Skripsi Peralatan Dan Pengangkutan Full

download Skripsi Peralatan Dan Pengangkutan Full

of 80

description

skipsi jurusan t.pertambangan (pemindahan tanah mekanis)

Transcript of Skripsi Peralatan Dan Pengangkutan Full

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN

    1

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang MasalahPada kegiatan penambangan keberadaan akan alat mekanis sangat

    dibutuhkan guna menunjang keberhasilan penambangan itu sendiri disampingmeningkatkan efisiensi dan produktivitas. Walaupun demikian dalampenggunaan perlu dilakukan perhitungan secara tepat, agar kemampuan alatdapat digunakan secara optimal serta mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi.

    Sehubungan dengan hal tesebut, maka sekiranya perlu diadakananalisa keserasian alat muat dan angkut pada penambangan batu gampingdi PT. PERTAMA MINA SUTRA PERKASA. Hal ini dikarenakanberdasarkan kenyataan yang ada dilapangan masih sering terjadinya tidakkeserasian kerja antara alat muat dan alat angkut, dimana alat muat kerja secaraterus menerus sedang alat angkut ada yang antri dalam waktu yang cukup lamauntuk menunggu giliran pemuatan.

    Masalah yang dihadapi pada saat sekarang bagaimana mengupayakanagar penggunaan alat muat dan angkut dapat diserasikan, sehinggapenggunaannya dapat di optimalkan dengan mendasarkan pada jam operasiyang tersedia saat sekarang

    1.2. Rumusan / Identifikasi Masalah1. Mengetahui kebutuhan alat muat dan angkut yang digunakan pada operasi

    penambangan dengan memperhatikan hal-hal yang berpengaruh terhadapkebutuhan peralatan, yaitu kondisi lapangan, sifat material, iklim dan cuaca .

    2. Mengombinasikan penggunaan alat muat dan angkut, yaitu untuk mencapaikeserasian kerja alat yang sangat ditentukan oleh pemilihan alat yang akan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN

    2

    digunakan. Untuk menentukan jenis alat yang akan dioperasikan perludiketahui endapan gamping yang akan digali, tinggi maksimum jenjang yangmasih diperbolehkan bagi endapan gamping. Setelah diketahui kita dapatmenentukan jenis peralatan yang akan digunakan ( Excavator Back Hoesebagai alat muat dan Dump Truck sebagai alat angkut ).

    1.3. Batasan MasalahAgar pemecahan masalah yang dilakukan tidak menyimpang dari ruang

    lingkup yang telah ditetapkan, maka dilakukan pembatasan masalah sebagaiberikut :

    Penelitian dilakukan di PT. PERTAMA MINA SUTRA PERKASADesa Grenden, Kec. Puger , Kab. Jember.

    Penelitian hanya ditujukan pada kegiatan alat berat (Alat muat dan alatangkut).

    Penelitian dilakukan pada musim kemarau. Produksi Alat berat dilakukan pada tambang terbuka. Jenis batuan yang diambil adalah batu gamping. Alat Berat yang di gunakan di PT. PERTAMA MINA SUTRAPERKASA Desa Grenden, Kec. Puger, Kab. Jember meliputi WhellLoader, Excavator dan Dump Truck.

    1.4. AsumsiUntuk mempermudah menyelesaikan permasalahan maka dibuat asumsi

    sebagai berikut :- Keadaan cuaca diasumsikan dalam keadaan baik (tidak hujan).- Operasi atau pekerjaan alat berat dilakukan tanpa hambatan.- Kondisi fisik batuan diasumsikan sama.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN

    3

    - Alat angkut menggunakan dump truck Mitsubishi Diesel Engine Model6D22.22-T.TC.TW

    1.5. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui kebutuhan alat muat dan angkut yang akan digunakan

    untuk mencapai target yang diinginkan, mencari kombinasi dan berikut carakerja alat tersebut baik pemuatan maupun pengangkutan,

    2. Untuk mengetahui sejauh mana efisiensi operasi tambang tersebut sehinggatarget produksi dapat tercapai.

    1.6. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakuakan adalah sebagai

    berikut :- Sebagai bahan masukkan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaandalam mempersiapkan perencanaan agar didapatkan parameter -parameter yang dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalammenentukan jumlah alat berat (alat muat dan alat angkut) yangdibutuhkan sehingga diharapkan dengan penyesuaian dan pemilihanalat berat (alat muat dan alat angkut) dapat meningkatkan targetproduksi perusahaan.

    - Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan studi perbandingan danpertimbangan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan masalahpenyesuaian atau keserasian alat muat dan alat angkut khususnya padatambang batu gamping.

    - Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmupertambangan khususnya berkaitan dengan masalah yang dibahas.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN

    4

    1.7. Sistematika PenelitianAdapun tahap tahap yang akan dilakukan dalam penelitian adalah :

    1.7.1. Identifikasi PermasalahanIdentifikasi permasalahan yang akan diteliti dan diangkat pada tugas akhirini adalah; Analisa Alat Muat dan Alat Angkut Pada Penambangan BatuKapur Di. PT. Pertama Mina Sutra Perkasa.

    1.7.2.Studi LiteraturStudi Literatur di dapat dari penelitian-peneitian dengan topik sejenis yangtelah dilakukan sebelumnya. Dan atau sumber buku-buku yang ada,sehingga dapat digunakan sebagai teori acuan dalam melakukan penelitianini.

    1.7.3.Perumusan Kerangka PenelitianPada tahap ini akan dirumuskan langkah-langkah apa saja yang akanditempuh dalam penelitian ini. Hal tersebut termasuk penelitian secaragaris besar data-data yang diperlukan dengan metode pengambilannya.

    1.7.4.Peninjauan AwalPeninjauan awal berguna untuk mengetahui kondisi di lapangan yangsesungguhnya. Dari sini akan diketahui apakah kerangka penelitian yangtelah dibuat sesuai dengan keadaan perusahaan atau tidak.

    1.7.5.Pengambilan DataPada tahap ini pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian akandikumpulkan selengkap-lengkapnya, dan akan digunakan sebagai sampel

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN

    5

    dalam penelitian ini. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian inidapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

    A. Data PrimerYaitu data yang diperoleh untuk pertama kalinya oleh peneliti,

    adapun metode yang digunakan adalah :1) Wawancara, yaitu media untuk memperoleh data melalui

    metode tanya jawab langsung dengan kabag (kepala bagian)lapangan, kabag bagian peralatan, staf dan karyawan yangberwenang.

    2) Pengamatan langsung, yaitu melihat dari dekat kondisilapangan.

    B. Data SekunderYaitu data yang diolah oleh pihak lain (staf/karyawan

    perusahaan), dimana peneliti hanya menyalinkan saja. Adapun datasekunder yang dibutuhkan antara lain :1) Alat-alat berat yang digunakan dalam kegiatan penambangan2) Peta regional daerah tambang serta peta geografis, peta kontur,

    peta tambang dan peta geologi dari areal tambang.

    1.7.6.Pengolahan DataDari data yang telah dikumpulkan akan dilakukan proses pengolahan data.

    1.7.7.Analisa dan PembahasanPada tahap ini hasil pengolahan data akan dibandingkan dengan teori-teoridan penelitian yang sudah ada da kemudian dianalisa. Selain itu jugadiusulkan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN

    6

    1.7.8.Penarikan KesimpulanPada tahap ini, hasil dari analisa data yang sudah ada, dapat dibuatkesimpulan yang nantinya diharapkan mampu mengidentifikasipermasalahan yang ada, selain itu peneliti juga berusaha memberikan sarandan masukan terhadap permasalahan tersebut. Untuk lebih mudahnyametode metode pembahasan permasalahan yang diuraikan pada poin poin diatas digambarkan pada bagan dibawah ini:

    1.7.9. Sistematika PenulisanBAB I PENDAHULUAN

    Menguraikan tentang latar belakang masalah,perumusan masalah, batasan masalah, asumsi, tujuanpenelitian, sistematika penelitian, dan sistematikapenulisan.

    BAB II TINJAUAN UMUMMenjelaskan tentang profil perusahaan dan keadaanumum wilayah penelitian.

    BAB III TINJAUAN PUSTAKAMenguraikan tentang teori teknik dan desain peledakan,proses pengeboran serta sistem rangkaian peledakan.

    BAB IV HASIL PENELITIANMenjelaskan tentang pengambilan dan pengumpulandata yang berupa data primer dan data sekunder.

    BAB V PEMBAHASANPembahasan tentang hasil penelitian yang telahdilakukan.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN

    7

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARANBab ini berisikan kesimpulan dari analisa danpengolahan data serta saran-saran yang berupaalternatif pemecahan masalah yang diharapkan dapatmembantu pemecahan masalah yang dihadapi.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    BAB IITINJAUAN UMUM

    2.1. Sejarah Perkembangan PerusahaanPT. Pertama Mina Sutera Perkasa merupakan perusahaan berskala untuk

    wilayah Jember, survei pendahuluan dilakukan pada tahun 1995 oleh Tim PokjaPertambangan Dan Energi Kabupaten Jember dan Dinas ESDM Jawa Timur untukmengetahui jumlah bahan baku utama untuk produksi batu kapur.

    Contoh contoh yang diambil dan di periksa oleh Pusat Penelitian DinasPertambangan Dan Energi Jawa Timur di temukan indikasi bahwa mutu batu kapurcukup untuk bahan baku beberapa industri kecil menengah. Survei di lanjutkan padatahun 1997 untuk mendapatkan data yang lebih lengkap guna menyusun persyaratanrekomendasi dan perkembangan daya serap pasar pada tahun 1997, maka konseppabrik lime stone bersekala kecil dicetuskan, perkembangan usaha pada tahun 1998 2005 sangat memuaskan, terutama pada saat perusahaan memenengkan tender besardari pembangkit listrik tenaga uap yang ada di jepara yang menuntut perusahaanharus memasok batu kapur yang berukuran > 1cm yang perbulannya mencapai10.000 ton dan banyaknya permintaan dari industri industri kecil lainya seperti cat,kertas, dan memasok untuk kebutuhan masyarakat sekitar (lokal) dalam bentukbongkahan berdiameter > 30cm maka perusahaan diharuskan untuk meningkatkanproduksi.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    2.2. Lokasi dan Kesampaian DaerahLokasi penambangan PT. Pertama Mina Sutera Perkasa secara

    administratif terletak di Desa Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember,Jawa Timur. Secara geografis Kabupaten Jember terletak pada posisi 602729s/d 701435 Bujur Timur dan 70596 s/d 803356 Lintang Selatan, yangdikelilingi pegunungan yang memanjang sepanjang batas Tengah dan Selatan.Utara dan Timur serta Samudra Indonesia sepanjang batas Selatan denganPulau Nusabarong yang merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayahKabupaten Jember. Dengan batas wilayah sebagai berikut :Utara : Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten ProbolinggoTimur : Kabupaten BanyuwangiSelatan : Samudra IndonesiaBarat : Kabupaten Lumajang

    Lokasi kesampaian daerah dapat dicapai dengan jurusan utama, yaitu :Lokasi area penambangan batu gamping berada sekitar 32 km sebelah BaratKota Jember, Lokasi penambangan tersebut dapat dicapai dengan kendaraanbermotor roda dua maupun roda empat, dari Kota Surabaya dapat di tempuhdengan jarak 284 km atau sekitar 4,5 5 jam, kondisi jalan menuju lokasipenambangan relatif baik, dalam arti sudah berupa jalan aspal.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUMUntuk mencapai lokasi penambangan dapat ditempuh melalui jalan

    darat dengan rute :

    a. Kota Surabaya Kecamatan KencongMerupakan jalan provinsi berjarak sekitar 252 km dengan

    kondisi jalan beraspal dengan lebar jalan sekitar 6 meter jadisangat memungkinkan untuk ditempuh mengggunakan kendaraanbermotor roda empat, waktu tempuh kurang lebih 4 jamperjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Ruteyang harus dilewati adalah Kabupaten Pasuruan, KabupatenProbolinggo, dan Kabupaten Lumajang.

    b. Kecamatan Kencong Lokasi TambangBerjarak kurang lebih 32 km dengan kondisi jalan beraspal.

