Skripsi) Oleh Kania Khadafi Putra 1312011157digilib.unila.ac.id/59304/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of Skripsi) Oleh Kania Khadafi Putra 1312011157digilib.unila.ac.id/59304/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PERAN DIREKTORAT TINDAK PIDANA SIBER BARESKRIM DALAM
PENANGGULANGAN KEJAHATAN PEMALSUAN SURAT
KETERANGAN SAKIT MELALUI MEDIA ONLINE
(Skripsi)
Oleh
Kania Khadafi Putra
1312011157
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PERAN DIREKTORAT TINDAK PIDANA SIBER BARESKRIM DALAM
PENANGGULANGAN KEJAHATAN PEMALSUAN SURAT KETERANGAN
SAKIT MELALUI MEDIA ONLINE
Oleh
KANIA KHADAFI PUTRA
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim memiliki tugas dan tanggung jawab
melakukan proses penyelidikan serta penyidikan, atau melakukan pencegahan
maupun pencegahan dan penegakan hukum di dunia maya yang berkaitan dengan
internet. Bermula informasi dari Kementerian Kesehatan bahwa telah beredar surat
sakit yang diperjualbelikan melalui media sosial yang kemudian ditindak lanjuti oleh
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim dengan melakukan penyelidikan serta
penyidikan yang dilakukan oleh Satgas e-Commerce Direktorat Tindak Pidana Siber
Bareskrim. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dirumuskan permasalahan hukum
mengenai peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim dalam penanggulangan
kejahatan pemalsuan surat keterangan sakit melalui media online dan faktor-faktor
yang mempengaruhi penegakan hukum kejahatan pemalsuan surat keterangan sakit
melalui media online.
Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis
normatif dan yuridis empiris. Prosedur pengumpulan data dalam penulisan ini dengan
cara studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian dan pembahasan Peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim
Dalam Penanggulangan Kejahatan Pemalsuan Surat Keterangan Sakit Melalui Media
Online sesuai dengan peranan normatif dan peranan faktual. Peran normatif yang
dimiliki oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim ialah berperan dalam hal
penegakan hukum di Bidang ITE yang sudah diatur di dalam Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sedangkan peran faktual Direktorat
Tindak Pidana Siber Bareskrim ialah berperan menyelenggarakan dan membina
fungsi pencegahan yang berhubungan hakikat dengan ancaman di bidang ITE, dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan pencegahan dengan cara pre-emtif, preventif dan
Kania Khadafi Putra represif. Upaya pre-emtif dilakukan Kepolisian denga cara melakukan kerja sama
dengan instansi terkait untuk melakukan penyuluhan berkaitan tata cara pembuatan
surat sakit yang sesuai prosedur. Upaya preventif yang dilakukan ialah dengan cara
Press Release baik itu melalui media online, media cetak maupun televisi. Upaya
represif berkaitan dengan penegakan hukum yang berakibat jatuhnya hukuman yang
dapat menimbulkan efek jera kepada para pelaku. Kurangnya pemahaman kepolisian
mengenai teknologi sehingga dalam proses penyidikan sedikit terkendala, Sarana dan
prasarana yang belum memadai dalam menunjang kinerja kepolisian, Masih sangat
sedikit jumlah personil, serta kebudayaan yang seiring waktu terkikis oleh
modernisasi sehingga semua menuntut kepraktisan merupakan faktor penghambat
dalam melaksanakan penegakan hukum yang dilakukan oleh Direktorat Tindak
Pidana Siber Bareskrim
Penulis menyarankan kepada pihak kepolisian untuk meningkatkan sarana dan
prasarana yang memadai guna memaksimalkan kinerja dalam melakukan penyidikan
dan penyelidikan. Disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas dari kepolisian
itu sendiri dengan cara diberikannya pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
teknologi dan informasi khususnya pelatihan di bidang siber serta penambahan
jumlah personil dan peningkatan anggaran yang cukup. Kepolisian perlu mengadakan
sosialisasi dengan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini ialah
Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia serta Kementerian Komunikasi dan
Informatika dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai dampak dari
penggunaan surat keterangan sakit palsu dan tata cara membuat surat keterangan sakit
yang sesuai prosedur.
Kata Kunci: Peran Kepolisian, Pemalsuan Surat, Media Online.
PERAN DIREKTORAT TINDAK PIDANA SIBER BARESKRIM DALAM
PENANGGULANGAN KEJAHATAN PEMALSUAN SURAT
KETERANGAN SAKIT MELALUI MEDIA ONLINE
Oleh
Kania Khadafi Putra
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Kania Khadafi Putra, penulis dilahirkan di
Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1995. Penulis adalah anak pertama dari 1
(satu) bersaudara. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Ir. Abdul
Kadir dan Ibu Maryana.
Penulis mengawali Pendidikan formal pertama kali pada Taman Kanak-kanak Perwara
diselesaikan pada tahun 2001, lalu melanjutkan Sekolah Dasar Perwara diselesaikan pada tahun
2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Jakarta diselesaikan pada tahun 2010, dan Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Jakarta diselesaikan pada tahun 2013.
Selanjutnya pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama
menjadi mahasiswa, penulis mengikuti program pengabdian kepada masyarakat yaitu Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung
Tengah pada tahun 2017 selama 40 hari. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif dalam
kegiatan kemahasiswaan di Himpunan Mahasiswa Hukum Pidana (HIMA PIDANA).
MOTTO
“Giving up for your dreams it’s not the choice, because dreams to come
true”
(Kania Khadafi Putra)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah:5-6)
“Hatiku tenang mengetahui bahwa apa yang telah melewatkanku tidak
akan pernah menjadi takdirku. Dan apa yang ditakdirkan untukku tidak
akan melewatkanku.”
(Umar bin Khattab)
“Jika ada sesuatu yang ingin kau capai, kejarlah tanpa memikirkan
hasilnya, karena yang paling dihargai adalah usahamu.”
(Yukihira Souma “Shokugeki No Souma”)
“Untuk mengetahui siapa kau sebenarnya, kau harus melangkah keluar
dari dunia yang kau tahu. Bahkan, jika harus melawan orang-orang yang
lebih baik darimu.”
(Isshiki Satoshi “Shokugeki No Souma”)
PERSEMBAHAN
Teriring Do’a dan rasa Syukur Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya serta Junjungan Tinggi Rasulullah Nabi Muhammad SAW,
kupersembahkan karya skripsi ini kepada:
Kedua orangtuaku Ayahanda Ir. Abdul Kadir Jaelani dan Ibunda
Maryana yang sudah membesarkan, mendidik, membimbing, berdoa,
berkorban serta mendukungku. Terimakasih untuk semua kasih saying
dan pengorbanan serta setiap doa yang selalu mengiringi langkahku
Dosen pembimbing dan dosen pembahasku, terima kasih atas bantuan
dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.
Almamater tercinta, Universitas Lampung Fakultas Hukum tempat-ku
menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman berharga yang menjadi
awal langkahku meraih kesuksesan
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang maha
pengasih dan maha penyayang yang telah melimpahkan nikmat hidayah serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam,
senantiansa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat.
Skripsi dengan judul “Peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri
Dalam Penanggulangan Kejahatan Pemalsuan Surat Keterangan Sakit Melalui
Media Online” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan
untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P, selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung beserta staf yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada
penulis selama menempuh pendidikan.
3. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis menempuh pendidikan
di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis menempuh
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
5. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Prof. Dr. Sanusi Husin, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I yang telah
memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
8. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H. Dosen Pembahas II yang telah memberikan kritik
dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
9. Bapak Fathoni, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama ini dalam perkuliahan.
10. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh
dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis
11. AKBP Endo Priambodo selaku Kanit IV Direktorat Tindak Pidana Siber
Bareskrim Polri, Ipda Atang Sonjaya, S.H. selaku penyidik Direktorat Tindak
Pidana Siber Bareskrim Polri, Helmi Yudhasetia selaku Ahli IT di Kementerian
Komunikasi dan Informatika yang telah membantu dalam mendapatkan data yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
12. Teristimewa untuk kedua Orangtuaku Ayahanda Ir. Abdul Kadir dan Ibunda
Maryana, saya ucapkan banyak terimakasih tak terhingga atas segala dukungan
moril dan materiil serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
proses perkuliahan.
13. Teruntuk kakak sepupuku: bang Fahri Rahmadhani, S.H., M.H. dan bang Uhung
Muhammad terima kasih banyak atas saran serta masukan dan dukungan yang
diberikan kepada penulis selama ini.
