anak mendoakan kepada Allah agar
keduanya mendapat rahmatnya, bertingkah laku sopan, lemah
lembut dan hormat dihadapan ayah dan ibu. Berbuat baik dalam
ucapan berarti anak merendahkan suara, bertutur kata sopan,
terhadap keduanya. Prinsip-prinsip tersebut telah dibentangkan di
dalam kitab suci. Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia dan supaya kamu berbuat baik ke ibu
33 QS.Luqman (31): 14)
-
bapak jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya ada
dekat denganmu (dalam memeliharamu) sampai berumur lanjut,
sekali-kali janganlah kamu berkata kepada keduanya “ah” , jangan
pula kamu bentak keduanya, dan ucapkan kepada keduanya dengan
penuh kasih sayang, dan katakanlah, wahai tuhanku, kasihinalah
kiranya keduanya, sebagaimana keduanya telah mengasihi aku
ketika aku masih kecil.34 dapat dilihat dalam surat Al-Isra’ ayat 23-
24, yaitu:
Artinya: dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau dua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
jangannlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra’ (17) :23).35
Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh penuh kesayangan dan ucapkanlah ” wahai tuhanku,
34 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam.,h. 394. 35 QS. Al-Isra’ (17) :23.
-
kasihi lah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil”. 36
Ditinjau dari segi kewajiban, nilai-nilai ahklakul karimah
yaitu ingin memperkokoh kehidupan dalam keluarga. Tata cara
berbakti kepada ayah dan ibu yang diturunkan Al-Quran memiliki
arti yang paling asasi bagi kehidupan rumah tangga. Dapat
diperhatikan, kedua orang tua akan merasa senang, bahagia, dan
damai jika anak-anaknya mau berbakti dalam perbuatan maupun
ucapan. Tata cara komunikasi Islamiyah di dalam mewujudkan
keluarga harmonis, rumah tangga sakianah yang penuh rahmah.
b. Berlaku benar, atau (ash-shidqu)
Termasuk sifat baik yang dinilai terpuji menurut etika Islam
dengan tujuan untuk menyisihkan setiap manusia dari perbuatan
jahat terhadap orang lain, menurut etika Islam sifat tersebut adalah
ash-shidqu dalam makna lughawi ash-shidqu adalah, benar dan
jujur. Dalam pengertian etika Islam sifat ash-shidqu adalah sikap
mental yang mampu memberi mendorong kuat untuk beramal
sesuai dengan keutamaan yang sesungguhnya baik dalam ucapan
maupun perbuatan.37 Dalam kaitanya ini Allah berfirman di dalam
surat Ath-Taubah ayat 119, yaitu:
36 Qs. Al-Isyra (17) :24. 37 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama Islam.,h. 397.
-
Artinya: hai orang –orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.38
Dalam kaitan dengan akhlaq, memiliki sifat terpuji ash-
shidqu merupakan suatu kewajiban juga dalam tata hubungan
antara makhluk dengan sesamanya merupakan kebaikan individual
dan kemasyarakatan. Kebenaran atau kejujuran adalah sendi
terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan
hancurlah masyarakat, sebab hanya dengan kebenaran maka dapat
tercipta adanya saling pengertian satu sama lain atau masyarakat
dan tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi saling
tolong-menolong.
Sifat shidiq tidak hanya memberi janji- janji kebaikan
individual dan kemasyarakatn duniawi akan di bidang ukhrawipun
akan dapat menjumpai kaebaikan hakiki. Nabi Saw bersabda:
sesungguhnya kebenaran itu membawa kebaikan, dan kebaikan itu
membawa ke syurga. Seseorang yang membiasakan diri berkata
benar hingga tercatat di sisi Allah sebagai shidiq (orang yang
benar). Muttafaqun alaihi. Riwayat Bukhori.39
sifat ash-shidqu tersebut di wujudkan dalam kehidupan
sehari-hari maka kebenaran atau kejujuran yang telah mempribadi
dapat tercemin di dalam perbuatan dan perkataan setiap pemilik
sifat. Jika seseorang bersifat shidiq maka dirinya akan bertingkah
38 Qs. Ath-Taubah (9): 119. 39 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama., h.399.
-
laku yang tidak merusak atau merugikan orang lain apalagi
merugikan dirinya baik bersifat materil maupun non materil. Jika
masyarakat atau bangsa yang bersifat shidiq, maka mereka akan
hidup tenang tentram, damai penuh barokahanya dan terhindar dari
cela, dosa taupun kecurigaan.
