(Skripsi) Oleh DONI PRAMANDAdigilib.unila.ac.id/55920/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · study...
Transcript of (Skripsi) Oleh DONI PRAMANDAdigilib.unila.ac.id/55920/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · study...
ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNGKAWASAN EKOWISATA BAHARI
DI WILAYAH PESISIR LAMPUNG SELATAN(STUDI KASUS DI KECAMATAN BAKAUHENI, RAJABASA,
KALIANDA, DAN KATIBUNG, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)
(Skripsi)
Oleh
DONI PRAMANDA
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
ABSTRAK
ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNGKAWASAN EKOWISATA BAHARI
DI WILAYAH PESISIR LAMPUNG SELATAN(STUDI KASUS DI KECAMATAN BAKAUHENI, RAJABASA,
KALIANDA, DAN KATIBUNG, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)
Oleh
DONI PRAMANDA
Kegiatan pariwisata di Provinsi Lampung telah berkembang sangat pesat. Salahsatunya di Kabupaten Lampung Selatan yang kini mulai bermunculan tempat-tempat wisata baru namun masih belum terkelola dengan baik oleh pihakpemerintah maupun masyarakat setempat. Tujuan dari kajian ini adalah untukmengetahui apa saja sumberdaya ekowisata bahari di wilayah Lampung Selatan,menganalisis kesesuaian wisata, menghitung daya dukung kawasan, melakukanpenyajian kawasan ekowisata bahari menggunakan GIS dan menganalisiskeberhasilan penerapan konsep ekowisata bahari berbasis masyarakat.. Lokasipenelitian berada pada 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bakauheni, Rajabasa,Kalianda, dan Katibung. Untuk Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, dan Kaliandaekowisata berupa pantai rekreasi, serta ekosistem mangrove pada KecamatanKatibung. Kajian yang dilakukan adalah analisis indeks kesesuaian wisata (IKW)dan daya dukung kawasan (DDK) oleh Yulianda (2007). Data-data yang diperolehdiinformasikan melalui peta digital berbasis system informasi geografis. Hasilperhitungan IKW untuk kategori objek wisata mangrove di Kecamatan Katibungadalah 72 % (S2 Sesuai). Sedangkan hasil perhitungan IKW untuk kategoripantai rekreasi di 3 kecamatan cukup beragam dengan kategori Sangat Sesuai (S1)pada Pantai Canti dan Pantai Bagus serta kategori Sesuai (S2) pada PantaiSapenan dan Pantai Tapak Kera. Hasil perhitungan DDK pada wilayah ekowisatabahari di Lampung Selatan cukup beragam dengan nilai 36 orang/hari untukwisata Mangrove Sebalang dan 20 orang/hari untuk Pantai Bagus. Di KabupatenLampung Selatan, perkembangan Community Based Tourism (CBT) ditandaidengan pendirian Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) pada tahun 2015dengan dukungan dari Dinas Pariwisata Lampung Selatan serta pihak swasta yangterkait. Kesimpulan dari penelitian ini adalah objek ekowisata bahari diKabupaten Lampung Selatan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan,
untuk itu diperlukan partisipasi dan dukungan dari masyarakat setempat bersamadengan pihak pemerintah maupun stakeholder.
Kata Kunci: Ekowisata bahari, Indeks Kesesuaian Wisata, Daya DukungKawasan, Geographic Information System, Community BasedTourism
ABSTRACT
ANALYSIS OF SUITABILITY AND CARRYING CAPACITY OFMARITIME ECOTOURISM AREAS IN
THE SOUTHERN COASTAL REGION OF LAMPUNG(CASE STUDY IN BAKAUHENI SUB-DISTRICT, RAJABASA,
KALIANDA, AND KATIBUNG, SOUTHERN LAMPUNG DISTRICT)
By
DONI PRAMANDA
Tourism activities in Lampung Province has been growing very rapidly. One ofthem is in South Lampung Regency, which is now starting to emerge new touristattractions but still not well managed by the government or the local community.The purpose of this study is to find out what are marine maritime ecotourismresources in the South Lampung region, analyze tourist suitability, calculate thecarrying capacity of the area, present marine tourism ecotourism areas using GISand analyze the success of applying the concept of community-based marineecotourism. namely the Districts of Bakauheni, Rajabasa, Kalianda, and Katibung.For Bakauheni District, Rajabasa, and Kalianda ecotourism in the form ofrecreational beaches, as well as mangrove ecosystems in Katibung District. Thestudy conducted was an analysis of the tourism suitability index (IKW) andregional carrying capacity (DDK) by Yulianda (2007). The data obtained isinformed through digital maps based on geographic information systems. Theresults of the calculation of IKW for the category of tourist attraction formangroves in the District of Katibung are 72% (S2 Corresponding). Whereas thecalculation of IKW for the recreational beach category in 3 sub-districts is quitediverse with the Very Appropriate category (S1) on Canti Beach and Bagus Beachand the Fit (S2) category on Sapenan Beach and Tapak Kera Beach. The results ofDDK calculations in the maritime ecotourism area in South Lampung are quitediverse with a value of 36 people / day for a Barrier Mangrove tour and 20 people/ day for Bagus Beach. In South Lampung Regency, the development ofCommunity Based Tourism (CBT) was marked by the establishment of theTourism Awareness Group (POKDARWIS) in 2015 with support from the SouthLampung Tourism Office and related private parties. The conclusion of this studyis that the object of marine ecotourism in South Lampung Regency has goodpotential to be developed, for that it requires participation and support from thelocal community together with the government and stakeholders.
Keywords: Maritime ecotourism, Tourism Suitability Index, Regional CarryingCapacity, Geographic Information System, Community BasedTourism
ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG
KAWASAN EKOWISATA BAHARI
DI WILAYAH PESISIR LAMPUNG SELATAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN BAKAUHENI, RAJABASA,
KALIANDA, DAN KATIBUNG, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)
Oleh :
DONI PRAMANDA
1315011037
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 28 Januari
1996. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Suhaimi dan Ibu Korneti. Penulis
memiliki satu kakak laki-laki bernama Jimmy Feriaji dan
satu adik perempuan bernama Yesi Tri Melianti.
Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak Al-Azhar 2 Kota
Bandar Lampung pada tahun 2000, pada tahun 2001 memasuki Sekolah Dasar Al-
Azhar 2 Bandar Lampung, kemudian pada tahun 2007 melanjutkan jenjang
pendidikan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung, dan SMA Al-Kautsar Bandar
Lampung pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) pada tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa penulis turut
dalam organisasi kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai anggota
Eksekutif Muda pada periode 2013/2014 dan terdaftar sebagai anggota Staff
Internal pada periode 2014/2015. Setelah itu, penulis aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS UNILA). Pada tahun 2016 penulis
melakukan Kerja Praktik pada proyek pembangunan Hotel Park Inn by Radisson
Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah melakukan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di desa Wayakrui, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah
selama 40 hari pada periode Januari - Februari 2017.
MOTTO
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agarmereka beribadah kepada-Ku
(QS Az-Zariyat 56)
Orang mulia adalah bukan orang yang dimuliakan, tetapi orangyang bisa memuliakan orang lain
Orang terhormat adalah bukan orang yang dihormati, tetapiorang yang bisa menghormati orang lain
(Wijayanto)
Kalau hari ini kita menjadi penonton bersabarlah menjadipemain esok hari
(Anonim)
LEMBAR PERSEMBAHAN
Rasa syukur yang tiada henti kuucapkan pada Allah SWT,
atas segala nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan.
Dengan penuh rasa cinta, kupersembahkan karya ini
kepada
Ibunda dan Ayahanda ku tersayang
yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayang disetiap langkah, melantunkan
harapan dalam setiap doa,
mendukung sepenuhnya baik moril maupun materil demi sebuah cita-cita di masa
depan.
Juga untuk saudara, keluarga, serta teman-temanku
yang senantiasa mendukung keberhasilanku
dan
Almamater Tercinta.
SANWACANA
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata
Bahari di Wilayah Pesisir Lampung Selatan (Studi Kasus di Kecamatan
Bakauheni, Rajabasa, Kalianda, dan Katibung, Kabupaten Lampung
Selatan)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini Penulis banyak mendapatkan ilmu, pengetahuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Yuda Romdania S.T., M.T. sebagai Pembimbing Pertama serta Orang
Tua Penulis ketika kuliah di Teknik Sipil Universitas Lampung atas bantuan,
bimbingan, motivasi dan kesediaannya dalam meluangkan waktu.
2. Bapak Dr. Endro P Wahono, S.T., M.Sc. sebagai Pembimbing Kedua serta
Orang Tua Penulis ketika kuliah di Teknik Sipil Universitas Lampung atas
bantuan, bimbingan, motivasi dan saran-saran yang membangun selama
Penulis menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Dr. Ahmad Herison, S.T., M.T. sebagai Pembahas yang telah
memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat serta saran guna menyempurnakan
skripsi.
4. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing Akademik
dan Ketua Jurusan Teknik Sipil, beserta seluruh dosen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Lampung.
5. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
6. Kedua orang tuaku, Bapak Suhaimi dan Ibu Korneti yang senantiasa
memberikan curahan kasih dan sayang, doa yang tiada henti serta dukungan
moril maupun materil untuk sebuah cita-cita di masa depan.
7. Kakak dan adikku tersayang, Jimmy Feriaji, Yesi Satria, dan Yesi Tri
Melianti yang senantiasa menjadi semangat, memotivasi dan mendoakan
Penulis.
8. Teman–teman seperjuangan skripsi ecotourism, Dipo Akbar Ferdiansyah,
Fazario Adhitya, Kgs Fajar Azhari yang telah memberikan waktu, keringat
dan darahnya berjuang bersama melewati masa-masa penelitian.
9. Teman-teman pendukung, Willy Brillian Yoshua, Ahmad Ega Wiratama,
Faishal M Hanun, Gus ferdi yang telah membantu dalam keberhasilan
penulisan skripsi ini
10. Sahabat-sahabat terbaik saya, Adi Indra Jaya dan Rizki Ananda Saprudin
yang bersama untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
11. Teman-teman Teknik Sipil UNILA angkatan 2013, atas kekerabatan dan
kebersamaan yang indah selama meraih menuntut ilmu di Teknik Sipil
Universitas Lampung.
Penulis mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
balasan kebaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan pengetahuan bagi siapa
saja yang menggunakannya. Amin...