    Dari Kencong ke lokasi tambang dapat ditempuh dengan waktukurang lebih 45 menit menggunakan kendaraan roda empat.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    Gambar 2.1.

    Peta Lokasi Daerah Penelitian

    LOKASI PENELITIAN

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    2.3. Keadaan Geologi dan TopografiBerdasarkan kondisi geologi daerah Puger termasuk dalam Lajur

    Pegunungan Selatan Jawa Timur, dengan ketinggian hingga mencapai 1000meter, batuan penyusunnya terdiri dari batuan batuan sedimen marin, dankenampakan batuan karbonat yang berbentuk morfologi karst. Bentukperbukitan dan telah terkenai proses- proses struktur geologi berupa patahan,perlipatan, maupun sesar dibeberapa tempat.

    2.4. Karakteristik Massa BatuanBatugamping merupakan salah satu mineral industri yang mempunyai sifatfisik tertentu. Berdasarkan hasil laporan dari PT. Pertama Mina SuteraPerkasa adalah sebagai berikut :

    Sifat fisik batu kapur dilokasi penelitian adalah sebagai berikut :

    Belahan : Sempurna Kekerasan : 2 4 Skala Mosh Berat Jenis : 2,85 Kilap : Kaca Warna : Bening putih sampai krem Gores : Putih Kemagneten : Non magnet Bobot isi lepas : 1,6 1,7 Ton/m3

    Berat jenis : 2,25 Ton/m3

    Keputihan : 98 %

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    Sifat Mekanis batu kapur dilokasi penelitian adalah sebagai berikut :

    Kuat tekan : 21,5 MPa Kuat tarik : 2,38 MPa

    Gambar 2.2.Kondisi Fisik batuan di Lokasi Pengamatan

    2.5. Iklim dan Curah HujanBerdasarkan catatan lembaga Badan Meteorologi dan Geofisika suhu

    udara rata rata berkisar antara 20,9 - 36,4C. Suhu terendah biasannyaterjadi pada bulan Juli dan Agustus (18,60 dan 18,10C) sedangkan suhutertinggi terjadi pada bulan Oktober dan Nopember (36,3 dan 36,4C).Curah hujan rata rata tertinggi tercatat pada bulan Januari yaitu 350,667 mmdengan jumlah hari hujan 17,84 hari sebulan, sedangkan curah hujan rata

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUMrata terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 38,185 mm dengan jumlah harihujan 1,51 dalam sebulan.

    2.6. Peralatan Yang DigunakanPeralatan yang digunakan dalam aktivitas penambangan PT. Pertama

    Mina Sutera Perkasa meliputi :1. Wheel Loader Furukawa FL230-1 (2 unit).2. Wheel Loader Caterpilar 950 Series II (1 unit).3. Buldozer Type D8N4. Giant Rock Breaker merek Caterpilar 320C (1 unit).5. Excavator merk Caterpilar tipe 320C (1 unit).6. Mitsubishi Diesel Engine Model 6D22.22-T.TC.TW (3unit).7. Nissan Diesel Euro Model 220 PS Turbo Engine (2 unit).

    2.7. Kegiatan PenambanganSistem penambangan batugamping di PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

    termasuk ke dalam sistem tambang terbuka (quarry), yang dilakukan secaraberjenjang. Tahapan kegiatan penambangan di quarry Batugamping PT.Pertama Mina Sutera Perkasa secara garis besar meliputi kegiatanpembersihan lahan, pembongkaran, pemuatan, pengangkutan dan peremukan.

    2.7.1. Pembersihan Lahan

    Sebelum dilakukan tahap pembongkaran maka pada areal yang masihbanyak ditumbuhi semak belukar dilakukan pembersihan lahan denganmenggunakan Bulldozer type D8N sebanyak 2 unit.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    Gambar 2.3.Buldozer Type D8N

    Karena lapisan penutup (Over Burden) batugamping sangat tipis yaituantara 0,5 - 0,1 m, maka tidak dilakukan kegiatan pengupasan tanahpenutup.

    2.7.2. Pemberaian BatugampingPembongkaran batuan yang bertujuan untuk melepaskan atau

    membongkar batuan dari batuan induk, dilakukan dalam dua tahap, yaitu:

    a. Pemboran :Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk menyediakan lubang

    tembak guna keperluan peledakan. Pemboran dilakukan denganmenggunakan alat bor jenis Rock drills tipe RH 571 - 5L AtlasCopco, pola pemboran yang diterapkan adalah pola selang-seling

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM(staggered pattern) dengan jarak burden 1 3 meter dan spacing 1 2,34 meter pada kedalaman yang bervariasi 1,3 4 meter.

    Gambar 2.4.

    Rock Drills Tipe RH 571 - 5L

    b. Peledakan :Tujuan dari Peledakan yang dilakukan oleh PT. Pertama MinaPerkasa adalah :

    Memberikan kemudahan kepada alat loading dalam kegiatanproduksi untuk meningkatkan produktivitas alat loading.

    Mendapatkan fragmentasi material yang sesuai dengan rencanauntuk meningkatkan produktivitas alat loading.

    Mempercepat proses produksi material yang akan dibongkar.Peledakan yang dilakukan menggunakan metode listrik

    secara beruntun setiap barisnya dan serentak untuk satu baris

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUMmenggunakan pemicu tunda miliisecond delay (MsD) detonator,untuk mengatur urutannya.

    Peralatan peledakan yang digunakan adalah :

    - Blasting Machine yang digunakan di PT. Pertama Mina SuteraPerkasa adalah hasil rakitan sendiri. Alat ini berguna sebagaipenyala dalam peledakan dan alat ini mampu meledakkandengan kapasitas maksimum sambungan 100 detonator dalamsekali peledakan.

    Gambar 2.4.Blasting Machine

    - Blasting Ohmmeter yang digunakan adalah ampere meter,yang berfungsi untuk mengontrol rangkaian peledakansebanyak 100 detonator.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    Gambar 2.5.Ohmmeter

    - Leading wire adalah kabel yang menghubungkan antarablasting machine dengan connecting wire pada rangkaianbahan peledak yang siap untuk diledakkan. Kabel yangdigunakan mempunyai panjang 100 meter dengan MerkMillion.

    Gambar 2.6Leadingwire Merk Million

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM- Peralatan pendukung lainnya meliputi, pisau (cutter), cangkul

    dan bambu untuk tamper.Perlengkapan peledakan yang digunakan, adalah :

    - Bahan peledak jenis ANFO dengan perbandingan beratAmonium Nitrat dan fuel oil (solar) adalah 94,5 % : 5,5 %buatan PT. Dahana (Persero).

    Gambar 2.7Anfo PT. Dahana Persero

    - Powergell jenis Dayagell Magnum, dengan diameter 30 mm,buatan PT. Dahana (Persero).

    Gambar 2.8.Powergel PT. Dahana Persero

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM- Detonator yang digunakan adalah jenis Detonator Listrik

    Miliisecond Delay (MsD), buatan Dahana dengan waktutunda 1 10 Ms.

    Hasil pembongkaran yang dibutuhkan dengan ukuran 80 cm danfragmentasi 5 - 10 % boulder. Hasil peledakan yang masih berupaboulder direduksi dengan menggunakan Giant Rock Breaker merkCaterpilar 320C, sebanyak satu unit.

    2.8. Proses Persiapan dan Penanganan Peledakan2.8.1. Pembuatan Primer

    Sebelum loading bahan peledak terlebih dulu dilakukan pengecekanterhadap bahan peledak. Setelah itu pembuatan primer. Detonatordimasukkan kedalam dodol ( Power gel / Daya gel / magnum ) dengancara melubangi pembungkus bahan peledak, biasanya menggunakan cutteratau langsung dilubangi dengan detonatornya seperti pada gambar.

    Gambar 2.9.Proses Pembuatan Primer

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    2.8.2. Loading Primer

    Daya gel yang telah dimasukkan detonator dan sudah terikat denganInhole dimasukkan dengan hati hati, apabila kondisi lubang tersebutbasah usahakan gunakan kantong plastik atau kondom agar daya gel tidakterendam air

    Gambar 2.10. Loading Powergel

    2.8.3. Loading ANFO

    Sebelum Loading Biasanya ANFO diletakkan dekat lubang boruntuk memudahkan proses loading. Kemudian buka karung pembungkusANFO dan kemudian langsung dimasukkan kedalam lubang, apabilakondisi lubang tersebut basah usahakan ANFO Dimasukkan dulu kedalamkantong plastik ( kondom ), untuk menghindari terjadinya miss fire,mengingat water resistance ANFO yang rendah.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    Gambar 2.11.Loading ANFO

    2.8.4. Proses Stemming

    Dengan cara menutup sisa lubang dengan tanah bekas hasilpemboran, kemudian langsung padatkan.