14. Para sahabat dan kawan seperjuangan MH 13 Komang, Lukman, Adit Emot, Lyan
Mbob, Edward NW, Yudhi, Fernando NS, Fernando H, Hari, Herze, Dennis,
Lazuardi, Andri, Adnan, Havez, Hendi, Erik, Yosef, Kristu, Gibran, Hermawan,
Syuhada. Serta teman selama melakukan “bimbingan skripsi” di kampus Ibram,
Ryan Fajri, Okta, Ipul, Ilham, Agung Pamungkas, Ano, Agam, Aulia dan masih
banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terimakasih telah menemaniku
selama proses pendidikan di Fakultas Hukum.
15. Kawan-kawan Kosan Wisma Agam M.Reza Syaputra,S.T, Aditya Hari
Prabowo,S.T.P, Toni Munandar,S.E, Rendra Taufik,A.Md, Thion Indarto,S.P,
Anggita Pradana,S.T, Faisal MH,S.T, Rudy Rama Wulan,S.H, Kak Dedy
Prastyo,S.E, Kak M. Hafizie Romly,S.P, Kak Harjo Apkuanbo, S.Kom, Kak Ivan
Safalas,A.Md, Kak Arifal Paslah,S.Pd, Kak Ari Aulia Rahmad Nuari,S.Pd, Kak
Febi Saputra, S.E, Kak Gery Saisina,S.A.N, Kak Ferli Angga Pratama,S.Pd, Kak
Farhan Kurnia Mayendri,S.E, Kak Agung Prasetyo,A.Md, Kak Yudha
Setiawan,A.Md, serta teman-teman yang lain Oviendo, Yogi, Alrido, Ginanjar,
Edo Ferlian, Fandu, Randy, Rakib (Rakilo), Anam, Andri Dirgan, Ryan, Fajar,
Dheo, Krisna, Rega, Toni, Fairaaz Jamil, Wahyu Dewangga, Ikhsan, David, dan
Reksa. Terima kasih atas doa dan support yang telah kalian berikan kepada
penulis. Semoga kita dapat berjumpa lagi di masa-masa mendatang dan semoga
cita-cita yang kalian impikan dapat tercapai ya guys.
16. Keluarga baruku KKN Desa Suko Binangun Kecamatan Way Seputih Lampung
Tengah Bapak Marsino beserta Ibu, Julian, Zulfikar, Ingga Poles, Yolanda Yols,
Annisa, Nenden dan seluruh masyarakat Suko Binangun, terima kasih atas 40 hari
yang sangat berkesan dan berharga dalam hidupku.
17. Karyawan-Karyawati gedung A Fakultas Hukum Bu Aswati, Bu De Siti, Pak De
Misiyo dan Bang Ijal yang senantiasa membanti dan tulus melayani penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
18. Kepada semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu-persatu penulis
mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya selama ini.
19. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
Terimakasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Akhir kata
penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan pada
umumnya dan ilmu hukum khususnya hukum pidana.
Bandar Lampung, Oktober 2019
Penulis,
Kania Khadafi Putra
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup........................................................................ 12
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................................... 13
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ........................................................................ 15
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 20
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Mengenai Peran Kepolisian ....................................................... 22
1. Fungsi Kepolisian ........................................................................................... 24
2. Tugas Pokok Kepolisian ................................................................................ 27
3. Kewenangan Kepolisian ................................................................................. 29
B. Gambaran Umum Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri .................... 33
C. Upaya Penanggulangan Kejahatan ....................................................................... 33
D. Pemalsuan Surat Keterangan Sakit Melalui Internet ............................................ 37
E. Tinjauan Umum tentang Surat Keterangan Sakit ................................................. 40
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah.............................................................................................. 42
B. Sumber dan Jenis Data .......................................................................................... 43
C. Penentuan Narasumber ......................................................................................... 44
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................................................... 45
E. Analisis Data ......................................................................................................... 46
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Dalam Penanggulangan
Kejahatan Kejahatan Pemalsuan Surat Keterangan Sakit Melalui
Media Online ......................................................................................................... 48
B. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Direktorat Tindak Pidana
Siber Dalam Penanggulangan Kejahatan Pemalsuan Surat Keterangan
Sakit Melalui Media Online .................................................................................. 66
V. PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................................ 80
B. Saran ..................................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk
hidup yang lebih nyaman, lebih makmur, dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal
peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun istilah ―teknologi‖ belum
digunakan. Istilah ―teknologi‖ berasal dari ―techne‖ yang berarti cara dan ―logos‖
yang berarti pengetahuan. Jadi secaa harafiah teknologi dapat diartikan pengetahuan
tentang cara. Pengertian teknologi sendiri adalah cara melakukan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan
memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca
indera dan otak manusia. Teknologi yang digunakan dengan benar dan sesuai dengan
porsi serta fungsinya, menimbulkan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan.
Khususnya dalam hal yang mempermudah hidup.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sudah semakin cepat sehingga
mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, tanpa disadari produk teknologi
sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, baik itu penggunaan televisi, telepon, fax,
2
cellular (handphone) dan internet sudah bukan hal yang aneh dan baru khususnya di
kota-kota besar.1
Kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi dapat membuat segala
sesuatunya dengan begitu cepat seusai dengan keinginan, semisal jika kita ingin
mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang yang mungkin sedang berada disuatu
daerah atau wilayah yang jauh dari kita, sebelum masuknya teknologi informasi dan
komunikasi kita diharuskan menulis surat dan mengirimnya melalui kantor pos,
waktu pengirimannya pun bisa memakan waktu yang cukup lama untuk dapat sampai
kepada seseorang yang dituju. Namun ketika sudah adanya teknologi informasi dan
komunikasi baik itu berupa handphone ataupun internet kita sudah dapat
menggunakan suatu alat pengirim pesan (Short Message Service/SMS) ataupun
menggunakan aplikasi chatting maka kita dapat mengirimkan pesan dengan begitu
cepat kepada seseorang yang kita tuju. Maka tidaklah heran perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi sudah sangat begitu pesat, terutama dikota-kota besar yang
memang sangat diperlukannya sebuah pergerakan yang cepat dikarenakan
kebanyakan orang dikota-kota besar mungkin sudah tidak sempat lagi apabila ingin
mengirim ataupun membalas surat kepada seseorang dikarenakan kesibukan dari
masing-masing orang.
Teknologi informasi dan komunikasi yang sekarang ini dapat mempermudah
masyarakat baik dalam melakukan komunikasi dengan kerabat ataupun ingin mencari
1 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,
Bandung; repika Aditama, 2005 hlm 121
3
tahu sebuah informasi di media internet baik itu membaca berita secara online
ataupun sekedar mencari informasi melalui internet. Penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi ini sudah bersifat umum atau semua lapisan masyarakat dalam hal ini
baik anak-anak maupun orang dewasa sekalipun sudah dapat menggunakan teknologi
tersebut dan bukan menjadi hal yang lumrah lagi dikalangan masyarakat.
Namun masih ada beberapa masyarakat yang dengan jelas menolak menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi ini dikarenakan mungkin mereka belum mau
terjamah oleh penggunaan dalam penggunaan alat-alat teknologi informasi dan
komunikasi demi menjaga adat istiadatnya. Ada juga beberapa masyarakat yang
mereka tidak mau menggunakan alat-alat teknologi informasi karena mereka tidak
terlalu paham dalam hal penggunaannya atau pada jaman sekarang bisa dibilang
kudet atau kurang update.
Selain itu peranan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi telah
menempati pada posisi yang amat strategis karena menghadirkan suatu dunia tanpa
batas, jarak, ruang, dan waktu. Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana
teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat, dan
berkembang dalam tatanan kehidupan baru dan mendorong terjadinya perubahan
sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum.2
Hukum dalam perkembangannya tidak hanya dipergunakan untuk mengatur perilaku
yang sudah ada dalam masyarakat dan mempertahankan pola-pola kebiasaan yang
2 Siswanto Sunarso, Hukum Informasi dan Teknologi Elektronik: Studi Kasus Prita Mulyasari.
Jakarta; Rineka Cipta, 2009 hlm 39
4
telah ada, melainkan lebih dari itu, hukum menjurus kepada penggunaannya sebagai
suatu sarana. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang telah dipilih dan ditentukan
sehingga dapat terwujud di dalam masyarakat diperlukan adanya beberapa sarana.
Salah satu sarana yang cukup memadai adalah hukum dengan berbagai bentuk
peraturan perundang-undangan yang ada.3
Masalah kejahatan adalah salah satu masalah sosial yang selalu menarik dan
menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu. Terlebih lagi, menurut asumsi
umum serta beberapa hasil pengamatan dan penelitian berbagai pihak, terdapat
kecenderungan peningkatan dari bentuk dan jenis kejahatan tertentu, baik secara
kualitas maupun kuantitasnya.4
Pemerintah memandang Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) mutlak diperlukan bagi Negara Indonesia, karena saat ini Indonesia merupakan
salah satu negara yang telah menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi
secara luas dan efisien. Sehingga Pemerintah pada tanggal 26 April 2008 mensahkan
berlakunya undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektonik (ITE).
Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dimaksudkan dapat
memberikan banyak manfaat, diantaranya untuk menjamin kepastian hukum bagi
masyarakat yang melakukan transaksi elektronik, mendorong pertumbuhan ekonomi,
mencegah terjadinya kejahatan berbasis teknologi informasi dan melindungi
masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi.
3 Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijaksanaan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm.76
4 Moh. Kemal Darmawan, Strategi Pencegahan Kejahatan, Citra Bakti, Bandung, 1994, hlm. 1
5
Kepolisian adalah salah satu penyelenggara tugas dan fungsi pemerintahan, dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya harus berdasarkan pengesahan yang sah menurut
hukum yang berlaku. Fungsi utama dari Polisi adalah menegakan hukum dan
melayani serta mengayomi masyarakat. Tugas Polisi adalah melakukan pencegahan
terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Pada tahun 1969, internet hanyalah sebuah jaringan yang menghubungkan
Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan empat komputer, yaitu University of
California, Stanford Research Institute, dan University of Utah. Jaringan ini
digunakan untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain mengenai proyek-
proyek pemerintah. Namun seiringnya waktu, jaringan ini pun bertambah luas dan
infrastrukturnya pun terus berkembang. Hal ini semakin mendukung berbagai layanan
dibidang informasi dari berbagai situs, tidak hanya digunakan oleh lembaga-lembaga
saja, tetapi juga digunakan oleh masyarakat pada umumnya.
Perkembangan teknologi internet yang berlangsung sangat pesat telah mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan dan kegiatan masyarakat. Perkembangan tersebut telah
memberikan dampak terhadap perkembangan hukum, ekonomi, sosial, budaya, dan
politik.
Internet yang merupakan jendela dunia yang membuat kita seakan-akan dunia sudah
dalam genggaman tangan karena dengan begitu mudahnya kita mendapat informasi
dari seluruh duni secara cepat dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Selain itu,
internet juga telah memunculkan sebuah dunia baru yang disebut dengan cyberspace.
6
Cyberspace merupakan dunia elektronik (ruang virtual) dimana orang dapat hadir
atau saling berinteraksi satu sama lain tanpa perlu eksistensi fisik.
Dampak positifnya di sisi lain timbul pikiran dengan tidak beritikad baik untuk
mencari keuntungan dengan cara melawan hukum, yang berarti melakukan
pelanggaran dan kejahatan, dalam hal ini adalah kejahatan yang dilakukan
menggunakan dan/atau melalui internet.5 Misalnya ancaman serangan terhadap
sarana dan/atau prasarana teknologi informasi dan komunikasi yang terkoneksi secara
global, yang dapat membahayakan tidak hanya materi, tetapi juga nyawa manusia.
Teknologi digunakan untuk menciptakan dan/atau menjadi sarana untuk melakukan
tindak pidana.
Dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana
baru (new crimes) di bidang teknologi informasi dan komunikasi, baik berupa tindak
pidana terhadap confidentiality, integrity, dan availability data atau sistem komputer,
seperti hacking, cracking, phreaking, viruses, dan lain-lain, maupun tindak pidana
yang dilakukan dengan menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi
sebagai alat, seperti cyberfraud, credit card fraud, cyberpornography, cyberstalking,
cyberterrorism, dan lain-lain.6
Cyberspace menampilkan suatu fakta, tetapi bukan realitas yang nyata sebagaimana
bisa dilihat dan dirasakan layaknya benda berwujud, melainkan realitas virtual
5 Niniek Suparni, Cyberspace: Problematika dan Antisipasi Pengaturannya, Sinar Grafika, Jakarta,
2009, Hlm 1. 6 Sigid Suseno, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, PT. Refika Aditama, Bandung, 2012, Hlm 2.
7
(virtual reality), bagaikan dunia maya atau dunia tanpa batas, sehingga inilah
sebenarnya yang dimaksud dengan borderless world, karena memang dalam
cyberspace tidak mengenal batas negara, hilangnya batas dimensi ruang,waktu, dan
tempat. Semua tindak pidana yang dilakukan di cyberspace tersebut termasuk tindak
pidana siber (cybercrime).7
Polri telah memiliki unit yang khusus melakukan penanganan cybercrime yang
berada di Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus bagian Subdit V Cyber Crime
yang menangani tindak pidana antara lain tindak pidana yang terkait dengan
cybercrime dan tindak pidana informasi dan transaksi elektronik. Kemudian pada
tanggal 7 Februari 2017 Polri membentuk Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim
guna melakukan penegakan hukum terhadap kejahatan hukum dunia cyber yang
awalnya berada dibawah naungan Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus
dibagian Subdit V Cyber Crime. Dengan adanya Direktorat Tindak Pidana Siber
Bareskrim, kepolisian tidak kewalahan dalam mengantisipasi kejahatan di dunia
cyber kedepannya. Terdapat berbagai macam jenis kejahatan di dunia cyber, antara
lain ujaran kebencian (hate speech), penipuan dengan motif ekonomi, terorisme,
perjudian online, hacking, skimming serta masih banyak lagi jenis kejahatan di bidang
cyber.
salah satu kasus yang baru-baru ini telah diungkap Direktorat Tindak Pidana Siber
Bareskrim Polri ialah telah mengungkap jaringan pembuatan dan penjualan surat
7 Terminologi tindak pidana siber adalah padanan kata dalam Bahasa Indonesia yang digunakan untuk
terminologi cybercrime.
8
keterangan sakit palsu. sangat meresahkan masyarakat dan instansi yang
karyawannya menggunakan surat palsu tersebut.
Awal mulanya pengungkapan kasus tersebut berawal informasi dari Kementerian
Kesehatan bahwa telah beredar surat sakit yang diperjualbelikan melalui media sosial
yang kemudian ditindak lanjuti oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim
dengan melakukan penyelidikan serta penyidikan yang dilakukan oleh satgas e-
Commerce Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim terkait dengan informasi yang
telah diberikan untuk dilakukan pengembangan. Penyidik awalnya menangkap
tersangka MJS pada tanggal 4 Januari 2018 melalui penelusuran akun instagram
@suratsakitjkt yang dimana akun tersebut digunakan untuk memperjualbelikan surat
sakit. Tak berhenti sampai disitu, penyidik pun mendalami apakah tersangka MJS
hanya menjual atau memproduksi sendiri. Tanggal 8 Januari 2018 penyidik kembali
menangkap NDY dan MJS yang diduga turut serta dalam pembuatan serta penjualan
surat keterangan sakit palsu yang dijual melalui media sosial.
Kepala Subdirektorat (Kasubdit) II Dittipidsiber Kombes Pol Asep Safrudin
membeberkan kronologis pengungkapan kasus tersebut. Dia mengatakan, kasus ini
berawal dari laporan Kementerian Kesehatan bahwa telah beredar surat sakit yang
diperjualbelikan di media sosial yaitu melalui akun Instagram, Twitter, dan
Facebook.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Satgas e-Commerce yang dibentuk Dittipidsiber
Bareskrim Polri mulai melakukan penyelidikan sekitar awal Januari lalu. Hasilnya,
9
tim satgas memastikan informasi tentang kejahatan di bidang digital yang dilaporkan
Kemenkes itu memang benar terjadi. Saat itu, polisi menemukan akun-akun yang
memperjualbelikan surat keterangan sakit palsu. Yang menarik, para penjual surat
palsu itu ternyata tidak berprofesi sebagai dokter.
Setelah mengantongi identitas pelaku MJS melalui laman blog suratsakitjkt.com,
polisi pun lantas bergerak cepat untuk menangkap penjual dokumen abal-abal itu.
Polisi mendalami dari mana tersangka mendapatkan surat yang akan diproduksi
kepada pelanggannya—yang kebanyakan berasal dari kalangan karyawan dan
mahasiswa.
Adapun ketiganya memiliki peran yang berbeda-beda. MJS berperan memproduksi
surat sakit palsu sementara NDY memasarkannya di situs blogspot. Sementara MJS
menjadi reseller MKM dan NDY dengan menjual kembali surat sakit tersebut di akun
Instagram. Dalam sehari sindikat ini bisa menjual 50 lembar surat sakit palsu jika
permintaan tinggi. Surat sakit dihargai Rp 25 sampai 50 ribu, tergantung kelengkapan
surat sakit yang diminta pemesan. Surat palsu tersebut dikirim pelaku melalui jasa
ekspedisi kepada pemesan.