Bandar Lampung, Februari 2019
Penulis,
Doni Pramanda
DAFTAR ISI
......... HalamanDAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1A. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5C. Batasan Masalah .................................................................................. 6D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7E. Kerangka Berfikir ................................................................................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10A. Penelitian Terdahulu (State Of The Art) .......................................... 10B. Ekowisaa Bahari .................................................................................. 12
1. Pantai ............................................................................................... 122. Mangrove ........................................................................................ 153. Padang Lamun ................................................................................. 204. Terumbu Karang (Coral Reef) ........................................................ 21
C. Geographic Information System ......................................................... 22D. Ekowisata Berbasis Masyarakat .......................................................... 24E. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) ...................................................... 25F. Daya Dukung Kawasan Wisata ......................................................... 28
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 31A. Lokasi Penelitian .................................................................................. 31B. Data ....................................................................................................... 33C. Peralatan ................................................................................................ 34D. Tahapan Penelitian ............................................................................... 35
1. Analisis Kesesuaian Kawasan Ekowisata Bahari ............................ 362. Analisis Daya Dukung Kawasan ..................................................... 463. Penyajian Ekowisata Bahari ............................................................ 47
E. Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 49A. Potensi Objek Ekowisata Bahari ......................................................... 50
1. Pantai Tanjung Mengkudu .............................................................. 50
ii
2. Pantai Belebuk ................................................................................. 533. Pantai Menang Rua ......................................................................... 574. Pantai Wartawan ............................................................................. 595. Pantai Banding ................................................................................ 626. Pantai Canti ..................................................................................... 647. Pantai Bagus .................................................................................... 678. Pantai Sapenan ................................................................................ 699. Pantai Tapak Kera ........................................................................... 7110. Pantai Mangrove Sebalang............................................................... 73
B. Perhitungan Indeks Kesesuaian Kawasan Ekowisata diLampung Selatan ................................................................................... 75
C. Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Kawasan Ekowisata diKabupaten Lampung Selatan ................................................................ 78
D. Peta Digital Berbasis Sistem Informasi Geografis ............................. 80E. Analisa dan Diskusi Hasil Penelitian Ekowisata Bahari di
Kabupaten Lampung Selatan ................................................................ 841. Analisa Hasil Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata
Kabupaten Lampung Selatan ........................................................... 842. Analisa Hasil Perhitungan Daya Dukung Kawasan di
Kabupaten Lampung Selatan ........................................................... 873. Hasil Kesimpulan Analisa Potensi Ekowisata Bahari di
Kabupaten Lampung Selatan ........................................................... 884. Analisis Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Kabupaten
Lampung Selatan ............................................................................. 90
V. PENUTUP .................................................................................................. 98A. Kesimpulan.............................................................................................. 98B. Saran dan Rekomendasi ........................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRANLampiran A (Peta Pemanfaatan Ekowisata Bahari)................................ 102Lampiran B (Administrasi) ........................................................................ 113
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 9
2. Pantai Berpasir ............................................................................................. 13
3. Pantai Berbatu .............................................................................................. 14
4. Pantai Berlumpur ......................................................................................... 14
5. Mangrove Avicennia lanata ......................................................................... 16
6. Mangrove Rhizophora Apiculata ................................................................. 17
7. Mangrove Avicennia Marina ..................................................................... 18
8. Mangrove Acrostichum Aureum .................................................................. 19
9. Padang Lamun (Seagrass) ........................................................................... 20
10. Terumbu Karang .......................................................................................... 22
11. Peta Lokasi Penelitian.................................................................................. 32
12. Tahapan Pengambilan Data ......................................................................... 36
13. Metode Pengambilan Data Mangrove dengan Kombinasi Transek
Kuadrat dengan Jalur .. ................................................................................ 43
14. Diagram Alir Penelitian . ............................................................................. 48
15. Kondisi Pantai Tanjung Mengkudu ............................................................. 51
16. Pulau Mengkudu .......................................................................................... 51
17. Terumbu Karang Acropora Cervicornis di Pulau Sekepal .......................... 54
18. Kondisi Pantai Belebuk................................................................................ 55
iv
19. Pulau Sekepal............................................................................................... 55
20. Kondisi Pantai Menang Rua ........................................................................ 59
21. Kondisi Pantai Wartawan ............................................................................ 61
22. Air Panas Pantai Wartawan.......................................................................... 62
23. Kondisi Pantai Banding ............................................................................... 64
24. Kondisi Pantai Canti .................................................................................... 66
25. Kondisi Pantai Bagus ................................................................................... 67
26. Kondisi Pantai Sapenan ............................................................................... 71
27. Kondisi Pantai Tapak Kera .......................................................................... 72
28. Mangrove Sebalang ..................................................................................... 75
29. Hasil Digitasi Kecamatan Bakauheni .......................................................... 80
30. Membuat Layer Baru ................................................................................... 81
31. Memilih Opsi Sesuai dengan Kebutuhan Layer.. ........................................ 82
32. Membuat Atribut Informasi yang Akan Dimasukkan.................................. 83
33. Hasil Digitasi Objek Ekowisata Bahari ....................................................... 83
34. Tampilan Informasi Objek Ekowisata Bahari.............................................. 84
35. Green Canyon Pantai Menang Rua.............................................................. 89
36. Pantai Menang Rua ...................................................................................... 90
37. Peta Lokasi GIS Lampung Selatan .............................................................. 102
38. GIS Pantai Tanjung Mengkudu ................................................................... 103
39. GIS Pantai Belebuk...................................................................................... 104
40. GIS Pantai Menang Rua............................................................................... 105
41. GIS Pantai Wartawan................................................................................... 106
42. GIS Pantai Banding...................................................................................... 107
v
43. GIS Pantai Canti .......................................................................................... 108
44. GIS Pantai Bagus ........................................................................................ 109
45. GIS Pantai Sapenan ..................................................................................... 110
46. GIS Pantai Tapak Kera ............................................................................... 111
47. GIS Mangrove Sebalang ............................................................................. 112
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Penelitian Terdahulu (State of the art)......................................................... 11
2. Matriks Kesesuaian Wisata Pantai Kategori Rekreasi................................. 26
3. Matriks Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove........................................ 27
4. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) ................. 29
5. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata ............... 30
6. Data–data Primer ......................................................................................... 33
7. Data–data Sekunder ..................................................................................... 34
8. Peralatan dan Bahan..................................................................................... 34
9. Keterkaitan Tujuan Penelitian, Komponen Data, Sumber Data, dan
Metode Analisis Data................................................................................... 35
10. Matriks Kesesuaian Kawasan untuk Ekowisata Pantai Rekreasi................. 38
11. Matriks Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove........................................ 39
12. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt) ................. 47
13. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan.. .............................................................. 47
14. Infrastruktur Pantai Tanjung Mengkudu...................................................... 52
15. Infrastruktur Pantai Belebuk ........................................................................ 56
16. Infrastruktur Pantai Menang Rua................................................................. 58
17. Infrastruktur Pantai Wartawan ..................................................................... 61
18. Infrastruktur Pantai Banding........................................................................ 63
vii
19. Infrastruktur Pantai Canti............................................................................. 66
20. Infrastruktur Pantai Bagus ........................................................................... 68
21. Infrastruktur Pantai Sapenan........................................................................ 70
22. Infrastruktur Pantai Tapak Kera .................................................................. 73
23. Infrastruktur Mangrove Sebalang ................................................................ 75
24. Penilaian Matrik Kesesuaian Lahan untuk Aktivitas Wisata Pantai
Rekreasi pada Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, dan Kalianda ................. 76
25. Penilaian Matriks Kesesuaian Lahan untuk Ekowisata Mangrove di
Kecamatan Katibung, Lampung Selatan...................................................... 77
26. Indeks Kesesuaian Wisata untuk Aktivitas Wisata di Kabupaten
Lampung Selatan ......................................................................................... 78
27. Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata Pantai Rekreasi dan
Ekowisata Mangrove di Kabupaten Lampung Selatan ................................ 79
28. Hasil Perhitungan IKW dan DDK di Kabupaten Lampung Selatan ............ 88
29. Faktor Keberhasilan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Kabupaten
Lampung Selatan ......................................................................................... 91
ii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman1. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Kabupaten Lampung Selatan........ 11
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan wilayah laut yang sangat luas, sekitar
2/3 wilayah negara ini berupa lautan (Ridwan Lasabuda, 2013). Melalui
Deklarasi Djuanda, 13 Desember 1957, Indonesia menyatakan kepada dunia
bahwa laut Indonesia (laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan
Indonesia) menjadi satu kesatuan wilayah NKRI (Ridwan Lasabuda, 2013).
Dengan alasan itu, sesuai pada RUU tentang Landas Kontinen Indonesia
tahun 2012, Indonesia pun diakui secara internasional sebagai Negara
Maritim yang ditetapkan dalam UNCLOS (United Nations Convention on
the Law of the Sea) pada tahun 1982 yang memberikan kewenangan dan
memperluas wilayah laut Indonesia dengan segala ketetapan yang
mengikutinya. Selain itu juga terjadi perluasan hak-hak berdaulat atas
kekayaan alam di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) serta landas kontinen
Indonesia juga masih memiliki hak atas pengelolaan natural reseources di
laut bebas dan di dasar samudera. Kesemuanya ini menjadikan Indonesia
sebagai negara yang sangat kaya (Nunung Mahmudah, 2015).
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman sumberdaya
alam laut yang sangat potensial, baik hayati dan nonhayati. Potensi hayati
2
seperti perikanan, mangrove dan terumbu karang. Sedangkan potensi
nonhayati seperti sumber energi minyak dan gas bumi, mineral langka,
media transportasi antar pulau serta objek pariwisata.
Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat patut untuk memanfaatkan
sumber daya laut dan pesisir secara optimal. Untuk itu, diperlukan upaya
penataan ruang sebagai kebijakan dari pemerintah. UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan UU N0. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menjadi dasar dalam pengelolaan
wilayah pesisir di Indonesia.
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dunia. Pariwisata
memberikan kontribusi lebih dari 10% dari total lapangan pekerjaan, 11%
dari Gross Domestic Product (GDP) dunia dan total perjalanan wisata
diperkirakan meningkat menjadi 1,6 miliar pada Tahun 2020 (WWF
International, 2001). Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri
pariwisata global, maka perkembangan industri pariwisata Indonesia juga
mengalami perkembangan yang pesat.
Perkembangan pariwisata yang semakin pesat di Indonesia akan
meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke berbagai obyek wisata
alam di Indonesia. Hal ini sangat berdampak positif dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal hingga nasional, namun juga
terdapat dampak negatif yang akan menimbulkan degradasi lingkungan
alam, sosial, dan budaya tempat lingkungan wisata (Widada, 2008).
