PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN
CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI
KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Oleh :
M I N T A NIM. X 7108509
PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
ii
PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN
CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI
KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1
Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
M I N T A
NIM. X 7108509
PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
“PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI.” Oleh : Minta
NIM : X 7108509
telah disetujui dan dapat dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. Drs. Sadiman, M.Pd. NIP. 19561001 198012 1 002 NIP. 19540808 198103 1 004
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
“PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI.”
Oleh : Minta NIM : X 7108509
telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa Tanggal : 4 Mei 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. …………………………..
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. …………………………..
Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. .…………………………..
Anggota II : Drs. Sadiman, M.Pd. …………………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Minta. PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GUNUNGSARI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Maret, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kompetensi menulis karangan pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL); dan 2) Mengetahui penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang tepat dalam meningkatkan kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester I SD Negeri Gunungsari tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 16 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya peristiwa/ kejadian yang timbul dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil keterampilan bercerita siswa.
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari tuntas ditentukan apabila 80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas. Dari hasil tindakan melalui pendekatan CTL dapat diketahui jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas mencapai 100% sehingga diasumsikan bahwa seluruh siswa telah menuntaskan mata pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan kompetensi menulis karangan.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkankan bahwa: (1) Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali; (2) Penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Peningkatan minat menulis dapat diketahui dari meningkatnya aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dan dari hasil lembar pengamatan. Sementara itu, peningkatan kompetensi menulis dapat diketahui dari hasil tes.
vi
ABSTRACT
Minta. THE IMPROVEMENT ESSAY WRITING COMPETENCY IN INDONESIAN USING CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) APPROACH IN THE V GRADERS OF PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL (SD NEGERI) GUNUNG SARI SUB DISTRICT SELO REGENCY BOYOLALI. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, March, 2010.
This research aims to: 1) improve the essay writing competency in Indonesian in the V graders of SD Negeri Gunungsari Sub District Selo Regency Boyolali through applying the Contextual Teaching and Learning (CTL) approach; and 2) to find out the proper Contextual Teaching and Learning (CTL) approach use in improving improve the essay writing competency in Indonesian in the V graders of SD Negeri Gunungsari Sub District Selo Regency Boyolali.
The research method employed was Classroom Action Research (CAR), that is, the one conducted by the teacher in the classroom where the teaching activity occurs, by emphasizing on the practical and process accomplishment or improvement in Indonesian language learning. The subject of research was all V graders of Semester I of SD Negeri Gunungsari in the school year of 2009/2010 as many as 16 students. Technique of analyzing data employed was comparative analysis, meaning that the events/occurrences occurring are compared each other and then are described into an assessment data in the form of score. The percentage is described into the teacher action disposition and the reaction as well as the result of student’s telling story skill.
Pursuant to performance indicator which have been specified by a interest value write the composition of student of class of complete V SD Negeri Gunungsari determined by if 80% from student amount get the value 65 to for. From action result of through knowable approach CTL sum up the student get the value 65 to for reaching 100% is so that assumed by that entire student have complete of fundamental Indonesian subject of interest discussion write composition.
From research of class action which have been done, can be concluded by that: ( 1) Use of approach of Contextual Teaching and Learning ( CTL) can improve the interest write the student of class of V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo , Kabupaten Boyolali; ( 2) Use of approach CTL can improve the interest write the student of class of V SDN Gunungsari, Cello Subdistrict, Regency Boyolali. Make-Up of enthusiasm write is knowable from the increasing of student activity of during following study and from result of perception sheet. Meanwhile, make-up of interest write is knowable from result tes..
vii
MOTTO
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,
pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi
keaktivan (Dave Meier dalam Martinis Yamin,
2007:75)
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud
syukur, cinta dan terima kasihku kepada:
1. Kedua orang tuaku yang memberi
semangat dalam hidupku.
2. Istriku yang saya cintai dan kusayangi.
3. Anak-anakku tersayang.
4. Almamater PGSD FKIP UNS.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-
kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya
penulis mengucapkan terima kasih.kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
membeikan ijin penulisan skripsi ini.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan FKIP Universitas Sebelas Maret
yang telah memberi ijin untuk penulisan skripsi ini.
3. Drs. Kartono, M Pd., selaku Ketua Program PGSD Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing serta
arahan kepada penulis.
5. Drs. Sadiman, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah membimbing dengan
sabar dan memberi masukan bagi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Sukino, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Gunungsari yang telah
bersedia memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Sahabat-sahabatku di PGSD FKIP UNS yang selama ini telah mewarnai hari-
hariku di masa kuliah, dan berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu-persatu.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
x
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, 10 Maret 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .......................................................................... 7
1. Komponen Menulis Karangan ............................................ 7
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ....... 17
3. Pembelajaran Menulis Dengan Pendekatan CTL ................ 21
B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 26
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 26
D. Pengujian Hipotesis Tindakan .................................................. 28
xii
Halaman
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 29
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 29
C. Sumber Data .............................................................................. 30
D. Bentuk dan Strategi Pembelajaran ............................................ 30
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 31
F. Analisis Data ............................................................................. 33
G. Indikator Kinerja ....................................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal ............................................................. 37
B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 39
C. Pembahaan Hasil Penelitian ....................................................... 60
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 70
B. Implikasi ..................................................................................... 71
C. Saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 78
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian ........................................ 29
Tabel 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan pada Kondisi Awal
(Sebelum PTK) Dilaksanakan ........................................................ 38
Tabel 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan
CTL pada Siklus I ........................................................................... 45
Tabel 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan
CTL pada Siklus II .......................................................................... 52
Tabel 5. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan
CTL pada Siklus III ........................................................................ 58
Tabel 6. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Setiap Siklus Melalui
Pendekatan CTL Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari ................ 65
Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Kompetensi Menulis Karangan
Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari Setiap Siklus ..................... 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pola Putaran Penulisan ............................................................... 16
Gambar 2. Alur Berpikir Pembelajaran Bahasa CTL ................................... 24
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir .............................................................. 28
Gambar 4. Siklus Action Research .............................................................. 30
Gambar 5. Tiga Siklus Observasi Hopkins ................................................... 32
Gambar 6. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 36
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari pada Kondisi Awal ........................................ 39
Grafik 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari pada Siklus I .................................................. 46
Grafik 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari pada Siklus II ................................................ 53
Grafik 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari pada Siklus III ............................................... 59
Grafik 5. Peningkatan Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Setiap
Siklus ........................................................................................... 66
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP Siklus I .............................................................................. 78
Lampiran 2. RPP Siklus II ........................................................................... 81
Lampiran 3. RPP Siklus III .......................................................................... 84
Lampiran 4. Kisi-kisi Tes Kompetensi Menulis Karangan .......................... 87
Lampiran 5. Instrumen Tes Kompetensi Menulis ......................................... 88
Lampiran 6. Skala Penilaian Kompetensi Menulis ...................................... 89
Lampiran 7. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari (Kemampuan Awal) .................................. 92
Lampiran 8. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari (Siklus I) .................................................... 93
Lampiran 9. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari (Siklus II) .................................................. 94
Lampiran 10. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari (Siklus III) ................................................. 95
Lampiran 11. Rekaputlasi Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas
V SD Negeri Gunungsari Tahun Pelajaran 2009/2010 ............ 96
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Siswa ..................................................... 97
Lampiran 13. Lembar Pengamatan Guru Siklus I ......................................... 99
Lampiran 14. Lembar Pengamatan Guru Siklus II ....................................... 100
Lampiran 15. Lembar Pengamatan Guru Siklus III ...................................... 101
Lampiran 16. Skala Penilaian Pada Lembar Pengamatan ............................... 102
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa .......... 104
Lampiran 18. Rekapitulasi Presentase Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar
Siswa ......................................................................................... 105
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk
siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah mereka harus
memiliki kompetensi menulis, yaitu kompetensi yang mengharuskan para siswa
mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman secara
tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan dan dialog tertulis (Depdiknas,
2006: 8).
Berdasarkan standar kompetensi tersebut, kompetensi menulis dijabarkan
menjadi beberapa Kompetensi Dasar (KD), yang salah satu diantaranya
menyebutkan kompetensi tentang menulis karangan berdasarkan pengalaman
dengan memperhatikan pilihan kata, struktur kalimat, penggunaan tanda baca dan
ejaan.
Pada akhir kegiatan menulis, siswa tidak mendiskusikan dengan kelompok
dan tidak melakukan revisi terhadap hasil tulisannya sehingga masih ditemukan
kesalahan-kesalahan, seperti kesalahan ejaan, kalimat tidak lengkap. Berdasarkan
hasil tes pada kondisi awal, diketahui sejumlah 11 siswa mendapat nilai kurang dari
65,00. Sebanyak 5 siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 54,
38. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50. Hal ini menunjukkan bahwa
kompetensi menulis karangan siswa masih rendah. Rendahnya menulis karangan
ini disebabkan oleh karena proses pembelajaran menulis yang dilaksanakan guru
kurang variatif. Ketidakvariatifan pembelajaran tersebut tergambar dari hasil
pengamatan penulis sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, bahwa
guru paling sering memberi latihan kepada siswa untuk membuat karangan
berdasarkan kerangka karangan yang telah disediakan oleh guru. Selain itu, guru
sering juga menugasi siswanya untuk mengarang bebas, dan melatih untuk
membuat beragam paragraf.
1
xviii
Dalam evaluasi prestasi belajar bahasa Indonesia siswa terutama kelas V
Sekolah Dasar merupakan masa peralihan penguasaan bahasa. Mengarang
merupakan salah satu aspek yang ikut berubah yaitu dari mengarang dengan
gambar mulai beralih pada mengarang dengan imajinasi anak. Pada kelas V
merupakan saat dimana siswa diharapkan dapat mengarang sesuai imajinasinya
tanpa panduan dari gambar.
Menurut Amitya Kumara (http://kompas.com, 11 Oktober 2005) dalam desertasinya mengungkapkan bahwa mengarang di Sekolah Dasar merupakan kegiatan yang sangat sulit akibat kesukaran dalam menyusun kalimat yang sesuai dengan tata bahasa, pemilihan kata yang tepat, kapitalisasi, penggunaan tanda baca yang baik dan penyusunan paragrap yang benar. Dilihat dari kenyataan, siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kabupaten
Boyolali, belum bisa diwujudkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa kompetensi menulis karangan siswa masih rendah. Salah satu
faktor rendahnya kompetensi menulis karangan ini disebabkan oleh proses
pembelajaran menulis yang dilaksanakan guru kurang variatif. Ketidakvariatifan
pembelajaran tersebut tergambar dalam hasil pengamatan penulis sebelum
penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, bahwa guru paling sering memberi
latihan kepada siswa untuk membuat karangan berdasarkan kerangka karangan
yang telah disediakan oleh guru. Selain itu, guru paling sering tidak juga menugasi
siswanya untuk mengarang bebas, dan melatih membuat beragam paragraf.
Kendala dalam proses pembelajaran mengarang tersebut teridentifikasi
sebagai berikut: pertama, masalah yang sering muncul dan dilontarkan dalam
pembelajaran mengarang adalah siswa kurang mampu menggunakan bahasa
Indonesia secara baik dan benar, hal ini dikarenakan: petama, masalah perseptual,
xix
komunikasi, dan bahasa; kedua, waktu yang hanya 105 menit dalam satu kali
pertemuan (3 jam pelajaran), masih kurang untuk pembelajaran mengarang; ketiga,
guru hanya berorientasi untuk melihat hasil tulisan atau karangan siswa tanpa
membelajarkan proses mengarang pada siswa; keempat, siswa kesulitan dalam
menyelesaikan tugas mengarang, meliputi: siswa belum mampu
mengorganisasikan gagasan secara lancar dan runtut; perbendaharaan kata (kosa
kata) yang dimiliki siswa terbatas, dan siswa belum mampu memilih kata dan
menggunakan ejaan serta tanda baca secara tepat; kelima, guru kurang
membangkitkan minat dan motivasi siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti
pembelajaran, dan keenam, metode pembelajaran yang selama ini dilakukan masih
bersifat konvensionalm (ceramah).
Keenam kendala yang dialami guru dalam proses pembelajaran di atas,
berdampak pada kualitas proses dan hasil pembelajaran yang kurang optimal.
Akibatnya, keterampilan mengarang siswa tidak berkembang dengan baik. Padahal,
kegiatan mengarang merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting
untuk dikuasai siswa. Pentingnya keterampilan ini diungkapkan oleh Sabarti
Akhadiah, dkk. (2001: 64) bahwa: “kemampuan mengarang perlu dimiliki oleh
siswa sekolah dasar. Dengan memiliki kemampuan mengarang, siswa dapat
mengkomunikasikan ide, penghayatan, dan pengalamannya ke berbagai pihak
terlepas dari ikatan waktu dan tempat.”
Sinyalemen mengenai kekurangberhasilan pembelajaran menulis, disebabkan
oleh sistem pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Siswa kurang diberi
kesempatan untuk berlatih dan mengembangkan kreativitasnya. Disamping itu, dari
sisi siswa sendiri juga terbiasa pasif. Akibatnya, siswa kurang berpartisipasi aktif
xx
dalam pembelajaran. Keadaan pembelajaran yang demikian, tentu tidak dapat
menopang terhadap kompetensi menulis karangan para siswa. Untuk mengatasi hal
tersebut, perlu diupayakan bentuk pembelajaran menulis yang lebih
memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan upaya tersebut, diharapkan
tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya menulis dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, agar siswa memiliki kompetensi menulis
karangan perlu diberikan pelatihan yang cukup karena pada dasarnya menulis
adalah suatu ketrampilan yang harus dicoba dan dipraktikkan. Dengan banyak
berlatih, siswa akan lebih berani mencoba untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, pengalaman, dan ide-ide kreatifnya secara tertulis.
Setiap orang termasuk siswa-siswa SD, sebetulnya memiliki potensi mahir
menulis, seperti juga berpotensi terampil melakukan berbagai aktivitas bahasa
lainnya. Persoalannya, karena menulis merupakan ketrampilan, maka
pemerolehannya memerlukan pelatihan dan perjuangan yang sitematis dan terus
menerus. Yang berbakatpun tanpa diasah tidak akan bisa terampil menulis. Dengan
demikian, persoalannya bukan terletak pada bakat atau tidak, melainkan lebih
disebabkan oleh keengganan untuk berusaha keras memperoleh kompetensi
menulis itu (Sabarti Akhadiah, 2001:1.4)
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil
(Depdiknas, 2002 a:1).
Tanpa harus merasa tertekan dan terpaku ditempat duduk, guru dapat
membimbing siswa ke luar kelas untuk mengamati objek yang menjadi tema
xxi
tulisan sehingga secara kontekstual siswa dapat mendiskripsikan tulisannya dengan
lebih konkret. Dengan demikian, kompetensi menulis karangan para siswa
diharapkan dapat meningkat.
Materi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya yang mengarah pada
kompetensi menulis siswa SD kelas V dalam KTSP mencakup: menulis surat
undangan, menulis dialog, dan menulis karangan berdasarkan pengalaman
(Depdiknas, 2006: 17). Pada penelitian tindakan kelas ini, penulis membatasinya
dengan memilih materi yang menulis karangan berdasarkan pengalaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri
Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimana cara penggunaan CTL yang tepat dapat meningkatkan kompetensi
menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kompetensi menulis karangan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL).
