SKRIPSI PENGGUNAAN DIPLOMASI PANDA OLEH TIONGKOK: …
Transcript of SKRIPSI PENGGUNAAN DIPLOMASI PANDA OLEH TIONGKOK: …
SKRIPSI
PENGGUNAAN DIPLOMASI PANDA OLEH TIONGKOK: STUDI
KASUS
HUBUNGAN BILATERAL TIONGKOK PRANCIS (2012-2018)
Diajukan Oleh
Faheem Nuzia Yahya
14323009
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
ii
PENGGUNAAN DIPLOMASI PANDA OLEH TIONGKOK: STUDI
KASUS
HUBUNGAN BILATERAL TIONGKOK PRANCIS (2012-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S1 Hubungan Internasional
Oleh:
FAHEEM NUZIA YAHYA
14323009
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGGUNAAN DIPLOMASI PANDA OLEH TIONGKOK :
STUDI KASUS HUBUNGAN BILATERAL TIONGKOK PRANCIS
(2012-2018)
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Prodi Hubungan Internasional
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat
Sarjana S1 Hubungan Internasional
Pada Tanggal
_________________
Mengesahkan
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Ketua Program Studi
Enggar Furi Herdianto, S.IP., M.A.
Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Enggar Furi Herdianto, S.IP., M.A. ______________
2. Gustrieni Putri, S.IP., M.A. ______________
3. Hasbi Aswar, S.IP., M.A. ______________
iv
PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Faheem Nuzia Yahya
No. Mahasiswa : 14323009
Program Studi : Hubungan Internasional
Judul Skripsi : Penggunaan Diplomasi Panda Oleh Tiongkok : Studi
Kasus Hubungan Bilateral Tiongkok-Prancis (2012-2018)
Melalui surat ini saya menyatakan bahwa :
1. Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan penelitian skripsi saya
tidak melakukan tindakan pelanggaran etika akademik dalam bentuk apapun,
seperti penjiplakan, pembuatan skripsi oleh orang lain, atau pelanggaran lain
yang bertentangan dengan etika akademik yang dijunjung tinggi Universitas
Islam Indonesia. Karena itu, skripsi yang saya buat merupakan karya ilmiah
saya sebagai peneliti, bukan karya jiplakan atau karya orang lain.
2. Apabila dalam ujian skripsi saya terbukti melanggar etika akademik, maka
saya siap menerima sanksi sebagaimana aturan yang berlaku di Universitas
Islam Indonesia.
3. Apabila di kemudian hari, setelah saya lulus dari Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia ditemukan bukti secara
meyakinkan bahwa skripsi ini adalah karya jiplakan atau karya orang lain,
maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang ditetapkan Universitas
Islam Indonesia.
Yogyakarta, 21 November 2019
Yang menyatakan
Faheem Nuzia Yahya
Materai Rp 6000,00
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin
Tuhan, terima kasih..
Untuk semua yang telah engkau berikan kepadaku dan untuk semua yang akan
engkau berikan kepadaku.
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :
Ayah dan Ibu
Apa yang aku dapatkan hari ini, belum mampu untuk membayar semua kebaikan,
keringat dan tangismu. Namun izinkan aku untuk mengucapkan rasa terima
kasihku atas segala do’a, dukungan, nasehat, dan cinta yang telah kalian berikan
sehingga aku bisa mempersembahkan secarik kertas hasil perjuanganku.
Kakak
Untuk kakak laki-laki ku yaitu Elvan Nuzia Yusof. Terimakasih atas semua doa
dan dukungan yang tak tergantikan dalam masa perkuliahanku terutama dalam
masa penulisan skripsi ini. Terimakasih sudah menjadi panutanku dan
mengajariku tentang nilai kehidupan ini.
vi
HALAMAN MOTTO
سُباَتاً نَوۡمَکُمۡ جَعلَۡنَا و ۙ
“danۙKamiۙmenjadikanۙtidurmuۙuntukۙistirahat,”
(QS.78 : 9)
“In between goals is a thing called life, that
hasۙtoۙbeۙlivedۙandۙenjoyed.”
Sid Caesar -
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, yang berkat rahmat serta kasih sayang-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik, sebagai salah syarat menyelesaikan perkuliahan.
Sholawat beriringkan salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh
dengan cahaya ilmu pengetahuan. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis
menyadari bahwa prosesnya tak lepas dari bimbingan, dorongan maupun
dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis berkeinginan mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang selalu mengaliri rahmat-Nya tanpa henti kepada penulis.
2. Kedua orang tua yang perannya tidak dapat dideskripsikan dengan kata serta
kalimat terindah sekalipun, karena begitu sempurna dan tak tergantikan
jasanya sebagai guru sekaligus motivator utama bagi penulis dalam menjalani
kehidupan.
3. Teruntuk penulis, yang telah berhasil menyelesaikan studi pada akhirnya.
Semoga kau bisa lebih baik di masa depan
4. Bapak Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., MA.g., Psikolog selaku Dekan Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
5. Bapak Enggar Furi Herdianto, S.IP., M.A. selaku Kepala Program Studi
Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia sekaligus dosen
viii
pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang selalu bersabar
dalam membimbing penelitian saya sehingga mampu menyelesaikan
meskipun masih jauh dari kata sempurna
6. Bapak Irawan Jari, S.IP., M.Hum., M.S.S., selaku dosen pembimbing
akademik. Terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan dukungan yang
diberikan selama masa studi penulis. Saya meminta maaf atas segala
kesalahan yang pernah saya perbuat dan semoga bapak selalu berada di bawah
lindungan Allah SWT.
7. Seluruh dosen Program Studi Hubungan Internasional UII yang dengan ikhlas
membimbing, memberikan ilmu, dan meluangkan waktunya agar dapat
mencetak generasi-generasi yang Ulil Albab. Bagi penulis, bapak dan ibu
adalah dosen-dosen yang luar biasa. Semoga Allah senantiasa melimpahkan
rezeki yang tidak terkira dan arah yang tidak disangka-sangka. Semoga apa
yang telah bapak dan ibu berikan dapat menjadi amal jariyah dan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Sukses selalu untuk bapak dan ibu
dosen.
8. Mbak Mardiatul Hasanah, yang telah membantu proses administrasi selama
perkuliahan saya. Terimakasih banyak dan maaf sudah merepotkan. Semoga
selalu dalam lindungan Allah SWT.
9. Kepada rekan kerjaku di Internasional Friendship Society, Mbak Gadis, Mbak
Nurul dan seluruh staff terimakasih telah memberiku pengalaman yang tidak
terduga sama sekali, Terimakasih atas perjalanan luar negeri yang tidak
terduga. Semoga sukses dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
ix
10. Kepada teman-temaku Hobi Makan, Fariz, Rosyiana, Regina, Vivid, Bayu.
Terimakasih atas asupan nutrisi terbaik selama menempuh pendidikan di
Jogja. Terkhusus Fariz yang sudah menemani dalam suka dan duka selama di
jogja. Semoga kalian semua dalam lindungan Allah SWT.
11. Kepada Teman-teman Mecil yaitu Afriza Hasmiyati dan Raihan Pangestu,
berkat kalian aku mengerti isu yang berkembang saat ini di kampus. Semoga
kita semua mendapatkan apa yang kita cita-citakan.
12. Kepada Jordi Ramado teman makan banyak, teman olahraga sehat, teman
curhat, teman persekutan duniawi. Rizka Varazita teman traveling saya yang
impulsif untuk mengajak ke Kamboja, semoga selalu dalam lindungan Allah
SWT
13. Kepada teman-teman team LIMUN UIIMUN, terimakasih terlah berbagi
pengalaman bersama dan menghabiskan waktu di London, hal ini merupakan
hal yang luar biasa bagi saya dan teman teman. Semoga kita semua selalu
dalam lindungan Allah SWT
14. Kepada Dalila Adiba Yanuar Doman dan Diksy Paramita Ningrum. Kalian lah
yang bisa membuat saya betah di jogja, kalian memberi motivasi untuk
mengerjakan dan segera menyelesaikan skripsi, namun sempat berhenti di
tengah jalan karena ada sesuatu. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah
SWT
15. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2014 yang saya cintai. Semoga tetap
terjaga dan terjalin tali pertemanan diantara kita semua. Ingatlah bahwa kita
berjuang bersama-sama dan jangan sampai pudar perjuangan tersebut sampai
kapanpun.
x
16. Terakhir, seluruh teman-teman lainnya dan orang-orang baru yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu. Terimakasih banyak sudah memberi warna-warna
baru dalam kehidupan saya. Semoga semuanya selalu dalam lindungan Allah
SWT.
Sekali lagi, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah disebutkan diatas, karena telah memberikan banyak
kontribusi dalam pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini dengan sebaik mungkin.
Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada pihak lainnya yang tanpa diketahui,
mungkin turut mendukung penulis dengan ataupun tanpa disadari. Terakhir,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta menginspirasi para pembacanya.
Yogyakarta, 21 November 2019
Faheem Nuzia Yahya
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................iii
PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK ................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
ABSTRAK .............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
1.4 Signifikansi ...................................................................................................... 4
1.5 Cakupan Penelitian ......................................................................................... 5
1.6 Kajian Pustaka ................................................................................................ 6
1.7 Landasan Teori ................................................................................................. 14
Soft Power ........................................................................................................ 14
Diplomasi Panda .............................................................................................. 16
1.8 Metode Penelitian .......................................................................................... 17
1.8.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 17
1.8.2 Subjek Penelitian ........................................................................................ 17
1.8.3 Alat Pengumpul Data ................................................................................. 17
1.8.4 Proses Penelitian ......................................................................................... 18
BAB II PERKEMBANGAN DIPLOMASI PANDA TIONGKOK...................... 19
2.1 Strategi Diplomasi Panda Tiongkok ........................................................ 19
a. Sejarah Diplomasi Panda Tiongkok ........................................................ 19
b. Pelaksanaan Teknis Diplomasi Panda ..................................................... 21
2.2 Implementasi Diplomasi Panda Tiongkok Terhadap Prancis ................ 23
2.3 Kepentingan Nasional Tiongkok Terhadap Prancis ............................... 26
BAB III ANALISIS SOFT POWER TERHADAP DIPLOMASI PANDA
TIONGKOK KE PRANCIS ................................................................................... 33
3.1 Budaya (Cultures) Panda Sebagai Budaya Tiongkok................................... 33
3.2 Nilai dan Kebijakan Domestik Tiongkok (Domestic Values and Policies) ... 37
3.2.1 Pandangan Pemerintah Tiongkok Terhadap Panda ............................. 39
xii
3.2.2 Kebijakan Domestik Tiongkok Terkait Panda ...................................... 40
3. 3 Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policies) ................................................... 43
3.3.1 Upaya Tiongkok Dalam Internasionalisasi Panda ................................. 44
3.3.2 Analisis penerimaan Diplomasi Panda oleh Prancis .............................. 47
BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 50
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 50
4.2 Saran dan Rekomendasi ................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 55
xiii
ABSTRAK
Diplomasi Panda yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Prancis pada periode
tahun 2012 hingga 2018 menghasilkan poin krusial, diantaranya kesepakatan
penyewaan Panda oleh Prancis selama 10 tahun dengan pembayaran setiap tahun.
Disamping itu juga terjadi barter dengan enriched-uranium yang dimiliki oleh
Prancis kepada Tiongkok. Sehingga kepentingan Tiongkok dibalik diplomasi
Panda adalah untuk mendapatkan enriched-uranium yang dimiliki oleh Prancis.
Kepentingan nasional Tiongkok tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan Tiongkok
saat itu yang membutuhkan energi untuk memasok Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) sipil. Hal ini penting karena Tiongkok sedang melakukan
pembangunan masif baik dalam negeri maupun luar negeri seperti proyek One
Belt One Road (OBOR). Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
soft-power yang dicetuskan oleh Joseph Nye Jr. dalam menjelaskan implementasi
soft-power Tiongkok dengan alat diplomasi Panda terhadap Prancis. Terdapat tiga
indikator yang digunakan yaitu; cultures, domestic values and policies dan foreign
policies. Penelitian ini menemukan bahwa Prancis terdampak soft-power
Tiongkok dalam diplomasi Panda karena memiliki shared-ideas yaitu
penyelamatan dan pelestarian lingkungan.
Kata Kunci: Diplomasi Panda, Soft Power, Enriched-Uranium, lingkungan
ABSTRACT
Panda diplomacy carried out by China against France in the period 2012 to 2018
produced crucial points, including an agreement to lease Panda by France for 10
years with annual payments. Besides that, there was also a barter with enriched-
uranium which was owned by France to China. So the Chinese interest behind
Panda's diplomacy is to get enriched-uranium which is owned by France. China's
national interests are influenced by China's current needs that require energy to
supply civilian Nuclear Power Plants (PLTN). This is important because China is
carrying out massive development both domestically and abroad such as the One
Belt One Road (OBOR) project. In this study the authors used the soft-power
approach that was coined by Joseph Nye Jr. in explaining the implementation of
Chinese soft-power with Panda's diplomacy against France. There are three
indicators used namely; cultures, domestic values and policies and foreign
policies. This study found that France was affected by Chinese soft-power in
Panda diplomacy because it had shared ideas, namely saving and preserving the
environment.
Keyword: Panda Diplomacy, Soft Power, Enriched-Uranium, Environment
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiongkok merupakan salah satu negara terbesar Asia dan salah satu negara
Asia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat. Tiongkok selalu
memperkuat dirinya dengan berbagai macam strategi untuk bersaing dengan
negara negara di dunia seiring berkembangnya zaman. Beberapa tahun terakhir,
Tiongkok mencoba meningkatkan hubungan antar negara yang menjalin
kerjasama, baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral. Beberapa upaya soft
power berupa diplomasi publik yang dilakukan oleh Tiongkok kepada negara-
negara sahabat. Diantara beberapa diplomasi yang digunakan oleh Tiongkok
adalah Dollar Diplomacy, Diplomasi Ping-Pong (Ping-Pong Diplomacy) dan
Diplomasi Panda (Panda Diplomacy) (Newyork times, 2008).