3
Ekowisata bahari adalah salah satu cara pengembangan kawasan pariwisata
dalam suatu wilayah, namun dengan tetap memperhatikan kualitas ekologis
baik secara fisik maupun sosial serta fungsi secara ekologi dan stabilitas
lingkungan yang tetap terjaga (Yar Johan, 2016). Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di
Daerah memberikan definisi ekowisata yaitu kegiatan wisata alam di daerah
yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan,
pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumber daya
alam serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Sedangkan definisi
ekowisata bahari menurut Marine Ecotourism for the Atlantic Area (META,
2011) dalam Anggraini (2013) adalah segala bentuk aktivitas ekowisata
yang mengambil tempat pada daerah-daerah zona pantai dan lingkungan
laut. Konsep ekowisata bahari ini diharapkan untuk tetap memperhatikan
keadaan lingkungan, ekonomi, dan adat budaya masyarakat disekitarnya.
Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu wilayah Lampung dengan
objek wisata bahari yang memiliki panorama alam dan budaya berkonsep
ekowisata. Potensi objek wisata yang berada di Kabupaten Lampung
Selatan dalam tahap awal perkembangan dan membutuhkan perhatian
khusus dari pemerintah untuk pengembangannya.
Amar Daumi (2012) dalam penelitiannya yang melakukan pemetaan objek
wisata alam di Kabupaten Tanggamus, menemukan bahwa faktor penyebab
belum berkembangnya objek wisata adalah banyak objek wisata yang belum
dikenal oleh masyarakat, kurangnya informasi mengenai sebaran objek,
sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang kurang memadai,
4
pengelolaan objek wisata yang masih bersifat tradisional, dan aksesibilitas
menuju objek wisata yang masih sulit dijangkau. Faktor-faktor di atas
adalah alasan utama dibutuhkannya pengembangan kawasan wisata bahari
agar dapat memberikan keuntungan ekonomi secara langsung kepada
masyarakat selaku pengelola.
Penyampaian informasi tentang daerah pariwisata sangat dibutuhkan dalam
pengembangan ekowisata bahari. Penyampaian informasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan membuat peta digital sebaran
objek wisata bahari. Fungsi peta tersebut sebagai media informasi tentang
suatu objek kepada pengguna, atau sebagai sistem komunikasi penyajian
informasi agar mudah diterima dan cepat dipahami.
Konsep ekowisata bahari sangat berperan penting terhadap pendidikan,
penelitian, bisnis plan, konservasi, dan coastal enggineering. Saat ini
masyarakat di wilayah pesisir belum sepenuhnya ikut andil dalam kegiatan
ekowisata bahari. Masih banyak objek-objek ekowisata bahari yang
memiliki potensi untuk lebih dikembangkan. Seperti pantai yang belum
terjamah oleh masyarakat, spot-spot terumbu karang yang masih alami,
hingga ekosistem mangrove yang sangat penting untuk wilayah pesisir dan
sekaligus memiliki nilai ekonomis.
Menurut Ahmad Herison (2018), “Tuhan telah menciptakan bumi dan seisi-
Nya berikut keindahan alam Nya. Kita selaku pengelola hanya dapat
memberikan media dan sarana sehingga wisatawan yang datang dapat
menikmati keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan. Manusia tidak
5
boleh mengganggu keindahan alam yang telah diciptakan secara sempurna
oleh Tuhan. Oleh karena itu, masyarakat maupun pengelola objek wisata
bahari harus saling menjaga alam yang sudah ada”.
Pada tahun 2013, sesuai SK Bupati Kabupaten Lampung Selatan
dibentuklah Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) untuk
mengembangkan setiap potensi ekowisata yang ada di Kabupaten Lampung
Selatan. Dengan POKDARWIS, pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan dalam pengelolaan ekowisata bahari berbasis masyarakat
sehingga perekonomian masyarakat pun dapat ditingkatkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya
ekowisata bahari di wilayah Lampung Selatan yang dapat dikembangkan,
menganalisis kesesuaian wisata dan menghitung daya dukung kawasan
ekowisata bahari berbasis masyarakat pada lokasi penelitian. Hasil-hasil
dari analisis tersebut dituangkan ke dalam peta digital berupa software GIS
(Geographic Information System). Peta itu diharapkan dapat membantu
masyarakat maupun pemerintah dalam melakukan pengembangan kawasan
ekowisata bahari pada wilayah pesisir Kabupaten Lampung Selatan.
B. Rumusan Masalah
Potensi alam yang besar dan belum banyak dikenal oleh wisatawan serta
pengelolaan yang belum maksimal adalah alasan utama dibutuhkannya
pengembangan kawasan wisata bahari, yang sekaligus dapat memberikan
keuntungan ekonomi secara langsung terhadap masyarakat. Ekowisata
bahari berbasis masyarakat adalah salah satu konsep alternatif untuk
6
pengembangan kawasan pariwisata dalam suatu wilayah, namun dengan
tetap memperhatikan kualitas ekologis baik secara fisik maupun sosial serta
fungsi secara ekologi dan stabilitas lingkungan tetap terjaga (Yar Johan,
2016).
Dengan kondisi tersebut diatas, maka hal – hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Apa saja sumberdaya ekowisata bahari di Kecamatan Bakauheni,
Rajabasa, Kalianda, dan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan?
2. Komponen apa yang dapat mendukung keberlanjutan sumberdaya alam
yang menjadi dasar pengembangan ekowisata bahari berbasis
masyarakat di Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, dan Kalianda,
Kabupaten Lampung Selatan?
3. Bagaimana kondisi sumberdaya alam wilayah pesisir Kecamatan
Bakauheni, Rajabasa, Kalianda, dan Katibung, Kabupaten Lampung
Selatan?
4. Bagaimana pemetaan wilayah ekowisata bahari di Kecamatan
Bakauheni, Rajabasa, Kalianda, dan Katibung, Kabupaten Lampung
Selatan?
C. Batasan Masalah
Penelitian yang akan dilakukan mengarah pada zonasi potensi wilayah
ekowisata bahari di Kabupaten Lampung Selatan. Pada penelitian ini
dilakukan pembatasan terhadap masalah-masalah yang ada, yakni:
7
1. Lokasi penelitian atau wilayah pengambilan data hanya di lingkup
Kecamatan Bakauheni, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Kalianda, dan
Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan.
2. Digunakan konsep ekowisata bahari pada pengembangan objek wisata.
3. Analisis yang digunakan adalah menghitung indeks kesesuaian wisata
dan daya dukung kawasan tersebut dengan menggunakan Indeks
Kesesuaian Wisata (IKW) dan Daya Dukung Kawasan (DDK) Yulianda
(2007)
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apa saja sumberdaya ekowisata bahari di Kecamatan
Bakauheni, Rajabasa, Kalianda, dan Katibung, Kabupaten Lampung
Selatan.
2. Menganalisis kesesuaian kawasan ekowisata bahari berupa pantai
rekreasi menggunakan indeks kesesuaian wisata Yulianda (2007) pada
Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, dan Kalianda, Kabupaten Lampung
Selatan.
3. Menganalisis kesesuaian kawasan ekowisata bahari berupa ekosistem
mangrove menggunakan indeks kesesuaian wisata Yulianda (2007) di
Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan.
4. Menghitung daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di
Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, Kalianda dan Katibung, Kabupaten
Lampung Selatan.
8
5. Melakukan penyajian kawasan ekowisata bahari menggunakan GIS
(Geographic Information System) pada Kecamatan Bakauheni,
Rajabasa, Kalianda, dan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan.
6. Menganalisis keberhasilan penerapan konsep ekowisata bahari berbasis
masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.
9
E. Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Memahami kondisi Kabupaten Lampung Selatan
memiliki potensi ekowisata bahari yang luar biasa.
Dengan acuan jurnal-jurnal
yang sudah ada, dilakukan
perencanaan ekowisata bahari
yang sesuai dengan keadaan di
lokasi penelitian.
Memahami perencanaan
ekowisata berbasis teknik sipil,
serta analisis-analisis yang akan
digunakan sesuai dengan kondisi
dilokasi penelitian
Melakukan pengumpulan data dilokasi penelitian seperti dokumentasi,
penilaian parameter indeks kesesuaian wisata, dan pengukuran panjang
pantai
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Analisis indeks
kesesuaian wisata
Analisis daya
dukung kawasan
ekowisata bahari
Pemetaan wilayah ekowisata bahari
Analisis kesesuaian dan daya dukung kawasan
ekowisata bahari yang dituangkan menjadi peta
informasi pada Kabupaten Lampung Selatan
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu (State Of The Art)
Ekowisata adalah suatu perjalanan wisata dengan tujuan untuk menikmati
lingkungan alam baik yang alami maupun buatan serta tetap menjamin
kelestarian alam dan budaya masyarakat setempat (Rizky Alfira, 2014).
Konsep ekowisata ini sangat baik digunakan pada pengembangan kawasan
bahari yang bertujuan sebagai pemberdayaan masyarakat pesisir. Oleh
karena itu, dibutuhkan pengelolaan ekowisata bahari berbasis masyarakat
pada setiap objek wisata yang akan dikembangkan.
Penelitian ekowisata bahari telah banyak dilakukan dalam bidang
konservasi, namun pada spesifikasi bidang coastal engineering sangat
minim. sehingga setiap studi kasus yang didapat hanya berfokus terhadap
ilmu kelautan maupun perikanan. Dalam penelitian ini, dilakukan
perencanaan ekowisata bahari secara konservasi dan coastal engineering
dengan tetap memperhatikan nilai–nilai ekologi sehingga perencanaan
ekowisata ini tetap berbasis ekologi, teknologi, maupun masyarakat.
Pembelajaran untuk peneliti dari para peneliti pendahulu dalam hal
ekowisata seperti S Maulida (2014), Eka N (2016), Wulandari (2011), M
Fajri (2016), Willy Brilliant Yosua Silaban (2018), Laura Nahuelhual
(2012), Jevgeniy Bluwstein (2017), Amerindia Jaramillo (2012), Braatdan
11
de Groot (2012) dan masih banyak peneliti terdahulu. Berikut adalah
beberapa peneliti terdahulu melalui jurnal internasional mereka.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu (State of the art)
Sumber Judul Jurnal Objek Topik
Pembahasan Lokasi
S. Maulida.,
Dony A
S.Pi, M.Si.,
Andi Z S.Pi,
M.P., 2014
Kesesuaian
Pengembangan
Ekowisata Mangrove
Berbasis Masyarakat
di Desa Malang
Rapat.
Ekowisata
Mangrove
Menganalisis
pengembangan
ekowisata
mangrove
berbasis
masyarakat
Desa
Malang
Rapat,
Kabupaten
Bintan,
Riau.
Eka N. Y.,
Yar Johana.,
Dede
Hatono.,
2016
Analisis Kesesuaian
dan Daya Dukung
Ekowisata Pantai
Kategori Rekreasi
Pantai Laguna, Desa
Merpas, Kabupaten
Kaur.
Pantai Menganalisis
kesesuaian dan
daya dukung
objek wisata
pantai pada
daerah terpencil
Desa
Merpas,
Kabupaten
Kaur.