Kepala Subdirektorat II Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes Asep
Safrudin mengatakan, MKM sudah lama beroperasi. Ia menjual surat keterangan
tersebut melalui blog jasasuratsakit.blogspot.com. Asep mengatakan, pekerjaan yang
MKM jalankan sejak 2012, terinspirasi dari dirinya sendiri. Dari keterangan MKM,
10
dulu dia males kerja dia cari surat sakit bohongan. Kemudian, ide itu dia
kembangkan.
Lalu dalam melakukan hal pemasaran MKM dibantu oleh NDY untuk melakukan
pemasaran. Pada tahun 2016, MJS bergabung sebagai reseller dari praktik MKM.
MJS menjual surat keterangan sakit di akun instagram @suratsakitjkt. Terkait dengan
tarif atau harga pembuatan surat sakit palsu mereka mematok biaya sebesar 50.000
untuk 1 surat keterangan sakit palsu. Kemudian, setengah dari harga tersebut
ditransfer ke rekening MKM. 8
Nama dokter yang dijual surat tersebut, para pelaku mengambilnya dari nama-nama
dokter yang pernah dilihatnya di jalan-jalan. Para pelaku juga membuat stempel dan
kuitansi. Dalam sehari, mereka mengaku ada 50 pemesan dengan harga jual Rp25-50
ribu dengan total keuntungan sebesar Rp 1 juta per hari.9 Untuk menyakinkan para
pelanggan, para pelaku mencari nama-nama dokter secara acak, sehingga dengan
adanya nama dokter beserta tanda tangannya membuat perusahaan dan kampus tidak
curiga terhadap surat abal-abal tersebut.10
Dari hasil pemeriksaan ketiga tersangka, mereka melakukan aksinya karena faktor
eknomi dan mengambil keuntungan. Awalnya, salah satu tersangka bernama MKM
yang bekerja di salah satu perusahaan dan suka mencari surat sakit palsu untuk tidak
8https://nasional.kompas.com/read/2018/01/12/14580671/polisi-tangkap-penjual-surat-keterangan-
sakit-palsu diakses pada tanggal 3 April 2018 pukul 15.45 WIB 9http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/18/01/12/p2fsqa354-polisi-tangkap-sindikan-
pembuat-surat-keterangan-sakit-palsu diakses pada tanggal 3 April 2018 pukul 15.53 WIB 10
https://news.okezone.com/read/2018/01/12/338/1844099/penjual-surat-dokter-palsu-ditangkap-
harga-jual-capai-rp500-ribu diakses pada tanggal 3 April pukul 16.00 WIB
11
bekerja. Ketiga pelaku mengaku, awalnya melakukan pemalsuan surat karena iseng
dan untuk diri sendiri. Namun, melihat banyaknya masyarakat yang membutuhkan
maka muncul ide untuk menjadikan hal ini bisnis.
Ketiganya ditangkap ditempat berbeda, MJS ditangkap di Duri Kosambi Cengkareng,
NDY ditangkap di Batu Ceper Tangerang dan MKM di tangkap di Pondok Randu
Cengkareng,
Para pelaku pemalsu tersebut disangkakan dengan Pasal 28 ayat 1 jo Pasal 45 ayat 1
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2017 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dan Pasal 73 ayat 1 jo Pasal 77 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tenteng
Praktik Kedokteran.
Kinerja Direktorat Tindak Pidana Siber dalam melakukan penanganan berbagai
macam kasus dibidang cybercrime sudah dapat dibilang memuaskan. Apabila ada
laporan masuk yang berkaitan dengan tindak pidana cybercrime, mereka akan
langsung menindak lanjutinya dengan melakukan tahap penyelidikan maupun
penyidikan apabila diperlukan. Namun, dalam hal upaya penanganan kasus
cybercrime ini memang tidaklah mudah. Dibutuhkan proses yang lumayan lama
dalam hal pembuktiannya.
Kepolisian Republik Indonesia mengemban dua tugas pokok antara lain Tugas
Preventif dan Tugas Represif. Tugas Preventif dilakukan berupa patrolipatroli yang
dilakukan secara terarah dan teratur, mengadakan tanya jawab dengan orang lewat,
termasuk usaha pencegahan kejahatan atau pelaksanaan tugas preventif, memelihara
12
ketertiban dan menjamin keamanan umum. Sedangkan tugas Represif dilakukan
dengan menghimpun bukti-bukti sehubungan dengan pengusutan perkara dan
bahkan berusaha untuk menemukan kembali barangbarang hasil curian, melakukan
penahanan untuk kemudian diserahkan ke tangan Kejaksaan yang kelak akan
meneruskannya ke Pengadilan.11
Penjabaran tugas kepolisian diatas, merupakan tugas kepolisian yang dinilai paling
efektif untuk menanggulangi terjadinya kejahatan dalam penanggulangan dan
pengungkapan suatu tindak pidana adalah tugas preventif karena tugas yang luas
hamper tanpa batas, dirumuskan dengan kata-kata berbuat apa saja boleh asal
keamanan terpelihara dan asal tidak melanggar hukum itu sendiri. Preventif itu
dilakukan dengan 4 kegiatan pokok; mengatur, menjaga, mengawal dan patrol.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul ―Peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Dalam Penanggulangan Serta
Pembuktian Kejahatan Pemalsuan Surat Keterangan Sakit Palsu Melalui Media
Online‖.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
11
Wildiada Gunakarya, Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana, Bandung: Alfabeta. 2012.hlm 14
13
a. Bagaimanakah peran direktorat tindak pidana siber bareskrim dalam
penanggulangan serta pembuktian kejahatan pemalsuan surat keterangan sakit
palsu melalui media online?
b. Apakah faktor penghambat peran direktorat tindak pidana siber bareskrim dalam
penanggulangan serta pembuktian kejahatan pemalsuan surat keterangan sakit
palsu melalui media online?
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian ilmu hukum pidana, yang berkaitan
dengan peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim dalam penanggulangan
pembuatan dan penjualan surat keterangan sakit palsu melalui media online dan
faktor-faktor penghambat Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim dalam
penanggulangan pembuatan dan penjualan surat keterangan sakit palsu melalui media
online. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah Bareskrim Polri dan ruang lingkup
waktu penelitian adalah pada tahun 2018.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
14
a. Untuk mengetahui peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim dalam
penanggulangan serta pembuktian kejahatan pemalsuan surat keterangan sakit
melalui media online.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim dalam penanggulangan serta
pembuktian kejahatan pemalsuan surat keterangan sakit melalui media online.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis sebagai
berikut:
a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan kajian
hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan peran Kepolisian khususnya
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim dalam penanggulangan pembuatan
dan penjualan surat keterangan sakit palsu melalui media sosial dengan tugas
pokok dan fungsi kepolisian sebagai aparat penegak hukum.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara positif bagi pihak kepolisian
dalam melaksanakan perannya sebagai aparat penegak hukum dalam menghadapi
15
perkembangan kehidupan masyarakat dan terjadinya tindak pidana yang semakin
kompleks dewasa ini.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari
hasil pemikiran atau kerangka acuan yang ada pada dasarnya untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti. setiap penilitian
selalu disertai pemikiran-pemikiran teoritis. Hal ini karena adanya hubungan timbal
balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
konstruksi data. Kerangka teoritis merupakan susunan dari beberapa anggapan,
pendapat, cara, aturan, asas. keterangan sebagai salah satu kesatuan yang logis yang
menjadi acuan, landasan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penilitian dan
penulisan.12
a. Teori Peran
Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan
perikelakukan, pada kedudukan-kedudukan tertentu didalam masyarakat, kedudukan
mana dapat dipunyai pribadi ataupun kelompok-kelompok pribadi berperannya
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2004,
hlm 73
16
pemegang peranan tadi, dapat sesuai atau mungkin berlawanan dengan apa yang
ditentukan di dalam kaidah-kaidah.13
Suatu peran dari individu atau kelompok dapat dijabarkan dalam beberapa bagian,
yaitu:
a. Peran yang ideal (ideal role) yaitu peran yang di jalankan oleh individu atau
kelompok sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan.
b. Peran yang seharusnya (expected role) yaitu peran yang memang seharusnya
dijalankan oleh individu atau kelompok sesuai dengan kedudukannya.
c. Peran yang dianggap diri sendiri (perceived role) yaitu peran yang dijalankan
oleh diri sendiri karena kedudukannya dilakukan untuk kepentingannya.
d. Peran yang sebenarnya dilakukan (actual role)yaitu peran dimana individu
mempunyai kedudukan dan benar telah menjalankan peran sesuai dengan
kedudukannya.