Diantara beberapa diplomasi tersebut digunakan oleh Tiongkok untuk
mencapai kepentingannya, terdapat satu diplomasi yang hanya dimiliki oleh
Tiongkok. Diplomasi tersebut adalah diplomasi Panda. Seperti yang diketahui
Panda merupakan hewan endemik yang hanya dapat ditemukan di wilayah
Republik Rakyat Tiongkok. Sehingga penggunaan Panda sebagai alat diplomasi
hanya ekslusif dimiliki oleh Tiongkok. Meskipun dijadikan sebagai alat
diplomasi, namun penggunaan diplomasi Panda tidak dilakukan secara mudah dan
cuma-cuma. Tiongkok menerapkan sistem sewa Panda ke beberapa negara yang
mampu untuk membayar biaya sewa Panda. Dengan demikian maka tidak ada
2
negara lain yang mampu memiliki Panda selain Tiongkok. Adapun kepemilikan
oleh beberapa negara hanya bersifat persewaan (The Economist, 2019).
Diantara negara yang menyewa Panda ialah Prancis. Pada tahun 1958
hingga 1982, Tiongkok mengirimkan 23 Panda ke enam negara. Saat ini
diplomasi Panda Tiongkok dilakukan dengan 27 negara di seluruh dunia. terdapat
57 Panda yang disewakan di seluruh dunia. Sementara itu biaya sewa adalah
USD1 juta per tahun. Biaya ini belum termasuk dengan biaya lainnya seperti
biaya pembayaran atas kelahiran bayi Panda di negara penerima. Dengan
demikian diketahui bahwa diplomasi Panda merupakan diplomasi unik yang
hanya dilakukan oleh Tiongkok dan bersifat cukup kuat (Magnier, 2006).
Disamping mendapatkan Panda dengan cara penyewaan, Tiongkok juga
melakukan barter Panda dengan komoditas lain. Diantara barter yang cukup
krusial yang dilakukan oleh Tiongkok melalui diplomasi Panda adalah barter
dengan Prancis. Di mana dalam melakukan diplomasi panda ini, Tiongkok
mengharuskan adanya timbal balik dari dikirimkannya panda ke Prancis dengan
mengirimkan kembali uranium beserta teknologinya untuk mencapai tujuan utama
yaitu mengembangkan tenaga nuklir terbesar. Permintaan barter uranium oleh
Tiongkok ke Prancis didasari pada alasan bahwa Prancis merupakan salah satu
negara dengan teknologi maju seperti pengolahaan uranium dan industri berat.
Disamping itu, keduanya sudah membangun hubungan semenjak perang dunia
terjadi berdasarkan adanya kesamaan pemikiran dan tujuan pada saat itu, yaitu
apabila dunia memiliki dua kekuatan yang besar merupakan hal yang berbahaya,
3
baik bagi negara yang mengikuti salah satu blok ataupun tidak sama sekali
(Wellons, 1994, hal. 341)
Pengiriman uranium yang ditukar dengan Panda tentu berbanding lurus
dengan perkembangan ekonomi di Tiongkok yang juga membutuhkan energi yang
cukup besar pula untuk mendukung hal tersebut (Yaan, 2013). Dengan adanya hal
tersebut maka ditandai dengan pengiriman Yen Yen dan Li Li, keduanya
merupakan panda yang dikirimkan oleh Tiongkok ke Prancis pada tahun 1973
sebagai salah satu bentuk upaya diplomasi. Dari kedua panda tersebut, Yen Yen
lah yang dapat bertahan hidup hingga 20 Januari tahun 2000 (Jacobs, 2012).
Diplomasi Panda ke Prancis dengan dikirimnya lagi sepasang panda Huan Huan
dan Yuan Zi pada tahun 2012 setelah dilakukannya perundingan yang cukup
panjang antara kedua negara (The Telegraph, 2012). Diplomasi Panda tentu hal
ini merupakan topik yang menarik untuk dibahas mengingat betapa kuatnya
diplomasi tersebut sehingga dapat mendapatkan uranium sebagai barter. Oleh
karena itu dalam penelitian ini, penulis akan membahas diplomasi yang dilakukan
Tiongkok terhadap Prancis.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi soft power Tiongkok dalam upaya diplomasi
panda terhadap Prancis ?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui implementasi strategi diplomasi panda Tiongkok
pada Prancis.
2. Untuk mengetahui kepentingan Tiongkok di dalam menjalankan
diplomasi panda kepada Prancis.
1.4 Signifikansi
Pentingnya penelitian ini adalah untuk mengetahui makna di balik
Diplomasi Panda yang dilakukan Tiongkok kepada negara Prancis, mengingat
bahwa Prancis memiliki hubungan yang lumayan dekat dengan Tiongkok tanpa
perlu dilakukannya upaya Diplomasi Panda. Penelitian ini juga akan menemukan
makna dari digunakannya Diplomasi Panda sebagai sebuah alat komunikasi
hubungan bilateral Tiongkok dengan Prancis. Penelitian ini juga untuk
memastikan kebenaran bahwa Diplomasi Panda berpengaruh dalam kepentingan
Tiongkok dikarenakan salah satu alasan Tiongkok melakukan Diplomasi Panda
untuk meningkatkan nilai jumlah ekspor-impor dan terjalinnya penanaman modal
dalam negeri di Tiongkok. Penelitian ini dimaksudkan juga untuk memastikan
apakah Diplomasi Panda Tiongkok kepada Prancis berhasil sesuai harapan
Tiongkok yakni menimbulkan kerja sama baik dan citra baik Tiongkok dengan
negara-negara lain.
5
1.5 Cakupan Penelitian
Diplomasi Panda Tiongkok terhadap Prancis telah dilakukan sejak 1973
namun dalam penelitian ini penulis akan membahas Diplomasi Panda yang
dilakukan Tiongkok terhadap Prancis. Tiongkok pernah mengirimkan pandanya
ke beberapa negara Asia Pasifik seperti Jepang dan Australia pada sekitar tahun
2009-2011, di mana negara tersebut juga memberikan adanya timbal balik dari
dipinjamkannya panda untuk upaya konservasi seperti pengiriman uranium dari
Australia, namun jika dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia
Pasifik, diplomasi panda Tiongkok terhadap Prancis sudah dimulai pada awal
perang dingin terjadi. Diplomasi Panda yang dilakukan dengan pemberian panda
sebagai objek diplomasi merupakan sebuah simbol persahabatan antar Tiongkok
dengan negara sekutu. Negara sekutu dan negara-negara lainnya pada fase ketiga
Diplomasi Panda tetap menerima dengan baik upaya Diplomasi Tiongkok tersebut
dikarenakan fungsi dari panda sebagai objek diplomasi berubah tidak lagi
‘diberikan’ melainkan ‘dipinjamkan’ sebagai objek penelitian. Fakta langkanya
panda yang menjadi awal mula perkembangan fungsi objek diplomasi panda.
Panda yang merupakan hewan langka menarik ego kepentingan negara-negara
untuk diteliti. Hal tersebut kemudian dimanfaatkan Tiongkok dengan tetap
melanjutkan upaya Diplomasi Panda dengan objek panda yang dipinjamkan
kepada negara-negara sebagai objek penelitian disertai imbalan.
Dengan demikian penelitian ini akan membahas dan menganalisis
implementasi dari Diplomasi Panda yang dilakukan Tiongkok terhadap Prancis
yang dimulai tahun 2012 serta membahas kepentingan-kepentingan politik yang
6
dimiliki Tiongkok dari dilakukannya Diplomasi Panda terhadap Prancis dan
dampak Diplomasi Panda terhadap hubungan bilateral Tiongkok dengan Prancis.
Dengan demikian sudut pandang yang diambil dalam penelitian ini merupakan
perspektif dari Tiongkok, sementara itu tahun dibatasi pada tahun 2012 hingga
2018.
1.6 Kajian Pustaka
Beberapa penelitian menemukan bahwa diberlakukannya Diplomasi Panda
oleh Tiongkok adalah ditujukan untuk meningkatkan opini positif masyarakat
internasional atas Tiongkok. Tiongkok meminjamkan panda miliknya kepada
negara-negara untuk dilakukan observasi dan pengembangan terhadap spesies
panda dikarenakan kelangkaan spesies tersebut. Tiongkok memanfaatkan
kelangkaan panda hingga menjadikan panda sebagai objek diplomasi sebagai
upaya meningkatkan hubungan dalam politik internasional Tiongkok.
Tulisan milik Yiwei Wang yang berjudul Public Diplomacy and the Rise
of Chinese Soft Power berisi catatan sejarah yang cukup panjang terkait upaya
penyebaran soft power Tiongkok dengan menggunakan diplomasi publik. Tulisan
tersebut menjelaskan proses awal diplomasi publik yang terjadi di Tiongkok dan
kebangkitan penggunaan soft power itu sendiri. Perkembangan diplomasi publik
Tiongkok sendiri masih bersifat multi tafsir. Istilah diplomasi publik merupakan
hal yang baru di Tiongkok, pasalnya masyarakat Tiongkok lebih sering
menggunakan istilah dui wai xuan chuan atau wai xuan yang berarti propaganda
eksternal di mana hal ini merupakan upaya pencapaian dalam meningkatkan
gambaran yang baik di mata masyarakat internasional. Dui wai xuan chuan atau
7
wai xuan pada hakikatnya sama dengan diplomasi publik. Istilah propaganda
terdengar negatif bagi masyarakat internasional namun tidak untuk masyarakat
Tiongkok. Perkembangan diplomasi publik di Tiongkok pada awalnya cukup sulit
dipahami Masyarakat Tiongkok hingga kini mereka mulai menyadari pentingnya
peran diplomasi publik dengan istilah diplomasi publik. Diplomasi publik di
Tiongkok menggunakan konsep awal minjian waijo (people-to-people
Diplomacy).
Pemerintah Tiongkok di tahun 2004 meresmikan Divisi Diplomasi Publik
di bawah Kementerian Luar Negeri Tiongkok. Menurut Asisten Menteri Luar
Negeri, Shen Guofang, diplomasi publik didefinisikan sebagai hal yang paling
penting dalam pelaksanaan diplomasi. Inti dari diplomasi publik itu sendiri adalah
peningkatan pertukaran dan interaksi dengan antara negara dengan publik untuk
memenangkan serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
kebijakan luar negeri.
Tiongkok di era digital seperti sekarang menggunakan media publik
sebagai salah satu upaya untuk melakukan diplomasi publik kepada masyarakat
internasional, salah satunya dengan menggunakan beberapa media seperti China
Radio International, Chinese Central TV English Channel dan lainnya. Media di
Tiongkok yang bersifat ke dalam yakni ke Masyarakat Tiongkok juga
dimanfaatkan untuk diplomasi publik dengan pengawasan ketat oleh pemerintah.
(Wang, 2008, hal. 257-273). Perkembangan diplomasi publik Tiongkok dengan
memanfaatkan media publik dapat dikatakan berhasil dan cukup efektif
dampaknya untuk masyarakat internasional. Tiongkok dalam diplomasi dengan
8
implementasi upaya-upaya soft power-nya mulai mengubah strategi diplomasi
dari yang awalnya menggunakan hard power menjadi melakukan soft power salah
satunya dengan Diplomasi Panda.
Sebuah tulisan ilmiah mengenai diplomasi publik yang ditulis oleh Patricia
Wellons dengan judul Sino-French Relations: Historical Alliance vs Economic
Reality di dalamnya dijelaskan awal mula dimulainya hubungan kedua negara
yang dipimpin oleh Mao Zedong dan Charles de Gaulle di tahun 1960, kedua
pemimpin negara ini ingin membangun negara menjadi negara yang memiliki
kekuatan yang kuat dan independen serta memiliki peran penting di dunia
internasional terlepas dari adanya tekanan eksternal yaitu mengimbangi kekuatan
Uni Soviet dan Amerika Serikat pada saat itu. Tahun 1964 pemimpin Prancis
Charles de Gaulle menyatakan bahwa Republik Rakyat Tiongkok merupakan
satu-satunya pemerintahan Tiongkok yang sah pada saat itu sehingga terciptanya
hubungan Tiongkok-Prancis. Akan tetapi Tahun 1989 terjadi peristiwa
pembantaian di Tiananmen di mana pemerintahan Tiongkok menahan gerakan
untuk menjadi demokrasi dengan menahan beberapa demonstran. Hal ini
memaksa Prancis untuk mengevaluasi kembali prioritasnya, dalam hal ini kedua
negara harus membangun hubungan berdasarkan prinsip hukum internasional
untuk perdamaian. Selepas perang dunia ke dua mereda Prancis semakin gencar
melakukan hubungan dengan Tiongkok lebih ke arah ekonomi dan bukan lagi
karena hubungan sejarah ataupun berdasarkan ideologi (Wellons, 1994, hal. 341-
348). Jurnal ini membantu penulis dalam menerangkan awal mula dimulainya
hubungan kedua negara, di mana pada awalnya kedua negara memiliki
9
kepentingan yang sama akan tetapi hubungan kedua negara sempat terhalang
dengan adanya pelanggaran kasus hak asasi manusia di Tiongkok sendiri.
Kajian terkait tiga fase Diplomasi Panda Tiongkok salah satunya
bersumber dalam tulisan Wen-cheng Lin yang berjudul China’s Panda Diplomacy
. Fase pertama pada tahun 1957-1982 yakni Diplomasi Panda dilakukan dengan
pemerintah Beijing ‘memberikan’ panda ke beberapa negara sebagai sebuah
hadiah persahabatan. Negara yang mendapatkan ‘Panda Persahabatan’ pertama
kali pada fase Diplomasi Panda adalah Uni Soviet. Pemberian panda tersebut
terjadi setelah kedua negara menandatangani perjanjian Sino-Soviet yang berisi
tentang persahabatan, aliansi dan bantuan. Prestasi Uni Soviet dalam perjanjian
tersebut adalah Uni Soviet menjadi negara yang melindungi Tiongkok dan
memberikan bantuan penyediaan teknologi dari Moscow. Prestasi Tiongkok atas
perjanjian tersebut adalah dengan mengirimkan dua ekor panda pada tahun 1957
kemudian di tahun 1959.