Wulandari
& Titik
Sumantri,
2011
Implementasi
Manajemen
Kolaboratif Dalam
Pengelolaan
Ekowisata Berbasis
Masyarakat.
Taman
Nasional
Penerapan
manajemen
kolaboratif yang
dilakukan pada
suatu objek
wosata berbasis
masyarakat
Taman
nasional
Gunung
Halimun
Salak
Willy
Brilliant
Yosua
Silaban,
2018
Analisis Zonasi
Ekowisata Bahari
Berbasis Sistem
Informasi Geografis
Pantai Menganalisis
serta memetakan
daerah ekowisata
bahari dengan
bantuan GIS
Kabupaten
Pesisir
Barat,
Lampung
Laura
Nahuelhual
et al., 2012
Mapping recreation
and ecotourism as
cultural ecosystem
services
Hutan dan
Pantai
Menganalisis
kegiatan rekreasi
dan ekowisata
sebagai budaya
Chillie
Selatan,
Chillie
Jevgeniy
Bluwstein.,
2017
Creating ecotourism
territories:
Environmentalities in
Tanzania’s
community-based
conservation
Hutan
Konservas
i
Menciptakan
kawasan
ekowisata:
Pemerhati
lingkungan
berbasis
masyarakat
Tanzania
12
B. Ekowisata Bahari
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah menjelaskan pengertian dari ekowisata
yaitu suatu kegiatan wisata alam yang memiliki tanggungjawab dengan
tetap memperhatikan unsur pendidikan, dukungan serta pemahaman
konservasi pada sumber daya alam dan meningkatkan perekonomian
masyarakat lokal. Menurut Marine Ecotourism for the Atlantic Area
(META, 2011) dalam Anggarini (2013), definisi ekowisata bahari adalah
segala bentuk aktivitas ekowisata yang mengambil tempat pada daerah-
daerah zona pantai dan lingkungan laut.
Pengambilan ikan secara berlebihan akan memberikan dampak terhadap
wkosistem laut yang ada. Tak hanya itu, penggunaan cara-cara yang
dilarang seperti pengeboman terumbu karang untuk mencari ikan,
penggunaan zat kimir dan sebagainya juga dapat mempengaruhi minat
wisatawan untuk berwisata.
1. Pantai
Pantai adalah suatu wilayah daerah yang berada pada tepi perairan dan
dipengaruhi adanya air pasang dan surut. Pantai merupakan batas antara
wilayah yang bersifat daratan dengan wilayah yang bersifat lautan (Ika
Nur dan Rizki Juliawan, 2011). .
Karakteristik bantuk pantai berbeda-beda antara tempat yang satu
dengan tempat lainnya. Ada pantai yang berlumpur, berpasir yang datar
13
dan landai, berbatu dan terjal. Keadaan topografi wilayah pesisir sangat
mempengaruhi bentuk pantai.
a. Pantai Berpasir
Gambar 2. Pantai Berpasir
Pantai berpasir banyak di temui di hampir seluruh wilayah pesisir.
Hal ini disebabkan bahwa pantai berpasir adalah tempat yang sangat
cocok untuk melakukan kegiatan rekreasi. Menurut Islami (2003)
pantai berpasir dengan pasir berwarna hitam biasanya digunakan
pada kegiatan boating, sedangkan pantai dengan pasir berwarna
putih lebih lebih banyak digunakan untuk kegiatan seperti diving,
renang, selancar, dan snorkling.
b. Pantai Berbatu
Pantai berbatu adalah pantai yang memiliki hamparan bibir pantai
berbatu-batu dan memanjang hingga ke laut (Dahuri dkk, 2004).
Pantai berbatu ini biasanya merupakan wilayah yang memiliki
14
keanekaragaman biota maupun tumbuhannya. Biota laut seperti
bintang laut, anemon, moluska, kepiting, hingga ganggang laut
sangat mudah ditemui pada daerah pantai berbatu.
Gambar 3. Pantai Berbatu
c. Pantai Berlumpur
Gambar 4. Pantai Berlumpur
15
Pantai berlumpur memiliki subsrat yang halus. Pantai berlumpur
biasanya berada pada wilayah pesisir yang jauh dari aktivitas laut
terbuka. Pantai berlumpur hanya terdapat di beberapa tempat,
diantaranya pada gobah, teluk yang tertutup, wilayah estuaria dan
pelabuhan (Nybakken, 1992. dalam Septriono Hari Nugroho, 2012).
Karakterisitk pantai berdasarkan kemiringannya sangat mempengaruhi
aneka kegiatan/aktivitas wisata. Kelandaian suatu pantai berbanding
lurus pada lebar pantai yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata.
Pada daerah supratidal (daerah yang tidak tergenang) dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan seperti bejemur, bermain pasir, berjalan.
Untuk daerah intertidal (daerah antara pasang dan surut) biasanya
digunakan sebagai tempat bermain pasir dan berenang. Oleh karena itu
pantai sangat penting untuk dilakukan kegiatan ekowisata bahari
dengan tidak meninggalkan kelestarian alam.
2. Mangrove
Mangrove adalah tumbuhan yang berada pada daerah pesisir pantai,
muara sungai, dan tempat yang terlindung di wilayah sub tropis dan
tropis. Oleh karena itu, menurut Eka Fitriah dkk (2013) pengertian
mangrove adalah ekosistem yang berada di antara lautan dan daratan
sehingga membentuk hutan yang produktif dan ekstensif. Mangrove
biasanya disebut sebagai hutan payau, hutan pasang surut, hutan pantai,
dan hutan bakau. Hutan mangrove memiliki nilai ekologis dan
ekonomi tinggi. Hutan mangrove ini biasa digunakan sebagai bahan
16
dasar keperluan rumah tangga dan industri seperti arang atau kayu
bakar, kertas, dan rayon.
Sebagai daya adaptasi, tipe akar mangrove dapat dijadikan sebagai
salah satu cara untuk mengidentifikasi jenis mangrove. Sebagai
informasi, untuk menetukan jenis mangrove harus diketahui bentuk
akar, bentuk bunga, dan bentuk tulang daun. Oleh karena itu,
diperkirakan ada sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia,
yang terdiri dari 31 genera dan 22 famili (Rujito A Suwignyo, dkk.
2008). Berikut adalah beberapa jenis tanaman mangrove yang
umumnya berada di daerah Indonesia:
a. Avicennia lanata (Api-Api)
Gambar 5. Mangrove Avicennia lanata
Avicennia lanata dikenal pula dengan nama api-api. Mangrove
jenis ini tumbuh tegak atau menyebar dan hingga mencapai
ketinggian 8 meter. Memiliki akar berbentuk pensil, kulit kayu
17
berwarna gelap cokelat hingga hitam, Mangrove api-api tumbuh
pada daerah tepi sungai, lumpur hingga daerah yang kering, dan
toleran terhadap kandungan garam yang cukup tinggi (Suwarman
Partosuwiryo. 2008). Diketahui (di Lombok dan Bali) biasanya
berbunga pada bulan Juli hingga Februari dan berbuah pada bulan
November hingga Maret. Bermanfaat sebagai kayu bakar dan
bahan bangunan. Penyebaran pada Kalimantan, Bali, Lombok,
Semenanjung.
b. Rhizophora Apiculata (Bakau Minyak)
Gambar 6. Mangrove Rhizophora Apiculata
Biasa dikenal dengan nama bakau minyak, bakau tandok, bakau
akik, bakau putih. Pohon dengan ketinggian mencapai 30 meter
dengan diameter batang mencapai 50 cm, memiliki perakaran
hingga 5 meter. Kulit kayu berwarna abu-abu tua, sedangkan daun
berkulit warna hijau tua, Mangrove jenis Rhizophora Apiculata ini
tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenangpada
18
saaat pasang normal (Yusti Martena Afrit Anova. 2013).
Penyebaran mangrove jenis ini sangat melimpah di Indonesia,
Malaysia, hingga Australia bagian tropis. Mangrove ini biasanya
digunakan sebagai arang, kayu bakar, dan bahan bangunan. Pada
wilayah pulau Jawa, biasanya tumbuh di pinggiran tambak untuk
melindungi pematang.
c. Avicennia Marina (Api-Api Putih)
Gambar 7. Mangrove Avicennia Marina
Mangrove jenis Avicennia Marina ini biasanya disebut sebagai
mangrove api-api putih. Tanaman ini tumbuh belukar, tegak serta
menyebar yang bisa mencapai ketinggian 30 m, memiliki perakaran
horizontal berbentuk pensil. Mangrove ini berkulit kayu halus
dengan bercorak hijau abu-abu, ranting muda berwarna kuning tidak
berbulu, dan uniknya mangrove jenis ini memiliki kemampuan
untuk tumbuh pada berbagai habitat pasang surut bahkan di tempat
19
asin sekalipun (Halidah, 2014). Buah dari mangrove ini dapat
dimakan, kayu yang dapat digunakan untuk menghasilkan kertas
berkualitas tinggi sedangkan daun biasanya digunakan sebagai
pakan ternak.
d. Acrostichum Aureum (Paku Laut)
Gambar 8. Mangrove Acrostichum Aureum
Nama setempat dari mangrove ini adalah mangrove varen atau juga
paku laut. Dengan karakteristik batang yang menebal dibagian
pangkal dan berwarna cokelat. Ujung daun berwarna cokelat seperti
karat, dan duri banyak berwarna hitam (Yusti Martena Afrit Anova.
2013). Tumbuh di pematang tambak, sepanjang kali dan sungai
payau, daunnya yang tua biasa digunakan sebagai obat. Tanaman
jenis ini terdapat diseluruh bagian Indonesia.
20
Mengingat sangat penting nya hutan mangrove bagi kehidupan pantai
sehingga hutan mangrove dibutuhkan pengelolaan secara ekowisata
bahari agar kegiatan wisata tidak mengganggu habitat flora maupun
fauna disekitarnya.
3. Padang Lamun
Gambar 9. Padang Lamun (Seagrass)
Apabila kita sering melihat tumbuhan hijau pada terhampar pada dasar
laut di wilayah pinggir pantai dan menyerupai padang rumput, itu
adalah padang lamun atau yang biasa disebut seagrass. Seagrass
menjadi tempat hidup bagi biota laut seperti udang, kepiting, lobster,
ikan dan lainnya. Ekosistem padang lamun mencakup komponen
abiotik dan biotik yang saling mempengaruhi dan saling bergantung
satu sama lain.
Menurut Romimohtarto, Juwana (2005) dalam Sitorus (2011), lamun
adalah kelompok tumbuhan berbunga yang dapat beradaptasi dengan
21
lingkungan laut. Lamun hidup diperairan yang dangkal, mempunyai
tunas berdaun tegak, berbugan, berbuah, dan menghasilkan biji.
Tumbuhan lamun mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya
hidup di lingkungan laut yaitu (Hendra, 2011):
Hidup pada air asin.
