SKRIPSI PERSETUJUAN Skripsi dengan judul: “PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM...

94
PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : M I N T A NIM. X 7108509 PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of SKRIPSI PERSETUJUAN Skripsi dengan judul: “PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM...

PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN

CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI

KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Oleh :

M I N T A NIM. X 7108509

PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

ii

PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN

CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI

KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1

Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :

M I N T A

NIM. X 7108509

PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

“PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI.” Oleh : Minta

NIM : X 7108509

telah disetujui dan dapat dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. Drs. Sadiman, M.Pd. NIP. 19561001 198012 1 002 NIP. 19540808 198103 1 004

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

“PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI.”

Oleh : Minta NIM : X 7108509

telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa Tanggal : 4 Mei 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. …………………………..

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. …………………………..

Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. .…………………………..

Anggota II : Drs. Sadiman, M.Pd. …………………………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001

v

ABSTRAK

Minta. PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Maret, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kompetensi menulis karangan pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL); dan 2) Mengetahui penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang tepat dalam meningkatkan kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester I SD Negeri Gunungsari tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 16 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/ kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil keterampilan bercerita siswa.

Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari tuntas ditentukan apabila 80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas. Dari hasil tindakan melalui pendekatan CTL dapat diketahui jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas mencapai 100% sehingga diasumsikan bahwa seluruh siswa telah menuntaskan mata pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan kompetensi menulis karangan.

Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkankan bahwa: (1) Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali; (2) Penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Peningkatan minat menulis dapat diketahui dari meningkatnya aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dan dari hasil lembar pengamatan. Sementara itu, peningkatan kompetensi menulis dapat diketahui dari hasil tes.

vi

ABSTRACT

Minta. THE IMPROVEMENT ESSAY WRITING COMPETENCY IN INDONESIAN USING CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) APPROACH IN THE V GRADERS OF PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL (SD NEGERI) GUNUNG SARI SUB DISTRICT SELO REGENCY BOYOLALI. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, March, 2010.

This research aims to: 1) improve the essay writing competency in Indonesian in the V graders of SD Negeri Gunungsari Sub District Selo Regency Boyolali through applying the Contextual Teaching and Learning (CTL) approach; and 2) to find out the proper Contextual Teaching and Learning (CTL) approach use in improving improve the essay writing competency in Indonesian in the V graders of SD Negeri Gunungsari Sub District Selo Regency Boyolali.

The research method employed was Classroom Action Research (CAR), that is, the one conducted by the teacher in the classroom where the teaching activity occurs, by emphasizing on the practical and process accomplishment or improvement in Indonesian language learning. The subject of research was all V graders of Semester I of SD Negeri Gunungsari in the school year of 2009/2010 as many as 16 students. Technique of analyzing data employed was comparative analysis, meaning that the events/occurrences occurring are compared each other and then are described into an assessment data in the form of score. The percentage is described into the teacher action disposition and the reaction as well as the result of student’s telling story skill.

Pursuant to performance indicator which have been specified by a interest value write the composition of student of class of complete V SD Negeri Gunungsari determined by if 80% from student amount get the value 65 to for. From action result of through knowable approach CTL sum up the student get the value 65 to for reaching 100% is so that assumed by that entire student have complete of fundamental Indonesian subject of interest discussion write composition.

From research of class action which have been done, can be concluded by that: ( 1) Use of approach of Contextual Teaching and Learning ( CTL) can improve the interest write the student of class of V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo , Kabupaten Boyolali; ( 2) Use of approach CTL can improve the interest write the student of class of V SDN Gunungsari, Cello Subdistrict, Regency Boyolali. Make-Up of enthusiasm write is knowable from the increasing of student activity of during following study and from result of perception sheet. Meanwhile, make-up of interest write is knowable from result tes..

vii

MOTTO

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi

pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,

pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi

keaktivan (Dave Meier dalam Martinis Yamin,

2007:75)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai wujud

syukur, cinta dan terima kasihku kepada:

1. Kedua orang tuaku yang memberi

semangat dalam hidupku.

2. Istriku yang saya cintai dan kusayangi.

3. Anak-anakku tersayang.

4. Almamater PGSD FKIP UNS.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-

kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya

penulis mengucapkan terima kasih.kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

membeikan ijin penulisan skripsi ini.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan FKIP Universitas Sebelas Maret

yang telah memberi ijin untuk penulisan skripsi ini.

3. Drs. Kartono, M Pd., selaku Ketua Program PGSD Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini.

4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing serta

arahan kepada penulis.

5. Drs. Sadiman, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan

sabar dan memberi masukan bagi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Sukino, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Gunungsari yang telah

bersedia memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Sahabat-sahabatku di PGSD FKIP UNS yang selama ini telah mewarnai hari-

hariku di masa kuliah, dan berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan

satu-persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,

karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari

x

kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan

menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, 10 Maret 2010

Penulis

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v

HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka .......................................................................... 7

1. Komponen Menulis Karangan ............................................ 7

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ....... 17

3. Pembelajaran Menulis Dengan Pendekatan CTL ................ 21

B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 26

C. Kerangka Berpikir .................................................................... 26

D. Pengujian Hipotesis Tindakan .................................................. 28

xii

Halaman

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 29

B. Subyek Penelitian ...................................................................... 29

C. Sumber Data .............................................................................. 30

D. Bentuk dan Strategi Pembelajaran ............................................ 30

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 31

F. Analisis Data ............................................................................. 33

G. Indikator Kinerja ....................................................................... 33

H. Prosedur Penelitian ................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal ............................................................. 37

B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 39

C. Pembahaan Hasil Penelitian ....................................................... 60

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................... 70

B. Implikasi ..................................................................................... 71

C. Saran .......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 78

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian ........................................ 29

Tabel 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan pada Kondisi Awal

(Sebelum PTK) Dilaksanakan ........................................................ 38

Tabel 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan

CTL pada Siklus I ........................................................................... 45

Tabel 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan

CTL pada Siklus II .......................................................................... 52

Tabel 5. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan

CTL pada Siklus III ........................................................................ 58

Tabel 6. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Setiap Siklus Melalui

Pendekatan CTL Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari ................ 65

Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Kompetensi Menulis Karangan

Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari Setiap Siklus ..................... 66

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pola Putaran Penulisan ............................................................... 16

Gambar 2. Alur Berpikir Pembelajaran Bahasa CTL ................................... 24

Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir .............................................................. 28

Gambar 4. Siklus Action Research .............................................................. 30

Gambar 5. Tiga Siklus Observasi Hopkins ................................................... 32

Gambar 6. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 36

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari pada Kondisi Awal ........................................ 39

Grafik 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari pada Siklus I .................................................. 46

Grafik 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari pada Siklus II ................................................ 53

Grafik 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari pada Siklus III ............................................... 59

Grafik 5. Peningkatan Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Setiap

Siklus ........................................................................................... 66

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I .............................................................................. 78

Lampiran 2. RPP Siklus II ........................................................................... 81

Lampiran 3. RPP Siklus III .......................................................................... 84

Lampiran 4. Kisi-kisi Tes Kompetensi Menulis Karangan .......................... 87

Lampiran 5. Instrumen Tes Kompetensi Menulis ......................................... 88

Lampiran 6. Skala Penilaian Kompetensi Menulis ...................................... 89

Lampiran 7. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari (Kemampuan Awal) .................................. 92

Lampiran 8. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari (Siklus I) .................................................... 93

Lampiran 9. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari (Siklus II) .................................................. 94

Lampiran 10. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari (Siklus III) ................................................. 95

Lampiran 11. Rekaputlasi Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas

V SD Negeri Gunungsari Tahun Pelajaran 2009/2010 ............ 96

Lampiran 12. Lembar Pengamatan Siswa ..................................................... 97

Lampiran 13. Lembar Pengamatan Guru Siklus I ......................................... 99

Lampiran 14. Lembar Pengamatan Guru Siklus II ....................................... 100

Lampiran 15. Lembar Pengamatan Guru Siklus III ...................................... 101

Lampiran 16. Skala Penilaian Pada Lembar Pengamatan ............................... 102

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa .......... 104

Lampiran 18. Rekapitulasi Presentase Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar

Siswa ......................................................................................... 105

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk

siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah mereka harus

memiliki kompetensi menulis, yaitu kompetensi yang mengharuskan para siswa

mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman secara

tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan dan dialog tertulis (Depdiknas,

2006: 8).

Berdasarkan standar kompetensi tersebut, kompetensi menulis dijabarkan

menjadi beberapa Kompetensi Dasar (KD), yang salah satu diantaranya

menyebutkan kompetensi tentang menulis karangan berdasarkan pengalaman

dengan memperhatikan pilihan kata, struktur kalimat, penggunaan tanda baca dan

ejaan.

Pada akhir kegiatan menulis, siswa tidak mendiskusikan dengan kelompok

dan tidak melakukan revisi terhadap hasil tulisannya sehingga masih ditemukan

kesalahan-kesalahan, seperti kesalahan ejaan, kalimat tidak lengkap. Berdasarkan

hasil tes pada kondisi awal, diketahui sejumlah 11 siswa mendapat nilai kurang dari

65,00. Sebanyak 5 siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 54,

38. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50. Hal ini menunjukkan bahwa

kompetensi menulis karangan siswa masih rendah. Rendahnya menulis karangan

ini disebabkan oleh karena proses pembelajaran menulis yang dilaksanakan guru

kurang variatif. Ketidakvariatifan pembelajaran tersebut tergambar dari hasil

pengamatan penulis sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, bahwa

guru paling sering memberi latihan kepada siswa untuk membuat karangan

berdasarkan kerangka karangan yang telah disediakan oleh guru. Selain itu, guru

sering juga menugasi siswanya untuk mengarang bebas, dan melatih untuk

membuat beragam paragraf.

1

xviii

Dalam evaluasi prestasi belajar bahasa Indonesia siswa terutama kelas V

Sekolah Dasar merupakan masa peralihan penguasaan bahasa. Mengarang

merupakan salah satu aspek yang ikut berubah yaitu dari mengarang dengan

gambar mulai beralih pada mengarang dengan imajinasi anak. Pada kelas V

merupakan saat dimana siswa diharapkan dapat mengarang sesuai imajinasinya

tanpa panduan dari gambar.

Menurut Amitya Kumara (http://kompas.com, 11 Oktober 2005) dalam desertasinya mengungkapkan bahwa mengarang di Sekolah Dasar merupakan kegiatan yang sangat sulit akibat kesukaran dalam menyusun kalimat yang sesuai dengan tata bahasa, pemilihan kata yang tepat, kapitalisasi, penggunaan tanda baca yang baik dan penyusunan paragrap yang benar. Dilihat dari kenyataan, siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kabupaten

Boyolali, belum bisa diwujudkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini

menunjukkan bahwa kompetensi menulis karangan siswa masih rendah. Salah satu

faktor rendahnya kompetensi menulis karangan ini disebabkan oleh proses

pembelajaran menulis yang dilaksanakan guru kurang variatif. Ketidakvariatifan

pembelajaran tersebut tergambar dalam hasil pengamatan penulis sebelum

penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, bahwa guru paling sering memberi

latihan kepada siswa untuk membuat karangan berdasarkan kerangka karangan

yang telah disediakan oleh guru. Selain itu, guru paling sering tidak juga menugasi

siswanya untuk mengarang bebas, dan melatih membuat beragam paragraf.

Kendala dalam proses pembelajaran mengarang tersebut teridentifikasi

sebagai berikut: pertama, masalah yang sering muncul dan dilontarkan dalam

pembelajaran mengarang adalah siswa kurang mampu menggunakan bahasa

Indonesia secara baik dan benar, hal ini dikarenakan: petama, masalah perseptual,

xix

komunikasi, dan bahasa; kedua, waktu yang hanya 105 menit dalam satu kali

pertemuan (3 jam pelajaran), masih kurang untuk pembelajaran mengarang; ketiga,

guru hanya berorientasi untuk melihat hasil tulisan atau karangan siswa tanpa

membelajarkan proses mengarang pada siswa; keempat, siswa kesulitan dalam

menyelesaikan tugas mengarang, meliputi: siswa belum mampu

mengorganisasikan gagasan secara lancar dan runtut; perbendaharaan kata (kosa

kata) yang dimiliki siswa terbatas, dan siswa belum mampu memilih kata dan

menggunakan ejaan serta tanda baca secara tepat; kelima, guru kurang

membangkitkan minat dan motivasi siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti

pembelajaran, dan keenam, metode pembelajaran yang selama ini dilakukan masih

bersifat konvensionalm (ceramah).

Keenam kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran di atas,

berdampak pada kualitas proses dan hasil pembelajaran yang kurang optimal.

Akibatnya, keterampilan mengarang siswa tidak berkembang dengan baik. Padahal,

kegiatan mengarang merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting

untuk dikuasai siswa. Pentingnya keterampilan ini diungkapkan oleh Sabarti

Akhadiah, dkk. (2001: 64) bahwa: “kemampuan mengarang perlu dimiliki oleh

siswa sekolah dasar. Dengan memiliki kemampuan mengarang, siswa dapat

mengkomunikasikan ide, penghayatan, dan pengalamannya ke berbagai pihak

terlepas dari ikatan waktu dan tempat.”

Sinyalemen mengenai kekurangberhasilan pembelajaran menulis, disebabkan

oleh sistem pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Siswa kurang diberi

kesempatan untuk berlatih dan mengembangkan kreativitasnya. Disamping itu, dari

sisi siswa sendiri juga terbiasa pasif. Akibatnya, siswa kurang berpartisipasi aktif

xx

dalam pembelajaran. Keadaan pembelajaran yang demikian, tentu tidak dapat

menopang terhadap kompetensi menulis karangan para siswa. Untuk mengatasi hal

tersebut, perlu diupayakan bentuk pembelajaran menulis yang lebih

memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan upaya tersebut, diharapkan

tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya menulis dapat tercapai

sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan pendapat di atas, agar siswa memiliki kompetensi menulis

karangan perlu diberikan pelatihan yang cukup karena pada dasarnya menulis

adalah suatu ketrampilan yang harus dicoba dan dipraktikkan. Dengan banyak

berlatih, siswa akan lebih berani mencoba untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,

informasi, pengalaman, dan ide-ide kreatifnya secara tertulis.

Setiap orang termasuk siswa-siswa SD, sebetulnya memiliki potensi mahir

menulis, seperti juga berpotensi terampil melakukan berbagai aktivitas bahasa

lainnya. Persoalannya, karena menulis merupakan ketrampilan, maka

pemerolehannya memerlukan pelatihan dan perjuangan yang sitematis dan terus

menerus. Yang berbakatpun tanpa diasah tidak akan bisa terampil menulis. Dengan

demikian, persoalannya bukan terletak pada bakat atau tidak, melainkan lebih

disebabkan oleh keengganan untuk berusaha keras memperoleh kompetensi

menulis itu (Sabarti Akhadiah, 2001:1.4)

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan

dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil

(Depdiknas, 2002 a:1).

Tanpa harus merasa tertekan dan terpaku ditempat duduk, guru dapat

membimbing siswa ke luar kelas untuk mengamati objek yang menjadi tema

xxi

tulisan sehingga secara kontekstual siswa dapat mendiskripsikan tulisannya dengan

lebih konkret. Dengan demikian, kompetensi menulis karangan para siswa

diharapkan dapat meningkat.

Materi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya yang mengarah pada

kompetensi menulis siswa SD kelas V dalam KTSP mencakup: menulis surat

undangan, menulis dialog, dan menulis karangan berdasarkan pengalaman

(Depdiknas, 2006: 17). Pada penelitian tindakan kelas ini, penulis membatasinya

dengan memilih materi yang menulis karangan berdasarkan pengalaman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri

Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimana cara penggunaan CTL yang tepat dapat meningkatkan kompetensi

menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Melalui penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kompetensi menulis karangan pada pembelajaran Bahasa

Indonesia siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL).