c. Perasaan malu (al- haya)
Bagi seorang mukmin, rasa malu kepada Allah merupakan
basis nilai keutamaan dan menjadi dasar akhlaq yang mulia
(akhlalkul karimah). Sebab malu kepada Allah akan menjadi dasar
timbulnnya perasaan malu kepada Allah, kepada orang lain dan diri
sendiri, seorang mukmin yang malu kepada Allah tidak akan
mendurhakainya dengan melanggar larangan atau melalaikan
perintahnya. Menurut tuntunan Islam, malu (al-haya) termasuk
salah satu cabang iman.
Ahklakul karimah dan tuntutan tauhid antara al-hiya dan
aqidah keimanana merupakan dua sisi yang paling melengkapi,
keduanya membentuk sikap mental dan kepribadian yang utuh.
Malu dan iman itu dua hal yang digandengkan yang tidak dapat
dipisahkan. billa salah satu diambil , yang lain ikut termbil pula.
Jadi yang wajib dipahami adalah:
1) Seorang mukmin akan utuh nilainya kepada Allah selama masih ada perasaan malu di dalam jiwa untuk melakukan
perbuatan tercela menurut khitabullah dan norma-norma dasar
kemanusiaan.
-
2) Sebaliknya, lenyapnya perasaan, sikap mental atau sifat malu untuk melakukan perbuatan tercela menurut khithabullah dan
norma-norma Allah, bahkan hilang sama sekali.40
d. Memelihara kecucian diri ( al-iffah)
Termasuk salah satu sifat yang terpuji (mahmudah) baik
dari segi nilai ilahiyah maupun kemanusiaan. Sifat tersebut ialah:
al-iffah, sifat al-iffah pada hakekatnya merupakan pri keadaan jiwa
yang mampu untuk menjaga diri dari perbuatan jahat.
Memelihara kesucian diri, termasuk dalam rangkain fadillah
atau akhlakul karimah yang dituntut dalam ajaran Islam. Hendaklah
dilakukan pada setiap waktu. Dengan menjaga diri dengan secara
ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada
status kesucian
nilai iffah menjadi salah satu nilai luhur yang harus dimiliki
oleh setiap pribadi muslim. Salah satu perwujudan dari nilai al-
iffah iyalah menjaga pergaulan antara laki dan perempuan.
Di sebutkan dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 33
40 Ibid.,h.400.
-
Artinya: Dan orang- orang yang tidak mampu menikah
hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunianya.Dan jika
hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian
(kebebasan), hendklah kamu buat perjajian dengan mereka,
jika kamu mengetahui ada kebaikan kepada mereka, dan
berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang di
karuniakannya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba
sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang
mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak
mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa
memaksa mereka, maka sungguh, Allah maha pengampun,
maha penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.41
memelihara kesucian diri dari perbuatan zina merupakan
pertanggung jawaban setiap manusia. Dalam hubungna dengan
Allah, pelanggaran terhadap norma-norma agama Islam.
Sedangkan menurut pandangan kemanusiaan perbuatan yang
melanggar norma-norma sosial dan susila.
Menurut pengertian umum, perbuatan zina adalah hubungan
seksual yang tidak syah. Islam melarang segala bentuk hubungan
seksual diluar perkawinan, dan menentapkan hukuman yang berat
terhadap pelanggaran hukum42.
9. Pengertian Remaja.
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa43. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencangkup kemantangan
41 Qs. An-nur (24): 33. 42 Sudarsono, Dasar-Dasar Agama., h. 402. 43 Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. (Bandung : Cv Pustaka
Setia, 2004). h. 65.
-
mental, emosional sosial dan fisik. Definisi remaja menurut para
ahli
a. Masa remaja merupakan masa kanak-kanak dan masa dewasa,
yang mulai pada saat terjadinya kematangn seksual yaitu antara
usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang
masa dewasa muda.44
b. fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang
sangat penting, yaitu diawali dengan matangnya organ-organ
fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.45
c. menjelaskan bahwa masa remaja merupakan salah satu priode
dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa
perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, yang meliputi perubahan biologik, perubahan,
psikologik, dan perubahan sosial.46
remaja adalah masa perubahan dari anak ke dewasa. Dan
dalam menghadapi remaja memang bukan hal yang mudah. Dalam
memahami jiwa remaja serta mencari solusi yang baik dan tepat bagi
permasalahan yang ada, maka penting bagi kita baik orang tua
maupun para remaja itu sendiri memahami dan mengerti jiwa
remajatersebut serta perkembanfan psikologinya, yaitu dari konsep
44 Ibid., h. 48. 45 Syamsu Yusuf, Psikologi Anak Dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004). h. 5. 46 Rosleny Marliani, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja., h. 48.
-
diri, emosi,motif seksual, dan moral, serta religi pada diri mereka
(remaja).
Masalah remaja sekarang ini memang harus dilakukan dan
perhatikan secara lebih profesional, lebih ilmiah. Dikarenakan situasi
yang mereka hadapi saat ini memang jauh lebih rumit dan sulit dari
pada situasi pada saat ataupun masa-masa yang silam. Di masa yang
lalu pendidikan orang tua yang didasarkan pada naluri saja sudah
cukup untuk membimbing remaja kemasa dewasanya. Sekarang ini,
pendidikan yang semata-mata berdasarkan naluri saja sering berakhir
dengan konflik hubungan anak dengan orang tua pun dapat
mempengaruhi perkembangan anak menjadi remaja yang
bermasalah.
10. Batasan Usia Remaja.
Remaja adalah pemuda yang berada pada masa perkembagan
yang disebut massa remaja menuju kedewasaan masa ini merupakn
taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang
sudah tidak dapat dikatakan anak kecil lagi, tapi juga belum dapat
disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya
disebut massa pancaroba yaitu massa pelaihan dari anak-anak
menuju kearah dewasa.47
47 Melli Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara,
2002) h.1.
-
Menegenai batas usia remaja menurut sarlito wirawan usia 12
tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun
bagi pria.48
Adapun tahap-tahap usia remaja yang digolongkan menjadi 4
tahap yaitu:
1) Usia 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanak (infancy). Tahap ini
didominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (
paint) dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih
sama dengan binatang.
2) Usia 5-12 tahun: masa bandel (savege stage). Tahap ini
mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam
evolusi manusia. Perasaan- perasaan yang dominan dalam
periode ini adalah ingin main-main, lari- lari, loncat-loncat dan
sebagainya, yang pada pokoknya untuk melatih ketajamna indra
dan keterampilan angota-anggota tubuh. Kemampuan akal
masih sanangat kurang sehingga dikatakan oleh Rousseau
bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu diberi pendidikan
formal seperti berhitung dan membaca.
3) Usia- 12- 15 tahun: bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan
kesadaran diri ( self consciousness). Dalam masa ini terdapat
energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh
keinginana tahu dan keinginana coba-coba dalam periode ini,
48 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikolog Remaja, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2003), h.27.
-
buku yang baik dibaca adalah buku-buku petualangan seperti
“Robinson Crousoe”. Anak dianjurkan belajar tentang alam dan
kesenian, tetapi yang paling penting adalah proses belajarnya,
bukan hasilnya. Anak akan belajar dengan sendirinya, karena
priode ini mencerminkan era perkembangan ilmu pengetahuan
dan evolusi manusia.
4) Usia 15-20 tahun. Dinamakan masa pertumbuhan kesempurnaan
remaja (edolescence proper) dan merupakan puncak
perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari
kencendrungan mementingkan diri sendiri kepada
kencendrungan memerhatikan kepentingan orang lain dan
kencendrungan memperhatikan harga diri. Gejala lain yang
timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya hormon seks49.
Dari uraian diatas menurut para pendapat pakar psikolog
remaja, maka batasan remaja mulai dari usia 15-20 tahun, karena
pada usia ini remaja terjadi perubahan dari kencendrungan
mementingkan diri sendiri kepada kencendrungan memerhatikan
kepentingan orang lain dan kencendrungan memperhatikan harga
diri.
Oleh karna itu setiap remaja memiliki priode atau masa yang
sangat penting untuk perkembangan selanjutnya. Seperti remaja akan
merasakan masa sebagai masa peralihan yang ditandai dengan gaya
49 Sarlito W. Sarwono, Psikilogi Remaja Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012).
h.27.
-
hidup yang berada dari masa sebelumnya, remaja akan melewati
masa perubahan yang semula belum mandiri remaja akan cenderung
lebih mandiri, dan remaja akan melewati masa pencarian identitas
untuk menjelaskan tentang siapa dirinya.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian dengan judul metode dakwah majelis taklim al-hidayah
dalam menanamkan akhlakul karimah pada kalangan remaja di desa labuhan
ratu 6 ini akan dilakukan menggunakan jenis penelitian lapangan (field
research), yaitu prosedur penelitian lapangan yang menghasilkan data
deskriptif, yang berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan
penelitian yang diamati. jenis penelitian yang pengumpulan datanya
dilakukan di lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga
dan organisasi kemasyarakatan serta lembaga pendidikan.1
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu
menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi berdasarkan fakta yang
bertujuan mengumpulkan informasi untuk disusun, dijelaskan, serta
dianalisis. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti.2 Sifat penelitian kualitatif bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir
dengan suatu teori.
1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h. 4. 2 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), h. 11.
-
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh, merupakan hasil pencatatan baik yang berupa fakta dan angka yang
dijadikan bahan untuk menyusun informasi.3 Sumber data penelitian ini
mencakup sumber data primer dan sekunder yakni sebagai berikut:
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang langsung dan segera
diperoleh dari sumber data untuk tujuan penelitian.4 Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah ibu Wahyumi tokoh dakwah di Desa Labuhan
Ratu VI, Ibu Agris sebagai ketua di majelis taklim al-hidayah, Ibu Siti
Muaini pembina remaja putri di majelis taklim al- hidayah , Bapak
Rhamdani pembina remaja putra di majelis taklim al-hidayah Desa
Labuhan Ratu IV, remaja putra 4 orang yang akan penulis wawancarai,
dan 5 remaja putri di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur, 3
masyarakat Desa Labuhan Ratu VI dan 1 jajaran pemerintah desa.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah bahan-bahan atau data yang menjadi
pelengkap atau penunjang dari sumber data primer.5 Data ini diperoleh
dari pihak-pihak yang tidak berkaitan langsung dengan penelitian, tetapi
berhubungan dengan objek penelitian. dokumen-dokumen resmi, buku-
3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV,
(Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h.129. 4Winario Suratman, Pengantar Penenelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,
(Bandung:Tarsito, 1985), h.163. 5Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.32.
-
buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, majalah,
koran, makalah, artikel dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
metode dakwah majelis taklim al-hidayah dalam menanamkan akhlakul
karimah pada kalangan remaja di Desa Labuahan Ratu VI.
3. Sumber data tersier.
Sumber data terrsier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer
dan sumber sekunder. Sumber tersier dalam peneitian ini adalah Kamus
bahasa Indonesia, pedoman penulisan karya ilmiah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat berfungsi sebagai
instrumen utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri
mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara dan interview
secara lebih rinci, teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan data yang sangat penting
dalam penelitian komunikasi. Wawancara adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara
lisan.Sugiyono menjelelaskan bahwa wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk menemukan
-
permasalahan yang harus diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden yang sedikit.6
Wawancara dalam penelitian ini diberikan kepada responden
yang penulis wawancari dalam hal ini akan dilakukan kepada: satu jajaran
pemerintah Desa Bapak Prayetno untuk mendapatkan data sejarah desa,
Ibu Wahyumi dan Ibu Nur Jannah tokoh dakwah di Desa Labuhan Ratu
VI Lampung Timur, Ibu Agris sebagai ketua di majelis taklim, Ibu Siti
Muaini sebagai pembina remaja putri di majelis taklim al-hidayah, Bapak
Rhamdani sebagi pembina remaja putra di majelis taklim al-hidayah
Desa Labuhan Ratu VI, remaja putri 5 orang yang akan di wawancarai
dari 24 jamaah putri, dan 3 orang dari 12 remaja putra di Desa Labuhan
Ratu VI Lampung Timur, dan juga 3 masyarakat (orang tua remaja).
untuk Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yakni
wawancara terpimpin, di mana wawancara dilakukan berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh penulis
dalam bentuk APD (Alat Pengumpul Data) supaya pertanyaan yang
diberikan lebih terkonsep dan terarah.
2. Observasi
Metode observasi ialah pengamatan dan pencatatan
secarasistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penulisan.7
Dalam hal ini observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
6Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2012), h. 137. 7 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 158.
-
dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Secara sederhana
observasi berarti bagian dalam pengumpulan data langsung dari lapangan.
Dalam observasi peneliti ditutut agar mampu merasakan dan memahai
terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti sehingga peneliti
mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
observasi dilakukan untuk mencocokan data yang diperoleh
melalui wawancara dengan kenyataan di lapangan, dalam hal ini
observasi dilakukan pada saat kegiatan majelis taklim sedang
berlangsung, dan kegiatan- kegiatan yang ada di majelis taklim al-hidayah
Desa Labuhan Ratu VI, serta remaja yang mengikuti majelis taklim al-
hidayah di Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis atau dokumen-
dokumen, baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainya.9
Data dari dokumentasi sangat bermanfaat bagi penulis sebagai
penyokong informasi dalam penelitian. Dokumen yang diperlukan dalam
penelian ini berupa Sejarah Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur,
berdirinnya majelis taklim Al-Hidayah di Desa Labuahn Ratu VI, Visi,
Misi dan Struktur Organisasi majelis taklim Al-Hidayah di Desa Labuhan
8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 187. 9Ibid.,h.145.
-
Ratu VI, Struktur Organisasi majelis taklim Al-Hidayah Desa Labuhan
Ratu VI, Catatan dan foto-foto dokumentasi selama penelitian .
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Penelitian yang kredibel memerlukan penjamin keabsahan data agar
data yang ada dipertangung jawabkan Demi menjaga keaslian dan keabsahan
data dalam penelitian ini maka, untuk menjamin hal tersebut penulis
menggunakan triangulasi yakni mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dari berbagai sumber.10 Menurut Sugiyono
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada,11 serta dapat digunakan sebagai penguji kredibilitas data.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
teknik yakni teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Teknik yang digunakan antara lain observasi
partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi.
E. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, peneliti akan menggunakan teknik analisis
kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data baik berupa data
kualitatif maupun data kuantitatif. Terhadap data kualitatif dalam hal ini
dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa
prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan
terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran
10Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D,. h. 245. 11Ibid.
-
baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.
Jadi bentuk analisis ini dilakukan merupakan penjelasan-penjelasan, bukan
berupa angka-angka statistik atau bentuk angka lainnya.12
Untuk menarik kesimpulan hasil penelitian, maka dipakai
pendekatan berfikir induktif atau analisis sintetik yang bertitik tolak dari fakta
yang bersifat khusus untuk ditarik kesimpulan yang bersifat umum, seperti
yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi bahwa: "Berangkat dari fakta yang
khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari fakta-fakta atau
peristiwa-peristiwa yang khusus konkret itu ditarik generalisasi-generalisasi
yang mempunyai sifat umum”.13
Berdasarkan judul yang peneliti angkat jelaslah bahwa peneliti
menggunakan analisis induktif tersebut bertitik tolak dari hal-hal khusus
kemudian ditarik kesimpulannya yang bersifat umum sehingga kesimpulan
tersebut berlaku secara umum.
12 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2006), h. 106. 13 Sutrisno Hadi, Metode Rised, jilid I, Yayasan Fakultas Psikologi,(Yogyakarta,UGM:
1985), h. 42.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur.
1. Sejarah berdirinya Desa Labuhan Ratu VI.
Awal mula Desa Labuhan Ratu VI iyalah merupakan satu kawasan
hutan yang belum terjamah oleh orang. Pada Tahun 1968 Kodim 0411
Lampung Tengah mempunyai tahanan Politik G.30 S/PKI malam
Golongan C yang dibina oleh Puterpra/Koramil 411-21 Way Jepara
berjumlah 200 orang Kepala Keluarga ( KK ). 200 orang tersebut pada
tanggal 15 Januari 1969 dimasukkan kehutan diwilayah Desa Labuhan
Ratu atas pemberian Kepala Negeri Labuhan Maringgai atas binaan
Kodim 0411 Lampung Tengah dan Koramil 411-21 Way Jepara. Hutan
yang dibuka oleh ke 200 orang tersebut, oleh Komandan Kodim 0411
L/T, diberi nama Pemukiman Proyek Pancasila dengan Pelaksana Tugas
Bapak Marwanto selaku Hansip Inti dibantu oleh Bapak Sumadi, Bapak
Paimin dan Bapak Sarju, segala sesuatu yang menyangkut administrsai
dikendalikan oleh Koramil dan Kodim. (1969 –1972).1
Pada Tahun (1973 – 1985) Pemukiman Proyek Pancasila
pengelolaan administrasinya dilimpahkan pada Desa Labuhan Ratu,
sehingga oleh Kepala Desa Labuhan Ratu, dari Pemukiman Proyek
Pancasila menjadi Dusun Proyek Pancasila dengan Kepala Dusunya
adalah Bapak Marwanto.
1 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.
-
Pada tanggal 09 September 1986, Dusun Proyek Pancasila
berubah status menjadi Desa Persiapan, yaitu Desa Persiapan Labuhan
Ratu VI, Pejabat sementara Kepala Desa adalah Bapak Marwanto.
Pada tyanggal 14-11-1990 Desa Persiapan Labuhan Ratu VI
berubah status menjadi Desa Definitif Labuhan Ratu VI No. SK. No-
G/403/B.III/AK/1990 dengan Pjs. Kepala Desa Bapak A. Sofyan Ali
(MPP Kec.Way Jepara ).2
Luas Desa Labuhan Ratu VI secara keseluruhan adalah 1.187,33
Ha, Dengan batas-batas sebagai berikut.
No.
Arah
Perbatasan
Desa
Desa/Kelurahan Kecamatan
1. Sebelah Utara Labuhan Ratu VIII Labuhan Ratu
2. SebelahTimur Labuhan Ratu VII Labuhan Ratu
3. Sebelah Selatan Hutan T.N. Way
Kambas
Labuhan Ratu
4. Sebelah Barat Labuhan Ratu VI Labuhan Ratu Tabel 1: 1 Tabel Perbatasan Desa Labuhan Ratu VI
Jumlah penduduk 3.652 jiwa, yang terdiri dari laki-laki : 1.837
jiwa, perempuan : 1.815 orang dan 1.010 KK, yang terbagi dalam 8
(Delapan) wilayah dusun. Kondisi ekonomi masyarakat sebagian besar di
sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh tani, petani Sayur,
tukang kayu, tukang batu, pedagang dan 56 buruh perkebunan karet
sebagian kecil di sektor formal seperti Pegawai Negeri Sipil ( PNS),
Honorer, guru, tenaga medis, TNI/Polri, Kryawan Bank. Jumlah
2 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.