Mampu berfungsi normal dalam kondisi terbenam.
Memiliki perakaran jangkar yang baik.
Dapat menyerbukan dan daun generatif dalam keadaan
terbenam.
Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan
metabolisme, serta faktor internal seperti tingkat kesuburan perairan
dan zat hara. Pertumbuhan lamun dapat dipengaruhi beberapa
parameter yaitu kecerahan, suhu, salinitas, arus dan substrat dan
sedimentasi.
4. Terumbu Karang (Coral Reef)
Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas pada laut tropis, tetapi
ekosistem ini dapat juga dijumpai di daerah subtropis, walaupun
perkembangannya tidak sebaik di perairan tropis. Terumbu karang
adalah organisme yang hidup di dasar laut daerah tropis dan dibangun
oleh biota laut penghasil kapur khususnya karang dan alga penghasil
kapur dan menjadi ekosistem yang cukup kuat untuk menahan
gelombang laut (Nybakken, 1992 dalam Novriadi 2012).
22
Gambar 10. Terumbu Karang
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah
yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m dibawah
permukaan laut. Untuk dapat berkembang biak secara baik, terumbu
karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu
pada suhu hangat sekitar diatas 22°C (Guilcher, 1998 dalam Rifqi
Wahyudi 2013).
C. Geographic Infomation System
Istilah geography direkatkan pada SIG karena alat ini sangat erat kaitannya
pada spesifikasi suatu lokasi. Geographic Information System (GIS) adalah
aplikasi komputer yang akan menampilkan informasi-informasi dalam
bentuk digital pada permukaan bumi. (Resti Lucyana, 2016). Geographic
Information System (GIS) pertama kali dikenalkan pada tahun 1960 yang
digunakan dalam permasalahan geografis. Seiring perkembangan zaman,
GIS berkembang sangat cepat sehingga telah banyak dikenal masyarakat
23
tidak hanya untuk permasalahan geografis saja namun juga digunakan pada
berbagai bidang seperti bidang kedokteran dalam melihat penyebaran
penyakit epidemik, dalam bidang kepolisian untuk melihat kerusuhan
(kejahatan) yangterjadi pada suatu daerah hingga digunakan pada bidang
kepariwisataan.
Sistem informasi geografis (GIS) marupakan aplikasi komputer berbasis
informasi data geografis suatu wilayah yang digunakan untuk menganalisis
dan memanajemen data berbentuk peta digital berikut database yang terkait
lainnya (Daumi, 2012). Aplikasi Sistem Informasi Geografis dapat
mempermudah pekerjaan pemetaan dengan menghemat biaya dan waktu.
Aplikasi ini juga sangat mudah untuk digunakan dengan cara memperbesar,
memperkecil, hingga mendetailkan peta digital yang telah dibuat.
Sistem informasi geografis banyak digunakan dalam pengolahan data
geografis dengan bantuan GPS yang nantinya tiap titik wilayah yang telah
ditandai akan digabungkan kemudian dianalisis hingga mendapat gambaran
peta digital yang diharapkan. Berikut adalah penggunaan pada aplikasi GIS
(Prahasta, 2005):
1. Memasukkan data geografis yang telah dikumpulkan ke dalam aplikasi
GIS.
2. Mengintegrasikan data yang telah dikumpulkan.
3. Mengecek data geografis pada aplikasi GIS
4. Menyimpan dan dapat memanggil kembali database
5. Menampilkan data geografis yang telah dibuat.
24
6. Menganalisis data geografis
7. Menghasilkan output data peta digital seperti peta tematik, tabel, dan
grafik hasil analisis database yang ada.
D. Ekowisata Berbasis Masyarakat
Ekowisata berbasis masyarakat adalah suatu langkah lebih lanjut untuk
mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan wisata.
Pendekatan ini mengembangkan bentuk ekowisata dimana masyarakat lokal
yang mempunyai kendali penuh dan keterlibatan di dalamnya baik
manajemen dan pengembangannya, maupun proporsi yang utama
menyangkut sisa manfaat di dalam masyarakat (WWF Indonesia, 2009).
Selain itu, ekowisata berbasis masyarakat dapat membantu memelihara
penggunaan sumberdaya alam dan lahan yang berkelanjutan.
Pengelolaan berbasis masyarakat disini adalah co—management
(pengelolaan bersama), yakni pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat
bersama-sama dengan pemerintah setempat, bertujuan untuk melibatkan
masyarakat lokal secara aktif dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan
ekowisata bahari.
Pemilihan strategi yang tepat dalam pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat akan sangat menentukan keberhasilan kegiatan ekowisata
berbasis masyarakat tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen dari
berbagai pihak demi tercapainya tujuan. Para pihak yang terlibat di sini
berasal dari berbagai kalangan seperti LSM lokal dan nasional, pemerintah,
akademisi dan institusi internasional. Dengan demikian ekowisata dapat
25
memberikan manfaat baik untuk masyarakat setempat maupun terhadap
objek wisata bahari tersebut.
E. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
Analisis kesesuaian wisata menggunakan matriks kesesuaian yang disusun
berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung kegiatan pada
daerah tersebut (Yar Johan, 2017). Untuk setiap kegiatan wisata
menggunakan matriks kesesuaian wisata yang berbeda-beda pula. Rumus
yang digunakan dalam mencari indeks kesesuaian wisata adalah (Yulianda,
2007):
IKW = ∑
x 100%
Keterangan:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
S1 (Sangat Sesuai) : IKW 75 % - 100%,
S2 (Sesuai) : IKW 50 % - < 75 %,
S3 (Sesuai Bersyarat) : IKW 25 % - < 50%,
TS (Tidak Sesuai) : IKW < 25%
Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor)
Nmax = Nilai maksimum dari kategori wisata.
27
Tabel 2. Matriks Kesesuaian Wisata Pantai Kategori Rekreasi.
No. Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor
1 Kedalaman perairan
(m)
5 Dangkal
0 - 3
3 Sedang
>3 - 6
2 Dalam
>6 – 10
1 Sangat Dalam
>10
0
2 Tipe Pasir pantai 5 Pasir putih 3 Pasir putih,
sedikit karang
2 Pasir hitam, berkarang,
sedikit terjal
1 Lumpur, berbatu, terjal 0
3 Lebar pantai (m) 5 >15 3 10 – 15 m 2 3 – 10 m 1 <3 0
4 Material dasar perairan 3 Pasir 3 Karang berpasir 2 Pasir berlumpur 1 Lumpur 0
5 Kecepatan arus (m/dt) 3 0-0,17 3 0,17 – 0,34 2 0,34 – 0,51 1 >0,51 0
6 Kemiringan pantai 3 Sangat Landai
<10
3 Landai
10 - 25
2 Sedang
25 - 45
1 Curam
>45
0
7 Kecerahan perairan (m) 1 >10 3 >5 – 10 2 2 – 5 <2 0
8 Penutupan lahan pantai 1 Kelapa, lahan
terbuka
3 Semak, belukar
rendah, savana
2 Belukar tinggi 1 Hutan bakau,
pemukiman, pelabuhan
0
9 Biota berbahaya 1 Tidak Ada 3 Bulu babi 2 Bulu Babi, Ikan pari 1 Bulu babi, ikan pari,
lepu, ikan hiu
0
10 Ketersediaan air 1 <0,5 km 3 >0,5 – 1 km 2 >1 – 2 km 1 >2 km 0
Sumber : Yulianda (2007) dalam Genyas Katalinga (2013)
Keterangan : Ni maks wisata pantai = 84
28
Tabel 3. Matriks Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove.
No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor
1 Ketebalan mangrove 5 >500 4 200 - 500 3 50 - 200 2 <50 1
2 Kerapatan mangrove
(100 m2)
4 15 – 25 4 10 - 15 3 5 - 10 2 <5 1
3 Jenis mangrove 4 >5 4 3 - 5 3 1 - 2 2 0 1
4 Objek biota 3 Ikan, udang.
Kepiting, moluska,
reptil, burung
4 Ikan, udang,
kepiting, moluska
3 Ikan moluska 2 Salah satu
biota air
1
5 Pasang Surut (m) 3 0 - 1 4 1 - 2 3 2 - 5 2 >5 1
6 Karakteristik kawasan 2 4 ketentuan 4 3 ketentuan 3 2 ketentuan 2 1 ketentuan 1
7 Aksesibilitas 1 4 ketentuan 4 3 ketentuan 3 2 ketentuan 2 1 ketentuan 1
Sumber : Yulianda (2007) dalam Andi Zulfikar (2014).
Keterangan : Ni maks kawasan mangrove = 88
28
F. Daya Dukung Kawasan Wisata
Daya dukugn kawasan suatu objek wisata merupakan salah satu hal yang
diperhatikan dalam pengembangan objek wisata. Daya dukung kawasan ini
dikembangkan untuk mengurangi dampak-dampak degradasi lingkungan
serta kawasan wisata tersebut dapat tetap terjaga kelestariannya (Genyas
Kartalinga, 2013). Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan
konsep daya dukung kawasan, sedangkan daya dukung kawasan (DDK)
adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di
kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan
pada alam yang disediakan. Rumus untu menghitung daya dukung kawasan
mengacu pada rumus dari Yulianda (2007) yaitu:
DDK = K x
x
Dimana:
DDK = Daya Dukung Kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam
satuan hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegitan
tertentu
Potensi aktivitas pengunjung merupakan jumlah maksimum wisatawan yang
dapat diterima dalam satu satuan unit area. Luas suatu area yang digunakan
untuk kehgiatan wisata harus mempertimbangkan kemampuan alam dalam
29
mentolerir jumlah pengunjungagar sumberdaya tetap terjaga. Berikut
adalah tabel potensi ekologis pengunjung dan luas area pada wisata bahari:
Tabel 4. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt).
Jenis Kegiatan ∑
(K)
Unit Area
(Lt)
Keterangan
Selam 2 2000 Setiap 2 orang dalam 20 m x
10 m
Snorkling 1 500 Setiap 1 orang dalam 100 m x
5 m
Wisata Umum 1 500 Setiap 1orang dalam 100 m x
5m
Wisata mangrove 1 50 m Dihitung panjang track, setiap
orang sepanjang 50 m
Rekreasi Pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m luas pantai
Wisata olahraga 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang
pantai
Sumber : Yulianda (2007) dalam Genyas Katalinga (2013)
Menurut Yulianda (2007) dalam Genyas Katalinga (2013), waktu kegiatan
pengunjng (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh
pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung
diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt).
Berikut adalah prediksi waktu yang dibutuhkan dalam sebuah kegiatan
wisata yang mengacu pada Yulianda (2007).
30
Tabel 5. Prediksi Waktu yang dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata.