    Gambar 2.12.Pekerjaan Steamming

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    2.8.5. Peledakan ( Firing )

    1. Juru ledak melakukan pemeriksaan terakhir ( Final Check ) padasemua rangkaian dipermukaan dan kedalam lubang, sebelummenyambung dengan eletric detonator dan kabel penghubung keblasting machine

    2. Pastikan bahwa battery dan hubungan kabel - kabel didalamblasting machine telah diperiksa dan dalam kondisi yang siapdigunakan

    3. Juru ledak dan asistennya berlindung didalam shelter yang berjarak100 m dari lubang tembak terdekat.

    4. Semua crew blasting berdiri ditempat aman ( Radius 500 m )

    5. Setelah semua orang dan peralatan telah berlindung pada tempat amanyang telah ditentukan, maka masing masing penanggung jawabbagian melaporkan kepada Kepala Teknik Tambang (KTT) atau yangditunjuk ( sebagai penanggung jawab sirine / penanggung jawabpeledakan ) bahwa semua orang dan peralatan dibagian atau areatanggung jawabnya telah terlindung ditempat aman yang telahditentukan.Pelaporan dengan menggunakan radio komunikasi seperti berikut :

    ( Kepala Teknik Tambang menanyai satu persatu penanggung jawabkelompok kegiatan yang terlibat dengan proses peledakan dilokasitambang pada saat itu ). Misalnya

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUMKepala Teknik Tambang : Pak Asdar, apakah semua kru danperalatan sudah berlindung aman , ganti

    Pak Asdar( jika semua sudah aman ) : Semua krew dan peralatansudah terlindung aman, Ganti )

    Kepala Teknik Tambang : OK. Dicatat , Stand by

    6. Setelah penanggung jawab sirine / penanggung jawab peledakanmendapat laporan bahwa semua bagian sudah aman, maka sirinemegaphone pendek dibunyikan tiga kali sebagai tanda bahwa juruledak diijinkan untuk meledakkan rangkaian peledakan bahan peledak

    7. Kepala Teknik Tambang atau wakilnya (penanggung jawab sirine /penanggung jawab peledakan) melakukan hitungan mundur sebagi aba aba beberapa saat lagi akan meledakkan. Hitungan mundur dimulaidari angka sembilan sampai dengan satu dan diakhiri dengan kataTEMBAK. Untuk setiap hitungan mundur wajib diberikan jedauntuk memberikan kesempatan kepada petugas yang terlibat padapengamanan peledakan ( Blaster / Blocker ) memberikan interupsi daninformasi kondisi tidak aman, jika terdapat interupsi, Kepala TeknikTambang atau wakilnya harus menghentikan aba aba hitunganmundur untuk mengkonfirmasi interupsi tersebut, jika kondisi telahaman, hitungan mundur dapat dilakukan kembali.

    8. Setelah rangkaian bahan peledak meledak dan gas / debu peledakandiyakini telah sangat berkurang atau hilang, maka supervisor drilling

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUMdan blasting ( SDB ) segera memeriksa daerah peledakan untukmeyakinkan bahwa seluruh rangkaian sudah meledak.

    9. Jika seluruh rangkaian meledak semua, maka supervisor Drilling danBlasting melaporkan kepada penanggung jawab sirine / penanggungjawab peledakan ( PJS ) tentang hasil peledakan dan situasi setelahpeledakan.Komunikasi pelaporannya lebih kurang seperti berikut :

    SDB : Lapor pak PJS. Ganti

    PJS : Silakan pak SDB. Ganti

    SDB : Peledakan berhasil baik ; semua anggota selamat ; situasiaman. Ganti

    PJS : OK dicatat; terima kasih. Stand By

    10. Setelah mendapat laporan tersebut, penanggung jawab sirine /penanggung jawab peledakan membunyikan sirine panjang ( 20 detik )sebagai tanda aman dan semua orang dapat bekerja kembali.

    2.8.6. Misfire

    1. Apabila ada peledakan mangkir atau misfire lubang ledak dilaporkanke Kepala Teknik Tambang dan pengawas peledakan.

    2. Lubang tembak yang mangkir atau misfire, diusahakan untukdilakukan peledakan ulang dan jika tetap gagal putuskan sambungankabel utama dari mesin peledak lalu satukan kedua ujung kabel utama.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUMPeledakan diulangi lagi setelah pemeriksaan rangkaian dan perbaikanterhadap kekeliruan telah selesai dilakukan.

    3. Apabila peledakan ulang masih gagal juga, laporkan lagi untuktindakan lebih lanjut

    4. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : usahakanmengeluarkan Stemming dengan menggunakan udara atau airtekanan tinggi. Setelah sebagian besar stemming dikeluarkan, pasangprimer baru lalu diledakkan.

    5. Apapun alasannya, dilarang membor kembali lubang tembak yangmangkir ataupun mencabut / membongkar bahan peledaknya yangtidak meledak

    6. Bila hendak membuat lubang tembak baru didekat lubang mangkir,harus dipastikan arahnya sejajar sehingga tidak akan menembus lubangyang mangkir serta jaraknya tidak boleh kurang dari 30cm . lubangtembak baru ini kemudian diledakkan dengan harapan lubang tembakyang mangkir akan ikut meledak atau setidak tidaknya akanterbongkar sehingga bahan peledaknya mudah untuk diamankan.

    7. Jika usaha peledakan masih gagal juga, ulangi langkah 2, 3 dan 5diatas sampai penanganan lubang tembak yang mangkir berhasil.

    8. Apabila dengan terpaksa lubang tembak mangkir harus ditidurkanmaka lubang tembak tersebut harus diberi pembatas keliling (safetyline), penerangan tambahan pada waktu malam dan ada orang yang

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUMditugaskan untuk menjaganya. Aktifitas lain dapat dilakukan padajarak minimal 15 m Safety line.

    2.8.7.Kegiatan Pemuatan dan PengangkutanAlat muat yang digunakan untuk memuat batugamping setelah terbongkar

    ke dalam Dump Truck oleh alat muat jenis Excavator merk Caterpilar tipe 320C.Sedangkan alat muat yang digunakan di daerah Stock Yard memakai Rear DumpMitsubishi Diesel Engine Model 6D22.22-T.TC.TW dengan kapasitas 10 ton.

    Gambar 2.13.

    Excavator merk Caterpilar tipe 320C

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    Gambar 2.13.

    Mitsubishi Diesel Engine Model 6D22.22-T.TC.TW

    Gambar 2.13.

    Kegiatan Pemuatan Dan Pengangkutan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    2.8.8.Kegiatan Peremukan

    Kegiatan peremukan bertujuan untuk memperkecil ukuran material hasilpeledakan agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan untuk kegiatanpengolahan. Alat Peremuk batugamping adalah tipe Jaw Crusher dengankapasitas maksimum 20 ton/jam dan ukuran umpan yang masuk 60 cm. Hasilperemukan diangkut dengan Belt Conveyor menuju lokasi penimbunan atau PT.Pertama Mina Sutera Perkasa.

    Gambar 2.14.

    Jaw Crusher PT. Pertama Mina Sutera Perkasa

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB II TINJAUAN UMUM

    2.9. Produksi Aktual dan Target ProduksiBerdasarkan pengamatan kami dilapangan PT. Pertama Mina Sutera

    Perkasa selama bulan Juli September 2009 rata rata dapat memproduksi 52.75ton/hari, dimana 45,29 ton merupakan batugamping yang ukurannya 60 cm dan47,46 ton merupakan batugamping yang ukurannya 60 cm. Dan dapat kita lihatjuga berdasarkan geometri peledakan dilapangan (actual), rata - rata targetprodusi yang ditetapkan perusahaan selama operasi peledakan adalah sebesar 100ton/hari (Lampiran F).

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    14

    BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

    3.1. DASAR TEORI3.1.1. Fungsi dan Kegunaan Alat Berat

    Penggunaan alat-alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasiyang ada dilapangan dapat mengakibatkan banyak hal antara lain rendahnyaproduksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah ditetapkan ataupunkerugian-kerugian lainya. Ada beraneka ragam alat berat yang ada dewasa inidengan berbagai macam spesialisasi kerja yang berbeda, diantaranya yangberhubungan dengan pemindahan tanah untuk pekerjaan konstruksi jalan danpekerjaan lain yang berhubungan dengan kegiatan penggalian dan penambangan.Pendapat dan penafsiran fungsi dari alat berat dapat beraneka ragam tetapi padaprinsip pemakaian dan perhitungan produksinya tidak banyak perbedaan.

    3.1.2. Alat Mekanis yang digunakan di Lapangan3.1.2.1. Excavator

    Alat ini dapat berfungsi sebagai penggali maupun sebagai pemuat tanahatau material lain tanpa harus banyak berpindah tempat dengan menggunakantenaga power take off dari mesin yang dimilikinya. Pada umumnya menggunakantenaga diesel dan full hydraulic system. Operasi excavator paling efisien adalahmetode hoe and toe (ujung dan pangkal) mulai dari atas permukaan sampaikebawah, pada bagian atas alat ini bisa berputar (swing) 360.

    Kelebihan excavator lainya adalah mendistribusikan muatan keseluruhbagian bak alat angkut dengan merata, artinya lebih mudah dalam mengaturmuatan sehingga jalanya dapat bisa seimbang.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    15

    Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan excavator adalah: Kapasitas bucket Kondisi kerja Kondisi Material

    Secara anatomi bagian utama dari excavator adalah: Bagian atas yang dapat berputar disebut revolving unit Bagian untuk gerak maju dan mundur atau berjalan disebut travel unit Attachment unit adalah perlengkapan yang diganti sesuai kebutuhan

    Bagian traveling dari excavator berupa crawler (rantai)

    Perhitungan waktu edar excavator tergantung dari: Spesifikasi dan ukuran alat (ukuran yang kecil mempunyai siklus yang

    lebih cepat dibandingkan yang lebih besar) Kondisi kerja (dengan kondisi kerja yang baik akan memiliki siklus

    yang lebih cepat bila dibandingkan dengan kondisi kerja yang kurangbaik)

    Jenis dan tipe excavator yang dipakai dilapangan adalah Excavator Caterpillar320C.

    3.1.2.2. Dump Truck

    Dalam pekerjaan pemindahan tanah mekanis dimana pemindahan tanahmemerlukan jarak angkut yang cukup jauh maka memerlukan alat angkut seperti:

    Dump Truck Trailer Dan lain sebagainya

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    16

    Dump truck pada kegiatan operasi penambangan maupun penggalian dibagikedalam dua macam golongan yaitu:

    ON High Way Dump TruckDump truck jenis ini biasanya muatanya dibawah 20 m3. pada dumptruck ini ada yang menggunakan roda penggerak belakang saja,biasanya tipe alat berat ini menggunakan 10 roda penggerak terdiri dari4 roda bagian belakang dan 2 roda bagian depan

    Off High Way Dump TruckDump truck jenis ini mempunyai kemampuan angkut yang lebih besardari on high way dimana kemampuan angkutnya diatas 20 m3. Syaratutama agar truck jenis ini dapat bekerja secara efektif adalah bilalokasi jalan tambang relatif rata dan keras, namun kadang kala didesain agar mampu bekerja pada kondisi khusus yaitu mampu bekerjapada jalan yang tidak biasa.

    Jenis alat angkut yang digunakan mengangkut material ke tempat pengolahanadalah jenis Mitsubishi Diesel Engine Model 6D22.22-T.TC.TW dan NissanDiesel Euro 220 PS Turbo.

    3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktifitas Alat BeratProduktifitas adalah kemampuan produksi suatu alat untuk melakukan

    pekerjaan dalam waktu perjam kerja (m3/jam). Produktifitas alat berat untukmelakukan kegiatan angkut dan muat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.Adapun faktor tersebut adalah:

    3.1.3.1. Waktu Edar Alat (Cycle Time)

    Merupakan jumlah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis untukmelakukan satu siklus kegiatan tanpa memperhatikan waktu hambatan yangterjadi. Semakin kecil waktu edar alat, maka semakin tinggi produktifitasnya.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    17

    a. Waktu Edar Alat MuatTerdiri dari waktu untuk mengisi muatan (loading), waktu ayunanbermuatan (swing isi), waktu menumpahkan muatan, waktu ayunankosong (swing kosong).

    Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Dengan :

    CTm = Total waktu edar alat muat (menit)

    B1 = Waktu menggali material (menit)

    B2 = Waktu putar (swing) bermuatan (menit)

    B3 = Waktu menumpahkan (menit)

    B4 = Waktu putar (swing) kosong (menit)

    B5 = Waktu mengatur posisi (menit)

    b. Waktu Edar Alat AngkutWaktu edar alat angkut umumnya terdiri dari waktu untuk menempatkanposisi, waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu dumping,waktu kembali kosong. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Dengan :

    CTa = Total waktu edar alat angkut (menit)

    CTa = C1 + C2 + C3 + C4 + C5

    CTm = B1 + B2 + B3 + B4 + B5

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    18

    C1 = Waktu mengatur posisi (menit)

    C2 = Waktu diisi muatan (menit)

    C3 = Waktu mengangkut muatan (menit)

    C4 = Waktu menumpahkan muatan (menit)

    C5 = Waktu kembali kosong (menit)

    Waktu edar yang diperoleh setiap unit alat mekanis berbeda-beda, hal inidisebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

    1. Kondisi Tempat KerjaPada tempat penambangan ataupun penggalian, rata-rata alat angkutberjenis on high way dan off high way memerlukan tempat yang luas gunamemudahkan dalam pengambilan posisi seperti untuk berputar,mengambil posisi untuk mengangkut dan menumpahkan. Makin kecil areayang digunakan maka akan menghambat kerja dari alat itu sendiri. Padalokasi penelitian alat yang digunakan berjenis on high way (Kapasitaskurang dari 20 m3).

    2. Kekuatan MaterialMaterial yang keras akan menyebabkan waktu gali menjadi lebih lama danberdampak pada waktu edar secara keseluruhan. Kondisi material yangada di lokasi penelitian relatif keras karena merupakan timbunan yangsudah bertahun-tahun dan mengalami pemadatan baik secara alamimaupun diusahakan dengan alat mekanis.

    3. Keadaan Jalan AngkutKondisi jalan angkut sangat mempengaruhi kerja alat. Kondisi jalan yangdatar, keras dan halus membuat waktu edar alat akan menjadi kecil danberdampak pada produktifitas kerja yang baik. Ada 2 macam kondisi jalandi area penelitian yakni yang berada diarea penggalian masih berupakerikil kerikil kecil dan jalan yang berada di lokasi pabrik pengolahan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    19

    Tahanan guling (RR) = W x r (kg)

    sudah dipadatkan tetapi tidak di aspal. Jarak angkut dari lokasi penggaliansampai ke tempat pengolahan 200,56 m

    4. Fasilitas PenunjangKelancaran kerja alat angkut dan muat sangat dipengaruhi fasilitaspenunjang, contoh di lapangan adalah bengkel yang ada di bagian alatberat, yang berfungsi sebagai tempat service dan penggantian onderdil alatberat yang rusak/aus, tempat penampungan atau tempat pencucian.Permasalahan yang terjadi pada tempat tersebut akan mengganggu kerjaalat angkut dan muat.

    3.1.3.2. Tenaga Diperlukan (TP)/ Needed Energy

    Tenaga diperlukan adalah tenaga total atau total resistance yang munculakibat gesekan dengan kondisi jalan atau medan kerja dalam bentuk tahananguling (TG) atau rolling resistance dan tahanan miring (TM) atau graderesistance.

    a. Tahanan Guling/Tahanan Gelinding(Rolling Resistance)Tahanan guling adalah Tahanan yang terjadi akibat adanya gesekan antararoda dengan permukaan tanah. Rumus yang digunakan adalah:

    Dengan:W = Berat Kendaraan (lb, kg)

    R = Koefisien Tahanan Guling

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    20

    Tabel 3.1Koefisien Tahanan Guling

    KEADAAN PERMUKAANJALAN (Haul Road

    Condition)KOEFISIEN TAHANAN

    GULING (%)

    Jalan terpelihara, ban tidakterbenam 2

    Jalan terpelihara, ban agakterbenam 3.50

    Ban terbenam, sedikit basah 5Keadaan jalan jelek 8Jalan berpasir gembur, jalanberkerikil 10.00

    Keadaan jalan sangat jelek 15-20(BSDM Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal III

    4/12. PT. Bukit Makmur Group)b. Tahanan Miring/Tahanan Kelandaian

    Tahanan miring (TM) atau grade resistance adalah tahanan yang dialamioleh setiap alat berat yang akan mendaki, keadaan ini timbul akibatpengaruh gravitasi bumi. Tahanan ini akan berubah menjadi bantuanapabila alat berat tersebut menuruni bukit. Apabila jalur naik, disebutkemiringan positif (plus slope), maka tahanan kemiringan akan melawangerak kendaraan, sehingga memperbesar rimpull (tenaga tarik) yangdiperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun, disebut kemiringannegatif (minus slope), maka tahanan kemiringanya akan membantu gerakkendaraan, artinya mengurangi tenaga tarik yang dibutuhkan.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    21

    Tahanan Miring = W x (% K) (kg)

    Tahanan kemiringan tergantung dari dua faktor, yaitu:

    Besarnya kemiringan biasanya dinyatakan dalam persen.Kemiringan 1% berarti jalur jalan itu naik atau turun 1 meter setiapjarak 100 meter mendatar

    Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam gross tonBesarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbsdari tenaga tarik tiap kemiringan 1%

    Besarnya tahanan miring dapat dihitung sebagai berikut:

    Dimana:

    W = Berat Kendaraan (kg)

    % K = kelandaian/kemiringan

    Tabel 3.2Konversi Derajat / % Kelandaian(Grade Resistance)

    Derajat Konversi(%) DerajatKonversi

    (%) DerajatKonversi

    (%)1 1.8 11 19.0 21 35.82 3.5 12 20.8 22 37.53 5.2 13 22.5 23 39.14 7.0 14 24.2 24 40.25 8.7 15 25.9 25 42.36 10.5 16 27.6 26 43.87 12.2 17 29.2 27 45.48 13.9 18 30.9 28 47.0

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    22

    Tahanan Total (TT) = TG + TM

    TP = TT (kg) x BKG (ton)

    9 15.6 19 32.6 29 48.510 17.4 20 34.2 30 50.0

    (BSDM Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal III 4/12. PT.Bukit Makmur Group)

    c. Tahanan TotalTahanan total merupakan penjumlahan dari tahanan miring dan tahananguling. Rumus yang dipakai adalah:

    Dimana:

    TT = Tahanan Total

    TG = Tahanan Guling

    TM = Tahanan Miring

    Hasil dari tahanan total yang telah didapatkan akan dipakai untukmenghasilkan tenaga yang diperlukan. Tenaga diperlukan (TP) diperolehdari perkalian tahanan total (TT) dan berat kendaraan gross (BKG).Adapun rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:

    Dimana:

    TP = Tenaga diperlukan

    TT = Tahanan Total

    BKG = Berat Kendaraan Gross/berat kendaraan total

    3.1.3.3. Tenaga Tersedia (TS) / Available Energy

    Adalah kemampuan suatu alat agar dapat bergerak dipermukaan jalanyang dilaluinya dengan menggunakan tenaga yang dimiliki oleh alat tersebut.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    23

    Dalam hal ini kendaraan tersebut harus mampu mengatasi hambatan disepanjangjalan yang dilaluinya.

    Tenaga yang tersedia dari alat tersebut mencakup berat kendaraan,kecepatan dan tahanan total disepanjang jalan. Kemampuan mesin untukmelakukan gaya tarikan disebut juga dengan rimpull atau tenaga tarik. Tenagatarik ini biasanya digunakan untuk kendaraan yang beroda ban.

    Dimana:

    HP = Horse Power

    BKG = Berat Kendaraan Gross (kg)

    TT = Tahanan total

    3.1.3.4. Tenaga Terpakai (TT) / Used Energy Tenaga terpakai adalah perbandingan antara gaya tarik atau gaya dorongkendaraan dengan berat total kendaraan yang diterima oleh roda atau rantaipenggerak. Tenaga yang dapat terpakai sangat dipengaruhi oleh koefisien traksi.

    Traksi adalah daya cengkram alat akibat adanya gesekan antara roda penggerakdengan permukaan tanah. Batas kritis dari daya cengkram ini disebut traksi kritis.

    Koefisien Traksi adalah kemampuan menarik dari suatu alat mekanis, ataukemampuan mendorong untuk menggerakkan alat itu sendiri.

    75.273)/(tan)( jamkmKecepaxTTxkgBKGHP

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    24

    Koefisien traksi sangat dipengaruhi oleh: Bentuk kembangan ban atau bentuk susunan rantai Kondisi permukaan jalan, yaitu basah, kering, keras dan halus

    Rumus CT (Koefisien Traksi)

    wheelsdrivepadakendaraantotalBeratselipSebelumRPCT

    Sedangkan rumus dari Traksi kritis

    Traktis kritis (TK) = W x CT (Kg)Dimana : W = Berat kendaraan/alat pada roda penggeraknya

    CT = Koefisien traksi

    Pada kondisi permukaan jalan tertentu, makin berat kendaraan total yangditerima oleh roda maka tenaga tarik yang diberikan mesin harus besar pulasehingga kendaraan tidak selip. Bila sampai batas maksimum kendaraan masihselip maka cara lain yang akan ditempuh adalah memperbaiki kondisi jalan.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    25

    Tabel 3.3Harga Koefisien Traksi

    (BSDM

    Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal III 9/12. PT. BukitMakmur Group)

    3.1.3.5. Efisiensi Kerja dan Faktor Koreksi Produksi

    .Efisiensi Kerja Efisiensi Kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungkan

    dalam upaya mendapatkan harga alat persatuan waktu yang akurat.

    Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung efisiensi kerja adalah:

    JENIS RODATIPE DAN KEADAAN TANAHBan Track

    Beton kering 0.95 0.45Jalan kering berbatu, ditumbuk 0.70Jalan basah berbatu, ditumbuk 0.65

    Jalan datar kering, tidak dipadatkan 0.60 0.90Tanah kering 0.55 0.90Tanah basah 0.45 0.85

    Tanah gembur kering 0.40 0.60Kerikil lepas/gembur 0.36 0.25

    Pasir lepas 0.25 0.25Tanah berlumpur 0.20 0.15

    %100xWTWEEK

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    26

    Dengan:

    EK = Efisiensi kerja

    WE = Waktu kerja efektif (menit)

    WT = Waktu kerja yang tersedia (menit)

    Faktor Koreksi ProduksiProduktifitas alat mutlak diketahui untuk beberapa keperluan, seperti:

    Menentukan jumlah alat yang diperlukan

    Menghitung biaya produksi

    Memperkirakan waktu yang disediakan

    Apabila suatu alat belum ditempatkan dilapangan untuk melakukan pekerjaan,maka sulit untuk mengetahui nilai produktifitas yang sebenarnya dari alat tersebut,yang dapat diketahui adalah taksiran produksinya.

    Agar diperoleh nilai yang mendekati kenyataan dilapangan, maka dalamkalkulasi harus dimasukkan faktor koreksi yang layak diterapkan pada kondisi diIndonesia.

    Berikut adalah Faktor- faktor koreksi dalam perhitungan produksi alat berat:

    Kondisi Tempat kerja/faktor efisiensi waktuKeleluasaan gerak peralatan mekanis sangat dipengaruhi oleh kondisitempat kerjanya. Tempat kerja yang luas dan kering akan meningkatkanefisiensi waktu dari peralatan mekanis, sebaliknya pada tempat kerja yangsempit dan dalam keadaan yang becek akan menurunkan efisiensiwaktunya. Untuk alat angkut, kekerasan, kehalusan, kemiringan dan lebarjalan sangat berpengaruh terhadap waktu edarnya. Waktu edar alat angkutakan semakin kecil apabila alat tersebut dioperasikan pada kondisi jalanyang diperkeras, halus dan tanjakan negatif.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    27

    Tabel 3.4Faktor Efisiensi Waktu

    KONDISI KERJA EFISIENSIMenyenangkan 0.90

    Normal 0.83Buruk/Jelek 0.75

    (BSDM Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal V 6/26. PT.Bukit Makmur Group)

    Efisiensi KerjaTabel 3.5

    Faktor Efisiensi KerjaKEADAAN ALATKEADAAN

    MEDAN MEMUASKAN BAGUS BIASA BURUKMemuaskan 0.84 0.81 0.76 0.70

    Bagus 0.78 0.75 0.71 0.65Biasa 0.72 0.69 0.65 0.60Buruk 0.63 0.61 0.57 0.52

    (BSDM Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal V 6/26. PT.Bukit Makmur Group)

    Skill Operator/Efisiensi OperatorOperator yang cakap dan terampil serta terdidik dan terlatih akan tahu caramengoperasikan dan menempatkan alat pada posisi yang benar sehinggaalat yang dioperasikan dapat leluasa bergerak dan tidak mengganggu alatlain yng sedang dioperasikan. Peralatan mekanis akan menghasilkan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    28

    persen pengisian yang tinggi apabila alat tersebut dioperasikan olehoperator yang cakap dan berpengalaman.

    Tabel 3.6Faktor Efisiensi Operator

    KETERAMPILANOPERATOR EFISIENSI

    Baik 0.90 1.00Normal 0.75Buruk 0.50 0.60

    (BSDM Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal V 7/26.PT. Bukit Makmur Group)

    Faktor pembatas dari adanya operasi menggali dan mengangkut. Dalamperhitungan digunakan tabel-tabel sebagai berikut

    Tabel 3.7Bucket Factor untuk Back Hoe

    KONDISI OPERASI/PENGGALIAN BUCKET FACTORMudah Tanah Clay, Agak Lunak 1.2 1.1Sedang Tanah Asli Kering,

    Berpasir1.1 1.0

    Agak Sulit Tanah Asli Berpasir &Berkerikil

    1.0 0.8

    Sulit Tanah Keras BekasLedakan

    0.9 0.7

    (BSDM Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal V 24/26.PT. Bukit Makmur Group)

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    29

    Kesediaan Alat (Equipment Availability)Selain perlu diketahui faktor efisiensi diatas, maka perlu juga dikietahuikondisi fisik dan mekanis dari peralatan yang akan digunakan. Tujuanyaadalah untuk mengetahui efisiensi atau ketersediaan (Availability) alattersebut untuk diopersikan secara produktif.

    Pekerjaan mekanik untuk perawatan tidak dapat dimasukkan sebagaipenyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaanperawatan alat harus sudah terjadwal untuk masuk bengkel. Tabel berikutmungkin dapat dipakai sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaanoperasional dan mekanik.

    Secara umum ada 2 cara untuk menghitung equipment availability atauketersediaan alat yaitu:

    1. Mechanical Availability (MA)Adalah faktor availability yang menunjukkan kesiapan suatu alat dariwaktu yang hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat(mechanical reason)Persamaan yang digunakan untuk menghitung MA adalah:

    2. Pyshical Availability (PA)Adalah faktor availability yang menunjukkan berapa jam (waktu) suatualat dipakai selama jam total kerjanya (scheduled hours).Jam kerja total meliputi working hours + repair hours + stanby hours

    %100tan(%) xHoursScheduledbyHoursSWorkedHoursPA

    %100Re(%) xHourspairWorkedHoursWorkedHoursMA

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    30

    Standby hours adalah waktu dimana alat siap pakai (tidak rusak), tetapikarena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penggalianmaupun penambangan sedang berlangsung, perlu dingat bahwa off shifttidak diperhitungkan sebagai stanby time.

    Scheduled hours adalah waktu penggalian maupun penambangandikerjakan, yang meliputi hours worked + repairs hours + stanby hoursNilai physical availability biasanya lebih besar dari pada nilaimechanical availability, tetapi nilai keduanya bisa sama, apabila stanbyhours = 0. jika nilai physical availability mendekati nilai mechanicalavailability, berarti efisiensi meningkat.

    Baik MA maupun PA, keduanya tidak menunjukkan waktu yangsebenarnya dari alat yang siap pakai (available) dan benar-benar dipakai(actual used).

    Untuk mengetahui berapa persen dari waktu yang sebenarnya alattersebut bekerja, digunakan faktor used of availability (UA) ataueffective utilization (EU). Keduanya merupakan faktor koreksi untukjam kerja alat yang sesungguhnya.

    1. Used of Avalability (UA)

    dari faktor UA dapat diketahui:

    Apakah suatu pekerjaan berjalan dengan efisien atau tidak Mengetahui pengelolaan (tool of management) berjalan baik

    atau tidak.

    2. Effective Utilization (EU)

    %100tan(%) xbyHoursSWorkedHoursWorkedHoursUA

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    31

    EU sangat mirip dengan UA dan berbeda hanya dalam hubungan hoursworked dengan total hours dibandingkan dengan available hours

    Tabel 3.8Faktor Availability

    MechanicalAvailability

    (MA)Physical

    Availability (PA)Used Of

    Availability(UA)

    EffectiveUtilizationDEFINITION

    OR PURPOSE

    Time lost formechanicalreason

    Total operationavailability

    includes time lostfor any reason

    Managementtools to establisheffective use ofequipment

    Total % userelates hoursworked tototal hours

    EQUATION:W=HoursWorked

    R= RepairsHours

    S=StandbyHours

    T = Total Hours

    %100xRWW %100xT

    SW %100xSWW %100xT

    W

    %100(%) xHoursTotalWorkedHoursEU

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    32

    EXAMPLE:W = 300R = 100S = 200T = 600 %75

    %100100300300

    x

    %83%100600

    200300

    x%60

    %100200300300

    x

    %50%100600

    300

    x

    (Yanto Indonesnto, 2006 Pemindahan Tanah Mekanis Bab III Hal 96. UPN Veteran,Yogya)

    Untuk mengolah data cycle time dilakukan dengan menggunakan MetodeDistribusi Frekuensi

    Dimana :

    K = 1 + 3.3 log n

    KXXW min)max(

    fi

    XixfiX )( *Sudjana (1989)

    Keterangan :

    K = Jumlah interval kelas

    W = Lebar interval kelas

    n = Jumlah data

    Xi = Nilai tengah interval kelas

    X = Data pengamatan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    33

    3.1.4. Sifat Tanah dan BatuanPekerjaan pemindahan tanah atau material secara mekanis adalah suatu

    pekerjaan dimana sejumlah volume tanah atau material dipindahkan dengan alat-alat secara mekanis. Pekerjaan ini melibatkan banyak variabel diantaranya adalahpengertian terhadap tanah atau material itu seperti yang telah dijelaskan diatas,bahwa tanah atau material mempunyai jenis atau karakteristik yang berlainandisebabkan sifat heterogen dari material tersebut.

    Pada dasarnya tanah atau material dialam dibedakan menjadi 2 bagianyaitu: bagian padat (solid) dan pori. Bagian padat berisikan butiran-butiran ataupartikel yang padat sedangkan bagian yang berpori berisikan air atau udara.

    3.1.4.1. Pengembangan Material

    Volume dan kerapatan tanah atau material secara umum mengalamiperubahan yang cukup besar setelah mengalami berbagai bentuk eksplorasi,sehingga perlu dibuatnya sebuah metode yang tepat untukmenggambarkan kondisimaterial dalam keadaan asli, lepas atau dipadatkan. Pengembangan materialadalah suatu perubahan bentuk volume material baik berkurang maupunbertambah dari kondisi asli dari material tersebut Bentuk tanah atau materialdibagi dalam tiga kondisi yaitu:

    A. Kondisi Asli (Bank Cubic Meter/BCM)Suatu kondisi dimana tanah masih dalam keadaan yang asli dan belummengalami gangguan berupa digali, diangkut, diletakkan maupundipadatkan. Dalam keadaan ini butiran-butiran masih terkonsolidasidengan baik

    B. Kondisi Gembur (Loose Cubic Meter/LCM)Suatu kondisi dimana material telah tergali/terusik dari tempat asalnya,akan mengalami perubahan volume yaitu mengembang. Hal ini

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    34

    disebabkan adanya penambahan rongga udara diantara butiran-butirantanah. Dengan demikian volumenya menjadi lebih besar.