2. Untuk mengetahui penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) yang tepat dapat meningkatkan kompetensi menulis karangan siswa
kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali
D. Manfaat Penelitian
xxii
1. Manfaat Teoretis
Mampu meingkatkan kulaitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
menulis karangan secara benar. Selain itu, pemahaman tentang penelitian
tindakan kelas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran atau
profesionalisme guru, bagi mereka menjadi semakin bertambah sehingga
dengan bertambahnya pemahaman itu diharapkan implementasi ke dalam
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui
kompetensi menulis karangan. Selain itu, menambah pengalaman siswa
dalam berekspresi untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan
pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan.
b. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Gunungsari
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali manfaat yang dapat dipetik melalui
penelitian tindakan kelas ini adalah mereka dapat mengembangkan
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menulis secara lebih vareatif
dengan memberdayakan seluruh potensi yang dimiliki siswa sehingga
diharapkan dengan pembelajaran menulis yang demikian tersebut,
kompetensi menulis karangan siswa dapat meningkat.
c. Bagi Kepala Sekolah manfaat yang dapat diambil melalui penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan
pembinaan pada guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya melalui
peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan jalan
melakukan penelitian tindakan kelas semacam ini.
xxiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kompetensi Menulis Karangan
a. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian
huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan
dan pungtuasi. Seseorang bisa disebut penulis karena memiliki kemahiran
menuangkan secara tertulis ide, gagasan, dan perasaan secara runtut. Apa yang
dituliskan mengandung arti dan manfaat yang membuat orang lain merasa perlu
membaca dan menikmatinya (Sabarti Akhadiah, 2001: 1.3).
Menulis adalah sebuah kompetensi berbahasa yang terpadu, yang
ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-
kurangnya ada tiga komponen yang tergabung dalam parbuatan menulis, yaitu:
(1) penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata, struktur, kalimat, paragraf,
ejaan, pragmatik dan sebagainya; (2) Penguasaan isi karangan sesuai dengan
xxiv
topik yang akan ditulis dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu
bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga
membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esei, artikel, cerita
pendek, makalah dan sebagainya (Khaerudin Kurniawan, http://www.ialf.edu/
kipbipa/papers/khaerudinkurniawan.doc.) Diakses tanggal 22 Mei 2009.
Pada dasarnya, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Kompetensi menulis
digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan,
menginformasikan dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu
hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun
dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas,
lancar dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi,
pemakaian dan pemilihan kata dan struktur kalimat.
Menulis adalah bentuk kompetensi dan pengetahuan yang banyak
melibatkan kemampuan siswa. Dalam sebuah tulisan terkandung ide sang
penulis untuk disampaikan kepada orang lain. Ketika akan menyampaikan ide,
penulis harus mampu mencari kata atau bahasa yang dapat dimengerti orang
lain, baik dari sisi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat. Dengan begitu,
pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) dapat dibaca atau dipahami orang
lain.
Tulisan yang efektif harus mengandung unsur-unsur singkat, jelas, tepat,
aliran logika lancar, serta kohern. Artinya, dalam tulisan itu tidak perlu
menambahkan hal-hal diluar isi pokok tulisan, tidak mengulang-ulang yang
sudah dijelaskan (redudant), tidak mempunyai arti ganda (ambiguous) dan
paparan ide pokok didukung oleh penjelasan dan simpulan. Ide-ide pokok
tersebut saling berkaitan, mendukung ide utama sehingga seluruh bagian tulisan
merupakan kesatuan yang saling berhubungan atau bertautan (coherence) (Etty
Indriyati, 2002: 34).
Kelancaran komunikasi dalam suatu karangan atau tulisan sama sekali
tergantung pada bahasa yang dilambangvisualkan. Karangan (tulisan) adalah
75
xxv
suatu bentuk sistem komunikasi lambang visual. Agar komunikasi lewat
lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan
gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur dan lengkap (Burhan
Nurgiantoro, 2005: 296).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya
sekedar menuangkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan, tetapi yang terpenting
adalah bagaimana tulisan itu dapat dipahami oleh pembaca.
b. Pembelajaran Menulis
Siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi lebih dari pada
sekedar pengetahuan tentang bahasa. Pembelajaran bahasa, selain untuk
meningkatkan kompetensi berbahasa dan bersastra, juga untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan.
Selain itu juga diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya
diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas dan
langsung, tetapi juga yang disampaiakn secara terselubung atau tidak langsung.
Siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi mempunyai kecakapan di
dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan baik didalam hubungan
antar individu maupun di dalam kehidupan masyarakat, yang berlatar belakang
dengan berbagai budaya dan agama (Depdiknas, 2003: 4).
Dalam proses pembelajaran menulis di sekolah, guru dapat menyuruh
siswa menyusun karangan singkat, menulis surat, misalnya yang berisi
pemberitahuan singkat, kemudia karangan itu dikumpulkan. Guru yang
berpengalaman akan dapat mengutip beberapa kesalahan umum dari karangan
siswa itu, kemudian langsung membahasnya. Bahasan kesalahan bahasa itu
tentu saja sangat berguna bagi siswa (Badudu, 1985: 101).
Mengarang merupakan bahasa tulisan memiliki sifat yang tetap, artinya
bahwa apa yang dinyatakan dengan lambang bahasa tulisan harus benar-benar
mencerminkan maksud penulisnya. Mengarang analog dengan menulis
karenanya kedua istilah tersebut dapat saling menggantikan. Di dalam
mengarang paparan diatur secara logis, intonasi, nada, lafal, tekanan, dinyatakan
xxvi
dengan tanda-tanda baca sekalipun tidak semua unsur penjelas bahasa lisan
dapat digantikian tugasnya dengan tanda baca dan tulisan.
Pembelajaran mengarang dapat dianggap suatu kegiatan cakapan dengan
bahasa tulis. Oleh karena itu siswa diminta untuk menceritakan pengalamannya
tentang apa yang di dengar, dilihat, dirasakan, dibayangkan dengan bahsa tulis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pembelajaran mengarang ( St. Y..
Slamet . 2008: 144 ) antara lain:
(1) Mengarang merupakan suatu proses dari dua pihak, yaitu siswa sebagai
penulis dan guru sebagai pembaca sekaligus menjadi pembimbing;
(2) Mengarang harus bertolak dari pengalaman siswa itu sendiri sehingga
dengan mudah gagasan itu dapat dikembangkan;
(3) Mengarang itu dapat meningkat apabila latihan-latihan itu berjalan secara
terus menerus dan kontinyu; dan
(4) maksud atau ekspresi pikiran lebih diutamakan dulu dari pada bentuk dan
gaya karangan.
Ada tiga ketrampilan yang perlu dimiliki siswa di dalam pembelajaran
mengarang.
Tiga ketrampilan tersebut yaitu:
(1) Ketrampilan mencari tema; Siswa dapat mencari tema berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialamainya.
(2) Ketrampilan mengembangkan tema; Siswa dapat mengembangkan
pengalaman-pengalamannya melalui daya imajinasi siswa itu sendiri.
(3) Ketrampilan mengungkapkan tema; Siswa dapat menyampaikan tema
karangan berdasarkan pengalamannya dengan menggunakan ejaan,
intonasi, lafal, tekanan dinyatakan dengan tanda-tanda baca dan tulisan.
Dari pendapat di atas, dalam menulis karangan dapat disimpulkan bahwa
dalam menulis sebuah karangan, siswa dapat mengembangkan materi sebuah
karangan melalui pengalaman-pengalaman siswa itu sendiri, sehingga siswa
dapat mengapresiasikan apa yang di dengar, dilihat, dirasakan kedalam bahasa
tulis. Sehingga siswa tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi mempunyai
xxvii
kecakapan di dalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan baik
didalam hubungan antar individu maupun di dalam kehidupan masyarakat.
c. Tahap-Tahap Menulis Karangan
Di dalam pembelajaran menulis, perlu dijelaskan kepada siswa mengenai
tahapan-tahapan menulis sehingga siswa mempunyai konsep yang jelas
mengenai alur penulisan. Disamping itu, model tulisan juga perlu ditentukan
terlebih dahulu. Dengan demikian siswa mempunyai gambaran yang jelas
tentang tugas menulis yang akan dikerjakannya.
Kegiatan menulis yang sering didapati merupakan kegiatan yang penuh
dengan kegiatan muali dan berhenti ditandai dengan istirahat yang lama untuk
refleksi atau kebutuhan untuk membangkitkan konsentrasi. Kegiatan menulis
juga membutuhkan banyak kerja ulang untuk perbaikan sebelum si penulis
merasa puas dengan hasil yang diinginkan (Harris, 1993: 45)
Haris mengemukakan bahwa terlihat langkah kemajuan yang besar dalam
pengertian proses menulis dan disadari proses ini dapat dikendalikan untuk
membantu penulis pemula. Disadari pula bahwa pengembangan cara-cara atau
pendekatan tertentu pada keseluruhan kegiatan menulis merupakan sebuah
aspek yang penting dalam pembelajaran menulis agar tujuan pembelajaran
menulis tersebut dapat berhasil (Harris, 1993: 83). Selanjutnya, dikemukakan
langkah-langkah proses menulis sebagai berikut:
1) Menyusun Strategi/Rencana.
a) Membuat daftar pertanyaan
b) Curah pendapat
c) Mengamati/riset, termasuk di dalamnya membaca dan membuat catatan
d) Membuat diagram
e) Perencanaan (pembuatan skema dan lembar kerja)
f) Penentuan tipe teks, tujuan dan keterbacaan.
2) Membuat dan Mengembangkan Teks.
a) Menyusun draf dengan teknik ‘cut and paste’ untuk perbaikan teks.
xxviii
b) Menangkap tanggapan atau respon dari pembaca (Guru dan teman- teman
kelompok)
c) Penentuan ulang atau revisi tipe teks, tujuan dan keterbacaannya.
3) Menyunting/Menyelaraskan.
a) Membuat draf terakhir
b) Membaca dengan cermat mengenai teks yang sudah berhasil disusun
c) Mempublikasikan (Harris, 1993: 61).
Pada langkah-langkah yang dikemukakan tersebut, Harris memberikan
catatan bahwa kegiatan-kegiatan yang disusun didalam kelas tersebut
merupakan kemungkinan-kemungkinan (alternatif) dari sebuah pilihan yang
dapat dibuat. Perlu diingat bahwa dalam pelaksanaannya proses menulis itu
tidak harus sesuai dengan skema yang direncanakan sebelumnya.
Senada dengan pendapat di atas terdapat tiga proses utama atau tahap
dalam menulis, yakni:
1) Tahap Pramenulis
Sebelum menulis perlu diperhatikan apa tujuan tulisan itu, Misalnya,
jika tulisan itu berupa sebuah laporan, maka tlisan itu harus jelas, terinci dan
hati-hati. Tujuan penulisan sangat mempengaruhi pemilihan dan
pengorganisasian kata dan ragam bahasa. Disamping tiu, perlu diperhatikan
pula untuk siapa tulisan itu dibuat. Tulisan dibuatberkaitan dengan pembaca.
Pembaca bisa bersifat individu, bisaorang yang dikenal baik, atau
sekelompok rekan kerja, institusi, penguji, atau tutor.
2) Menulis dan Menulis Kembali
Pada saat menulis yang dilakukan pertama kali adalah membuat draf.
Pada pembuat draf, sering terhenti dan diganti dengan gagasan-gagasan yang
baru. Ada proses perencanaan, perbaikan dan penyusunan ulang. Biasanya,
penulis cenderung perbaikan dan penyusunan ulang. Biasanya penulis
cenderung mementingkan isi, baru memperhatikan faktor kebahasaan. Sepeti
ejaan, tanda baca struktur kalimat dan sebagainya. Pada saat menulis
difokuskan pada apa yang ingin disampaikan dedangkan para pembaca ulang
ditekankan pada bagaimana bahasa yang digunakan bisa efektif.
xxix
3) Penyuntingan
Pada tahap penyuntingan perlu dibaca secara keseluruhan dan perlu
diaplikasikan pada seorang pembaca agar dapat dikontrol apakah tulisan itu
dapat dipahami orang lain atau tidak (Hedge, 1998: 21)
Menyunting tulisan sangat penting dilakukan. Dengan disunting suatu
tulisan dapat dijaga kualitasnya, seperti keruntutan, kelogisan, ketepatan
pemakaian bahasa dan kelengkapan unsur tulisan. Ada tiga aspek yang harus
disunting dala tulisan, yakni: (1) Isi, (2) Organisasi (3) Bahasa. Dari aspek
kebahasaan, penyunting difokuskan pada aspek penulisan ejaan, tanda baca,
penulisan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf (Depdiknas,
2004c: 6).
Sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh
David Nunan, yakni (1) Tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan (3) tahap
perbaikan. Untuk menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan
kompetensi memadukan antara proses dan produk menulis (dalam
http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaherudinkurniawan.doc.)
Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Thompkins (1990)
menyajikan lima tahap, yaitu; (1) Pramenulis, (2) pembuatan draf, (3) merevisi
(4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Thompkins juga menekankan bahwa
tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis
bersifat ninlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai
menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya
dengan kerangka tulisan atau draf awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi
(http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaherudinkurniawan.doc.)
Proses menulis di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap Pramenulis
Pada tahap pramenulis pembelajar melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri.
b) Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
xxx
c) Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis
d) Mengidentifikasi tujuan menulis
e) Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang
telah mereka tentukan
2) Tahap Membuat Draf
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah:
a) Membuat draf kasar
b) Lebih menekankan isi daripada tata tulis.
3) Tahap Merevisi
Yang perlu dilakukan oleh siswa pada tahap merevisi tulisan ini
adalah:
a) Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok).
b) Berpartisipasi secara konstriktif dalam diskusi tentang tulisan teman-
teman sekelompok atau sekelas.
c) Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar
baik dari pengajar maupun teman.
d) Membuat perubahan yang substantif pada draf pertama dan draf
berikutnya, sehingga menghasilkan draf akhir.
4) Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting yang perlu dilakukan oleh siswa adalah:
a) Membetulkan kesalahan bnahasa tulisan mereka sendiri.
b) Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan merka
sekelas/sekelompok
c) Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri
5) Tahap berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau
publikasi. Pada tahap berbagi ini, kegiatan siswa adalah:
a) Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan
yang sesuai, atau
xxxi
b) Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka
tentukan.
Senada dengan pendpat Thompkins di atas, deporter dan hernack
mengutip dari Proyek Penulisan California (The California Writing Project)
yangtelah didemonstrasikan sebagai penulisan yang efektiof untuk segala jenis
tulisan mengemukakan bahwa proses atau langkah penulisan yang utuh adalah
sebagai berikut:
1) Tahap berbagi
Teknik yang digunakan dalam proses penulisan ini adalah teknik
pengelompokan (clustering) dan menulis cepat. Pada tahap ini hanya
dbangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pengetahuan gagasan,
dan pengalaman yang telah dimiliki.
2) Draf - Kasar
Pada bagian ini, mulai ditelusuri dan dikembangkan gagasan-gagasan
yang telah dimiliki tersebut. Lebih dipusatkan pada isi daripada tanda baca,
tata bahasa, atau ejaan. Yang perlu diingat pada saat menulis adalah untuk
“menunjukkan” bukan “memberitahukan”
3) Berbagi
Bagian dari proses ini sangat penting dan sekaligus merupakan bagian
yang sering diabaikan. Sebagai penulis biasanya merasa sangat dekat dengan
apa yang ditulisnya sehingga sulit untuk menilai secara objektif. Untuk
mengambil jarak dengan tulisan yang dihasilkan, perlu meminta orang lain
(bisa rekan atau teman tersebut menunjukkan bagian-bagian yang benar-
benar kuat dan juga menunjukkan ketidak konsistenan, kalimat yang tidak
jelas atau transisi yang lemah (DePorter dan Hernacki, 2004 196).
4) Perbaikan
Setelah didapatkan umpan balik tentang bagaimana yangbaik dan mana
yang perlu diperbaiki, maka perlu diperbaiki kelemahan-elmahan itu. Penulis
adalah ‘tuan’ dari tulisannya itu. Penulislah yang mebuat keputusan terakhir
untuk mengambil atau megabaikan umpan balik tersebut. Penulis perlu
xxxii
memanfaatkan umpan balik yangdianggap membantu. Tujuan terakhir adalah
menulis sebaik mungkin (laporan, surat atau makalah), setelah diperbaiki
perlu dibagikan kembali kepada rekan atau teman sekelas (DePorter dan
Hernacki, 2004 196).
5) Penyuntingan (Editing)
Pada tahap ini perlu diperbaiki semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan
tanda baca. Perlu dipastikan bahwa semua transisi berjalan mulus,
penggunaan kata kerjanya tepat, dan kalimat-kalimatnya lengkap.
6) Penulisan Kembali
Dituliskan kembali tulisan yang telah disunting dengan memasukkan isi
yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan.
7) Evaluasi
Dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa seseorang penulis
(siswa) telah menyelesaikan penulisan sesuai dengan rencana dan sesuai
dengan apa yang ingin disampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang
terus berlangsung, tahap ini menandai akhir pemeriksaan sekelas (DePorter
dan Hernacki, 2004: 198). Pola putaran proses menulis dapar digambarkan
sebagai berikut:
1. Persiapan
2. Draf -kasar
3. Berbagi
4. Memperbaiki
3. Berbagi
4. Memperbaiki
3. Berbagi
4. Memperbaiki
7. Evaluasi
6. Penulisan Kembali
5. Penyuntingan
xxxiii
Gambar 1. Pola Putaran Penulisan
(DePorter & Hernacki, 2004: 197)
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan adalah seperangkat asumsi korelasi yang menangani hakekat
pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pendekatan memberikan hakekat pokok
bahasan yang diajarkan (Depdiknas, 2004e: 70).
CTL adalah sebuah sistim yang merangsang otak untuk menyusun pola-
pola yang mewujudkan makna.CTL adalah sebuah sistim pengajaran yang
cocok dengan otak yang menghasilakn makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.(Elaine
B.Johnson,2002:57)
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara ilmiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2002a: 1).
Dalam pandangan konstruktivisme, siswa dianggap telah mempunyai ide
tentang suatu konsep. Ide tersebut mungkin benar atau tidak
(http://www.bpgupg.go.id/buletin/akademik/php) Diakses tanggal 22 Mei 2009.
Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa mana belajar, apa manfaatnya,
dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Merek asadar bahwa
xxxiv
yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk
hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan
berupaya menanggapinya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai
pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannnya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan kompetensi) datang dari
“menemukan sendiri” bukan dari ‘apa kata guru’ (Depdiknas, 2002a: 2).
Dari pendapat diatas,dapat di simpulakn CTL adalah konsep belajar yang
mengaitkan antara materi dengan dunia nyata.
Siswa mempu mengkonsentrasikan pengetahuannya dengan pengalaman
sendiri.
Siswa sebagai subyek belajar dalam pembelajaran dan Guru memposisikan diri
sebagai pengelola kelas serta menyusun strategi yang tepat untuk mengantarkan
siswa mencapai tujuan
b. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
1) Kunstruktivisme (Constructivism)
Dalam pandangan ini pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks ruang terbatas (sempit)
dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Siswa prlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak
akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri (Depdiknas.
2002a:11). Pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada pada diri siswa
xxxv
dilibatkan secara aktif, kreatif, produktif dalam proses pembelajaran dan
diberikan pengalaman memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan
nyata atau dalam konteks bermakna (Depdiknas. 2004b : 6)
2) Menemukan (Inquiry)
Kata kunci dari strategi inquiri adalah “siswa menemukan sendiri”.
Langkah-langkah kegiatan inquiri adalah: (1) Merumuskan masalah (dalam
mata pelajaran apapun. (2) mengamati atau melakukan observasi, misalnya,
mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau
objek yang diamati, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya. (4) mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien
yang lainnya. Misalnya, karya siswa disampaikan kepada teman sekelas atau
orang banyak untuk mendapatkan masukan (depdiknas. 2002a: 13). Melalui
inquiri siswa diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental dalam
menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi
intelektualnya (Mulyasa, 2004:107)
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari ‘bertanya’.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting, yaitu untuk menggali
informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mnengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
xxxvi
Konsep Learning Community agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antar
teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dan yang belum tahu.
‘Masyarakat belajar’ bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya (Depdiknas, 2002a: 15).
Dalam ‘masyarakat belajar’ ditekankan bahwa hasil belajar diperoleh siswa
dari adanya kerja sama dan berbagi pengalaman denga siswa lain melalui
dua arah atau multiarah (Depdiknas, 2004b: 6).
5) Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran kompetensi atau pengetahuan tertentu,
ada model yang bisa ditiru, model itu bisa berupa cara mengoperasikan
sesuatu, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh pemodelan di kelas, misalnya
guru Bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari sebuah Harian sebagai
model berita (Depdiknas, 2002a: 16). Tujuan dihadirkan model bagi siswa
adalah membahasakan dan mendemonstrasikan sesuatu (materi
pembelajaran) sehingga apa yang dilihat dalam demonstrasi tersebut
dilakukan oleh siswa dalam belajar (Depdiknas, 2004b: 6).
6) Refleksi (Reflektion)
Refleksi adalah ciri berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Siswa
mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumya.
Refleksi merupakan respin terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima. Kunci dari refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu
mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan
bagaimana merasakan ide-ide baru (Depdiknas, 2002a: 18).
7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
xxxvii
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses
pembelajaran, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi (tidak
terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena assessment
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus
diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
proses pembelajaran Depdiknas, 2002a:19)
Dari penjabaran atau penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni
kunstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya
(Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment).
3. Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL)
Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa menulis tidak hanya sekedar
menuangkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana tulisan itu dapat dipahami oleh pembaca. Pembelajaran menulis
perlu ditekankan pada segi-segi praktis, bukan toritis. Dengan diterapkannya
pendekatan CTL, peranan siswa dalam pembelajaran menulis lebih
diberdayakan. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus agar
proses pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat berlangsung ssecara
optiomal, diantaranya: (1) Perlu mengubah kebiasaan siswa yang terbiasa pasif
sebagai penerima materi pelajaran dari guru menjadi siswa aktif. Mengubah
pradigma belajar siswa ini bukan merupakan hal yang mudah. (2) Perlu
memotivasi siswa agar mau bertanya, memberikan tanggapan atau pendapat
yangberkaitan dengan materi pelajaran. (3) Guru perlu ‘memenej’ waktu
xxxviii
sebaik-baiknya, misalnya pada saat mengatur kelompok, memajang hasil karya
siswa (Sunardi, 2005: 34-35).
Dalam pembelajaran menulis, jam pelajaran yang tersedia hendaknya
dianfaatkan sebaik-baiknya. Sedapat mungkin pembelajaran menulis ini harus
lebih banyak praktik daripada teori. Jam pelajaran yangterbatas diimbangi
dengan tema tulisan (karangan) yang menarik dan aktual. Pada gilirannya, siswa
bisa terdorong untuk berlatih menulis diluar jam pelajaran (Sukmana, 2005: 31).
Penerapan pendekatan CTL menurut (Nurhadi:1906) di dalam kelas
dapat dilaksanakan dengan langkah:
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menentukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri
pengetahuan dan kompetensi barunya!
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik!
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
4) Menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!
5) Menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran!
6) Melakukan refleksi diakhir pertemua
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Berdasarkan uraan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
CTL, potensi siswa harus benar-benar diberdayakan, sehingga bermakna bagi
siswa. Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan bermakna,
diperlukan sebuah perencanaan yang harus dipersiapkan sebaik-baiknya.
Srategi pembelajaran menulis (Sunardi, 2005: 31)., ada sejumlah
kegiatan yang perlu dipersiapkan. Adapun kegiatan itu mencakup: (1)
Persiapan; (2) Penyusunan Program Pembelajaran; (3) Pelaksanaan Program
Pembelajaran; (4) Pelaksanaan penilaian baik penilaian proses maupun
penilaian hasil; (5) Pemanfaatan hasil penilaian; (6) Perencanaan tindak lanjut
dari pemanfaatan hasil penilaian
Kegitan-kegiatan tersebut, dapat diuraiakn sebagai berikut:
1) Persiapan penyusunan program pembelajaran, guru perlu merumuskan
tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, mencari media
xxxix
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan. Merancang instrumen
penilaian, baik penilaian proses maupun hasil penilaian, memilih butir
pembelajaran sesuai dengan silabus, dan merancang skenario pembelajaran.
2) Penyusunan Program Pembelajaran
Menentukan alokasi waktu, memilih butir materi sesuai dengan kompetensi
dasar merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator pencapaian
hasil belajar, menyusun skenario pembelajaran, meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatn inti, maupun kegiatan penutup, memilih media/
sumber belajar, merancang instrumen penilaian.
3) Pelaksanan Program Pembelajaran
Melaksanakan kegiatn belajar mengajar sesuai dengan skenario yang
disusun. Kegiatan ini mencakup kegiatan tahap awal, tahap inti, tahap
penutup.
4) Pelaksanaan Penilaian
Penilaian dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan
konsep penilaian yang sebenarnya (authentic assesment), juga penilaian
hasil.
5) Pemanfaatan hasil Penilaian.
Dengan data hasil penilaian dapat digunaan untuk program perbaikan atau
menentukan langkah-langkah lain yang sekiranya perlu diambil.
6) Perencanaan Tindak Lanjut.
Dengan memanfaatkan hasil penilaian, akan ditentukan perencanaan
pembelajaran berikutnya.
Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pembelajaran tersebut di atas
adalah: (1) Mengidentifikasi model-model pengalaman belajar. (2)
Mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakuan baik pada tahap pendahuluan,
tahap inti, maupun tahap akhir pembelajaran. (3) Mengidentifikasi teknik-teknik
penyajian serta teknik pengelompokan siswanya. (4) Mengidentifikasi media
xl
atau sumber pembelajaran yang relevan dengan kompetensi yang telah
ditentukan yang digunakan dalm pembelajaran (Depdiknas, 2004b: 15)
Menurut (Sunardi : 40) penerapan pembelajaran menulis karangan
melalui pendektan CTL dilaksanakan dengan langkah:
1) Mengamati objek yang akan ditulis
2) Mencatat unsur-undsur penting dari objek yang akan ditulis
3) Menyusun kerangka tulisan
4) Menulis sesuai dengan objek yang diamati
5) Membentuk kelompok untuk berdiskusi
6) Mendiskusikan hasil tulisan yangberbentuk karangn siswa
7) Memperbaiki hasil karangan/tulisan berdasarkan hasil diskusi dan arahan
guru.
Gambar 2. Alur Berpikir pembelajaran Bahasa Contextual Teaching and Learning
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaannya, dirancang dengan
kegiatan-kegiatan berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru berdialog dengan siswa yang mengarah kepada masalah penulisan
karangan berdasarkan pengalaman.
Objek yang ditulis
Mencatat unsur-unsur penting dari objek yang ditulis
Mengamati objek yang ditulis
Menulis sesuai dengan objek dan kerangka tulisan
Menyusun kerangka tulisan
Membentuk kelompok diskusi
Memperbaiki tulisan
Mendiskusikan hasil tulisan
xli
b) Guru mengarahkan siswa mengingat-ingat kembali pengalaman yang
akan ditulis dalam karangan dengan memanfaatkan waktu sebaik-
baiknya.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa mengingat kembali pengalaman yang akan ditulis dengan karangan
b) Siswa menulis unsur-unsur pokok objek yang dialami.
c) Siswa bertanya berkaitan dengan objek pengalaman
d) Siswa menuliskan kerangka karangan dengan sistematis
e) Siswa mengembangkan kerangka menjadi beberapa kalimat.
f) Siswa membuat draft karangan
g) Siswa menulis karangan berdasarkan pengalaman
h) Siswa membagi diri ke dalam delapan kelompok setiap kelompok terdiri
dari lima orang.
i) Setiap siswa dalam satu kelompok saling menukarkan pekerjaan masing-
masing
j) Siswa (dengan arahan guru) dalam satu kelompok salingmenilai dan
mengomentari pekerjaan temannya.
k) Siswa merevisi karangan berdasarkan hasil diskusi
l) Guru dan siswa menyimpulkan penulisan karangan
3) Penutup
a) Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran menulis karangan
mulai dari mengingat pengalaman yang akan ditulis, menyusun kerangka,
menulis karangan, berdiskusi, hingga merevisi hasil karangan.
b) Guru memberikan pengukuhan mengenai penulisan karangan yang
dihasilkan siswa.
Penilaian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
perancangan tersebut meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian
proses meliputi: Aktivitas pengamatan terhadap aktivitas dan kesungguhan
siswa dalam menyusun kerangka karangan, kesungguh-sungguhan dalam
penulisan karangan, partisipasi dalam berdiskusi, dan aktivitas dalam merevisi
hasil karangan.
xlii
Sementara itu, penilaian hasiol dilakukan setelah siswa menyelesaikan
penulisan karangan. Penilaian terhadap hasil penulisan karangan siswa,
mencakup: (1) Penilaian mengenai isi, meliputi pola (komposisi tulisan,
koherensi antar kalimat/paragraf), keruntutan (kekronologisan), kelancaran, (3)
Tata bahasa dan pola kalimat (struktur kalimat), (4) Kosakata (ketepatan
penggunaan kata /istilah), (5) Pemakaian kaidah bahasa Indonesia, meliputi:
bentuk kata, ejaan dan tanda baca.
B. Penelitian yang Relevan
Tesis Sri Harjani (2005) berjudul “Pengembangan Kemampuan Membaca
dan Menulis Permulaan dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)”. Pada bagian simpulan penelitian diungkapkan bahwa kondisi awal dalam
pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru aktif mentransfer ilmunya pada
anak, sementara anak bagai botol kosong yang terus diisi dengan berbagai
pengetahuan yang kadang sama sekali tidak dimengerti oleh anak. Guru belum
mampu mengembangkan metode pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar
yang produktif. Metode ceramah menjadi pilihan utama dalam pembelajaran. Peran
siswa dalam pembelajaran kurang dioptimalkan.
Pelaksanaan dari tujuh prinsip dalam pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) memberi pengaruh positif dalam pembelajaran. Pada bagian akhir
penelitian disarankan bahwa guru perlu melakukan tindakan untuk mengurangi
kejenuhan dan meningkatkan motifasi belajar siswa dengan metode pembelajaran
yang bervariasi. Siswa perlu berlatih menulis agar tangan semakin terampil dan
semakin jelas pemahamannya terhadap bentuk-bentuk huruf.
Tesis tersebut relevan dengan penelitian ini karena dalam penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), kemampuan guru dalam
merefleksi sangat diperlukan sehingga hasil dari refleksi tersebut dapat digunakan
untuk menentukan langkah perbaikan pada siklus pembelajaran berikutnya.
xliii
C. Kerangka Berpikir
Yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran
kompetensi menulis rendah. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan oleh sistem
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa kurang diberi kesempatan
untuk mengembangkan kompetensinya. Di samping itu, dari sisi siswa sendiri juga
masih pasif. Siswa kurang berminat dan kurang bersemangat mengikuti
pembelajaran.
Pada prinsipnya, menulis adalah suatu kompetensi atau skill. Menulis adalah
hal nyata yang perlu dipelajari dengan ketekunan dan kemampuan untuk terus
mempraktikannya. Menulis tidak cukup dengan hanya mengetahui teori-teorinya
saja. Tanpa pernah berlatih, mustahil kompetensi menulis dapat diraih. Proses
pembelajaran menulis perlu dirancang dengan mengutamakan kemampuan dan
kompetensi dengan mendudukkan siswa sebagai subyek sehingga siswa dapat
mengekspresikan ide-ide kreatifnya, merasakan adanya manfaat dan tertarik untuk
selalu mengembangkan. Oleh sebab itu, perlu diterapkan pembelajaran menulis
yang dapat lebih memberdayakan siswa, yakni pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran berlangsung secara ilmiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru. Siswa dapat
mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya, menemukan sendiri konsep-konsep
materi yang sedang dihadapi. Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk
mengembangkan ide-idenya, dan menanyakan segala sesuatu yang belum
dipahami. Kepada siswa diberikan banyak kesempatan untuk berlatih dan praktik
menulis. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika siswa sedang belajar
menulis dapat didiskusikan sehingga kelompok satu dapat menilai hasil pekerjaan
kelompok yang lain.