No Kegiatan Waktu yang
dibutuhkan
(Wp) - jam
Total waktu 1
hari (Wt) - jam
1 Selam 2 8
2 Snorkeling 3 6
3 Berenang 2 4
4 Berperahu 1 8
5 Berjemur 2 4
6 Rekreasi Pantai 3 6
7 Olahraga Air 2 4
8 Memancing 3 6
9 Wisata Mangrove 2 8
10 Wisata Lamun dan Ekosistem Lainnya 2 4
11 Wisata Satwa 2 4
Sumber : Yulianda (2007) dalam Genyas Katalinga (2013)
31
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Bakauheni, Kecamatan Rajabasa,
Kecamatan Kalianda, dan Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung
Selatan. Di lokasi.tersebut, objek ekowisata bahari yang akan dikaji berupa
pantai rekreasi, diantaranya meliputi : Pantai Sukarame, Pantai Legun
Bawang, Pantai Tanjung tuha, Pantai Batu Liut, Pantai Batu Alip, Green
Canyon Minangrua, Pantai Minangrua, Pantai Lembu Pedah, Pantai
Wartawan, Pantai Merak Belantung, dan Pantai Bagus. Namun pada
Kecamatan Katibung, sesuai dengan potensinya hanya difokuskan pada
ekowisata mangrove saja.
Lokasi penelitian dilakukan pada keempat kecamatan di atas dimaksudkan
agar penelitian ini dapat membantu pihak pemerintah dalam pemetaan
wilayah ekowisata bahari di Kabupaten Lampung Selatan yang layak untuk
dikembangkan. Selain itu, diharapkan objek ekowisata bahari di Kabupaten
Lampung Selatan dapat menjadi destinasi utama bagi wisatawan yang akan
melakukan aktivitas rekreasi pantai.
33
Gambar 11. Peta Lokasi Penelitian Sumber : Google Earth Pro
33
B. Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung sesuai dengan
kebutuhan. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan dapat dilihat
dalam tabel 6:
Tabel 6. Data-data Primer.
No Teknik Pengambilan Data Kegunaan Data
1 Dokumentasi Model visual berupa foto yang diperlukan
dalam memperkuat fakta yang ada mengenai
karakteristik Wilayah Lampung Selatan.
2 Pengamatan Daya Dukung
KawasanWisata
Daya dukung wisata diperlukan dalam
memanfaatkan wilayah yang memiliki potensi
ekowisata.
3 Pengukuran Kesesuaian
Ekowisata
Mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk
menganalisis Indeks Kesesuaian Wisata seperti,
tipe pantai, lebar pantai, dll.
4 Wawancara dan Kuisioner
Persepsi Masyarakat dan ahli
ekowisata.
Mengetahui persepsi masyarakat serta ahli
ekowisata dengan adanya wisata bahari di
lingkungan mereka.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diambil dari lapangan,
melainkan dari instansi terkait. Dalam penelitian ini data sekunder
dapat dilihat dalam tabel 7.
34
Tabel 7. Data-data Sekunder.
No Teknik Pengambilan Data Kegunaan Data
1
Survei Institusional
Melakukan kunjungan ke instansi
terkait seperti Dinas Pariwisata, Kantor
Kecamatan Setempat, dan
POKDARWIS (Kelompok Sadar
Wisata)
2
Studi Literatur
Studi literatur atau studi pustaka yang
dilakukan berkaitan dengan konsep
permodelan sistem pendukung
keputusan, konsep analisis ekowisata
berbasis masyarakat, dan konsep
pengelolaan wilayah pesisir.
3
Peta SHP Kabupaten Lampung
Selatan
Peta dengan format shapefile yang
merupakan tampilan dasar peta
situasi dalam pembuatan peta
digital.
C. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah:
Tabel 8. Peralatan dan Bahan.
No Alat dan Bahan Fungsi
1 GPS (Global Positioning
System)
GPS yang digunakan untuk melakukan
tracking dan marking wilayah objek
penelitian.
2 Kamera Kamera sebagai alat dokumentasi
3 Laptop Laptop digunakan sebagai alat olah data yang
sudah didapat dari lokasi penelitian
4 Meteran Meteran digunakan untuk mengukur panjang
dar suatu objek.
5 Drone Drone yang digunakan untuk melihat secara
keseluruhan dari objek wisata melalui udara.
35
D. Tahapan Penelitian
Tahap analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-
teknik analisis yang sudah ada, sehingga dapat menghasilkan output yang
sesuai harapan. Keterkaitan tujuan penelitian, jenis data, sumber data yang
ada dan metode analisis data disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Keterkaitan Tujuan Penelitian, Komponen Data, Sumber Data, dan
Metode Analisis Data.
Tujuan
Penellitian
Komponen Data Sumber Data Metode Analisis
Data
Menghitung
ksesesuaian dan
daya dukung
kawasan untuk
aktivitas wisata di
Kabupaten
Lampung Selatan.
Komponen biofisik
berupa lebar pantai,
kedalaman, tipe
pantai, material
dasar perairan,
kecepatan arus,
ketersediaan air
tawar, biota
berbahaya,
ketebalan
mangrove,
kerapatan
mangrove, jenis
mangrove, pasang
surut, karakteristik
kawasan,
aksesibilitas, luas
area yang
dimanfaatkan.
Data primer melalui
pengukuran langsung
dan wawancara
kepada pengelola
maupun masyarakat
yang berada di
lingkungan objek
wisata tersebut.
Data Sekunder
berupa jumlah
penduduk warga
setempat, luas area
yang dimanfaatkan
untuk aktifitas wisata
diperoleh dari
POKDARWIS dan
Dinas Pariwisata.
Analisis kesesuaian
wisata dan analisis
daya dukung
kawasan
menggunakan
matriks dari
Yulianda (2007)
dengan
penyesuaian
parameter yang
diukur secara
langsung.
Analisis SWOT
dari hasil
wawancara maupun
kuisioner yang
dilakukan terhadap
masyarakat.
Langkah awal dalam penelitian ini adalah dengan cara mencari refensi baik
itu jurnal nasional maupun internasional. Setelah itu, dilakukan
pengumpulan data primer dan sekunder. Data sekunder pada Dinas
Pariwisata bersamaan dengan perizinan dalam proses pengambilan data
primer di lapangan. Berikut adalah tahapan pengambilan data yang akan
dilakukan:
36
Gambar 12. Tahapan Pengambilan Data
1. Analisis Kesesuaian Kawasan Ekowisata Bahari
Analisis kesesuaian kawasan untuk ekowisata bahari di Kabupaten
Lampung Selatan terbagi menjadi 2 jenis yaitu Kesesuaian Kawasan
Untuk Wisata Pantai Rekreasi dan Kesesuaian Kawasan Wisata
Datang ke lokasi penelitian Wawancara POKDARWIS
Tracking dan Marking lokasi dengan GPS
Pengambilan data fisik dan infrastruktur objek ekowisata
bahari
Perizinan ke Dinas Pariwisata Lampung Selatan
Data benar dan lengkap
Ya
Tidak
Mulai
Selesai
37
Mangrove. Dari kedua jenis kesesuaian diatas semuanya merujuk pada
matriks kesesuaian yang dikenalkan oleh Yulianda (2007) dan
dimidifikasi oleh penulis. Rumus yang digunakan untuk analisis
kesesuaian kawasan wisata ialah:
IKW = ∑
x 100%
Keterangan:
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
S1 (Sangat Sesuai) : IKW 75 % - 100 %,
S2 (Sesuai) : IKW 50 % - < 75 %,
S3 (esuai Bersyarat : IKW 25 % - < 50%,
TS (Tidak Sesuai) : IKW < 25%
Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor).
Nmax = Nilai maksimum dari kategori wisata.
Menurut Leopold (1969) dalam Maulana dkk (2012), penilaian kualitas
panorama pantai didasarkan pada lima parameter utama yaitu,
kedalaman, kemiringan gisik, lebar pantai, ukuran butir pasir, dan warna
pasir. Oleh karena itu, matriks yang digunakan adalah matriks
modifikasi dari Yulianda (2007) dengan menghilangkan parameter
kecerahan perairan dan penutupan lahan pantai. Modifikasi ini
disesuaikan dengan kondisi di lokasi penelitian. Berikut adalah matriks
kesesuaian kawasan wisata pantai rekreasi yang dimodifikasi dari
Yulianda (2007).
39
Tabel 10. Matriks Kesesuaian Kawasan untuk Ekowisata Pantai Rekreasi.
No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategroi N Skor
1 Kedalaman perairan
(m)
5 0 - 3 3 >3 - 6 2 >6 – 10 1 >10 0
2 Tipe pantai 5 Pasir putih 3 Pasir putih, sedikit
karang
2 Pasir hitam, berkarang,
sedikit terjal
1 Lumpur, berbatu, terjal 0
3 Lebar pantai (m) 5 >15 3 10 – 15 m 2 3 – 10 m 1 <3 0
4 Material dasar
perairan
3 Pasir 3 Karang berpasir 2 Pasir berlumpur 1 Lumpur 0
5 Kecepatan arus
(m/dt)
3 0-0,17 3 0,17 – 0,34 2 0,34 – 0,51 1 >0,51 0
6 Kemiringan pantai 3 <10 3 10 - 25 2 25 - 45 1 >45 0
7 Biota berbahaya 1 Tidak Ada 3 Bulu babi 2 Bulu Babi, Ikan pari 1 Bulu babi, ikan pari, lepu,
ikan hiu
0
8 Ketersediaan air tawar 1 <0,5 km 3 >0,5 – 1 km 2 >1 – 2 km 1 >2 km 0
Sumber : Yulianda (2007)
Keterangan : Ni maks wisata pantai = 78
40
Tabel 11. Matriks Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove.
No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori S3 Skor Kategori N Skor
1 Ketebalan mangrove 5 >500 3 200 - 500 2 50 - 200 1 <50 0
2 Kerapatan mangrove
(100 m2)
4 15 – 25 3 10 - 15 2 5 - 10 1 <5 0
3 Jenis mangrove 4 >5 3 3 - 5 2 1 - 2 1 0 0
4 Objek biota 3 Ikan, udang. Kepiting,
moluska, reptil,
burung
3 Ikan, udang,
kepiting, moluska
2 Ikan moluska 1 Salah satu
biota air
0
5 Pasang Surut (m) 3 0 - 1 3 1 - 2 2 2 - 5 1 >5 0
6 Karakteristik kawasan 2 4 ketentuan 3 3 ketentuan 2 2 ketentuan 1 1 ketentuan 0
7 Aksesibilitas 1 4 ketentuan 3 3 ketentuan 2 2 ketentuan 1 1 ketentuan 0
8 Jalan Raya 5 Jalan aspal mulus 3 Jalan aspal sedikit
rusak
2 Jalan lebar
bebatuan
1 Jalan setapak 0
9 Sarana dan Prasarana 4 5 Ketentuan 3 4 Ketentuan 2 3 Ketentuan 1 2 Ketentuan 0
10 Ketersediaan Air 3 <0,5 km 3 >0,5 – 1 km 2 >1 – 2 km 1 >2 km 0
11 Kriminalitas 2 Sangat aman 3 Aman 2 Kurang aman 1 Tidak aman 0
Sumber : Modifikasi Yulianda (2007)
Keterangan : Ni maks kawasan mangrove = 88
40
Data Parameter Ekowisata Pantai Rekreasi
a. Kedalaman
Pengukuran kedalaman pada penelitian ini menggunakan alat rambu
ukur/tiang skala. Nilai yang ditunjukkan pada tiang skala
merupakan nilai kedalaman stasiun penelitian dan penentuan
kedalaman 10 meter dari garis pantai.