Hubungan Tiongkok dengan Amerika Serikat di pada tahun 1972 yang
awalnya melawan imperialis Amerika berubah menjadi memiliki hubungan baik
dengan Amerika Serikat. Hal tersebut dianalisis terjadi karena dikirimkannya
panda sebagai alat diplomasi pada tahun 1972 dari Tiongkok untuk Amerika
Serikat. Beberapa negara di samping Amerika Serikat di tahun yang sama juga
mendapatkan panda sebagai objek diplomasi Tiongkok. Negara-negara tersebut
adalah Jepang, Prancis, Inggris, Jerman Barat, Meksiko dan Spanyol. Fase kedua
Diplomasi Panda oleh Tiongkok dimulai pada tahun 1982-1994. Kebijakan
Diplomasi Pada Tiongkok berubah dari awalnya panda digunakan sebagai
10
‘pemberian’ diubah menjadi bersifat ‘pinjaman’. Panda yang ‘diberikan’ sebagai
objek diplomasi suatu negara artinya sama dengan menyalahi Konvensi
Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar Yang Terancam Punah
tahun 1975 (Convention of International Trade of Endangered Species (CITES)).
Pemerintah Tiongkok membatasi peminjaman Panda hanya digunakan
untuk tujuan komersial saja demi kesehatan dan kelestarian panda itu sendiri
karena Tiongkok terikat dengan beberapa Hukum Internasional yakni CITES 1975
dan Konvensi Keanekaragaman Hayati 1992 (Convention on Biological Diversity
(CBD)) 1992. yang mewajibkan Tiongkok menjaga kelestarian hewan langka di
negaranya. Fase ketiga dalam Diplomasi Panda Tiongkok adalah di akhir tahun
1994. Tiongkok memberikan pinjaman panda sebagai objek Diplomasi Panda
hanya apabila ditujukan untuk penelitian terhadap keberlanjutan spesies panda.
Kontrak peminjaman panda sebagai objek Diplomasi Panda Tiongkok dengan
negara-negara dicantumkan bahwa, setiap negara yang diberi pinjaman panda
untuk riset dikenakan biaya sebesar US$ 1.000.000 (satu juta dolar Amerika
Serikat) per-sepuluh tahun. Dicantumkan juga dalam kontrak tersebut apabila
dalam pengembangannya panda memiliki anak maka, bayi panda tersebut
merupakan aset atau milik Tiongkok dan negara yang dipinjamkan dikenakan
biaya lebih yakni sebesar US$ 500.000 (lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) per
bayi panda. (Lin, 2009, hal. 1-3).
Penelitian yang berjudul Diplomats and Refugees: Panda Diplomacy, Soft
“Cuddly” power and the New Trajectory in Panda Conservation karya Kathleen
Carmel Buckingham, Jonathan Neil William David dan Paul Jepson dijabarkan
11
tentang sejarah dari Diplomasi Panda di Tiongkok. Panda merupakan salah satu
simbol negara Tiongkok dan menjadi objek upaya Diplomasi Panda pada masa
perang dingin yang terjadi di tahun 1946-1991. Diplomasi Panda dilakukan
sebagai strategi persahabatan Tiongkok dengan negara-negara. Praktik Diplomasi
Panda kemudian berkembang dikarenakan dampak gempa bumi Sichuan di tahun
2008 mengakibatkan banyak penangkaran panda yang rusak. Dampak bencana
tersebut justru menjadi hal yang mengembangkan Diplomasi Panda Tiongkok dan
menjadikan bangkitnya Tiongkok sebagai penguasa ekonomi dunia dengan model
kapitalisme yang dikendalikan oleh negara.
Jurnal ini juga menjelaskan adanya tiga fase dalam Diplomasi Panda
Tiongkok. Adanya perbedaan penjelasan dalam jurnal ini yakni, pada fase kedua
Diplomasi Panda Tiongkok dijelaskan peminjaman panda yang terjadi tidak
terlepas dari pengaruh program reformasi ekonomi Tiongkok pada era Deng
Xiaoping tahun 1978. Pengaruh program reformasi ekonomi tersebut adalah
pengaruh kapitalis dengan upaya “open-door Policy” yang digunakan untuk
menarik investasi dari negara barat. Jurnal ini juga memberikan perbedaan
penjelasan mengenai fase ketiga Diplomasi Panda Tiongkok yakni dijelaskan
bahwa, Diplomasi Panda yang dijalankan memiliki dua pola utama. Pola pertama
adalah, Tiongkok menargetkan negara-negara tetangga di Kawasan Asia yang
mana negara-negara tujuan tersebut sudah melakukan perjanjian perdagangan
dengan Tiongkok sejak tahun 2009. Pola kedua adalah, Tiongkok melakukan
Diplomasi Panda dengan mendekat kepada negara yang memiliki sumber daya
teknologi yang cukup maju untuk dilakukannya pertukaran informasi dengan
menjadikan panda sebagai salah satu objek tukar. (Buckingham, David, & Jepson,
12
2013, hal. 262-270). Jurnal ini membantu menjelaskan tentang peranan penting
dari Diplomasi Panda yang sudah dijalankan dalam 3 fase seperti jurnal
sebelumnya, akan tetapi jurnal ini membantu melengkapi jurnal sebelumnya
dalam hal beberapa hal seperti kapitalisme yang dilakukan Tiongkok.
Dalam jurnal yang berjudul Relation between France and China :
Towards a Paris-Beijing Axis? Kerya Jean-Pierre Cabestan menceritakan awal
mula terjadinya kerjasama anatara Tiongkok dengan Prancis. Hal ini dilatar
belakangi adanya kesamaan untuk bebas dari konsep bipolar di mana pada saat itu
masih terjadi perang dingin. Pemimpin Tiongkok pada saat itu Mao Zedong
menciptakan konsep Intermediary Zones yang merupakan negara dunia ke tiga
yang dapat menengahi kekuatan kedua negara besar yaitu Amerika Serikat dan
Uni Soviet. Di tahun 1970-1980an hubungan kedua negara ini semakin erat
setelah pada masa pemerintahan Deng Xiaoping meluncurkan reformasi ekonomi
dengan menunjukkan peningkatan ekonomi yang cukup besar untuk menyamakan
kedudukan dengan Uni Soviet pada saat itu. Hubungan antara Tiongkok dengan
Prancis sempat merenggang, pasalnya di Tiongkok sempat terjadi kerusuhan di
Tiananmen Square pada tahun 1989 yang mengakibatkan banyaknya nyawa yang
hilang. Kejadian ini merupakan salah satu kasus pelanggaran Hak asasi manusia
yang terjadi di Tiongkok. Akan tetapi hubungan kedua negara ini membaik pada
tahun 1995 pada masa pemilihan presiden Jacques Chirac. Hubungan kedua
negara semakin erat pasalnya ada beberapa isu yang sama antar kedua negara ini
yang menjadi tujuan utama untuk diselesaikan, seperti Non-proliferation, Korea
Utara, promosi dari multilateralisme hingga hal sensitif seperti isu Taiwan. Selain
itu dengan dilakukannya kerjasama kedua negara ini pasca perang dingin dapat
13
membiaskan unipolar Amerika Serikat dan mengubah menjadi multipolar, akan
tetapi tidak pula mengurangi power Amerika Serikat dan kedua negara masih
melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat.
Hubungan kedua negara ini sebenarnya memiliki beberapa penghalang
seperti adanya kedudukan yang sama dalam UNSC di mana keduanya merupakan
anggota tetap, ke depannya pasti akan ada isu yang tidak bisa mereka selesaikan
dalam forum tersebut seperti kasus hak asasi manusia Tiananmen Square,
embargo senjata Uni Eropa dan Amerika, (Cabestan, 2006, hal. 327-340).
Walaupun memang adanya pembatas kedua negara dalam melakukan kerjasama
dan kurang berhasilnya pengaruh Prancis dalam setiap pengambilan keputusan
Tiongkok, Pemerintah Prancis memiliki kepercayaan untuk membiaskan kekuatan
Unipolar Amerika Serikat dengan salah satunya melakukan kerjasama dengan
Tiongkok dalam berbagai hal. Jurnal ini akan membantu penulis dalam
mendapatkan data tentang bagaimana sejarah hubungan bilateral kedua negara.
Penelitian di atas menjelaskan hubungan Prancis dan Tiongkok yang sudah
dimulai dari sebelum terjadinya perang dingin dan sudah dimulai adanya praktik
diplomasi panda, akan tetapi masih ada kekosongan belum ada spesifik tentang
diplomasi panda yang baru terjadi beberapa taun terakhir. Penelitian yang sudah
penulis dapat akan digunakaan untuk melengkapi dan membantu menjawab dari
rumusan masalah, karena belum ada yang secara spesifik menjelaskan tentang
bagaimana implementasi dari soft power Tiongkok terhadap Prancis dengan
mengandalkan diplomasi panda.
14
1.7 Landasan Teori
Soft Power
Banyak penelitian dari buku maupun jurnal yang menjelaskan beberapa
pengertian tentang Teori Soft Power dan penelitian lainnya yang berkaitan dengan
karya penulis ini. Penulis dalam tulisan ini menggunakan landasan teori Soft
Power sebagai teori utama. Teori ini ini tidak lepas dari pendapat Joseph Nye
tentang definisi Power dan Soft Power itu sendiri, di mana ia berpendapat
kekuatan atau power merupakan kemapuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun, Power biasanya dapat
dirasakan ketika kita dapat membuat pihak lain melakukan hal yang sebenarnya
tidak diinginkan namun dengan adanya tekanan dan pengaruh dari kita pihak
tersebut melakukan apa yang kita inginkan (Joseph S. Nye, 2004). Ada tiga cara
agar seseorang dapat berperilaku sesuai dengan hal yang diinginkan yaitu : (1)
Memaksa dengan ancaman (2) Menginduksi perubahan perilaku atau (3) menarik
secara paksa (Snow, 2009)
Menurut Nye definisi soft power itu sendiri merupakan sebuah upaya
untuk mendapatkan apa yang kita mau dengan atraksi daripada melakukan
paksaan dan pembayaran (Joseph S. Nye, 2004) dengan kata lain kita harus
membentuk preferensi pihak lain dengan aset yang kita miliki. Dalam membentuk
preferensi orang lain ini dikaitkan dengan nilai nilai yang tidak begitu terlihat
seperti: nilai budaya, politik, institusi dan kebijakan luar negeri. Kemampuan soft
power negara tidak hanya dengan melakukan argumentasi bahwa pihak lain akan
setuju dengan kita akan tetapi harus dapat memiliki kemampuan untuk menarik.
Soft power bekerja dengan menghasilkan kerjasama dan daya tarik dalam nilai
15
yang nantinya akan dianut bersama dan keadilan serta adanya timbal balik diantar
pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut (Joseph S. Nye, Public Diplomacy
and Soft Power, 2008)..
Dalam mempengaruhi lawan politiknya, menurut Joseph Nye pengaruh
soft power bersumber kepada budaya, nilai nilai politik dan kebijakan luar
negerinya. Budaya dalam hal ini tidak hanya budaya yang kaku dan hanya
diminati oleh beberapa kalangan saja, melainkan juga budaya populer yang lebih
berupa hiburan yang mudah untuk diterima oleh banyak kalangan serta kelas
sosial. Dari budaya tersebut biasanya terkandung nilai nilai dan kepentingan yang
juga digunakan untuk mendapatkan hubungan serta daya tarik terhadap negara
tersebut (Joseph S. Nye, 2004)..
Sumber kedua yang mempengaruhi Soft Power ialah nilai nilai politik
yang dianut oleh pemerintahan tersebut dalam pengambilan kebijakannya baik itu
secara domestik maupun internasional, nantinya nilai nilai yang dianut tersebut
akan mempengaruhi preferensi pihak lain. Nilai tersebut yang nantinya akan
diikuti merupakan salah satu sumber dari kekuatan soft power itu sendiri. Akan
tetapi nilai yang dianut harus menarik dan tidak bersifat memaksa akan tetapi
masih bisa mendominasi aturan internasional.
Sumber ketiga ialah kebijakan luar negeri, dalam hal ini kebijakan
pemerintah dalam pengambilan keputusan baik itu kebijakan luar negeri maupun
dalam negeri harus dapat memperlihatkan nilai yang baik di mata dunia
Internasional. Apabila suatu negara ingin memainkan peran dalam agenda politik
dunia perlu strategi untuk mempengaruhi pemahaman dan preferensi orang lain
16
pada kepentingan sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang kita mau
dengan menggunakan nilai nilai politik tersebut (Joseph S. Nye, 2004).
Dengan demikian, penulis akan menggunakan konsep Soft Power di mana
penulis akan menganalisis dilakukannya diplomasi panda Tiongkok terhadap
Prancis berdasarkan konsep soft power ini yaitu berupa nilai nilai politik dan
kebijakan luar negeri milik tiongkok dalam adanya upaya diplomasi tanpa adanya
penggunaan kekerasan dan kekuatan yang berlebih dengan ditandainya beberapa
kerjasama serta adanya timbal balik diantara kedua negara tersebut.
Diplomasi Panda
Konsep lain yang menjadi titik krusial dalam penelitian ini adalah
Diplomasi Panda. Dalam teori diplomasi, diplomasi Panda merupakan sebuah
kegiatan yang memindahkan beruang Panda dari Tiongkok ke negara lain. Hal ini
dilakukan sebagai simbolisasi perluasan kekuasaan “soft-power” Tiongkok di
belahan bumi lain. Dengan demikian Panda digunakan sebagai alat politik
Republik Rakyat Tiongkok (PRT) untuk memperluas pengaruhnya di berbagai
kawasan di dunia (Pacher, 2017).
Tinjauan historis menunjukan bahwa diplomasi Panda telah dilakukan
sejak masa pra-modern Tiongkok. Meskipun demikian citra Panda sebagai hewan
yang menjadi simbol nasional dan memiliki arti positif baru dimulai sejak
pemerintahan Partai Komunis di Tiongkok. Dari sejarah hingga kini juga
memperlihatkan bahwa terdapat dua jenis mekanisme diplomasi Panda yang
digunakan di era Republik Rakyat Tiongkok, yaitu mekanisme hadiah (gift) yaitu
ketika Tiongkok memberikan Panda sebagai hadiah cuma-cuma kepada negara-
17
negara yang dianggap penting dan sahabat. Sementara itu mekanisme lain adalah
mekanisme sewa, yang mana Tiongkok meminjamkan Panda kepada negara-
negara yang dianggap memiliki hubungan dekat. Adapun perjanjian sewa
dilakukan dengan adanya perjanjian bilateral oleh Tiongkok dan negara mitra.