Berkaitan dengan penegakan hukum, peranan yang ideal dan peranan yang
sebenarnya adalah memang peranan yang dikehendaki dan diharapkan oleh hukum
dan ditetapkan oleh undang-undang. Sedangkan peran yang dianggap diri sendiri dan
peran yang sebenarnya telah dilakukan adalah peran yang mempertimbangkan antara
kehendak hukum yang tertulis dengan kenyataan-kenyataan, dalam hal ini kehendak
hukum harus menentukan dengan kenyataan yang ada.
13
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Grafindo Persada. 2003. hlm 139
17
b. Teori Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
Menurut Soerjono Soekanto terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat
dalam penegakan hukum, yaitu:14
i. Faktor hukumnya sendiri
Terdapat beberapa dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya
adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya,
agar undang-undang tersebut mencapai tujuan secara efektif dalam
kehidupan masyarakat.
ii. Faktor penegak hukum
Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role).
Seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya dinamakan
pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya wewenang untuk
berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.
iii. Faktor sarana dan prasarana
Penegakan hukum tidak mungkin berlangsung lancer tanpa adanya faktor
sarana dan prasarana. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup
tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik,
peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya.
14
Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Bandung. Alumni. 1983. Hlm. 34
18
iv. Faktor masyarakat
Faktor penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari
sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum
tersebut
v. Faktor kebudayaan
Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan
apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).
2. Konseptual
Kerangka konsptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-
konsep khusus yang mempunyai arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diteliti
atau diketahui15
. Berdasarkan definisi tersebut, maka konseptualisasi dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
15
Achmad Ali, Menguak tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung
TBK, Jakarta, 2002, hlm. 62
19
a. Peran adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia
menjalankan suatu peran16
b. Kepolisian adalah lembaga pemerintahan yang memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.17
c. Direktorat Tindak Pidana Siber adalah bagian dari kepolisian republic Indonesia
yang secara khusus menangani masalah tindak pidana dibidang cybercrime atau
kejahatan siber.
d. Penanggulangan kejahatan adalah suatu kebijakan atau usaha rasional untuk
menanggulangi kejahatan.18
e. Surat Keterangan Sakit adalah surat yang dikeluarkan oleh instansi kesehatan
yang berisikan tentang kondisi kesehatan yang dialami oleh seseorang.
f. Palsu adalah memiliki arti tidak asli, tidak tulen, tidak sah, lancung (tentang
ijazah, surat keterangan, uang dsb), tiruan (tentang gigi, kunci dsb), gadungan,
sumbang (tentang suara dsb).19
16
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta. 2002. Hlm. 243 17
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 18
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung. Alumni, 2007. hlm 19
Panji Gunawan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pustaka Gama, hlm. 398
20
g. Media sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat
di seluruh dunia.20
E. Sistematika Penulisan
Penulisan sistematik ini memuat keseluruhan yang akan disajikan dengan tujuan
mempermudah pemahaman konteks skripsi ini, maka penulis menyajikan penulisan
dengan sistematika sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan
kegunaan penilitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan bab yang menjelaskan tentang pengertian-pengertian umum dari
pokok bahasan yang memuat tinjauan umum mengenai peran kepolisian, pengertian
tindak pidana pemalsuan keterangan surat sakit melalui internet, upaya
penanggulangan kejahatan, teori faktor penghambat, serta pengertian tentang jejaring
sosial.
20
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial diakses pada tanggal 3 Maret 2018 Pukul 10.00 WIB
21
III. METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai langkah yang akan digunakan dalam pendekatan
masalah, sumber dan jenis data, penentuan narasumber, metode pengumpulan dan
pengolahan data serta analasis data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu pembahasan tentang
upaya penanggulangan terhadap kejahatan pemalsuan surat keterangan sakit dan
faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.
V. PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan hasil akhir penelitian dan pembahasan
serta saran-saran yang diberikan atas dasar penelitian dan pembahasan yang berkaitan
dengan pokok-pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
22
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Mengenai Peran Kepolisian
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan Polri
merupakan lembaga Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
keterbitan masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.
Selain itu, dalam bidang penegakan hukum khususnya yang berkaitan dengan
penangan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam KUHAP, Polri sebagai
penyidik utama yang menangani setiap kejahatan secara umum dalam rangka
menciptakan keamanan dalam negeri, Pasal 16 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, telah menetapkan
kewenangan sebagai berikut:
1. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
2. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara
untuk kepentingan penyidikan
3. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan
4. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri
5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
23
7. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
8. mengadakan penghentian penyidikan
9. menyerahkan berkas perkara kasus kepada penuntut umum
10. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang
di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana
11. memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawa negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk
diserahkan kepada penuntut umum, dan
12. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab, yaitu
tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan dengan syarat sebagai
berikut:
a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum
b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan
c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya
d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa
e. menghormati hak asasi manusia21
Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia terdapat rumusan mengenai definisi dari berbagai hal yang
berkaitan dengan Polisi, termasuk pengertian kepolisian. Menurut Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 pengertian Kepolisian adalah sebagai berikut:
a. Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada
kepolisian negara republik Indonesia.
21
Pasal 16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik
Indonesia
24
c. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota kepolisian negara
republik Indonesia yang berdasarkan Undang-Undang yang mengatur tentang
wewenang umum kepolisian.
d. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin
keamanan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
e. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat
sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam
rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban dalam tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman, yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi da kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran Hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat.
1. Fungsi Kepolisian
Mengenai fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) terdapat dalam Pasal
2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang berbunyi:
―Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.‖
25
Pengertian kepolisian sebagai fungsi tersebut diatas sebagai salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan, keamanan, dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, pelindung, pengayom, dan pelayanan kepada masyarakat. Sedang
pengertian kepolisian sebagai lembaga adalah organ pemerintah yang ditetapkan
sebagai suatu lembaga yang diberikan kewenangan menjalankan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi apabila kita membicarakan
persoalan kepolisian berarti berbicara mengenai fungsi dan lembaga kepolisian.22
Menurut Sadjijono, istilah ―polisi‖ dan ―kepolisian‖ mengandung pengertian yang
berbeda. Istilah ―polisi‖ adalah sebagai organ atau lembaga pemerintah yang ada
dalam negara, sedangkan istilah ―kepolisian‖ adalah sebagai organ dan fungsi.
Sebagai organ yakni suatu lembaga pemerintah yang terorganisasi dan terstruktur
dalam organisasi negara. Sedangkan sebagai fungsi yakni tugas dan wewenang serta
tanggung jawab lembaga atas kuasa undang-undang untuk menyelenggarakan
fungsinya, antara lain pemeliharaan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
pelindung, pengayom, dan pelayanan masyarakat.23
Pengemban fungsi kepolisian ditemukan melalui penguraian dimensi fungsi
kepolisian yang terdiri dari dimensi yuridis dan sosiologis. Dalam dimensi yuridis,
fungsi kepolisian terdiri atas fungsi kepolisian secara umum dan khusus. Fungsi
kepolisian secara umum berkaitan dengan kewenangan kepolisian berdasarkan
22
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), Surabaya: Laksbang
Mediatama, 2007. hlm. 56 23
Sadjijono, Hukum Kepolisian, Yogyakarta: Laksbang Presindo, 2006. hlm. 6
26
undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang meliputi semua lingkungan
kuasa dan umum yaitu:
1) Lingkungan kuasa soal-soal yang termasuk kompentensi Hukum Publik
2) Lingkugan kuasa orang
3) Lingkungan kuasa tempat, dan
4) Lingkungan kuasa waktu
Pengemban fungsi kepolisian secaa umum, sesuai dengan undang-undang adalah
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga tugas dan wewenangnya dengan
sendirinya akan mencakup keempat lingkungan kuasa tersebut. Dalam dimensi
sosiologis, fungsi kepolisian terdiri atas pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dalam
praktik kehidupan masyarakat dirasakan perlu dan ada manfaatnya, guna
mewujudkan keamanan dan ketertiban di lingkungannya, sehingga dari waktu ke
waktu dilaksanakan atas dasar kesadaran dan kemauan masyarakat sendiri secara
swakarsa serta kemudia melembaga dalam tata kehidupan masyarakat. Fungsi
sosiologis kepolisian dalam masyarakat hukum adat dapat disebut antara lain:
penguasa adat dan kepala desa. Sedangkan mengenai tujuan Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri) disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian yang menyatakan bahwa:
―Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
27
pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia.‖
2. Tugas Pokok Kepolisian
Tugas dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) diatur dalam Pasal 13 dan
Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian adalah
sebagai berikut:
Pasal 13:
―Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum, dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.‖
Pasal 14:
1) ―Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:
a) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan
b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam emnajmin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas di jalan
c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan
d) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional
e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum
f) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembeinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa
g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya
28
h) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik, dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian
i) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia
j) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang
k) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya
dalam lingkup tugas kepolisian, serta
l) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
a. Fungsi Kepolisian
Pasal 2: ―Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang
pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindunganm
pengayoman dan pelayanan masyarakat‖. Sedangkan Pasal 3: ―(1) Pengemban fungsi
Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh: a.
kepolisian khusus, b. pegawai negeri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa. (2) Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a,b, dan c, melaksanakan Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar hukum masing-masing.
b. Tugas Pokok Kepolisian
Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
29
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Penjabaran tugas Kepolisian dijelaskan lagi pada Pasal 14 Undang-Undang
Kepolisian RI.
c. Kewenangan Kepolisian
Pada Pasal 15 dan 16 Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia adalah
perincian mengenai tugas dan wewenang Kepolisian Republik Indonesia, sedangkan
Pasal 18 berisi tentang diskresi Kepolisian yang didasarkan kepada Kode Etik
Kepolisian.