    Tabel 3.9Faktor Konversi Tanah/Material

    Perubahan Kondisi berikutnyaJenis

    MaterialKondisi Awal Kondisi Asli Kondisi

    GemburKondisiPadat

    Sand/TanahBerpasir

    ABC

    1.000.901.05

    1.111.001.17

    0.990.801.00

    SandClay/Tanah

    Biasa

    ABC

    1.000.801.11

    1.251.001.39

    0.900.721.00

    Clay/TanahLiat

    ABC

    1.000.701.11

    1.251.001.59

    0.900.631.00

    GravellySoil/TanahBerkerikil

    ABC

    1.000.850.93

    1.181.001.09

    1.080.911.00

    Gravell/KerikiABC

    1.000.880.97

    1.131.001.10

    1.030.911.00

    Kerikil Besardan Padat

    ABC

    1.000.700.77

    1.421.001.10

    1.290.911.00

    Pecahan BatuKapur, BatuPasir, CadasLunak, Sirtu

    ABC

    1.000.610.82

    1.651.001.35

    1.220.741.00

    PecahanGranit, Basalt,Cadas Kerasdan Lainya

    ABC

    1.000.590.76

    1.701.001.30

    1.310.771.00

    PecahanCadas, Broken

    Rock

    ABC

    1.000.570.71

    1.751.001.24

    1.400.801.00

    Ledakan BatuCadas, Kapur

    KerasABC

    1.000.560.77

    1.801.001.38

    1.300.721.00

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    35

    (BSDM Freelance, 2002 Aplikasi dan Produksi Alat-alat BeratHal V 6/26. PT.Bukit Makmur Group)

    Keterangan:(A) = Asli/BCM ; (B) = Gembur/LCM ; (C) = Padat/CCM

    Swell adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari tempataslinya (insitu). Dialam, material didapati dalam keadaan padat dan terkonsolidasidengan baik. Sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong (void) yang terisiudara diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali.

    Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadipengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnyapengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu: Faktor pengembangan (swell factor) Persen pengembangan (percent swell)

    Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena yangdiperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada kondisi material sebelumdigali, yang dinyatakan dalam pay yard atau bank yard atau bank volumeatau in place volume atau volume insitu sedangkan material yang ditangani(dimuat untuk diangkut) selalu material yang telah mengembang (loose volume).

    Angka-angka faktor pengembangan untuk setiap klasifikasi materialberbeda sesuai dengan jenis material itu sendiri

    Tabel 3.10Faktor Pengembangan (Swell factor)

    NO JENIS MATERIAL PERSENSWELL (%)SWELLFACTOR

    1 Lempung Kering 35 0.74

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    36

    2 Lempung Basah 35 0.743 Tanah Kering 25 0.804 Tanah Basah 25 0.805 Tanah dan Kerikil 20 0.836 Kerikil Kering 12 0.897 Kerikil Basah 14 0.888 Batu Kapur 60 0.63

    9 Batu diledakkandan baik 60 0.63

    10 Pasir Kering 15 0.8711 Pasir Basah 15 0.8712 Batu Serpih 40 0.71(Yanto Indonesianto, Ir, Msc. 2006Pemindahan Tanah Mekanis.UPN,

    Yogyakarta)

    C. Kondisi Padat (Compact Cubic Meter/CCM)Kedaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan(pemampatan). Perubahan volume terjadi karena adanya penyusutanrongga udara diantara partikel-partikel material tersebut. dengan demikian,volumenya berkurang sedangkan beratnya tetap.

    Pengembangan dan penyusutan ( swell factor )Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan yang berupa

    penambahan atau pengurangan volume material, apabila material tersebutdiganggu dari bentuk aslinya ( digali, diangkut atau dipadatkan ). Untukmenghitung swell faktor digunakan rumus 6)

    - swell factor ( faktor pengembangan ) V insituSF = x 100%

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    37

    V loose

    - shringkage factor (faktor penyusutan )

    V compt Sh = ( 1 - ) x 100%

    V loosedimana :V insitu = volume material dalam keadaan asli ( BCM )V loose = volume material dalam keadaan lepas ( LCM )V compt= volume material dalam keadaan padat (CCM)

    3.1.4.2. Berat Jenis dan Volume Tanah

    Berat jenis adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuanalat berat untuk melakukan sebuah kegiatan seperti mendorong, mengangkat,mengangkut dan lainya sangat dipengaruhi oleh berat material tersebut, makinberat tanah atau material tersebut maka makin besar tenaga yang diperlukan olehalat berat tersebut.

    Bentuk suatu material sangat dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnyatanah yang menempati sebuah ruangan. Material dengan bentuk butiran yang kecilakan mempunyai rongga yang kecil. Pada material dengan kondisi butiranyaseragam kemungkinan besar isinya akan sama dengan volume ruangan yang akanditempatinya, sedangkan material yang berbentuk bongkahan mempunyai ronggayang lebih besar dari volume yang sebenarnya.

    Banyaknya suatu material yang dapat ditampung oleh suatu ruangandiperhitungkan dengan faktor koreksi yang disebut faktor muat. Selaindipengaruhi oleh bentuk material, faktor muat juga dipengaruhi oleh jenis tanah.

    3.1.4.3. Tingkat Kekerasan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    38

    Kekerasan tanah atau material akan sangat mempengaruhi kemudahanalat untuk melakukan pekerjaan dan produktifitas alat. Tanah atau material yangkeras akan sangat sukar dikoyak, digali atau dikupas oleh alat berat, biasanyamemerlukan proses peledakan lebih dahulu. Sedangkan untuk material yang lunaksampai agak keras bisa langsung menggunakan alat berat.

    3.1.4.4. Tingkat Kohesivitas

    Daya lekat atau kohesivitas adalah kemampuan saling mengikat diantarabutir-butir material itu sendiri. Material dengan daya lekat tinggi, misalnya tanahliat akan cenderung menggunung diatas permukaan bucket sehingga volumemuatan yang bisa ditampung mungkin lebih besar dari volume bucket atau blade.Sedangkan untuk material dengan kohesivitas yang kurang baik, misalnya pasirakan sukar untuk menggunung dan material tersebut tidak memiliki daya lekatsama sekali melainkan cendeerung peres/rata.

    3.1.4.5. Daya Dukung TanahDaya dukung material adalah kemampuan suatu tanah atau material

    untuk mendukung beban yang berada diatasnya. Apabila suatu alat berada diatastanah atau material, maka alat tersebut akan memberikan tekanan terhadappermukaan tanah atau material yang disebut daya tekan alat atau GroundPressure, sedangkan perlawanan yang diberikan material adalah daya dukung. Jika ground pressure alat lebih besar dari daya dukung material, maka alattersebut akan terbenam/ambles. Nilai daya dukung material dapat diketahuidengan cara pengukuran/tes langsung dilapangan. Alat yang umum digunakanuntuk tes disebut Cone Penetrometer

    Tabel 3.11Contoh Daya Dukung Material untuk Alat-alat berat Komatsu

    Core Index Jenis Alat Daya Tekan Alat

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    39

    (Kg/cm2)2 Extra Swamp Dozer 0.15-0.302-4 Swamp Dozer 0.20-0.304-5 Small Bulldozer 0.30-0.605-7 Medium Bulldozer 0.60-0.807-10 Large Bulldozer 0.70-1.3010-13 Motor Scraper 1.30-2.8515 Dump Truck 3.20

    (Dipto Kristiawan, 2002, Kursus Aplikasi Alat-Alat Berat Pada ProyekTambang Batubara. Application Engineering Dept., PT. United Tractor, Hal 36,Jakarta)

    3.1.5. Produksi AlatAda beberapa macam rumus yang digunakan untuk menghitung

    produksi suatu alat. Kesemuanya tergantung parameter-parameter yang diketahuidilokasi/lapangan. Secara umum perhitungan untuk memperkirakan produksi alatberat dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Produksi Alat =Kapasitas Alat x Jumlah Trip Perjam x K*Yanto Indonesianto (2006)

    Keterangan:P = Produksi Alat (m3/jam atau ton/jam)K = Faktor Koreksi (meliputi efisiensi:efisiensi waktu, efisiensi kerja

    dan bucket faktor)

    Trip per jam = ( CT60 ); 1 jam = 60 menit

    CT = Cycle Time

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    40

    Pada dasarnya hampir semua produksi alat berat dapat dihitung denganpersamaan diatas, walaupun terdapat sedikit modifikasi karena sifat pemakaianalat yang spesifik.

    3.1.5.1. Kapasitas Produksi Excavator Backhoe

    Rumus yang digunakan (Aktual/berdasarkan jam kerja alat):

    *Yanto Indonesianto (2006)

    Dengan:

    KB = Kapasitas Bucket

    BF = Bucket Faktor

    FK = Faktor Koreksi (MA x EU)

    CT = Cycle Time

    Rumus perhitungan estimasi produksi excavator back hoe/jam

    Produksi Back Hoe/Jam= CTFKxxBFxKB 60

    KB = Kapasitas Bucket

    BF = Bucket Faktor

    CTEUxMAxxBFxKB

    CTFKxxBFxKBJamAktualBackhoeoduksi

    )(60

    60/Pr

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    41

    FK = Faktor Koreksi (Faktor Availability Mesin, Faktor SkillOperator, Faktor Efisiensi Waktu, Faktor Efisiensi Kerja)

    CT = Cycle Time

    Perhitungan jumlah backhoe yang harus bekerja dilapangan Rumus yang digunakan adalah:

    *Yanto Indonesianto (2006)

    Perhitungan jumlah backhoe yang harus disediakan

    *Yanto Indonesianto (2006)

    Perhitungan jumlah backhoe yang harus dicadangkanBackhoe yang harus disediakan backhoe yang bekerja dilapangan

    3.1.5.2. Kapasitas Produksi Dump Truck

    Rumus yang digunakan (Aktual/berdasarkan jam kerja alat)

    *Yanto Indonesianto (2006)

    Dengan: KB = Kapasitas Bak

    ),/(Pr),/(

    hariJambackhoeoduksihariJamgypsumcrudeVolume

    )(ker

    MAtyAvailabiliMechanicallapangandijabeyangBackhoe

    CTxMAEUxxBFxKB

    CTFKxxBFxKBJamDumptruckoduksi

    )(60

    60/Pr

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    42

    BF = Bak Faktor

    FK = Faktor Koreksi (MA x EU)

    CT = Cycle Time; Jumlah trip/jam = 60/CT

    Rumus Perhitungan Estimasi (Taksiran Produksi) Dump Truck/Jam

    Estimasi Produksi Dump Truck/Jam= CTFKxxBFxKB 60

    Dengan:

    KB = Kapasitas Bak

    BF = Bak Faktor

    FK = Faktor Koreksi (Faktor Availability Mesin, Faktor SkillOperator, Faktor Efisiensi Waktu, Faktor Efisiensi Kerja)

    CT = Cycle Time; Jumlah trip/jam = 60/CT

    Perhitungan jumlah Dumptruck yang harus bekerja dilapangan Rumus yang dignakan:

    Perhitungan jumlah Dumptruck yang harus disediakan

    Perhitungan jumlah Dumptruck yang harus dicadangkan

    ),/(Pr),/(

    hariJamdumptruckoduksihariJamgypsumcrudeVolume

    )(ker

    MAtyAvailabiliMechanicallapangandijabeyangDumptruck

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    43

    Dumptruck yang harus disediakan Dumptruck yang bekerja dilapangan

    3.1.6. Lebar Jalan AngkutJalan angkut yang lebar diharapkan dapat membuat lalu lintas

    pengangkutan menjadi lancar dan aman. Namun karena keterbatasan dan kesulitanyang muncul dilapangan, maka lebar jalan minimum harus diperhatikan dengancermat.