Program ini digagas oleh Republik Rakyat Tiongkok sebagai hasil pertimbangan
diplomatis dan politis (Lin W.-c. , 2009, p. 03).
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini akan digunakan metode penelitian kualitatif. Penulis
akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui sebuah studi literatur terkait
dampak dari dilakukannya soft power berupa Diplomasi Panda. Penelitian ini
fokus pada implementasi dari Diplomasi Panda oleh Tiongkok terhadap Prancis
dan kepentingan apa saja yang dimiliki Tiongkok dengan dilakukannya Diplomasi
Panda terhadap Prancis dan dampak Diplomasi Panda pada hubungan bilateral
antara Tiongkok dengan Prancis.
1.8.2 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini ialah aktor yang melakukan usaha soft power
dengan melakukan upaya Diplomasi Panda yakni Pemerintah Tiongkok terhadap
Pemerintah Prancis.
1.8.3 Alat Pengumpul Data
Dalam melakukan pengumpulan data terkait usaha pemerintah, teknik
yang digunakan adalah dengan melakukan studi literatur, baik jurnal, laporan
18
akademik dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini sendiri
akan mengambil dari beberapa sumber literatur seperti buku, jurnal-jurnal baik
cetak maupun online, dan juga dari berbagai media massa baik cetak maupun
online, nasional maupun internasional.
1.8.4 Proses Penelitian
Tahap ini merupakan analisis data dari data yang sudah di dapat. Teknik
dalam mengelola data yang didapatkan akan dianalisis dengan berbagai tahap
yakni melakukan kajian atau studi terkait data yang sudah ditemukan, yang di
mana digunakan untuk melakukan pendalaman materi yang dilakukan dengan
membaca masing-masing sumber agar ditemukan gagasan. Setelah itu tahapan
selanjutnya ialah mencatat hasil kajian dan bacaan yang sudah dipilih.
19
BAB II
PERKEMBANGAN DIPLOMASI PANDA TIONGKOK
Pembahasan pada bab ini akan menjelaskan mengenai perkembangan
diplomasi Panda Tiongkok. Yang mana diplomasi Panda tersebut digunakan oleh
Republik Rakyat Tiongkok, hingga pada akhirnya digunakan oleh Tiongkok
sebagai sarana diplomasi kepada Prancis. Dengan demikian maka pembahasan
akan dibagi menjadi tiga hal, pertama menjelaskan strategi diplomasi Panda
Tiongkok, termasuk di dalamnya menjelaskan sejarah diplomasi Panda Tiongkok.
kedua menjabarkan mengenai implementasi diplomasi Panda yang digunakann
oleh Tiongkok terhadap Prancis. ketiga menjabarkan mengenai kepentingan
Tiongkok dibalik pengunaan diplomasi Panda terhadap Prancis.
2.1 Strategi Diplomasi Panda Tiongkok
a. Sejarah Diplomasi Panda Tiongkok
Panda merupakan mamalia endemik Tiongkok, yang mendiami negara
Republik Rakyat Tiongkok. Hewan ini hanya dapat ditemukan di wilayah RRT.
Keunikan Panda membuat hewan ini dijadikan respresentasi Tiongkok dalam
bidang diplomasi. Secara historis, diplomasi Panda Tiongkok berawal sejak era
pra-modern, di mana sudah lazim digunakan oleh penguasa Tiongkok, dimulai
pada abad 7 pada era dinasti Tang, ketika Permaisuri Wu Zetian mengirimkan
sepasang Panda kepada Kaisar Jepang (Alleyne, 2011).
Penggunaan Panda sebagai alat diplomasi berlanjut pada era modern,
diplomasi Panda oleh Tiongkok pertama kali dilakukan pada tahun 1957 dan
masih dilakukan oleh Tiongkok hingga sekarang. Panda sebagai objek diplomasi
20
Tiongkok berstatus sebagai pinjaman untuk penelitian spesies panda oleh negara-
negara di mana harga setiap peminjaman satu ekor panda sebesar satu juta USD
(dolar Amerika Serikat). Panda yang menjadi objek Diplomasi Panda Tiongkok
adalah bagian dari negara Tiongkok dan apabila ke depannya panda memiliki
anak, bayi panda tersebut juga merupakan inventaris atau milik negara Tiongkok
disertai dengan adanya nilai tambah dalam pinjaman tersebut (Bihani, 2017).
Pada era modern Tiongkok, terdapat tiga fase perkembangan diplomasi
Panda oleh Tiongkok terbagi menjadi tiga bagian era/fase. Bagian pertama adalah
pada era pemerintahan Mao Zedong sekitar tahun 1960. Panda ‘diberikan’ oleh
Tiongkok ke beberapa negara dalam rangka meningkatkan hubungan
persahabatan. Bagian kedua adalah pada masa pemerintahan Deng Xiaoping. Pada
masa ini panda tidak lagi ‘diberikan’ melainkan ‘dipinjamkan’ Tiongkok kepada
negara-negara. Panda yang dipinjamkan Tiongkok kepada negara-negara tersebut
disertai dengan jaminan. Diplomasi Panda pada bagian ketiga berkembang yakni
panda yang dipinjamkan Tiongkok kepada negara-negara di samping sebagai
objek diplomasi berkembang juga menjadi objek penelitian ilmiah. Panda yang
merupakan objek Diplomasi Panda sekaligus sebagai objek penelitian tersebut
bertujuan untuk mengembangkan dan penelitian terhadap spesies panda
(Buckingham, David, & Jepson, 2013).
Dalam perkembangannya spesies Panda pada fase ketiga Diplomasi Panda
mengalami degradasi jumlah menjadikan spesies panda berstatus langka. Salah
satu penyebab menurunnya jumlah populasi panda adalah gempa bumi dahsyat
yang terjadi di Sichuan, Tiongkok sehingga menyebabkan rusaknya habitat panda
21
hampir dua puluh tiga persen (Ecological Society of America, 2009). Akan tetapi
pada tahun 2016, pemerintah Tiongkok berhasil menurunkan status panda dari
Endangered menjadi Vulnerable dengan memaksimalkan upaya konservasi
habitat untuk panda tersebut. Hal ini tentunya dengan adanya campur tangan
antara ilmu pengetahuan, kepentingan politik dan adanya keterlibatan masyarakat
setempat dapat menyelamatkan habitat dan populasi mahluk hidup di sekitarnya
(WWF, 2016).
Kepentingan politik Tiongkok dalam Diplomasi Panda pada fase ketiga
tersebut juga mengalami perkembangan. Tiongkok mengharuskan adanya timbal
balik dari peminjaman panda yang diberikan ke beberapa negara di dunia. Di
benua Eropa sendiri hingga 2013, panda dari Tiongkok sudah di kirimkan ke
beberapa negara seperti Inggris, Jerman, Spanyol. Ada pola yang terlihat terhadap
peminjaman spesies berharga Tiongkok. Pertama, meminjamkan kepada negara
di kawasan asia yang melakukan kerjasama secara langsung dengan Tiongkok.
Kedua, negara yang dipinjamkan tersebut merupakan negara yang memasok
kebutuhan sumber daya alam dan sumber daya teknologi. Negara di Eropa
merupakan negara maju, sehingga Tiongkok memilih beberapa negara untuk
dijadikan tujuan dilakukannya diplomasi panda tersebut (Buckingham, David, &
Jepson, 2013).
b. Pelaksanaan Teknis Diplomasi Panda
Panda selain sebagai alat diplomasi juga sebagai tanda simbolis bahwa
negara penerima pinjaman Panda dari Tiongkok merupakan mitra penting, terutama
dalam hal perdagangan. Disamping diplomasi Panda juga dapat dianggap sebagai
22
upaya pemerintah Tiongkok untuk membangkitkan “ guanxi ” yaitu menandakan
kedekatan hubungan dengan negara lain yang dicirikan dengan kepercayaan,
loyalitas, dan hubungan jangka panjang . Dengan posisi yang demikian tidak semua
negara dapat meminjam Panda dari Tiongkok. Adapun proses peminjaman Panda
secara secara umum terdapat tiga tahapan yang ada dalam diplomasi Panda.
Pertama, penawaran atau permintaan, penawaran merupakan sebuah tawaran (offer)
yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap negara-negara mitra penting yang berminat
untuk meminjam Panda. Penawaran ini dilakukan oleh Tiongkok seperti Singapura
dan Thailand. Sementara itu, permintaan (request) dilakukan oleh pihak seperti
negara sahabat atau kebun binatang negara kepada Tiongkok (Oxford, 2013). Hal ini
dilakukan oleh kebun binatang San Diego, Amerika Serikat, di mana kebun binatang
tersebut membuat permintaan untuk mendapatkan pinjaman Panda (China.org.cn,
2012).
Kedua, negosiasi, setelah adanya penawaran ataupun permintaan, maka
tahap selanjutnya adalah negosiasi kontrak peminjaman Panda. Kontrak tergantung
dengan kesepakatan kedua belah pihak yaitu Tiongkok dan negara mitra. Meskipun
demikian, rata-rata peminjaman dilakukan minimal 10 tahun. Jangka waktu yang
cukup panjang dipilih agar peminjaman Panda tidak semata-mata ditujukan untuk
keperluan komersil. Sehingga hal tersebut akan mendukung upaya pelestarian Panda
di habitat aslinya. Adapun kontrak dijadikan perjanjian internasional antara
Tiongkok dan negara mitra peminjam Panda (Bonner, 2006, p. 222).
Ketiga, pengiriman Panda oleh Tiongkok ke negara mitra. Hal ini
merupakan tahap terakhir dari proses peminjaman Panda. Pengiriman dilakukan oleh
23
Tiongkok menuju negara yang menjadi mitra peminjam Panda. Disamping
melakukan pengiriman, Tiongkok juga berhak melakukan penarikan apabila terjadi
konflik diplomatik dengan negara penerima Panda, ataupun mitra melakukan
pelanggaran terhadap perjanjian peminjaman Panda. Di dalam diplomasi Panda ini,
terlihat bahwa posisi Tiongkok begitu kuat (Monar, 2019).
2.2 Implementasi Diplomasi Panda Tiongkok Terhadap Prancis
Tiongkok memiliki hubungan yang relatif stabil dengan Prancis, bahkan
Prancis merupakan negara pertama yang mengakui pemerintahan Komunis
Tiongkok. Dengan kedekatan dan posisi yang demikian maka keduanya berusaha
untuk memperkuat hubungan bilateral. Salah satu upaya untuk mendekatkan diri
adalah dengan menggunakan diplomasi Panda. Penawaran Panda hanya dilakukan
kepada negara-negara yang dianggap memiliki hubungan penting dengan
Tiongkok. Prancis termasuk salah satu diantara negara yang ditawarkan untuk
pinjaman Panda. Dengan demikian Prancis dianggap sebagai salah satu negara
sahabat yang penting bagi Tiongkok (Li, 2018).
Pengiriman Panda telah dimulai sejak 1973, di mana pada saat itu Tiongkok
memberikan hadiah berupa sepasang Panda kepada presiden Prancis saat itu yaitu
George Pompidou. Sejalan dengan berjalannya waktu, Panda pemberian Tiongkok
ke Prancis terakhir bernama Yen Yen meninggal pada tahun 2000. Kematian Yen
Yen membuat Prancis tidak lagi memiliki Panda. Oleh karena itu, terdapat
pembicaraan lanjutan antara dua negara untuk pemberian pinjaman Panda baru dari
Prancis untuk Tiongkok (The Telegraph, 2011).
24
Pembicaraan negosiasi dilakukan selama 5 tahun, sementara itu pembicaraan
final diadakan pada bulan November 2011, dalam kesempatan itu Presiden
Republik Rakyat Tiongkok “Hu Jiantao” mengumumkan secara resmi pemberian
pinjaman Panda ke Presiden Prancis “Nicolas Sarkozy”. Lima hari setelah
pengumuman tersebut, Prancis dan Tiongkok mendandatangani perjanjian kontrak
peminjaman Panda. Pada perjanjian kontrak ini, disepakati 10 masa peminjaman
Panda. Kemudian dokumen perjanjian internasional tersebut ditandatangani oleh
Prancis dan pejabat kebun binatang Tiongkok di kota Beijing (The Telegraph,
2011).
Setelah perjanjian ditandatangani, dimulailah pengiriman Panda dari Tiongkok
ke Prancis. Di mana lokasi Panda berasal dari breeding centre (pusat
pengembangbiakan) di Barat daya kota Chengdu, Tiongkok menuju kota Paris,
Prancis. Maka pada tahun 2012, pengiriman dilakukan oleh Tiongkok
menggunakan pesawat udara Boeing 777 “Panda Express”. Huan Huan dan Yuan
Zi akan ditempatkan di Kebun binatang Beauval Paris, Prancis. Pada
perkembanganya, Prancis perkawinan Huan Huan & Yuan Zi menghasilkan dua
bayi Panda kembar. Namun paska kelahiran, hanya satu bayi Panda yang bertahan
hidup. Bayi Panda tersebut diberi nama “Yuan Meng” oleh Briggitte Marie Ibu
negara (istri presiden Emanual Macron) Prancis. Proses pengumuman nama
tersebut diumumkan pada sebuah acara yang dihadiri oleh wakil menteri luar negeri
Tiongkok. Tentu hal ini membawa makna bahwa Panda erat kaitanya dengan
diplomasi (France24, 2012).
25
Pada tabel 2.I dapat dilihat daftar Panda yang pernah dikirimkan oleh
Tiongkok beserta dengan anak yang lahir di Prancis. Dari tabel ini juga dapat
dicermati bahwa hanya terdapat 2 kali pengiriman serta satu kali kelahiran Panda di
Prancis.
Tabel 2.1
Daftar Panda Pinjaman Tiongkok ke Prancis 1973-2018
No. Nama Panda Tahun Pengiriman
1. Yen Yen & Li Li 1973
2. Huan Huan & Yuan Zi 2012
3. Yuan Meng & Kembarannya (meninggal) 2017
Pengiriman Yen Yen & Li Li pada 1973 merupakan hadiah untuk presiden
Prancis yang menjabat saat itu yaitu presiden George Pompidou. Saat Panda Yen
Yen mati pada tahun 2000, hal itu menandakan berakhirnya keberadaan di
Prancis. Oleh karena itu dimulai negosiasi antara Tiongkok dan Prancis selama
lima tahun. Dari pembicaraan tersebut akhirnya disepakati bahwa Tiongkok akan
menyewakan Panda baru bernama Huan Huan & Yuan Zi selama 10 tahun.
Sebagai gantinya Prancis menekan perjanjian yang bernilai jutaan dollar untuk
mengekspor uranium ke Tiongkok. Uranium merupakan sumber daya alam yang
sangat dibutuhkan oleh Tiongkok sebagai pengembangan energi. Dengan
demikian maka jelas betapa pentingnya diplomasi Panda, sehingga dapat ditukar
dengan uranium (Song, 2013).
26
2.3 Kepentingan Nasional Tiongkok Terhadap Prancis
Diplomasi Panda yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Prancis tentu
memiliki kepentingan nasional (national interest) yang ingin dicapai.. Dengan ini
maka perlu diketahui terlebih dahulu apakah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
negara tersebut? Pada penelitian ini penggunaan diplomasi Panda oleh Tiongkok
terhadap Prancis dengan pengiriman Huan Huan & Yuan Zhi pada 2012
merupakan suatu alat. Di mana alat ini digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam
hal ini tujuan utama Tiongkok dalam diplomasi Panda terhadap Prancis adalah
dengan memaksimalkan pendapatkan sumber energi bagi kebutuhan domestik
Tiongkok. Klaim ini terkonfirmasi dengan adanya barter uranium dengan Panda
setelah negosiasi 5 tahun.
Tabel 2.2
Daftar 8 negara dengan Pembangkit Listrik terbesar di dunia (2012)
Sumber : (Chen, 2013, p. 6)
27
Kebutuhan Tiongkok akan uranium merupakan hal yang cukup mendesak,
hal ini didasari oleh karena banyaknya pembangkit tenaga nuklir yang beroperasi
di Tiongkok. Sementara itu uranium merupakan salah satu bahan baku utama
untuk menghasilkan tenaga nuklir. Pada tabel 2.2 dapat dilihat pada tahun 2012,
Tiongkok merupakan salah satu negara dengan jumlah pembangkit nuklir untuk
tujuan sipil terbanyak di dunia, termasuk dengan jumlah uranium yang
dibutuhkan.
Kebutuhan Tiongkok yang besar terhadap uranium terjawab dengan
Prancis. Prancis merupakan negara dengan tingkat ekspor enriched-uranium
terbesar di dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa Prancis merupakan produsen
enriched-uranium terbesar di dunia. Pada tabel 2.3 dapat dilihat bahwa Prancis
merupakan eksporter uranium yang telah diayakan terbesar di dunia.
Tabel 2.3
Lima negara ekspoter enriched-uranium terbesar di dunia
(Chen, 2013, p. 6)
28
Disamping itu kebutuhan Tiongkok akan uranium merupakan salah satu
cara untuk mendapatkan pasokan energi sebanyak banyaknya. Dengan adanya
proyek besar seperti One Belt One Road memaksa Tiongkok untuk terus
mendapatkan sumber uranium. Disamping itu ditambah dengan penduduk yang
besar juga Tiongkok membutuhkan suplai energi yang banyak untuk menghidupi
warganegaranya. Oleh ada juga dorongan dari faktor domestik yaitu untuk
mendapatkan uranium. Oleh karena itu salah satu cara adalah dengan menjalin
diplomasi Panda dengan Prancis. Selama 5 tahun negosiasi, diakhiri dengan
kesepakatan bagi Prancis untuk mengirimkan uranium ke Tiongkok.
Adanya kepentingan terhadap uranium sebagai kepentingan nasional juga
dipengaruhi oleh kondisi internasional. Pada pengiriman tahun 1973, kepentingan
nasional terhadap Prancis pada masa itu dipengaruhi oleh struktur internasional
yang terjadi saat itu. Pada hal ini terdapat dua garis penting diplomasi Panda
Tiongkok ke Prancis. Dua garis penting itu terjadi ketika pengiriman 1973 yaitu
Yen Yen & Li Li dan 2012 Huan Huan Yuanzi. Dengan waktu dan jenis
mekanisme pemberian yang berbeda maka terdapat kepentingan nasional yang
berbeda juga. Dengan demikian sebelum menjabarkan mengenai kepentingan
Tiongkok dalam mengirimkan Panda (diplomasi Panda) ke Prancis pada 2012
hingga 2018 maka terlebih dahulu dijelaskan kepentingan nasional Tiongkok
terhadap Prancis pada diplomasi Panda tahun 1973.
Situasi internasional dibalik pengiriman diplomasi Panda tahun 1973
adalah seperti yang diketahui pada tahun 1970-an, dunia sedang menghadapi
perang dingin serta permusuhan dari blok Barat. Sementara itu di sisi lain
Tiongkok juga sedang fokus dalam membangun perekonomian domestik. Di sisi
29
lain Prancis merupakan negara pertama di Eropa yang menjalin hubungan dengan
Republik Rakyat Tiongkok (Komunis). Dengan demikian pengiriman Panda
sebagai hadiah merupakan bentuk dari guanxi atau menunjukan loyalitas,
kepercayaan dan hubungan jangka panjang yang baik diantara dua negara. Hal
semacam ini tentu penting bagi Tiongkok mengingat Prancis merupakan salah
satu negara dominan di Eropa atau Blok Barat.
Sementara itu pada pengiriman Panda 2012 (diplomasi Panda 2012)
memiliki international situation (situasi internasional) yang berbeda. Berbeda
dengan tahun 1973 yang mana diplomasi Panda diberikan sebagai hadiah (gift),
sebaliknya diplomasi Panda tahun 2012 dilakukan dengan mekanisme
peminjaman (loans). Adanya perbedaan mekanisme diplomasi Panda
mengindikasikan adanya perbedaan situasi internasional.
Situasi internasional yang terjadi pada tahun 2012 tentu berbeda dengan
tahun 1973. Tiongkok pada tahun 2012 memiliki kemampuan ekonomi yang
besar, juga adalah ekonomi terbesar kedua di dunia. Hal ini berbanding terbalilk
dengan Tiongkok pada tahun 1973 yang masih pada tahap berjuang. Situasi
internasional yang saat itu terjadi adalah adalah a.) Akibat persaingan global yang
semakin meningkat antara Tiongkok dan Barat terutama Amerika Serikat,
terutama setelah krisis global 2008. Inisiasi Tiongkok dalam membangun grand-
strategy pada bidang perdagangan global dengan proyek One Belt One Road yang
dimulai pada 2013. Tentu pembangunan ini memakan banyak energi, maka
dengan menggunakan diplomasi Panda, dapat mendapatkan tambahan uranium,
yang kemudian digunakan dalam bidang energy. b.) persaingan politis, dengan
30
persaingan yang ketat dengan Amerika Serikat, tentu Tiongkok mencari mitra dari
dunia Barat yang memiliki posisi yang cukup dominan yaitu Prancis. Dengan
menjaga hubungan baik ini maka akan menjaga kedekatan dengan guanzi.
Disamping itu juga considering the ends of the state in relation to its situation.
Dalam hal ini Tiongkok mempertimbangkan kepentingan nasional (ends of the
state) berdasarkan situasi internasional yang terjadi. Terdapat perbedaan situasi
internasional pada diplomasi Panda 1973 dan 2012.
Pada diplomasi Panda 1973 maka kepentingan Tiongkok (national
interest) adalah ingin menjalin kedekatan dengan Prancis karena Prancis
merupakan mitra penting guanxi (seeking political comrade). Hal ini penting
dilakukan terutama pada kondisi saat itu yang mana sedang dilanda perang dingin,
rivalisme komunis global dan masalah ekonomi domestik yang perlu diselesaikan
oleh Tiongkok. Sehingga diplomasi Panda ditujukan untuk mendekatkan diri
dengan guanxi. Hal ini juga yang menjadi alasan Tiongkok tidak memperberat
syarat diplomasi Panda ke Prancis pada 1973, yang mana bentuknya berupa
hadiah.
Dalam hal ini, terdapat pertimbangan mengapa diplomasi Panda dipilih
oleh Tiongkok untuk mencapai tujuan mendapatkan uranium. Dalam hal ini
terdapat beberapa pertimbangan mengapa diplomasi Panda dipilih sebagai action
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam bidang energi uranium. Pertama,
Panda merupakan satwa endemik yang hanya terdapat di Tiongkok. Populasi
Panda yang sedikit kerap membuat hewan ini dijadikan sebagai simbol
penyelamatan lingkungan dan hewan dari kepunahan. Dengan diplomasi Panda,
Tiongkok dapat berdiri sebagai negara yang berperan dalam penanggulangan
31
kepunahan satwa langka. Tiongkok mencitrakan diplomasi Panda sebagai langkah
untuk menyelamatkan satwa dari kepunahan dan menjaga kelestarian lingkungan.
Hal ini ditambah uang peminjaman dialokasikan untuk pelestarian Panda. Dengan
tujuan ini maka membuat negara-negara lain sulit untuk menolak tawaran
meminjam Panda, termasuk Prancis. Apalagi Prancis merupakan salah satu negara
di dunia yang peduli terhadap lingkungan dan pelestarian satwa liar. Sehingga
opsi bagi Prancis untuk menolak tawaran diplomasi Panda sangat rendah.
Kedua, dengan posisi yang demikian maka barter yang dilakukan berupa
Panda dan uranium merupakan langkah yang logis, mengingat kesempatan
Prancis untuk menolak hal terrendah. Di sisi lain Prancis merupakan salah satu
produsen dan eksportir enriched-uranium terbesar di dunia. Dengan demikian
maka opsi diplomasi Panda wajar dilakukan.
Dengan penjelasan dalam sub-bab 2.3 diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepentingan Tiongkok melalui diplomasi Panda terhadap
Prancis adalah untuk mendapatkan uranium, yang mana sangat dibutuhkan untuk
memenuhi pasokan uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir yang dimiliki
oleh Tiongkok. Disamping itu juga di dorong oleh adannya proyek ambisius
Tiongkok pada level internasional yaitu adanya OBOR. Yang mana tentu proyek
ini membutuhkan sumber daya yang sangat besar.
Untuk bab ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa diplomasi Panda
telah dipraktekan sejak era Tiongkok kuno hingga modern. Di mana pengiriman
Panda dilakukan sebagai bentuk kedekatan Tiongkok dengan negara
bersangkutan. Dalam era modern, Prancis merupakan salah satu negara Barat
32
yang dekat dengan Tiongkok, sehingga Prancis juga telah mendapatkan hadiah
Panda dari Tiongkok pada tahun 1973. Namun pada tahun 2002, Panda tersebut
meninggal hingga kemudian dimulailah pengiriman Panda kembali pada tahun
2012. Di mana tentu pengiriman ini merupakan simbol bahwa Prancis adalah
guanxi daripada Tiongkok, atau teman dekat. Adapun kepentingan dari Tiongkok
dalam mnggunakan diplomasi Panda adalah karena di dorong oleh situasi
internasional saat itu yang mendorong Tiongkok membutuhkan sumber energi,
maka Prancis sebagai penyedia enriched uranium dipilih guna mendapatkan
sumber energi tersebut.
33
BAB III
ANALISIS SOFT POWER TERHADAP DIPLOMASI PANDA
TIONGKOK KE PRANCIS
Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai analisis implementasi soft
power terhadap diplomasi Panda yang dilakukan oleh Tiongkok ke Prancis. Untuk
menjabarkan analisis, penulis menggunakan pendekatan soft-power menurut
Joseph Nye Jr. Dengan demikian maka terdapat tiga komponen soft-power, oleh
karena itu pembahasan dalam bab ini akan dibagi menjadi ketiga komponen
tersebut, Pertama, Domestic Values, yaitu nilai-nilai Domestik yang dimiliki oleh
Tiongkok. Kedua, Cultures, Budaya yang dipraktekkan oleh Tiongkok; Ketiga,
Foreign Policies, yaitu menjelaskan mengenai pola politik luar negeri Tiongkok,
terutama dalam kaitannya dengan penggunaan diplomasi Panda (Joseph S. Nye,
Public Diplomacy and Soft Power, 2008, p. 11).
3.1 Budaya (Cultures) Panda Sebagai Budaya Tiongkok
Pada hal ini, Joseph Nye Jr menjelaskan mengenai makna “cultures”
dalam Soft-power. Budaya menurut Joseph Nye adalah kumpulan nilai dan
praktik yang menciptakan arti atau bermakna bagi suatu masyarakat. Budaya juga
memiliki banyak manifestasi, dan memiliki tingkatan. High culture merupakan
budaya yang dapat berwujud dalam literatur, seni, dan pendidikan, yang mana hal-
hal ini menarik perhatian para elites. Sementara itu tingkatan lain adalah Popular
culture, popular culture, seperti industri hiburan yang menarik khalayak umum
(Nye, 2004, p. 11).
34
Dengan penjelasan demikian maka berdasarkan penjelasan Joseph Nye Jr.
diatas maka budaya (cultures) dapat berupa high cultures dan popular cultures.
Masing-masing jenis budaya juga memiliki tujuan sasaran penikmat yang
berbeda. Dalam hal ini Panda merupakan bagian daripada popular cultures.
Alasan Panda bukan merupakan high cultures karena kelompok yang menggemari
Panda sebagai hewan yang menggemaskan tidak hanya berasal dari kalangan elit,
namun kebanyakan adalah masyarakat umum. Digemarinya Panda sebagai sebuah
popular cultures juga di dorong oleh beberapa alasan.
Menurut Ron Swaisgood, Direktur Applied Animal Biology, San Diego
Zoo Institute for Conservation Research terdapat beberapa alasan mengapa kita
“manusia kebanyakan” menyukai hewan Panda. Pertama, Panda mengingatkan
pada diri kita sendiri, di mana pada beberapa hal menyerupai manusia, seperti cara
makan Panda yang dilakukan dengan duduk dan memegang makanan dengan
tangan lalu mengunyahnya. Ron Swaisgood menambahkan bahwa pengunjung
kebun binatang suka melihat cara Panda makan, terutama terpukau dengan cara
makan Panda yang menggengam makanan di tangan dan mengunyah makanan
layaknya manusia. Cara Panda makan dengan duduk di lantai mengingatkan
penunjung tentang kebiasaan manusia duduk di lantai (BBC News, 2011).
Kedua, menurut Ron Swaisgood, alasan lain adalah Panda memiliki corak
bulu di mata yang unik. Lingkaran hitam yang berada di area mata Panda
membuat Panda seolah memiliki mata yang besar. Orang-orang menyukai mata
besar karena mengingatkan mereka akan anak-anak. Ketiga, Panda membuat kita
tertawa, intensitas kawin Panda yang sangat rendah, membuat beberapa penelilti
melakukan berbagai cara agar mendorong terjadinya reproduksi, diantaranya
35
dengan memberikan herbal bahkan membuat video porno Panda yang ditujukan
untuk Panda. Dalam kasus pada perang dingin bahkan Panda yang berasal
diterbangkan ke Moskow hanya untuk kawin meski pada akhirnya gagal.
Kegagalan ini pada akhirnya menjadi bahan tertawaan (BBC News, 2011).
Keempat, Panda adalah hewan pemalu. Manusia menyukai Panda karena
melihat hewan ini pemalu terutama di alam liar. Kelima, Panda menjadi simbol
WWF (World Wide Fund) yang mana untuk mengingatkan dunia akan kepunahan
Panda dan pentingnya melakukan reservasi (perlindungan) alam liar. Pada
akhirnya Panda memiliki simbol dan citra dalam marketing, bahkan menjadi
simbol politik negara Tiongkok dengan sistem sewa pinjam. Keenam, Panda
adalah hewan langka yang jumlahnya juga hanya dapat ditemukan di Tiongkok,
selain itu Panda juga merupakan simbol hewan herbivore (vegetarian) yang cinta
damai (BBC News, 2011).
Dengan enam alasan diatas, maka Panda dianggap sebagai hewan yang
digemari publik umum “popular cultures”, tidak hanya di dalam negeri Tiongkok
namun juga di negara-negara lain termasuk Prancis. Meskipun dari aspek audiens,
diplomasi Panda termasuk sebagai popular cultures. Namun keterlibatan
pemerintah Tingkok dalam negosiasi mengenai sistem penyewaan Panda dan lain-
lain merupakan bentuk bahwa ada keterlibatan elites dalam hal ini. Aspek
Government to government relations dalam deal peminjaman Panda merupakan
kunci utama, sehingga peranan elites juga sangat besar dalam hal ini.
Peranan pemerintah Tiongkok dalam popular cultures, tidak terlepas dari
adanya setting agenda yang menjadi daya tarik (attraction). Dengan pertimbangan
36
dari bahasan sebelumnya maka dapat ditarik garis besar bahwa daya tarik yang
Tiongkok gunakan dalam diplomasi Panda adalah sebagai berikut; Pertama,
Panda merupakan simbol pelestarian lingkungan. Diketahui dalam pembahasan
sebelumnnya bahwa Panda merupakan hewan yang sebelumnnya terancam punah,
faktor perburuan, lambatnya reproduksi dan rusaknya ekosistem mendorong status
Panda sebagai hewan yang terancam punah. Internasionalisasi Panda sebagai
simbol pelestarian lingkungan dan penyelamatan hewan mendapatkan momen saat
World Wide Fund (WWF), sebuah NGO Internarnasional yang bergerak dalam
bidang penyelamatan lingkungan menjadikan Panda sebagai hewan yang ada
dalam logonnya. Menurut survei tahun 2004, saat ini terdapat 1.596 jumlah Panda
yang ada di alam liar, hal ini meningkat dibandingkan survei pada tahun 1985-88
yang berjumlah 1.114 ekor Panda. Disamping itu juga terjadi perluasan luar lahan
untuk Panda sebesar 11.3% dari tahun 2003, artinya sekarang Panda memiliki area
seluas, 2.577.000 hektar. Adannya peningkatan jumlah Panda di dalam liar
menurut WWF tidak terlepas dari peran pemerintah Tiongkok. WWF memuji
kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok dalam peningkatan jumlah
Panda di alam liar.
The new figures show that the hard work of the Chinese government, local
communities, nature reserve staff and WWF is paying off (WWF, n.d.).
Dijadikannya Panda sebagai logo WWF serta Pujian yang diberikan oleh
WWF terhadap kerja keras pemerintah Tiongkok merupakan salah satu
keberhasilan Tiongkok dalam membangun daya tarik masyarakat dunia terhadap
Panda. Keberhasilan Panda sebagai simbol pelestarian lingkungan juga
menjadikan organ PBB yaitu “United National Development Programme”
mengambil Panda sebagai animal ambassador yaitu Qiqi dan Diandian.
37
Disamping itu UNDP juga mengambil nama Panda sebagai gelar bagi pejuang
pelestarian lingkungan “Panda Champions” yang setiap tahunnya diseleksi dari
seluruh penjuru dunia. Gelar ini disematkan bagi mereka yang memperjuangkan
pelestarian lingkungan yang diamanatkan dalam SDGs (Sustainable Development
Goals) (UNDP, 2017).
Kedua, Panda merupakan simbol bagi guanxi yang merupakan istilah yang
hanya digunakan untuk negara yang memiliki kedekatan dengan Tiongkok.
Setelah Tiongkok berhasil membangun daya tarik bahwa Panda merupakan
simbol pelestarian lingkungan. Selanjutnya Tiongkok membangun simbol bahwa
pemeberiaan atau peminjaman Panda hanya dilakukan kepada negara-negara yang
memiliki kedekatan dengan Tiongkok. Sehingga setiap negara-negara yang
diberikan pinjaman Panda oleh Tiongkok tentu menunjukkan adanya Goodwill
atau niatan baik dari Tiongkok untuk menjalin hubungan yang lebih dekat. Oleh
sebab itu, tidak semua negara mendapatkan penawaran untuk mendapatkan
pinjaman Panda dari Tiongkok. Prancis sendiri merupakan salah satu negara yang
paling awal dalam mendapatkan hadiah Panda dari Tiongkok. Sejalan dengan
perkembangan waktu juga, Prancis merupakan negara yang mendapatkan
pinjaman Panda dari Tiongkok. Hal ini menunjukkan kedekatan Tiongkok dengan
Prancis.
3.2 Nilai dan Kebijakan Domestik Tiongkok (Domestic Values and Policies)
Dalam menjelaskan komponen nilai-nilai domestik (domestic values),
Joseph Nye Jr. mengambil soft-power Amerika Serikat sebagai studi kasus yang
dibahas dalam tulisannya. Lebih lanjut Joseph Nye Jr. mengatakan bahwa ;
38
The United States, like other countries, expresses its values in what it does as
well as what it says. Political values like democracy and human rights can be powerful sources of attraction, but it is not enough just to proclaim them (Joseph
S. Nye, 2004).
Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa negara
mengekspresikan nilai-nilai yang dianut dalam tindakan dan juga ucapan. Dalam
hal ini Joseph Nye memberikan contoh nilai demokrasi dan hak asasi manusia
yang menjadi nilai yang dimiliki oleh Amerikat Serikat sebagai sumber daya
Tarik (attraction). Namun nilai-nilai hak asasi manusia dan demokrasi tidak hanya
disebarkan dalam forum internasional melainkan juga diterapkan dalam kondisi
domestik.
Pada penelitian ini, setting agenda dibalik diplomasi Panda yang telah
diterapkan oleh Tiongkok adalah citra upaya penyelematan dan pelestarian
lingkungan. Selain itu juga menunjukkan bahwa negara yang mendapatkan
pinjaman Panda dari Tiongkok merupakan guanxi atau teman dekat,
menyimbolkan adanya keinginan Tiongkok untuk menjalin hubungan erat.
Berdasarkan Joseph Nye Jr. Soft Power akan berdampak secara signifikan apabila,
values dalam setting agenda tidak hanya dikampanyekan pada level internasional.
Melainkan juga dilakukan sendiri oleh negara bersangkutan dalam hal ini
Tiongkok di dalam negeri. Oleh karena itu dalam rangka diplomasi Panda dapat
diterima dan memiliki dampak yang signifikan maka, Tiongkok harus dapat
menerapkan nilai-nilai yang ada dalam setting agenda, baik di level domestik
maupun internasional.
39
3.2.1 Pandangan Pemerintah Tiongkok Terhadap Panda
Penjelasan pada sub-bab ini adalah bagaimana pemerintah memanfaatkan
Panda atau bagaimana pandangan pemerintah mengenai Panda. Telah diketahui
pada pembahasan sebelumnya bahwa Panda telah digunakan sebagai alat
diplomasi sejak masa kuno Tiongkok. Meskipun demikian, pandangan positif
masyarakat Tiongkok terhadap Panda tidak dimulai sejak masa kuno, melainkan
dimulai pada awal 20, di mana Panda mulai diangkat sebagai simbol nasional
sejak Partai Komunis Tiongkok berkuasa (Olesen, 2014).
Panda awalnya masyarakat Tiongkok memandang Panda sebagai monster
menyeramkan yang mirip dengan babi dan tapir. Panda juga dikabarkan dapat
mengoyak gerbang kota pada zaman dahulu kala. Oleh karena statusnya yang
demikian menyebabkan Panda tidak begitu popular dalam masyarakat Tiongkok
kala itu. Sehingga dalam sejarah kuno dan kerajaan Tiongkok, Panda tidak
memiliki peran dan simbol yang signifikan bagi negara. Hal ini pula yang
mendorong Partai Komunis Tiongkok memilih Panda sebagai ikon nasional,
menurut Elena Songster dengan adanya bebas label yang melekat pada Panda,
maka menjadikan partai Komunis Tiongkok yang baru saja berkuasa saat itu
menjadikan panda sebagai hewan nasional, disamping Panda merupakan hewan
yang langka, juga merupakan hewan bebas label dan glorifikasi dan simbolisasi
oleh kekuasaan imperial pada masa lampau. Hal ini sejalan dengan ide revolusi
proletar Tiongkok yang mejauhkan diri dari warisan imperialisme dan feudalisme
Dengan demikian dipilihlah Panda sebagai simbol nasional Republik Rakyat
Tiongkok dibawah Partai Komunis Tiongkok (Nicholls, 2010).
40
Pada periode 1957-1980-an, Dibawah Mao Zedong dan partai Komunis
Tiongkok, Tiongkok meluaskan penggunaan Panda sebagai hadiah ke berbagai
negara, hingga kemudian beralih menggunakan sistem sewa kepada negara-negara
yang dianggap memiliki hubungan yang penting dengan Tiongkok. Pandangan
dan visi yang sama juga dilakukan oleh presiden-presiden Tiongkok paska
meninggalnya Mao Zedong, seperti Hu Jiantao dan Xi Jinping. Peranan Panda
juga dipandang penting oleh Partai tunggal yang berkuasa yaitu Partai Komunis
Tiongkok, di mana Panda juga menjadikan Panda, seperti video lucu panda
misalnya sebagai propaganda, baik dalam domestik maupun luar negeri (Spencer,
2016).
Dengan adanya pandangan penting terhadap Panda sebagai simbol
nasional dan simbol Tiongkok yang terbebas dari sejarah imperliasme, maka
Tiongkok juga melakukan beberapa hal sebagai bentuk realisasi dari
komitmennya. Dalam pembahasan selanjutnya dibahas mengenai kebijakan-
kebijakan domestic Tiongkok terkait dengan Panda. Yang mana realisasi ini
membuktikan komitmen kuat Tiongkok dalam menjaga Panda sebagai hewan atau
simbol nasional Tiongkok.
3.2.2 Kebijakan Domestik Tiongkok Terkait Panda
Dalam pembahasan sebelumnya diketahui bahwa Tiongkok memiliki
agenda Agenda dibalik diplomasi Panda terhadap Prancis, yaitu untuk
“menyelamatkan dan melestarikan lingkungan” bahkan Panda setelah menjadi
simbol dunia untuk menyelamatkan dan melestarikan lingkungan. Agenda
tersebut juga didukung oleh adanya kebijakan-kebijakan domestik yang
41
membuktikan bahwa Tiongkok serius dalam menyelematkan dan melestarikan
lingkungan. Diantara beberapa kebijakan-kebijakan dalam negeri yang terkait
dengan penyelamatan dan pelestarian lingkungan adalah sebagai berikut;
Pertama, kebijakan perluasan habitat Panda. Seperti diketahui bahwa salah
satu faktor yang mendorong Panda pernah dikategorikan sebagai salah satu hewan
yang terancam punah adalah berkurangnya habitat Panda di alam liar. Habitat
Panda yang secara alami berada di wilayah Republik Rakyat Tiongkok berkurang
dari dekade ke dekade. Pada gambar III.1 dapat dilihat bagaimana habitat Panda
berkurang secara signifikan dari tahun 1800-san ke tahun 1993. Habitat Panda
pada tahun 1800 masih sangat luas, namun turun secara signifikan di tahun 1993.
Hal inilah yang menjadi salah satu pendorong berkurangnya populasi Panda di
alam liar.
Dengan berkurangnnya luas lahan habitat Panda, maka pemerintah
Tiongkok mengambil langkah yaitu dengan memperluas habitat Panda di
Tiongkok. Perluasan yang dilakukan Tiongkok adalah dengan memperluas lahan
bambu yang merupakan habitat asli Panda.
42
Kedua, Pembangunan pusat pengembangbiakan Panda. Tiongkok
juga mengatasi berkurangnya jumlah Panda dengan mendirikan pusat
penangkaran dan pengembangbiakan. Upaya untuk mengawinkan Panda
merupakan hal yang penting untuk dilakukan, hal ini didasari pada fakta bahwa
Panda memiliki intensitas kawin yang rendah. Seekor Panda Betina hanya
memiliki beberapa hari masa subur, sementara itu pejantan Panda memiliki minat
kawin yang rendah, ditambah lagi dengan peluang untuk survive di alam liar.
Faktor-faktor inilah yang mendorong pendirian beberapa pusat penangkaran dan
pengembangbiakan Panda.