3. Wewenang Kepolisian
Agar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dapat bertindak secara lancer
dalam melaksanakan tugasnya, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)
harus memiliki wewenang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) diatur dalam Pasal 15 ayat (1)
dan (2) serta Pasal 16. Adapun isinya adalah sebagai berikut:
Pasal 15:
1) ―Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagamana dimaksud dalam Pasal
13 dan Pasal 14, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum
berwenang:
a) Menerima laporan dan/atau pengaduan
b) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum
c) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat
d) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengamcam
persatuan dan kesatuan bangsa
30
e) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian
f) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dar tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan
g) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian
h) Mengambil sidik jari dan indentitas lainnya serta memotret seseorang
i) Mencari keterangan dan barang bukti
j) Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional
k) Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat
l) Memberikan bantuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan putusa
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta
m) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.‖
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan lainnya berwenang:
a) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya
b) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
c) Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor
d) Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik
e) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam
f) Meberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan
usaha di bidang jasa pengamanan
g) Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus,
dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian
h) Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional
i) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi dengan instansi terkait
j) Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi Kepolisian
Internasional
k) Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian
Pasal 16:
1) ―Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 dan Pasal 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik
Indonesia berwenang untuk:
a) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
31
b) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan
c) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan
d) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri
e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
f) Memanggil orang utuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
g) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
h) Mengadakan penghentian penyidikan
i) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum
j) Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindak pidana
k) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil
untuk diserahkan kepada penuntut umum, dan
l) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab‖
Sesuai dengan rumusan fungsi, tugas pokok, tugas dan wewenang Polri sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, maka dapat dikatakan fungsi
utama Kepolisian meliputi :
a. Tugas Pembinaan Masyarakat
Segala usaha dan kegiatan pembinaan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum dan peraturan perundang-undangan. Tugas Polri dalam
bidang ini adalah Community Policing, dengan melakukan pendekatan kepada
masyarakat secara sosial dan hubungan mutualisme, maka akan tercapai tujuan dari
community policing tersebut. Namun, konsep dari Community Policing itu sendiri
saat ini sudah biasa dengan pelaksanaannya. Sebenenarnya seperti yang disebutkan
diatas, dalam mengadakan perbandingan sistem Kepolisian Negara luar, selain harus
32
dilihat dari administrasi pemerintahannya, sistem kepolisian juga terkait dengan
karakter sosial masyarakat.
Konsep Community Policing sudah ada sesuai karakter dan budaya Indonesia dengan
melakukan sistem keamanan lingkungan (siskamling) dalam komunitas-komunitas
desa dan kampung, secara bergantian masyarakat merasa bertanggung jawab atas
keamanan wilayahnya masing-masing. Hal ini juga ditunjang oleh kegiatan
babinkamtibmas yang setiap saat harus selalu mengawasi daerahnya untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus.
b. Tugas dibidang Preventif
Segala usaha dan kegiatan dibidang kepolisian preventif untuk memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, memelihara keselamatan orang, benda dan barang
termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan, khususnya mencegah terjadinya
pelanggaran hukum. Dalam melaksanakan tugas ini diperlukan kemampuan
professional teknik tersendiri seperti patroli, penjagaan pengawalan dan pengaturan.
c. Tugas dibidang Represif
Dibidang represif terdapat 2 (dua) jenis Peran dan Fungsi Kepolisian Negara
Republik Indonesia yaitu represif justisil dan non justisil. Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 memberi peran Polri untuk melakukan tindakan-tindakan represif non
Justisil terkait dengan Pasal 18 ayat 1, yaitu wewenang ―diskresi kepolisian‖ yang
umumnya menyangkut kasus ringan.
33
B. Gambaran Umum Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim merupakan salah satu Direktorat yang baru
saja dibentuk oleh Polri, yang mana sebelumnya bernama Subdit Cyber Crime dan
berada di Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (DITTIPPIDEKSUS) di
Subdirektorat V bagian IT dan Cybercrime.
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim memiliki tugas dan tanggung jawab
melakukan proses penyelidikan serta penyidikan, atau melakukan pencegahan
maupun pencegahan dan penegakan hukum di dunia maya yang berkaitan dengan
internet.
Direktorat ini dibentuk dikarenakan sesuai dengan perkembangan teknologi dan
perkembangan zaman berkaitan dengan itu juga diikuti dengan perkembangan
kejahatan dengan modus operandi yang berbeda-beda.
C. Upaya Penanggulangan Kejahatan
Masalah kejahatan bukanlah hal baru, meskipun tempat dan waktunya berlainan
tetapi tetap saja dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota semakin
menaingkat bahkan dibeberapa daerah dan sampai ke kota-kota kecil. Upaya
penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah
maupun masyarakat pada umumnya. Berbagai program serta kegiatan yang telah
dilakukan sambil terus mencari cara yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi
masalah tersebut.
34
Menurut E.H. Sutherland dan Cressey dalam Crime prevention dalam pelaksanaannya
ada dua metode yang dipakai untuk mengurangi frekuensi dari kejahatan yaitu :
1. Metode untuk mengurangi pengulangan dari kejahatan, merupakan suatu cara
yang ditujukan kepada pengurangan jumlah residivis (pengulangan kejahatan)
dengan suatu pembinaan yang dilakukan secara konseptual
2. Metode mencegah the first crime, merupakan satu cara yang ditujukan untuk
mencegah terjadinya kejahatan yang pertama kali (the first crime) yang akan
dilakukan oleh seseorang dan metode ini juga dikenal sebagai metode
prevention (preventif).24
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa upaya penanggulangan kejahatan
mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku
seseorang yang telah dinyatakan bersalah (sebagai seorang narapidana) dilembaga
permasyarakatan. Dengan kata lain upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan
secara preventif dan represif.
a) Upaya Preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya
atau timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik
daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali,
sebagaimana semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki
penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan
24
Romli Atmasasmita. Bunga Rampai Kriminologi. Jakarta. Rajawali. 1984. hlm. 66
35
ulangan. Sangat beralasan bila upaya preventif diutamakan karena upaya preventif
dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomis.
Barnest dan Teeters menunjukan beberapa cara untuk menanggulangi kejahatan
yaitu:25
a) Menyadari bahwa akan adanya kebutuhan-kebutuhan untuk mengembangkan
dorongan-dorongan sosial atau tekanan-tekanan sosial dan tekanan ekonomi
yan dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang ke arah perbuatan jahat.
b) Memusatkan perhatian kepada individu-individu yang menunjukkan
potensialitas criminal atau sosial, sekalipun potensialitas tersebut disebabkan
gangguan-gangguan biologis dan psikologis atau kurang mendapat
kesempatan sosial ekonomis yang cukup baik sehingga dapat merupakan
suatu kesatuan yang harmonis
Pendapat Barnest dan Teeters tersebut diatas menunjukan bahwa kejahatan dapat
kita tanggulangi apabila keadaan ekonomi atau keadaan lingkungan sosial yang
mempengaruhi seseorang kearah tingkah laku criminal dapat dikembalikan pada
keadaan baik. Sedangkan faktor-faktor biologis, psikologis, merupakan faktor
sekunder saja
Pelaksanaan upaya preventif itu adalah bagaimana kita melakukan suatu usaha
yang positif serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi seperti keadaan
25
Ibid. hlm 79
36
ekonomi, lingkungan, juga kultur masyarakat yang menjadi suatu daya dinamika
dalam pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbulkan ketegangan-
ketegangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan menyimpang juga
disamping itu bagaimana meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
bahwa keamanan dan ketertian merupakan tanggung jawab bersama.
b) Upaya Represif
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional
yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya
represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan
perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan
yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan
masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan
melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat.
Dalam membahas sistem represif, tentunya tidak terlepas dari sistem peradilan
pidana kita, dimana didalam sistem peradilan pidana paling sedikit terdapat 5
(lima) sub-sistem yaitu sub-sistem kehakiman, kejaksaan, kepolisian,
pemasyarakatan, dan kepengecaraan yang merupakan suatu keseluruhan yang
terangkai dan bergubungan secara fungsional.