2. Untuk mengetahui penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) yang tepat dapat meningkatkan kompetensi menulis karangan siswa

kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

D. Manfaat Penelitian

xxii

1. Manfaat Teoretis

Mampu meingkatkan kulaitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya

menulis karangan secara benar. Selain itu, pemahaman tentang penelitian

tindakan kelas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran atau

profesionalisme guru, bagi mereka menjadi semakin bertambah sehingga

dengan bertambahnya pemahaman itu diharapkan implementasi ke dalam

kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui

kompetensi menulis karangan. Selain itu, menambah pengalaman siswa

dalam berekspresi untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan

pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan.

b. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Gunungsari

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali manfaat yang dapat dipetik melalui

penelitian tindakan kelas ini adalah mereka dapat mengembangkan

pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menulis secara lebih vareatif

dengan memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki siswa sehingga

diharapkan dengan pembelajaran menulis yang demikian tersebut,

kompetensi menulis karangan siswa dapat meningkat.

c. Bagi Kepala Sekolah manfaat yang dapat diambil melalui penelitian

tindakan kelas ini adalah sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan

pembinaan pada guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya melalui

peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan jalan

melakukan penelitian tindakan kelas semacam ini.

xxiii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kompetensi Menulis Karangan

a. Hakikat Menulis

Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang

menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian

huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan

dan pungtuasi. Seseorang bisa disebut penulis karena memiliki kemahiran

menuangkan secara tertulis ide, gagasan, dan perasaan secara runtut. Apa yang

dituliskan mengandung arti dan manfaat yang membuat orang lain merasa perlu

membaca dan menikmatinya (Sabarti Akhadiah, 2001: 1.3).

Menulis adalah sebuah kompetensi berbahasa yang terpadu, yang

ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-

kurangnya ada tiga komponen yang tergabung dalam parbuatan menulis, yaitu:

(1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata, struktur, kalimat, paragraf,

ejaan, pragmatik dan sebagainya; (2) Penguasaan isi karangan sesuai dengan

xxiv

topik yang akan ditulis dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu

bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga

membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esei, artikel, cerita

pendek, makalah dan sebagainya (Khaerudin Kurniawan, http://www.ialf.edu/

kipbipa/papers/khaerudinkurniawan.doc.) Diakses tanggal 22 Mei 2009.

Pada dasarnya, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Kompetensi menulis

digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan,

menginformasikan dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu

hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun

dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas,

lancar dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi,

pemakaian dan pemilihan kata dan struktur kalimat.

Menulis adalah bentuk kompetensi dan pengetahuan yang banyak

melibatkan kemampuan siswa. Dalam sebuah tulisan terkandung ide sang

penulis untuk disampaikan kepada orang lain. Ketika akan menyampaikan ide,

penulis harus mampu mencari kata atau bahasa yang dapat dimengerti orang

lain, baik dari sisi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat. Dengan begitu,

pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) dapat dibaca atau dipahami orang

lain.

Tulisan yang efektif harus mengandung unsur-unsur singkat, jelas, tepat,

aliran logika lancar, serta kohern. Artinya, dalam tulisan itu tidak perlu

menambahkan hal-hal diluar isi pokok tulisan, tidak mengulang-ulang yang

sudah dijelaskan (redudant), tidak mempunyai arti ganda (ambiguous) dan

paparan ide pokok didukung oleh penjelasan dan simpulan. Ide-ide pokok

tersebut saling berkaitan, mendukung ide utama sehingga seluruh bagian tulisan

merupakan kesatuan yang saling berhubungan atau bertautan (coherence) (Etty

Indriyati, 2002: 34).

Kelancaran komunikasi dalam suatu karangan atau tulisan sama sekali

tergantung pada bahasa yang dilambangvisualkan. Karangan (tulisan) adalah

75

xxv

suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar komunikasi lewat

lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan

gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur dan lengkap (Burhan

Nurgiantoro, 2005: 296).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya

sekedar menuangkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan, tetapi yang terpenting

adalah bagaimana tulisan itu dapat dipahami oleh pembaca.

b. Pembelajaran Menulis

Siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi lebih dari pada

sekedar pengetahuan tentang bahasa. Pembelajaran bahasa, selain untuk

meningkatkan kompetensi berbahasa dan bersastra, juga untuk meningkatkan

kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan.

Selain itu juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya

diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas dan

langsung, tetapi juga yang disampaiakn secara terselubung atau tidak langsung.

Siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi mempunyai kecakapan di

dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan baik didalam hubungan

antar individu maupun di dalam kehidupan masyarakat, yang berlatar belakang

dengan berbagai budaya dan agama (Depdiknas, 2003: 4).

Dalam proses pembelajaran menulis di sekolah, guru dapat menyuruh

siswa menyusun karangan singkat, menulis surat, misalnya yang berisi

pemberitahuan singkat, kemudia karangan itu dikumpulkan. Guru yang

berpengalaman akan dapat mengutip beberapa kesalahan umum dari karangan

siswa itu, kemudian langsung membahasnya. Bahasan kesalahan bahasa itu

tentu saja sangat berguna bagi siswa (Badudu, 1985: 101).

Mengarang merupakan bahasa tulisan memiliki sifat yang tetap, artinya

bahwa apa yang dinyatakan dengan lambang bahasa tulisan harus benar-benar

mencerminkan maksud penulisnya. Mengarang analog dengan menulis

karenanya kedua istilah tersebut dapat saling menggantikan. Di dalam

mengarang paparan diatur secara logis, intonasi, nada, lafal, tekanan, dinyatakan

xxvi

dengan tanda-tanda baca sekalipun tidak semua unsur penjelas bahasa lisan

dapat digantikian tugasnya dengan tanda baca dan tulisan.

Pembelajaran mengarang dapat dianggap suatu kegiatan cakapan dengan

bahasa tulis. Oleh karena itu siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya

tentang apa yang di dengar, dilihat, dirasakan, dibayangkan dengan bahsa tulis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pembelajaran mengarang ( St. Y..

Slamet . 2008: 144 ) antara lain:

(1) Mengarang merupakan suatu proses dari dua pihak, yaitu siswa sebagai

penulis dan guru sebagai pembaca sekaligus menjadi pembimbing;

(2) Mengarang harus bertolak dari pengalaman siswa itu sendiri sehingga

dengan mudah gagasan itu dapat dikembangkan;

(3) Mengarang itu dapat meningkat apabila latihan-latihan itu berjalan secara

terus menerus dan kontinyu; dan

(4) maksud atau ekspresi pikiran lebih diutamakan dulu dari pada bentuk dan

gaya karangan.

Ada tiga ketrampilan yang perlu dimiliki siswa di dalam pembelajaran

mengarang.

Tiga ketrampilan tersebut yaitu:

(1) Ketrampilan mencari tema; Siswa dapat mencari tema berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dialamainya.

(2) Ketrampilan mengembangkan tema; Siswa dapat mengembangkan

pengalaman-pengalamannya melalui daya imajinasi siswa itu sendiri.

(3) Ketrampilan mengungkapkan tema; Siswa dapat menyampaikan tema

karangan berdasarkan pengalamannya dengan menggunakan ejaan,

intonasi, lafal, tekanan dinyatakan dengan tanda-tanda baca dan tulisan.

Dari pendapat di atas, dalam menulis karangan dapat disimpulkan bahwa

dalam menulis sebuah karangan, siswa dapat mengembangkan materi sebuah

karangan melalui pengalaman-pengalaman siswa itu sendiri, sehingga siswa

dapat mengapresiasikan apa yang di dengar, dilihat, dirasakan kedalam bahasa

tulis. Sehingga siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi mempunyai

xxvii

kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan baik

didalam hubungan antar individu maupun di dalam kehidupan masyarakat.

c. Tahap-Tahap Menulis Karangan

Di dalam pembelajaran menulis, perlu dijelaskan kepada siswa mengenai

tahapan-tahapan menulis sehingga siswa mempunyai konsep yang jelas

mengenai alur penulisan. Disamping itu, model tulisan juga perlu ditentukan

terlebih dahulu. Dengan demikian siswa mempunyai gambaran yang jelas

tentang tugas menulis yang akan dikerjakannya.

Kegiatan menulis yang sering didapati merupakan kegiatan yang penuh

dengan kegiatan muali dan berhenti ditandai dengan istirahat yang lama untuk

refleksi atau kebutuhan untuk membangkitkan konsentrasi. Kegiatan menulis

juga membutuhkan banyak kerja ulang untuk perbaikan sebelum si penulis

merasa puas dengan hasil yang diinginkan (Harris, 1993: 45)

Haris mengemukakan bahwa terlihat langkah kemajuan yang besar dalam

pengertian proses menulis dan disadari proses ini dapat dikendalikan untuk

membantu penulis pemula. Disadari pula bahwa pengembangan cara-cara atau

pendekatan tertentu pada keseluruhan kegiatan menulis merupakan sebuah

aspek yang penting dalam pembelajaran menulis agar tujuan pembelajaran

menulis tersebut dapat berhasil (Harris, 1993: 83). Selanjutnya, dikemukakan

langkah-langkah proses menulis sebagai berikut:

1) Menyusun Strategi/Rencana.

a) Membuat daftar pertanyaan

b) Curah pendapat

c) Mengamati/riset, termasuk di dalamnya membaca dan membuat catatan

d) Membuat diagram

e) Perencanaan (pembuatan skema dan lembar kerja)

f) Penentuan tipe teks, tujuan dan keterbacaan.

2) Membuat dan Mengembangkan Teks.

a) Menyusun draf dengan teknik ‘cut and paste’ untuk perbaikan teks.

xxviii

b) Menangkap tanggapan atau respon dari pembaca (Guru dan teman- teman

kelompok)

c) Penentuan ulang atau revisi tipe teks, tujuan dan keterbacaannya.

3) Menyunting/Menyelaraskan.

a) Membuat draf terakhir

b) Membaca dengan cermat mengenai teks yang sudah berhasil disusun

c) Mempublikasikan (Harris, 1993: 61).

Pada langkah-langkah yang dikemukakan tersebut, Harris memberikan

catatan bahwa kegiatan-kegiatan yang disusun didalam kelas tersebut

merupakan kemungkinan-kemungkinan (alternatif) dari sebuah pilihan yang

dapat dibuat. Perlu diingat bahwa dalam pelaksanaannya proses menulis itu

tidak harus sesuai dengan skema yang direncanakan sebelumnya.

Senada dengan pendapat di atas terdapat tiga proses utama atau tahap

dalam menulis, yakni:

1) Tahap Pramenulis

Sebelum menulis perlu diperhatikan apa tujuan tulisan itu, Misalnya,

jika tulisan itu berupa sebuah laporan, maka tlisan itu harus jelas, terinci dan

hati-hati. Tujuan penulisan sangat mempengaruhi pemilihan dan

pengorganisasian kata dan ragam bahasa. Disamping tiu, perlu diperhatikan

pula untuk siapa tulisan itu dibuat. Tulisan dibuatberkaitan dengan pembaca.

Pembaca bisa bersifat individu, bisaorang yang dikenal baik, atau

sekelompok rekan kerja, institusi, penguji, atau tutor.

2) Menulis dan Menulis Kembali

Pada saat menulis yang dilakukan pertama kali adalah membuat draf.

Pada pembuat draf, sering terhenti dan diganti dengan gagasan-gagasan yang

baru. Ada proses perencanaan, perbaikan dan penyusunan ulang. Biasanya,

penulis cenderung perbaikan dan penyusunan ulang. Biasanya penulis

cenderung mementingkan isi, baru memperhatikan faktor kebahasaan. Sepeti

ejaan, tanda baca struktur kalimat dan sebagainya. Pada saat menulis

difokuskan pada apa yang ingin disampaikan dedangkan para pembaca ulang

ditekankan pada bagaimana bahasa yang digunakan bisa efektif.

xxix

3) Penyuntingan

Pada tahap penyuntingan perlu dibaca secara keseluruhan dan perlu

diaplikasikan pada seorang pembaca agar dapat dikontrol apakah tulisan itu

dapat dipahami orang lain atau tidak (Hedge, 1998: 21)

Menyunting tulisan sangat penting dilakukan. Dengan disunting suatu

tulisan dapat dijaga kualitasnya, seperti keruntutan, kelogisan, ketepatan

pemakaian bahasa dan kelengkapan unsur tulisan. Ada tiga aspek yang harus

disunting dala tulisan, yakni: (1) Isi, (2) Organisasi (3) Bahasa. Dari aspek

kebahasaan, penyunting difokuskan pada aspek penulisan ejaan, tanda baca,

penulisan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf (Depdiknas,

2004c: 6).

Sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh

David Nunan, yakni (1) Tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan (3) tahap

perbaikan. Untuk menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan

kompetensi memadukan antara proses dan produk menulis (dalam

http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaherudinkurniawan.doc.)

Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Thompkins (1990)

menyajikan lima tahap, yaitu; (1) Pramenulis, (2) pembuatan draf, (3) merevisi

(4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Thompkins juga menekankan bahwa

tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis

bersifat ninlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai

menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya

dengan kerangka tulisan atau draf awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan

pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi

(http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaherudinkurniawan.doc.)

Proses menulis di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tahap Pramenulis

Pada tahap pramenulis pembelajar melakukan kegiatan sebagai

berikut:

a) Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri.

b) Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis

xxx

c) Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis

d) Mengidentifikasi tujuan menulis

e) Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang

telah mereka tentukan

2) Tahap Membuat Draf

Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah:

a) Membuat draf kasar

b) Lebih menekankan isi daripada tata tulis.

3) Tahap Merevisi

Yang perlu dilakukan oleh siswa pada tahap merevisi tulisan ini

adalah:

a) Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok).

b) Berpartisipasi secara konstriktif dalam diskusi tentang tulisan teman-

teman sekelompok atau sekelas.

c) Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar

baik dari pengajar maupun teman.

d) Membuat perubahan yang substantif pada draf pertama dan draf

berikutnya, sehingga menghasilkan draf akhir.

4) Tahap Menyunting

Pada tahap menyunting yang perlu dilakukan oleh siswa adalah:

a) Membetulkan kesalahan bnahasa tulisan mereka sendiri.

b) Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan merka

sekelas/sekelompok

c) Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri

5) Tahap berbagi

Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau

publikasi. Pada tahap berbagi ini, kegiatan siswa adalah:

a) Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan

yang sesuai, atau

xxxi

b) Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka

tentukan.

Senada dengan pendpat Thompkins di atas, deporter dan hernack

mengutip dari Proyek Penulisan California (The California Writing Project)

yangtelah didemonstrasikan sebagai penulisan yang efektiof untuk segala jenis

tulisan mengemukakan bahwa proses atau langkah penulisan yang utuh adalah

sebagai berikut:

1) Tahap berbagi

Teknik yang digunakan dalam proses penulisan ini adalah teknik

pengelompokan (clustering) dan menulis cepat. Pada tahap ini hanya

dbangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pengetahuan gagasan,

dan pengalaman yang telah dimiliki.

2) Draf - Kasar

Pada bagian ini, mulai ditelusuri dan dikembangkan gagasan-gagasan

yang telah dimiliki tersebut. Lebih dipusatkan pada isi daripada tanda baca,

tata bahasa, atau ejaan. Yang perlu diingat pada saat menulis adalah untuk

“menunjukkan” bukan “memberitahukan”

3) Berbagi

Bagian dari proses ini sangat penting dan sekaligus merupakan bagian

yang sering diabaikan. Sebagai penulis biasanya merasa sangat dekat dengan

apa yang ditulisnya sehingga sulit untuk menilai secara objektif. Untuk

mengambil jarak dengan tulisan yang dihasilkan, perlu meminta orang lain

(bisa rekan atau teman tersebut menunjukkan bagian-bagian yang benar-

benar kuat dan juga menunjukkan ketidak konsistenan, kalimat yang tidak

jelas atau transisi yang lemah (DePorter dan Hernacki, 2004 196).

4) Perbaikan

Setelah didapatkan umpan balik tentang bagaimana yangbaik dan mana

yang perlu diperbaiki, maka perlu diperbaiki kelemahan-elmahan itu. Penulis

adalah ‘tuan’ dari tulisannya itu. Penulislah yang mebuat keputusan terakhir

untuk mengambil atau megabaikan umpan balik tersebut. Penulis perlu

xxxii

memanfaatkan umpan balik yangdianggap membantu. Tujuan terakhir adalah

menulis sebaik mungkin (laporan, surat atau makalah), setelah diperbaiki

perlu dibagikan kembali kepada rekan atau teman sekelas (DePorter dan

Hernacki, 2004 196).

5) Penyuntingan (Editing)

Pada tahap ini perlu diperbaiki semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan

tanda baca. Perlu dipastikan bahwa semua transisi berjalan mulus,

penggunaan kata kerjanya tepat, dan kalimat-kalimatnya lengkap.

6) Penulisan Kembali

Dituliskan kembali tulisan yang telah disunting dengan memasukkan isi

yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan.

7) Evaluasi

Dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa seseorang penulis

(siswa) telah menyelesaikan penulisan sesuai dengan rencana dan sesuai

dengan apa yang ingin disampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang

terus berlangsung, tahap ini menandai akhir pemeriksaan sekelas (DePorter

dan Hernacki, 2004: 198). Pola putaran proses menulis dapar digambarkan

sebagai berikut:

1. Persiapan

2. Draf -kasar

3. Berbagi

4. Memperbaiki

3. Berbagi

4. Memperbaiki

3. Berbagi

4. Memperbaiki

7. Evaluasi

6. Penulisan Kembali

5. Penyuntingan

xxxiii

Gambar 1. Pola Putaran Penulisan

(DePorter & Hernacki, 2004: 197)

2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelasi yang menangani hakekat

pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pendekatan memberikan hakekat pokok

bahasan yang diajarkan (Depdiknas, 2004e: 70).

CTL adalah sebuah sistim yang merangsang otak untuk menyusun pola-

pola yang mewujudkan makna.CTL adalah sebuah sistim pengajaran yang

cocok dengan otak yang menghasilakn makna dengan menghubungkan muatan

akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.(Elaine

B.Johnson,2002:57)

Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara ilmiah dalam bentuk kegiatan

siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2002a: 1).

Dalam pandangan konstruktivisme, siswa dianggap telah mempunyai ide

tentang suatu konsep. Ide tersebut mungkin benar atau tidak

(http://www.bpgupg.go.id/buletin/akademik/php) Diakses tanggal 22 Mei 2009.

Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa mana belajar, apa manfaatnya,

dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Merek asadar bahwa

xxxiv

yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka

memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk

hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menanggapinya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannnya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas

(siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan kompetensi) datang dari

“menemukan sendiri” bukan dari ‘apa kata guru’ (Depdiknas, 2002a: 2).

Dari pendapat diatas,dapat di simpulakn CTL adalah konsep belajar yang

mengaitkan antara materi dengan dunia nyata.

Siswa mempu mengkonsentrasikan pengetahuannya dengan pengalaman

sendiri.

Siswa sebagai subyek belajar dalam pembelajaran dan Guru memposisikan diri

sebagai pengelola kelas serta menyusun strategi yang tepat untuk mengantarkan

siswa mencapai tujuan

b. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

1) Kunstruktivisme (Constructivism)

Dalam pandangan ini pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks ruang terbatas (sempit)

dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-

fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Siswa prlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan

sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak

akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri (Depdiknas.

2002a:11). Pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada pada diri siswa

xxxv

dilibatkan secara aktif, kreatif, produktif dalam proses pembelajaran dan

diberikan pengalaman memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan

nyata atau dalam konteks bermakna (Depdiknas. 2004b : 6)

2) Menemukan (Inquiry)

Kata kunci dari strategi inquiri adalah “siswa menemukan sendiri”.

Langkah-langkah kegiatan inquiri adalah: (1) Merumuskan masalah (dalam

mata pelajaran apapun. (2) mengamati atau melakukan observasi, misalnya,

mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau

objek yang diamati, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,

gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya. (4) mengkomunikasikan

atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien

yang lainnya. Misalnya, karya siswa disampaikan kepada teman sekelas atau

orang banyak untuk mendapatkan masukan (depdiknas. 2002a: 13). Melalui

inquiri siswa diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental dalam

menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi

intelektualnya (Mulyasa, 2004:107)

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari ‘bertanya’.

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi

siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting, yaitu untuk menggali

informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mnengarahkan

perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

xxxvi

Konsep Learning Community agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antar

teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dan yang belum tahu.

‘Masyarakat belajar’ bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi

informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta

informasi yang diperlukan dari teman belajarnya (Depdiknas, 2002a: 15).

Dalam ‘masyarakat belajar’ ditekankan bahwa hasil belajar diperoleh siswa

dari adanya kerja sama dan berbagi pengalaman denga siswa lain melalui

dua arah atau multiarah (Depdiknas, 2004b: 6).

5) Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran kompetensi atau pengetahuan tertentu,

ada model yang bisa ditiru, model itu bisa berupa cara mengoperasikan

sesuatu, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh pemodelan di kelas, misalnya

guru Bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari sebuah Harian sebagai

model berita (Depdiknas, 2002a: 16). Tujuan dihadirkan model bagi siswa

adalah membahasakan dan mendemonstrasikan sesuatu (materi

pembelajaran) sehingga apa yang dilihat dalam demonstrasi tersebut

dilakukan oleh siswa dalam belajar (Depdiknas, 2004b: 6).

6) Refleksi (Reflektion)

Refleksi adalah ciri berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa

mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumya.

Refleksi merupakan respin terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan

yang baru diterima. Kunci dari refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu

mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan

bagaimana merasakan ide-ide baru (Depdiknas, 2002a: 18).

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

xxxvii

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan

bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena

gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses

pembelajaran, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi (tidak

terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena assessment

menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus

diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

proses pembelajaran Depdiknas, 2002a:19)

Dari penjabaran atau penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni

kunstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya

(Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan

(Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic

Assessment).

3. Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL)

Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa menulis tidak hanya sekedar

menuangkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan, tetapi yang terpenting adalah

bagaimana tulisan itu dapat dipahami oleh pembaca. Pembelajaran menulis

perlu ditekankan pada segi-segi praktis, bukan toritis. Dengan diterapkannya

pendekatan CTL, peranan siswa dalam pembelajaran menulis lebih

diberdayakan. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus agar

proses pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat berlangsung ssecara

optiomal, diantaranya: (1) Perlu mengubah kebiasaan siswa yang terbiasa pasif

sebagai penerima materi pelajaran dari guru menjadi siswa aktif. Mengubah

pradigma belajar siswa ini bukan merupakan hal yang mudah. (2) Perlu

memotivasi siswa agar mau bertanya, memberikan tanggapan atau pendapat

yangberkaitan dengan materi pelajaran. (3) Guru perlu ‘memenej’ waktu

xxxviii

sebaik-baiknya, misalnya pada saat mengatur kelompok, memajang hasil karya

siswa (Sunardi, 2005: 34-35).

Dalam pembelajaran menulis, jam pelajaran yang tersedia hendaknya

dianfaatkan sebaik-baiknya. Sedapat mungkin pembelajaran menulis ini harus

lebih banyak praktik daripada teori. Jam pelajaran yangterbatas diimbangi

dengan tema tulisan (karangan) yang menarik dan aktual. Pada gilirannya, siswa

bisa terdorong untuk berlatih menulis diluar jam pelajaran (Sukmana, 2005: 31).

Penerapan pendekatan CTL menurut (Nurhadi:1906) di dalam kelas

dapat dilaksanakan dengan langkah:

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menentukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri

pengetahuan dan kompetensi barunya!

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik!

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!

4) Menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!

5) Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran!

6) Melakukan refleksi diakhir pertemua

7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Berdasarkan uraan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran

CTL, potensi siswa harus benar-benar diberdayakan, sehingga bermakna bagi

siswa. Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan bermakna,

diperlukan sebuah perencanaan yang harus dipersiapkan sebaik-baiknya.

Srategi pembelajaran menulis (Sunardi, 2005: 31)., ada sejumlah

kegiatan yang perlu dipersiapkan. Adapun kegiatan itu mencakup: (1)

Persiapan; (2) Penyusunan Program Pembelajaran; (3) Pelaksanaan Program

Pembelajaran; (4) Pelaksanaan penilaian baik penilaian proses maupun

penilaian hasil; (5) Pemanfaatan hasil penilaian; (6) Perencanaan tindak lanjut

dari pemanfaatan hasil penilaian

Kegitan-kegiatan tersebut, dapat diuraiakn sebagai berikut:

1) Persiapan penyusunan program pembelajaran, guru perlu merumuskan

tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, mencari media

xxxix

pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan. Merancang instrumen

penilaian, baik penilaian proses maupun hasil penilaian, memilih butir

pembelajaran sesuai dengan silabus, dan merancang skenario pembelajaran.

2) Penyusunan Program Pembelajaran

Menentukan alokasi waktu, memilih butir materi sesuai dengan kompetensi

dasar merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pencapaian

hasil belajar, menyusun skenario pembelajaran, meliputi kegiatan

pendahuluan, kegiatn inti, maupun kegiatan penutup, memilih media/

sumber belajar, merancang instrumen penilaian.

3) Pelaksanan Program Pembelajaran

Melaksanakan kegiatn belajar mengajar sesuai dengan skenario yang

disusun. Kegiatan ini mencakup kegiatan tahap awal, tahap inti, tahap

penutup.

4) Pelaksanaan Penilaian

Penilaian dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan

konsep penilaian yang sebenarnya (authentic assesment), juga penilaian

hasil.

5) Pemanfaatan hasil Penilaian.

Dengan data hasil penilaian dapat digunaan untuk program perbaikan atau

menentukan langkah-langkah lain yang sekiranya perlu diambil.

6) Perencanaan Tindak Lanjut.

Dengan memanfaatkan hasil penilaian, akan ditentukan perencanaan

pembelajaran berikutnya.

Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pembelajaran tersebut di atas

adalah: (1) Mengidentifikasi model-model pengalaman belajar. (2)

Mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakuan baik pada tahap pendahuluan,

tahap inti, maupun tahap akhir pembelajaran. (3) Mengidentifikasi teknik-teknik

penyajian serta teknik pengelompokan siswanya. (4) Mengidentifikasi media

xl

atau sumber pembelajaran yang relevan dengan kompetensi yang telah

ditentukan yang digunakan dalm pembelajaran (Depdiknas, 2004b: 15)

Menurut (Sunardi : 40) penerapan pembelajaran menulis karangan

melalui pendektan CTL dilaksanakan dengan langkah:

1) Mengamati objek yang akan ditulis

2) Mencatat unsur-undsur penting dari objek yang akan ditulis

3) Menyusun kerangka tulisan

4) Menulis sesuai dengan objek yang diamati

5) Membentuk kelompok untuk berdiskusi

6) Mendiskusikan hasil tulisan yangberbentuk karangn siswa

7) Memperbaiki hasil karangan/tulisan berdasarkan hasil diskusi dan arahan

guru.

Gambar 2. Alur Berpikir pembelajaran Bahasa Contextual Teaching and Learning

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaannya, dirancang dengan

kegiatan-kegiatan berikut:

1) Pendahuluan

a) Guru berdialog dengan siswa yang mengarah kepada masalah penulisan

karangan berdasarkan pengalaman.

Objek yang ditulis

Mencatat unsur-unsur penting dari objek yang ditulis

Mengamati objek yang ditulis

Menulis sesuai dengan objek dan kerangka tulisan

Menyusun kerangka tulisan

Membentuk kelompok diskusi

Memperbaiki tulisan

Mendiskusikan hasil tulisan

xli

b) Guru mengarahkan siswa mengingat-ingat kembali pengalaman yang

akan ditulis dalam karangan dengan memanfaatkan waktu sebaik-

baiknya.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa mengingat kembali pengalaman yang akan ditulis dengan karangan

b) Siswa menulis unsur-unsur pokok objek yang dialami.

c) Siswa bertanya berkaitan dengan objek pengalaman

d) Siswa menuliskan kerangka karangan dengan sistematis

e) Siswa mengembangkan kerangka menjadi beberapa kalimat.

f) Siswa membuat draft karangan

g) Siswa menulis karangan berdasarkan pengalaman

h) Siswa membagi diri ke dalam delapan kelompok setiap kelompok terdiri

dari lima orang.

i) Setiap siswa dalam satu kelompok saling menukarkan pekerjaan masing-

masing

j) Siswa (dengan arahan guru) dalam satu kelompok salingmenilai dan

mengomentari pekerjaan temannya.

k) Siswa merevisi karangan berdasarkan hasil diskusi

l) Guru dan siswa menyimpulkan penulisan karangan

3) Penutup

a) Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis karangan

mulai dari mengingat pengalaman yang akan ditulis, menyusun kerangka,

menulis karangan, berdiskusi, hingga merevisi hasil karangan.

b) Guru memberikan pengukuhan mengenai penulisan karangan yang

dihasilkan siswa.

Penilaian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan

perancangan tersebut meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian

proses meliputi: Aktivitas pengamatan terhadap aktivitas dan kesungguhan

siswa dalam menyusun kerangka karangan, kesungguh-sungguhan dalam

penulisan karangan, partisipasi dalam berdiskusi, dan aktivitas dalam merevisi

hasil karangan.

xlii

Sementara itu, penilaian hasiol dilakukan setelah siswa menyelesaikan

penulisan karangan. Penilaian terhadap hasil penulisan karangan siswa,

mencakup: (1) Penilaian mengenai isi, meliputi pola (komposisi tulisan,

koherensi antar kalimat/paragraf), keruntutan (kekronologisan), kelancaran, (3)

Tata bahasa dan pola kalimat (struktur kalimat), (4) Kosakata (ketepatan

penggunaan kata /istilah), (5) Pemakaian kaidah bahasa Indonesia, meliputi:

bentuk kata, ejaan dan tanda baca.

B. Penelitian yang Relevan

Tesis Sri Harjani (2005) berjudul “Pengembangan Kemampuan Membaca

dan Menulis Permulaan dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL)”. Pada bagian simpulan penelitian diungkapkan bahwa kondisi awal dalam

pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru aktif mentransfer ilmunya pada

anak, sementara anak bagai botol kosong yang terus diisi dengan berbagai

pengetahuan yang kadang sama sekali tidak dimengerti oleh anak. Guru belum

mampu mengembangkan metode pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar

yang produktif. Metode ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran. Peran

siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan.

Pelaksanaan dari tujuh prinsip dalam pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) memberi pengaruh positif dalam pembelajaran. Pada bagian akhir

penelitian disarankan bahwa guru perlu melakukan tindakan untuk mengurangi

kejenuhan dan meningkatkan motifasi belajar siswa dengan metode pembelajaran

yang bervariasi. Siswa perlu berlatih menulis agar tangan semakin terampil dan

semakin jelas pemahamannya terhadap bentuk-bentuk huruf.

Tesis tersebut relevan dengan penelitian ini karena dalam penerapan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), kemampuan guru dalam

merefleksi sangat diperlukan sehingga hasil dari refleksi tersebut dapat digunakan

untuk menentukan langkah perbaikan pada siklus pembelajaran berikutnya.

xliii

C. Kerangka Berpikir

Yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran

kompetensi menulis rendah. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan oleh sistem

pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan

untuk mengembangkan kompetensinya. Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga

masih pasif. Siswa kurang berminat dan kurang bersemangat mengikuti

pembelajaran.

Pada prinsipnya, menulis adalah suatu kompetensi atau skill. Menulis adalah

hal nyata yang perlu dipelajari dengan ketekunan dan kemampuan untuk terus

mempraktikannya. Menulis tidak cukup dengan hanya mengetahui teori-teorinya

saja. Tanpa pernah berlatih, mustahil kompetensi menulis dapat diraih. Proses

pembelajaran menulis perlu dirancang dengan mengutamakan kemampuan dan

kompetensi dengan mendudukkan siswa sebagai subyek sehingga siswa dapat

mengekspresikan ide-ide kreatifnya, merasakan adanya manfaat dan tertarik untuk

selalu mengembangkan. Oleh sebab itu, perlu diterapkan pembelajaran menulis

yang dapat lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran berlangsung secara ilmiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja

dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru. Siswa dapat

mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya, menemukan sendiri konsep-konsep

materi yang sedang dihadapi. Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk

mengembangkan ide-idenya, dan menanyakan segala sesuatu yang belum

dipahami. Kepada siswa diberikan banyak kesempatan untuk berlatih dan praktik

menulis. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika siswa sedang belajar

menulis dapat didiskusikan sehingga kelompok satu dapat menilai hasil pekerjaan

kelompok yang lain.

Dengan pendekatan CTL, maka kompetensi menulis karangan dapat

meningkat. Dapat dijelaskan pada kerangka berpikir gambar 3.:

xliv

Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut:

1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan

kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan

Selo Kabupaten Boyolali.

2. Cara penggunaan CTL yang tepat dapat meningkatkan kompetensi menulis

karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali.

Kondisi Awal Pembelajaran Konvensional

Kemampuan menulis karangan rendah Belum CTL

Perencanaan

Pembelajaran Inovatif tentang Kemampuan menulis karangan

dengan pembelajaran CTL

Hasil Akhir setelah dilakukan PTK Meningkatnya kemampuan menulis

karangan

Siklus I, II, III

xlv

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali. Kelas yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian adalah

kelas V. Waktu penelitian dilaksanakan selama lima bulan, yakni bulan Juni

sampai dengan bulan Desember 2009. Kegiatan-kegiatan dalam rentang waktu

tersebut mencakup persiapan, pelaksanaan tindakan hinga penyelesaian.

Tabel 1. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian

No. Kegiatan Bulan

Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des

1. Penyusunan pengajuan proposal

- - - xxx xxxx- -

2. Penyiapan Instrumen dan alat

xxx - -

3. Pelaksanaan Penelitian xx xxx- -

4. Analisis Data xx

5. Penyususnan Laporan xxxxx xxxxx xxxxx

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gunungsari

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali berjumlah 16 siswa terdiri dari 10 siswa putra

dan 6 siswa putri. Siswa di kelas ini memiliki kemampuan rata-rata atau sedang,

tidak ada siswa yang memiliki kemampuan menonjol. Dipilihnya kelas V sebagai

tempat penelitian karena dipandang ada potensi-potensi siswa yang perlu

ditingkatkan khususnya yang berkaitan dengan kompetensi menulis karangan.

xlvi

Kedudukan penelitian adalah sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran,

pengatur pelaksanaan refleksi dan diskusi balikan. Hasil diskusi digunakan untuk

menentukan langkah-langkah penelitian pada siklus berikutnya.

C. Sumber Data

Sumber data berasal dari siswa kelas V SD Negeri Gunungsari sebagai

subjek penelitian. Data yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran

diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Proses yang diamati mencakup

aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dan juga peran guru selama

mengajar. Data kompetensi menulis karangan siswa diukur dengan tes.

D. Bentuk dan Strategi Pembelajaran

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research), Kemmis & Tagrat (dalam Budhi Setiawan, 2007: 30 menyatakan bahwa

Action Research adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang

dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan memperbaiki

pekerjaan, memahami pekerjaan, serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan lebih

lanjut, Kemmis Tagrat dalam Budhi Setiawan, 2007: 4) mengatakan PTK

merupakan studi yang sitematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-

praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari

tindakan tersebut. Proses pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan dalam suatu

rangkaian siklus yang berkelanjutan.

McNiff (dalam Budhi Setiawan 2007: 40) menyatakan beberapa model

action research yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis, John Elliot, dan Dave

ebbut dari pemikiran Kurt Lewin tahun 1946. Model tersebut berupa serangakaian

digambarkan dalam bentuk spiral. Setiap langkah terdiri dari empat tahap yaitu

Perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting). Berikut visualisasi tahap-tahap tersebut:

1. Planning

2. Acting

3. Observing

4. Reflecting

29

xlvii

Gambar 4. Siklus Action Research

(McNiff dalam Budhi Setiawan, 2007: 40)

1. Planning (Perencanaan)

Meningkatkan kemampuan menulis karangan daengan pendekatan kontekstual

2. Acting (Tindakan)

Menerapkan pendekatan kontekstual melalui pengalaman siswa

3. Observing (Pengamatan)

Pengamat melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran kemampuan

menulis karangan dengan metode CTL

4. Reflecting

Merefleksi hasil karya siswa pada akhir siklus.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah

perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses

dan hasil tindakan pebelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang

melingkupinya. Langkah-langkah observasi meliputi: (1) Perencanaan, (2)

pelaksanaan observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.

Pada tahap perencanaan, diperhatikan mengenai urutan kegiatan

observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati

mengenai fokus, kriteria, atau kerangka pikir interpretasi, disamping teknik

observasi yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas,

peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai

segala sesuatu yang terjadi pada roses pembelajaran, baik yang terjadi pada

guru, siswa maupun situasi kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas

xlviii

hasil pengamatan selama observasi dalam situasi yang saling mendukung

(mutually supportive)

Gambar 5. Tiga Siklus Observasi Hopkins, 1992

(dalam Depdiknas, 2004: 32)

b. Tes

Kompetensi menulis karangan diukur melalui tes uraian berbentuk

pengungkapan pengalaman. Setelah dilaksanakn tindakan, siswa di tes

dengan menggunakan soal uraian yang menitikberatkan pada segi penerapan

pada akhir pembelajaran setiap siklus. Hasil tes tiap siklus dianalisis secara

deskriptif untuk mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat

kembali (merujuk silang) pada indikator keberhasilan.

2. Alat Pengumpul Data

a. Lembar Observasi

Alat pengumpul data atau lembar observasi dalam penelitian ini

digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran,

lembar observasi yang ditujukan kepada siswa mencakup aspek-aspek:

kegiatan pengingatan kembali terhadap pengalaman yang dimiliki sebagai

objek bahan tulisan, penyusunan kerangka tulisan, penulisan karangan, dan

kegiatan berdiskusi.

b. Tes

Planning

Feedback Classroom

xlix

Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengumpulkan data

kompetensi menulis karangan. Bentuk tes ini berupa tes uraian dengan

menugasi siswa untuk membuat tulisan yang berisi tentang pengalamannya

atau menulis karangan berdasarkan pengalaman. Unsur atau aspek yang

dinilai mencakup: isi, organisasi isi, pola kalimat, struktur dan ejaan.

F. Analisis Data

Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan data hasil angket

diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterprestasikan kemudian

dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendikripsikan

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.

Data berupa hasil tes diuklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data

tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan nilai tes

antarsiklus. Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menggunakan

pendekatan Contekxtual Teaching and Learning (CTL); dan nilai tes siswa setelah

menggunakan pendekatan CTL; sebanyak tiga siklus. Kemudian, data yang berupa

nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas

ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian yang menjadikan

indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: apabila 80% dari jumlah siswa Nilai

kompetensi menulis karangannya 65.00.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mecakup tahap-tahap: (1) pengembangan fokus masalah

penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan

perbaikan, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, (5) perencanaan

tindak lanjut.

1. Pengembangan Fokus Masalah Penelitian

l

Untuk menbgembangkan fokus masalah, dilakukan pembelajaran yang aktual di

kelas dengan menggunakan perencanaan yang disusun oleh guru pelaksana.

Dalam pembelajaran ini belum digunakan pendekatan CTL. Dari sini, peneliti

dapat memperoleh data tentang kondisi awal siswa. Data-data yang lain juga

dapat dikembangkan baik berasal dari guru, siswa, bahan ajar, interaksi

pembelajaran, hasil belajar, media dan sebagainya.

2. Perencanaan Tindakan Perbaikan

Perencanaan-perencanaan yang perlu dipersiapkan untuk tindakan perbaikan

adalah: (1) Menyusun skenario pembelajaran. Dalam skenario pembelajaran

berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru, bentuk-bentuk yang dilakukan

siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah dirtencanakan;

(2) Mempersiapkan fasilitas-fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan; (3)

Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dari

hasil tindakan perbaikan.

3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interprestasi

Setelah direncanakan dengan baik, tindakan perbaikan dilaksanakan dalam

situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan, tindakan perbaikan tersebut

disertai dengan observasi dan interpretasi. Pada observasi ini, dilakukan

perekaman mengenai segala peristiwa dan kegiatanyang terjadi selama tindakan

denga menggunakan blangko pengamatan. Hasil-hasil pengamatan kemudian

diinterpretasikan.

4. Analisis dan Refleksi

Pada tahap analisis data, yang dilakukan adalah menyeleksi, menyederhana-kan,

memfokuskan, mnengabstrasikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan

rasional. Hasil analisis kemudian direfleksi, yakni dikaji apa yang telah dan/atau

tidak terjadi. Apa yang telah dihasilkan atau dituntaskan oleh tindakan

perbaikan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah lanjut dalam

rangka mencapai tujuan penelitian tindakan kelas.

5. Perencanaan tindak Lanjut

Masalah yang diteliti diperkirakan belum tuntas hanya dengan satu siklus, maka

penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus ke-2. Pelaksanaan perbaikan,

pada siklus ke-2 dirancang berdasarkan pada hasil analisis dan refleksi dari

observasi dan interpretasi pada siklus ke-1. Dengan prosedur yang sama,

penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus ke-3. Pelaksanaan perbaikan

li

pada siklus ke-3 dirancang berdasarkan pada hasil refleksi dari observasi dan

interpretasi pada siklus ke-2.

Perancangan pelaksanaan tiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: (a) menyusun skenario

pembelajaran (RPP); (b) membuat lembar pengamatan; (c) Menyiapkan

alat pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan merupakan tindakan guru dalam

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang dibuat, dan

dilaksanakan secara aktual.

3) Tahap Observasi Interpretasi: Dalam waktu yang bersamaan,

pelaksanaan pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar

pengamatan, kemudian hasilnya diinterpretasikan.

4) Tahap Analisis dan Refleksi; hasil observasi yang telah diinterpretasikan

dianalisis dan direfleksi untuk menentukan langkah-langkah tindakan

pada siklus ke-2.

b. Siklus II

1) Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: (a) menyiapkan skenario

pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I; (b)

menyiapkan alat dan media pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, yakni melaksanakan tindakan perbaikan

sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

3) Tahap Observasi Interpretasi: dalam waktu yang bersamaan, pelaksanaan

pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar pengamatan,

kemudian hasilnya diinterpretasikan.

4) Tahap Analisis dan Refleksi; hasil hasil observasi yang telah

diinterpretasikan dianalisis dan direfleksi.

c. Siklus III

1) Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: (a) menyiapkan skenario

pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus II; (b)

menyiapkan alat dan media pembelajaran.

lii

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, yakni melaksanakan tindakan perbaikan

sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.

3) Tahap Observasi Interpretasi: dalam waktu yang bersamaan, pelaksanaan

pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar pengamatan,

kemudian hasilnya diinterpretasikan.

4) Tahap Analisis dan Refleksi; hasil hasil observasi yang telah

diinterpretasikan dianalisis dan direfleksi.

Pada analisis dan refleksi, hasil analisis data pada siklus III, ini

digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang

dilakukan guru dalam peningkatan kompetensi menulis karanangan siswa

dengan menggunakan pendekatan CTL.

Prosedur penelitian di atas secara skematik disajikan dalam Gambar 6.:

Permasalahan Altr. Pemecahan

Rencana Tindakan I Pelaksanaan

Tindakan I

Refleksi I

Analisis Data I

Observasi I

Perencanaan Tindak Lanjut

Altr. Pemecahan

Rencana Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II

Analisis Data II

Observasi II

Perencanaan Tindak Lanjut

Altr. Pemecahan Rencana Tindakan III

Pelaksanaan Tindakan III

Refleksi III

Analisis Data III

Observasi III

Terselesai kan

liii

Gambar 6. Alur Penelitian tindakan Kelas

(Raka Joni, dkk.dalam Depdiknas, 2004a: 16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Suasana ruang kelas begitu tenang dan tertib ketika jam pelajaran bahasa

Indonesia dimulai. Para siswa menempati tempat duduk masing-masing kemudian

bersiap-siap menerima pelajaran. Secara serentak siswa mengeluarkan buku catatan

dan alat tulis serta buku paket bahsa Indonesia.

Materi pembelajaran menulis karangan pada kondisi awal diolah oleh guru

dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Gurupun memulai pembelajaran menulis

dengan mengabsen terlebih dahulu siswa kelas V. Dengan mengunakan metode

ceramah, materi pembelajaran menulis karangan diuraikan secara panjang lebar

oleh guru, sementara siswa memperhatikan dengan sungguh-sunguh sambil

mencatat penjelasan guru.

Pembelajaran dimulai dengan penjelasan tentang batasan-batasan menulis,

kemudian tentang langkah-langkah menulis mulai dari penentuan tema, cara

mempersempit tema, pengumpulan bahan tulisan, penyusunan kerangka tulisan,

pengembangan tulisan berdasarkan kerangka yang telah disusun. Suasana kelas

sangat tenang selama guru menjelaskan materi pembelajaran karena sambil

mendengarkan penjelasan guru, siswa mencatat hal-hal penting dari penjelasan

guru tersebut.

Waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi pembelajaran sekitar 30

menit atau hampir separoh alokasi waktu yang disediakan 2 x 35 menit. Pada akhir

liv

penjelasannya, guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai hal-

hal yang belum jelas berkenaan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan.

Namun, tidak banyak siswa yang memanfaatkan waktu tersebut. Siswa terkesan

pasif, seakan-akan hanya menerima begitu saja materi yang dijelaskan oleh guru

tanpa banyak memberikan tanggapan atau komentar.

Kemudian guru memberikan tugas kepada siswa menulis karangan

berdasarkan pengalaman yang pernah dialami, dilihat atau diamati. Siswa terlihat

tidak segera menuliskan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Sebagian siswa

tampak membayangkan atau mengingat-ingat obyek apa yang pernah mereka

alami, amati, baru kemudian mereka menuliskan hasil pengalamannya di buku

tugas. Selama siswa menulis karangan, guru duduk di depan kelas sambil sesekali

melihat siswa menulis. Guru tidak mengontrol atau memberikan bimbingan kepada

siswa.

Kegiatan menulis karangan berdasarkan pengalaman oleh siswa dilakukan

hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Guru menyuruh mengumpulkan hasil

tulisan/karangan siswa. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau

umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Mengacu pada gambaran pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia

(khususnya menulis) yang telah teramati tersebut, maka berikut ini dapat disajikan

beberap informasi yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran menulis dalam

tabel 2.:

Tabel 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa pada Kondisi Awal (sebelum PTK) dilaksanakan

Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase

45

50

55

60

65

1

2

3

5

4

45

100

165

300

260

06,25 %

12,50 %

18,75 %

31,25 %

25,00 %

37

lv

70 1 70 06,25 %

Jumlah 16 870 100 %

Rata-rata 870 : 16 = 54,38

Ketuntasan Klasikal 5 : 16 X 100 % = 31,50 %

Sumber Data: Lampiran 7 halaman 92.

Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak

11 siswa memperoleh nilai di bawah 65,00. Sebanyak 5 siswa memperoleh nilai

65,00 atau lebih. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia,

khususnya menulis pada siswa kelas V SD Negeri Gunungsari belum memenuhi

batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran

menulis dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari

pada kondisi awal dapat digambarkan dalam bentuk grafik 1.

0

1

2

3

4

5

45 50 55 60 65 70

Nilai Awal

Grafik 1. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD

Negeri Gunungsari pada Kondisi Awal.

lvi

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Diskripsi Siklus I

Kegiatan penelitian pada tindakan siklus I dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian pada tindakan siklus I meliputi kegiatan-

kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran

menulis kerangka dalam suatu siklus I ini dirancang dengan dua kali

pertemuan. Alokasi setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. RPP mencakup

penentuan: kompetensi dasar, materi pokok, Indikator, skenario

pembelajaran, media/sumber belajar, dan sistem penilaian (Lampiran 1,

halaman 78).

Langkah-langkah atau skenario pembelajaran pada siklus I (pertemuan ke-1)

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Tahap Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: (1)

Guru memasuki kelas, mengabsen dan mengondisikan siswa agar dengan

segera siap menerima materi pembelajaran; (2) Guru berdialog dengan

siswa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, kemudian diarahkan

kepada materi pembelajaran menulis karangan berdasarkan

pengalamannya. Siswa diarahkan untuk menyebutkan hal-hal yang

berkaitan dengan pengalamannya untuk ditulis dalam karangan; (3) Guru

menginformasikan tujuan membelajaran menulis karangan. Metode yang

digunakan adalah metode informasi dan bertanya. Sementara itu, waktu

yang dialokasikan untuk tahap pendahuluan adalah 15 menit.

b) Tahap Inti

Pada tahap inti ini, kegiatan-kegitan yang dilakukan adalah: (1) Siswa

mengadakan pengamatan dengan cara mengingat-ingat kembali terhadap

lvii

objek yang pernah dialami, diamati untuk ditulis dalam karangan dengan

teliti; (2) Siswa menulis unsur-unsur objek yang pernah dialami atau

diamati sebagai data penulisan karangan; (3) Siswa bertanya kepada

petugas perpustakaan atau kepada guru berkaitan dengan objek

pengalaman yang dialami, dan diamati; (4) Siswa kembali ke kelas

menuliskan karangan/tulisan dengan sistematis; (5) Siswa

mengembangkan kerangka tulisan/karangan menjadi beberapa kalimat; (6)

Siswa membuat draf tulisan/karangan. Metode yang digunakan adalah

metode konstruktivisme, masyarakat belajar, dan bertanya. Waktu yang

dialokasikan untuk tahap ini adalah 45 menit.

c) Tahap Penutup

Pada tehap penutup ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: (1)

Siswa dan guru merefleksi terhadap kegiatan pengamatan/pengingatan

kembali pengalaman siswa sampai pada pembuatan draf tulisan/karangan;

(2) Siswa dan guru menyimpulkan langkah-langkah penyusunan

tulisan/karangan; (3) Guru menugasi siswa berlatih mengembangkan

kerangka karangannya. Metode yang digunakan adalah metode refleksi

dan penugasan. Waktu yang dialokasikan untuk tahap ini adalah 10 menit.

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa

digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus. Khusus untuk

pelaksanaan diskusi, kursi diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat

melakukan diskusi dengan baik sesuai kelompoknya.; (2) Perpustakaan

sekolah. Perpustakaan sekolah yang digunakan sebagai objek pengamatan

perlu dipersiapkan, misalnya tentang bagaimana sistem pengklasifikasian

buku, sistem peminjaman, termasuk kesiapan petugas perpustakaan untuk

memberikan informasi kepada siswa yang melakukan pengamatan sehingga

untuk mendapatkan data yang lengkap, siswa dapat bertanya kepada petugas

perpustakaan.

lviii

3) Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunaakan untuk merekam segala aktivitas

selama pelaksanaan pembelajaran berupa blanko pengamatan yang berisi

daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar

pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa

selama mengamati objek, aktivitas menyusun kerangka tulisan, kesungguhan

menulis karangan, dan akivitas dalam berdiskusi. Lembar pengamatan yang

digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, bagaimana

perannya sebagai motivator dan fasilitator memberikan kesempatan bertanya

dan bagaimana ia memanfaatkan waktu dalam pembelajaran.

c. Pelaksanaan Tindakan

Sebagaimana telah diuraikan pada RPP, kegiatan pembelajaran pada siklus

I dirancang dalam dua kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan

ke-1 diawali dengan informasi atau pengarahan kepada siswa mengenai teknik-

teknik menulis karangan berdasarkan hasil pengalaman. Pada kesempatan

tersebut, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk

menanyakan segala sesuatu yang belum jelas. Alokasi untuk penjelasan ini

menggunakan waktu selama 15 menit.

Kegiatan berikutnya, siswa dibagi beberapa kelompok diskusi. Masing-

masing kelompok beranggotakan 4 orang. Setiap siswa pada setiap kelompok

diskusi diberi kesempatan untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman

yang pernah dialami, lalu diminta menuliskan pada buku catatan. Setelah

berhasil mendata beberapa pengalaman yang pernah dialami, mereka diminta

untuk menyusun kerangka tulisan atau karangan berdasarkan pada pengalaman-

pengalaman yang sudah didata atau dicatat tadi. Berdasarkan kerangka yang

telah disusun, siswa mencoba mengembangkan menjadi draf karangan dengan

memperhatikan aspek pilihan kata, struktur kalimat, tanda baca dan ejaan.

Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 50 menit.

Pembelajaran pada pertemuan ke-1 diakhiri dengan refleksi, yakni

merenungkan apa saja yang terjadi dan tidak terjadi, selama melakukan kegiatan

mendata pengalaman yang dimiliki, penyusunan kerangka, dan penyusunan

kerangka. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10 menit. Sebelum

lix

mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk menulis karangan sesuai

dengan kerangka yang telah disusun.

Pada pertemuan ke-2, pembelajaran diawali dengan mengulas hasil

pembelajaran pada pertemuan ke-1. Hasil refleksi pada pertemuan ke-1

digunakan sebagai dasar berpijak pada pertemuan ke-2. Alokai waktu yang

digunakan untuk mengulas adalah 10 menit.

Kemudian, siswa mengembangkan kerangka atau menyempurnakan draf

yang telah dipersiapkan menjadi sebuah tulisan atau karangan yang mendekati

ketentuan. Setelah selesai menulis karangan, siswa membagi diri menjadi empat

kelompok (dalam satu kelompok terdiri dari empat orang) untuk mendiskusikan

hasil tulisan/karangan yang telah ditulis. Pada saat siswa berdiskusi, guru

mengadakan pengamatan mengenai aktivitas siswa dengan menggunakan blanko

yang telah dipersiapkan. Guru memberikan bantuan apabila ada kelompok yang

memerlukan penjelasan dan bimbingan. Berdasarkan hasil diskusi, siswa

menyempurnakan atau melakukan revisi terhadap hasil tulisan/karangannya.

Alokasi yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 50 menit. Pembelajaran pada

pertemuan ke-2 diakhiri dengan refleksi mengenai pelaksanaan pembelajaran.

Waktu yang digunakan untuk refleksi 10 menit.

d. Observasi - Interpretasi

Pengamat (Bapak Munawir) mengamati guru yang sedang mengajar di

kelas dengan materi menulis karangan, siswa diminta membentuk kelompok

diskusi, mereka tidak segera beranjak dari tempat duduk, bahkan masih tampak

beberapa siswa yang masih berbincang-bincang dengan temannya. Pada saat

beranjak dari tempat duduk lalu membentuk kelompokpun tidak dilakukan

dengan cepat. Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya

alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu

dengan baik.

Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada diri

siswa. Masih banyak diantara mereka yang hanya sekedar membawa buku

catatan dan alat tulis pada diskusi kelompok tanpa banyak melakukan aktivitas.

Mereka tidak mencatat apa yang pernah mereka alami karena masih belum

lx

teringat beberapa pengalaman yang pernah dialami. Siswa belum benar-benar

memahami akan pentingnya pendataan kembali yang terkait dengan

pengalaman-pengalaman yang pernah dilakukan/dimiliki terhadap objek sebagai

bahan tulisan atau karangan yang akan disusun.

Siswa yang bertanya kepada guru untuk menggali beberapa pengalaman

yang diingat dan pernah dilakukan jumlahnya masih sedikit sehingga informasi

yang didapatkan pun sangat terbatas. Data yang ditulis siswa tidak

diklarifikasikan dengan baik sehingga untuk menyusunnya menjadi kerangka

yang sistematis memerlukan waktu yang relatif lama.

Kerangka tulisan yang disusun siswa terlihat belum sistematis. Siswa tidak

memanfaatkan dengan baik hasil pendataan beberapa pengalaman hidup yang

pernah dimiliki atau dialami dengan klasifikasinya. Dengan demikian pula, pada

pengembangan kerangka menjadi tulisan atau karangan, masih banyak

ditemukan siswa yang menuliskan apa adanya.

Pada saat membentuk kelompok untuk mendiskusikan hasil tulisannya,

siswa belum melakukannya dengan segera sehingga tidak efektif waktu. Siswa

yang masih pasif dalam berdiskusi, mereka belum banyak memberikan

komentar, atau melakukan penilaian terhadap hasil tulisan teman. Hal ini

disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan diskusi kelas. Siswa belum

biasa berbicara atau mengeluarkan pendapat dihadapan teman-temannya.

Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang memberikan bimbingan.

Bagaimanapun juga siswa tidak dapat terlalu “dilepaskan” karena mereka sudah

sangat terbiasa dengan pembelajaran konvensional, yang segala sesuatunya

banyak mendapatkan intervensi guru.

Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil

observasi pada siklus I, dapat disajikan sebagai berikut: (1) Melakukan

pendataan terhadap beberapa pengalaman yang dialami/dimiliki sebesar 50%;

(2) Penyusunan kerangaka karangan 56.25% ; (3) Penulisan laporan 62.50% ;

(4) Keaktifan melakukan diskusi 50%. Rerata aktivitas siswa 54.90% (Lampiran

18 halaman 105). Tingkat aktivitas siswa yang masih rendah, maka pada siklus

berikutnya diharapkan dapat ditingkatkan dengan memotivasi siswa akan

lxi

manfaat pembelajaran melalui metode CTL dalam pembelajaran kompetensi

menulis karangan.

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas

guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 61,90% (Lampiran 13 halaman

99). Guru kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu

dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar, guru

kurang maksimal dalam menerapkan model pembelajaran CTL, karena guru

kelas sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran konvensional (ceramah), yang

segala sesuatunya banyak mendapatkan intervensi guru.

Hasil pembelajaran menulis karangan pada siklus I disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan CTL pada Siklus I

Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase

50

55

60

65

70

75

1

2

4

5

3

1

50

110

240

325

210

75

06,25 %

12,50 %

25,00 %

31,25 %

18,75 %

06,25 %

Jumlah 16 1010 100 %

Rata-rata 1010 : 16 = 63,13

Ketuntasan Klasikal 9 : 16 X 100 % = 56,25 %

Sumber Data: Lampiran 8 halaman 93.

Hasil tes yang disajikan pada tabel di atas, menunjukkan bahwa sejumlah

7 siswa mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 9 siswa mendapat nilai

65,00 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 63,13. Ketuntasan secara klasikal sebesar

lxii

56,25%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran

bahasa Indonesia, khususnya menulis pada siklus I belum berjalan dengan baik.

Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri

Gunungsari pada siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik 2 sebagai

berikut.

0

1

2

3

4

5

45 50 55 60 65 70 75

Nilai Siklus I

Grafik 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari pada Siklus I.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil obserfasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum

dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,

pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa mengenai pentinya

pemafaatan waktu.

Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pendataan

beberapa pengalaman yang dialami/dimiliki, dan jarangnya tanya-jawab

dilakukan antara siswa dengan guru disebabkan oleh kekurangpahaman siswa

akan pentinya pendataan pengalaman-pengalaman yang dialami tersebut

sehingga masih didapati siswa yang mendapati kesulitan ketika akan

mencatatkan pada buku catatan atau alat tulis yang dibawanya. Oleh sebab itu,

lxiii

pada pembelajaran berikutnya (pada siklus II) perlu ditekankan kepada siswa

agar lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan mendata ulang

beberapa pengalaman yang pernah menjadi miliknya.

Pada penyusunan kerangka tulisan/karangan, perlu diarahkan kepada

siswa untuk mengklarifikasikan data-data pengalaman sehingga memudahkan

untuk menyusun kerangka tersebut. Kepada siswa perlu diarahkan bagaimana

cara mengembangkan kerangka menjadi bentuk tulisan/kerangka yang

sistematis. Kepada siswa perlu ditunjukkan contoh karangan/tulisan yang

disusun berdasarkan pengalaman.

Perlu ditingkatkan pula keaktifan siswa dalam berdiskusi. Siswa perlu

dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan bermanfaat

untuk menyempurnakan tulisan/karangannya. Siswa masih perlu dibimbing dan

diarahkan karena mereka belum dapat dengan serta merta dilepaskan untuk

mandiri.

2. Deskripsi Siklus II

Pembelajaran menulis karangan pada siklus II masih ditujukan pada

penulisan tulisan/karangan berdasarkan pengalaman yang dialami/dimiliki oleh

siswa. Pelaksanaannya dirancang sebagai berikut :

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-

kegiatan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP pada siklus II, dirancang sebagai berikut: Pada pertemuan ke-1

siswa mengadakan pendataan terhadap beberapa pengalaman yang mereka

miliki, menyusun kerangka tulisan/karangan, dan penyusunan draf.

Kemudian pada pertemuan ke-2, siswa menulis karangan berdasarkan hasil

pengalamannya, mendiskusikan, kemudian melakukan penyuntingan (lihat

lampiran 2, hal. 81).

Tindakan yang mendapatkan penekanan dari guru ada siklus II

adalah: mengarahkan siswa agar lebih aktif dalam melakukan kegiatan, dan

lxiv

lebih terstruktur dalam melakukan pencatatan atau penginventarisasikan

terhadap pokok-pokok pengalaman yang hendak ditulisnya. Agar pencatatan

yang dilakukan siswa tentang pengalam-pengalamannya dapat berjalan lebih

terstruktur, siswa perlu menyiapkan pokok-pokok yang perlu dicatat.

Langkah-langkah atau skenario pembelajaran pada siklus ke II (pada

pertemuan ke-1) mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: (1) Guru

memasuki kelas, mengabsen dan mengondisikan siswa agar dengan segera

siap menerima materi pelajaran; (2) Guru berdialog dengan siswa yang

mengarah pada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I;

(3) Guru mengarahkan siswa mengadakan pencatatan/pendataan tentang

beberapa pengalaman yang pernah dialami dengan cara mengingat-ingat

kembali dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya; (4) Guru

menunjukkan contoh tulisan/karangan siswa sebagai salah satu model.

Metode yang digunakan adalah metode informasi, bertanya. Waktu yang

dialokasikan untuk tahap pendahuluan adalah 10 menit.

b) Tahap Inti

Pada tahap inti ini, kegiatan-kegitan yang dialakukan adalah: (1) Siswa

mengamati contoh karangan yang diberikan guru ; (2) Siswa mengadakan

pengingatan kembali dengan mencatat pengalaman-pengalaman yang

pernah dialami; (3) Siswa menuliskan unsur-unsur penting dari

pengalaman yang pernah dimiliki dalam buku catatan; (4) Siswa

menuliskan kerangka tulisan/karangan dengan sistematis; (5) Siswa

mengembangkan kerangka tulisan/karangan yang telah dibuat menjadi

beberapa kalimat; (6) Siswa membuat draf tulisan/karangan. Metode yang

digunakan adalah metode konstruktivisme, masyarakat belajar. Waktu

yang dialokasikan untuk tahap ini adalah 45 menit.

c) Tahap Penutup

lxv

Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah : (1) Siswa dan

guru merefleksi terhadap kegiatan siswa sejak pendataan/pencatatan

beberapa pengalaman yang diingat sampai dengan pada pembuatan draf

tulisan/karangan; (2) Siswa dan guru menyimpulkan penyusunan

tulisan/karangan; (3) Guru menugasi siswa berlatih mengembangkan

tulisan/karangan yang telah disusun. Metode yang digunakan adalah

metode refleksi dan penugasan. Waktu yang dialokasikan untuk tahap

penutup adalah 10 menit.

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

pada siklus II adalah: a) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah

kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus.

Khusus untuk pelaksanaan diskusi, kursi diatur sedemikian rupa sehingga

siswa dapat melakukan diskusi dengan baik sesuai kelompoknya.; b)

Perpustakaan Sekolah yang digunakan sebagai sumber belajar perlu

dipersiapkan; c) Contoh tulisan/karangan berdasarkan pengalaman perlu

dipersiapkan oleh guru agar dapat digunakan oleh siswa sebagai model

penulisan.

3) Mempersiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan untuk merekam segala aktivitas

selama pelaksanaan pembelajaran berupa blanko pengamatan yang berisi

daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar

pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa

selama mengamati objek, aktivitas menyusun kerangka tulisan, kesungguhan

dalam menulis, dan aktivitas dalam berdiskusi. Lembar pengamatan yang

digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, bagaimana

perannya sebagai motivator dan fasilitator, memberikan kesempatan

bertanya, dan bagaimana mengarahkan pemanfaatan waktu selama dalam

pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

lxvi

Tindakan perbaikan diawalai dengan dialog antara guru dengan siswa

yang mengarah kepada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus

I. Mengingat pada siklus I siswa kurang dapat memanfaatkan waktu selama

mengamati objek, maka pada siklus II ini, siswa diarahkan untuk dapat

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Guru mengulas mengenai pentingnya

melakukan pendataan/pencatatan kembali beberapa pengalaman yang pernah

dialami dan diingat siswa sebagai bahan penulisannya. Kemudian guru

menunjukkan contoh tulisan/karangan berdasarkan pengalaman kepada siswa

sehingga mereka mendapatkan gambaran yang lebih konkrit mengenai bentuk-

bentuk karangan yang berdasarkan pengalaman.

Pada langkah berikutnya, siswapun bergegas untuk melakukan

pencatatan kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dialami dan diingat ke

dalam buku catatan. Mereka tampak senang, bersemangat dan aktif mencatat

hal-hal yang dianggap penting dari pengalaman yang pernah dialami untuk

ditulis. Guru tidak banyak lagi memberikan pengarahan.

Setelah siswa menuliskan pada buku catatannya tentang pengalaman-

pengalaman yang pernah dialami dan diingat, lalu mereka menyusun kerangka

tulisan/karangan berdasarkan catatan yang telah dibuatnya tadi. Dalam

penyusunan kerangka, banyak diantara siswa yang mendiskusikannya dengan

siswa lain. Guru berkeliling sambil memberikan pengarahan dan bimbingan

sehingga siswa dapat menyusun kerangka dengan baik. Siswa yang telah selesai

menyusun kerangka, langsung mencoba mengembangkan kerangka tersebut

kedalam beberapa kalimat. Siswa yang lain menyelesaikan penyusunan

kerangka karangannya hingga waktu yang dialokasikan habis. Pembelajaran

pada siklus II, pertemuan ke-1 diakhiri dengan refleksi mengenai seputar

pelaksanaan pencatatan kembali pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa

dan penyusunan kerangka, hingga mengembangkan tulisan/karangannya.

Pada pertemuan ke-2 diawali dengan dialog dan pengarahan mengenai

seputar pengembangan kerangka menjadi tulisan/karangan yang utuh. Waktu

yang digunakan untuk dialog dan pengarahan 10 menit. Kemudian siswa

melanjutkan aktivitas menyusun karangan berdasarkan kerangka yang telah

lxvii

disusun. Selama siswa melakukan aktivitas, guru mengamati dan memberikan

arahan terhadap siswa yang memerlukan bimbingan.

Setelah siswa menyelesaikan tulisan/karangannya, mereka

mendiskusikan dalam kelompok. Untuk memudahkan dan mengefektifkan

waktu, kelompok diskusi pada siklus II adalah teman sebangku ditambah dengan

bangku yang berdekatan. Diskusipun berjalan dengan baik. Siswa satu dengan

yang lain saling mengoreksi pekerjaan temannya. Mereka lebih berani bertanya

kepada temannya sehingga kalau ada masalah dan ada yang tidak diketahui oleh

mereka dapat dipecahkan bersama kelompoknya. Pada akhir pembelajaran, guru

bersama-sama dengan siswa mengadakan refleksi mengenai pembelajaran yang

telah dilaksanakan. Alokasi waktu yang digunakan untuk refleksi 10 menit.

c. Observasi - Interpretasi

Pengamat (Bapak Munawir) mengamati guru yang sedang mengajar di

kelas dengan materi menulis karangan catatan-catatan persiapan yang berisi

pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa menjadikan bahan yang akan

ditulis semakin lengkap. Dalam catatan-catatan itu seakan-akan siswa sudah

mengetahui apa yang mesti harus dilakukan. Dengan kesadaran sendiri, tanpa

terbebani mereka melakukan kegiatan penulisan dengan baik.

Untuk melengkapi catatan dalam buku yang terkait dengan pengalaman-

pengalamannya, mereka sering bertanya pada teman sebangku, juga kepada guru

untuk mendapatkan data yang lengkap agar dapat menuliskan dalam

karangannya. Kelengkapan catatan persiapan ini sangat berpengaruh terhadap

penyusunan kerangka tulisan/karangan sehingga kerangka yang disusun menjadi

lebih sistematis. Siswa sudah dapat melakukan kegiatan menulis dengan cukup

baik, walaupun masih perlu diingatkan. Mereka tidak kelihatan canggung pada

saat memulai menuliskan hasil pengalamannya. Pada saat berdiskusi, siswa juga

sudah melakukannya dengan baik. Ada peningkatan aktivitas siswa dalam

berdiskusi. Ternyata, dengan mendiskusikan hasil laporan ini sangat bermanfaat

bagi siswa karena kesalahan yang tadinya tidak disadari oleh mereka, setelah

dikoreksi oleh temannya, kesalahan tersebut dapat diketahui. Berasarkan koreksi

lxviii

dari teman tersebut, siswa dapat melakukan perbaikan atau revisi terhadap

tulisan/karangan yang telah disusun.

Berdasarkan penilaian hasil tulisan siswa, masih banyak ditemukan

kesalahan ejaan, dan struktur kalimat yang kurang tepat. Siswa perlu diingatkan

dan diarahkan agar lebih memperhatikan mengenai kebenaran ejaan dan

ketepatan struktur kalimat.

Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sudah

melakukan tugasnya dengan baik. Bahkan, kedekatan dan sikap ramah yang

ditunjukkan guru terhadap siswa dirasakan merupakan nilai tersendiri bagi

siswa. Suasana pembelajaran dirasakan oleh siswa sebagai hal yang

menyenangkan, sehingga siswapun merasa bahwa pembelajaran menulis itu

sebagai pembelajaran yang menarik.

Tingkat aktivitas dalam mengikuti pembelajaran dapat diketahui dari

hasil observasi sebagai berikut: (1) Melakukan pendataan/pencatatan terhadap

pengalaman-pengalaman yang dimiliki sebesar 75%, (2) Melakukan penyusunan

kerangka karangan 75%, (3) Penulisan tulisan/karangan 81.25%, (4) Melakukan

diskusi 62.50%. Rerata aktivitas siswa 73.40% (Lampiran 18 halaman 105).

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas

guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 76,19% (Lampiran 14 halaman

100). Guru sudah dapat mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan

waktu dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar,

guru sudah dapat peningkatan dalam menerapkan model pembelajaran CTL,

guru kelas sudah dapat memahami proses pembelajaran walaupun belum

maksimal.

Hasil pembelajaran menulis karangan pada siklus II disajikan dalam

tabel 4.:

Tabel 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan CTL pada Siklus II

Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase

55

60

65

70

1

3

3

5

50

180

195

350

06,25 %

18,75 %

18,75 %

31,25 %

lxix

75

80

3

1

225

80

18,75 %

06,25 %

Jumlah 16 1080 100 %

Rata-rata 1080 : 16 = 67,60

Ketuntasan Klasikal 12 : 16 X 100 % = 75,00 %

Sumber Data: Lampiran 9 halaman 94.

Hasil nilai pada tabel di atas menunjukkan 4 siswa mendapat nilai kurang

dari 65,00. Sebanyak 12 siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Nilai Rerata

kelas 67,60. Ketuntasan secara klasikal sebesar 75.00%. Berdasarkan hasil

tersebut, dapat diketahui bahwa nilai rerata yang dicapai sudah memenuhi

indikator kinerja. Namun secara klasikal belum mencapai batas tuntas.

Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri

Gunungsari pada siklus II dapat digambarkan dalam bentuk grafik 3

.

0

1

2

3

4

5

50 55 60 65 70 75 80

Nilai Siklus II

Grafik 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari pada Siklus II.

d. Refleksi

lxx

Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Mereka juga

sudah memahami akan pentingnya kegiatan pendataan/pencatatan pengalaman-

pengalaman yang pernah dialami/diingat sebagai bahan acuan untuk ditulis.

Bahkan, mereka melakukan kegiatan tersebut dengan antusias, senang hati, dan

hasilnya lebih baik. Demikian pula, kegiatan berdiskusi yang muncul pada saat

siswa menyusun kerangka tulisan/karangan, perlu diefektifkan pada siklus III.

Kegiatan menulis telah dilakukan oleh siswa dengan lancar dan tidak

canggung. Namun, hal-hal mengenai kebenaran ejaan, keefektifan kalimat,

masih perlu ditingkatkan. Demikian pula pada kegiatan berdiskusi, siswa perlu

dibangkitkan semangatnya.

Aktivitas dan semangat siswa yang sudah terbentuk pada siklus II perlu

ditingkatkan pada pembelajaran siklus III agar pembelajaran menjadi lebih

menarik. Guru perlu lebih berupaya menciptakan suasana senang, tidak tertekan,

dan memilihkan materi pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.

3. Diskripsi Siklus III

Pembelajaran menulis pada siklus III ditujukan pada penulisan karangan

berdasarkan pengalaman siswa ketika mengikuti berkemah menjelang hari

Pramuka 14 Agustus 2009.

a. Perencanaan

Sebagaimana yang telah dilaksanakan pada siklus II, pada siklus III ini

dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan (lihat RPP Siklus III pada Lampiran

3, hal. 84). Pada pertemuan ke-1 siswa mencatat pada buku catatannya tentang

pengalaman-penghalaman yang pernah dialami dan diingat, menyusun kerangka

tulisan/karangan, mendiskusikan penyusunan kerangka, menyusun draf. Pada

pertemuan ke-2, siswa menulis berdasarkan catatan-catatan pengalaman yang

telah ditulis pada buku catatan, mendiskusikan laporan kemudian melakukan

penyuntingan.

Tindakan yang mendapat penekanan-penekanan pada siklus III, siswa

perlu menyiapkan detail-detail tulisan dengan mencermati apa saja yang perlu

lxxi

dituliskan ketika mengikuti kegiatan perkemahan dalam rangka memperingati

hari pramuka untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

Langkah-langkah atau skenario pembelajaran pada siklus III (pertemuan

ke-1) mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: : (1) Guru

memasuki kelas, mengabsen dan mengondisikan siswa agar dengan segera

siap menerima materi pelajaran; (2) Guru berdialog dengan siswa mengarah

pada penulisan karangan dengan objek perkemahan; (3) Guru mengarahkan

siswa mengadakan pendataan/pengamatan secara cermat terhadap segala

sesuatu yang perlu ditulis ketika mereka mengikuti perkemahan dengan

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya; (4) Siswa mempersiapkan diri untuk

melakukan pencatatan hal-hal yang perlu dituliskan pada karangan

berdasarkan pengalaman mengikuti perkemahan. Metode yang digunakan

adalah metode informasi, bertanya. Waktu yang dialokasikan untuk tahap

pendahuluan adalah 10 menit.

2) Tahap Inti

Pada tahap inti ini, kegiatan-kegitan yang dilakukan adalah: (1) Siswa

menuliskan hal-hal yang terkait dengan pengalamannya mengikuti

perkemahan dengan teliti; (2) Siswa menuliskan unsur-unsur pokok objek

yang dialami; (3) Siswa bertanya berkaitan dengan objek pengalaman dengan

teman sebangku atau guru (4) Siswa menulis kerangka tulisan/karangan

dengan sistematis; (5) Siswa mendiskusikan penyusunan kerangka

tulisan/karangan; (6) Siswa mengembangkan kerangka menjadi beberapa

kalimat; (7) Siswa membuat draf tulisan/karangan. Metode yang digunakan

adalah konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, dan penilaian yang

sebenarnya. Waktu yang dialokasikan untuk tahap ini adalah 50 menit.

3) Tahap Penutup

Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah : (1) Siswa dan guru

merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan; (2) Siswa dan guru

menyimpulkan penyusunan kerangka tulisan/karangan pada penyusunan draf

lxxii

berdasarkan hasil catatan yang dibuat oleh siswa; (3) Guru menugasi siswa

berlatih mengembangkan kerangka tulisan/karangan yang telah disusun.

Metode yang digunakan adalah metode refleksi. Waktu yang dialokasikan

untuk tahap penutup adalah 10 menit.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan ke-1 pada siklus III, siswa mendapat pengarahan dari guru.

Kemudian siswa mendata dan mencatat hal-hal penting yang akan dituliskan

pada karangannya berkait dengan pengalaman langsung ketika mengikuti

perkemahan dengan dibimbing guru. Kegiatan penulisan atau pencatatan

tersebut dilakukan siswa dengan tertib, lancar dan efektif. Siswa telah

menunjukkan aktivitasnya selama melakukan kegiatan ini. Mereka sibuk dengan

caranya masing-masing untuk mencatat hal-hal yang dianggapnya perlu

dimasukkan ke dalam karangan sebagai data acuan. Beberapa siswa langsung

menuliskan atau mencatat hal-hal tersebut berdasarkan arahan guru. Sebagian

yang lain aktif bertanya kepada teman sekelompok, maupun guru.

Waktu yang digunakan untuk mencatat data pengalaman tersebut

menjadi lebih singkat, sehingga bagi siswa yang telah merasa cukup

mendapatkan hal-hal yang dianggap perlu dituliskan pada karangannya nanti,

langsung merangkaikannya menjadi kerangka tulisan/karangan. Kerangka

tulisan/karangan yang disusun semakin sistematis karena mereka mendiskusikan

kerangka yang disusun tersebut dengan teman kelompoknya. Kemudian, siswa

menyusun draf tulisan/karangan. Sepuluh menit sebelum jam pertemuan ke-1

berakhir, guru dan siswa melakukan refleksi.

Pada pertemuan ke-2 siswa mengembangkan kerangka menjadi sebuah

tulisan/karangan yang utuh. Siswa menulis dengan sungguh-sungguh dan

sesekali bertanya kepada guru mengenai dengan masalah yang dihadapinya.

Guru memantau dan mengamati aktivitas siswa. Berdasarkan pengamatan guru,

pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siklus III berjalan

lxxiii

lebih baik. Artinya, siswa telah memahami berbagai permasalahan dalam hal

menulis berdasarkan pengalaman.

Rasa canggung dalam menulis sudah tidak diperlihatkan lagi oleh siswa.

Rasa senang, dan bersemangat sudah ditunjukkan oleh siswa. Hal ini terbukti

ketika guru akan mengakhiri pembelajaran, siswa justru meminta tambahan

waktu. Bukan karena mereka tidak dapat mengerjakan, melainkan karena

mereka asyik menyempurnakan hasil tulisan/karangannya.

Mengingat siswa sudah semakin lancar dalam menulis karangan

berdasarkan pengalaman, guru mengarahkan agar siswa memperhatikan

kebenaran tulisan, ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat. Kemudian siswa

mendiskusikan hasil tulisan/karangannya itu bersama teman sekelompoknya.

Siswa juga semakin aktif melakukan diskusi. Mereka banyak memberikan

tanggapan, masukan dan komentar terhadap tulisan temannya. Bedasarkan hasil

diskusi tersebut, siswa melakukan penyuntingan. Pertemuan diakhiri dengan

refleksi mengenai seputar pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Observassi - Interpretasi

Pengamat (Bapak Munawir) mengamati guru yang sedang mengajar di

kelas dengan materi menulis karangan. Pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan

lancar dan terstruktur karena siswa telah melakukan persiapan sebelumnya,

yakni mempersiapkan detail-detail pengalaman yang akan dimuat dalam

tulisan/karangannya. Dengan persiapan-persiapan ini menjadikan kegiatan

menulis yang dilakukan siswa dapat berjalan efektif.

Siswa lebih merasa senang dan bersemangat dalam melakukan

pengamatan, terlihat dari aktivitasnya dalam melakukan pencatatan unsur-unsur

objek yang dialami dan diingat. Siswa sering berdiskusi dengan teman

sekelompoknya, dan bertanya kepada guru untuk mendapatkan hal-hal penting

yang perlu ditulis dalam tulisan/karangannya. Tanpa disuruh dan diarahkan

guru, siswa dapat melakukan kegiatan tersebut dengan baik. Tulisan atau

karangan telah ditulis siswa dengan runtut. Kesalahan ejaan dan penulisan dan

kekurangtepatan struktur yang ditemukan pada siklus II sudah dapat

diminimalkan.

lxxiv

Tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus III

dapat diketahui dari hasil observasi sebagai berikut: (1) Melakukan

pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki sebesar

81.25%, (2) Melakukan penyusunan kerangka karangan 87.50%; (3) Penulisan

tulisan/karangan 87.50%; (4) Melakukan diskusi 68.75%. rerata aktivitas siswa

81.25% (Lampiran 18 halaman 105).

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas

guru dalam pembelajaran masih sudah mencapai 90,48% (Lampiran 15 halaman

101). Guru sudah dapat mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan

waktu dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar,

guru sudah dapat peningkatan dalam menerapkan model pembelajaran CTL,

guru kelas sudah dapat memahami proses pembelajaran secara maksimal.

Hasil pembelajaran menulis pada sklus III disajikan dalam tabel 5:

Tabel 5. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan CTL pada Siklus III

Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase

55

60

65

70

75

80

-

-

4

5

4

3

-

-

260

350

300

240

-

-

25,00 %

31,25 %

25,00 %

18,75 %

Jumlah 16 1150 100 %

Rata-rata 1150 : 16 = 71,88

Ketuntasan Klasikal 16 : 16 X 100 % = 100 %

Sumber Data: Lampiran 10 halaman 95.

Hasil pada tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang

mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 16 siswa mendapat nilai 65,00 atau

lebih. Secara individual, semua siswa telah memenuhi batas tuntas. Nilai rata-

rata kelas 71.00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil

tersebut dapat diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan kelasikal yang

dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja.

lxxv

Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri

Gunungsari pada siklus III dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4 .

0

1

2

3

4

5

55 60 65 70 75 80

Nilai Siklus III

Grafik 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari pada Siklus III.

d. Refleksi

Siswa merasa senang hati dan antusias dalam melakukan kegiatan

mencatat hal-hal penting dari pengalaman yang dialami ketika mengikuti

perkemahan karena mereka telah mengetahui akan pentingnya kegiatan itu

sebelum menulis karangan berdasarkan pengalaman. Dengan persiapan yang

baik, dapat memudahkan pencatatan data pengalaman.

Siswa sudah dapat melakukan kegiatan menulis dengan lancar karena

ditopang dengan hasil catatan awal yang lengkap. Aktivitas dalam berdiskusi

meningkat karena siswa telah merasakan manfaat diskusi tersebut.

Pada akhir pembelajaran, siswa merasakan bahwa pembelajaran menulis

bukanlah hal yang membosankan. Bahkan, siswa merasakan adanya ketertarikan

untuk mencoba menulis. Untuk itu, kepada siswaperlu diberikan keleluasaan

ruang gerak untuk selalu meningkatkan kompetensinya dalam menulis.

lxxvi

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran menulis berdasarkan pengalaman pada siswa

kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali dilakukan dengan

menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses pembelajaran ini, masih

tampak didominasi oleh segi-segi teoritik. Guru masih banyak mejelaskan tentang

bagaimana menentukan tema, menyusun kerangka, dan mengembangkan karangan.

Siswa mencatat semua penjelasan guru sehingga pembelajaran hanya berjalan

searah. Denga kondisi demikian, siswa sangat pasif selama mengikuti pembelajaran

sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek pembelajaran.

Konsep pembelajaran tentang menulis hanya diterima dari guru. Siswa

belum mengonstruksikan, mendiskusikan, atau merefleksi materi pembelajaran

yang telah dipelajarinya sehingga pembelajaran belum bermakna bagi siswa.

Dalam melakukan penilaian, guru hanya menekankan pada segi penilaian

produk atau hasil. Penilaian proses belum mendapatkan perhatian penuh dari guru.

Siswa sama sekali belum dilibatkan dalam penilaian.

Sebelum melakukan kegiatan menulis, siswa tidak melakukan pengamatan

terhadap objek yang akan ditulis. Guru hanya memberikan tugas menulis dengan

tema tertentu. Siswa disuruh mempersempit tema menjadi topik yang lebih

spesifik. Kemudian, siswa disuruh menyusun kerangka karangan dan selanjutnya

dikembangkan menjadi bentuk tulisan yang utuh. Setelah selesai, hasil tulisan

siswa dikumpulkan tanpa dilakukan penyuntingan terlebih dahulu.

Pada akhir kegiatan menulis, siswa tidak mendiskusikan dengan kelompok

dan tidak melakukan revisi terhadap hasil tulisannya sehingga masih ditemukan

kesalahan-kesalahan, seperti kesalahan ejaan, kalimat tidak lengkap. Berdasarkan

hasil tes pada kondisi awal, diketahui sejumlah 11 siswa mendapat nilai kurang dari

65,00. Sebanyak 5 siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 54,

38. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50.

lxxvii

2. Pembahasan Tiap Siklus

a. Siklus I

Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum

berjalan dengan baik. Siswa belum aktif melakukan kegiatan-kegiatan sesuai

dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini

disebabkan oleh karena siswa telah terbiasa belajar dengan lebih banyak

mengandalkan instruksi guru. Pada saat melakukan pendataan/pencatatan

terhadap pengalaman-pengalaman yang pernah dialami/dimiliki, siswa kurang

bersemangat karena kurang memahami pentingnya melakukan kegiatan itu

sebagai bahan untuk ditulis. Akibatnya, kerangka tulisan yang disusunpun

kurang sitematis. Hal ini terjadi karena siswa tidak mencatat pokok-pokok objek

yang dialami yang akan dituliskan pada karangannya. Kalapun mencatat, siswa

tidak mengidentifikasikan dan tidak merangkaikan bagian-bagian yang relevan

dan penting sehingga siswa kesulitan menyusun kerangka tulisan/karangan

dengan baik.

Data yang diperoleh dari observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran diketahui sebagai berikut: (1) Melakukan

pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki sebesar

60,53%; (2) Melakukan penyusunan kerangka karangan 50,00%; (3) Melakukan

penulisan karangan 60,53%; dan (4) Melakukan diskusi 47,37%. Hasil ini

menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran belum

sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas

guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 65,00%. Guru kurang

mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik belajar

di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang maksimal dalam

menerapkan model pembelajaran CTL, karena guru kelas sudah sangat terbiasa

dengan pembelajaran konvensional (ceramah), yang segala sesuatunya banyak

mendapatkan intervensi guru.

lxxviii

Berdasarkan hasil tes diketahui rerata kelas sebesar 63,12 sebanyak 7

siswa mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 9 siswa mendapat nilai 65,00

atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 56,25%. Berdasarkan data

tersebut rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Demikian

pula secara klasikal belum mencapai ketuntasan. Yang perlu diperhatikan pada

siklus II sebagai tindak lanjut dari siklus I adalah pengefektifan waktu. Siswa

perlu diarahkan agar dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan belajar.

Aktivitas siswa dalam melakukan kegiatan pendataan/pencatatan hal-hal penting

yang dialami juga perlu ditingkatkan. Siswa perlu diarahkan pula agar mereka

lebih intensif dalam melakukan pencatatan/penginventarisan terhadap pokok-

pokok pengalaman. Perlu diberikan bimbingan kepada siswa pada penyusunan

tulisan/karangan sesuai dengan hasil kegiatan yang pernah dialami. Agar siswa

mendapatkan gambaran yang lebih konkrit, kepada siswa diberikan contoh

tulisan/karangan sehingga dapat menggunakannya sebagai acuan.

b. Siklus II

Pada siklus II, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan cukup baik.

Siswa telah dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Mereka lebih

bersemangat dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Pengaruh positif dari

meningkatnya partisipasi dalam belajar ini adalah meningkatnya penguasaan

teknik-teknik menulis siswa. Siswa telah dapat melakukan kegiatan menulis

dengan terarah. Dengan dipersiapkannya catatan-catatan penting dari

pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dan dapat berlangsung lebih efektif dan

lancar.

Demikian pula, pada saat melakukan diskusi siswa mulai berani

berpendapat, memberikan masukan-masukan terhadap hasil tulisan teman.

Namun, keberanian siswa masih perlu ditingkatkan. Aktivitas siswa selama

mengikuti pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi berikut: (1)

Melakukan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang

dimiliki sebesar 76,32%; (2) melakukan penyusunan kerangka karangan

76,32%; (3) Melakukan kegiatan penulisan karangan 81,58% dan (4) melakukan

diskusi dengan aktif sebesar 55,26%.

lxxix

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas

guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 75,00%. Guru sudah dapat

mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik belajar

di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar, guru sudah dapat peningkatan

dalam menerapkan model pembelajaran CTL, guru kelas sudah dapat memahami

proses pembelajaran walaupun belum maksimal.

Hasil penelitian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai kompetensi

menulis berdasarkan pengalaman siswa sebesar 65,60 sejumlah 4 siswa

mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 12 siswa mendapat nilai 65,00 atau

lebih Ketuntasan secara klasikal sebesar 75,00%.

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa rerata nilai kompetensi

menulis siswa telah mencapai batas tuntas sesuai dengan indikator kinerja yang

telah ditetapkan. Namun, secara klasikal belum tuntas karena masih ada 4 siswa

belum mencapai angka 65,00.

c. Siklus III

Pada siklus III, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa

bersemangat dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Dalam melakukan

kegiatan pendataan /pencatatan kembali hal-hal yang perlu dituliskan tentang

pengalamannya, dilakukan siswa dengan cermat dan lengkap sehingga

tulisan/karangan yang ditulis siswa lebih runtut dan mudah dipahami. Perhatian

mengenai kebenaran penggunaan ejaan, struktur kalimat, dan pemilihan kata

didalam tulisan/karangan juga masih dipertahankan oleh siswa.

Jika diukur dengan indikator kinerja, aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran menulis meningkat dibandingkan dengan pembelajaran atau

tindakan sebelumnya. Penguasaan kompetensi menulis siswa pun sudah

mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan baik secara klasikal maupun secara

individual.

Siswa juga sudah dengan sungguh-sungguh mengikuti proses

pembelajaran. Hanya, pada kegiatan berdiskusi masih perlu banyak perhatian

agar lebih meningkat lagi. Peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi sebagai berikut: (1)

lxxx

Melakukan pendatan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang

dimiliki sebesar 84,21%; (2) Melakukan penyusunan kerangka karangan

89,47%; (3) Penulisan karangan 89,47%; dan (4) Melakukan diskusi 65,79%.

Hasil penelitian melalui tes menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 70,00.

Semua siswa mendapat nilai 65,00 keatas. Ketuntasan secara klasikal sebesar

100%.

Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas

guru dalam pembelajaran masih sudah mencapai 85,00% (Lampiran 6 halaman

88). Guru sudah dapat mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan

waktu dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar,

guru sudah dapat peningkatan dalam menerapkan model pembelajaran CTL,

guru kelas sudah dapat memahami proses pembelajaran secara maksimal.

Pada siklus III seluruh siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Secara

individual, semua siswa telah memenuhi batas tuntas. Nilai rata-rata kelas 71.00.

Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat

diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan kelasikal yang dicapai siswa

telah memenuhi indikator kinerja.

Berdasarkan data di atas, dilihat dari aspek minat dan kompetensi

menulis, semua siswa kelas V SDN Gunungsari Kec. Selo Kab. Boyolali telah

dapat memenuhi batas tuntas yang telah ditetapkan baik secara individual

maupun secara klasikal.

3. Pembahasan Antar Siklus

Berdasarkan data awal nilai kompetensi menulis karangan, diketahui nilai

rerata sebesar 54,38, terdapat 11 siswa nilai kurang dari 65,00 dan 5 siswa

mendapat nilai 65,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50%.

Berdasarkan data tersebut, rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang

ditetapkan. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.

Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai kompetensi

menulis karangan sebesar 63,12, sebanyak 7 siswa mendapat nilai di bawah 65

(belum tuntas belajarnya) dan terdapat 9 siswa yang telah tuntas, karena mendapat

lxxxi

nilai 65 ke atas. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 56,25%. Berdasarkan

data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai kompetensi

menulis karangan sebesar 65,60, sebanyak 4 siswa mendapat nilai di bawah 65

(belum tuntas belajarnya) dan terdapat 12 siswa yang telah tuntas, karena mendapat

nilai 65 ke atas. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75,00%. Berdasarkan

data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil tes pada siklus III, diketahui rerata nilai kompetensi

menulis karangan sebesar 71,00 Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan

kelasikal yang dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja.

Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan

pada pembelajaran kompetensi menulis karangan melalui pendekatan CTL, hasil

yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari

naiknya persentase hasil tes kompetensi menulis karangan yang diperoleh siswa

(Tabel 6)

Tabel 6. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Setiap Siklus Melalui Pendekatan CTL Siswa Kelas V SD Negeri Gunugsari.

Nilai Siklus I Siklus II Siklus III

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 50

55

60

65

75

80

1

2

4

5

3

1

-

06,25

12,50

25,00

31,25

18,75

06,25

-

-

1

3

3

5

3

1

-

06,25

18,75

18,75

31,25

18,75

06,25

-

-

-

4

5

4

3

-

-

-

25,00

31,25

25,00

18,75

Jumlah 16 100 % 16 100 % 40 100 %

lxxxii

Rata-rata 1010 : 16 = 63,13 1080 : 16 = 67,60 1150 : 16 = 71,88

Ketuntasan Klasikal

9 : 16 X 100 % = 56,25 %

12 : 16 X 100 % = 75,00 %

16 : 16 x 100 % = 100 %

Dari hasil nilai rata-rata dari setiap siklus dapat dibuat tabel perbandingan

Tabel 7:

Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari Setiap Siklus

S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan

Kemampuan Awal 54,38 -

Siklus I 63,13 8,75

Siklus II 67,60 4,47

Siklus III 71,88 4,28

Dari nilai peningkatan nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD

Negeri Gunungsari tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik 5:

40

45

50

55

60

65

70

75

80

Nilai Menulis Karangan

Prestasi Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Grafik 5. Peningkatan Nilai Kompetensi Menulis Karangan Setiap Siklus

lxxxiii

Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan bahwa nilai kompetensi

menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari tuntas ditentukan apabila

80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas. Dari hasil tindakan melalui

pendekatan CTL dapat diketahui jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas mencapai

100% sehingga diasumsikan bahwa seluruh siswa telah menuntaskan mata

pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan kompetensi menulis karangan.

Hasil penelitian ini bila dikatikan dengan teori masih relevan. prestasi

belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik intern maupun ekstern. Pendekatan

CTL termasuk faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil

nilai kompetensi menulis karangan, hal ini dapat dimaklumi, karena pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari

guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih belum sempurna dan

terdapat beberapa kekurangan atau keterbatasn. Dengan memperhatikan berbagai

alasan yang bersifat prosedural di lapangan, peneliti memiliki keterbatasan yang

tidak dapat dihindari, diantaranya:

1. Penelitian ini sebuah penelitian kualitatif yang memfokuskan pada proses

tindakan, sehingga instrumen tes dalam setiap siklus digunakan seperlunya guna

mengetahui peningkatan atau perubahan kemampuan siswa sebelum dan

sesudah tindakan. Bukan instrumen yang dirancang secara ketat seperti pada

penelitian kuantitatif.

2. Penelitian tindakan kelas idealnya satu siklus tindakan dilaksanakan dalam

waktu yang relatif lama. Hal ini dimaksudkan agar peneliti benar-benar dapat

mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Namun karena suatu kondisi tertentu,

lxxxiv

maka dalam penelitian ini dipilih waktu kurang lebih satu bulan setiap

siklusnya. Dalam waktu tersebut dapat diketahui oleh peneliti perkembangan

kemampuan dari siswa dalam menulis karangan.

3. Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

diterapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas V

SD Negeri Gunungsari, Senden, Selo Boyolali. Selama ini kemampuan menulis

karangan siswa dirasakan masih kurang karena tuntutan pendidikan yang

semakin tinggi, sehingga anak harus segera dapat menulis.

4. Pengamatan yang peneliti lakukan masih belum sempurna. Hal ini dikarenakan

waktu yang relatif singkat belum secara detail perilaku siswa mampu dideteksi.

lxxxv

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga

kali siklus dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penggunaan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan minat menulis siswa

kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali; (2) Penggunaan

pendekatan CTL dapat meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas V SDN

Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Peningkatan minat menulis dapat diketahui dari meningkatnya aktivitas

siswa selama mengikuti pembelajaran dan dari hasil lembar pengamatan.

Sementara itu, peningkatan kompetensi menulis dapat diketahui dari hasil tes.

Peningkatan-peningkatan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas Menulis

a. Siklus I

1) Siswa belum melaksanakan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-

pengalaman yang dimiliki secara optimal. Siswa yang aktif dalam

melakukan kegiatan sebesar 60,53%.

2) Siswa belum dapat menyusun kerangka tulisan/karangan secara sitematis

karena catatan persiapan yang disusun tidak lengkap. Waktu terbanyak

hanya digunakan untuk memikir-mikir dan mengingat-ingat pengalaman

apa yang akan ditulis. Mereka yang dengan segera dapat menyusun

kerangka tulisan/karangan tercatat 50,00%.

3) Siswa tidak segera mengembangkan kerangka tulisan/karangan karena

kerangka yang disusun tidak sistematis. Siswa yang dengan segera dapat

mengembangkan kerangka tulisan/karangan 60,53%

4) Kegiatan berdiskusi belum berjalan dengan baik karena siswa belum

berani mengemukakan pendapat. Pertanyaan-pertanyaan, masukan-

masukan, atau tanggapan-tanggapan yang seharusnya dapat diketengahkan

69

lxxxvi

dalam diskusi belum dapat dimunculkan. Siswa yang aktif dalam diskusi

pada siklus I tercatat 47,37%.

b. Siklus II

1) Siswa telah aktif melakukan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-

pengalaman yang dimiliki secara optimal. Siswa aktif mencatat data, dan

dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Siswa yang aktif melakukan

pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki

meningka menjadi 76,32%.

2) Dengan data catatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki

secara lengkap, siswa telah dapat menyusun kerangka tulisan/karangan

secara sistematis. Kesungguhan siswa dalam menyusun kerangka

tulisan/karangan meningkat menjadi 76,32%

3) Siswa dapat dengan segera dan mampu mengembangkan kerangka

tulisan/karangan dengan baik karena telah mempersiapkan dari rumah,

sehingga di kelas mereka tinggal menyempurnakan menjadi sebuah

tulisan/karangan yang utuh. Aktivitas mereka meningkat menjadi 81,58%

4) Kegiatan berdiskusi berjalan lebih aktif. Siswa sudah mulai berani

mengemukakan dan berkomentar terhadap hasil karya temannya dalam

kelompok. Aktivitas diskusi meningkat menjadi 55,26%.

c. Siklus III

1) Siswa sudah dapat melakukan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-

pengalaman yang dimiliki dengan baik. Bahkan sebelum melakukan

kegiatan itu siswa telah bertanya kepada teman sekelompok dan guru daln

pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. Aktivitas siswa

dalam melakukan pengamatan meningkat menjadi 84,26%.

2) Siswa telah berhasil menyusun kerangka tulisan/karangan dengan baik dan

sistematis. Aktivitas penyusunan kerangka tulisan/karangan meningkat

menjadi 89,47%. Peningkatan tersebut terkait erat dengan efektivitas

pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dmiliki

secara optomal sebelum mereka menuliskan pada karangannya.

lxxxvii

3) Siswa telah mempu mengembangkan kerangka tulisan/karangan menjadi

karangan. Aktivitas siswa dalam mengembangkan tlisan/karangan

meingkat menjadi 89,47%;

4) Aktivitas berdiskusi siswa meningkat menjadi 65,79%. Siswa telah dapat

memanfaatkan hasil diskussi sebagai bahan penyempurnaan

tulisan/karangannya.

5) Rerata aktivitas siswa di atas, pada siklus I 54,61%, pada siklus II

meningkat menjadi 72,37% dan pada siklus III meningkat menjadi

82,24%.

Rerata nilai minat menulis siswa berdasarkan hasil pengamatan yang

mencakup dimensi: ketertarikan dan perasaan senang, kuatnya

kecenderungan terhadap objek dan kegiatan, pendirian dan harapan untuk

masa depan, dan keinginan untuk selalu belajar; sebelum menggunakan

pendekatan CTL 63.01%. Setelah mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan CTL meningkat menjadi 67,65%.

2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan

Berdasarkan data awal nilai rata-rata kompetensi menulis karangan

54,38, terdapat 11 siswa nilai kurang dari 65,00 dan 5 siswa mendapat nilai

65,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50%. Nilai rata-rata

kompetensi menulis karangan pada siklus I sebesar 63,13, sebanyak 7 siswa

mendapat nilai di bawah 65 dan 9 siswa yang telah tuntas, ketuntasan secara

klasikal telah mencapai 56,25%. Nilai rata-rata kompetensi menulis karangan

pada siklus II sebesar 67,60, sebanyak 4 siswa mendapat nilai di bawah 65 dan

12 siswa mendapat nilai 65 ke atas. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai

75,00%. Nilai rata-rata kompetensi menulis karangan pada siklus III sebesar

71,00 Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat

diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan kelasikal yang dicapai siswa

telah memenuhi indikator kinerja.

lxxxviii

B. Implikasi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Menulis

Karangan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan CTL

(Contextual Teaching and Learning) Pada Siswa Kelas V di SD Negeri Gunungsari

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun 2009” ini ternyata dapat meningkatkan

kompetensi menulis siswa.

Kendatipun hal demikian tidak mudah untuk dilaksanakan, setidak-tidaknya

guru harus dapat memberikan ruang gerak yang lebih luas demi kepentingan minat

dan perhatian tersebut. Hal yang tidak dapat diremehkan bagi perkembangan minat

dan perhatian adalah apakah pada diri guru terlihat adanya suatu sikap yang

memiliki daya tarik. Hal ini dapat terjadi jika guru merasa tergerak berada di

tengah-tengah mata pelajaran tersebut. Contoh sikap yang diperlihatkan oleh

seorang guru memiliki peranan penting. Sebaliknya, guru yang emrasa tidak

tertarik dan tidak menaruh perhatian terhadap sesuatu, serta tidak disukai oleh

siswa, akan sukar merangsang timbulnya minat dan perhatian.

Pelajaran dengan pendekatan CTL yang digunakan untuk meningkatkan

minat menulis dan kompetensi menulis siswa adalah pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama, saling menunjang, menyenangkan (tidak

membosankan), belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan

berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman dan siswa kritis guru kreatif.

Siswa yang biasanya pasif menerima pelajaran menurut perintah atau

petunjuk guru, berubah menjadi siswa yang aktif menentukan sendiri bagaimana

teknik-teknik dan langkah-langkah menulis tanpa banyak diintervasi oleh guru.

Dengan demikian, siswa lebih banyak praktik dan berlatih menulis, tidak hanya

sekedar teori. Pda akhir pembelajaran, siswa dapat merefleksi bahwa menulis

bukanlah hal yang membosankan. Bahkan, siswa merasa ada ketertarikan untuk

mencoba dan terus berlatih sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan

kompetensi menulis siswa.

Mengingat penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan minat menulis

dan kompetensi menulis siswa, maka diharapkan pendekatan tersebut dapat

lxxxix

diterapkan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran

menulis.

Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan minat siswa

dalam menulis maupun mengikuti pembelajaran menulis, sebagai implikasi dari

hasil penelitian adalah:

1. Melibatkan Perasaan dan Emosi Siswa

Kegiatan menulis tidak hanya berurusan dengan masalah logika (perencanaan,

outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, tanda baca) tetapi juga

berkaitan dengan perasaan/emosi (semangat, kesadaran, ketertarikan, senang,

imajinasi, gairah, unsur kebaruan dan kegembiraan). Kendatipun proses lengkap

pembelajaran menulis melibatkan kedua unsur (logika dan perasaan/emosi)

dengan cara yang bervareasi, namun peran perasaan (senang, tertarik, gembira,

bergairah) harus didahulukan karena perasaan inilah sumber munculnya gairah

dan gagasan-gagasan baru untuk kemudian mau menulis.

2. Memilih Materi Pembelajaran yang Sesuai dengan Dunia Nyata Siswa.

Pemilihan materi pembelajaran yang kaitkan dengan kehidupan nyata siswa,

dapat menjadikan pembelajaran tersebut benar-benar diminati siswa. Mereka

dapat belajar dalam suasana senang, tidak tertekan, dan merasa bahwa materi

yang dipelajari itu bermanfaat bagi djirinya.

3. Memberikan Keteladanan

Guru perlu memberikan sikap ketertarikannya terhadap bidang tulis-menulis.

Sikap yang ditunjukkan oelh guru sangat berpengarus positif terhadap tumbuh

berkembangnya minat siswa demi peningkatan kompetensi menulisnya.

Apabila guru memiliki tulisan yang pernah dipublikasikan, memenangkan

lomba, dan sebagainya dapat ditunjukkan dalam rangka memotivasi siswa, dan

meningkatkan menulis.

4. Menuliskan Pengalaman atau Peristiwa yangberkesan

Siswa perlu didorong untuk terus nerlatih menulis dengan cara menuliskan

pengalaman, kejadian, atau peristiwa berkesan bagi dirinya. Kalau hal ini

dilakukan siswa akan terbiasa menulis yang pada akhirnya tdak mustahil akan

menjadi seorang penulis kompeten dan terampil.

xc

5. Mengirimkan Tulisan untuk di Publikasikan

Pertama-tama yang dapat dilakukan siswa adalah mencoba dengan

mengirimkan tulisannya untuk majalah dinding sekolah. Kemudian siswa dapat

mengirimkan tulisannya untuk bulletin atau media masa lain.

6. Meningkatkan Pengetahuan

Untuk terus meningkatkan kompetensi menulis, siswa perlu didorong untuk

selalu menambah wawasan dengan membaca buku-buku khususnya yang

berkaitan dengan bidang menulis.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian ini, dapat disarankan

ke beberapa pihak, yaitu:

1. Saran untuk Peneliti Lain

Karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, penelitian ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu kepada

peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lanjut yangsejenis disarankan:

a. Menyusun perencanaan dan perancangan yang matang dan sitematis agar

benar-benar dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.

b. Tindakan perbaikan tiap-tiap siklus pada penelitian ini belum optimal. Oleh

karena itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis

perlu memberikan penekanan pada segi-segi observasi dan interpretasi

sehingga perefleksian hasil observasi dari satu siklus dapat

ditindaklanjutipada siklus berikutnya secara cermat.

2. Saran dan Penerapan Hasil Penelitian

a. Saran untuk Guru

1) Para guru, khususnya guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran

Bahasa Indonesia dapat menerapkan pendekatan CTL dalam rangka

peningkatan kompetensi menulis ksiswa.

2) Para guru, Khususnya guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran

Bahasa Indonesia, perlu lebih eningkatkan wawasan tentang pendekatan

CTL sehingga dalam mengimplementasiannya dapat berjalan lebih efektif.

xci

3) Para guru, Khususnya guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran

Bahasa Indonesia, senantiasa dapat memberikan keteladanan dan motovasi

demi peningkatan kompetensi menulis siswa.

b. Saran untuk Kepala Sekolah

1) Kepala sekolah perlu lebih mengupayakan peningkatan profesionalisme

guru (melalui pelatihan-pelatihan) yang berkaitan dengan model-model

pembelajaran, khusunya mengenai implementasi pendekatan CTL.

2) Kepala Sekolah perlu mengupayakan tersedianya fasilitas-fasilitas yang

dapat menopang terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan CTL

c. Saran untuk Dinas Pendidikan Nasional

Dinas Pendidikan Nasional dapat memfasilitasi terselenggaranya pelatihan-

pelatihan bagi pengembangan profesionalisme guru, khususnya yang

berkaitan dengan teknik-teknik dan model-model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

xcii

Amitya Kumara. 2005. Kualitas Ekspresi Tulis Siswa Sekolah Dasar. Universitas Gajah Mada. 11 Oktober 2005: www.kompas.com.

Ano Karsana. 1986. Ketrampilan Menulis Buku Materi Pokok. Jakarta: Karunikan Universitas Terbuka

Badudu J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Budhi Setiawan, 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Classroom Action Research, Makalah disampaikan pada acara pelatihan Classroom Action Research bagi Guru SD, SMP dan SMA se-Kabupaten Sragen.

Burhan Nurgiantoro. 2005. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Depdiknas. 2002a. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Jakarta: Ditjen Dikdasmen

________. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Depdiknas.

________. 2004a. Penelitian Tindakan Kelas, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

________. 2004b. Pembelajaran Penulisan Karya Ilmiah, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

________. 2004c. Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

________. 2004e. Pengembangan Kemampuan Menyunting, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

xciii

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2004. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka.

Etty Indriyati. 2002. Menulis Karangan Ilmiah, Artikel, Skripsi, Tesis, dan Desertasi. Jakarta: Gramedia

Elaine B.Johnson 2002.Contextual Teaching & Learning.Carvio Press, Inc. Thousand Oaks.California

Harris, John. 1993. Intruducing Writing. Series Editor Ronald Carter. David Nunan. England by Clays Ltd. St. Ives.pbc.

Hedge, Tricia.1988. Resourch Book for Teachers.Series editor Alan Moley. New York; Oxford University Press.

Kemp. Jerrold, E. 1977. InstructionalDesign. California; Fleron Publishers.

Khaerudin Kurniawan. 2006. “Model pengajaran Menulis Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut. PBS Universitas Negeri Yogyakarta” http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaerudinkurniawan.doc. Diakses 22 Mei 2009

Kurt Singer. 1987. Membina Hasrat Belajar Di Sekolah. Bandung: Penerbit Remadja Karya.

Mulyasa. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia.

Sabarti Akhadiah. 2001. Menulis I, Buku Materi Pokok. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

Sri Harjani. 2005. “Pengembangan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)” Tesis Program S2 Pendidikan Bahasa Indonesia. Surakarta PPs UNS.

76

xciv

St. Y. Slamet. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta LPP UNS dan UNS Press

Sujito. 2005 “Bimbingan Mengharang untuk Sekolah Dasar” dalam Bulletin Pusat Perbukuan. Volume 11, Januari-Juni 2005. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Sukmana. 2005. “Menumbuhkan Budaya Menulis di Kalangan Siswa” dalam BulletinPusat Perbukuan. Volume 11, Januari-Juni 2005. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Sunardi. 2005. “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Menulis Pantun” dalam Jurnal Pendidikan. Vol 2 No. 2 Juni 2005. Semarang: LPMP Jawa Tengah.