    Perhitungan lebar jalan angkut lurus maupun belokan/tikungan berbeda,karena pada posisi membelok kendaraan akan membutuhkan ruang gerak yanglebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang lebih melebar. Perhitunganlebar jalan haruslah memperhatikan dan mempertimbangkan jumlah jalur, yaitulajur tunggal untuk jalan satu arah dan lajur ganda untuk jalan dua arah.

    1. Lebar Jalan Angkut Pada Jalan LurusLebar jalan angkut minimum pada jalan lurus lajur ganda atau lebih harusditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kananjalur. Ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk menentukanlebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan angka perkiraan (Tabel 3.12)dengan pengertian bahwa lebar jalan angkut sama dengan lebar jalur.

    Berdasarkan pengamatan dilapangan, lebar jalan lurus pada daerahpenelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu: Jalan di area penggalian

    Lebar rata-rata jalan lurus di area penggalian adalah 12,85 m Jalan di area pabrik pengolahan

    Lebar rata-rata jalan lurus di area pabrik pengolahan adalah 8.05 m

    Tabel 3.12Lebar Jalan Angkut Minimum

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    44

    JUMLAH LAJURTRUCK

    PERHITUNGAN LEBAR JALANANGKUTMINIMUM

    1 1 + (2 x ) 2.002 2 + (3 x ) 3.503 3 + (4 x ) 2.004 4 + (5 x ) 6.50

    *Awang Suwandhi, Ir, MSc. (2004)

    Dari kolom perhitungan pada tabel 1 dapat ditetapkan rumus lebar jalanangkut minimum pada jalan lurus. Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajuryang direncanakan masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut padajalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:

    L min = (n x Wt) + (n + 1) x (0.5 x Wt)*Awang Suwandhi, Ir, MSc. (2004)

    Keterangan :L min = Lebar jalan angkut minimum (m)n = Jumlah lajur

    Wt = Lebar alat angkut total (m)

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    45

    Gambar 3.1Lebar Jalan Pada Jalan Lurus

    2. Lebar Jalan Angkut Pada TikunganLebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar jalan lurusuntuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum kendaraan pada belokandidasarkan pada: Lebar jejak ban Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang pada

    saat belokan Jarak antar alat angkut pada saat bersimpangan Jarak dari kedua tepi jalan

    Sama seperti halnya diatas, lebar jalan tikungan di lokasi penelitian dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

    Jalan di area penggalianLebar rata-rata jalan tikungan di area penggalian adalah 9,3m

    Jalan di area pabrik pengolahanLebar rata-rata jalan tikungan di area pabrik pengolahan adalah 6,5m

    Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapatmenggunakan persamaan:

    Dimana:

    W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)

    n = Jumlah jalur

    U = Jarak jejak roda kendaraan (m)

    )(21

    )(FbFaUZC

    CZFbFaUnW

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    46

    Fa = Lebar juntai depan

    = sin x Ad (m)

    Fb = Lebar juntai belakang

    = sin x Ab (m)

    Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan alat angkut (m)

    Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang alat angkut (m)

    C = Jarak antara dua alat angkut yang akan bersimpangan (m)

    Z = Jarak sisi luar alat angkut ke tepi jalan (m)

    Gambar 3.2Lebar Jalan Pada Tikungan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    47

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Yanto Indonesianto, Ir., Msc, (2006), Pemindahan Tanah Mekanis,Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, UniversitasPembangunan Nasional, Yogyakarta.

    2. Partanto Projosumarto, (1993), Diktat Kuliah Pemindahan TanahMekanis, Jurusan Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.

    3. Soedarmo, Drs., Mpd, (1993), Pemindahan Tanah Mekanis, JurusanTeknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Malang.

    4. Dipto Kristiawan, (2002), Kursus Aplikasi Alat-alat Berat Pada ProyekTambang Batubara , PT. United Tractors Tbk, Jakarta.

    5. Awang suwandi, Ir., Msc, (2004), Optimalisasi Alat Produksi , DiklatPerencanaan Tambang Terbuka, Universitas Islam Bandung.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    48

    6. Sudjana, Dr., MA., Msc, (1989), Metode Statistik, Penerbit : TarsitoBandung

    7. Bagian Alat Berat, Macam Alat dan Spesifikasinya , PT. PERTAMAMINA SUTRA PERKASA

    8. Bagian Alat Berat, (2009), Rekapitulasi Jam Kerja Alat , PT. PERTAMA

    MINA SUTRA PERKASA

    JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

    I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    49

    KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN ( MINGGU )

    Pengamatan yang dilakukan dilapangan serta pengumpulan databerlangsung paling lama 3 (tiga) bulan, namun bila perusahaan tempat penelitianberlangsung yang menentukan waktu, maka pelaksanaannya akan sesuai denganpermintaan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jadwal kegiatan penelitiankerja di lapangan nantinya sebagai berikut:

    Pelaksanaan kegiatan

    Jadwal kegiatan di atas bisa saja tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.Itu karena mungkin saja pengambilan data di lapangan lebih mudah sehinggamempercepat proses pelaksanaannya, atau sebaliknya.

    1. STUDILITERATUR

    2.PENGAMATAN

    3.PENGAMBILANDATA

    4.PENGOLAHAN & ANALISISDATA

    5. PEMBUATANLAPORAN

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB III TINJAUAN PUSTAKA

    50

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Kondisi Umum4.1.1. Metode peledakan, penggalian dan pemuatan

    Proses peledakan dilakukan menggunakan alat peledak, sedangkan penggaliandi lakukan setelah proses peledakan, maka kegiatan selanjutnya adalah pemuatanmaterial ke dump truck. Metode pemuatan yang dipakai di lokasi penelitianberdasarkan posisi backhoe terhadap truk jungkit menggunakan metode Top Loading,yaitu backhoe melakukan penggalian dengan menempatkan diri di atas jenjang atautumpukan material atau posisi truk berada disatu level di bawah alat muat.

    Metode pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi truk jungkit untukdimuati terhadap posisi backhoe menggunakan metode Single Back Up, yaitu trukmemposisikan diri untuk dimuati pada suatu tempat, secara berurutan dimana trukkedua menunggu truk pertama yang sedang mengisi hingga penuh, dan pemuatandilakukan secara bergantian.

    Gambar 4.1Backhoe sedang memuat material ke dalam alat angkut

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN4.1.2. Jumlah dan Jenis Alat

    Berdasarkan pengamatan dilapangan, jumlah alat mekanis yang digunakanuntuk memuat dan mengangkut mengalami ketidakpastian jumlah dan tipe alatkhususnya alat angkut yakni dump truck dikarenakan adanya permintaan penggunaandari bagian /produksi lain. Adanya ketidakpastian ini mengakibatkan jumlah produksiyang dihasilkan tidak kontinyu serta belum bisa memenuhi target yang diharapkanpihak perusahaan yakni 100 ton perhari. Fakta menurut data dilapangan pada bulanjuli 2008, produksi rata-rata yang dihasilkan hanya 75.33 ton perhari (Lampiran I)

    4.2. Waktu Kerja Efektif Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar digunakan oleh operator

    bersama alat yang digunakan untuk melakukan operasi produksi. Waktu kerja efektifberpengaruh terhadap efisiensi kerja. Semakin kecil selisih waktu kerja terjadwaldengan waktu kerja sesungguhnya akan semakin baik. Kegiatan penggalian danpemindahan disposal disini dilakukan dalam 1 shift kerja dan dilaksanakan dalam 7hari kerja dalam satu minggu, akan tetapi jam kerja operasional aktual disinimengalami ketidakteraturan (seringnya overtime) yang menyebabkan jam kerja yangdijadwalkan semula tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, waktu kerja yang tersedia tidak dapat digunakan sepenuhnya karena

    adanya hambatan-hambatan yang mengurangi waktu kerja yang telah dijadwalkan,sehingga berpengaruh terhadap produksi alat-alat mekanis itu sendiri.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Tabel 4.1Waktu Kerja Efektif AktualUNIT Waktu Kerja

    Efektif (Jam)Excavator

    Caterpilar tipe 320C183.3

    DumptruckMitsubishi Diesel Engine Model 6D22.22-T.TC.TW

    196.9

    Perhitungan pada lampiran A

    4.3. Ketersediaan Alat AktualAda berbagai macam faktor ketersediaan alat diantaranya meliputi Mechanical

    Availability (MA) atau ketersediaan mekanik, Physical Availability (PA) atauketersediaan fisik, Use of Availability (UA) atau ketersediaan pemakaian danEffective Utilization atau penggunaan efektif. Parameter data ketersediaan alatdiperoleh berdasarkan data perhitungan jam kerja yang dimiliki perusahaan. Untukhasil perhitunganya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

    Tabel 4.2Ketersediaan Alat Muat dan Angkut Aktual

    Jenis Tipe MA(%)

    PA(%)

    UA(%)

    EU(%)

    Alat Muat BackhoeCaterpilar tipe 320C

    88.6 90 87 78

    AlatAngkut

    Dump Mitsubishi Diesel EngineModel 6D22.22-T.TC.TW

    93 93.8 86.2 81

    Perhitungan pada lampiran B

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANDari tabel diatas nilai MA, PA, UA dan EU aktual dari alat muat dan angkut

    sudah memenuhi standar (diatas 70 %),4.4. Waktu Edar (Cycle Time) Alat Muat dan Alat Angkut

    Waktu edar (cycle time) untuk alat gali dan dorong adalah waktu edar rata-ratayang ditempuh mulai dari saat mundur untuk mengambil posisi mendorong sampaikembali lagi pada saat akan mengambil posisi mundur.

    Waktu adar (cycle time) alat muat dan alat angkut adalah waktu yang diperlukanalat mulai dari aktifitas pemuatan sampai kembali pada aktifitas pemuatan. Waktuyang diperoleh merupakan waktu edar rata-rata yang ditempuh oleh excavator mulaidari saat memuat sampai pada posisi memuat kembali, sedangkan untuk waktu edaralat angkut adalah waktu edar rata-rata yang diperoleh mulai dari saat dimuati sampaikembali lagi dimuati dalam keadaan kosong.

    Hasil pengamatan diperoleh waktu edar rata-rata untuk setiap alat adalah sebagaiberikut

    Tabel 4.3Cycle Time Alat yang di Gunakan di Lokasi

    Jenis Alat Tipe Alat Cycle Time Rata-rataAlat Muat Backhoe

    Caterpilar tipe 320C0.37 menit

    Alat Angkut Mitsubishi Diesel EngineModel 6D22.22-T.TC.TW

    19.73 menit

    Perhitungan pada lampiran C

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    4.5. Produktifitas Alat Aktual (Target Produksi 100 Ton/hari)Produktifitas alat aktual adalah hasil yang dapat dicapai suatu alat dalam realisasi

    kerjanya pada saat alat tersebut dioperasikan pada kondisi aktual. Perhitunganproduktifitas dilakukan dengan memperhatikan kondisi dilapangan antara lainkapasitas bucket, berat jenis dan lain-lain

    Tabel 4.4Perbandingan Produksi Alat Aktual

    Jenis dan Tipe Alat Produksi /jam

    Produksi /hari

    1 Alat MuatBackhoe Caterpilar tipe 320C

    107.58 LCM 860.64 LCM

    1Alat AngkutMitsubishi Diesel Engine Model 6D22.22-T.TC.TW

    46.733 LCM 373.864 LCM

    Perhitungan pada lampiran D4.6. Evaluasi Kebutuhan Pemakaian Jumlah Alat Mekanis Aktual (Target

    Produksi 100 ton/hari) Dengan kondisi saat ini dimana pengaturan sistem jam kerja dan pemakaian alat

    berat yang tidak pasti menyebabkan adanya ketidakpastian terhadap hasil produksi.Berikut disajikan tabel kebutuhan alat aktual dan kondisi jumlah alat dilapangan

    Tabel 4.5Evaluasi Kebutuhan Pemakaian Alat Aktual

    Hasil Evaluasi PerhitunganPer hari ( jam kerja 8 jam)

    Jenis & Tipe Alat Real dilapangan

    Bekerja Disediakan CadanganBackhoe Caterpilar tipe 320C 1 1 1 -

    Dump Truck Mitsubishi Diesel EngineModel 6D22.22-T.TC.TW

    Tidak Pasti3,4,5

    3 3 -

    Perhitungan pada lampiran D

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANPerhitungan diatas berlaku untuk kondisi alat aktual yang ada dilapangan

    (Excavator Caterpilar tipe 320C, Dumptruck Mitsubishi Diesel Engine Model6D22.22-T.TC.TW) pada saat penelitian.

    berdasarkan MA, PA, UA dan EU aktual, maka jumlah alat muat dilapangansudah memenuhi kriteria dan masih bisa ditingkatkan lagi, untuk alat angkut perludilakukan pengaturan jam operasional kerja yang lebih efektif. Tapi dengan kondisiseperti diatas maka peneliti merekomendasikan adanya penggantian / peremajaan unitalat baru untuk alat gali karena kondisi alat sudah tua yang tidak memungkinkan me-repowering dan terus-menerus me-maintenance karena biaya operasionalnya terlalumahal.

    4.7. Peningkatan Waktu Kerja Efektif Hasil kajian dan evaluasi terhadap waktu kerja efektif aktual dilapangan (Tabel

    4.1), masih terdapat waktu hambatan yang terjadi sehingga dapat mengurangi waktukerja efektif dari alat muat dan alat angkut yang juga berpengaruh terhadapketersediaan alat dan produktifitas alat. Semakin tinggi waktu kerja efektif alat, makasemakin tinggi pula produktifitas alat tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukanpeningkatan waktu kerja efektif terhadap waktu-waktu yang dapat dihindari. Berikut adalah perbandingan waktu kerja efektif aktual dan peningkatan,

    Tabel 4.6Perbandingan Waktu Kerja Efektif Aktual dan Setelah PeningkatanUNIT Waktu Kerja

    Efektif Aktual(Jam)

    Waktu Kerja setelahEfektif Peningkatan

    (Jam)Peningkatan

    (%)

    ExcavatorCaterpilar tipe 320C

    219.7 236.7 7.14

    DumptruckMitsubishi DieselEngine Model

    206 222.5 8

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    6D22.22-T.TC.TW

    Perhitungan pada lampiran A

    4.8. Ketersediaan Alat Setelah PeningkatanSetelah melalui kajian dan evaluasi terhadap jam kerja efektif, diperoleh hasil

    perhitungan peningkatan ketersediaan alat (MA, PA, UA, EU). Berikut disajikan tabelperbandingan antara ketersediaan alat aktual dan setelah peningkatan

    Tabel 4.7Perbandingan Ketersediaan Alat Muat dan Angkut Aktual dan Peningkatan

    Aktual PeningkatanTipeMA(%)

    PA(%)

    UA(%)

    EU(%)

    MA(%)

    PA(%)

    UA(%)

    EU(%)

    BackhoeCaterpilar tipe

    320C88.6 90 87 78 89.3 90 93.3 84

    DumpMitsubishi DieselEngine Model

    6D22.22-T.TC.TW

    93 93.8 86.2 81 93.3 93.8 93 87.4

    Perhitungan dapat dilihat pada lampiran B

    4.9. Peningkatan Produktifitas Alat Muat dan Angkut Setelah melakukan evaluasi dan kajian terhadap kinerja alat aktual, maka

    didapatkan peningkatan terhadap waktu kerja efektif alat dengan cara meminimalisirjam kerja yang dapat dihindari sehinggan nantinya didapatkan pula peningkatanproduktifitas alat.

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Tabel 4.8Perbandingan Produktifitas Alat Aktual dan Peningkatan

    Jenis dan Tipe Alat ProduksiAktual (jam)

    ProduksiPeningkatan

    (jam)

    Peningkatan(Jam)

    Prosentase(%)

    1 Alat MuatBackhoe Caterpilar tipe

    320C

    107.58 LCM 116.775 LCM 9.195 LCM 8.5

    1Alat AngkutDump Truck MitsubishiDiesel Engine Model6D22.22-T.TC.TW

    46.733 LCM 50.588 LCM 3.855 LCM 8.25

    Perhitungan pada lampiran D dan E

    4.10. Keadaan Jalan4.10.1 Geometri Jalan

    Berdasarkan perhitungan secara teoritis (lampiran G) diperoleh lebarminimum untuk jalan lurus adalah 10.15 m, sedangkan lebar minimum untukjalan tikungan adalah 11.66 mSedangkan berdasarkan pengamatan dilapangan, jalan pada daerah penelitian

    dibagi menjadi dua yaitu: Jalan di area penggalianLebar rata-rata jalan di area penggalian yaitu:

    Untuk jalan lurus adalah 8.05 m Untuk jalan tikungan adalah 9.74 m

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Gambar 4.2 Jalan Lurus di Area Penggalian Disposal

    Gambar 4.3Jalan Tikungan di Area Penggalian Disposal

    Berdasarkan hasil perbandingan diatas, maka untuk jalan lurus dan jalantikungan pada area penggalian sudah memenuhi standar diatas

    Sedangkan untuk jalan lurus dan jalan tikungan yang berada di areapabrik pengolahan belum memenuhi standar diatas. Meskipun pada jalan

  • Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANlurus bisa dilewati dua truk yang bersimpangan, namun dengan catatanalat angkut tersebut harus mengurangi kecepatan. Sedangkan untuk jalantikungan, pada titik-titik tertentu alat angkut harus berhenti salah satu jikaakan berpapasan. Hal ini salah satu penyebab berkurangnya produktifitasalat angkut.

    4.10.2 Konstruksi JalanBerdasarkan pengamatan, Konstruksi jalan pada area penggalian terbuat atauberasal dari material crude gypsum itu sendiri yang sudah dipadatkan danmengalami pemadatan selama bertahun-tahun sehingga kondisi jalan relatifmulus. Sebagian jalan relatif datar dan sebagian kecil mempunyai kemiringan1-3 %

  • Tanggal

    Truck kecil TruckBesar

    Truck kecil TruckBesar

    Truckkecil

    TruckBesar

    Truck kecil TruckBesar

    10/5/2009 4.3 0 3.6 0 2.7 0 2.7 010/6/2009 3.5 3.5 4.2 4.2 3.2 2.9 3.2 3.110/7/2009 3.7 3.7 4.3 5.3 2.8 3.2 3.4 3.510/8/2009 4.5 4.5 3.7 3.9 2.5 2.7 3 3.210/9/2009 4.2 4.2 3.8 4.5 2.8 3.1 3.1 3.510/10/2009 4.3 4.3 3.7 4.3 2.4 2.9 3.3 3.5

    10/12/2009 4.2 4.2 3.9 4.6 2.6 3.4 3.4 3.710/13/2009 3.8 3.8 4.1 4.9 3.1 3.5 2.9 3.610/14/2009 3.9 3.9 3.5 4.1 3.02 2.9 3.2 3.5

    harlib

    Keruk (detik) Swiing isi Tuang (detik) Swing kosong(detik)

  • Truck kecil TruckBesar

    Truck kecil TruckBesar

    Truck kecil TruckBesar

    Truckkecil

    TruckBesar

    Truck kecil

    62.3 0 78 0 10.2 0 12.2 0 5659.6 60 11.1 12.6 4937.9 82 12.3 14.4 5842.8 64 9.8 12.5 5939.4 64 11.8 10.3 5240.7 69 12.1 10.5 60

    43.6 85 10.7 11.4 6950.6 75 10.9 12.4 6847.9 79 10.6 12.2 59

    harlib

    waktu pergi isi (detik) waktu manuverdumping waktu dumping waktu pulang kosong

    Wkt tunggu (detik)

  • TruckBesar

    Truck kecil TruckBesar

    Truck kecil TruckBesar

    0 8.2 0 5 05454

    9.1 5

    455

    harlib

    waktu pulang kosong waktu manuverloadingtotal isian bak dump

    truck (bucket)

    BAB 1 (1).pdfBAB II TINJAUAN UMUM & KONDISI LAPANGAN 2003(SIP).pdfBAB III OK.pdfBab IV Analisa dan Pembahasan.mentah edit.pdfdata lapangan joe.pdf