37
D. Pemalsuan Keterangan Surat Sakit Melalui Internet
Surat sakit, yang terkadang disebut sebagai surat dokter, surat izin dokter, atau surat
keterangan sakit, adalah surat keterangan dari dokter mengenai kondisi kesehatan
Anda dan pengaruhnya terhadap kemampuan seseorang untuk melakukan
aktivitasnya. Surat sakit mungkin diberikan untuk penyakit jangka pendek, atau
operasi minor, dan menjelaskan berapa lama Anda tidak dapat melakukan aktivitas.
Seseorang mungkin membutuhkan surat sakit untuk perusahaan tempatnya bekerja,
guru di sekolah, tidak masuk kuliah karena sakit atau mendapatkan pengembalian
harga tiket pesawat yang tidak bisa digunakan karena sakit.26
Apabila ada seseorang yang melakukan pembuatan dan penjualan surat keterangan
sakit palsu melalui internet maka ia akan dapat dikenakan sanksi dikarenakan telah
melakukan penjualan serta membuat surat keterangan sakit palsu melalui internet
dimana pasal yang dapat dituduhkan ialah Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan atau Pasal 29 Pasal 73 Ayat 1
Jo Pasal 77 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
26
https://id.wikihow.com/Mendapatkan-Surat-Sakit diakses pada tanggal 4 Maret 2018 pada pukul
17.00
38
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) yaitu:27
―Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.‖
Serta bunyi Pasal 77 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, yaitu:
“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk
lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah
dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat
tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)”.
Pengertian Media Online dibagi menjadi dua pengertian yaitu:
a. Pengertian Media Online secara umum, yaitu segala jenis file atau forat media
yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video dan suara.
Dalam pengertian ini, media online juga bisa dimaknai segala sarana
komunikasi secara online. Dengan pengertian media online secara umum ini,
27
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
39
maka email, mailing list, website, blog, whatsapp, dan media sosial masuk ke
dalam kategori media online
b. Pengertian media online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian media
dalam konteks komunikasi masa. Media adalah singkatan dari media
komunikasi masa dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai
karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas. Media online adalah
sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan
multimedia di dalamnya terdapat portal website (situs web).28
Jejaring sosial atau jaringan sosial atau media sosial atau media online adalah suatu
struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu
atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilaim
visi, ide, teman, keturunan dan lain-lain.
Analisis jaringan sosial memamndar hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan.
Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan
antar faktor tersebut.
Layanan jejaring sosial biasanya berbasis website, dilengkapi dengan beragam fitur
bagi penggunanya agar dapat saling berkomunikasi serta berinteraksi dan tetntunya
harus terhubung dengan internet.
Sejak komputer dapat dihubungkan satu dengan lainnya dengan adanya internet,
banyak upaya awal untuk mendukung jejaring sosial melalui komunikasi antara
28
M.Romli, Asep Syamsul. Jurnal Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online (bandung,
cendeki,2012) hal 34
40
komputer. Situs jejaring sosial diawali oleh Classmates.com pada tahun 1995 yang
berfokus pada hubungan antara mantan teman sekolah dan SixDegrees.com pada
tahun 1997 yang membuat ikatan tidak langsung. Dua model berbeda dari jejaring
sosial yang lahir sekitar pada tahun 1999 adalah berbasiskan kepercayaan yang
dikembangkan oleh Epinions.com, dan jejaring sosial yang berbasiskan pertemenan
seperti yang dikembangkan oleh Uskup Jonathan yang kemudian dipakai pada
beberapa situs UK regional diantara 1999 dan 2001. Inovasi meliputi tidak hanya
memperlihatkan siapa berteman dengan siapa, tetapi memberikan pengguna kontrol
yang akan isi dan hubungan. Pada tahun 2005, suatu layanan jejaring sosial MySpace,
dilaporkan lebih banyak diakses dibandingkan Google dan Facebook, pesaing yang
tumbuh dengan cepat. Jejaring sosial mulai menjadi bagian dari strategi internet
bisnis sekitar tahun 2005 ketika Yahoo meluncurkan Yahoo! 360°. Pada Juli 2016
News Corporation membeli MySpace, diikuti oleh ITV (UK) membeli Friends
Reunited pada Desember 2005. Diperkirakan lebih dari 200 jejaring sosial
menggunakan model jejaring sosial ini
E. Tinjauan tentang Surat Keterangan Sakit
Surat keterangan sakit adalah surat yang dikeluarkan oleh instansi kesehatan atau izin
dokter perseorangan yang berisikan tentang kondisi kesehatan atau rekam medis yang
dialami oleh seseorang.
Yang memiliki kewenangan mengeluarkan surat keterangan sakit ialah dokter yang
memiliki izin praktek perseorangan ataupun lembaga ataupun instansi kesehatan.
41
Dimana cara untuk dapat melakukan pembuatan surat keterangan sakit ialah
seseorang mendatangi instansi kesehatan baik itu puskemas, klinik atau rumah sakit
atau ke tempat praktik dokter perseorangan yang telah memiliki izin praktik. Setelah
itu dokter akan membuat rekam medis seseorang dan setelah dilakukan pemeriksaan
baik itu secara fisik maupun bertanya secara langsung kepada yang bersangkutan
apakah ada keluhan serta riwayat penyakit dari seseorang tersebut. Kemudian dokter
mengidentifikasikan bahwa semuanya telah sesuai dengan hasil pemeriksaan yang
dilakukan lalu dokter membuat diagnose bahwa yang bersangkutan itu dinyatakan
sakit dan perlu istirahat.
Adapun isi dari surat keterangan sakit itu meliputi nama lengkap, umur, diagnose dari
dokter, dan keterangan diberikan istirahat untuk sekian hari.
42
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Penelitian Hukum adalah suatu penelitian yang mempunyai obyek hukum baik
hukum sebagai suatu ilmu atau aturan-aturan yang sifatnya dogmatis maupun hukum
yang berkaitan dengan perilaku dan kehidupan masyarakat. Menurut pendapat
Soerjono Soekanto, Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara
menganalisisnya.29
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah yang didasarkan pada
peraturan perundang-undangan; teori-teori, dan konsep-konsep yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pendekatan tersebut
dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari kaidah-kaidah, norma-norma,
aturan-aturan, yang erat hubungannya dengan penulisan penelitian ini
b. Pendekatan yuridis empiris adalah dengan mengadakan penelitian lapangan,
yaitu dengan melihat fakta-fakta yang ada dalam praktik dan pelaksanaannya.
Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari kenyataan yang
29
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers : Jakarta, 2004, hlm. 1
43
terjadi pada praktik lapangan, dimana pendekatan ini dilakukan dengan
wawancara langsung terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui dan ada
kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas dan diperoleh atau
didapatkan dilokasi penelitian.
B. Sumber dan Jenis Data
Jenis data dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang akan diperoleh
langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.30
Sumber data
yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama.31
Secara langsung dari hasil penelitian lapangan, baik melalui
pengamatan dan wawancara dengan para responden, dalam hal ini adalah
pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan skripsi ini.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan menelusuri literatur-
literatur maupun peraturan-peraturan dan norma-norma yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pada umumnya data
30
Abdulkadir Muhammad, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika. 2004, hlm. 168 31
Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. hlm. 30
44
sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera.32
Data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, antara lain:
1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Jo Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya
dengan bahan hukum primer, yang dapat memberikan penjelasan terhadap
bahan-bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku, literatur, dan hasil
penelitian yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang
terdiri dari literatur-literatur, kamus, media elektronik dan lain-lain.
C. Penentuan Narasumber
Narasumber adalah seseorang yang memberikan informasi yang diinginkan dan dapat
memberikan tanggapan terhadap informasi yang diberikan. Pada penelitian ini
penentuan Narasumber hanya dibatasi pada
32
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007 hlm.
12
45
1. Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri : 1 Orang
2. Ahli IT Kementerian Komunikasi dan Informatika : 1 Orang+
2 Orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Penyusunan skripsi ini sesuai dengan jenis dan sumber data sebagaimana ditentukan
diatas mempergunakan dua macam prosedur, dalam rangka mengumpulkan data yang
dipergunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Prosedur Pengumpulan Data
a. Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan merupakan usaha mendapatkan data-data primer dalam hal
penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung, yaitu
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan
secara lisan kedapa pihak-pihak yang besangkutan dengan maksud untuk
memperoleh tanggapan atau jawaban dari responden tentang permasalahan
skripsi ini
b. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang bersumber dari
dokumentasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas,
yang berhubungan dengan informan yang dikehendaki oleh peneliti. Data
atau informasi yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder.