Alat : Bambu, tali dan meteran.
b. Tipe pantai
Penentuan tipe pantai dan material dasar perairan dilakukan
berdasarkan pengamatan visual di lapangan.
c. Lebar pantai
Pengukuran lebar pantai dilakukan dengan menggunakan roll meter
yaitu diukur jarak antara vegerasi terakhir yang ada di pantai dengan
batas pasang tertinggi.
Alat : meteran.
d. Material dasar perairan
Penentuan tipe pantai dan material dasar perairan dilakukan
berdasarkan pengamatan visual di lapangan.
e. Kecepatan arus
V = S/T
Keterangan:
V = Kecepatan Arus
S = Panjang lintasan arus (m)
41
T = Waktu tempuh layang-layang (detik)
Alat-alat yang dipergunakan dalam pengukuran kecepatan arus
adalah:
Tali rafia : menghubungkan botol yang kosong dan yang
terisi air dan juga menghubungkan antara kedua botol
tersebut kepada praktikan.
Botol air mineral 600 ml 2 buah : salah satunya sebagai
pemberat dan yang lainnya menjadi pelampung.
Stopwatch : untuk menghitung waktu.
Kompas : untuk menentukan arah arus.
Botol bekas mineral diisi dengan air laut pada salah satu botol
sebagai pemberat, lalu diikat dengan botol yang kosong dengan
menggunakan tali rafia sepanjang 30 cm. Dihubungkan dengan tali
rafia pada botol yang kosong sepanjang 5 m untuk di pegang
praktikan. Dijatuhkan kedalam laut, hitung waktu botol menjauh
hingga tali rafia mengencang dengan stopwatch. Hitung kecepatan
arusnya menggunakan rumus S = v x t.
f. Kemiringan pantai
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan menggunakan
selang yang diisi dengan air dan dibentangkan selebar 5 meter dari
muka air pantai.
Alat : selat sepanjang 10 m.
g. Pengamatan biota berbahaya
42
Pengamatan biota berbahaya perlu dilakukan untuk mengetahui ada
atau tidaknya biota berbahaya yang akan mengganggu pengunjung
wisata. Pengamatan biota berbahaya dilakukan berdasarkan
snorkeling di sekitar lokasi penelitian.
Alat : Alat Snorkeling, Kamera, Pelampung.
h. Ketersediaan air tawar
Kegiatan ekowisata, ketersediaan air bersih berupa air tawar sangat
diperlukan untuk menunjang fasilitas pengelolaan maupun pelayanan
ekowisata.
Data Parameter Ekowisata mangrove
Matriks kesesuaian ekowisata bahari berupa mangrove yang digunakan
adalah sesuai pada Tabel 11. Matriks tersebut adalah hasil modifikasi
dari Yulianda (2007). Modifikasi dilakukan untuk menambahkan
parameter dalam lingkup coastal engineering.
1) Ketebalan mangrove
Ketebalan mangrove diperoleh dari hasil pengukuran secara manual
dengan cara menggunakan roll meter. Roll meter ditarik tegak lurus
dengan garis pantai mulai dari hutan mangrove dibagian darat hingga
ujung mangrove di batas laut.
Alat : meteran.
2) Kerapatan mangrove
Kerapatan mangrove disetiap daerah berbeda, tergantung pada
banyaknya jumlah mangrove di daerah tersebut dan seberapa luas
43
daerah tersebut. Kerapatan mangrove memiliki satuan ind/
(individu/meter persegi).
Metode pengambilan data ekosistem mangrove di Kecamatan
Katibung ini menggunakan metode sampling yaitu Metode Transek
Garis dan Petak contoh (Transect Line Plot). Metode ini merupakan
pencuplikan contoh populasi suatu ekosistem dengan pendekatan
petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah
ekosistem tersebut. (Yusti Martena A A, 2013).
Gambar 13. Metode Pengambilan Data Mangrove dengan Kombinasi Transek
Kuadrat dengan Jalur.
Sumber : Yusti Martena A. A. (2013)
Pengamatan mangrove dilakukan dengan menggunakan metode
transek kuadrat contoh yaitu dengan cara menarik garis lurus tegak
lurus garis pantai disetiap stasiun, kemudian di atas garis tersebut
ditempatkan kuadrat berukuran 10 m x 10 m. Jarak antar kuadrat
ditetapkan berdasarkan perbedaan struktur vegetasi (Yusuf Arief.
dkk, 2012).
Alat : roll meteran.
44
3) Jenis mangrove
Jenis mangrove ditentukan dengan seberapa banyak jenis mangrove
yang ada di lokasi penelitian dilakukan.
Alat : Kamera.
4) Objek biota
Dilakukan pengamatan langsung dengan visualisasi apa saja biota
yang ada di sekitar kawasan mangrove tersebut.
Alat : Kamera.
5) Pasang surut
Pasang surut adalah naik turunnya muka air laut secara berkala
akibat adanya gaya tarik benda. Peneliti mencatat selisih antara
pasang dan surut pada lokasi penelitian dalam satuan meter.
Alat : Kamera.
6) Karakteristik kawasan
Penilaian karakteristik kawasan di dasarkan pada pertimbangan:
1. Adanya objek yang menarik baik flora, fauna, maupun aspek
fisik,
2. Terdapat panorama atau keundahan yang memiliki daya tarik
tertentu.
3. Bentang alam yang bagus.
4. Satwa dan tumbuhan langka yang dilundungi.
7) Aksesibilitas
Penilaian aksesibilitas berdasarkan pada pertimbangan:
45
1. Jalan yang bagus untuk mencapai lokasi.
2. Banyak jalan alternatif untuk mencapai lokasi.
3. Banyak alat angkut atau jenis transportasi untuk mencapai lokasi.
4. Terdapat sarana pendukung dermaga dan terminal.
8) Jalan Raya
Akses jalan menuju lokasi wisata sangat berperan penting pada minat
wisatawan yang datang.
9) Sarana dan Prasarana
Penilaian sarana dan prasarana berdasarkan pada pertimbangan:
1. Pondok wisatra. 4. Mushola.
2. Tracking jalur. 5. Toilet umum
3. Rumah makan / warung.
10) Ketersediaan Air
Kegiatan ekowisata, ketersediaan air bersih berupa air tawar sangat
diperlukan untuk menunjang fasilitas pengelolaan maupun pelayanan
ekowisata.
11) Kriminalitas
Tingkat kriminalitas yang tinggi menyebabkan minat wisatawan yang
enggan untuk datang pada suatu objek wisata.
46
2. Analisis Daya Dukung Kawasan
Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan konsep daya
dukung kawasan. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah
maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan
yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada
alam dan manusia. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan
daya dukung kawasan wisata mengacu pada rumus Yulianda (2007)
yaitu:
DDK = K x
x
Dimana:
DDK = Daya Dukung Kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam
satuan hari
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan
tertentu
Sesuai dengan tabel potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area
kegiatan (Lt) yang digunakan pada penelitian ini adalah:
47
Tabel 12. Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt).
Jenis Kegiatan ∑
(K)
Unit Area
(Lt)
Keterangan
Rekreasi Pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m
panjang pantai
Wisata
Mangrove
1 50 m Dihitung panjang track,
setiap 1 orang
sepanjang 50 m
Sumber : Yulianda (2007) dalam Yar Johan (2016)
Menurut Yulianda (2007), waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung
berdasarkan lamanya lamanya waktu yang dihabiskan pengunjung untuk
melkukan kegiatan wisata. Didapatkan prediksi waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan kegiatan wisata adalah:
Tabel 13. Prediksi Waktu yang dibutuhkan.
Kegitan Waktu yang
dibutuhkan (Wp) - jam
Total waktu 1 hari
(Wt) -jam
Rekreasi Pantai 3 6
Wisata Mangrove 2 8
Sumber : Yulianda (2007) dalam Yar Johan (2016)
3. Penyajian Kawasan Ekowisata Bahari
Setelah semua data didapatkan hingga dianalisis kesesuaian dan daya
dukungnya, data-data tersebut diolah dengan ms.excel, autocad, dan
dilakukan pemetaan pada setiap ekowisata bahari yang telah dikaji
menggunakan Quantum GIS (QGIS). Hasil dari analisis kesesuaian dan
daya dukung kawasan dimasukkan sebagai informasi pada setiap
ekowisata bahari tersebut.
48
E. Diagram Alir Penelitian
Gambar 14. Diagram Alir Penelitian
Pengumpulan Data
Data benar dan lengkap
Ya
Tidak
Mulai
Studi Literatur
Analisis Indeks
Kesesuaian
Wisata
Analisis Daya
Dukung
Kawasan
Pengumpulan Data Primer berupa :
A. Foto di lapangan
B. Sketsa kawasan penelitian
C. Pengukuran parameter IKW
D. Persepsi masyarakat dan ahli
Pengumpulan Data Sekunder berupa:
A. Data Kajian ekowisata bahari dan
peta SHP Lampung Selatan
B. Jurnal-jurnal yang terkait ekowisata
Kompilasi Basis Data Qunatum GIS
Peta Pemanfaatan Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat
Selesai
98
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Kabupaten Lampung
Selatan memiliki potensi ekowisata bahari yang baik. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah:
1. Sumberdaya ekowisata bahari di Kabupaten Lampung Selatan sangat
beragam, mulai dari objek wisata pantai rekreasi yang berpusat pada tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, dan Kalianda hingga
objek wisata mangrove yang berada pada Kecamatan Katibung. Pada
beberapa objek wisata pantai juga terdapat ekosistem terumbu karang
yang masih alami dan indah untuk dinikmati seperti pada Pantai Belebuk,
dan Pantai Wartawan.