-
Keagamaan Desa Labuhan Ratu VI yaitu 3.623 beragama Islam, 24
beragama kristen dan 5 beragama hindu.3
2. Sejarah Pemerintahan Desa Labuhan Ratu VI.
Secara administrasi Desa Labuhan Ratu VI membawahi 8
(Delapan) Dusun dan 37 Rukun Tetangga ( RT ). Dalam rangka
mengendalikan dan mengkoordinasikan roda Pemerintahan dan
Pembangunan, maka Pemerintahan Desa Labuhan Ratu VI telah beberapa
kali terjadi pergantian Kepala Desa yaitu:
a. Pada tahun 1986 Desa Labuhan Ratu VI di resmikan menjadi Desa Definitif, yang di pimpin oleh Pejabat Sementara Kepala Desa
Labuhan Ratu VI yang pertama bernama Bapak Marwanto dan
Sekretaris Desanya Bapak Komarudin mulai dari tahun 1986 sampai
dengan tahun 1988.
b. Pada tahun 1989 Bapak marwanto mengundurkan diri dari Pejabat Sementara Kepala Desa Labuhan Ratu VI, selanjutnya kedudukan
Pejabat Kepala Desa Labuhan Ratu VI diduduki oleh Bapak A.
Sofyan Ali dan Sekretaris Desanya Bapak Slamet Riayadi sampai
pada tahun 1990.
c. Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1993 Desa Labuhan Ratu VI
dipimpin oleh Pejabat Sementara kepala Desa Labuahn Ratu IV yaitu
Bapak Sutrisno dan Sekretaris Desa Bapak Maksum.
d. Pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1994 Desa Labuhan Ratu VI
dipimpin oleh Pejabat Sementara Kepala Desa Labuhan Ratu VI yaitu
Bapak Kaidjo dan seketaris Bapak Misdi.
e. Pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2002 Desa Labuhan Ratu VI
masih di pimpin oleh Bapak Kaidjo sebagai kepala Desa definitif. dan
seketarisnya Bapak Bejo S.
3 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005.
-
f. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 Desa Labuhan Ratu VI dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Prayetno sebagai kepala Desa
definitif hasil dari pemilihan Kepala Desa Labuhan Ratu VI dan
Sekretaris Desanya Bapak Bejo S.
g. Pada tahun 2009 sampi dengan tahun 2011 Desa Labuahn Ratu IV
masih dipimpin oleh Bapak Prayetno sebagai penjabat Kepala Desa
semenara dan Bapak Suparji sebagai seketaris Desa.
h. Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 Desa Labuahn Ratu IV
masih dipimpin oleh Bapak Prayetno sebagai penjabat Kepala Desa
definitif dan Bapak Suparji sebagai seketaris Desa.4
Kepemimpinan Bapak Prayetno pertama kalinya di adakan
peringatan Hari Ulang Tahun Desa Labuhan Ratu IV pada tanggal 14
november yang sangat meriah dan kemeriahan itu berlanjut sampai
dengan sekarang bahkan semakin lama semakin meriah dengan diisi
banyak sekali kegiatan.
Sudah menjadi tradisi bagi warga masyarakat Desa Labuhan Ratu
VI bahwa setiap Tanggal 14 November mengadakan Peringatan Hari Jadi
atau Ulang Tuhun Desa Labuahn Ratu VI untuk memohon Kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Desa Labuhan Ratu VI
senantiasa mendapatkan 5K yaitu Kesehatan, Keamanan, Kedamaian,
Ketentraman dan Kesejahteraan.
Maksud dan tujuan memperingati hari ulang tahun Desa Labuhan
Ratu VI yaitu sebagai berikut:
1) Peringatan Hari Ulang Tahun Desa Labuhan Ratu IV mempunyai maksud agar generasi yang sekarang dan generasi yang akan
4 Dokumentasi Desa Labuhan Ratu VI Lampung Timur Tahun 2005.
-
datang tidak melupakan sejarah berdirinya Desa Labuhan Ratu
VI.
2) Peringatan Hari Ulang Tahun Desa Labuhan Ratu IV juga bertujuan agar masyarakat dapat berfikir lebih maju dalam
membangun desanya kearah yang lebih baik supaya dapat
mengikuti perkembangan zaman.5
Jenis-jenis kegiatan Hari Ulang Tahun Desa Labuahan Ratu IV
yaitu seperti Kompetisi Sep