Dengan pendekatan CTL, maka kompetensi menulis karangan dapat
meningkat. Dapat dijelaskan pada kerangka berpikir gambar 3.:
xliv
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan
kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan
Selo Kabupaten Boyolali.
2. Cara penggunaan CTL yang tepat dapat meningkatkan kompetensi menulis
karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali.
Kondisi Awal Pembelajaran Konvensional
Kemampuan menulis karangan rendah Belum CTL
Perencanaan
Pembelajaran Inovatif tentang Kemampuan menulis karangan
dengan pembelajaran CTL
Hasil Akhir setelah dilakukan PTK Meningkatnya kemampuan menulis
karangan
Siklus I, II, III
xlv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gunungsari Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali. Kelas yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian adalah
kelas V. Waktu penelitian dilaksanakan selama lima bulan, yakni bulan Juni
sampai dengan bulan Desember 2009. Kegiatan-kegiatan dalam rentang waktu
tersebut mencakup persiapan, pelaksanaan tindakan hinga penyelesaian.
Tabel 1. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
1. Penyusunan pengajuan proposal
- - - xxx xxxx- -
2. Penyiapan Instrumen dan alat
xxx - -
3. Pelaksanaan Penelitian xx xxx- -
4. Analisis Data xx
5. Penyususnan Laporan xxxxx xxxxx xxxxx
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gunungsari
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali berjumlah 16 siswa terdiri dari 10 siswa putra
dan 6 siswa putri. Siswa di kelas ini memiliki kemampuan rata-rata atau sedang,
tidak ada siswa yang memiliki kemampuan menonjol. Dipilihnya kelas V sebagai
tempat penelitian karena dipandang ada potensi-potensi siswa yang perlu
ditingkatkan khususnya yang berkaitan dengan kompetensi menulis karangan.
xlvi
Kedudukan penelitian adalah sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran,
pengatur pelaksanaan refleksi dan diskusi balikan. Hasil diskusi digunakan untuk
menentukan langkah-langkah penelitian pada siklus berikutnya.
C. Sumber Data
Sumber data berasal dari siswa kelas V SD Negeri Gunungsari sebagai
subjek penelitian. Data yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran
diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Proses yang diamati mencakup
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dan juga peran guru selama
mengajar. Data kompetensi menulis karangan siswa diukur dengan tes.
D. Bentuk dan Strategi Pembelajaran
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), Kemmis & Tagrat (dalam Budhi Setiawan, 2007: 30 menyatakan bahwa
Action Research adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang
dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan memperbaiki
pekerjaan, memahami pekerjaan, serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan lebih
lanjut, Kemmis Tagrat dalam Budhi Setiawan, 2007: 4) mengatakan PTK
merupakan studi yang sitematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-
praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari
tindakan tersebut. Proses pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan dalam suatu
rangkaian siklus yang berkelanjutan.
McNiff (dalam Budhi Setiawan 2007: 40) menyatakan beberapa model
action research yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis, John Elliot, dan Dave
ebbut dari pemikiran Kurt Lewin tahun 1946. Model tersebut berupa serangakaian
digambarkan dalam bentuk spiral. Setiap langkah terdiri dari empat tahap yaitu
Perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Berikut visualisasi tahap-tahap tersebut:
1. Planning
2. Acting
3. Observing
4. Reflecting
29
xlvii
Gambar 4. Siklus Action Research
(McNiff dalam Budhi Setiawan, 2007: 40)
1. Planning (Perencanaan)
Meningkatkan kemampuan menulis karangan daengan pendekatan kontekstual
2. Acting (Tindakan)
Menerapkan pendekatan kontekstual melalui pengalaman siswa
3. Observing (Pengamatan)
Pengamat melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran kemampuan
menulis karangan dengan metode CTL
4. Reflecting
Merefleksi hasil karya siswa pada akhir siklus.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses
dan hasil tindakan pebelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang
melingkupinya. Langkah-langkah observasi meliputi: (1) Perencanaan, (2)
pelaksanaan observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.
Pada tahap perencanaan, diperhatikan mengenai urutan kegiatan
observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati
mengenai fokus, kriteria, atau kerangka pikir interpretasi, disamping teknik
observasi yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas,
peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai
segala sesuatu yang terjadi pada roses pembelajaran, baik yang terjadi pada
guru, siswa maupun situasi kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas
xlviii
hasil pengamatan selama observasi dalam situasi yang saling mendukung
(mutually supportive)
Gambar 5. Tiga Siklus Observasi Hopkins, 1992
(dalam Depdiknas, 2004: 32)
b. Tes
Kompetensi menulis karangan diukur melalui tes uraian berbentuk
pengungkapan pengalaman. Setelah dilaksanakn tindakan, siswa di tes
dengan menggunakan soal uraian yang menitikberatkan pada segi penerapan
pada akhir pembelajaran setiap siklus. Hasil tes tiap siklus dianalisis secara
deskriptif untuk mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat
kembali (merujuk silang) pada indikator keberhasilan.
2. Alat Pengumpul Data
a. Lembar Observasi
Alat pengumpul data atau lembar observasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran,
lembar observasi yang ditujukan kepada siswa mencakup aspek-aspek:
kegiatan pengingatan kembali terhadap pengalaman yang dimiliki sebagai
objek bahan tulisan, penyusunan kerangka tulisan, penulisan karangan, dan
kegiatan berdiskusi.
b. Tes
Planning
Feedback Classroom
xlix
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengumpulkan data
kompetensi menulis karangan. Bentuk tes ini berupa tes uraian dengan
menugasi siswa untuk membuat tulisan yang berisi tentang pengalamannya
atau menulis karangan berdasarkan pengalaman. Unsur atau aspek yang
dinilai mencakup: isi, organisasi isi, pola kalimat, struktur dan ejaan.
F. Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan data hasil angket
diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterprestasikan kemudian
dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendikripsikan
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.
Data berupa hasil tes diuklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data
tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan nilai tes
antarsiklus. Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum menggunakan
pendekatan Contekxtual Teaching and Learning (CTL); dan nilai tes siswa setelah
menggunakan pendekatan CTL; sebanyak tiga siklus. Kemudian, data yang berupa
nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas
ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian yang menjadikan
indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: apabila 80% dari jumlah siswa Nilai
kompetensi menulis karangannya 65.00.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian mecakup tahap-tahap: (1) pengembangan fokus masalah
penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan
perbaikan, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, (5) perencanaan
tindak lanjut.
1. Pengembangan Fokus Masalah Penelitian
l
Untuk menbgembangkan fokus masalah, dilakukan pembelajaran yang aktual di
kelas dengan menggunakan perencanaan yang disusun oleh guru pelaksana.
Dalam pembelajaran ini belum digunakan pendekatan CTL. Dari sini, peneliti
dapat memperoleh data tentang kondisi awal siswa. Data-data yang lain juga
dapat dikembangkan baik berasal dari guru, siswa, bahan ajar, interaksi
pembelajaran, hasil belajar, media dan sebagainya.
2. Perencanaan Tindakan Perbaikan
Perencanaan-perencanaan yang perlu dipersiapkan untuk tindakan perbaikan
adalah: (1) Menyusun skenario pembelajaran. Dalam skenario pembelajaran
berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru, bentuk-bentuk yang dilakukan
siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah dirtencanakan;
(2) Mempersiapkan fasilitas-fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan; (3)
Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dari
hasil tindakan perbaikan.
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interprestasi
Setelah direncanakan dengan baik, tindakan perbaikan dilaksanakan dalam
situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan, tindakan perbaikan tersebut
disertai dengan observasi dan interpretasi. Pada observasi ini, dilakukan
perekaman mengenai segala peristiwa dan kegiatanyang terjadi selama tindakan
denga menggunakan blangko pengamatan. Hasil-hasil pengamatan kemudian
diinterpretasikan.
4. Analisis dan Refleksi
Pada tahap analisis data, yang dilakukan adalah menyeleksi, menyederhana-kan,
memfokuskan, mnengabstrasikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan
rasional. Hasil analisis kemudian direfleksi, yakni dikaji apa yang telah dan/atau
tidak terjadi. Apa yang telah dihasilkan atau dituntaskan oleh tindakan
perbaikan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah lanjut dalam
rangka mencapai tujuan penelitian tindakan kelas.
5. Perencanaan tindak Lanjut
Masalah yang diteliti diperkirakan belum tuntas hanya dengan satu siklus, maka
penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus ke-2. Pelaksanaan perbaikan,
pada siklus ke-2 dirancang berdasarkan pada hasil analisis dan refleksi dari
observasi dan interpretasi pada siklus ke-1. Dengan prosedur yang sama,
penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus ke-3. Pelaksanaan perbaikan
li
pada siklus ke-3 dirancang berdasarkan pada hasil refleksi dari observasi dan
interpretasi pada siklus ke-2.
Perancangan pelaksanaan tiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: (a) menyusun skenario
pembelajaran (RPP); (b) membuat lembar pengamatan; (c) Menyiapkan
alat pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan merupakan tindakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang dibuat, dan
dilaksanakan secara aktual.
3) Tahap Observasi Interpretasi: Dalam waktu yang bersamaan,
pelaksanaan pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar
pengamatan, kemudian hasilnya diinterpretasikan.
4) Tahap Analisis dan Refleksi; hasil observasi yang telah diinterpretasikan
dianalisis dan direfleksi untuk menentukan langkah-langkah tindakan
pada siklus ke-2.
b. Siklus II
1) Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: (a) menyiapkan skenario
pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I; (b)
menyiapkan alat dan media pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, yakni melaksanakan tindakan perbaikan
sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
3) Tahap Observasi Interpretasi: dalam waktu yang bersamaan, pelaksanaan
pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar pengamatan,
kemudian hasilnya diinterpretasikan.
4) Tahap Analisis dan Refleksi; hasil hasil observasi yang telah
diinterpretasikan dianalisis dan direfleksi.
c. Siklus III
1) Tahap Perencanaan, meliputi kegiatan: (a) menyiapkan skenario
pembelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus II; (b)
menyiapkan alat dan media pembelajaran.
lii
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, yakni melaksanakan tindakan perbaikan
sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.
3) Tahap Observasi Interpretasi: dalam waktu yang bersamaan, pelaksanaan
pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar pengamatan,
kemudian hasilnya diinterpretasikan.
4) Tahap Analisis dan Refleksi; hasil hasil observasi yang telah
diinterpretasikan dianalisis dan direfleksi.
Pada analisis dan refleksi, hasil analisis data pada siklus III, ini
digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang
dilakukan guru dalam peningkatan kompetensi menulis karanangan siswa
dengan menggunakan pendekatan CTL.
Prosedur penelitian di atas secara skematik disajikan dalam Gambar 6.:
Permasalahan Altr. Pemecahan
Rencana Tindakan I Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi I
Analisis Data I
Observasi I
Perencanaan Tindak Lanjut
Altr. Pemecahan
Rencana Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Analisis Data II
Observasi II
Perencanaan Tindak Lanjut
Altr. Pemecahan Rencana Tindakan III
Pelaksanaan Tindakan III
Refleksi III
Analisis Data III
Observasi III
Terselesai kan
liii
Gambar 6. Alur Penelitian tindakan Kelas
(Raka Joni, dkk.dalam Depdiknas, 2004a: 16)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Suasana ruang kelas begitu tenang dan tertib ketika jam pelajaran bahasa
Indonesia dimulai. Para siswa menempati tempat duduk masing-masing kemudian
bersiap-siap menerima pelajaran. Secara serentak siswa mengeluarkan buku catatan
dan alat tulis serta buku paket bahsa Indonesia.
Materi pembelajaran menulis karangan pada kondisi awal diolah oleh guru
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Gurupun memulai pembelajaran menulis
dengan mengabsen terlebih dahulu siswa kelas V. Dengan mengunakan metode
ceramah, materi pembelajaran menulis karangan diuraikan secara panjang lebar
oleh guru, sementara siswa memperhatikan dengan sungguh-sunguh sambil
mencatat penjelasan guru.
Pembelajaran dimulai dengan penjelasan tentang batasan-batasan menulis,
kemudian tentang langkah-langkah menulis mulai dari penentuan tema, cara
mempersempit tema, pengumpulan bahan tulisan, penyusunan kerangka tulisan,
pengembangan tulisan berdasarkan kerangka yang telah disusun. Suasana kelas
sangat tenang selama guru menjelaskan materi pembelajaran karena sambil
mendengarkan penjelasan guru, siswa mencatat hal-hal penting dari penjelasan
guru tersebut.
Waktu yang digunakan untuk menjelaskan materi pembelajaran sekitar 30
menit atau hampir separoh alokasi waktu yang disediakan 2 x 35 menit. Pada akhir
liv
penjelasannya, guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai hal-
hal yang belum jelas berkenaan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan.
Namun, tidak banyak siswa yang memanfaatkan waktu tersebut. Siswa terkesan
pasif, seakan-akan hanya menerima begitu saja materi yang dijelaskan oleh guru
tanpa banyak memberikan tanggapan atau komentar.
Kemudian guru memberikan tugas kepada siswa menulis karangan
berdasarkan pengalaman yang pernah dialami, dilihat atau diamati. Siswa terlihat
tidak segera menuliskan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Sebagian siswa
tampak membayangkan atau mengingat-ingat obyek apa yang pernah mereka
alami, amati, baru kemudian mereka menuliskan hasil pengalamannya di buku
tugas. Selama siswa menulis karangan, guru duduk di depan kelas sambil sesekali
melihat siswa menulis. Guru tidak mengontrol atau memberikan bimbingan kepada
siswa.
Kegiatan menulis karangan berdasarkan pengalaman oleh siswa dilakukan
hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Guru menyuruh mengumpulkan hasil
tulisan/karangan siswa. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau
umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Mengacu pada gambaran pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
(khususnya menulis) yang telah teramati tersebut, maka berikut ini dapat disajikan
beberap informasi yang terkait dengan kondisi awal pembelajaran menulis dalam
tabel 2.:
Tabel 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa pada Kondisi Awal (sebelum PTK) dilaksanakan
Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase
45
50
55
60
65
1
2
3
5
4
45
100
165
300
260
06,25 %
12,50 %
18,75 %
31,25 %
25,00 %
37
lv
70 1 70 06,25 %
Jumlah 16 870 100 %
Rata-rata 870 : 16 = 54,38
Ketuntasan Klasikal 5 : 16 X 100 % = 31,50 %
Sumber Data: Lampiran 7 halaman 92.
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak
11 siswa memperoleh nilai di bawah 65,00. Sebanyak 5 siswa memperoleh nilai
65,00 atau lebih. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya menulis pada siswa kelas V SD Negeri Gunungsari belum memenuhi
batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran
menulis dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari
pada kondisi awal dapat digambarkan dalam bentuk grafik 1.
0
1
2
3
4
5
45 50 55 60 65 70
Nilai Awal
Grafik 1. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD
Negeri Gunungsari pada Kondisi Awal.
lvi
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Diskripsi Siklus I
Kegiatan penelitian pada tindakan siklus I dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian pada tindakan siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran
menulis kerangka dalam suatu siklus I ini dirancang dengan dua kali
pertemuan. Alokasi setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. RPP mencakup
penentuan: kompetensi dasar, materi pokok, Indikator, skenario
pembelajaran, media/sumber belajar, dan sistem penilaian (Lampiran 1,
halaman 78).
Langkah-langkah atau skenario pembelajaran pada siklus I (pertemuan ke-1)
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Tahap Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: (1)
Guru memasuki kelas, mengabsen dan mengondisikan siswa agar dengan
segera siap menerima materi pembelajaran; (2) Guru berdialog dengan
siswa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, kemudian diarahkan
kepada materi pembelajaran menulis karangan berdasarkan
pengalamannya. Siswa diarahkan untuk menyebutkan hal-hal yang
berkaitan dengan pengalamannya untuk ditulis dalam karangan; (3) Guru
menginformasikan tujuan membelajaran menulis karangan. Metode yang
digunakan adalah metode informasi dan bertanya. Sementara itu, waktu
yang dialokasikan untuk tahap pendahuluan adalah 15 menit.
b) Tahap Inti
Pada tahap inti ini, kegiatan-kegitan yang dilakukan adalah: (1) Siswa
mengadakan pengamatan dengan cara mengingat-ingat kembali terhadap
lvii
objek yang pernah dialami, diamati untuk ditulis dalam karangan dengan
teliti; (2) Siswa menulis unsur-unsur objek yang pernah dialami atau
diamati sebagai data penulisan karangan; (3) Siswa bertanya kepada
petugas perpustakaan atau kepada guru berkaitan dengan objek
pengalaman yang dialami, dan diamati; (4) Siswa kembali ke kelas
menuliskan karangan/tulisan dengan sistematis; (5) Siswa
mengembangkan kerangka tulisan/karangan menjadi beberapa kalimat; (6)
Siswa membuat draf tulisan/karangan. Metode yang digunakan adalah
metode konstruktivisme, masyarakat belajar, dan bertanya. Waktu yang
dialokasikan untuk tahap ini adalah 45 menit.
c) Tahap Penutup
Pada tehap penutup ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: (1)
Siswa dan guru merefleksi terhadap kegiatan pengamatan/pengingatan
kembali pengalaman siswa sampai pada pembuatan draf tulisan/karangan;
(2) Siswa dan guru menyimpulkan langkah-langkah penyusunan
tulisan/karangan; (3) Guru menugasi siswa berlatih mengembangkan
kerangka karangannya. Metode yang digunakan adalah metode refleksi
dan penugasan. Waktu yang dialokasikan untuk tahap ini adalah 10 menit.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa
digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus. Khusus untuk
pelaksanaan diskusi, kursi diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat
melakukan diskusi dengan baik sesuai kelompoknya.; (2) Perpustakaan
sekolah. Perpustakaan sekolah yang digunakan sebagai objek pengamatan
perlu dipersiapkan, misalnya tentang bagaimana sistem pengklasifikasian
buku, sistem peminjaman, termasuk kesiapan petugas perpustakaan untuk
memberikan informasi kepada siswa yang melakukan pengamatan sehingga
untuk mendapatkan data yang lengkap, siswa dapat bertanya kepada petugas
perpustakaan.
lviii
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunaakan untuk merekam segala aktivitas
selama pelaksanaan pembelajaran berupa blanko pengamatan yang berisi
daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar
pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa
selama mengamati objek, aktivitas menyusun kerangka tulisan, kesungguhan
menulis karangan, dan akivitas dalam berdiskusi. Lembar pengamatan yang
digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, bagaimana
perannya sebagai motivator dan fasilitator memberikan kesempatan bertanya
dan bagaimana ia memanfaatkan waktu dalam pembelajaran.
c. Pelaksanaan Tindakan
Sebagaimana telah diuraikan pada RPP, kegiatan pembelajaran pada siklus
I dirancang dalam dua kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan
ke-1 diawali dengan informasi atau pengarahan kepada siswa mengenai teknik-
teknik menulis karangan berdasarkan hasil pengalaman. Pada kesempatan
tersebut, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menanyakan segala sesuatu yang belum jelas. Alokasi untuk penjelasan ini
menggunakan waktu selama 15 menit.
Kegiatan berikutnya, siswa dibagi beberapa kelompok diskusi. Masing-
masing kelompok beranggotakan 4 orang. Setiap siswa pada setiap kelompok
diskusi diberi kesempatan untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman
yang pernah dialami, lalu diminta menuliskan pada buku catatan. Setelah
berhasil mendata beberapa pengalaman yang pernah dialami, mereka diminta
untuk menyusun kerangka tulisan atau karangan berdasarkan pada pengalaman-
pengalaman yang sudah didata atau dicatat tadi. Berdasarkan kerangka yang
telah disusun, siswa mencoba mengembangkan menjadi draf karangan dengan
memperhatikan aspek pilihan kata, struktur kalimat, tanda baca dan ejaan.
Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 50 menit.
Pembelajaran pada pertemuan ke-1 diakhiri dengan refleksi, yakni
merenungkan apa saja yang terjadi dan tidak terjadi, selama melakukan kegiatan
mendata pengalaman yang dimiliki, penyusunan kerangka, dan penyusunan
kerangka. Kegiatan refleksi tersebut menggunakan waktu 10 menit. Sebelum
lix
mengakhiri pertemuan, siswa diberi tugas rumah untuk menulis karangan sesuai
dengan kerangka yang telah disusun.
Pada pertemuan ke-2, pembelajaran diawali dengan mengulas hasil
pembelajaran pada pertemuan ke-1. Hasil refleksi pada pertemuan ke-1
digunakan sebagai dasar berpijak pada pertemuan ke-2. Alokai waktu yang
digunakan untuk mengulas adalah 10 menit.
Kemudian, siswa mengembangkan kerangka atau menyempurnakan draf
yang telah dipersiapkan menjadi sebuah tulisan atau karangan yang mendekati
ketentuan. Setelah selesai menulis karangan, siswa membagi diri menjadi empat
kelompok (dalam satu kelompok terdiri dari empat orang) untuk mendiskusikan
hasil tulisan/karangan yang telah ditulis. Pada saat siswa berdiskusi, guru
mengadakan pengamatan mengenai aktivitas siswa dengan menggunakan blanko
yang telah dipersiapkan. Guru memberikan bantuan apabila ada kelompok yang
memerlukan penjelasan dan bimbingan. Berdasarkan hasil diskusi, siswa
menyempurnakan atau melakukan revisi terhadap hasil tulisan/karangannya.
Alokasi yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 50 menit. Pembelajaran pada
pertemuan ke-2 diakhiri dengan refleksi mengenai pelaksanaan pembelajaran.
Waktu yang digunakan untuk refleksi 10 menit.
d. Observasi - Interpretasi
Pengamat (Bapak Munawir) mengamati guru yang sedang mengajar di
kelas dengan materi menulis karangan, siswa diminta membentuk kelompok
diskusi, mereka tidak segera beranjak dari tempat duduk, bahkan masih tampak
beberapa siswa yang masih berbincang-bincang dengan temannya. Pada saat
beranjak dari tempat duduk lalu membentuk kelompokpun tidak dilakukan
dengan cepat. Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya
alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu
dengan baik.
Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada diri
siswa. Masih banyak diantara mereka yang hanya sekedar membawa buku
catatan dan alat tulis pada diskusi kelompok tanpa banyak melakukan aktivitas.
Mereka tidak mencatat apa yang pernah mereka alami karena masih belum
lx
teringat beberapa pengalaman yang pernah dialami. Siswa belum benar-benar
memahami akan pentingnya pendataan kembali yang terkait dengan
pengalaman-pengalaman yang pernah dilakukan/dimiliki terhadap objek sebagai
bahan tulisan atau karangan yang akan disusun.
Siswa yang bertanya kepada guru untuk menggali beberapa pengalaman
yang diingat dan pernah dilakukan jumlahnya masih sedikit sehingga informasi
yang didapatkan pun sangat terbatas. Data yang ditulis siswa tidak
diklarifikasikan dengan baik sehingga untuk menyusunnya menjadi kerangka
yang sistematis memerlukan waktu yang relatif lama.
Kerangka tulisan yang disusun siswa terlihat belum sistematis. Siswa tidak
memanfaatkan dengan baik hasil pendataan beberapa pengalaman hidup yang
pernah dimiliki atau dialami dengan klasifikasinya. Dengan demikian pula, pada
pengembangan kerangka menjadi tulisan atau karangan, masih banyak
ditemukan siswa yang menuliskan apa adanya.
Pada saat membentuk kelompok untuk mendiskusikan hasil tulisannya,
siswa belum melakukannya dengan segera sehingga tidak efektif waktu. Siswa
yang masih pasif dalam berdiskusi, mereka belum banyak memberikan
komentar, atau melakukan penilaian terhadap hasil tulisan teman. Hal ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan diskusi kelas. Siswa belum
biasa berbicara atau mengeluarkan pendapat dihadapan teman-temannya.
Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang memberikan bimbingan.
Bagaimanapun juga siswa tidak dapat terlalu “dilepaskan” karena mereka sudah
sangat terbiasa dengan pembelajaran konvensional, yang segala sesuatunya
banyak mendapatkan intervensi guru.
Tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil
observasi pada siklus I, dapat disajikan sebagai berikut: (1) Melakukan
pendataan terhadap beberapa pengalaman yang dialami/dimiliki sebesar 50%;
(2) Penyusunan kerangaka karangan 56.25% ; (3) Penulisan laporan 62.50% ;
(4) Keaktifan melakukan diskusi 50%. Rerata aktivitas siswa 54.90% (Lampiran
18 halaman 105). Tingkat aktivitas siswa yang masih rendah, maka pada siklus
berikutnya diharapkan dapat ditingkatkan dengan memotivasi siswa akan
lxi
manfaat pembelajaran melalui metode CTL dalam pembelajaran kompetensi
menulis karangan.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas
guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 61,90% (Lampiran 13 halaman
99). Guru kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu
dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar, guru
kurang maksimal dalam menerapkan model pembelajaran CTL, karena guru
kelas sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran konvensional (ceramah), yang
segala sesuatunya banyak mendapatkan intervensi guru.
Hasil pembelajaran menulis karangan pada siklus I disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan CTL pada Siklus I
Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase
50
55
60
65
70
75
1
2
4
5
3
1
50
110
240
325
210
75
06,25 %
12,50 %
25,00 %
31,25 %
18,75 %
06,25 %
Jumlah 16 1010 100 %
Rata-rata 1010 : 16 = 63,13
Ketuntasan Klasikal 9 : 16 X 100 % = 56,25 %
Sumber Data: Lampiran 8 halaman 93.
Hasil tes yang disajikan pada tabel di atas, menunjukkan bahwa sejumlah
7 siswa mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 9 siswa mendapat nilai
65,00 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 63,13. Ketuntasan secara klasikal sebesar
lxii
56,25%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran
bahasa Indonesia, khususnya menulis pada siklus I belum berjalan dengan baik.
Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri
Gunungsari pada siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik 2 sebagai
berikut.
0
1
2
3
4
5
45 50 55 60 65 70 75
Nilai Siklus I
Grafik 2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari pada Siklus I.
e. Refleksi
Berdasarkan hasil obserfasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum
dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya,
pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa mengenai pentinya
pemafaatan waktu.
Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pendataan
beberapa pengalaman yang dialami/dimiliki, dan jarangnya tanya-jawab
dilakukan antara siswa dengan guru disebabkan oleh kekurangpahaman siswa
akan pentinya pendataan pengalaman-pengalaman yang dialami tersebut
sehingga masih didapati siswa yang mendapati kesulitan ketika akan
mencatatkan pada buku catatan atau alat tulis yang dibawanya. Oleh sebab itu,
lxiii
pada pembelajaran berikutnya (pada siklus II) perlu ditekankan kepada siswa
agar lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan mendata ulang
beberapa pengalaman yang pernah menjadi miliknya.
Pada penyusunan kerangka tulisan/karangan, perlu diarahkan kepada
siswa untuk mengklarifikasikan data-data pengalaman sehingga memudahkan
untuk menyusun kerangka tersebut. Kepada siswa perlu diarahkan bagaimana
cara mengembangkan kerangka menjadi bentuk tulisan/kerangka yang
sistematis. Kepada siswa perlu ditunjukkan contoh karangan/tulisan yang
disusun berdasarkan pengalaman.
Perlu ditingkatkan pula keaktifan siswa dalam berdiskusi. Siswa perlu
dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan bermanfaat
untuk menyempurnakan tulisan/karangannya. Siswa masih perlu dibimbing dan
diarahkan karena mereka belum dapat dengan serta merta dilepaskan untuk
mandiri.
2. Deskripsi Siklus II
Pembelajaran menulis karangan pada siklus II masih ditujukan pada
penulisan tulisan/karangan berdasarkan pengalaman yang dialami/dimiliki oleh
siswa. Pelaksanaannya dirancang sebagai berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP pada siklus II, dirancang sebagai berikut: Pada pertemuan ke-1
siswa mengadakan pendataan terhadap beberapa pengalaman yang mereka
miliki, menyusun kerangka tulisan/karangan, dan penyusunan draf.
Kemudian pada pertemuan ke-2, siswa menulis karangan berdasarkan hasil
pengalamannya, mendiskusikan, kemudian melakukan penyuntingan (lihat
lampiran 2, hal. 81).
Tindakan yang mendapatkan penekanan dari guru ada siklus II
adalah: mengarahkan siswa agar lebih aktif dalam melakukan kegiatan, dan
lxiv
lebih terstruktur dalam melakukan pencatatan atau penginventarisasikan
terhadap pokok-pokok pengalaman yang hendak ditulisnya. Agar pencatatan
yang dilakukan siswa tentang pengalam-pengalamannya dapat berjalan lebih
terstruktur, siswa perlu menyiapkan pokok-pokok yang perlu dicatat.
Langkah-langkah atau skenario pembelajaran pada siklus ke II (pada
pertemuan ke-1) mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: (1) Guru
memasuki kelas, mengabsen dan mengondisikan siswa agar dengan segera
siap menerima materi pelajaran; (2) Guru berdialog dengan siswa yang
mengarah pada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I;
(3) Guru mengarahkan siswa mengadakan pencatatan/pendataan tentang
beberapa pengalaman yang pernah dialami dengan cara mengingat-ingat
kembali dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya; (4) Guru
menunjukkan contoh tulisan/karangan siswa sebagai salah satu model.
Metode yang digunakan adalah metode informasi, bertanya. Waktu yang
dialokasikan untuk tahap pendahuluan adalah 10 menit.
b) Tahap Inti
Pada tahap inti ini, kegiatan-kegitan yang dialakukan adalah: (1) Siswa
mengamati contoh karangan yang diberikan guru ; (2) Siswa mengadakan
pengingatan kembali dengan mencatat pengalaman-pengalaman yang
pernah dialami; (3) Siswa menuliskan unsur-unsur penting dari
pengalaman yang pernah dimiliki dalam buku catatan; (4) Siswa
menuliskan kerangka tulisan/karangan dengan sistematis; (5) Siswa
mengembangkan kerangka tulisan/karangan yang telah dibuat menjadi
beberapa kalimat; (6) Siswa membuat draf tulisan/karangan. Metode yang
digunakan adalah metode konstruktivisme, masyarakat belajar. Waktu
yang dialokasikan untuk tahap ini adalah 45 menit.
c) Tahap Penutup
lxv
Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah : (1) Siswa dan
guru merefleksi terhadap kegiatan siswa sejak pendataan/pencatatan
beberapa pengalaman yang diingat sampai dengan pada pembuatan draf
tulisan/karangan; (2) Siswa dan guru menyimpulkan penyusunan
tulisan/karangan; (3) Guru menugasi siswa berlatih mengembangkan
tulisan/karangan yang telah disusun. Metode yang digunakan adalah
metode refleksi dan penugasan. Waktu yang dialokasikan untuk tahap
penutup adalah 10 menit.
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II adalah: a) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah
kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus.
Khusus untuk pelaksanaan diskusi, kursi diatur sedemikian rupa sehingga
siswa dapat melakukan diskusi dengan baik sesuai kelompoknya.; b)
Perpustakaan Sekolah yang digunakan sebagai sumber belajar perlu
dipersiapkan; c) Contoh tulisan/karangan berdasarkan pengalaman perlu
dipersiapkan oleh guru agar dapat digunakan oleh siswa sebagai model
penulisan.
3) Mempersiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan untuk merekam segala aktivitas
selama pelaksanaan pembelajaran berupa blanko pengamatan yang berisi
daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar
pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa
selama mengamati objek, aktivitas menyusun kerangka tulisan, kesungguhan
dalam menulis, dan aktivitas dalam berdiskusi. Lembar pengamatan yang
digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, bagaimana
perannya sebagai motivator dan fasilitator, memberikan kesempatan
bertanya, dan bagaimana mengarahkan pemanfaatan waktu selama dalam
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
lxvi
Tindakan perbaikan diawalai dengan dialog antara guru dengan siswa
yang mengarah kepada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus
I. Mengingat pada siklus I siswa kurang dapat memanfaatkan waktu selama
mengamati objek, maka pada siklus II ini, siswa diarahkan untuk dapat
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Guru mengulas mengenai pentingnya
melakukan pendataan/pencatatan kembali beberapa pengalaman yang pernah
dialami dan diingat siswa sebagai bahan penulisannya. Kemudian guru
menunjukkan contoh tulisan/karangan berdasarkan pengalaman kepada siswa
sehingga mereka mendapatkan gambaran yang lebih konkrit mengenai bentuk-
bentuk karangan yang berdasarkan pengalaman.
Pada langkah berikutnya, siswapun bergegas untuk melakukan
pencatatan kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dialami dan diingat ke
dalam buku catatan. Mereka tampak senang, bersemangat dan aktif mencatat
hal-hal yang dianggap penting dari pengalaman yang pernah dialami untuk
ditulis. Guru tidak banyak lagi memberikan pengarahan.
Setelah siswa menuliskan pada buku catatannya tentang pengalaman-
pengalaman yang pernah dialami dan diingat, lalu mereka menyusun kerangka
tulisan/karangan berdasarkan catatan yang telah dibuatnya tadi. Dalam
penyusunan kerangka, banyak diantara siswa yang mendiskusikannya dengan
siswa lain. Guru berkeliling sambil memberikan pengarahan dan bimbingan
sehingga siswa dapat menyusun kerangka dengan baik. Siswa yang telah selesai
menyusun kerangka, langsung mencoba mengembangkan kerangka tersebut
kedalam beberapa kalimat. Siswa yang lain menyelesaikan penyusunan
kerangka karangannya hingga waktu yang dialokasikan habis. Pembelajaran
pada siklus II, pertemuan ke-1 diakhiri dengan refleksi mengenai seputar
pelaksanaan pencatatan kembali pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa
dan penyusunan kerangka, hingga mengembangkan tulisan/karangannya.
Pada pertemuan ke-2 diawali dengan dialog dan pengarahan mengenai
seputar pengembangan kerangka menjadi tulisan/karangan yang utuh. Waktu
yang digunakan untuk dialog dan pengarahan 10 menit. Kemudian siswa
melanjutkan aktivitas menyusun karangan berdasarkan kerangka yang telah
lxvii
disusun. Selama siswa melakukan aktivitas, guru mengamati dan memberikan
arahan terhadap siswa yang memerlukan bimbingan.
Setelah siswa menyelesaikan tulisan/karangannya, mereka
mendiskusikan dalam kelompok. Untuk memudahkan dan mengefektifkan
waktu, kelompok diskusi pada siklus II adalah teman sebangku ditambah dengan
bangku yang berdekatan. Diskusipun berjalan dengan baik. Siswa satu dengan
yang lain saling mengoreksi pekerjaan temannya. Mereka lebih berani bertanya
kepada temannya sehingga kalau ada masalah dan ada yang tidak diketahui oleh
mereka dapat dipecahkan bersama kelompoknya. Pada akhir pembelajaran, guru
bersama-sama dengan siswa mengadakan refleksi mengenai pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Alokasi waktu yang digunakan untuk refleksi 10 menit.
c. Observasi - Interpretasi
Pengamat (Bapak Munawir) mengamati guru yang sedang mengajar di
kelas dengan materi menulis karangan catatan-catatan persiapan yang berisi
pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa menjadikan bahan yang akan
ditulis semakin lengkap. Dalam catatan-catatan itu seakan-akan siswa sudah
mengetahui apa yang mesti harus dilakukan. Dengan kesadaran sendiri, tanpa
terbebani mereka melakukan kegiatan penulisan dengan baik.
Untuk melengkapi catatan dalam buku yang terkait dengan pengalaman-
pengalamannya, mereka sering bertanya pada teman sebangku, juga kepada guru
untuk mendapatkan data yang lengkap agar dapat menuliskan dalam
karangannya. Kelengkapan catatan persiapan ini sangat berpengaruh terhadap
penyusunan kerangka tulisan/karangan sehingga kerangka yang disusun menjadi
lebih sistematis. Siswa sudah dapat melakukan kegiatan menulis dengan cukup
baik, walaupun masih perlu diingatkan. Mereka tidak kelihatan canggung pada
saat memulai menuliskan hasil pengalamannya. Pada saat berdiskusi, siswa juga
sudah melakukannya dengan baik. Ada peningkatan aktivitas siswa dalam
berdiskusi. Ternyata, dengan mendiskusikan hasil laporan ini sangat bermanfaat
bagi siswa karena kesalahan yang tadinya tidak disadari oleh mereka, setelah
dikoreksi oleh temannya, kesalahan tersebut dapat diketahui. Berasarkan koreksi
lxviii
dari teman tersebut, siswa dapat melakukan perbaikan atau revisi terhadap
tulisan/karangan yang telah disusun.
Berdasarkan penilaian hasil tulisan siswa, masih banyak ditemukan
kesalahan ejaan, dan struktur kalimat yang kurang tepat. Siswa perlu diingatkan
dan diarahkan agar lebih memperhatikan mengenai kebenaran ejaan dan
ketepatan struktur kalimat.
Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran sudah
melakukan tugasnya dengan baik. Bahkan, kedekatan dan sikap ramah yang
ditunjukkan guru terhadap siswa dirasakan merupakan nilai tersendiri bagi
siswa. Suasana pembelajaran dirasakan oleh siswa sebagai hal yang
menyenangkan, sehingga siswapun merasa bahwa pembelajaran menulis itu
sebagai pembelajaran yang menarik.
Tingkat aktivitas dalam mengikuti pembelajaran dapat diketahui dari
hasil observasi sebagai berikut: (1) Melakukan pendataan/pencatatan terhadap
pengalaman-pengalaman yang dimiliki sebesar 75%, (2) Melakukan penyusunan
kerangka karangan 75%, (3) Penulisan tulisan/karangan 81.25%, (4) Melakukan
diskusi 62.50%. Rerata aktivitas siswa 73.40% (Lampiran 18 halaman 105).
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas
guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 76,19% (Lampiran 14 halaman
100). Guru sudah dapat mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan
waktu dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar,
guru sudah dapat peningkatan dalam menerapkan model pembelajaran CTL,
guru kelas sudah dapat memahami proses pembelajaran walaupun belum
maksimal.
Hasil pembelajaran menulis karangan pada siklus II disajikan dalam
tabel 4.:
Tabel 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan CTL pada Siklus II
Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase
55
60
65
70
1
3
3
5
50
180
195
350
06,25 %
18,75 %
18,75 %
31,25 %
lxix
75
80
3
1
225
80
18,75 %
06,25 %
Jumlah 16 1080 100 %
Rata-rata 1080 : 16 = 67,60
Ketuntasan Klasikal 12 : 16 X 100 % = 75,00 %
Sumber Data: Lampiran 9 halaman 94.
Hasil nilai pada tabel di atas menunjukkan 4 siswa mendapat nilai kurang
dari 65,00. Sebanyak 12 siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Nilai Rerata
kelas 67,60. Ketuntasan secara klasikal sebesar 75.00%. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa nilai rerata yang dicapai sudah memenuhi
indikator kinerja. Namun secara klasikal belum mencapai batas tuntas.
Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri
Gunungsari pada siklus II dapat digambarkan dalam bentuk grafik 3
.
0
1
2
3
4
5
50 55 60 65 70 75 80
Nilai Siklus II
Grafik 3. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari pada Siklus II.
d. Refleksi
lxx
Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Mereka juga
sudah memahami akan pentingnya kegiatan pendataan/pencatatan pengalaman-
pengalaman yang pernah dialami/diingat sebagai bahan acuan untuk ditulis.
Bahkan, mereka melakukan kegiatan tersebut dengan antusias, senang hati, dan
hasilnya lebih baik. Demikian pula, kegiatan berdiskusi yang muncul pada saat
siswa menyusun kerangka tulisan/karangan, perlu diefektifkan pada siklus III.
Kegiatan menulis telah dilakukan oleh siswa dengan lancar dan tidak
canggung. Namun, hal-hal mengenai kebenaran ejaan, keefektifan kalimat,
masih perlu ditingkatkan. Demikian pula pada kegiatan berdiskusi, siswa perlu
dibangkitkan semangatnya.
Aktivitas dan semangat siswa yang sudah terbentuk pada siklus II perlu
ditingkatkan pada pembelajaran siklus III agar pembelajaran menjadi lebih
menarik. Guru perlu lebih berupaya menciptakan suasana senang, tidak tertekan,
dan memilihkan materi pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.
3. Diskripsi Siklus III
Pembelajaran menulis pada siklus III ditujukan pada penulisan karangan
berdasarkan pengalaman siswa ketika mengikuti berkemah menjelang hari
Pramuka 14 Agustus 2009.
a. Perencanaan
Sebagaimana yang telah dilaksanakan pada siklus II, pada siklus III ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan (lihat RPP Siklus III pada Lampiran
3, hal. 84). Pada pertemuan ke-1 siswa mencatat pada buku catatannya tentang
pengalaman-penghalaman yang pernah dialami dan diingat, menyusun kerangka
tulisan/karangan, mendiskusikan penyusunan kerangka, menyusun draf. Pada
pertemuan ke-2, siswa menulis berdasarkan catatan-catatan pengalaman yang
telah ditulis pada buku catatan, mendiskusikan laporan kemudian melakukan
penyuntingan.
Tindakan yang mendapat penekanan-penekanan pada siklus III, siswa
perlu menyiapkan detail-detail tulisan dengan mencermati apa saja yang perlu
lxxi
dituliskan ketika mengikuti kegiatan perkemahan dalam rangka memperingati
hari pramuka untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
Langkah-langkah atau skenario pembelajaran pada siklus III (pertemuan
ke-1) mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: : (1) Guru
memasuki kelas, mengabsen dan mengondisikan siswa agar dengan segera
siap menerima materi pelajaran; (2) Guru berdialog dengan siswa mengarah
pada penulisan karangan dengan objek perkemahan; (3) Guru mengarahkan
siswa mengadakan pendataan/pengamatan secara cermat terhadap segala
sesuatu yang perlu ditulis ketika mereka mengikuti perkemahan dengan
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya; (4) Siswa mempersiapkan diri untuk
melakukan pencatatan hal-hal yang perlu dituliskan pada karangan
berdasarkan pengalaman mengikuti perkemahan. Metode yang digunakan
adalah metode informasi, bertanya. Waktu yang dialokasikan untuk tahap
pendahuluan adalah 10 menit.
2) Tahap Inti
Pada tahap inti ini, kegiatan-kegitan yang dilakukan adalah: (1) Siswa
menuliskan hal-hal yang terkait dengan pengalamannya mengikuti
perkemahan dengan teliti; (2) Siswa menuliskan unsur-unsur pokok objek
yang dialami; (3) Siswa bertanya berkaitan dengan objek pengalaman dengan
teman sebangku atau guru (4) Siswa menulis kerangka tulisan/karangan
dengan sistematis; (5) Siswa mendiskusikan penyusunan kerangka
tulisan/karangan; (6) Siswa mengembangkan kerangka menjadi beberapa
kalimat; (7) Siswa membuat draf tulisan/karangan. Metode yang digunakan
adalah konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, dan penilaian yang
sebenarnya. Waktu yang dialokasikan untuk tahap ini adalah 50 menit.
3) Tahap Penutup
Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah : (1) Siswa dan guru
merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan; (2) Siswa dan guru
menyimpulkan penyusunan kerangka tulisan/karangan pada penyusunan draf
lxxii
berdasarkan hasil catatan yang dibuat oleh siswa; (3) Guru menugasi siswa
berlatih mengembangkan kerangka tulisan/karangan yang telah disusun.
Metode yang digunakan adalah metode refleksi. Waktu yang dialokasikan
untuk tahap penutup adalah 10 menit.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan ke-1 pada siklus III, siswa mendapat pengarahan dari guru.
Kemudian siswa mendata dan mencatat hal-hal penting yang akan dituliskan
pada karangannya berkait dengan pengalaman langsung ketika mengikuti
perkemahan dengan dibimbing guru. Kegiatan penulisan atau pencatatan
tersebut dilakukan siswa dengan tertib, lancar dan efektif. Siswa telah
menunjukkan aktivitasnya selama melakukan kegiatan ini. Mereka sibuk dengan
caranya masing-masing untuk mencatat hal-hal yang dianggapnya perlu
dimasukkan ke dalam karangan sebagai data acuan. Beberapa siswa langsung
menuliskan atau mencatat hal-hal tersebut berdasarkan arahan guru. Sebagian
yang lain aktif bertanya kepada teman sekelompok, maupun guru.
Waktu yang digunakan untuk mencatat data pengalaman tersebut
menjadi lebih singkat, sehingga bagi siswa yang telah merasa cukup
mendapatkan hal-hal yang dianggap perlu dituliskan pada karangannya nanti,
langsung merangkaikannya menjadi kerangka tulisan/karangan. Kerangka
tulisan/karangan yang disusun semakin sistematis karena mereka mendiskusikan
kerangka yang disusun tersebut dengan teman kelompoknya. Kemudian, siswa
menyusun draf tulisan/karangan. Sepuluh menit sebelum jam pertemuan ke-1
berakhir, guru dan siswa melakukan refleksi.
Pada pertemuan ke-2 siswa mengembangkan kerangka menjadi sebuah
tulisan/karangan yang utuh. Siswa menulis dengan sungguh-sungguh dan
sesekali bertanya kepada guru mengenai dengan masalah yang dihadapinya.
Guru memantau dan mengamati aktivitas siswa. Berdasarkan pengamatan guru,
pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siklus III berjalan
lxxiii
lebih baik. Artinya, siswa telah memahami berbagai permasalahan dalam hal
menulis berdasarkan pengalaman.
Rasa canggung dalam menulis sudah tidak diperlihatkan lagi oleh siswa.
Rasa senang, dan bersemangat sudah ditunjukkan oleh siswa. Hal ini terbukti
ketika guru akan mengakhiri pembelajaran, siswa justru meminta tambahan
waktu. Bukan karena mereka tidak dapat mengerjakan, melainkan karena
mereka asyik menyempurnakan hasil tulisan/karangannya.
Mengingat siswa sudah semakin lancar dalam menulis karangan
berdasarkan pengalaman, guru mengarahkan agar siswa memperhatikan
kebenaran tulisan, ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat. Kemudian siswa
mendiskusikan hasil tulisan/karangannya itu bersama teman sekelompoknya.
Siswa juga semakin aktif melakukan diskusi. Mereka banyak memberikan
tanggapan, masukan dan komentar terhadap tulisan temannya. Bedasarkan hasil
diskusi tersebut, siswa melakukan penyuntingan. Pertemuan diakhiri dengan
refleksi mengenai seputar pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observassi - Interpretasi
Pengamat (Bapak Munawir) mengamati guru yang sedang mengajar di
kelas dengan materi menulis karangan. Pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan
lancar dan terstruktur karena siswa telah melakukan persiapan sebelumnya,
yakni mempersiapkan detail-detail pengalaman yang akan dimuat dalam
tulisan/karangannya. Dengan persiapan-persiapan ini menjadikan kegiatan
menulis yang dilakukan siswa dapat berjalan efektif.
Siswa lebih merasa senang dan bersemangat dalam melakukan
pengamatan, terlihat dari aktivitasnya dalam melakukan pencatatan unsur-unsur
objek yang dialami dan diingat. Siswa sering berdiskusi dengan teman
sekelompoknya, dan bertanya kepada guru untuk mendapatkan hal-hal penting
yang perlu ditulis dalam tulisan/karangannya. Tanpa disuruh dan diarahkan
guru, siswa dapat melakukan kegiatan tersebut dengan baik. Tulisan atau
karangan telah ditulis siswa dengan runtut. Kesalahan ejaan dan penulisan dan
kekurangtepatan struktur yang ditemukan pada siklus II sudah dapat
diminimalkan.
lxxiv
Tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus III
dapat diketahui dari hasil observasi sebagai berikut: (1) Melakukan
pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki sebesar
81.25%, (2) Melakukan penyusunan kerangka karangan 87.50%; (3) Penulisan
tulisan/karangan 87.50%; (4) Melakukan diskusi 68.75%. rerata aktivitas siswa
81.25% (Lampiran 18 halaman 105).
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas
guru dalam pembelajaran masih sudah mencapai 90,48% (Lampiran 15 halaman
101). Guru sudah dapat mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan
waktu dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar,
guru sudah dapat peningkatan dalam menerapkan model pembelajaran CTL,
guru kelas sudah dapat memahami proses pembelajaran secara maksimal.
Hasil pembelajaran menulis pada sklus III disajikan dalam tabel 5:
Tabel 5. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Melalui Pendekatan CTL pada Siklus III
Nilai (N) Jumlah (F) N.F Prosentase
55
60
65
70
75
80
-
-
4
5
4
3
-
-
260
350
300
240
-
-
25,00 %
31,25 %
25,00 %
18,75 %
Jumlah 16 1150 100 %
Rata-rata 1150 : 16 = 71,88
Ketuntasan Klasikal 16 : 16 X 100 % = 100 %
Sumber Data: Lampiran 10 halaman 95.
Hasil pada tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang
mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 16 siswa mendapat nilai 65,00 atau
lebih. Secara individual, semua siswa telah memenuhi batas tuntas. Nilai rata-
rata kelas 71.00. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan kelasikal yang
dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja.
lxxv
Dari nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD Negeri
Gunungsari pada siklus III dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4 .
0
1
2
3
4
5
55 60 65 70 75 80
Nilai Siklus III
Grafik 4. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari pada Siklus III.
d. Refleksi
Siswa merasa senang hati dan antusias dalam melakukan kegiatan
mencatat hal-hal penting dari pengalaman yang dialami ketika mengikuti
perkemahan karena mereka telah mengetahui akan pentingnya kegiatan itu
sebelum menulis karangan berdasarkan pengalaman. Dengan persiapan yang
baik, dapat memudahkan pencatatan data pengalaman.
Siswa sudah dapat melakukan kegiatan menulis dengan lancar karena
ditopang dengan hasil catatan awal yang lengkap. Aktivitas dalam berdiskusi
meningkat karena siswa telah merasakan manfaat diskusi tersebut.
Pada akhir pembelajaran, siswa merasakan bahwa pembelajaran menulis
bukanlah hal yang membosankan. Bahkan, siswa merasakan adanya ketertarikan
untuk mencoba menulis. Untuk itu, kepada siswaperlu diberikan keleluasaan
ruang gerak untuk selalu meningkatkan kompetensinya dalam menulis.
lxxvi
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Kondisi Awal
Kondisi awal pembelajaran menulis berdasarkan pengalaman pada siswa
kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali dilakukan dengan
menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses pembelajaran ini, masih
tampak didominasi oleh segi-segi teoritik. Guru masih banyak mejelaskan tentang
bagaimana menentukan tema, menyusun kerangka, dan mengembangkan karangan.
Siswa mencatat semua penjelasan guru sehingga pembelajaran hanya berjalan
searah. Denga kondisi demikian, siswa sangat pasif selama mengikuti pembelajaran
sehingga terkesan hanya sebagai objek, bukan subjek pembelajaran.
Konsep pembelajaran tentang menulis hanya diterima dari guru. Siswa
belum mengonstruksikan, mendiskusikan, atau merefleksi materi pembelajaran
yang telah dipelajarinya sehingga pembelajaran belum bermakna bagi siswa.
Dalam melakukan penilaian, guru hanya menekankan pada segi penilaian
produk atau hasil. Penilaian proses belum mendapatkan perhatian penuh dari guru.
Siswa sama sekali belum dilibatkan dalam penilaian.
Sebelum melakukan kegiatan menulis, siswa tidak melakukan pengamatan
terhadap objek yang akan ditulis. Guru hanya memberikan tugas menulis dengan
tema tertentu. Siswa disuruh mempersempit tema menjadi topik yang lebih
spesifik. Kemudian, siswa disuruh menyusun kerangka karangan dan selanjutnya
dikembangkan menjadi bentuk tulisan yang utuh. Setelah selesai, hasil tulisan
siswa dikumpulkan tanpa dilakukan penyuntingan terlebih dahulu.
Pada akhir kegiatan menulis, siswa tidak mendiskusikan dengan kelompok
dan tidak melakukan revisi terhadap hasil tulisannya sehingga masih ditemukan
kesalahan-kesalahan, seperti kesalahan ejaan, kalimat tidak lengkap. Berdasarkan
hasil tes pada kondisi awal, diketahui sejumlah 11 siswa mendapat nilai kurang dari
65,00. Sebanyak 5 siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Nilai rata-rata kelas 54,
38. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50.
lxxvii
2. Pembahasan Tiap Siklus
a. Siklus I
Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum
berjalan dengan baik. Siswa belum aktif melakukan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini
disebabkan oleh karena siswa telah terbiasa belajar dengan lebih banyak
mengandalkan instruksi guru. Pada saat melakukan pendataan/pencatatan
terhadap pengalaman-pengalaman yang pernah dialami/dimiliki, siswa kurang
bersemangat karena kurang memahami pentingnya melakukan kegiatan itu
sebagai bahan untuk ditulis. Akibatnya, kerangka tulisan yang disusunpun
kurang sitematis. Hal ini terjadi karena siswa tidak mencatat pokok-pokok objek
yang dialami yang akan dituliskan pada karangannya. Kalapun mencatat, siswa
tidak mengidentifikasikan dan tidak merangkaikan bagian-bagian yang relevan
dan penting sehingga siswa kesulitan menyusun kerangka tulisan/karangan
dengan baik.
Data yang diperoleh dari observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran diketahui sebagai berikut: (1) Melakukan
pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki sebesar
60,53%; (2) Melakukan penyusunan kerangka karangan 50,00%; (3) Melakukan
penulisan karangan 60,53%; dan (4) Melakukan diskusi 47,37%. Hasil ini
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran belum
sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas
guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 65,00%. Guru kurang
mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik belajar
di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar, guru kurang maksimal dalam
menerapkan model pembelajaran CTL, karena guru kelas sudah sangat terbiasa
dengan pembelajaran konvensional (ceramah), yang segala sesuatunya banyak
mendapatkan intervensi guru.
lxxviii
Berdasarkan hasil tes diketahui rerata kelas sebesar 63,12 sebanyak 7
siswa mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 9 siswa mendapat nilai 65,00
atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 56,25%. Berdasarkan data
tersebut rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Demikian
pula secara klasikal belum mencapai ketuntasan. Yang perlu diperhatikan pada
siklus II sebagai tindak lanjut dari siklus I adalah pengefektifan waktu. Siswa
perlu diarahkan agar dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan belajar.
Aktivitas siswa dalam melakukan kegiatan pendataan/pencatatan hal-hal penting
yang dialami juga perlu ditingkatkan. Siswa perlu diarahkan pula agar mereka
lebih intensif dalam melakukan pencatatan/penginventarisan terhadap pokok-
pokok pengalaman. Perlu diberikan bimbingan kepada siswa pada penyusunan
tulisan/karangan sesuai dengan hasil kegiatan yang pernah dialami. Agar siswa
mendapatkan gambaran yang lebih konkrit, kepada siswa diberikan contoh
tulisan/karangan sehingga dapat menggunakannya sebagai acuan.
b. Siklus II
Pada siklus II, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan cukup baik.
Siswa telah dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Mereka lebih
bersemangat dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Pengaruh positif dari
meningkatnya partisipasi dalam belajar ini adalah meningkatnya penguasaan
teknik-teknik menulis siswa. Siswa telah dapat melakukan kegiatan menulis
dengan terarah. Dengan dipersiapkannya catatan-catatan penting dari
pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dan dapat berlangsung lebih efektif dan
lancar.
Demikian pula, pada saat melakukan diskusi siswa mulai berani
berpendapat, memberikan masukan-masukan terhadap hasil tulisan teman.
Namun, keberanian siswa masih perlu ditingkatkan. Aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi berikut: (1)
Melakukan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang
dimiliki sebesar 76,32%; (2) melakukan penyusunan kerangka karangan
76,32%; (3) Melakukan kegiatan penulisan karangan 81,58% dan (4) melakukan
diskusi dengan aktif sebesar 55,26%.
lxxix
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas
guru dalam pembelajaran masih rendah yaitu 75,00%. Guru sudah dapat
mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik belajar
di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar, guru sudah dapat peningkatan
dalam menerapkan model pembelajaran CTL, guru kelas sudah dapat memahami
proses pembelajaran walaupun belum maksimal.
Hasil penelitian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai kompetensi
menulis berdasarkan pengalaman siswa sebesar 65,60 sejumlah 4 siswa
mendapat nilai kurang dari 65,00. Sebanyak 12 siswa mendapat nilai 65,00 atau
lebih Ketuntasan secara klasikal sebesar 75,00%.
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa rerata nilai kompetensi
menulis siswa telah mencapai batas tuntas sesuai dengan indikator kinerja yang
telah ditetapkan. Namun, secara klasikal belum tuntas karena masih ada 4 siswa
belum mencapai angka 65,00.
c. Siklus III
Pada siklus III, siswa telah mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa
bersemangat dan antusias mengikuti proses pembelajaran. Dalam melakukan
kegiatan pendataan /pencatatan kembali hal-hal yang perlu dituliskan tentang
pengalamannya, dilakukan siswa dengan cermat dan lengkap sehingga
tulisan/karangan yang ditulis siswa lebih runtut dan mudah dipahami. Perhatian
mengenai kebenaran penggunaan ejaan, struktur kalimat, dan pemilihan kata
didalam tulisan/karangan juga masih dipertahankan oleh siswa.
Jika diukur dengan indikator kinerja, aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis meningkat dibandingkan dengan pembelajaran atau
tindakan sebelumnya. Penguasaan kompetensi menulis siswa pun sudah
mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan baik secara klasikal maupun secara
individual.
Siswa juga sudah dengan sungguh-sungguh mengikuti proses
pembelajaran. Hanya, pada kegiatan berdiskusi masih perlu banyak perhatian
agar lebih meningkat lagi. Peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi sebagai berikut: (1)
lxxx
Melakukan pendatan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang
dimiliki sebesar 84,21%; (2) Melakukan penyusunan kerangka karangan
89,47%; (3) Penulisan karangan 89,47%; dan (4) Melakukan diskusi 65,79%.
Hasil penelitian melalui tes menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 70,00.
Semua siswa mendapat nilai 65,00 keatas. Ketuntasan secara klasikal sebesar
100%.
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah dengan guru kolaborasi, aktivitas
guru dalam pembelajaran masih sudah mencapai 85,00% (Lampiran 6 halaman
88). Guru sudah dapat mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan
waktu dengan baik belajar di luar kelas. Selama mendampingi siswa belajar,
guru sudah dapat peningkatan dalam menerapkan model pembelajaran CTL,
guru kelas sudah dapat memahami proses pembelajaran secara maksimal.
Pada siklus III seluruh siswa mendapat nilai 65,00 atau lebih. Secara
individual, semua siswa telah memenuhi batas tuntas. Nilai rata-rata kelas 71.00.
Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan kelasikal yang dicapai siswa
telah memenuhi indikator kinerja.
Berdasarkan data di atas, dilihat dari aspek minat dan kompetensi
menulis, semua siswa kelas V SDN Gunungsari Kec. Selo Kab. Boyolali telah
dapat memenuhi batas tuntas yang telah ditetapkan baik secara individual
maupun secara klasikal.
3. Pembahasan Antar Siklus
Berdasarkan data awal nilai kompetensi menulis karangan, diketahui nilai
rerata sebesar 54,38, terdapat 11 siswa nilai kurang dari 65,00 dan 5 siswa
mendapat nilai 65,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50%.
Berdasarkan data tersebut, rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang
ditetapkan. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai kompetensi
menulis karangan sebesar 63,12, sebanyak 7 siswa mendapat nilai di bawah 65
(belum tuntas belajarnya) dan terdapat 9 siswa yang telah tuntas, karena mendapat
lxxxi
nilai 65 ke atas. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 56,25%. Berdasarkan
data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai kompetensi
menulis karangan sebesar 65,60, sebanyak 4 siswa mendapat nilai di bawah 65
(belum tuntas belajarnya) dan terdapat 12 siswa yang telah tuntas, karena mendapat
nilai 65 ke atas. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75,00%. Berdasarkan
data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil tes pada siklus III, diketahui rerata nilai kompetensi
menulis karangan sebesar 71,00 Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan
kelasikal yang dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja.
Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan
pada pembelajaran kompetensi menulis karangan melalui pendekatan CTL, hasil
yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari
naiknya persentase hasil tes kompetensi menulis karangan yang diperoleh siswa
(Tabel 6)
Tabel 6. Nilai Kompetensi Menulis Karangan Setiap Siklus Melalui Pendekatan CTL Siswa Kelas V SD Negeri Gunugsari.
Nilai Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 50
55
60
65
75
80
1
2
4
5
3
1
-
06,25
12,50
25,00
31,25
18,75
06,25
-
-
1
3
3
5
3
1
-
06,25
18,75
18,75
31,25
18,75
06,25
-
-
-
4
5
4
3
-
-
-
25,00
31,25
25,00
18,75
Jumlah 16 100 % 16 100 % 40 100 %
lxxxii
Rata-rata 1010 : 16 = 63,13 1080 : 16 = 67,60 1150 : 16 = 71,88
Ketuntasan Klasikal
9 : 16 X 100 % = 56,25 %
12 : 16 X 100 % = 75,00 %
16 : 16 x 100 % = 100 %
Dari hasil nilai rata-rata dari setiap siklus dapat dibuat tabel perbandingan
Tabel 7:
Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Kompetensi Menulis Karangan Siswa Kelas V SD Negeri Gunungsari Setiap Siklus
S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan
Kemampuan Awal 54,38 -
Siklus I 63,13 8,75
Siklus II 67,60 4,47
Siklus III 71,88 4,28
Dari nilai peningkatan nilai kompetensi menulis karangan siswa kelas V SD
Negeri Gunungsari tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik 5:
40
45
50
55
60
65
70
75
80
Nilai Menulis Karangan
Prestasi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Grafik 5. Peningkatan Nilai Kompetensi Menulis Karangan Setiap Siklus
lxxxiii
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan bahwa nilai kompetensi
menulis karangan siswa kelas V SD Negeri Gunungsari tuntas ditentukan apabila
80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas. Dari hasil tindakan melalui
pendekatan CTL dapat diketahui jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas mencapai
100% sehingga diasumsikan bahwa seluruh siswa telah menuntaskan mata
pelajaran bahasa Indonesia pokok bahasan kompetensi menulis karangan.
Hasil penelitian ini bila dikatikan dengan teori masih relevan. prestasi
belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik intern maupun ekstern. Pendekatan
CTL termasuk faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil
nilai kompetensi menulis karangan, hal ini dapat dimaklumi, karena pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih belum sempurna dan
terdapat beberapa kekurangan atau keterbatasn. Dengan memperhatikan berbagai
alasan yang bersifat prosedural di lapangan, peneliti memiliki keterbatasan yang
tidak dapat dihindari, diantaranya:
1. Penelitian ini sebuah penelitian kualitatif yang memfokuskan pada proses
tindakan, sehingga instrumen tes dalam setiap siklus digunakan seperlunya guna
mengetahui peningkatan atau perubahan kemampuan siswa sebelum dan
sesudah tindakan. Bukan instrumen yang dirancang secara ketat seperti pada
penelitian kuantitatif.
2. Penelitian tindakan kelas idealnya satu siklus tindakan dilaksanakan dalam
waktu yang relatif lama. Hal ini dimaksudkan agar peneliti benar-benar dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Namun karena suatu kondisi tertentu,
lxxxiv
maka dalam penelitian ini dipilih waktu kurang lebih satu bulan setiap
siklusnya. Dalam waktu tersebut dapat diketahui oleh peneliti perkembangan
kemampuan dari siswa dalam menulis karangan.
3. Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas V
SD Negeri Gunungsari, Senden, Selo Boyolali. Selama ini kemampuan menulis
karangan siswa dirasakan masih kurang karena tuntutan pendidikan yang
semakin tinggi, sehingga anak harus segera dapat menulis.
4. Pengamatan yang peneliti lakukan masih belum sempurna. Hal ini dikarenakan
waktu yang relatif singkat belum secara detail perilaku siswa mampu dideteksi.
lxxxv
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga
kali siklus dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penggunaan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan minat menulis siswa
kelas V SDN Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali; (2) Penggunaan
pendekatan CTL dapat meningkatkan kompetensi menulis siswa kelas V SDN
Gunungsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Peningkatan minat menulis dapat diketahui dari meningkatnya aktivitas
siswa selama mengikuti pembelajaran dan dari hasil lembar pengamatan.
Sementara itu, peningkatan kompetensi menulis dapat diketahui dari hasil tes.
Peningkatan-peningkatan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Aktivitas Menulis
a. Siklus I
1) Siswa belum melaksanakan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-
pengalaman yang dimiliki secara optimal. Siswa yang aktif dalam
melakukan kegiatan sebesar 60,53%.
2) Siswa belum dapat menyusun kerangka tulisan/karangan secara sitematis
karena catatan persiapan yang disusun tidak lengkap. Waktu terbanyak
hanya digunakan untuk memikir-mikir dan mengingat-ingat pengalaman
apa yang akan ditulis. Mereka yang dengan segera dapat menyusun
kerangka tulisan/karangan tercatat 50,00%.
3) Siswa tidak segera mengembangkan kerangka tulisan/karangan karena
kerangka yang disusun tidak sistematis. Siswa yang dengan segera dapat
mengembangkan kerangka tulisan/karangan 60,53%
4) Kegiatan berdiskusi belum berjalan dengan baik karena siswa belum
berani mengemukakan pendapat. Pertanyaan-pertanyaan, masukan-
masukan, atau tanggapan-tanggapan yang seharusnya dapat diketengahkan
69
lxxxvi
dalam diskusi belum dapat dimunculkan. Siswa yang aktif dalam diskusi
pada siklus I tercatat 47,37%.
b. Siklus II
1) Siswa telah aktif melakukan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-
pengalaman yang dimiliki secara optimal. Siswa aktif mencatat data, dan
dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Siswa yang aktif melakukan
pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki
meningka menjadi 76,32%.
2) Dengan data catatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dimiliki
secara lengkap, siswa telah dapat menyusun kerangka tulisan/karangan
secara sistematis. Kesungguhan siswa dalam menyusun kerangka
tulisan/karangan meningkat menjadi 76,32%
3) Siswa dapat dengan segera dan mampu mengembangkan kerangka
tulisan/karangan dengan baik karena telah mempersiapkan dari rumah,
sehingga di kelas mereka tinggal menyempurnakan menjadi sebuah
tulisan/karangan yang utuh. Aktivitas mereka meningkat menjadi 81,58%
4) Kegiatan berdiskusi berjalan lebih aktif. Siswa sudah mulai berani
mengemukakan dan berkomentar terhadap hasil karya temannya dalam
kelompok. Aktivitas diskusi meningkat menjadi 55,26%.
c. Siklus III
1) Siswa sudah dapat melakukan pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-
pengalaman yang dimiliki dengan baik. Bahkan sebelum melakukan
kegiatan itu siswa telah bertanya kepada teman sekelompok dan guru daln
pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif. Aktivitas siswa
dalam melakukan pengamatan meningkat menjadi 84,26%.
2) Siswa telah berhasil menyusun kerangka tulisan/karangan dengan baik dan
sistematis. Aktivitas penyusunan kerangka tulisan/karangan meningkat
menjadi 89,47%. Peningkatan tersebut terkait erat dengan efektivitas
pendataan/pencatatan terhadap pengalaman-pengalaman yang dmiliki
secara optomal sebelum mereka menuliskan pada karangannya.
lxxxvii
3) Siswa telah mempu mengembangkan kerangka tulisan/karangan menjadi
karangan. Aktivitas siswa dalam mengembangkan tlisan/karangan
meingkat menjadi 89,47%;
4) Aktivitas berdiskusi siswa meningkat menjadi 65,79%. Siswa telah dapat
memanfaatkan hasil diskussi sebagai bahan penyempurnaan
tulisan/karangannya.
5) Rerata aktivitas siswa di atas, pada siklus I 54,61%, pada siklus II
meningkat menjadi 72,37% dan pada siklus III meningkat menjadi
82,24%.
Rerata nilai minat menulis siswa berdasarkan hasil pengamatan yang
mencakup dimensi: ketertarikan dan perasaan senang, kuatnya
kecenderungan terhadap objek dan kegiatan, pendirian dan harapan untuk
masa depan, dan keinginan untuk selalu belajar; sebelum menggunakan
pendekatan CTL 63.01%. Setelah mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan CTL meningkat menjadi 67,65%.
2. Nilai Kompetensi Menulis Karangan
Berdasarkan data awal nilai rata-rata kompetensi menulis karangan
54,38, terdapat 11 siswa nilai kurang dari 65,00 dan 5 siswa mendapat nilai
65,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 31,50%. Nilai rata-rata
kompetensi menulis karangan pada siklus I sebesar 63,13, sebanyak 7 siswa
mendapat nilai di bawah 65 dan 9 siswa yang telah tuntas, ketuntasan secara
klasikal telah mencapai 56,25%. Nilai rata-rata kompetensi menulis karangan
pada siklus II sebesar 67,60, sebanyak 4 siswa mendapat nilai di bawah 65 dan
12 siswa mendapat nilai 65 ke atas. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai
75,00%. Nilai rata-rata kompetensi menulis karangan pada siklus III sebesar
71,00 Ketuntasan secara klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa nilai rerata maupun ketuntasan kelasikal yang dicapai siswa
telah memenuhi indikator kinerja.
lxxxviii
B. Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Menulis
Karangan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) Pada Siswa Kelas V di SD Negeri Gunungsari
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun 2009” ini ternyata dapat meningkatkan
kompetensi menulis siswa.
Kendatipun hal demikian tidak mudah untuk dilaksanakan, setidak-tidaknya
guru harus dapat memberikan ruang gerak yang lebih luas demi kepentingan minat
dan perhatian tersebut. Hal yang tidak dapat diremehkan bagi perkembangan minat
dan perhatian adalah apakah pada diri guru terlihat adanya suatu sikap yang
memiliki daya tarik. Hal ini dapat terjadi jika guru merasa tergerak berada di
tengah-tengah mata pelajaran tersebut. Contoh sikap yang diperlihatkan oleh
seorang guru memiliki peranan penting. Sebaliknya, guru yang emrasa tidak
tertarik dan tidak menaruh perhatian terhadap sesuatu, serta tidak disukai oleh
siswa, akan sukar merangsang timbulnya minat dan perhatian.
Pelajaran dengan pendekatan CTL yang digunakan untuk meningkatkan
minat menulis dan kompetensi menulis siswa adalah pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama, saling menunjang, menyenangkan (tidak
membosankan), belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan
berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman dan siswa kritis guru kreatif.
Siswa yang biasanya pasif menerima pelajaran menurut perintah atau
petunjuk guru, berubah menjadi siswa yang aktif menentukan sendiri bagaimana
teknik-teknik dan langkah-langkah menulis tanpa banyak diintervasi oleh guru.
Dengan demikian, siswa lebih banyak praktik dan berlatih menulis, tidak hanya
sekedar teori. Pda akhir pembelajaran, siswa dapat merefleksi bahwa menulis
bukanlah hal yang membosankan. Bahkan, siswa merasa ada ketertarikan untuk
mencoba dan terus berlatih sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan
kompetensi menulis siswa.
Mengingat penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan minat menulis
dan kompetensi menulis siswa, maka diharapkan pendekatan tersebut dapat
lxxxix
diterapkan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran
menulis.
Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan minat siswa
dalam menulis maupun mengikuti pembelajaran menulis, sebagai implikasi dari
hasil penelitian adalah:
1. Melibatkan Perasaan dan Emosi Siswa
Kegiatan menulis tidak hanya berurusan dengan masalah logika (perencanaan,
outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, tanda baca) tetapi juga
berkaitan dengan perasaan/emosi (semangat, kesadaran, ketertarikan, senang,
imajinasi, gairah, unsur kebaruan dan kegembiraan). Kendatipun proses lengkap
pembelajaran menulis melibatkan kedua unsur (logika dan perasaan/emosi)
dengan cara yang bervareasi, namun peran perasaan (senang, tertarik, gembira,
bergairah) harus didahulukan karena perasaan inilah sumber munculnya gairah
dan gagasan-gagasan baru untuk kemudian mau menulis.
2. Memilih Materi Pembelajaran yang Sesuai dengan Dunia Nyata Siswa.
Pemilihan materi pembelajaran yang kaitkan dengan kehidupan nyata siswa,
dapat menjadikan pembelajaran tersebut benar-benar diminati siswa. Mereka
dapat belajar dalam suasana senang, tidak tertekan, dan merasa bahwa materi
yang dipelajari itu bermanfaat bagi djirinya.
3. Memberikan Keteladanan
Guru perlu memberikan sikap ketertarikannya terhadap bidang tulis-menulis.
Sikap yang ditunjukkan oelh guru sangat berpengarus positif terhadap tumbuh
berkembangnya minat siswa demi peningkatan kompetensi menulisnya.
Apabila guru memiliki tulisan yang pernah dipublikasikan, memenangkan
lomba, dan sebagainya dapat ditunjukkan dalam rangka memotivasi siswa, dan
meningkatkan menulis.
4. Menuliskan Pengalaman atau Peristiwa yangberkesan
Siswa perlu didorong untuk terus nerlatih menulis dengan cara menuliskan
pengalaman, kejadian, atau peristiwa berkesan bagi dirinya. Kalau hal ini
dilakukan siswa akan terbiasa menulis yang pada akhirnya tdak mustahil akan
menjadi seorang penulis kompeten dan terampil.
xc
5. Mengirimkan Tulisan untuk di Publikasikan
Pertama-tama yang dapat dilakukan siswa adalah mencoba dengan
mengirimkan tulisannya untuk majalah dinding sekolah. Kemudian siswa dapat
mengirimkan tulisannya untuk bulletin atau media masa lain.
6. Meningkatkan Pengetahuan
Untuk terus meningkatkan kompetensi menulis, siswa perlu didorong untuk
selalu menambah wawasan dengan membaca buku-buku khususnya yang
berkaitan dengan bidang menulis.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian ini, dapat disarankan
ke beberapa pihak, yaitu:
1. Saran untuk Peneliti Lain
Karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, penelitian ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu kepada
peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lanjut yangsejenis disarankan:
a. Menyusun perencanaan dan perancangan yang matang dan sitematis agar
benar-benar dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.
b. Tindakan perbaikan tiap-tiap siklus pada penelitian ini belum optimal. Oleh
karena itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis
perlu memberikan penekanan pada segi-segi observasi dan interpretasi
sehingga perefleksian hasil observasi dari satu siklus dapat
ditindaklanjutipada siklus berikutnya secara cermat.
2. Saran dan Penerapan Hasil Penelitian
a. Saran untuk Guru
1) Para guru, khususnya guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran
Bahasa Indonesia dapat menerapkan pendekatan CTL dalam rangka
peningkatan kompetensi menulis ksiswa.
2) Para guru, Khususnya guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran
Bahasa Indonesia, perlu lebih eningkatkan wawasan tentang pendekatan
CTL sehingga dalam mengimplementasiannya dapat berjalan lebih efektif.
xci
3) Para guru, Khususnya guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran
Bahasa Indonesia, senantiasa dapat memberikan keteladanan dan motovasi
demi peningkatan kompetensi menulis siswa.
b. Saran untuk Kepala Sekolah
1) Kepala sekolah perlu lebih mengupayakan peningkatan profesionalisme
guru (melalui pelatihan-pelatihan) yang berkaitan dengan model-model
pembelajaran, khusunya mengenai implementasi pendekatan CTL.
2) Kepala Sekolah perlu mengupayakan tersedianya fasilitas-fasilitas yang
dapat menopang terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL
c. Saran untuk Dinas Pendidikan Nasional
Dinas Pendidikan Nasional dapat memfasilitasi terselenggaranya pelatihan-
pelatihan bagi pengembangan profesionalisme guru, khususnya yang
berkaitan dengan teknik-teknik dan model-model pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
xcii
Amitya Kumara. 2005. Kualitas Ekspresi Tulis Siswa Sekolah Dasar. Universitas Gajah Mada. 11 Oktober 2005: www.kompas.com.
Ano Karsana. 1986. Ketrampilan Menulis Buku Materi Pokok. Jakarta: Karunikan Universitas Terbuka
Badudu J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Budhi Setiawan, 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Classroom Action Research, Makalah disampaikan pada acara pelatihan Classroom Action Research bagi Guru SD, SMP dan SMA se-Kabupaten Sragen.
Burhan Nurgiantoro. 2005. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Depdiknas. 2002a. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Jakarta: Ditjen Dikdasmen
________. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Depdiknas.
________. 2004a. Penelitian Tindakan Kelas, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
________. 2004b. Pembelajaran Penulisan Karya Ilmiah, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
________. 2004c. Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
________. 2004e. Pengembangan Kemampuan Menyunting, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas
xciii
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2004. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka.
Etty Indriyati. 2002. Menulis Karangan Ilmiah, Artikel, Skripsi, Tesis, dan Desertasi. Jakarta: Gramedia
Elaine B.Johnson 2002.Contextual Teaching & Learning.Carvio Press, Inc. Thousand Oaks.California
Harris, John. 1993. Intruducing Writing. Series Editor Ronald Carter. David Nunan. England by Clays Ltd. St. Ives.pbc.
Hedge, Tricia.1988. Resourch Book for Teachers.Series editor Alan Moley. New York; Oxford University Press.
Kemp. Jerrold, E. 1977. InstructionalDesign. California; Fleron Publishers.
Khaerudin Kurniawan. 2006. “Model pengajaran Menulis Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut. PBS Universitas Negeri Yogyakarta” http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/khaerudinkurniawan.doc. Diakses 22 Mei 2009
Kurt Singer. 1987. Membina Hasrat Belajar Di Sekolah. Bandung: Penerbit Remadja Karya.
Mulyasa. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004, Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia.
Sabarti Akhadiah. 2001. Menulis I, Buku Materi Pokok. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Sri Harjani. 2005. “Pengembangan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)” Tesis Program S2 Pendidikan Bahasa Indonesia. Surakarta PPs UNS.
76
xciv
St. Y. Slamet. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta LPP UNS dan UNS Press
Sujito. 2005 “Bimbingan Mengharang untuk Sekolah Dasar” dalam Bulletin Pusat Perbukuan. Volume 11, Januari-Juni 2005. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Sukmana. 2005. “Menumbuhkan Budaya Menulis di Kalangan Siswa” dalam BulletinPusat Perbukuan. Volume 11, Januari-Juni 2005. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Sunardi. 2005. “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran Menulis Pantun” dalam Jurnal Pendidikan. Vol 2 No. 2 Juni 2005. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Top Related