Pengumpulan data sekunder adalah terlebih menerima sumber pustaka,
46
buku-buku, peraturan perundang-undangan dan lain-lain yang berkaitan
dengan permasalahan.
2) Pengolahan Data
Data primer dan data sekunder yang telah diproses dan terkumpul baik studi lapangan
ataupun studi kepustakaan kemudian diproses melalui pengolahan dan pengkajian
data. Data yang diperoleh diolah melalui proses:
a. Editing, yaitu proses pemeriksaan kembali data yang diperoleh sehingga
didapatkan data yang lengkap, jelas dan relevan dengan penelitian sesuai
dengan yang diharapkan
b. Klasifikasi Data, yaitu mengelompokkan data yang diperoleh menurut
kerangka yang telah ditetapkan sesuai dengan jenis dan hubungannya dengan
masalah penelitian ini
c. Sistemasi Data, yaitu menyusun dan menempatkan data pada tiap-tiap pokok
bahasan secara sistematis sehingga mempermudah inteprestasi data dan
terciptanya keteraturan dalam menjawab permasalahan.
E. Analisis Data
Setelah data sudah terkumpul, data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya adalah
dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan
data dan fakta yang dihasilkan atau dengan kata lain yaitu dengan menguraikan data
47
dengan kalimat-kalimat yang tersusun secara terperinci, sistematis dan analisis,
sehingga akan mempermudah dalam membuat kesimpulan dari penelitian dilapangan
dengan suatu interprestasi, evaluasi dan pengetahuan umum. Setelah data dianalisis
maka kesimpulan terakhir dilakukan dengan metode induktif yaitu berfikir
berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum.
80
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, maka penulis telah mengambil
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Peran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Dalam Penanggulangan
Kejahatan Pemalsuan Surat Keterangan Sakit Melalui Media Online sesuai
dengan peranan normatif dan peranan faktual. Peranan Normatif dilaksanakan
beradasarkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan tugas pokok, fungsi,
dan wewenang yang dimilikinya. Peran faktual dilaksanakan dengan proses
penyelidikan dan penyidikan, yaitu serangakaian tindakan yang ditempuh oleh
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk
mencari serta mengumpulkan bukti tentang kejahatan pemalsuan surat
keterangan sakit melalui media online.
2. Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum kejahatan pemalsuan surat
keterangan sakit melalui media online
Terdapat beberapa masalah yang menjadi faktor sulitnya melakukan penyidikan
tindak pidana ITE antara lain:
a. Faktor Hukumnya sendiri, yaitu penegakan hukum di Indonesia masih kurang
terutama dibidang transaksi elektronik dikarenakan banyak orang yang sudah
mulai menggunakan transaksi elektronik namun regulasi belum dapat
ditegakkan secara sempurna, ia menjelaskan etika dan penegakan hukum
81
transaksi elektronik di Indonesia masih sangat rendah. Penegakan hukum
transaksi elektronik diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasik dan Transaksi Elektronik dinilai kurang efektif meski transaksi
sudah sering digunakan. Selain itu, kasus yang berkaitan dengan sosial media
belum mendapat perhatian dari pemerintah
b. Faktor Penegak Hukum, yaitu Kuantitas dari penegak hukum seperti
kepolisian yang menjadi bagian terdepan dari penegakan huum sangat
menentukan hasil dari proses penegakan hukum itu sendiri. Jumlah anggota
kepolisian yang kurang menimbulkan banyak hambatan seperti pada saat
proses penegakan hukum apalagi kasus pemalsuan surat keterangan sakit
melalui online. Kualitas dari penegak hukum juga sangat menentukan dan
sangat diperlukan karena pengetahuan aparat penegak hukum yang kurang
mengenai pemalsuan online ini dapat menjadi faktor yang menghambat dalam
penegakan hukum.
c. Faktor Sarana dan Fasilitas yang mendukung, yaitu mencakup tenaga manusia
yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya.
d. Faktor Masyarakat, yaitu adalah masih adanya keengganan masyarakat untuk
menjadi saksi dalam proses penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana.
Serta masih banyak masyarakat yang juga masih menggunakan surat
keterangan sakit palsu tersebut sebagai alasan mereka untuk tidak dapat pergi
beraktivitas seperti biasanya dan tidak melaporkan tindak pidana kepada
aparat penegak hukum dapat menghambat proses penyidikan pelaku kejahatan
pemalsuan surat keterangan sakit melalui media online. Kurangnya literasi
atau pengetahuan masyarakat akan suatu kejadian kejahatan atau tindak
pidana. Dimana banyak masyarakat yang enggan untuk mengetahui informasi
yang bukan menjadi urusannya, sehingga banyak masyarakat yang masih
bersikap acuh terhadap suatu informasi baru terkait dampak penggunaan surat
keterangan sakit palsu yang mereka beli secara online
e. Faktor Kebudayaan
82
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan
saran:
1) Perlu adanya sarana dan fasilitas yang memadai guna memaksimalkan kinerja
kepolisian dalam melakukan penyidikan. Disertai dengan peningkatan kualitas
dan kuantitas dari kepolisian itu sendiri dengan cara diberikannya pelatihan-
pelatihan yang berkaitan dengan teknologi dan informasi khususnya pelatihan
di bidang siber serta penambahan jumlah personil dan peningkatan anggaran
yang cukup agar kepolisian dapat menjalankan tugas dan kewajibannya
dengan maksimal.
2) Kepolisian perlu mengadakan sosialisasi dengan bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait dalam hal ini ialah Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter
Indonesia serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dengan
memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai dampak dari penggunaan
surat keterangan sakit palsu dan tata cara membuat surat keterangan sakit
yang sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Ali, Achmad. 2002. Menguak tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis.
Jakarta. PT. Gunung Agung
Amiruddin. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Atmasasmita, Romli. 1984. Bunga Rampai Kriminologi. Jakarta. Rajawali Pers
Bisri, Ilhami. 2004. Sistem Hukum Indonesia. Jakarta: Grafindo Persada.
Darmawan, Moh. Kemal. 1994. Strategi Pencegahan Kejahatan. Bandung. Citra
Bakti
Gunakarya, Wildiada. 2012. Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana. Bandung.
Alfabeta
Gunawan, Panji. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Gama
Kelana, Momo. 1972. Hukum Kepolisian Perkembangan di Indonesia Suatu Studi
Histories Komperatif. PTIK : Jakarta
Mansur, Dikdik M. Arief & Elisatris Gultom. 2005. Cyber Law: Aspek Hukum
Teknologi Informasi. Bandung. Refika Aditama.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Citra
Aditya Bakti
----------. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Citra Aditya Bakti
Muladi & Barda Nawawi Arief. 2007. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung.
Alumni
Rahardi, Pudi. 2007. Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri).
Laksbang Mediatama : Surabaya
Rizki H, Budi dan Fathonah, Rini. 2014. Stui Lembaga Penegak Hukum (SLPH).
Justice Publisher : Bandar Lampung
Sadjijono. 2006. Hukum Kepolisian. Laksbang Presindo : Yogyakarta
Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat. Bandung.
Alumni
----------. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers
----------. 2003. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta. Grafindo Persada
----------. 2004. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta. Rajawali Pers
Sunarso, Siswanto. 2009. Hukum Informasi dan Teknologi Elektronik: Studi Kasus
Prita Mulyasari. Jakarta. Rineka Cipta
Sunarto. 2016. Keterpaduan Dalam Penanggulangan Kejahatan, Aura : Bandar
Lampung.
Sunggono, Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada
---------- 2010. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta. Sinar Grafika
Suparni, Niniek. 2009. Cyberspace: Problematika dan Antisipasi Pengaturannya.
Jakarta. Sinar Grafika.
Suseno, Sigid. 2012. Yurisdiksi Tindak Pidana Siber. Bandung. PT. Refika Aditama
Purwodarminto, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka
B. Undang-Undang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
C. Lain-Lain
https://id.wikihow.com/Mendapatkan-Surat-Sakit diakses pada tanggal 4 Maret 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial diakses pada tanggal 3 Maret 2018 Pukul
10.00 WIB
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/12/14580671/polisi-tangkap-penjual-surat-
keterangan-sakit-palsu diakses pada tanggal 3 April 2018 pukul 15.45 WIB
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/18/01/12/p2fsqa354-polisi-
tangkap-sindikan-pembuat-surat-keterangan-sakit-palsu diakses pada tanggal
3 April 2018 pukul 15.53 WIB
1https://news.okezone.com/read/2018/01/12/338/1844099/penjual-surat-dokter-palsu-
ditangkap-harga-jual-capai-rp500-ribu diakses pada tanggal 3 April pukul
16.00 WIB