Gambar 3.1
Habitat Panda 1800,1900 dan 1993
Sumber : (Gong, p. 245)
43
Saat ini terdapat empat pusat penangkaran dan pengembangbiakan Panda
yang tentu hanya dapat ditemukan di Republik Rakyat Tiongkok. Pada tabel 3.1
dapat dilihat nama, lokasi serta tahun pendirian tempat penampungan Panda di
Tiongkok. Dengan adannya tempat penangkaran maka peluang reproduksi Panda
telah meningkat. Hal ini karena di dorong dengan adanya perawatan yang
maksimal, iseminasi buatan yang membuat Panda dapat mengandung dan
melahirkan bayi kembar. Yang mana hal-hal tersebut telah membuat Panda tidak
lagi termasuk dalam kategori hewan terancam punah (WWF, n.d.).
Tabel 3.1
Pusat Penampungan Panda
No. Nama Tempat Penampungan Lokasi Tahun
Pendirian
1. Chengdu Research Base of Giant
Panda Breeding
Chengdu,
Sinchuan
1980-an
2. Dujiangyan Panda Base Chengdu, Sichuan 2013
3. Gengda Giant Panda Center Gengda, Wolong 2009
4. Bifengxia Panda Center Bifengxia, Sichuan 2003
Sumber : (Panda.org, n.d.) (Petri, 2016)
3. 3 Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policies)
Dalam menjelaskan komponen kebijakan luar negeri (Foreign Policies),
Joseph Nye Jr juga menjelaskannya dengan studi kasus soft-power Amerika
Serikat.
44
The attractiveness of the United States also depends very much upon the values
we express through the substance and style of our foreign policy (Joseph S. Nye, Public Diplomacy and Soft Power, 2008).
Similarly, policies that express important values are more likely to be attractive
when the values are shared
Pada kutipan diatas, maka diketahui bahwa daya tarik sebuah negara
tergantung dengan bagaimana nilai tersebut diterjemahkan dalam substansi dan
gaya kebijakan politik luar negeri. Disamping itu sebuah nilai akan lebih mudah
menjadi daya tarik ketika menjadi nilai bersama. Dengan penjelasan tersebut
maka, terdapat sebuah kata kunci yang penting yaitu apakah ada nilai bersama
dalam pemahaman Tiongkok dan Prancis dalam diplomasi Panda? Apakah
komitmen menyelamatkan dan melestarikan lingkungan merupakan sebuah nilai
bersama Tiongkok dan Prancis? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini maka
sub-bab ketiga menjelaskan mengenai bagaimana Prancis dalam memandang
setting agenda diplomasi Panda. Sehingga pada akhirnya Prancis setuju untuk
menandatangani perjanjian penyewaan Panda, dan setuju untuk menjual uranium
bagi Tiongkok.
3.3.1 Upaya Tiongkok Dalam Internasionalisasi Panda
Dalam sub-bab ini dibahas bagaimana upaya Tiongkok dalam melakukan
internasionalisasi agenda setting Panda. Sehingga kemudian mampu diterima
sebagai shared-values oleh orang-orang yang berada pada level internasional.
Dalam hal ini kebijakan polugri tidak hanya terkait dengan budaya namun juga
ekonomi. Diantara beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Tiongkok dalam
melakukan internasionalisasi Panda adalah sebagai berikut; Pertama, Tiongkok
menjalin kerjasama dengan World Wide Fund sejak awal pendirian LSM
45
internasional ini, Tiongkok telah berhasil dalam mendorong hewan endemiknya
yaitu Panda menjadi simbol atau logo yang digunakan oleh WWF. Seperti dalam
pembahasan sebelumnya, dipilihnya logo Panda sebagai simbol WWF karena
Panda direpresentasikan sebagai hewan yang terancam punah pada waktu itu,
sehingga lolosnya Panda sebagai simbol WWF juga merupakan kemenangan bagi
setting agenda Tiongkok. Negara Tiongkok telah berhasil dalam menciptakan
label bahwa Panda merupakan simbol penyelamatan dan pelestarian lingkungan,
maka diplomasi Panda pun juga dilakukan oleh adanya misi yang sama yaitu
untuk menyelamatkan lingkungan.
Dalam perkembangan waktu, WWF memiliki penambahan jumlah anggota
negara mencapai 100 negara, dengan termasuk beberapa negara-negara adidaya
dan medium-power masuk ke dalam organisasi tersebut. Dalam sejalannya waktu
juga peran Panda semakin meningkat, simbolisasi Panda sebagai hewan simbol
penyelamatan dan pelestarian lingkungan tetap berlanjut, seperti pada tahun 2017,
WWF bertempat di Tiongkok meluncurkan hari Panda Internasional. Dalam
kesempatan tersebut CEO WWF Tiongkok juga menekankan bahwa peluncuran
hari internasional Panda menjadi tonggak untuk penyelamatan spesies lain (In,
2017). Adanya 100 cabang WWF di 100 negara, dengan simbol yang sama tentu
telah membantu mendorong labelisasi Panda sebagai simbol konservasi
lingkungan.
Kedua, pemerintah Tiongkok juga secara tidak langsung berkontribusi
dalam mendorong organ PBB seperti UNDP dalam mengambil Panda sebagai
simbol duta besar bagi lingkungan dunia. Pengambilan Panda sebagai duta besar
lingkungan dan SDGs tidak terlepas dari kerjasama UNDP dan pemerintah
46
Tiongkok di Chengdu. Kelahiran dua bayi Panda diambil juga sebagai kelahiran
Panda sebagai duta besar lingkungan dunia. Dalam website UNDP juga mengakui
bahwa Panda merupakan simbol bagi penyelamatan dan pelestarian lingkungan.
“Pandas symbolize the plight of the world’s diminishing wildlife in the face of
climate change and the loss of natural habitats. But that plight doesn’t affect just
wildlife like the pandas – both biodiversity and healthy ecosystems are essential
for improving and sustaining human wellbeing (UNDP, n.d.).”
Dengan diakuinya Panda oleh rezim internasional UNDP yang juga
dijadikan sebagai simbol SDGs maka tentu tidak terlepas dari peran Tiongkok
dalam melibatkan UNDP dalam perkembangan pengembangbiakan Panda di
Tiongkok. Di mana Tiongkok melibatkan UNDP di setiap kegiatan yang berkaitan
dengan Panda di Tiongkok. Dengan demikian maka UNDP juga secara tidak
langsung merasa terlibat dan terpengaruh dengan adanya hal demikian.
Ketiga, pendekatan bilateral, seperti yang diketahui bahwa Tiongkok pada
masa awal abad 20 kerap memberikan Panda sebagai hadiah, sementara itu
memasuki awal abad 21 Tiongkok memberlakukan sistem sewa Panda. Tak jarang
pula hadiah dan sewa Panda dilakukan setelah adanya ketertarikan secara
langsung pemimpin negara tetangga terhadap Panda. Seperti yang dilakukan oleh
perdana menteri Inggris pada tahun 1974, yaitu Edward Heath yang secara
langsung meminta Panda untuk Inggris. Hal serupa juga dilakukan oleh ibu negara
Amerika Serikat Pat Nixon yang sangat tertarik dengan Panda pada kunjunganya
bersama presiden Nixon tahun 1972. Perdana Menteri Tiongkok saat itu Zhou
Enlai menanggapi hal tersebut dengan menawarkan pemberian sepasang Panda
kepada Amerika Serikat. Pendekatan-pendekatan bilateral anta elit negara juga
tidak terbatas pada dua kasus diatas, namun juga terjadi pada beberapa negara
yang memiliki posisi penting bagi Tiongkok. Dengan adanya pendekatan
47
semacam ini juga mempekuat posisi Panda sebagai simbol diplomasi pada level
internasional (Nichter, 2014)
Pada kasus diplomasi Panda Tiongkok dengan Prancis, permintaan
terhadap Panda justru datang dari Prancis setelah kematian Panda yang diberikan
sebagai hadiah kepada Prancis pada tahun 1970-an. Perjanjian bilateral sepakat
bahwa peminjaman Panda di ikuti dengan adannya pembayaran sewa sebesar
USD$ 1.000.000 per tahun. Prancis juga membayar sewa setiap bayi Panda yang
lahir di kebun binatang di Prancis sebesar USD$ 500.000 setiap tahunnya.
Pembayaran sewa ini digunakan oleh Tiongkok dalam mendanai kebijakan dalam
negeri untuk melestarikan dan menyelamatkan populasi Panda. Dengan demikian,
perlu ditinjau bagaimana pandangan pemerintah Tiongkok terhadap Panda, serta
bagaimana pandangan tersebut di implementasikan pada level domestic. Sub-sub
bab selanjutnya akan membahas mengenai dua hal tersebut.
Adapun penjelasan mengapa pada akhirnya diplomasi Panda diminati oleh
Prancis akan dijabarkan pada penjelasan berikutnya. Pada penjelasan berikutnya
dijabarkan mengapa nilai-nilai yang melekat pada Panda sebagai sebuah simbol
dapat diterima dengan baik oleh Prancis, sehingga kemudian Prancis berkenan
untuk membayar uang sewa, uang kelahiran dan barter uranium.
3.3.2 Analisis penerimaan Diplomasi Panda oleh Prancis
Mengapa Prancis tertarik pada Diplomasi Panda? Prancis merupakan
negara yang peduli terhadap upaya pelestarian alam, dan penyelamatan
lingkungan. Disepakatinya Paris Agreement pada tahun 2016 di Paris, Prancis
merupakan salah satu bentuk kepemimpinan Prancis dalam menyelamatkan bumi
dari pemanasan global. Tidak hanya pada tahun 2016, komitmen Prancis untuk
48
menanggulangi masalah lingkungan juga diterapkan oleh presiden Nikolas
Sarkozy pada tahun 2012. Tahun yang sama dengan pengiriman Panda ke Prancis
oleh Tiongkok.
Dibawah pemerintahan Nikolas Sarkozy, Prancis juga fokus dalam
pelestarian lingkungan dari kerusakan. Pada tahun 2009, Presiden Nikolas
Sarkozy menyerukan pendirian organisasi internasional yang fokus dalam
menangani masalah linkungan.
"We will fight, hand in hand, a battle against the consequences of climate change. We must create a global organization on the environment” (DW News,
2009)
Disamping menyerukan pendirian organisasi yang menangani lingkungan,
presiden Nikolas Sarkozy juga menyerukan tindakan baru untuk menangani
perubahan iklim pada KTT G-8 di Italia. Dengan komitmen terhadap pelestarian
lingkungan yang kuat, maka tidak heran jika kemudian Prancis dibawah Nicolas
Sarkozy setuju dengan setting agenda Tiongkok yang tersemat dalam diplomasi
Panda yaitu melestarikan dan menyelematkan lingkungan. Di mana Panda pada
saat itu juga telah menjadi simbol pelestarian dan penyelamatan lingkungan dunia,
yang mana NGO penyelamat lingkungan juga bahkan menjadikan Panda sebagai
simbol atau logo LSM tersebut (DW News, 2009).
Adanya kecocokan nilai atau adanya shared values antara setting agenda
Tiongkok dan nilai yang dipegang Prancis terutama dibawah Nicolas Sarkozy
tentu membuat diplomasi Panda terlihat menarik (attractive) bagi Prancis. Dengan
demikian maka tidak heran jika pada saat itu, presiden Nicolas Sarkozy pribadilah
yang meminta agar Presiden Tiongkok, Hu Jiantao untuk mengirimkan Panda ke
Prancis, untuk ditempatkan di kebun binatang Beauval (Zoo Beauval, n.d.).
49
Presiden Hu Jiantao berpendapat bahwa Tiongkok mempercayakan
pengembangbiakan Panda ke Prancis melalui Beauval Zoo for for a conservation
and research programme pada tahun 2012 (The Telegraph, 2011).
Dengan demikian maka, adanya ketertarikan Prancis terhadap diplomasi
Panda adalah di dorong oleh adanya nilai bersama antara Prancis dan Tiongkok.
Nilai bersama tersebut adalah adanya fokus dalam pelestarian dan penyelamatan
lingkungan oleh Tiongkok dan Prancis. Dengan adanya nilai bersama ini maka
Prancis melihat diplomasi Panda sebagai hal yang menarik (attractive) sehingga
mau membayar biaya sewa serta barter dengan penjualan uranium yang bernilai
jutaan dollar kepada Tiongkok.
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diplomasi Panda yang dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT)
terhadap Prancis telah dimulai sejak tahun 1973 dengan pengiriman Yen Yen &
Li Li. Diplomasi Panda saat itu dilakukan sebagai hadiah bagi presiden Prancis
saat itu. Namun pada perkembanganya sepasang Panda tersebut meninggal pada
tahun 2000. Akibatnya membuat Prancis tidak lagi memiliki Panda. Dengan
kondisi ini, Prancis melakukan lobi terhadap Tiongkok, maka setelah perundingan
yang lama disepakatilah pengiriman sepasang Panda dengan sistem sewa selama
10 tahun. Setiap tahunnya Prancis juga diwajibkan membayar sewa Panda sebesar
USD$ 1.000.000 untuk setiap Panda. Prancis juga harus membayar setiap bayi
Panda yang lahir dari penangkaran. Di mana Prancis mendapatkan bayi Panda
kembar bernama Yuan Meng dan kembaranya yang lahir pada tahun 2017, untuk
setiap bayi Panda maka Prancis harus membayar USD$ 500.000 per tahun.
Adapun Tiongkok memiliki kepentingan dalam melakukan diplomasi
Panda ke Prancis. Pada penelitian ini kepentingan nasional Tiongkok diukur
dengan konsep kepentingan nasional versi Kenneth Waltz. Berdasarkan pemikiran
Waltz kepentingan nasional Tiongkok dibentuk oleh adanya situasi internasional
yang saat itu terjadi. Dengan demikian maka situasi internasional yang terjadi saat
itu adalah Tiongkok sedang melakukan proyek besar-besaran melalui One Belt
One Road, serta berusaha untuk menyuplai sumber pembangkit listrik tenaga
nuklir. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Tiongkok berusaha untuk
51
mencari negara penghasil enriched uranium. Di saat yang sama Prancis
merupakan salah satu negara penghasil enriched uranium terbesar di dunia. Maka
di saat Prancis juga membutuhkan pinjaman Panda, maka Tiongkok mengambil
kesempatan ini, hingga pada akhirnya dicapai kesepakatan peminjaman Panda,
disertai dengan deal ekspor uranium Prancis ke Tiongkok yang nilai transaksinya
mencapai jutaan dollar Amerikat Serikat.
Adapun implementasi soft-power Tiongkok melalui diplomasi Panda
terhadap Prancis ditinjau dari pendekatan soft-power menurut Joseph Nye Jr.
Dalam Pandangan Joseph Nye Jr, terdapat tiga hal yang dapat diterapkan. Yaitu
Pertama, Budaya, dalam hal ini Joseph Nye Jr. menjelaskan bahwa sebuah soft-
power harus merupakan budaya dalam negara asal, di mana terdapat dua segmen
penonton tujuan. Yaitu high-cultures dan popular-cultures, dalam penelitian ini,
Panda merupakan termasuk popular cultures karena Panda tidak hanya disukai
oleh kalangan elit, namun juga oleh publik. Meskipun demikian semua proses
peminjaman Panda dilakukan pada level government to government sehingga
keterlibatan elites tidak dapat dinafikan dalam hal ini. Disamping budaya, terdapat
juga setting agenda yang dimainkan oleh Tiongkok, di mana hal tersebut adalah,
a.) Adanya pembangunan opini bahwa Panda merupakan simbol pelestarian dan
penyelamatan lingkungan; b.) Diplomasi Panda hanya dilakukan terhadap negara-
negara yang dianggap penting guanxi bagi Tiongkok. Maka terdapat dua pesan ini
dibalik sebuah transaksi diplomasi Panda.
Kedua, Kebijakan dan Nilai Domestik. Diambilnya Panda sebagai simbol
nasional tidak terlepas dari posisi Panda sebagai hewan bebas label peninggalan
imperialisme kuno Tiongkok. Sehingga Partai Komunis Tiongkok berusaha
52
memberi label terhadap Panda, serta berupaya untuk mengembangkan setting
agenda yang ada. Di mana setting agenda tersebut adalah nilai penyelamatan dan
pelestarian lingkungan. Nilai-nilai dalam setting agenda akan tidak memiliki
dampak yang besar apabila Tiongkok tidak menerapkan dalam level domestik.
Sehingga Tiongkok melakukan komitmen terhadap pelestarian dan penyelamatan
lingkungan di dalam negerinya. Terdapat dua langkah yang dilakukan oleh
Tiongkok, yaitu pelebaran habitat Panda, dan pendirian pusat pengembangbiakan
Panda di Tiongkok. Yang mana dua hal tersebut telah berhasil mendorong
populasi Panda di dunia.
Ketiga, Kebijakan Luar Negeri. Menurut Joseph Nye Jr. suatu soft-power
atau nilai akan menjadi daya tarik apabila adanya nilai bersama. Dalam hal ini
Tiongkok melakukan upaya internasionalisasi agar setting agenda dalam Panda
dapat diterima sebagai shared-ideas pada level internasional, diantaranya
dilakukan melalui beberapa upaya baik melalui WWF, PBB dan pendekatan
bilateral. Upaya internasionalisasi setting agenda tersebut pada akhirnya juga
berpengaruh pada Prancis. Dalam hal ini Tiongkok memiliki nilai bersama dengan
Prancis, yaitu komitmen untuk menyelamatkan dan melestarikan lingkungan.
Maka ketika terdapat banyak persyaratan, Prancis menerima persyaratan tersebut.
Hal ini disebabkan karena Tiongkok telah berhasil dalam mengaktualisasikan soft-
power dengan membangun citra Panda sebagai simbol penyelamatan dan
pelestarian lingkungan. Di sisi lain Prancis juga berkomitmen pada penyelamatan
dan pelestarian lingkungan bahkan Prancis menjadi pemimpin dalam terciptanya
Paris Agreement, serta sejak tahun 2009 Presiden Prancis Nicolas Sarkozy
menyerukan adanya pendirian organisasi internasional yang fokus dalam
53
menangani penyelamatan lingkungan hidup dari kerusakan terutama karena
perubahan iklim.
Dengan demikian, dari penelitian ini dapat dipahami bahwa diplomasi
Panda digunakan terhadap Prancis agar Tiongkok dapat mendapatkan akses
terhadap enriched-uranium yang mana Prancis merupakan salah satu negara
eksportir terbesar enriched-uranium. Bersedianya Prancis untuk membayar biaya
sewa serta melakukan barter Panda dengan uranium disebabkan oleh berhasilnya
soft-power daripada diplomasi Panda yang dimiliki oleh Tiongkok. Tiongkok
berhasil mengasosiasikan Panda (diplomasi Panda) dengan arti “penyelamatan
dan pelestarian lingkungan”, sehingga negara yang mau menerima diplomasi
Panda dapat dikatakan negara yang peduli dengan penyelamatan dan pelestarian
lingkungan hidup. Dalam hal ini Prancis merupakan negara yang peduli terhadap
lingkungan, dibuktikan dengan usulan-usulan Presiden Prancis kala itu yaitu
Nicolas Sarkozy dalam menyelamatkan bumi dari perubahan iklim pada forum
internasional. Adanya shared-ideas ini kemudian mendorong Perancis mau untuk
melakukan diplomasi Panda dengan Tiongkok, dan bersedia menukar uranium
dengan Panda.
4.2 Saran dan Rekomendasi
Penelitian ini membahas mengenai implementasi soft-power Tiongkok
terhadap Prancis melalui diplomasi Panda pada tahun 2012 hingga 2018. Dengan
demikian maka penelitian ini hanya membahas dari sudut pandang Tiongkok dan
dibatasi pada periode 2012 hingga 2018 saja. Sehingga masih terdapat banyak
aspek penelitian yang belum dibahas atau dianalisis, seperti misalnya sudut
pandang Prancis dalam menerima diplomasi Panda, atau paska tahun 2018.
54
Sehingga penulis menyarankan pada peneliti selanjutnya yang menulis pada tema
penelitian ini untuk membahas salah satu hal dari dua topik diatas.
55
DAFTAR PUSTAKA
Alleyne, R. (2011, Januari 10). A history of Panda Diplomacy. Diambil kembali
dari https://www.telegraph.co.uk/news/earth/wildlife/8251089/A-history-
of-Panda-Diplomacy.html
BBC News. (2011, January 11). Why do we love pandas? Diambil kembali dari
https://www.bbc.com/news/world-12160538
Bihani, S. (2017, 11 07). The Times of India. Dipetik 11 19, 2019, dari
https://timesofindia.indiatimes.com/world/china/chinas-panda-diplomacy-
all-you-need-to-know/articleshow/59522759.cms
Bonner, J. P. (2006). Sailing with Noah: Stories from the World of Zoos.
University of Missouri.
Buckingham, K. C., David, J. N., & Jepson, P. (2013). Diplomats and Refugees:
Panda Diplomacy, Soft "Cuddly" Power, and the New Trajectory in Panda
Conservation. Environmental Practice, 15(3), 262-270.
Cabestan, J.-P. (2006). Relation between France and China: Towards a Paris-
Beijing Axix? China: An Internastional Journal, 4(2), 327-340.
Chen, P. M.-M. (2013). China and the Global Uranium Market: Prospects for
Peaceful Coexistence. The Scientific World Journal.
China.org.cn. (2012, 02 01). China, US sign panda loan agreement. Diambil
kembali dari http://www.china.org.cn/environment/news/2008-
12/19/content_16979291.htm
DW News. (2009, 05 23). Sarkozy calls for a global organization on the
environment. Diambil kembali dari https://www.dw.com/en/sarkozy-calls-
for-a-global-organization-on-the-environment/a-4497646
Ecological Society of America. (2009, July 28). Science Daily. Diambil kembali
dari https://www.sciencedaily.com/releases/2009/07/090727102034.htm
France24. (2012, 05 03). Giant pandas 'Happy' and 'Chubby' arrive in Paris.
Diambil kembali dari https://www.france24.com/en/20120115-panda-chin
Gong, D. G. (t.thn.). Giant Panda Conservation Action Plan.
In, H. Q. (2017, 08 14). Diambil kembali dari
https://www.chinadaily.com.cn/kindle/2017-10/28/content_33813942.htm
Jacobs, J. (2012, 12 09). Giant Panda Global : Yen Yen & Li Li: a goodwill gift
for Georges Pompidou in 1973. Dipetik May 12, 2019, dari
http://www.giantpandaglobal.com/zoo/zoo-de-vincennes/yen-yen-li-li-a-
goodwill-gift-for-georges-pompidou-in-1973/
56
Joseph S. Nye, J. (2004). New York: Public Affairs.
Joseph S. Nye, J. (2008). Public Diplomacy and Soft Power. The Annals of the
American Academy of Political and Social Science, Vol. 616, Public
Diplomacy in a Changing World , 616, 94-109.
Li, W. (2018, Januari 10). A step toward new relationships between China and
France. Diambil kembali dari
http://www.chinadaily.com.cn/a/201801/10/WS5a55afe8a3102e5b17371e
01.html
Lin, W.-C. (2009). China’s Panda Diplomacy. Taipei: Institute of China and
Asia-Pacific Studies.
Magnier, M. (2006, Maret 21). Attack of the Pandas. Diambil kembali dari
https://www.latimes.com/archives/la-xpm-2006-mar-21-fg-pandas21-
story.html
Monar, P. (2019, 11 03). Diambil kembali dari
https://www.latimes.com/local/lanow/la-me-ln-san-diego-zoo-pandas-
leaving-20190325-story.html
Newyork times. (2008, Mei 06). Ping-Pong diplomacy, this time in Japan.
Diambil kembali dari
https://www.nytimes.com/2008/05/06/world/asia/06iht-
japan.1.12605519.html
Nicholls, H. (2010, 09 03). Diambil kembali dari
https://www.theguardian.com/commentisfree/2010/sep/16/panda-politics-
chinese-diplomacy
Nichter, D. B. (2014, 07 02). Diambil kembali dari
https://www.washingtonpost.com/posteverything/wp/2014/07/28/here-is-
a-clip-of-richard-nixon-discussing-panda-sex/
Nincic, M. (1999). The National Interest and Its Interpretation. The Review of
Politics, Vol. 61, No. 1 (Winter, 1999), pp. 29-55.
Nye, J. (2004). Soft Power : The Means to Success in World Politics. New york:
Public Affaris Neywork.
Olesen, A. (2014, 01 05). Diambil kembali dari
https://foreignpolicy.com/2014/10/23/chinese-people-used-to-think-
pandas-were-monsters/
Oxford. (2013, Juni 3). China makes 'cute use' of panda loans. Diambil kembali
dari http://www.ox.ac.uk/news/2013-09-25-china-makes-cute-use-panda-
loans
Pacher, A. (2017, November 02). China’s Panda Diplomacy . Diambil kembali
dari https://thediplomat.com/2017/11/chinas-panda-diplomacy/
57
Panda.org. (t.thn.). Diambil kembali dari
http://www.panda.org.cn/english/about/about/2013-09-11/2416.html
Petri, A. (2016, Agustus 03). 3 Places to See China's Giant Pandas. Diambil
kembali dari
https://www.nationalgeographic.com/travel/destinations/asia/china/places-
to-see-giant-panda-china-nature-reserve/
Snow, N. (2009). Rethinking Public Diplomacy. Dalam N. Snow, & P. M. Taylor
(Penyunt.), Routledge Handbook of Public Diplomacy (hal. 3-5). New
York: Routledge.
Song, S. (2013, Juni 23). China Trading Pandas For Uranium To Power Nuclear
Reactors. Diambil kembali dari Ibtimes: https://www.ibtimes.com/china-
trading-pandas-uranium-power-nuclear-reactors-1426392
Spencer, R. (2016, 04 08). Diambil kembali dari
https://www.telegraph.co.uk/comment/12119810/Your-panda-video-is-a-
victory-for-Communist-propaganda.html
The Economist. (2019, Januari 18). Why China rents out its pandas. Diambil
kembali dari https://www.economist.com/the-economist-
explains/2019/01/18/why-china-rents-out-its-pandas
The Telegraph. (2011, 05 05). Diambil kembali dari
https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/france/8926996/Chi
na-and-France-agree-panda-deal.html
The Telegraph. (2011, 09 08). China and France agree panda deal. Diambil
kembali dari
https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/france/8926996/Chi
na-and-France-agree-panda-deal.html
The Telegraph. (2012, January 15). The Telegraph : Chinese pandas leave for
France . Diambil kembali dari Telegraph Media Group Limited:
https://www.telegraph.co.uk/news/earth/wildlife/9016056/Chinese-pandas-
leave-for-France.html
UNDP. (t.thn.). Diambil kembali dari http://pandas.undp.org/en/panda-
ambassadors
UNDP. (2017). Diambil kembali dari UNDP names Panda Champions for Global
Goals:
https://www.undp.org/content/undp/en/home/presscenter/pressreleases/201
7/01/05/undp-names-panda-champions-for-global-goals.html
Waltz, K. (1979). Theory of International Politics. London: Addison-Wesley
Publishing Company.
58
Wang, Y. (2008). Public Diplomacy and the Rise of Chinese Soft Power. The
Annals of the American Academy of Political and Social Science, 616,
257-273.
Wellons, P. (1994). Sino‐French Relation: Historical Alliance vs. Economic
Reality. The Pacific Review, 341-348.
WWF. (t.thn.). Diambil kembali dari
http://wwf.panda.org/what_we_do/endangered_species/giant_panda/panda
/panda_survey/
WWF. (t.thn.). Diambil kembali dari
http://wwf.panda.org/knowledge_hub/endangered_species/giant_panda/pa
nda/panda_life_cycle/
WWF. (2016, September 4). Stories. Diambil kembali dari World Wildlife Fund:
https://www.worldwildlife.org/stories/giant-panda-no-longer-endangered
Yaan, S. (2013, October 14). CNN Business. Diambil kembali dari CNN:
https://money.cnn.com/2013/10/14/news/economy/china-panda-trade/
Zoo Beauval. (t.thn.). Diambil kembali dari
https://www.zoobeauval.com/pandas/en/the-saga