2. Sesuai pada Tabel 26, Hasil perhitungan nilai IKW pada lokasi penelitian
berkisar dari 53 % hingga 89 %. Nilai tertinggi terdapat pada Pantai
Canti sedangkan nilai terendah terdapat pada Pantai Wartawan.
a. Kelas S1 (Sangat Sesuai)
Pantai Tanjung Mengkudu, Kelurahan Totoharjo (80 %)
Pantai Belebuk, Kelurahan Totoharjo (83 %)
Pantai Menang Rua, Kelurahan Kelawi (83 %)
Pantai Banding, Kelurahan Banding (75 %)
99
Pantai Canti, Kelurahan Canti (89 %)
Pantai Bagus, Kelurahan Merak Belantung (87 %)
b. Kelas S2 (Sesuai)
Pantai Wartawan, Kelurahan Way Muli (53 %)
Pantai Sapenan, Kelurahan Merak Belantung (66 %)
Pantai Tapak Kera, Kelurahan Kenjuruan (61 %)
3. Hasil perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata untuk kategori mangrove di
Kecamatan Katibung dengan objek wisata Mangrove Sebalang adalah
Sesuai (S2) dengan nilai IKW 72 %.
4. Sesuai pada Tabel 27, nilai DDK tertinggi berada pada Pantai Menang
Rua dan Pantai Bagus. Kedua pantai ini memiliki bibir pantai yang
panjang hingga mencapai 513 meter. Sedangkan untuk nilai DDK
terendah berada pada Pantai Tanjung Mengkudu dan Pantai Sapenan yang
memiliki bibir pantai 251 meter. Pada lokasi penelitian di Kecamatan
Katibung dengan objek wisata Mangrove Sebalang didapatkan hasil nilai
DDK 36 orang/hari.
5. Penyajian kawasan ekowisata bahari di Kabupaten Lampung Selatan
dengan peta digital terlampir pada Lampiran A.
6. Hasil analisis keberhasilan penerapan konsep ekowisata bahari berbasis
masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan secara keseluruhan
menghasilkan penilaian “Besar”. Oleh karena itu, proses pengembangan
CBT yang berhasil harus benar-benar terjadi dengan partisipasi dan
dukungan dari masyarakat setempat bersama dengan pihak pemerintah
maupun stakeholder.
100
B. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian objek ekowisata bahari di Kecamatan
Bakauheni, Lampung Selatan, direkomendasikan saran-saran sebagai berikut:
1. Pemanfataan objek ekowisata bahari sebaiknya memenuhi beberapa
aspek seperti meningkatkan pendapatan masyarakat, melindungi
lingkungan dan ekosistem, serta menjadi media pemberdayaan
masyarakat.
2. Pengelolaan objek wisata di Kabupaten Lampung Selatan sebaiknya
mulai menerapkan konsep ekowisata berwawasan lingkungan, yaitu
dengan menerapkan konsep Daya Dukung Kawasan. Pengaturan jumlah
wisatawan yang datang harus lebih diperhatikan dan diatur sesuai dengan
konsep daya dukungnya.
3. Kelestarian lingkungan dan ekosistem daerah pesisir terutama sebaiknya
tetap dijaga sesuai dengan konsep ekowisata. Hal tersebut dilakukan
dengan mengadakan pelatihan atau pendidikan kepada POKDARWIS
selaku pelaksana lapangan, masyarakat setempat, dan pengguna
ekowisata bahari dalam menjaga ekosistem laut, mangrove, dan terumbu
karang
4. Aksesibilitas menuju objek ekowisata bahari perlu diperbaiki, agar lokasi
mudah dijangkau oleh pengunjung.
5. Pembangunan infrastruktur penunjang kegiatan di objek ekowisata bahari
perlu lebih ditingkatkan seperti, toilet umum, tempat ibadah, penginapan,
rumah makan, dll.
101
6. Fungsi POKDARWIS selaku pengelola objek ekowisata bahari di setiap
kelurahan diharapkan berjalan dengan lebih baik dan dalam pembinaan
pemerintah daerah.
7. Promosi objek ekowisata bahari sebaiknya lebih ditingkatkan melalui
penggunaan media informasi dan sosial media serta mengefektifkan
sarana yang telah ada.
8. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan potensi
daerah yang dimiliki serta pentingnya pemanfaatan dan perkembangan
ekowisata bahari tersebut.
9. Kerjasama antara pemerintah, POKDARWIS, stakeholder dan
masyarakat setempat sebaiknya lebih ditingkatkan serta perlunya
pembinaan dan bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di objek ekowisata bahari tersebut.
10. Sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan agar masyarakat
dan pemerintah dapat bekerja sama untuk lebih mengembangkan potensi
objek ekowisata yang ada. Dengan begitu, pendapatan masyarakat dapat
meningkat serta kegiatan pariwisata dapat menjadi “icon” di daerah
Kabupaten Lampung Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfira, Rizky. 2014. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata
Mangrove pada Kawasan Suaka Margasatwa Mampie di Kecamatan
Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanudin. Makassar.
Anggraini, Dini Feti. 2013. Analisis Daya Dukung Lingkungan untuk Kawasan
Ekowisata Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Anova, Y. M. A., 2013. Keanekaragaman Mangrove di Pantai Kecamatan
Panggungrejo Kota Pasuruan. Undergraduate Thesis, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Bupati Lampung Selatan. Keputusan Bupati Lampung Selatan Nomor.
B/612.a/III.16/2013 Tentang Penetapan Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS) di Kabupaten Lampung Selatan.
Dahuri, R, dkk. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Daumi, A. 2012. Pemetaan Objek Wisata Alam di Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung. Bandar lampung.
Fajri, M. 2016. Pengelolaan Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat serta
Implikasinya Terhadap Ketahanan Masyarakat Desa Sukarara. Jurnal Green
Growth dan Manajemen Lingkungan. Jakarta.
Fitriah, E., dkk. 2013. Studi Analisis Pengelolaan Hutan Mangrove Kabupaten
Cirebon. Jurnal Scientiae Educatia Volume 2 Edisi 2.
Halida. 2014. Avicennia Marina (Forssk) Vierh Jenis Mangrove yang Kaya Manfaat.
Balai Penelitian Kehutanan Makassar. Sulawesi Selatan.
Hendra. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Biomassa Daun Lamun Halophila Ovalis,
Syringodium Isoetifolium dan Halodule Uninervis pada Ekositem Padang
Lamun di Perairan Pulau Barrang Lompo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanudin. Makassar.
Islami. 2003. Pengelolaan Pariwisata Pesisir (Studi Kasus Taman Rekreasi Pantai
Kartini Rembang, Jawa Tengah). (Tesis). Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor
Johan, Y. 2017. Kajian Potensi Ekowisata Padang Lamun di Perairan Pantai Basing
Dusun Limas Pulau Sebangka. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang.
Johan, Y. dkk. 2016. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Pantai
Kategori Rekreasi Pantai Laguna Desa Merpas Kabupaten Kaur. Program Studi
Ilmu Kelautan Pertanian Universitas bengkulu. Bengkulu.
Karacouglu, S. dan Birdir, K. 2017. Success Factors of Community Based Tourism
(CBT) Perceived by Local Peoples: The Case of % 100 Misia Project.
International Rural Tourism and Development Journal. Turkey.
Katalinga, G. 2013., Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata
Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kementerian Dalam Negeri. (2009). Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun
2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Jakarta:
Kementerian Dalam Negeri.
Lasabuda, R. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif
Negara Kepulauan Republik Indonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Lucyana, R. 2016. Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Pariwisata Kabupaten
Pesisir Barat Berbasis Web. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Lampung.
Maulana, dkk. 2012. Tinjauan Parameter Fisik Pantai Mangkang Kulon untuk
Kesesuaian Pariwisata Pantai di Kota Semarang. Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang.
Nahuelhual, Laura. et al. 2012. Mapping Recreation and Ecotourism as Cultural
Ecosystem Services. Instituto de Economia Agraria. Universidad Austral de
Chile. Valdivia. Chile.
Novriadi. 2012. Evaluasi Komunitas Terumbu Karang Di Perairan Cagar Alam Laut
Krakatau. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Lampung. Lampung.
Nugroho, S. H. 2012. Morfologi Pantai, Zonasi, dan Adaptasi Komunitas Biota Laut
di Kawasan Intertidal. UPT Loka Konservasi Biota Laut-LIPI. Ambon.
Nunung Mahmudah, 2015. ILLEGAL FISHING Pertanggung Jawaban Pidana
Korporasi di Wilayah Perairan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
Nur A. M., Ika dan Juliawan Rizki. 2011. Perencanaan Bangunan Pelindung Pantai
Semarang Bagian Timur. Undergraduate thesis, Fakultas Teknik. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Prahasta. (2005),Sistem Informasi Geografis : Aplikasi Pemograman MapInfo, CV.
Informatika, Bandung.
Putu Chris, dkk. 2016. Peran Sektor Keempat dalam Pariwisata Berbasis Masyarakat
(Community-Based Tourism). Program Studi Manajemen. Universitas Dhyana
Pura. Bali.
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang. Jakarta
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.
Silaban, W. B. Y. 2018. Analisis Zonasi Ekowisata Bahari Berbasis Sistem Informasi
Geografis. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sitorus. 2011. Kajian Sumberdaya Lamun Untuk Pengembangan Ekowisata di Teluk
Bakau, Kepulauan Riau. (Skripsi) IPB. Bogor.
Suwarman Partosuwiryo, Pelestarian Hutan Mangrove, Citra Aji Parama,
Yogyakarta, 2008, 117 hlm.
Suwignyo, R. A., dkk. 2008. Konservasi Kandelia Candel sebagai Upaya Menjaga
Biodiversitas Hayati Mangrove. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Syarifah Maulida. dkk. 2014. Kesesuaian Pengembangan Ekowisata Mangrove
Berbasis Masyarakat di Desa Malang Rapat. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang.
Wahyudi, Rifqi. 2013. Keanekaragaman Jenis Terumbu Karang di Pantai Kondang
Merak Kabupaten Malang. Undergraduate Thesis, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang
Widada, 2008. Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif Melalui
Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera. Jakarta.
Wulandari. 2011. Implementasi Manajemen Kolaboratif dalam Pengelolaan
Ekowisata Berbasis Masyarakat. (Skripsi). Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogogr. Bogor.
WWF Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia.
Yulianda, F. dkk. 2007. Pengembangan Wisata Bahari dalam Pengelolaan
Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Berbasis Kesesuaian dan Daya Dukung, Studi
Kasus Pulau Sebesi. Seminar Nasiomal Pengembangan Pulau-Pulau Kecil dari
Aspek Perikanan Kelautan dan Pertanian pada 25 Juni 2007. Departemen
Pengelolaan Pesisir dan Lautan Sekoah Pascasarjana IPB. Bogor.
Yusuf A, N. Dkk. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove di Pesisir
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Zulfikar, Andi. 2014. Kesesuaian Pengembangan Ekowisata Mangrove Berbasis
Masyarakat di Desa Malang Rapat. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang.